repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48366/1/nicken... ·...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL,
GRATITUDE DAN PRIDE TERHADAP KEPUASAN KERJA
KARYAWAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Nicken Januari Hiryuni
NIM: 1113070000034
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
iii
iv
v
MOTTO
Learn from the past,
Live for today, and
Plan for tomorrow.
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Mei 2019
(C) Nicken Januari Hiryuni
(D) Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Gratitude dan Pride
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.
(E) xv + 87 halaman + lampiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kepemimpinan
transformasional, gratitude dan pride terhadap kepuasan kerja karyawan.
Adapun dimensi dari setiap variabel yang ingin dibuktikan pengaruhnya
terhadap kepuasan kerja karyawan adalah Idealized Influence, IntelLectual
Stimulaion, Inspirational Motivation, Individual Consideration, gratitude,
Authentic Pride, Hubristic Pride, dan Pride in Membership.
Populasi dalam penelitian ini adalah 169 sampel yang bekerja di
Pusdiklat Kementrian Perdagangan yang diambil menggunakan teknik
accidental non-probability sampling. Penulis mengadaptasi dan
memodifikasi alat ukur dari Job Satisfaction Survey (JSS), MLQ-5X,
Fauzziyah, The Authentic and Hubristic Pride Scales (AHPS) dan Pride in
Membership scale yang validitasnya diuji dengan validitas konstruk
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dijadikan
variabel bebas memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar
48,2 %, sedangkan 51,8 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian
ini. Berdasarkan hasil uji F, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) adalah
p=0.000 dengan nilai p<0.05. Sedangkan diketahui bahwa syarat
terpenuhinya nilai Sig. adalah <0.05, maka hipotesis yang menyatakan
adanya pengaruh iv terhadap dv, diterima.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada
pengaruh yang signifikan dari Inspirational Motivation, Individual
Consideration dan Authentic Pride. Penulis berharap implikasi dari hasil
penelitian ini dapat dikaji kembali dan dikembangkan pada penelitian
selanjutnya, dengan memperhatikan variabel lain yang mempengaruhi
kepuasan kerja seperti, turnover dan kinerja karyawan. Disarankan kepada
perusahaan untuk memberikan layanan dalam hal keagaamaan agar
karyawan lebih merasa tenang dan puas.
(F) Bahan Bacaan: 59 ( 3 buku + 46 jurnal + 1 Thesis + 2 artikel + 4 skripsi
+ 1 konferensi )
(G) Kata Kunci: Kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional, gratitude,
pride
vii
ABSTRACT
(A) The Faculty of Psychology of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) May 2019
(C) Nicken Januari Hiryuni
(D) The Influence of Transformational Leadership, Gratitude, and Pride
towards Employee Job Satisfaction.
(E) xv + 87 pages + appendices
This study aims to explore the influence of transformational leadership,
gratitude, and pride towards job satisfaction. The dimensions from each
main variables which need to research about the influence towards job
satisfaction are Idealized Influence, Intelectual Stimulaion, Inspirational
Motivation, Individual Consideration, gratitude, Authentic Pride, Hubristic
Pride, and Pride in Membership.
The populations in this research are about 169 sample who worked
at the Ministry of Trade's Education and Training Center (Pusdiklat
Kemendag) taken by accidental non-probability. The author adapted and
modified the measuring instrument from Job Satisfaction Survey (JSS),
MLQ-5X, Fauzziyah, The Authentic and Hubristic Pride Scales (AHPS)
dan Pride in Membership scale whose validity was tested with construct
validity using CFA (Confirmatory Factor Analysis)
The result shows that independent variables give influence about
48,2 % towards job satisfaction while 51,8 % are influenced by other
variables outside this conducted research. Based on the results of the F
test, it can be seen that the value of p (Sig.) Is p = 0.000 with a value of p
<0.05. Whereas it is known that the requirements for fulfilling the Sig. is
<0.05, then the hypothesis which states the influence of iv on dv, is
accepted.
The conslution drawn from this study is there is significant
influence of Inspirational Motivation, Individual Consideration and
Authentic Pride. The authors hope the implications of this study, can be
reviewed and developed in further research, taking into other variables that
influence job satisfaction such as, turnover and employee performance.
Recommended for the company toprovides services in terms of religions,
so that employeed feeleed more calm and satisfied.
(F) Sources: 59 (3 books + 46 journals + 1 thesis + 2 article + 4 minithesis + 1
conferense )
(G) Keywords: job satisfaction, transformational leadership, gratitude, pride
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahi rabbil „alamin, puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional, Gratitude dan Pride Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan”,
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Shalawat serta dalam tak lupa Peneliti curahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, beserta dengan para keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini
tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Ibu Dra. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh jajarannya. Terima kasih atas
kebijakan yang telah membantu memberikan kelancaran birokrasi kepada
mahasiswa.
2. Ibu Liany Luzvinda, M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah sabar
membimbing dengan sabar, perhatian dan motivasi yang tinggi terhadap
peneliti,
3. Seluruh dosen serta karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.
ix
4. Seluruh karyawan Pusdiklat Kementrian Perdagangan Sawangan yang telah
meberikan banyak kontribusi dalam penelitian ini.
5. Kepada orang tua saya, Papa Tohir dan mama Ayun (Alm) yang telah tenang
berada disampingNya. Dan kepada kaka saya, mba Tiwi, mba Dedes, dan
Mega. Terima kasih atas kesabaran, dukungan moral maupun materi, serta doa
yang selalu dipanjatkan untuk saya, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
semaksimal mungkin.
6. Sahabatku Tamara, Hana, Fiqah, Chitra dan Novella yang telah sangat
membantu peneliti tanpa kenal waktu, tempat, dan lelah. Terma kasih atas
support, perhatian dan dukungan kalian untuk peneliti agar dapat
menyelesaikan penelitian ini.
7. Teman-teman yang telah banyak membantu peneliti, seperti keluarga
Nusantara Menwa UIN Jakarta, ka Fauzziyah dan ka Lieta yang telah
memberikan bahan-bahan referensi untuk peneliti. Serta teman-teman
angkatan 2013, yang tidak bias saya sebutkan satu persatu
8. Dan untuk orang terdekat saya, Achmad Sunday Ramdhani. Terima kasih atas
semua dukungan, motivas, arahan, dan doanya yang telah diberikan kepada
saya, dari dulu hingga sekarang saya dapat menyelesaikan penelitian ini.
Akhir kata, Peneliti berdoa kepada Allah SWT agar seluruh dukungan dan
bantuan yang diterima dapat dibalas dengan balasan yang berlipat ganda, Aamiin.
Jakarta, 18 Mei 2019
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah ........................................................................... 10
1.3 Perumusan Masalah ............................................................................ 11
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 12
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 12
1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 11
1.5.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Kepuasan Kerja ................................................................................... 13
2.1.1 Definisi Kepuasan Kerja ........................................................ 13
2.1.2 Dimensi Kepuasan Kerja ........................................................ 14
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja ......................... 17
2.1.4 Pengukuran Kepuasan Kerja .................................................. 19
2.2 Kepemimpinan Transformasional ....................................................... 21
2.2.1 Definisi Kepemimpinan Transformasional ............................ 21
2.2.2 Dimensi Kepemimpinan Transformasional ............................ 22
2.2.3 Pengukuran Kepemimpinan Transformasional ...................... 24
2.3 Gratitude .............................................................................................. 25
2.3.1 Definisi Gratitude ................................................................... 25
2.3.2 Dimensi Gratitude .................................................................. 26
2.3.3 Pengukuran Gratitude ............................................................. 28
2.4 Pride .................................................................................................... 29
2.4.1 Definisi Pride .......................................................................... 29
2.4.2 Dimensi Pride ......................................................................... 30
2.4.3 Pengukuran Pride ................................................................... 31
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................... 32
2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 39
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 41
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Penelitian ....................................... 41
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 44
3.4 Uji Validitas Konstruk ....................................................................... 48
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kepuasan Kerja ................................. 50
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kepemimpinan Transformasional ..... 53
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Gratitude ........................................... 58
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Pride .................................................. 59
3.5 Metode Analisis Data ......................................................................... 63
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................. 65
3.6.1 Persiapan Penelitian .................................................................. 65
3.6.2 Melakukan Penelitian ................................................................ 65
3.6.3 Pengolahan Data ........................................................................ 66
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .................................................. 67
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................... 68
4.2.1 Kategorisasi Subjek Variabel Penelitian .................................. 69
4.3 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................ 71
4.3.1 Pengujian R Square .................................................................. 71
4.3.2 Pengujian Koefisien Regresi IV terhadap DV .......................... 73
4.3.3 Pengujian Proporsi Varians Masing-masing IV Terhadap DV 75
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 79
5.2 Diskusi ................................................................................................ 79
5.3 Saran ................................................................................................... 84
5.3.1 Saran Teoritis ......................................................................... 85
5.3.2 Saran Praktis ........................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bobot nilai ............................................................................................. 45
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kepuasan Kerja .......................................................... 46
Tabel 3.3 Blue Print Kepemimpinan Transformasional ....................................... 47
Tabel 3.4 Blue Print Gratitude (Rasa syukur) ...................................................... 47
Tabel 3.5 Blue Printe Pride (Rasa Bangga) .......................................................... 48
Table 3.6 Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja .................................................... 52
Tabel 3.7 Muatan Faktor Idealzed Influance ....................................................... 54
Tabel 3.8 Muatan Faktor Intelectual Simulation .................................................. 55
Tabel 3.9 Muatan Faktor Inspirational Motivation .............................................. 56
Tabel 3.10 Muatan Faktor Individual Consideration ........................................... 57
Tabel 3.11Muatan Faktor Bersyukur Melalui Hati ............................................... 59
Tabel 3.12Muatan Faktor Authentic Pride ............................................................ 60
Tabel 3.13Muatan Faktor Hubristic Pride ............................................................ 61
Tabel 3.14Muatan Faktor Pride in Membership ................................................... 62
Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian (N=163) ................................................... 67
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................ 69
Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ............................................................................ 70
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................... 70
Tabel 4.5 R square ................................................................................................ 71
Tebl 4.6 Anova ...................................................................................................... 72
Table 4.7 Koefesien Regresi ................................................................................. 73
Tabel 4.8 Proporsi Varians ................................................................................... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6 Kerangka berpikir ............................................................................ 32
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ........................................................................................... 91
Lampiran 2 Path Diagram dan Syntax .................................................................. 99
Lampiran 3 Output Regresi……………………………………………………..104
xv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karyawan merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) atau aset perusahaan
maupun organisasi yang harus dipelihara dan dikembangkan, karena karyawan
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan aktivitas yang dilakukan dalam
suatu perusahaan maupun organisasi (As'ad dalam Pratama, Pali & Nurcahyo,
2012). Perusahaan yang memiliki lingkungan kerja yang positif dan bijak dalam
memberikan apresiasi terhadap kinerja karyawan diharapkan dapat memberikan
dampak positif pada kepuasan kerja karyawan. Oleh karena itu, kepuasan kerja
karyawan perlu diperhatikan agar hasilnya sesuai dengan tujuan yang diinginkan
oleh perusahaan maupun organisasi (As'ad dalam Pratama et al., 2012).
Pendidikan dan pelatihan (pusdiklat) perdagangan merupakan sebuah unit
eselon dua yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Perdagangan melalui Sekretaris Jenderal. Pusdiklat Kemendag mempunyai fungsi
dan tugas membangun SDM yang berkualitas untuk lingkungan kementerian
perdagangan (://pusdiklat.kemendag.go.id/v2018/about/profile-pusdiklat). Untuk
mencetak SDM yang berkualitas, karyawan pusdiklat sendiri harus diperhatikan
kepuasan kerjanya, agar kinerjanya maksimal. Namun menurut hasil observasi
dan wawancara dengan salah satu karyawan pusdiklat, terdapat beberapa faktor
yang membuat karyawan tidak merasa puas terhadap pekerjaannya. Diantaranya
adalah lamanya kenaikan pangkat di lingkungan pemerintahan, tidak
2
dilibatkannya karyawan dalam pengambilan keputusan, serta pekerjaan yang datar
dan kurang adanya tantangan juga mempengaruhi kepuasan.
Menurut Setiawan (2015), kepuasan kerja karyawan menjadi masalah yang
menarik dan penting untuk diteliti karena terbukti besar manfaatnya baik bagi
kepentingan individu, industri, dan masyarakat. Bagi individu, penelitian tentang
sebab-sebab kepuasan kerja karyawan memungkinkan timbulnya usaha-usaha
peningkatan kebahagiaan hidup mereka dalam konteks pekerjaan. Bagi industri,
penelitian mengenai kepuasan kerja karyawan dilakukan dalam rangka usaha
peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah
laku karyawan. Masyarakat tentunya akan menikmati hasil kapasitas maksimum
dari industri serta naiknya nilai manusia di dalam perusahaan maupun organisasi.
Kappagoda (2012) juga telah menjelaskan bahwa kepuasan kerja
karyawan telah diidentifikasi sebagai topik penting dalam penelitian organisasi
karena dampaknya terhadap keseluruhan kesejahteraan organisasi. Kepuasan kerja
karyawan mendapat banyak perhatian karena berhubungan dengan perilaku dan
sikap karyawan. Karena karyawan merupakan salah satu faktor kunci dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi, serta apabila
karyawannya tidak puas, maka kinerja dari orang tersebut akan menurun.
Menurut Locke (dalam Wijono, 2010) kepuasan kerja karyawan sebagai
suatu tingkat emosi yang positif dan menyenangkan individu. Dengan kata lain,
kepuasan kerja adalah suatu hasil perkiraan atau pengalaman positif dan
menyenangkan individu terhadap pekerjaannya. Locke juga mengkategorikan
moral dan kepuasan kerja sebagai suatu emosi yang akan dilalui oleh karyawan.
3
Selain itu, Howell dan Robert (dalam Wijono, 2010) memandang bahwa kepuasan
kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa atau tidak sukanya karyawan
terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Kepuasan kerja mencerminkan sikap
karyawan terhadap pekerjaannya. Jika karyawan bersikap positif terhadap
pekerjaan yang dikerjakannya, maka akan memperoleh perasaan puas. Sebaliknya,
jika karyawan bersikap negatif (tidak suka), maka ia akan merasa tidak puas
terhadap apa yang dikerjakannya.
Dari beberapa penjelasan para ahli yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan variabel yang penting
untuk diteliti, karena dapat mempengaruhi kinerja karyawan terhadap organisasi
maupun perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Baroroh (2013)
yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
kepuasan kerja karyawan dengan kinerja karyawan. Mobley, Horner dan
Hollingworth (dalam Pratama, D. A., Pali, M., & Nurcahyo, F. A. 2012), juga
menunjukkan bukti bahwa tingkat dari kepuasan kerja berkorelasi dengan
pemikiran untuk meninggalkan perusahaan (turnover). Ketidakpuasan dapat
terungkap dalam berbagai cara, seperti karyawan yang mengeluh, membangkang,
menghindar dari tanggung jawab dan lain-lain.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Mullin (dalam Wijono, 2010) menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja meliputi budaya, pribadi, sosial, organisasi dan
lingkungn. Dalam faktor pribadi diantaranya adalah kepribadian, pendidikan,
intelegensi, usia, status perkawinan, dan orientasi kerja. Faktor sosial di antaranya
4
hubungan dengan rekan kerja, kelompok kerja serta kesempatan untuk
berinteraksi. Faktor budaya di antaranya sikap yang mendasari kepercayaan dan
nilai-nilai. Faktor organisasi di antaranya struktur formal, kebijakan-kebijakan
personalia, relasi karyawan, sifat pekerjaan, gaya kepemimpinan, sistem
manajemen, dan kondisi-kondisi kerja. Faktor lingkungan di antaranya ekonomi,
sosial, teknik, dan pengaruh-pengaruh pemerintah.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
adalah kepemimpinan (leadership). Menurut Bass (1990) kepemimpinan
merupakan interaksi antara dua atau lebih anggota kelompok yang sering
melibatkan penataan situasi persepsi dan harapan anggota. Sedangkan pemimpin
adalah agen perubahan, yaitu seseorang yang bertindak mempengaruhi orang lain
lebih dari tindakan orang lain mempengaruhi dirinya. Kepemimpinan terjadi
ketika satu anggota kelompok (pemimpin) mengubah motivasi atau kompetensi
orang lain dalam kelompoknya tersebut.
Seorang pemimpin yang efektif harus tanggap terhadap perubahan, mampu
menganalisis kekuatan dan kelemahan sumber daya manusianya sehingga mampu
memaksimalkan kinerja organisasi dan memecahkan masalah dengan tepat.
Pemimpin yang efektif sanggup mempengaruhi para pengikutnya untuk
mempunyai optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri, serta komitmen kepada
tujuan dan misi organisasi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pemimpin
berkewajiban untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam
membina, menggerakkan dan mengarahkan seluruh potensi anggota di
5
lingkungannya agar dapat mewujudkan stabilitas organisasi dan peningkatan
produktivitas yang berorientasi pada tujuan organisasi (Baihaqi, 2010).
Menurut Bass (1990) mengatakan kepemimpinan dapat dikategorikan
menjadi dua dimensi yaitu kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan
transaksional. Dua dimensi kepemimpinan ini memiliki pengaruh terhadap
bawahannya, oleh sebab itu kepemimpinan ini menjadi suatu hal yang penting
untuk diketahui. Kedua tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik yang
berbeda dan memiliki kekuatan yang berbeda dalam hal mempengaruhi
bawahannya.
Menurut Bass dan Hater (1988) kepemimpinan transformasional lebih
efektif untuk meningkatkan performa dan kepuasan bawahan dibandingkan
dengan gaya transaksional. Kepemimpinan transformasional merupakan
pemimpin yang mengangkat semangat, motivasi, dan moral para pengikutnya.
Pemimpin mendorong pengikut untuk melakukan lebih dari yang dibutuhkan,
proaktif dan membantu anggotanya untuk mencapai tujuan yang tidak terduga,
serta pemimpin umunya lebih mementingkan anggotanya daripada kepentinganya
sendiri (Bass, 1999). Kepemimpinan transformasional juga memengaruhi sikap
dan asumsi anggota organisasi, serta menciptakan sikap bersama untuk mencapai
tujuan organisasi ataupun perusahaan.
Metwally dan El-bishbishy (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
“The impact of transformational leadership style on employee satisfaction”
menemukan bahwa dimensi kepemimpinan transformasional menunjukan hasil
yang signifikan atau berhubungan positif dengan keseluruhan kepuasan kerja
6
karyawan. Oleh karena itu, dengan mengadopsi kepemimpinan transformasional,
pemimpin dapat membuat lebih banyak karyawannya merasa puas. Jika karyawan
puas dengan pekerjaannya, maka karyawan akan bekerja lebih baik serta
memimpin organisasi menuju kesuksesan. Karyawan yang bekerja untuk
pemimpin transformasional memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dalam
pekerjaannya.
Hal ini senada dengan penelitian dari Kouni, Koutsouko dan Panta (2018)
yang menunjukan dalam konteks sekolah bahwa kepemimpinan transformasional
menghasilkan kepuasan, hal itu berhubungan dengan tingkat motivasi yang tinggi
di tempat kerja, sesuai dengan kebutuhan guru akan pengakuan, prestasi,
kesetaraan dan aktualisasi diri. Ini dapat dicapai melalui hubungan interpersonal
dan suportif di antara semua staf sekolah, yaitu antara kepala sekolah dan guru,
serta di antara para guru.
Selain faktor kepemimpinan transformasional, terdapat faktor lain yang
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, yaitu gratitude atau rasa syukur.
Lambert, Clark, Durtschi, dan Fincham (2010) mengatakan bahwa gratitude
sebagai emosi atau keadaan yang dihasilkan dari sebuah kesadaran dan apresiasi
terhadap hal yang berharga dan berarti bagi dirinya sendiri. Orang yang
bersyukur, lebih mempunyai emosi yang positif dan kepuasan dalam hidupnya,
serta berkurangnya emosi negatif seperti depresi, cemas, dan iri hati. Mereka juga
tampak lebih empatik, pemaaf, membantu, dan mendukung sesama daripada
mereka yang kurang bersyukur (McCullough, Emmons, & Tsang, 2002).
7
Lambert, et al. (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa gratitude
telah dipilih untuk memperluas pandangan individu serta untuk membangun
emosi positif lainnya. Senada dengan pernyataan di atas, Emmons dan
McCullough (2003) menemukan bahwa individu yang bersyukur tidak hanya
menunjukkan keadaan mental yang lebih positif (misalnya antusias, tekun, dan
penuh perhatian), tetapi juga lebih murah hati, peduli, dan membantu orang lain.
gratitude juga merupakan kecenderungan seseorang menunjukan respon terhadap
segala yang terjadi di sekitarnya. Dalam tempat kerja, gratitude yang ditunjukan
seperti selalu mengucapkan terima kasih, berpikiran baik terhadap apa yang
terjadi, dan menjalankan semua pekerjaan dengan ikhlas.
Boute (2017) dalam penelitiannya memnunjukan bahwa gratitude
meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dengan meningkatkan gratitude,
pengusaha dapat meningkatkan kinerja karyawan dan mengurangi perilaku
mencari kerja di antara karyawan. Para karyawan juga menunjukan bahwa
gratitude dalam dunia pekerjaan mereka akan merasa lebih puas dalam waktu
enam bulan dibandingkan dengan gratitude dalam aktivitas kehidupan mereka.
Mukhtar dan Al-Barri (2017) dalam penelitiannya juga menunjukan adanya
hubungan yang signifikan antara gratitude dan kepuasan kerja karyawan serta
komitmen berorganisasi, walaupun hubungannya tidak dianggap kuat.
Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor lain yang mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan, yaitu pride atau rasa bangga. Menurut Bouckaert
(2001) dalam lingkungan pekerjaan, dua bentuk kebanggan telah diidentifikasi,
yaitu kebanggan pribadi dan kebanggan organisasi. Kebanggaan pribadi secara
8
intrinsik termotivasi dan bergantung pada prestasi pribadi seperti kualitas
pekerjaan seseorang dan rasa martabat atau harga diri seseorang. Kebanggaan
organisasi merupakan kebanggan yang didapatkan dalam lingkungan organisasi,
seperti nama organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja memiliki nama yang
bagus atau tidak dimasyarakat.
Menurut Tracy dan Robins (2007) kebanggan pribadi dapat dibagi menjadi
dua yaitu authenctic pride dan hubristic pride. Authenctic Pride, merupakan
emosi yang berorientasi pada pencapaian. Pride ini muncul karena seseorang
mengklaim pencapaiannya merupakan akibat dari penyebab yang bersifat internal,
tidak stabil dan terkontrol (Tracy & Robins, 2007). Selain itu authentic pride ini
memicu terbentuknya rasa penguasaan pada suatu hal sehingga akan
meningkatkan kepercayaan diri seseorang dalam melakukan suatu tugas (Williams
& DeSteno, 2008). Hal ini membuat authentic pride memiliki fungsi motivasi
bagi orang yang mengalaminya untuk melakukan suatu tugas berdasarkan
usahanya sendiri dan berperilaku sesuai dengan apa yang masyarakat harapkan.
Sedangkan kebanggaan hubristis mungkin menjadi dasar dari keadaan
subjektif perasaan narsisisme (M. Lewis, dalam Tracy & Robins, 2003). Hubristic
pride merupakan emosi yang berorientasi pada konseptualisasi kehebatan diri
(narsisme). Pride ini muncul karena atribusi pencapaian yang dialaminya berasal
dari penyebab yang bersifat internal, stabil dan tidak terkontrol (Tracy & Robins,
2007). Hubristic pride mungkin adalah pengalaman emosi yang ditimbulkan
karena perasaan terhadap diri yang kurang otentik contohnya seperti terdapat
9
anggapan bahwa dirinya adalah orang yang lebih hebat daripada orang lain (Tracy
& Robins, 2007).
Kebanggan terhadap organisasi menurut Arnett, Lavarie dan McLane,
2002 (dalam Helm, 2012) dapat dilihat apabila suatu organisasi menerima
pengakuan di dunia luar, karena menjadi penting, berarti, dan efektif, merupakan
bagian yang berharga dari organisasi. Bouckaert (2001) mengatakan bahwa rasa
bangga karyawan mempengaruhi kinerja lebih kuat jika didasarkan pada faktor
ekstrinsik daripada intrinsik, seperti melalui hubungan dengan atasan atau
pimpinan yang memiliki reputasi baik. Prasyarat untuk rasa bangga organisasi
adalah kebutuhan kuat individu untuk berafiliasi terhadap organisasi (Gold, 1982).
Apakah nama perusahaan tersebut baik dan terkenal, karyawan menjadi lebih
bangga bekerja di perusahaan tersebut, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
diri dan bekerja lebih keras untuk meningkatkan kinerja mereka.
Arnett, Debra dan Charlie (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa
bahwa pride mempunya korelasi positif dengan kepuasan kerja karyawan. Anett,
Laviere dan Mclane (2002), juga menjelaskan bahwa karyawan dengan tingkat
kebanggaan tinggi dalam sebuah organisasi menganggap bahwa organisasi itu
penting, bermakna, efektif, dan sebagai bagian masyarakat yang berharga.
Akibatnya, karyawan lebih cenderung terlibat dalam kegiatan yang membantu
organisasi mencapai tujuannya.
Dari fenomena dan penelitian-penelitian yang telah penulis ungkapkan di
atas, maka penulis ingin menguji kepuasan kerja karyawan. Peneliti ingin melihat
pengaruh kepemimpinan transformasional, gratitude dan pride terhadap kepuasan
10
kerja karyawan. Subjek penelitian ini ditunjukan kepada organisasi pemerintahan.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat suatu penelitian dengan judul:
“Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Gratitude dan Pride
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan”.
1.2 Pembatasan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh
faktor psikologis dan faktor organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.
Faktor psikologis dijelaskan oleh gratitude dan pride, sedangkan faktor organisasi
dijelaskan oleh kepemimpinan tranformasional. Adapaun batasan mengenai
konsep variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Kepuasan kerja karyawan adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
Ditandai dengan sejauh mana individu menyukai (puas) atau tidak menyukai
(tidak puas) terhadap pekerjaan yang dilakukan (Spector, 1997).
2. Kepemimpinan Transformasional adalah pemimpin yang mengangkat
semangat, motivasi, dan moral para pengikutnya (Bass, 1999).
3. Gratitude adalah berterima kasih kepada Allah atau Tuhan atas segala nikmat
baik dengan hati, lisan maupun perbuatan (Makhdlori dalam Fauzziyah,
2017).
4. Pride adalah sesuatu yang ditimbulkan karena ada nya kesesuaian tujuan
(keberhasilan) yang dinilai sebagai sesuatu yang disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal (Tracy & Robbins, 2007).
11
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, muncul beberapa
permasalahan yang kemudian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional,
gratitude dan pride terhadap kepuasan kerja karyawan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan idealized influence pada variabel
kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan Intellectual stimulation pada
variabel kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan inspirational motivation pada
variabel kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan individual consideration pada
variabel kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel gratitude terhadap
kepuasan kerja karyawan?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan authentic pride pada variabel pride
terhadap kepuasan kerja karyawan?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan hubristic pride pada variabel pride
terhadap kepuasan kerja karyawan?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pride in membership pada variabel
pride terhadap kepuasan kerja karyawan?
12
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Kepemimpinan
Transformasional, Gratitude dan Pride Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.
Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui variabel atau dimensi mana yang
memiliki sumbangsih pengaruh terbesar terhadap variabel Kepuasan kerja
karyawan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambahkan hasil-hasil penelitian
tentang pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Gratitude dan Pride Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan referensi dan kontribusi literature bagi khazanah kajian
ilmu psikologi, yaitu psikologi industri dan organisasi, khususnya tentang
penerapan kajian teori kepuasan kerja karyawan, baik itu di instansi pemerintahan
maupun swasta.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
Institusi terkait dalam melakukan rekrutmen karyawan, manajemen sumber daya
manusia, sistem kerja dan pola kerja. Hal tersebut bisa memiliki fungsi sebagai
intervensi dan pencegahan kedepannya.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kepuasan kerja karyawan
2.1.1 Definisi Kepuasan kerja karyawan
Locke (dalam Wijono, 2010) menjelaskan bahwa kepuasan kerja sebagai suatu
hasil perkiraan individu terhadap pekerjaannya sebagai pengalaman positif dan
menyenangkan pada dirinya. Menurut Howell dan Robert (dalam Wijono, 2010)
mengatakan bahwa kepuasan kerja mencerminkan sikap karyawan terhadap
pekerjannya, serta salah satu hasil keseluruhan dari rasa suka atau tidak sukanya
karyawan terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya.
Hoppok dan Spielgler (dalam Wijono, 2010) mendefinisikan kepuasan
kerja sebagai seperangkat kondisi psikologis, fisiologis dan lingkungan terpadu
yang mendorong karyawan untuk mengakui puas atau senang dengan
pekerjaannya. Clark (dalam Wijono, 2010) berpendapat bahwa karyawan tidak
merasa puas apabila hak mereka tidak terpenuhi seperti kondisi kerja tidak aman,
rekan kerja tidak kooperatif, atasan tidak memberikan rasa hormat terhadap
bawahannya, serta karyawan yang tidak dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan, karena hal tersebut mereka juga akan merasa terpisah
dari organisasi.
Kaliski (2007) menjelaskan kepuasan kerja adalah rasa prestasi dan
keberhasilan karyawan dalam pekerjaan mereka. Hal ini umumnya dirasakan
terkait langsung dengan produk dan juga untuk kesejahteraan pribadi. Kepuasan
kerja menyiratkan melakukan pekerjaan yang disukai seseorang, melakukannya
14
dengan baik dan dihargai atas usahanya. Kepuasan kerja selanjutnya menyiratkan
antusiasme dan kebahagiaan dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja adalah kunci
dari pengakuan, pendapatan, promosi, dan pencapaian tujuan lain yang mengarah
pada perasaan pemenuhan. Ellickson (2002) mendukung pandangan ini dengan
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sejauh mana karyawan menyukai
pekerjaan mereka.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi Spector (1997) yang
menjelaskan kepuasan kerja karyawan adalah variabel sikap yang
menggambarkan bagaimana seseorang merasakan pekerjaannya secara
keseluruhan serta berbagai aspek-aspek dari pekerjaan tersebut. Dengan kata lain
kepuasan kerja karyawan yaitu suatu kondisi dimana seseorang suka (puas) atau
tidak suka (tidak puas) dengan pekerjaannya.
2.1.2 Dimensi Kepuasan kerja karyawan
Terdapat 9 dimensi Kepuasan kerja menurut Spector (1997), yaitu:
1. Gaji (Pay)
Jumlah gaji dan kenaikan yang sesuai. Karyawan akan merasa puas apabila gaji
yang diterima sesuai dengan pekerjannya. Gaji merupakan faktor penting yang
memengaruhi kepuasan kerja secara keseluruhan.
2. Promosi (Promotion)
Promosi yang dimaksudkan disini adalah peluang dan keadilan promosi dalam
profesi. Sebuah promosi akan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
berkembang dan lebih bertanggungjawab serta meningkatkan status sosial
15
karyawan itu sendiri. Karyawan akan merasakan kepuasan kerja apabila
pemberian promosi dilakukan secara adil dan merata kepada karyawan.
3. Supervisi (Supervision)
Pengawasan merupakan kemampuan seorang pengawas (supervisor) dalam
memberikan dukungan emosional dan dukungan secara teknisi terkait dengan
pekerjaannya sendiri, dan juga bagaimana seorang pengawas (supervisor) dapat
membimbing para karyawannya terkait dengan pekerjaannya. Perilaku seorang
pengawas (supervisor) yang dilakukan secara langsung merupakan sebuah
penentu dari kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja akan meningkat apabila
karyawan merasakan kenyamanan dan perhatian dari atasan. Atasan bersikap
pengertian, ramah, memberikan pujian atau pengakuan untuk sebuah kinerja yang
baik dan juga mendengarkan pendapat karyawan.
4. Tunjangan (Fringe Benefits)
Spector membagi tunjangan menjadi manfaat moneter dan non-moneter, dan juga
peningkatan intrinsik dan ekstrinsik. Kepuasan kerja akan meningkat apabila
karywan mendapatkan tunjangan yang sesuai dengan pekerjaannya, serta
mendapat fasilitas yang memadai diperusahaan.
5. Penghargaan (Contingent Rewards)
Pengharaan sebagai rasa hormat, pengakuan dan penghargaan terhadap karyawan
apabila karyawan telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Ketidakpuasan
karyawan dapat terjadi apabila seorang karyawan merasakan usaha dan kinerja
yang tidak diakui atau imbalan yang tidak sesuai. Penghargaan mendukung teori
16
reinforcement motivation dimana perilaku/kinerja yang baik akan meningkat
apabila diberikan reward atau penghargaan.
6. Prosedur Operasional (Operating Procedures)
Prosedur operasional adalah aturan, kebijakan, prosedur dan juga beban kerja
terkait dengan pekerjaan yang memengaruhi kepuasan kerja. Karakteristik
pekerjaan yang spesifik akan menimbulkan keadaan psikologis yang positif
seperti kebermaknaan kerja. Perasaan tanggungjawab dan juga pengetahuan
tentang hasil kerja, yang pada akhirnya akan menimbulkan kepuasan kerja
karyawan.
7. Rekan Kerja (Coworkers)
Rekan kerja adalah individu dan kolega yang berada dalam satu pekerjaan dan
bekerja bersama. Motivasi karyawan dan budaya organisasi dipengaruhi oleh
bagaimana kebutuhan dan tujuan individu terintegrasi dengan baik dengan
kebutuhan dan tujuan organisasi, keseimbangan dalam dunia kerja dan juga
lingkungan kerja. Dengan bekerja, individu dapat memenuhi kebutuhan sosialnya.
Oleh karena itu, memiliki rekan kerja yang ramah dan saling mendukung dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
8. Sifat Pekerjaan itu sendiri (Nature of The Job)
Dimensi ini mengukur kepuasan kerja karyawan terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaan itu sendiri. Sejauh mana pekerjaan itu dapat merangsang
karyawan agar dapat mempunyai kesempatan untuk belajar dan juga bertanggung
jawab, serta berakuntabel kepada hasil pekerjaan. Pekerjaan yang dapat membuat
karyawannya merasa puas dan nyaman.
17
9. Komunikasi (Comunication)
Berbagi informasi antara dua invidu atau lebih, ataupun berkelompok agar dapat
mendapatkan pemahaman secara bersama. Komunikasi dibutuhkan dalam
menentukan sebuah tujuan tertentu dan juga sebagai umpan balik (feedback)
tentang penentuan tujuan agar penentuan tujuan dapat dilakukan dengan tepat.
Komunikasi juga dibutuhkan untuk menghindari distorsi, ambiguitas dan juga
keganjilan dalam sebuah organisasi.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan kerja karyawan
Faktor kepuasan kerja karyawan menurut Mullin (dalam Wijono 2010), antara
lain:
1. Faktor pribadi, di antaranya kepribadian, pendidikan, intelegensi dan
kemampuan, usia, status perkawinan, dan orientasi kerja.
2. Faktor sosial, di antaranya hubungan dengan rekan kerja, kelompok kerja dan
norma-norma, kesempatan untuk berinteraksi, dan organisasi informal.
3. Faktor budaya, di antaranya sikap-sikap yang mendasari, kepercayaan, dan
nila-nilai.
4. Faktor organisasi, di antaranya sifat dan ukuran, struktur formal, kebijakan-
kebijakan personalia dan prosedur-prosedur, relasi karyawan, sifat pekerjaan,
teknologi dan organisasi kerja, supervisor dan gaya kepemimpinan, sistem
manajemen, dan kondisi-kondisi kerja.
5. Faktor lingkungan, di antaranya ekonomi, sosial, teknik, dan pengaruh-
pengaruh pemerintah.
18
Adapun dalam penelitian sebelumnya, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Transformasional
Risambessy, dkk (2012) yang berjudul “The Influence of Transformational
Leadership Style, Motivation, Burnout towards Job Satisfaction and Employee
Performance” menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan transformasional memiliki peran langsung untuk menghasilkan
kepuasan kerja bagi para perawat dan bidan di rumah sakit Malang Raya.
2. Gratitude
Penelitian Boute (2017) yang berjudul “Gratitude At Work: Its Impact On Job
Satisfaction dan Sense Of Community” menunjukan bahwa gratitude
meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dengan meningkatkan gratitude,
pengusaha dapat meningkatkan kinerja karyawan dan mengurangi perilaku
mencari kerja di antara karyawan. Para karyawan juga menunjukan bahwa
gratitude dalam dunia pekerjaan mereka akan merasa lebih puas dalam waktu
enam bulan dibandingkan dengan gratitude dalam aktivitas kehidupan mereka.
3. Rasa Bangga (Pride)
Penelitian Arnett, Laverie & Mcline (2002) yang berjudul “Using Job Satisfaction
and Pride as Internal Marketing-Tools” menjelaskan bahwa adanya hubungan
positif antara pride dan kepuasan kerja karyawan. Apabila karyawannya merasa
19
bangga terhadap organisasi maupun dirinya, maka karyawan akan menjadi puas
terhadap pekerjaannya.
2.1.4 Pengukuran Kepuasan kerja karyawan
Aamodt (2010) dalam bukunya menjelaskan bahwa untuk mengukur kepuasan
kerja pertama kali dapat menggunakan Face Scale yang dikembangkan oleh
Kinin. Walaupun Face Scale terbilang mudah untuk digunakan, tetapi tidak lagi
umum diberikan karena tidak cukup rinci, tidak memiliki validitas yang
membangun dan karena beberapa karyawan percaya bahwa skala Face Scale
terlalu sederhana sehingga mudah untuk direndahkan.
Worrell (dalam Aamodt, 2010) menyebutkan bahwa instrumen kepuasan
kerja yang biasa digunakan dalam literature yaitu sebagai berikut: Job
Satisfaction Survey (JSS), Job Descriptive Index (JDI), dan Minnesota
Satisfaction Questionnaire (MSQ). Job Satisfaction Survey (JSS) dikembangkan
oleh Paul E. Spector yang digunakan untuk menilai sikap karyawan terhadap
pekerjaannya. JSS ini terdiri dari 36 item yang terdiri dari 9 dimensi kepuasan
kerja, yaitu: gaji (pay), promosi (promotion), supervisi (supervision), tunjangan
(fringe benefits), penghargaan (Contingent rewards), prosedur operasional
(operating procedures), rekan kerja (Coworkers), sifat pekerjaan (nature of work),
komunikasi (communication).
Job Descriptive Index (JDI) pertama kali dibahas dalam Smith, Kendall,
dan Hulin untuk publikasi pengukuran kepuasan kerja dan retirement. Terdiri dari
90 item dengan 5 aspek kepuasan kerja pada pekerjaannya, gaji, kesempatan
promosi, supervision, dan coworkers. Sedangkan, Minnesota Satisfaction
20
Questionnaire (MSQ) dikembangkan pada tahun 1967 oleh Weiss, Dawis,
England dan Lofquist, dengan item versi panjang 100 item dan versi pendek 20
item.
Dalam penelitian ini menggunakan skala Job Satisfaction Survey (JSS)
yang dikembangkan oleh Paul E. Spector (1997) untuk menilai sikap karyawan
tentang pekerjaan. Job Satisfaction Survey (JSS) dipilih karena terdiri dari 36 item
yang sudah mencakup bagian dari kepuasan kerja dengan sembilan dimensi yang
digunakan, seperti sifat pekerjaan, promosi, penghargaan, gaji, supervisi, prosedur
operasional, tunjangan, rekan kerja, dan komunikasi. Gholami dkk, (2012) dalam
penelitiannya terhadap petugas kesehatan militer, nilai kuesioner Cronbach secara
keseluruhan dihitung sama dengan 0,86 yang menunjukkan kebaikan keseluruhan
reliabilitas kuesioner.
2.2 Kepemimpinan Transformasional
2.2.1 Definisi Kepemimpinan Transformasional
Burn (dalam Bushra dkk, 2011) mengemukakan konsep awal kepemimpinan
transformasional sebagai transforming leadership yaitu proses saat pemimpin
(leader) dan bawahan (follower) saling mendukung untuk mencapai tingkat
moralitas dan motivasi yang lebih baik. Burn menekankan bahwa kepemimpinan
adalah suatu proses, dan bukan merupakan kesatuan tindakan-tindakan tertentu
21
pada suatu waktu. Dia mengklaim bahwa kepemimpinan transformasional diamati
ketika para pemimpin mendorong pengikut untuk meningkatkan tingkat moral,
motivasi, kepercayaan, persepsi, dan koalisi mereka dengan tujuan organisasi.
Schepers dan Wetzels (2005) menunjukan bahwa pemimpin
transformasional membiarkan karyawan berpikir kreatif, menganalisis masalahnya
dari berbagai sudut serta menggali solusi baru dan lebih baik, dengan
menggunakan teknologi. Yukl (dalam Sadeghi & Pihie, 2013) menggambarkan
proses pembangunan komitmen terhadap tujuan organisasi dan membuat pengikut
lebih percaya diri untuk mencapai tujuan ini.
Northouse (dalam Mujkic dkk, 2014) menjelaskan kepemimpinan
transformasional adalah proses yang mengubah dan merubah individu dalam
kelompok. Pemimpin yang menggunakan gaya ini memotivasi pengikut untuk
memberi dan bekerja lebih dari yang mereka bisa atau inginkan, bahkan di luar
kemampuannya. Bass dan Riggio (dalam Mujkić, 2014) mengatakan bahwa
pemimpin transformasional cenderung memiliki pengikut yang berdedikasi dan
puas. Selanjutnya, pemimpin memberdayakan, memperhatikan kebutuhan dan
perkembangan karyawannya, serta membantu mereka mengembangkan potensi
kepemimpinan mereka sendiri.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi dari Bass (1999)
mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang
mengangkat semangat, motivasi, dan moral pengikutnya. Pemimpin
transformasional meningkatkan kesadaran konstituensi karyawan tentang apa
yang penting, serta meningkatkan perhatian terhadap pencapaian, aktualisasi diri
22
dan tujuan karyawannya. Pemimpin memindahkan pengikut untuk melampaui
kepentingan diri mereka sendiri demi kebaikan kelompok, organisasi atau
komunitas, negara atau masyarakat mereka secara keseluruhan.
2.2.2 Dimensi Kepimpinan Transfromasional
Bass (dalam Brown 2008) mengidentifikasi beberapa dimensi dari kepemimpinan
transformasional yaitu :
1. Idealized Influence
Pemimpin berperilaku dengan cara yang memungkinkan bertindak sebagai
panutan bagi pengikutnya. Pengikut mengidentifikasi diri dengan pemimpin dan
ingin menirunya, serta pemimpin dinilai memiliki kemampuan, ketekunan, dan
kebulatan tekad yang luar biasa. Selain itu, pemimpin yang memiliki pengaruh
ideal yang tinggi juga bersedia untuk mengambil resiko dan konsisten terhadap
pekerjaanya. Pemimpin dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar,
menunjukan standar perilaku etika dan moral yang tinggi.
2. Intellectual Stimulation
Pemimpin berperilaku dengan cara mendorong usaha pengikutnya untuk inovatif
serta kreatif dengan mempertanyakan pendapat terhadap masalah, dan mengubah
situasi lama dengan cara yang baru. Tidak ada kritik di depan publik terhadap
kesalahan yang dilakukan oleh individu. Inovasi ysng baru dan solusi masalah
kurang didapatkan oleh pengikut termasuk di dalamnya proses mengatasi masalah
dan menemukan masalah. Pengikut didorong untuk mencoba pendekatan baru,
dan ide-ide mereka tidak dikritik jika berbeda dengan pemimpin.
3. Inspirational Motavation
23
Pemimpinan berperilaku dengan cara memotivasi dan menginspirasi dengan
memberikan makna dan tantangan untuk pekerjaan pengikutnya. Pemimpin
membangkitkan semangat tim dan juga menunjukan antusiasme dan optimisme.
Pemimpin membuat pengikut telibat dalam memikirkan keadaan masa depan yang
menarik. Pemimpin membuat komunikasi yang jelas mengenai harapan yang
ingin dipenuhi oleh pengikut dan juga menunjukan komitmen untuk tujuan dan
visi bersama.
4. Individual Consideration
Pemimpin memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan masing-masing
pengikutnya untuk berprestasi dan berkembang, serta pemimpin berperan sebagai
sesorang pelatih atau mentor. Para pengikut dan rekan dikembangkan ketingkat
personal yang lebih tinggi. Pemimpin memperlakukan setiap bawahannya sebagai
seorang pribadi dengan kecakapan, kebutuhan, dan keinginannya masing-masing.
Pemimpin memberikan nasihat yang bermakna, memberikan pelatihan yang
diperlukan dan bersedia memberikan pandangan dan keluhan pengikutnya.
Bawahan merasa diperhatikan dan diperlakukan secara khusus oleh
pemimpinannya.
2.2.3 Pengukuran Kepemimpinan Transformasional
Menurut Carless dan Wearing (2000), mengukur kepemimpinan transformational
menggunakan Global Transformational Leadership Scale (GTL), terdiri dari tujuh
dimensi yaitu (1) Mengkomunikasikan visi yang jelas dan positif mengenai masa
depan, (2) memperlakukan staf sebagai individu, mendukung dan mendorong
perkembangan mereka, (3) memberikan dorongan dan pengakuan kepada staf, (4)
24
mendorong kepercayaan, keterlibatan dan kerjasama operasi di antara anggota
tim, (5) mendorong pemikiran tentang masalah dengan cara baru dan asumsi
pertanyaan, (6) jelas tentang nilai dan praktiknya yang dia khotbahkan, dan (7)
menanamkan kebanggaan dan rasa hormat pada orang lain dan mengilhami saya
dengan menjadi sangat kompeten.
Menurut Bass dan Riggo (dalam, Brown 2008) MLQ yang asli berisi 73
item, yang mengukur lima faktor. Penerbitan pertama MLQ versi baru Bass dan
Avolio tahun 1990 yang berisi 67 item (37 item mengukur kepemimpinan
transformational). Revisi berikutnya MLQ-5X yang dilakukan oleh Bass dan
Avolio tahun 1995 yang terdiri dari 36 item (20 item mengukur kepemimpinan
transformasional). Versi terbaru dari MLQ adalah Form 5X oleh Avolio dan Bass
tahun 2004.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur baku MLQ-5X dari
Bass dan Avolio (Brown, 2008) yang terdiri 20 item khusus mengukur
kepemimpinan transformational. Tracey dan Hinkin (1996) menggunakan versi
modifikasi dengan manajer perhotelan dan menemukan Alpha Cronbach,
perkiraan reliabilitas konsistensi, dari 0,88 sampai 0,91 untuk masing-masing dari
empat dimensi TL.
2.3 Gratitude (Rasa Syukur)
2.3.1 Definisi Gratitude
Menurut McCullough, Emmons, dan Tsang, (2002) gratitude didefinisikan
sebagai emosi positif yang melibatkan perasaan syukur kepada Tuhan atas
manfaat yang telah Tuhan berikan. Gratitude telah dimaknai sebagai emosi atau
25
keadaan yang dihasilkan dari kesadaran dan penghargaan atas apa yang berharga
dan bermakna bagi diri sendiri (Lambert, dkk, 2010). Menurut Wood, dkk (2007)
gratitude merupakan ciri pribadi yang berpikir positif, sehingga individu dapat
mempresentasikan hidup dengan lebih positif.
Lambert dan Finchan (2011) menjelaskan bahwa gratitude adalah emosi
atau keadaan yang diakibatkan oleh kesadaran dan penghargaan akan hal yang
berharga dan berarti bagi diri sendiri. Dalam islam, kata „‟syukur‟‟ secara
etimologis berarti pujian atau sanjungan kepada individu yang berbuat baik.
Syukur berasal dari kata syakarolah yang berarti kelihatan dan tasykaru yang
berarti penuh. Berdasarkan kedua makna yang disebutkan di atas, maka hakikat
syukur adalah terlihatnya pengaruh nikmat Allah pada hati hamba-Nya dalam
bentuk pengakuan, pada lisan dalam bentuk sanjungan, dan pada anggota badan
dalam bentuk ketaatan. Dengan kata lain, menurut Ibnu Manzhur, syukur berarti
membalas nikmat dengan ucapan, perbuatan, dan disertai dengan niat (Al Fauzan,
2013).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi dari Makhdlori
(Fauzziyah, 2017) menjelaskan bahwa gratitude adalah berterima kasih kepada
Allah atau Tuhan atas segala nikmat baik dengan hati, lisan maupun perbuatan.
Dari ketiga ungkapan gratitude ini jika diaplikasikan dalam kehidupan maka akan
terbentuk kenyamanan.
2.3.2 Dimensi Gratitude (Rasa Syukur)
Makhdlori (Fauzziyah, 2017) menyebutkan syukur terbagi atas tiga dimensi, yaitu
:
26
1. Bersyukur Melalui Hati
Perwujudan gratitude yang diaplikasikasi ke dalam hati mempunyai arti bahwa
ketika menerima anugrah apa pun, semata hanya dari Tuhan, dan tidak seorang
pun yang dapat mengahalangi atau merintangi kecuali hanya kekuatan Tuhan.
Syukur dengan hati akan mengantarkan pada hambanya untuk menerima anugerah
dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu, berkeluh kesah atau menghujat kepada
Tuhan, walaupun nikmat yang diterima dinilai kecil. Gratitude ini pun harus
disadari oleh setiap hamba-Nya untuk menyadari betapa besar nikmat yang
diberikan kepada dirinya, betapa banyak kemurahan-Nya, betapa besar kasih
sayang-Nya. Ungkapan syukur dengan hati, dapat diperankan ketika mendapatkan
kemalangan atau musibah kemudian langsung mengingat dan memuji Tuhan.
Mengingat karena bentuk musibah yang dialaminya, memastikan lebih kecil dari
kemungkinan lain yang dapat terjadi.
2. Beryukur Melalui Lisan
Beryukur melalui lisan adalah bentuk pengakuan syukur yang menyatakan bahwa
segalanya bersumber dari kebesaran Tuhan. Seperti halnya kalimat al-hamdulillah
(segala puji bagi Allah) yang telah memberikan segala karunianya kepada hamba-
Nya. Mengucapkan kalimat hamdallah merupakan bentuk pengakuan syukur yang
menyatakan bahwa segalanya bersumber dari kebesaran tuhan, bukan karena
bermaksud sombong. Bersyukur kepada Allah swt dengan lidah dapat dilakukan
dengan cara banyak berzikir kepada Allah swt dalam setiap banyak kesempatan.
3. Bersyukur Melalui Perbuatan
27
Bersyukur melalui perbuatan biasanya lebih diaplikasikan ke dalam bentuk gerak
dan perbuatan melalui bekerja dan berusaha. Dalam arti lan, mengfungsikan
semua komponen tubuh untuk melakukan segala aktivitas yang bernilai ibadah
syukur dengan perbuatan dan anggota badan yang dilakukan dengan
melaksanakan segala hak yang diwajibkan oleh Tuhan kepada sesama manusia.
Ibadah, sedekah dan berbuat baik kepada sesama merupakan bentuk syukur
kepada tuhan melalui perbuatan. Syukur dengan perbuatan biasanya berbentuk
gerak dan perbuatan melalui kerja dan usaha.
2.3.3 Pengukuran Gratitude (Rasa Syukur)
Froh, dkk (2011) menyebutkan bahwa pengukuran gratitude ialah sebagai berikut:
Gratitude Questionnaire–6 (GQ-6), Greatitude Adjective Checklist (GAC) dan
Gratitude, Resentment, Appreciation Test-Short Form (GRAT-short form).
Gratitude Questionnaire. GQ-6 adalah pengukuran dengan enam item syukur
yang menggunakan tujuh poin model skala likert, dari satu (sangat tidak setuju)
hingga tujuh (sangat setuju). Skala GQ-6 memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,82.
Gratitude Adjective Checklist. GAC adalah pengukuran dengan tiga item
syukur yang menggunakan 5 poin model skala Likert mulai, dari 1 (sangat sedikit
atau tidak sama sekali) sampai 5 (sangat banyak), yang diikuti setiap item. Skor
GAC telah menunjukkan konsistensi internal yang baik dalam sampel dewasa
sebesar 0,87. The Gratitude Resentment and Appreciation Test (GRAT-short
form) terdiri dari 44 item dengan tingkatan respon sangat tidak setuju hingga
sangat setuju dan memiliki tiga dimensi, yaitu absence of a sense of abundance,
28
presence of simple appreciation, dan appreciation of others and social
appreciation. Nilai reliabilitas skala ini secara keseluruhan adalah 0,92.
Skala pengukuran gratitude yang digunakan adalah skala yang diadaptasi
berdasarkan pada penelitian Fauzziyah (2017) yang dikonstruksikan berdasarkan
teori dari Makhdlori, yang berjumlah 12 item. Skala yang sesuai dengan gratitude,
yaitu bersyukur dengan hati, bersyukur dengan lisan dan bersyukur dengan
perbuatan yang lebih sesuai dengan konteks budaya dan bahasa subjek penelitian.
2.4 Pride (Rasa Bangga)
2.4.1 Definisi Pride (Rasa Bangga)
Menurut Gouthier dan Rhein (2011) Rasa bangga merupakan emosi positif dan
berhubungan dengan kinerja. Kejadiannya dipicu oleh kejadian tertentu seperti
keberhasilan yang dirasakan dari perbuatan pribadi. Namun, memperlakukan
kebanggaan sebagai emosi tentu saja bukan satu-satunya kemungkinan. Ini juga
telah digambarkan sebagai sebuah sikap, dan ditandai sebagai ekspresi harga diri
(Lea & Webley, 1997).
Anett, Laverie dan McLane (2002) menjelaskan bahwa kebanggaan adalah
emosi yang bersifat penting untuk memahami perilaku manusia. Ini berasal dari
penilaian diri dan pendapat lainnya. Keyakinan rasa bangga adalah bahwa
seseorang kompeten dan dipandang positif oleh orang lain. Ini mendorong
pengendalian diri dan bertanggung jawab atas orang-orang yang berperilaku tidak
sesuai dengan norma. Konsisten dengan pandangan bahwa kebanggaan
melibatkan evaluasi publik tentang diri (yaitu, situasi di mana seseorang
menyadari evaluasi seseorang oleh makhluk sosial lainnya), Webster dkk. (2003)
29
menunjukkan bahwa kebanggaan paling kuat muncul dalam situasi dipuji secara
umum.
Sedangkan menurut Tracy dan Robins (2004) Perasaan bangga
memperkuat perilaku prososial seperti prestasi dan memberi. Hilangnya
kebanggaan, dalam bentuk penghinaan atau ancaman ego, bisa memancing agresi.
Peraturan kebanggaan secara intrinsik terkait dengan peraturan dan pemeliharaan
harga diri. Kenyataannya, kebanggaan adalah emosi (bersama dengan rasa malu)
yang memberi harga diri pada perilakunya dan pada gilirannya mempengaruhi
berbagai proses intrapsikis dan interpersonal.
2.4.2 Dimensi Pride
Tracy, Shariff dan Cheng (2010) mengelompokkan pride menjadi 2 bentuk yaitu
Authentic Pride dan Hubristic Pride :
1. Authentic Pride
Rasa bangga yang otentik merupakan emosi positif dan berperan penting di dalam
kehidupan psikologis manusia. Perasaan bangga yang otentik tersebut berkaitan
dengan konteks etika bekerja yang baik, terdapat penguatan (reinforcement) dan
banyak perilaku prososial, perilaku untuk meraih suatu tujuan, dan tumbuhnya
makna diri (self-worth). Rasa bangga otentik sebagai emosi positif yang akan
terjadi bilamana individu menemukan representasi dirinya sesuai identitas dirinya,
sesuai dengan apa yang diinginkannya, dan akan mengarahkan individu untuk
melakukan hal-hal yang bersifat altruistik.
2. Hubristic Pride
30
Kebanggaan hubristic secara teoritis terkait dengan narsisme yang mungkin
berkontribusi terhadap agresi dan permusuhan, masalah interpersonal, konflik
hubungan, dan sejumlah perilaku maladaptif. Rasa bangga hubristic dipandang
terkait dengan keyakinan yang lebih global tentang kemampuan dan kekuatan,
sebagaimana tercermin dalam pernyataan seperti ''Aku melakukan semuanya
dengan baik "atau '' Saya secara alami berbakat". Kebanggaan hubristic
diperkirakan akan berhubungan dengan kecenderungan terhadap sesuatu yang
berdampak negatif. Sejauh ini mekanisme kebanggaan hubristic terkait dengan
kebutuhan untuk pengakuan keberhasilan dari faktor ekstrinsik, kegagalan juga
dapat menghasilkan kemarahan, permusuhan, dan kepuasan kerja di antara mereka
yang rentan terhadap kebanggaan hubristic.
Pada penelitian ini, penulis menambahkan salah satu dimensi pride yaitu
Pride in Membership (Cable & Turban, 2003) yang merupakan kebanggaan
individu terhadap organisasinya. Karyawan akan merasakan bangga jika sebuah
organisasi menerima pengakuan penting dari dunia luar dan pengakuan bahwa
“menjadi bagian dari organisasi tersebut adalah berharga”. Ketika pencari kerja
percaya bahwa suatu organisasi memiliki reputasi positif, mereka akan bangga
terhadap posisi dirinya pada organisasi. Sebaliknya, keanggotaan dalam organisasi
dengan reputasi yang buruk dapat memberi atribut negatif dari suatu organisasi
pada anggota, menggantikan kebanggaan karena malu dan ketidaknyamanan
(Dutton et al., 1994 dalam Cable & Turban, 2003).
2.4.3 Pengukuran Pride
31
Pride atau rasa bangga dapat diukur dengan Regulatory Focus Quistionnaire
(RFQ) yang dibuat oleh Higgins dkk (1997) konstruksi skala pada instrumen ini
dimulai dengan generasi item yang dirancang untuk menilai sejarah subjektif
individu terkait dengan keberhasilan atau kegagalan. Instrumen ini terdiri dari 11
item untuk mengukur dua dimensi yaitu promotion dan preventive. Instrumen
yang berbeda yaitu The Authentic and Hubristic Pride Scales (AHPS) yang dibuat
oleh Tracy dan Robins (2007). Instrumen ini terdiri dari kata sifat dan frase yang
mencerminkan kebanggaan authentik (tujuh item, misalnya, ''i‟m achieving",
''productive”, dan "fulfilled”) dan yang mencerminkan kebanggaan hubristic
(tujuh item, ''arrogant", ''conceited", dan “smug”). Responden menunjukkan
sejauh mana setiap item mewakili mereka, pada skala lima poin. Relalibilitasnya
dengan Alpha Cronbach untuk authentik 0,89 dan 0,85 untuk hubristic.
Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen The Authentic and
Hubristic Pride Scales (AHPS) yang dibuat oleh Tracy dan Robins (2007) sebagai
alat ukur Pride terhadap diri sendiri dan menggabungkan Pride in Membership
scale (Cable & Turban, 2003) sebagai instrumen yang mengukur kebanggaan
individu terhadap organisasinya dengan Alpha Cronbach 0,90.
2.5 Kerangka Berpikir
Spector (1997) menjelaskan bahwa kepuasan kerja dalam hal bagaimana perasaan
orang tentang aspek pekerjaanya yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti
lebih memfokuskan pada karyawan yang bekerja di organisasi pemerintahan.
Bagimana seorang karyawan yang mengartikan pekerjaannya. Apakah mereka
merasa puas atau tidak. Karena kinerja seorang karyawan pusdiklat, pasti akan
32
menentukan bagaimana hasil SDM yang diciptakan. Mullin (dalam Wijono, 2010)
menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
meliputi faktor budaya, pribadi, sosial, organisasi dan lingkungan. Salah faktor
organisasi adalah gaya kepemimpinan. Dalam penelitian ini, peniliti mengambil
salah satu gaya kepemimpinan yang menurut peniliti paling cocok dalam
mengukur kepuasan kerja, yaitu gaya kepemimpinan transformasional. Selain
faktor tersebut, terdapat faktor lain, seperti gratitude dan pride, yang sesuai
dengan beberapa penelitian terdahulu. Sehingga peneliti membuat suatu hipotesi
kepemimpinan transformasional, gratitude dan pride mempengaruhi kepuasan
kerja karyawan.
Menurut Bass (1990), kepemimpinan transformasional adalah pemimpin
yang mengangkat semangat, motivasi, dan moral pengikutnya. Pemimpin
transformasional meningkatkan kesadaran konstituensi tentang apa yang penting,
meningkatkan perhatian terhadap pencapaian, aktualisasi diri dan tujuan
karyawan. Pemimpin membuat pengikut untuk melampaui kepentingan diri
mereka sendiri demi kebaikan kelompok, organisasi atau komunitas secara
keseluruhan. Terdapat empat dimensi dari kemimpinan transformasional.
Dimensi pertama adalah Idealized Influence. Pemimpin berperilaku
dengan cara yang memungkinkan untuk bertindak sebagai panutan bagi
pengikutnya. Pengikut mengidentifikasi diri dengan pemimpin dan ingin
menirunya, pemimpin dinilai memiliki kemampuan, ketekunan, dan kebulatan
tekad yang luar biasa. Selain itu, pemimpin yang memiliki pengaruh ideal yang
tinggi juga bersedia untuk mengambil resiko, konsisten dan tidak bersenang-
33
senang. Pemimpin dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar,
menunjukan standar perilaku etika dan moral yang tinggi. Maka, apabila
pemimpin yang mempunyai Idealized Influence tinggi maka kepuasan kerja
karyawannya akan meningkat.
Dimensi kedua adalah Intellectual Stimulation. Pemimpin berperilaku
dengan cara mendorong usaha pengikut untuk inofatif dan kreatif dengan
mempertanyakan pendapat terhadap masalah, dan membuat situasi lama dengan
cara yang baru. Tidak ada kritik di depan publik terhadap kesalahan yang
dilakukan oleh individu. Pengikut didorong untuk mencoba pendekatan baru, dan
ide-ide karyawan tidak dikritik jika berbeda dengan pemimpin. Maka, apabila
atasannya memberikan Intellectual Stimulatio kepada karyawannya maka
karyawan akan merasa puas.
Dimensi ketiga adalah Inspirational Motavation. Pemimpinan berperilaku
dengan cara memotivasi, menginspirasi dengan memberikan makna dan tantangan
untuk pekerjaan pengikutnya. Pemimpin membangkitkan semangat tim dan juga
menunjukan antusiasme dan optimisme. Pemimpin membuat pengikut telibat
dalam menentukan keadaan masa depan perusahaan, membuat komunikasi yang
jelas mengenai harapan yang ingin dipenuhi oleh pengikut dan juga menunjukan
komitmen untuk tujuan dan visi bersama. Maka apabila pemimpin memberikan
Inspirational Motavation tinggi kepuasan kerja karyawannya akan tinggi juga.
Dimensi keempat adalah Individual Consideration. Pemimpin
memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan masing-masing pengikut untuk
berprestasi dan berkembang serta berperan sebagai sesorang pelatih atau mentor.
34
Para karyawan dikembangkan ketingkat personal yang lebih tinggi. Pemimpin
memperlakukan setiap bawahannya sebagai seorang pribadi dengan kecakapan,
kebutuhan, dan keinginannya masing-masing. Pemimpin memberikan nasihat
yang bermakna dan pelatihan yang diperlukan, serta bersedia memberikan
pandangan dan keluhan pengikutnya. Bawahan merasa diperhatikan dan
diperlakukan secara khusus oleh pemimpinannya. Maka, apabila pemimpin
memberikan Individual Consideration yang tinggi kepada karyawannya maka
kepuasan kerjaya akan meningkat.
Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah gratitude atau rasa
syukur. Makhdlori (Fauzziyah, 2017) menjelaskan bahwa gratitude adalah
berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat baik dengan hati, lisan
maupun perbuatan. Dari ketiga ungkapan gratitude ini jika diaplikasikan dalam
kehidupan maka akan terbentuk satu tindakan dan perbuatan yang mengarah pada
pribadi yang stabil dan seimbang. Bila seseorang beryukur atas pekerjannya, maka
individu akan puas terhadap pekerjaan dan organisasinya, sehingga akan
meningkatkan kinerjanya.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah pride atau rasa bangga.
Tracy dan Robins (2004) Perasaan bangga memperkuat perilaku prososial seperti
prestasi dan memberi. Peraturan kebanggaan secara intrinsik terkait dengan
peraturan dan pemeliharaan harga diri. Kenyataannya, kebanggaan adalah emosi
yang memberikan harga diri pada perilakunya dan pada gilirannya mempengaruhi
berbagai proses intrapsikis dan interpersonal. Apabila karyawan bangga terhadap
apa yang dimiliki, seperti nama tempatnya bekerja, seragamnya, dan hal lainnya
35
yang menyangkut pekerjaanya, karyawan tersbut cenderung akan merasa puas.
Terdapat tiga dimensi dalam pride atau rasa bangga.
Dimensi yang pertama adalah Authentic Pride. Rasa bangga yang otentik
merupakan emosi positif dan berperan penting di dalam kehidupan psikologis
manusia. Perasaan bangga yang otentik tersebut berkaitan dengan konteks etika
bekerja yang baik, terdapat penguatan (reinforcement) dan perilaku prososial
untuk meraih suatu tujuan, dan tumbuhnya makna diri (self-worth). Rasa bangga
otentik sebagai emosi positif yang akan terjadi bilamana individu menemukan
representasi dirinya sesuai identitas dirinya, sesuai dengan apa yang
diinginkannya, dan akan mengarahkan individu untuk melakukan hal-hal yang
bersifat altruistik. Dalam hal ini. Apabila seseorang telah menemukan kebanggan
dalam dirinya, maka seseorang tersebut akan merasa puas dengan apa yang
dikerjakannya.
Dimensi yang kedua adalah Hubristic Pride. Kebanggaan hubristic secara
teoritis terkait dengan narsisme yang mungkin berkontribusi terhadap agresi dan
permusuhan, masalah interpersonal, konflik hubungan, dan sejumlah perilaku
maladaptif. Rasa bangga hubristic di pandang terkait dengan keyakinan yang lebih
global tentang kemampuan dan kekuatan. Sejauh ini mekanisme kebanggaan
hubristic terkait dengan kebutuhan untuk pengakuan keberhasilan dari faktor
ekstrinsik. Merasa bahwa dirinya sudah melakukan hal yang tepat. Dalam hal ini
apabila seseorang mendapatkan pengakuan dari orang lain, maka dirinya akan
merasa puas terhadap pekerjaannya.
36
Dimensi yang ketiga adalah Pride in Membership. Kebanggaan individu
terhadap organisasinya. Karyawan akan merasakan bangga jika sebuah organisasi
menerima pengakuan penting dari dunia luar dan pengakuan. Ketika pencari kerja
percaya bahwa suatu organisasi memiliki reputasi positif, mereka akan bangga
terhadap posisi dirinya pada organisasi. Sebaliknya, keanggotaan dalam organisasi
dengan reputasi yang buruk dapat memberi atribut negatif dari suatu organisasi
pada anggota, menggantikan kebanggaan karena malu dan ketidaknyamanan.
Dalam hal ini jabatan apa yang dipegang oleh dirinya di organisasi atau
perusahaan tersebut. Apabila seseorang puas terhadap organisasinya, maka orang
tersebut akan merasa puas terhadap kerjanya. Karena adanya kebanggan tersendiri
disebuah organisasi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis memberikan gambaran gambaran
kerangka berpikir seperti berikut :
37
2.6 Hipotesis Peneletian
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
penelitian sebagai berikut :
Kepemimpinan Transformasional
Gratitude atau Rasa Syukur
Pride atau Rasa Bangga
Kepuasan
Kerja
Karyawan
38
H1 : Ada pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional (idealized
influence, Intellectual stimulation, inspirational motivation dan individual
consideration), gratitude dan pride (authentic pride, hubristic pride dan
pride in membership) terhadap kepuasan kerja karyawan.
Adapun rincian hipotesis dari masing-masing independent variable (IV)
terhadap dependent variable (DV) adalah sebagai berikut :
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan idealized influence pada variabel
kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan.
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan Intellectual stimulation pada variabel
kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan.
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan inspirational motivation pada variabel
kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan.
H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan individual consideration pada variabel
kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan.
H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel gratitude terhadap kepuasan
kerja karyawan.
H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan authentic pride pada variabel pride
terhadap kepuasan kerja karyawan.
H8 : Terdapat pengaruh yang signifikan hubristic pride pada variabel pride
terhadap kepuasan kerja karyawan.
H9 : Terdapat pengaruh yang signifikan pride in membership pada variabel
pride terhadap kepuasan kerja karyawan.
39
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dalam Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Perdagangan (Pusdiklat). Menurut
kepala badan kepagawaian Pusdiklat Kemenag populasinya berjumlah 192 orang.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 169 orang PNS
yang bekerja di Pusdiklat Kemendag Sawangan.
Dengan karakteristik sampel sebagai berikut :
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Perdagangan (Pusdiklat Kemendag).
2. Pegawai dengan masa kerja minmal 1 tahun.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksidental
non-probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang yang sama bagi anggota populasi untuk dapat dipilih menjadi sampel
dalam penelitian.
3.2 Variabel dan Definisi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi dependent variable adalah kepuasan kerja pada
PNS Pusdiklat Kemendag Sawangan. Sedangkan yang menjadi independent
variable adalah gaya kepemimpinan transformasional (idealized influence,
Intellectual stimulation, inspirational motivation dan individual consideration),
Gratitude dan pride (authentic pride, hubristic pride dan pride in membership).
Adapun definisi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
40
3.2.1 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah bagaimana perasaan seseorang terhadap pekerjannya.
Dalam penelitian ini menggunakan skala Job Satisfaction Survey (JSS) yang
dikembangkan oleh Paul E. Spector (1997) untuk menilai sikap karyawan tentang
pekerjaan. Terdiri dari 36 item yang sudah mencakup bagian dari kepuasan kerja
dengan sembilan dimensi yang digunakan, seperti gaji, promosi, supervisi,
tunjangan, penghargaan, prosedur operasional, rekan kerja, sifat pekerjaan dan
komunikasi.
3.2.2 Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah yang mengangkat semangat dan motivasi
karyawannya, serta membawa karyawan untuk lebih mementingkan kepentingan
organisasi atau perusahaan diatas kepentingan pribadi. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan alat ukur baku MLQ-5X dari Bass dan Avolio (2004) yang
terdiri 20 item khusus mengukur kepemimpinan transformational. Kepemimpinan
transformasional memiliki empat dimensi, yaitu :
1. Idealized Influence. Pemimpin yang dapat menjadi panutan pengikutnya.
Pemimpin dapat diandalkan untuk melakukan untuk hal yang benar,
menunjukan standar perilaku etika dan moral yang tinggi. Dapat dilihat dari
kepercayaan diri pemimpin serta cara pengambilan keputusan.
2. Intellectual Stimulaion. Pemimpin berperilaku dengan cara mendorong usaha
pengikut untuk inofatif dan kreatif dengan mempertanyakan asumsi-asumsi
dalam memecahkan sebuah masalah.
41
3. Inspirational Motivation. Pemimpinan berperilaku dengan cara motivasi dan
menginspirasi dengan memberika makna dan memberikan tantangan untuk
pekerjaan pengikutnya.
4. Individual Considuration. Pemimpin memberikan perhatian khusus terhadap
kebutuhan masing-masing pengikut untuk berprestasi dan berkembang dan
berperan sebagai sesorang pelatih atau mentor.
3.2.3 Gratitude (Rasa Syukur)
Gratitude adalah berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat baik
dengan hati, lisan maupun perbuatan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
alat ukur yang diadaptasi berdasarkan pada penelitian Fauzziyah (2017) yang
dikonstruksikan berdasarkan teori dari Makhdlori..
3.2.4 Pride (Rasa Bangga)
Pride adalah emosi yang memberikan penghargaan terhadap dirinya sendiri dan
pada akhirnya mempengaruhi intrapsikis dan interpersonalnya. Pada penelitian ini
penulis menggunakan instrumen The Authentic and Hubristic Pride Scales
(AHPS) yang dibuat oleh Tracy dan Robins (2007) sebagai alat ukur Pride
terhadap diri sendiri dan menggabungkan Pride in Membership scale (Cable &
Turban, 2003) sebagai instrumen yang mengukur kebanggaan individu terhadap
organisasinya. Terdapat tiga dimensi dalam mengukur pride, yaitu :
1. Authentic Pride. Rasa bangga yang otentik merupakan emosi positif. Perasaan
bangga yang berkaitan dengan konteks etika bekerja yang baik, terdapat
penguatan (reinforcement) dan banyak perilaku prososial, perilaku untuk
42
meraih suatu tujuan dan tumbuhnya makna diri (self-worth), serta adanya
kerendahan diri.
2. Hubristic Pride. Kebanggaan hubristic secara teoritis terkait dengan narsisme
yang mungkin berkontribusi terhadap agresi dan permusuhan, masalah
interpersonal, konflik hubungan, dan sejumlah perilaku maladaptif. Adanya
perasaan lebih unggul dari yang lain, serta adanya perasaan diakui oleh orang
lain.
3. Pride in Membership. Kebanggan terhadap organisasinya. Nama organisai
yang baik di mata masyarakat akan menjadi suatu kebanggan dalam dirinya
bisa berada di dalam organisasi.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan instrumen yang digunakan berupa skala atau
kuesioner. Hasil instrumen penelitian yang penulis gunakan terdiri dari :
1. Isian biodata subjek penelitian, berisi pertanyaan mengenai nama responden,
usia, jenis kelamin, unit kerja, pendapatan dan masa bekerja.
2. Skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan model skala
Likert. Subjek diminta menyatakan kesesuaian dan ketidaksesuaian terhadap
isi pernyataan dalam empat kategori jawaban, yaitu 1 = Tidak Pernah, 2 =
Jarang, 3 = Sering, 4 = Selalu untuk skala gratitude (rasa syukur), dan 1 =
Sangat Tidak Sesuai, 2 = Tidak Sesuai, 3 = Sesuai, 4 = Sangat Sesuai untuk
skala kepuasan kerja karyawan, kepemimpinan transformasional dan pride.
Penelitian ini memodifikasi skala dengan menghilangkan pilihan jawaban
43
netral atau normal. Hal ini dikarenakan akan ada kecenderungan responden
untuk memilih jawaban netral.
3. Metode Skoring yang digunakan
Item favorable mempunyai skor sebagai berikut : Tidak pernah/sangat tidak
sesuai = 1, jarang/tidak sesuai = 2, sering/sesuai = 3, selalu/sangat sesuai = 4.
Item unfavorable mempunyai skor sebagai berikut : Tidak pernah/sangat tidak
sesuai = 4, jarang/tidak sesuai = 3, sering/sesuai = 2, selalu/sangat sesuai = 1.
Dapa dilihat dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Bobot nilai jawaban pada skala kepuasan kerja karyawan, kepemimpinan
transformasional, gratitude (rasa syukur) dan pride (rasa bangga)
Skala
Kepuasan kerja karyawan, Kepemimpinan
Transformasional dan Pride (rasa bangga)
Gratiude (rasa syukur) Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai Selalu 4 1
Sangat Tidak Sesuai Tidak Pernah 1 4
Sesuai Sering 3 2
Tidak Sesuai Jarang 2 3
1. Kepuasan kerja karyawan
Dalam penelitian ini kepuasan kerja menggunakan skala Job Satisfaction Survey
(JSS) yang dikembangkan oleh Paul E. Spector untuk menilai sikap karyawan
tentang pekerjaan. terdiri 36 item. Blue Print skala kepuasan kerja dapat dilihat di
tabel 3.2
44
Tabel 3.2
Blue Print Skala Kepuasan Kerja Karyawan No Dimensi Indikator Item ∑ Contoh Item
1 Gaji (pay) Puas atas gaji
Puas atas kenaikan gaji
5
18
27*
31*
4 Saya merasa puas
mendapatkan
kesempatan kenaikan
gaji.
2 Promosi
(promotion) Puas atas kesempatan
promosi yang adil
10
29
32
3*
4 Saya puas dengan
kesempatan dalam
memperoleh promosi.
3 Supervisi
(supervision) Puas atas bimbingan dari
atasan
2
6
24*
34*
4 Saya mengagumi
atasan saya
4 Tunjangan (Fringe
Benefits) Puas atas tunjangan
Puas atas fasilitas yang ada
17
25
1*
36*
4 Tunjangan yang saya
terima sesuai.
5 Penghargaan
(Contin gent
Rewards)
Puas atas penghargaan
(imbalan) yang diterima
4
22
33
12*
4 Saya merasa bahwa
pekerjaan yang saya
lakukan kurang
dihargai.
6 Prosedur
Operasional
(Operating
Procedures)
Puas atas peraturan yang
berlaku
8
26
14*
35*
4 Saya mempunyai
banyak pekerjaan di
perusahaan ini.
7 Rekan Kerja
(Coworkers) Puas atas kerjasama rekan
kerja
11
16
21*
28*
4 Saya suka bekerja
sama dengan rekan
sekerja
8 Sifat Pekerjaan itu
sendiri (nature of
the job)
Puas atas pekerjaan
Menikmati pekerjaan
7
13
20
15*
4 Pekerjaan saya
menyenangkan
9 Komunikasi
(Comunication) Puas atas komunikasi
dengan atasan
Puas komunikasi dengan
rekan kerja
9
23
19*
30*
4 Tujuan-tujuan yang
ada dalam pekerjaan
ini tidak dijelaskan
secara detil kepada
saya.
Total 36
Keterangan : * (item unfavorable/reverse item)
2. Kepemimpinan Transformasional
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur MLQ-5X dari Bass dan
Avolio yang terdiri 20 item khusus mengukur kepemimpinan transformational.
Blue Print kepemimpinan transformasional dapat dilihat di tabel 3.3
45
Tabel 3.3
Blue Print Kepemimpinan Transformasional No Dimensi Indikator Item ∑ Contoh Item
1 Idealized
Influence Menampilkan kepercayaan
diri
Cara pengambilan keputusan
4,7,
10,12
13,15,
18,20,
4 Atasan bertindak
dengan cara-cara yang
dapat membuat orang
lain menghargainya
2 Intellectual
Stimulation Pemecahan masalah 2,6,
11,16
4 Atasan mencari
perspektif yang
berbeda dalam
memecahkan masalah
3 Inspirational
Motivation Memotivasi orang lain agar
tujuan tercapai
1,5,
9,17
4 Atasan selalu berbicara
optimis tentang masa
depan
4 Individual
Consideration
Perhatian atasan 3,8,
14,19
4 Atasan
mengembangkan
kemampuan
karyawannya.
Total 20
3. Gratiude (Rasa Syukur)
Skala pengukuran gratitude yang akan digunakan adalah skala yang diadaptasi
dari penelitian Fauzyah (2017) berdasarkan pada dimensi gratitude yang
dikonstruksikan oleh Makhdlori, yang berjumlah 12 item. Blue Print gratitude
dapat dilihat dalam tabel 3.4
Tabel 3.4
Blue Print Gratitude (Rasa syukur) No Dimensi Indikator Item ∑ Contoh Item
1 Bersyukur dengan
hati Menerima pemberian dari
Tuhan dengan hati yang
lapang
Menerima pemberian dari
Tuhan tanpa berkeluh
kesah
Sadar atas kasih sayang
Tuhan
4,6
11*
3 Saya menerima rezeki
yang saya dapatkan
tanpa menggerutu.
2 Bersyukur dengan
lisan Berzikir kepada Tuhan
Mengucapkan syukur
kepada Tuhan
2,10,
12
8*
4 Saya mengucapkan
terima kasih ketika ada
orang lain yang
menolong.
3 Bersyukur dengan
perbuatan Mengaplikasikannya
dengan bekerja keras
Saling membantu
1,5,
7,9,
3*
5 Saya berusaha dengan
yakin karena akan
diberikan karunia oleh
Tuhan.
Total 12
Keterangan : * (item unfavorable/reverse item)
46
4. Pride (Rasa Bangga)
Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen The Authentic and Hubristic
Pride Scales (AHPS) yang dibuat oleh Tracy dan Robins (2007) sebagai alat ukur
Pride terhadap diri sendiri dengan jumlah 14 item dan menggabungkan Pride in
Membership scale (Cable & Turban, 2003) dengan jumlah 3 item. Menjadi
berjumlah 17 item. Blue Print pride (Rasa Bangga) bisa dilihat ditabel 3.5
Tabel 3.5
Blue Printe Pride (Rasa Bangga) No Dimensi Indikator Item ∑ Contoh Item
1 Authentic Pride Bangga dengan kerendahan
hati
2,6,8,
10,11,
15,17
7 Saya bangga karena
dapat mewujudkan
mimpi saya
2 Hubristic Pride Igin lebih unggul dari yang
lain
Ingin diakui prestasinya
oleh orang lain
1,4,7,
9,12,
14,16
7 Saya merasa hebat
bisa menjadi
karyawan
diperusahaan
3 Pride in
Membership
Bangga menjadi bagian
organisasi
3,5,13 3 Dengan bangga saya
menceritakan
pekerjaan saya pada
orang lain
Total 17
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas konstruk pada instrumen penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menggunakan
software LISREL 8.70. Salah satu fungsi CFA adalah untuk melihat bagaimana
suatu item mengukur suatu faktor. Adapun logika dari CFA menurut Umar (2012)
yaitu :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional
sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Trait
ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan
melalui analisis terhadap respon atas item-item tersebut.
47
2. Diteorikan bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor saja,begitupun juga
sub skala hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun sub
skala bersifat unidimensional.
3. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan Chi-
Square. Jika hasil Chi-Square tidak signifikan (p>0.05), maka hipotesis nihil
tersebut “ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima
bahwa item hanya mengukur satu faktor saja. Tetapi jika Chi-Square
signifikan (p<0.05), maka dilakukan modifikasi dengan cara membebaskan
parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item
mengukur selain konstruk yang ingin diukur. Artinya item tersebut selain
mengukur apa yang hendak diukur juga mengukur hal lain (mengukur lebih
dari satu konstruk/model/multidimensional). Setelah beberapa kesalahan
pengukuran dibebaskan untuk boleh saling berkorelasi, maka akan diperoleh
model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah
selanjutnya.
4. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menganalisis item dengan melihat
apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien
positif
Adapun kriteria untuk mengeliminasi atau mendrop item adalah sebagai
berikut :
1. Menguji apakah suatu item signifikan atau tidak dalam mengukur yang
hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Dalam hal ini yang dites adalah
koefisien muatan faktor untuk setiap item. Jika nilai T koefisien muatan faktor
48
(t>1,96) maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam mengukur konstruk
yang hendak diukur. Artinya item tersebut tidak didrop. Sedangkan item yang
nilai t nya tidak signifikan(t<1,96) maka item akan didrop.
2. Jika suatu item memiliki koefisien negatif, maka item tersebut akan didrop
karena mengukur hal yang berlawanan dari apa yang hendak diukur. Namun
demikian, jika suatu item terdiri dari pernyataan yang bersifat unfavorable
maka tentu saja koefisien muatan faktornyapun akan berarah negatif. Oleh
karena itu, pada item yang seperti ini skornya harus dibalik (reversed) terlebih
dahulu sebelum analisis faktor dan perhitungan skor faktor dilakukan sehingga
diperoleh koefisien muatan faktor yang positif. Apabila skor pada item sudah
dibalik tetapi menghasilkan koefisien yang bernilai negatif maka item tersebut
didrop.
3. Apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak saling berkorelasi, maka
item tersebut sebaiknya didrop. Sebab item yang demikian selain mengukur
apa yang hendak diukur, juga mengukur hal lain (multidimensional). Oleh
karena itu, item yang digunakan hanyalah item yang valid saja.
Dapat disimpulkan bahwa item yang valid adalah item yang memenuhi syarat
seperti nilai T koefisien muatan faktor (t>1,96) artinya item tersebut dinyatakan
signifikan dalam mengukur konstruk yang hendak diukur, (p>0.05) artinya bahwa
item hanya mengukur satu faktor saja, item yang memiliki koefesien positif
setelah reversed, dan item yang memiliki tidak terlalu banyak berkorelasi dengan
item yang lainnya.
49
3.4.1 Hasil Uji Validitas Konstruk Kepuasan Kerja Karyawan
Dalam penelitian ini, dilakukan analisis faktor dari 36 item yang mengukur
prokrastinasi akademik. Pada saat analisis tahap awal, penulis mendrop 9 item
karena koefisien bernilai negatif, sehingga tersisa 27 item. Dengan 27 item,
peneliti menguji apakah item kepuasan kerja karyawan benar bersifat
unidimensioanal, yaitu hanya mengukur dependent variable kepuasan kerja
karyawan yang ingin diukur. Uji validitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah
model yang terbentuk sudah fit dengan persyaratan nilai RMSEA <0.05 atau
memiliki nilai P-value >0.05. Dari model yang sudah fit ini dapat diperoleh item
yang bersifat unidimensional dan item-item yang perlu di drop sehingga hanya
item pilihan saja yang akan digunakan untuk menganalisis.
Dari hasil CFA yang telah dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
hasilnya tidak fit dengan Chi Square=1050.76, df=324, P-value=0.00000,
RMSEA=0.116. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 68 kali terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item
yang dianalisis, maka diperoleh nilai Chi Square=293.87, df=256, P-
value=0.05189, RMSEA=0.030 yang artinya model ini sudah fit. Dengan
demikian item-item yang ada pada variabel ini hanya mengukur satu faktor saja,
yaitu kepuasan kerja karyawan
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
50
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran agresi disajikan pada table 3.6.
Table 3.6
Tabel Muatan Faktor Item Kepuasan kerja karyawan No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.31 0.08 3.86 ✓
2 0.18 0.08 2.18 ✓
3 0.48 0.08 6.09 ✓
4 0.50 0.08 6.50 ✓
5 0.59 0.08 7.77 ✓
6 0.49 0.08 6.18 ✓
7 0.54 0.08 7.02 ✓
8 0.38 0.08 4.65 ✓
9 0.42 0.08 5.37 ✓
10 0.38 0.08 4.63 ✓
11 0.36 0.08 3.56 ✓
12 0.42 0.08 5.31 ✓
13 0.24 0.08 2.78 ✓
14 0.27 0.08 3.26 ✓
15 0.26 0.08 3.18 ✓
16 0.20 0.08 2.50 ✓
17 0.27 0.08 3.27 ✓
18 0.38 0.08 4.90 ✓
19 0.36 0.08 4.61 ✓
20 0.38 0.08 4.77 ✓
21 0.41 0.08 5.27 ✓
22 0.44 0.08 5.70 ✓
23 0.64 0.08 8.60 ✓
24 0.52 0.08 6.87 ✓
25 0.68 0.08 8.96 ✓
26 0.24 0.08 2.93 ✓
27 0.51 0.08 6.49 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan
Langkah terakhir yang perlu dilakukan yaitu item–item kepuasan kerja
karyawan yang tidak di drop dihitung faktor skornya. Faktor skor ini dihitung
untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi penghitungan
faktor skor ini tidak menjumlahkan item–item variabel pada umumnya, tetapi
justru dihitung true score pada tiap item. Setelah didapatkan faktor skor, penulis
mentransformasikan factor skor menjadi T skor. Penggunaan T skor ini bertujuan
untuk menyamakan skala pengukuran yang berbeda–beda dan untuk menghindari
51
nilai minus pada factor skor agar pembaca mudah memahami interpretasi hasil
penelitian. Adapun rumus T skor yaitu:
Tskor = (15 x faktor skor) + 50
Keterangan: 15 adalah nilai standar deviasi dan 50 adalah nilai mean.
Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T skor, nilai baku
inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu dicatat,
bahwa hal yang sama juga berlaku untuk variabel-variabel lain dalam penelitian
ini.
3.4.2 Hasil Uji Validitas Konstruk Kepemimpinan Transformasional
1. Idealized Influense
Peneliti menguji apakah keseluruhan item pada aspek Idealized Influense yang
berjumlah 8 item benar bersifat unidimensional, yaitu hanya mengukur
kepemimpinan transformasional. Dari hasil analisis CFA dengan model satu
faktor, ternyata hasilnya tidak fit dengan Chi Square=245.14, df=20, P-
value=0.00000, RMSEA=0.259. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak
11 kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
diantara item-item yang dianalisis, maka diperoleh nilai Chi Square=16.64, df=9,
P-value=0.05568, RMSEA=0.071 yang artinya model ini sudah fit. Dengan
demikian item-item yang ada pada variabel ini hanya mengukur satu faktor saja,
yaitu Idealized Influense.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
52
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran Idealized Influense disajikan pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Tabel Muatan Faktor Idealized Influense
Pada tabel 3.7 tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96.
Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif.
Pada tabel tersebut semua item bermuatan faktor positif. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada item yang di drop, artinya semua item dapat diikutsertakan pada
analisis.
2. Intellectual Simulation
Peneliti menguji apakah keseluruhan item pada aspek Intellectual Simulation yang
berjumlah 4 item benar bersifat unidimensional, yaitu hanya mengukur
kepemimpinan transformasional. Dari hasil analisis CFA dengan model satu
faktor, ternyata hasilnya tidak fit dengan Chi Square=6.43, df=2, P-
value=0.04013, RMSEA=0.115. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1
kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
diantara item-item yang dianalisis, maka diperoleh nilai Chi Square=1.16, df=1,
No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.70 0.07 10.61 ✓
2 0.91 0.06 15.38 ✓
3 0.86 0.06 14.01 ✓
4 0.92 0.06 15.43 ✓
5 0.91 0.06 15.32 ✓
6 0.98 0.06 17.55 ✓
7 0.69 0.07 10.19 ✓
8 0.73 0.07 10.94 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan.
53
P-value=0.28172, RMSEA=0.031 yang artinya model ini sudah fit. Dengan
demikian item-item yang ada pada variabel ini hanya mengukur satu faktor saja,
yaitu Intellectual Simulation.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran Intellectual Simulation disajikan pada tabel 3.8.
Tabel 3.8
Tabel Muatan Faktor Intellectual Simulation
Pada tabel tersebut semua item bermuatan faktor positif. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada item yang di drop, artinya semua item dapat
diikutsertakan pada analisis.
3. Inspirational Motivation
Peneliti menguji apakah keseluruhan item pada aspek Inspirational Motivation
yang berjumlah 4 item benar bersifat unidimensional, yaitu hanya mengukur
kepemimpinan transformasional. Dari hasil analisis CFA dengan model satu
faktor, ternyata hasilnya tidak fit dengan Chi Square=104.31, df=2, P-
value=0.00000, RMSEA=0.552. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2
No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.78 0.07 11.54 ✓
2 0.95 0.06 15.31 ✓
3 0.83 0.07 12.65 ✓
4 0.72 0.07 9.72 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan.
54
kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
diantara item-item yang dianalisis, maka diperoleh nilai Chi Square=0.00, df=0,
P-value=1.00000, RMSEA=0.000 yang artinya model ini sudah fit. Dengan
demikian item-item yang ada pada variabel ini hanya mengukur satu faktor saja,
yaitu Inspirational Motivation.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran Inspirational Motivation disajikan pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Tabel Muatan Faktor Inspirational Motivation
Pada tabel tersebut semua item bermuatan faktor positif. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada item yang di drop, artinya semua item dapat diikutsertakan pada
analisis.
No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.77 0.07 11.58 ✓
2 1.04 0.06 18.43 ✓
3 0.75 0.07 10.80 ✓
4 0.78 0.07 11.80 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan.
55
4. Individual Consideration
Peneliti menguji apakah keseluruhan item pada aspek Individual Consideration
yang berjumlah 4 item benar bersifat unidimensional, yaitu hanya mengukur
kepemimpinan transformasional. Dari hasil analisis CFA dengan model satu
faktor, ternyata hasilnya tidak fit dengan Chi Square=15.79, df=37, P-
value=0.00000, RMSEA=0.203. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1
kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
diantara item-item yang dianalisis, maka diperoleh nilai Chi Square=0.36, df=1,
P-value=0.55125, RMSEA=0.000 yang artinya model ini sudah fit. Dengan
demikian item-item yang ada pada variabel ini hanya mengukur satu faktor saja,
yaitu Idealized Influence.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran Idealized Influence disajikan pada tabel 3.10.
Tabel 3.10
Tabel Muatan Faktor Individual Consideration No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.60 0.07 8.40 ✓
2 0.97 0.06 15.81 ✓
3 0.90 0.06 14.25 ✓
4 0.85 0.07 12.67 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan.
56
Pada tabel tersebut tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t <
1,96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan
negatif. Pada tabel tersebut semua item bermuatan faktor positif. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada item yang di drop, artinya semua item dapat
diikutsertakan pada analisis.
3.4.3 Hasil Uji Validitas Konstruk Gratitude (Rasa Syukur)
Peneliti menguji apakah keseluruhan item pada aspek gratitude yang berjumlah
12 item benar bersifat unidimensional, yaitu hanya mengukur Gratitude (Rasa
Syukur). Dari hasil analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata hasilnya tidak
fit dengan Chi Square=402.87, df=54, P-value=0.00000, RMSEA=0.196. Namun,
setelah dilakukan modifikasi sebanyak 26 kali terhadap model dengan
membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,
maka diperoleh nilai Chi Square=34.37, df=28, P-value=0.18882, RMSEA=0.037
yang artinya model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada
variabel ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu gratitude.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran bersyukur dengan hati disajikan pada tabel 3.11.
57
Tabel 3.11
Tabel Muatan Gratitude
Pada tabel tersebut terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96
yaitu item nomor 3. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang
bermuatan negatif. Pada tabel tersebut semua item bermuatan faktor positif. Hal
ini menunjukkan bahwa ada item yang di drop, yaitu item nomor 3.
3.4.3 Hasil Uji Validitas Konstruk Pride (Rasa Bangga)
1. Authentic Pride
Peneliti menguji apakah keseluruhan item pada aspek Authentic Pride yang
berjumlah 8 item benar bersifat unidimensional, yaitu hanya mengukur Pride
(Rasa Bangga). Dari hasil analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata
hasilnya tidak fit dengan Chi Square=60.60, df=14, P-value=0.00000,
RMSEA=0.141. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 4 kali terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item
yang dianalisis, maka diperoleh nilai Chi Square=17.02, df=10, P-value=0.07389,
RMSEA=0.065 yang artinya model ini sudah fit. Dengan demikian item-item
yang ada pada variabel ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu Authentic Pride.
No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.55 0.07 7.39 ✓
2 0.86 0.06 13.70 ✓
3 0.05 0.08 0.68 X
4 0.70 0.07 9.97 ✓
5 0.86 0.06 13.85 ✓
6 0.84 0.06 12.96 ✓
7 0.89 0.06 14.52 ✓
8 0.18 0.08 2.17 ✓
9 0.48 0.07 6.41 ✓
10 0.62 0.07 9.07 ✓
11 0.28 0.08 3.58 ✓
12 0.76 0.07 11.68 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan.
58
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran Authentic Pride disajikan pada tabel 3.12.
Tabel 3.12
Tabel Muatan Faktor Authentic Pride
Pada tabel tersebut terdapat satu item yang memiliki nilai koefisien t <
1.96, yaitu item nomor 3, item nomor 3 ini juga memiliki muatan faktor negatif,
oleh karena itu item tersebut di-drop dan tidak ikut serta dianalisis.
2. Hubristic Pride
Peneliti menguji apakah keseluruhan item pada aspek Hubristic Pride yang
berjumlah 8 item benar bersifat unidimensional, yaitu hanya mengukur Pride
(Rasa Bangga). Dari hasil analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata
hasilnya tidak fit dengan Chi Square=186.11, df=14, P-value=0.00000,
RMSEA=0.271. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 6 kali terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item
yang dianalisis, maka diperoleh nilai Chi Square=11.13, df=8, P-value=0.19469,
No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.56 0.08 7.27 ✓
2 0.50 0.08 6.36 ✓
3 -0.10 0.09 -1.14 X
4 0.73 0.07 9.94 ✓
5 0.51 0.08 6.42 ✓
6 0.85 0.07 11.77 ✓
7 0.67 0.08 8.65 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan.
59
RMSEA=0.048 yang artinya model ini sudah fit. Dengan demikian item-item
yang ada pada variabel ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu Hubristic Pride.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran Hubristic Pride disajikan pada tabel 3.13.
Tabel 3.13
Tabel Muatan Faktor Hubristic Pride
Pada tabel tersebut tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t <
1,96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan
negatif. Pada tabel tersebut semua item bermuatan faktor positif. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada item yang di drop, artinya semua item dapat
diikutsertakan pada analisis.
No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.55 0.08 6.75 ✓
2 0.63 0.07 8.54 ✓
3 0.54 0.08 7.22 ✓
4 0.71 0.07 10.15 ✓
5 0.70 0.07 9.80 ✓
6 0.79 0.07 11.54 ✓
7 0.93 0.06 14.27 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan.
60
3. Pride in Membership
Peneliti menguji apakah keseluruhan item pada aspek Pride in Membership yang
berjumlah 3 item benar bersifat unidimensional, yaitu hanya mengukur Pride (rasa
bangga). Dari hasil analisis CFA dengan model satu factor dengan Chi
Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000 yang artinya model ini
sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel ini hanya mengukur
satu faktor saja, yaitu pride in membership.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item, dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran Pride in Membership disajikan pada tabel 3.14.
Tabel 3.14
Tabel Muatan Faktor Pride in Membership
Pada tabel tersebut tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t <
1,96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan
negatif. Pada tabel tersebut semua item bermuatan faktor positif. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada item yang di drop, artinya semua item dapat
diikutsertakan pada analisis.
No. Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.85 0.07 12.58 ✓
2 0.92 0.07 14.10 ✓
3 0.70 0.07 10.00 ✓
Keterangan : tanda ✓ = signifikan (t > 1.96), X = tidak signifikan.
61
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple
regression atau analisis regresi berganda. Hal ini dikarenakan terdapat tiga
independent variable (prediktor), yaitu kepemimpinan transformasional, gratitude
(Rasa Syukur), Pride (Rasa Bangga) yang peneliti ingin lihat pengaruhnya
terhadap dependent variable (variabel yang dianalisis variannya) yaitu kepuasan
kerja karyawan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui arah hubungan
yaitu kepemimpinan transformasional, gratitude (Rasa Syukur), Pride (Rasa
Bangga) terhadap kepuasan kerja karyawan, apakah memiliki pengaruh positif
atau negatif. Serta prediksi nilai kepuasan kerja karyawan jika yaitu
kepemimpinan transformasional, gratitude (Rasa Syukur), Pride (Rasa Bangga)
mengalami kenaikan atau penurunan. Metode ini dipilih karena peneliti ingin
melihat pengaruh secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan.
Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
Keterangan :
Y = Kepuasan kerja karyawan
a = Intercept (konstan)
b = Koefisien regresi yang di standardisasikan untuk masing-masing X
X1 = Idealized Influence
X2 = Intellectual Stimulaion
X3 = Inspirational Motivation
X4 = Individual Consideration
X5 = Gratitude
X6 = Authentic Pride
X7 = Hubristic Pride
X8 = Pride in Membership
e = Residu
62
Untuk melihat apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang
paling sesuai dengan memiliki eror terkecil pada penelitian ini, maka dibutuhkan
beberapa pengujian dan analisis, yaitu :
1. R2 (koefisien determinasi berganda)
Melalui pengujian multiple regression akan didapatkan nilai R, dalam penelitian
ini adalah pengujian multiple regression kepemimpinan transformasional,
gratitude (Rasa Syukur), Pride (Rasa Bangga) terhadap kepuasan kerja karyawan.
Besarnya kepuasan kerja ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau
R2, nilai ini menunjukkan variasi perubahan dependent variable (Y) yaitu
kepuasan kerja karyawan yang disebabkan oleh independent variable (X) yaitu
kepemimpinan transformasional, gratitude (Rasa Syukur), Pride (Rasa Bangga)..
Dengan hal tersebut dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau merupakan
proporsi varian dari intense yang dijelaskan oleh kepemimpinan transformasional,
gratitude (Rasa Syukur) dan Pride (Rasa Bangga) secara parsial terhadap
kepuasan kerja karyawan. Untuk mendapatkan nilai R2 digunakan rumus sebagai
berikut :
R2 =Ssreg
Ssy
2. Uji F
Selanjutnya, setelah R2 diperoleh, maka untuk membuktikan signifikansi regresi
Y (dependent variable) terhadap X (independent variable) dilakukan uji F dengan
rumus : F = R2 / k
(1-R2) / (N – k – 1 )
63
Keterangan :
k = Jumlah IV
N = Jumlah Sampel
Dari uji F ini dapat dilihat apakah independent variable(IV) yang diuji
memiliki pengaruh terhadap dependent variable(DV).
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
3.6.1 Persiapan penelitian
1. Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap fenomena-
fenomena yang menyangkut psikologis seseorang pada ranah industri dan
organisasi kemudian peneliti memilih permasalahan yang hendak diteliti.
2. Penulis melaporkan hasil penemuan fenomen kepada dosen pembimbing
untuk kemudian menentukan variabel independent dan variabel dependent
yang sesuai dengan fenomena
3. Setelah menentukan variabel apa saja yang digunakan untuk diteliti, penulis
melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang sesuai
dengan variabel penelitian. Menyusun instrumen penelitian dan uji coba
kelayakan bahasa.
4. Meminta expert judgement yaitu dosen pembimbing, yang dianggap ahli untuk
menilai apakah pengklarifikasian item yang dilakukan sudah benar dan tepat
berdasarkan teori yang telah dipaparkan.
3.6.2 Melakukan penelitian
Penulis melakukan pengambilan data dengan cara menitipkan kuesioner di
Pusdiklat Perdagangan Sawangan, Depok pada 29 Juni sampai dengan 29 Juli
64
2018. Pada tanggal 29 Juni peneliti dating ke pusdiklat untuk bertemu dengan
salah satu pegawai sekaligus melakukan wawancara singkat mengenai gambaran
pekerjaan disana. Pada tanggal 30 Juni peneliti kembali ke pusdiklat untuk
bertemu dengan kepala kepegawaian, disana peneliti melakukan kordinasi tentang
bagaimana cara pengambilan data. Pada akhrnya disepekati bahwa kuesionernya
akan dititipkan dan dibagikan dengan salah satu pegawai disana, dikarenakan
terdapat beberapa pegawai yang tidak ada ditempat. Pada tanggal 7 Juli peneliti
mengambil hasil kuesioner, namun terdapat beberapa lagi yang belum bias untuk
diambil, sehingga peneliti sempat beberapa kali mendatangi pusdiklat untuk
melihat progress pengambilan datanya. Pada akhirnya semua selesai pada tanggal
29 Juli 2018.
3.6.3 Pengolahan data
Setelah melakukan penyebaran data atau kuesioner, peneliti melakukan skoring
terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden, menghitung dan mencatat
tabulasi data yang diperoleh, menganalisa butir item out dan yang valid
menggunakan Lisrel 8.7, dilanjutkan dengan membuat tabel. Kemudian penulis
melakukan analisa data, teknik analisa yang digunakan adalah analisi regresi
berganda. Penulis menggunakan tersebut karena ingin mencari pengaruh antara
variabel bebas (independent variable) kepemimpinan transformasional, gratitude
(rasa syukur), pride (rasa bangga) terhadap variabel terikat (dependent variable)
kepuasan kerja karyawan. Dalam menganalisa data yang didapatkan penulis,
penulis menggunakan program SPSS Statistics 23.
65
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian ini akan dibahas mengenai gambaran umum subjek
dan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 169 pegawai negeri sipil (PNS). Pada
penelitian ini, menggunakan sampel PNS yang bekerja di Pusdiklat Kementerian
Perdagangan RI, di Sawangan, Depok. Untuk mempermudah perhitungan, maka
peneliti mengkategorikan usia responden berdasarkan WHO. Berikut adalah tabel
karakteristik responden penelitian :
Tabel 4.1
Gambaran subjek penelitian (N=169) Karakterisistik Responden Jumlah Presentase %
Jenis Kelamin Perempuan 73 43.2
Laki-Laki 96 56.8
Usia Remaja Akhir (17-25) 36 21.4
Dewasa Awal (26-35) 80 47.6
Dewasa Akhir (36-45) 34 20.1
Lansia Awal (46-55) 17 10.1
Lansia Akhir (56-65) 2 1.1
Lama Bekerja 1-10 tahun 124 73.8
10-20 tahun 32 18.9
>20 tahun 13 7.7
Berdasarkan data pada tabel diatas, terlihat bahwa dari 169 subjek yang dijadikan
sampel berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin laki-laki
sebanyak 96 orang (56.8%) sedangkan perempuan berjumlah 73 orang (43.2%).
Selanjutnya berdasarkan usia didominasi oleh rentang usia dewasa awal (26-35
tahun) sebanyak 80 orang (47.6%), selanjutnya secara berurutan remaja akhir (17-
25 tahun) sebanyak 36 orang (21.4%), dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak 34
orang (20.1%), lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 17 orang (10.1%) dan yang
terakhir lansia akhir (56-65 tahun) sebanyak 2 orang (1.1%). Berdasarkan lama
66
bekerja didominasi oleh yang sudah bekerja 1-10 tahun sebanyak 124 orang
(73.8%), diikuti oleh yang sudah bekerja 11-20 tahun sebanyak 32 tahun (18.9%),
dan yang terakhir bekerja >20 tahun sebanyak 13 orang (7.7%).
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor faktor
yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi,
penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan item-item seperti
pada umumnya, tetapi dihitung dengan menggunakan maximum likelihood, skor
ini disebut true score. Item-item yang dianalisis oleh maximum likelihood adalah
item yang bermuatan positif dan signifikan. Adapun true score yang dihasilkan
oleh maximum likelihood satuannya berbentuk Z-score. Untuk menghilangkan
bilangan negatif dari z-score, semua skor ditransformasi ke skala T yang
semuanya positif dengan menetapkan nilai mean = 50 dan standar deviasi = 10.
Langkah selanjutnya adalah melakukan proses komputasi melalui formula T-score
= 50 + 10.z.
Selanjutnya, untuk menjelaskan gambaran umum tentang deskriptif
statistik dari variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan
adalah nilai mean, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan minimal dari masing-
masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini :
67
Tabel 4.2
Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepuasan kerja karyawan 169 23.98 69.73 50.0000 9.19993
Idealized Influence 169 13.92 70.74 49.9989 9.66738
Intellectual Stimulation 169 14.74 72.58 50.0004 9.19637
Inspirational Motivation 169 12.50 70.38 50.0024 9.41805
Individual Consideration 169 17.63 69.68 50.0000 9.39371
Gratitude 169 14.33 59.40 49.9996 9.37158
Authentic Pride 169 18.91 72.18 50.0004 8.97791
Hubristic Pride 169 21.23 74.03 49.9996 9.26632
Pride in Membership 169 18.34 68.42 49.9985 9.00077
Valid N (listwise) 169
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui deskripsi statistik pada setiap variabel.
Kolom N menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 169. Kolom
minimum dan maximum menjelaskan nilai minimum dan maximum pada setiap
variabel. Dilihat dari kolom minimum diketahui variabel Inspirational Motivation
memiliki nilai terendah dengan nilai 12.50. Sementara itu, berdasarkan kolom
maximum diketahui variabel Hubristic Pride memiliki nilai tertinggi dengan nilai
74.03.
4.2.1 Kategorisasi subjek variabel penelitian
Peneliti menggunakan informasi analisa deskriptif sebagai acuan untuk membuat
norma kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan data
mentah (raw score) tetapi merupakan true score yang skalanya telah dipindah
menggunakan rumus t-score yang telah dijelaskan pada bab 3. Nilai tersebut
menjadi batas peneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi dari
masing-masing variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor dijelaskan pada
tabel 4.3.
68
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel Kategorisasi Rumus
Rendah X≤ Tinggi X>
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi Jumlah
Kepuasan kerja karyawan 74 95 43.8 56.2 169
Idealized Influence 60 109 35.5 64.5 169
Intellectual Stimulation 56 113 33.1 66.9 169
Inspirational Motivation 46 123 27.2 72.8 169
Individual Consideration 61 108 36.0 64.0 169
Gratitude 64 105 37.8 62.1 169
Authentic Pride 70 99 41.4 58.6 169
Hubristic Pride 78 91 46.1 53.9 169
Pride in Membership 76 93 44.9 55.1 169
Dari tabel diatas, diperoleh hasil persentase variabel kepuasan kerja
karyawan sebanyak 95 orang (56,2%) berada pada kateori tinggi. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada variabel kepuasan kerja karyawan paling banyak
berada pada kategori tinggi. Hasil yang diperoleh dimensi Idealized Influence
memiliki hasil 109 orang (64,5%) pada kategori tinggi. Lalu, diperoleh hasil
persentase responden dengan dimensi Intellectual Stimulation sebanyak 113 orang
(66,9%) pada kategori rendah. Kemudian hasil yang didapat oleh dimensi
Inspirational Motivation sebanyak 123 orang (72.8%) pada kategori tinggi.
Selanjutnya, hasil dari dimensi Individual Consideration sebanyak 108 orang
(64,0%) pada katagori tinggi.
Hasil dari variabel gratitude sebanyak 105 orang (62.1%) pada kategori
tinggi. Hasil persentase Authentic Pride sebanyak 98 orang (58,4%) pada kategori
69
tinggi. Lalu, diperoleh hasil persentase dimensi Hubristic Pride sebanyak 91
orang (54,2%) pada kategori tinggi. Untuk dimensi terakhir yaitu Pride in
Membership diperoleh hasil, sebanyak 92 orang (54,8%) pada kategori rendah.
4.3 Hasil Uji Hipotesis
4.3.1 Pengujian R square
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi
dengan software SPSS 23 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam regresi
ada tiga hal yang dilihat, yaitu pertama melihat R-Square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable, yang kedua apakah keseluruhan independent variable berpengaruh
secara signifikan terhadap dependent variable, kemudian terakhir melihat
signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent
variable.
Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians yang dijelaskan oleh independent variable. Selanjutnya
untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
R square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .695a .482 .457 6.78171
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa R-Square sebesar 0,482 atau 48,2%.
Artinya, proporsi varian terhadap variabel kepuasan kerja karyawan yang
dijelaskan oleh variabel kepemimpinan transformasional (Idealized Influence,
Intellectual Stimulation, Inspirational Motivation, Individual Consideration),
70
variabel gratitude, dan variabel pride (Authentic Pride, Hubristic Pride, Pride in
Membership) dalam penelitian ini sebesar 48,2%, sedangkan 51,8% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti
menguji apakah seluruh independen variabel memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Kepuasan kerja karyawan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
4.6.
Tebl 4.6
Anova
Signifikansi pengaruh seluruh Independent Variable terhadap Dependent
Variable ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6860.655 8 857.582 18.646 .000b
Residual 7358.658 160 45.992 Total 14219.313 168
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.)
pada kolom paling kanan adalah p=0.000 dengan nilai p<0.05. Sedangkan
diketahui bahwa syarat terpenuhinya nilai Sig. adalah < 0.05, maka hipotesis nihil
yang menyatakan bahwa “Tidak ada pengaruh yang signifikan gaya
kepemimpinan transformasional (idealized influence, Intellectual stimulation,
inspirational motivation dan individual consideration), Gratitude dan pride
(authentic pride, hubristic pride dan pride in membership) terhadap kepuasan
kerja karyawan”, ditolak. Artinya sebaliknya yaitu “Ada pengaruh yang signifikan
gaya kepe/6mimpinan transformasional (idealized influence, Intellectual
stimulation, inspirational motivation dan indiual consideration), Gratitude dan
pride (authentic pride, hubristic pride dan pride in membership) terhadap
kepuasan kerja karyawan”.
71
4.3.2 Pengujian Koefisien Regresi masing-masing Independent Variable
terhadap Dependent Variable
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable Jika sig <0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan
yang berarti variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan. Adapun besarnya koefisien regresi dari
masing-masing independent variable terhadap kepuasan kerja dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Table 4.7
Koefesien Regresi Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.176 4.480 1.825 .070
Idealized Influence -.094 .154 -.099 -.611 .542
Intellectual Stimulation -.138 .105 -.138 -1.321 .188
Inspirational Motivation .230 .116 .235 1.987 .049
Individual Consideration .567 .130 .579 4.352 .000
Gratitude .065 .058 .066 1.121 .264
Authentic Pride .267 .121 .260 2.208 .029
Hubristic Pride -.073 .109 -.073 -.666 .507
Pride in Membership .013 .083 .012 .150 .881
a. Dependent Variable: kepuasankerja
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7, maka persamaan regresinya
sebagai berikut: (*signifikan) Kepuasan kerja karyawan = 8.176 - 0.094 (Idealized
Influence) - 0.138 (Intellectual Stimulation) + 0.230* (Inspirational Motivation) +
0.567* (Individual Consideration) + 0.065 Gratitude + 0.267* (Authentic Pride) -
0.073 (Hubristic Pride) + 0.13 (Pride in Membership) + e
Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat tiga
variabel yang nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu ; Inspirational
Motivation, Individual Consideration, dan Authentic Pride. Sementara enam
72
variabel lain tidak signifikan, penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh masing-masing independen variabel adalah sebagai berikut :
1. Variabel Idealized Influence ditemukan memiliki koefisien regresi sebesar -
0.094 dengan nilai P = 0.542 (>0.05), dengan demikian pengaruh Idealized
Influence terhadap kepuasan kerja karyawan tidak signifikan.
2. Variabel Intellectual Stimulation ditemukan memiliki koefisien regresi
sebesar -0.138 dengan nilai P = 0.188 (>0.05), dengan demikian pengaruh
Intellectual Stimulation terhadap kepuasan kerja karyawan tidak signifikan.
3. Variabel Inspirational Motivation ditemukan memiliki koefisien regresi
sebesar 0.230 dengan nilai P = 0.049 (<0.05). Hal ini berarti bahwa
Inspirational Motivation memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan. Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi
Inspirational Motivation maka akan semakin tinggi kepuasan kerjanya.
4. Variabel Individual Consideration ditemukan memiliki koefisien regresi
sebesar 0.567 dengan nilai P = 0.000 (<0.05). Hal ini berarti bahwa Individual
Consideration memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan. Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi Individual
Consideration maka akan semakin tinggi kepuasan kerjanya.
5. Variabel Gratitude ditemukan memiliki koefisien regresi sebesar 0.065
dengan nilai P = 0.264 (>0.05), dengan demikian pengaruh Gratitude
terhadap kepuasan kerja karyawan tidak signifikan.
6. Variabel Authentic Pride ditemukan memiliki koefisien regresi sebesar 0.267
dengan nilai P = 0.029 (<0.05). Hal ini berarti bahwa Authentic Pride
73
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi Authentic Pride maka akan
semakin tinggi kepuasan kerjanya.
7. Varibel Hubristic Pride memiliki koefisien regresi sebesar -0.073 dengan nilai
P = 0.507 (>0.05), dengan demikian pengaruh Hubristic Pride terhadap
kepuasan kerja karyawan tidak signifikan.
8. Variabel Pride in Membership ditemukan memiliki koefisien regresi sebesar
0.013 dengan nilai P = 0.881 (>0.05), dengan demikian pengaruh Pride in
Membership terhadap kepuasan kerja karyawan tidak signifikan.
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui koefisien regresi mana yang lebih kuat.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan koefisien regresi yang terstandarisasi
(standarized coefficient) atau beta (β) untuk melihat angka koefisien regresi mana
yang menunjukan pengaruh yang lebih kuat terhadap variabel dependen. Variabel
Individual Consideration memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap kepuasan
kerja karyawan dengan nilai β = 0.567.
4.3.3 Pengujian Proposi Varians masing-masing Independent Variable
terhadap Dependent Variable
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui proporsi varian sumbangan dari tiap
variabel independen. Untuk itu penulis melakukan analisis regresi berganda secara
stepwise yaitu dengan menambahkan satu variabel independen setiap melakukan
analisis regresi. Dalam hal ini penulis dapat menghitung pertambahan dari R2
(R2change). Penulis juga menguji apakah pertambahan R
2 change signifikan atau
tidak. Hal tersebut dapat dilihat pada table 4.8 berikut.
74
Tabel 4.8
Proporsi Varians
Model Summary
Model R R Square
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .589a .347 .347 88.568 1 167 .000
2 .589b .347 .001 .129 1 166 .720
3 .601c .362 .015 3.778 1 165 .054
4 .661d .437 .075 21.886 1 164 .000
5 .666e .443 .007 1.946 1 163 .165
6 .694f .481 .038 11.731 1 162 .001
7 .695g .482 .001 .425 1 161 .516
8 .695h .482 .000 .023 1 160 .881
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa :
1. Variabel Idealized Influence memberikan sumbangan sebesar 3,47 % terhadap
varians perilaku kepuasan kerja karyawan.
2. Variabel Intellectual Stimulation memberikan sumbangan sebesar 0,01 %
terhadap varians perilaku kepuasan kerja karyawan.
3. Variabel Inspirational Motivation memberikan sumbangan sebesar 0,15 %
terhadap varians perilaku kepuasan kerja karyawan.
4. Variabel Individual Consideration memberikan sumbangan sebesar 0,75 %
terhadap varians perilaku kepuasan kerja karyawan.
5. Variabel gratitude memberikan sumbangan sebesar 0,07 % terhadap varians
perilaku kepuasan kerja karyawan.
6. Variabel Authentic Pride memberikan sumbangan sebesar 0,38 % terhadap
varians perilaku kepuasan kerja karyawan.
7. Variabel Hubristic Pride memberikan sumbangan sebesar 0,01 % terhadap
varians perilaku kepuasan kerja karyawan.
8. Variabel Pride in Membership memberikan sumbangan sebesar 0,00 %
terhadap varians perilaku kepuasan kerja karyawan.
75
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil
penelitian ini ditemukan pengaruh yang signifikan dari dimensi variabel
kepemimpinan transformasional (Idealized Influence, Intellectual Stimulation,
Inspirational Motivation, Individual Consideration), variabel gratitude dan
variabel pride (Authentic Pride, Hubristic Pride, Pride in Membership terhadap
kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan proporsi varian seluruhnya, kepuasan kerja
karyawan dipengaruhi oleh keseluruhan variabel independen sebesar 48,2%.
Berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang bertujuan untuk menguji
signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variabe yaitu
kepuasan kerja, diperoleh hasil bahwa dari variabel kepemimpinan
transformasional terdapat dua dimensi yang signifkan yaitu dimensi Inspirational
Motivation dan Individual Consideration, sedangkan dimensi Idealized Influence
dan Intellectual Stimulaion tidak signifakan. Sedangkan variabel gratitude tidak
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Pride adalah variabel terakhir yang
diteliti, terdapat satu dimensi yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
yaitu dimensi Authentic Pride, sedangkan dimensi yang lainnya tidak signifikan
seperti dimensi Hubristic Pride dan Pride in Membership.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa dimensi Inspirational
Motivation dari variabel kepemimpinan transformasional memiliki hasil yang
76
signifikan. Hal ini didukung oleh penelitian Penelitian Long & Ling (2018), yang
dalam penelitiannya menghasilan bahwa Inspirational Motivation sebagai proses
memotivasi pengikut untuk lebih berkomitmen dan memiliki visi yang sama
dengan organisasi. Pemimpin juga dapat memotivasi pengikut untuk bekerja
dengan dedikasi dan semangat serta agar karyawan memiliki kepuasan kerja. Hal
ini berarti apabila karyawannya merasa bahwa pemimpin memberikan
Inspirational Motivation, maka semakin tinggi pula kepuasan kerjanya. Ini
mengacu pada kemampuan pemimpin untuk menginspirasi, memotivasi,
menghibur, dan bahkan memuji bawahannya secara emosional. Manajer
memberikan dukungan dan dorongan kepada bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi, promosi karyawan diberikan sebagai hadiah (Atmojo, 2012). Namun
terdapat penelitan yang mengatakan bahwa Inspirational Motivation tidak secara
langsung mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Jiang, Xianbo & Jiongbin,
2017). Penelitian ini menyatakan bahwa alasan Inspirational Motivation tidak
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan karena tugas-tugas manajemen proyek
sering terjalin, dan penyelesaian tugas lebih bergantung pada kolaborasi tim. Oleh
karena itu, motivasi yang diberikan oleh pemimpin tidak secara signifikan
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Variabel selanjutnya yang signifikan adalah Individual Consideration.
Dalam penelitian Khalil & Sahibzadah (2017) menunjukan bahwa adanya
pengaruh yang kuat antara Individual Consideration dengan kepuasan kerja
karyawan karyawan. Kepuasan meningkat secara signifikan ketika para pemimpin
memberikan memahami dan memberikan kebutuhan karyawan serta membangun
77
hubungan yang erat. Dalam hal ini pemimpin bertindak sebagai konselor atau
pelatih, sehingga mengetahui kesusahan karyawannya dan kebutuhan pada setiap
individu. Oleh karena itu, karyawan merasa puas dikarenakan pemimpinnya
mendukung perhatian individu, pembinaan dan bimbingan yang telah disediakan.
Hasil penelitian dari Ghanbari & Eskandari (2015) menunjukan hasil yang sama
bahwa kepala sekolah yang memberikan individual consideration dapat membuat
guru disekolah menengah provinsi Hamadan menjadi puas. Kepala sekolah
memperhatikan persyaratan dan tuntutan guru, untuk pencapaian dan peningkatan
efisiensi, efektivitas, dan kepuasan kerja guru. Selain itu terdapat jurnal lain yang
mengatakan bahwa individual consideration tidak mempengaruhi kepuasan kerja.
Hanaysha (2012) menemukan bahwa individual consideration berpengaruh
negatif dengan kepuasan kerja karyawan. Hal ini mungkin dikarenakan karyawan
tidak dapat bertemu dengan pemimpin dikarenakan jadwal sibuk pemimpin yang
mengarah ke kurangnya perhatian secara individu, maka semakin rendah
individual consideration semakin tinggi kepuasan kerja karyawan
Selain dimensi Individual Consideration, dimensi Authentic Pride dari
variabel pride juga merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, artinya semakin tinggi Authentic
Pride yang dimiliki oleh responden maka semakin tinggi juga kepuasan kerjanya.
Authentic Pride merupakan rasa bangga otentik sebagai emosi positif yang akan
terjadi bilamana individu menemukan representasi dirinya sesuai identitas dirinya,
sesuai dengan apa yang diinginkannya, dan akan mengarahkan individu untuk
melakukan hal-hal yang bersifat altruistik (Tracy & Robbins, 2007). Jika
78
karyawan merasa bangga maka akan memunculkan emosi positif pada dirinya,
sehingga karyawan akan merasa puas terhadap pekerjaanya. Karyawan tersebut
yakin bahwa dirinya bisa mengerjakan pekerjaanya, maka dia akan merasa puas.
Adapun beberapa variabel yang tidak signifkan terhadap kepuasan kerja
karyawan, antara lain, Idealized Influence, Intellectual Stimulaion, Gratitude,
Hubristic Pride, dan Pride in Membership. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa dimensi Idealized Influence tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil dari penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian dari Hussein & Wahidi (2018) yang menunjukan bahwa pemimpin
seharusnya memiliki tujuan dan visi yang jelas, menjadi optimis, dan bersikap
terhormat didepan karyawannya. Apabila pemimpin tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik, serta tidak dapat menunjukan sikap seorang pemimpin, maka
karyawannya akan merasa tidak akan puas terhadap pekerjannya di perusahaan
tersebut, dikarenakan tidak adanya sosok pemimpin yang dapat karyawan
banggakan. Namun dalam penelitian Nguyen & Nguyen (2014) menemukan
bahwa Idealized Influence mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, dapat
dijelaskan bahwa apabila pemimpin memberikan pertimbangan individual seperti
menjadi pendengar aktif atau mendorong pertukaran pandangan dua arah akan
membuat para karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Pertimbangan individual dengan perilaku seperti pelatihan, mempromosikan
pengembangan diri akan membuat para pengikut puas dengan pekerjaanmya.
Selanjutnya dalam variabel kemimipinan transformasional yang tidak
memiliki pengaruh yang signifikan adalah Intellectual Stimulation. Hal ini
79
didukung oleh peneilitian Hussein & Wahidi (2018). Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa memfokuskan pada sisi inovatif karyawannya, dengan cara
membangun hubungan yang kuat dengan berbagi visi dan ide bersama. Pemimpin
harus fokus pada pentingnya partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan,
mendengarkan dan melibatkan dalam menyelesaikan masalah professional
karyawan. Artinya, pemimpin harus memberikan dan mengikutsertakan
karyawannya dalam pengambilan keputusan, serta menghargai adanya perbedaan
pendapat. Namun dalam penelitian Munir (2012) menemukan hubungan yang
signifikan antara Intellectual Stimulation dan kepuasan kerja karyawan. Hal ini
menjelaskan bahwa apabila pemimpin memberikan Intellectual Stimulation
kepada pengikutnya untuk mengembangkan ide-ide baru dan memotivasi, serta
untuk mengambil alternatif lain dalam menyelesaikan masalah, maka pengikutnya
akan merasa puas.
Variabel selanjutnya yang tidak signifkan adalah variabel gratitude (rasa
syukur). Gratitude atau rasa syukur merupakan semacam rasa kagum, penuh rasa
terima kasih, dan penghargaan terhadap hidup. Perasaan tersebut dapat ditujukan
kepada pihak lain, baik terhadap sesama manusia maupun yang bukan manusia
seperti Tuhan atau mahluk hidup lain (Emmons & Shelton, 2003). Steindl-Rast
(dalam Putra, 2014) Gratitude dapat bersifat personal ataupun transpersonal. Hal
ini dapat dibedakan bentuk perilakunya dalam dua hal yaitu thankful dan grateful.
Thankful merupakan pola perilaku berterima kasih kepada seseorang atau pihak
lain atau bersifat personal. Sedangkan grateful, rasa kebersyukuran yang ada lebih
dalam dari sekedar berpikir atau mengucapkan. Grateful berarti berterima kasih
80
atas apa yang telah diterima, atau merupakan respon penuh seseorang terhadap
kepemilikannya sekalipun kepemilikan itu tidak tersirat. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa gratitude tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan. Hal ini didukung oleh penelitian Waters (2012) yang
menyebutkan bahwa gratitude transpersonal bukanlah prediktor yang signifikan
dari kepuasan kerja karyawan, ketika gratitude personal secara bersamaan
dimasukkan ke dalam penelitian. Ini mungkin dikarenakan gratitude personal
dinilai sebagai hal yang dapat langsung dilihat dan dirasakan dalam konteks
pekerjaan. Oleh karena itu, gratitude personal lebih tepat terhadap penilaian
karyawan tentang sejauh mana mereka memperoleh kepuasan dari pekerjaan,
sehingga meminimalkan peran gratitude transpersonal. Selain itu terdapat
penelitian yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara gratitude
dan kepuasan kerja karyawan. Boute (2017) dalam penelitiannya menunjukan
bahwa meningkatkan gratitude, pengusaha dapat meningkatkan kinerja karyawan
dan mengurangi perilaku mencari kerja di antara karyawan. Para karyawan juga
menunjukan bahwa gratitude dalam dunia pekerjaan akan merasa lebih puas
dalam waktu enam bulan dibandingkan dengan gratitude dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari.
Hubristic Pride merupakan salah satu dari dimensi pride yang dalam
penelitian ini menunjukan tidak adanya pengaruh dengan kepuasan kerja
karyawan. Hubristic Pride merupakan bentuk pengakuan dan kebanggan dirinya
yang ingin diakui oleh orang lain atau narcissists (Tracy & Robbins, 2004).
Kebanggaan narcisstic dikaitkan dengan dominasi sosial, menetapkan diri
81
statusnya unggul daripada orang lain. Dalam penelitian ini menunjukan hasil yang
tidak signifikan dengan kepuasan kerja karyawan, dirinya menganggap bahwa dia
lebih hebat dari orang lain, dia menganggap kepuasan kerja karyawan tidak akan
didapatkan apabila tidak sesuai dengan keinginannya. Sehingga Hubristic Pride
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
Variabel ini menjadi tidak signifikan dikarenakan Indonesia termasuk pada
budaya asia yang cenderung untuk tidak menonjolkan diri, dibandingkan dengan
negara barat yang cenderung menonjolkan diri untuk dapat bertahan hidup
(Dawis,2010).
Variabel yang terakhir adalah pride in membership. Pride in Membership
yang merupakan kebanggaan individu terhadap organisasinya. Karyawan akan
merasakan bangga jika sebuah organisasi menerima pengakuan penting dari dunia
luar dan pengakuan bahwa menjadi bagian dari organisasi tersebut adalah
berharga. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pride in Membership tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini
sesuai dengan penelitian dari Helm (2012) yang menunjukan 71% karyawan yang
merasa bangga akan mempromosikan tempat kerjanya sebagai tempat kerja yang
di rekomendasikan. Namun apabila perusahaan tidak dapat menguntungkan
karyawannya serta memiliki atasan yang mempunyai reputasi negatif atau buruk
maka karyawan cenderung tidak bangga terhadap perusahannya. Selain itu
penelitian dari Arnett, Debra & Charlie (2002) menunjukan hasil yang berbeda,
bahwa karyawan yang memiliki rasa bangga dalam organisasinya, akan
menganggap bahwa organisasi itu penting, bermakna, efektif, dan sebagai bagian
82
masyarakat yang berharga. Akibatnya, karyawan lebih cenderung terlibat dalam
kegiatan yang membantu organisasi mencapai tujuannya.
5.3 Saran
Pada penelitian ini, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan
saran praktis. Penulis memberikan saran secara teoritis sebagai bahan
pertimbangan untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, peneliti juga
menguraikan saran secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi
pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini. Saran yang akan
penulis berikan berdasarkan dengan temuan dalam penelitian yang telah penulis
lakukan.
5.3.1 Saran Teoritis
1. Dalam temuan penelitian ini ditemukan proporsi varian terhadap variabel
kepuasan kerja karyawan yang dijelaskan oleh variabel kepemimpinan
transformasional (Idealized Influence, Intellectual Stimulation, Inspirational
Motivation, Individual Consideration), variabel strategi gratitude dan variabel
pride (Authentic Pride, Hubristic Pride, Pride in Membership) dalam
penelitian ini sebesar 48,2%, sedangkan 51,8% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Disarankan untuk memilih variabel lain
yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, seperti turnover dan kinerja
karyawan.
2. Dalam penelitian ini gratitude menggunakan alat ukur yang di adaptasi
sendiri dan hasilnya tidak signifikan. Disarankan untuk penelitian selanjutnya,
83
dapat menggunakan alat ukur yang lain agar mendapatkan hasil yang
bervariasi.
3. Dalam penelitian ini jawaban responden kurang bervariasi, mungkin ini
disebabkan oleh peneliti yang tidak memperhatikan langsung responden dalam
mengisi. Maka itu, saran untuk penelitian selanjutnya, agar lebih diperhatikan
dan diarahkan ketika responden menjawab kuesioner, karena hal tersebut
sangat mempengaruhi hasil penelitian.
4. Dalam penelitian ini variabel pride menunjukan hasil yang kurang signifikan,
alangkah baiknya pengambilan sampel dilakukan diperusahaan ternama, agar
dapat lebih relevan dengan pride.
5.3.2 Saran Praktis
1. Dalam penelitian ini gratitude tidak signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan. Disarankan kepada perusahaan untuk memberikan layanan dalam
hal keagaamaan agar karyawan lebih merasa tenang dan puas.
2. Dalam penelitian ini dua dimensi dari empat dimensi kepemimpinan
transformasional tidak mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Disarankan
kepada pemimpin perusahaan agar ditingkatkan lagi sikap kepemimpinannya
seperti dating tepat waktu, bersikap mengayomi dan memberikan kesmpatan
karyawannya mencoba hal-hal yang baru.
84
DAFTAR PUSTAKA
Aamodt, M. G. (2010). Industrial/organizational psychology (6 ed.). Belmont:
Cengage learning.
Anett, D. B., Laviere, D., & Mclane, C. (2002). Using Job Satisfadon and Pride as
Internal-marketing Tools. Journal of The Cornell Hotel and Restaurant
Administration Quarterly, Volume 43, Issue 2, 87-96.
Asghar, S., & Oino, I. (2018). Leadership Styles and Job Satisfaction. Journal
Market Forces College of Management Sciences, Vol. XIII, Issue. 1, 1-13.
Atmojo, M. (2012). The Influence of Transformational Leadership on Job
Satisfaction, Organizational Commitment, and Employee Performance.
Journal International Research, Journal of Business Studies Vol.5.No. 2,
113-128.
Baihaqi, M. F. (2010). Pengaruh gaya kepemimipinan terhadap kepuasan kerja
dan kinerja dengan komitmen organisasi sebaga variabel intervening.
Skripsi. Universitas Negeri Diponogoro Semarang.
Baroroh, S. (2013). Hubungan antara kepuasan kerja karyawan dengan kinerja
karyawan. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bass, B. (1990). From transactional to transformational leadership: learning to
share vision. Journal of Organizational Dynamics, 18(3), 19-31.
Bass, B. M. (1999). Two Decades of Research and Development in
Transformational Leadership. Europan Journal of Work and
Organizational Psychology, 8 (1), 9–32.
Bass, B. M., & Hater, J. J. (1988). Superiors' Evaluations and Subordinates'
Perceptions of Transformational and Transactional Leadership. Journal of
Applied Psychology, Vol. 73, No. 4, 695-702.
Bouckaert, G. (2001). Pride and performance in public service: Some patterns of
analysis. International Review of Administrative Sciences, 67(1), 15-27.
Boute, V. (2017). Gratitude At Work: Its Impact On Job Satisfaction & Sense Of
Community. Article in PlasticityLabs.
85
Brown, E. A. (2008). Dimensions of transformational leadership and relationship
with employee performance in hotel front desk staff. Theses. Iowa State
University.
Bushra, F., Usman, A., & Naveed, A. (2011). Effect of Transformational
Leadership on Employees’ Job Satisfaction and Organizational
Commitment in Banking Sector of Lahore (Pakistan). International
Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No.18, 261-267.
Cable, D., & Turban, D. (2003). The Value of Organizational Reputation in the
Recruitment Context: A Brand-Equity Perspective. Journal of Applied
Social Psycho/ogy, 33, 11, pp. 2244-2266.
Carless, S. A., & Wearing, A. (2002). A Short Measure of Transformational
Leadership. Journal of bussiness and psychology, Vol. 14, No. 3, 389-405.
Ellickson, M. C. (2002). Determinants of Job Satisfaction of Municipal
Government Employees. Journal of Public Personnel Management ,
Volume 31 No. 3, 343-358.
Emmons, R. A., & McCullough, M. (2003). Counting Blessings Versus Burdens:
An Experimental Investigation of Gratitude and Subjective Well-Being in
Daily Life. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 84, No. 2,
377–389.
Fauziyyah, A. (2017). Pengaruh kepuasan kerja dan rasa syukur terhadap
organizational citizenship behavior. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Froh, J. J. (2011). Measuring Gratitude in Youth: Assessing the Psychometric
Properties of Adult Gratitude Scales in Children and Adolescents. Journal
of American Psychological Association, Vol. 23, No. 2, 311–324.
Ghanbari, S., & Eskandari, A. (2015). Transformational Leadership, Job
Satisfaction, and Organizational Innovation. International Journal of
Management Perspective, Vol. 1, No.4 pp. 81-94.
Gholami, Fesharaki M. (2012) Reliability and validity of "Job Satisfaction
Survey" questionnaire in military health care workers. Iranian Journal of
Military Medicine, Volume 13, Issue 4, 241-246.
86
Gold, K. A. (1982). Managing for Success: A Comparison of the Private and
Public Sectors. Journal of American Society for Public
AdministrationStable, Vol. 42, No. 6, pp. 568-575.
Gouthier, M. H., & Rhein, M. (2011). Organizational pride and its positive effects
on employee behavior. Journal of Service Management, Vol. 22 No. 5,
2011 pp. 633-649.
Hanaysha, J. R., Rahman, M. Y., Zakari, A. S., & Sarassina, F. (2012).
Transformational Leadership and Job Satisfaction. American Journal of
Economics, Special Issue: 145-148.
Helm, S. (2012). A matter of reputation and pride: Associations between
perceived external reputation, pride in membership, job satisfaction and
turnover intentions. British Journal of Management, 24(4), 542-556.
Hussein, S., & Wahidi, I. (2018). Leadership and Job Satisfaction in the
Healthcare Sector: An Exploratory Study in Lebanon. International
Business Research, Vol. 11, No. 7, 46-55.
Jiang, Weiping., Xianbo Zhao & Jiongbin Ni. (2017). The Impact of
Transformational Leadership on Employee Sustainable Performance: The
Mediating Role of Organizational Citizenship Behavior. MDPI Journal,
Sustainability vol. 1567, 1-17
Kaliski, B. S. (2007). . Encyclopedia of Business and Finance (2nd ed.). USA:
Thomson Gale.
