abu zar - magang full
TRANSCRIPT
GAMBARAN SARANA PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
DI PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG
TAHUN 2012
LAPORAN MAGANG
OLEH:
ABU ZAR
NIM : 108101000006
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433H
2012M
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Magang, Februari 2012
Abu Zar, NIM : 108101000006
Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif Di PT Pertamina Geothermal Energy
Area Kamojang Tahun 2012
xii + 116 halaman, 13 tabel, 19 gambar, 11 lampiran
ABSTRAK
Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh semua orang,
karena setiap kebakaran dapat menimbulkan banyak kerugian mulai dari fisik, material,
bahkan sampai dapat menyebabkan kematian. Berbagai upaya pencegahan terhadap
kebakaran ditempat kerja sangatlah penting untuk dilakukan. Salah satu upaya
pencegahan terhadap terjadinya kebakaran yaitu dengan penyediaan sarana proteksi
kebakaran aktif.
Semua industri memiliki risiko kebakaran, termasuk PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang merupakan salah satu perusahaan Pertamina yang mengolah
panas bumi menjadi energi listrik. Oleh karena itu mahasiswa tertarik untuk mengambil
tema gambaran sarana proteksi kebakaran aktif di PT Pertamina Geothermal Energy
Area Kamojang tahun 2012
Dari hasil kegiatan magang ini didapatkan seluruh sprinkler, alarm kebakaran
detektor kebakaran dan tempat penyimpanan air yang telah terpasang sudah sesuai
dengan standar yang ada. Namun APAR 27,3% APAR tdak terdapat tanda pemasangan
dan APAR denagn media CO2 tidak ditimbang saat pemantauan. 100% nozzle hidran
belum terpasang pada selang. Dan lantai pompa pemadam tidak dibuat landai serta tidak
adanya pengering lantai.
Masukan untuk perusahaan yaitu dipasangnya tanda pemasangan APAR pada
27,3% APAR yang tidak ada tanda pemasangannya, APAR yang baru digunakan dengan
segera diganti dengan APAR yang dapat digunakan, APAR dengan jenis CO2 dilakukan
penimbangan saat pemantauan APAR, dipasangnya pipa pemancar (nozzle) pada selang
kebakaran, lantai pada pompa pemadam dibuat landai dan disediakannya pengering
lantai.
Daftar Bacaan : 18 (1980-2011)
iv
Identitas Peserta Magang
Data Pribadi
Nama : Abu Zar
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Maret 1990
Alamat : Jalan Bangka 2 no 100 RT 17/03
Kelurahan : Pela Mampang
Kecamatan : Mampang Prapatan
Jakarta Selatan. DKI Jakarta
Kode Pos : 12720
Jenis Kelamin : Laki-laki
Telepon (rumah) : 021-7199464
Handphone : 081286528585
Golongan Darah : O
Agama : Islam
E-mail : [email protected]; [email protected]
Riwayat Pendidikan
1994-1996 TQ Al-Hikmah, Jakarta
1996-2002 MI Al-Hikmah, Jakarta
2002-2005 SLTP-IT Al-Hikmah, Jakarta
2005-2008 SMAN 55, Jakarta
2008-sekarang S1 - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Magang Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran
Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012 ini dengan baik.
Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu
mata kuliah dan sebagai hasil akhir dari kegiatan magang yang telah dilaksanakan
selama 30 hari kerja di PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) kamojang.
Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa laporan magang ini masih
jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh
penulis.
Selesainya laporan magang ini tidak luput dari bantuan dan dukungan banyak
pihak yang telah memberikan konstribusi serta masukan-masukan kepada penulis. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Umi dan Ayah yang senantiasa selalu mendukung dan mendengarkan keluh
kesah, memberikan semangat, memberikan support dalam segala hal. Doain
supaya Abu cepet lulus kuliah ya, terus cepet dapet kerja.
2. Kakak Saya Hilda Rahmadia dan Chaerunnisa serta adik saya Qeis
Muhammad terima kasih terus memberikan support untuk Saya dan sering
menemani ketika Saya sedang berkeluh kesah.
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, sebagai dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, sebagai ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
5. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik Saya,
terima kasih atas bimbingannya selama ini.
6. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, sebagai penanggung jawab peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Ir. Fahmi selaku manager K3LL PT Pertamina Geothermal Energy
Area Kamojang, terima kasih atas seluruh bantuannya sehingga kegiatan
magang ini dapat berjalan lancar.
9. Bapak Widodo Suwanto, ST selaku pembimbing lapangan magang selama
proses kegiatan magang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
berlangsung, terima kasih atas semua bimbingannya selama berada
dilapangan.
10. Seluruh staff divisi K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
yang telah memberi banyak pembelajaran dan pengalaman yang sangat
berharga untuk saya.
11. Sahabat seperjuangan selama magang berlangsung Ludi Mauliana dan Irfan
Nurhidayat, terima kasih atas kerja sama, kebersamaan dan bantuannya
selama menjalani proses magang.
12. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2008 FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang sangat saya cintai.
13. Dan kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan laporan magang ini
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan
kerja samanya dalam penyusunan laporan magang ini.
vii
Penulis sadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun tanpa kontribusi dan
masukan-masukan dari kalian semua. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Amiin..
Jakarta, 24 Maret 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Abstrak ........................................... i
Pernyataan Persetujuan Laporan Magang ........................................... ii
Panitia Sidang Ujian Magang ........................................... iii
Identitas Peserta Magang ........................................... iv
Kata Pengantar ........................................... v
Daftar Isi ........................................... viii
Daftar Tabel ........................................... xi
Daftar Gambar ........................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................... 1
1.2 Tujuan ........................................... 7
1.2.1 Tujuan Umum ........................................... 7
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................... 7
1.3 Manfaat ........................................... 8
1.3.1 Manfaat Untuk Perusahaan ........................................... 8
1.3.2 Manfaat Untuk Program Studi ........................................... 9
1.3.3 Manfaat Untuk Mahasiswa ........................................... 9
1.4 Ruang Lingkup ........................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................... 11
2.1 Pengertian Kebakaran ........................................... 11
2.2 Unsur-unsur Terjadinya Kebakaran ........................................... 11
2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran ........................................... 17
2.4 Klasifikasi Kebakaran ........................................... 23
2.4.1 Kategori Kebakaran ........................................... 23
2.4.2 Klasifikasi Tingkat Potensi Kebakaran ........................................... 25
2.5 Penanggulangan Kebakaran ........................................... 26
2.6 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif ........................................... 31
2.6.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ........................................... 31
2.6.1.1 Pengertian APAR ........................................... 31
ix
2.6.1.2 Jenis-jenis dan Klasifikasi APAR ........................................... 31
2.6.1.3 Pemasangan APAR ........................................... 35
2.6.1.4 Cara Penggunaan APAR ........................................... 37
2.6.2 Hidran ........................................... 38
2.6.2.1 Pengertian Hidran ........................................... 38
2.6.2.2 Penempatan Hidran ........................................... 39
2.6.2.3 Inspeksi dan Pengujian Hidran ........................................... 39
2.6.2.4 Pemeliharaan Hidran ........................................... 40
2.6.3 Sprinkler ........................................... 41
2.6.4 Pompa Pemadam ........................................... 44
2.6.5 Penyediaan Air ........................................... 46
2.6.6 Detektor Kebakaran ........................................... 50
2.6.7 Alarm Kebakaran ........................................... 51
BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN ........................................... 55
3.1 Aktivitas Kegiatan Magang ........................................... 55
3.1.1 Rencana Kegiatan ........................................... 55
3.1.2 Tahap Persiapan ........................................... 57
3.1.3 Tahap Pelaksanaan ........................................... 57
3.1.4 Narasumber ........................................... 58
3.2 Alur Kegiatan Magang ........................................... 59
3.3 Jadwal Kegiatan ........................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 67
4.1 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) ........................................... 67
4.1.1 Sejarah PT Pertamina (Persero) ........................................... 67
4.1.2 Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) ........................................... 68
4.1.3 Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero) ........................................... 69
4.2 Gambaran Umum PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ... 70
4.2.1 Visi dan Misi ........................................... 70
4.2.2 Struktur Organisasi ........................................... 70
4.2.3 Sertifikat, Piagam dan Penghargaan ........................................... 71
4.2.4 Tenaga Kerja ........................................... 72
x
4.2.5 Gambaran Proses Industri ........................................... 74
4.2.14 Sarana dan Prasarana ........................................... 77
4.3 Gambaran Umum Unit K3LL ........................................... 78
4.3.1 Gambaran Karyawan ........................................... 78
4.3.2 Program yang Sedang Dijalankan ........................................... 78
4.4 Gambaran Area Penelitian ........................................... 79
4.5 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif ........................................... 83
4.5.1 Gambaran APAR ........................................... 83
4.5.1.1 Gambaran Lokasi dan Media APAR ........................................... 83
4.5.1.2 Gambaran Penempatan dan Kondisi APAR ........................................... 86
