adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan pers · warga pewarta, dikenal pula istilah...

65

Upload: dinhnhi

Post on 06-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

D ewan Pers adalah lembaga independen yang dibentuk berdasarUU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers sebagai bagian dari upayamengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupanpers nasional. Fungsi-fungsi Dewan Pers adalah: (a) melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak

lain;(b) melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan

pers;(c) menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik

Jurnalistik;(d) memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian

pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungandengan pemberitaan pers;

(e) mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, danpemerintah;

(f) memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusunperaturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitasprofesi kewartawanan;

(g) mendata perusahaan pers (Pasal 15 UU No. 40/1999).

Sekretariat Dewan Pers:Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110.Tel. (021) 3521488, 3504877,3504874-75, Fax. (021) 3452030Surel: [email protected]: www.dewanpers.or.id /www.presscouncil.or.idTwitter: @dewanpers

Dewan Pers adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers sebagai bagian dari upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional. Fungsi-fungsi Dewan Pers adalah: (a)melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak

lain;(b)melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan

pers;(c)menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik

Jurnalistik;(d)memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian

pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;

(e)mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;

(f)memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;

(g)mendata perusahaan pers (Pasal 15 UU No. 40/1999).

Sekretariat Dewan Pers:Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110.Tel. (021) 3521488, 3504877,3504874-75, Fax. (021) 3452030Surel: [email protected]: www.dewanpers.or.id /www.presscouncil.or.idTwitter: @dewanpers

Page 2: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

D ewan Pers adalah lembaga independen yang dibentuk berdasarUU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers sebagai bagian dari upayamengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupanpers nasional. Fungsi-fungsi Dewan Pers adalah: (a) melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak

lain;(b) melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan

pers;(c) menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik

Jurnalistik;(d) memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian

pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungandengan pemberitaan pers;

(e) mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, danpemerintah;

(f) memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusunperaturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitasprofesi kewartawanan;

(g) mendata perusahaan pers (Pasal 15 UU No. 40/1999).

Sekretariat Dewan Pers:Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110.Tel. (021) 3521488, 3504877,3504874-75, Fax. (021) 3452030Surel: [email protected]: www.dewanpers.or.id /www.presscouncil.or.idTwitter: @dewanpers

Dewan Pers adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers sebagai bagian dari upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional. Fungsi-fungsi Dewan Pers adalah: (a)melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak

lain;(b)melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan

pers;(c)menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik

Jurnalistik;(d)memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian

pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;

(e)mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;

(f)memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;

(g)mendata perusahaan pers (Pasal 15 UU No. 40/1999).

Sekretariat Dewan Pers:Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110.Tel. (021) 3521488, 3504877,3504874-75, Fax. (021) 3452030Surel: [email protected]: www.dewanpers.or.id /www.presscouncil.or.idTwitter: @dewanpers

Page 3: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

I

Page 4: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

II

Cetakan Pertama November 2013Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ix + 60 halaman, 17 cm X 23 cmISSN : 2085-6199

Jurnal Dewan Pers

Konvergensi & IndependensiTren Media Jelang Pemilu 2014

Sekretariat Dewan Pers:Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110.Tel. (021) 3521488, 3504877,3504874-75, Fax. (021) 3452030Surel: [email protected]: www.dewanpers.or.id /www.presscouncil.or.idTwitter: @dewanpers

Page 5: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

III

DAFTAR ISI

Daftar Isi

Pengantar Jurnal

Ninok Leksono ..............................................................................

Bagian I : Konvergensi Media dan Konsekuensinya

Persoalan - Persoalan Praktek Jurnalisme Warga

Bagir Manan ..................................................................................

Berselancar di Atas Gelombang Perubahan:

Model Bisnis Baru Media CetakAmir Effendi Siregar .....................................................................

Kode Etik Jurnalistik dalam Konvergensi Multimedia Massa

Priyambodo RH ............................................................................

Jangan Paksakan Warga Jadi Wartawan

Pepih Nugraha ..............................................................................

3

9

15

23

v

Page 6: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

IV

Pers Dalam Perspektif 2014

Bagir Manan ..................................................................................

Kembali ke Standar Jurnalisme Profesional dan Etika Pers

Atmakusumah ................................................................................

Liputan Pemilu Dalam Era Baru Media

Winarto ............................................................................................

Bagian II : Dinamika Pers dan Pemilu

31

37

47

Page 7: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

V

Boleh jadi, dalam diskursus pers danmedia hari-hari ini, tak ada topik yang begitubanyak menarik perhatian sebagaimanakonvergensi media dan independensi pers.Yang pertama terkait dengan menyatunyawujud dan kanal dalam media, dan yangkedua terkait dengan peliputan persmenjelang pemilu legislatif dan pemilupresiden tahun 2014.

Isu konvergensi media sudah sejakdekade lalu muncul seiring denganmaraknya media baru, khususnya mediaonline. Kemajuan teknologi ini menimbulkanimpak yang amat mendalam tidak saja padaperkembangan industri media, tetapi jugapraktik jurnalistik.

Dalam industri media, sudah seringkita mendengar berita tentang penutupanmedia cetak, terutama di Amerika Serikat,akibat terus menyusutnya pendapatan iklankarena sirkulasi merosot. Christian ScienceMonitor dan Newsweek adalah di antaracontohnya. Bahkan harian New York Timesyang amat berpengaruh juga disebut akanterbit hanya dalam versi digital dalam temposatu dua tahun mendatang.

Selain migrasi platform, munculnyamedia baru disertai pula denganmenguatnya arah industri media memilikisemua jenis media dalam grup. Misalnyasaja, yang semula hanya memiiki mediacetak, ingin punya media elektronik, dan

Pengantar

Pengantar Jurnal

yang sudah memiliki keduanya lalu inginmemiliki media digital.

Sementara dari praksis jurnalistik kitamenyaksikan perubahan arah dari sekadarmeliput untuk satu medium, ke arah multi-media. Adanya newsroom atau ruang redaksiterintegrasi, yang menyediakan sudut untukmasing-masing medium, lalu redaktur superyang membagi-bagi berita apa untuk mediummana terlebih dulu, juga menjadi sebuahtrend.

Memang trend itu sendiri lebih mudahdiwacanakan daripada diimplementasikan,mengingat faktanya hingga hari ini jugabelum banyak perusahaan media yangberhasil membangun integrated newsroomtadi disebabkan oleh pelbagai alasan.

Yang tidak kalah seru tentu juga isuyang terkait dengan bagaimana kerjawartawan seiring dengan lajunyaperkembangan konvergensi. Mungkinkahsatu wartawan melaksanakan tugas untukmultimedia ? Di sini pun ada sejumlah prob-lem. Tetapi di sisi lain – demi efisiensi –akan ada perusahaan media yang akanmeminta wartawannya untuk melaksanakanjurnalisme multimedia.

Sebenarnya yang tidak kalah menarikadalah juga di sisi masyarakat konsumenmedia. Tak bisa dipungkiri lagi, bahwamasyarakat Indonesia pun, sebagaimana dinegara-negara maju, telah bertransformasi

Page 8: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

VI

menjadi masyarakat multimedia. Aktivitasumum mereka adalah “pagi memasang TV(kalau tidak ditonton ya didengarkanberitanya), berangkat ke kantor denganmemasang radio mobil, lalu saat coffee timemembaca berita Internet. Saat makan siang,selain dari media elektronik, ia bisamenerima breaking news/headline newsmelalui perangkat mobile atau gadget -nya.Sore, menjelang pulang kantor, ia bisamembuka-buka majalah atau kembalimembuka situs online. Malam adalah saatuntuk menonton TV atau kembali ke onlinebagi kalangan muda.

Bisa ditambahkan di sini, bahwa dalammembicarakan perkembangan media secaraumum, kita juga tidak dapat menafikanperkembangan social-media, yang – baik twit-ter, maupun facebook, blog – semakin ikutmeramaikan “pemberitaan” di luar mainstreammedia.

Kini, selain “citizen journalist”, atauwarga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta ataublogger bisa menyampaikan beritanyalangsung ke audiens. Hal ini tentu membuatredaktur, pemimpin redaksi, ataupun main-stream media terkesan jadi redundant, atauseolah tak dibutuhkan lagi. Ini lah yangmembuat pengamat pers seperti Scott Gantmenulis buku dengan judul “We’re All Jour-nalists Now” (2007).

Independensi MediaMasuk akal jika “demam pemilu” sudah

mulai melanda sebagian warga masyarakat,

lebih-lebih mereka yang terlibat langsungdengan pesta demokrasi sekali setiap limatahun ini.

Kalangan pers pun termasuk yangsudah ikut sibuk dari sejak awal denganpersiapan hajatan nasional ini, sebenarnyabahkan sejak pemilihan anggota KPU,pendaftaran pemilih, dan – tentu saja – saatproses kampanye mulai berlangsung.

Kalangan pers juga sempat risau ketikaaktivitas jurnalistik coba dihambat ataudihalang-halangi. Dewan Pers berpendapatbahwa dalam keadaan normal “preventiveapproach”, yakni tindakan yangsemangatnya membatasi, atau bahkanmenghalangi, keleluasaan aktivitaspeliputan, tidak diperlukan.

“Preventive Approach” tidak selarasdengan prinsip kebebasan pers yangdituangkan dalam UU Pers No 40 tahun1999.

Di tengah wacana Pemilu yang mulaihiruk-pikuk sebenarnya yang banyak disorotoleh masyarakat adalah independensi me-dia, khususnya elektronik. Sorotanmasyarakat tersebut masuk akal,mengingat beberapa pemilik mediaelektronik tidak saja punya aspirasi politik,tapi malah sudah secara gamblangmencalonkan diri sebagai calon presidenatau calon wakil presiden.

Masyarakat mempertanyakan, apakahboleh pemilik TV yang mencalonkan dirisebagai capres atau cawapresmengiklankan diri secara masif melaluimedianya? Jika menghormati aturan bahwa

Page 9: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

VII

frekuensi adalah milik publik, dan bukanmilik individu, tentu iklan capres atau parpoltertentu di media elektronik yang dimiliki dantidak mengikuti prinsip keberimbanganmerupakan pelanggaran.

Masih muncul sederet pertanyaan lain.Misalnya saja, bagaimana dengan programtayangan yang dikemas “canggih”, sehinggaformatnya tidak serta-merta dikenali sebagaiiklan? Tim kreatif era politik memang kinipintar untuk mengemas kampanye sebagaiCSR atau talkshow, atau bahkan jajakpendapat.

Terhadap kekhawatiran yang muncul,sejumlah pimpinan pers saat berdiskusi diDewan Pers menyatakan, bahwa newsroomjuga beranggotakan individu idealis,sehingga anggapan newsroom mudahdiarahkan atau didikte oleh pemilikmerupakan hal yang menggampangkan.

Dewan Pers pada sisi lain jugamemandang masyarakat berhak mendapatinformasi seluas-luasnya tentang programparpol dan program capres atau caleg, dankarena itu informasi terkait dengan itu taksemuanya buruk.

Wacana IntelektualDua topik yang diangkat oleh Jurnal

Dewan Pers kali ini kami harapkan dapatmenambah bacaan atas topik dan wacanayang aktual hari-hari ini.

Jurnal ini tidak berpretensi sebagaijurnal ilmiah, namun sejauh mungkinpandangan yang dikemukakan di sini

Pengantar

menampilkan segi dan sisi obyektif tentangpermasalahan yang ada.

Kami berharap pandangan yangdisampaikan oleh para penulis di Jurnal inimampu merangsang pemikiran lebih jauh,baik tentang konvergensi media maupuntentang independensi media.

Selamat membaca.

Ninok LeksonoAnggota Dewan Pers

Page 10: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

1

Bagian IKonvergensi Media dan Konsekuensinya

Page 11: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

3

Bagir Manan

1. Pendahuluan

Perlawanan rakyat terhadapberbagai penguasa di TimurTengah (Tunisia, Mesir, Libya,

Yaman, Oman, Bahrain, dan lain-lain),tidak hanya menyangkut perubahankekuasaan dan perimbangan kekuatanpublik global. Perlawanan yang terjadi,ternyata mempengaruhi juga sisteminformasi dan komunikasi publik atasperistiwa tersebut.

Suatu saat, para penguasa dinegara-negara yang sedang bergolakmencoba membendung pemberitaanluas mengenai perlawanan yang sedangter jad i (d i lakukan secara terbukadengan demonstrasi oleh jutaan warga).Pembatasan berita dimaksudkan agart idak ter la lu banyak rakyat duniamengetahui pergolakan yang sedang

Persoalan - Persoalan PraktekJurnalisme Warga1

ter jad i . Sa lah sa tu sarana yangdipergunakan yaitu menghalangi bahkanmenutup (block ing ) s ia ran-s iaranmelalui TV internasional yang selamaini beroperasi di negara-negara mereka,seperti Al Jazeera. Tetapi, usaha me-nutup berbagai peristiwa tersebut ter-nyata kurang berhasil. Melalui jurnalis-me warga, seperti twitter, facebook,blog atau melalui internet dan lain-lain,masyarakat dunia tetap dapat mengikutisecara terang-benderang segala halyang sedang terjadi. Bahkan Al Jazeerasecara terus-menerus menyerukan(meminta) orang-orang yang berada ditempat-tempat pergolakan mengirimkanberita atau gambar (life atau non-life)melalui twitter, dan lain-lain. Suatu jasakomunikasi atau informasi yang luarbiasa. Jurnalisme warga secara nyatamenunjukkan manfaat kehadirannya.

1 Disampaikan pada Pelatihan Pers di Banda Aceh, 10 Maret 2011.

Persoalan - Persoalan Praktek Jurnalisme Warga

Page 12: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

4

Meskipun demikian, kehadiranju rna l i sme warga mas ih da lamperdebatan, ba ik secara normat i fmaupun non-normatif. Secara normatifberka i tan dengan asas-asas danka idah-ka idah (hukum dan e t ik )jurnalistik. Secara praktis, kehadiranjurnalisme warga membawa beberapadampak. Pertama, menjadi pesaing barubagi media-media tradisional, antaralain, menyangkut kecepatan menyam-paikan informasi. Kedua, jurnalismewarga berkembang dengan pesat,mungkin dari menit ke menit. Setiaporang dan setiap saat dapat menjadibagian jurna l isme warga. Ket iga,jurnalisme warga, secara ekstrim, dapatjuga menimbulkan anarkhi informasi,seper t i soa l akuras i , pemalsuanpenyampaian informasi, dan lain-lain.

2. Pengertian

Sebutan jurnalisme warga ataucitizen journalism—baik secara ilmiahmaupun praktek—masih mengandungbanyak diskursus. Benarkah jurnalismewarga adalah jurnalisme, atau apakahpraktek jurnalisme warga merupakankegiatan atau aktivitas jurnalistik?

Ada yang mengatakan, jurnalismewarga te rmasuk sa lah sa tu jen isjurnalisme. Kegiatan-kegiatan jurnalis-me warga adalah kegiatan jurnalistik.Sebagai konsekuensi, sudah seharus-nya (semestinya) jurnalisme warga tun-duk pada asas-asas dan kaidah-kaidah

(hukum dan etik) jurnalistik. Ada yangberpendapat, jurnalisme warga bukan(tidak termasuk) jurnalisme, karena itut idak tunduk pada asas-asas dankaidah jurnalistik.

Terlepas dari apakah jurnalistika tau bukan jurna l is t ik , kehadi ranjurnal isme warga merupakan satukenyataan yang t idak mungk indibendung. Jalan yang tepat adalahmenemukan kebijakan yang tepat agarjurnalisme warga memberi manfaatsebesar-besarnya. Bermanfaat baiksebaga i perwu judkan kebebasanberkomunikasi, maupun sebagai saranainformasi publik yang bermanfaat bagirakyat banyak . Jangan sampaijurnalisme warga mencederai asas-asas dan kaidah (hukum dan etik) yangakan a tau dapat men imbu lkankekacauan informasi, menimbulkankegaduhan di berbagai segi kehidupanindividu dan sosial, politik, ekonomi danlain-lain. Sebagai negara berdaulat, RI

“Kehadiran jurnalisme wargamembawa beberapa

dampak. Pertama, menjadipesaing baru bagi media-media tradisional, antara

lain, menyangkut kecepatanmenyampaikan informasi.”

Page 13: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

5

berhak menetapkan kebijakan agarkehadiran jurnalisme warga memberisebesar-besarnya manfaat bagi orangbanyak (informasi yang benar, jauh darikemungkinan menimbulkan bahaya,ancaman terhadap ketenteraman dankekacauan, serta menghormati sistemnilai dan keyakinan yang hidup dalammasyarakat).

Kebijakan-kebijakan yang tepat,tidak hanya harus ditetapkan melaluiregulasi negara atau pemerintah. Tidakkalah penting, kebijakan yang lahir daripelaku jurnalisme warga sendiri.

Walaupun hingga saat ini masihdiperdebatkan, hubungan antara jur-nalisme warga dengan pengertian jur-nalisme atau kegiatan jurnalistik, samasekali t idak mengurangi kewajibanhukum dan et ik yang semest inyaberlaku pada pelaku jurnalisme warga.Para pelaku jurnalisme warga harus tun-duk pada pembatasan umum kemerde-kaan menyatakan pendapat dan pikiran.Pelaku jurnalisme warga tidak bolehmisalnya menulis atau memuat per-nyataan atau informasi yang akanmenimbulkan kontroversi, merendahkanmartabat, apalagi menimbulkan ke-tidaktertiban umum.

Jurnalisme warga adalah pranatayang dalam kenyataan menjalankanfungs i - fungs i ju rna l i s t i k , seper t imenyampaikan informasi, melakukankritik sosial, dan lain-lain. Karena itu,sudah semest inya memperhat ikanketentuan-ketentuan hukum dan etik

yang laz im ber laku d i l ingkunganjurnalistik. Pentingnya memperhatikanasas dan kaidah etik adalah untukmewujudkan tanggung jawab sosialju rna l isme warga. Demik ian pu lakewajiban taat pada hukum. Kewajibantaat kepada hukum merupakan tuntutanperadaban ( law ab id ing soc ie ty ) .Terlepas dari, apakah jurnalisme wargabagian dari jurnalisme atau di luarju rna l i sme, sama seka l i t idakmengurang i kewaj iban untukmenjunjung tinggi asas dan kaidahhukum.

