makalah adhd .doc

47
MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II “ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ATTENTION DEFICIENCY HYPERACTIVTY DISODERS (ADHD)” DISUSUN OLEH : 1. ADENA RAHESTI (121.0002) 2. AFISSA R. AYUNDA (121.0004) 3. AINI HAYATI (121.0006) 4. ALIFIA BUDI R (121.0008) 5. ANGGA JALES (121.0010) 6. ANGGITA ADHISTIARA (121.0012) 7. NENDA YUSINTA (111.0090) PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

Upload: alifia

Post on 03-Oct-2015

393 views

Category:

Documents


71 download

TRANSCRIPT

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ATTENTION DEFICIENCY

HYPERACTIVTY DISODERS (ADHD)DISUSUN OLEH :1. ADENA RAHESTI

(121.0002)

2. AFISSA R. AYUNDA(121.0004)

3. AINI HAYATI

(121.0006)

4. ALIFIA BUDI R

(121.0008)

5. ANGGA JALES

(121.0010)

6. ANGGITA ADHISTIARA(121.0012)

7. NENDA YUSINTA

(111.0090)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2015KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Keperawatan Kesehatan Jiwa II mengenai asuhan keperawatan gangguan attention deficiency hyperactivity disorders (ADHD). Terselesaikannya tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu menyelasaikan makalah ini.

Dalam menyelesaikan tugas ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa tugas ini masih perlu penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 11 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

Kover

i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1Latar belakang

1 1.2Rumusan masalah

11.3Tujuan penulisan

21.3.1Tujuan umum

21.3.2Tujuan khusus

21.4Manfaat penulisan

2BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 42.1Konsep dasar gangguan perilaku (ADHD)

42.1.1Pengertian

42.1.2Etiologi

42.1.3Tanda dan gejala

62.1.4Web of caution

92.1.5Penatalaksanaan

92.2Asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)

132.2.1Pengkajian

142.2.2Diagnosa

192.2.3Perencanaan

192.2.4Pelaksanaan

242.2.5Evaluasi

25BAB 3 PENUTUP 263.1Simpulan

263.2Saran

26DAFTAR PUSTAKA

27BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar belakang

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun dirumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsesus pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 305% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1% sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang bekaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di bebeapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 diantaranya menderita hiperaktif. Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dan lain-lain (Verajanti, 2008).

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana konsep dasar gangguan perilaku (ADHD) ?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD) ?1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Agar mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan gangguan perilaku (ADHD) pada anak dan remaja.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi gangguan perilaku (ADHD)

b. Agar mahasiswa mampu menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis gangguan perilaku (ADHD)

c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan WOC dan penatalaksanaan gangguan perilaku (ADHD)

d. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada gangguan perilaku (ADHD)e. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)

f. Agar mahasiswa mampu merencenakan dan melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun

g. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan

1.4 Manfaat penulisan

a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi gangguan perilaku (ADHD)

b. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis gangguan perilaku (ADHD)

c. Mahasiswa mampu menjelaskan WOC dan penatalaksanaan gangguan perilaku (ADHD)

d. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada gangguan perilaku (ADHD)

e. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)

f. Mahasiswa mampu merencenakan dan melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun

g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar gangguan perilaku (ADHD)

2.1.1 PengertianADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai keterampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan dan suka membuat keributan (klikdokter, 2008).

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kelainan hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998). ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidakberesan kecil di otak), Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif) dan hyperactive (hiperaktif). Ada kira-kira 3-5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).

2.1.2 Etiologi

Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetis berperan dalam ADHD. Faktor biologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik.Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah lingkungan. Karakter dalam keluarga juga dapat berperan menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari penelitian di beberapa rumah tahanan, sebagian besar penghuninya ternyata pernah ADHD pada masa kecilnya. Demikian juga terjadi pada pengguna narkoba. Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif. Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan faktor biologis dan genetik, serta lingkungan.

