accounting and management journal

84
Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas (Studi pada Bank Syariah di Indonesia Periode Maret 2015-Agustus 2016) Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewski Sebagai Signaling Financial Distress (Studi Empiris Industri Barang-Barang Konsumsi di Indonesia) Analisis Manajemen Kinerja Guru (Studi kasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi Sidoarjo) Edupreneurship Sebagai Strategi Daya Saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Jawa Timur Menghadapi MEA Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya 1–8 9–22 23–44 45–54 55–62 63–80 ISSN: 2579-9606 E-ISSN: 2579-9614 ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL Volume 1, No. 1, July 2017, Pages 1–80 DAFTAR ISI:

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah dan Musyarakah terhadapProfitabilitas (Studi pada Bank Syariah di Indonesia Periode Maret 2015-Agustus 2016)

Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash

Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewski Sebagai Signaling FinancialDistress (Studi Empiris Industri Barang-Barang Konsumsi di Indonesia)

Analisis Manajemen Kinerja Guru (Studi kasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi Sidoarjo)

Edupreneurship Sebagai Strategi Daya Saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di JawaTimur Menghadapi MEA

Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan padaMahasiswa Universitas NU Surabaya

1–8

9–22

23–44

45–54

55–62

63–80

ISSN: 2579-9606E-ISSN: 2579-9614

ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNALVolume 1, No. 1, July 2017, Pages 1–80

DAFTAR ISI:

Page 2: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL
Page 3: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Dewi Wulan Sari, Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas

11

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, ISTISHNA, MUDHARABAH,DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS

(STUDI PADA BANK SYARIAH DI INDONESIAPERIODE MARET 2015 – AGUSTUS 2016)

Dewi Wulan Sari, Mohamad Yusak AnshoriFakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

e-mail: [email protected]

Abstract: This thesis aims to determine how much influence policy-contract agreement the Islamicbank financing (murabahah, istishna, mudharabah, and musyarakah) against the profitability ofIslamic banks. Profitability used in this thesis is the Bukopin Syariah, BRI Syariah, BSM, andMuamalat Indonesia Bank. The data in this paper uses secondary data, monthly financial statements(balance sheet and income statement) in the period March 2015-August 2016. The financial state-ment has been taken from the publication of the report issues by the website of each bank. Mechani-cal of data management using multiple linear, regression, and test the classical assumption of nor-mality test, multikoloniaritas, heteroksidasitas, and autokorolation, while proving the hypothesisof determination R2, F statistical test, and the test T statistic.

Keywords: effect of financing, mudharabah, musyarakah, murabahah, istishna, profitabilitas, ROE,pengaruh akad pembiayaan

PENDAHULUAN

Saat ini perekonomian syariah mulai men-dapatkan tempatnya, terutama pada sektor per-bankan dengan menerapkan prinsip keterbukaandan bagi hasil dirasa mampu memberikan ke-adilan bagi nasabah dan kestabilan bagi perbank-an sendiri. Atas alasan tersebut sejak tahun2007 perkembangan bank syariah mengalamipeningkatan.

Meski demikian penetrasi keuangan syariahdi Indonesia tergolong lemah. Data bank sentralIndonesia menunjukkan bahwa pangsa pasarbank syariah di Indonesia pada tahun 2015hanya sebesar 4,61% (BI, 2015). Keterbatasanmodal merupakan salah satu tantangan yangdihadapi bank syariah untuk dapat bersaing diindustri jasa keuangan. Untuk memperkuat mo-dalnya, bank syariah perlu menawarkan saham-nya kepada publik.

Praktisi keuangan syariah, M. GunawanYasni (2015) mengatakan setidaknya ada empaturgensi bank syariah memerlukan investor baru.1. Sebagian bank umum syariah (BUS) telah

mendekati batas minimum rasio kecukupanmodal (CAR)

2. Adanya kepastian bahwa jumlah pemegangsaham minoritas di BUS maksimal 30%.

3. Rencana bank sentral menjadikan BUS seba-gai bank devisa jika BUS mencapai tier 1(permodalan minimum Rp 1 T).

4. Penargetan bank sentral untuk mengatur rasioefisiensi kegiatan operasional sebesar 85%.

Empat urgensi di atas cukup menjadi alasanagar bank syariah mulai menawarkan sahamnyakepada umum melalui private placement ataubursa efek syariah. Untuk mewujudkan hal ter-sebut bank syariah perlu memperlihatkan profita-

Page 4: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

2

bilitasnya yang umumnya digambarkan oleh rasioROA dan ROE.

ROA (return on asset) merupakan rasiountuk menilai seberapa besar kemampuan bankdalam mengelola asset untuk menghasilkan lababersih. Sementara ROE (return on equity) adalahrasio untuk melihat seberapa besar kemampuanbank dalam mengelola modal untuk menghasil-kan laba bersih. Melihat urgensi di atas, makaakan lebih tepat jika menggunakan ROE sebagaiukuran untuk melihat seberapa baik kinerjabank syariah dalam segi profitabilitasnya.

ROE dihasilkan dari perbandingan lababersih dan modal, sedangkan laba bersih banksyariah terbesar didapat dari pembiayaan. Pem-biayaan di bank syariah memiliki banyak akad,namun pada praktiknya yang sering digunakanadalah mudharabah, musyarakah, murabahah,dan istishna.

KERANGKA TEORETIS

Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah akad perjanjian antaradua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama usaha. Dalam akad mudharabah ini, pihakbank (shahibul maal) menempatkan modal sebe-sar 100%, sedangkan nasabah (mudharib) berpe-ran sebagai pengelola usaha. Bagi hasil dariusaha yang dikerjasamakan dihitung sesuai de-ngan nisbah yang disepakati bersama (Ismail,2013:168).

Pendapatan yang diterima oleh bank dalampembiayaan mudharabah ini adalah berupa bagihasil dengan nisbah (porsi) yang telah disepakatibersama. Ada dua jenis bagi hasil yang diberikankepada nasabah, yaitu revenue sharing dan profit/loss sharing. Perhitungan revenue sharing berasaldari nisbah dikalikan dengan pendapatan sebelumdikurangi biaya. Sedangkan untuk profit/loss

sharing, bagi hasil dihitung dari laba kotor. Dalamhal ini, bank biasanya menghendaki bagi hasildalam bentuk revenue sharing (Darsono et al,2016:287).

Pembiayaan Musyarakah

Musyarkah adalah akad kerja sama antaradua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentudi mana masing-masing pihak memberikan kon-tribusi dana dengan kesepakatan bahwa keun-tungan dan risiko akan ditanggung bersama(Antonio, 2001:90). Musyarakah disebut jugadengan syirkah, yaitu sebuah aktivitas berserikatdalam melaksanakan usaha bersama antarapihak-pihak yang terkait.

Dalam pembiayaan musyarakah, bank sya-riah tidak memberikan modal secara penuh,akan tetapi modal yang diberikan adalah seba-gian dari total keseluruhan modal yang dibutuh-kan. Bank syariah bisa menyertakan modal se-suai porsi yang disepakati dengan nasabah, misal-nya bank syariah memberikan modal sebesar70% dari total kebutuhan modal, dan nasabahmenyerahkan modal sebesar 30% dari total ke-butuhan modal.

Pembiayaan Istishna

Istishna merupakan akad kontrak jual belibarang antara dua pihak berdasarkan pesanandari pihak lain, dan barang pesanan akan dipro-duksi sesuai dengan spesifikasi yang telah dise-pakati dan menjualnya dengan harga dan carapembayaran yang disetujui terlebih dahulu (Is-mail, 2013:146).

Akad istishna lebih tepat digunakan untukmembangun proyek, dan termasuk dalam jenispembiayaan investasi. Mekanisme pembiayaanistishna dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu

Page 5: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Dewi Wulan Sari, Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas

3

pembayaran di muka, pembayaran saat penyerah-an barang, dan pembayaran ditangguhkan.

Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli atas ba-rang tertentu pada harga asal dengan tambahankeuntungan yang telah disepakati oleh bank dannasabah sehingga penjual (bank) harus membertahu harga pokok dan berapa keuntungan sebagaitambahannya (Antonio, 2001: 101).

Akad murabahah umumnya digunakan da-lam transaksi jual beli barang investasi ataubarang yang digunakan untuk pribadi, sepertikendaraan, rumah, mesin produksi, peralatankesehatan, dan lain-lain. Akad ini lebih cocokdigunakan untuk pembiayaan konsumtif daninvestasi.

Return on Equity

Pada umumnya, rasio profitabilitas yangsering dipergunakan oleh bank untuk mengetahuikinerja keuangannya adalah return on asset(ROA) dan return on equity (ROE). ROA meru-pakan rasio untuk menilai seberapa besar ke-mampuan bank dalam mengelola aset untukmenghasilkan laba bersih, sementara ROE ada-lah rasio untuk melihat seberapa besar kemam-puan bank dalam mengelola modal untuk meng-hasilkan laba bersih.

Beberapa literatur menjelaskan bahwa ROAlebih menggambarkan tingkat profitabilitas sebu-ah bank, khususnya bank syariah. Namun umum-nya para stakeholder lebih melihat ROE untukmemprediksi tingkat pengembalian yang akandiperoleh. ROE menggambarkan return dari jum-lah modal atau ekuitas suatu bank, semakintinggi ROE maka tingkat pengembalian investasipun semakin besar. Hal ini memungkinkan para

pemegang modal untuk meningkatkan investasidi industri perbankan.

Karena penelitian ini didasari dari permasa-lahan modal yang dihadapi oleh bank syariah,maka profitabilitas yang akan digunakan dalampenelitian ini adalah ROE (return on equity).Rumus dalam menghitung ROE yaitu:

ROE = x 100%

Pengaruh Akad Pembiayaan Bank Syariah terha-dap ROE

Dalam sebuah lembaga perbankan, sumberpendapatan terbesar yang diterima oleh bankadalah dari penyaluran pinjaman kepada masya-rakat (kredit), dalam istilah bank syariah disebutpembiayaan. Berikut ini adalah akad-akad dalampembiayaan bank syariah yang sangat beragam.1. Skema jual beli memiliki tiga akad, yaiti

murabahah, istishna, dan salam.2. Skema kerja sama usaha memiliki dua akad,

yaitu mudharabah dan musyarakah.3. Skema sewa menyewa memiliki dua akad,

yaitu ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik(IMBT).

Dalam praktiknya, pembiayaan-pembiayaanyang sering digunakan oleh bank syariah diIndonesia adalah dari skema jual beli yaitumurabahah dan istishna, serta dari skema kerjasama usaha yaitu mudharabah dan musyarakah.

Akad-akad pembiayaan yang dimiliki olehbank syariah tersebut lebih memiliki kelebihandibanding kredit yang ditawarkan oleh bankkonvensional, salah satunya adalah tidak adanyasistem bunga dalam pembiayaan. Tidak sepertibank konvensional yang bunga pinjamannyasewaktu-waktu bisa berubah mengikuti fluktuasiBI rate, dalam pembiayaan di bank syariah sistem

Page 6: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

4

bunga tidak berlaku dan diganti dengan sistembagi hasil dan margin keuntungan.

Hal tersebut yang membuat pembiayaan dibank syariah lebih diminati oleh masyarakat.Namun sayangnya tidak didukung dengan pene-trasi pasar yang bagus, salah satu penyebabnyaadalah keterbatasan modal yang dimiliki olehbank syariah. Untuk menunjang modal banksyariah memerlukan suntikan dana tambahandari investor.

Agar kegiatan usaha bank syariah berjalanefektif, bank syariah perlu melakukan evaluasidengan melihat akad pembiayaan mana yanglebih memiliki pengaruh yang positif terhadappermodalan bank syariah. Dengan demikian banksyariah dapat memaksimalkan kegiatan usahadengan meningkatkan penawaran pada jenis pem-biayaan yang lebih memiliki pengaruh yang posi-tif terhadap permodalan bank syariah.

METODE PENELITIAN

Sample dan Prosedur

Pengumpulan data dilakukan dengan meng-gunakan data sekunder yang diterbitkan dandipublikasikan oleh BI. Data tersebut dapatdiakses melalui www.bi.go.id. Data-data yangdiambil adalah Laporan Keuangan bulanan bankumum syariah (Bank Syariah Bukopin, BRI Sya-riah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank MuamalatIndonesia) mulai Maret 2015–Agustus 2016.

Data yang diperlukan adalah jumlah pem-biayaan yang dikeluarkan oleh bank syariahyang informasinya dapat dilihat dari laporanneraca. Dan juga jumlah pendapatan serta modaluntuk menghitung rasio profitabilitas ROE.

Variabel Penelitian dan Pengukuran

Dalam penelitian ini jenis variabel yangdigunakan adalah variabel independen dan varia-

bel dependen. Variabel independen disebut jugasebagai variabel bebas, di mana variabel tersebutmemengaruhi atau yang memengaruhi variabeldependen (variabel terikat). Sedangkan variabeldependen sendiri adalah variabel yang dipenga-ruhi atau yang menjadi akibat karena adanyavariabel bebas. Variabel yang digunakan dalampenelitian ini adalah jenis-jenis akad pembiayaanyang sering digunakan oleh bank syariah yaitu:1. akad pembiayaan mudharabah2. akad pembiayaan musyarakah3. akad pembiayaan murabahah4. akad pembiayaan istishna

Keempat variable tersebut merupakan va-riabel independen, sedangkan variabel dependenyang digunakan adalah ROE (return on equity)bank syariah.

Analisis Regresi Linier Berganda

Alat yang digunakan dalam perhitungan inimenggunakan SPSS 20, dengan menggunakanmodel penelitian:

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε

Di mana:Y = variabel profitabilitas (ROE)βo = konstantaX1 = variabel pembiayaan mudharabahX2 = variabel pembiayaan musyarakahX3 = variabel pembiayaan murabahahX4 = variabel pembiayaan istishna

= error term

Pengujian hipotesis yang akan dilakukandalam penelitian ini ada beberapa tahapan, yaitudengan menguji secara parsial (T), uji simultan(F), dan uji koefisien determinasi (R2).

Uji parsial (T) digunakan untuk menunjuk-kan seberapa jauh pengaruh variabel independen

Page 7: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Dewi Wulan Sari, Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas

5

dengan variabel dependen secara individual. Caramelakukan uji T adalah dengan membandingkannilai statistik T dengan nilai T tabel. Jika nilaistatistik T > nilai T tabel, maka Ho ditolak.Jika nilai T statistik < nilai T tabel, maka Ho

diterima.Uji simultan (F) menunjukkan apakah ada

hubungan secara bersama-sama antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat, Caramelakukan uji F ini yaitu dengan membanding-kan nilai F hitung dan F tabel. Jika F hitung >F tabel, maka Ho ditolak dan menerima H1.

Koefisien determinasi digunakan untukmengukur seberapa jauh kemampuan modeldalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan varia-bel-variabel independen dalam menjelaskan va-riabel dependen sangat terbatas. Nilai R2 yangmendekati 1 menunjukkan bahwa variabel inde-penden member hampir semua informasi yangdibutuhkan untuk memprediksi variabel depen-den (Ghozali, 2011:97).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini adalah variabel mura-bahah berpengaruh negatif terhadap ROE bankumum sya r i ah dengan n i l a i koe f i s i en- 0,0000002281, variabel istishna memilikihubungan yang negatif dan tidak signifikanterhadap ROE bank umum syariah dengankoefisien -0,00002204, variabel mudharabahberpengaruh signifikan dan positif terhadap ROEbank umum syariah dengan nilai koefisien0,000003541, dan variabel musyarakah tidakmemiliki pengaruh terhadap ROE bank umumsyariah dengan koefisien 0,00000004583. Secarasimultan keempat pembiayaan tersebut memilikipengaruh terhadap ROE, hal ini sesuai denganhipotesis lima atau H5 -diterima.

Perhitungan semua variabel (mudharabah, mu-syarakah, istishna, dan murabahah)

Tabel 4.8Regresi Pembiayaan Murabahah, Istishna,

Mudharabah, dan MusyarakahCoefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients T Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order

(Constant) 2.748 .523 5.251 .000 murabahah -2.281E-007 .000 -2.761 -3.917 .000 -.209

istishna -2.204E-005 .000 -.084 -.729 .468 .046

mudharabah 3.541E-006 .000 2.543 3.882 .000 -.086

musyarakah 4.583E-008 .000 .232 1.252 .215 -.332

Suatu variabel dikatakan berpengaruh apa-bila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05, darihasil perhitungan di atas variabel yang memilikipengaruh signifikan terhadap ROE adalah mura-bahah dan mudharabah.

Persamaan yang diperoleh dari tabel di atasadalah sebagai berikut.Y = 2,748-0,0000002281X1-0,00002204X2 +

0,000003541X3 + 0,00000004583X4 + ε

Persamaan di atas memiliki makna sebagaiberikut.a. Konstan = 2,748

Nilai konstan sama dengan 2,748 artinya jikanila x (pembiayaan bank syariah yang menjadivariabel independen) sama dengan 0, makaROE sebesar 2,748.

b. Murabahah (X1) = –0,0000002281merupakan nilai koefisien regresi variabelmurabahah (X1), terhadap ROE. Koefisienbernilai negatif artinya variabel independenmemiliki hubungan terbalik dengan variabeldependen. Jika pembiayaan murabahah meng-alami kenaikan senilai 1, maka ROE meng-alami penurunan sebesar 0,0000002281.

c. Istishna (X2) = -0,00002204merupakan nilai koefisien regresi variabelistishna (X2), terhadap ROE. Koefisien

Page 8: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

6

bernilai negatif artinya variabel independenmemiliki hubungan berbalik dengan variabeldependen. Jika pembiayaan istishna mengalamikenaikan senilai 1, maka ROE mengalamipenurunan sebesar 0,00002204.

d. Mudharabah (X3) = 0,000003541merupakan nilai koefisien regresi variabelmudharabah (X3), terhadap ROE. Koefisienbernilai positif artinya variabel independenmemiliki hubungan searah dengan variabeldependen. Jika pembiayaan mudharabahmengalami kenaikan senilai 1, maka ROEjuga naik sebesar 0,000003541.

e. Musyarakah (X4) = 0,00000004583merupakan nilai koefisien regresi variabelmusyarakah (X4), terhadap ROE. Koefisienbernilai positif artinya variabel independenmemiliki hubungan searah dengan variabeldependen. Jika pembiayaan musyarakahmengalami kenaikan senilai 1, maka ROEmengalami kenaikan sebesar 0,00000004583.

PEMBAHASAN

Variabel murabahah memiliki pengaruhsignifikan dan negatif terhadap ROE dikarenakanpendapatan yang diterima bank syariah daripembiayaan murabahah berupa margin keun-tungan yang di dalamnya juga termasuk hargajual. Dalam sistem pembayarannya, nasabahdapat melakukan pelunasan langsung setelahmenerima barang, atau nasabah dapat melakukanpembayaran secara bertahap. Dalam kenyataan-nya, nasabah akan membayar utangnya dengancara angsuran.

Dalam pembayaran secara bertahap melaluiangsuran, bank syariah dapat menaikkan penda-patannya dengan menaikkan margin keuntungan.Dengan kata lain semakin lama jangka waktupembayaran, margin yang ditetapkan oleh bank

syariah akan semakin besar, namun keuntunganditerima secara bertahap. Jika pelunasan diper-cepat, maka pendapatan yang diterima banksyariah kurang maksimal sehingga akan ber-dampak pada profitabilitas (ROE).

Faktor lain yang menyebabkan profitabilitasturun adalah adanya risiko gagal bayar olehnasabah. Semakin besar akad murabahah yangdilakukan, risiko gagal bayar juga semakin tinggi.

Variabel mudharabah juga memiliki penga-ruh signifikan terhadap ROE. Mudharabah meru-pakan pembiayaan kerjasama usaha di manabank syariah memberikan penyertaan modal100% kepada nasabah, dan nasabah sebagaipengelola usaha. Pendapatan yang diterima olehbank syariah berupa bagi hasil dengan porsibagi hasil sesuai kesepakatan. Pendapatan berupabagi hasil jauh lebih besar dibanding pendapatandari pembiayaan lainnya.

Dalam pembiayaan mudharabah, bankmemberikan penyertaan modal secara penuh,hal ini akan memberikan persentase bagi hasilyang lebih besar bagi bank dibanding denganjika bank memberikan pembiayaan musyarakah,di mana penyertaan modal dalam musyarakah,dibagi antara bank dan nasabah. Bagi hasil yangditerima bank dipengaruhi oleh hasil yang diper-oleh oleh perusahaan, dan bank syariah hanyamemberikan pembiayaan mudharabah kepadanasabah yang memiliki prospek bagus.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwadari akad pembiayaan yang dijadikan modelvariabel dalam penelitian ini, ada dua variabelyang memiliki pengaruh signifikan terhadapROE, yaitu akad murabahah yang memilikipengaruh signifikan dan negatif, juga akadmudharabah yang memiliki pengaruh signifikan

Page 9: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Dewi Wulan Sari, Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas

7

dan positif. Sedangkan dua variabel lainnya yaitumusyarakah dan istishna tidak memiliki pengaruhyang signifikan terhadap ROE.

Dari hasil tersebut, Saran yang diberikanpenulis kepada bank umum syariah dari melihathasil penelitian ini adalah agar bank syariahdapat mengalihkan pembiayaan murabahah kepembiayaan mudharabah karena pembiayaanmudharabah memberikan pengaruh signifikandan positif terhadap ROE.

Pengalihan dari pembiayaan murabahah (jualbeli) ke pembiayaan mudharabah (kerjasamausaha) secara tidak langsung mengajak masyara-kat untuk terjun dalam sektor riil. Selain itu,bank syariah juga dapat mewujudkan tujuannyauntuk menjadi lembaga yang berpihak padasektor riil serta mendorong keutuhan segmenkeuangan dan usaha produktif (Darsono, et al.,2016).

Pada kasus lain, apabila akad murabahahharus dilaksanakan, bank syariah harus membuatkebijakan baru mengenai hal-hal yang terkaitpembiayaan murabahah. Hal ini dilakukan untukmenekan risiko dari pembiayaan murabahah,seperti risiko gagal bayar dengan cara pemilihannasabah secara cermat dan selektif.

DAFTAR RUJUKAN

Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah dariTeori ke Praktik. Jakarta: Gema InsaniPress.

Bank Indonesia. 2015. Retrieved September2016, from bi.go.id: http://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Pengem-bangan-Ekonomi-Syariah-Memerlukan-Kerjasama-Pusat-dan-Daerah-ISEF2015.aspx

Basyir, A. 2014. blogspot. Retrieved September2016, from blogspot.co.id: http://asyhar-

notes.blogspot.co.id/2014/11/ketahanan-bank-syariah-dalam-menghadapi.html

Darsono, Astiyah, S., Harisman, Darwis, A.,Sakti, A., Ascarya, et al. 2016. PerjalananPerbankan Syariah di Indonesia. Jakarta:Bank Indonesia.

Fahmi, I. 2013. Analisis Laporan Keuangan. (D.Handi, Ed.) Bandung, Jawa Barat, Indo-nesia: Alfabeta.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariatedengan Program IBM SPSS 19. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. 2015. Aplikasi Analisis Multivariatedengan Program SPSS. Semarang: PenerbitUniversitas Diponegoro.

Gunawan Sudarmanto. 2005. Analisis RegresiLinear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta:Graha Ilmu

Hariyani, D.S. 2015. Analisa Kontribusi Pembia-yaan Musyarakah, Murabahah, dan IjarahTerhadap Profitabilitas.

Ismail. 2013. Perbankan Syariah. Jakarta: PernadaMedia Grup.

Kristanto, B.A. 2016. Pengaruh PembiayaanMudharabah, Musyarakah, Murabahah, Ter-hadap Profitabilitas pada BRI Syariah diIndonesia. Surakarta.

Mamduh. M. Hanafi. 2003. Analisis LaporanKeuangan. Yogyakarta: Penerbit UPP AMKYKPN.

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Retrieved Sep-tember 2016, from ojk.go.id: http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statis-tik/statistik-perbankan-syariah/Pages/Sta-tistik-Perbankan-Syariah—Mei-2016. aspx.

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BankUmum.

Rahmah, G. 2015. Tempo. Retrieved September2016, from Tempo.co: https://m.tempo.co/

Page 10: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

8

read/news/2015/11/22/087721104/ini-7-masalah-bank-syariah.

Singgih, S. 2000. Buku Latihan SPSS StatistikParametrik. Jakarta: PT Elek Media Kom-putindo.

Wibowo, A. & Sunarto. 2015. Pengaruh Pem-biayaan Mudharabah dan Musyarakah Ter-

hadap Profitabilitas Perbankan Syariah.Syariah Paper Accounting FEB UMS.

Yoga, P. 2016. Info Bank. Retrieved September2016, from infobank.com: http://infobank-news.com/tantangan-perbankan-syariah-di-2016/.

Page 11: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rinanda Bagus Anarta Pratama & Liliani, Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash

99

EVALUASI VALUE PROPOSITIONPADA USAHA KECIL PARANI CAR WASH

Rinanda Bagus Anarta Pratama1, Liliani2

Internasional Business Management, Universitas Ciputrae-mail: [email protected], [email protected]

Abstract: This study aimed to evaluate the Value Proposition in Parani Car Wash, a home-call carcleaning startup business. The Value Proposition is viewed as part of Osterwalder’s Business ModelCanvas and the SWOT approach is used to describe and explain the current Value Proposition ofParani Car Wash. This research uses qualitative approach with descriptive analysis. Data collectionmethod in this study is using semi-structured interview technique. There are 9 informants inter-viewed, consisting of two customers of the company, two of the owners of similar companies, anexpert, and four managers of the company. The results of SWOT approach indicates the strength ofthe Value Proposition is aligned with the needs of customers, while the weakness is related tonetwork. Opportunities are available regarding expansion of operational areas and service variants,but there are threats related to competition.

Keywords: value proposition, business model canvas, SWOT, startup business

PENDAHULUAN

Model bisnis yang inovatif diperlukan peru-sahaan agar dapat menghadapi persaingan yangmakin kompetitif. Model bisnis yang tepat sangatpenting agar perusahaan dapat menciptakan nilaiyang superior dan membangun kekuatan kompe-titif. Giesen, Berman, Bell dan Blitz pada Setija-wibawa (2015) mengatakan, “Anticipating mas-sive change across diverse industries, top-per-forming CEOs are focusing on business modelinnovation as a path to competitive power andgrowth”. Tujuan dari inovasi model bisnis adalahmenciptakan nilai bagi perusahaan, konsumen,dan masyarakat. Salah satu metode yang dapatdigunakan untuk mendeskripsikan, menggambar-kan, menilai, dan mengubah model bisnis adalahBusiness Model Canvas atau BMC (Osterwalderdan Pigneur, 2010).

Parani Car Wash adalah usaha startup yangdidirikan pada tahun 2014, bergerak dalam bi-dang jasa yang menawarkan cuci mobil denganinovasi sistem panggilan. Untuk dapat mening-

katkan kekuatan kompetitif dan pertumbuhanperusahaan, Parani Car Wash telah merancangmodel bisnis dengan Business Model Canvas.Hal ini dikarenakan BMC dapat membantu pe-rancangan konsep model bisnis yang sederhanadan relevan, di mana setiap perusahaan dapatmenggambarkan dan memanipulasi model bisnisuntuk membuat strategi baru, menguji prakon-sepsi dan efisiensi serta pembuatan value yangefektif.

Salah satu elemen Business Model Canvasyang penting bagi perusahaan adalah value pro-position atau nilai tambah. Sebelum mencaripelanggan, Parani Car Wash harus memiliki valueproposition sebagai pembeda dari kompetitordan sebagai daya tarik bagi pelanggan. valueproposition merupakan keunikan atau keunggul-an perusahaan yang sering menjadi alasan utamaseseorang tertarik ingin membeli produk ataujasa (Osterwalder dan Pigneur, 2010). Gambar1 menunjukkan value proposition utama ParaniCar Wash, yaitu pelanggan tidak perlu keluar

Page 12: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

10

rumah, menyediakan air dan listrik, dan gratiswax eksterior mobil. Value proposition pendu-kung dari segi pelayanan adalah pengerjaancepat, sabun berkualitas dengan PH seimbangyang tidak merusak lapisan cat, gratis cek danisi angin ban dan sabun wiper, dan gratis parfum.

Parani Car Wash saat ini ingin terus mening-katkan kualitas pelayanan agar dapat bersaingdengan kompetitor. Pemenuhan value proposi-tion ini harus ditunjang dengan elemen-elemenlain pada Business Model Canvas. Value proposi-tion yang ditentukan oleh Parani Car Washditujukan kepada segmen pelanggan masyarakatSurabaya kelas menengah dengan kesibukantinggi, di antaranya adalah wanita karier, maha-siswa, penghuni apartemen dan hotel, pengun-jung restoran dan kafe, serta ibu rumah tangga.Parani Car Wash melakukan berbagai cara untukmendapatkan loyalitas pelanggan dengan melaku-kan customer relationship di antaranya memberikartu ucapan terima kasih, meminta kritik dansaran, menanggapi keluhan, membership, danpemberian potongan harga pada hari tertentu.Channel yang digunakan Parani Car Wash ada-lah melalui armada sebagai kendaraan opera-

sional dan media promosi, keluarga, komunitas,teman, website, testimoni, brosur, dan komuni-kasi secara langsung. Parani Car Wash memilikikerjasama dengan pemasok bahan cuci, perce-takan, penyebar brosur, serta pengelola hotel,apartemen, kafe, dan restoran sebagai key part-ner. Key resource berupa karyawan yang berkua-litas, pengetahuan anggota dalam hal bisnis, opti-malisasi biaya, dan teknologi membantu perusa-haan dalam menjalankan bisnis. Key activitiesParani Car Wash adalah pemasaran, penjualanjasa, penjualan produk pendukung, dan layananpurna jual. Sedangkan cost structure terdiri daribiaya pemasaran, bahan bakar, perlengkapandan peralatan cuci, sewa lahan, pengelolaan danpemeliharaan aset, dan pengembangan karya-wan. Revenue structure Parani Car Wash terdiridari penjualan jasa, penjualan produk pendu-kung, investor atau franchisee dan sponsor. Se-tiap elemen yang ada harus saling terhubungdan mendukung kesuksesan value propositionParani Car Wash.

Osterwalder dan Pigneur (2010) mengemu-kakan sebelas elemen dalam pembuatan valueproposition, yaitu newness, performance, cus-

Gambar 1 Model Bisnis Parani Car WashSumber: Data internal perusahaan

Page 13: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rinanda Bagus Anarta Pratama & Liliani, Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash

11

tomization, getting the job done, design, brand/status, price, cost reduction, risk reduction, ac-cessibility, dan convenience/usability. Namun Pa-rani Car Wash belum mampu memenuhi valueproposition yang ditetapkan secara konsisten.Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1. Penelitianoleh Lund dan Nielsen (2014) menunjukkanbahwa bisnis start-up sering memiliki gambaranyang sangat buruk terhadap hubungan antarakegiatan yang dilakukan, sumber daya yang di-perlukan, dan cara mengonfigurasi keterlibatanmitra dalam model bisnis mereka serta dalampenciptaan value proposition. Oleh karena itu,perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap

value proposition Parani Car Wash. Evaluasiakan dilakukan menggunakan pendekatanSWOT (strength, weakness, opportunity, threat)agar dapat mengidentifikasi berbagai faktorsecara sistematis didasarkan pada logika yangdapat memaksimalkan kekuatan dan peluang,namun secara bersamaan dapat meminimalkankelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2015). Pen-dekatan SWOT pada value proposition memung-kinkan penilaian dan evaluasi yang terfokus(Osterwalder dan Pigneur, 2010). Hasil evaluasidiharapkan mampu meningkatkan kekuatan kom-petitif untuk pertumbuhan Parani Car Wash dimasa yang akan datang.