3. Perkembangan jurnalisme warga

Telah d ica ta t , perkembanganjurna l i sme warga t idak mungk indibendung karena beberapa hal.

Pertama, perkembangan teknologiinformasi yang memungkinkan setiaporang menyampaikan informasi kepadapublik dan berkomunikasi dengan publiksecara langsung dan perorangan.Kedua, keterbukaan informasi dankomunikasi yang cepat. Kita acap kalimendengar ungkapan “alangkah kecilatau sempitnya dunia ini”. Ungkapan inibukan saja bermakna acap kali salingbertemu atau saling berkomunikasi.Ungkapan tersebut dapat juga diberimakna, betapa manusia makin salingmembutuhkan satu sama lain untukberbagi informasi, berbagi pengetahuan,berbagi duka, berbagi pertolongan dan

Persoalan - Persoalan Praktek Jurnalisme Warga

Page 14: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

6

lain-lain (seperti berita tsunami, gunungmeletus, dan lain-lain). Kecepataninformasi merupakan cara menum-buhkan solidaritas dan lain-lain. Tidakkalah penting, informasi yang cepatsangat diperlukan ketika menghadapisuatu perubahan besar (seper t ipenggantian pemerintahan dengan tiba-tiba). Ketiga, ruang yang lebih lapang.Sega la ha l dapat d imuat da lamjurnalisme warga, seperti membuatpantun dengan menggunakan lidahsuatu suku (ikan menjadi ikang, danlain-lain). Ruang isi yang lebih longgarsekaligus mewujudkan kebebasan yanglebih longgar. Hakikat komunikasi publikyang demokratis adalah kebebasanmenyampaikan informasi.

4. Persoalan-persoalan praktekjurnalisme warga

Per tama, persoa lan normat i f(hukum dan etik).

Ada berbagai persoalan normatifju rna l isme warga—antara la in—persoalan rezim hukum yang berlaku.Apab i la ju rna l isme warga t idaktermasuk pers, atau jurnalisme, makareg im hukum dan e t ik pers t idakberlaku. Ada untung dan ada pulakerugian. Keuntungan jurnalisme wargatidak masuk pers yaitu secara normatift idak terikat pada asas dan kaidahhukum dan e t ik yang mengaturkewajiban dan tanggung jawab pers.Tidak ada kewajiban untuk memenuhi

misa lnya kewaj iban konf i rmas i ,kewajiban cover both sides, kewajibanmemuat hak jawab, kewajiban memintamaaf dan la in - la in . Kerug iannya,kegiatan-kegiatan jurnalisme wargat idak mendapat per l indungan dar ihukum dan etik pers. Bagi merekaberlaku kaidah-kaidah hukum umum.Mereka t idak dapat mengelak dariketentuan sepert i perbuatan t idakmenyenangkan, perbuatan pencemarannama baik, perbuatan fitnah dan lain-la in . Sedangkan ka lau te rmasuksebaga i pers a tau ju rna l i sme,jurnalisme warga berhak mendapatper l indungan sepanjang keg ia tantersebut dilakukan sebagai pelaksanaantugas ju rna l i s t i k , a tau penya j iand idasarkan pada fak ta dan t idakmelanggar kaidah hukum dan etik pers.Hal-hal tersebut dapat dijadikan alasan-alasan menghapus s i fa t perbutanbertentangan atau melawan hukum(wederrechtelijh, onrechtmatig). Tidakdemikian, kalau jurnal isme wargaberada di luar jurnalisme. Meskipunberita didasarkan fakta atau dibuatdengan etikat baik, memenuhi syarat-syarat kegiatan jurnalistik, tidak dapatd ipergunakan sebaga i a lasanmenghapus atau alasan pemaaf sifatperbuatan bertentangan atau melawanhukum. Paling-paling, faktor-faktortersebut dapat dipertimbangkan sebagaihal-hal yang meringankan.

Kedua, pengawasan a taupengendalian.

Page 15: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

7

Telah dikemukakan, jurnalismewarga dilakukan oleh setiap orang yangt idak d iba tas i o leh persyara tan-persyara tan te r ten tu . Ha l yangsebenarnya serupa dengan wartawan.Tidak ada persyaratan tertentu menjadiwartawan. Meskipun tidak ada syarat-syarat tertentu untuk menjadi seorangwartawan, tetapi mereka diawasi dandikendal ikan o leh lembaga mediatempat mereka bernaung, organisasiwartawan, hukum pers dan kode etikju rna l i s t i k . Berbaga i ins t rumenpengawasan dan pengedalian tersebutpraktis tidak dapat diterapkan padajurnalisme warga.

Ketiga, jurnalisme warga dapatd i lakukan tanpa ident i tas. Pelakujurna l isme warga dengan mudahmenggunakan identitas orang lain tanpadapat d ike tahu i a tau sekurang-kurangnya sangat tidak mudah dilacak.

Keempat, jurnalisme warga mudahdisa lahgunakan. Kemudahan danketer jangkauan memi l i k i danmengoperasikan teknologi informasi disatu pihak, dan ketiadaan pembatasandi pihak lain, jurnalisme warga lebihberpeluang disalahgunakan. Jurnalismewarga lebih berpeluang digunakan untukmenimbulkan kegaduhan sosial, politik,ekonomi dan lain, baik sebagai suatukeisengan maupun suatu kesengajaan.

Kel ima, kecepatan in fo rmas imela lu i ju rna l isme warga sangatbermanfaat, terutama di saat-saatmenghadap i kegent ingan seper t i

bencana. Di pihak lain, kecepatanjurnalisme warga dapat berpengaruhpada asas kehati-hatian, keakuratandan lain-lain syarat informasi yaitufaktual, benar, dan tepat. Bahkan adakemungkinan informasi menyesatkan(misinformation), karena t idak adakesempatan melakukan konfirmasi ataucheck and recheck.

Keenam, jurnalisme warga dapatmengganggu kemerdekaan pers. Dalaml ingkungan jurna l isme te lah lamaditerima, kemerdekaan pers bukantanpa batas . Keg ia tan ju rna l is t i kdibatasi kewajiban-kewajiban, sepertimenghormati privasi, menjaga harmonisosial, menjaga nilai-nilai moral dansosial yang hidup dalam masyarakat,menjaga agar fungsi kenegaraan tetapberjalan secara teratur (misalnya, fungsiperadilan), kewajiban atas ketertibanumum dan la in- la in. Pembatasan-pembatasan di atas sangat longgar dikalangan jurnalisme warga. Ketaatanterhadap kewajiban-kewajiban tersebutsangat ditentukan oleh kesadaran danpengetahuan pr ibad i . Ak t iv i tasjurnalisme warga yang dilakukan tanpamemperhatikan batas-batas di atasdapat mengundang reaks i sos ia lmaupun dari pemegang kekuasaan.Reaks i - reaks i te rsebut—adakemungkinan—tidak hanya terhadapjurnal isme warga, tetapi terhadapseluruh media dan kegiatan jurnalistik.Apabila reaksi terjadi dalam bentukpembatasan atau pengendalian yang

Persoalan - Persoalan Praktek Jurnalisme Warga

Page 16: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

8

lebih ketat terhadap seluruh kegiatanjurnalistik, dapat menyentuh prinsip-prinsip kemerdekaan pers.

5. Penutup

Telah dikemukakan, tidak mungkinmembendung perkembangan jurnalismewarga. Walaupun ada persoalan—antara lain—yang disebut pada rubrikno. 4, kehadiran jurnal isme wargasangat bermanfaat. Selain soal-soalkecepatan, dapat dicatat manfaat lain,antara lain:(1) Jurnalisme warga lebih membuka

peluang terhadap akses informasidengan penyebaran yang lebih luas.

(2) Jurnalisme warga memperluas pe-luang transparansi.

(3) Jurnalisme warga memperluas ben-tuk partisipasi langsung rakyat da-lam pengelolaan informasi dan ko-munikasi, sesuatu yang sangat pen-ting dalam pendewasaan demokrasi.

(4) Jurnalisme warga memperluas ruangdia log antar pelaku jurnal ismewarga, bahkan masyarakat padaumumnya.

(5) Jurnalisme warga dapat lebih murahdibandingkan dengan informasimelalui media lainnya.

(6) Kegiatan jurnalisme warga tidakmembutuhkan fo rmal i tas a taupresedur te r ten tu (ak t i v i tasju rna l i sme warga dapatdilaksanakan waktu rapat, waktumakan, di atas kendaraan). Tetapi,pe luang tanpa batas in i dapatberpengaruh pada hubungan sosialdi sekitarnya. Masing-masing sibuk,sehingga kurang memperhatikanorang-orang di sekitar atau tidak lagimengikuti pembicaraan dengan baik.Acap ka l i ha l i tu t idak dapatdihindari. Ada kemungkinan suatuin fo rmas i harus d isampaikanseketika yang diterima dalam rapatatau suatu pertemuan.

Apa yang dapat dilakukan agar disatu pihak jurnalisme warga memberimanfaat sebesar-besarnya, dan di pihakla in dapat mengurang i berbaga imasalah-masalah yang dikemukakan diatas.

Suatu kebijakan yang tepat adalahkanalisasi bukan membendung, dansosialisasi secara terus menerus untukmeningkatkan tanggung jawab sosialpelaku jurnalisme warga. Dewan Persdan organ isas i war tawan dapatmengembangkan is i dan metodesosialisasi jurnalisme warga.

Bagir Manan, Ketua Dewan Pers

***

Page 17: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

9

Berselancar di Atas Gelombang Perubahan:Model Bisnis Baru Media Cetak

Berselancar di Atas Gelombang Perubahan

Amir Effendi Siregar

Dalam berbagai seminar SerikatPerusahaan Pers (SPS) ,penerb i t daerah ser ing

mengeluhkan harga jual suratkabarseribuan rupiah yang dilakukan olehpenerbit nasional. Harga jual yangrendah i tu d ianggap mengganggupertumbuhan pers daerah. Pada saatyang sama kita juga melihat bahwaharga jual eceran suratkabar nasionalpereksemplar di Jakarta sudah jauhlebih rendah dari harga ongkos cetakdan kertas. Bahkan terdapat suratkabaryang diedarkan secara gratis.

Untuk majalah, harga jual memangmasih tinggi. Namun persaingan sangatketat, bukan lagi bagaimana menjualmaja lah kepada pembaca, te tap ibagaimana memperoleh pembaca yangtepat dan luas. Ini diperlukan agar iklandapat diperoleh dan ditingkatkan. Itulahsebabnya disamping majalah dijualkepada pembaca, banyak juga yangdibagikan secara gratis. Kemudian

terdapat juga jen is maja lah yangsengaja diedarkan secara gratis.

Semua ini memperlihatkan bahwapendapatan yang berasal dari sirkulasisaat ini sangat kecil sementara iklandiperebutkan oleh banyak penerbitan.Disamping itu teknologi komunikasi,khususnya internet berkembang sangatpesat . Untuk te tap h idup danberkembang, saat ini diperlukan modelbisnis baru media cetak, yang tidakhanya menganda lkan revenuekonvensional seperti sirkulasi yangsemakin mengeci l dan ik lan yangd iperebutkan banyak penerb i t .Diperlukan program pendapatan baruyang mel iba tkan pembaca dankomunitas yang bernilai ideal sekaliguskomersial. Bersamaan dengan itu harusmemanfaatkan teknologi komunikasiseper t i in ternet dan beker jasamadengan media lainnya seperti radio dantelevisi dan media sosial. Media cetaktak lagi bisa berdiri sendiri.

Page 18: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

10

Peta Media Cetak dan Elektronik

Secara umum dapat k i ta l ihatbahwa media relatif masih bersifat elit,isinya seragam dan kepemilikannyaterkonsentrasi. Saat ini media yangpaling elit di Indonesia adalah mediacetak. Jumlahnya sebesar 1.324 yangterd i r i 630 suratkabar har ian danmingguan, 694 tabloid dan majalah.Total sirkulasinya sekitar 23,3 jutadengan 9, 4 juta eksamplar suratkabarharian untuk 240 juta penduduk (SerikatPerusahaan Pers 2012-2013). Jumlahini masih sangat kecil bila mengikutistandar minimal Unesco yang 1:10antara suratkabar dan penduduk.Apalagi bila ingin dibandingkan dengannegara maju, seperti Amerika, Jepang,Jerman yang jumlah sirkulasinyasebanding dengan jumlah penduduk.

Tiap suratkabar atau majalah diIndonesia sirkulasinya berkisar antararibuan dan puluhan ribu hanya beberapasaja yang ratusan ribu, sementara dinegara maju banyak sekali yang ratusanribu bahkan jutaan. Media cetak diIndonesia terutama beredar di kota-kotabesar dan daerah urban. Jumlah yangkecil ini memang sangat berhubungansecara s ign i f ikan dengan potens ipembaca yang bila dilihat dari jumlahpenduduk yang berpendidikan dansudah berkerja SMA ke atas jumlahnyahanya sekitar 36 juta dari 110,8 jutapenduduk yang bekerja (BPS 2012).Untuk memper luas jangkauan in i

sebag ian med ia ce tak sudahmempergunakan internet. Meskipunpenggunaan internet tumbuh sangatpesat, penetrasi internet di Indonesiabaru sekitar 24,23% persen, itu berartisekitar 63 juta penduduk (APJII 2012 ).Sementera di negara maju penetrasiin ternetnya sek i ta r 70% ke a tas .Sebagai gambaran ber ikut adalahpenetrasi internet di beberapa negara:Singapura 77,2 % (3,6 juta orang),Jerman 82,7 % (67,7 juta orang), Taiwan70,0 % (16,1 juta orang), Malaysia 61,7% (17,7 juta orang), China 38,4 % (513juta orang ), Phillipine 33,0 % (33,6 jutaorang), Thailand 27,4 % (18,3 jutaorang), Indonesia 22,4 % (55 juta orang)(Sumber Internet World Stats, 31 Dec2011 and updated March 2012)

Meskipun televisi dianggap dapatmenjangkau lebih banyak penduduk,Nielsen mengatakan bahwa penetrasitelevisi di Indonesia berkisar sekitar 94% penduduk. Namun angka ini bisamiss leading karena ternyata angka inidiperoleh dari penetrasi televisi untukbeberapa kota besar yaitu Jakarta,Bandung, Semarang, Surabaya, Medan,Makassar, Yogyakar ta, Denpasar,Palembang (Media Scene 2012/2013).

Angka di atas 90 % ini dikutip olehbanyak pihak sebagai penetrasi televisidi Indonesia. Namun secara faktualte levis i d i Indonesia baru mampumenjangkau sekitar 81 % penduduk,sementara penduduk yang mempunyaiakses terhadap lembaga penyiaran

Page 19: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

11

Berselancar di Atas Gelombang Perubahan

swasta adalah sebesar 67 %, itu berartiseki tar 130 juta penduduk (MediaScene 2012/2013). Posisi TVRI yangdiharapkan dapat menjangkau lebihbanyak penduduk dan diharapkan dapatmenjadi alternatif sebagai penyeimbanglembaga penyiaran swasta hingga kinibelum mendapat perhatian yang layak.

Sementara itu, bila kita lihat isistasiun televisi swasta, lebih banyakdiorientasikan untuk penduduk urban,bersifat sangat seragam dan elit is.Betapa tidak, mayoritas stasiun televisiswasta yang sekitar 200 dari 300stasiun televisi dikuasai oleh 10 stasiuntelevisi Jakarta/Nasional mendasarkandirinya pada rating yang dibuat olehNielsen yang melakukan penelitianhanya di 10 kota besar yaitu Jakarta,Bandung, Semarang, Surabaya,Yogyakar ta , Medan, Makassar,Palembang, Banjarmasin, Denpasardengan leb ih dar i 50 % popu las isampelnya berada di Jakarta. Untuk ituperlu dicari jalan keluar, antara lain,seperti yang diusulkan oleh sebuahseminar yang diselenggarakan olehKomisi Penyiaran Indonesia dan “stakeholder” penyiaran pada akhir Juni 2013yang mengusulkan agar di lahirkanlembaga rating alternatif yang dibantudan dibiayai negara. Tentu saja bisalewat kementerian di bidang pendidikandan kebudayaan ataupun lewat KomisiPengawas Persaingan Usaha (KPPU)ataupun lewat lembaga lain yang tepat,

Kemudian, sistem siaran berjaringanharus dilakukan agar muncul berbagaimacam lembaga rating tingkat lokalmaupun regional.

Radio adalah media yang jangkau-annya relatif paling luas di Indonesia.Ini adalah media yang paling demokratisdalam hal keanekaragaman isi dankepemilikan. Terdapat sekitar 1178stas iun rad io dengan 775 rad iokomersial anggota Persatuan RadioSiaran Swasta Nasional Indonesia(PRSSNI). Sisanya adalah radio publikloka l , rad io komuni tas dan rad iokomersial non-PRSSNI (Media Scene2011). Kemudian terdapat sekitar 77stasiun RRI.

Model Binis Baru

Svida A l is jahbana da lampertemuan CEO Media di ManadoFebruari lalu menyajikan secara sangatmenarik model baru bisnis media cetakkelompok FEMINA. Presentasinya yangber judu l Brand Re levancememperlihatkan secara jelas kekuatankomunitas (the Power of Community)da lam memper tahankan danmengembangkan b isn is maja lahFEMINA. Bayangkan FEMINAmembangun komunitas yang disebutdengan Women Entrepreneur, CareerWoman, Food Lovers, Beauty, FinanceManager, Smart Shopper, FashionLover, Traveller. FEMINA yang pada

Page 20: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

12

dasarnya merupakan sebuah mediacetak, dalam seluruh kegiatannya itujuga bekerjasama dan mempergunakanmedia sosial, web, buku, radio, televisi.Masing-masing komunitas mempunyaibanyak kegiatan antara lain womenent repreneursh ip compet i t ion ,workshop , seminar, femina award,fahsionista, beauty freak dan lainnya.Namun yang paling penting dibangundan dijaga kualitasnya adalah isi mediayang bagus dan terpercaya. Contentmenjadi t i t ik sentral dan awal darisemua kegiatan itu. Selanjutnya dalamkonsep ini Pemimpin Redaksi-nya jugadisebut sebagai Chief CommunityOfficer.

