vi. poliembrioni

24
VI. POLIEMBRIONI A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Poliembrioni dapat terjadi apabila apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan. Apomiksis yaitu proses terbentuknya biji atau benih tidak melalui peleburan sperma-ovum. Amfimiksis merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuahn melalui biji. Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji poliembrioni ini adalah hanya ada satu yang berbeda dari induknya, tanaman inilah yang sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina sehingga tanaman ini memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan tanaman lain yang terbentuk merupakan tanaman yang tumbuh dari pembiakan vegetatif tanaman tersebut, sehingga tanaman ini memiliki sifat yang sama dengan induknya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman. Benih yang bersifat poliembrioni jika dikecambahkan akan tumbuh lebih dari satu tanaman karena embrio yang terbentuk juga lebih dari satu. Embrio yang merupakan hasil peleburan gamet jantan

Upload: ekayana-putra-negara

Post on 23-Jul-2015

1.206 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: VI. Poliembrioni

VI. POLIEMBRIONI

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu

embrio dalam satu biji. Poliembrioni dapat terjadi apabila apomiksis dan

amfimiksis dapat terjadi bersamaan. Apomiksis yaitu proses terbentuknya

biji atau benih tidak melalui peleburan sperma-ovum. Amfimiksis

merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuahn melalui

biji. Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji poliembrioni ini

adalah hanya ada satu yang berbeda dari induknya, tanaman inilah yang

sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina sehingga

tanaman ini memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan tanaman lain

yang terbentuk merupakan tanaman yang tumbuh dari pembiakan vegetatif

tanaman tersebut, sehingga tanaman ini memiliki sifat yang sama dengan

induknya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman.

Benih yang bersifat poliembrioni jika dikecambahkan akan tumbuh

lebih dari satu tanaman karena embrio yang terbentuk juga lebih dari satu.

Embrio yang merupakan hasil peleburan gamet jantan dan betina akan

tumbuh tanaman yang mewarisi sifat dari kedua induknya. Sedangkan

embrio yang terbentuk bukan karena adanya peleburan gamet jantan dan

betina (vegetatif) akan memiliki sifat yang sama dengan induknya atau

tetuanya. Karakter-karakter yang banyak dipergunakan dalam mempelajari

morfologi perkecambahan atau membandingkan semai pada jenis- jenis

tumbuhan berkayu adalah kemunculan, letak dan perkembangan

kotiledonnya. Kotiledon dapat berfungsi untuk asimilasi, bentuknya

seringkali menyerupai daun dewasa yang berwarna hijau.

Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan mengenai

poliembrioni benih. Benih yang diamati adalah benih jeruk dikarenakan

jeruk merupakan salah satu tanaman yang memiliki sifat poliembrioni.

Selain pada tanaman jeruk. tanaman lain yang bersifat poliembrioni banyak

Page 2: VI. Poliembrioni

ditemukan pada ace, nangka, mangga dan duku. Diharapkan melalui

praktikum ini, dengan mengetahui banyaknya embrio yang tumbuh dari

poliembrioni dan dapat membedakan benih yang berkecambah dengan baik

pada biji tersebut kita dapat mengetahui biji yang baik untuk ditanam.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara VI yaitu Poliembrioni ini adalah untuk

mengetahui poliembrioni pada benih.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Poliembrioni merupakan pembentukan embrio dalam bakal biji yang

jumlahnya lebih dari satu embrio yang terbentuk. Dalam hal ini ketika suatu

biji dikecambahkan maka akan terdapat lebih dari satu tanaman yang akan

tumbuh dari satu biji tanaman tersebut. Poliembrioni dimanfaatkan untuk

mencari bibit tanaman yang akan ditanam yang merupakan perpaduan dari

peleburan sel gamet jantan dan betina. Poliembrioni sangat bermanfaat bagi

petani yang memperbanyak embrio pada jeruk yang langkahnya mudah dan

praktis. Sebelum biji jeruk dikecambahkan harus diyakini dulu tentang

kebenaran varietasnya. Biji diambil dari buah-buah yang baik, tidak cacat,

sudah tua/masak di pohon. Buah yang sudah jatuh sebaiknya tidak digunakan

sebagai sumber benih batang bawah karena biasanya telah tertular oleh

penyakit tular tanah atau buah tersebut kurang sehat. Secara umum dapat

dinyatakan bahwa buah yang keadaan baik dan belum jatuh dari pohon,

kemungkinan adanya virus yang ditularkan melalui biji hanya 1%-3%

(Soelarso, 2006).

