vi. poliembrioni
TRANSCRIPT
VI. POLIEMBRIONI
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu
embrio dalam satu biji. Poliembrioni dapat terjadi apabila apomiksis dan
amfimiksis dapat terjadi bersamaan. Apomiksis yaitu proses terbentuknya
biji atau benih tidak melalui peleburan sperma-ovum. Amfimiksis
merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuahn melalui
biji. Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji poliembrioni ini
adalah hanya ada satu yang berbeda dari induknya, tanaman inilah yang
sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina sehingga
tanaman ini memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan tanaman lain
yang terbentuk merupakan tanaman yang tumbuh dari pembiakan vegetatif
tanaman tersebut, sehingga tanaman ini memiliki sifat yang sama dengan
induknya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman.
Benih yang bersifat poliembrioni jika dikecambahkan akan tumbuh
lebih dari satu tanaman karena embrio yang terbentuk juga lebih dari satu.
Embrio yang merupakan hasil peleburan gamet jantan dan betina akan
tumbuh tanaman yang mewarisi sifat dari kedua induknya. Sedangkan
embrio yang terbentuk bukan karena adanya peleburan gamet jantan dan
betina (vegetatif) akan memiliki sifat yang sama dengan induknya atau
tetuanya. Karakter-karakter yang banyak dipergunakan dalam mempelajari
morfologi perkecambahan atau membandingkan semai pada jenis- jenis
tumbuhan berkayu adalah kemunculan, letak dan perkembangan
kotiledonnya. Kotiledon dapat berfungsi untuk asimilasi, bentuknya
seringkali menyerupai daun dewasa yang berwarna hijau.
Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan mengenai
poliembrioni benih. Benih yang diamati adalah benih jeruk dikarenakan
jeruk merupakan salah satu tanaman yang memiliki sifat poliembrioni.
Selain pada tanaman jeruk. tanaman lain yang bersifat poliembrioni banyak
ditemukan pada ace, nangka, mangga dan duku. Diharapkan melalui
praktikum ini, dengan mengetahui banyaknya embrio yang tumbuh dari
poliembrioni dan dapat membedakan benih yang berkecambah dengan baik
pada biji tersebut kita dapat mengetahui biji yang baik untuk ditanam.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara VI yaitu Poliembrioni ini adalah untuk
mengetahui poliembrioni pada benih.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Poliembrioni merupakan pembentukan embrio dalam bakal biji yang
jumlahnya lebih dari satu embrio yang terbentuk. Dalam hal ini ketika suatu
biji dikecambahkan maka akan terdapat lebih dari satu tanaman yang akan
tumbuh dari satu biji tanaman tersebut. Poliembrioni dimanfaatkan untuk
mencari bibit tanaman yang akan ditanam yang merupakan perpaduan dari
peleburan sel gamet jantan dan betina. Poliembrioni sangat bermanfaat bagi
petani yang memperbanyak embrio pada jeruk yang langkahnya mudah dan
praktis. Sebelum biji jeruk dikecambahkan harus diyakini dulu tentang
kebenaran varietasnya. Biji diambil dari buah-buah yang baik, tidak cacat,
sudah tua/masak di pohon. Buah yang sudah jatuh sebaiknya tidak digunakan
sebagai sumber benih batang bawah karena biasanya telah tertular oleh
penyakit tular tanah atau buah tersebut kurang sehat. Secara umum dapat
dinyatakan bahwa buah yang keadaan baik dan belum jatuh dari pohon,
kemungkinan adanya virus yang ditularkan melalui biji hanya 1%-3%
(Soelarso, 2006).
Air dibutuhkan untuk perkecambahan. Benih yang masak sering
kekeringan dan membutuhkan jumlah air tertentu, berhubungan dengan berat
kering biji, sebelum metabolisme dan pertumbuhan dapat berlanjut.
Kebanyakan benih membutuhkan cukup air untuk melembabkan benih tapi
tidak sampai menggenangi mereka. Saat biji mengimbibisi air, enzim hidrolitik
diaktifkan yang akan menghancurkan sumber cadangan makanan menjadi
bahan-bahan kimia yang berguna dalam proses metabolisme
(Raven et al., 2005).