No. Inkonsistensi Elemen

1. Parani belum kerjasama dengan perkantoran, hotel, kafe, apartemen dan restoran sehingga apabila ada pelanggan yang meminta cuci di tempat tersebut tidak dapat dipenuhi.

Getting the Job Done, Accessibility

2. Tidak semua wilayah dapat didatangi, hanya di Surabaya Barat.

Getting the Job Done, Accessibility

3. Layanan wax gratis ditiadakan, karena membutuhkan biaya yang tinggi, waktu pengerjaan lama, dan keterbatasan ke-mampuan karyawan.

Price

4. Layanan cek angin dan pompa ban gratis ditiadakan karena membutuhkan biaya yang tinggi dan menambah durasi.

Price

5. Ketika konsumen meminta cuci pada saat jadwal padat, pelanggan harus mengantre dan ditawarkan ganti jam bahkan sampai ganti hari.

Risk Reduction, Convenience

6. Tidak bisa menerima pesanan yang mendadak dan terburu-buru.

Risk Reduction, Convenience

7. Tandon air hanya cukup untuk 3 mobil, ketika ada pesanan cuci beruntun harus meminta waktu untuk mengisi air, bah-kan pernah sampai menggunakan air dari rumah pelanggan karena pelanggan ingin cuci mobil segera selesai.

Performance

8. Generator listrik hanya ada satu, ketika rusak saat mencu-ci maka harus meminta listrik dari rumah pelanggan.

Performance, Convenience

Tabel 1.1 Value Proposition Parani Car Wash yang Tidak Konsisten

Page 14: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

12

REFERENSI

Business Model Canvas

Pembentukan dan pengembangan bisnistidak hanya memerlukan strategi, tetapi jugainovasi berupa cara-cara baru untuk mencipta-kan nilai bagi pelanggan, pemasok, dan mitra.Hasil dari inovasi model bisnis sering meme-ngaruhi keseluruhan perusahaan (Casadesus-Masanell dan Zhu, 2013). Salah satu metodeyang dapat digunakan untuk inovasi model bisnisadalah Business Model Canvas atau BMC (Oster-walder & Pigneur, 2010). BMC dengan elemenatau parameter yang menentukan pertumbuhanyang berkelanjutan (Sabanti pada Dudin et al.,2015) dapat menjadi alat yang membantu mera-sionalkan bagaimana sebuah perusahaan mem-buat, menangkap, dan mengantarkan nilai (Os-terwalder dan Pigneur, 2010). BMC memilikisembilan elemen, yaitu customer segment, valueproposition, channels, customer relationship, reve-nue stream, key resources, key activities, keypartnership, dan cost structure (Osterwalder etal., 2014).

Value Proposition

Value proposition adalah alasan mengapakonsumen beralih dari satu perusahaan ke per-usahaan lainnya dikarenakan dapat memecahkanpersoalan atau memenuhi kebutuhan konsumendengan menggunakan sekumpulan produk ataujasa yang mengikuti persyaratan dari segmenpelanggan (Osterwalder dan Pigneur, 2010). Me-nurut Kerin et al. (2013), value propositiondapat memberikan manfaat dan menciptakannilai untuk pembeli yang ditargetkan. Elemen-elemen yang mampu mendorong pembentukanvalue proposition dijelaskan pada Tabel 2.

Value Proposition berdasarkan inovasi dapatmemastikan keunggulan kompetitif yang berke-

lanjutan, serta evaluasi value proposition dapatdilakukan dengan pendekatan Business ModelCanvas (Bonazzi dan Zilber, 2014). Osterwalderdan Pigneur (2010) menggunakan analisis SWOTpada elemen value proposition untuk melakukanpenilaian dan evaluasi yang terfokus pada aspek-aspek berikut.a. Strength atau kekuatan

1) Value proposition perusahaan selaras de-ngan kebutuhan pelanggan.

2) Value proposition perusahaan memilikidampak jaringan bisnis yang luas.

3) Pelanggan perusahaan sangat puas.b. Weakness atau kelemahan

1) Value proposition perusahaan dan kebu-tuhan pelanggan tidak sejalan

2) Value proposition perusahaan tidak memi-liki dampak jaringan

3) Perusahaan sering menerima keluhanc. Opportunity atau peluang

1) Perusahaan dapat menghasilkan pendapat-an berulang.

2) Perusahaan dapat menentukan kebutuhantambahan pelanggan.

3) Perusahaan dapat menentukan pelengkapatau perluasan nilai.

4) Perusahaan dapat melakukan pekerjaanlain untuk pelanggan.

d. Threat atau ancaman1) Ketersediaan produk dan jasa substitusi.2) Pesaing mengancam untuk menawarkan

harga atau nilai yang lebih baik.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan dengan mengguna-kan pendekatan kualitatif di mana data secaradiungkapkan secara deskriptif melalui kata-katasecara tertulis maupun lisan dari orang-orangyang diamati. Subjek penelitian ini adalah empat

Page 15: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rinanda Bagus Anarta Pratama & Liliani, Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash

13

orang manajemen usaha Parani Car Wash,seorang pemilik perusahaan cuci mobil panggilansejenis, seorang pemilik usaha cuci konvensionalyang telah berdiri lebih dari dua tahun, seorangpakar yang mendalami BMC dan dua orangpelanggan yang pernah menggunakan jasa ParaniCar Wash lebih dari lima kali. Manajemen in-ternal perusahaan dipilih untuk mendapatkansudut pandang tentang model bisnis perusahaandan kondisi internal perusahaan. Pemilik usaha

sejenis dipilih untuk mendapatkan gambarandan pembanding value proposition usaha cucimobil. Sedangkan pelanggan dipilih untukmemberikan gambaran mengenai value proposi-tion Parani Car Wash sekaligus memperolehgambaran kebutuhan pelanggan terhadap jasacuci mobil panggilan secara lebih mendalam.

Pengumpulan data dilakukan dengan wa-wancara yang merupakan percakapan denganmaksud-maksud tertentu. Pada metode penelitian

Tabel 2 Elemen-Elemen Value Proposition

No. Elemen Penjelasan

1. Newness Value proposition dibuat untuk menjawab kebutuhan baru kon-sumen yang sebelumnya tidak dipertimbangkan karena belum ada penawaran yang serupa.

2. Performance Memperbaiki performa produk atau jasa telah secara tradi-sional menjadi cara umum untuk membuat value.

3. Customization Membuat produk atau jasa yang menjawab kebutuhan spesifik konsumen individu atau consumer segment.

4. Getting the job done Terkadang value terbuat karena ingin menolong konsumen menyelesaikan sesuatu yang mereka perlukan.

5. Design Desain adalah elemen yang penting tetapi susah untuk di-ukur. Produk mencolok karena memiliki desain yang sangat baik.

6. Brand/status Terkadang konsumen mendapatkan value dalam hal kebanggaan (prestige) ketika memakai produk merek tertentu.

7. Price Harga dapat menjadi elemen yang penting ketika perusahaan menargetkan konsumen yang sensitive terhadap harga dengan menawarkan value yang sama pada harga yang lebih rendah.

8. Cost reduction Membantu konsumen untuk mengurangi biaya adalah salah satu cara penting dalam membuat value, karena konsumen merasa menghemat.

9. Risk reduction Penyediaan value yang meminimkan bahkan menghilangkan kemungkinan risiko yang akan terjadi sangat membantu konsu-men.

10. Accessibility Menyediakan produk dan jasa untuk konsumen yang sebe-lumnya tidak memiliki akses merupakan salah satu cara mem-buat value.

11. Convenience/ usability Membuat produk menjadi lebih nyaman atau lebih mudah digu-nakan dapat membuat value walaupun hanya sedikit.

Sumber: Osterwalder dan Pigneur (2010)

Page 16: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

14

ini peneliti dan narasumber bertemu langsunguntuk mendapatkan informasi secara lisan.Wawancara dilakukan secara semi-terstrukturuntuk mencairkan suasana namun tetap padagaris utama penelitian dan menemukan permasa-lahan secara lebih terbuka, di mana pihak yangdiajak wawancara diminta lebih dalam lagi untukmenyampaikan pendapat dan ide-idenya (Sugi-yono, 2015).

Uji validitas dan reliabilitas sangatlah pen-ting dalam sebuah penelitian. Validitas data,berupa ketepatan antara data yang terjadi padaobjek penelitian dengan data yang dapat dilapor-kan oleh peneliti diperoleh melalui membercheck. Peneliti menggunakan triangulasi sumber,yaitu mendapatkan data dari perusahaan sejenis,pakar, konsumen, dan anggota internal ParaniCar Wash dengan teknik yang sama untuk meli-hat konsistensi maupun keberagaman pada suatutopik (Sugiyono, 2015). Analisis data dilakukandengan menerapkan empat tahap kegiatan me-nurut Miles dan Huberman, yang terdiri darireduksi data, penyajian data, perbandingan data,verifikasi dan penarikan kesimpulan (Sugiyono,2015).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil wawancara yang telahdilakukan dengan sembilan narasumber, dayayang didapatkan memiliki kaitan langsung de-ngan penelitian yang dilakukan. Pengumpulandata dilakukan dengan cara bertemu langsungdan melakukan rekaman suara sebagai buktiwawancara. Wawancara terlebih dahulu dilaku-kan kepada pakar, perusahaan sejenis, dan pe-langgan yang hasilnya diinformasikan kepadainternal perusahaan untuk dijadikan bahan ka-jian, selanjutnya pihak internal perusahaan

menyampaikan evaluasi dan pendapatnya. Ana-lisis wawancara dengan menggunakan coding,cara membaca coding adalah lampiran-halaman-nama narasumber-baris. Contoh (F-2-FM-5)yang berarti kutipan diambil dari lampiran F-halaman 1-Ferdyo Muhammad-baris 5.

Analisis SWOT pada elemen value proposi-tion adalah analisis yang dilakukan untuk menge-tahui faktor internal berupa kekuatan dan kele-mahan, serta faktor eksternal berupa peluangdan ancaman pada value proposition yang di-dapat dari hasil wawancara. Kecocokan tersebutakan diklarifikasikan menjadi empat jenis yaitustrength, weakness, opportunity, dan threat.

Analisis Strength dan Weakness

1. Value Proposition Selaras dengan KebutuhanPelanggan

Hasil wawancara dengan pelanggan daninternal perusahaan menunjukkan bahwa valueproposition Parani Car Wash selaras dengankebutuhan pelanggan yaitu tidak perlu keluarrumah, tidak antre di ruang tunggu, serta me-nyediakan air dan listrik. Elemen value proposi-tion yang sudah sesuai dengan kebutuhan pe-langgan adalah performance, getting the job donedan convenience.

“Kalau saya prefer gini sih, anak saya nggak re-wel, ayo ma cepetan pulang tempatnya kotor, gitukan” (G-9-EN-3).

“ehm... waktu sih. Kalau misal pengen cuci mo-bil siang-siang panas kan males to keluar” (H-3-SD-27).

Keselarasan value proposition terhadap ke-butuhan pelanggan ini merupakan sebuah ke-kuatan bagi Parani Car Wash dan harus diting-katkan, mengingat pelanggan bersifat dinamis.Heinonen et al (2013) menjelaskan bahwa value

Page 17: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rinanda Bagus Anarta Pratama & Liliani, Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash

15

terbentuk dan tertanam dalam realitas dan ke-hidupan pelanggan yang bersifat sangat dinamisdan multi-kontekstual, sehingga perusahaan per-lu melihat kebutuhan pelanggan lebih jauh. Halini selaras dengan pernyataan pakar yang menje-laskan bahwa konsumen merupakan elemenyang dinamis dan perusahaan perlu melihat kebu-tuhan pelanggan.

“… customer itu digambarkan kalau di value pro-position design itu sebagai eee salah satu elemenyang bergerak dinamis, jadi dilihat mereka inikerjanya apa, task yang berusaha diselesaikan cus-tomer itu apa, seperti itu…” (I-2-GA-2).

Pernyataan tersebut didukung oleh hasilwawancara dengan manajemen internal bahwaParani Car Wash harus bisa mencari tahu kebu-tuhan pelanggan untuk bisa menentukan valueproposition.

“… Value proposition kita ya dicocokkan denganmereka mereka itu, bukan bukan dia yang men-cocokkan kita. Dia membutuhkan apa dan kitasemakin berkembang dan semakin ee pengenmemenuhi kebutuhan mereka...” (L-3-AI-5).

Osterwalder, et al. (2014) juga menjelaskanbahwa dengan melihat kebutuhan pelanggan,value proposition dan model bisnis akan lebihefektif serta menguntungkan bagi perusahaan.

2. Perusahaan belum Memiliki Dampak Jaringanyang Luas

Menurut Messersmith dan Wales pada Zac-ca et al (2015), hubungan yang kuat denganjaringan bisnis dapat membantu perusahaan da-lam mengumpulkan informasi dan ide untukpemecahan masalah, bersamaan dengan kemam-puan belajar serta dukungan moral dan teknis.Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar, caramenentukan dampak jaringan adalah denganmelihat channel, customer relationship, key re-sources, dan key activities.

“Channel, nah, tergantung channel dengan cus-tomer relationship-nya. Itu untuk dampak jaring-an. Sedangkan kalau untuk ke supplier ke bela-kang, sama ditentukan dari key resources yangdibutuhkan… Jadi begini, hubungannya key part-ners… key partners, key resources, key activitiesdengan value proposition apa, adalah hubungan-nya, value proposition ini hanya bisa dihasilkandari key activities, yang sumber dayanya diambildari key resources, yang didapatkan dari key part-ners, yang dibiayai oleh cost” (I-3-GA-15).

Parani Car Wash belum memiliki dampakjaringan yang luas karena tidak memiliki keypartners, channels, dan key resources yang baik,dan belum ada key activities yang bertujuanuntuk perbaikan dalam hal jaringan bisnis. ParaniCar Wash yang belum memiliki badan usahajuga menjadi hambatan untuk memperluas dam-pak jaringan. Hal ini merupakan sebuah an-caman bagi Parani Car Wash, karena dapatmenghambat perkembangan perusahaan. Penje-lasan ini selaras dengan hasil wawancara denganmanajemen internal.

“Dampak selama ini, jaringan yang kami milikimasih belum cukup luas eh belum begitu luasya, karena masih berkutak berkutak di sini aja,kita masih belum bisa berkembang ke area yanglebih besar” (J-4-FM-1).

“Dan untuk franchise kami udah mendapatkanpenawaran dari Bangkalan, Solo, sing email wingiKalimantan yo, empat limaan yo koyoke... Tapikarena kami belum ada badan hukum dan kamibelum berani mengambil risiko ee untuk levelyang tinggi” (M-4-AS-14).

Parani Car Wash yang merupakan perusa-haan start-up memiliki gambaran yang kurangbaik terhadap hubungan antara kegiatan yangdilakukan, sumber daya yang diperlukan, dancara mengonfigurasi keterlibatan mitra dalammodel bisnis serta dalam penciptaan value propo-sition (Lund dan Nielsen, 2014). Penelitian Lunddan Nielsen (2014) juga memberikan masukankepada Parani Car Wash bahwa hubungan antara

Page 18: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

16

kegiatan yang dilakukan, sumber daya yang diper-lukan, dan cara mengonfigurasi mitra dalammodel bisnis adalah hal utama yang perlu diper-hatikan.

3. Pelanggan Perusahaan Cukup PuasOliver pada Wu et al. (2016) mengartikan

kepuasan pelanggan sebagai ringkasan keadaanpsikologis yang dihasilkan ketika emosi yangmengelilingi harapan yang tidak cocok digabung-kan dengan perasaan-perasaan yang terbentukdalam pelanggan tentang pengalaman pengon-sumsian, atau dengan kata lain tingkat kepuasanseseorang setelah membandingkan kinerja atauhasil yang dirasakan dibandingkan dengan harap-annya. Berdasarkan hasil wawancara denganpakar, hal yang perlu dipertimbangkan untukmemenuhi kepuasan pelanggan adalah menge-tahui pain dan gain pelanggan.

“Hal yang dipertimbangkan untuk kepuasan pe-langgan, ya kita harus tahu pain dan gain, titik.Ya itu hehehe” (I-4-GA-27).

Berdasarkan wawancara dengan internalperusahaan, dapat diketahui bahwa pelangganParani Car Wash puas dengan value propositionsistem panggilan dan pelayanan yang diberikan.

“Kalau kepuasan sih mereka merasa puas karenasyukur ya aja ada cuci mobil panggilan gitu, inigak perlu keluar rumah nih, kita cuma tunggu dirumah, terus kita udah tahu jadi, kayak gitu. Jadimereka merasa terbantu” (L-6-AI-23).

“Beberapa juga ada yang puas sampai repeat or-der lagi, dan setiap Sabtu selalu mencuci” (M-4-AS-19).

Pernyataan pelanggan berikut ini selarasdengan pernyataan internal perusahaan dan me-nunjukkan kepuasan selama menggunakan jasaParani Car Wash.

“Udah sih, pelayanannya juga udah bagus, res-ponsnya udah cepet, ee kalau mau order juga gam-pang. Cepet juga balesnya” (H-10-SD-30).

Namun pelanggan juga menunjukkan bahwaterkadang hasil cuci mobil kurang bersih, hal inimenunjukkan bahwa masih ada hal yang mem-buat pelanggan menyampaikan keluhan terhadapParani Car Wash.

“Kurang interiornya. Terus, kaca depan itu kalaukita pakai itu masih ada noda itu di depan” (G-5-EN-27).

“Iya sih aku pernah komplain kan, aku pernahnyuciin mobil si… eh siang, siang gitu sorenyakomplain kan ini kok ada bekas-bekas air. Karenawaktu itu jam operasionalnya udah habis kan, jamberapa waktu itu, terus besoknya aku iniin lagi,aku panggilin eh, aku minta komplain terus datanglagi untuk bersihkan kacanya itu” (H-6-SD-1).

Keluhan yang diterima perusahaan selaludirespons dengan tanggap oleh Parani Car Wash,hal ini selaras dengan hasil wawancara dariinternal perusahaan.

“Ya tentunya kita terima kan. Kita minta maaf ataskesalahan kita, terus kita bilang kita nggak akanmengulangi atau kalo fatal ya kita kasih ganti rugicuci mobil gratis, kayak gitu” (L-8- AI-7).

Parani Car Wash mampu memuaskan pe-langgan dengan menyelesaikan permasalahan dimana pelanggan tidak perlu keluar rumah sertamenyediakan air dan listrik, namun perusahaanmasih menerima keluhan dalam hal teknis cuci.Melihat hal tersebut, dapat disimpulkan bahwapelanggan Parani Car Wash cukup puas.

Analisis Opportunity dan Threat

1. Perusahaan dapat menghasilkan PendapatanBerulang

Pendapatan berulang akan jauh lebihmenguntungkan dibanding dengan pendapatan

Page 19: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rinanda Bagus Anarta Pratama & Liliani, Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash

17

transaksional (Alt dan Zimmermann, 2014).Hasil wawancara dengan pakar menunjukkancara perusahaan menghasilkan pendapatan ber-ulang.

“Ya kalau mau mendapatkan repeat order yatergantung dari yang pertama customer relation-ship dengan cutomer bagaimana, sistem kontrakkah, sistem subscription kan, sistem membershipkah, sistem apa itu semua masuk kategori prod-uct model. Product modelnya seperti apa” (I-4-GA-15).

Berdasarkan wawancara dengan pemilikusaha cuci mobil panggilan sejenis, meningkatkankewaspadaan pelanggan bisa dilakukan melaluipesan singkat dan melakukan kerjasama denganinstansi untuk menghasilkan pendapatan yangberulang.

“… semuanya sih masih simple sih, jadi pakaisms, nomer pelanggan yang udah order kitasimpen kita masukin ke group, maupun…pokoknya satu nama gitu, nah kita sms lagi gitu,setiap hari, kayak gitu.” (E-7-EA-25)

“…Hast itu cucinya itu di misalkan, kayak diproyek pelabuhan Gresik, gitu, jadi nyuci nggaknyuci mobil, nyuci truk gitu, tapi lumayan, duaratus lima puluh arma… apa… dua ratu limapuluh dump truk, terus misalkan nyuci di Toyota,itu kayak gitu-gitu… Instansi… iya” (E-4-EA-6).

“Agar pelanggan balik lagi gitu ya, ee saat ini kamimempunyai member card, nah kalau menurutkami itu salah satunya agar pelanggan bisa baliklagi, di mana member card itu terdapat ee infor-masi yang mencuci mobil ke-5 kali akan menda-patkan diskon 50% seperti itu” (K-5-PW-17).

Hasil wawancara dengan internal perusa-haan menunjukkan bahwa Parani Car Washmenggunakan diskon kartu anggota untuk meng-hasilkan pendapatan berulang.

“Agar pelanggan balik lagi gitu ya, ee saat ini kamimempunyai member card, nah kalau menurutkami itu salah satunya agar pelanggan bisa baliklagi, di mana member card itu terdapat ee infor-

masi yang mencuci mobil ke-5 kali akan menda-patkan diskon 50% seperti itu” (K-6- PW-23).

Bucklin dan Lattin dalam Yim dan Kwon(2015) membuktikan bahwa pembelian dilaku-kan melalui harga diskon menggunakan kuponakan memiliki dampak positif pada kemungkinanpembelian kembali. Seorang pelanggan yangdiwawancarai juga menyatakan bahwa diskontersebut cukup efektif untuk membuat pelanggantertarik menggunakan jasa Parani Car Washkembali.

“Adaaa, promo ini, dikasih stiker kan, eh kok stiker,stempel diskon 50% kalo udah 5 kali nyuci… Yaaakan lumayan tuh kan kalo udah 6 kali diskon tuh,aku kan sering nyuci mobil tuh, nah kalau nyuci 6kan lumayan dapet diskon, jadi cuci mobil untukmengejar diskon hahaha” (H-9-SD-2).

Parani Car Wash memiliki kesempatan un-tuk lebih meningkatkan pendapatan berulangdengan cara meningkatkan kewaspadaan pelang-gan melalui pesan singkat untuk membuat pe-langgan tertarik untuk melakukan cuci kembali,dan Parani Car Wash juga dapat melakukankerjasama dengan instansi baik pemerintahmaupun swasta sehingga memiliki akses terhadapfasilitas. Hasil wawancara dengan internal per-usahaan menunjukkan bahwa Parani Car Washbelum melakukan kerjasama dengan instansi.

“Pernah. tapi kami belum berani mengiyakan kare-na akses masuknya untuk ke tempat tersebut susah,perlu kerjasama, dan kami juga sedang mengusaha-kan proposal kerja sama tersebut” (M-4-AS-3).

“Ee ada yang memberi masukan kalau merekaingin cuci mobil di wilayah apartemen, restoran,dan hotel… Nah untuk izin itu kami masih eee…kesulitan untuk mengurusnya” (K-5-PW-32).

2. Perusahaan Mampu Menentukan KebutuhanTambahan Pelanggan

Hasil wawancara dengan pakar menunjuk-kan cara menentukan kebutuhan tambahan pe-

Page 20: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

18

langgan adalah dengan menentukan minimumviable product.

“…em vi pi, minimum viable product. Ya, ketikamenentukan minimum product itu dia harus me-nentukan core, apa yang betul-betul core, kebu-tuhan inti, kemudian mana yang eee fitur, fiturtambahan, dan mana yang just nice” (I-5-GA-27).

Ries pada Keitcsh dan Roed (2014) menje-laskan bahwa minimum viable product (MVP)dapat digunakan untuk menguji dan mengurangiketidakpastian apakah produk atau jasa akanmemiliki pelanggan atau tidak. MVP juga harusselalu diperbarui secara terus menerus denganpola Pelajari – Ciptakan – Ukur. Minimum Vi-able Product Parani Car Wash saat ini selaincuci mobil juga memberikan fitur gratis waxban dan isi air sabun wiper kaca, hal ini men-dapatkan respons yang baik dari pelanggan. Ber-dasarkan hasil wawancara dengan Pawestri, saatini kebutuhan tambahan yang dibutuhkan olehpelanggan berdasarkan tahapan Pelajari padaMVP Parani Car Wash adalah waxing. Sudahsaatnya Parani Car Wash memulai tahap “Cipta-kan” untuk memperbarui MVP.

“… pasti pelanggan itu ngomong, mbak nggakada ini ya nggak ada ini tanya-tanya apakah adakayak gini, misalkan pakai wax nggak mbak, disitu kan kita kelihatan kayak ooh berarti pelang-gan tuh butuh ini looh butuh wax mungkin, pe-langgan tu butuh yang kayak gini, karena seringtanya kan dari situ kita tahu” (L-4-AI-18).

3. Perusahaan Mampu Menentukan Pelengkapatau Perluasan Proposisi Nilai

Kaenzig et al (2013) dalam penelitiannyamenunjukkan bahwa untuk memenuhi gappreferensi pelanggan, perusahaan dapat melaku-kan penentuan preferensi pelanggan dan menge-tahui pentingnya atribut produk individual dalampilihan konsumen. Pelengkap atau perluasanvalue proposition Parani Car Wash didasari pada

preferensi pelanggan agar benar-benar mampumenjawab kebutuhan pelanggan. Berdasarkanhasil wawancara dengan pelanggan dan internalperusahaan, Parani Car Wash memiliki peluanguntuk membuka armada baru dan menambahkaryawan cuci menjadi dua orang untuk satuarmada. Hal ini dapat mempercepat proses cuci,efisiensi biaya, memperluas wilayah operasional,dan dapat melayani cuci mobil pada lokasi yangberbeda di waktu yang bersamaan, sehinggadapat meningkatkan accessibility dan kepuasanpelanggan Parani Car Wash.

“Bisa, itu… itu sih, maksudnya nambah orangjadi satunya… Lima belas menit selesai gitu, enakkan hahaha jadinya cepet selesai” (H-8-SD-28).

“Menambah karyawan, dan ee membuka cabangjadi tidak hanya cakupan di Surabaya barat gitu.Nambah armada. Iya nambah armada, untuk efi-siensi waktu kan juga berguna kan kalau misalnyamenambah armada” (M-6-AS-33).

Berdasarkan hasil wawancara dengan per-usahaan sejenis dan internal perusahaan, perusa-haan cuci mobil harus memiliki berbagai variancuci untuk melengkapi kebutuhan pelanggan.Parani Car Wash berencana untuk menambah-kan varian cuci cepat, cuci premium, dan treat-ment detailing yang mencakup poles mobil, polesvelg, jamur kaca, dan pembersihan jok mobil.

“…jadi ada itu, salon mobil, lha salon mobil itudi dalamnya ada yang bersihin joknya dari depansampai belakang, lalu cuci mobil yang pake eks-klusif, jadi harganya lebih mahal, peralatan samabahan yang digunakan beda” (E-1-EA-20).

“Cuci cepat mungkin kita mengerjakan hanyaeksteriornya, jadi hanya body. Kita tidak perlu wak-tu interior karena kita harus memotong waktupekerjaan. Nah, kemudian ada treatment-treatmentkaya menghilangkan jamur kaca. Kan sekarangbanyak mobil-mobil yang konsumen apa orang-orang tidak terlalu perhatian dengan kaca mobil-nya” (J-10-FM-28).

Page 21: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rinanda Bagus Anarta Pratama & Liliani, Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash

19

Parani Car Wash juga memiliki kesempatanuntuk menggunakan teknologi cuci uap. Berda-sarkan hasil wawancara dengan pemilik usahacuci mobil konvensional, teknologi cuci uapmemiliki banyak keuntungan, di antaranya adalahpenggunaan air yang sedikit, pengerjaan lebihcepat karena tidak perlu proses menyabun, dapatmembersihkan dan mensterilisasi interior tanpamerusak elektronik, dan menghilangkan noda diinterior yang sulit dibersihkan. Penggunaanteknologi cuci uap pada Parani Car Wash dapatmembuka peluang untuk mencuci mobil di tem-pat parkir yang tidak memiliki pembuangan air,seperti apartemen, hotel, perkantoran, dan lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemi-lik usaha sejenis dan manajemen internal, peng-gunaan teknologi ini membutuhkan modal yangbesar sehingga Parani Car Wash belum bisadiaplikasikan dalam waktu dekat mengingatketerbatasan modal yang dimiliki perusahaan,namun kedepannya perusahaan akan memper-timbangkan untuk bisa mengaplikasikan tekno-logi ini.

“Bukan, kalau uap kan ininya yang mahal, alate”(E-6-EA-32).

“Ya, jadi kita mungkin belum bisa menyamainvalue proposistion itu” (J-11-FM-21).

4. Perusahaan Tidak Dapat Melakukan PekerjaanLain Demi Pelanggan

Menurut Maine et al (2014) penciptaanpeluang didefinisikan sebagai pengusaha yangmembawa cara baru untuk menciptakan pene-rapan baru pada pasar. Jaakkola dan Hakanen(2013) menjelaskan bahwa pelanggan lebih men-cari perusahaan yang dapat memberikan pena-waran lebih terhadap solusi, hal ini mendorongsebuah perusahaan untuk mengembangkan so-lusi yang terintegrasi yaitu bundel produk ataujasa yang memenuhi kebutuhan spesifik pelang-

gan, dan berpotensi menawarkan penciptaannilai yang lebih besar daripada kebutuhan pe-langgan. Berdasarkan hasil wawancara denganpemilik usaha cuci mobil panggilan sejenis men-jelaskan tentang kebutuhan tambahan pelanggancuci mobil berkaitan dengan hal bersih-bersihlainnya, seperti contohnya membersihkan rumah.

“…kita cuci mobil yang bisa bersih-bersih misal-kan, misalkan lah bersih-bersih rumah, atau gi-mana, lha kayak gitu” (E-8-EA-4).

Parani Car Wash belum bisa menentukanpekerjaan lain seperti yang dilakukan oleh HastCar Wash, karena saat ini Parani Car Washmasih berfokus pada pengembangan jasa inti.

5. Ketersediaan Jasa PenggantiMenurut Mathooko dan Ogutu (2015) ke-

tersediaan barang atau jasa pengganti merupakansebuah ancaman apabila menyediakan biayayang lebih efektif dibandingkan produk dan jasaasli. Berdasarkan hasil wawancara dengan mana-jemen internal, ancaman bagi Parani Car Washtidak hanya berasal dari cuci mobil panggilan,namun juga dari cuci mobil konvensional yangmerupakan jasa substitusi.

“Jadi jasa pengganti kita kan tidak hanya cucimobil panggilan, kan banyak yang stay kan yangdi Surabaya barat. Jadi kita itu harus bersaing sa-ma cuci mobil yang stay sama yang panggilan”(M-7-AS-27).

6. Pesaing Mengancam untuk MenawarkanHarga atau Nilai yang Lebih Baik

Menurut Dess dan Davis pada Kim (2015)pesaing adalah perusahaan yang memiliki ukur-an, strategi, dan produk yang serupa, dan pesa-ing akan terus melakukan kompetisi untuk bisamemenangkan pasar. Selain sesama cuci mobilpanggilan, cuci mobil konvensional yang jugamerupakan kompetitor memiliki kelebihan sela-

Page 22: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

20

in dari harga yang lebih murah, waktu penger-jaan yang lebih cepat dan hasil cuci juga lebihbersih karena peralatan lebih lengkap dan dapatmenjangkau bagian bawah mobil. Berdasarkanhasil wawancara dengan pelanggan, perusahaancuci mobil konvensional ada yang memiliki hi-drolis, sehingga mampu membersihkan bagianbawah mobil dengan lebih optimal jika diban-dingkan tanpa hidrolis.