Air dibutuhkan untuk perkecambahan. Benih yang masak sering

kekeringan dan membutuhkan jumlah air tertentu, berhubungan dengan berat

kering biji, sebelum metabolisme dan pertumbuhan dapat berlanjut.

Kebanyakan benih membutuhkan cukup air untuk melembabkan benih tapi

tidak sampai menggenangi mereka. Saat biji mengimbibisi air, enzim hidrolitik

diaktifkan yang akan menghancurkan sumber cadangan makanan menjadi

bahan-bahan kimia yang berguna dalam proses metabolisme

(Raven et al., 2005).

Page 3: VI. Poliembrioni

Poliembrioni adalah dalam satu biji terdapat lebih dari satu endosperm

(2-3 endosperm). Salah satunya poliembrioni pada jeruk (Citrus sp.) dimana

masing-masing endosperm tidak mempunyai endocarp (kulit tanduk) sendiri-

sendiri. Gamet betina dibentuk di dalam bakal biji (ovule) atau kantung

lembaga. Pada bagian ini terdapat sel induk megaspora (sel induk kantug

lembaga) yang diploid. Sel ini akan membelah secara meiosis dan dari satu sel

induk kantung lembaga membentuk 4 sel yang haploid. Tiga sel

akanmereduksi dan lenyap tinggal satu yang berkembang. Selanjutnya, sel ini

membelah secara mitosis 3 kali dan terbentuklah 8 sel. Dari sel yang berjumlah

8 ini, 3 sel akan bergerak menuju arah yang berlawanan dengan mikropil, 2 sel

lainnya menjadi kandung tembaga sekunder, dan 3 sel terakhir menuju ke dekat

mikropil. Dari 3 sel (yang menuju dekat mikropil) yang terakhir ini dua

menjadi sinergid dan satu sel lagi menjadi sel telur. Dalam keadaan seperti ini

kandung lembaga sudah masak dan siap untuk dibuahi. Putik yang sudah

masak biasanya mengeluarkan cairan lengket pada ujungnya yang berfungsi

sebagai tempat melekatnya serbuk sari (Pichot et al, 2000).

Poliembrioni pada jeruk (Citrus sp.) sering terjadi dalam satu biji

dimana terdapat embrio zigotik (muncul dari penyatuan satu sel telur dan satu

sel gamet jantan) dan sejumlah embrio yang dibentuk secara vegetatif

(sehingga dikatakan embrio adventif). Embrio adventif ini beregenerasi dari

sel-sel dalam jaringan nusellus dan integumen. Sel-sel somatik tersebut

mengalami pembelahan danmembentuk embrio tambahan. Embrio tambahan

tersebut akan menghasilkananakan secara genetik identik dengan tanaman

induknya (Wiladsen, 2010).

Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena beberapa

sebab yaitu melalui peleburan sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak

melalui peleburan sperma dan ovum (apomiksis). Apomiksis dan amfimiksis

dapat terjadi bersamaan, maka akan terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu

biji, disebut poliembrioni. Peristiwa ini sering dijumpai pada nangka, jeruk dan

mangga (Hidayati, 2009).

Page 4: VI. Poliembrioni

C. METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Poliembrioni dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10

Mei 2012 pukul 15.00 WIB, bertempat di Laboratorium Ekologi

Manajemen dan Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Petridish

2) Pinset

3) Kertas buram

b. Bahan

1) Benih rekalsitran jeruk (Citrus sp.)

2) Aquadest

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan benih rekalsitran jeruk.

b. Merendam benih di dalam aquades selama 2 jam atau lebih.

c. Menghilangkan selaput pada biji dengan pinset.

d. Mengkecambahkan benih pada petridish dengan media kertas buram

yang telah dibasahi baik bibit yang utuh maupun dipisah.

e. Mengamati embrio yang ada, tinggi atau panjang biji (setelah

berkecambah), jumlah bibit yang normal dan abnormal.

Page 5: VI. Poliembrioni

D. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan

Tabel 6.1 Jumlah Embrio Kelompok 11 Benih Jeruk (Citrus sp.)