Poliembrioni adalah dalam satu biji terdapat lebih dari satu endosperm
(2-3 endosperm). Salah satunya poliembrioni pada jeruk (Citrus sp.) dimana
masing-masing endosperm tidak mempunyai endocarp (kulit tanduk) sendiri-
sendiri. Gamet betina dibentuk di dalam bakal biji (ovule) atau kantung
lembaga. Pada bagian ini terdapat sel induk megaspora (sel induk kantug
lembaga) yang diploid. Sel ini akan membelah secara meiosis dan dari satu sel
induk kantung lembaga membentuk 4 sel yang haploid. Tiga sel
akanmereduksi dan lenyap tinggal satu yang berkembang. Selanjutnya, sel ini
membelah secara mitosis 3 kali dan terbentuklah 8 sel. Dari sel yang berjumlah
8 ini, 3 sel akan bergerak menuju arah yang berlawanan dengan mikropil, 2 sel
lainnya menjadi kandung tembaga sekunder, dan 3 sel terakhir menuju ke dekat
mikropil. Dari 3 sel (yang menuju dekat mikropil) yang terakhir ini dua
menjadi sinergid dan satu sel lagi menjadi sel telur. Dalam keadaan seperti ini
kandung lembaga sudah masak dan siap untuk dibuahi. Putik yang sudah
masak biasanya mengeluarkan cairan lengket pada ujungnya yang berfungsi
sebagai tempat melekatnya serbuk sari (Pichot et al, 2000).
Poliembrioni pada jeruk (Citrus sp.) sering terjadi dalam satu biji
dimana terdapat embrio zigotik (muncul dari penyatuan satu sel telur dan satu
sel gamet jantan) dan sejumlah embrio yang dibentuk secara vegetatif
(sehingga dikatakan embrio adventif). Embrio adventif ini beregenerasi dari
sel-sel dalam jaringan nusellus dan integumen. Sel-sel somatik tersebut
mengalami pembelahan danmembentuk embrio tambahan. Embrio tambahan
tersebut akan menghasilkananakan secara genetik identik dengan tanaman
induknya (Wiladsen, 2010).
Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena beberapa
sebab yaitu melalui peleburan sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak
melalui peleburan sperma dan ovum (apomiksis). Apomiksis dan amfimiksis
dapat terjadi bersamaan, maka akan terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu
biji, disebut poliembrioni. Peristiwa ini sering dijumpai pada nangka, jeruk dan
mangga (Hidayati, 2009).
C. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Poliembrioni dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10
Mei 2012 pukul 15.00 WIB, bertempat di Laboratorium Ekologi
Manajemen dan Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Petridish
2) Pinset
3) Kertas buram
b. Bahan
1) Benih rekalsitran jeruk (Citrus sp.)
2) Aquadest
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan benih rekalsitran jeruk.
b. Merendam benih di dalam aquades selama 2 jam atau lebih.
c. Menghilangkan selaput pada biji dengan pinset.
d. Mengkecambahkan benih pada petridish dengan media kertas buram
yang telah dibasahi baik bibit yang utuh maupun dipisah.
e. Mengamati embrio yang ada, tinggi atau panjang biji (setelah
berkecambah), jumlah bibit yang normal dan abnormal.
D. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Jumlah Embrio Kelompok 11 Benih Jeruk (Citrus sp.)
Ulangan Embrio Embrio
berkecambah Bibit normal Bibit abnormal
7 14 7 1412345
26332
13221
12221
11221
-----
-2---
Total 16 9 8 7 - 2Rata-rata 3,2 1,8 1,6 1,4 - 2
Sumber: Laporan sementara
Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Poliembrioni BenihJeruk (Rekapan 1 shift)
Ulangan(Kel)
Embrio ∑ Total Kecambah ∑ Bibit Normal∑ Bibit
Abnormal7 20 20 10 108 19 17 9 89 10 10 10 -10 21 21 12 911 16 9 7 212 16 10 10 -
Total 102 87 58 29
Rata-rata 17 14,5 9,7 4,8Sumber: Laporan sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. % Embrio berkecambah =
=
= 85,29 %
b. % Embrio normal =
=
= 56,86 %
c. % Embriomati =
=
= 14,71 %
Gambar 6.1 Embrio dalam Biji
Gambar 6.2 Bibit Tumbuh Normal
Gambar 6.3 Bibit Tumbuh Abnormal
Sumber : Laporan Sementara
3. Pembahasan
Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu
embrio dalam satu biji. Poliembrioni dapat terjadi apabila apomiksis dan
amfimiksis dapat terjadi bersamaan. Apomiksis yaitu proses terbentuknya
biji atau benih tidak melalui peleburan sperma-ovum. Apomiksis
merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuhan melalui
biji. Apomiksis sendiri dapat dibedakan menjadi:
a. Apogami : embrio yang terbentuk berasal dari kandung lembaga.
Misalnya dari sel sinergid dan antipoda
b. Partenogenesis: embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi.
c. Embrio adventif : merupakan embrio yang terbentuk dari nusellus,
yaitu bagian selain kandung lembaga.
Amfimiksis sendiri adalah proses terbentuknya biji atau benih melalui
peleburan sperma-ovum, amfimiksis merupakan reproduksi secara seksual
atau generatif. Menurut Nani Hidayati (2009), poliembrioni disebabkan
oleh adanya embrio akibat peleburan gamet dan juga yang tanpa peleburan
gamet. Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena
beberapa sebab yaitu melalui peleburan sperma dan ovum (amfimiksis)
dan tidak melalui peleburan sperma dan ovum (apomiksis). Apomiksis dan
amfimiksis dapat terjadi bersamaan, maka akan terbentuk lebih dari satu
embrio dalam satu biji, disebut poliembrioni. Peristiwa ini sering dijumpai
pada nangka, jeruk dan mangga.
Tujuan dari pengujian poliembrioni secara umum yaitu untuk
menghasilkan jumlah tanaman baru yang lebih banyak dalam satu biji
daripada biji yang tidak mengalami poliembrioni karena dalam satu biji
hanya menghasilkan satu tanaman saja. Tanaman yang tumbuh akan lebih
dari satu tanaman karena jumlah embrio dalam biji poliembrioni ini juga
lebih dari satu. Hasil poliembrioni sifatnya hanya satu yang berbeda dari
induk, sedangkan yang lain sifatnya sama dengan induk. Hal tersebut dapat
bermanfaat dalam pemuliaan tanaman untuk mendapatkan tanaman yang
unggul dan sifat sama dengan induk. Pada praktikum ini pengujian untuk
mengetahui sifat poliembrioni yaitu menggunakan jeruk (Citrus sp.). Jeruk
(Citrus sp.) merupakan salah satu genus dari famili Rutaceae yang
mempunyai nilai ekonomi paling tinggi. Keragaman genetik jeruk sangat
tinggi, yang ditunjukkan oleh tingginya jumlah unit taksonomi (spesies dan
hibrida).
Berdasarkan hasil pengamatan poliembrioni kelompok 11 yang
dilakukan sebanyak 5 kali ulangan diperoleh jumlah embrio pada ulangan
pertama yaitu 2, ulangan kedua terdapat 6 embrio, ulangan ketiga dan
keempat terdapat 3 embrio, dan ulangan kelima terdapat 2 embrio. Dalam 5
kali ulangan, masing-masing embrio mengalami perkecambahan dimana
pada ulangan pertama terdapat 1 embrio yang berkecambah dan tumbuh
bibit normal. Pada ulangan kedua terdapat 3 embrio yang berkecambah
dengan jumlah bibit normal pada hari ke 14 yaitu 1 dan jumlah bibit
abnormal sebanyak 2. Pada ulangan ketiga terdapat 2 embrio yang
berkecambah dengan jumlah bibit normal pada hari ke 14 yaitu 2. Pada
ulangan keempat terdapat 2 embrio yang berkecambah dengan jumlah bibit
normal pada hari ke 14 yaitu 2. Pada ulangan yang terakhir terdapat 1
embrio yang berkecambah dan 1 bibit normal pada hari ke-14
Dalam hasil rekapan satu shift diperoleh hasil total kelompok 11
yaitu jumlah embrio sebanyak 16, jumlah embrio berkecambah sebanyak 9,
jumlah bibit normal sebanyak 7, dan jumlah bibit abnormal sebanyak 2.