4.5.1.3 Gambaran Pemantauan dan Pemeliharaan APAR ............................... 90
4.5.2 Gambaran Hidran ........................................... 92
4.5.2.1 Gambaran Jenis Hidran ........................................... 92
4.5.2.2 Gambaran Penempatan Hidran ........................................... 94
4.5.2.3 Gambaran Inspeksi Pemeliharaan Hidran ........................................... 95
4.5.3 Gambaran Sprinkler ........................................... 96
4.5.4 Gambaran Pompa Pemadam ` ........................................... 99
4.5.5 Gambaran Penyediaan Air ........................................... 102
4.5.6 Gambaran Detektor Kebakaran ........................................... 104
4.5.7 Gambaran Alarm Kebakaran ........................................... 107
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................... 111
5.2 Saran ........................................................................... 113
Daftar Pustaka ........................................................................... 114
xi
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Magang ...................................................................... 55
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Magang.......................................................................... 61
Tabel 4.1 Tabel Jumlah Tenaga Kerja...................................................................... 73
Tabel 4.2 Tabel Potensi Kebakaran di Area PLTP Unit IV ................................... 82
Tabel 4.3 Tingkat Efektifitas Jenis Media APAR dengan Kategori Kelas
Kebakaran menurut permenaker no 04 tahun 1980 ................................................ 85
Tabel 4.4 Kesesuaian Media APAR yang Terpasang dengan Kategori Kelas
Kebakaran ............................................................................................................... 86
Tabel 4.5 Kesesuaian Penempatan dan Kondisi APAR di Area PLTP Kamojang
Unit IV dengan Standar Permenaker No. PER/04/1980........................................... 88
Tabel 4.6 Kesesuaian Pemantauan dan Pemeliharaan APAR Standar
Permenaker No. PER/04/1980................................................................................. 90
Tabel 4.7 Kesesuaian Penempatan Hidran Area PLTP Kamojang Unit IV
dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 ................................................. 94
Tabel 4.8 Kesesuaian Pemeliharaan Hidran dengan Standar PerMen PU No. 24
Tahun 2008 ............................................................................................................ 95
Tabel 4.9 Kesesuaian Sprinkler dengan Standar Permen PU No. 26/PRT
/MEN/2008 ............................................................................................................ 98
Tabel 4.10 Kesesuaian Pompa Pemadam dengan Standar Permen PU No
26/PRT/MEN/2008 ................................................................................................. 101
Tabel 4.11 Kesesuaian Penyimpanan Air dengan Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008 ................................................................................................. 103
Tabel 4.12 Kesesuaian Detektor Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar
Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 ....................................................................... 106
Tabel 4.13 Kesesuaian Alarm Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV
dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 .................................................. 108
xii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Gambar Triangle of Fire .................................. 13
Gambar 2.2 Gambar Tetrahendron of Fire .................................. 18
Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Magang .................................. 60
Gambar 4.1 Gambar Logo Pertamina .................................. 69
Gambar 4.2 Gambar Proses Industri Geothemal .................................. 76
Gambar 4.3 Denah Area PLTP Unit IV .................................. 80
Gambar 4.4 APAR Media Dry Powder .................................. 84
Gambar 4.5 APAR Media CO2 .................................. 84
Gambar 4.6 Presentase Jenis Media APAR .................................. 84
Gambar 4.7 APAR yang Tidak Terpasang .................................. 89
Gambar 4.8 APAR yang Tidak Ada Tanda Pemasangan .................................. 89
Gambar 4.9 Hidran Halaman .................................. 92
Gambar 4.10 Hidran Gedung .................................. 93
Gambar 4.11 Presentase Jenis Hidran .................................. 93
Gambar 4.12 Gambar Sprinkler .................................. 97
Gambar 4.13 Pompa Pemadam yang Bersifat Tetap .................................. 100
Gambar 4.14 Pompa Pemadam yang Bersifat Portabel .................................. 100
Gambar 4.15 Tempat Penyediaan Air .................................. 103
Gambar 4.16 Detektor Asap .................................. 105
Gambar 4.17 Detektor Panas .................................. 105
Gambar 4.18 Bell Alarm Kebakaran .................................. 107
Gambar 4.19 Alarm Kebakaran Manual di PLTP Unit IV .................................. 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, keselamatan
dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Kerugian yang dialami
perusahaan apabila terjadi kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja tidaklah sedikit.
Karena hal ini, perusahaan dituntut dengan menjalankan aspek-aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam pekerjaannya. Diharapkan dengan dijalaninya aspek-aspek
Keselamatan dan kesehatan Kerja produktivitas suatu perusahaan dapat meningkat, dan
menciptakan kondisi pekerjaan yang aman, nyaman dan handal.
Salah satu sektor yang mendukung perekonomian di Indonesia adalah minyak,
gas dan panas bumi. Salah satu perusahaan besar yang mengelola minyak, gas dan panas
bumi yang terdapat di Indonesia yaitu Pertamina. Pertamina merupakan perusahaan
minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang
ditetapkan berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 (Anonim, 2011)
Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina
(Persero), berdiri sejak tahun 2006 telah diamanatkan oleh pemerintah untuk
mengembangkan 15 Wilayah Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia. Pertamina
Geothermal dalam pengusahaanya selalu fokus kepada kegiatan untuk meningkatkan
produksi di tiga daerah operasi (Kamojang, Lahendong dan Sibayak). Total produksi
2
yang dihasilkan dari 3 daerah operasi eksisting sebesar 9,5 juta ton uap dengan
pembangkitan 1,3 juta MWh. Selain itu kontribusi dari KOB sebesar 30,37 juta ton uap
dan 4,1 juta MWh. Total produksi uap geothermal pertahun sebesar 39,89 juta ton
dengan pembangkitan listrik mencapai 5,36 juta MWh (Anonim, 2008).
Menurut keputusan menteri tenaga kerja Republik Indonesia no 186 tahun 1999
tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja, Pertamina Geothermal Energy
(PGE) ini berpotensi untuk terjadinya kebakaran. Untuk itu diperlukannya manajemen
sistem tanggap darurat kebakaran yang baik dan personil terlatih yang lebih banyak.
Menurut Ramli (2010:16) kebakaran adalah api yang menjalar dan tidak
terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan keinginan manusia. Oleh karena itu
diperlukannya sistem pencegahan kebakaran serta sistem penanggulangan kebakaran.
Pencegahan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya
kebakaran dan penanggulangan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka
memadamkan kebakaran. Sedangkan penanggulangan kebakaran adalah upaya yang
dilakukan dalam rangka memadamkan kebakaran (Perda DKI No.8 2008).
Kebakaran dan ledakan (blow out) merupakan hal yang sangat sering terjadi
seperti kebakaran yang terjadi di gudang limbah plastik dan busa terbesar di kota
Tangerang kawasan industri Jatiuwung, dalam kebakaran ini kerugian ditaksir mencapai
ratusan juta rupiah. (Syamsuri, Berita Fokus, 2008). Sebuah kantor sekaligus gudang
farmasi milik PT Indo Farma Global Medika di Medan, Sumatera Utara ludes terbakar.
Api menghanguskan bangunan dan seluruh isi gudang dan kantor. Kerugian akibat
kebakaran ini ditaksir mencapai 10 miliar rupiah. Dugaan penyebab kebakaran adalah
3
konsleting listrik. Pasca kebakaran sejumlah karyawan terlihat kebinggungan mereka
khawatir terjadi pemutusan hubungan kerja (Iriawan, Berita Fokus, 2010). Kebakaran
juga pernah terjadi untuk kedua kalinya di pabrik balon PT Latexindo Internusa yang
berada di Jalan Semanan, Jakarta Barat. Kobaran api diduga disebabkan oleh gagalnya
mesin produksi. Percikan api dari mesin produksi ini dengan cepat membesar, karena
banyaknya cairan kimia dan bahan karet yang mudah terbakar. Api baru bisa dijinakkan
1,5 jam kemudian setelah petugas pemadam kebakaran mengerahkan 19 unit mobil
pemadam kebakaran (Santoso, Berita Fokus, 2009). Kebakaran juga pernah terjadi di PT
Pertamina RU IV Cilacap Tangki 31-T2, Akibat kencangnya angin di sekitar lokasi,
menyebabkan tangki di sebelah kanan yaitu tangki 31-T3 juga ikut terbakar (Rifai,
Berita Okezone, 2011).
Berita yang dituliskan oleh kompas (dikutip oleh Iskandar 2008), kebakaran yang
terdapat di pasar Tanah Abang pada tahun 2003, kebakaran bisa terjadi karena sistem
sprinkler dan hidran tidak dapat berfungsi dengan baik. Menurut laporan investigasi
kebakaran PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, walaupun tidak pernah
terjadi kebakaran saat produksi berlangsung tetapi pernah terjadi kebakaran di warung
kupat tahu Ibu Epon yang berada di sebelah gedung workshop Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang.
Ledakan (blow out) pernah terjadi di tandon solar yang terjadi di sebuah pabrik
rambut palsu di Jalan Raya Sedati Nomor 37, Desa Wedi, Kecamatan Gedangan,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (14/1). Seorang pekerja tewas dan dua lainnya
terluka parah akibat kejadian ini (Berita Metrotv, 2011). Pabrik petasan di Indramayu,
4
Jawa Barat, meledak dan menyebabkan satu orang tewas. Tidak hanya itu, ledakan juga
merusak sejumlah bangunan semi permanent. Ledakan juga mengakibatkan salah
seorang pemilik pabrik yang tengah meracik tewas di tkp (Koran Sindo, 2011).
Kerugian dari terjadinya kebakaran dan ledakan tentunya sangatlah banyak, ada
kerugian yang bersifat fisik ada juga kerugian yang bersifat psikis. Kerugian fisik dari
terjadinya kebakaran dan ledakan yaitu kerugian materiil, kerugian waktu kerja,
kurangnya produktifitas, hilangnya dokumen penting, cedera, luka bakar atau sampai
dapat terjadi kematian. Sedangkan kerugian psikis yaitu kepanikan, ceroboh, rasa tidak
nyaman, rasa takut, dapat menjadi trauma terhadap sesuatu.