“Kan kalau kekurangannya model begini kantidak pakai apa itu… (hidrolis)” (G-1-EN-19).

Hasil wawancara dengan pihak internaljuga menunjukkan adanya ancaman dari kompe-titor yang menawarkan harga yang lebih murah,kompetitor yang sudah menyediakan treatmentdetailing dan bisa mendatangi pelanggan, dancuci tanpa air.

“…ada sih value cuci lain yang panggilan ada yangdia waterless, dia ga pakae air yang hanya di-semprot. Nah, di situ kita belum bisa menyamaivalue seperti tersebut” (J-8-FM-34).

Manfaat Indikator SWOT terhadap Value Pro-position

Indikator SWOT dalam penelitian ini meng-hasilkan penilaian yang mampu memberikan ma-sukan terhadap Parani Car Wash untuk mencip-takan keunggulan kompetitif sehingga dapatbersaing di pasar. Hasil wawancara dengan pe-langgan dan internal perusahaan memberikangambaran mengenai kekuatan (strength) dankelemahan (weakness) Parani Car Wash. Halyang menjadi kekuatan Parani Car Wash adalahkeselarasan value proposition dengan kebutuhanpelanggan dan pelanggan yang cukup puas, se-dangkan yang menjadi kelemahan adalah ParaniCar Wash tidak memiliki dampak jaringan yangluas. Sebelas value proposition yang pada awal-nya berusaha dipenuhi oleh Parani Car Wash

menimbulkan permasalahan. Oleh karena itu,Parani Car Wash perlu mengubah strateginyadengan hanya fokus pada beberapa value propo-sition sesuai dengan kekuatan dan peluang yangada berdasarkan hasil analisis SWOT. Value pro-position tersebut adalah Getting the Job Done,Convenience dan Performance. Dengan valueproposition tersebut, Parani Car Wash masihbisa meningkatkan kinerjanya dengan melakukanperbaikan, seperti menambahkan varian cuciyang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan danmenerapkan teknologi cuci yang lebih efisien.Parani Car Wash perlu segera mengambil peluangyang ada, yaitu menambah kerjasama denganinstansi untuk memperluas wilayah operasionaldan menghasilkan pendapatan berulang.

KESIMPULAN

Hasil evaluasi value proposition dengan per-spektif SWOT menunjukkan adanya kekuatandi mana value proposition perusahaan sudahselaras dengan kebutuhan konsumen dan pelang-gan cukup puas dengan perusahaan. Namunmasih ada kelemahan di mana Parani Car Washtidak memiliki dampak terhadap jaringan bisnis.Selain itu, lingkungan eksternal membuka pelu-ang berupa kerjasama dengan instansi untukmemperluas wilayah operasional dan memilikipeluang pendapatan berulang, menambah variancuci dan treatment detailing sebagai pelengkapbagi perusahaan untuk menjawab kebutuhanpelanggan dan meningkatkan margin, penam-bahan armada dan karyawan untuk memperluaswilayah operasional dan efisiensi waktu, danmengaplikasikan teknologi cuci uap untuk me-ningkatkan performa peralatan, efisiensi bahanbakar, air, dan waktu. Namun juga terdapatancaman berupa banyaknya pesaing cuci mobilpanggilan yang menawarkan harga lebih murahdan menyediakan value treatment detailing, dan

Page 23: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rinanda Bagus Anarta Pratama & Liliani, Evaluasi Value Proposition pada Usaha Kecil Parani Car Wash

21

jasa substitusi cuci mobil konvensional yangmenawarkan harga yang lebih murah, peralatancuci mobil yang lebih lengkap, dan tenaga kerjayang banyak sehingga mampu mencuci lebihcepat. Oleh karena itu, Parani Car Wash perlufokus pada penawaran jasa inti, yaitu pada ValueProposition Getting the Job Done, Conveniencedan Performance. Selanjutnya, Parani Car Washdisarankan untuk melakukan evaluasi secaraberkala agar hasil perbaikan yang dilakukanlebih lengkap dan sesuai dengan kebutuhan dankeinginan pelanggan yang terbaharui. Parani CarWash juga perlu melakukan komunikasi yanglebih intens untuk dengan konsumen untukmengetahui kebutuhan, keinginan, kritik, sansaran karena perusahaan tidak mengetahui pe-nyebab konsumen yang tidak melakukan pem-belian ulang.

Penelitian ini memiliki keterbatasan berke-naan dengan pengambilan data melalui wawan-cara semi terstruktur. Hal ini berpotensi menye-babkan masalah subjektivitas dari informan,sehingga dapat mengakibatkan hasil penelitianrentan terhadap biasnya jawaban informan. Un-tuk mengurangi bias, maka dilakukan triangulasisumber dengan cara crosscheck dari berbagai data.Penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untukperusahaan lain. Dan penelitian selanjutnya dapatdiperluas dengan melakukan evaluasi value propo-sition pada usaha yang berbeda ataupun melaku-kan analisis SWOT terhadap elemen-elemen lainpada Business Model Canvas untuk mendapatkanhasil evaluasi yang lebih menyeluruh.

DAFTAR RUJUKAN

Alt, Rainer & Zimmermann, Hanz-Dieter. 2014.Status of Business Model and ElectronicMarket Research: An Interview withAlexander Osterwalder. Electron Markets,24, 243–249.

Bonazi, F.L.Z. & Zilber, M.A. 2014. Innovationand Business Model: a case study aboutintegration of Innovation Funnel and Busi-ness Model Canvas. Review of BusinessManagement, 616–637.

Cassadeus-Masnell, R. & Zhu, F. 2013. Busi-ness Model Innovation and CompetitiveImmitation: The Case of Sponsor-BasedBusiness Model. Strategic ManagementJournal, 34(4), 464–482.

Dudin, M.K. et al. 2015. The Innovative Busi-ness Model Canvas in the System of Ef-fective Budgeting. Asian Social Science,11(7), 290–296.

Heinonen, Kristina. et al. 2013. Customer Do-minant Value Formation in Service. Euro-pean Business Review, 25 (2), 104–123.

Jaakkola, Elina & Hakanen, Taru. 2013. ValueCo-creation in Solution Networks. Indus-trial Marketing Management, 42, 47–58.

Kaenzig, Josef et al. 2013. Whatever the Cus-tomer Want, the Customer gets? Explor-ing the Gap between Consumer Prefer-ence and Default Electricity Products inGermany. Energy Policy, 53, 311–322.

Keitsch, M.M. & Roed, J.B. 2014. DesignDriven Innovation – Minimum Viable Pro-ducts and Energy Solution in Rural Nepal.Proceeding of IOE Graduate Conference,36–42.

Kerin, R.A. et al. 2013. Marketing. New York:McGraw-Hill Education.

Kim, Kwang-Ho. 2015. Competitor Identifica-tion through Vicarious Learning. ResearchJournal of Business Management, 9 (2),303–318.

Lund, M. & Nielsen, C. 2014. The Evolution ofNetwork-based Business Models Illus-trated Through the Case Study of anEntrepreneurship Project. Journal of Busi-ness Models, 105–121.

Page 24: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

22

Maine, Elicia. et al. 2015. The Role of Entre-preneurial Decision-making in Opportu-nity Creation and Recognition. Technova-tion, 1–20.

Mathooko, F.M & Ogutu, Martin. 2015. Porter’sFive Force Framework and other Factorsthat Influence the Competitive of Re-sponse Strategies adopted by Public Uni-versities in Kenya. International Journalof Education Management 29 (3), 334–354

Osterwalder, A. et al. 2014. Value PropositionDesign. New Jersey: John Willey & Sons,Inc.

Osterwalder, A. & Pigneur, Y. 2010. BusinessModel Generation. Jakarta: PT Elex Me-dia Komputindo.

Rangkuti, F. 2015. Analisis SWOT: Teknik Mem-bedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia.

Setijawibawa, M. 2015. Evaluasi Model Bisnispada Perusahaan X menggunakan BusinessModel Canvas. Agora, 3, 305–313.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Manajemen.Bandung: Alfabeta.

Wu, Wen-Tsung. et al. 2016. Examining PaidMobile Application Customer Loyalty: TheModerating Effect of Switching Costs.Business and Economic Research 6 (2),100–117.

Yim, Ki-Heung & Know, Jin-Hee. 2015. AStudy on the Impact of Musical Reputa-tion on Consumer Satisfaction and Word-of-Mouth Intention with On-linr PriceDiscount as a Moderating Variable. IndianJournal of Science and Technology 8 (8),167–172.

Zacca, Robert & Dayan, Mumin. 2015. Impactof Network Capability on Small BusinessPerformance. Management Decision 53(1), 2–23.

Page 25: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

2323

ANALISIS ALTMAN Z-SCORE, GROVER SCORE, SPRINGATE,DAN ZMIJEWSKI SEBAGAI SIGNALING FINANCIAL DISTRESS

(Studi Empiris Industri Barang-Barang Konsumsi di Indonesia)

Niken Savitri PrimasariFakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

e-mail: [email protected]

Abstract: This study purpose to determine whether there are differences among Altman model,Springate model and Zmijewski model to predict financial distress, and to find out which theFinancial Distress prediction model has the most excellent implementation in Indonesia manufac-ture industry. Comparison of those six models were made by analyzing the accuracy of each model,by using the real condition of a company’s net income. The data used in the form of annualfinancial statements published by the company on the Indonesia Stock Exchange website.

The sample in this study consisted of 116 financial data from 29 companies in Consumer GoodsIndustry. All companies are listed in Indonesia Stock Exchange Market at period 2012 - 2015. Thecompany does not conclude yet, whether there is a prediction model that best suit the measure-ment. This cause by: (1) every model have its own superiority and weakness, (2) the companysample characteristic differences (company sector, company size) also influence the choice of pre-diction model being used, (3) the company financial ratio as independent variable used in bank-ruptcy prediction.

Since the financial statements are reflecting the company’s financial ability of the signaling, theresearchers limited the industry with the highest value of EPS and PER. This is done to avoidconfounders in the proof of the accuracy of the model, Springate model, Ohlson model and Zmijewskimodel to predict financial distress. The data obtained from the Annual Financial Statements, IDXFact Book and the Indonesian Capital Market Directory.

In this study will be used t test, additional testing is done to see the feasibility of the model byobserving the F test results and test the coefficient of determination (R2), R2 value used to examinedifferences among Altman, Grover, Springate and Zmijewski models in predicting financial dis-tress. The analytical tool used is the One Way ANOVA with level of significance 5 %.

The results from this research showed that any prediction model used in this study can be used topredict Financial Distress, particularly the Altman Z-Scores, which have the greater R2 analysis.Only Grover G-Score models have insignificant value t test and F-test is greater than the probabilitycannot be used to predict corporate Financial Distress.

The results also showed that the most accurate model is the model Altman Z-Score. At the end of thestudy was to try predict 29 firms sample used listed on the Stock Exchange with Altman model.Predicted results showed that five companies are expected to experience Financial Distress in thefuture.

Keywords: financial distress, prediction models, financial ratio, financial statement

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Laporan keuangan digunakan sebagai ben-tuk pertanggungjawaban kepada publik untuk

memonitor kinerja dan mengevaluasi manaje-men, memberikan dasar untuk mengamati trenantar-kurun waktu, pencapaian atas tujuan yangtelah ditetapkan dan membandingkannya dengankinerja organisasi lain yang sejenis jika ada,

Page 26: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

24

serta memungkinkan pihak luar untuk memper-oleh informasi biaya atas barang dan jasa yangditerima dan untuk menilai efisiensi dan efek-tivitas penggunaan sumber daya organisasi. La-poran keuangan juga berfungsi untuk membantuperusahaan untuk memberikan dasar perenca-naan kebijakan dan aktivitas di masa yang akandatang, terutama informasi pendukung penggu-naan dana dan kelangsungan organisasi (viabil-ity).

Setiap perusahaan didirikan dengan harap-an akan menghasilkan profit sehingga mampuuntuk bertahan dan berkembang dalam jangkapanjang yang tak terbatas. Hal ini berarti dapatdiasumsikan bahwa perusahaan akan terus hidupdan diharapkan tidak akan mengalami likuidasi.Dalam praktik, asumsi seperti di atas tidakselalu menjadi kenyataan. Seringkali perusahaanyang telah beroperasi dalam jangka waktu ter-tentu terpaksa bubar karena mengalami finan-cial distress yang berujung pada kebangkrutan(Rismawaty, 2012).

Signaling theory menunjukkan adanyaasimetri informasi yang bias terlihat dari bentukpelaporan keuangan perusahaan kepada penggu-na laporan keuangan, baik untuk internal mana-jemen perusahaan itu sendiri sebagai bentukkebutuhan pada planning, actuating dan con-trolling keuangan, maupun untuk pihak-pihakluar yang berkepentingan dengan informasitersebut.

Menurut Maria Immaculatta (2006), kua-litas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitasinformasi yang diungkapkan perusahaan dalamlaporan keuangan. Kualitas informasi tersebutbertujuan untuk mengurangi asimetri informasiyang timbul ketika manajer lebih mengetahuiinformasi internal dan prospek perusahaan dimasa mendatang dibanding pihak eksternal per-usahaan. Informasi yang berupa pemberian

pemeringkatan yang dipublikasikan terhadapperusahaan yang tercatat diharapkan dapat men-jadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentudan menggambarkan kemungkinan yang terjaditerkait dengan kinerja dan utang yang dimilikioleh perusahaan tersebut.

Menurut Kusuma (2006) pada signalingtheory terdapat motivasi manajemen dalam me-nyajikan informasi keuangan yang diharapkandapat memberikan sinyal kemakmuran kepadapemilik ataupun pemegang saham. Publikasi la-poran keuangan tahunan yang disajikan olehperusahaan akan dapat memberikan signal per-tumbuhan dividen maupun perkembangan hargasaham perusahaan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa Publikasilaporan keuangan tahunan dan publikasi dataperusahaan yang dikeluarkan oleh BEI (BursaEfek Indonesia) baik berupa rating industri mau-pun hasil pengolahan rasio oleh pihak BEI,dapat menunjukkan kondisi keuangan baik se-cara industri ataupun masing-masing perusahaanterbuka. Informasi BEI tersebut diharapkan akanmampu memberikan sinyal bagi investor maupuncalon investor mengenai kinerja perusahaantertentu.

Perusahaan manufaktur merupakan industriyang dalam kegiatannya mengandalkan modaldari investor, oleh karena itu perusahaan manu-faktur harus dapat menjaga kestabilan keuangan-nya. Mengingat besarnya pengaruh yang timbulbila terjadi kesulitan keuangan pada industrimanufaktur, maka perlu dilakukan analisis sede-mikian rupa sehingga kesulitan keuangan dankemungkinan kebangkrutan dapat dideteksi lebihawal.

Berbagai pengembangan analisis keuangantersebut dilakukan untuk memprediksi kondisikeuangan perusahaan. Analisis yang banyak digu-nakan saat ini adalah analisis diskriminan altman,

Page 27: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

25

di mana analisis ini mengacu pada rasio-rasiokeuangan perusahaan. Rasio menggambarkansuatu hubungan atau pertimbangan (mathemati-cal relationship) antara suatu jumlah tertentudengan jumlah yang lain, dan dengan mengguna-kan alat analisis berupa rasio ini akan dapatmenjelaskan atau memberi gambaran kepadapenganalisis tentang baik atau buruknya keadaanatau posisi keuangan suatu perusahaan terutamaapabila angka ratio pembanding yang digunakansebagai standar (Munawir, 2007:64).

Selain analisis diskriminan altman, masihbanyak jenis model yang telah digunakan peneliti-peneliti sebelumnya dalam memprediksi keadaankeuangan suatu perusahaan. Misalnya saja, mo-del springate, model zmijewski, model ohlson,model fulmer, model CA-score, dan sebagainya.

Dengan diketahui model-model prediksikondisi keuangan yang tepat dan penggunaaninformasi keuangan perusahaan-perusahaan ter-publikasi oleh BEI, diharapkan investor maupunpihak-pihak lain yang berkepentingan dalamanalisis keuangan agar dapat mengambil kepu-tusan dengan lebih baik.

Penelitian ini dilakukan di perusahaan sek-tor industri barang konsumsi yang terdaftar diBursa Efek Indonesia yang merupakan salahsatu industri manufaktur yang mempunyai peranaktif dalam pasar modal. Industri barang kon-sumsi memiliki 5 sub sektor industri dengantotal jumlah perusahaan tercatat 34 di akhirtahun 2011 dan kini, bertambah menjadi 36 diakhir tahun 2016, namun tercatat hanya 1 per-usahaan saja yang melakukan dividend paymentdi setiap tahunnya. Padahal salah satu kriteriaperusahaan dapat dikatakan memiliki financialdistress, yakni saat perusahaan tersebut lebihdari satu tahun tidak melakukan pembagian(pembayaran) dividen.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atasdapat dirumuskan permasalahan penelitian seba-gai berikut.1. Model analisis prediksi kondisi keuangan (fi-

nancial distress) manakah yang paling akuratdalam memprediksi kondisi keuangan per-usahaan di sektor industri barang konsumsiIndonesia?

2. Berdasarkan model prediksi yang paling aku-rat tersebut, perusahaan pada apa sajakahpada sektor industri barang konsumsi Indo-nesia yang diprediksi tidak mengalami kondisifinancial distress?

3. Sebaliknya, perusahaan pada sektor industribarang konsumsi Indonesia apa sajakah yangdiprediksi memiliki prediksi kondisi keuanganperusahaan yang buruk?

3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui model prediksi mana yang pal-ing akurat dalam memprediksi financial dis-tress perusahaan sektor industri barang kon-sumsi Indonesia.

2. Mengetahui perusahaan sektor industri ba-rang konsumsi Indonesia yang diprediksi tidakmengalami kondisi financial distress.

3. Mengetahui perusahaan sektor industri ba-rang konsumsi Indonesia yang diprediksimengalami kondisi keuangan yang buruk ataumengalami financial distress.

B. TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANG-AN HIPOTESIS

1. Laporan Keuangan dan Teori Signaling

Laporan keuangan yang mencerminkankinerja baik merupakan signal atau tanda bahwa

Page 28: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

26

perusahaan telah beroperasi dengan baik. Signalbaik akan direspons dengan baik pula oleh pihakluar, karena respons pasar sangat tergantungpada signal fundamental yang dikeluarkan per-usahaan. Investor hanya akan menginvestasikanmodalnya jika menilai perusahaan mampu mem-berikan nilai tambah atas modal yang diinves-tasikan lebih besar dibandingkan jika menginves-tasikan di tempat lain. Untuk itu, perhatianinvestor diarahkan pada kemampulabaan perusa-haan yang tecermin dari laporan keuangan yangditerbitkan perusahaan.

Suad Husnan dan Enny (2002) laporankeuangan yang pokok ada dua sebagai berikut.(1) Neraca adalah suatu sumber informasi darilaporan keuangan yang digunakan untuk menun-jukkan kekayaan yang dimiliki perusahaan, yangberupa aktiva, kewajiban, dan ekuitas padaperiode tertentu, kekayaan disajikan pada sisiaktiva sedangkan kewajiban dan modal sendiridisajikan pada sisi pasiva. (2) Laporan laba rugimenunjukkan laba atau rugi suatu perusahaanpada periode waktu tertentu.

James dan Moira (2005:2) Laporan keuang-an adalah alat atau sarana utama dalam mencip-takan laporan informasi keuangan kepada pihakyang berkepentingan seperti pihak internal (ma-najemen dan para karyawan) dan pihak eksternal(bank, investor, pemerintah). Menurut Ryan danMiyosi (2013) tujuan laporan keuangan adalahsebagai berikut. (1) Memberikan berbagai macaminformasi pada periode tertentu (periode akun-tansi/satu tahun) misalnya seperti perubahanasset perusahaan. (2) Memberikan penilaian ten-tang kondisi perusahaan atau kinerja keuanganperusahaan. (3) Membantu dalam memberikanpertimbangan untuk pihak-pihak tertentu. Setiapperusahaan diharuskan adanya laporan keuangandi mana laporan keuangan ini dapat digunakanuntuk mengetahui kinerja dan kondisi keuanganperusahaan yang dapat digunakan untuk mem-

prediksi adanya potensi kebangkrutan di masayang akan datang.

Teori sinyal melandasi penelitian ini dandigunakan untuk menjelaskan bahwa laporankeuangan digunakan untuk memberi sinyal positif(good news) maupun sinyal negatif (bad news)kepada pemakainya. Sumeth Tuvaratragool(2013) melakukan penelitian tentang pengaturanperbandingan rasio keuangan dalam memberisinyal adanya financial distress dengan mengguna-kan teknik multi ukur (IMM) yang terdiri dariemerging market, skor model, analisis komparatifrasio, dan analisis tren rasio dan model logitsebagai benchmarking ukuran, hasil penelitianini menunjukkan bahwa informasi laporan ke-uangan dapat dijadikan media untuk mengetahuisinyal adanya kegagalan perusahaan atau kebang-krutan.

Setiap pihak yang memiliki hubungan de-ngan perusahaan sangat berkepentingan dengankinerja perusahaan. Pentingnya pengukuran ki-nerja perusahaan dapat dijelaskan dengan duateori yaitu teori keagenan (agency theory) danteori pensignalan (signaling theory).

Teori kedua yang menjelaskan pentingnyapengukuran kinerja adalah teori pensignalan (sig-naling theory). Teori signal membahas bagaimanaseharusnya signal-signal keberhasilan atau kega-galan manajemen (agen) disampaikan kepadapemilik (principal). Teori signal menjelaskanbahwa pemberian signal dilakukan oleh mana-jemen untuk mengurangi informasi asimetris.Menurut Sari dan Zuhrotun (2006), teori signal(signaling theory) menjelaskan mengapa perusa-haan mempunyai dorongan untuk memberikaninformasi laporan keuangan kepada pihak ekster-nal, agar perusahaan memiliki hubungan baikdan kredibel di mata investor. Hubungan antarapemilik dan manajemen sangat tergantung padapenilaian pemilik dalam hal ini investor, tentangkinerja manajemen. Untuk itu, pemilik menuntut

Page 29: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

27

pengembalian atas investasi yang dipercayakanuntuk dikelola oleh manajemen.

Hubungan baik akan terus berlanjut jikapemilik ataupun investor puas dengan kinerjamanajemen, dan penerima signal juga menafsir-kan signal perusahaan sebagai signal yang positif.Hal ini jelas bahwa pengukuran kinerja keuanganperusahaan merupakan hal yang krusial dalamhubungan antara manajemen dengan pemilikataupun investor. Laporan tentang kinerja per-usahaan yang baik akan meningkatkan nilaiperusahaan.

Umumnya laporan keuangan sangatlah pen-ting untuk setiap perusahaan baik perusahaanyang telah go public maupun tidak, karena dapatdigunakan untuk mengetahui kinerja dan kondisikeuangan perusahaan sehingga dapat mempre-diksi adanya potensi kebangkrutan di masa yangakan datang.

2. Kondisi Financial Distress

Financial distress merupakan kondisi di manaadanya ketidakmampuan perusahaan untuk me-menuhi kewajiban lancarnya yang telah jatuhtempo misalnya; utang usaha, utang pajak, utangbank jangka pendek. Brigham and Gapenski(1997) membagi definisi financial distress men-jadi beberapa tipe yaitu economic failure, busi-ness failure, technical insolvency, insolvency inbankruptcy, dan legal bankruptcy.

Dapat dikatakan bahwa sepanjang perusa-haan memiliki arus kas yang lebih besar dari kewa-jiban utangnya maka perusahaan akan memilikicukup dana untuk membayar krediturnya. Di sinifaktor yang menjadi kunci dalam mengidentifikasiapakah perusahaan berada dalam kondisi finan-cial distress adalah ketidakmampuan perusahaandalam memenuhi kewajibannya. Financial distressadalah kondisi di mana perusahaan mengalamilaba bersih operasi (net operation income) negatif

selama beberapa tahun dan selama lebih dari satutahun tidak melakukan pembayaran dividen,pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkanpembayaran dividen (Almilia dan Kristijadi, 2003).Selain definisi di atas, isu lain yang juga pentingadalah adanya kesalahan umum yang umumnyamenyamakan financial distress dengan kebang-krutan. Padahal, hal ini tidak benar, financial dis-tress hanyalah salah satu penyebab bangkrutnyasebuah perusahaan. Namun tidak berarti semuaperusahaan yang mengalami financial distress akanmenjadi bangkrut.

Model financial distress perlu dikembang-kan, karena diharapkan dapat melakukan tin-dakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisiyang mengarah pada kebangkrutan, seperti meng-ubah asset menjadi kas atau untuk memenuhikewajiban keuangan jangka pendek perusahaan,mengalkulasi dana perusahaan yang tertanamdalam aset berputar untuk menghasilkan reve-nue, menerbitkan saham untuk mendapatkanmodal, hingga meminjam modal dari kreditor.Sehingga keadaan terburuk seperti kebangkrutandapat dihindari perusahaan.

Metode prediksi kebangkrutan adalah mo-del yang digunakan untuk menilai kapan peru-sahaan akan bangkrut dengan menggabungkansekelompok rasio keuangan yang nantinya akanmemberikan gambaran mengenai kondisi keuang-an atau kinerja perusahaan. Salah satu faktoryang menopang perusahaan agar tetap beroperasiadalah faktor finansial atau kondisi keuanganperusahaan, sehingga banyak peneliti yang telahmengembangkan model prediksi kebangkrutan.

3. Model Prediksi Kesulitan Keuangan

a. Model Altman

Altman (1968) menggunakan model step-wise multivariate discriminant analysis (MDA)

Page 30: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

28

dalam penelitiannya. Seperti regresi logistik, tek-nik statistika ini juga biasa digunakan untukmembuat model di mana variabel dependennyamerupakan variabel kualitatif. Output dari teknikMDA adalah persamaan linear yang bisa membe-dakan antara dua keadaan variabel dependen.

Kelima rasio yang digunakan altman dima-sukkan ke dalam analisis MDA dan menghasilkanmodel sebagai berikut.

Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5

Di mana:X1 = working capital/total assetsX2 = retained earning/total assetsX3 = EBIT/total assetsX4 = Market value of equity/total liabilitiesX5 = Sales/total assets

Keterangan:Working Capital = Current Assets –

Current LiabilitiesMarket Value of Equity = Shares Outstanding x

Current Share Price

Altman menggunakan nilai cut-off 2,675dan 1,81. Artinya jika nilai Z yang diperolehlebih dari 2,675, perusahaan diprediksi tidakmengalami financial distress di masa depan. Per-usahaan yang nilai Z-nya berada di antara 1,81dan 2,675 berarti perusahaan itu berada dalamgrey area, yaitu perusahaan mengalami masalahdalam keuangannya.

b. Model G-Score Grover

Model grover merupakan model yang dicip-takan dengan melakukan pendesainan dan peni-laian ulang terhadap model altman Z-score.Jeffrey S. Grover menggunakan sampel sesuaidengan model altman Z-score pada tahun 1968dengan menambahkan 13 rasio keuangan baru.Sampel yang digunakan sebanyak 70 perusahaandengan 35 perusahaan yang bangkrut dan 35

perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun1982 sampai 1996. Grover (2001) dalam Prihan-thini (2013) menghasilkan persamaan sebagaiberikut.

G-Score = 1,650X1 + 3,404X3 – 0,016ROA +0,057

Keterangan:X1 = Working capital/total assetsX3 = Earnings before interest and taxes/total

assetsROA = net income/total assets

Model Grover mengategorikan perusahaandalam keadaan bangkrut dengan skor kurangatau sama dengan -0,02 (G ≤ -0,02) sedangkannilai untuk perusahaan yang dikategorikan dalamkeadaan tidak bangkrut adalah lebih atau samadengan 0,01 (G 0,01). Perusahaan denganskor di antara batas atas dan batas bawahberada pada grey area.

c. Model Springate

Model ini dikembangkan pada tahun 1978oleh Gorgon L.V. Springate. Model springateadalah model rasio yang menggunakan multiplediscriminate analysis atau MDA untuk memilih4 rasio dari 19 rasio keuangan yang populerdalam literatur-literatur, yang mampu membeda-kan secara terbaik antara sound business yangpailit dan tidak pailit. Model springate adalahsebagai berikut.

S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0.66X3 + 0,4X4

Z < 0.862; perusahaan diklasifikasikan “gagal (fi-nancial failure)”

Di mana:X1 = Rasio modal kerja terhadap total aset.X2 = Rasio pendapatan sebelum bunga dan pajak

terhadap total aset.X3 = Rasio pendapatan sebelum pajak terhadap

total utang lancar.X4 = Rasio penjualan terhadap total aset.

Page 31: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

29

Jika nilai S-score > 0,862 maka perusahaandiprediksi sebagai perusahaan yang berpotensisehat (tidak berpotensi bangkrut). Sedangkanjika nilai S-score < 0,862 maka perusahaandiprediksi sebagai perusahaan yang berpotensimengalami kebangkrutan.

d. Zmijewski (1984)

Perluasan studi dalam prediksi kebangkrut-an dilakukan oleh Zmijewski (1983) yang me-nambah validitas rasio keuangan sebagai alatdeteksi kegagalan keuangan perusahaan. Modelyang berhasil dikembangkan yaitu:

X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7 X2 – 0,004X3

Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model zmi-jewski sebagai berikut.

X1 = (return on asset)X2 = (debt ratio)X3 = (current ratio)

Zmijewski (1984) menyatakan bahwa per-usahaan dianggap distress jika probabilitasnyalebih besar dari 0. Dengan kata lain, nilai X-nyaadalah 0.

Maka dari itu, nilai cut-off yang berlakudalam model ini adalah 0. Hal ini berarti, per-usahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atausama dengan 0 diprediksi akan mengalami fi-nancial distress di masa depan. Sebaliknya,perusahaan yang nilai X-nya kecil dari 0 dipre-diksi tidak akan mengalami financial distress.

4. Pengembangan Hipotesis

a. Hipotesis Model Altman

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehRahmi Fadhilla (2010) yang menyatakan bahwa

model altman dapat diimplementasikan dalammemprediksi terjadinya kesulitan keuangan padaperusahaan dan juga merupakan model prediksiterbaik.H1 : Model altman dapat memprediksi kondisi

financial distress perusahaan sektor industribarang konsumsi di Indonesia

b. Hipotesis Model Grover

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehNi Made E.D.P. dan Maria M.R.S. (2013) yangmenyatakan bahwa model grover merupakanmodel prediksi yang paling sesuai diterapkanpada perusahaan food and beverage yang terdaf-tar di Bursa Efek Indonesia (BEI).H2 : Model springate dapat memprediksi kondisi

financial distress perusahaan sektor industribarang konsumsi di Indonesia

c. Hipotesis Model Springate

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehMuhammad Rifqi (2009) yang menyatakan bah-wa model asli yang paling baik adalah modelspringate dibandingkan model altman, ohlson,dan zmijewski.H3 : Model springate dapat memprediksi kondisi

financial distress perusahaan sektor industribarang konsumsi di Indonesia

d. Hipotesis Model Zmijewski

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehRismawaty (2012) yang menyatakan modelzmijewski adalah model yang paling sesuai dite-rapkan untuk perusahaan di Indonesia karenatingkat keakuratannya paling tinggi dibandingkanmodel prediksi lainnya.H4 : Model zmijewski dapat memprediksi kon-

disi financial distress perusahaan sektor in-dustri barang konsumsi di Indonesia

Page 32: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

30

e. Hipotesis Perbandingan Semua Model Pre-diksi Financial Distress

Pengujian kandungan informasi untuk me-ngetahui apakah ada perbedaan secara statistikantar-model dan menemukan model prediksiterbaik dalam memprediksi tingkat kesulitankeuangan perusahaan.H5 : Terdapat satu model dengan tingkat akurasi

tertinggi dalam memprediksi kondisi finan-cial distress perusahaan sektor industri ba-rang konsumsi di Indonesia.

