tugas poliembrioni

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jeruk merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting saat ini dan menempati posisi teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahan. Para petani jeruk di Indonesia sering menggunakan batang bawah saat menanam jeruk. Sebagian besar jenis batang bawah yang digunakan oleh petani memiliki sifat poliembrioni. Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Poliembrioni dapat terjadi apabila apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan. Apomiksis yaitu proses terbentuknya biji atau benih tidak melalui peleburan sperma-ovum. Amfimiksis merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuahn melalui biji. Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji poliembrioni ini adalah hanya ada satu yang berbeda dari induknya, tanaman inilah yang sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina sehingga tanaman ini memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan tanaman lain yang terbentuk merupakan tanaman yang tumbuh dari pembiakan vegetatif tanaman tersebut, sehingga tanaman ini memiliki sifat

Upload: hazan-lumz

Post on 21-Oct-2015

399 views

Category:

Documents


43 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas poliembrioni

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jeruk merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting saat ini dan

menempati posisi teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar

maupun dalam bentuk olahan. Para petani jeruk di Indonesia sering menggunakan

batang bawah saat menanam jeruk. Sebagian besar jenis batang bawah yang

digunakan oleh petani memiliki sifat poliembrioni. Poliembrioni merupakan

proses terbentuknya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Poliembrioni dapat

terjadi apabila apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan. Apomiksis

yaitu proses terbentuknya biji atau benih tidak melalui peleburan sperma-ovum.

Amfimiksis merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuahn

melalui biji. Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji poliembrioni

ini adalah hanya ada satu yang berbeda dari induknya, tanaman inilah yang

sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina sehingga tanaman ini

memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan tanaman lain yang terbentuk

merupakan tanaman yang tumbuh dari pembiakan vegetatif tanaman tersebut,

sehingga tanaman ini memiliki sifat yang sama dengan induknya, sehingga dapat

dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman.

Benih yang bersifat poliembrioni jika dikecambahkan akan tumbuh lebih

dari satu tanaman karena embrio yang terbentuk juga lebih dari satu. Embrio yang

merupakan hasil peleburan gamet jantan dan betina akan tumbuh tanaman yang

mewarisi sifat dari kedua induknya. Sedangkan embrio yang terbentuk bukan

karena adanya peleburan gamet jantan dan betina (vegetatif) akan memiliki sifat

yang sama dengan induknya atau tetuanya. Karakter-karakter yang banyak

dipergunakan dalam mempelajari morfologi perkecambahan atau membandingkan

semai pada jenis- jenis tumbuhan berkayu adalah kemunculan, letak dan

perkembangan kotiledonnya. Kotiledon dapat berfungsi untuk asimilasi,

bentuknya seringkali menyerupai daun dewasa yang berwarna hijau.

Page 2: tugas poliembrioni

Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan mengenai poliembrioni

benih. Benih yang diamati adalah benih jeruk dikarenakan jeruk merupakan salah

satu tanaman yang memiliki sifat poliembrioni. Selain pada tanaman jeruk.

tanaman lain yang bersifat poliembrioni banyak ditemukan pada ace, nangka,

mangga dan duku. Diharapkan melalui praktikum ini, dengan mengetahui

banyaknya embrio yang tumbuh dari poliembrioni dan dapat membedakan benih

yang berkecambah dengan baik pada biji tersebut kita dapat mengetahui biji yang

baik untuk ditanam.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Poliembrioni pada tanaman jeruk ini adalah untuk

mengetahui perkecambahan biji jeruk dan pertumbuhan bibit jeruk asal biji yang

normol dan biji yang bersifat poliembrioni.

1.3. Tinjauan Pustaka

Poliembrioni pada spesies Jeruk (Citrus sp.) sering terjadi dalam satu biji

terdapat embrio zigotik (muncul dari penyatuan satu sel telur dan satu sel gamet

jantan) dan sejumlah embrio yang dibentuk secara vegetatif (sehingga dikatakan

embrio adventif). Embrio adventif ini beregenerasi dari sel – sel dalam jaringan

nusellus dan integumen. Sel – sel somatik tersebut mengalami pembelahan dan

membentuk embrio tambahan. Embrio tambahan tersebut akan menghasilkan

anakan secara genetik identik dengan tanaman induknya (Wiladsen, 2010).