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem
yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun
terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem
proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah
sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan
penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan
bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap
bukaan (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008). Sistem proteksi kebakaran aktif adalah
sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian
kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air
seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran
berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus (PerMen PU No.
5
26/PRT/M/2008).
Alat-alat deteksi kebakaran diperlukan untuk mendeteksi saat awal terjadi
kebakaran. Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya
kebakaran dan mengawali suatu tindakan (SNI 03-3985-2000). Alat-alat deteksi
kebakaran dibagi menjadi 4, yaitu detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan
detektor gas kebakaran. Masing-masing detektor tersebut mempunyai zat yang
dideteksinya serta sensitifitasnya masing-masing. Alat-alat deteksi ini kemudian
dirangkai sedemikian rupa dengan alarm otomatis sehingga ketika detektor mendeteksi,
alarm langsung berbunyi sebagai peringatan bahwa adanya kebakaran.
Alat-alat pemadam, mulai dari alat pemadam untuk awal terjadi kebakaran
ringan sampai alat pemadam lanjut untuk kebakaran besar. Salah satu alat yang
diperlukan untuk pemadaman awal kebakaran ringan adalah Alat Pemadam Api Ringan
(APAR). Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran
(Permenakertrans No. Per 04/MEN/1980).
Sedangkan alat pemadam yang digunakan ketika api sudah membesar adalah
sprinkler dan hidran. Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar
(nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman
kebakaran (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008). Sprinkler adalah pemadam kebakaran
yang dipasang secara tetap didalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran
secara otomatis menyemprotkan air ditempat terjadi kebakaran (SNI 03-3989-2000).
Untuk sistem proteksi kebakaran aktif diperlukannya pemantauan dan
6
pemeliharaan lebih lanjut untuk memastikan bahwa ketika terjadi kebakaran sarana
proteksi kebakaran tersebut dapat digunakan. Keberadaan sarana proteksi kebakaran
aktif menjadi sangatlah penting, karena sebelum adanya kebakaran besar tentunya
didahului dengan adanya kebakaran kecil. Ketika kebakaran kecil sudah dapat ditangani
atau dipadamkan secara baik, tentunya kebakaran yang besar tidak akan terjadi. Oleh
karena itu penting untuk mengetahui gambaran sistem proteksi kebakaran aktif.
Standar yang digunakan dalam laporan ini adalah Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 24 Tahun 2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No
: Per.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam
Api Ringan.
Penelitian dilakukan oleh mahasiswa di area PLTP Unit IV karena potensi
kebakaran yang lebih tinggi terdapat pada area ini terutama dari adanya warehouse yang
didalamnya terdapat material kelas A dan B dengan jumlah yang banyak dan berdekatan
sehingga jika terjadi kebakaran api dapat menjalar dengan cepat, sarana proteksi yang
dipasang pada area ini juga lebih lengkap yaitu adanya APAR, hidran, sprinkler, pompa
pemadam, penyediaan air, detektor kebakaran dan alarm kebakaran, dan apabila terjadi
kebakaran pada area ini maka ada kemungkinan proses produksi akan berhenti karena
sebagian besar proses produksi terdapat pada area ini.
Karena pentingnya sarana proteksi kebakaran yang telah dipaparkan diatas,
penting untuk diketahuinya gambaran sistem proteksi kebakaran aktif. Sehingga jika
terjadinya kebakaran seluruh sistem proteksi aktif dapat benar-benar dapat digunakan
7
untuk memadamkan api. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat tema
mengenai sistem proteksi kebakaran aktif ketika magang berlangsung, yaitu dengan
judul “Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang Tahun 2012” Jl Raya Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan
Ibun, Bandung, Jawa Barat.
1.2 Tujuan Magang
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui sarana proteksi kebakaran aktif di area PLTP Kamojang Unit IV PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran umum perusahaan dan seluruh kegiatan yang
berlangsung di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012
2. Diketahuinya gambaran umum kegiatan yang berlangsung di divisi K3LL PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012
3. Diketahuinya gambaran APAR di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.
4. Diketahuinya gambaran hidran di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.
5. Diketahuinya gambaran sprinkler otomatis di area PLTP Kamojang Unit IV PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.
8
6. Diketahuinya gambaran pompa pemadam di area PLTP Kamojang Unit IV PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.
7. Diketahuinya gambaran penyimpanan air di area PLTP Kamojang Unit IV PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.
8. Diketahuinya gambaran detektor kebakaran di area PLTP Kamojang Unit IV PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.
9. Diketahuinya gambaran alarm kebakaran di area PLTP Kamojang Unit IV PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Perusahaan
a. Perusahaan dapat menjalankan program perusahaan yang berada di sector
edukasi.
b. Perusahaan diharapkan dapat melibatkan mahasiswa dalam melaksanakan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan dan semua aktifitas
yg berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
c. Dapat membuka peluang kerjasama antara PT Pertamina Geothermal Energy
kawasan Kamojang Garut dengan program studi Kesehatan Masyarakat,
khususnya di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
d. Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan dan mempertimbangkan atas
masukan-masukan yang diberikan oleh mahasiswa sebagai perbaikan.
9
1.3.2 Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Dapat membuka peluang kerjasama antara program studi Kesehatan Masyarakat
dengan PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang.
b. Laporan dapat dijadikan bahan tambahan bacaan mengenai gambaran sistem
proteksi aktif kebakaran.
1.3.3 Untuk Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengenal secara dekat dan nyata karakteristik dan kondisi
lingkungan kerja nyata
b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu, khususnya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dan pengetahuan yang telah diperoleh di bangku perkuliahan pada
tempat kerja sesungguhnya. Serta dapat membandingkan teori dan kenyataan
yang ada dilapangan.
c. Mahasiswa dapat memberikan kontribusi positif terhadap institusi, khususnya
dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
1.4 Ruang Lingkup
Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang yang terletak di jalan Raya Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan Ibun,
Bandung, Jawa Barat. Judul penelitian dari kegiatan magang ini adalah “Gambaran
Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang Tahun 2012”. Kegiatan magang ini dilakukan oleh mahasiswa semester
10
VIII peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta selama 30 hari kerja terhitung mulai 30 Januari sampai 9
Maret tahun 2012. Mahasiswa melakukan pengambilan data primer yang berupa
wawancara dan observasi; dan dilakukan pengambilan data sekunder untuk
mendukung data-data primer.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebakaran
Menurut Ramli (2010:16) dalam bukunya Petunjuk Praktis Manajemen
Kebakaran (Fire Management) kebakaran adalah api yang menjalar dan tidak terkendali,
yang berarti diluar kemampuan dan keinginan manusia.
Menurut Perda DKI No.3 tahun 1992 Definisi kebakaran secara umum adalah
suatu peristiwa atau kejadian timbulnya api yang tidak terkendali yang dapat
membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda.
Menurut NFPA 10, secara umum kebakaran didefinisikan sebagai : suatu
peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan bakar yang
mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau panas yang
berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian (Prawira, Skripsi,
2009: 8).
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana terdapat
unsur-unsur yang membentuknya yaitu terdiri dari bahan bakar, oksigen dan sumber
panas yang membentuk suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian fisik dan psikis.
2.2 Unsur-unsur Terjadinya Kebakaran
Berdasarkan definisi kebakaran diatas, maka suatu kebakan akan terjadi ketika
material atau benda yang mudah terbakar dengan cukup oksigen atau bahan yang mudah
12
teroksidasi bertemu dengan sumber panas dan menghasilkan reaksi kimia. Untuk
membentuk suatu kebakaran maka diperlukan adanya unsur-unsur yang satu sama lain
saling mempengaruhi, tanpa adanya salah satu unsur pembentuknya maka kebakaran
tidak akan terjadi.
Api adalah suatu massa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan dalam proses
kimia oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan disertai pelepasan energi atau panas.
Timbulnya api ini sendiri disebabkan oleh adanya sumber panas yang berasal dari
berbagai bentuk energi yang dapat menjadi sumber penyulutan dalam segitiga api
(National Fire Protection Association/NFPA 10, 1998).
Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 19-
20) kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas
dan Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Keseimbangan unsur – unsur
tersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi singkat mengenai
unsur – unsur tersebut :
a. Oksigen
Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting dalam
pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran
suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan menimbulkan
pembakaran.
b. Panas
Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur,
13
sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber – sumber panas
tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat reaksi kimia
dan sebagainya.
c. Bahan yang Mudah Terbakar
Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur terendah
suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api.
Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin rendah. Dari ketiga
unsur – unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga api.
Gambar 2.1 Gambar Triangle of Fire
Sumber : www.safetysign.co.id
Setelah adanya penelitian lebih lanjut, ternyata terdapat penambahan 1 unsur dalam proses
terjadinya kebakaran, yaitu adanya rantai reaksi kimia. Sehingga Triangle of Fire berubah nama
14
menjadi Tetrahendron of Fire. Dalam Tetrahedron of Fire proses terjadinya api mempunyai
4 unsur yaitu :
a. Bahan bakar atau Bahan Pereduksi
Berdasarkan sifatnya, bahan bakar atau bahan pereduksi dapat dibagikan atas 3
(tiga) kelompok, yaitu:
- Bahan bakar padat, contoh : kayu, kertas, dll.