C. METODE PENELITIAN

1. Pemilihan Objek Penelitian

Financial distress adalah kondisi perusahaanmengalami laba bersih operasi (net operation in-come) negatif selama beberapa tahun dan selamalebih dari satu tahun tidak melakukan pembayar-an dividen, pemberhentian tenaga kerja ataumenghilangkan pembayaran dividen (Almilia danKristijadi, 2003). Financial distress hanyalah salahsatu penyebab bangkrutnya perusahaan. Namuntidak berarti semua perusahaan yang mengalamifinancial distress akan menjadi bangkrut.

Pemilihan objek penelitian didasarkan padaindustri penghasil barang-barang konsumsi ter-catat dari tahun 2012–2015. Industri ini sebenar-nya merupakan sektor industri dengan tingkataverage EPS tertinggi selama tahun 2011–2016,namun tercatat hanya 1 perusahaan di sektorini yang melakukan pembayaran dividen.

2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusa-haan tercatat dalam industri penghasil barang-barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Modelpengambilan sampel yang diterapkan dalam pene-litian ini adalah model purposive sampling, yaitumodel pemilihan sampel secara tidak acak yanginformasinya diperoleh dengan menggunakanpertimbangan tertentu dengan tujuan atau masa-lah penelitian (Indriantoro 2002:131). Perusa-haan yang akan menjadi sampel penelitian iniadalah perusahaan yang memiliki indikasi finan-cial distress yakni selama dua tahun mengalamilaba bersih operasi (net operating income) negatifdan lebih dari satu tahun tidak melakukan pem-bayaran dividen.

No. INDUSTRI EPS Industri

AVERAGE 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Agriculture 191 197 83 151 -9 102 119,17 2 Mining 395 263 110 97 48 43 159,33 3 Basic Industry & Chemicals 245 219 91 130 52 116 142,17 4 Miscellaneous Industry 863 -279 47 118 24 18 131,83 5 Consumer Goods Industry 5705 5584 5666 5823 5295 6647 5786,67

6 Property, Real Estate & Building Construction

56 74 111 117 111 109 96,33

7 Infrastructure, Utilities & Transportations

87 145 23 70 44 64 72,17

8 Finance 111 175 132 114 99 101 122,00 9 Trade, Service, & Investment 96 167 132 172 144 73 130,67

Tabel 3.1Data EPS dan Average EPS Industri yang Tercatat pada BEI Periode Tahun 2011–2016

Sumber: IDX Fact Book 2011–2016

Page 33: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

31

Dari pertimbangan tersebut terpilih 29 per-usahaan dari 34 perusahaan terdaftar dalamindustri barang-barang konsumsi di BEI yangmemiliki laporan keuangan publik hingga tahun2015. Periode 2012–2015 yang akan dijadikansampel dalam penelitian ini.

3. Jenis Data, Sumber Data, dan TeknikPengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitianini adalah data sekunder yakni data penelitianyang diperoleh peneliti secara tidak langsungmelalui media perantara (diperoleh dan dicatatoleh pihak lain). Data tersebut berupa laporankeuangan dari masing-masing perusahaan publikantara tahun 2011 sampai 2016. Di mana sumberdata tersebut diperoleh dari Pusat InformasiPasar Modal (PIPM), buku ICMD dan jugadengan mengakses internet www.jsx.co.id atauwww.idx.co.id.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini melaluitahapan sebagai berikut.1. Menghitung indeks financial distress dari

setiap model prediksi yang digunakan.2. Mengelompokkan hasil indeks financial dis-

tress tersebut berdasarkan hasil kriteria kon-disi keuangan perusahaan. Dalam penelitianini, perusahaan yang masuk ke dalam greyarea akan dikategorikan ke dalam perusahaanyang tidak mengalami kondisi financial dis-tress, karena menurut penelitian Suwitno(2013), 93% perusahaan yang masuk dalamkategori grey area tidak mengalami kebang-krutan pada tahun-tahun operasional berikut-nya.

3. Memvalidasi sampel dengan cara mencocok-kan hasil perhitungan indeks financial dis-tress tersebut dengan kejadian kondisi keuang-an sebenarnya, yang mengacu pada 2 kondisiyakni keadaan net income negative dan tidakadanya dividend payment.

4. Selanjutnya dari hasil validasi sampel tersebut,akan dihitung persentase keakuratan modelprediksi.

5. Melakukan uji normalitas6. Melakukan uji asumsi klasik7. Melakukan uji hipotesis

5. Definisi Operasional dan Pengukuran Varia-bel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabelpenelitian sebagai berikut.1. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalahfinancial distress di mana disajikan dalambentuk variabel dummy dengan ukuran bino-mial yaitu, 1 untuk perusahaan yang menga-lami kesulitan keuangan dan 0 untuk perusa-haan yang tidak mengalami kesulitan keuang-an. Sedangkan variabel independen dalampenelitian ini adalah model altman, groverscore, springate, dan zmijewski.

2. Variabel independenVariabel independen dalam penelitian ini ada-lah working capital, current assets, currentliabilities, total assets, retained earning, EBIT,market value of equity, total liabilities, sales,net income, dan ROA.

6. Definisi Operasional dan Pengukuran Varia-bel

Keseluruhan data yang terkumpul selanjut-nya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban

Page 34: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

32

dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini.Dalam menganalisis data, peneliti menggunakanprogram SPSS 23.0 for windows untuk memper-kuat hasil perhitungan.

a. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas merupakan prasyarat dalamuji awal penganalisisan data. Uji ini dimaksudkanuntuk memperlihatkan bahwa sampel data yangdiambil dari populasi merupakan data yangberdistribusi normal atau tidak. Ada beberapateknik yang dapat digunakan untuk mengujinormalitas, antara lain uji kormogorov-smirnovdan uji chi-kuadrat. Karena jumlah sampel hasilfinancial distress lebih dari 100, hasil merupakandata rasio, data merupakan data tunggal yangbelum dikelompokkan, maka pada penelitianini, uji normalitas yang digunakan adalah ujikormogorov-smirnov. Jika P value (sig) > 0.05menandakan data tersebut berdistribusi normal,sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 akanmenandakan data tersebut tidak berdistribusinormal.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan untuk menemukan apakahmodel regresi yang digunakan memiliki korelasiantar-variabel bebasnya. Karena, model regresiyang baik adalah model regresi yang tidak memi-liki korelasi antara variable bebas. Untuk melihatada atau tidaknya multikolinearitas dalam modelregresi dilihat dari nilai tolerance dan lawannyavariance inflation factor (VIF).

Batasan yang umum dipakai untuk menun-jukkan adanya multikolinearitas adalah nilaitolerance < 0,10 atau VIF < 10 (Ghozali,2005). Jika nilai tolerance > 0,10 menandakan

tidak terjadi keadaan multikolinearitas terhadapdata yang diuji. Sebaliknya, bila nilai tolerance< 0,10 menandakan adanya multikolinearitas.

Selanjutnya, bila nilai VIF < 10,00 akandikatakan tidak terjadi multikolinearitas danbila nilai VIF > 10,00 menandakan terjadinyamultikolinearitas.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengujiapakah dalam model regresi yang diuji ini ter-dapat residual data pengganggu yang akan me-mengaruhi nilai data observasi yang berikutnya.Model regresi yang baik adalah model regresiyang bebas dari kejadian autokorelasi.

Uji autokorelasi yang digunakan adalah ujidurbin watson (DW test) dengan dasar pengam-bilan keputusan bila d lebih kecil dari dL ataulebih besar dari (4-dL) maka Ho ditolak yangartinya terjadi autokorelasi. Jika d terletak diantara dU dan (4-dL), maka Ho diterima yangartinya tidak ada autokorelasi. Sebaliknya, bilanilai d terletak di antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL) memberikan informasibahwa data regresi yang digunakan tersebutakan menghasilkan kesimpulan yang tidak pasti.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakahdalam model regresi yang diuji terjadi ketidak-samaan variance dari residual tiap data observasi.Ketidaksamaan variance dari residual ini dinama-kan sebagai keadaan heteroskedastisitas.

Model regresi akan dikatakan baik, bilamodel regresi tersebut memiliki keadaan yangheteroskedastis. Dasar analisis yang dapat digu-nakan untuk menentukan heteroskedastisitasadalah sebagai berikut.

Page 35: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

33

a. Jika nilai signifikansi > (0.05) maka tidakterjadi heteroskedastisitas.

b. Jika nilai signifikansi < (0.05) maka mengin-dikasikan terjadinya heteroskedastisitas.

c. Pengujian Hipotesis

1) Uji t

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakahvariabel bebas secara parsial berpengaruh secarasignifikan terhadap variabel terikatnya. Uji tdilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dengan nilai t tabel pada tingkat signifikan5% (0,05).

Jika nilai t hitung > t tabel maka variabelbebas berpengaruh terhadap variable terikatnya.Dan sebaliknya bila nilai t hitung < nilai t tabel,mengartikan tidak adanya pengaruh antara vari-able bebas terhadap variable terikatnya.1. Jika t hitung < t tabel atau p value > a

dikatakan tidak signifikan, dan hipotesispenelitian ditolak.

2. Jika t hitung > t tabel atau p value < adikatakan tidak signifikan, dan hipotesispenelitian diterima.

Dan apabila nilai signifikansi t hitung variabelbebas < 0,05 menandakan adanya pengaruhsecara signifikan terhadap variable terikat, begitupula sebaliknya bila nilai signifikansi t hitungvariable bebas > 0,05.

2) Uji F

Uji f digunakan untuk mengetahui pengaruhsimultan dari dua variabel independen atau lebihterhadap variabel independennya. Dasar pengam-bilan keputusan ini didasarkan pada nilai Fhitung terhadap nilai F tabel serta nilai signi-fikansinya.

Variabel bebas secara simultan memilikipengaruh terhadap variabel terikatnya apabilanilai F hitung > nilai F tabel dan akan dikatakantidak berpengaruh bila nilai F hitung < nilai Ftabel. Secara signifikansi, bila nilai signifikansi< 0,05 menandakan adanya pengaruh antaravariabel bebas dengan variabel terikat, sebaliknyabila nilai signifikansi > 0,05 yang menandakantidak ada pengaruh sama sekali antara variablebebas dengan variabel terikatnya.

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untukseberapa besar variasi variabel bebas terhadapnaik turunnya variasi nilai variabel terikat. Ujiini menjelaskan kemampuan model regresi ter-hadap variasi variabel terikatnya.

Nilai koefisien determinasi adalah antaranol sampai dengan satu. Nilai R2 menandakanseberapa besar persentase pengaruh variabelbebas terhadap variabel terikat. Apabila nilaiR2 semakin kecil, maka kemampuan variabelindependen dalam menjelaskan variasi variabeldependen rendah. Apabila nilai R2 mendekatisatu, maka variabel independen memberikanhampir semua informasi yang dibutuhkan untukmemprediksi variasi variabel dependen.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

1. Hasil Penelitian

Bab ini akan memaparkan hasil penelitianyang telah dilakukan dan dilanjutkan denganperhitungan statistik serta pengujian hipotesisuntuk menjawab identifikasi masalah yang telahdirumuskan.

Page 36: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

34

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Sumber: Hasil olah data sekunder dengan SPSS 23.0

Tabel 4.2 Perbandingan Tingkat Akurasi Model Prediksi Financial Distress

Dari hasil perbandingan tingkat akurasimodel prediksi kondisi finansial distress, dapatdisimpulkan bahwa model altman G-score memi-liki tingkat akurasi tertinggi dibandingkan denganmodel-model yang lain, yakni sebesar 65,52%.Sebenarnya model altman Z-scores ini memilikitingkat tertinggi dalam memprediksi keadaanfinancial distress bila dilihat dari kemampuanperusahaan untuk membagikan devidennya de-ngan nilai akurasi sebesar 92.24%. Altman Z-score dapat digunakan oleh para manajer keu-angan untuk melakukan “maintain” atas valueof the firm-nya yang bermula dari kemampuanperusahaan untuk memperoleh laba dan melihatrisiko finansial dari perusahaan. Dari sisi inves-tor, Altman Z-score akan menguntungkan bagiinvestor dari segi kemampuan perusahaan secarakonstan untuk membagi dan membayar deviden,selanjutnya menjadi kebijakan investor untuk

memilih saham suatu perusahaan yang mampumemberikan kontinuitas return yang optimal.Sedangkan untuk menghindari kesalahan dalampenilaian risiko dan return atas perusahaan,sebaiknya menghindari penggunaan metodegrover G-score karena memiliki tingkat akurasiyang paling rendah, hanya sebesar 9.48%. Na-mun G-score memiliki tingkat akurasi yang tinggiuntuk memprediksi tingkat net income, hal inidikarenakan net income merupakan variabelindependen pembentuk dari G-score.

a. Uji Normalitas Kormogorov–Smirnov

Pengujian ini untuk mengetahui apakahdistribusi sebuah data mengikuti atau mendekatidistribusi normal. Data yang baik adalah datayang mempunyai pola seperti distribusi normal,yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke

Method N Min Max Mean Std.

Deviation Altman Z-Scores 116 -0.220 4.78 1.553 1.03007 Grover G-Scores 116 -0.270 3.55 1.338 0.87477 Springate S-Scores 116 -0.039 5.49 1.954 1.22683 Zmijewski X-Scores 116 -4.825 3.39 -2.169 1.47167 Financial Distress 116 0 1 0.888 0.31682

Model Prediksi N

Tingkat Akurasi Riil Berdasarkan

Rata-Rata

Akurasi Peringkat

Net Income Negatif

Dividend Payment

Altman Z-Scores 116 38,79% 92,24% 65.52% 1 Grover G-Scores 116 93,97% 9,48% 51.72% 4 Springate S-Scores 116 89,99% 40,52% 65.09% 2 Zmijewski X-Scores 116 92,24% 18,97% 55.60% 3

Sumber: Hasil olah data sekunder

Page 37: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

35

kiri atau ke kanan. Adapun hasil uji ini dapatterlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data

c. Uji Autokorelasi

Hasil Z-Scores G-Scores S-Scores X-Scores

Kolmogorov-Smirnov

0.058 0.212 0.097 0.245

Sig (2-tailed) 0.002 0.001 0.009 0.001

Collinearity Status

Z-Scores G-Scores S-Scores X-Scores

Tolerance 0.9502 0.68 0.7433 0.8526

VIF 1.0592 1.5917 1.3483 1.1836

Sumber: Hasil Olah Data Sekunder dengan SPSS 23.0

Suatu data dikatakan berdistribusi normalbila Pvalue (sig.) > 0.05, dari hasil data di atasdapat disimpulkan bila data sampel yang diujimerupakan data yang berdistribusi normal dandapat dilakukan pengujian yang berikutnya.

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini berguna untuk memastikan apakahdi dalam sebuah model regresi ada interkorelasiatau kolinearitas antar-variabel bebas. Adapunhasil uji ini dapat terlihat pada tabel berikut ini,

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolineraritas Data

Sumber: Hasil Olah Data Sekunder dengan SPSS 23.0

Dari keseluruhan data dapat diketahuibahwa pada data tidak ada nilai tolerance yanglebih kecil dari 0,1 dan tidak ada data yangmemiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapatdikatakan hasil uji multikolinearitas menunjuk-kan bahwa tidak terjadi korelasi di antara varia-bel independen di mana semua model memenuhiasumsi multikolinearitas dengan batasan nilaitolerance < 0.10 dan VIF < 10.

Hasil Z-Scores G-Scores S-Scores X-Scores

Durbin Watson Test

1.989 1.953 1.933 1.967

Standard Error

0.005 0.005 0.005 0.005

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi DataSumber: Hasil Olah Data Sekunder dengan SPSS 23.0

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apa-kah ada masalah auto korelasi. Pengujian dilaku-kan melalui uji Durbin Watson. Dengan melihattabel, batasan nilai DWtest dU<d<(4-dL) ber-ada, pada 1.462 sampai 2.22. Untuk itu, dipu-tuskan bahwa model ini telah terbebas darikemungkinan adanya autokorelasi

d. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data

Sumber: Hasil Olah Data Sekunder dengan SPSS 23.0

Pada tabel di atas dapat dilihat uji Glejseruntuk pengujian Heteroskedastisitas menunjuk-kan bahwa nilai signifikansi untuk semua modelyang digunakan dalam memprediksi financialdistress memiliki nilai sig di atas nilai alpha(5%). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwamodel regresi dalam penelitian ini bebas dariheteroskedastisitas.

Model Unstandardized Stdize

t Sig. Beta

Std. Error Beta

Altman Z-Scores

-2.229E-6 0.0001 -0.041 -0.424 0.672

Grover G-Scores

-5.627E-6 0.0000 -0.109 -1.176 0.242

Springate S-Scores

0.010 0.0110 0.085 0.916 0.362

Zmijewski X-Scores

-5.25E-5 0.0001 -0.175 -1.899 0.600

Page 38: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

36

2. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akandigunakan uji t, pengujian tambahan dilakukanuntuk melihat kelayakan model dengan meng-amati hasil uji F dan uji koefisien determinasi(R2) selanjutnya uji binomial sebagai uji tam-bahan yang akan digunakan sebagai alat perban-dingan di antara model kesulitan keuangan yangdigunakan. Berikut adalah penjelasan hasil ujianalisis data tersebut.

1. Hipotesis Pertama: model altman dapat mem-prediksi kondisi financial distress perusahaansektor industri barang konsumsi di Indonesia

Tabel 4.7 Uji T Model Altman Z-Score

Dari hasil pengujian financial distress denganmetode altman di atas dapat diketahui bahwanilai signifikan t sebesar 1,8E-33 yang meng-artikan bahwa nilai (sig.) lebih kecil dari nilaiprobabilitas 0.05. Maka hasil uji t untuk modelaltman disimpulkan berpengaruh positif dalammemprediksi kondisi financial distress perusa-haan. Nilai signifikansi F sebesar 295,994 denganlevel of signifikan lebih kecil dari nilai probabi-litasnya sebesar 0,05 menandakan tingginyapengaruh penilaian altman Z-score dalam mem-prediksi keadaan kesahan keuangan suatu per-usahaan, baik itu financial distress maupun goodfinancial.

Selanjutnya bila dilihat dari nilai koefisiendeterminasi (R-square) di atas, dapat dilihat bah-wa nilai pengaruh modelling multiple discrimi-nate analysis altman Z-score cukup tinggi 0.720atau 72%. Nilai ini menunjukkan persentasekemampuan model altman dalam memberikansignaling kondisi keuangan suatu perusahaan.

Hal ini sejajar dengan nilai signifikansi ujit dan uji f yang berpengaruh positif. Berdasarkananalisis hasil tabel di atas dapat disimpulkanbahwa H1 bisa diterima. Hasil penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukan olehMihail Diakomihalis Accounting Department,Technological Educational Institute of EpirusPsathaki, 48100 Preveza, Greece (2012) dalamjudul penelitiannya The Accuracy of Altman’sModels in Predicting Hotel Bankruptcy yangmenyatakan bahwa model altman dapat diimple-

Standardized Coefficients

BStd. Error Beta

(Constant) 2,852 ,091 31,372 6,6E-58FINANCIAL DISTRESS -1,884 ,109 -,850 -17,204 1,8E-33

Coefficientsa

a. Dependent Variable: ALTMAN Z-SCORE

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.1

Tabel 4.8 Uji F Model Altman Z-Score

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Regression 88,092 1 88,092 295,994 ,000b

Residual 33,928 114 ,298Total 122,021 115

ANOVAa

Model1

a. Dependent Variable: ALTMAN Z-SCORE

b. Predictors: (Constant), FINANCIAL DISTRESS

Tabel 4.9 Uji Determinasi (R2) Model Altman Z-Score

R Square Change

F Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,850a ,722 ,720 ,54554 ,722 295,994 1 114 ,000

b. Dependent Variable: ALTMAN Z-SCORE

Model Summaryb

Model RR

Square

Adjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

Change Statistics

a. Predictors: (Constant), FINANCIAL DISTRESS

Page 39: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

37

mentasikan dalam memprediksi terjadinya kesu-litan keuangan pada perusahaan dan juga me-rupakan model prediksi terbaik. Di dalam modelAltman digunakan beberapa rasio yang telahdiuji mampu memprediksi kondisi kesulitankeuangan suatu perusahaan. Di antaranya adalahrasio working capital/total assets yang digunakanuntuk mengukur likuiditas dari total aktiva danposisi modal kerja (neto). Atau merupakan rasiokeuangan yang bisa digunakan untuk mengukur

likuiditas suatu perusahaan. Di mana rasio li-kuiditas adalah rasio yang memperlihatkan hu-bungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnyaterhadap kewajiban lancar. Dan rasio-rasio lainyang digunakan dalam model ini juga memilikikemampuan untuk menguji tingkat stabilitasperusahaan.

2. Hipotesis Kedua: model grover dapat mem-prediksi kondisi financial distress perusahaansektor industri barang konsumsi di Indonesia

Standardized Coefficients

BStd. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound Tolerance VIF

(Constant) 1,365 ,080 17,073 ,000 1,207 1,523

KONDISI FINANCIAL -1,582 ,609 -,236 -2,598 ,011 -2,788 -,376 1,000 1,000

a. Dependent Variable: GROVER G-SCORE

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

95,0% Confidence Interval for B Collinearity Statistics

1

Tabel 4.10 Uji T Model Grover G-Score

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 4,920 1 4,920 6,751 ,011b

Residual 83,081 114 ,729Total 88,001 115

b. Predictors: (Constant), KONDISI FINANCIAL

ANOVAa

Model1

a. Dependent Variable: GROVER G-SCORE

Tabel 4.11 Uji F Model Grover G-Score

Tabel 4.12 Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Grover G-Score

RR

Square

Adjusted R

SquareStd. Error of the

Estimate1 ,236a ,056 ,048 ,85368

Model Summaryb

Model

a. Predictors: (Constant), KONDISI FINANCIAL

b. Dependent Variable: GROVER G-SCORE

Page 40: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

38

Dari hasil pengujian pada tabel di atasdapat diketahui bahwa metode memprediksikankondisi kesehatan keuangan suatu perusahaanmelalui G-scores Grover ini tidak dapat dilaku-kan. Ditunjukkan dengan nilai signifikan t sebe-sar 2.598 lebih besar dari nilai probabilitas 0.05dan memiliki hubungan yang terbalik dengankondisi financial distress riil yang terjadi, sekali-pun pada uji F yang memperlihatkan tingkatsignifikansi < 0.05, namun metode ini sangat

lemah dalam memberikan signaling financialdistress suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkandengan hasil uji koefisien determinasi (R2) modelG-score hanya sebesar 0.056 atau sama dengan5.6% sehingga hasil uji hipotesis H2 ditolak.

3. Hipotesis Ketiga: model springate dapatmemprediksi kondisi financial distress per-usahaan sektor industri barang konsumsi diIndonesia

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta(Constant) 2,280 ,104 21,917 1,09892E-42FINANCIAL DISTRESS -1,802 ,245 -,568 -7,370 2,91595E-11

Coefficientsa

a. Dependent Variable: SPRINGATE SCORE

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.1

Tabel 4.13 Uji T Model Springate S-Score

Tabel 4.14 Uji F Model Springate S -Score

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 55,857 1 55,857 54,318 ,000b

Residual 117,231 114 1,028Total 173,089 115

ANOVAa

Model1

a. Dependent Variable: SPRINGATE SCORE

b. Predictors: (Constant), FINANCIAL DISTRESS

Tabel 4.15 Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Springate S -Score

R R SquareAdjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,568a ,323 ,317 1,014074024

Model Summaryb

Model

a. Predictors: (Constant), FINANCIAL DISTRESS

b. Dependent Variable: SPRINGATE SCORE

Page 41: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

39

Berdasarkan analisis hasil tabel di atas dapatdisimpulkan bahwa H3 bisa diterima, dilihatdari nilai signifikansi uji T < 0.05, nilai uji Fdengan signifikansi kesalahan < 0.05 dan hasiluji determinasi yang mengisyaratkan bahwakemampuan springate dalam financial distresshanya sebesar 32.3%. Sekalipun nilai uji T danF yang berada pada nilai signifikansi yang lebihkecil dari 0,05 yang bias mengartikan diterima-nya H3, tapi dengan kemampuan signaling model

springate yang lebih kecil dari 50% ini meng-artikan bahwa S-score tidak mampu memberikankontribusi bagi manajer keuangan sebagai alatanalisis dalam memberikan signaling.

4. Hipotesis Keempat: model zmijewski dapatmemprediksi kondisi financial distress per-usahaan sektor industri barang konsumsi diIndonesia

Tabel 4.16 Uji T Model Zmijewski X-Score

Tabel 4.17 Uji F Model Zmijewski X -Score

Tabel 4.18 Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Zmijewski X –Score

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta(Constant) -2,451 ,101 -24,314 6,3E-47

FINANCIAL DISTRESS 4,080 ,384 ,705 10,629 9,4E-19

1

a. Dependent Variable: ZMIJEWSKI X-SCORE

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

Coefficientsa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 123,970 1 123,970 112,969 ,000b

Residual 125,102 114 1,097Total 249,071 115

b. Predictors: (Constant), FINANCIAL DISTRESS

ANOVAa

Model1

a. Dependent Variable: ZMIJEWSKI X-SCORE

R R SquareAdjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,705a ,498 ,493 1,04755996

Model Summaryb

Model

a. Predictors: (Constant), FINANCIAL DISTRESS

b. Dependent Variable: ZMIJEWSKI X-SCORE

Page 42: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

40

Dari hasil pengujian pada tabel di atasdapat diketahui bahwa nilai signifikan t sebesar9.4E-19, menandakan bahwa nilai Uji T lebihkecil dari nilai probabilitas 0.05 maka hasil ujit untuk model zmijewski disimpulkan berpe-ngaruh positif dalam memprediksi kondisi fi-nancial distress perusahaan. Selanjutnya untukUji F dengan nilai 112.969 dan tingkat signifi-kansi < 0.05 yang berarti hasil signifikansi inilebih kecil dari nilai probabilitasnya sebesar0.05, memberikan arti bahwa hasil perhitunganmodel zmijewski dapat digunakan untuk mem-prediksi ataupun memberikan signaling kondisifinancial distress perusahaan. Kemampuan modelzmijewski adalah sebesar 49,8% dalam memberi-kan sinyal financial distress suatu perusahaan.

Hasil tersebut menyimpulkan bahwa H4bisa diterima. Dengan demikian, model zmijew-ski dapat memprediksi kondisi financial distressperusahaan. Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan oleh Rismawaty (2012)yang menyatakan model zmijewski adalah modelyang paling sesuai diterapkan untuk perusahaandi Indonesia karena tingkat keakuratannya pal-ing tinggi dibandingkan model prediksi lainnya.Dalam model zmijewski terdapat rasio-rasioyang telah teruji keakuratannya dalam mempre-diksi tingkat financial distress perusahaan. Rasiotersebut antara lain: return on asset, debt ratio,dan current ratio. Di mana return on assets ratioini digunakan untuk mengukur kemampuan ma-najemen dan efisiensi penggunaan aset perusa-haan dalam menghasilkan keuntungan. Rasioyang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen.Sebaliknya, rasio yang rendah maka semakinrendah ukuran efektivitas terhadap keseluruhanoperasional perusahaan. Debt ratio merupakanrasio yang mengukur tingkat persentase aktivaperusahaan yang dibiayai oleh utang. Leverageyang diukur dengan debt ratio dapat digunakan

untuk memprediksi potensi terjadinya financialdistress pada perusahaan. Semakin tinggi nilaidebt ratio perusahaan, maka probabilitas perusa-haan akan dalam kondisi financial distress se-makin besar pula current ratio.

5. Hipotesis Kelima: terdapat satu model de-ngan tingkat akurasi tertinggi dalam mem-prediksi kondisi financial distress perusahaansektor industri barang konsumsi di Indone-sia

Hasil olah data regresi perbandingan ma-sing-masing model yang digunakan dalam mem-prediksi kondisi financial distress perusahaandapat dilihat pada tabel regresi setiap modelyang telah dijelaskan di atas. Semua tabel ter-sebut menunjukkan nilai koefisien determinasidan nilai signifikansi F setiap model yang di-perbandingkan. Hasil menyatakan bahwa modelaltman Z-score memiliki nilai koefisien deter-minasi tertinggi sebesar 72.2% dan nilai signifi-kansi F sebesar 295.994 yang menyatakan bahwamodel altman Z-scores merupakan model yangmemiliki tingkat akurasi paling tinggi dibanding-kan model lain dalam memprediksi kondisi finan-cial distress perusahaan-perusahaan yang terma-suk dalam industri barang-barang konsumsi yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Selanjutnya, model zmijewski X-scores men-jadi model kedua dengan tingkat akurasi tertinggidalam memprediksi kondisi financial distressperusahaan dengan nilai koefisien determinasisebesar 49,8% dan nilai signifikansi F sebesar112,969.

Perbedaan antara hasil analisis model alt-man, model grover, model springate, dan modelzmijewski dalam memberikan signaling kondisifinancial distress perusahaan-perusahaan dalamindustri barang-barang konsumsi di BEI pada

Page 43: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

41

periode 2012–2015, disebabkan karena adanyaperbedaan dalam menggunakan perhitungan yangdigunakan pada model-model tersebut altman.Berdasarkan penjelasan di atas, berikut adalahmodel prediksi financial distress yang telahdiurutkan berdasarkan persentase nilai terbaikatau nilai tertinggi.

Tabel 4.19 Peringkat Uji Determinasi ModelFinancial Distress

1) Model altman dapat digunakan untuk mem-prediksi kesulitan keuangan perusahaan.

2) Model grover tidak dapat digunakan untukmemprediksi kesulitan keuangan perusahaan.

3) Model springate dapat digunakan untuk mem-prediksi kesulitan keuangan perusahaan.

4) Model zmijewski dapat digunakan untukmemprediksi kesulitan keuangan perusahaan.

5) Perbandingan model analisis yang paling efek-tif dan akurat dalam memberikan signal kon-disi financial distress perusahaan-perusahaandalam industri barang-barang konsumsi yangpaling efektif dan akurat dalam memprediksidan memberikan signal info kondisi finansialadalah model altman Z-scores. Tingkat kese-suaian prediksi yang dihasilkan model altmanZ-scores berdasarkan pada hasil uji hipotesisdi mana nilai koefisien determinasi dan nilaisignifikansi F model altman Z-scores merupa-kan nilai tertinggi dibandingkan model lainyang digunakan untuk memberikan signalingterjadinya financial distress.

2. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini umumnyabersifat non-teknis, salah satunya proses inputdata dan perhitungan yang cukup banyak mening-katkan peluang terjadinya human error. Upayauntuk meminimalkan kesalahan ini dilakukanmelalui pembandingan antara data yang telahdi-input dengan data yang ada pada ICMD.Keterbatasan lainnya merupakan keterbatasanwaktu yang digunakan dalam proses penulisanpenelitian ini.

3. Saran

1) Penelitian ini hanya sebatas membandingkanakurasi antar-model prediksi, bukan mencip-takan model prediksi yang baru.