Poliembrioni adalah dalam satu biji terdapat lebih dari satu endosperm (2-

3 endosperm). Masing-masing endosperm tidak mempunyai endocarp (kulit

tanduk) sendiri-sendiri. Gamet betina dibentuk di dalam bakal biji (ovule) atau

kantung lembaga. Pada bagian ini terdapat sel induk megaspora (sel induk kantug

lembaga) yang diploid. Sel ini akan membelah secara meiosis dan dari satu sel

induk kantung lembaga membentuk 4 sel yang haploid. Tiga sel akan mereduksi

dan lenyap tinggal satu yang berkembang. Selanjutnya, sel ini membelah secara

mitosis 3 kali dan terbentuklah 8 sel. Dari sel yang berjumlah 8 ini, 3 sel akan

bergerak menuju arah yang berlawanan dengan mikropil, 2 sel lainnya menjadi

kandung tembaga sekunder, dan 3 sel terakhir menuju ke dekat mikropil. Dari 3

Page 3: tugas poliembrioni

sel (yang menuju dekat mikropil) yang terakhir ini dua menjadi sinergid dan satu

sel lagi menjadi sel telur. Dalam keadaan seperti ini kandung lembaga sudah

masak dan siap untuk dibuahi. Putik yang sudah masak biasanya mengeluarkan

cairan lengket pada ujungnya yang berfungsi sebagai tempat melekatnya serbuk

sari (Pichot et al, 2000).

Embrio tumbuhan umumnya berasal dari sinergit. Embrio sinergit dapat

bersifat haploid dan diploid, tergantung pada ada tidaknya sperma yang

membuahi sinergit. Pada tumbuhan, dalam setiap ovulum dapat dijumpai lebih

dari satu kandung lembaga. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya poliembrioni.

Terdapatnya kandung lembaga dalam satu ovulum karena kandung

lembaga :

1. Berasal dari sel induk megaspora yang sama

2. Merupakan derivat 2 atau lebih sel induk megaspora

3. Berasal dari sel – sel nuselus

(Eriyani, 2009)

Penggunaan teknik pemuliaan cara biasa (konvensional) sulit dilakukan

berhubung mangga Indonesia, misalnya Arumanis bersifat poliembrionik yaitu

satu biji mangga mempunyai lembaga (embrio) lebih dari satu. Dari semua embrio

tersebut hanya satu yang merupakan hasil silangan, sedangkan lainnya bukan hasil

silangan. Apabila biji tadi dikecambahkan maka yang tumbuh hanya embrio

nucellus yang sama dengan induknya sedangkan embrio zigotik atau hasil

silangan tidak tumbuh (Shalahuddin, 2009).

Selain secara alami, poliembrioni dapat diinduksi dengan menggunakan

senyawa kimia. Pada Eranthis hiemalis, biji mempunyai embrio berbentuk seperti

pir dengan suspensor yang panjang. Setelah dewasa embrio diperlakukan dengan

bufer asam (pH 4). Setelah perlakuan, badan embrional mati, sedangkan

suspensor dapat hidup dan berkembang menjadi embrio adventif yang baru.

Perlakuan serupa diulangi lagi dan embrio yang berasal dari suspensor mati dan

terbentuk embrio adventif kedua dari sel - sel suspensor (Kamil, 1979).