- Bahan bakar cair, contoh : minyak bumi, bahan pelarut, dll.
- Bahan bakar gas, contoh : LNG, LPG
Bahan bakar yang dapat terbakar apabila kontak dengan energi panas adalah
bahan bakar yang mengandung unsur-unsur : magnesium, titanium, sulfur, dan
kebanyakan senyawa yang mengandung unsur-unsur carbon, hidrokarbon, oxygen dan
nitrogen. Hampir disemua tempat dan semua organisme hidup mengandung unsur-unsur
carbon, hidrogen, oxygen dan nitrogen.Contohnya kayu, kertas dan textil.
b. Zat asam (oxygen)
Oxygen adalah dalam unsur yang terbanyak, kira-kira 21% volume, 90% berat
air laut, 50% berat kerak bumi dan 60% berat tubuh manusia terdiri unsur tersebut.
Untuk mendukung proses kebakaran (api) diperlukan oksigen antara 10% - 20% volume
udara.Pada beberapa reaksi kimia untuk terjadi proses kebakaran tidak diperlukan
oksigen karena pada proses reaksi zat tersebut sudah cukup oksigen sehingga proses
pembakaran dapat terjadi. Zat tersebut disebut zat pengoksida (oxidizing agents), misal :
hydrogen peroxide, ozone, nitrat, chlorat, perchlorat perotide. Oksigen itu sendiri tidak
15
bisa terbakar, tetapi adalah pendukung terhadap perubahan.Kandungan oksigen yang
tinggi, akan menaikan panas pembakaran dan oksidasi atau proses pembakaran akan
lebih cepat.
c. Sumber Energi
- Energi Kimia
Salah satu contoh sumber panas yang berasal dari reaksi kimia adalah
pemanasan spontan yang terjadi pada reaksi oksidasi beberapa bahan organik, reaksi
oleh bakteri pada bahan organik hasil pertanian.
- Energi Listrik
Oleh tenaga listrik dapat dihasilkan panas yang cukup tinggi sebagai sumber
penyalaan panas yang dihasilkan ini misalnya dalam bentuk : bocoran arus listrik,
listrik statis, busur listrik, petir atau kilat.
- Energi mekanik
Tenaga panas dari proses mekanik dapat disebabkan oleh gesekan dua bahan
yang sifatnya menahan panas, misalnya : batu gosok atau kayu kering.
Contoh lain adalah gesekan dua logam yang mengandung zat besi (Fe).
Contoh dan prinsip ini adalah mesin diesel dimana pertama-tama dimampatkan
(ditahan) dalam selinder mesin, setelah itu kabut bahan bakar di injeksikan ke dalam
silinder, sehingga oleh pemampatan udara akan timbul cukup panas untuk menyalakan
bahan bakar.
16
- Energi Nuklir
Energi panas yang sangat besar dapat dihasilkan dari inti atom (nucleus), karena
penembakan (bom barder) oleh energi partikel. Tenaga nuklir dapat dikeluarkan dalam
bentuk panas, tekanan dan radiasi. Beberapa unsur di alam yang dapat menghasilkan
energi nuklir disebut Radio-isotop, misalnya : uranium. Plutonium, atau radium.
d. Reaksi Pembakaran Berantai
Dari hasil penyelidikan yang terjadi dalam proses pembakaran yang normal,
reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran yaitu : CO, CO2,
SO2, asap dan gas. Hasil yang lain dari reaksi ini adalah atom bebas (free atom) oxygen
dan hydrogen yang disebut radicals, yaitu bentuk hydroxil (simbol OH).Bila ada 2
gugus OH, mungkin pecah menjadi H2O dan radical bebas O. (2OH 2H2O + O radical)
Berikut adalah gambar Tetrahendron of Fire:
Gambar 2.2 Gambar Tetrahendron of Fire
Sumber : www.artikelk3.com
17
2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran
Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 22-23)
penyebab terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:
a. Faktor Manusia
Faktor manusia biasanya terjadi karena kesalahan manusia yang dapat berupa
kurang hati – hati dalam menggunakan alat yang dapat menimbulkan api atau kurangnya
pengertian tentang bahaya kebakaran. Sebagai salah satu contoh merokok atau
memasak.
b. Faktor Teknis
Faktor teknis biasanya disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara
penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai
contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran.
Atau dapat juga berupa penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran
gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan
pendek listrik.
c. Faktor Alam
Merupakan penyebab terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh keadaan alam,
sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus
memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran, atau sambaran petir
yang menyebabkan kebakaran.
18
d. Kebakaran yang Disengaja
Kebakaran yang disengaja biasanya diciptakan sendiri oleh manusia sengan
sengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.
Menurut Suma’mur dalam (Akbar, 2011) menyebutkan beberapa peristiwa yang
dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:
a. Nyala api dan bahan-bahan pijar
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, mulai
terbakar dan bernyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung
dari:
- Sifat benda padat
Sifat dari benda tersebut berbeda-beda, ada yang mungkin sangat mudah, agak
mudah dan sukar terbakar.
- Besarnya benda padat tersebut
Jika benda padat tersebut sedikit, tidak cukup timbul panas untuk teradinya
kebakaran.
- Keadaan zat padat
Keadaan zat padat seperti mudahnya terbakar kertas atau kayu-kayu lempengan
tipis oleh karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan dengan oksigen.
19
- Cara menyalakan zat padat
Cara menyalakan zat padat misalnya menyalakan diatas atau sejajar dengan
nyala api.
- Benda pijar
Benda pijar mudah atau tak mudah terbakar, akan menyebabkan terbakarnya
benda lain, jika bersentuhan dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan
menyebabkan terbakarnya bahan mudah terbakar bersinggungan dengannya.
b. Penyinaran .
Terbakanya suatu bahan yang mudah terbakaroleh benda pijar oleh nyala api
tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memanacarkan gelombang-
gelombang elektomagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini mengenai benda,
maka pada benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Benda
tersebut menjadi panas dan jika suhunya terus naik, maka pada akhirnya benda tersebut
akan menyala.Kayu yang diletakkan sekitar tungku yang berpijar akhirnya akan
menyala, sekalipun tidak dikenai api.
c. Peledakan uap atau gas.
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan menyala,
jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan meluas dengan
cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas yntuk menyala atau meledak.
Batas-batas kadar ini tergantung terhadapbahan yang bersangkutan. Cepatnya api
menjalar tergantung kepada sifat zat, suhu dan tekanan udara berkisar diantara 1 sampai
20
2.000 m per detik. Kecepatan ini menentukan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh
peledakannya.
d. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair.
Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang
berupa suspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam
udara dan dapat meledak.
e. Percikan api.
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi penyebab terbakarnya
campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasnya percikan api tak
dapat menyebabkan tebakarnya benda padat, oleh karena tidak cukupnya energi dan
panas yang ditimbulkan akan menghilang dialam benda padat. Percikan api mungkin
terbentuk sebagai akibat arus listrik. Dalam hal demikian, percikan api listrik timbulpada
pemutusan hubungan arus terutama pada kumparan yang bertenaga listrik, Pada tempat-
tempat kontak dua sambungan, pada pengosongan listrik ditempat elektroda-elektroda
dan lain-lain sebagainya.
Percikan api dapat pula timbul oleh karena kelistrikan statis sebagai akibat dua
benda yang bererak, Seperti terjadi pada pengisian bahan bakar minyak. Dalam hal ini
bahan bakar dengan berat jenis lebih besar adalah lebih berbahaya, oleh karena bahan
yang ringan akan cepat menguap dan tak terjadi pembakaran. Oleh karena bahan yang
ringan akan cepat menguap dan tak jadi pembakaran. Percikan api yang dikarenakan
beradunya secara kuat dua benda dapat membakar pula campuran gas atau uap da udara
21
yang mudah menyala. Agar agar mekar pula campran gas atau uap dan udara yang
mudah menyala. Agar menyebabkan nyala api, Percikan api dari sumber listrik atau
mekanik sekurang-kurangnya harus bertenaga 0,1 mJ.
Juga percikan api sebagai akibat gesekan dua permukaan mungkin berbahaya.
Sebagai contoh adalah penggerindaan logam bukan besi seperti gelas flint yang ringan.
f. Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar minerl yang padat
atau zat-zat organis.apabila peredaran udara cukup besar untuk terjadinya proses
oksidasi, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang tejadi. Peristiwa-peristiwa
ini dipercepat oleh tingkat kelembaban.Dalam hal mineral, zat tertentu seperti besi
mungkin bertindak sebagai katalisator bagi proses, sedangkan untuk bahan-bahan
organis, peranan bakteri adalah penting.
Kebanyakan minyak mudah teroksidasi, terutama minyak tumbuh-tumbuhan.
Banyaknya panas yang terjadi ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan
dengan udara. Permukaan ini akan diperluas, jika minyak dihisap oleh permukaan-
permukaan seperti debu atau sampah-sampah halus. Panas yang timbul akan
beerkumpul, oleh karena bahan-bahan yang menyerap minyak buka penghnatar panas.
Akibatnya, bahan tersebut akan terbakat dalam waktu yang singkat.
g. Reaksi kimiawi
Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat
terjadinya kebakaran. Fosfor kuning teroksidasi sangat cepat, bila bersinggungan dengan
22
udara. Bubuk besi yang halus (besi pirofor) pijar dalam udara dan mungkin kebakaran.