Peringkat Model Prediksi Financial Distress

Nilai R2

1 Altman Z-Scores 0.722

2 Zmijewski X-Scores 0.498

3 Springate S-Scores 0.323

4 Grover G-Scores 0.056

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 23.0

Satu hal yang perlu diingat dari hasil pene-litian ini, bahwa seluruh model financial distressini sebenarnya merupakan signaling factor untukkondisi keuangan perusahaan, bukan hanya un-tuk melihat financial distress saja tapi juga akanmemberikan kontribusi positif dalam penilaiankebijakan seorang manajer keuangan dalammemprediksikan operational distress atau likuida-si. Selain itu, setiap model yang diciptakan tidakpernah sempurna. Maka dari itu, hasil prediksiini tidak boleh dianggap sebagai hasil absolut.Hasil prediksi hanya sebatas indikator supayainvestor atau kreditor lebih berhati-hati atasperusahaan yang diprediksi mengalami financialdistress dan mencari informasi tambahan menge-nai perusahaan bersangkutan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari ana-lisis data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagaiberikut.

Page 44: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

42

2) Jumlah sampel dan periode terbatas hanyadari tahun 2012–2015.

3) Agar lebih valid lagi, sebaiknya pada peneli-tian selanjutnya, jumlah sampel dan periodesebaiknya ditambah lagi.

4) Penelitian selanjutnya dapat menggunakanmodel-model prediksi lain yang ada.

F. DAFTAR RUJUKAN

Adnan, H. dan Arisudhana, D. 2010. AnalisisKebangkrutan Model Altman Z-Score DanSpringate Pada Perusahaan Industri Pro-perty. Jurnal. Jakarta: Universitas BudiLuhur.

Adriana. 2011. Analisis Prediksi KebangkrutanMenggunakan Metode Springate padaPerusahaan Foods and Beverages yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode2006–2010. Jurnal. Universitas Riau.

Adriani. 2009. Analisis Perbandingan EfektivitasModel Prediksi Keberlangsungan UsahaAntara Model Analisa Altman, Springatedan Zmijewski. Jurnal.

Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi. 2003.“Analisis Rasio Keuangan untuk Mempre-diksi Kondisi Financial Distress PerusahaanFood and Beverages yang terdaftar di BEJ.”Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia,Vol. 7, No. 2, Desember.

Budiharto, Stefanus Benny. 2013. PerbandinganKetepatan Model-Model Prediksi Kebang-krutan untuk Memprediksi PenerbitanOpini Audit Going Concern (Studi padaPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar diBEI). Skripsi. Yogyakarta: Universitas AtmaJaya Yogyakarta.

Bayu, Stevanus Aditya. 2014. Perbandingan Mo-del Prediksi Kebangkrutan PerusahaanPublik (Model Altman, Springate, dan

Ohlson). Tesis. Yogyakarta: UniversitasAtma Jaya Yogyakarta.

Christianti, Ari. 2013. Akurasi Prediksi Finan-cial Distress: Perbandingan Model Altmandan Model Ohlson. Jurnal. Bali: Universi-tas Udayana.

Fadhila, Rahmi. 2010. Analisis Kondisi Finan-cial Distress dan Pengaruhnya TerhadapHarga Saham pada Perusahaan SektorAneka Industri di BEI. Skripsi. Padang:Universitas Andalas.

Fatmawati, mila (2012). Penggunaan the Zmi-jewski Model, The Altman Model, danThe Springate Model sebagai PrediktorDelisting. Jurnal Keuangan dan Perbankan,Vol. 16, No. 1, Januari 2012, hlm. 56–65.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multi-variate dengan Program SPSS, Edisi Empat.Semarang: Badan Penerbit Universitas Di-ponegoro.

Hadi, Syamsul dan Anggraeni, A. 2008. Pemi-lihan Prediktor Delisting Terbaik (Perban-dingan antara The Zmijewski Model, TheAltman Model, dan The Springate Model).Jurnal. Universitas Islam Indonesia.

Indriantoro, Nur. dan B. Supomo. 2002. Meto-dologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Mihail Diakomihalis Accounting Department,Technological Educational Institute of Epi-rus Psathaki, 48100 Preveza, Greece. 2012.The Accuracy of Altman’s Models in Pre-dicting Hotel Bankruptcy.

Peter dan Yoseph. 2011. Analisis Kebangkrutandengan Metode Z-Score Altman, Springatedan Zmijewski pada PT Indofood SuksesMakkur Tbk Periode 2005–2009. JurnalIlmiah Akuntansi, Nomor 04 Tahun ke-2Januari–April 2011.

Rifqi, Muhammad. 2009. Analisis PerbandinganModel Prediksi Financial Distress Altman,

Page 45: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewskisebagai Signaling Financial Distress

43

Ohlson, Zmijewski dan Springate dalamPenerapannya di Indonesia. Skripsi. Jakar-ta: Universitas Indonesia.

Rismawaty. 2012. Analisis Perbandingan ModelPrediksi Financial Distress Altman, Spring-ate, Ohlson, dan Zmijewski (Studi EmpirisPada Perusahaan Food and Beverages yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi.Makassar: Universitas Hasanuddin.

Safitra B., Kertahadi dan Handayani. 2012. Ana-lisis Metode Altman (Z-Score) sebagai

Alat Evaluasi Guna Memprediksi Kebang-krutan Perusahaan (Studi Pada IndustriRokok yang Terdaftar di Bei Periode 2007–2011). Jurnal. Malang: Fakultas IlmuAdministrasi Universitas Brawijaya.

Suwitno, Lanny. 2013. Perbandingan KetepatanBankruptcy Prediction Models untukMemprediksi Financial Distress dan Ke-pailitan pada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Page 46: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

44

Page 47: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rizki Amalia Putri, Analisis Manajemen Kinerja Guru (Studi Kasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi di Sidoarjo)

4545

ANALISIS MANAJEMEN KINERJA GURU(Studi Kasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi di Sidoarjo)

Rizki Amalia Putri*Fakultas Ekonomi Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo

e-mail: [email protected]

Abstract: Analysis of Performance Management Teacher Madrasah Aliyah Al Ayyubi In SidoarjoMadrasah Aliyah Al Ayyubi is a private institution located in Sidoarjo East Java. Since 2011 untilnow, the problem arises that there are indications of not achieving satisfactory performance.This research uses a qualitative approach, which is trying to get as complete information as possibleabout the performance management of teachers at Madrasah Aliyah Al Ayyubi. Qualitative tech-niques are used as an approach in this study, because this technique is to understand rational realityas subjective reality especially madrasah citizens to formulate more concrete about teacher perfor-mance management.

The result is that the existing performance management system in Madrasah Aliyah Al Ayyubi issaid to be running almost 60%, in the planning phase Madrasah Aliyah Al Ayyubi has a workprogram that has been aligned as needed with vision, mission, target and madrasah strategy. How-ever, in its implementation, out of 2 training models defined in the work program, monthly trainingthat includes computer courses and case studies, many of the less participating senior teachers aredifferent from junior teachers who welcome the effort.

Another disadvantage of the performance management system in Madrasah Aliyah Al Ayyubi lies inperformance evaluation, there is no formal and formal assessment format by Madrasah Aliyah AlAyyubi and still uses the method of personal discussions and hearings, although previously helddaily observations, Weekly and monthly performance of teachers in terms of discipline and teachercompetence.

Keywords: performance management, teacher, performance

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan proses berkesi-nambungan yang mencakup seluruh aspek kehi-dupan masyarakat, termasuk aspek sosial, eko-nomi, politik dan kultural dengan tujuan utamameningkatkan kesejahteraan warga bangsa seca-ra keseluruhan. Dalam proses pembangunantersebut peranan pendidikan amatlah strategis.Berdasarkan peran strategis pendidikan dalampembangunan itu, tidak mengherankan apabilakemudian pemerintah dan masyarakat memberiperhatian yang cukup besar terhadap masalahpendidikan. Perhatian besar pemerintah danmasyarakat itu salah satunya tampak dalam upa-ya mewujudkan masyarakat yang dapat menge-

nyam pendidikan secara merata, artinya baikpemerintah maupun masyarakat mengupayakanadanya sarana pendidikan berupa sekolah ataumadrasah dari jenjang pendidikan dasar hinggapendidikan menengah, sehingga dengan adanyasarana tersebut masyarakat dapat menikmatiproses pendidikan dalam suatu lembaga formal.

Upaya mencapai pendidikan sekolah/madra-sah yang bermutu tentu harus melibatkan semuakomponen yang ada di dalamnya, seperti pemim-pin atau kepala sekolah/madrasah, guru, pegawaidan stakeholder (Fuad dkk., 2006). Dalam upayamencerdaskan kehidupan bangsa, perkembangandan perubahan secara terus menerus menuntutperlunya perbaikan sistem pendidikan nasional

Page 48: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

46

termasuk manajemen berbasis sekolah (MBS)untuk mewujudkan masyarakat yang mampubersaing dan menjawab tantangan perubahan-perubahan zaman. Manajemen sekolah dipan-dang sebagai suatu pendekatan pengelolaan seko-lah dalam rangka desentralisasi pendidikan yangmemberikan wewenang yang luas kepada sekolahuntuk mengambil keputusan mengenai pengelo-laan sumber daya pendidikan sekolah.

Madrasah dan sekolah, keduanya mempu-nyai karakteristik atau ciri khas yang berbeda.Madrasah memiliki kurikulum, metode dan caramengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah,meskipun mengajarkan ilmu pengetahuan umumsebagaimana yang diajarkan di sekolah, madrasahmemiliki karakter tersendiri, yaitu sangat menon-jolkan nilai-nilai budaya religious. Sementara itusekolah merupakan lembaga pendidikan umumdengan pelajaran universal (Karel Steenbrink,1986).

Dalam upaya mencerdaskan kehidupanbangsa, guru yang juga disebut sebagai pendidikdan merupakan salah satu tenaga kependidikan,menempati kedudukan yang sangat penting, de-ngan profesionalismenya serta hubungan yangdekat dengan peserta didik ia berperan dalammenciptakan lingkungan belajar yang kondusif.Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwapendidik merupakan tenaga profesional yangbertugas merencanakan dan melaksanakan prosespembelajaran, menilai hasil belajar, melakukanbimbingan dan pelatihan, serta melakukan pene-litian dan pengabdian kepada masyarakat (Mu-farrihah, 2008: hal 1).

Kemampuan guru dalam membuat desaininstruksional akan sangat berpengaruh terhadapkemampuan siswa khususnya hasil belajar yangakan dicapai. Jadi tugas profesional guru yangsangat penting dan erat sekali dengan kegiatan

pembelajaran adalah pembuatan desain instruk-sional atau rancangan pembelajaran yang harusdikuasai oleh setiap guru. Kemampuan gurudalam mengajar dituntut selalu meningkat selarasdengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekno-logi agar kegiatan interaksi belajar-mengajar se-makin hidup (Mufarrihah, 2008).

Kebutuhan akan guru profesional yang ma-kin mendesak sejalan dengan tuntutan akankapasitas mereka untuk menjadi manajer kelasyang baik. Hal ini karena di samping melakukantugas kependidikan dan pembelajaran, guru jugamelaksanakan tugas manajemen atau administrasikelas. Kemampuan guru dalam mengelola kelasini menjadi salah satu tolak ukur kemampuanprofesional mereka karena kebutuhan dan tun-tutan akan guru yang profesional menjadi sangatesensial, terlebih lagi lembaga pendidikan sema-kin dituntut untuk menghasilkan lulusan yangbermutu (Maidatul Jannah, 2006).

Tugas guru erat kaitannya dengan pening-katan sumber daya manusia melalui sektor pen-didikan (Tilaar, H. AR: 1999). Menurut Pfeffer(1994) sumber daya manusia dalam sebuah or-ganisasi menjadi sarana penting dalam meraihkeunggulan kompetitif, dan pengelolaan sumberdaya manusia dalam organisasi yang mampumeningkatkan kinerja organisasi adalah mana-jemen kinerja. Manajemen kinerja bisa berfokuspada kinerja dari suatu organisasi, departemen,karyawan, atau bahkan proses untuk mengha-silkan produk atau layanan, dan juga di areayang lain baik di tingkat organisasi ataupunindividu, salah satu fungsi kunci dari manajemenadalah mengukur dan mengelola kinerja (Brudan,2010).

Pilihan peneliti terhadap lembaga pendi-dikan ini didasarkan pada suatu fenomena, Ma-drasah Aliyah Al Ayyubi merupakan sebuahlembaga swasta yang berlokasi di Sidoarjo Jawa

Page 49: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rizki Amalia Putri, Analisis Manajemen Kinerja Guru (Studi Kasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi di Sidoarjo)

47

Timur. Madrasah Aliyah Al Ayyubi didirikanpada tahun 2012 dengan jumlah siswa yangdimiliki saat itu 51 siswa. Pada tahun berikutnyamulai mengalami kenaikan menjadi 80 siswa,sedang di tahun ketiga berjumlah 178 siswa,tahun selanjutnya berjumlah 202 siswa dan hing-ga tahun 2017 jumlahnya mencapai 246 siswa.

Sejak tahun 2012 hingga saat ini, munculpermasalahan yakni ada indikasi belum tercapai-nya kinerja yang memuaskan sehingga belummenampakkan hasil yang diinginkan.

Fenomena lain muncul dari pihak eksternalyang berkaitan dengan citra madrasah yaknimenurunnya kepercayaan masyarakat atau or-ang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya diMadrasah Aliyah Al Ayyubi

KERANGKA TEORETIS

Herman Aguinis (2009, hal. 2) menyebut-kan bahwa “Performance management is a con-tinuous process of identifying, measuring, anddeveloping the performance of individuals andteams and aligning performance with the strate-gic goal of the organization”.

Senada dengan Robert Bacal (2001) yangmengemukakan bahwa manajemen kinerja, seba-gai sebuah proses komunikasi yang berkesinam-bungan dan dilakukan dalam kemitraan antaraseorang karyawan dan penyelia langsungnya.Proses ini meliputi kegiatan membangun harapanyang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaanyang akan dilakukan. Ini merupakan sebuahsistem, artinya ia memiliki sejumlah bagian yangsemuanya harus diikutsertakan kalau sistemmanajemen kinerja ini hendak memberikan nilaitambah bagi organisasi, manajer dan karyawan.

Berdasarkan ungkapan di atas, manajemenkinerja di madrasah/sekolah terutama berkaitanerat dengan tugas kepala madrasah/sekolah

untuk selalu melakukan komunikasi yang berke-sinambungan, melalui jalinan kemitraan denganseluruh guru dan pegawainya (Akhmad Sudrajat,2008). Selanjutnya, Robert Bacal (2001) menge-mukakan pula bahwa dalam manajemen kinerjadi antaranya meliputi perencanaan kinerja, ko-munikasi kinerja yang berkesinambungan danevaluasi kinerja.

Perencanaan kinerja merupakan suatu pro-ses di mana guru dan kepala sekolah/madrasahbekerja sama merencanakan apa yang harusdikerjakan guru pada tahun mendatang, menen-tukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenalidan merencanakan cara mengatasi kendala, sertamencapai pemahaman bersama tentang pekerjaanitu. Komunikasi yang berkesinambungan meru-pakan proses di mana kepala sekolah/madrasahdan guru bekerja sama untuk saling berbagiinformasi mengenai perkembangan kerja, ham-batan dan permasalahan yang mungkin timbul,solusi yang dapat digunakan untuk mengatasiberbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolahdapat membantu guru. Arti pentingnya terletakpada kemampuannya mengidentifikasi dan me-nanggulangi kesulitan atau persoalan sebelumitu menjadi besar (Akhmad Sudrajat: 2008).

Akhmad Sudrajat (2008) juga menyebutkanbahwa evaluasi kinerja yang merupakan salahsatu bagian dari manajemen kinerja, sebagaimanadijelaskan oleh Robert Bacal (2001) yakni meru-pakan sebuah proses di mana kinerja perse-orangan dinilai dan dievaluasi. Hal ini dipakaiuntuk menjawab pertanyaan, “Seberapa baikkahkinerja seorang guru pada suatu periode terten-tu?” Metode apapun yang dipergunakan untukmenilai kinerja, penting sekali bagi kita untukmenghindari dua perangkap. Pertama, tidakmengasumsikan masalah kinerja terjadi secaraterpisah satu sama lain, atau “selalu salahnyaguru”.

Page 50: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

48

Kedua, tiada satu pun taksiran yang dapatmemberikan gambaran keseluruhan tentang apayang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerjahanyalah sebuah titik awal bagi diskusi sertadiagnosis lebih lanjut.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kua-litatif. Pendekatan kualitatif memungkinkan pene-liti untuk memberikan interpretasi yang rumitpada suatu fenomena dalam menemukan maknayang sesungguhnya. Penelitian kualitatif meliputimengumpulkan, menganalisis, dan menginterpre-tasikan data dengan mengobservasi pernyataandari seseorang (Burn& Bush, 2012: hal. 114).

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasiyang selengkap mungkin mengenai manajemenkinerja guru pada Madrasah Aliyah Al Ayyubi.Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatandalam penelitian ini, karena teknik ini untukmemahami realitas rasional sebagai realitassubjektif khususnya warga madrasah guna meru-muskan lebih konkret tentang manajemen kinerjaguru. Hasilnya akan digunakan sebagai bahanpertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebi-jakan yang mendukung kelangsungan madrasah.

Desain penelitian merupakan suatu ran-cangan berupa rangkaian pertanyaan awal yangharus dijawab dan kemudian serangkaian kon-klusi atau dengan kata lainnya jawaban daripertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelum-nya. Untuk mencapainya dibutuhkan berbagailangkah pokok termasuk pengumpulan dan ana-lisis data yang relevan. Komponen-komponendesain penelitian adalah: pertanyaan penelitian,proposisi, unit analisis, pengaitan logis antaradata dengan proposisi, dan kriteria untuk meng-intepretasikan temuan (Yin, 2009, hal 29).

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan analisis pat-tern-matching yaitu dengan membandingkan lo-gika berpikir secara empiris yang didasarkanpada suatu pola tertentu dan yang didasarkanpada satu atau beberapa prediksi tertentu. Jikaterdapat kesamaan antara yang diprediksi dengankenyataan yang terjadi, maka hal ini akan mem-perkuat internal validity dari penelitian ini. Da-lam penelitian studi kasus yang merupakan pene-litian eksplanatori, pattern-matching berhubung-an dengan proposisi sebagai berikut.1. Analisis kondisi Madrasah Aliyah Al Ayyubi

terkait penerapan visi, misi, sasaran dan stra-tegi madrasah.

2. Analisis kinerja guru sesuai standar kinerjaguru Madrasah Aliyah Al Ayyubi.

3. Analisis sistem manajemen kinerja guru Ma-drasah Aliyah Al Ayyubi.

a. Pembahasan Proposisi 1: Analisis KondisiMadrasah Aliyah Al Ayyubi

Dari hasil wawancara dengan key infor-mants yang telah dipilih dengan alasan pemilihanyang telah dijelaskan di diketahui bahwa kinerjamadrasah yang ideal adalah madrasah yang mam-pu mencapai visi, misi dan sasaran serta strategiyang telah ditetapkan dan disepakati bersama.Sedangkan kinerja madrasah dipengaruhi olehkinerja guru yang harus sesuai dengan standaryang telah ditetapkan sebelumnya.

Madrasah Aliyah Al Ayyubi salah satu lem-baga pendidikan yang diberikan tugas untukmewujudkan tujuan pendidikan nasional harusmenjalankan perannya dengan baik. Agar penge-lolaan madrasah tersebut dapat berjalan denganbaik, dibutuhkan rencana strategis sebagai suatuupaya/cara untuk mengendalikan organisasi (ma-drasah) secara efektif dan efisien, sampai kepada

Page 51: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rizki Amalia Putri, Analisis Manajemen Kinerja Guru (Studi Kasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi di Sidoarjo)

49

implementasi sehingga tujuan dan sasarannyatercapai. Perencanaan strategis merupakan lan-dasan bagi Madrasah Aliyah Al Ayyubi dalammenjalankan proses pendidikan. Komponen da-lam perencanaan strategis paling tidak terdiridari visi, misi, sasaran dan strategi (cara menca-pai tujuan dan sasaran).

Pembahasan Data Hasil Penelitian TerkaitProposisi 1

Dari data penelitian hasil observasi danwawancara dengan pimpinan madrasah (kepalamadrasah, wakamad kurikulum, wakamad saranadan prasarana, wakamad kesiswaan, wakamadhumas), didapatkan bahwa pada Madrasah Ali-yah Al Ayyubi terdapat upaya sosialisasi visi,misi, sasaran dan strategi kepada seluruh anggotaorganisasi. Hal ini dibuktikan dari hasil wawan-cara kepada key informant, pimpinan madrasahtampak antusias dan lancar ketika menjelaskantentang visi dan misi madrasah. Akan tetapi,pada penerapannya melalui sasaran dan strategiyang telah disepakati secara bersama oleh seluruhanggota organisasi, masih belum bisa dikatakansempurna karena terdapat banyak kendala. Salahsatunya dari faktor sarana dan prasarana yangbelum memadai seperti pengadaan komputeruntuk laboratorium bahasa serta pengadaanbuku-buku perpustakaan. Kemudian ada perananguru yang kurang fokus dalam menjalankanpekerjaan di Madrasah Aliyah Al Ayyubi karenaterbentur jadwal lain di Mts Madrasah AliyahAl Ayyubi. Diketahui dari pimpinan madrasah,terdapat 8 orang guru yang juga merangkapjabatan di Madrasah Tsanawiyah Abil HasanAsy Syadzili, sehingga membuat konsentrasi me-reka terpecah. Hal ini dibuktikan ketika obser-vasi, terdapat kelas kosong dengan alasan gurutersebut sedang rapat di kantor Mts MadrasahAliyah Al Ayyubi.

Kendala lain yakni kekurangan tenaga peng-ajar yang memang khusus mendalami matapelajaran tersebut. Pada bidang mata pelajaranumum, yakni matematika, fisika, bahasa inggrisserta teknologi informatika dan kesenian (TIK),semisal guru pada mata pelajaran matematikadan fisika adalah sarjana lulusan kedokteranhewan, guru teknologi informatika dan kesenianadalah sarjana lulusan ilmu sosial.

Dari hasil penelitian terkait dengan propo-sisi yang telah diuraikan maka dapat ditarikkesimpulan bahwa kinerja Madrasah Aliyah AlAyyubi saat ini terkait penerapan visi, misi,sasaran dan strategi madrasah belum tercapaisecara maksimal. Masih terdapat banyak kendalayang belum bisa diselesaikan.

b. Pembahasan Proposisi 2: Analisis KinerjaGuru - Standar Kinerja Guru MadrasahAliyah Al Ayyubi

Berdasarkan penelitian, didapatkan hasilbahwa kinerja guru Madrasah Aliyah Al Ayyubibelum memenuhi standar kompetensi sesuaidengan Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 ten-tang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompe-tensi Guru, yakni kompetensi pedagogik, kompe-tensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompe-tensi professional. Hal ini terbukti dari hasilwawancara dan observasi di mana mulai darikompetensi pendagogik yang meliputi pema-haman guru terhadap peserta didik, perancangandan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasilbelajar, dan pengembangan peserta didik untukmengaktualisasikan berbagai potensi yang dimi-likinya masih belum terlaksana dengan baik.Pada perancangan dan pelaksanaan pembela-jaran, di mana seharusnya guru harus memilikirencana pembelajaran berupa silabus serta mam-pu mengelola kelas, memanfaatkan komputer

Page 52: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

50

dan LCD sebagai media proses pembelajarandan membangun keaktifan siswa dalam diskusiinteraktif antara guru Madrasah Madrasah Ali-yah Al Ayyubi sebagian besar tidak melakukanhal tersebut, khususnya guru-guru senior denganketerbatasan kemampuan ketika mengoperasi-kan komputer dan LCD.

Selain itu, dalam kompetensi kepribadian,di mana seorang guru harusnya mampu menjaditeladan yang digugu lan ditiru atau yang selalubenar dan patut di contoh justru menampakkansikap yang kurang baik. Mengingat bahwa Ma-drasah Aliyah Al Ayyubi ini merupakan lembagapendidikan yang juga bernapaskan agama Islam,maka lembaga ini sangat memperhatikan segalatindak laku agar selalu sinkron dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Hampir setiap kaliobservasi, selalu terdapat guru yang melanggarperaturan madrasah untuk sholat dhuhur ber-jama’ah di masjid Al Ayyubi milik yayasan.

Poin plusnya justru terdapat pada kompe-tensi sosial, guru-guru di Madrasah Aliyah AlAyyubi ini tidak memilih teman baik dari ka-langan yang pintar atau yang sebaliknya dandari kalangan yang kaya atau yang miskin, dansemua guru mampu menyesuaikan diri dalambermasyarakat dan saling berbagi pengalamanserta bersikap ramah, sopan santun dan terbuka.Mereka juga memiliki pengalaman yang luassehingga guru mampu menerima atau membagisuatu pengalaman, yang bisa memberikan ma-sukan yang baik dan guru juga mampu beradap-tasi dalam suatu lingkungan sekitar maupundalam bermasyarakat.

Kompetensi profesional yang dimiliki olehguru-guru Madrasah Aliyah Al Ayyubi ini sekali-pun belum optimal, akan tetapi sudah mempunyaiakar fondasi yang bagus. Hal tersebut terbuktidari para guru yang merupakan lulusan dariperguruan tinggi baik negeri maupun swasta,berada di jurusan yang sesuai dengan mata

pelajaran yang diampu. Semisal mata pelajaranekonomi yang dipegang oleh guru lulusan sarjanaekonomi, mata pelajaran agama (bahasa Arab,Alqur’an hadist, sejarah kebudayaan Islam, aqi-dah akhlaq, dan fiqh) oleh sarjana lulusan agama,sedangkan sisanya yakni mata pelajaran bahasaIndonesia, sosiologi, PPKN, geografi, fisika,biologi, kesenian, dan sejarah oleh guru lulusansarjana pendidikan. Meski untuk mata pelajaranmatematika, terdapat satu orang guru yangmengajar adalah sarjana lulusan kedokteran he-wan dengan alasan karena faktor hubungankekerabatan antara guru matematika tersebutdengan ketua yayasan.

Kompetensi professional berkaitan erat de-ngan ketiga kompetensi, yakni kompetensi peda-gogik, kompetensi kepribadian dan kompetensisosial. Menilik dari penjabaran dari ketiga kom-petensi yang telah dijelaskan di atas dapat dike-tahui tingkat kompetensi guru-guru di MadrasahAliyah Al Ayyubi ini cenderung belum menunjuk-kan profesionalisme yang sempurna. Masih ba-nyak kekurangan di beberapa sektor kompetensi.

c. Pembahasan Proposisi 3: Sistem ManajemenKinerja Guru - Sistem Manajemen KinerjaGuru Madrasah Aliyah Al Ayyubi

Madrasah Aliyah Al Ayyubi merupakan ma-drasah swasta yang bercirikan Islam dan meng-utamakan kualitas peserta didik serta mengede-pankan akhlaqul karimah, dengan demikiantentunya lembaga tersebut harus memiliki tenagapengajar yang profesional, serta memiliki kinerjadan kemampuan yang tinggi.

Dalam perspektif manajemen, agar kinerjaguru dapat selalu ditingkatkan dan mencapaistandar tertentu, maka dibutuhkan suatu mana-jemen kinerja yang mengacu pada prinsip mana-jemen yang meliputi tiga fase yakni perencanaan,pembinaan, dan evaluasi. Perencanaan merupa-

Page 53: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rizki Amalia Putri, Analisis Manajemen Kinerja Guru (Studi Kasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi di Sidoarjo)

51

kan fase pendefinisian dan pembahasan peran,tanggung jawab, dan ekspektasi yang terukur.Perencanaan tadi membawa pada fase pembi-naan,– di mana guru dibimbing dan dikembang-kan – mendorong atau mengarahkan upaya me-reka melalui dukungan, umpan balik, dan peng-hargaan. Kemudian dalam fase evaluasi, kinerjaguru dikaji dan dibandingkan dengan ekspektasiyang telah ditetapkan dalam rencana kinerja.

Pembahasan Data Hasil Penelitian Terkaitdengan Proposisi 3

Berdasarkan penelitian yang telah dilaku-kan, yakni melalui observasi dan wawancaradengan key informants diketahui bahwa sistemmanajemen kinerja guru di Madrasah Aliyah AlAyyubi ini sesuai dengan elemen manajemenkinerja yakni, perencanaan, aksi dan evaluasi.Pada sektor perencanaan Madrasah Aliyah AlAyyubi memiliki program kerja yang telah dise-laraskan dengan sasaran dan tujuan madrasah,khususnya dalam upaya memperbaiki kinerjaguru dan program kerja tersebut telah disosiali-sasikan kepada seluruh anggota madrasah.

Pada aksinya, terdapat dua model pembinaanatau pelatihan yang dilakukan oleh pihak madra-sah antara lain pelatihan bulanan yang berupakursus komputer, pelatihan studi kasus. Akantetapi, para guru kurang antusias dalam mengikutipelatihan tersebut, terlebih lagi bagi guru-gurusenior yang notabene berada di usia tidak mudalagi, mereka menyebutkan kesulitan dalam meng-operasikan komputer sehingga mereka engganuntuk hadir di pelatihan tersebut. Berbeda denganguru-guru junior yang menyambut baik upayamadrasah tersebut, bahkan mereka ungkapkanupaya ini sangat membantu mereka dalam prosesbelajar mengajar dengan siswa ataupun untukmenambah pengetahuan dan meningkatkan ke-mampuan guru secara pribadi.

Proses evaluasi yang ada di Madrasah Ali-yah Al Ayyubi ini masih bersifat semiformal,karena metode yang digunakan hanya melaluipengamatan oleh tim evaluator yang dibentuktanpa ada penentuan skala indikator yang tetapdan evaluasi akhir tahunnya hanya melalui diskusiantara kepala madrasah dan guru yang bersang-kutan.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukandi Madrasah Aliyah Al Ayyubi sesuai denganhasil wawancara dan observasi serta dokumen-tasi sebagai data pendukung menyebutkan bah-wa kinerja guru di Madrasah Aliyah Al Ayyubiini masih belum memenuhi kualifikasi standarkompetensi kinerja guru yang telah ditetapkandan disepakati bersama oleh seluruh anggota,mengacu pada Peraturan Menteri PendidikanNasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru, yakni kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dankompetensi professional. Terutama pada kompe-tensi pedagogik yang meliputi perancangan danpelaksanaan pembelajaran, di mana seharusnyaguru harus memiliki rencana pembelajaran beru-pa silabus serta mampu mengelola kelas, me-manfaatkan komputer dan LCD sebagai mediaproses pembelajaran dan membangun keaktifansiswa dalam diskusi interaktif antara guru dansesama siswa. Guru Madrasah Aliyah Al Ayyubisebagian besar tidak melakukan hal tersebut,khususnya guru-guru senior dengan keterbatasankemampuan ketika mengoperasikan komputerdan LCD.

Selain itu, dalam kompetensi kepribadian,di mana seorang guru harusnya mampu menjaditeladan yang digugu lan ditiru atau yang selalubenar dan patut di contoh justru menampakkan

Page 54: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

52

sikap yang kurang baik. Mengingat bahwa Ma-drasah Aliyah Al Ayyubi ini merupakan lembagapendidikan yang juga bernapaskan agama Islam,maka lembaga ini sangat memperhatikan segalatindak laku agar selalu sinkron dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Poin plusnya justru terdapat pada kompetensisosial, sedangkan untuk kompetensi profesionalyang dimiliki oleh guru-guru Madrasah Aliyah AlAyyubi ini sekalipun belum optimal, akan tetapisudah mempunyai akar fondasi yang bagus.

Sistem manajemen kinerja yang ada di Ma-drasah Aliyah Al Ayyubi ini dikatakan berjalanhampir 60%, pada fase perencanaan MadrasahAliyah Al Ayyubi memiliki program kerja yangtelah diselaraskan sesuai kebutuhan dengan visi,misi, sasaran dan strategi madrasah. Akan tetapipada implementasinya, dari dua model pelatihanyang telah ditetapkan pada program kerja, pela-tihan bulanan yang meliputi kursus komputerdan studi kasus, banyak para guru senior yangkurang berpartisipasi, berbeda dengan guru ju-nior yang menyambut baik upaya tersebut.

Kekurangan lain dari sistem manajemenkinerja di Madrasah Aliyah Al Ayyubi ini terletakpada evaluasi kinerja, belum ada format penilaianyang ditetapkan secara resmi dan formal olehMadrasah Aliyah Al Ayyubi Syadzili dan masihmenggunakan metode diskusi dan dengar penda-pat secara personal, sekalipun sebelumnya diada-kan pengamatan harian, mingguan dan bulananmengenai kinerja guru dalam hal kedisiplinandan kompetensi guru.

IMPLIKASI DAN KETERBATASAN

Dalam melakukan penelitian ini, terdapatbeberapa kendala yang terjadi selama prosespengumpulan data yang membatasi hasil peneli-tian ini. Lebih lanjut akan dibahas mengenaiberbagai kendala yang terjadi selama proses

penelitian ini berlangsung, dengan penjabarandan penjelasan berikut ini diharapkan membukapeluang bagi penelitian berikutnya yang relevandengan penelitian ini. Berikut ini adalah kendala-kendala utama yang dihadapi selama penelitianini berlangsung.1. Ketidakhadiran informan untuk wawancara

Kendala yang dihadapi adalah adanya bebe-rapa informan yang kurang nyaman denganmetode wawancara, sehingga mereka kurangdapat menjelaskan informasi yang dibutuhkanoleh peneliti. Selain itu, sistem monarki yangmasih kental di lembaga ini menjadikan bebe-rapa informan ragu-ragu dan merasa takutuntuk berbicara terbuka.

2. Penggunaan single case studyKendala lain yang dihadapi oleh peneliti sela-ma penelitian ini berlangsung adalah penggu-naan single case study.Penggunaan single case study ini menyebabkanhasil penelitian hanya dapat digeneralisasikanterhadap proposisinya dan tidak dapat digene-ralisasikan pada lingkup yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, N. 2011. A Theory and Practice at Al-Izzah Islamic Boarding School. Perfor-mance Management Journal. No. 1. Ha-laman 1–2.

Afifuddin, M.M. 2012. Dasar-Dasar Manajemen.Bandung: ALFABETA.

Aguinis, H. 2009. Performance Management2nd Edition. New Jersey: Pearson Educa-tion.

Admodiwirio, S. 2000. Manajemen PendidikanIndonesia, Jakarta: PT Ardadizya Jaya.

Aurel, N.B. 2010. Rediscovering PerformanceManagement: System, Learning and Inte-gration. Measuring Business Excellence. Vol.14, No.1, pp. 109–123.

Page 55: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rizki Amalia Putri, Analisis Manajemen Kinerja Guru (Studi Kasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi di Sidoarjo)

53

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, M. 2003. Ilmu Perbandingan Pendidikan,Jakarta: Golden Terayon Press.

Bacal, R. 2001. Performance Management. Terje-mahan Surya Darma dan Yanuar Irawan.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Barney, JB. 2002. Gaining and Sustaining Com-petitive Advantage 2nd edition. New Jer-sey: Pearson Education.

Bernardin & Russel. 2006. Pinter Manajer, AnekaPandangan Kontemporer. Alih Bahasa AgusMaulana. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Boyd, R.T.C. 1989. Practical Assessment, Re-search & Evaluation. Improving TeacherEvaluations. ERIC Digest.

Collis, D.J., & Montgomery, C.A. 2005. Corpo-rate Strategy: A Resource-Based Approach2nd Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Conny RS. 1991. Mencari Strategi PengembanganPendidikan Nasional Menjelang Abad 21.Jakarta: PT Gramedia.

Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Davis, R.C. 2002. Fundamental of Top Manage-ment, Tokyo, Penerbit: Kogakusha Com-pany Limited.

Dessler, Gary. 2003. Manajemen Sumber DayaEdisi Kesepuluh jilid I. Terjemahan Para-mita Rahayu. Klaten: Intan Sejati.

Fauzuddin, Y. 2011. Studi Mengenai Organiza-tional Change Berkaitan dengan Implemen-tasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMANegeri 18 Surabaya. Tesis. Surabaya: Ma-gister Manajemen Universitas Airlangga.

Fuad, N. dkk. 2006. Manajemen Madrasah AliyahSwasta di Indonesia. Pusat Penelitian danPengembangan Pendidikan Agama danKeagamaan.

Guritno, B dan Waridin. 2005. Pengaruh PersepsiKaryawan Mengenai Perilaku Kepemim-pinan, Kepuasan Kerja dan Motivasi Ter-hadap Kinerja. Jurnal Riset Bisnis Indone-sia Vol.1 No.1, p. 63–74.

Gibson et al. 1996. edisi ketiga, jilid 1. Jakarta:Erlangga.

Hasibuan, M. 2001. Manajemen Sumber DayaManusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, O. 1995. Pendidikan Guru, Konsepdan Strategis. Bandung: Mandar Maju.

Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuanti-tatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. DepartemenIlmu Administrasi FISIP UI.

Karel A.S. 1986. Pesantren, Madrasah dan Seko-lah; Pendidikan Islam dalam Kurun Mod-ern. Terjemahan, hlm. 44. Jakarta: LP3ES.

Kornkasem, J., M. Johdi Salleh, and B. Mohamad.2010. System of Islamic School Bangkok.Journal Management (1) 1–40.

Mangkunegara, AP. 2004. Manajemen SumberDaya Manusia cetakan pertama. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

—————— 2006. Evaluasi Kinerja SDM. Ban-dung: Refika Aditama.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Pu-blik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Michel J.L. 1995. Performance measurementand performance management. Interna-tional Journal of Production Economics.Volume 41, Issues 1–3, France. October1995, Pages 23–35.

Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja BerbasisKompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Moleong, L.J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mujiono. 2011. Pengaruh Kepemimpinan KepalaSekolah, Iklim Kerja Sekolah TerhadapKinerja Guru Sekolah Dasar Negeri diKecamatan Seputih Agung Lampung Te-

Page 56: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

54

ngah. Jurnal Penelitian Manajemen Pendi-dikan.

Nakosteen, Mehdi. 1996. Kontribusi Islam AtasDunia Intelektual Barat; Deskripsi AnalisisAbad Keemasan Islam, hal. 66. Surabaya:Risalah Gusti.

Nazir, Moch. 2003. Metode Penelitian, Jakarta:Salemba Empat.

Nasution. 2006. Metode Research (PenelitianIlmiah). Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 29dan hlm. 72.

Pidarta, M. 1999. Pemikiran tentang SupervisiPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Prahalad, C.K., and G. Hamel. 1990. The CoreCompetence of the Corporation. HarvardBusiness Review: May–June 1990 page79–91.

Pujianto, E. 2013. Manajemen Peningkatan Mutuberbasis sekolah. 12. www.pakguruonline.pendidikan.net diakses tanggal 21 Oktober2013.

Rachmawati, Eka. 2011. Rancangan IndikatorKinerja Individu untuk Bagian Service danBagian Project di PT BIA. Tesis. Surabaya:Magister Manajemen Universitas Airlangga.

Republik Indonesia. 2003. Undang-undangRepublik Indonesia No. 20 Tahun 2003tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2).

Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Repu-blik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Pasal20 (a) Tentang Guru dan Dosen.

Republik Indonesia. 2007. Peraturan MenteriPendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 Tahun 2007 tentang Standar KualifikasiAkademik dan Kompetensi Guru.

Ruky, A.S. 2001. Sistem Manajemen Kinerja.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rusyan, T. 1990. Profesionalisme Tenaga Kepen-didikan. Bandung: Yayasan Karya SarjanaMandiri.

Samsudin, S. 2005. Manajemen Sumber DayaManusia, Bandung: Pustaka Setia.

Sardiman, A.M, 1987. Ilmu Pendidikan, Ban-dung: Remaja Karya.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Meto-de Penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Seeker, Karen R and JB. Wilson. 2000. PlanningSuccessful Employee Performance. Terje-mahan Ramelan. Jakarta: PPM.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Manajemen KinerjaGuru. Jurnal Manajemen.

Suharsaputra, U. 2010. Administrasi Pendidikan.Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sunhaji. 2006. Manajemen Madrasah. Yogya-karta: Grafindo Litera Media.

Terry, R.G. 1962. Office Management and Con-trol, Fourth Edition. Homewood, Illinois:Richard D. Irwin Inc.

Tead, O. 2008. Human Nature and Manage-ment. Kessinger Publishing, LLC.

Volansky, A and Isaac A. Friedman. 2003. School-Based Management an International Per-spective. A journal research.

Veithzal, R. 2005. Performance Appraisal. Jakar-ta: PT Raja Grafindo.

Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber DayaManusia: Teori Aplikasi dan Penelitian. Ja-karta: Salemba Empat.

Whindam D.M. 1988. Indicators of EducationalEffectiveness and Efficiency. Improving theEfficiency of Educational System. Florida:IEES.

Yuwono, S., dkk. 2002. Petunjuk Praktis Penyu-sunan Balanced Scorecard: Menuju Organi-sasi yang Berfokus pada Strategi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Zikmund, W.G., Babin, B.J., Carr, J.C., andGriffin, M. 2010. Business Research Me-thods. South Western: Cencage Learning.

Page 57: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Alexander Wahyudi, Edupreneurship sebagai Strategi Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengahdi Jawa Timur Menghadapi MEA

5555

EDUPRENEURSHIP SEBAGAI STRATEGI DAYA SAINGUSAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI JAWA TIMUR

MENGHADAPI MEA

Alexander WahyudiProgram Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Ciputra Surabaya

e-mail: [email protected]

Abstract: Education is the answer to disseminate entrepreneurial spirit and skills to the perpetra-tors of Micro, Small and Medium Enterprises (SME’s) in East Java. So education entrepreneurshipeducation program that introduces the concepts of entrepreneurship which is equipped with avariety of sample application called edupreneurship will empower SMEs in East Java. At present, asmany as 6.8 million SMEs spread across 38 districts/cities in East Java are still many obstacles.Among others, human resources (HR), business management, product quality, access capital, mar-ket access, business network, as well as in the field of competitiveness. For eliminating the con-straints of the SMEs in East Java accompanied by the cooperative that currently as many as 30 754units with a value-added contribution of 54.48 per cent in Gross Domestic Product per year in EastJava. Through this background, the authors wanted to examine entrepreneurial leadership of theSMEs in East Java and then create strategies and programs that will be delivered edupreneurship.This study uses a qualitative method with secondary data as a research tool. This study shows thatthe entrepreneurship module to be delivered need to be tailored to the needs of SMEs and imple-mented in a sustainable manner.

Keywords: edupreneurship, SMEs, cooperatives, entrepreneurial leadership, sustainable

I. PENDAHULUAN

UMKM di Jawa Timur menunjukkan per-tumbuhan yang cukup fantastis, bila pada tahun2012 jumlah UMKM sebanyak 4,2 juta sedang-kan pada akhir 2014 jumlah UMKM mencapai6,8 juta yang dapat menyerap 11 juta tenagakerja. Bahkan dari PDRB Jawa Timur tahun2012 yang mencapai Rp 1.000 triliun, sebesar54,48 persennya dari 4,2 juta UMKM yangtumbuh dan berkembang di Jawa Timur(UMKM Tentukan Kesuksesan Gubernur danWagub Jatim 2013). Sehingga sangat wajar bilaUMKM merupakan penunjang pilar ekonomidi Jawa Timur. Hanya saja, pelaku UMKM diJawa Timur hingga kini masih banyak menemuikendala, antara lain: sumber daya manusia(SDM), manajemen usaha, kualitas produk,akses permodalan, akses pasar, jaringan usaha,serta pada bidang daya saing.

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalahupaya bersama untuk menciptakan integrasi eko-nomi regional pada tahun 2016, dengan tujuanmewujudkan kawasan ekonomi ASEAN “yangstabil, makmur, dan berdaya saing tinggi denganpembangunan ekonomi yang merata yang ditan-dai dengan penurunan tingkat kemiskinan danperbedaan sosial ekonomi”. Kesepakatan pelak-sanaan MEA diikuti oleh 10 negara anggotaAsean yang memiliki total penduduk 600 jutajiwa. Kurang lebih 43% dari jumlah pendudukitu berada di Indonesia. Pelaksanaan MEA iniakan menempatkan Indonesia sebagai pasar uta-ma baik untuk arus barang maupun investasi.Dalam konteks arus barang yang perlu dicermatiyaitu: sudahkah barang-barang lokal nasionalmampu bersaing melawan produk-produk ung-gulan dari negara-negara anggota Asean lainnya,baik dari sisi harga maupun kualitas?

Page 58: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

56

1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Mene-ngah

Menurut UU No.20 Tahun 2008:

tidak memiliki badan hukum, atau usaha yangmemiliki badan hukum, termasuk koperasi”.

2) Kementerian Koperasi dan UKM

Kementerian Koperasi dan UKM menjelas-kan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil(UK), termasuk usaha mikro (MI) adalah entitasusaha yang mempunyai kekayaan bersih palingbanyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah danbangunan tempat usaha, dan memiliki penjualantahunan paling banyak Rp 1 miliar. SementaraUsaha Menengah (UM) merupakan entitas usahamilik warga Negara Indonesia yang memilikikekayaan bersih antara Rp 200 juta hingga Rp10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan,dengan omset per tahun maksimal Rp 50 miliar.

3) Menteri Keuangan

Menteri Keuangan mendefinisikan usahakecil sebagai usaha perorangan atau badan usahayang telah melakukan kegiatan usaha yang mem-punyai penjualan/omset per tahun maksimal Rp600 juta dengan asset/aktiva maksimal Rp 600 juta(di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiridari (1) badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi)

Jenis Dunia Usaha Kekayaan Bersih * Hasil Penjualan Tahunan

Usaha Mikro Rp 50.000.000 Rp 300.000.000

Usaha Kecil Rp 50.000.000–Rp 500.000.000 Rp 300.000.000–Rp 2.500.000.000

Usaha Menengah Rp 500.000.000–Rp 10.000.000.000 Rp 2.500.000.000–Rp 50.000.000.000

Usaha Besar >Rp 10.000.000.000 >Rp 50.000.000.000

Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM

Di samping itu masih ada tiga pengertianutama dari UMKM, yaitu UMKM versi lama,UMKM versi sekarang, dan UMKM versi masadepan.

a. UMKM versi lama

UMKM dalam versi lama ini adalah penger-tian UMKM sesuai dengan aturan-aturan danketentuan UMKM yang ditetapkan menurut:

1) UU No. 9 Tahun 1995

UMKM menurut UU No. 9 Tahun 1995masih disebut UKM (usaha kecil menengah).Berikut ini adalah kriteria yang berlaku bagiusaha kecil dan menengah.

“Entitas usaha yang memiliki kekayaanbersih maksimal Rp 200 juta (tidak termasuktanah dan bangunan usaha) dan memperolehhasil penjualan per tahun maksimal Rp 1 miliar.

Pemiliknya warga negara Indonesia, berdirisendiri, dan bukan merupakan anak perusahaanatau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,atau berafiliasi dengan perusahaan menengahatau perusahaan besar. Bentuk usahanya dapatberupa usaha perorangan, badan usaha yang

Page 59: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Alexander Wahyudi, Edupreneurship sebagai Strategi Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengahdi Jawa Timur Menghadapi MEA

57

dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumahtangga, petani, peternak, nelayan, perambahhutan, penambang, pedagang barang, dan jasa).

4) Departemen Perindustrian dan Perdagangan

Departemen Perindustrian merumuskan bah-wa UKM adalah perusahaan yang mempunyaiasset maksimal Rp 600 juta di luar tanah danbangunan. Sementara Departemen Perdaganganmerumuskan bahwa UKM adalah perusahaanyang memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta.

5) Bank Indonesia

Bank Indonesia mendefinisikan bahwaUKM adalah: “Suatu usaha yang modalnyakurang dari Rp 20 juta dan untuk satu siklususaha membutuhkan Rp 5 juta, sedangkan asetyang dimiliki tidak lebih dari Rp 600 juta danperolehan omset per tahunnya kurang lebih Rp1 miliar.”

6) BPS (Badan Pusat Statistik)

BPS memberikan definisi UKM berdasarkankuantitas tenaga kerja. “Usaha Kecil merupakanentitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja5–19 orang, sedangkan usaha menengah merupa-kan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja20–99 orang”.

b. UMKM Versi Sekarang

Selain seperti yang dijelaskan dalam UUNo. 20 Tahun 2008, World Bank memberikanpengertian UMKM sebagai berikut.

Menurut World Bank, UMKM dapat dike-lompokkan dalam tiga jenis, yaitu usaha mikro(jumlah karyawan 10 orang), Usaha kecil (jumlah

karyawan 30 orang) dan usaha menengah/me-dium (jumlah karyawan hingga 300 orang). Da-lam perspektif usaha, UMKM diklasifikasikandalam empat kelompok.1. UKM sektor informal atau dikenal dengan

istilah livelihood activities, contohnya peda-gang kaki lima, dan warteg.

2. UKM mikro atau micro enterprise adalahpara UKM dengan kemampuan sifat pengra-jin, tetapi tidak memiliki jiwa kewirausahaandalam mengembangkan usahanya.

3. Usaha kecil dinamis (small dynamic enter-prise) adalah kelompok UKM yang mampuberwirausaha dengan menjalin kerjasama (me-nerima pekerjaan sub-kontrak) dan ekspor.

4. Fast moving enterprise adalah UKM-UKMyang mempunyai jiwa kewirausahaan yangcakap dan telah siap untuk bertransformasimenjadi usaha besar.

c. UMKM versi MASA DEPAN

Pengertian UMKM versi lama dan yangada sekarang, sepertinya kurang tepat lagi dite-rapkan dalam kondisi sekarang yang penuh de-ngan persaingan lokal, nasional, regional maupun global. Untuk hal tersebut perlu dikembang-kan konsep pemberdayaan sebagai berikut.

1) OPOP (One Person One Product)

Setiap orang harus berusaha atau bekerjauntuk mempertahankan hidupnya, setiap orangakan berusaha untuk:1. memenuhi kebutuhan hidup (primer, sekunder,

dan tersier)2. meningkatkan kesejahteraan keluarga.3. mendapatkan kehidupan yang layak.4. memberi identitas diri

Page 60: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

58

2) OVOP (One Village One Product)

Apabila setiap pribadi membentuk usahayang kokoh, dapat bekerja sama dalam suatukeluarga. Dari keluarga-keluarga dapat bekerjasama dan membentuk usaha dalam komunitas.Dari komunitas-komunitas dapat bekerja samadan membentuk usaha dalam satu desa.

3) OVOC (One Village One Corporation)

Setelah usaha berjalan lebih solid dan mulaiada berbagai keperluan yang menuntut kepastianhukum, perlulah usaha-usaha yang ada tadi(OVOP) membentuk badan hukum usaha, yangbias berupa koperasi dengan pengelolaan profe-sional dan berorientasi keuntungan seperti per-seroan terbatas, atau bila badan usaha tersebutbersifat perseorangan bentuknya perseroan ter-batas yang memiliki jiwa wirausaha.

2. Pengertian Edupreneur

Edupreneur (educational entrepreneur)adalah seseorang yang telah mendapatkan ilmuformalnya pada institusi pendidikan, kemudianmencurahkan segala ilmu dan keterampilan terse-but pada realitas usaha/bisnis agar terciptanyapara wirausaha (entrepreneur) yang profesional.(Donald. E. Leisey, Ed.D., 2012).

Agar peran seorang edupreneur efektif, makadiperlukan suatu model yang disebut: edupre-neurial cycle, agar energi, antusias, dan krea-tivitas edupreneur terhadap playing fields nyatetap terjaga. Edupreneurial cycle akan menjaminakuntabilitas dari pimpinan lembaga institusipendidikan, pengajar dan komunitas sehinggamenghasilkan suatu business plan yang akanmenjawab pertanyaan kunci: “apa, mengapa,siapa, bagaimana, dan kapan” yang akan mener-

jemahkan ide bisnis ke dalam blueprint (cetakbiru).

B. PENELITIAN

Dari jumlah UMKM sebanyak 6,8 jutayang tersebar di 38 kabupaten/kota di JawaTimur, menyerap tenaga kerja sebanyak 11 juta,masih banyak menemui kendala antara lain:1. manajemen usaha2. kualitas produk3. akses permodalan4. akses pasar5. jaringan usaha6. daya saing

Sungguh ironi bahwa UMKM yang menjaditulang punggung perekonomian di Jawa Timurini, bahkan menyelamatkan perekonomian JawaTimur pada saat krisis moneter, keadaannya“compang-camping” dan banyak yang hanya ”asaljalan” karena kurangnya keberpihakan pemerin-tah pada industri UMKM.

Berikut ini adalah beberapa masalah umumUMKM yang lazim terjadi di Jawa Timur khu-susnya dan di Indonesia pada umumnya.1) Rendahnya kualitas sumber daya manusia

a) Tidak tahu tujuanb) Kurang motivasic) Kurang pendidikand) Lingkungan tidak mendukunge) Tidak sesuai keahlian

2) Merasa cukup bila usaha tetap atau bisajalana) Sikap pasrah yang salah kaprahb) Kurangnya pengetahuan yang benar ten-

tang usahac) Tenaga kerja keluarga sering tidak dihi-

tung

Page 61: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Alexander Wahyudi, Edupreneurship sebagai Strategi Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengahdi Jawa Timur Menghadapi MEA

59

EDUPRENEURIAL CYCLE

RESEARCH / PLANNING

DEVELOPMENT / USING

Identity Needs

Check Current Procedures

Develop Goals and Objectives

Research Government Laws

Identify District Goals and Objectives

Prepare Business Plan

Refine Goals and Objectives

Refine Business Plan

Develop and Refine Prototype

Develop Program, Product

Service or Technology

Select / Assign Staff

Identify Time Lines

Develop Communication Strategy

Field Test

MARKETING / DISTRIBUTING

ASSESSMENT / EVALUATION

Report to District

Prepare Publicity

Define Target Markets

Estimate Target Size

Determine Publicity

Contact Potential Users

Contact non-District Users

Portfolios

Tests

User Surveys

Observations

Anecdotal Records

Follow-up Activities

Disseminate Results

Identify New Users

Sumber: Donald E. Leisey, 2012

Page 62: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

60

d) Tidak menghitung pembiayaan dan labasecara tepat

e) Kurang kuat motivasi untuk maju3) Lemahnya manajemen

a) Tidak ada pelatihan yang memadaib) Keengganan SDM untuk berubah lebih

baik4) Tidak berbasis organisasi

a) UMKM sering lahir “begitu saja” tanpaplanning

b) SDM tidak memiliki bekal seputar wira-usaha dan organisasi

5) Kurangnya penguasaan teknologi6) Kurangnya akses informasi7) Kurangnya modal

a) Akses kredit bank yang kurangb) Tidak memahami prosedur kredit bankc) Tidak memiliki agunand) Tingginya suku bunga

8) Lemahnya pemasaran dan networkinga) Kurangnya sarana promosib) Tidak ada akses pameran

9) Lemahnya daya sainga) Kualitas dan mutu rendahb) Kemasan tidak/kurang menarikc) Tingginya hargad) Tidak ada standar mutu dan kualitase) Tidak tersedia dalam jumlah besar

10)Rendahnya produktivitasa) Motivasi untuk produktif usaha sangat

rendahb) Tidak menyadari potensi dan kemampuanc) Tidak tahu bagaimana memanfaatkan

semua kekuatand) Tidak ada target dan orientasie) Kurangnya pembinaan dan pendampingan

C. PEMBERDAYAAN UMKM

Pemberdayaan UMKM akan menjadi pilih-an strategis untuk meningkatkan taraf hidup

sebagian besar rakyat Indonesia. Menurut Prof.Gunawan Sumodiningrat, M.Ec., Ph.D. (2015),hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagaiberikut.1) Keberpihakan

Kecenderungan pemerintah dan pihak terkaituntuk memberikan dukungan pada kemajuanUMKM. Peningkatan program atau kegiatanyang mendorong pertumbuhan yang berpihakpada rakyat miskin, yaitu melalui perluasanjangkauan dan kapasitas pelayanan lembagakeuangan mikro (LKM), baik pada pembia-yaan konvensional maupun pola bagi hasil(syariah), dan peningkatan kemampuan peng-usaha mikro dalam aspek manajemen usahadan teknik produksi.

2) PemberdayaanDiarahkan untuk mendukung penciptaankesempatan kerja dan peningkatan ekspor,antara lain melalui peningkatan kepastianberusaha dan kepastian hukum, pengembang-an sistem insentif untuk menumbuhkan wira-usaha baru berbasis teknologi dan atau ber-orientasi ekspor, serta peningkatan akses danperluasan pasar ekspor bagi produk-produkUMKM.

3) PerlindunganPerlu dibuat aturan khusus tentang perlin-dungan UMKM setidaknya di pasar dalamnegeri. Umumnya UMKM kalah standarproduk secara global, modal kurang, mutuSDM rendah, pemain asing menguasai pa-saran lokal dengan harga lebih murah dankemasan lebih menarik.

4) KemitraanKemitraan atau partnership adalah kerjasamaUMKM dengan badan-badan pemerintah, or-ganisasi-organisasi nasional/internasional danberbagai lembaga swadaya masyarakat untukmembangun dan mengembangkan UMKMdari tingkat desa hingga nasional.

Page 63: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Alexander Wahyudi, Edupreneurship sebagai Strategi Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengahdi Jawa Timur Menghadapi MEA

61

5) SubsidiDalam beberapa kasus, subsidi (bentuk ban-tuan keuangan) yang dibayarkan kepada UM-KM tetap dianggap perlu. Misalnya subsididalam pengurusan berbagai izin usaha, merek,paten, dan sertifikasi-sertifikasi yang diperlu-kan.

6) PajakAturan pajak untuk UMKM lebih diperingandan dipermudah prosedurnya.

7) Inovasia) Mengembangkan Keunggulan dan Ciri

Khasb) Meningkatkan Kompetensi dan Menekan

Harga8) Subsidi Bukan Harga

Subsidi ini berupa bantuan yang diberikankepada UMKM di luar bantuan keuangan:pelatihan, pengurusan izin, akses informasidan akses pameran.

9) Pasar Global: Pasar Bebas Tidak TerkendaliSemakin tidak terkendali pasar, semakin besarbeban UMKM untuk bertahan. Pengendalian-nya bisa dengan aturan pemerintah dan yangutama meningkatkan kualitas serta daya saingUMKM.

D. KESIMPULAN

Dari hasil analisis peneliti tampak tiga halyang membuat seorang wirausaha akhirnya me-nyerah dan segera menutup usahanya:1) minimnya angka penjualan2) beban pengeluaran yang terlalu berat3) mental pemilik yang kurang kuat dalam meng-

hadapi semua tekanan

Edupreneur akan memfokuskan pada bidangsebagai berikut.

a) Mental Skill (80%)Keterampilan pada bidang ini sangat diperlu-kan oleh pebisnis sehingga apabila terjaditantangan/hambatan tidak mudah putus asa/menyerah.

b) Marketing Skill (15%)Keterampilan pada bidang ini diperlukan agarpebisnis mengetahui apa saja yang diperlukanuntuk memasarkan suatu produk/jasa.

c) Business Skill (5%)Menghindari timbulnya business landscapemyopia sehingga strategi dan target usahanyatidak optimal. Kombinasi dari tiga hal di atasyang menentukan berhasil tidaknya sebuahbisnis.

E. DAFTAR RUJUKAN

Blank, Steve & Bob Dorf. 2012. The Start UpManual. California: K & Ranch, Inc.

Ciputra, Dr. (HC). Ir. 2011. Ciputra QuantumLeap 2: Kenapa dan Bagaimana? Entre-preneurship Mengubah Masa Depan Bangsadan Masa Depan Anda. Jakarta: ElexmediaKompetindo.

Gek, Mathew G. 2014. Entrepreneurship Edu-cation: Program and Impacts on BusinessPerformance. Germany: Lap Lambert Aca-demic.

Hatammimi, Jurry, Fauziyah, Yuthika. 2013.Pemahaman terhadap Mata Kuliah Entre-preneurship dan Kaitannya dengan Ke-inginan Memulai Bisnis. Jurnal Entrepre-

Page 64: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

62

neur dan Entrepreneurship, Vol. 2, No. 1,Hal. 83–91.

Iyer, Vijayan G. 2015. Strengthening of Exten-sion Learning and Education or Sustain-able Entrepreneurship. Journal of Emerg-ing Trends in Economics and ManagementSciences, 6(8), Hal. 403–411.

Kassean, Hemant. 2015. Entrepreneurship Edu-cation: a Need for Reflection, Real WorldExperience and Action. Journal of Entre-preneurial Behaviour & Research.Vol.21,No.5, 2015: 690–708.

Leisey, Donald E, 2012. Edupreneurship in Ac-tion.

Morris, Michael H, Donald F.Kuratko, JeffreyR. Cornwall. 2013. Entrepreneurship Pro-grams and the Modern University. EdwardElgar Publishing Limited.

Mwakujonga, Joshua, Sesabo, Yohana. 2012.Entrepreneurship Education: The Special-ization in Entrepreneurship Education onEntrepreneurial Intentions of UniversityStudents in Tanzania. Germany: Lap Lam-bert.

Suhud, Laksita Utama. 2009. Start Up Wizards.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sumodiningrat, Gunawan Prof. M.Ec. Ph.D.2015. Menuju Ekonomi Berdikari, Jakarta:Media Pressindo.

Wibowo, H. 2011. Kewirausahaan SuatuPengantar. Bandung: Widya Padjajaran.

Yusuf, Yudefri. 2012. Pemberdayaan PotensiEkonomi Pedesaan. Bogor: IPB Press.

Zimmerer, W. Thomas, N. Scarborough. 2005.Entrepreneurship the New Venture For-mation. Prentice Hall Int’l,Inc.

Page 65: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

6363

PENGARUH KUALITAS LAYANAN (SERVICE QUALITY)TERHADAP LOYALITAS MELALUI KEPUASAN

PADA MAHASISWA UNIVERSITAS NU SURABAYA

Rusdyana Intan Verriana, Mohamad Yusak AnshoriFakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

e-mail: [email protected]

Abstract: The aim of this research to examine are there impact of service quality to loyalty withsatisfaction as intervening variable to students in Nahdlatul Ulama University of Surabaya. Popula-tion in this research are students in Nahdlatul Ulama University of Surabaya total of the sample are368 from 4.536 students. This research are quantitative method with spread 368 questionnaires.The technique analyze of this research use SEM – PLS (partial least square) software. Free variableof this research is service quality (X), intervening variable is satisfaction (Z) and bunch variable isstudent’s loyalty (Y). The result of this research shown that service quality (X) have positive impactand significant to students loyalty (Y) have positive impact and significant with path coefficient 0,67with p – value < 0,001 (significant on 1%). While service quality (X) have positive impact andsignificant to students loyalty through satisfaction variable (Z) shown positive impact and signifi-cant with path coefficient 0,47 with p - value < 0,001 ( significant on 1%).

Keywords: service quality, satisfaction, and loyalty

PENDAHULUAN

Dengan bertumbuh dan berkembangnyaindustri di bidang jasa, maka masalah layananmenjadi satu hal yang sangat penting karenaselalu terkait dengan kebutuhan dan keinginanmasyarakat yang semakin populer. Keinginanmasyarakat untuk mendapatkan layanan yangbaik harus segera direspons dan dipenuhi karenaperbaikan layanan akan membuat perusahaanatau instansi tersebut terus tumbuh dan berkem-bang dengan baik. Menurut Priyono (2006)pemberian layanan yang baik adalah salah satucara utama untuk tetap maju di tengah persa-ingan yang ketat, apalagi bagi perusahaan atauinstansi yang bergerak di bidang jasa.