Bambang Harymurti, CEO MajalahTempo pada kesempatan yang sama diManado member ikan penekanankhusus pada model bisnis hibrida.D ig i ta l t idak d ianggap sebaga iancaman. Versi cetak dan digital harusber ja lan secara bersama-sama.Meskipun saat ini penghasilan dari versidigital dalam kasus Indonesia masihsangat kecil, namun masa depannyasangat menjanj ikan. Model b isnishibr ida in i sudah terbukt i manjur.Bambang mengambil The New YorkTimes sebagai contoh. Sirkulasi digitalberbayar sebanyak 807 ribu sementarasirkulasi versi cetak 780 ribu.

Demikian juga yang terjadi denganMajalah Swa dan Warta Ekonomi,kegiatan di luar cetak (off-print) dalambentuk seminar, workshop, penelitian,

pemberian penghargaan dan lainnyamerupakan revenue baru yang tinggi.Kompos is i pendapatan ( revenue )menjadi berubah. Sirkulasi yang tadinyacukup besar saat ini hanya sekitar 10-15%, sementara dari iklan menjadisekitar 35-45% dan dari aktivitas off-print (events)sekitar 35-45 %. Meskipunsebenarnya se lu ruh ak t iv i tas i tuterintegrasi.

Dengan demikian tantangan buatpenerbit media cetak saat ini adalahbagaimana mengidentifikasi pembacadan komunitasnya. Memahami secaramendalam pembaca dan komunitasnya.Kemudian membuat ke lompok-kelompok komunitas sesuai denganpekerjaannya, profesinya dan bisa jugalokas i ser ta tempat pembaca i tutinggal. Untuk melakukan hal semacamini tentu saja dibutuhkan tenaga ahliyang mumpuni untuk membantu. Bisayang berasal dari perguruan tinggi danjuga mereka yang sudah lama bergerakdi dunia media. Selanjutnya adalahmerumuskan kegiatan yang dapatd i lakukan o leh mas ing-mas ingkomunitas. Kegiatan tersebut bisabersifat ideal maupun komersial.

Sura tkabar daerah seper t iKedau la tan Rakyat , a tau Pik i ranRakyat , atau Suara Merdeka, yangsudah mempunyai sejarah panjang didaerahnya, tentu saja sangat berakardi daerah dan komunitasnya. Parapimpinan dan pengurus suratkabaritulah sebenarnya yang paling tahu dan

Page 21: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

13

Berselancar di Atas Gelombang Perubahan

***

memahami daerahnya. Dibantu dengantenaga ahli yang berasal dari daerah itudan ahli media lainnya, tidaklah terlalusukar meng ident i f i kas i danmerumuskan komunitas dan kegiatanyang harus dilakukannya. Bisa sajaterdapat komunitas pengusaha besar,pengusaha menengah dan kec i l .Komunitas olahraga tertentu, komunitasmahasiswa dan lainnya. Aktivitas yangdirumuskan dan dilakukan tidak hanyabersifat komersial tapi juga ideal dansos ia l . Bersamaan dengan i tu ,kerjasama dengan radio lokal maupuntelevisi lokal, termasuk memiliki situsyang baik di jaringan dunia maya, perludilakukan untuk menyebarkan informasidan hal penting lainnya buat masyarakatpembacanya. Dengan demik ian ,suratkabar ataupun media cetak hidupbersama komunitas dan pembacanyasetiap saat. Jangan dilupakan, isi mediaadalah yang terpenting. Kegiatan-kegiatan pembaca dan komunitas bisamendapat tempat dalam media dengantentu saja memperhitungkan nilai berita.Kua l i tas is i harus d i jaga danditingkatkan secara terus menerus.

Inilah yang disebut sebagai modelbaru bisnis media cetak. Media cetaktidak bisa lagi berdiri sendiri. Harusmemanfaatkan teknologi dan kawindengan versi onlinenya. Membangun,mengorganis i r dan memanfaatkanpembaca/komunitasnya. Melakukan

kegiatan yang bermanfaat bagi komu-nitas dan penerbitannya, baik secaraideal maupun komersial. Menggunakandan bekerjasama dengan media lainnya,termasuk radio dan televisi dan mediasosial. Semuanya terintegrasi secarabaik. Namun, titik sentral dan pentingdari semua aktivitas itu adalah membuatisi atau content sebaik-baiknya, karenadari isi yang prima dan kredibitel itulahdibangun kepercayaan terhadap media(brand image) dan penjabaran aktivitaslainnya. Isi media yang baik memangseharusnya menampilkan wajah, akti-vitas dan kepentingan pembaca/komu-nitas bukan wajah dan aktivitas pemilik.

“Media cetak tidak bisa lagiberdiri sendiri. Harus

memanfaatkan teknologi dankawin dengan versi onlinenya.Membangun, mengorganisir

dan memanfaatkan pembaca/komunitasnya. Melakukan

kegiatan yang bermanfaat bagikomunitas dan penerbitannya,

baik secara ideal maupunkomersial.”

Page 22: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

14

Amir Effendi Siregar adalah Ketua Dewan Pimpinan Serikat Perusahaan Pers(SPS) Pusat. Anggota Dewan Pers (2003-2006). Isi artikel ini sebagian besar telahdimuat suratkabar Kompas tanggal 1 Juni 2013.

Referensi:Alisjahbana, Svida (2013) , Brand Relevance, Makalah disampaikan pada

pertemuan CEO Serikat Perusahaan Pers (SPS), 8 Februari 2013 diManado.

Harymurti, Bambang (2013), Discovering Innovative Business Model for the Futureof Print Media Industry, Makalah disampaikan pada pertemuan CEO SerikatPerusahaan Pers (SPS), 8 Februari 2013 di Manado.

Media Scene ( 2011), Radio In Indonesia, Media Scene, ITKP, Jakarta

Media Scene ( 2013), Media Penetration, Mediatama Advertising, Jakarta.

Media Scene (2013), Television in Indonesia, Population Statistics of TV CoverageArea, Mediatama Advertising, Jakarta

Page 23: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

15

Kode Etik Jurnalistik dalam Konvergensi Multimedia Massa

Steven Paul “Steve” Jobs (1955-2011) mengemukakan pen-dapatnya diatas kepada pers

usa i me luncurkan p i ran t i te le -komunikasi selular dan hiburan feno-menal, iPhone, pada 29 Juni 2007.iPhone hadir pasca-evolusi perangkatmusik digital iPod yang pertama kali di-luncurkan pada 21 Oktober 2001.

Penemu sejumlah piranti kerasdan lunak teknologi informasi secaramandiri maupun di bawah merek dagangApp le Inc . dan The Wal t D isneyCompany (setelah membeli Pixar milikJobs) itu menempatkan duet produkiPod dan iPhone sebagai contoh evolusikonvergensi.

Da lam berkarya menc ip takanpiranti teknologi, Steve Jobs t idak

Kode Etik Jurnalistik dalam KonvergensiMultimedia Massa

Priyambodo RH

pernah melupakan pent ingnyakesahihan informasi atau hak atas karyaintelektual (HAKI atau intel lectualproperty rights/IPR).

Layaknya kekhawatiran ThomasAlva Edison (1847-1931), yang tercatatmemiliki 1.093 hak paten, termasukpenemuan lampu listrik dan bateraialkaline, Steve Jobs yang mendapatpengakuan 230-an hak paten (belumtermasuk beberapa temuan belumterca ta t pa ten men je lang akh i rhayatnya) sangat khawatir pengakuanHAKI akan terlupakan manakala temuanteknologi menjadi produk massal.

Guna lebih menjamin informasimultimedia melalui perangkat ciptaan-nya sahih, maka salah satu gagasanSteve Jobs adalah membuka pasar

“Dalam konvergensi media hal terpenting adalah bagaimanadalam satu perangkat praktis kita dapat mendapatkan informasiapapun, terutama yang menghibur, dan tantangannya menyangkutbagaimana semua informasi itu sahih.”

Page 24: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

16

maya yang menjual aplikasi berbasissistem operasi berkode Apple (iOS).Application Store (App Store) kemudianmenjadi kecenderungan baru yangd i iku t i p roduk bers is tem operas ilainnya, seperti Google Play (awalnyabernama Android Market) untuk Android,dan Samsung App Store untuk aplikasipengembangan dari Samsung.

Asosiasi serikat perusahaan danpenerbitan pers dunia (World AssociationNewspapers/WAN IFRA) juga mencatatkekhawatiran yang sama terhadapinformasi yang sahih dalam penerapankonvergensi multimedia massa. Hal iniberkaitan dengan penyebaran isi pesan(content) yang kian beragam, namunmakna (context)-nya kurang jelas.Penyebaran informasi semacam ini ber-potensi melanggar kode etik jurnalistik(KEJ), terutama kasus plagiat.

WAN IFRA, yang berkantor pusatd i Damstad (Jerman) dan Par is(Prancis), dalam serangkaian surveinyamenemukan kenyataan bahwa temuanteknologi informasi semakin mewujud-kan konvergensi multimedia massadengan berbagai dampaknya, termasukkemungkinan plagiarisme informasi.

Sejumlah televisi di Indonesia jugamelanggar KEJ menyangkut plagiaris-me, misalnya membuat program yangseluruh tayangannya diberi catatan kaki“Courtesy: YouTube”. Padahal, penge-lola tayangan televisi tersebut harusmencantumkan secara lengkap siapa

atau pihak mana yang mengunggah(upload) materi audio visual ke lamanwww.youtube.com sebagai bentukpenghargaan HAKI, sekalipun belumtentu ada jaminan tayangan di YouTubeadalah karya asli dari pengunggahnya.

Beranjak dari telaah Henry JenkinsIII dalam buku Convergence Cultureterbitan NYU Press pada 2007, WANIFRA mencatat bahwa pula dalamperusahaan dan penerbitan pers yangmenerapkan konvergensi multimediamenemui kenyataan yang sangatmenarik dan kompleks. Kekuasaanin formasi t idak semata-mata dar ipengelola multimedia massa, namunpublik selaku pengakses informasi jugadapat ikut menentukan ke mana alurinformasi diarahkan dan wartawandikerahkan peliputannya.

Kata kunc i “pub l ik se lakupengakses informasi juga dapat ikutmenentukan ke mana alur informasi”jauh-jauh hari telah menjadi telaahDjamaluddin Gelar Datuk Maradjo Sutan(1904-1967) yang lebih dikenal dengannama Adinegoro.

Dalam buku Falsafah Ratu Duniaterbitan Balai Pustaka Jakarta pada1949, Adinegoro banyak menekankanpentingnya pers senantiasa denganpubl iknya. “Yang terpent ing untukbentukan anggapan umum ia lahper ta l ian rohan i an tara pers danmasyarakat,” catatnya di halaman 31buku itu.

Page 25: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

17

Kode Etik Jurnalistik dalam Konvergensi Multimedia Massa

Jauh sebelum Internet ditemukan,konsep Web 2.0 dimanfaatkan, danmedia jejaring sosial berseliweran,Adinegoro sudah menekankan penting-nya hubungan pers dan publiknya dalammembentuk anggapan umum (opinipublik/public opinion).

Bahkan, jauh sebelum adanyaorganisasi massa menyerbu kantorperusahaan pers lantaran jengkel ataspemberitaannya, Adinegoro pun sudahmenorehkan catatan dalam FalsafahRatu Dunia: “Pers dilahirkan dan dibe-sarkan oleh masyarakat, dibesarkan, te-tap i juga b isa d i rubuhkan o lehmasyarakat.”

Ia juga mengibaratkan hubunganpers dan masyarakat, serta pemerintah.“Bulan diibaratkan seperti pers dan bumisebagai masyarakat, sedang pemerin-tah ada lah ibara t matahar i yangmempengaruhi sepenuhnya pers danmasyarakat itu.”

Dengan kata lain, Adinegoro jauh-jauh hari sudah mengingatkan bahwapemerintah yang gagal mempengaruhikehidupan pers dan masyarakat, maka

gagal pula fungsi kepemerintahannya.Dalam posisi inilah, wartawan dituntutlebih mengetahui kewajibannya.

“Wartawan harus mengetahuibahwa kebaikan bagi satu golongan ataupar ta i a tau perkumpulan da lammasyarakat. Di sini terletak salah satukewajiban bagi wartawan, pandai me-ngenali perbedaan antara kepentinganseseorang, dan kepentingan umum,”demikian Adinegoro.

Adapun Jenk ins mene laahkonvergensi multimedia massa men-ciptakan kebudayaan baru lantaran arusisi pesan pemberitaan berhamburandatang dengan berbagai platform pirantilunak di beragam piranti kerasnya.

“Konvergensi adalah kata untukmenggambarkan perubahan teknologi,industri, budaya dan sosial yang datangbersama-sama dar i indust r i yangsebelumnya terp isah (komputas i ,dicetak, film, audio, dan sejenisnya)yang semakin menggunakan teknologiyang sama atau terkait dan pekerjaterampil,” catat Jenkins.

Dalam praktiknya perusahaan danpenerbitan pers yang menerapkankonvergensi multimedia harus melibat-kan wartawan multitasking (melakukanberbagai jenis pekerjaan), multiplatform(berperan serta di berbagai unit kerja),dan multichannel (distribusi produkmelalui berbagai saluran). Hal in iberlangsung pula di Indonesia pasca-reformasi 1998.

“Publik selaku pengaksesinformasi juga dapat ikut

menentukan ke mana alurinformasi.”

Page 26: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

18

Perusahaan dan penerbitan persyang menerapkan konvergens imul t imedia pada gi l i rannya harusmenerapkan pola yang dalam industridisebut komunikasi komitmen kerjasama kompensasi. Hal ini berkaitandengan k iner ja war tawannyamemerlukan kompetensi multitasking,yakni harus berpikir cepat, mengajukanpertanyaan secara cepat, meringkaspermasalahan liputan menjadi informasilayak siar sekaligus layak jual jugasecara cepat.

Selain itu, wartawan harus mampumengantisipasi perkembangan berita-nya secara cepat pula. Seiring denganunsur kecepatan, wartawan mult i-tasking dituntut harus mampu menyaji-kan berita secara akurat dan lengkap,walau disajikan menggunakan pola

berkejaran (running news) layaknyakinerja di kantor berita.

Manajemen pemberitaan multi-media massa tentu saja diharapkanpub l iknya untuk t idak sekadarmenyajikan berita secara cepat, namunharus pula akurat dan lengkap padasaat bersamaan. Manajemen pem-beritaan harus menyajikan informasiyang sahih, yakni menyajikan fakta,wawancara dan data jurnalistik.

Beranjak dari pemahaman menge-nai opini di balik fakta, wawancara atauketerangan narasumber, dan data,maka wartawan mult imedia massadengan menyusun minimal sejumlahper tanyaan semacam in i da lampemberitaan yang didasari Fakta Wawancara Nara Sumber Datasebagai berikut:

Page 27: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

19

Kode Etik Jurnalistik dalam Konvergensi Multimedia Massa

Fakta jurnal ist ik seringkal i di-maknai sebagai “fakta dari keterangannara sumber” yang diwawancara warta-wan. Namun, wartawan dan manajemenpemberitaan harus memeriksa kembalikebenaran fakta yang dikemukakannara sumbernya. Khalayak juga meng-inginkan fakta yang disajikan pers harussahih, sehingga laporan wartawan darilokasi kejadian senantiasa mendapatperhatian.

Wartawan juga harus jeli memilihnara sumber pemberitaannya, yaknimenekankan k red ib i l i tas dankapabilitas, serta memiliki rekam jejakyang jelas secara keilmuan/akademismaupun per i lakunya d i tengahmasyarakat.

Selain itu, wartawan dan perusa-haan pers berkewajiban melayani tang-gapan publik atas pemberitaan yangdisajikan. Publik dapat menguji kesa-hihan berita dengan memanfaatkankejelasan Fakta Wawancara NaraSumber Data.

Pasal 1 ayat 11 UU Nomor 40Tahun 1999 tentang Pers mencatat:“Hak Jawab adalah hak seseorang atausekelompok orang untuk memberikantanggapan atau sanggahan terhadappember i taan berupa fak ta yangmerugikan nama baiknya.”

Adapun Ayat 12 dalam pasal yangsama mencatat: “Hak Koreksi adalahhak setiap orang untuk mengoreksi ataumembetulkan kekel i ruan informasi

yang diberitakan oleh pers, baik ten-tang dirinya maupun tentang orang lain.”

Sedangkan Ayat 13 dalam pasalyang sama mencatat : “Kewaj ibanKoreksi adalah keharusan melakukankoreksi atau ralat terhadap suatu in-formasi, data, fakta, opini, atau gam-bar yang tidak benar yang telah diberita-kan oleh pers yang bersangkutan.”

Kemampuan war tawan da lammenyajikan opini di balik Fakta Wawancara Nara Sumber Datadengan berbagai kiatnya yang dibarengitanggung jawab profesi menghadapikemungkinan hak jawab, hak koreksidan kewajiban koreksi seperti itulahyang membuat jurnalisme senantiasatidak pernah berhenti untuk berlogikaseh ingga pub l ik pun menant ikehadirannya. Hal ini pula yang menjaditantangan besar terhadap kompetensiwartawan dan perusahaan persnya.

Publik pun kini dapat menikmatihasil liputan pers lebih aktual melaluiberbagai cara. Misalnya, berita hiburandan sepakbola –yang notabene palingbanyak diakses publik— mengenaipesohor senantiasa hadir secara aktual,dan khalayak dapat mengaksesnyamela lu i berbagai p i rant i layaknyate lepon se lu la r iPhone dan iPad(dengan sistem operasi iOS) dari AppleInc . , d i te lepon tab le t (phab le t )bersistem operasi Android ataupun diponsel kelas cerdas (smartphone)menggunakan Windows mobile.

Page 28: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

20

Khalayak juga semakin meng-hadapi kenyataan yang saling tumpangt ind ih saat memanfaatkan p i rant iberkonvergens i . Semakin banyakproduk yang dipromosikan sebagaitelepon seluler, ternyata fungsi kameradig i ta lnya sangat mumpuni untukmenghasi lkan foto maupun video.Sebaliknya, publik disuguhi perangkatkamera digital yang ternyata mampumembenamkan kartu telepon selularseh ingga bermanfaat pu la un tukberse lancar ke In te rne t , bahkanbercakap-cakap (chat) menggunakanaplikasi gratisan, seperti WhatsApp.

