acara vi poliembrioni
TRANSCRIPT
ACARA VI
POLIEMBRIONI
A . Pendahuluan
1 . Latar Belakang
Apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan, dan akan terbentuk
lebih dari satu embrio dalam satu biji, disebut poliembrioni. Apomiksis
merupakan proses terbentuknya biji/benih tidak melalui peleburan sperma-
ovum. Amfimiksis merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada
tumbuahn melalui biji. Poliembrioni terjadi karena kemungkinan poliembrioni
pada angiospermae, pada pembelahan embrio yang sudah ada (cleavage poly-
embryony) embrio berasal dari sel-sel dalam kandung lembaga selain telur yang
dibuahi terbentuknya kandung lembaga yang banyak. Braun (1859)
mengelompokkan dalam empat kategori kasus poliembrioni antara lain
peleburan dua atau lebih bakal biji, beberapa kantung embrio di nucellus dari
bakal biji yang sama, bebrapa sel kantung embrio yang sama berkembang
menjadi embrio dan pembelahan dari proembrio tersebut.
Hasil dari perkecambahan poliembrioni akan menghasilkan tanaman yang
sifatnya sama dengan induknya dan seragam, sehingga sangat menguntungkan
apabila dalam suatu budidaya pertanian ingin menghasilkan tanaman yang
banyak dan sifatnya seragam.
2 . Tujuan Praktikum
Praktikum acara VI “Poliembrioni” bertujuan untuk mengetahui sifat
poliembrioni pada benih.
B . Tinjauan Pustaka
Poliembrioni adalah dalam satu biji terdapat lebih dari satu endosperm (2-
3 endosperm). Salah satunya poliembrioni pada jeruk (Citrus sp.) dimana
masing-masing endosperm tidak mempunyai endocarp (kulit tanduk)
sendirisendiri. Gamet betina dibentuk di dalam bakal biji (ovule) atau kantung
lembaga. Pada bagian ini terdapat sel induk megaspora (sel induk kantug
lembaga) yang diploid. Sel ini akan membelah secara meiosis dan dari satu sel
induk kantung lembaga membentuk 4 sel yang haploid. Tiga sel akan mereduksi
dan lenyap tinggal satu yang berkembang. Selanjutnya, sel ini membelah secara
mitosis 3 kali dan terbentuklah 8 sel. Dari sel yang berjumlah 8 ini, 3 sel akan
bergerak menuju arah yang berlawanan dengan mikropil, 2 sel lainnya menjadi
kandung tembaga sekunder, dan 3 sel terakhir menuju ke dekat mikropil. Dari 3
sel (yang menuju dekat mikropil) yang terakhir ini dua menjadi sinergid dan satu
sel lagi menjadi sel telur. Dalam keadaan seperti ini kandung lembaga sudah
masak dan siap untuk dibuahi. Putik yang sudah masak biasanya mengeluarkan
cairan lengket pada ujungnya yang berfungsi sebagai tempat melekatnya serbuk
sari (Pichot et al. 2000).
Apomiksis digunakan sebagai istilah umum untuk reproduksi aseksual
pada tanaman, termasuk perbanyakan eneticnt. Untuk pemulia apomiksis hanya
meliputi reproduksi aseksual melalui biji. Apomiksis sebagai proses reproduksi
aseksual yang terjadi pada ovul tanaman berbunga. Pada apomiksis, sel dengan
jumlah kromosom unreduksi yang berasal dari sel enetic atau sel germinal dalam
ovul berkembang menjadi embrio tanpa penggabungan inti telur dan sperma
(Ramulu et al. 2005).
Apomixis merupakan kejadian yang umum pada tanaman. Sekitar 60%
tanaman mengalami mekanisme ini namun sering diabaikan oleh ahli teori
reproduktif . Kejadian apomiksis merupakan proses pembentukan populasi yang
seragam secara enetic dan merupakan pola unik dari spesiasi tanaman. Lebih
kurang 400 taksa dari 35 famili tanaman berbunga tercatat sebagai apomiktik.
Sebagian besar diantaranya adalah spesies pohon pohonan tropika seperti jeruk,
mangga, dan rumputan eneti seperti Brachiaria dan Paspalum (Carman 2001).
Poliembrioni merupakan pembentukan embrio dalam bakal biji yang
jumlahnya lebih dari satu embrio yang terbentuk. Dalam hal ini ketika suatu biji
dikecambahkan maka akan terdapat lebih dari satu tanaman yang akan tumbuh
dari satu biji tanaman tersebut. Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit
tanaman yang akan ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel
gamet jantan dan betina. Poliembrioni sangat bermanfaat bagi petani yang
memperbanyak embrio pada jeruk yang langkahnya mudah dan praktis. Sebelum
biji jeruk dikecambahkan harus diyakini dulu tentang kebenaran varietasnya.
Biji diambil dari buah-buah yang baik, tidak cacat, sudah tua/masak di pohon.