Ulangan Embrio Embrio

berkecambah Bibit normal Bibit abnormal

7 14 7 1412345

26332

13221

12221

11221

-----

-2---

Total 16 9 8 7 - 2Rata-rata 3,2 1,8 1,6 1,4 - 2

Sumber: Laporan sementara

Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Poliembrioni BenihJeruk (Rekapan 1 shift)

Ulangan(Kel)

Embrio ∑ Total Kecambah ∑ Bibit Normal∑ Bibit

Abnormal7 20 20 10 108 19 17 9 89 10 10 10 -10 21 21 12 911 16 9 7 212 16 10 10 -

Total 102 87 58 29

Rata-rata 17 14,5 9,7 4,8Sumber: Laporan sementara

2. Analisis Hasil Pengamatan

a. % Embrio berkecambah =

=

= 85,29 %

b. % Embrio normal =

=

= 56,86 %

Page 6: VI. Poliembrioni

c. % Embriomati =

=

= 14,71 %

Gambar 6.1 Embrio dalam Biji

Gambar 6.2 Bibit Tumbuh Normal

Gambar 6.3 Bibit Tumbuh Abnormal

Sumber : Laporan Sementara

3. Pembahasan

Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu

embrio dalam satu biji. Poliembrioni dapat terjadi apabila apomiksis dan

amfimiksis dapat terjadi bersamaan. Apomiksis yaitu proses terbentuknya

biji atau benih tidak melalui peleburan sperma-ovum. Apomiksis

merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuhan melalui

biji. Apomiksis sendiri dapat dibedakan menjadi:

a. Apogami : embrio yang terbentuk berasal dari kandung lembaga.

Misalnya dari sel sinergid dan antipoda

b. Partenogenesis: embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi.

c. Embrio adventif : merupakan embrio yang terbentuk dari nusellus,

yaitu bagian selain kandung lembaga.

Amfimiksis sendiri adalah proses terbentuknya biji atau benih melalui

peleburan sperma-ovum, amfimiksis merupakan reproduksi secara seksual

atau generatif. Menurut Nani Hidayati (2009), poliembrioni disebabkan

oleh adanya embrio akibat peleburan gamet dan juga yang tanpa peleburan

Page 7: VI. Poliembrioni

gamet. Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena

beberapa sebab yaitu melalui peleburan sperma dan ovum (amfimiksis)

dan tidak melalui peleburan sperma dan ovum (apomiksis). Apomiksis dan

amfimiksis dapat terjadi bersamaan, maka akan terbentuk lebih dari satu

embrio dalam satu biji, disebut poliembrioni. Peristiwa ini sering dijumpai

pada nangka, jeruk dan mangga.

Tujuan dari pengujian poliembrioni secara umum yaitu untuk

menghasilkan jumlah tanaman baru yang lebih banyak dalam satu biji

daripada biji yang tidak mengalami poliembrioni karena dalam satu biji

hanya menghasilkan satu tanaman saja. Tanaman yang tumbuh akan lebih

dari satu tanaman karena jumlah embrio dalam biji poliembrioni ini juga

lebih dari satu. Hasil poliembrioni sifatnya hanya satu yang berbeda dari

induk, sedangkan yang lain sifatnya sama dengan induk. Hal tersebut dapat

bermanfaat dalam pemuliaan tanaman untuk mendapatkan tanaman yang

unggul dan sifat sama dengan induk. Pada praktikum ini pengujian untuk

mengetahui sifat poliembrioni yaitu menggunakan jeruk (Citrus sp.). Jeruk

(Citrus sp.) merupakan salah satu genus dari famili Rutaceae yang

mempunyai nilai ekonomi paling tinggi. Keragaman genetik jeruk sangat

tinggi, yang ditunjukkan oleh tingginya jumlah unit taksonomi (spesies dan

hibrida).

Berdasarkan hasil pengamatan poliembrioni kelompok 11 yang

dilakukan sebanyak 5 kali ulangan diperoleh jumlah embrio pada ulangan

pertama yaitu 2, ulangan kedua terdapat 6 embrio, ulangan ketiga dan

keempat terdapat 3 embrio, dan ulangan kelima terdapat 2 embrio. Dalam 5

kali ulangan, masing-masing embrio mengalami perkecambahan dimana

pada ulangan pertama terdapat 1 embrio yang berkecambah dan tumbuh

bibit normal. Pada ulangan kedua terdapat 3 embrio yang berkecambah

dengan jumlah bibit normal pada hari ke 14 yaitu 1 dan jumlah bibit

abnormal sebanyak 2. Pada ulangan ketiga terdapat 2 embrio yang

berkecambah dengan jumlah bibit normal pada hari ke 14 yaitu 2. Pada

ulangan keempat terdapat 2 embrio yang berkecambah dengan jumlah bibit

Page 8: VI. Poliembrioni

normal pada hari ke 14 yaitu 2. Pada ulangan yang terakhir terdapat 1

embrio yang berkecambah dan 1 bibit normal pada hari ke-14

Dalam hasil rekapan satu shift diperoleh hasil total kelompok 11

yaitu jumlah embrio sebanyak 16, jumlah embrio berkecambah sebanyak 9,

jumlah bibit normal sebanyak 7, dan jumlah bibit abnormal sebanyak 2.