Pada biji poliembrioni terdapat embrio seksual (embrio zigotik) dan

embrio aseksual (embrio nucellar). Embrio zigotik berasal dari peleburan pollen

dan ovum, sedangkan embrio nucellar merupakan hasil perkembangan dari sel

Page 4: tugas poliembrioni

nuselus tanaman induk. Embrio zigotik dapat tumbuh dan menghasilkan tanaman

baru (Hibrid) yang mempunyai sifat berlainan dengan pohon induknya sedangkan

embrio nucellar akan tumbuh sebagai semai vegetatif yang mempunyai sifat sama

dengan induknya. Umumnya tanaman zigotik lebih kecil daripada nucellar, tetapi

tidak semua dapat dibedakan berdasarkan penampakan visualnya. Pengenalan

secara visual menjadi metode yang paling mudah dan efektif apabila tetua jantan

dan betina berbeda secara signifikan. Dalam usaha perbaikan tanaman (pemuliaan

tanaman) embrio zigotik merupakan sumber variasi genetik yang diperlukan,

sedangkan embrio nucellar diperlukan untuk penyediaan bibit batang bawah

karena sifatnya yang seragam. Embrio nucellar ini dapat dihambat dengan melalui

kultur embrio, karena buah hasil persilangan antara beberapa varietas jeruk Siam

(Siam Banjar, Siam Madu, Siam Mamuju, Siam Pontianak) dengan jeruk Satsuma

sudah dapat dipanen pada umur 10-14 minggu, pada umur tersebut jaringan

nuselus masih belum membentuk embrio (Sutanto dan Purnomo, 2004).

Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit tanaman yang akan

ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel gamet jantan dan betina.

Poliembrioni sangat bermanfaat bagi petani yang memperbanyak embrio pada

jeruk yang langkahnya mudah dan praktis. Sebelum biji jeruk dikecambahkan

harus diyakini dulu tentang kebenaran varietasnya. Biji diambil dari buah-buah

yang baik, tidak cacat, sudah tua/masak di pohon. Buah yang sudah jatuh

sebaiknya tidak digunakan sebagai sumber benih batang bawah karena biasanya

telah tertular oleh penyakit tular tanah atau buah tersebut kurang sehat. Secara

umum dapat dinyatakan bahwa buah yang keadaan baik dan belum jatuh dari

pohon, kemungkinan adanya virus yang ditularkan melalui biji hanya 1%-3%

(Soelarso, 2006).

Page 5: tugas poliembrioni

BAB II

METODE PERCOBAAN

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Poliembrioni dilaksanakan selama 3 bulan yaitu mulai tanggal

sampai tanggal. bertempat di komplek acisa permai no.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Pisau

2) Nampan berlubang

3) Tisu

4) Plastik

5) Kertas

6) Pensil

7) Penggaris / Mistar

b. Bahan

1) Benih/Biji jeruk (Citrus sp.) (100 Butir)

2) Pasir

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan benih rekalsitran jeruk.

b. Merendam benih di dalam aquades selama 2 jam atau lebih.

c. Menghilangkan selaput pada biji dengan pinset.

d. Mengkecambahkan benih pada petridish dengan media kertas buram yang telah

dibasahi baik bibit yang utuh maupun dipisah.

e. Mengamati embrio yang ada, tinggi atau panjang biji (setelah berkecambah),

jumlah bibit yang normal dan abnormal.

Page 6: tugas poliembrioni

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENGAMATAN

1. Hasil Pengamatan

Tabel 6.1 Jumlah Embrio Benih Jeruk (Citrus sp.)

Ulangan Embrio Embrio

berkecambah

Bibit normal Bibit abnormal

7 14 7 14

1

2

3

4

5

2

6

3

3

2

1

3

2

2

1

1

2

2

2

1

1

1

2

2

1

-

-

-

-

-

-

2

-

-

-

Total 16 9 8 7 - 2

Rata-rata 3,2 1,8 1,6 1,4 - 2

Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Poliembrioni BenihJeruk (Rekapan 1 shift)

Ulangan

(Kel) Embrio ∑ Total Kecambah ∑ Bibit Normal

∑ Bibit

Abnormal

7 20 20 10 10

8 19 17 9 8

9 10 10 10 -

10 21 21 12 9

11 16 9 7 2

12 16 10 10 -

Total 102 87 58 29

Rata-rata 17 14,5 9,7 4,8

Page 7: tugas poliembrioni

2. Analisis Hasil Pengamatan

a. % Embrio berkecambah =

=

= 85,29 %

b. % Embrio normal =

=

= 56,86 %

c. % Embriomati =

=

= 14,71 %

Gambar 6.1 Embrio

dalam Biji

Gambar 6.2 Bibit

Tumbuh Normal

Gambar 6.3 Bibit

Tumbuh Abnormal

4.1. Pembahasan

Page 8: tugas poliembrioni

Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu embrio

dalam satu biji. Poliembrioni dapat terjadi apabila apomiksis dan amfimiksis

dapat terjadi bersamaan. Apomiksis yaitu proses terbentuknya biji atau benih

tidak melalui peleburan sperma-ovum. Apomiksis merupakan suatu bentuk

reproduksi non-seksual pada tumbuhan melalui biji. Apomiksis sendiri dapat

dibedakan menjadi:

a. Apogami : embrio yang terbentuk berasal dari kandung lembaga. Misalnya dari

sel sinergid dan antipoda

b. Partenogenesis: embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi.

c. Embrio adventif : merupakan embrio yang terbentuk dari nusellus, yaitu bagian

selain kandung lembaga.