Buah yang sudah jatuh sebaiknya tidak digunakan sebagai sumber benih batang
bawah karena biasanya telah tertular oleh penyakit tular tanah atau buah tersebut
kurang sehat. Secara umum dapat dinyatakan bahwa buah yang keadaan baik
dan belum jatuh dari pohon, kemungkinan adanya virus yang ditularkan melalui
biji hanya 1%-3% (Soelarso 2006).
Poliembrioni pada jeruk (Citrus sp.) sering terjadi dalam satu biji dimana
terdapat embrio zigotik (muncul dari penyatuan satu sel telur dan satu sel gamet
jantan) dan sejumlah embrio yang dibentuk secara eneticnt (sehingga dikatakan
embrio adventif). Embrio adventif ini beregenerasi dari sel-sel dalam jaringan
nusellus dan eneticnt. Sel-sel enetic tersebut mengalami pembelahan dan
membentuk embrio tambahan. Embrio tambahan tersebut akan menghasilkan
anakan secara enetic identik dengan tanaman induknya (Wiladsen 2010).
C . Metodologi Praktikum
1 . Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara VI “Poliembrioni” dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 3
April 2013 pukul 15.00-selesai, bertempat di Laboratorium Ekologi dan
Manajemen Produksi Tanaman (EMPT).
2 . Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat
Petridish
Kertas perkecambahan
b. Bahan
Benih jeruk (5)
Benih rambutan (3)
3. Cara Kerja
a. Rendam benih dalam aquadest selama 2 jam atau lebih
b. Menghilangkan selaput pada kulit biji dengan pinset
c. Mengecambahkan benih pada petridish dengan media kapas atau kertas yang
telah dibasahi baik benih yang utuh maupun dipisah
d. Mengamati embrio yang ada, tinggi atau panjang biji (setelah berkecambah),
jumlah bibit normal dan abnormal.
D . Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1 . Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Pengujian Jumlah Embrio pada Benih Jeruk
Ulangan
Jumlah
Embrio
Jumlah Bibit yang
Berkecambah
Jumlah
Bibit
Normal
Jumlah Bibit
Abnormal
1 3 6 2 1
2 3 3 1 1
3 3 4 2 -
4 3 4 2 -
5 3 2 1 1
Jumlah a =15 b = 19 c = 8 d = 3
Sumber : Laporan Sementara
Analisis
a . Persentase embrio berkecambah : ba
x 100 %=¿ 1915
x100 %=¿ 126,7 %
b . Persentase bibit tumbuh baik : ca
x 100 %=¿ 8
15x100 %=¿ 53,3 %
c . Persentase embrio mati : a−b
ax 100 %=¿
15−1915
x 100 %=¿ 26,7
%
Tabel 6.2 Hasil Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Rambutan
Ulangan
Jumlah
Embrio
Jumlah Bibit yang
Berkecambah
Jumlah
Bibit
Normal
Jumlah Bibit
Abnormal
1 2 1 1 -
2 2 1 1 -
3 2 1 1 -
Jumlah a = 6 b = 3 c = 3 d = 0
Sumber : Laporan Sementara
Analisis
a . Persentase embrio berkecambah : 36
x 100 %=¿ 50 %
b . Persentase bibit tumbuh baik : 36
x 100 %=¿ 50 %
c . Persentase embrio mati : 6−3
6x100 %=¿ 50 %
Gambar 6.1 Embriodalam Biji
Gambar 6.2 BibitTumbuh Normal
Gambar 6.3 BibitTumbuh Abnormal
Sumber : Laporan Sementara
2 . Pembahasan
Poliembrioni merupakan peristiwa terbentuknya lebih dari satu embrio
dalam satu biji karena peristiwa apomiksis dan amfimiksis yang terjadi
bersamaan. Poliembrioni terjadi karena kemungkinan poliembrioni pada
angiospermae, pada pembelahan embrio yang sudah ada (cleavage poly-
embryony) embrio berasal dari sel-sel dalam kandung lembaga selain telur yang
dibuahi terbentuknya kandung lembaga yang banyak. Apomiksis merupakan
proses terbentuknya biji/benih tidak melalui peleburan sperma-ovum.
Amfimiksis merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuahn
melalui biji. Empat kategori kasus poliembrioni antara lain peleburan dua atau
lebih bakal biji, beberapa kantung embrio di nucellus dari bakal biji yang sama,
beberapa sel kantung embrio yang sama berkembang menjadi embrio dan
pembelahan dari proembrio tersebut.
Poliembrioni disebabkan oleh adanya embrio akibat peleburan gamet dan
juga yang tanpa peleburan gamet. Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat
terbentuk karena beberapa sebab yaitu melalui peleburan sperma dan ovum
(amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma dan ovum (apomiksis). Hasil
dari perkecambahan poliembrioni adalah sifatnya hanya satu yang berbeda dari
induk, sedangkan yang lain sifatnya sama dengan induk. Hal tersebut dapat
bermanfaat dalam usaha budidaya pertanian untuk mendapatkan tanaman yang
unggul, jumlah yang banyak dan sifat sama dengan induk. Biji-biji yang
mengalami poliembrioni antara lain nangka, jeruk, mangga, rambutan dan duku.