Sementara pada hasil pengamatan kelompok lain, jumlah embrio tertinggi

terdapat pada kelompok 10 dengan jumlah 21, dimana secara keseluruhan

telah berkecambah dengan 12 tumbuh menjadi bibit normal dan 9 tumbuh

menjadi bibit abnormal. Sedangkan jumlah embrio terendah terdapat pada

kelompok 9 dengan jumlah 10, namun dari kesepuluh embrio tersebut

mampu berkecambah dan seluruhnya tumbuh menjadi bibit normal.

Sehingga berdasarkan hasil pengamatan satu shift, jumlah embrio

kelompok kami masih di bawah rata-rata kelompok lain.

Dalam poliembrioni, perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh

2 faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Masing-masing faktor tersebut

diantaranya:

a. Faktor dalam

1) Tingkat kemasakan benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya

tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum

memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio

belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air

biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut

juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan

pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh

maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau

dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi.

2) Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan

makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada

jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam

Page 9: VI. Poliembrioni

jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio

pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh

terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih

menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat

tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).

3) Dormansi Benih

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup

tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang

secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu

perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih

menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel)

namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara

normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup,

suhu dan cahaya yang sesuai.

4) Penghambat perkecambahan

Penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor

baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan

dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat

lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

b. Faktor Luar

1) Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri

terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada

media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan

bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat

pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Kira-

kira 70 % berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air

antara lain:

a) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau

robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.

b) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.

Page 10: VI. Poliembrioni

c) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan

berbagai fungsinya.

d) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau

kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma

baru.

2) Suhu

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya

perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi

dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5°C -35°C (Sutopo,

2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan

perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat

dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberelin.

3) Oksigen

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan

meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan

pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang

dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih

(Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen dapat dikatakan sebanding

dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme

yang terdapat dalam benih

4) Cahaya

Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi

tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar

pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada

intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran Menurut

Adriance and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya

terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu

golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang

memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan

dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan

Page 11: VI. Poliembrioni

dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun

ada cahaya.

5) Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat

fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan

bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan

(Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media

antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.

Benih rekalsitran adalah benih yang tidak mempunyai masa

istirahat. Hal ini bertolak belakang dengan benih ortodoks sebagai benih

yang memiiliki masa dormansi. Pada benih rekalsitran cepatnya proses

perkecambahan benih sering menjadi masalah atau kendala untuk mengirim

benih ketempat produksi dalam kurun waktu tertentu. Benih rekalsitran

dapat juga didefinisikan sebagai benih yang tidak mengalami proses

pengeringan pada saat benih masak di pohon induknya, cepat mengalami

kemunduran, daya simpannya singkat dan mati apabila kadar air turun

menjadi 15-20% atau setara dengan keseimbangan kadar air benih pada

kelembaban (RH) 70 %, suhu 20oC. Kriteria benih jeruk yang baik

sebenarnya sama dengan kriteria benih yang baik pada umumnya. Kriteria-

kriteria tersebut diantaranya

a. Benih utuh artinya tidak luka atau tidak cacat.

b. Benih harus bebas hama dan penyakit.

c. Benih harus murni artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih

lain serta bersih dari kotoran.

d. Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.

e. Mempunyai daya kecambah 80%.

f. Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.

Bibit yang tumbuh baik merupakan bibit yang berkecambah secara

normal. Bibit normal adalah bibit dimana unsur-unsur utamanya

menunjang kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih yang

Page 12: VI. Poliembrioni

bersangkutan. Bibit yang berkecambah secara normal memilki perakaran

yang baik, plumula sudah tumbuh menjadi batang dan daun sehingga dapat

dilihat dengan jelas antara batang dan daun. Ciri-ciri lain yaitu akarnya

tumbuh tegak lurus ke bawah, hipokotil dan plumula tumbuh secara

sempurna. Selain itu, benih yang berkecambah baik juga terlihat dari daun

yang sudah tampak hijau berklorofil sementara batang muda tumbuh tegak

ke atas (tidak miring ataupun bengkok). Sedangkan ciri dari tanaman yang

perkecambahannya tidak baik adalah tidak terbentuknya bagian tanaman

dengan sempurna atau dapat dikatakan abnormal. Bibit Abnormal adalah

bibit yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit normal. Adanya bibit

abnormal karena dalam poliembrioni mengandung banyak embrio yang

tidak seragam. Ada yang sama dengan induknya dan ada pula hasil

peleburan. Pada bibit yang tumbuh abnormal, plumulenya masih belum

jelas pertumbuhannya karena hanya terlihat seperti tunas dan tidak

membentuk daun selain itu warnanya juga pucat. Akarnya pun tumbuh ke

samping dan mengeriting.

