adel polip

5
I. Definisi Polip hidung adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, dengan permukan licin berbentuk bulat atau lonjong. Polip nasi bukan merupakan penyakit tersendiri melainkan manifestasi klinis dari berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, riniti alergi, asma dan lain-lain. II. Etiologi Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting pada terjadnya polip, yaitu 1. Adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidung dan sinus. 2. Adanya gangguan kesembangan vasomotor 3. Adanya peningkatan tekanan cairan intersisial dan edema mukosa hidung III. Patofisiologi Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif sehingga mengakibatkan edema mukosa danpembentukan polip. Fenomena ini menjelaskan mengapa polip kebanyakan berasal dari area yang sempit di kompleks osteo meatal di meatus media. Terjadinya prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip. Walaupun demikian polip dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan sering kali bilateral atau multiple. Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan adanya edema dan lama-kelamaan menjadi polip. Bila proses terus

Upload: taufiq-gemawan

Post on 05-Jul-2015

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ADEL POLIP

I. Definisi

Polip hidung adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang

mengandung banyak cairan didalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan,

dengan permukan licin berbentuk bulat atau lonjong. Polip nasi bukan merupakan

penyakit tersendiri melainkan manifestasi klinis dari berbagai macam penyakit

dan sering dihubungkan dengan sinusitis, riniti alergi, asma dan lain-lain.

II. Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting pada terjadnya

polip, yaitu

1. Adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidung dan sinus.

2. Adanya gangguan kesembangan vasomotor

3. Adanya peningkatan tekanan cairan intersisial dan edema mukosa hidung

III. Patofisiologi

Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui

tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya.

Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif sehingga mengakibatkan

edema mukosa danpembentukan polip. Fenomena ini menjelaskan mengapa polip

kebanyakan berasal dari area yang sempit di kompleks osteo meatal di meatus

media. Terjadinya prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan

pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi penyerapan natrium oleh permukaan sel

epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip. Walaupun demikian

polip dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan sering

kali bilateral atau multiple.

Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi

peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang

mengakibatkan dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan

menyebabkan adanya edema dan lama-kelamaan menjadi polip. Bila proses terus

Page 2: ADEL POLIP

berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian

akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.

IV. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan

menjadi 2 yaitu,

a. Tipe eosinofilik

b. Tipe neutrofilik.

Polip eosinofilik mempunyai latar belakang alergi dan polip neutrofilik

biasanya disebabkan infeksi atau gabungan keduanya.

Klasifikasi berdasarkanstadium polip menurut Mackay dan Lund (1997)

a. Stadium 1: polip masih terbatas dimeatus medius

b. Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga

hidung tapi belum memenuhi rongga hidung

c. Stadium 3: polip yang massif

V. Gejala dan Tanda

Keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa tersumbat dari yang

ringan sampai yang berat, rinore dari yang jernih sampai purulen, hipoosmia atau

anosmia. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala

didaerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip

dan rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui

mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.

Dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik

dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma. Selain itu harus

ditanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi

obat lainya serta alergi makanan.

VI. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik

Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar

sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada

pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat

yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.

Page 3: ADEL POLIP

Secara makroskopi polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan

licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening,

lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak sensitive (bila ditekan atau

ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena

mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi

iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi

kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya dapat menjadi

kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.

Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks osteomeatal di

meatus medius dan sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan

endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.

Ada polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring,

disebut polip koana. Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila

dan disebut juga polip antrokoana. Ada juga sebagian kecil polip koana yang

berasal dari sinus etmoid.

Page 4: ADEL POLIP

2. Naso-endoskopi

Adanya fasilitas endoskop akan sangat membantu diagnosis kasus polip

yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada

pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan

nasoendoskopi. Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai

polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.

3. Pemeriksaan Mikroskopis

Secara mikroskopi tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa

hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang

sembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan

makrofag. Mukosa mengandung sel-sel goblet, pembuluh darah, saraf dan

kelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia

epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik

atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.

4. Pemeriksaan Radiologi

Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, aldwell dan lateral) dapat

memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan didalam

sinus, tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi

computer sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung

dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau

sumbatan pada kompleks osteomeatal. CT terutama diindikasikan pada kasus

polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa, jika ada komplikasi dari

sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.

VII. Komplikasi

Komplikasi jarang terjadi pada polip nasi, namun komplikasi karena

operasi dapat muncul diantaranya, meningitis, perdarahan intracranial, trauma

nervus opticus, trauma duktus lakrimalis.

VIII. Tatalaksana

Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan

keluhan- keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.

Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga

polipektomi medikamentosa. Dapat diberikan topical atau sistemik. Polip tipe

eosinofilik memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan

kortikosteroid intranasal dibanding polip tipe neutrofilik.

Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip

yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan

ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan

Page 5: ADEL POLIP

analgesi local, etmoidektomi intra nasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk

polip etmoid, operasi Caldwell_Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik adalah

apabila tersedia fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan fasilitas endoskopi

maka dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional).