acyclovir
DESCRIPTION
Antiviral AcyclovirTRANSCRIPT
2.10 Acyclovir
(Hilma Khoerunnisaa’ , 160110130102)
2.10.1 Definisi
Acyclovir adalah obat anti virus yang efektif untuk virus simpleks (HSV),
citomega lovirus (CMG), Variselozoster virus (VZV). (Yagiella, 2011)
2.10.2 Indikasi
Topikal Acyclovir untuk terapi simptomatik herpes labialis pada pasien
diatas 12 tahun, efektif digunakan untuk pencegahan reaktivitas HSV pada pasien
imunokompromis. (Leaflet Acyclovir & Yagiella, 2011)
2.10.3 Kontraindikasi
Pasien dengan alergi atau hypersensitivitas pada Acyclovir. (Leaflet Acyclovir)
2.10.4 Farmakodinamik
Bekerja dengan menghambat sintesis DNA sehingga menimbulkan
kematian virus. (Yagiella, 2011)
2.10.5 Farmakokinetik
Acyclovir diabsorpsi 20% dari usus dengan puncak konsentrasi plasma 2
jam setelah pemberian, jika berikan peroraal akan diabsorpsi secara cepat. Waktu
paruhnya 2-5jam, tetapi pada pasien dengan kelainan ginjal bisa sampai 20 jam.
Acyclovir diekskresi melalui ginjal. (Yagiella, 2011)
(Hilma Khoerunnisaa’ , 160110130102)
2.10.6 Efek samping
(Erki Ramdhani F , 160110130100)
Tidak ada toksisitas serius yang dilaporkan dengan penggunaan acyclovir
topikal atau oral. Efek samping yang paling sering ditemukan dalam penggunaan
oral selama 3 sampai 6 bulan yaitu sakit kepala, diare, nausea dan muntah,
athralgia dan vertigo. Injeksi intravena acyclovir dapat memengaruhi local
phlebitis, nausea dan muntah, diaphoresis, rash, dan hypotension. Efek samping
serius, seperti nephorotoxicity atau encephalopathy, kadangkala terjadi setelah
administrasi intravena acyclovir. (Yagiela, 2011)
2.10.7 Dosis
Untuk pengobatan herpes simplex di orang dewasa, dibutuhkan 200 mg 5 kali
setiap hari selama 5 hari. Pada pasien yang mengalami immunocompromised
yang parah atau pasien dengan gangguan absorbsi dari usus dosis dapat dilipatkan
(double) menjadi 400 mg atau dosis IV dapat diberikan. (Singh, 2007)
Di pasien immunocomprimised dengan infeksi HSV mukokutan, intravena
acyclovir (250 mg/m2 setiap 8 jam selama 7 hari) mempercepat waktu
penyembuhan, durasi sakit, dan periode penyebaran virus. (Laurence, 2006)
Dosis untuk herpes simplex supresi pada orang dewasa, di pasien yang
immunocompetent dibutuhkan 200 mg 4 kali setiap hari setiap 6 jam. Dosis untuk
herpes simplex prophylaxis pada orang dewasa dibutuhkan 200 mg empat kali
setiap hari dengan interval 6 jam. Di pasien yang immucompromised yang parah
atau gangguan absorbsi dari usus yang parah, dosis dapat dilipatkan (double)
menjadi 400 mg atau dosis IV dapat diberikan. (Singh, 2007)
Prophylaxis acyclovir sistemik sangat efektif untuk pencegahan infeksi HSV
mukokutan di pasien yang immunosuppresi. Intravena acyclovir 250 mg/m2 setia 8
sampai 12 jam memulai terlebih dahulu transplantasi dan berlanjut beberapa
minggu mencegah penyakit HSV di penerima transplant bone marrow. (Laurence,
2006)
Dosis untuk perawatan varicella dan herpes zoster pada orang dewasa yaitu
800 mg 5 kali setiap hari dengan interval 4 jam selama 7 hari. Dosis IV dapat
diberikan di pasien immunocompromised atau pasien dengan gangguan absorbsi
dari usus. (Singh, 2007)
Pada pasien immunocompromised dengan herpes zoster, acyclovir intravena
dapat diberikan 500 mg/m2 tiap 8 jam selama 7 hari) mengurangi penyebaran
virus, waktu penyembuhan, dan resiko diseminasi kutan dan komplikasi dalam.
(Laurence, 2006)
Pada pasien yang terinfeksi cytomegalovirus (CMV) diberikan acyclovir
intravena dosis tinggi 500 mg/m2 setiap 8 jam selama 1 bulan. (Laurence, 2006)
Dosis untuk perawatan pasien yang immunocompromised yang parah yaitu 800
mg 4 kali setiap hari dengan interval 6 jam. (Singh, 2007)
2.10.8 Interaksi Obat
Dapat menyebabkan neurotoksisitas (contoh severe downsiness dan lethargy)
dengan zidovudine. Penggunaan yang bersamaan dengan nephrotoxic agent
lainnya (contoh aminoglycoside [gentamicin, lobramicin], cisplatin [Platinol])
dapat meningkatkan resiko nephrolotoksisitas terutama pada pasien dengan
penyembuhan ginjal. Berpotensial probenecid. Telah dilaporkan, pasien yang
berpengalaman mengonsumsi phenytoin dan asam valproic, terjadi penurunan
konsentrasi serum obat antipileptic saat acyclovir ditambahkan. (Betty, 2015)
2.10.9 Penggunaan dalam Kedokteran Gigi
Acyclovir diberikan pada pasien yang terinfeksi virus HSV (Herpes Simplex
Virus) yang dapat menyebabkan berbagai lesi mucosa oral, diantaranya herpetic
gingivostomatitis, recurrect intraoral herpex simplex dan herpes labialis.
Acyclovir juga diberikan pada pasien yang teriknfeksi Varicella Zoster Virus dan
Cytomegalovirus (CMV). (Laurence, 2006)
Acyclovir paling baik digunakan segera setelah gejala mulai muncul. Dosis
intavena berdasarkan berat badan dan tipe lesi. Di umumnya, 5 sampai 10 mg/kg
berat badan diadministrasikan secara intravena untuk 1 jam dan diulangi setiap 8
jam selama 5 sampai 10 hari. Terapi acyclovir supresiv jangka panjang
direkomendasikan untuk pasien dengan eczema herpeticum pada 200 sampai 400
mg secara oral 2 sampai 3 kali per hari. Di samping itu, terapi suportiv untuk lesi
herpetic termasuk analgesik sebagai antipyretic, antibiotik sebagai antibakteri dan
antifungal yang membantu mengontrol infeksi sekunder. (Yagiela, 2011)
2.10.10Kenapa Pasien diberikan acyclovir?
Acyclovir efektif terhadap herpervirus seperti HSV, VZV, dan CMV. Sebagai
agent antiherpetic, acyclovir 160 kali kuatnya dari viarabine dan 10 kali kuatnya
dari idoxuridine. Selain itu, tidak ada toksisitas serius yang telah dilaporkan
dengan penggunaan acyclovir secara topikal atau oral. (Yagiela, 2011)
(Erki Ramdhani F , 160110130100)
DAFTAR PUSTAKA
Brunton, Laurence L. , John S. Lazo and Keith L. Parker. 2006. Goodman and
Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, Eleventh Edition.
McGRAW-HILL Medical Publishing Divison : United State of America.
Gahart, Betty L. , Adrienne R. Nazareno, and Meghan Q. Ortega. 2015. Gahart’s
Intravenous Medicatioons A handbook for Nurses and Health
Professionals. Elsevier : St. Louis.
Singh, S. 2007. Pharmacology for Dentistry. New Age International : New Delhi.
Yagiela, John A., Dowd, Frank J., et al. 2011. Pharmacology and Theurapeutics
for Dentistry 6th Ed. Elsevier : St.Louis.