adhd

25
BAB I PENDAHULUAN Anak merupakan sumber daya manusia yang harus sejak dini disiapkan untuk dapat berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya, namun tidak setiap anak terlahir dalam kondisi normal. Beberapa anak terlahir dengan kondisi mengalami hambatan dan keterbatasan, di antaranya adalah anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH). 1 Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, atau sering dikenal dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8 - 10 persen, hal tersebut menjadikan ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa kanak-kanak. 2,3 Attention deficit hyperactivity disorder - (ADHD) ditandai oleh ketidakmampuan untuk mempertahankan perhatian, mengatur tingkat aktivitas, dan tindakan impulsif. 1

Upload: ferina-fernanda

Post on 18-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

adhd/ gpph

TRANSCRIPT

Page 1: Adhd

BAB I

PENDAHULUAN

Anak merupakan sumber daya manusia yang harus sejak dini disiapkan

untuk dapat berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya,

namun tidak setiap anak terlahir dalam kondisi normal. Beberapa anak terlahir

dengan kondisi mengalami hambatan dan keterbatasan, di antaranya adalah anak

dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH).1

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, atau sering dikenal

dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan

perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Prevalensi

ADHD pada anak usia sekolah adalah 8 - 10 persen, hal tersebut menjadikan ADHD

sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa kanak-kanak.2,3

Attention deficit hyperactivity disorder - (ADHD) ditandai oleh

ketidakmampuan untuk mempertahankan perhatian, mengatur tingkat aktivitas,

dan tindakan impulsif. Hasilnya adalah perilaku maladaptif yang tidak sesuai

dengan usia dan tingkat perkembangan. Faktor genetik tampaknya memainkan

peran penting. Bayi berat lahir sangat rendah (kurang dari 1000 g) dan kondisi

lingkungan, seperti trauma kepala dan paparan timbal, juga terkait dengan gejala

ADHD.4

Diagnosis ADHD memerlukan identifikasi perilaku tertentu yang

memenuhi kriteria Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental,

edisi keempat, revisi (DSM-IV-R). Ada tiga jenis ADHD terdiagnosis: gabungan

antara kurang perhatian, hiperaktif, dan impulsif (sekitar 80 persen pasien); di

1

Page 2: Adhd

dominasi kurang perhatian (sekitar 10-15 persen); dan tingkat maladaptif dari

hiperaktivitas-impulsivitas (tipe hiperaktif-impulsif dominan) (sekitar 5 persen).4

ADHD adalah satu di antara gangguan perilaku yang paling sering

didiagnosis pada anak-anak dan orang muda. Gejala inti meliputi tingkat aktivitas

yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan, impulsivitas, dan gangguan

kemampuan dalam mempertahankan perhatian. Anak yang mengalami ADHD

mengalami kesulitan untuk mengatur kegiatan mereka agar sesuai dengan norma-

norma yang diharapkan dan sebagai hasilnya sering tidak disukai oleh orang

dewasa maupun teman sebaya. Mereka sering gagal untuk mencapai potensi

mereka dan banyak memiliki kesulitan penyerta seperti keterlambatan

perkembangan, masalah belajar, dan gangguan emosi dan perilaku lainnya.5

BAB II

2

Page 3: Adhd

ISI

A. Definisi

GPPH/ADHD adalah keadaan neurologik-perilaku dan merupakan kondisi

kesehatan yang kompleks. GPPH memiliki gejala yang beragam seperti

hiperaktivitas, penurunan prestasi belajar, menganggu hubungan sosial, dan

kesulitan motorik. Kata hiperaktivitas (hyperactivity) digunakan untuk

menyatakan suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak

mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif. Anak hiperaktif selalu bergerak

dan tidak mau diam bahkan dalam situasi-situasi ketika sedang mengikuti

pelajaran di kelas, yang menuntut agar mereka bersikap tenang. Mereka tidak

pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang umumnya disukai oleh

anak-anak seusia mereka, perhatian mereka mudah teralih dari permainan atau

mainan yang satu ke yang lainnya. Anak dengan GPPH mengalami gangguan

perilaku yang ditandai dengan inatensi, hiperaktivitas, impulsivitas. Gangguan ini