Embrio merupakan calon terbentuknya tumbuhan baru. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan embrio terbagi menjadi faktor

dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang cukup berpengaruh yaitu

kecukupan cadanagan makanan bagi embrio, kemasakan dari benih itu

sendiri serta adanya zat penghambat dari dalam benih seperti ditemukan

pada banyak kasus. Sementara faktor luar yang mempengaruhi

pertumbuhan embrio diantaranya air, oksigen, dan temperatur.

a. Air yang dibutuhkan untuk perkecambahan

Benih yang masak sering kekeringan dan membutuhkan jumlah air

tertentu, hal ini berhubungan dengan berat kering biji, sebelum

metabolisme dan pertumbuhan dapat berlanjut. Kebanyakan benih

membutuhkan cukup air untuk melembabkan benih tapi tidak sampai

menggenangi. Saat biji mengimbibisi air, enzim hidrolitik diaktifkan

yang akan menghancurkan sumber cadangan makanan menjadi bahan-

bahan kimia yang berguna dalam proses metabolisme.

Page 13: VI. Poliembrioni

b. Oksigen

Pada proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada

saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat

disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan

karbondioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen

yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses

perkecambahan benih. Hubungan antara pengaruh cahaya dan

perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal

sebagai phytochrome yang tersusun dari chromophore dan protein.

c. Temperatur

Temperatur merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan

benih. Temperatur optimum adalah temperatur yang paling

menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan. Temperatur

optimum bagi kebanyakan benih tanaman benih antara 26,5-35oC. Di

bawah itu pada temperatur minimum terendah 0-5oC kebanyakan jenis

benih akan gagal untuk berkecambah atau terjadi kerusakan yang

mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal. 

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara Poliembrioni ini diantaranya:

a. Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu embrio

dalam satu biji dimana apomiksis dan amfimiksis terjadi bersamaan.

b. Tujuan dari pengujian poliembrioni secara umum yaitu untuk

menghasilkan jumlah tanaman baru yang lebih banyak dalam satu biji

dan dalam praktikum ini digunakan rekalsitran jeruk (Citrus sp.)

c. Dalam hasil rekapan satu shift diperoleh hasil total kelompok 11 yaitu

jumlah embrio sebanyak 16, jumlah embrio berkecambah sebanyak 9,

jumlah bibit normal sebanyak 7, dan jumlah bibit abnormal sebanyak 2.

d. Dalam poliembrioni, perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh 2

faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar.

Page 14: VI. Poliembrioni

e. Bibit normal adalah bibit dimana unsur-unsur utamanya menunjang

kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal. Sedangkan

bibit abnormal merupakan bibit yang tidak memenuhi persyaratan

sebagai bibit normal

f. Pertumbuhan embrio dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan,

air, oksigen, dan temperatur.

2. Saran

Saran untuk praktikum ini yaitu dalam suatu praktikum kondisi yang

kondusif sangat diperlukan agar dapat memahami tahap-tahap praktikum,

selain itu untuk praktikum selanjutnya bahan yang digunakan dapat diganti

atau ditambah sehingga menambah pengetahuan mahasiswa.

Page 15: VI. Poliembrioni

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, N. 2009. Klasifikasi Tumbuhan. Bumi Aksara. Jakarta

Pichot, C., Fady, B., & Hochu, I. 2000. Lack of Mother Tree Alleles in Zymograms of Cupressus Dupreziana. Camus embryos. Ann. For. Sci.57: 17-22.

Raven, P. H., R. F. Evert and S. E. Eichhorn. 2005. J. Biology of Plants, 7th Edition. W.H. Freeman and Company Publishers. New York.

Soelarso, B. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit dan Penyimpanan Benih serta Pembibitan. http://www.foundation.org. Diakses pada tanggal 30 Mei 2012 pukul 23.00 WIB.

Sutopo. 2002. Viabilitas dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkecambahan pada Poliemrioni. http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=12172. Diakses tanggal 27 Mei 2012 pukul. 17.00 WIB.

Willadsen, S.M. 1979. A method for culture of micromanipulated sheep embryos andits use to produce monozygotic twins. J. Nature, 277:298-300