Konsep konvergensi secara umumberlangsung di semua l ini layanankehidupan masyarakat. Sistem perbankan juga berkonvergensi, sehinggatransaksi keuangan dewasa ini tidakharus d i lakukan d i bank a taupunanjungan tunai mandiri (ATM), karenaaplikasi yang ada di layar ATM bisa pulatertanam di ponsel cerdas yang semakinmudah dimiliki khalayak.

Hebatnya lag i , pub l ik dapatmembeli informasi berbayar terkoneksilangsung da lam s is tem t ransaks iperbankan yang juga sudah tersediaaplikasinya dalam berbagai platformtergantung dengan peralatan jenis apayang digunakan.

Konvergensi multimedia massajuga semakin memungkinkan kinerjawartawan menjangkau khalayaknyasecara global. Banyak peristiwa dari

daerah te rpenc i l men jad i cepatdiketahui khalayak dunia lantarankinerja wartawan yang memanfaatkankonvergensi multimedia massa.

Wartawan kini memiliki pi l ihanuntuk menggunakan beberapa saluranuntuk mengir im ber i tanya dengancakupan mendunia. Bahkan, wartawandi sejumlah perusahaan multimediamassa tidak lagi menuliskan tanggaldan lokasi pembuatan beritanya darilokas i l ipu tan (date l ine ) karenasemuanya telah tersedia dalam aplikasipemberitaannya yang secara otomatiste rhubung dengan p i ran t i s is tempenentu lokas i g loba l (G loba lPosit ioning System/GPS). Tenggat(deadline) mereka pun menjadi setiapsaat.

Pada gilirannya, wartawan haruslebih fokus terhadap kebenaran dalamjurnalisme melalui laporan pandanganmata untuk televisi, radio dan portalberita di Internet. Bagaimana denganmedia cetak? Mau tidak mau pengelolamedia cetak harus menyajikan beritaberkedalaman dengan mengamati apasaja yang telah disajikan televisi, radiodan portal berita. Faktor “cepat, akuratdan lengkap” yang utuh dalam satupemberitaan akan jauh lebih bermaknabagi publiknya.

Dalam konvergensi multimediamassa yang padat teknologi dan padatmodal dalam industri pers, maka warta-wan harus memanfaatkan kesempatan

Page 29: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

21

Kode Etik Jurnalistik dalam Konvergensi Multimedia Massa

semacam ini dengan penuh tanggungjawab, karena publik tetap mengingin-kan kredibilitas keberagaman pemberita-an. Adapun kelalaian dalam jurnalismejuga dapat berdampak global. Wartawanmau t idak mau juga harus leb ihmemahami kebudayaan lintas benua,agar berita yang mereka sajikan tidakmenabrak kebudayaan wilayah laindengan tetap mengutamakan kode etik

jurnalistik.Selain itu, wartawan di tengah ke-

mewahan teknologi informasi yang di-manfaatkan manajemen pers sebagai in-dustri agaknya harus pula semakin pekabahwa sarana kerja yang mereka gu-nakan hanyalah sebatas alat, sehinggajangan malah d ipera la t seh inggamengabaikan kode etik jurnalistik yanghakikinya demi kepentingan publik.

Priyambodo RH adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS);Ketua Bidang Multimedia Persatuan Wartawan Indonesia (PWI); Komisi PendidikanDewan Pers ; War tawan Utama/Ombudsman Kantor Ber i ta An tara ; e -ma i l :[email protected]

***

Page 30: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

23

Jangan Paksakan Warga Jadi Wartawan

Inventor (penemu) itu sudah tiada,yang ada hanya para innovator. Sayapegang benar pandangan in i ,

setidak-tidaknya saat mulai menggelutisosial media sejak 2005. Terlebih lagidi dunia internet, apa yang disebut parapenemu sudah tidak ada lagi. Sebagaigant inya, Anda akan berhadapandengan para innovator muda pendiristar-up yang menghasilkan sejumlahaplikasi dan website yang bermanfaatuntuk kehidupan. Di ranah internet danb isn is on l ine , Anda akan se la luberhadapan dengan istilah-istilah bakubenchmarking , personal branding ,immitating, dan inovasi.

Sebagai salah satu pendiri danadmin pertama Kompasiana, sayabenar-benar memanfaatkan jargon-jargon yang ada di jagat internet ini.Untuk kepentingan situs atau websiteyang saya d i r i kan , ten tunya.Kompasiana (http://kompasiana.com)adalah blog sosial yang merupakanbagian (rubrik) dari Kompas.com. Di sini

Jangan Paksakan Warga Jadi Wartawan

Pepih Nugraha

berkumpul 200.000 anggota yang telahterdaftar. Tidak semua dari seluruhanggota terdaftar itu penulis, sebagianbesar d i antaranya pembaca danpemberi komentar. Akan tetapi yangpasti, 800 hingga 1.000 tulisan wargatayang di Kompasiana setiap harinya.Kompasiana adalah “etalase” terbukagra t is d i mana penu l is wargamenyimpan tulisan karyanya sendiri.

Mengapa saya harus mengambilcontoh Kompasiana? Bukankah denganhanya mengambil satu contoh akanmengaburkan esensi tulisan? Tentu sajasaya akan bal ik bertanya; adakahmedia sosial dengan platform “Menulis”(wr i t ing ) yang leb ih besar dar iKompasiana? Bukankah forum Kaskusjauh lebih besar dan bahkan menjadisitus media sosial terbesar di Indonesiayang juga mengusung users generatedcontent?

Benar, tetapi ada perbedaan kulturdi antara dua jenis media sosial itu.Kompasiana merupakan etalase tulisan

Page 31: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

24

warga, sementara Kaskus merupakanetalase diskusi virtual dengan salingmenukar atau berbagi tautan ( l ink),baik tautan atas tulisan pribadi di blogmiliknya atau tautan dari media-mediaon l ine arus u tama. Perbedaanhakikinya, Kompasiana secara ketatmengharuskan naskah asli penulis,bukan salinan atau copy paste, jugabukan s i tus berbag i tau tan .Kompasiana benar-benar sebuah mediasosial dengan platform jelas, yaknimenulis. Di media warga ini, wargadiberi kebebasan menulis dengan tigakategori, laporan atau reportase warga(citizen reportage), opini warga, dankarya fiksi warga. Di Kompasiana, tidakdiperkenankan menampilkan tulisanorang lain atau berita-berita online arusutama. Benar-benar harus karya asli sipenulisnya sendiri.

Dalam perjalanan membangun danmengembangkan media sosial yangkemudian beru jud b log sos ia lKompasiana, saya banyak melakukanbenchmark ing te rhadap s i tusju rna l i sme warga sebe lumnya,khususnya terhadap Ohmy News diKorea Se la tan dan s i tus loka lPanyingkul yang lahir di Makassar,Sulawesi Selatan. Memang di belahandunia lainnya ada situs warga sepertiOkNat ion d i Tha i land, Stomp d iSingapura, dan NowPublic di Kanada.Akan tetapi terhadap Ohmy News yangdidirikan Oh Yeon-ho tahun 2000 lalu,saya belajar bagaimana warga bisa

digerakkan untuk melaporkan peristiwadalam satu wadah bersama.

Satu pelajaran berharga yang sayapet ik , bahwa warga sudah bosanterhadap in fo rmas i yang merekadapatkan dari media arus utama yangdikuasai pemerintah saat itu. Beritaatau informasi yang penuh kamuflasedan tidak jujur, seakan-akan “kebenaran”berada di tangan wartawan profesionaldan editor di Newsroom. Warga inginmemperoleh kebenaran hakiki darisuatu peristiwa, yang tidak direkayasasedemikian rupa sehingga fakta bisadiputar-balik. Maka yang dilakukan OhYeon-ho dengan Ohmy News-nya ituadalah memberi ruang yang seluas-luasnya bag i warga b iasa untukmelaporkan apa yang mereka lihat danalami. Dengan memanfaatkan laporanpara demonstran yang berunjuk rasa dilapangan, Ohmy News had i r danmenemukan momentumnya. Mediawarga ini kemudian menjadi boomingkarena mempero leh t im ing saa tkejatuhan Roh Tae-wo yang represif itu.

Panyingkul sebagai media wargaloka l yang d id i r i kan L i l y Y Far idseharusnya menjadi pelopor mediajurnalis warga dan karenanya bisa besarmeski lahir di luar Jakarta atau di luarPulau Jawa. Saya belajar bagaimanasitus yang pada mulanya disambutantusias penulis Makassar maupunpembacanya seperti kehilangan tenaga,padaha l hasra t warga menu l issebenarnya tidak terbendung lagi. Dari

Page 32: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

25

Jangan Paksakan Warga Jadi Wartawan

Ohmy News dan Panyingkul sayabelajar satu hal penting, yaitu janganpernah memaksakan warga untukmenjadi wartawan! Biarkan wargamenulis dan melaporkan dengan caraserta gayanya sendiri, sebab justru disinilah daya tarik dari sebuah laporanwarga. Kalau warga dilatih menjadiwartawan dan memaksa gaya tulisan-nya sebagaimana gaya wartawan pro-fesional, apa bedanya dengan membacamedia mainstream?

Ohmy News, misalnya, sejak awalmengedit berita warga yang masuk.Jelas situs ini menerapkan moderasiyang ketat, di mana tulisan yang masuktidak langsung tayang melainkan dieditoleh jurnalis atau editor di newsroom.Setelah disunting, barulah tulisan wargaditayangkan. Demikian pula denganPany ingku l . Warga pewar ta d iMakassar yang berkhidmat kepada situsini memperoleh pendidikan jurnalistikberkala yang diselenggarakan olehlembaga pers independen. Apa yangditayangkan di Panyingkul memangsangat sempurna karena menyerupailaporan jurnalis profesional. Akan tetapisebagaimana kritik membangun yangdisampaikan kepada situs warga ini,Panyingkul kehilangan “ruh” sebagaimedia warga dengan gaya serta bahasapenulisnya yang khas warga biasa.

Belakangan saya menjadi paham,Ohmy News kesulitan keuangan akibatharus membayar para penul isnyasedangkan berita yang disajikan telahkehi langan daya p ikatnya, sebabpembaca tidak lagi menangkap hasilkerja warga yang genuine. Panyingkuljuga demikian. Situs ini malah matisebelum berkembang.

Meniru atau immitating di duniaonl ine t idak lah berar t i ke jahatan,melainkan harus dianggap inovasi jikabelajar dari kelebihan dan kekuranganyang dimiliki keunggulan situs yangakan di-benchmark. Dari dua media so-sial pelopor Ohmy News dan Panying-

“Warga sudah bosan terhadapinformasi yang mereka

dapatkan dari media arusutama yang dikuasai

pemerintah saat itu. Berita atauinformasi yang penuh

kamuflase dan tidak jujur,seakan-akan “kebenaran”

berada di tangan wartawanprofesional dan editor diNewsroom. Warga ingin

memperoleh kebenaran hakikidari suatu peristiwa, yang tidak

direkayasa sedemikian rupasehingga fakta bisa

diputar-balik.”

Page 33: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

26

kul, saya mendapat satu pelajaranpenting, yakni jangan pernah menjadi-kan warga sebagai wartawan dan janganpernah membayar tulisan warga yangditayangkan di media sosial yang kitakembangkan. Membayar penulis wargapernah dilakukan Asia Blogging Network(ABN) milik blogger Budi Putra. Akantetapi, situs media sosial yang juga bisad isebut pe lopor in i mat i sebelumKompasiana hadir d i tahun 2008.Sebagai media sosial, pengelola hanyamenyediakan etalase bagi konten wargasebaga imana yang d i lakukanFacebook, Twitter, Wordpress, Blog-spot, Pinterest, Tumblr, dan lain-lain,tanpa berpretensi atau bersusah-susahmendidik warganya menjadi wartawan.

Bukan Wartawan

Tentu sa ja da lam berbaga ikesempatan saya sebagai admin danpendiri pertama Kompasiana seringmendapatkan k r i t i kan yangmenegaskan bahwa Kompas ianabukanlah situs citizen journalism, ia taklebih dari etalase tulisan warga. Apareaksi saya terhadap krit ikan yangmuncul dan sering dilontarkan penggiatmedia sosial ini? Saya tegaskan; tidakada reaks i apa-apa. T idak harusmenyangkalnya, t idak pu la harusmembenarkannya. Akan tetapi, bolehlahsaya memberi sedikit gambaran.

Di Kompasiana dengan platformmenul is , warga d ipers i lakan

menayangkan t iga jen is tu l i sansebagaimana saya singgung tadi, yaknireportase warga, opini warga, dan karyaf iks i warga. Pada kenyataannyaberdasarkan data statistik yang terussaya dan tim pantau setiap pekannya,yang paling besar porsi penayangannyaadalah karya fiksi warga (50 persen),opini warga (40 persen), dan paling kecilreportase warga (10 persen). Karya fiksiwarga ser ing melebihi 50 persen,sedangkan reportase warga mentok diangka 10 persen itu.

Lantas , baga imana sayamenyikapi angka faktual yang terukurdengan baik ini?

Jawabannya b isa d ik i ra -k i ra ;“bunuh diri” kalau saya memaksakanbranding Kompasiana sebagai mediajurnalisme warga yang isinya berupalaporan peristiwa faktual yang biasaditulis, diliput dan dilaporkan wartawanpro fes iona l med ia a rus u tama.Mengapa? Karena kalau brandingj u rna l i sme warga i tu yang sayapaksakan, saya berarti menegasikankeniscayaan karena saya berpegangpada angka 10 persen yang minim itu.Tanpa harus memakai embel-embelci t izen journal ism, toh saya t idakkehilangan trade mark sebagai mediawarga (cit izen media) . Sedangkanwarga biasa yang konsisten menulis diKompas iana dengan send i r imemperoleh personal branding.

Da lam buku yang saya tu l i s ,Ci t izen Journa l ism: Pandangan,

Page 34: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

27

Jangan Paksakan Warga Jadi Wartawan

Pemahaman dan Pengalaman terbitanPenerbit Buku Kompas (2012), sayategaskan bahwa warga yang menulislaporan peristiwa dan ditayangkan dimedia sosial , bukanlah wartawan.Mereka adalah warga biasa yang terlaluberat menyandang predikat “journalist”atau “journalism” itu sendiri. Untuk itudalam buku saya keberatan dengansebutan citizen journalism yang kalauditerikan kepada pelakunya disebutcitizen journalist. Saya lebih mengusul-kan penggunaan kata citizen reporter(warga pelapor) sebagai ganti katacitizen journalist. Mengapa demikian?

Bagi saya yang juga ju rna l ispro fes iona l , ka ta “ ju rna l i sme”( journalism) terlalu sakral dan tidakboleh diumbar sembarangan. Juga tidakboleh buru-buru diterapkan begitu sajakepada warga biasa. Apakah bisaditerima seorang warga yang baruper tama ka l i menayangkan has i llaporannya di media sosial bisa disebutbegitu saja sebagai wartawan? No way.

Ada pendidikan khusus untukmenjad i ju rna l i s . War tawan jugadibekali kode etik jurnalistik. Wartawanjuga dinaungi undang-undang perssebagai aturan main dalam bermedia.Jad i , t idak semudah i tu men jad iwartawan. Warga ya warga. Bahwa diamelakukan prak t ik laporan danpenulisan sebagaimana yang dilakukanwartawan profesional, ya saya harusberani menyebutnya sebagai wargapelapor saja, bukan wartawan.

Kode Etik

Masalah kode etik (code of ethics)juga sering ditanyakan publik pesertapelatihan menulis di berbagai tempatyang saya hadiri. Saya bahkan seringdianggap kontroversial karena biasamenjawab “tidak perlu kode etik” apabilawarga biasa hendak menulis di mediasos ia l . Ser ing saya d iberondongpertanyaan susulan agar lebih merincilagi jawabannya. Saya tetap teguh padapendirian, bahwa warga biasa menulisdi media sosial bukanlah wartawan.Karena bukan wartawan, tidak perlumenggunakan atau memiliki kode etikwartawan tersendiri. Warga menulis dimedia sosial tidak perlu diatur-atur,buang-buang energi saja.

Sebagai ganti dari “kode etik” didunia maya itu, saya menekankanmereka menggunakan aturan ataunorma hukum universal saja sebagai-mana di dunia nyata. Norma universaldi dunia nyata menyebutkan bahwa ber-bohong, menghina, menghujat, berjudi,mencuri , dan prost i tusi i tu adalahkejahatan. Orang mengatakannya tidaksesuai norma hukum yang berlaku.Maka jenis-jenis kegiatan yang tidaksesuai norma hukum universal di dunianyata, juga tidak boleh dilakukan didunia maya dalam hal ini di internet.Atau pelajari saja butir-butir pentingKode Et ik Jurna l is t i k yang b isadijadikan patokan jurnalis profesionalbekerja. Ya, sesederhana itulah.

Page 35: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

28

Jadi, saya membekali warga yangbergiat di media sosial itu semacamsopan-santun saja yang disebut netiketatau etiket berinternet. Antara lain thinkbefore you post atau pikirkan baik-baikkonten yang Anda miliki sebelum benar-benar ditayangkan, apakah konten yangAnda mi l ik i i tu meluka i perasaanseseorang, menghina satu golongan,memper ten tangkan SARA (suku,agama, ras, antargolongan), ataumembunuh karak ter seseorang.Persoalannya, semua ada di ujung jariuntuk menekan tombol “publish” yangkalau tidak dipertimbangkan masak-masak, beberapa det ik kemudiankemungkinan ada orang yang terhinaatau golongan yang terlukai.

Apa yang dilakukan Dewan Persdengan menyusun PedomanPemberitaan Media Siber sudah tepat,sebab memang pemilik atau pengelolamedia siber itu sendiri yang harus diberi

pedoman, khususnya terkait usersgenerated content atau konten yangdiciptakan dan ditayangkan warga.Tetapi, bukan mengatur warga biasamenulis. Untuk itulah di Kompasianatidak ada moderasi terhadap tulisanwarga. Semua konten warga bisalangsung tayang. Barulah setelahtayang admin Kompasiana bekerja 24jam yang saya sebut post moderation.