bersifat persisten dan akan terus berlanjut hingga dewasa apabila tidak segera

ditangani. 6,7,8,9

B. Epidemiologi

Angka prevalensi GPPH cukup bervariasi, disebabkan kriteria diagnostik yang

terus direvisi dan juga perbedaan lokasi geografis serta estimasi sampel yang

dipakai. Prevalensi GPPH diperkirakan 3-7% dari semua anak. Anak laki-laki

lebih sering terkena dibandingkan anak perempuan. Penelitian Polazanczyk et al,

prevalensi GPPH diseluruh dunia diperkirakan 5,29%. Data kunjungan rawat jalan

3

Page 4: Adhd

di klinik tumbuh kembang RSUP Sanglah Denpasar selama periode 2001-2005

menunjukkan peningkatan jumlah kasus GPPH masing-masing berturut-turut

tahun 2001-2005 sebagai berikut 19 (6,7%), 32 (10,1%), 40 (11,2%), 57 (14,3%),

71 (14,1%).4,10,11

C. Etiologi

Etiologi GPPH sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor

neurobiologis diduga berperan penting timbulnya gangguan ini. Pemaparan zat

toksik prenatal, prematuritas, dan mekanisme kelahiran yang mengganggu sistem

saraf diperkirakan berhubungan dengan gangguan ini. Faktor psikososial juga

dapat menyebabkan dan memperburuk gejala GPPH.12

Faktor yang diduga berhubungan atau sebagai penyebab GPPH antara lain:12,13

1. Faktor Genetik

GPPH lebih sering didapatkan pada keluarga yang menderita GPPH. Keluarga

keturunan GPPH didapatkan lima kali lebih banyak menderita GPPH daripada

keluarga normal. Orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan

menurun pada anak, hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan

ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan

hiperaktif dibanding kembar dua telur .

2. Faktor Neurobiologis

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan

masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,

persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia

dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Faktor-faktor seperti bayi

4

Page 5: Adhd

yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok

dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif. Penelitian di Swedia

menunjukkan 3-5% anak yang lahir prematur mengalami gangguan GPPH.

Faktor neurologi yang menyebabkan GPPH adalah terjadinya disfungsi pada

salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan

zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Studi menunjukkan

terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di

daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya

sisi sebelah kanan.

3. Faktor Toksik

Zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi

untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Kadar timah (lead) dalam serum

darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol,

terpapar radiasi pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

4. Faktor Psikososial

Pendidikan ibu yang rendah, kelas sosial ekonomi yang rendah, orang tua

tunggal adalah faktor yang penting sebagai penyebab timbulnya gejala GPPH.

Konflik yang kronis, keakraban keluarga yang menurun, adanya kelainan

psikopatologis orang tua, lebih sering terjadi pada keluarga anak GPPH dibanding

keluarga anak yang normal.

D. Kriteria

5

Page 6: Adhd

ADHD adalah gangguan neurobehavioral paling umum dari masa kanak-

kanak. ADHD merupakan salah satu kondisi yang paling umum dari kesehatan

kronis yang mempengaruhi anak usia sekolah. Gejala inti ADHD yaitu :13,14

1. Inatensi (gangguan pemusatan perhatian)

Inatensi adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini tampak

mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah

teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh

perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian mereka hanya mampu

mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek,

sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya.

2. Hiperaktif (gangguan dengan aktivitas yang berlebihan)

Hiperaktivitas adalah suatu gerakan yang berlebihan melebihi gerakan

yang dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak

bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang

aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak

mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya,

sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting.

Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk

memusatkan perhatian.

3. Impulsivitas (gangguan pengendalian diri)

Impulsifitas adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak

disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga

sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk

6

Page 7: Adhd

mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan

ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun

lingkungannya.