Amfimiksis sendiri adalah proses terbentuknya biji atau benih melalui peleburan

sperma-ovum, amfimiksis merupakan reproduksi secara seksual atau generatif.

Menurut Nani Hidayati (2009), poliembrioni disebabkan oleh adanya embrio

akibat peleburan gamet dan juga yang tanpa peleburan gamet. Embrio pada

tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena beberapa sebab yaitu melalui

peleburan sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma dan

ovum (apomiksis). Apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan, maka akan

terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu biji, disebut poliembrioni. Peristiwa

ini sering dijumpai pada nangka, jeruk dan mangga.

Tujuan dari pengujian poliembrioni secara umum yaitu untuk

menghasilkan jumlah tanaman baru yang lebih banyak dalam satu biji daripada

biji yang tidak mengalami poliembrioni karena dalam satu biji hanya

menghasilkan satu tanaman saja. Tanaman yang tumbuh akan lebih dari satu

tanaman karena jumlah embrio dalam biji poliembrioni ini juga lebih dari satu.

Hasil poliembrioni sifatnya hanya satu yang berbeda dari induk, sedangkan yang

lain sifatnya sama dengan induk. Hal tersebut dapat bermanfaat dalam pemuliaan

tanaman untuk mendapatkan tanaman yang unggul dan sifat sama dengan induk.

Pada praktikum ini pengujian untuk mengetahui sifat poliembrioni yaitu

menggunakan jeruk (Citrus sp.). Jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu genus

dari famili Rutaceae yang mempunyai nilai ekonomi paling tinggi. Keragaman

Page 9: tugas poliembrioni

genetik jeruk sangat tinggi, yang ditunjukkan oleh tingginya jumlah unit

taksonomi (spesies dan hibrida).

Berdasarkan hasil pengamatan poliembrioni kelompok 11 yang dilakukan

sebanyak 5 kali ulangan diperoleh jumlah embrio pada ulangan pertama yaitu 2,

ulangan kedua terdapat 6 embrio, ulangan ketiga dan keempat terdapat 3 embrio,

dan ulangan kelima terdapat 2 embrio. Dalam 5 kali ulangan, masing-masing

embrio mengalami perkecambahan dimana pada ulangan pertama terdapat 1

embrio yang berkecambah dan tumbuh bibit normal. Pada ulangan kedua terdapat

3 embrio yang berkecambah dengan jumlah bibit normal pada hari ke 14 yaitu 1

dan jumlah bibit abnormal sebanyak 2. Pada ulangan ketiga terdapat 2 embrio

yang berkecambah dengan jumlah bibit normal pada hari ke 14 yaitu 2. Pada

ulangan keempat terdapat 2 embrio yang berkecambah dengan jumlah bibit

normal pada hari ke 14 yaitu 2. Pada ulangan yang terakhir terdapat 1 embrio

yang berkecambah dan 1 bibit normal pada hari ke-14

Dalam hasil rekapan satu shift diperoleh hasil total kelompok 11 yaitu

jumlah embrio sebanyak 16, jumlah embrio berkecambah sebanyak 9, jumlah

bibit normal sebanyak 7, dan jumlah bibit abnormal sebanyak 2. Sementara pada

hasil pengamatan kelompok lain, jumlah embrio tertinggi terdapat pada kelompok

10 dengan jumlah 21, dimana secara keseluruhan telah berkecambah dengan 12

tumbuh menjadi bibit normal dan 9 tumbuh menjadi bibit abnormal. Sedangkan

jumlah embrio terendah terdapat pada kelompok 9 dengan jumlah 10, namun dari

kesepuluh embrio tersebut mampu berkecambah dan seluruhnya tumbuh menjadi

bibit normal. Sehingga berdasarkan hasil pengamatan satu shift, jumlah embrio

kelompok kami masih di bawah rata-rata kelompok lain.