Belum diketahui dengan pasti penyebab ADHD. Macam-macam teori yang menyebabkan ADHD diantaranya:

a) Psikodinamika

Anak dengan gangguan ini akan mengalami gangguan perkembangan ego. Perkembangan ego menjadi retardasi dan dimanifestasikan dengan perilaku yang impulsif, seperti ada perilaku tempertatrum yang berat. Kegagalan berprestasi yang berulang, kegagalan mengikuti petunjuk sosial dan harga diri rendah. Beberapa teori menunjukkan bahwa anak tetap pada fase simbiotik dan tidak dapat membedakan dirinya dengan ibunya.

b) Biologis

Hal ini bisa diakibatkan oleh: Genetik (resiko meningkat jika ada riwayat keluarga), Faktor perkembangan, Kelainan fungsi pada jalur inhibisi di lobus parietalis dan frontalis.

c) Dinamika Keluarga

Teori ini menunjukan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa. Kemungkinan iritabilitas impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD dari saat lahir reaksi orang tua cenderung menguat dan karenanya mempertahankan atau meningkatkan intensitas gangguan. Ansietas berasal dari disfungsi sistem keluarga masalah perkawinan dan lain sebagainya, dapat juga memberi kontribusi pada gejala gangguan ini orang tua frustasi terhadap buruk anak terhadap keadaan tertentu, orang tua mungkin menjadi sensitif atau menjadi putus asa dan tidak memberi struktur eksternal.

d) Psikososial

Kemiskinan, Diet (timbale, tertazine), Penyalahgunaan alcohol oleh orang tua

Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari ADHD. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dikatakan adanya keterlibatan dari faktor predisposisi, faktor genetik, struktur anatomi dan neurokimiawi otak dalam terjadinya ADHD. Pada faktor predisposisi meliputi:

1. Trauma kelahiran, prematuritas

2. Epilepsy, retardasi mental

3. Keluhan neurologik lain

4. Gangguan ini juga dalam keluarga

5. Keracunan logam berat (Hg, Pb, Cd dan lain-lain)

2.1.3 Tanda dan gejalaa.Perilaku tidak perhatian atau sukar memusatkan perhatian

1) Mengabaikan hal-hal kecil

2) Membuat kesalahan dengan ceroboh

3) Sulit mempertahankan perhatian

4) Tidak terlihat mendengarkan

5) Tidak menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah

6) Sulit tidur

7) Menghindari tugas yang memerlukan pemikiran

8) Sering kehilangan sesuatu yang penting

9) Mudah terdistraksi oleh stimulus lain

10) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari

b.Perilaku hiperaktif /impulsif

1) Gelisah

2) Sering meninggalkan tempat duduk (mis, selama makan)

3) Berlari atau menaiki sesuatu secata berlebihan

4) Tidak dapat bermain dengan tenang

5) Selalu aktif, bergerak

6) Banyak bicara

7) Menjawab tanpa dipikirkan dulu

8) Sulit mengatur pekerjaannya

9) Tidak dapat menunggu giliran

10) Menganggu saudara kandung atau teman bermain

Ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain (Townsend,1998) :

a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.

b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan

c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing

d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau keadaan di dalam suatu kelompok

e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan

f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain

g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas bermain

h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya

i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang

j. Sering berbicara secara berlebihan.

k. Sering menyela atau mengganggu orang lain

l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan kepadanya

m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).

Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan tipe hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktiv impulsif yang lebih demonstratif. Gejala seperti ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak anak. Menurut penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 204% untuk anak perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Anak laki-laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih menunjukkan perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan anak perempuan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Bisa jadi anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi atau tidak tertangkap gejalanya karena guru-guru gagal dalam mengenali dan mencatat perilaku kurang perhatian anak perempuan ADHD, kecuali dengan cara membandingkan dengan simptom-simptom yang digunakan untuk mendiagnosis ADHD dapat pula memberi sumbangan terhadap perbedaan jenis kelamin pada umumnya (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Anak ADHD perempuan cenderung lebih memperlihatkan karakteristik simptom-simptom kurang perhatian/tidak teratur dengan respons kognitif yang lambat, misalnya pelupa, lesu darah, mengantuk, cenderung daycream, semas, depresi dan cenderung berperilaku hiperverbal dibandingkan hiperaktif (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).2.1.4 Web of caution

2.1.5 Penatalaksanaana. Perawatan

Perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain (Baihaqi dan Sugiarmin,2006):

1) Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah.

2) Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri.

3) Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial dan regulasi diri.

4) Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi.

5) Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri.

6) Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral.

7) Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan dan curahan hati probadinya

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain (Videbeck,2008) :

1) Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :

a) Hentikan perilaku yang tidak aman

b) Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima

c) Berikan pengawasan yang ketat

2) Meningkatkan performa peran dengan cara :

a) Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan

b) Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi untuk menyelesaikan tugas)

3) Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :

a) Dapatkan perhatian penuh anak

b) Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil

c) Izinkan beristirahat

4) Mengatur rutinitas sehari-hari

a) Tetapkan jadual sehari-hari

b) Minimalkan perubahan

5) Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua

6) Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD

Pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang dianggap tepat untuk anak ADHD (Verayanti ,2008):

a) Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% - 70% protein dan 30% - 40% karbohidrat, makan siang dan makan malam 50% protein dan 50% karbohidrat. Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga tidak mudah diubah menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-kacangan, dll.

b) Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi yang bermanifestasi dalam bentuk batuk, influenza karena alergi, dll. Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna, pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.

c) Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak mengandung gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim, dan cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang sangat berguna. Gula menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap alergen. Tingginya kadar gula dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar insulin yang tinggi akan mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat memperparah keadaan anak ADHD.

d) Makan banyak sayuran dan buah

e) Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan meningkatkan konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi hanya air yang dianggap air.

f) Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti: kacang almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri, nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.

g) Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium, tembaga, besi, magnesium, kalsium, amino acid chelates dan flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zat-zat tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara berlebihan.

h) Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari amalgam, kawat gigi dari nikel, dll.

i) Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian otak.

b. Pengobatan

Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping itu, pendekatan yang controversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obatt-obatan serta vitamin tertentu (Delphie,2006)

Obat stimulant yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain (Videbeck,2008) :

1) Metilfenidant

Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun atau keterlambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, dan efek obat lengkap dalam 2 hari.

2) Dekstroamfetamin (Dexedrine), amfetamin (adderall)

Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosisi yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.

3) Pemolin (cylert)Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantau peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.Efek samping obat tersebut yang paling sering terjadi adalah insomnia, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan atau gagal menaikan berat badan.

Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal. Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.

Sebagian orang tua merasa kawatir bahwa obat yang diminum akan memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekawatiran ini tidak dapat dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol (Permadi, 2007).

2.2 Asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)

2.2.1 Pengkajian

1. Identitas Klien :

ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, laki-laki cenderung memiliki kemungkinan 4x lebih besardari perempuan untuk menderita ADHD.

2. Keluhan Utama :

Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya bergerak terus.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Orang tua atau pengasuh melihat tanda-tanda awal dari ADHD :

a. Anak tidak bisa duduk tenang

b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah

c. Perubahan suasana hati yang mendadak.

4. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Tanyakan pada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera otak.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Tanyakan pada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.

6. Riwayat Psiko, Sosio, dan Spiritual

Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina hubungan dengan teman sebayanya karena hiperaktivitas dan impulsvitas.

7. Riwayat Tumbuh Kembang.

a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alkohol, atau obat-obatan selama kehamilan.

b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan, lahir premature, berat badan lahir (BBLR).

c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi atau tidak.

8. Riwayat Imunisasi.

Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.

Usia dalam batas normal.

10. Activity daily living (ADL) :

a. Nutrisi .

Anak nafsu makannya berkurang (anorexia).

b. Aktivitas.

Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.

c. Eliminasi.

Anak tidak mengalami gangguan dalam eliminasi.

d. Istirahat tidur.

Anak mengalami gangguan tidur.

e. Personal Hygine.

Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit diatur.

Pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain (Videbeck ,2008) :

1. Pengkajian riwayat penyakit

a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care.

b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.

c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.

d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.

2. Penampilan umum dan perilaku motorik

a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.

b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.

c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.

d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya

3. Mood dan Afek

a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.

b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.

d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan

4. Proses dan isi pikir

Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan

5. Sensorium dan proses intelektual

a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi.

b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata.

c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.

d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.

e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas

6. Penilaian dan daya tilik diri

a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak

b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.

c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.

d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.

e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.

f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri

7. Konsep diri

a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.

b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.

c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh

8. Peran dan hubungan

a. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sosial.

b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.

c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.

d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.

e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.

f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.

9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.2.2.2 Diagnosa

Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain :

1. Risiko cidera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak.

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.2.2.3 Perencanaan

Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas antara lain :

1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive.Tujuan : anak tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain

Kriteria Hasil :

a. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptive diri sendiri.

b. Anak mau mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.c. Anak memperlihatkan tingkah laku yang hati-hati.d. Anak mampu duduk dengan tenang bisa untuk menunggu giliran.

Intervensi :

1. Amati perilaku anak sering. lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan intervensi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan

R/ anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain.

2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri.

R/ pernyataan-pernyataan verbal seperti saya akan bunuh diri.atau tak lama ibu saya tidak perlu bagi menyusahkan diri karena saya atau perilaku-perilaku non verbal seperti membagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebayakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau non verbal.

3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuan untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul.

R/ diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajad perasaan lega pada anak, suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak.suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.

4. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak.

R/ keselamatan fisik anak adalah priorias dari keperawatan.

5. Usahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.

R/ hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak.Tujuan : anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima social.

Kriteria Hasil :

a. Anak mengatasi kelebihan yang dimilikinya.b. Anak mampu menundukan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk memanipulasi orang lain.

c. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara social.d. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternative yang dapat diterima secara social sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi.

Intervensi :

1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realities

R/ penting bagi anak untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri.

2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.

R/ komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri.

3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok

R/ hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda.

4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai negative.

R/ identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping individu yang efektif.

5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensive. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif.

R/ penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak.

6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dan pengalaman positif bagi usaha-usaha yang dilakukan.

R/ pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri.

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga berhubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.Tujuan : anak mampu mengurangi ansietasnya.

Kriteria Hasil :

a. Anak mengetahui penyebab dari cemas.b. Anak mampu dalam memberi respons terhadap stress.c. Anak mampu menunjukkan perilaku yang baik.d. Anak tampak tenang dan tidak gelisahIntervensi :

1. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukan rasa hormat yang positif dan tulus.

R/ Kejujuran, ketersedian dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada hubungan anak dengan staf dan perawat.

2. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau jogging, bola voli, latihan dengan music, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan kelompok.)

R/ tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik.

3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-perasaan tersebut padanya.

R/ anak-anak cemas sering menolak hubungan antara masalah-masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan mekanisme-mekanisme pertahankan projektif dan pemindahan yang dilebih-lebihkan.

4. Perawat harus mempertahankan suasana tenang.

R/ ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain

5. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologi.

R/ keamanan anak adalah prioritas keperawatan.

6. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak. Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap penggunaanya.

R/ sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan sentuhan sebagai suatu agresi.2.2.4 Pelaksanaan

1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive.a. Mengamati perilaku anak sering, melakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan intervensi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan

b. Mengamati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri.

c. Mendapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuan untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul.

d. Menyingkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak.

e. Mengusahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak.a. Memastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realities

b. Menyampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.

c. Menyediakan waktu bersama anak, keduanya satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok

d. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai negative.

e. Membantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensive. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif.

f. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dan pengalaman positif bagi usaha-usaha yang dilakukan.

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga berhubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.a. Membentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukan rasa hormat yang positif dan tulus.

b. Menyediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau jogging, bola voli, latihan dengan music, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan kelompok.)

c. Menganjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-perasaan tersebut padanya.d. Mempertahankan suasana tenang.e. Menawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologi.

f. Menggunakan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak. Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap penggunaanya.

2.2.5 Evaluasi

a. Anak tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain

b. Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima social.

c. Anak mampu mengurangi ansietasnya.BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologist yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil yang biasa sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif. Tanda dan gejala yang sering muncul pada gangguan ADHD diantaranya Perilaku tidak perhatian atau sukar memusatkan perhatian misalnya mengabaikan hal-hal kecil ,sukar memusatkan perhatian, selalu melakukan hal yang cerobuh dan cendeung berperilaku hiperaktif.Terapi yang dapat diberikan pada anak dengan gangguan ADHD diantaranya Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah, Pelatihan manajemen orang tua: mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri, mengatur rutinitas anak sehari-hari, pemberian nutrisi yang adekuat,dan juga dapat diberikan terapi obat stimulant

3.2 Saran

a. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh, meliputi : biopsikososialkultural.

b. Bagi mahasiswa diharapkan data semakin memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan dengan masalah gangguan perilaku (ADHD).

c. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah untuk perawat dalam memperoleh ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan yang semakin maju.

DAFTAR PUSTAKABaihaqi, MIF, Sugiarmin, M.2006.Memahami Anak ADHD.cetakan I.Bandung: PT. Refika AditamaDelphie,B.2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi.cetakan I.Bandung : PT Refika Aditama

Doengoes,M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F.2007. Rencana Asuhan Keperawatam Psikiatri (Terjemahan) Edisi 3.Jakarta :EGC

Videbeck, S.L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Terjemahan) Cetakan I. Jakarta:EGC

Sukar memerhatikan

MK: Gangguan Interaksi Sosial

MK: Risiko cidera

Perilaku hiperaktivitas

Penurunan neurobiologis

Neurotransmitter dopamine

ADHD

Zat toksik, lingkungan, dll

Lobus frontal mengalami penurunan fungsi

Trauma kelahiran

26