Kappagoda, S. (2012). Job Satifaction and it's Impact On Task and Contextual
Performance in the Banking Sector in Sri Lanka. Proceedings, 1st
International Conference on Management and Economics.
Khalil, S. H., & Sahibzadah, S. (2017). Leaders’ Individualized Consideration and
Employees’ Job Satisfaction. Journal of Business and Tourism, Volume
03 Number 02, 215-223.
Kouni, Z., Koutsouko, M., & Panta, D. (2018). Transformational Leadership and
Job Satisfaction: The Case of Secondary. Journal of Education and
Training Studies, Vol. 6, No.10, 158-168.
87
Lambert, N. M., Clark, M., Durtschi, J., & Fincham, F. (2010). Benefits of
Expressing Gratitude: Expressing Gratitude to a Partner Changes One’s
View of the Relationship. Journal of Psychological Science, 21(4) 574–
580.
Lambert, N. M., & Fincham, F. (2011). Expressing Gratitude to a Partner Leads to
More Relationship Maintenance Behavior. Journal American
Psychological Association, Vol. 11, No. 1, 52–60.
Lea, S. E., & Webley, Paul. (1997). Pride in economic psychology. Journal of
Economic Psychology, 18 (1997) 323-340.
Loo, S. C., & Ling, Y. L. (2018). Transformational leadership as a predictor
towards job satisfaction among form six teacher in Sarawak. International
Journal of Education, Vol. 11 No. 1, pp. 1-5.
McCullough, M. E., Emmons, R., & Tsang, J.-A. (2002). The Grateful
Disposition: A Conceptual and Empirical Topography. Journal of
Personality and Social Psychology, Vol. 82, No. 1, 112–127.
Metwally, A. H., & El-bishbishy, N. (2014). The impact of transformational
leadership style on employee satisfaction. Journal of Business &
Management Review, Volume 5 Number 3, 32-42
Mujki, A., Sehic, D., Rahimic, Z., & Jusic, J. (2014). Transformational leadership
and employee satisfaction. Journal of Ekonomski Vjesnik/ Econvews, God.
XXVII. str. 259-270.
Mukhtar, A. H., & Al-Barri, Z. (2017). Gratitude Intervention at Work: It’s
Impact on Well-Being, Job Satisfaction & Organisational Commitment.
International Journal Advances in Social Science and Humanities, Vol.5
Issue 3. 01-10.
Munir, R. I. (2012). Relationship between Transformational Leadership and
Employees' Job Satisfaction among the Academic Staff. Procedia - Social
and Behavioral Sciences 65, 885 – 890.
Nguyen, M. H., & Nguyen, T. V. (2014). The Influence of Leadership behaviors
on Employee Performance in the Context of Software Companies in
Vietnam. Advances in Management & Applied Economics, , vol. 4, no.3,
2014, 157-171.
88
Pratama, D. A., Pali, M., & Nurcahyo, F. A. (2012). Pengaruh Kepribadian
Berdasarkan The Big Five Personality Terhadap kepuasan Kerja
Karyawan Hotel. Pengaruh Kepribadian Berdasarkan The Big Five
Personality Terhadap kepuasan Kerja Karyawan Hotel. Jurnal Gema
Aktualita, Vol. 1 No. 1, 57-67.
Putra, J. S. (2014). Syukur : Sebuah Konsep Psikologi Indigenous Islami. Jurnal
Soul, Vol. 7, No.2, 35-44
Risambessy, A., Swasto, B., Thoyib, A., & Astuti, E. S. (2012). The Influence of
Transformational Leadership Style, Motivation, Burnout towards Job
Satisfaction and Employee Performance. Journal of Basic and Applied
Scientific Research, 2(9), 8833-8842.
Sadeghi, A., & Pihie, Z. A. (2013). The Role of Transformational Leadership
Style in Enhancing Lecturers’ Job Satisfaction. International Journal of
Business and Social Science, Vol. 4 No. 8, 264-271.
Schepers, J., & Wetzels, M. (2005). Leadership styles in technology acceptance:
do followers practice what leaders preach?. Journal of Managing Service
Quality, Vol. 15 No. 6, 496-508.
Setiawan, G. (2015). Pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin kerja pada
karyawan PT. MULTI HOKKINDP ADDJI. Skripsi: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Spector, P. E. (1997). job Satisfaction: Application, Assessment, Causes, and
Consequences. USA: Sage.
Tracey, J. B., & Hinkin, Timothy R. (1996). . How Transformational Leaders
Lead in the Hospitality Industry. Article in Cornell University, School of
Hotel Administration site: http://scholarship.sha.cornell.edu/articles/858.
Tracy, J. L., & Robins, R. (2003). “Death of a (narcissistic) salesman”: An
integrative model of fragile self-esteem. Journal of Psychological Inquiry,,
14, 57–62.
Tracy, J. L., & Robins, R. (2007). The psychological structure of pride: A tale of
two facets. Journal of Personality and Social Psychology, 92(3), 506-525.
89
Tracy, J. L., & Richard , W. (2004). Show Your Pride Evidence for a Discrete
Emotion Expression. Journal of Psychological Science, Volume 15 issue
3, 194-197.
Tracy, J. L., Shariff, A., & Cheng, J. (2010). A Naturalist’s View of Pride.
Journal of Emotion, Vol. 2, No. 2, 163–177.
Waters, L. (2012). Predicting Job Satisfaction: Contributions of Individual
Gratitude and Institutionalized Gratitude. Journal of Scientific Reasearch
Psychology, Vol.3, No.12A, 1174-1176.
Webbster, J. M. (2003). The Roles of Praise and Social Comparison Information
in the Experience of Pride. The Journal of Social Psychology, 143(2), 209-
232.
Wijono, S. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Fajar Interpratama
Offset.
Williams, L. A., & Desteno, D. (2008). Pride and perseverance: The motivational
role of pride. Journal of Personality and Social Psychology, 94(6), 1007-
1017.
Wood, A. M., Joseph, S., & Linley, P. A. (2007). Coping style as a psychological.
Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 26, No. 9, pp. 1076–1093.
90
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum wr.wb
Pada kesempatan ini, saya Nicken Januari Hiryuni, mahasiswi Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian untuk tugas akhir
(SKRIPSI) yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Oleh karena itu saya meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi
responden dengan mengisi angket ini.
Dalam menjawab angket ini tidak ada jawaban benar/salah, maka isilah dengan
jujur dan apa adanya. Adapun informasi yang telah diberikan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian dan bersifat RAHASIA. Bacalah
petunjuk pengisian terlebih dahulu. mohon diteliti kembali, agar tidak ada
pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati. Atas segala kerja sama dan
bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakara, April 2018
Peneliti
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, secara sukarela menyatakan bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini: (WAJIB DI ISI)
Nama/Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
Divisi/Unit Kerja :
Pendapatan/Gaji :
Masa Bekerja :
TTD
( )
91
SKALA 1
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan, berilah tanda checklist (√) pada setiap
pernyataan yang Bapak/Ibu/Saudara/ anggap paling menggambarkan diri,
berdasarkan empat alternatif yang tersedia pada setiap pernyataan, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh :
No Item STS TS S SS
1 Saya merasa bahwa saya akan berusaha lebih giat lagi
untuk bekerja diperusahaan ini
√
Skala 1
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya merasa tidak puas atas tunjangan/gaji yang saya
dapatkan
2 Atasan saya cukup berkompeten (ahli) dalam melakukan
pekerjaannya.
3 Kesempatan promosi yang ada dalam pekerjaan saya
cukup adil
4 Ketika saya melakukan pekerjaan dengan baik, saya
mendapatkan penghargaan (imbalan) yang seharusnya
saya terima
5 Saya merasa bahwa saya dibayar cukup banyak untuk
pekerjaan yang saya lakukan
6 Saya mengagumi atasan saya.
7 Saya suka dengan pekerjaan saya.
8 Banyaknya peraturan membuat saya sulit dalam
mengerjakan pekerjaan.
9 Saya merasa bahwa saya tidak mengetahui apa yang
sedang terjadi dengan perusahaan.
10 Saya puas dengan kesempatan promosi naik jabatan.
11 Saya suka bekerja sama dengan rekan sekerja
12 Saya merasa bahwa usaha yang saya lakukan tidak
memperoleh penghargaan yang semestinya.
13 Saya merasa bangga ketika melakukan pekerjaan saya.
14 Saya memiliki banyak sekali pekerjaan yang harus
diselesaikan.
15 Saya merasa bahwa pekerjaan yang saya lakukan kurang
berarti.
92
16 Banyak sekali pertengkaran dan percekcokan yang
terjadi dalam bekerja.
17 Tunjangan/gaji yang saya terima sesuai.
18 Saya merasa puas mendapatkan kesempatan kenaikan
gaji.
19 Komunikasi yang terjalin dalam perusahaan ini cukup
berjalan dengan baik.
20 Pekerjaan saya menyenangkan
21 Saya merasa nyaman dengan teman sekerja.
22 Saya merasa bahwa pekerjaan yang saya lakukan kurang
dihargai.
23 Tujuan-tujuan yang ada dalam pekerjaan ini tidak
dijelaskan secara detil kepada saya.
24 Atasan saya bersikap tidak adil terhadap saya.
25 Tunjangan/gaji yang saya terima sudah sesuai dengan
standar penawaran dari perusahaan lain pada umumnya.
26 Saya mempunyai banyak pekerjaan di perusahaan ini.
27 Saya merasa diabaikan oleh perusahaan ketika saya
mempertimbangkan kenaikan gaji.
28 Saya harus berusaha lebih keras lagi karena oran-gorang
yang bekerja dengan saya kurang ahli dengan
pekerjaannya.
29 Saya puas dengan kesempatan dalam memperoleh
promosi.
30 Tugas-tugas dalam pekerjaan tidak dijelaskan secara
detil kepada saya.
31 Kenaikan gaji di perusahaan ini cukup kecil.
32 Karyawan yang bekerja dengan baik di perusahaan ini,
mendapat kesempatan promosi.
33 Ada beberapa imbalan yang diterima selama bekerja di
sini.
34 Atasan saya kurang memperhatikan bawahannya.
35 Usaha saya untuk melakukan pekerjaan dengan baik
tidak terhambat birokrasi.
36 Saya tidak memperoleh benefit yang seharusnya
diterima.
Mohon periksa kembali kuesioner ini agar tidak terdapat pernyataan yang
kosong atau terlewat.
SKALA 2
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan, berilah tanda checklist (√) pada setiap
pernyataan yang Bapak/Ibu/Saudara/ anggap paling menggambarkan diri,
berdasarkan empat alternatif yang tersedia pada setiap pernyataan, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
93
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh :
No Item STS TS S SS
1 Atasan saya sangat profesional dalam bekerja √
Skala 2
No Pernyataan STS TS S SS
1 Atasan mengekspresikan kepercayaan dirinya bahwa
tujuan akan tercapai.
2 Atasan memikirkan kembali beberapa ide yang telah
dilakukan.
3 Atasan memberikan perhatian pribadi terhadap
karyawannya.
4 Atasan menunjukan kepercayaan dirinya terhadap
karyawannya sendiri dan orang lain.
5 Atasan berbicara dengan penuh semangat tentang apa
yang perlu dicapai.
6 Atasan mencari perspektif yang berbeda dalam
memecahkan masalah.
7 Atasan dengan bangga mengajak karyawannya agar
bergabung dengan dirinya untuk memajukan
perusahaan.
8 Atasan meluangkan waktu untuk mengajarkan dan
membina karyawannya dalam melakukan pekerjaannya.
9 Atasan selalu berbicara optimis tentang masa depan.
10 Atasan bertindak dengan cara-cara yang dapat membuat
orang lain menghargainya.
11 Atasan mengajak karyawannya agar melihat
permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.
12 Atasan menetapkan pentingnya fokus dan memiliki
tujuan yang jelas.
13 Atasan mementingkan keputusan bersama dalam sebuah
misi perusahaan.
14 Atasan mengembangkan kemampuan karyawannya.
15 Atasan membicarakan nila-nilai dan keyakinan dalam
melakukan pekerjaan.
16 Atasan menunjukan cara-cara baru dalam
menyelesaikan pekerjaan.
17 Atasan membicarakan visi masa depan dengan
memotivasi.
18 Atasan meninggalkan kepentingan pribadi untuk
kepentingan perusahaan.
19 Atasan mempertimbangkan karyawannya masing-
masing yang memiliki perbedaan kebutuhan,
kemampuan dan aspirasi dari yang lain.
20 Atasan mempertimbangkan moral dan konsekuensi etika
dalam keputusannya.
94
Mohon periksa kembali kuesioner ini agar tidak terdapat pernyataan yang
kosong atau terlewat.
SKALA 3
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan, berilah tanda checklist (√) pada setiap
pernyataan yang Bapak/Ibu/Saudara/ anggap paling menggambarkan diri,
berdasarkan empat alternatif yang tersedia pada setiap pernyataan, yaitu :
Contoh :
No Item Tidak
Pernah
Jarang Sering Selalu
1 Saya selalu mengucapkan syukur setiap hari √
Skala 3
No Pernyataan Tidak
Pernah
Jarang Sering Selalu
1 Bersedekah merupakan bentuk terimakasih saya
kepada Tuhan.
2 Apapun yang saya peroleh, saya senantiasa
mengucap syukur.
3 Saya akan berdoa kepada Tuhan hanya saat saya
membutuhkan sesuatu.
4 Saya menerima rezeki yang saya dapatkan tanpa
menggerutu.
5 Saya berusaha dengan yakin karena akan
diberikan karunia oleh Tuhan.
6 Saya menerima penghasalian yang saya
dapatkan dengan ikhlas.
7 Saya bekerja dengan sungguh-sunggu sebagai
wujud nikmat yang diberikan Tuhan.
8 Saya mengeluh ketika mendapatkan cobaan.
9 Saya menolong orang lain sebagai bentuk
terimakasih dan syukur atas pertolongan yang
saya dapatkan.
10 Saya mengucapkan terima kasih ketika ada
orang lain yang menolong.
11 Saya merasa kecewa dengan pendapatan yang
saya terima.
12 Saya membaca doa setelah melakukan sesuatu
sebagai bentuk rasa syukur karena dapat
melakukan aktifitas.
Mohon periksa kembali kuesioner ini agar tidak terdapat pernyataan yang
kosong atau terlewat.
95
SKALA 4
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan, berilah tanda checklist (√) pada setiap
pernyataan yang Bapak/Ibu/Saudara/ anggap paling menggambarkan diri,
berdasarkan empat alternatif yang tersedia pada setiap pernyataan, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh :
No Item STS TS S SS
1 Saya bangga terhadap diri saya sendiri √
Skala 4
No Pernyataan STS TS S SS
1 Keluarga saya merasa bangga dengan profesi saya
diperusahaan ini.
2 Saya bangga menceritakan kepada orang lain
mengenai tempat saya bekerja.
3 Saya bangga memperkenalkan diri saya sebagai
bagian dari perusahaan ini.
4 Saya merasa bahwa saya adalah orang yang pandai.
5 Saya bangga menjadi bagian dari perusahaan ini.
6 Saya merasa puas dengan diri saya sendiri.
7 Kemampuan saya lebih baik daripada rekan saya.
8 Saya merasa tidak layak bekerja diperusahaan ini.
9 Saya merasa hebat bisa menjadi karyawan
diperusahaan.
10 Bekerja diperusahaan ini merupakan bentuk
kesuksesan bagi saya.
11 Saya menghargai profesi saya diperusahaan ini.
12 Karena bekerja diperusahaan ini, saya lebih menjadi
percaya diri.
13 Dengan bangga saya menceritakan pekerjaan saya
pada orang lain.
96
14 Karena saya bangga, saya dapat bekerja lebih
produktif.
15 Menjadi karyawan diperusahaan ini merupakan
kebanggaan bagi saya.
16 Bekerja diperusahaan ini merupakan prestasi bagi
saya.
17 Saya bangga karena dapat mewujudkan mimpi saya.
102
Lampiran 3
Output Regresi
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PrideinMembers
hip, gratitude,
IntelectualStimu
lation,
HubristicPride,
IndividualConsi
deration,
InspirationalMoti
vation,
AuthenticPride,
IdealizedInfluen
ceb
. Enter
a. Dependent Variable: kepuasankerja
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .695a .482 .457 6.78171 .482 18.646 8 160 .000
a. Predictors: (Constant), PrideinMembership, gratitude, IntelectualStimulation, HubristicPride,
IndividualConsideration, InspirationalMotivation, AuthenticPride, IdealizedInfluence
103
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6860.655 8 857.582 18.646 .000b
Residual 7358.658 160 45.992
Total 14219.313 168
a. Dependent Variable: kepuasankerja
b. Predictors: (Constant), PrideinMembership, gratitude, IntelectualStimulation, HubristicPride,
IndividualConsideration, InspirationalMotivation, AuthenticPride, IdealizedInfluence
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.176 4.480 1.825 .070
IdealizedInfluence -.094 .154 -.099 -.611 .542
IntelectualStimulation -.138 .105 -.138 -1.321 .188
InspirationalMotivation .230 .116 .235 1.987 .049
IndividualConsideration .567 .130 .579 4.352 .000
gratitude .065 .058 .066 1.121 .264
AuthenticPride .267 .121 .260 2.208 .029
HubristicPride -.073 .109 -.073 -.666 .507
PrideinMembership .013 .083 .012 .150 .881
a. Dependent Variable: kepuasankerja
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .589a .347 .343 7.45910 .347 88.568 1 167 .000
2 .589b .347 .339 7.47863 .001 .129 1 166 .720
3 .601c .362 .350 7.41683 .015 3.778 1 165 .054
4 .661d .437 .423 6.98775 .075 21.886 1 164 .000
5 .666e .443 .426 6.96769 .007 1.946 1 163 .165
6 .694f .481 .462 6.74908 .038 11.731 1 162 .001
104
7 .695g .482 .460 6.76109 .001 .425 1 161 .516
8 .695h .482 .457 6.78171 .000 .023 1 160 .881
a. Predictors: (Constant), IdealizedInfluence
b. Predictors: (Constant), IdealizedInfluence, IntelectualStimulation
c. Predictors: (Constant), IdealizedInfluence, IntelectualStimulation, InspirationalMotivation
d. Predictors: (Constant), IdealizedInfluence, IntelectualStimulation, InspirationalMotivation,
IndividualConsideration
e. Predictors: (Constant), IdealizedInfluence, IntelectualStimulation, InspirationalMotivation,
IndividualConsideration, gratitude
f. Predictors: (Constant), IdealizedInfluence, IntelectualStimulation, InspirationalMotivation,
IndividualConsideration, gratitude, AuthenticPride
g. Predictors: (Constant), IdealizedInfluence, IntelectualStimulation, InspirationalMotivation,
IndividualConsideration, gratitude, AuthenticPride, HubristicPride
h. Predictors: (Constant), IdealizedInfluence, IntelectualStimulation, InspirationalMotivation,
IndividualConsideration, gratitude, AuthenticPride, HubristicPride, PrideinMembership
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VAR00001 169 23.98 69.73 50.0000 9.19993
VAR00002 169 13.92 70.74 49.9989 9.66738
VAR00003 169 14.74 72.58 50.0004 9.19637
VAR00004 169 12.50 70.38 50.0024 9.41805
VAR00005 169 17.63 69.68 50.0000 9.39371
VAR00006 169 14.33 59.40 49.9996 9.37158
VAR00007 169 18.91 72.18 50.0004 8.97791
VAR00008 169 21.23 74.03 49.9996 9.26632
VAR00009 169 18.34 68.42 49.9985 9.00077
Valid N (listwise) 169