Dalam poliembrioni, perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh 2

faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Masing-masing faktor tersebut

diantaranya:

a. Faktor dalam

1) Tingkat kemasakan benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak

mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang

cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada

Page 10: tugas poliembrioni

umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka

benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan

pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum

(vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih

mempunyai mutu tertinggi.

2) Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih

banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan

makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber

energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih

berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih

menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat

dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).

3) Dormansi Benih

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak

berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap

telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan

dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel)

namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik

untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang

sesuai.

4) Penghambat perkecambahan

Penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam

benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang

tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju

respirasi.

b. Faktor Luar

1) Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit

pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan

jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan

Page 11: tugas poliembrioni

tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Kira-kira 70

% berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:

a) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi

pengembangan embrio dan endosperm.

b) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.

c) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai

fungsinya.

d) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik

tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.

2) Suhu

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan

benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran

suhu antara 26.5°C -35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan

proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu

sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberelin.

3) Oksigen

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai

dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi

panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses

perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen dapat dikatakan

sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang

terdapat dalam benih

4) Cahaya

Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi tergantung

pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap

perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya

penyinaran Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya

terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang

memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk

mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat

perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada

tempat gelap maupun ada cahaya.

Page 12: tugas poliembrioni

5) Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik,

gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme

penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih

dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.

Benih rekalsitran adalah benih yang tidak mempunyai masa istirahat. Hal

ini bertolak belakang dengan benih ortodoks sebagai benih yang memiiliki masa

dormansi. Pada benih rekalsitran cepatnya proses perkecambahan benih sering

menjadi masalah atau kendala untuk mengirim benih ketempat produksi dalam

kurun waktu tertentu. Benih rekalsitran dapat juga didefinisikan sebagai benih

yang tidak mengalami proses pengeringan pada saat benih masak di pohon

induknya, cepat mengalami kemunduran, daya simpannya singkat dan mati

apabila kadar air turun menjadi 15-20% atau setara dengan keseimbangan kadar

air benih pada kelembaban (RH) 70 %, suhu 20oC. Kriteria benih jeruk yang baik

sebenarnya sama dengan kriteria benih yang baik pada umumnya. Kriteria-kriteria

tersebut diantaranya

a. Benih utuh artinya tidak luka atau tidak cacat.

b. Benih harus bebas hama dan penyakit.

c. Benih harus murni artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta

bersih dari kotoran.

d. Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.

e. Mempunyai daya kecambah 80%.

f. Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.

Bibit yang tumbuh baik merupakan bibit yang berkecambah secara

normal. Bibit normal adalah bibit dimana unsur-unsur utamanya menunjang

kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal apabila ditanam pada

lingkungan yang sesuai bagi benih yang bersangkutan. Bibit yang berkecambah

secara normal memilki perakaran yang baik, plumula sudah tumbuh menjadi

batang dan daun sehingga dapat dilihat dengan jelas antara batang dan daun. Ciri-

ciri lain yaitu akarnya tumbuh tegak lurus ke bawah, hipokotil dan plumula

tumbuh secara sempurna. Selain itu, benih yang berkecambah baik juga terlihat

dari daun yang sudah tampak hijau berklorofil sementara batang muda tumbuh

Page 13: tugas poliembrioni

tegak ke atas (tidak miring ataupun bengkok). Sedangkan ciri dari tanaman yang

perkecambahannya tidak baik adalah tidak terbentuknya bagian tanaman dengan

sempurna atau dapat dikatakan abnormal. Bibit Abnormal adalah bibit yang tidak

memenuhi persyaratan sebagai bibit normal. Adanya bibit abnormal karena dalam

poliembrioni mengandung banyak embrio yang tidak seragam. Ada yang sama

dengan induknya dan ada pula hasil peleburan. Pada bibit yang tumbuh abnormal,

plumulenya masih belum jelas pertumbuhannya karena hanya terlihat seperti tunas

dan tidak membentuk daun selain itu warnanya juga pucat. Akarnya pun tumbuh

ke samping dan mengeriting.