Layanan yang berkualitas merupakan senja-ta utama untuk menjaga keberlangsungan suatuperusahaan atau instansi. Dengan adanya kua-litas layanan yang baik maka konsumen baru

akan datang dan konsumen yang lama akanmenjadi pelanggan.

Konsumen adalah raja, hal tersebut harusditanamkan oleh pelaku jasa. Sebagaimana hal-nya seorang raja, maka konsumen harus dilayanisebaik mungkin terutama di masa sekarang dimana masyarakat memiliki banyak pilihan untukmenentukan produk dan jasa yang akan merekagunakan atau konsumsi.

Salah satu layanan produk jasa yang banyaksekali ditawarkan dan memiliki banyak pilihanadalah produk jasa di bidang layanan pendidikanyang sangat ketat sekali persaingannya. Sepertidi Kota Surabaya terdaftar ada 69 universitas dikota ini (www.infosby.asia.com) sehingga per-saingan dalam bidang layanan jasa pendidikandi kota Surabaya menjadi semakin ketat, baiklembaga pendidikan yang berstatus negeri mau-pun swasta.

Page 66: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

64

Saat ini layanan jasa yang bergerak di bidanglayanan pendidikan dengan perkembangannyatelah banyak mengalami perubahan. Baik per-ubahan di bidang penerapan kebijakan pendi-dikan maupun kurikulum yang diterapkan.Sehingga sebagai pelaku jasa di bidang pendidik-an, strategi kualitas layanan merupakan suatuhal yang sangat penting diterapkan, untuk mem-bangun sebuah ciri khas di lembaga pendidikanitu sendiri. Salah satu universitas yang menjadiobjek penelitian kualitas layanan terhadap ke-puasan dan loyalitas saya adalah universitasNahdlatul Ulama Surabaya atau yang lebih dike-nal dengan nama Unusa.

Unusa didirikan oleh Yayasan Rumah sakitIslam Surabaya (Yarsis), embrio berdirinya ber-awal sejak tahun 1979 yakni berupa berdirinyaSekolah Perawat Kesehatan (SPK) kemudiandalam perjalanannya mulai tahun 2012 StikesYarsis mulai mengajukan proses legalitas per-alihan bentuk institusi ke Dikti menjadi univer-sitas, sebuah lompatan besar namun terarahdari proses yang panjang dan akhirnya padatahun 2013 dengan surat Mendikbud RI No.265/E/O/2013 pada tanggal 2 Juli 2013 StikesYarsis resmi berganti nama menjadi UniversitasNahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Dalam usia yang masih muda sejak menjadiuniversitas, Unusa sudah mampu menunjukkaneksistensinya. Eksistensi tersebut bisa dibuktikandengan pertambahan jumlah mahasiswa pertahunnya. Berikut tabel perkembangan jumlahmahasiswa per tahun.

TabelJumlah Perkembangan Mahasiswa Periode 2013–2015

Nama Program Studi Periode Jumlah

Mahasiswa Aktif

Prodi D-III Kebidanan 2013 688 2014 588 2015 486

Prodi D-III Keperawatan 2013 313 2014 264 2015 237

Prodi D-IV Analis Kesehatan 2013 12 2014 73 2015 128

Prodi Profesi Ners 2013 75 2014 54 2015 115

Prodi S1 Akuntansi 2014 15 2015 34

Prodi S1 Gizi 2013 17 2014 59 2015 93

Prodi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

2013 25 2014 78 2015 135

Prodi S1 Keperawatan 2013 502 2014 570 2015 589

Prodi S1 Manajemen 2013 7 2014 43 2015 89

Prodi S1 Pendidikan Dokter 2014 50 2015 105

Prodi S1 Pendidikan Guru PAUD

2014 157 2015 287

Prodi S1 Pendidikan Guru SD 2013 19

2014 57 2015 108

Prodi S1 Sistem Informasi 2013 3 2014 17 2015 23

Sumber: Data Kemahasiswaan Universitas NahdlatulUlama, 2016

Page 67: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

65

Dari tabel dapat dilihat bahwa terdapatpeningkatan jumlah mahasiswa per tahun darisetiap program studi. Bila terjadi penurunanjumlah mahasiswa maka perlu adanya pengeva-luasian terhadap setiap tindakan yang dilakukanoleh Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.Mulai dari pengevaluasian terhadap tindakanpemasaran atau promosi hingga evaluasi kualitaslayanan yang diberikan oleh universitas.

Persaingan yang semakin ketat dan kompe-titor yang semakin kompetitif, mengharuskanUnusa untuk senantiasa meningkatkan kualitaslayanan guna mendapatkan kepercayaan maha-siswa sehingga mahasiswa tidak mudah ber-pindah pada lembaga pendidikan lainnya.

Oleh karena itu, pengukuran kepuasan akanlayanan yang diberikan oleh Unusa harus selaludilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk menge-tahui dan merencanakan strategi yang lebih baikdi masa mendatang dan untuk meningkatkankualitas layanan agar dapat memenuhi keinginandan kebutuhan mahasiswa. Berdasarkan hal ter-sebut, maka peneliti ingin mengkaji lebih men-dalam mengenai pengaruh kualitas layanan yangtelah diberikan terhadap loyalitas melalui ke-puasan mahasiswa di Universitas Nahdlatul Ula-ma Surabaya.

KERANGKA TEORETIS

Manajemen Pemasaran

Setiap organisasi harus mampu bersikapdinamis dalam merespons perubahan agar mamputetap bertahan dalam ketatnya persaingan. Per-ubahan yang terjadi pada lingkungan organisasibisa saja mengubah kebijakan dan strategi dalamseluruh bidang perusahaan mulai dari keuangan,operasional, sumber daya manusia dan pema-saran. Keseluruhan bidang tersebut merupakanbidang yang memiliki peran penting untuk se-

buah perusahaan tetapi bidang pemasaran me-mainkan peranan yang sangat penting dalamsuatu perusahaan karena melalui strategi pema-saran yang baik pada akhirnya akan memberikontribusi laba yang cukup baik bagi perusahaan.

Pemasaran merupakan penghubung antarakebutuhan masyarakat, untuk memahami kebu-tuhan tersebut pemasar harus paham tentangkebutuhan konsumen. Untuk memahami kebu-tuhan konsumen pemasar harus dapat mendefini-sikan pemasaran (marketing). Pemasaran (mar-keting) adalah kegiatan manusia yang ditujukanuntuk memuaskan kebutuhan dan keinginanmelalui proses pertukaran. Dari definisi ini mun-cul kegiatan pemasaran yang utama yakni pema-sar berusaha untuk memuaskan kebutuhan dankeinginan pasar sasaran mereka.

Untuk memuaskan kebutuhan dan keingin-an pasar sasaran para pemasar harus memahamikebutuhan dan keinginan konsumen dengan caramenciptakan kualitas layanan yang baik. Selainmenciptakan kualitas layanan yang baik strategipemasaran yang baik juga merupakan faktorpenting untuk memenuhi harapan konsumensehingga akan tercipta rasa customer satisfac-tion (kepuasan konsumen). Untuk itu, dalammelakukan kegiatan pemasaran harus dapatmemberikan kualitas layanan yang baik agarmampu memenuhi harapan konsumen hinggatimbul rasa kepuasan konsumen jika perusahaantersebut menginginkan usahanya tetap berjalanterus atau menginginkan konsumen mempunyaipandangan yang baik terhadap perusahaan.

Kualitas Layanan

Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuas-an dan loyalitas merupakan salah satu topikpenelitian yang sudah banyak dilakukan selamalebih dari 40 tahun. Sehingga definisi kualitas

Page 68: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

66

layanan (service quality) telah banyak disampai-kan definisi tentang kualitas berdasarkan tigasudut pandang pakar kualitas internasional, yaitumengacu pada pendapat Crosby et al. (dalamYamit, 2005) antara lain: (1) Deming mendefi-nisikan kualitas adalah apa pun yang menjadikebutuhan dan keinginan konsumen; (2) Crosbymempersepsikan kualitas sebagai nihil cacat,kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persya-ratan; dan (3) Juran mendefinisikan kualitassebagai kesesuaian terhadap spesifikasi, jikadilihat dari sudut pandang produsen. Sedangmenurut Lewis & Booms dalam Manullang,(2008) berpendapat bahwa kualitas layanan seba-gai ukuran seberapa baik tingkat layanan yangdiberikan mampu sesuai dengan harapan pelang-gan.

Konsumen menilai kualitas layanan berda-sarkan persepsi mereka dari hasil teknis yangdiberikan yang merupakan proses di mana hasildisampaikan. Menurut Parasuraman dalamKheng et al. (2010) menyebutkan bahwa layananberarti derajat perbedaan yang timbul dari pro-ses layanan dan interaksi antara penyedia layanandengan konsumen.

Pada prinsipnya kualitas layanan berfokuspada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginankonsumen serta ketekatan penyampaiannyauntuk menyesuaikan harapan konsumen. Menu-rut Kotler (2009) kualitas layanan merupakankeseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yangberpengaruh pada kemampuan memenuhi kebu-tuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat.Definisi lain kualitas layanan bahwa kualitaslayanan adalah tingkat keunggulan yang diha-rapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulantersebut untuk memenuhi keinginan konsumen,menurut (Maharani: 2010). Sedang menurutLewis dan Booms dalam Wijaya (2011), kualitaslayanan adalah ukuran seberapa bagus tingkat

layanan yang diberikan mampu dan sesuai de-ngan ekspektasi konsumen.

Kualitas dimulai dari kebutuhan konsumendan berakhir pada persepsi konsumen. Kualitasjasa (service quality) dibangun atas adanya per-bandingan dua faktor utama yaitu persepsi kon-sumen atas pelayanan yang nyata mereka terima(perceived service) dengan layanan yang sesung-guhnya diharapkan atau diinginkan (expectedservice). Menurut Adhiyanto (2012), menyatakanbahwa kualitas layanan yang baik dalam suatuperusahaan akan dapat memberikan rasa puasterhadap pelanggan. Kualitas layanan merupakansegala kegiatan yang bertujuan untuk memenuhikebutuhan dan keinginan pelanggan agar sesuaiharapan mereka, menurut (Purbarani: 2013).

Selanjutnya, menurut Wyckof dalam Love-lock (2013), kualitas layanan adalah tingkatkeunggulan yang diharapkan dan pengendalianatas tingkat keunggulan tersebut untuk meme-nuhi keinginan pelanggan. Ini jelas mendefinisi-kan bahwa kualitas berpusat pada konsumen,seorang produsen dapat memberikan kepuasanbila produk atau layanan yang diberikan dapatmemenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Dari beberapa teori para ahli di atas makadapat disimpulkan bahwa kualitas layanan adalahsuatu interaksi penyampaian jasa untuk meme-nuhi kebutuhan dengan tingkat keunggulan se-hingga sesuai dengan harapan pelanggan.

Dimensi Kualitas Layanan

Ada beberapa dimensi kualitas layanan jasayang dapat dipergunakan untuk mengetahui ting-kat kualitasnya. Menurut Parasuraman et alyang lebih dikenal SERQUAL dalam Kotler danKeller (2007) kualitas layanan dapat dilihat darilima dimensi sebagai berikut.

Page 69: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

67

1. Bukti langsung (tangibles) merupakan ke-mampuan suatu perusahaan dalam menunjuk-kan eksistensinya kepada pihak eksternal.

2. Keandalan (reliability) kemampuan perusa-haan untuk memberikan layanan sesuai de-ngan yang dijanjikan secara akurat dan teper-caya.

3. Ketanggapan (responsiveness) merupakansuatu kebijakan untuk membantu dan mem-berikan layanan yang cepat (responsive) dantepat kepada pelanggan dengan penyampaianinformasi yang jelas.

4. Jaminan (assurance) merupakan pengetahuankesopansantunan dan kemampuan para pega-wai perusahaan untuk menumbuhkan rasapercaya para pelanggan kepada perusahaan.

5. Merupakan pemberian perhatian yang tulusdan bersifat individual atau pribadi yang dibe-rikan kepada para pelanggan dengan berupa-ya memahami keinginan konsumen.

Dimensi lain juga dijelaskan oleh Zeithaml,et al. (dalam Yamit, 2005) yang telah melakukanberbagai penelitian terhadap beberapa jenis jasadan berhasil mengidentifikasi lima dimensi ka-rakteristik yang digunakan oleh para pelanggandalam mengevaluasi kualitas layanan. Kelimadimensi karakteristik kualitas layanan tersebutadalah sebagai berikut.1. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan

dalam memberikan layanan dengan segeradan memuaskan serta sesuai dengan yangtelah dijanjikan.

2. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginanpara staf untuk membantu para pelanggandan memberikan layanan dengan tanggap.

3. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemam-puan, kesopanan dan sifat dapat dipercayayang dimiliki para staf, bebas dari bahaya,risiko ataupun keraguan.

4. Empathy, meliputi kemudahan dalam melaku-kan hubungan, komunikasi yang baik danperhatian dengan tulus terhadap kebutuhanpelanggan.

5. Tangibles (bukti langsung) meliputi fasilitasfisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana ko-munikasi.

Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk(2008) dimensi kualitas layanan dirumuskan men-jadi sepuluh kategori.1. Reliability atau keandalan yaitu kemampuan

karyawan di dalam suatu perusahaan untukmenyediakan layanan dengan benar padawaktu yang tepat.

2. Responsiveness atau responsif yaitu kesiapandan kesediaan karyawan di dalam suatuperusahaan dalam memberikan layanan.

3. Competency atau kompetensi yaitu kemam-puan dan pengetahuan yang dimiliki olehkaryawan untuk melayani konsumen.

4. Accessibility atau aksesibilitas yaitu perusa-haan mampu memberikan kemudahan dalamakses informasi yang merupakan bagian darikomunikasi antara konsumen dengan karya-wan maupun perusahaan.

5. Affability atau kesopanan yaitu kemampuankaryawan dalam suatu perusahaan untukmemberikan rasa hormat, kesopanan, mau-pun keramahan terhadap konsumen.

6. Communications atau komunikasi yaituinformasi yang tidak terbatas sesuai dengankebutuhan konsumen serta kemampuan kar-yawan dalam suatu perusahaan untuk men-dengarkan keinginan maupun keluhan kon-sumen.

7. Credibility atau kredibilitas yaitu sikap keju-juran yang tinggi yang dimiliki oleh karya-wan sehingga mendukung kepercayaan dankeyakinan dari konsumen.

Page 70: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

68

8. Secure atau keamanan yaitu kemampuankaryawan untuk memberikan konsumen rasaaman jauh dari bahaya, risiko, atau kerugian.

9. Empathy atau empati yaitu kemampuan kar-yawan dalam suatu perusahaan untuk dapatmengerti kebutuhan dan keinginan konsu-men.

10. Tangible atau fisik yaitu faktor pendukungyang tersedia seperti adanya fasilitas, penam-pilan karyawan, dan peralatan yang lengkapserta sesuai standar yang dapat digunakanuntuk melayani konsumen.

Dari beberapa dimensi di atas dapat disim-pulkan bahwa dimensi keandalan (reliability),ketanggapan (responsiveness), bukti langsung(tangibles), empathy dan jaminan (assurance)merupakan dimensi yang sering kali diperhatikandalam kualitas layanan jasa.

Kepuasan Pelanggan

Kepuasan konsumen telah menjelma menja-di sebuah kewajiban bagi setiap organisasi bisniskarena tingginya tingkat persaingan menyebab-kan kepuasan menjadi suatu hal yang sangatdiperhatikan bagi pemasar. Dari sebuah perasaanpuas atau ketidakpuasan dapat memengaruhitingkat profitabilitas perusahaan di masa menda-tang. Ketika merasa puas atas layanan yangdidapatkan, maka besar kemungkinan merekaakan kembali lagi dan melakukan pembelianyang lain dan mereka juga akan merekomendasi-kan pada teman-teman dan keluarganya tentangperusahaan tersebut.

Menurut Sarjono (2007) kepuasan adalahperbandingan antara harapan yang diinginkantentang pelayanan karyawan, kompetensi tenagaahli yang didukung oleh sarana prasarana dankepemimpinan dengan apa yang mereka rasakan

setelah mendapatkan pelayanan. Tanggapan inidikaitkan dengan harapan, pengalaman dan hasilkonsumsi produk atau jasa. Kepuasan dapattercipta dari pengalaman dalam mengonsumsijasa atau produk, jika lembaga dapat memberi-kan janji sesuai dengan yang diharapkan makamereka akan merasa puas.

Berbagai tingkat kepuasan dan ketidakpuas-an setelah mengalami atau merasakan masing-masing jasa sesuai dengan sejauh mana harapanmereka terpenuhi atau terlampaui. MenurutZulian (2008), kepuasan merupakan evaluasipurna-beli atau hasil evaluasi setelah memban-dingkan apa yang dirasakan dengan harapannya.Sedang menurut Lupioadi (2008) menyatakanbahwa kepuasan atau ketidakpuasan adalah res-pons terhadap evaluasi ketidaksesuaian yangdirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerjaaktual produk yang dirasakan setelah pemakaian-nya. Kepuasan yang tinggi atau kesenangan cen-derung akan menyebabkan perilaku positif, terja-dinya kelekatan emosional terhadap merek danjuga preferensi rasional sehingga hasilnya adalahkesetiaan (loyalitas) yang tinggi.

Kepuasan adalah sikap positif terhadaplayanan lembaga karena adanya kesesuaian anta-ra harapan dari layanan dibandingkan dengankenyataan yang diterimanya (Sopiatin, 2010).Kepuasan menunjukkan keadaan emosional,reaksi pasca-pembelian yang ditunjukkan dapatberupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelanatau kesenangan. Menurut Tjiptono (2011)menyatakan bahwa kepuasan merupakan evaluasipurna-beli di mana alternatif yang dipilih seku-rang-kurangnya sama atau melampaui harapan,sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil(outcome) tidak memenuhi harapan.

Kepuasan adalah suatu respons fisiologis,perasaan senang, atau kecewa seseorang yangmuncul setelah membandingkan antara persepsi

Page 71: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

69

atau kesannya terhadap kinerja (hasil) suatuproduk dan harapan-harapannya sebelum dansetelah mengonsumsi produk atau jasa tersebut,(Shing: 2012).

Dari beberapa definisi para ahli di atasmaka dapat disimpulkan kepuasan adalah suaturespons perasaan yang dirasakan pelanggan dimana apa yang dirasakan lebih dari apa yangmereka harapkan sedangkan ketidakpuasan ada-lah apa yang dirasakan tidak sesuai dengan apayang mereka harapkan.

Perlu diperhatikan bahwa harapan berkem-bang dari waktu ke waktu seiring dengan sema-kin banyaknya informasi yang diterima sertamakin bertambahnya pengalamannya. Pada gilir-annya semua ini akan berpengaruh terhadaptingkat kepuasan yang dirasakan.

Mereka (pelanggan) yang merasa puas akanmendatangkan manfaat bagi perusahaan, berikutmanfaat kepuasan menurut (Lovelock: 2011).1. Untuk mengisolasi pelanggan dari persaingan2. Dapat menciptakan keunggulan yang berke-

lanjutan.3. Mengurangi biaya kegagalan untuk menarik

mendorong pelanggan kembali.4. Untuk mendorong loyalitas pelanggan.5. Pelanggan yang merasa puas secara tidak

langsung akan mempromosikan dari mulutke mulut.

6. Menurunkan biaya pelanggan baru.

Dimensi Kepuasan

Ada beberapa dimensi kepuasan yang dapatdipergunakan untuk mengetahui tingkat kepuas-an konsumen. Menurut Kotler Philip (2009)kepuasan dapat diukur dengan menanyakansecara langsung kepuasan konsumen denganmenggunakan skala sedangkan metode lain de-ngan meminta responden membuat daftar masa-

lah yang dihadapi dan membuat daftar yangdisarankan untuk perbaikan (problem analysis).

Adapun indikator yang digunakan untukmengukur kepuasan menurut Kotler Philip(2009) yaitu pertama dengan mengukur tingkatkualitas yang diberikan apa sudah sesuai denganyang dijanjikan dan kedua mengukur bagaimanatingkat layanan yang baik dan memberikan ke-puasan bagi konsumen.

Sedangkan menurut Kotler dalam Suwardi(2011) ada beberapa dimensi untuk memperta-hankan kepuasan konsumen yakni dengan meli-hat empat dimensi sebagai berikut.1. Re-purchase: membeli kembali, di mana pe-

langgan tersebut akan kembali kepada perusa-haan untuk mencari barang atau jasa.

2. Menciptakan word of mouth: dalam hal inipelanggan akan mengatakan hal-hal yang baiktentang perusahaan kepada orang lain.

3. Menciptakan citra merek: pelanggan akankurang memperhatikan merek dan iklan dariproduk pesaing.

4. Menciptakan keputusan pembelian pada per-usahaan yang sama: membeli produk laindari perusahaan yang sama.

Definisi Loyalitas

Menurut Philip Kotler dan Keller (2007),loyalitas atau kesetiaan didefinisikan sebagaikomitmen yang dipegang kuat untuk membeliatau berlangganan lagi produk atau jasa tertentudi masa depan. Loyalitas akan menjadi kuncisukses tidak hanya pada jangka pendek tetapijuga memiliki keunggulan bersaing secara berke-lanjutan, meskipun nantinya ada pengaruh situasidan usaha pemasaran yang berpotensi menyebab-kan perubahan perilaku.

Menurut pemahaman umum, loyalitas ada-lah komitmen yang kuat untuk berlangganan

Page 72: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

70

kembali atau melakukan pembelian ulang pro-duk atau jasa yang disukai secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruhsituasi dan usaha pemasaran mempunyai potensiuntuk menimbulkan perilaku berpindah. Pelang-gan yang loyal karena puas dan ingin meneruskanhubungan pembelian merupakan ukuran kede-katan pelanggan pada sebuah produk dan merek.

Menurut Ali Hasan (2008), menyatakanbahwa loyalitas sebagai orang yang membeli, khu-susnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan yang loyal sangat berarti bagibadan usaha karena biaya untuk mendapatkanpelanggan baru lebih mahal dari pada memeliharapelanggan lama (Peter dan Olson: 2010).

Menurut Tjiptono dan Chandra (2012),menyatakan bahwa selama ini loyalitas pelanggankerap kali dikaitkan dengan perilaku pembelianulang. Keduanya memang berhubungan namunsesungguhnya berbeda. Dalam konteks merek,loyalitas dapat diartikan sebagai cerminan komit-men psikologis terhadap merek tertentu, sedang-kan perilaku pembelian ulang semata-mata me-nyangkut pembelian merek tertentu yang secaraberulang kali hal ini terjadi bisa karena satu-satunya merek yang tersedia atau hal lain sepertimerek yang termurah dan sebagainya.

Ada lima faktor yang memengaruhi loyalitas(Vanessa Gaffar: 2007) dan perusahaan harusmemperhatikan kelima faktor tersebut agarmampu menciptakan karakteristik loyalitas.1. Kepuasan (satisfaction)

Kepuasan merupakan pengukuran gap antaraharapan dengan kenyataan yang mereka te-rima atau yang dirasakan.

2. Ikatan emosi (emotional bonding)Di mana konsumen dapat terpengaruh olehsebuah merek yang memiliki daya tarik ter-sendiri sehingga konsumen dapat diidentifika-sikan dalam sebuah merek, karena sebuah

merek dapat mencerminkan karakteristik kon-sumen tersebut.

3. Kepercayaan (trust)Kemauan seseorang untuk memercayakanperusahaan atau sebuah merek untuk melaku-kan atau menjalankan sebuah fungsi.

4. Kemudahan (choice reduction and habit)Konsumen akan merasa nyaman dengan se-buah kualitas produk dan merek ketika situasimereka melakukan transaksi memberikankemudahan.

5. Pengalaman dengan perusahaan (history withcompany)Sebuah pengalaman seseorang pada perusa-haan dapat membentuk perilaku. Karena keti-ka mereka mendapatkan layanan yang baikdari perusahaan maka akan mengulangi peri-laku pada perusahaan tersebut.

Pelanggan adalah aset perusahaan, sehinggaperusahaan harus menjaga dan mempertahankankonsumennya. Menurut Buchari Alma (2007),pelanggan yang loyal memiliki enam manfaatbagi perusahaan sebagai berikut.1. Pelanggan yang sudah ada memiliki prospek

yang lebih besar untuk memberikan keun-tungan kepada perusahaan.

2. Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalammenjaga dan mempertahankan pelangganyang sudah ada relatif lebih kecil daripadamencari pelanggan baru.

3. Pelanggan yang percaya kepada suatu lembagadalam suatu urusan bisnis cenderung akanpercaya juga pada urusan bisnis yang lain.Seperti menggunakan lini produk lain.

4. Jika sebuah perusahaan lama memiliki banyakpelanggan lama, maka perusahaan tersebutakan mendapatkan keuntungan karena adanyaefisiensi. Karena pelanggan lama sudah tentutidak akan banyak lagi tuntutan.

Page 73: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

71

5. Pelanggan lama tentunya telah banyak memi-liki pengalaman positif yang berhubungandengan perusahaan sehingga mengurangi bia-ya psikologis dan sosialisasi.

6. Pelanggan lama akan berusaha membela per-usahaan dan mereferensikan perusahaan ter-sebut kepada teman maupun lingkungannya.

Dari beberapa teori tentang loyalitas dapatdisimpulkan bahwa loyalitas adalah perilaku po-sitif dari seorang pelanggan terhadap produkatau jasa dengan melakukan pembelian berulang-ulang sekaligus tindakan mengajak orang lainuntuk menggunakan produk atau jasa yang sama.

Dimensi Loyalitas

Menurut Hidayat (2009) loyalitas merupa-kan komitmen seorang terhadap suatu pasarberdasarkan sikap positif dan tecermin dalampembelian ulang secara konsisten. Dimensi dariloyalitas tersebut adalah sebagai berikut.1. Trust merupakan tanggapan kepercayaan kon-

sumen terhadap pasar.2. Emotion commitment merupakan komitmen

psikologi konsumen terhadap pasar.3. Switching cost merupakan tanggapan konsu-

men tentang beban yang diterima ketika ter-jadi perubahan.

4. Word of mouth merupakan perilaku publisitasyang dilakukan konsumen terhadap pasar.

5. Cooperation merupakan perilaku konsumenyang menunjukkan sikap bekerja sama denganpasar.

METODE PENELITIAN

Sampel dan Prosedur

Populasi adalah wilayah generalisasi yangterdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetap-kan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudianditarik kesimpulannya, menurut Sugiyono(2014). Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh mahasiswa Universitas Nahdlatul UlamaSurabaya (Unusa) yang jumlah keseluruhan 4.536mahasiswa dari jumlah angkatan tahun 2013hingga 2015. Dalam riset ini, teknik pengambilansampel yang digunakan menggunakan metodepurposive sampling dengan kriteria respondenyang terpilih adalah angkatan tahun 2013 hinggatahun 2015, karena tiga angkatan tersebut sudahmerasakan kualitas layanan cukup lama yangdiberikan oleh Universitas Nahdlatul UlamaSurabaya (Unusa).

Penelitian ini menyebarkan 368 kuesionerdengan responden mahasiswa Universitas Nah-dlatul Ulama Surabaya. Dari total 368 respon-den, diketahui bahwa, responden yang berjeniskelamin perempuan lebih banyak mendominasidalam penelitian ini hingga 75%, sedangkanyang berjenis kelamin laki-laki hanya 25%.Kondisi tersebut terjadi karena memang di uni-versitas Nahdlatul Ulama Surabaya mayoritasmahasiswa terbanyak adalah mahasiswa dariprogram studi keperawatan dan kebidanan yangdi mana dalam program studi tersebut mayoritasmahasiswanya didominasi perempuan.

Sedangkan hasil karakteristik demografi ber-dasarkan usia, responden yang berusia 20 tahundalam penelitian ini lebih banyak mendominasihingga 80%, sisanya responden dengan usia >22 dan 21 tahun. Kondisi tersebut terjadi karenajika dianalisis dari jumlah angkatan mahasiswaper tahun, jumlah mahasiswa tahun 2015 memi-liki jumlah terbanyak daripada tahun 2013 dan2014 dan mayoritas mahasiswa angkatan tahun2015 berusia 20 tahun.

Dalam penelitian ini responden didominasioleh mahasiswa dari fakultas keperawatan dan

Page 74: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

72

kebidanan yakni hingga 65% dan sisanya dari fa-kultas kesehatan, fakultas teknik, fakultas eko-nomi, fakultas kedokteran, dan fakultas pendi-dikan. Kondisi tersebut terjadi karena jumlahmahasiswa fakultas keperawatan dan kebidananmemiliki jumlah terbanyak daripada jumlah maha-siswa dari fakultas non keperawatan dan kebi-danan. Dengan demikian, persentase untuk penye-baran angket didominasi oleh responden darifakultas keperawatan dan kebidanan.

Sedangkan jika berdasarkan periode tahuntercatat sebagai mahasiswa di Universitas Nah-dlatul Ulama Surabaya didominasi oleh mahasis-wa terbanyak dari tahun 2015 yakni 61%, dansisanya dari periode tahun 2014 dan 2013.Kondisi ini jelas karena periode tahun 2015memiliki jumlah mahasiswa terbanyak daripadajumlah mahasiswa tahun 2014 dan 2013.

Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel dalam penelitian ini mengacu padalima dimensi kualitas pelayanan sebagaimanayang dijelaskan oleh Zeithaml dan Bitner (2003)merumuskan lima dimensi kualitas layanan.1. Tangibles (bukti langsung), merupakan pe-

nampilan dan kemampuan sarana dan prasa-rana fisik dan dapat diandalkan, keadaanlingkungan sekitar adalah bukti nyata daripelayanan yang diberikan oleh si pemberijasa seperti gedung bagus, peralatan lengkapdan canggih, kenyamanan ruang, lahan parkirluas dan nyaman dan sebagainya.

2. Reliability (keandalan), merupakan kemam-puan untuk memberikan jasa yang dijanjikandengan terukur dan tepercaya. Kinerja harussesuai dengan harapan pelanggan yang berartiketepatan waktu, pelayanan yang sama untuksemua pelanggan dan tanpa kesalahan.

3. Empathy (empati), merupakan pemberianperhatian yang bersifat individual atau pribadi

kepada pelanggan dan berupaya untuk me-mahami keinginan pelanggan.

4. Responsiveness (daya tanggap), merupakansuatu kebijakan untuk membantu memberi-kan layanan yang cepat kepada pelanggan.

5. Assurance (jaminan), merupakan pengetahuandan keramahan karyawan serta kemampuanuntuk melaksanakan tugas secara spontanyang dapat menjamin kinerja yang baik se-hingga menimbulkan kepercayaan dan keya-kinan pelanggan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan analisis pengaruh kua-litas layanan terhadap loyalitas melalui kepuasanmahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Sura-baya, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitaspengukuran. Pengukuran Validitas alat ukur (kue-sioner) digunakan Pengukuran validitas konstrukdengan menggunakan software SEM-PLS dapatmenggunakan cara yaitu convergent validity.Pengukuran convergent validity pada softwareWarpPLS dengan melihat combined loading dancross loadings masing-masing indikator, jikaterdapat nilai combined loading dan cross load-ings > 0,4–0,7 dan nilai p signifikan pada <0,05 maka indikator tersebut dinyatakan valid,menurut (Hair et, al, 2013). Untuk mengukurreliabilitas alat ukur (kuesioner) pengukuranreliabilitas konstruk dengan menggunakan soft-ware SEM - PLS dilakukan dengan cara diukurmenggunakan composite reliability dan cronbachalpha. Nilai dari composite reliability dan cron-bach alpha dinyatakan reliable jika nilai lebihbesar dari 0,70 (Sholihin dan Ratmono, 2013).