Sementara pada hasil pengamatan kelompok lain, jumlah embrio tertinggi
terdapat pada kelompok 10 dengan jumlah 21, dimana secara keseluruhan
telah berkecambah dengan 12 tumbuh menjadi bibit normal dan 9 tumbuh
menjadi bibit abnormal. Sedangkan jumlah embrio terendah terdapat pada
kelompok 9 dengan jumlah 10, namun dari kesepuluh embrio tersebut
mampu berkecambah dan seluruhnya tumbuh menjadi bibit normal.
Sehingga berdasarkan hasil pengamatan satu shift, jumlah embrio
kelompok kami masih di bawah rata-rata kelompok lain.
Dalam poliembrioni, perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh
2 faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Masing-masing faktor tersebut
diantaranya:
a. Faktor dalam
1) Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya
tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum
memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio
belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air
biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut
juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan
pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh
maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau
dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi.
2) Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan
makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada
jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam
jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio
pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh
terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih
menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
3) Dormansi Benih
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup
tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang
secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih
menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel)
namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup,
suhu dan cahaya yang sesuai.
4) Penghambat perkecambahan
Penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor
baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan
dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat
lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
b. Faktor Luar
1) Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri
terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada
media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan
bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat
pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Kira-
kira 70 % berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air
antara lain:
a) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau
robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
b) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
c) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan
berbagai fungsinya.
d) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau
kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma
baru.
2) Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi
dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5°C -35°C (Sutopo,
2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan
perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat
dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberelin.
3) Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan
meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang
dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih
(Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen dapat dikatakan sebanding
dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme
yang terdapat dalam benih
4) Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar
pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada
intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran Menurut
Adriance and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya
terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu
golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang
memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan
dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan
dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun
ada cahaya.
5) Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat
fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan
bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan
(Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media
antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
Benih rekalsitran adalah benih yang tidak mempunyai masa
istirahat. Hal ini bertolak belakang dengan benih ortodoks sebagai benih
yang memiiliki masa dormansi. Pada benih rekalsitran cepatnya proses
perkecambahan benih sering menjadi masalah atau kendala untuk mengirim
benih ketempat produksi dalam kurun waktu tertentu. Benih rekalsitran
dapat juga didefinisikan sebagai benih yang tidak mengalami proses
pengeringan pada saat benih masak di pohon induknya, cepat mengalami
kemunduran, daya simpannya singkat dan mati apabila kadar air turun
menjadi 15-20% atau setara dengan keseimbangan kadar air benih pada
kelembaban (RH) 70 %, suhu 20oC. Kriteria benih jeruk yang baik
sebenarnya sama dengan kriteria benih yang baik pada umumnya. Kriteria-
kriteria tersebut diantaranya
a. Benih utuh artinya tidak luka atau tidak cacat.
b. Benih harus bebas hama dan penyakit.
c. Benih harus murni artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih
lain serta bersih dari kotoran.
d. Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e. Mempunyai daya kecambah 80%.
f. Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
Bibit yang tumbuh baik merupakan bibit yang berkecambah secara
normal. Bibit normal adalah bibit dimana unsur-unsur utamanya
menunjang kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih yang
bersangkutan. Bibit yang berkecambah secara normal memilki perakaran
yang baik, plumula sudah tumbuh menjadi batang dan daun sehingga dapat
dilihat dengan jelas antara batang dan daun. Ciri-ciri lain yaitu akarnya
tumbuh tegak lurus ke bawah, hipokotil dan plumula tumbuh secara
sempurna. Selain itu, benih yang berkecambah baik juga terlihat dari daun
yang sudah tampak hijau berklorofil sementara batang muda tumbuh tegak
ke atas (tidak miring ataupun bengkok). Sedangkan ciri dari tanaman yang
perkecambahannya tidak baik adalah tidak terbentuknya bagian tanaman
dengan sempurna atau dapat dikatakan abnormal. Bibit Abnormal adalah
bibit yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit normal. Adanya bibit
abnormal karena dalam poliembrioni mengandung banyak embrio yang
tidak seragam. Ada yang sama dengan induknya dan ada pula hasil
peleburan. Pada bibit yang tumbuh abnormal, plumulenya masih belum
jelas pertumbuhannya karena hanya terlihat seperti tunas dan tidak
membentuk daun selain itu warnanya juga pucat. Akarnya pun tumbuh ke
samping dan mengeriting.