B ia rkan sa ja warga menu l isseekspresif mungkin karena merekabukan wartawan. Mereka menulis danmembuat beri tanya sendir i karenamungkin kurang atau tidak puas denganberita media arus utama yang ada, yangbarangkal i d i benak warga sudahtercemari kepentingan pol i t ik ataubermotif ekonomi si empunya media.

Wallahu alam...

Bintaro, 12 Juli 2013

Pepih Nugraha, wartawan Harian Kompas, pendiri Kompasiana.

Page 36: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

29

Bagian IIDinamika Pers dan Pemilu

Page 37: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

31

1. Pembukaan

Tahun 2014 bukan sekedar adapemilihan umum anggota DPR,DPD, DPRD dan Presiden-Wakil

Presiden. Sesuai dengan UUD, PresidenSBY akan “pami t mundur ” un tukselamanya. Setelah dua kali berturut-turut, SBY tidak dapat lagi dicalonkandan menjad i Pres iden. K i ta akanmemiliki Presiden baru. Pada saat inipartai-partai politik, kelompok-kelompokpemerhat i mulai bergulat mencar iPresiden setelah 2014. Termasuk pulaorang perorangan yang dengan giatberbicara, ber-manuver untuk menarik

perhat ian pub l ik , karena merasasebagai yang paling layak menjadiPresiden. Ini salah satu buah reformasiyai tu keterbukaan dan persamaankesempatan menduduk i berbaga ijabatan penting. Tetapi baik yang sudahduduk di berbagai singgasana atausedang bermanuver, baru dalam batasadu omong dan menjaga penampilan.Belum ada, dan itu sudah biasa, yangmengutarakan jenis-jenis kepentinganriil rakyat yang akan dikerjakan. Semuamasih sebatas, lagi-lagi sudah biasa,hanya menjua l ja rgon denganmenyatakan ini salah dan itu salahtanpa substansi mana yang benar dan

Pers dalam Perspektif 2014

Bagir Manan

“The basic roles of the journalist are to promote peace andunderstanding, to work with honesty, and compassion, to give voice

to the voiceless, desperately poor, the oppressed; to challengestereotyping and expose corruption and lying—and to respec

diversity and difference.”1

1 Richard Keeble, Ethics for Journalists, 2nd ed, Routledge, 2009.

Pers dalam Perspektif 2014

Page 38: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

32

cara memperbaik i . Ada beberapakemungk inan. Per tama, berbaga iplatform perjuangan sudah ada dikantong. Akan diutarakan pada waktuyang tepat agar tidak dikritisi apalagid i rampok pesa ing . Kedua, dar ipenga laman yang sudah-sudah,platform tidak perlu. Rakyat toch tidakmengerti. Untuk dipilih, cukup dengan“cas cis cus” dan menyediakan ampaw(amplop) ala kadarnya (money politics).Rakyat kita yang umumnya miskin dantidak cerdas, mudah dipesonakan,dibodohi, dan dibeli dengan palingbanyak sepuluh kilogram beras. Ketiga,sebenarnya rakyat sendiri tidak pedulilagi siapa yang akan memimpin negeriini. Kenyataannya, rakyat tidak pernahmendapat banyak, malah acap kalimereka lebih sengsara atau lebih sulitdari sebelumnya. Pasar tradisionald ihancurkan o leh warung-warungmodern yang mengantongi izin bahkanfasilitas dari penguasa. Petani garam,petani kedelai, petani buah, nelayandiporakporandakan oleh impor-imporbarang tersebut. Seperti dikatakanFadel Muhammad (mantan MenteriKelautan), yang penting ada persediaanbarang di pasar bukan bagaimanamenghasilkan barang tersebut. Kalauimpor merupakan cara yang mudah,mengapa harus berpayah-payah denganpetani atau nelayan. Di sini berlakuhukum ekonomi kuno: survival of thefittest, pasar bebas, persaingan bebas.Sangat l iberal kapi ta l is t ik . Ya, i tu

tun tu tan g loba l . Sebaga i hambaglobalisasi, sudah menjadi kewajibanuntuk senantiasa nampak sebagai thegood guy bagi tuan-tuan kapital is.Dasar -dasar demokras i ekonomi ,koperasi sebagai gerakan ekonomirakyat, susunan ekonomi atas dasarpaham kekeluargaan, adalah impianbelaka, bukan suatu konsep yang layakdiperjuangkan. Buktinya, tanpa dasar-dasar ekonomi yang disebutkan di atas,ekonomi kita tumbuh dengan 6,7%.Suatu jenis pertumbuhan spektakulersejagat. Investasi berlomba-lombamasuk dengan sangat membanggakan.Baga imana re levans inya dengankesejahteraan umum, keadilan sosial,bukan patokan utama pemerintah.Sesuai dengan paham individualisme,soal-soal kesejahteraan dan keadilanadalah urusan pribadi. Bukankah hal inimerupakan salah satu hasil kebebasanyang mati-matian kita perjuangkan.Mengapa harus mengge layut ipemerintah? Kita tidak lagi dalam tahapmenjad i pemimpin bangsa te tap ipemimpin global. Berdasarkan trendsemacam itulah rakyat tidak peduliyang akan memimpin Indonesia setelah2014. Pemerintah memang disusunmelalui rakyat, tetapi bukan bagian,apalagi menyatu dengan rakyat. Adathe great wall yang memisahkan rakyatdengan pemerintah atau penguasa.Kelangsungan pemerintah ditentukansepanjang masih disenangi para kaumkapital is di dalam maupun di luar.

Page 39: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

33

Begitulah kira-kira perasaan rakyatsekarang. Selain tidak peduli, kalaumereka mau rusuh ya rusuh saja.

Apakah mode l pemer in tahansemacam i tu yang akan dibiarkansetelah 2014. Mestinya perlu dikaji.Kalau memang itu yang baik, teruskan.Kalau perlu perbaikan, mesti ada usahaperubahan.

2. Perspektif perbaikan setelah 2014

Meskipun pendekatan atau strategipertumbuhan dan besaran investasi(penanaman modal) sangat penting,tetapi harus diletakkan sebagai saranaatau alat (tool), bukan tujuan. Di atassarana, tujuan itulah yang mestinyadiletakkan paling depan (paling utama).Menurut UUD 1945, tujuan itu tidak lain

dari mewujudkan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa,mencapa i sebesar -besarnya ke-makmuran atas dasar keadilan sosialbagi seluruh rakyat. Kalau diungkaplebih singkat, tujuan tersebut tidak laindar i pemerataan kemakmuran(distribution of wealth) dan pemerataankeadilan (distribution of justice).

Harus diakui, didapat berbagaikebijakan atau program “menolongorang miskin” atau “berpendapatanrendah”, seperti program “raskin”, bagi-bagi uang secara periodik untuk orangmiskin, atau program-program insiden-tal, bahkan program seketika atau“impromptu.” Di tengah-tengah usaha-usaha dadakan di atas yang acap kalimenimbulkan masalah baru sepertipenyelewengan dan pembagian yangtidak merata, kita dihadapkan pada per-soalan mencapai kesejahteraan yanglebih mendasar, seperti lapangan kerja,urbanisasi, harga-harga hasil pertanianyang rendah, infrastruktur yang terbeng-kalai, dan lain sebagainya. Terlalu naifmemaknai distribution of wealth ataudistribution of justice dengan programraskin atau yang semacam itu.

Komitmen terhadap tujuan ber-negara yang diletakkan dalam suatuplatform yang jelas dengan segalarefleksinya di bidang politik (dalam danluar negeri), ekonomi, sosial dan lain-lain, harus dijadikan tuntutan dan dasarmemilih pemimpin yang akan datang.Hal ini hanya akan terwujud apabila

“Komitmen terhadap tujuanbernegara yang diletakkan

dalam suatu platform yang jelasdengan segala refleksinya dibidang politik (dalam dan luarnegeri), ekonomi, sosial dan

lain-lain, harus dijadikantuntutan dan dasar memilih

pemimpin yang akan datang.”

Pers dalam Perspektif 2014

Page 40: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

34

dilakukan beberapa hal sebelum 2014.Pertama, harus ada peninjauan secaramenyeluruh dan mendasar denganmenggunakan semua sarana demo-kratis yang ada untuk meniadakan ataumencegah pembentukan atau pemba-haruan undang-undang di bidang politikdan ketatanegaraan yang semata-mataberorientasi pada menjamin kelangsu-ngan kekuasaan kekuatan politik yangada. Berbagai undang-undang politikdan ketatanegaraan yang akan menjadidasar penyelenggaraan negara setelahsuksesi 2014 harus dalam perspektifpembaharuan dan komitmen mencapaitu juan bernegara. Bukan sekedarmenghasilkan para penikmat-penikmatkekuasaan yang disertai segala bentukpenyalahgunaan kekuasaan. Perluperubahan budaya politik dari sekedarmendapatkan segala privi lege danfasilitas kekuasaan menjadi satu kulturpolit ik yang bertanggungjawab danseperasaan dengan rakyat banyak.

Kedua; secara sungguh-sungguhmembangun kesadaran rakyat untukmempersoalkan secara terbuka platformmereka yang akan memimpin. Menjauh-kan diri dari segala sogokan politik(money politics) dari para pencari ke-kuasaan yang tidak memiliki komitmendan tanggung jawab mencapai tujuanbernegara. Hal-hal di atas dapat dicapaimelalui pendewasaan demokrasi untukseluruh rakyat.

Ket iga , kebangk i tan kaumcendekiawan. Sejarah rakyat (bangsa)

Indonesia tidak pernah lepas dari perancendekiawan. Semua perang perla-wanan terhadap kolonial dipelopori dandijalankan kaum cendekiawan. Demiki-an pula di masa pergerakan. Pada saatini para cendekiawan tetap dipanggiluntuk mengisi kemerdekaan, yangdisebutkan Bung Karno: “mewujudkankesejahteraan dan keadilan”.

Bagi rakyat banyak, kemerdekaanbaru sekedar penggant ian yangmemerintah (dari kolonial ke tanganbangsa send i r i ) . Kese jah teraan,kemakmuran, keadilan sosial masihtetap sekedar harapan dan cita-cita.Sekedar bertahan hidup mungkin me-reka tidak berpeluh lagi. Semua peluh-nya telah sirna dari tubuh mereka, ka-rena terperas tiap hari. Selain mengem-ban komitmen historis dan wujud tang-gung jawab keterpelajaran, kaum cen-dekiawan berutang kepada cendekia-wan pendahulu yang menitipkan tang-gung jawab mengisi kemerdekaan yaitumewujudkan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa,sebesar-besarnya untuk kemakmuran,dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.Kaum cendekiawan bangkitlah menjadipembela terdepan menghapus kepinca-ngan dan ketidakadilan di depan kita.

Kel ima ; menanamkan secarasungguh-sungguh, bahwa DPR adalahbadan pembentuk (pembuat) undang-undang. DPRD ada lah badanpembentuk (pembuat ) Pera turanDaerah. Tugas utama DPR adalah

Page 41: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

35

membentuk undang-undang. Tugasutama DPRD ada lah membentukPera turan Daerah. T idak seper t isekarang. waktu anggota DPR lebihbanyak d ihab iskan a tas namapengawasan. Betapa penting rakyattidak memilih kaum pajangan (votegetters) sekedar untuk meraih kursi,te tap i t idak memi l i k i kecakapansebagai pembentuk undang-undang.Lebih memprihat inkan kalau kelaksusunan keanggotaan DPR (DPRD)tidak pula memahami benar maknapengawasan dan hak anggaran dalamkaitan dengan pembagian wewenang(kekuasaan) eksekutif dan legislatif.Selain anggota DPR (DPRD) yang cintabangsa, rakyat, dan tanah air, kitamemerlukan anggota yang pandaimerumuskan dalam undang-undang,anggaran, dan pengawasan untukmencapai tujuan negara.

3. Utang budi dan tanda terima kasih pers

Pers te lah sangat ber juang,bahkan berkorban, baik untuk dirinyasendiri (membela dan mempertahankankebebasan) maupun untuk publik (perssebagai sarana publik). Martir-martirpers didapati pada segala periode masa.Namun hingga hari ini, dari perspektifreformasi, perslah yang paling banyakmenerima nikmat reformasi, bukanrakyat jelata yang menjadi sumber dasarpers sebagai sarana publik.

Reformasi bukan sekedar peru-bahan. Reformasi adalah sebuah komit-men dan cita-cita. Selain kemestiandemokrasi, rule of law, penghormatandan jaminan hak asas i manus ia ,kembal i saya ing in menegaskankomitmen sosial pers untuk ikut mem-bebaskan rakyat dari segala bentukkemisk inan, ke terbe lakangan,kebodohan, bahkan dar i berbagaibentuk penindasan merupakan satukemestian.

Salah satu nikmat reformasi yangluar biasa yaitu pulihnya kebebasan.Bag i pers kebebasan i tu ada lahkebebasan atau kemerdekaan pers.Paling tidak, ada dua aspek utamakebebasan atau kemerdekaan pers.Pertama, kebebasan atau kemerdekaanberpendapat (termasuk kebebasanberbeda pendapat), kebebasan mempe-roleh, menyimpan, dan menyebarluas-kan informasi. Kedua, kebebasan me-lakukan kontrol dan kritik.

Sebagai manifestasi kebebasanatau kemerdekaan tersebut, segalabentuk sensor (preventif dan represif),breidel, licensing dilarang. Negara ataupemerintah dilarang melakukan ataumenetapkan sesuatu yang akanmenyakiti atau mencederai kemerdeka-an pers. Menjalankan usaha mediatidak perlu izin (SIUPP). Kontrol dankritik dilakukan dengan bebas. Satu-satunya pengendalian adalah kewajibanmenjunjung kode etik pers atau pranataself restraint lainnya.

Pers dalam Perspektif 2014

Page 42: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

36

Apakah segala kebebasan i tusekedar untuk kebebasan (freedom forthe sake of freedom)? Mestinya tidak!Sebagai pranata publik, pers t idaksekedar sebagai jendela informasipublik dan alat kontrol. Ada fungsi yangt idak ka lah pent ing ya i tumemper juangkan dan membelakepent ingan pub l ik ba ik da lamhubungan dengan penguasa maupunterhadap kekuatan sosial yang tidakbertanggung jawab atau sewenang-wenang.

Bagaimana fungsi-fungsi tersebutdilihat dari perspektif tahun 2014? Telahdikemukakan, tahun 2014, bukan sajaada pemilihan anggota DPR, DPD,DPRD (mungkin orang-orangnya tidakberubah banyak). Tetapi yang palingutama, akan ada penggant ianpemer in tahan dar i SBY kepadaPres iden baru . Mengapa sangatpenting? Karena jabatan kepresidenanmenurut UUD 1945 adalah jabatan yangber tanggung jawab menja lankanpemerintahan. Presiden adalah the realexecut ive bukan sekedar nominalexecutive (Strong).

Mendahu lu i u ra ian in i , sayamengutip Richard Keeble, denganterjemahan bebas sebagai berikut:

“Peran dasar wartawan atau persadalah mewujudkan perdamaian dansaling pengertian, bekerja atas dasarkejujuran, senantiasa jernih, penuhkasih sayang, Pers atau wartawan siapmenjadi penyambung lidah bagi mereka(rakyat) yang tidak memiliki kesempatanatau kekuatan bersuara, bagi kaum yangtidak berdaya, dan yang tertindas. Persatau wartawan siap melawan segalabentuk arahan atau perintah yangmewajibkan untuk hanya mengikutisa tu ja lan (s tereo typ ing ) , s iapmenentang segala bentuk penyele-wengan dan kebodohan, dan senantiasamenghormati keragaman (diversity) danperbedaan (difference).”

Akhirnya sudah semestinya pulapers mempersembahkan penghargaanterhadap pemer in tah yang akanberganti. Penghormatan dan jaminankebebasan pers merupakan prestasiyang wajib dikenang dan dihargai.

Selamat berjuang. Sampai bersuatahun 2014

Bagir Manan, Ketua Dewan Pers

***

Page 43: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

37

Atmakusumah

Peran Ideal Media Pers dalam Pemilihan Presiden,Anggota Parlemen, dan Kepala Daerah:

Kembali keStandar Jurnalisme Profesional dan Etika Pers

Kita menyadar i bahwamasyarakat luas merupakansasaran akhir bagi segala upa-

ya dan tujuan pers dalam pencarian, pe-ngolahan, penyiaran, dan penyebaraninformasi, pendapat, dan kritik. Maka,demikian pula, kegiatan pel iputanpemilihan umum oleh pers terutamasekali dimaksudkan demi kepentingandan untuk membangun masyarakatyang “sarat-informasi” (well-informed).

Akan tetapi, hanyalah dalam iklimpers yang bebas, masyarakat dapatsepenuhnya memperoleh manfaat dariinformasi yang disiarkan media massa,karena dalam iklim demikianlah merekadapat menemukan alternatif-alternatifkebenaran. Al ternat i f -a l ternat i f in iselanjutnya dapat di jadikan dasarpertimbangan bagi masyarakat untukmenentukan sikap dan pilihan mereka.Baik itu menentukan sikap terhadapsuatu isu serta program para politisi

maupun pilihan terhadap para pemimpinmereka.

Per lunya a l te rna t i f -a l te rna t i fkebenaran ini lebih-lebih lagi dirasakanketika masyarakat hendak menjatuhkanpilihan mereka dalam pemilihan umum.Inilah pentingnya bagi media pers untukmenyajikan selengkap mungkin konsepdan program partai-partai politik sertapara pemimpinnya ten tang pem-bangunan yang mereka rencanakanuntuk negeri kita. Selain itu, pentingpula menampilkan informasi tentanglatar belakang karier para pemimpin ituselama ini agar masyarakat dapatmenilai apakah mereka patut memimpinnegeri ini selanjutnya.

Dengan demikian, peliputan olehpers bukan sekadar menonjo lkankarakter dan citra para pemimpin yangsedang mencalonkan diri untuk menjadipresiden dan waki l presiden atauanggota Dewan Perwakilan Rakyat dan

Kembali ke Standar Jurnalisme Profesional dan Etika Pers

Page 44: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

38

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sertagubernur, bupati, dan wali kota.

Kebebasan pers , memang,merupakan basis atau fondasi bagikehidupan masyarakat yang bebas—berdasarkan s impu lan pendapat(premis) bahwa publik yang “sarat-in fo rmas i ” dapat secara mand i r imengelola pemerintahannya sendiri.