Embrio merupakan calon terbentuknya tumbuhan baru. Faktor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan embrio terbagi menjadi faktor dalam dan faktor

luar. Faktor dalam yang cukup berpengaruh yaitu kecukupan cadanagan makanan

bagi embrio, kemasakan dari benih itu sendiri serta adanya zat penghambat dari

dalam benih seperti ditemukan pada banyak kasus. Sementara faktor luar yang

mempengaruhi pertumbuhan embrio diantaranya air, oksigen, dan temperatur.

a. Air yang dibutuhkan untuk perkecambahan

Benih yang masak sering kekeringan dan membutuhkan jumlah air tertentu, hal

ini berhubungan dengan berat kering biji, sebelum metabolisme dan pertumbuhan

dapat berlanjut. Kebanyakan benih membutuhkan cukup air untuk melembabkan

benih tapi tidak sampai menggenangi. Saat biji mengimbibisi air, enzim hidrolitik

diaktifkan yang akan menghancurkan sumber cadangan makanan menjadi bahan-

bahan kimia yang berguna dalam proses metabolisme.

b. Oksigen

Pada proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat

perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan

meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi

yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan

terhambatnya proses perkecambahan benih. Hubungan antara pengaruh cahaya

dan perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal

sebagai phytochrome yang tersusun dari chromophore dan protein.

c. Temperatur

Page 14: tugas poliembrioni

Temperatur merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan benih.

Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi

berlangsungnya perkecambahan. Temperatur optimum bagi kebanyakan benih

tanaman benih antara 26,5-35oC. Di bawah itu pada temperatur minimum terendah

0-5oC kebanyakan jenis benih akan gagal untuk berkecambah atau terjadi

kerusakan yang mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal. 

Page 15: tugas poliembrioni

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum Poliembrioni tanaman jeruk ini diantaranya:

a. Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu embrio

dalam satu biji dimana apomiksis dan amfimiksis terjadi bersamaan.

b. Tujuan dari pengujian poliembrioni secara umum yaitu untuk

menghasilkan jumlah tanaman baru yang lebih banyak dalam satu biji

dan dalam praktikum ini digunakan rekalsitran jeruk (Citrus sp.)

c. Dalam hasil rekapan satu shift diperoleh hasil total kelompok 11 yaitu

jumlah embrio sebanyak 16, jumlah embrio berkecambah sebanyak 9,

jumlah bibit normal sebanyak 7, dan jumlah bibit abnormal sebanyak 2.

d. Dalam poliembrioni, perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh 2

faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar.

e. Bibit normal adalah bibit dimana unsur-unsur utamanya menunjang

kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal. Sedangkan

bibit abnormal merupakan bibit yang tidak memenuhi persyaratan

sebagai bibit normal

f. Pertumbuhan embrio dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan,

air, oksigen, dan temperatur.

5.2. Saran

Saran untuk praktikum ini yaitu dalam suatu praktikum kondisi yang

kondusif sangat diperlukan agar dapat memahami tahap-tahap praktikum, selain

itu untuk praktikum selanjutnya bahan yang digunakan dapat diganti atau

ditambah sehingga menambah pengetahuan mahasiswa.

Page 16: tugas poliembrioni

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, N. 2009. Klasifikasi Tumbuhan. Bumi Aksara. Jakarta

Pichot, C., Fady, B., & Hochu, I. 2000. Lack of Mother Tree Alleles in Zymograms

of Cupressus Dupreziana. Camus embryos. Ann. For. Sci.57: 17-22.

Raven, P. H., R. F. Evert and S. E. Eichhorn. 2005. J. Biology of Plants, 7th Edition. W.H.

Freeman and Company Publishers. New York.

Soelarso, B. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit dan Penyimpanan Benih serta

Pembibitan. http://www.foundation.org. Diakses pada tanggal 30 Mei 2012 pukul

23.00 WIB.

Sutopo. 2002. Viabilitas dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkecambahan pada

Poliemrioni. http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=12172. Diakses

tanggal 27 Mei 2012 pukul. 17.00 WIB.

Willadsen, S.M. 1979. A method for culture of micromanipulated sheep embryos andits

use to produce monozygotic twins. J. Nature, 277:298-300