Kalsium karbida mengurai secara eksotermis, ji9ka terkena air dan membebaskan gas
asetilen yang mungkin meledak atau terbakar oleh panas yang terjadi.Natrium dan
kalium beraksi keras dengan air dan membebakan zat air yang mungkin terbakar, jika
suhu naik melebihi 40oC.
Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menyebabkan nyala api.
Seluloid akan mengurai pada suhu 100 oC, mungkin menyala pada suhu 150 oC sebagai
akibat zat asam yang dikandungnya dan mungkin meledak, bila di simpan alam wadah
tertutup. Zat-zat yang bersifat mengoksidasi seperti hidrogen peroksida, klorat,
perklorat,Borat, perborat dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan,
dengan aktif meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakarnya bahan-bahan
yang dapat dioksidasi.
Sekalipun tidak ada panas yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat
mengakibatkan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan organik terdapat dalam
bentuk partikel atau jika kontak terus menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut.
Zat asam murni, terutama yang dikempa, mungkin menjadi sebab kebakaran atau
peledakan, jika bersentuhan dengan bahan-bahan yang dapat terbakar. Maka dari itu,
minyak atau gemuk tidak boleh dipakai untuk perawatan silinder oksigen atau katupnya.
h. Peristiwa-peristiwa lain.
Gesekan antara dua benda menghasilkan panas, yang semakin banyak menurut
besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar dari kecepatan
hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin yang
23
kurang minyak atau gemuk. Penekanan gas secara adiabatis menimbulkan panas, yang
mungkin berakibat peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, Jika kompresor tak
diinginkan atau peledakan silinder-silinder yang bertekanan.
Agar pembakaran sempurna, Zat asam dalam jumlah yang cukup diperlukan
untuk mengubah bahan-bahan yang terbvakar menjadi benda-benda yang lengkap. Jika
udara tidak cukup, bahan yang terbakar mengurai dan menghasilkan asap serta
karbonmonooksida. Asap terdiri dari noktah-noktah padat atau cair yang melayang dan
bergerak dengan gas-gas hasil pembakaran.
2.4 Klasifikasi Kebakaran
2.4.1 Kategori Kebakaran
Kategori kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan
yang terbakar. Dengan adanya kategori tersebut, akan lebih mudah dalam pemilihan
media pemadaman yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran. Berikut adalah
kategori Kebakaran Menurut Permenaker Per-04/MEN/1980 :
a. Kelas A : Kebakaran bahan padat kecuali logam.
b. Kelas B : Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar
c. Kelas C : Kebakaran instalasi listrik bertegangan
d. Kelas D : Kebakaran logam
Sedangkan kategori kebakaran menurut NFPA, kategori kebakaran dibagi
menjadi 5, yaitu adalah sebagai berikut:
a. Kelas A yaitu kebakaran pada material yang mudah terbakar, misalnya
24
kebakaran kertas, kayu, plastic, karet, busa dan lain-lain
b. Kelas B yaitu kebakaran bahan cair yang mudah menimbulkan nyala api
(flammable) dan cairan yang mudah terbakar (combustible) misal kebakaran
bensin, solven, cat, alcohol, aspal, gemuk, minyak, gas LPG, dan gas yang
mudah terbakar.
c. Kelas C yaitu kebakaran listrik yang bertegangan
d. Kelas D yaitu kebakaran logam, misalnya magnesium, titanium, sodium, lithium,
potassium, dll.
e. Kelas K Kebakaran pada peralatan memasak dimana termasuk medianya seperti
minyak sayur-sayuran dan hewan, dan lemak.
Menurut modul HSE Pertamina No 11 yang berjudul ”Aspek Kebakaran”,
berdasarkan jenis pemadamannya atau penyebab timbulnya api, kebakaran
dikelompokkan menjadi 5 kelas, yaitu:
a. Kelas A: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan bakar padat yang
umumnya mengandung unsur karbon seperti kayu, kertas plastik, kain, karet dsb.
Pemadaman untuk api kelas A ini dapat dengan menggunakan pemadam api
kelas A yakni air, foam, dry power / dry chemical, CO2. api kelas A
diperuntukkan untuk bahan-bahan yang jika terbakar menghasilkan sisa
pembakaran berupa abu.
b. Kelas B: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan bakar cair. Pemadaman
api kelas B ini dapat dengan menggunakan foam, dry chemical / dry powder.
c. Kelas C: kebakaran yang ditimbulkan oleh peralatan listrik. Pemadaman ini
25
dapat dilakukan dengan CO2 atau dry chemical. Foam meskipun dapat
digunakan tetapi tidak disarankan karena dapat merusak peralatan listrik
d. Kelas D: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan logam / metal seperti
magnesium, sodium, potasium, dan alumunium. Pemadaman api kelas D ini
dapat dengan menggunakan bahan kimia kering khusus, seperti bahan berbasis
Sodium Klorida, lemak, pasir.
e. Diluar kelas diatas tersebut, ada tambahan kelas untuk kebakaran yang
diakibaktkan oleh bahan-bahan dapur yakni api kelas K (untuk mudah
mengungat K adalah ”kitchen”). Kebakaran khusus dari dapur karena minyak
goreng atau lemak (cooking oil atau fats) yang jika dalam keadaan terlalu panas
akan mencapai titik nyala sendiri (auto ignition)
2.4.2 Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran
Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran adalah pengelompokan atas hunian
untuk disesuaikan dengan fasilitas penanggulangan kebakaran yang diperhitungkan
Dalam SNI 03-3987-1995, klasifikasi bahaya kebakaran digolongkan dalam 3
golongan, yaitu:
a. Bahaya Kebakaran Ringan
Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat hanya sedikit barang-barang
jenis A yang dapat terbakar, termasuk perlengkapan, dekorasi dan semua isinya.
Tempat yang mengandung bahaya ini meliputi bangunan perumahan (hunian),
pendidikan (ruang kelas), kebudayaan, kesehatan dan keagamaan.
26
Kebakaran berdasarkan perhitungan bahwa barang-barang dalam ruangan
bersifat tidak mudah terbakar, atau api tidak mudah menjalar. Di sini juga termasuk
barang-barang jenis B yang ditempatkan pada ruang tertutup dan tersimpan aman.
b. Bahaya Kebakaran Menegah
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terletak barang-barang jenis A yang
mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar dalam jumlah lebih banyak dari pada
yang terdapat di tempat yang mengandung bahaya kebakaran ringan. Tempat ini
meliputi bangunan perkantoran, rekreasi, umum, pendidikan (ruang praktikum).
c. Bahaya Kebakaran Tinggi
Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat barang-barang jenis A yang
mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar, yang jumlahnya lebih banyak dari
yang diperkirakan dari jumlah yang terdapat pada bahaya kebakaran menengah.
Tempat ini meliputi bangunan transportasi (terminal), perniagaan (tempat pameran
hasil produksi, show room), pertokoan, pasar raya, gudang.
4.5 Penanggulangan Kebakaran
Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 26 -
27), karena kebakaran adalah suatu yang dapat menyebabkan banyaknya kerugian, oleh
karena itu perlu diperhatikan penanggulangannya, yaitu segala upaya yang dilakukan
untuk menyelamatkan dan memadamkan api serta memperkecil kerugian akibat
kebakaran. Penanggulangan dapat dilakukan sebelum, pada saat dan sudah terjadi
kebakaran. Usaha – usaha yang dapat dilakukan yaitu usaha pencegahan kebakaran,
usaha proteksi kebakaran dan usaha pemadaman kebakaran.
27
a. Pencegahan Kebakaran
Pencegahan dalam hal ini adalah adalah istilah untuk menunjukkan cara yg
dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran atau dapat dengan program-program
pencegahan kebakaran. Usaha ini pada mulanya dilakukan oleh pihak yang berwenang
dan menuntut peran serta dari masyarakat. Sedangkan usaha – usaha yang dilakukan
Pemerintah adalah :
1) Mengadakan dan menjalankan undang – undang / peraturan daerah seperti :
- Undang – undang gangguan yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan
dengan tempat tinggal atau tempat mendirikan bangunan.
- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada gedung bertingkat.
- Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 1992 tentang ketentuan
penanggulangan bahaya kebakaran dalam wilayah DKI Jakarta.
2) Mengadakan perbaikan kampung yang meliputi sarana sarana fisik berupa pembuatan
jaringan jalan dan sarana sanitasi, serta meningkatkan kesejahteraan sosial
penduduk.
3) Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah
kebakaran, perlu ditekankan bahwa undang – undang / peraturan daerah yang ada
serta penyuluhan – penyuluhan yang diadakan sama sekali tidak berguna bila tidak
dijalankan dengan baik.
28
b. Proteksi Kebakaran
Proteksi kebakaran adalah istilah untuk prosedur pencegahan kebakaran, deteksi
kebakaran dan pemadaman kebakaran. Proteksi kebakaran yaitu mencakup fasilitas
system proteksi kebakaran dan sumber daya manusia penanggulangan kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran adalah suatu sistem pencegahan terhadap bahaya
kebakaran pada suatu bangunan dan lingkungannya dengan cara mendeteksi sekaligus
menanggulanginya dengan cepat dan tepat, sehingga tidak menimbulkan kebakaran yang
lebih besar. Sistem proteksi kebakaran ini dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) Sistem proteksi kebakaran aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara
lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem
pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran,
serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam
khusus. Contoh sistem proteksi kebakaran aktif adalah APAR, monitor, sprinkler,
hidran, fire truck, detektor kebakaran, dll. Sistem proteksi aktif ada yang sifatnya
portable misalnya APAR, ada juga yang sifatnya fix misalnya water sprinkler, heat
detector (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008).