Kriteria kecambah normal antara lain memilki perakaran yang baik, plumula
sudah tumbuh menjadi batang dan daun sehingga dapat dilihat dengan jelas
antara batang dan daun. Ciri-ciri lain yaitu akarnya tumbuh tegak lurus ke
bawah, hipokotil dan plumula tumbuh secara sempurna. Selain itu, benih yang
berkecambah baik juga terlihat dari daun yang sudah tampak hijau berklorofil
sementara batang muda tumbuh tegak ke atas (tidak miring ataupun bengkok).
Ciri dari kecambah abnormal antara lain plumulanya masih belum jelas
pertumbuhannya karena hanya terlihat seperti tunas dan tidak membentuk daun
selain itu warnanya juga pucat. Akarnya pun tumbuh ke samping dan
mengeriting. Adanya bibit abnormal karena dalam poliembrioni mengandung
banyak embrio yang tidak seragam. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
embrio terdapat faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang cukup
berpengaruh yaitu kecukupan cadangan makanan bagi embrio, kemasakan dari
benih itu sendiri serta adanya zat penghambat dari dalam benih seperti
ditemukan pada banyak kasus. Sementara faktor luar yang mempengaruhi
pertumbuhan embrio diantaranya air, oksigen, dan temperatur.
Hasil dari pengamatan poliembrioni kelompok 16 antara lain, pada benih
jeruk terdapat 19 bibit yang berkecambah setelah mengecambahkan 15 benih.
Terdapat 8 bibit yang tumbuh normal dan 3 bibit yang tumbuh abnormal.
Persentase embrio jeruk berkecambah adalah 126,7 %, persentase bibit tumbuh
baik sebesar 53,3 % dan persentase embrio jeruk mati adalah 26,7 %.
Pada benih rambutan terdapat 3 embrio yang berkecambah pada hari ke-
14, dan jumlah embrio normal ada 3 buah, tidak terdapat embrio abnormal.
Persentase embrio rambutan berkecambah adalah 50 %, persentase bibit tumbuh
baik sebesar 50 % dan persentase embrio rambutan mati adalah 50 %.
E . Kesimpulan dan Saran
1 . Kesimpulan
a. Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu embrio
b. dalam satu biji dimana apomiksis dan amfimiksis terjadi bersamaan.
c. Hasil dari perkecambahan poliembrioni akan menghasilkan tanaman yang
sifatnya sama dengan induknya dan seragam, sehingga sangat
menguntungkan apabila dalam suatu budidaya pertanian ingin menghasilkan
tanaman yang banyak dan sifatnya seragam.
d. Persentase embrio jeruk berkecambah adalah 126,7 %, persentase bibit
tumbuh baik sebesar 53,3 % dan persentase embrio jeruk mati adalah 26,7 %.
e. Persentase embrio rambutan berkecambah adalah 50 %, persentase bibit
tumbuh baik sebesar 50 % dan persentase embrio rambutan mati adalah 50
%.
f. Adanya bibit abnormal karena dalam poliembrioni mengandung banyak
embrio yang tidak seragam.
g. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan embrio terdapat faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam : kecukupan cadangan makanan bagi embrio,
kemasakan dari benih itu sendiri serta adanya zat penghambat dari dalam
benih seperti ditemukan pada banyak kasus. Faktor luar yang mempengaruhi
pertumbuhan embrio diantaranya air, oksigen, dan temperatur.
2 . Saran
Praktikum poliembrioni ini sudah cukup baik dilakukan, dan dapat
dimengerti. Namun akan lebih baik lagi jika fasilitas pada laboratorium
diperbaiki demi kelancaran dan kemajuan proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Carman. 2001. Viabilitas dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkecambahan pada Poliemrioni. http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=12172. Diakses tanggal 27 April 2013 pukul. 17.00 WIB.
Pichot, C., Fady, B., & Hochu, I. 2000. Lack of Mother Tree Alleles in Zymograms of Cupressus Dupreziana. Camus embryos. Ann. For. Sci.57: 17-22.
Ramulu, P. H., R. F. Evert and S. E. Eichhorn. 2005. J. Biology of Plants, 7th Edition. W.H. Freeman and Company Publishers. New York.
Soelarso, B. 2006. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit dan Penyimpanan Benih serta Pembibitan. http://www.foundation.org. Diakses pada tanggal 30 April 2013 pukul 19.00 WIB.
Willadsen, S.M. 2010. A method for culture of micromanipulated sheep embryos andits use to produce monozygotic twins. J. Nature, 277:298-300