E. Gambaran Klinis

Perilaku anak dengan GPPH seringkali berlebihan dibandingkan dengan anak

tanpa GPPH. Gejala kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas, impulsivitas

dan kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya sangat tergantung dengan usia

anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuan anak untuk

mengontrol perilakunya. Anak usia prasekolah dengan GPPH akan bergerak

dengan aktif di dalam ruangan dan terangsang untuk menyentuh dan

memanipulasi semua benda, sesuka hati. Anak-anak ini sering melompat-lompat,

berlari-lari atau memanjat-manjat tanpa kontrol. Mereka menjadi liar, berisik dan

sulit dikendalikan saat berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Anak-anak

usia sekolah mungkin menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsivitas yang

lebih ringan. Gejala yang paling sering nampak pada GPPH yaitu hiperaktivitas,

gangguan persepsi motorik, labilitas emosional, penurunan koordinasi secara

umum, gangguan pemusatan perhatian secara umum (kemampuan memusatkan

perhatian pendek, mudah teralih perhatian, gagal dalam menyelesaikan pekerjaan,

kurang perhatian, konsentrasi yang buruk), impulsivitas (bertindak sebelum

berpikir, berganti aktivitas tiba-tiba, melompat-lompat dalam kelas), gangguan

daya ingat dan proses berpikir, kesulitan dalam belajar spesifik.10,16

F. Diagnosis

7

Page 8: Adhd

Pemeriksaan dan penilaian pada anak GPPH dengan melakukan wawancara

klinis dengan orang tua/pengasuh untuk memperoleh keterangan lengkap tentang

pasien, yaitu tentang keadaan pasien dalam melaksanakan tugasnya, menilai

adanya kondisi komorboid, dan memperoleh riwayat keluarga, sosial dan

kesehatan/penyakitnya.17

Algoritma pemeriksan GPPH:17

1. Rujukan datang dari sekolah atau keluarga/orang tua.

2. Penilaian/observasi perilaku anak berdasarkan kuesioner untuk orang

tua/pengasuh anak/guru (Abberviated Conner’s Teacher Rating Scale).

3. Dirujuk kepada psikiater anak atau dokter spesialis anak atau keduanya untuk

dilakukan pemeriksaan:

a. Pemeriksaan fisik.

b. Wawancara riwayat penyakit.

c. Pemeriksaan intelegensi, kesulitan belajar dan sindrom otak organik.

d. Pemeriksaan psikometrik/kognitif-peseptual.

e. Evaluasi situasi rumah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh faktor

lingkungan.

f. Apabila hasil pemeriksaan sesuai kriteria diagnosis GPPH (berdasarkan

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM IV) atau

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

(PPDGJ III)/ICD-10) segera dimulai pengobatan dengan psikostimulan.

g. Pemeriksaan dan monitor efek samping pengobatan setiap 3 bulan.

Pengobatan dengan farmakoterapi yang lain dapat dipertimbangkan.

8

Page 9: Adhd

Kriteria diagnostik GPPH menurut DSM IV, yaitu:16

1. Salah satu atau keduanya (a) atau (b)

a. Enam (atau lebih) dari gejala tidak mampu memusatkan perhatian seperti

di bawah ini menetap selama paling sedikit 6 bulan pada derajat

maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan:

i. Sering gagal memusatkan perhatian pada hal-hal kecil atau membuat

kesalahan yang ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan sekolah,

pekerjaan, kegiatan lain.

ii. Sering sulit memperhatikan perhatian pada waktu melaksanakan tugas

atau kegiatan bermain.

iii. Sering seperti tidak mendengarkan pada waktu diajak bicara langsung.

iv. Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan pekerjaan

sekolah dan tugas (tidak disebabkan oleh perilaku menentang atau

kegagalan memahami petunjuk).

v. Sering sulit untuk mengatur tugas dan kegiatan.

vi. Sering menghindar, tidak suka atau enggan melibatkan diri dalam tugas

yang memerlukan ketekunan yang berkesinambungan (seperti

melakukan pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah).

vii. Sering menghilangkan benda-benda yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas atau kegiatan.

viii. Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar.

ix. Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari.