2) Sistem proteksi kebakaran pasif
Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk
atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap
29
api, serta perlindungan terhadap bukaan. Sedangkan contoh sistem proteksi kebakaran
pasif yaitu fire proofing, konstruksi yang didesain tahan api, Pintu yang didesain khusus
untuk mengontrol asap, struktur bangunan yang terbuat dari bahan tahan api misalnya
baja, dll (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008).
c. Pemadaman Kebakaran
Kebakaran dapat dilakukan pemadaman dengan menghilangkan unsur - unsur
yang dapat menyebabkan kebakaran terjadi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya
bahwa unsur-unsur tersebut adalah sumber panas, oksigen, dan bahan bakar. Unsur-
unsur tersebut akan bereaksi secara kimia dan dapat menyebabkan kebakaran. Oleh
karena itu, teori pemadaman api itu sendiri adalah dengan menghilangkan unsur dan
terjadilah pemutusan reaksi sehingga kebakaran yang terjadi tidak semakin membesar.
Menurut NFPA 10 edisi 1991 (seperti dikutip oleh Estria Cintha, 2008) dijelaskan
bahwa teknik-teknik pemadaman antara lain :
1) Cooling/Pendinginan
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan menghilangkan panas serta
mendinginkan permukaan dan bahan yang terbakar dengan bahan semprotan air sampai
menmencapai suhu dibawah titik nyalanya. Atau dengan kata lain mengurangi/
menurunkan panas sampai benda yang terbakar mencapai suhu dibawah titik nyalanya
(flash point). Pendinginan permukaan yang terbakar tersebut akan menghentikan proses
terbentuknya uap.
30
2) Smothering/Penyelimutan
Kebakaran dapat juga dipadamkan dengan menghilangkan unsur oksigen atau
udara. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan karbondioksida atau busa akan
menghentikan suplai udara. Biasa juga dikenal dengan sistem pemadaman
isolasi/lokalisasi yaitu memutuskan hubungan udara luar dengan benda yang terbakar,
agar perbandingan udara dengan bahan bakar tersebut berkurang.
3) Starvation/Memisahkan bahan yang terbakar
Suatu bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran yang
menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan supplai bahan bakar yang dapat
terbakar. Yaitu mengurangi atau mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar
menutupi aliran bahan yang terbakar.
4) Memutus Rantai Reaksi
Pemutusan rantai reaksi pembakaran dapat juga dilakukan secara fisik, kimia
atau kombinasi fisik-kimia. Secara fisik nyala api dapat dipadamkan dengan peledakan
bahan peledak ditengah-tengah kebakaran. Secara kimia pemadaman nyala api dapat
dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan yang dapat menyerap hidroksit (OH) dari
rangkaian reaksi pembakaran. Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu :
- logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemical).
- Ammonia berupa tepung kimia kering
- Halogen yeng berupa gas dan cairan
31
2.6 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
2.6.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2.6.1.1 Pengertian APAR
Adapun pengertian-pengertian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah sebagai
berikut :
a. Menurut (Permenakertras No. PER.04/MEN/1980)
Alat pemadam api ringan adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya kebakaran
b. Menurut SNI 03-3987-1995
APAR adalah pemadam api ringan yang ringan, mudah dibawa / dipindahkan dan
dilayani oleh satu orang dan alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan api pada
mula terjadi kebakaran pada saat api belum terlalu besar.
2.6.1.2 Jenis-jenis dan Klasifikasi APAR
Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) menurut permenakertrans no per
04/men/1980 adalah sebagai berikut :
a. Serbuk kimia kering (dry chemical)
Media yang digunakan dalam APAR ini adalah partikel-partikel kimia yang
mencakup sodium bikarbonat, potassium bikarbonat, potassium bikarbonat berbahan
dasar urea, potassium klorida atau mono kromonium fosfat yang dicampur secara khusus
sehingga dapat menyerap panas. Cara kerja dari pemadam ini adalah dengan merusak
32
reaksi kimia pembakaran dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang
terbakar (Dry chemical memadamkan api dengan memisahkan empat bagian api
tetrahedron). Untuk jenis ini dapat digunakan untuk kelas kebakaran A, B, maupun C.
b. Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran telah digunakan dari zaman
dahulu sampai sekarang. Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik
mengambil panas (colling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A)
karena dapat menembus sampai bagian dalam (Modul K-03 Depnaker). Ada tiga macam
APAR air, yaitu : air dengan pompa tangan, air bertekanan, dan asam soda/soda acid.
APAR dengan media air ini tidak dianjurkan digunakan untuk :
• Kebakaran pada perangkat listrik yang bertegangan (Kelas C).
• Kebakaran logam (Kelas D).
• Kebakaran minyak dan cairan yang mudah terbakar (Kelas B).
Untuk jenis pemadam ini biasanya digunakan hanya untuk jenis kebakaran kelas
A saja.
c. Busa (Foam)
Ada dua macam busa yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari
gelembung yang berisi antara lain zat arang dan CO2, sedangkan busa mekanik dibuat
dari campuran zat arang dengan udara. Salah satu APAR jenis foam ialah AFFF.
Aqueous Film Forming Foam atau AFFF adalah campuran busa yang dilarutkan
dalam air, berfungsi sebagai penghalang tercampurnya udara dengan uap bahan bakar
dengan cara membentuk lapisan film hidrokarbon pada permukaan bahan bakar untuk
33
menekan timbulnya uap bahan bakar. Biasanya digunakan untuk jenis kelas kebakaran
D.
Keuntungan penggunaan foam/busa adalah dapat menutupi permukaan yang
terbakar dan timbul pada permukaan. Sedangkan kerugian penggunaan foam/busa adalah
tidak dapat memadamkan kebakaran listrik, dan meninggalkan bekas busa
d. Halon (cairan mudah menguap)
Biasanya digunakan untuk memadamkan jenis kebakaran kelas C. Namun saat
ini sudah jarang digunakan karena mempunyai efek samping terhadap ozon. Gas Halon
bersifat stabil, sehingga bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 4850C akan
mengalami proses penguraian. Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut
akan mengikat unsure hydrogen dan O2 dari udara, sehingga memutus rantai reaksi
kimia pada proses pembakaran dan menghasilkan beberapa unsur baru yang diantaranya
antara lain : Hydrogen Fluida (HF), Hydrogen Bromida (HBr), dan senyawa-senyawa
carbon halide (COF2 dan COBr2). Oleh karena sifat zat baru tersebut beracun maka
berbahaya terhadap manusia.
Keuntungan menggunakan APAR halon adalah bahan pemadam yang ampuh,
bersih, dan tidak meninggalkan bekas. Sedangkan kerugian menggunakan APAR yang
berisi halogen adalah penggunaan APAR jenis ini di ruangan tertutup berbahaya bagi
manusia (beracun), sebaiknya menggunakan masker.
e. CO2
Media yang digunakan dalam APAR ini adalah gas CO2. Cara kerja dari
pemadam jenis ini adalah dengan menyingkirkan O2 dari area kebakaran dan
memisahkannya dari bahan bakar, karena CO2 lebih berat dibandingkan dengan O2.Oleh
34
sebab gas CO2 tersimpan dalam fasa cair dengan tekanan tinggi, maka suhunya pun
sangat rendah (di bawah -780C) sehingga pemadamannya dilakukan dengan metode
pendinginan.Media ini biasanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas C.
CO2 dapat juga dipergunakan sebagai alat pemadam otomatis. Salah satu
kelemahan CO2 ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat mencegah terjadinya
kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO2 tersebut tidak
dapat mengikat O2 secara terus menerus tetapi hanya dapat mengikat O2 sebanding
dengan jumlah CO2 yang tersedia sedang supply O2 di sekitar tempat kebakaran terus
berlangsung.
Kelemahan lain penggunaan APAR jenis ini adalah di ruangan terbuka kurang
efektif dan jangan sampai terkena kulit, karena dapat terkelupas (Hikmat, 2004). Tetapi
keuntungan penggunaan APAR jenis ini adalah cocok ditempatkan di ruangan komputer,
dapat masuk sampai ke sela-selanya, dan tidak berbekas.
Sedangkan klasifikasi APAR, dapat dibedakan menjadi 4 macam (Elsi Elsa,
2003: 26-28), yaitu :
1) APAR Golongan A
APAR golongan A yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran
pada klasifikasi kebakaran A. Zat/bahan pemadam dapat berupa: air bertekanan, zat
kimia larut, asam soda, busa, mono amonium fosfat, diamonium fosfat, dalam tabung
bertekanan. Tanda pengenal dapat dilihat bertuliskan huruf A pada dasar berbentuk
segitiga berwarna hijau.
35
2) APAR Golongan B
APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran golongan B. Zat/bahan
pemadam berupa zat-zat kimia pemadam api seperti zat asam arang (CO2), zat kering
pakai natrium dan kalium bikarbonat, zat-zat kimia serbaguna bromotifluoromethan,
karbon tetra klorida, klorobromomethan. Tanda pengenalnya bertuliskan huruf B besar
pada dasr berbentuk segi empat berwarna merah.