Sebaliknya, dalam iklim pers tanpakebebasan, yang tersebar hanyalahinformasi tanpa mengandung banyakalternatif kebenaran. Bahkan sangatmungkin terjadi monopoli informasi olehkekuatan-kekuatan po l i t i k yangberkuasa. Akibatnya, media massahanya akan menjadi alat propagandadari kekuatan-kekuatan politik itu.

Wartawan MemajukanDemokrasi

Jochen Raffelberg, konsultan mediadari Jerman yang pernah lama bekerjauntuk kantor berita Reuters, mengingat-kan bahwa “Dalam pengertian fundamen-tal, kontrol terhadap alat-alat penyaluraninformasi untuk masyarakat merupakanlandasan bagi kekuatan politik.”

Pers lahir ke dunia karena cita-citaingin membebaskan manusia dar iketerbatasan, bahkan kegelapan,informasi dan kesempitan pikiran. Cita-cita itu hanya dapat dikembangkansepenuhnya dalam alam demokrasi.Oleh karena i tu , da lam kata-kataRaffelberg, yang beberapa tahun yang

lalu berkunjung ke Indonesia, “wartawan... mempunyai misi demokratis; merekamemajukan demokrasi.”

Bagaimana pers dapat menjalan-kan tugasnya yang bermanfaat bagipencerahan pikiran masyarakat luasdalam kegiatan mel iput pemi l ihanumum? Raffelberg menyarankan tigaetika yang perlu dipegang teguh olehpara wartawan, yaitu:n Otonomi: Secara moral wartawan

merupakan pihak-pihak otonom yangputusan-putusannya didasarkanpada pertimbangan rasional, bernasdengan informasi, tidak memihak,dan bukan karena paksaan.Putusannya objektif dan bebas daripengaruh yang tidak patut.

War tawan jangan te r la lubergantung pada satu narasumberinformasi yang tunggal (seperti:ka langan l obby dan ke lompokkepentingan khusus) dan janganberutang budi kepada narasumber.Pisahkan hubungan pribadi darihubungan profesional.

“Dalam pengertian fundamental,kontrol terhadap alat-alat

penyaluran informasi untukmasyarakat merupakan

landasan bagi kekuatan politik.”- Jochen Raffelberg

Page 45: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

39

Dengarkan dengan cermatsemua pihak dan cerminkan ketera-ngan mereka dalam tulisan. Jauhkandiri Anda dari kepentingan bisnis ataukepentingan ekonomi perusahaanpemilik media massa Anda sendiri.

n Dapat dimintai tanggung jawab(accountability): Wartawan dapatdimintai tanggung jawabnya danresponsif terhadap keperluan sertakepentingan para pemil ih. Padawaktu yang bersamaan, wartawanmemberi penerangan dan pendidikankepada para pemilih tentang apayang mungkin dapat dicapai.

Wartawan hendaknya berpikiranterbuka. Jangan memberikan infor-masi atau saran yang sempit atauberpihak.

Prinsip accountability (tanggungjawab) menunjukkan bahwa warta-wan memiliki kewajiban untuk meng-gunakan sumber informasi sedemi-kian rupa agar para pembaca, pen-dengar, dan penonton memperolehinformasi dan pemahaman yangdibutuhkannya supaya mereka dapatmelaksanakan kewajibannya se-bagai warga demokratis yang ber-tanggung jawab.

n Tanggung jawab: Wartawanhendaknya bertindak dengan carayang dapat membantu memeliharadan memperbaiki sistem perwakilandan proses pembuatan undang-

undang.Dan, wartawan jangan korup!

Media Pers (yang Ideal)(Dibedakan dari MediaBukan-Pers)

Media pers, yang kita bedakan darimedia bukan-pers, menyajikan karyajurnalistik berupa pemberitaan (dalambentuk berita lempang, straight news,atau feature berita, news feature) dantulisan beropini (komentar atau tajukrencana) yang berkaitan denganpemberitaan sebagai bagian yangdominan atau bagian yang penting.

Media pers—tentu saja yang kitaidealkan—perlu memenuhi sedikitnyalima persyaratan berikut:1. Mempublikasikan atau menyiarkan

karya jurnalistik untuk kepentinganumum.

2. Berpendirian independen.3. Tidak bersikap partisan.4. Tidak menjadi corong kekuatan atau

kekuasaan ke lompok te r ten tu ,seperti kekuatan atau kekuasaanpolitik, ekonomi, dan lain-lain.

5. Mengikuti standar jurnalisme profe-s iona l dan menaat i kode e t ikjurnalistik, yaitu bahwa:a. Laporan pers hendaknya akurat

dan faktual;b. Laporan pers hendaknya objektif,

yang berarti:n berimbang;n fair (adil);

Kembali ke Standar Jurnalisme Profesional dan Etika Pers

Page 46: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

40

n tidak bias;n t idak d iskr iminat i f—ket ika

meliput berbagai perbedaanseper t i da lam ras , suku,agama, gender, bahasa; dan

n tidak berprasangka.

Pers Independen LebihDipercaya Publik

Sebelum mantan presiden Irak,Saddam Hussein, ter tangkap dar i“lubang tikus” di Ad Dawr, sebelahtenggara Tikrit, pada 13 Desember 2003malam, Pentagon (Depar temenPertahanan Amerika Serikat) sudahlama memikirkan cara mengumumkanper is t iwa i tu kepada pub l ik yangefeknya paling kuat sehingga dampakpsiko log isnya juga besar. P i l ihanmereka adalah menggunakan video—yang membuktikan bahwa SaddamHusse in sudah te r tangkap—yangdiperlihatkan dalam konferensi pers diBagdad.

Di dunia Arab, video sangat pentingkarena publik Arab cenderung tidakmempercayai media massa, sebab persdi negara-negara Arab diatur olehpemer in tah seh ingga t idakindependen. Publik Arab sangat mem-percayai video, lebih-lebih lagi j ikadisiarkan oleh media seperti Al-Jazeeradan Al-Arabiya, stasiun siaran televisisatelit independen yang berbasis diQatar dan Dubai. (“Pemunculan Berita

Penangkapan Saddam Di rancangCermat”; Nurkhoiri, Koran Tempo, 17Desember 2003, halaman 9; mengutipAFP, The New York Times).

Pelajaran bagi Pers:Harus Bersih dan Profesional

Perlakuan pemerintah PerdanaMenteri Thaksin terhadap The Nation,harian berbahasa Inggris yang kritis diBangkok, dan terhadap pemiliknya,Sutichai Yoon, telah mengusik (harass)perusahaan pers tersebut berdasarkanperaturan anti-pencucian uang (money-laundering ordinance). Pemeriksaandengan menggunakan peraturan yangsama juga dilakukan terhadap pemimpinumum dan pemimpin redaksi suratkabar tersebut.

Demikian menurut pengamatan LinNeuman dari The Committee to ProtectJournalists (CPJ) yang berkantor pusatdi New York. Ia menceritakan pengama-tannya itu pada lokakarya Southeast AsiaPress Alliance (SEAPA) di Jimbaran,Kuta, Bali, pada 23 Januari 2003. (Lin

“Perusahaan pers harusbersih dan wartawan juga

harus bersih danprofesional.”

- Lin Neuman

Page 47: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

41

Neuman sekarang menjadi penasihatpimpinan harian The Jakarta Globe).

Menurut pendapatnya, tindakanpemerintah Thailand terhadap suratkabar seperti The Nation mengandung“pesan” berupa peringatan terhadapmedia pers yang kr i t i s , dan jugamerupakan pelajaran, bahwa:n perusahaan pers harus bersih; dann wartawan juga harus bersih dan

profesional.

Praktik Peliputan danPenyajian Karya Jurnalistik

Untuk memenuhi persyaratan bagipraktik peliputan dan penyajian karyajurnalistik yang bertanggung jawab,sebagaimana tercermin dalam berbagaisaran serta pengamatan itu tadi, penge-lola media pers perlu selalu berpedomanpada standar jurnalisme profesional dankode etik jurnalistik. Keduanya bersifatuniversal dan bagaikan saudara kembaryang berasal dari satu telur. Keduanyamenekankan bahwa media pers danwartawan haruslah, umpamanya:

1 . Memperhat ikan persyara tanpenya j ian karya ju rna l i s t i k ,sepert i objekt iv i tas, fa i rness(keadilan), keberimbangan, danketidak-biasan.

2. Cermat dalam hal akurasi bagi pe-nyampaian fakta-fakta laporannya.

3. Menghargai kehidupan pribadiatau privacy, sepanjang tingkah-laku dan perbuatan seseorang

tidak mengganggu atau merugi-kan kepentingan umum.

4. Tidak berprasangka atau bersikapdiskriminatif terhadap perbedaansuku, ras, warna kulit, agama,jenis kelamin, dan bahasa.

5 . Menghormat i hak-hak asas imanusia, termasuk kebebasanpers selain kebebasan masyara-kat untuk berekspresi dan menya-takan pendapat serta untuk mem-peroleh informasi.

6. Tidak terbujuk oleh iming-imingnarasumber yang hendak mem-ber i “uang suap” atau “uangamplop” sehingga sajian karyajurnalistiknya tidak objektif dantidak profesional.

7. Bahkan per lu sekuat tenagamenolak tekanan dari pihak luarberupa paksaan atau teror.

Mendengarkan Semua Pihak

Untuk dapat menyajikan kebe-naran, para wartawan dianjurkan agarbersedia mendengarkan dengan cermatsemua p ihak dan mencerminkanketerangan mereka dalam media pers.Para wartawan malahan dianjurkan agarmenjauhkan diri dari kepentingan bisnisatau kepentingan ekonomi perusahaanpemilik media massanya sendiri. Selainitu, diingatkan pula:

1. Agar selalu diingat bahwa persatau wartawan pun bisa salah.

2. Subjek berita yang diberitakan

Kembali ke Standar Jurnalisme Profesional dan Etika Pers

Page 48: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

42

t idak menyenangkan (apalagibisa merugikan) merasa langitseolah-olah sudah runtuh—dandunia akan kiamat.

3 . Banyak tokoh pub l ik—baikpejabat negara maupun kalanganswasta, terutama yang dianggap“untouchable ”—merasa t idakboleh diberitakan secara tidakmenyenangkan.

4. Sebelum memuat atau menyiar-kan berita yang dipandang pentingbagi publik, hendaknya diper-tanyakan pada diri sendiri—ataudibicarakan bersama rekan-rekanse jawat , apakah ber i ta i tumengandung kepentingan umum?

5. Untuk berita yang bisa menim-bulkan kontroversi dan tuduhanfitnah, sebaiknya berdasarkanlebih dari satu narasumber—sebaga i koroboras i(cor robora t ion ) a tau pen-cocokan—agar pengelola mediapers dan pub l ik memi l i k ikeyak inan yang kuat akankebenaran laporan itu.

6. Sebaiknya digunakan sebanyakmungk in narasumber yangnamanya disebutkan denganjelas—atau sesedikit mungkinnarasumber anonim, konfidensial,atau rahasia—untuk memper-mudah per tanggung jawabanakurasi berita.

7 . Apabi la menggunakan nara-sumber anonim, konfidensial,a tau rahas ia—apakah nara-sumber i tu k red ibe l karenamemiliki otoritas dan kompetensida lam b idang yang menjad ibahan pemberitaan.

8. Media pers yang memiliki jaringanpemberitaan yang luas, lebih-lebih lagi, sangat perlu bertindakcermat da lam memast ikanakuras i laporannya karenakesalahan pemberitaan dapatte rsebar dengan leb ih luas .(Seper t i : Jawa Pos NewsNetwork, Pers Daerah KelompokKompas, Grup Media Indonesia,Tempo News Room).

9. Untuk mengekspresikan panda-ngan atau s ikap redaksionaltertentu, baik dalam rubrik opinimaupun dalam pember i taan,tidak harus berarti menggunakanbahasa yang “kasar”. Bahasabernada “keras” dapat leb ihefektif dalam komunikasi jurnalis-tik daripada bahasa bernuansakasar. Perbedaan antara “bahasakasar ” dan “bahasa keras” ,memang, dapat sangat t ip is.Namun, war tawan yangberpenga laman t idak akanterlampau sulit membedakannya.

10. Pencantuman hanya inisial namasubjek berita dapat menyulitkan

Page 49: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

43

pencarian, penelusuran, ataupemuatan klarifikasi pihak-pihakyang dilibatkan dalam pemberita-an kontroversial atau mengandungtuduhan yang dapat merugikanatau mencemarkan nama baiksubjek berita.

11. Ada kemungkinan fokus berita (da-lam te ras , l ead , atau i n t ro )berubah atau perlu diubah setelahdidapat klari f ikasi dari subjekberita atau narasumber.

12. Jangan terjebak oleh isu-isu pro-vokat i f mengenai suku, ras,agama—atau apa pun yang bisamengarah pada pandangan diskri-minatif dan berprasangka—kecualibila dilaporkan secara mendalam,kritis, analitis, dan berimbang.

Dua Tantangan:Independensi dan “Budaya

Amplop”Dalam menghadapi setiap peristiwa

pemilihan umum—untuk memilih para

pemimpin po l i t i k—seper t i da lampemi l ihan pres iden dan anggotaparlemen, atau lebih-lebih lagi dalampemilihan langsung kepala daerah,media pers—khususnya di Indonesia—akan selalu dihadapkan pada sedikitnyadua tantangan penting.

P e r t a m a : D a p a t k a h p e r s ,terutama di daerah, tidak terbawaarus sentimen etnis dan agamasehingga tidak mendorong pers danwar tawan un tuk me langgar asasobjektivitas dan independensi padastandar jurnalisme profesional dankode etik jurnalistik?

Kedua: Dapatkah pers danwartawan tidak terbujuk oleh iming-iming keuntungan komersial dantidak terbawa arus “budaya amplop”sebagai kompensasi bagi dukunganpolitik dari media pers?

Kembali ke Standar Jurnalisme Profesional dan Etika Pers

***

Page 50: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

44

Dalam tulisan tentang “PeranIdea l Med ia Pers da lamPemilihan Presiden, Anggota Parlemen,dan Kepala Daerah” telah dijelaskanbahwa adalah penting bagi media persuntuk menyajikan selengkap mungkinkonsep dan program partai-partai politikser ta para pemimpinnya ten tangpembangunan yang mereka rencanakanuntuk negeri kita. Selain itu, pentingpula menampilkan informasi tentanglatar belakang karier para pemimpin ituselama ini agar masyarakat dapatmenilai apakah mereka patut memimpinnegeri ini selanjutnya.

Dengan demikian, peliputan olehpers bukan sekadar menonjo lkankarakter dan citra para pemimpin yangsedang mencalonkan diri untuk menjadipresiden dan waki l presiden atauanggota Dewan Perwakilan Rakyat danDewan Perwakilan Rakyat Daerah sertagubernur, bupat i , dan wa l i ko ta .Melainkan, peliputan itu terutama sekalimenampilkan kemampuan sebagaipengelola tata pemerintahan yang majudan demokrat is , yang hendaknyatercermin dalam perjalanan kar iermereka ser ta da lam konsep danprogram pemerintahan yang mereka

rancang.Sepanjang yang dapat kita amati

selama ini, hasil penelitian lembaga-lembaga survei pemilihan umum diIndonesia hanya terpusat pada citra dankarakter para calon pemimpin politik.Dengan kata lain, para respondensurve i i tu tampaknya hanyamendasarkan pi l ihan mereka padapopular i tas tokoh- tokoh tersebut .Popularitas yang dimaksudkan tidakharus berarti karena keberhasilan karya-karya pembangunan berdasarkankonsep mereka, melainkan karenaseringnya mereka tampil dalam berbagaikampanye po l i t i k a tau sebaga inarasumber pemberitaan pers danmuncul dalam iklan media massa.

Bila pers memang memiliki posisiyang demik ian dominan da lammenciptakan ci t ra para pemimpin,maka menjadi kewajiban pers pulauntuk memberikan gambaran yang jelasdan lengkap mengenai tokoh-tokohtersebut. Dengan demikian, publik tidakakan memperoleh kesan dan penafsiranyang keliru tentang sosok dan pendirianpolitik mereka. Dengan mendapat bekalinformasi yang benar dari pers, kitaberharap bahwa publik yang “sarat

Bagaimana Memberitakan Kajian Lembaga Surveitentang Calon Pemimpin Negara

Page 51: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

45

Atmakusumah Astraatmadja, pengamat pers, pengajar Lembaga Pers Dr.Soetomo (LPDS), anggota Dewan Penyantun Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBHPers), pembina media radio Voice of Human Rights (VHR). Mantan ketua Dewan Perspada masa Reformasi, direktur eksekutif LPDS, redaktur pelaksana harian IndonesiaRaya.

i n fo rmas i (we l l - in fo rmed) ” akanmemberikan pilihan yang tepat ketikamenjadi responden lembaga surveidalam penelitian mengenai pemilihanumum.

Lembaga Survei Perlu DitelitiPublikasi hasil penelitian lembaga

survei mengenai para calon pemimpinnegara yang akan bertarung dalampemil ihan umum sebenarnya lebihbermanfaat bagi para petarung itudaripada untuk publik. Hasil penelitianini bisa memberikan indikasi tentangseberapa jauh popularitas mereka dikalangan masyarakat. Akan tetapi,publik—setidaknya sebagian, yangsudah menetapkan pilihannya sendiri—hanya menganggap pemberitaan hasilpenelitian itu sebagai semacam hiburanuntuk meramaikan suasana.

Walaupun demikian, pers lazimnyatidak akan menghindar dari penyiaranpemberitaan tentang hasil penelitian

lembaga-lembaga survei, siapa pun yangmenjad i p i l ihan da lam surve i i tu .Walaupun demikian, pers tetap perlumeneliti kredibilitas lembaga-lembagaini dengan mengamati pengalaman danpara pengelola lembaga tersebut.

Pent ing bag i pers un tukmemastikan bahwa lembaga surveiyang hasil penelitiannya dipublikasikantidak memiliki tujuan khusus untukkepentingan partai politik atau parapemimpin politik tertentu. Tujuannyahanyalah untuk memperkaya informasiyang mungkin diperlukan oleh parapemilih. Oleh karena itu, perlu puladiamat i , s iapa sponsor penel i t iantersebut b i la pembiayaannyamenggunakan dana sponsor.