9

Page 10: Adhd

b. Enam (atau lebih) dari gejala hiperaktivitas dan impulsivitas seperti

dibawah ini menetap selama paling sedikit 6 bulan pada derajat adaptif dan

tidak sesuai dengan tingkat perkembangan:

i. Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam atau tidak bisa duduk diam.

ii. Sering meninggalkan tepat duduk didalam kelas atau di situasi lain pada

saat diharapkan ia untuk duduk diam.

iii. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang

tidak sesuai untuk hal tersebut.

iv. Sering mengalami kesulitan bermain atau mengikuti kegiatan waktu

senggang dengan tenang.

v. Sering dalam keadaan “siap gerak” (atau bertindak seperti digerakkan

oleh mesin).

vi. Sering bicara berlebihan

vii. Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai ditanyakan.

viii. Sering sulit menunggu giliran.

ix. Sering menyelak atau memaksakan diri terhadap orang lain (misalnya

memotong percakapan atau menganggu permainan).

2. Gejala hiperaktif-impulsif atau tidak mampu memusatkan perhatian yang

menimbulkan masalah telah ada sebelum usia 7 tahun.

3. Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala-gejala tersebut tampak pada dua

atau lebih tempat (misalnya di sekolah atau tempat kerja dan di rumah).

4. Didapatkan bukti yang jelas adanya kegagalan yang bermakna secara klinis

pada fungsi sosial, akademik, dan okupasional.

10

Page 11: Adhd

5. Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh gangguan perkembangan

perfasif, gangguan skizofrenia atau gangguan psikotik dan tidak diakibatkan

oleh adanya gangguan mental lain (misalnya gangguan alam perasaan,

gangguan cemas, gangguan disosiatif, gangguan kepribadian).

Berdasarkan PPDGJ III, gangguan hiperkinetik dimasukkan dalam satu

kelompok besar yang disebut sebagai gangguan perilaku dan emosional dengan

onset biasanya pada masa kanak dan remaja. Gangguan ini terdiri atas beberapa

jenis, yaitu:16

1. Gangguan aktivitas dan perhatian.

2. Gangguan tingkah laku hiperkinetik.

3. Gangguan hiperkinetik lainnya.

4. Gangguan hiperkinetikyang tak terinci.

Pedoman diagnosis gangguan hiperkinetik ini berdasarkan PPDGJ III adalah:16

1. Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua

ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan harus nyata ada pada lebih

dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik).

2. Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu cepat dihentikannya tugas

dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum selesai. Anak-anak ini seralih dari

satu kegiatan ke kegiatan lain, kehilangan minat terhadap tugas yang satu

karena perhatiannya tertarik kepada kegiatan yang lain. Berkurangnya

perhatian ini didiagnosis bila sifatnya berlebihan pada anak dengan usia dan

IQ yang sama.

11

Page 12: Adhd

3. Hiperaktivitas yaitu anak tidak bisa diam dalam situasi yang menuntut

keadaan yang relative tenang. Ciri khas perilaku ini paling nyata di dalam

situasi yang terstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat pengendalian

diri yang tinggi.

4. Gambaran penyerta seperti kecerobohan dalam hubungan-hubungan sosial,

kesembronoan dalam situasi yang berbahaya dan sikap impulsive melanggar

tata tertib sosial (yang diperlihatkan dengan mencampuri urusan atau

mengganggu kegiatan orang lain, menjawab pertanyaan yang belum lengkap

diucapkan orang lain, atau tidak sabar menunggu gilirannya).

G. Terapi

Terapi pada GPPH dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:18,19

1. Terapi perilaku

Terapi yang diterapkan pada penderita GPPH haruslah bersifat holistik dan

menyeluruh. Penanganan ini hendaknya melibatkan multidisiplin ilmu yang

dilakukan antara dokter, psikologi, orang tua, guru dan lingkungan yang

berpengaruh terhadap penderita secara bersama-sama. Penanganan ideal harus

dilakukan terapi perilaku secara terpadu guna menjamin keberhasilan terapi.

2. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis tergantung pada agen yang mempengaruhinya, seperti

dopaminergik dan noradrenergik. Terapi farmakologis GPPH biasanya

menggunakan metilfenidat (ritalin, ritalin la, ritalin sr, focalin, methylin er,

metadata cd) dan golongan amfetamin seperti adderall, adderallxr, dexedrine

spansule, dan dextrostat. Terapi farmakologis dimulai dengan dosis yang paling

12

Page 13: Adhd

rendah dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Terapi ini terbukti 70%

efektif. Efek samping yang sering terjadi seperti penekanan nafsu makan,

gangguan tidur, nyeri perut.