3) APAR Golongan C
APAR golongan C yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran
golonngan C. Zat/bahan pemadam berupa: zat-zat yang tidak menghantarkan llistrik, zat
asam arang (CO2), zat kimia kering pakai natrium dan kalium bikarbonat, zat-zat kimia
serba guna, bromotifluoromethan, karbon tetra klorida, klorobromomethan. Tanda
pengenalnya bertuliskan huruf C besar pada dasar berbentuk lingkaran berwarn biru.
4) APAR Golongan D
APAR golongan D yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran
golongan D. Zat/bahan pemadam dapat berupa zat pemadam khusus berupa bubuk
kering, antara lain senyawa yang mengandung garam dapur, granit, grafit fosfor. APAR
golongan ini dapat dikenali dengan pada dasar berbentuk bintang berwarna kuning.
2.6.1.3 Pemasangan APAR
Menurut Permenakertras 04/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR, pemasangan APAR harus sebagai berikut:
a. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi
36
yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan.
b. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125cm dari dasar lantai tepat diatas
satu atau kelompok alat pemadam bersangkutan.
c. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.
d. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang laiinya tidak boleh melebihi 15
meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan verja.
e. Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang didapati sudah berlubang-
lubang atau cacat karena karat.
f. Setiap APAR harus ditempatkan (dipasang) menggantung pada dinding dengan
penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguatan lainnya dan ditempatkan
pada lemari (box) yang tidak dikunci.
g. Pemasangan APAR dengan bagian paling atas berada pada ketinggian 1.2 m dari
lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih rendah
dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai.
h. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49 C
atau turun sampai minus 44 C kecuali APAR tersebut dibuat khusus untuk suhu
diluar batas tersebut.
i. Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.
37
2.6.1.4 Cara Penggunaan APAR
Alat pemadam kebakaran dapat bermanfaat jika digunakan dengan benar. Hal ini
berarti orang yang diharapkan akan menggunakan alat tersebut harus menerima
pelatihan yang memadai. Menurut modul pertamina no 11 “Aspek Kebakaran” secara
umum, orang tersebut harus mengetahui :
a. Lokasi alat pemadam kebakaran di tempat kerja.
b. Tingkatan alat pemadam kebakaran dan kecocoknnya untuk jenis kebakaran.
c. Bagaimana mengoperasikan alat pemadam kebakaran dan secara efektif
menangani kebakaran sambil tetap menjaga diri.
Secara umum cara menggunakan APAR dibedakan menjadi 10 tahap yaitu
adalah sebagai berikut :
a. Tarik cincin pin pada APAR
b. Untuk jenis catridge tekan tuas oenusuk agar alat pemadam siap digunakan
c. Dekati api dari arah angin berhembus
d. Arahkan nozzle ke sumber kebakaran dari jarak yang aman
e. Tekan tuas operasi. Beberapa alat pemadam kebakaran menyemprot pada
kecepatan tinggi. Hindari semprotan langsung ke arah bahan bakar cair karena
dapat menimbulkan percikan yang dapat menyebarkan dan memperbesar api
38
f. Arahkan semprotan dari nozzle dari satu ke sisi lain secara horizontal hingga
semua area tertangani dengan menggunakan lengan (bukan pergelangan tangan)
g. Lanjutkan hingga seluruh badan pemadam habis dan api dapat dipadamkan
h. Pastikan kebakaran telah padam dan mundur perlahan, namun jangan pernah
membelakangi api. Ingat, selalu ada resiko api menyala kembali. Pastikan juga
anda selalu pada posisi yang bebas untuk menyelamatkan diri (escaping) dengan
selalu membelakangi jalan keluar.
i. Cari bantuan ketika kebakaran sudah di luar kendali.
j. Setelah dipakai, alat pemadam kebakaran harus diperbaiki dan isi kembali.
2.6.2 Hidran
2.6.2.1 Pengertian Hidran
Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran
(PerMen PU, 2008). Instalasi Hidran adalah suatu system pemadam kebakaran tetap
yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan
selang kebakaran. Hidran secara umum dibagi menjadi 2 macam (PerMen PU, 2008),
yaitu:
a. Hidran Gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak dalam suatu bangunan/gedung dan
system serta peralatannya disediakan dalam bangunan gedung tersebut.
39
b. Hidran Halaman
Hidran halaman adalah Hidran yang terletak di luar bangunan, sedangkan
instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang dilingkungan bangunan tersebut.
2.6.2.2 Penempatan Hidran
Penempatan hidran menurut Kep Men PU No. 02/KPTS/1985 adalah harus
sebagai berikut :
a. Lokasi penempatan jenis hidran kebakaran dibagi menjadi hidran gedung dan
hidran luar gedung
b. Komponen hidran terdiri dari sumber persediaan air, pompa kebakaran, selang
kebakaran, kopling penyambung dan perlengkapan lainnya
c. Selang kebakaran dengan diameter kurang dari 1,5 inci harus terbuat dari tahan
yang tahan panas dan panjang maksimum selang harus 30m
d. Semua peralatan hidran kebakaran sebaiknya dicat warna merah atau warna yang
mudah terlihat
e. Pipa pemancar (nozzle) harus sudah terpasang pada selang kebakaran
f. Kotak hidran harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
2.6.2.3 Inspeksi dan Pengujian Hidran
Inspeksi dan pengujian hidran menurut KepMen PU No. 02/KPTS/1985 adalah
harus sebagai berikut :
40
a. Pemipaan dan fiting harus diinspeksi setiap tahun
b. Katup selang hidran harus diinspeksi setiap tiga bulan
c. Sambungan pemadam harus diinspeksi setiap tiga bulan
d. Hidran luar gedung/pillar hidran harus diinspeksi setiap tahun dan setelah operasi
e. Kotak selang hidran luar harus diinspeksi setiap tiga bulan
f. Pengujian aliran air harus dilakukan setiap lima bulan pada sambungan selang
terjauh secara hidrolik
g. Hidran luar harus diuji coba setiap tahun dengan cara dibuka penuh sampai
semua kotoran dan benda asing terbuang selama kurang lebih satu menit
2.6.2.4 Pemeliharaan Hidran
Pemeliharaan hidran menurut KepMen PU No. 02/KPTS/1985 adalah harus
sebagai berikut :
a. Setelah pemakaian semua selang harus dibersihkan, dibuang airnya dan
dikeringkan seluruhnya sebelum dipasang kembali
b. Bila tutup sambungan pemadam (siamese) tidak ada pada tempatnya, bagian
dalam sambungan pemadam kebakaran harus diperiksa untuk halangan atau
sumbatan
c. Hidran luar gedung atau pillar hidran harus diberi pelumas setiap tahun
d. Kotak selang hidran luar gedung atau pillar hidran harus dipelihara atau dirawat
setiap tahun untuk menjamin kelengkapan dan dalam kondisi yang dapat
digunakan.
41
2.6.3 Sprinkler Otomatis
Menurut SNI 03-3989-2000 instalasi sprinkler adalah pemadam kebakaran yang
dipasang secara tetap/permanen didalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran
secara otomatis dengan menyemprotkan air ditempat mula terjadi kebakaran. Sprinkler
ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling efektif
dibandingkan dengan sistem hidran dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New
Zealand memberikan angka keberhasilan mencapai 99%. Studi lain di USA
menyimpulkan bahwa sprinkler mampu membatasi kebakaran pada area of origin pada
tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler yang hanya 70%. Semua building code di dunia
mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan tinggi, bahkan sekarang di USA sudah
mulai digalakkan sprinkler untuk residensial tunggal dengan ketinggian satu sampai dua
tingkat. Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit
kebakaran tidak dapat dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka
kemungkinan besar kebakaran akan menyebar ke seluruh lantai dan bangunan.
Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan untuk
mengendalikan atau memadamkan kebakaran secara otomatik. Banyak kejadian
dilaporkan bahwa ketika petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh
sprinkler.
Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti
ketahanan api, kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan.
Misalnya untuk kelas hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam
42
atau bahkan 4 jam. Serta deteksi boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk
ruang tertentu yang karena fungsinya harus menggunakan detektor panas). Dengan
demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai
proyek keseluruhan.
Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah
naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya
digunakan temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis
dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi
dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak
perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor
asap.
Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan
terbentuk 2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di
bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah
selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif
sama dengan temperatur ruangan.
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api)
relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem
sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai.
Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen.
Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding
keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama,
43
kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko
bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian apartemen di atas dan
paserba di podium, mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian
rancangan densitasnya pun berbeda. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan
pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit
dan rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga
sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan
pemeliharaan berkala yang sesuai standar, mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat
diperlukan bila terjadi kebakaran. Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur
terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai
ketahanan api (dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut
mempengaruhi kinerja sistem sprinkler (Danial, 2010).
Menurut NFPA 13 (dikutip Iskandar, 2008 : 36) sistem sprinkler dibagi beberapa
jenis yaitu :
a. Dry Pipe System
Dry pipe system adalah suatu sistem yang menggunakan sistem sprinkler otomatis
yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen
bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api
bertekanan membuka dry pipe valve.
b. Wet Pipe System
Wet pipe system yaitu sistem sprinkler yang bekerja secara otomatis tergabung
44
dengan sistem pipa yang berisi air dan terhubung dengan suplai air sehingga air
dikeluarkan dengan segera dari sprinkler yang terbuka oleh adanya panas api.