Pent ing pula bagi pers untukmengetahui metode penelitian yangdilakukan oleh lembaga survei tersebut.Juga perlu diamati keanekaragamankelompok-kelompok masyarakat yangmenjadi responden dan seberapa luaswilayah tempat tinggal mereka.

***

Kembali ke Standar Jurnalisme Profesional dan Etika Pers

Page 52: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

47

Setelah resmi menjadi GubernurDKI Jakarta, Jokowi menempatirumah dinasnya di Jalan Taman

Suropati, Jakarta Pusat. Sebelumnya iasempat mengusung beberapa barangmiliknya dari Solo, Jawa Tengah, untukditempatkan di rumah dinasnya. Salahsatu barang yang diusung yaitu tempattidur kayu kesayangannya. RupanyaJokowi tidak mau pisah dari tempattidur yang merupakan hasil karyanyasendiri itu. Maklum, sebelum menjadiWalikota Solo, kemudian Gubernur DKIJakarta, Jokowi adalah pengusahamebel . Saat in i ia memi l i k i duaperusahaan eksportir mebel di Solo.

“Memang sudah jelek sih, tapikalau pakai itu saya bisa tidur nyenyak.Itu buatan saya sendiri. Kan saya tukangkayu,” ungkap Jokowi.

Kisah Jokowi mengusung tempattidur kesayangannya itu ditulis olehwartawan portal berita detik.com tang-gal 14 Oktober 2012. Ternyata, tulisanyang tergolong sebagai berita ringan

Liputan Pemilu dalam Era Baru Media* Mempertimbangkan Audiens

Winarto

(dan sangat singkat) itu mampu menarikperhatian pembaca dan memperolehbanyak komentar. Tercatat ada 53 ko-mentar terhadap berita tersebut. Jumlahkomentator mungkin bisa lebih banyakbila setiap pengunjung langsung bisamengirimkan komentarnya tanpa harusmendaftar dulu sebagai “pengunjungterdaftar” (registered visitor).

Yang menarik di sini adalah bahwapara pembaca tidak hanya mengomen-tari isi berita, tapi juga mengkritisi ins-titusi media yang dalam hal ini adalahdetik.com. Menyangkut isi berita se-bagian besar komentator menyampai-kan tanggapan positif terhadap Jokowi.Mereka menilai tindakan Jokowi meng-gunakan tempat tidur sendiri, tidak maumemakai yang baru, sebagai contohsikap pemimpin yang sederhana danrendah hati. Sedangkan mengenai ins-titusi media, ada beberapa pengunjungyang secara impl is i t menganggapdet ik .com t idak mempunyai newsjudgement yang baik. “Hal seperti itu

Liputan Pemilu dalam Era Baru Media

Page 53: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

48

saja kok diberitakan sih. Apa nggak adahal lain yang lebih penting?” demikiantulis salah seorang pengunjung situsberita ini.

Tentu detik.com memiliki pertim-bangan tersendiri mengunggah beritatersebut. Jokowi adalah sosok fenome-nal yang setiap gerak geriknya selalumenar ik perha t ian pub l ik . Ber i tatentang Jokowi, meski menyangkut hal-hal sepele, tetap dianggap perlu ditulis.

Di sini tidak akan dibahas lebihjauh soal news judgement tersebut.Dengan mengetengahkan kasus pem-beritaan di detik.com tersebut tulisanini ingin menunjukkan bahwa jurnalismedewasa in i tak lag i sama denganjurnalisme pada sekitar l imabelas-duapuluh tahun lalu. Jurnalisme dewasaini adalah jurnalisme yang dimediasioleh jaringan komputer (internet) yangbersifat interaktif. Salah satu yangmencolok adalah muncul dan semakinkuatnya keberadaan audiens yang taklagi diam sebagai objek pasif yanghanya menerima apapun pesan atauinformasi dari media, melainkan sebagaisubjek yang aktif dalam ikut membing-kai pesan dari media atau bahkan mem-produksi sendiri pesan dan mendistri-busikan langsung ke sesama khalayak.

Da lam contoh kasus d i a tasaudiens tidak sekadar menerima infor-masi yang disampaikan media secarataken for granted atau sebagaimanaadanya. Mereka melalui komentar yangdisampaikan turut memberi konteks dan

dengan demikian membangun bingkai( f rame) tertentu berkai tan dengankonten berita tersebut. Mereka tidakbisa dengan mudah digiring masukdalam agenda setting media. Bahkanmereka juga mengkritisi institusi mediadan ini berarti mereka berusaha masuk– meskipun secara tidak langsung – kedalam proses produksi informasi atauberita. Pada kasus-kasus lain yangakan dibahas nanti kita melihat bahwaaudiens bukan hanya sebagai kon-sumen, melainkan sekaligus juga bisamenjadi produsen dengan kemampuanpenuh memproduksi informasi dan men-distribusikannya kepada publik.

Perubahan Relasi Mediadengan Audiens

Teknologi internet yang kemudianmelahirkan citizen journalism (jurnalis-

“Jurnalisme dewasa initak lagi sama dengan

jurnalisme pada sekitarlimabelas-duapuluh tahun

lalu. Jurnalisme dewasa iniadalah jurnalisme yangdimediasi oleh jaringan

komputer (internet) yangbersifat interaktif.”

Page 54: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

49

me oleh warga) merubah pola hubunganantara media, jurnalis dan audiens.Dalam media konvensional–cetak, radiodan tv–audiens adalah objek pasif.Audiens hanya menerima limpahanin fo rmas i dar i med ia . Mesk ipunsejumlah teori mengungkapkan adanyakebebasan audiens untuk memil ih(institusi) media mana dan konten apayang dikonsumsi, tetap saja kebebasanmereka berada dalam kerangka (frame)dan agenda setting institusi mediasebagai produsen informasi, karenadalam hal ini audiens tetap saja sebagaikonsumen.

Dalam paradigma yang mendasariera media konvensional, jurnalis adalahpenentu agenda publik, pendefinisi apayang seharusnya dibaca atau ditontonoleh publik dan karenanya berperanbesar dalam mengarahkan opini publik.Jurnalis adalah penjaga gerbang ‘ruangpublik’ (public sphere). Namun, HannaNikkanen menegaskan, public spherekini tidak lagi memiliki gerbang atautembok pembatas . Dewasa in idiperkirakan ada dua milyar penggunain ternet d i dun ia yang b isamempublikasikan pesan atau informasitanpa meyakinkan pada jurnalis ‘sipenjaga gerbang’ tentang penting danurgens inya pesan a tau in formas itersebut. Mereka tidak lagi sebagaiaud iens yang pas i f dar i med iaprofesional dan konvensional, tetapisebaga i aud iens yang ak t i f dansekaligus sebagai produsen pesan

melalui kegiatan citizen journalism.Kegiatan jurnalisme oleh warga

atau citizen journalism yang semakinmeluas d i rasakan mula i men jad ipesaing bagi para jurnalis profesionalyang bekerja di perusahaan-perusahaanmedia. Sejauh ini si tus-situs yangmengunggah buah karya jurnalis non-profesional atau warga-pewarta (citizenjourna l is t ) i tu memang be lumsepenuhnya bisa menggantikan karyapara jurnalis profesional, tetapi setidak-tidaknya bisa menjadi alternatif ataupembanding terhadap isi media buahkarya para jurnalis profesional. Bahkandalam kasus-kasus tertentu informasiyang diunggah oleh warga-pewarta lebihmampu menyedot perhatian publik danmenjad i ru jukan bag i ju rna l i sprofesional. Ini terjadi ketika publikmenilai media profesional tidak mampumemenuhi rasa ingin tahu mereka.

Karena beberapa keterbatasanyang dimiliki, media profesional tidakselalu bisa memenuhi rasa ingin tahuaudiens. Misalnya keterbatasan teknisberupa kekurangan jumlah personel (timliputan) dan peralatan, lokasi geografissumber in fo rmas i yang jauh dar ijangkauan awak media, atau ketiadaaananggaran untuk melakukan peliputan.Sela in i tu media profes ional jugamenghadapi persoalan yang bersumberpada kepent ingan inst i tusi media,hubungan pemi l i k med ia dengankalangan birokrasi, tokoh politik, danlembaga-lembaga bisnis tertentu.

Liputan Pemilu dalam Era Baru Media

Page 55: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

50

Ketika lembaga-lembaga mediaprofesional menghadapi jalan buntuseper t i i tu , pub l i k akan mel i r i kinformasi yang bertebaran di ruangpub l ik in te rne t , khususnya yangdiunggah oleh para pelaku cit izenjournalism.

Dalam kasus-kasus ketika terjadibencana alam atau kecelakaan besarju rna l i s p ro fes iona l ser ing harusber lomba dengan warga da lammenyampaikan informasi ke khalayak.Tak jarang media dan para jurnalisprofesional kalah cepat, karena denganperangkat kamera pada telepon selulerwarga bisa mengambil gambar–bukanhanya foto tapi juga video–dan menye-barkannya melalui jaringan internet se-belum awak media profesional sampaidi lokasi kejadian. Dalam kasus sepertiini warga adalah mereka yang secarakebetulan berada di lokasi kejadian,sebagai saksi langsung atau mungkinkorban yang selamat dalam peristiwatersebut.

Bagi media profesional informasidari warga yang secara kebetulanterlibat dalam suatu kejadian tersebutmasih agak mudah diakomodasi. Mediaprofesional bisa membeli informasi dariwarga tersebut kemudian mempublika-sikannya melalui saluran media mereka.Tentu saja para awak media profesionalitu lebih jauh perlu mengkonfirmasi ataumemverifikasi informasi dari warga kep ihak-p ihak yang berkompeten.Langkah demikian merupakan langkah

taktis dan elegan dalam mengatasi ke-terbatasan mereka untuk memperolehsumber informasi paling awal dan mem-publikasikan secara cepat. Tetapi ma-salahnya, warga tidak selalu bersediamenjual atau memberikan informasimereka ke media profesional. Karenaalasan tertentu mereka lebih sukamenyebarkan langsung ke jaringaninternet melalui sarana yang merekamiliki: blog dan media sosial sepertifacebook, youtube atau twitter.

Beberapa waktu lalu para penggunainternet di tanah air dihebohkan olehtayangan video yang diungah di youtubetentang seorang polisi lalu lintas di Baliyang terang-terangan meminta uangkepada seorang pelanggar lalu lintas.Tayangan video tersebut juga disiarkanoleh beberapa stasiun tv nasional dandi tu l is o leh se jumlah surat kabarsebagai berita, sehingga memancingtanggapan otoritas resmi kepolisian.

Da lam kasus la in , berka i tandengan perkara politik terutama ketikamedia-media profesional dan konven-sional (cetak, radio, tv) telah terkooptasioleh kepentingan pol i t ik penguasaataupun partai politik tertentu, wargabergerilya mengunggah informasi yangpenting untuk diketahui publik melaluiinternet.

Kasus paling mencolok dan mu-takhir yaitu aktivitas citizen journalismyang berlangsung di Mesir yang berhasilmembangun kesadaran kritis wargaterhadap represi kekuasaan negara.

Page 56: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

51

Melalui blog dan media sosial wargamengir im informasi tentang t indakkekerasan aparat militer dan tindakanrepresif lain yang tidak bisa dipublika-sikan melalui media profesional dankonvensional. Kalangan pengamatmeyakini , para bloger dan ci t izenjournalist mempunyai andil besar dalam“Revolusi Mesir” yang berhasil menum-bangkan rezim otoriter Hosni Mubarakpada tahun 2011. Dalam kasus inimedia sosial dan blog telah memainkanperan sebagai pilar ke-empat demokrasiyang selama ini diemban oleh media-media konvensional. Media sosial danblog mengambil alih peran tersebutketika media konvensional dan profe-sional menghadapi jalan buntu saatberhadapan dengan kekuasaan otori-tarian yang kuat.

Internet dan Demokratisasi

Maraknya peran citizen journalismdalam wujud blog dan media sosialsebagai sarana demokratisasi jugaberlangsung di berbagai negara denganintensitas dan besaran berbeda-beda.Di negara-negara yang kehidupandemokrasinya relatif mapan, blog danmedia sosial semakin menguatkan nilai-nilai demokrasi dengan membuka ruanglebih luas bagi semua unsur masya-rakat untuk terlibat dalam proses-pro-ses politik seperti pemilu dan pengam-bilan keputusan kebijakan-kebijakanpublik strategis. Kekuatan dari media

internet adalah sifatnya yang interaktifdan mengatasi masalah keterbatasanruang dan waktu.

David Holmes (2012) menyebut erainternet sebagai second media ageyang dibedakan dari era sebelumnyayaitu firts media age yang didominasioleh media penyiaran (broadcast). Padaabad ke-20 perkembangan mediapenyiaran ditandai dengan kontrol olehnegara dan korporasi-korporasi bisnis.Internet dipandang mewakili mediumtekn is yang tak te rba tas un tukpemulihan public sphere. Berbeda darimedia penyiaran yang bersifat terpusatyaitu dari sedikit sumber ke banyakpener ima dan satu arah, in ternetbersifat tersebar yakni dari banyaksumber ke banyak penerima dan duabahkan banyak arah (interaktif). Selainitu, konstituen media penyiaran di-konstruksi sebagai massa, sementaradalam internet setiap peserta masihbisa mempertahankan individualitasnya.

“Era internet sebagai secondmedia age yang dibedakandari era sebelumnya yaitu

firts media age yangdidominasi oleh

media penyiaran (broadcast).- David Holmes

Liputan Pemilu dalam Era Baru Media

Page 57: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

52

Douglas Kellner (2002) lebih tegasmenyatakan bahwa internet merupakanteknologi yang secara potensial sangatdemokratis. Melalu jaringan internet,siapapun yang memiliki akses terha-dap teknologi ini bisa terlibat dalam bu-letin-buletin komunitas, website, situs-situs konferensi, ruang obrolan (chatrooms), yang memungkinkan berlang-sungnya komunikasi secara interaktif.Saat ini cukup banyak situs-situs yangmenyelenggarakan ruang diskusi ten-tang berbagai masalah sosial dan politikyang memberi akses bagi penggunainternet untuk terlibat. Demokrasi dijagat maya (cyber democracy) ini mem-bangun suatu bentuk baru interaksi dandialog publik dan memperluas konsepsikita tentang demokrasi.

Kellner mengungkapkan, ruangpublik baru dari jagat maya ini memangtidak bisa menggantikan debat dandiskusi langsung tatap-muka, namun bisamempengaruhi pengambilan keputusansecara signifikan. Sukses Barack Obamadalam pemilihan Presiden AS, misalnya,

tak lepas dari peran para pendukungnyayang menyebarkan pidato-pidatonya yangmemang menarik ke jaringan internet.

Di Indonesia kita juga melihatkasus serupa dalam Pemilihan KepalaDaerah (Pilkada) DKI Jakarta yangakhirnya memenangkan pasanganJokowi-Ahok. Kemenangan pasanganini juga tidak lepas dari dukungan publikda lam dun ia maya yang mampumembangun kesadaran kritis wargadalam memilih gubernur. Para pendu-kung Jokowi-Ahok melalui jaringaninternet berhasil mencitrakan pasanganini sebagai pemimpin yang bersih danmerakyat selain berprestasi. Namundalam kasus ini harus diakui pula peranmedia konvens iona l yang cukupmemberi ruang bagi pasangan Jokowi-Ahok dalam pemberitaan mereka.

Liputan Pemilu dan HarapanAudiens

Sampai di sini kita melihat bahwainternet sebagai bentuk baru media

“Internet merupakan teknologi yang secara potensialsangat demokratis. Melalu jaringan internet, siapapun yang

memiliki akses terhadap teknologi ini bisa terlibat dalam buletin-buletin komunitas, website, situs-situs konferensi, ruang obrolan

(chat rooms), yang memungkinkan berlangsungnyakomunikasi secara interaktif.

- Douglas Kellner

Page 58: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

53

membuka ruang lebih luas bagi setiapwarga untuk terl ibat dalam prosesproduksi informasi atau pesan. Wargaadalah konsumen sekaligus produsen.Sebagai konsumen mereka memilikikebebasan untuk memilih informasi apayang akan dikonsumsi dan menentukanapakah mau menerima begitu sajainformasi tersebut, mengkritisinya, ataubahkan menolaknya sama sekali untukkemudian memutuskan mencari sumberinformasi lain. Mereka adalah khalayakyang akti f dan kri t is, yang mampumembaca agenda setting media pro-fesional dan karenanya tidak mudahdidikte oleh kerangka (frame) mediaprofesional. Sebagai produsen merekabisa mengunggah informasi alternatifdari yang disampaikan oleh mediaprofesional dan konvensional.

D i tengah perubahan po lahubungan antara media dengan audiensdi mana media tidak lagi bisa memono-poli sebagai pendefinisi ‘kepentinganpubl ik ’ dan k iner janya senant iasaberada dalam pengawasan publ ik(khalayak yang aktif dan kritis), makamenarik mempertanyakan bagaimana(seharusnya) media dan jurnalis profe-sional menempatkan diri mereka agartetap eksis dan mampu menarik perha-tian khalayak. Dalam era internet se-perti saat ini media profesional harusbenar-benar mempertimbangkan kepen-tingan khalayak jauh lebih besar diban-ding pada era sebelumnya di mana me-dia masih mudah mendikte khalayak

melalui agenda setting mereka. Pertim-bangan ini perlu diambil bila merekatidak ingin ditinggalkan khalayak.

Terkait dengan topik tulisan iniyaitu mengenai Pemilu, pertanyaanyang penting di sini adalah bagaimanaseharusnya media dan ju rna l isprofesional menyajikan berita-beritaPemilu agar memenuhi kebutuhankha layak . Apa yang sebenarnyadiharapkan khalayak terhadap mediadalam meliput Pemilu? Selama inibagaimana persepsi mereka terhadapmedia dalam peliputan Pemilu?

Dalam upaya menjawab beberapapertanyaan di atas penulis mencobamelakukan ‘survei’ kecil-kecilan yaitudengan menyebarkan quest ionerkepada para pengguna facebook .Questioner berisi lima pertanyaan itupenulis sebarkan kepada 25 respondenyang merupakan teman virtual penulisdalam facebook . Mereka memi l ik iberagam latar belakang profesi antaralain penulis, dosen, guru, pegawai ne-geri, pengusaha dan karyawan swasta.Selain i tu juga ada wartawan danmantan wartawan, serta beberapa yangpernah bekerja di media tetapi bukansebagai wartawan. Sedangkan tingkatpendidikan rata-rata mereka adalahsarjana (S1), sebagian S2 dan S3.