SEM PLS

Teknik analisis yang digunakan untuk peng-ujian hipotesis pada penelitian ini adalah SEM-

Page 75: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

73

PLS (Partial Least Square) dikembangkan pertamakali oleh Herman Wold sebagai metode umumuntuk mengestimasi path model yang mengguna-kan konstruk laten dengan multiple indicator.

SEM-PLS merupakan metode analisis yangpowerful karena dapat diterapkan pada semuaskala data, tidak membutuhkan banyak asumsi.Walaupun SEM-PLS dapat juga digunakan untukmengonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakanuntuk menjelaskan ada atau tidaknya hubunganantar variabel laten, menurut Ghozali (2014).

SEM-PLS mempunyai kelebihan yaitu mam-pu mengestimasi model yang besar dan kompleksdengan ratusan variabel laten dan ribuan indika-tor. Apabila sebuah penelitian berada dalamsituasi kompleksitas yang tinggi dan memilikiukuran sampel kurang dari 200, maka analisisSEM dengan menggunakan PLS lebih sesuaiditerapkan, menurut Ghozali (2014).

Ada banyak sekali software SEM-PLS yangbisa digunakan yaitu PLS-Graph, Smart-PLS,Visual-PLS, Warp-PLS, dan lain-lain, namun da-lam penelitian ini penulis menggunakan soft-ware Warp-PLS 3.0. Alasan mengapa mengguna-kan SEM-PLS karena sampel yang digunakandalam penelitian ini relatif besar dan indikatorpengukuran dalam penelitian ini lebih dari 50,(Hair et al.: 2013).

LANGKAH-LANGKAH SEM PLS

1. Evaluasi Outer Model

Outer model adalah model yang menspe-sifikasikan hubungan antara variabel laten de-ngan indikator-indikatornya atau bisa dikatakanbahwa outer model mendefinisikan bagaimanasetiap indikator berhubungan dengan variabellatennya, (Ghozali: 2008). Tahap evaluasi outermodel merupakan tahapan dalam pengukuranvariabel yang akan dilakukan uji validitas dan

reliabilitas. Uji validitas variabel atau konstrukdalam analisis SEM-PLS terdiri atas dua halberikut.a. Convergent validity. Pengukuran pada con-

vergent validity didasarkan pada nilai com-bined loading dan cross loadings dengan >0,4–0,7 dan nilai p signifikan pada <0,05 makaindikator tersebut dinyatakan valid, menurut(Hair et, al, 2013).

b. Composite reliability dan cronbach alpha.Pengukuran pada composite reliability dancronbach alpha merupakan nilai batas yangditerima untuk tingkat reliabilitas dengankriteria adalah >0,70.

2. Evaluasi Inner Model

Inner model adalah model yang menspesi-fikasi hubungan antar-variabel laten atau bisajuga dikatakan inner model menggambarkanhubungan antar-variabel laten berdasarkan sub-stantive theory, Ghozali (2008).

Tujuan dari inner model adalah untuk meli-hat korelasi antara konstruk yang diukur denganmelihat nilai R-square model yang menunjukkanseberapa besar pengaruh antar-variabel dalammodel.). Nilai R-squared digunakan untuk meng-ukur tingkat variasi perubahan variabel inde-penden terhadap variabel dependen, maka dariitu semakin tinggi nilai R-squared pada suatumodel, hal tersebut menunjukkan semakin baikjuga model prediksi dari model penelitian yangdiajukan (Hartono dan Abdillah, 2014).

Proses pengujian hipotesis dalam penelitianini dilakukan dengan melihat nilai path coeffi-cients dan P value dari SEM-PLS itu sendiri.Path coefficients digunakan untuk melihat arahhubungan dalam hipotesis penelitian ini. Nilaipath coefficients bernilai positif berarti variabelindependen berpengaruh positif dengan variabel

Page 76: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

74

dependen, sedangkan jika nilai koefisien jalurbernilai negatif diartikan maka variabel indepen-den berpengaruh negatif dengan variabel depen-den. Hipotesis dalam penelitian ini dikatakanterdukung dengan p-value jika memiliki nilai<0,01 maka tingkat signifikan adalah 1%, p-value < 0,05 maka tingkat signifikan adalah 5%dan jika p-value < 0,1 maka tingkat nilai signi-fikan adalah 10%.

HASIL ANALISIS SEM PLS

a. Evaluasi pertama pada outer model adalahconvergent validity. Untuk mengukur conver-gent validity digunakan nilai combined load-ing dan cross loadings. Suatu indikator dikata-kan memenuhi convergent validity jika memi-liki nilai dengan >0,4–0,7 dan nilai p signi-fikan pada <0,05 maka indikator tersebutdinyatakan valid, menurut (Hair et al., 2013).Berikut adalah nilai combined loading dancross loadings masing-masing indikator padavariabel penelitian.

KL KM LM SE P Value res1 0,515 -0.132 0.893 0.039 < 0,001 res2 0,514 -0.159 0.838 0.04 < 0,001 res3 0,637 0.131 0.082 0.041 < 0,001 res4 0,716 0.129 0.064 0.039 < 0,001 res5 0,756 0.101 -0.028 0.034 < 0,001 res6 0,694 -0.044 0.009 0.04 < 0,001 res7 0,729 -0.035 -0.071 0.043 < 0,001 res8 0.738 -0.231 -0.338 0.041 < 0,001 res9 0,684 -0.077 0.222 0.042 < 0,001 res10 0,648 -0.236 0.11 0.045 < 0,001 res11 0,637 -0.142 0.412 0.049 < 0,001 res12 0,559 -0.485 0.663 0.04 < 0,001 res13 0,709 -0.23 -0.194 0.041 < 0,001 res14 0,647 0.033 -0.179 0.045 < 0,001 res15 0,766 0.224 -0.229 0.046 < 0,001 res16 0,713 0.039 -0.48 0.04 < 0,001 res17 0,724 0.19 0.096 0.047 < 0,001 res18 0,713 0.015 0.001 0.045 < 0,001 res19 0,726 0.117 -0.308 0.039 < 0,001 a1 0,519 -0.22 0.535 0,044 < 0,001

a2 0,529 -0.127 0.565 0,048 < 0,001 a3 0,683 -0.223 0.154 0,037 < 0,001 a4 0,771 -0.108 -0.081 0,040 < 0,001 a5 0,739 0.101 -0.378 0,039 < 0,001 a6 0,729 -0.168 -0.083 0,039 < 0,001 a7 0,562 -0.659 0.527 0,043 < 0,001 a8 0,697 -0.29 -0.127 0,042 < 0,001 a9 0,779 -0.104 -0.162 0,031 < 0,001 a10 0,745 0.066 -0.401 0,037 < 0,001 a11 0,745 -0.097 -0.492 0,033 < 0,001 a12 0,780 -0.151 -0.199 0,036 < 0,001 a13 0,720 0.252 -0.517 0,040 < 0,001 a14 0,759 -0.056 -0.504 0,035 < 0,001 a15 0,808 0.256 -0.554 0,038 < 0,001 a16 0,785 0.296 -0.514 0,045 < 0,001 a17 0,708 0.013 0.616 0,036 < 0,001 a18 0,688 -0.064 0.36 0,040 < 0,001 t1 0,583 -0.004 0.382 0,048 < 0,001 t2 0,652 0.337 -0.107 0,046 < 0,001 t3 0,621 0.112 -0.143 0,043 < 0,001 t4 0,721 -0.057 0.165 0,039 < 0,001 t5 0,699 0.142 -0.125 0,042 < 0,001 t6 0,745 -0.364 0.353 0,043 < 0,001 t7 0,740 -0.173 0.374 0,036 < 0,001 t8 0,777 0.06 0.195 0.037 < 0,001 t9 0,750 0.345 -0.307 0.04 < 0,001 t10 0,818 -0.038 0.07 0.039 < 0,001 t11 0,782 0.001 0.046 0.041 < 0,001 t12 0,712 -0.045 -0.322 0.044 < 0,001 t13 0,742 -0.107 0.003 0.037 < 0,001 t14 0,693 0.033 -0.37 0.044 < 0,001 t15 0,765 -0.25 0.166 0.038 < 0,001 t16 0,742 -0.161 0.34 0.041 < 0,001 t17 0,720 -0.18 0.119 0.04 < 0,001 t18 0,650 -0.41 0.574 0.04 < 0,001 t19 0,622 -0.321 0.287 0.048 < 0,001 t20 0,678 -0.373 0.542 0.039 < 0,001 t21 0,669 0.144 -0.472 0.038 < 0,001 t22 0,767 0.011 -0.119 0.04 < 0,001 t23 0,677 0.112 -0.321 0.044 < 0,001 e1 0,604 -0.199 0.176 0.042 < 0,001 e2 0,633 0.148 -0.11 0.037 < 0,001 e3 0,780 -0.069 -0.245 0.038 < 0,001 e4 0,766 0.224 -0.326 0.037 < 0,001 e5 0.785 0.248 0.057 0.039 < 0,001 e6 0.778 0.17 -0.004 0.035 < 0,001 e7 0.828 0.317 -0.056 0.039 < 0,001 e8 0.822 0.309 -0.054 0.035 < 0,001 rel1 0.807 0.456 -0.045 0.04 < 0,001 rel2 0.835 0.406 -0.016 0.042 < 0,001 rel3 0.793 0.35 -0.006 0.041 < 0,001 rel4 0.809 0.101 -0.026 0.033 < 0,001

Page 77: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

75

Diketahui bahwa nilai outer loading masing-masing indikator pada variabel kualitas layanan,kepuasan mahasiswa, dan loyalitas semuanyabernilai >0,50 dan nilai p signifikan karena<0,05. Dengan berarti indikator-indikator yangdigunakan dalam penelitian ini telah menunjuk-kan convergent validity.b. Pengujian reliabilitas diukur menggunakan

composite reliability dan cronbach alpha. Ruleof thumb dari composite reliability dan cron-bach’s alpha dinyatakan reliable jika bernilai>0,70 (Sholihin dan Ratmono, 2013). Berikutadalah tabel nilai composite reliability.

rel5 0.722 -0.14 -0.027 0.039 < 0,001 rel6 0.690 0.101 0.561 0.037 < 0,001 res1_2 0.060 0.726 0.317 0.041 < 0,001 res2_2 0.016 0.66 0.452 0.042 < 0,001 res3_2 0.294 0.733 -0.002 0.042 < 0,001 res4_2 0.179 0.641 -0.063 0.042 < 0,001 res5_2 0.244 0.733 -0.233 0.037 < 0,001 res6_2 0.342 0.763 0.057 0.031 < 0,001 res7_2 0.176 0.784 0.018 0.039 < 0,001 res8_2 0.274 0.766 0.177 0.036 < 0,001 res9_2 0,321 0,743 -0,091 0,044 < 0,001 res10_2 0,711 0,719 -0,284 0,037 < 0,001 res11_2 0,558 0,626 -0,323 0,052 < 0,001 res12_2 0,513 0,557 -0,012 0,054 < 0,001 res13_2 0,308 0,625 0,167 0,049 < 0,001 res14_2 -0,025 0,747 0,200 0,040 < 0,001 res15_2 -0,029 0,840 0,193 0,036 < 0,001 res16_2 -0,174 0,769 0,159 0,039 < 0,001 res17_2 0,300 0,783 0,235 0,033 < 0,001 res18_2 -0,057 0,748 0,092 0,034 < 0,001 res19_2 -0,138 0,759 0,001 0,037 < 0,001 a1_2 -0,280 0,661 - 0,165 0,042 < 0,001 a2_2 -0,129 0,658 - 0,174 0,048 < 0,001 a3_2 0,338 0,687 - 0,227 0,044 < 0,001 a4_2 0,435 0,672 - 0,008 0,043 < 0,001 a5_2 0,224 0,688 - 0,329 0,046 < 0,001 a6_2 0,502 0,735 - 0,267 0,046 < 0,001 a7_2 0,168 0,639 - 0,583 0,042 < 0,001 a8_2 0,384 0,718 - 0,655 0,040 < 0,001 a9_2 0,018 0,697 - 0,682 0,038 < 0,001 a10_2 0,399 0,693 - 0,629 0,045 < 0,001 a11_2 0,306 0,701 - 0,634 0,033 < 0,001 a12_2 0,369 0,713 - 0,628 0,038 < 0,001 a13_2 0,208 0,798 - 0,060 0,035 < 0,001 a14_2 -0,010 0,782 - 0,095 0,043 < 0,001 a15_2 0,255 0,708 - 0,683 0,035 < 0,001 a16_2 0,158 0,793 - 0,467 0,042 < 0,001 a17_2 0,155 0,733 - 0,423 0,044 < 0,001 a18_2 -0,103 0,751 - 0,356 0,043 < 0,001 t1_2 -0,269 0,733 0,261 0,042 < 0,001 t2_2 0,077 0,754 - 0,017 0,048 < 0,001 t3_2 - 0,149 0,681 0,712 0,033 < 0,001 t4_2 -0,151 0,648 0,746 0,039 < 0,001 t5_2 - 0,440 0,711 0,792 0,035 < 0,001 t6_2 - 0,008 0,744 0,159 0,047 < 0,001 t7_2 0,030 0,623 0,178 0,048 < 0,001 t8_2 0,053 0,745 0,015 0,040 < 0,001 t9_2 - 0,041 0,791 - 0,027 0,033 < 0,001 t10_2 - 0,123 0,818 - 0,013 0,041 < 0,001 t11_2 - 0,288 0,786 - 0,012 0,046 < 0,001 t12_2 - 0,385 0,844 - 0,074 0,038 < 0,001 t13_2 - 0,106 0,778 0,291 0,044 < 0,001

t14_2 - 0,121 0,720 0,312 0,047 < 0,001 t15_2 - 0,294 0,705 0,489 0,037 < 0,001 t16_2 - 0,454 0,757 0,483 0,039 < 0,001 t17_2 - 0,270 0,713 0,008 0,040 < 0,001 t18_2 - 0,259 0,794 0,326 0,039 < 0,001 t19_2 - 0,411 0,750 0,356 0,041 < 0,001 t20_2 - 0,365 0,722 0,705 0,036 < 0,001 t21_2 - 0,181 0,701 - 0,055 0,042 < 0,001 t22_2 - 0,326 0,820 - 0,018 0,044 < 0,001 t23_2 - 0,267 0,808 - 0,032 0,045 < 0,001 e1_2 - 0,236 0,712 0,337 0,047 < 0,001 e2_2 - 0,058 0,720 0,189 0,043 < 0,001 e3_2 - 0,307 0,808 - 0,095 0,044 < 0,001 e4_2 - 0,181 0,785 - 0,403 0,042 < 0,001 e5_2 0,057 0,763 0,217 0,039 < 0,001 e6_2 0,231 0,765 - 0,424 0,035 < 0,001 e7_2 - 0,179 0,859 - 0,079 0,037 < 0,001 e8_2 - 0,146 0,838 - 0,137 0,038 < 0,001 rel1_2 - 0,293 0,812 0,101 0,034 < 0,001 rel2_2 - 0,259 0,837 0,089 0,033 < 0,001 rel3_2 0,133 0,833 - 0,147 0,036 < 0,001 rel4_2 0,012 0,792 - 0,160 0,038 < 0,001 rel5_2 - 0,410 0,770 0,345 0,040 < 0,001 rel6_2 - 0,287 0,697 0,582 0,037 < 0,001 lol1 0,094 - 0,135 0,848 0,045 < 0,001 lol2 - 0,222 0,228 0,906 0,030 < 0,001 lol3 - 0,113 0,188 0,903 0,033 < 0,001 lol4 0,268 - 0,313 0,836 0,041 < 0,001 Note: P Values < 0,05 are desirable for reflective indicator.

Koefisien KL KM LM Composite Reliability 0,987 0,989 0,928

Cronbach's Alpha 0,987 0,989 0,896

Page 78: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

76

Suatu composite reliability dinyatakan reli-able jika nilainya di atas 0,70. Berdasarkantabel di atas dapat diketahui bahwa nilai com-posite reliability dan cronbach’s alpha untuksetiap konstruk penelitian adalah > 0,70 hal inimenunjukkan bahwa semua konstruk memenuhikriteria composite reliability atau dapat diper-caya.

Langkah selanjutnya adalah evaluasi modelpengujian hipotesis yang menggunakan softwareSEM-PLS dilakukan dengan melihat nilai pathcoefficients dan P value). Nilai koefisien jaluryang menunjukkan nilai positif berarti variabelindependen berpengaruh positif dengan variabeldependen, sedangkan untuk nilai koefisien jalurnegatif diartikan variabel independen berpenga-ruh negatif dengan variabel dependen. Berikutini adalah gambar evaluasi model penelitian.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitianini ada dua. Hipotesis dalam penelitian ini dika-takan terdukung dengan p-value < 0,01 (signi-fikan pada tingkat 1%), p-value < 0,05 (signifikanpada tingkat 5%) serta p-value < 0,1 (signifikanpada tingkat 10%).

PEMBAHASAN

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap LoyalitasMahasiswa

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ja-waban responden terhadap indikator kualitaslayanan rata-rata adalah sangat setuju, artinyabahwa persepsi mahasiswa terhadap kualitaslayanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabayadirasakan sangat baik.

Model Langsung (Direct)

P < 0,1 β = 0,67

Model Tidak Langsung (Indirect)

(P < 0,1) β = 0,47

= , = ,

KL (R) 74i KM (R) 74i = 0,82

LM (R) 4i = 0,45

KL (R) 74i LM (R) 4i = 0,45

Page 79: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

77

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adapengaruh positif dan signifikan pada hubungankualitas layanan (X) terhadap loyalitas mahasiswa(Y) di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai pathcoefficients sebesar 0,67 dengan P-value < 0,001(signifikan pada tingkat 1%) menunjukkanadanya hubungan searah antara kualitas layananterhadap loyalitas mahasiswa, artinya semakintinggi kualitas layanan yang dirasakan makaakan semakin tinggi pula tingkat loyalitas maha-siswa yang akan diberikan, sebaliknya jika sema-kin rendah kualitas layanan yang dirasakan makaakan semakin rendah juga tingkat loyalitas maha-siswa yang akan diberikan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitianyang dilakukan oleh Gusti Ayu Putu Ratih Kusu-ma (2014) dalam penelitiannya yang berjudulPengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasandan Loyalitas Nasabah PT BPR HOKI di Kabu-paten Tabanan yang menunjukkan terdapatpengaruh yang positif dan signifikan antarakualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan.Kumar et al. (2009) menyatakan bahwa kualitaslayanan yang baik akan menghasilkan kepuasanpelanggan yang tinggi yang dapat meningkatkanloyalitas pelanggan. Manjunath dan Aluregowda(2013) menunjukkan kualitas layanan merupakanelemen penting untuk menciptakan kepuasandan loyalitas pelanggan. Sehingga dalam meng-ambil kebijakan untuk meningkatkan loyalitasmahasiswa diharapkan memperhatikan kualitaslayanan karena variabel ini berpengaruh positifdan signifikan terhadap loyalitas, Ehigie dalamLadhari et al. (2011) juga mengemukakan bahwakualitas layanan dan kepuasan adalah predikatorpenting dari loyalitas mahasiswa di UniversitasNahdlatul Ulama Surabaya.

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap LoyalitasMelalui Kepuasan Mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adapengaruh positif dan signifikan pada hubungankualitas layanan (KL) terhadap loyalitas (LM)melalui kepuasan mahasiswa (KM) di Universi-tas Nahdlatul Ulama Surabaya. Hal ini ditunjuk-kan dengan nilai path coefficients sebesar 0,47dengan P-value < 0,001 (signifikan pada tingkat1%) menunjukkan bahwa adanya hubungan me-diasi parsial antara kualitas mahasiswa terhadaployalitas mahasiswa melalui kepuasan mahasis-wa. Hasil dari penelitian ini didukung denganhasil penelitian sebelumnya dilakukan oleh GustiAyu Putu Ratih Kusuma (2014) dalam penelitian-nya yang berjudul Pengaruh Kualitas Layananterhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah PT.BPR HOKI di Kabupaten Tabanan bahwa kepuas-an pelanggan berpengaruh positif dan signifikanterhadap loyalitas pelanggan.

Kepuasan pelanggan yang baik memberikansuatu dorongan kepada pelanggan untuk menja-lin hubungan yang kuat dengan perusahaan.Pada jangka panjang, ikatan ini memungkinkanperusahaan untuk memahami harapan sertakebutuhan mahasiswa. Mahasiswa yang puasakan melakukan promosi gratis terhadap jasayang telah diterimanya. Begitu sebaliknya, apabilamahasiswa merasa kurang puas dengan pelayananyang diberikan universitas maka akan munculterrorist customer yaitu mahasiswa berbicaramengenai hal yang negatif mengenai universitasdikarenakan tidak puas terhadap pelayanan yangdiperoleh, maka hal ini perlu diwaspadai olehUniversitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis kualitas layananberpengaruh positif dan signifikan terhadap ke-

Page 80: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

78

puasan mahasiswa. Artinya mahasiswa sudahmerasa puas dengan kualitas layanan yang dibe-rikan. Tetapi ada beberapa variabel penelitianyang perlu diperbaiki, karena saat peneliti me-nyebarkan kuesioner dan mengolah hasil adasebagian responden yang rata-rata menjawabtidak setuju (TS) atau sangat tidak setuju (STS)terhadap layanan responsiveness (daya tanggap)yang diberikan oleh pegawai administrasi, sepertibagian tata usaha dan bagian keuangan. Selainvariabel responsiveness (daya tanggap), padavariabel tangible (bentuk fisik) rata-rata jawabanjuga menunjukkan jawaban tidak setuju (TS)dan sangat tidak setuju (STS) terhadap layanankebersihan lingkungan, layanan fasilitas pembela-jaran, layanan pegawai administrasi keuangandan tata usaha, serta ketersediaan fasilitas pendu-kung seperti wi-fi, lahan parkir, laboratorium,perpustakaan, kantin, toilet dan layanan sisteminformasi akademik (SIM). Untuk perbaikanpada dimensi daya tanggap dapat dimulai denganpelatihan customer service untuk bagian adminis-trasi keuangan dan tata usaha. Karena mahasiswamenginginkan layanan yang tidak hanya cepattanggap dan jelas dalam pemberian informasitetapi juga berharap dilayani dan didengar keluh-annya dengan ramah. Sedangkan untuk perbaik-an pada dimensi bukti fisik dapat dimulai denganperbaikan fasilitas yang lebih baik lagi. Misalkanmenambah koleksi buku di perpustakaan, me-nambah kecepatan akses wi-fi di universitas,menyediakan kantin sesuai dengan harga kantongmahasiswa, menyediakan lahan parkir yang luasdan aman. Universitas merupakan usaha yangbergerak di bidang jasa dan yang mereka hadapiadalah manusia. Manusia mempunyai harapandan ketika harapan tidak sesuai kenyataan makahal tersebut akan mengecewakan atau menimbul-kan perasaan tidak puas. Sehingga penting bagiUniversitas Nahdlatul Ulama Surabaya untuk

meningkatkan kualitas layanan dan menjaga di-mensi yang ada pada kualitas layanan agar maha-siswa merasa puas dan akan loyal terhadapuniversitas.

DAFTAR RUJUKAN

Caruana, Albert. 2002. Service Loyalty: Theeffects of service quality and the mediat-ing role of customer satisfaction. Euro-pean journal of marketing.

Alma, Buchari. 2004. Manajemen Pemasarandan Pemasaran Jasa. Bandung: CV Alfabeta.

Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa. CetakanPertama. Malang: Bayumedia Publishing.

Priyono, Agung. 2006. Pelayanan Satu Atap seba-gai Strategi Pelayanan Prima di Era Otono-mi Daerah. Jurnal Spirit Publik, Vol. 2,Nomor 2, Hlm. 67–74.

Lovelock, CH dan Wright, LK. 2007. Manaje-men Pemasaran Jasa. Edisi Bahasa Indone-sia. Jakarta: PT Indeks.

Kotler, P. & Keller, K.L. 2009. Marketing Man-agement ed). New Jersey: Prentice Hall,Inc.

Ascarintya, Praveda. 2011. Analisis Pengaruh Kua-litas Layanan Terhadap Kepuasan Nasabah(Studi pada Nasabah Debitur PT BPR SatriaPertiwi Semarang). Semarang: UniversitasDiponegoro.

Kunto, Sondang Kunto, et al. 2013. AnalisaPengaruh Kualitas Layanan Terhadap Ke-puasan Konsumen pada Layanan DriveThru McDonald’s Basuki Rahmat di Sura-baya. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Widjoyo, Ongko Iksan, et al. 2013. PengaruhKualitas Layanan Terhadap Kepuasan Kon-sumen Pada Layanan Drive Thru Mc.Donald’s Basuki Rahmat Surabaya. Sura-baya: Universitas Kristen Petra.

Page 81: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Rusdyana Intan Verriana & Yusak Anshori, Pengaruh Kualitas Layanan (Service Quality) terhadap Loyalitas MelaluiKepuasan pada Mahasiswa Universitas NU Surabaya

79

Sholihin, M. and Ratmono, D. 2013. AnalisisSEM-PLS dengan WarpPLS 3.0. Yogya-karta: CV Andi Offset.

Tanpa nama. 2014. Info Surabaya (online).(www.infosby.asia, diakses 18 Juni 2014).

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Meth-ods). Bandung: Alfabeta.

Dewi, Gusti Ayu Putu Ratih Kusuma. 2014.Pengaruh Kualitas Pelayanan TerhadapKepuasan dan Loyalitas Nasabah PT BPRHOKI di Kabupaten Tabanan. Tesis. Uni-versitas Udayana.

Utami, Ida Ayu Inten Surya. 2015. PengaruhKualitas Layanan Terhadap KepuasanPelanggan Restoran Baruna Sanur. Bali:Universitas Udayana.

Warso, Mukeri Moh, et al. 2016. PengaruhRelationship Marketing Terhadap LoyalitasPelanggan dengan Kepuasan Pelanggansebagai Variabel Intervening (Studi Empirispada BMT Bina Umat Sejahtera Lasem).Semarang: Universitas Pandanaran.

Haryono, Tri Andi, et al. 2016. Pengaruh CitraPerusahaan dan Kualitas Layanan TerhadapLoyalitas Pelanggan dengan KepuasanPelanggan sebagai Variabel Intervening diPT Pelabuhan Indonesia III Semarang.Semarang: Universitas Pandanaran.

Minarsih, M. Maria et al. 2016. PengaruhKualitas Produk, Kepercayaan TerhadapKeputusan Pembelian dengan KepuasanKonsumen sebagai Variabel Intervening(Studi Kasus Pada Susu Bebelac di GiantHypermarket Karangayu Semarang). Sema-rang: Universitas Pandanaran.

Warso, Mukeri Moh, et al. 2016. PengaruhKualitas Layanan dan Fasilitas TerhadapKepuasan Pedagang Kaki Lima (Studi Kasuspada Sub Unit PKL Dinas Pasar KotaSemarang). Semarang: Unpand.

Putri Maharani dan Denis Fidita. 2016. PengaruhKualitas Pelayanan Badan PenyelenggaraJaminan Sosial (BPJS) Kesehatan TerhadapLoyalitas Pasien Rumah Sakit Rawat Inapdi Rumah Sakit Islam (RSI) JemursariSurabaya. Surabaya: Unusa.

Page 82: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017

80

Page 83: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL

Kebijakan Editorial

Jurnal Ekonomi dan Bisnis diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas NahdlatulUlama Surabaya secara berkala (setiap 6 bulan sekali) dengan tujuan untuk menyebarluaskaninformasi hasil penelitian, artikel ilmiah kepada akademisi, mahasiswa, praktisi dan lainnya yangmenaruh perhatian terhadap penelitian-penelitian dalam bidang ekonomi. Lingkup hasil penelitiandan artikel yang dimuat dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis ini adalah yang berkaitan denganpendidikan uang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nahdlatul UlamaSurabaya, yakni manajemen dan akuntansi.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia ataubahasa Inggris. Penentuan artikel yang dimuat dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis dilakukanmelalui proses blind review oleh editor Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Hal-hal yang perludipertimbangkan dalam penentuan pemuatan artikel, antara lain: terpenuhinya syarat penulisandalam majalah ilmiah, metode penelitian yang digunakan, kontribusi hasil penelitian dan artikelterhadap pengembangan pendidikan manajemen dan akuntansi. Penulis harus menyatakanbahwa artikel yang dikirimkan ke Jurnal Ekonomi dan Bisnis, tidak dikirim atau dipublikasikandalam majalah atau jurnal ilmiah lainnya.

Editor bertanggung jawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akandimuat, dan apabila dipandang perlu editor menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis.Artikel yang diusulkan untuk dimuat dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis hendaknya mengikutipedoman penulisan artikel yang dibuat editor.

Pedoman Penulisan Artikel

Pedoman penulisan artikel dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis yang diharapkan menjadipertimbangan para penulis.

Format

1. Artikel diketik dengan spasi ganda pada kertas A4 (210x297mm).2. Panjang artikel maksimum 7000 kata dengan huruf Courier atau Classical Garamond 11–12

poin atau sebanyak 15 sampai dengan 20 halaman.3. Margin atas, bawah, kiri, dan kanan sekurang-kurangnya 1 inci.4. Semua halaman sebaiknya diberi nomor urut.5. Setiap tabel dan gambar diberi nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel atau gambar,

serta sumber kutipan.6. Kutipan dalam teks menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman

jika dipandang perlu.

Page 84: ACCOUNTING AND MANAGEMENT JOURNAL

Contoh:a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (David, 2014), jika disertai halaman (David,

2014: 125).b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (David dan Anderson, 2014).c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (David dkk., 2014).d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (David, 2012, 2014), jika tahun

publikasi sama (David, 2014a, 2014b).e. Sumber kutipan dari satu institusi sebaiknya menyebutkan singkatan atau akronim yang

bersangkutan (BPS, 2014; Depnaker, 2014).

Isi Tulisan

Tulisan yang berupa hasil penulisan disusun sebagai berikut.

1. Abstrak, bagian ini memuat ringkasan artikel atau ringkasan penelitian yang meliputi masalahpenelitian, tujuan, metode, hasil, dan kontribusi hasil penelitian. Abstrak disajikan di awalteks dan terdiri antara 200 sampai 400 kata (disajikan dalam bahasa Inggris). Abstrak diberikata kunci (keyword) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.

2. Pendahuluan, menguraikan kerangka teoretis berdasarkan telaah literatur yang menjadilandasan untuk mengembangkan hipotesis dan model penelitian.

3. Kerangka Teoretis, memaparkan kerangka teoretis berdasarkan telaah literatur yang menjadilandasan untuk mengembangkan hipotesis dan model penelitian.

4. Metode Penelitian, memuat pendekatan yang digunakan, pengumpulan data, definisi danpengukuran variabel, serta metode dan teknik analisis yang digunakan.

5. Analisis dan Pembahasan, berisi analisis data penelitian yang diperlukan dan pembahasanmengenai temuan-temuan serta memberikan simpulan penelitian.

6. Implikasi dan Keterbatasan, menjelaskan implikasi temuan-temuan dan keterbatasan penelitiandan jika perlu dapat memberikan saran untuk penelitian yang akan datang.

7. Daftar Referensi, memuat sumber-sumber yang dikutip dalam artikel. Hanya sumber yangdiacu saja yang perlu dicantumkan dalam daftar referensi.