BAB III

KESIMPULAN

13

Page 14: Adhd

Dari tinjauan pustaka di atas, didapatkan beberapa simpulan yaitu:

1. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) adalah keadaan

neurologik-perilaku dan merupakan kondisi kesehatan yang kompleks, yang

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik, faktor neurologik,

faktor toksik, faktor kultural dan psikososial.

2. GPPH merupakan gangguan tingkah laku yang paling banyak terjadi.

Diagnosis GPPH dapat ditegakkan minimal pada usia 3 tahun.

3. Anak dengan GPPH adalah anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif,

impulsif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya lebih sering, lebih

persisten dengan tingkat yang lebih berat jika dibandingkan dengan anak-

anak lain seusianya. Gejala kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas,

impulsivitas dan kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya sangat

tergantung dengan usia anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang

kemampuan anak untuk mengontrol perilakunya.

4. Anak laki-laki lebih sering terkena dibandingkan anak perempuan.

5. Anak dengan GPPH mengalami gangguan perilaku yang ditandai dengan

inatensi, hiperaktivitas, impulsivitas. Gangguan ini bersifat persisten dan akan

terus berlanjut hingga dewasa apabila tidak segera ditangani.

14

Page 15: Adhd

DAFTAR PUSTAKA

1. Rohmah FA, Widuri EL. Perbedaan pengetahuan tentang gangguan hiperaktivitas pada orang tua anak GPPH. KTI. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan, 2010.

2. Merikangas KR, He JP, Brody D, et al. Prevalence and treatment of mental disorders among US children in the 2001-2004 NHANES. Pediatrics 2010; 125:75.

3. Pliszka S, AACAP Work Group on Quality Issues. Practice parameter for the assessment and treatment of children and adolescents with attention-deficit/hyperactivity disorder. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry 2007; 46:894.

4. Marsha D. Rappley, M.D. Attention Deficit–Hyperactivity Disorder. N Engl J Med 2005;352:165-73.

5. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of attention deficit and hyperkinetic disorders in children and young people. A national clinical guideline. 2009.

6. Racine MB, Majnemer A, Shevell M, et al. Handwriting performance in children with deficit hyperactivity disorder (ADHD). Journal of Child Neurology 2008; 23: 399-406.

7. Suwanda, D. Media bermain tarik ulur untuk peningkatan daya konsentrasi anak hiperaktif: penelitian anak kelas V SDLB PGRI Sumedang. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2011.

8. Pelham WE. Attention-deficit/hyperactivity disorder. Canadian journal of psychiatry 1999; 44 (10): 981-990.

9. Sitholey P, Agarwal V, Tripathi A. Adult attention deficit/hyperactivity disorder: one year follow up. Indian J Med Res 2010; 131: 6952-695.

10. Kaplan & Sadock. Sinopsis psikiatri edisi 7. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.

11. Polanczyk G, Lima MSD, Horta BL, et al. The worldwide prevalence of ADHD: A Systematic Review and Metaregression Analysis. Am J Psychiatry 2007;164 (6): 942-948.

15

Page 16: Adhd

12. Setyawan AB. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma, 2010.

13. Lindstrom K, Lindblad F, Hjern A. Preterm birth and attention-deficit/hyperactivity disorder in school children. Pediatrics 2011; 127: 858-865.

14. Reiff MI, Banez GA, Culbert TP. Children who have attentional disorders: diagnosis and evaluation. Pediatr Rev. 1993;14:455–465

15. Barkley RA. Attention Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for Diagnosis and Treatment. 2nd ed. New York, NY: Guilford Press; 1996

16. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.

17. Sedyaningsih ER. Pedoman deteksi dini dan penanganan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2011; 107: 1-35.

18. Judarwanto W. Deteksi dini ADHD (attention deficit hyperactive disorder) (online), (http://informasisehat.wordpress.com/2009/05/09/deteksi-dini-adhd-attention-deficit-hyperactive-disorders/, diakses 11 mei 2014).

19. Wolraich ML, Wibbelsman CJ, Brown TE, et al. Attention-deficit/ hyperactivity disorder among adolescent: a review of the diagnosis, treatment, and clinical implication. Pediatrics 2005; 115: 1734-1746.

16