Per tanyaannya menyangkutperseps i mereka terhadap mediakonvensional – cetak, radio dan tv –dalam peliputan Pemilu/Pilkada/Pilpresdan harapan mereka terhadap media

Liputan Pemilu dalam Era Baru Media

Page 59: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

54

dalam peliputan Pemilu/Pilkada/Pilpres.Menyangkut persepsi mereka

terhadap media pada umumnya – koran,radio dan tv – dalam peliputan Pilkadadiajukan 2 (dua) pertanyaan. Pertama,yaitu apakah selama ini mereka merasamendapatkan informasi yang cukup darimedia dalam pemberitaan Pilkada gunamenentukan pilihan mereka – termasukapabila mereka memutuskan tidakmemi l ih da lam P i lkada te rsebut .Terhadap pertanyaan ini sebanyak 48persen (12 responden) menjawab Ya,ar t inya mereka merasa mendapatin formas i yang cukup dar i mediasebagai referensi dalam memutuskanpilihan dalam Pilkada. Sedangkan yangmenjawab Tidak juga sebanyak 48persen (12 responden), dan 4 persen (1responden) menjawab Tidak Tahu.

Pertanyaan kedua yaitu apakahmereka berpendapat bahwa berita-beritapolitik tentang Pilkada di beberapadaerah (DKI, Jabar, Jateng, dll) di mediaumum – koran, radio dan tv – selamaini cukup jujur dan adi l bagi parakontestan. Terhadap pertanyaan ini 36persen men jawab Ya , 28 persenmenjawab Tidak , dan 36 persenmenjawab Tidak Tahu.

Dar i jawaban terhadap keduaper tanyaan te rsebut k i ta b isamengatakan bahwa meskipun mengakumendapat informasi yang cukup darimedia dalam l iputan Pilkada, pararesponden meragukan kejujuran mediada lam menyampaikan in fo rmas i

tersebut. Terbukti hanya 36 persen yangmelihat pemberitaan media jujur danadil bagi para kontestan. Sedangkan 28persen responden menilai pemberitaanmedia tidak jujur dan tidak adil bagipara kontestan. Artinya secara implisitmereka menilai bahwa media memilikiagenda tertentu dalam memberitakanPilkada, sehingga meskipun laporanmereka terkesan lengkap (secara teknikjurnalistik) sebenarnya memuat misite r tentu yang leb ih d idasar i o lehkepentingan media sendiri.

Dalam real i tas set iap inst i tusimedia melakukan framing terhadapinformasi yang disampaikan ke publik.Framing yaitu pemilahan informasididasarkan pertimbangan-pertimbangantertentu untuk disampaikan ke publik.Proses f raming o leh med ia b isadilakukan sejak jurnalis menentukanangle (sudut pandang) berita, memilihnarasumber, dan merancang pertanyaanyang akan diajukan kepada narasumber.Framing juga terjadi pada proses editingoleh editor (redaksi) terhadap hasilliputan atau laporan reporter. Secaraideal, framing oleh media dilakukandengan mempertimbangkan terutamakepentingan publik, bukan (semata-mata) didasarkan pada kepentinganinstitusi media yang bersangkutan.

Pada era internet di mana sumber-sumber informasi bertebaran di jagatmaya, khalayak akan dengan mudahmembaca agenda tersembunyi yangd imi l i k i ins t i tus i med ia da lam

Page 60: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

55

member i takan sesuatu. Di s in i lahkejujuran jurnalis diuji dan kredibilitasmedia dipertaruhkan. Terkait denganliputan Pemilu, publik sangat berharapmedia dan jurnalis profesional benar-benar menyampaikan fakta secara jujurdan memberikan ruang secara adil bagipara kontestan.

Keraguan responden terhadapkejujuran media lebih terlihat ketikamereka d i tanya tentang perseps imereka terhadap media dalam meliputPemilu/Pilpres pada 2014 mendatang.Yaitu apakah mereka percaya mediaTV nasional yang ada saat ini akanmemberitakan secara jujur dan adilbagi para kontestan dalam Pemilu danPilpres 2014 mendatang. Terhadapper tanyaan in i hanya 12 persenresponden yang men jawab Ya(Percaya ) , sedangkan 60 persenmenjawab Tidak Percaya. Sisanya, 28persen menjawab Ragu-ragu.

Hasil ini tidak berbeda jauh darihasil jawaban terhadap pertanyaan

ber iku tnya ya i tu apakah merekapercaya media cetak (koran danmajalah ) yang ada saat in i akanmemberitakan secara jujur dan adil bagipara kontestan dalam Pemilu danPilpres 2014 mendatang. Atas perta-nyaan ini hanya 16 persen repondenyang men jawab Ya (Percaya ) ,sedangkan 48 persen menjawab TidakPercaya. Di sini meskipun selisihnyatipis, jumlah responden yang percayapada media cetak lebih besar dibandingyang percaya pada TV.

Keraguan responden terhadapkejujuran media dalam pemberitaanPemilu/Pilres 2014 agaknya terkaitdengan fakta bahwa saat ini sebagianpemi l i k med ia bera f i l ias i denganorganisasi pol i t ik tertentu, bahkanmenjad i pengurus par ta i danmengajukan diri sebagai calon presiden/wakil presiden pada Pemilu/Pilpres2014. Harry Tanoesudibyo dari GrupMNC yang memiliki tiga stasiun TVnasional dan jaringan TV di daerah,

“Keraguan responden terhadap kejujuran media dalampemberitaan Pemilu/Pilres 2014 agaknya terkait dengan fakta

bahwa saat ini sebagian pemilik media berafiliasi denganorganisasi politik tertentu, bahkan menjadi pengurus partai danmengajukan diri sebagai calon presiden/wakil presiden pada

Pemilu/Pilpres 2014.”

Liputan Pemilu dalam Era Baru Media

Page 61: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

56

radio, media cetak dan media onlinetelah mendeklarasikan diri sebagaiCalon Wakil Presiden mendampingWiranto sebagai calon Presiden yangdiusung Partai Hanura. SedangkanAburizal Bakri, pemilik TV One dan Antvtelah mewacanakan diri sebagai CalonPresiden dari Golkar. Sementara, SuryaPaloh, pemilik Metro TV dan harianMedia Indonesia , mengindikasikanakan mencalon sebagai Presiden dariPartai Nasdem.

Sejauh ini agaknya publik telahmelihat bahwa media-media tersebutmemberi ruang istimewa bagi parapemilik masing-masing. Selain dalampember i taan, para pemi l ik mediatersebut juga tampil dalam iklan dengandurasi dan frekuensi cukup besar dimedia yang mereka miliki. Melihat faktademikian memang wajar bila publikmerasa skeptis bahwa media-mediatersebut akan memberitakan Pemilu/Pilpres 2014 secara jujur dan adil.Skeptisisme khalayak itu tentu patutd iper t imbangkan media dan paraju rna l i s , b i la mereka t idak ing inditinggalkan khalayak.

Terkait Pemilu publik berharapmedia benar-benar bisa menyampaikaninformasi yang mereka butuhkan. Dalamsurvei ini diajukan pertanyaan tentangtop ik - top ik apa yang d iharapkanreponden dalam pemberitaan mediaterkait Pemilu/Pilpres. Survei memberi-kan enam topik yang bisa dipilih lebihdari satu oleh responden. Yaitu a) profil

partai kontestan pemilu, b) profil caleg,c) program partai, d) ideologi partai, e)track record calon presiden, dan f)program calon presiden. Di luar enampilihan tersebut responden dibebaskanuntuk menambah sendiri topik yangdianggap penting diliput dan disajikanmedia terkait Pemilu/Pilpres.

Jawaban responden menunjukkanbahwa top ik “Track record ca lonPresiden” menempati urutan pertamayang dipilih oleh banyak respondenyaitu 84 persen (21 responden), disusultopik “Profi l caleg” (72 persen/ 18responen) , “Track record ca lonPresiden” (54 persen/ 14 responden),“Program par ta i ” (48 persen/ 12responden), “Profil partai” (32 persen/8 responden) dan “Ideologi partai” (20persen/ 5 responden).

Jawaban di atas menunjukkanbahwa para responden merasa lebihperlu mendapat informasi tentang pri-badi (caleg/capres) dibanding organisa-si (parpol). Responden tidak meman-dang penting parpol apa yang mengu-sung caleg/capres, tapi lebih melihatpentingnya integritas pribadi caleg/capres. Hal ini agaknya terkait dengankecenderungan merosotnya citra partai-partai di mata publik selama ini karenabanyaknya kasus korupsi yang menim-pa kader partai-partai baik di lembagalegislatif maupun eksekutif. Programdan ideolog i par ta i t idak menjadisesuatu yang menarik bagi responden.Faktanya sejauh ini tidak ada perbedaan

Page 62: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

57

signifikan program partai yang satudengan yang lainnya meskipun secaraformal partai-partai itu mengaku memi-l ik i ideologi yang berbeda. Dalamsejumlah kasus Pilkada, faktor individucalon kepala daerah lebih menentukandibanding profil dan program partaipengusungnya.

Kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta tahun2012 lalu merupakan salah satu contoh.Pasangan ini didukung hanya oleh duapar ta i ya i tu PDIP dan Ger indramenghadapi pasangan petahana FauziBowo-Nachrowi yang didukung partai-partai besar seperti Demokrat, Golkar,PAN, PPP, PKS, dan PKB. Banyakpengamat menilai faktor individu Jokowidan Ahok menyumbang lebih besardalam meraih kemenangan pasanganini dibanding faktor partai pendukung-nya. Pasangan ini memiliki track recordbagus saat menjadi kepala daerah ditempat asalnya. Jokowi masih menjabatwalikota Solo ketika mencalon sebagaiGubernur DKI Jakarta, sedangkan Ahokadalah mantan Bupati Belitung Timur.

Kejujuran dan Independensi

Mengingat jumlah responden yangsangat kecil dan dalam lingkunganterbatas, hasil survei yang penulislakukan di atas tidak dimaksudkan un-tuk digeneralisasi dan memberi gam-baran umum tentang perspektif khala-yak media yang jumlahnya mencapai

jutaan orang. Meskipun latar belakangpendidikan dan profesi para respondenbisa dikategor ikan sebagai ‘kelasmenengah’ penulis juga tidak berpreten-si menempatkan mereka sebagai repre-sentasi kelas menengah umum sebagaikhalayak media. Hasil survei di ataslebih tepat dibaca sebagai suatu kilasanpendapat dari serpihan kecil khalayakyang peduli media. Terserah Anda, parapembaca d i s in i untuk mengin te-pretasikan hasil survei tersebut.

Satu hal yang hendak dikatakan disini yaitu bahwa khalayak sesungguh-nya adalah penentu hidup matinyasebuah institusi media. Media yangtelah kehilangan kepercayaan khalayak-nya hanya menunggu waktu untuk mati.Di tengah membanjirnya informasidalam era internet seperti saat ini den-ting kematian bisa lebih cepat datang.

Hasil survei di atas menunjukkanbahwa hampir separuh jumlah respon-den tidak mempercayai kejujuran media

“Khalayak sesungguhnyaadalah penentu hidup matinya

sebuah institusi media.Media yang telah kehilangan

kepercayaan khalayaknyahanya menunggu waktu

untuk mati.”

Liputan Pemilu dalam Era Baru Media

Page 63: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

58

profesional dan konvensional dalam pe-l ipu tan Pemi lu /P i lp res . Ha l in imengisyaratkan bagi media dan jurnalisprofesional untuk memeriksa diri danmerenungkan apa yang selama ini telahmereka tulis dan sampaikan kepadakhalayak.

Bill Kovach dan Tom Rosenstieldalam buku mereka “Elemen-elemenJurnal isme: Apa yang SeharusnyaDike tahu i War tawan dan yangDiharapkan Publik” (2004) mengungkap-kan, bahwa tujuan utama jurnalismeadalah menyediakan informasi yangdibutuhkan warga agar mereka bisahidup merdeka dan mengatur d i r isendiri. Untuk mencapai tujuan itu adasembilan elemen jurnalisme yang patutdiketahui dan dijalankan jurnalis. Yaitu1) Kewajiban pertama jurnalisme adalahmenyampaikan kebenaran, 2) Loyalitasutama jurnalisme adalah kepada warga,3) Intisari jurnalisme adalah disiplindalam verifikasi, 4) Para praktisinyaharus menjaga independensi terhadapsumber berita, 5) Jurnalisme harusbertindak sebagai pemantau kekuasa-an, 6) Jurnalisme harus menyediakanforum publ ik untuk kr i t ik ataupundukungan warga, 7) Jurnalisme harusberupaya membuat hal penting menarikdan relevan, 8) Jurnalisme harus men-jaga agar berita komprehensif dan pro-porsional, dan 9) Para praktisinya harusdiperbolehkan mengikuti nurani mereka.

Tujuan jurnalisme ini disimpulkanKovach dan Rosenstiel setelah melaku-

kan serangkaian diskusi dan wawancarayang melibatkan sekitar tigaribu pesertate rmasuk sek i ta r t igara tus orangwartawan. Awalnya pada bulan Juni1997, sebanyak 25 orang wartawanberkumpul di Harvard Faculty Club,Cambridge, Amerika Serikat. Merekaberkumpul membicarakan perkemba-ngan mutakhir jurnalisme di AmerikaSerikat yang dinilai semakin jauh me-ninggalkan tugas utamanya melayanipublik, yang berakibat turunnya keper-cayaan masyarakat terhadap wartawan.Pada tahun 1985, hanya 41 persenwarga AS yang berpikir bahwa perspeduli terhadap rakyat. Namun angkaitu semakin merosot, menjadi hanya 21persen pada tahun 1999.

“Di ruang redaksi kita tidak lagibicara jurnalisme,” ungkap Max King,redak tur Phi lade lph ia Inqu i re r ,sebagaimana d ikut ip Kovach danRosenstiel. “Kita tergerus oleh tekananbisnis dan perhitungan untung-rugi,”u ja r seorang redak tur la innya.Berangkat dar i kepr iha t inan in ikemudian digelar serangkaian diskusi,penel i t ian dan wawancara denganratusan wartawan dan mereka yangterlibat secara langsung atau tidakdengan profesi jurnalis, termasuk parapakar komunikasi dan pengamat media.Sembilan elemen jurnalisme yang ditulisKovach dan Rosenstiel merupakan hasilrangkuman dari rangkaian diskusi,wawancara dan has i l pene l i t iantersebut.

Page 64: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

59

Perkembangan pers dan jurnalis-me di Indonesia mungkin tidak separahdi AS, meskipun ada kecenderungan se-makin kuatnya kepentingan bisnis da-lam mendikte kegiatan jurnalisme. Se-jauh ini kita melihat media secara umummasih relatif peduli terhadap warga,mereka yang terpinggirkan secarasosial ekonomi, dan kritis terhadapkekuasaan seper t i te r l iha t da lampemberitaan yang cukup gencar tentangkorupsi yang mel ibatkan berbagaikalangan di jajaran eksekutif, legislatifmaupun yudikat i f . Namun strukturkepemilikan media yang oligopolis dankonglomeratif bagaimanapun menimbul-kan masalah terutama terkait kebutuhanwarga akan informasi yang beragam.Selain itu, menyangkut peristiwa-peris-tiwa politik, seperti pemilu/pilkada ma-salah mulai muncul ketika sebagian pe-milik media terlibat dalam organisasi

politik/ parpol. Dalam konteks inilahpertanyaan-pertanyaan tentang inde-pendensi dan kejujuran jurnalis me-nuntut perhatian besar.

Berkenaan dengan masa lah-masalah di atas, Kovach dan Rosenstielmenegaskan perlunya keterbukaan diruang redaksi (newsroom). Upaya mem-produksi berita yang akurat, adil, im-bang, berfokus pada warga, independenakan sia-sia bila tidak ada keterbuka-an di ruang redaksi, tidak ada atmosferketerbukaan yang memungkinkan oranguntuk menentang asumsi, persepsi danprasangka orang lain. “Mereka yang be-kerja di organisasi berita harus menga-kui adanya kewajiban pribadi untukbersikap beda atau menentang redaktur,pemilik, pengiklan, bahkan warga danotoritas mapan, bi la kejujuran danakurasi menghendaki mereka berbuatbegitu,” ungkap Kovach dan Rosenstiel.

Referensi:Kellner, Douglas, “Techno-Politics, New Technologies, and the New Public

Spheres”, artikel diunduh bulan Juli 2013. (http://pages.gseis.ucla.edu/faculty/kellner/essays/technopoliticsnewtechnologies.pdf)

Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel, “Elemen-elemen Jurnalisme: Apa yangSeharusnya Diketahui Wartawan dan yang Diharapkan Publik”, Jakarta: ISAI, Cetakanke-2, 2004, 274 + xiv halaman.

Nikkanen, Hanna, “They shoot citizen journalists, don’t they? Journalism in theera of citizens: Curating vs. Outsourcing”, artikel diunduh bulan Juli 2013. (http://w w w . i f l a . o r g / f i l e s / a s s e t s / f a i f e / p u b l i c a t i o n s / s p o t l i g h t s /hannanikkanentheyshootenglishfinal_0.pdf)

***

Liputan Pemilu dalam Era Baru Media

Page 65: adalah lembaga independen yang dibentuk berdasar ewan Pers · warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya

Konvergensi & Independensi

60

Winarto, lahir tanggal 20 Jul i 1964. Lulusan Fakultas Hukum, UniversitasDiponegoro, Semarang, Program Pascasarjana Studi Pembangunan, UniversitasKristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, dan Program Pascasarjana Sosiologi,Universitas Indonesia. Wartawan harian sore Wawasan (Grup Suara Merdeka )Semarang (1989-September 1994), Wartawan RCTI (Oktober 1994-Maret 2012). Kinisebagai direktur lembaga pelatihan jurnalistik dan penulisan Graha Media School,Jakarta, pengajar tidak tetap di Universitas Al Azhar, Jakarta, web developer, pemilikdan penge lo la se jumlah webs i te d i an ta ranya www.we-pa in t ing .com danwww.featureindonesia.com serta menulis artikel dan cerpen di surat kabar.