Embrio merupakan calon terbentuknya tumbuhan baru. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan embrio terbagi menjadi faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang cukup berpengaruh yaitu
kecukupan cadanagan makanan bagi embrio, kemasakan dari benih itu
sendiri serta adanya zat penghambat dari dalam benih seperti ditemukan
pada banyak kasus. Sementara faktor luar yang mempengaruhi
pertumbuhan embrio diantaranya air, oksigen, dan temperatur.
a. Air yang dibutuhkan untuk perkecambahan
Benih yang masak sering kekeringan dan membutuhkan jumlah air
tertentu, hal ini berhubungan dengan berat kering biji, sebelum
metabolisme dan pertumbuhan dapat berlanjut. Kebanyakan benih
membutuhkan cukup air untuk melembabkan benih tapi tidak sampai
menggenangi. Saat biji mengimbibisi air, enzim hidrolitik diaktifkan
yang akan menghancurkan sumber cadangan makanan menjadi bahan-
bahan kimia yang berguna dalam proses metabolisme.
b. Oksigen
Pada proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada
saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat
disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan
karbondioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen
yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses
perkecambahan benih. Hubungan antara pengaruh cahaya dan
perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal
sebagai phytochrome yang tersusun dari chromophore dan protein.
c. Temperatur
Temperatur merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan
benih. Temperatur optimum adalah temperatur yang paling
menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan. Temperatur
optimum bagi kebanyakan benih tanaman benih antara 26,5-35oC. Di
bawah itu pada temperatur minimum terendah 0-5oC kebanyakan jenis
benih akan gagal untuk berkecambah atau terjadi kerusakan yang
mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara Poliembrioni ini diantaranya:
a. Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu embrio
dalam satu biji dimana apomiksis dan amfimiksis terjadi bersamaan.
b. Tujuan dari pengujian poliembrioni secara umum yaitu untuk
menghasilkan jumlah tanaman baru yang lebih banyak dalam satu biji
dan dalam praktikum ini digunakan rekalsitran jeruk (Citrus sp.)
c. Dalam hasil rekapan satu shift diperoleh hasil total kelompok 11 yaitu
jumlah embrio sebanyak 16, jumlah embrio berkecambah sebanyak 9,
jumlah bibit normal sebanyak 7, dan jumlah bibit abnormal sebanyak 2.
d. Dalam poliembrioni, perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh 2
faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar.
e. Bibit normal adalah bibit dimana unsur-unsur utamanya menunjang
kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal. Sedangkan
bibit abnormal merupakan bibit yang tidak memenuhi persyaratan
sebagai bibit normal
f. Pertumbuhan embrio dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan,
air, oksigen, dan temperatur.
2. Saran
Saran untuk praktikum ini yaitu dalam suatu praktikum kondisi yang
kondusif sangat diperlukan agar dapat memahami tahap-tahap praktikum,
selain itu untuk praktikum selanjutnya bahan yang digunakan dapat diganti
atau ditambah sehingga menambah pengetahuan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, N. 2009. Klasifikasi Tumbuhan. Bumi Aksara. Jakarta
Pichot, C., Fady, B., & Hochu, I. 2000. Lack of Mother Tree Alleles in Zymograms of Cupressus Dupreziana. Camus embryos. Ann. For. Sci.57: 17-22.
Raven, P. H., R. F. Evert and S. E. Eichhorn. 2005. J. Biology of Plants, 7th Edition. W.H. Freeman and Company Publishers. New York.
Soelarso, B. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit dan Penyimpanan Benih serta Pembibitan. http://www.foundation.org. Diakses pada tanggal 30 Mei 2012 pukul 23.00 WIB.
Sutopo. 2002. Viabilitas dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkecambahan pada Poliemrioni. http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=12172. Diakses tanggal 27 Mei 2012 pukul. 17.00 WIB.
Willadsen, S.M. 1979. A method for culture of micromanipulated sheep embryos andits use to produce monozygotic twins. J. Nature, 277:298-300