Menurut PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 kepala springkler harus tidak
ditempatkan di tempat yang mungkin mendapat kerusakan mekanis. Selain itu sprinkler
juga harus terdapat seorang atau lebih koordinator jika terjadi kerusakan atau setelah
pemakaian. Sebuah label juga harus dipasangkan untuk menunjukkan bahwa suatu
sistem, atau bagian dari sistem, telah dihentikan pengoperasiannya atau di non aktifkan.
Sprinkler juga harus dirancang sedemikian rupa agar minimal dapat mempertahankan
agar api tidak berkembang selama 30 menit. Batas jarak maksimum antar kepala
sprinkler harus juga di sesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran yang ada. Dan yang
terpenting adalah sprinkler dibuat sedemikian rupa sehingga sprinkler dapat bekerja
secara otomatis.
2.6.4 Pompa Pemadam
Menurut SNI No 03-6570-2001 pompa pemadam kebakaran adalah suatu alat
yang fungsinya untuk memompa air agar air dapat keluar dari tempat penyediaan air
dengan tekanan tertentu yang dikehendaki sesuai keperluan. Untuk pompa pemadam
kebakaran, yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Kapasitas main fire pump antara 500 gpm sampai degan 2500 gpm
b. Jumlah pompa sesuai dengan kebutuhan air
c. Untuk menjaga tekanan dlm pipa tetap 100 psig pakai Jokey Pump dgn kapasitas
antara 150 gpm pada 100 psig
45
d. Untuk start maka harus Automatic kecuali ada operator yg standby 24 jam terus
menerus
e. Automatic untuk pompa listrik berdasarkan tekanan air dalam pipa drop. Untuk
pompa selanjutnya start secara manual. Tapi sekarang sudah hampir semua
menggunakan system start automatic.
Pompa pemadam kebakaran terbagi menjadi 2 macam yaitu ada yang bersifat
permanen ada juga yang bersifat portable. Pompa pemadam yang bersifat tetap
merupakan pompa pemadam bila terjadi kebakaran yang dipasang bersamaan dengan
konstruksi bangunan yang sifatnya permanen untuk melindungi bangunan tersebut.
Sedangkan pompa pemadam kebakaran yang sifatnya portable adalah pompa pemadam
yang sifatnya dapat dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan.
Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 pompa kebakaran, penggerak
dan alat kontrolnya harus diproteksi terhadap kemungkinan gangguan pelayanan. Unit
pompa pemadam kebakaran didalam bangunan harus dipisahkan dari semua daerah
bangunan dengan konstruksi. Unit pompa kebakaran yang ditempatkan diluar bangunan
dan instalasi pompa kebakaran dalam bangunan lain yang diproteksi oleh pompa
kebakaran harus ditempatkan minimal 15,3 m dari bangunan yang di proteksi.
Pencahayaan buatan harus disediakan dalam ruangan pompa, pencahayaan darurat juga
harus disediakan dan ventilasi ruangan pompa harus sesuai ketentuan. Lantai harus
dibuat landai/miring untuk pengeringan yang cukup menghilangkan air menjauhi
peralatan yang kritis seperti pompa, penggerak, alat kontrol dsb. Ruangan pompa harus
disediakan dengan pengering lantai yang menyalurkan air ke lokasi luar.
46
2.6.5 Penyediaan Air
Penyediaan air untuk kebakaran adalah suatu tempat penyediaan air yang akan
digunakan saat terjadi kebakaran. Air pemadam harus tersedia dari sumber yang cukup
untuk bisa mensupply air selama minimum 6 jam terus menerus sesuai dengan kapasitas
maximum pompa yg terpasang. Air yang digunakan untuk pemadaman kebakaran harus
tidak terkontaminasi oleh minyak serta harus tidak boleh mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu atau menyumbat ketika penyemprotan pemadaman
kebakaran. Air untuk pemadaman kebakaran bisa dari air tawar atau air laut, namun jika
digunakannya air laut dapat membuat peralatan korosi karena sifat air laut yang korosif
(Ramli, 2010).
Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008, sekurang-kurangnya harus
terdapat 1 jenis sistem penyediaan air. Sistem penyediaan air tersebut harus bekerja
secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat digunakan dan
diandalkan setiap saat. Air yang digunakan dalam tempat penyimpanan air ini juga tidak
boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu. Dan sebisa mungkin
untuk tidak menggunakan air asin, jika memang harus terpaksa menggunakan air asin,
maka peralatan tertentu harus dibilas lagi dengan air tawar segera mungkin karena air
asin sifatnya korosif.
Ditinjau dari bahan pembuatnya ada 3 jenis tempat penyimpanan air yaitu dari
bahan plastik PE (poly Etilene), dari bahan stainless steel dan dari bahan fiber. Tempat
penyimpanan air yang terbuat dari bahan plastik PE (poly Etilene) bagian dalamnya
dilengkapi dengan lapisan anti lumut sehingga menjaga kualitas air yang disimpan
47
didalamnya. Tempat penyimpanan air jenis seperti ini banyak sekali digunakan di dunia
air isi ulang, AMDK, perumahan, apartemen, maupun di industri terutama digunakan
untuk penampungan air baku sebelum melalui suatu proses pengolahan air. Tempat
penyimpanan air ini tidak dapat digunakan untuk menampung cairan minyak, oli atau
cairan kimia karena akan merusak kondisi fisik dari tempat penyimpanan air itu sendiri.
(Anonim, 2012)
Keunggulan tempat penyimpanan air yang terbuat dari bahan plastik PE (poly
Etilene) yaitu :
a. Tempat penyimpanan air Tahan Terhadap Radiasi Ultra Violet.
Tempat penyimpanan air / Tandon Air Polyethylene tahan terhadap radiasi ultra
violet yang dapat menyebabkan perubahan warna, keretakan, dan akhirnya dapat
membuat tempat penyimpanan air pecah. Tempat penyimpanan air kami dibuat dari
bahan hasil teknologi terbaru yang tahan terhadap radiasi UV sampai dengan 1000 kly,
rata-rata radiasi UV di daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatra adalah 140 kly per tahun.
Dengan menggunakan tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami maka akan
bertahan lama terutama dari Sinar UV.
b. Tempat penyimpanan air Tahan Terhadap Segala Cuaca.
Tempat penyimpanan air Polyethylene di buat sedemikian rupa agar tahan
terhadap segala perubahan cuaca atau iklim yang terjadi ( Tahan terhadap temperatus
mulai -30 Derajat Celcius sampai dengan 60 Derajat Celcius ) sehingga tempat
penyimpanan air tidak akan mudah pecah, retak ataupun mengelupas.
48
c. Tempat penyimpanan air Cocok Untuk Rumah dan Industri.
Tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami sangat cocok untuk Industri
dan Rumah Tangga, karena tempat penyimpanan air kami terbuat dari bahan
Polyethylene bermutu yang diakui oleh FDA (Food and Drugs Administration ), Tidak
beracun, tidak dapat merubah rasa sehingga aman untuk menyimpan air minum dan
makanan.
d. Tempat penyimpanan air Yang Memiliki Dinding Multi Lapis.
Tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami memiliki keunggulan 3 lapis
yaitu lapisan luar yang memiliki warna yang bervariasi, tahan panas dan tahan terhadap
sinar UV. Lapisan Tengah yang erbuat dari bahan PE Foam yang berfungsi untuk
penahan panas, benturan dan elastisitas sehingga tidak mudah pecah. Dan lapisan Dalam
: Terbuat dari bahan PE Putih Deluxe yang berguna untuk menghambat pertumbuhan
jamur, halus dan tidak berbau.
e. Instalasi Yang Mudah.
Untuk Pemasangan / Instalasi sangat mudah dan cepat karena cukup di letakkan
di atas permukaan / fondasi yang datar dan dapat di letakkan di atas menara ( tower )
karena bahan Polyethylene cukup ringan.
f. Aksesories Lengkap.
Aksesoris untuk Tempat penyimpanan air Polyethylene berupa : Fitting untuk
Lubang Output dan Input Air sudah termasuk beserta Tutup Standart yang dapat
menjaga agar air minum tidak menjadi kotor karena dimasuki oleh kotoran yang tidak di
49
ingikan Lubang untuk Input atau Output Air adalah standart dan dapat juga sesuai
dengan permintaan. (Anonim, 2011)
Manfaat dan kegunaan dari tempat penyimpanan air yang terbuat dari bahan
plastik PE (poly Etilene) yaitu :
1) Industri Kimia : Menyimpan bahan – bahan kimia atau air keras limbah industri.
2) Industri Transportasi : Transport bahan kimia, minyak, air dan proyek bangunan.
3) Industri Tekstil : Penyimpanan larutan warna, pigment dll.
4) Perikana Pelayaran : Penyimpanan hasil penangkapan ikan.
5) Pertanian : Penyimpanan pupuk, racun hama, hasil pertanian.
6) Rumah Tangga : Penyimpanan air, penyimpanan air dalam tanah, tempat sampah.
7) Lain – lain : Perhotelan, pariwisata, kolam renang, dll.
Jenis yang kedua adalah dari bahan stainless steel. Tempat penyimpanan air jenis
seperti ini banyak sekali digunakan di dunia air isi ulang, AMDK, perumahan,
apartemen, maupun di industri terutama digunakan untuk penampungan air product
sesudah melalui suatu proses pengolahan air. Tempat penyimpanan air jenis ini juga
tidak dapat digunakan untuk menampung cairan minyak, oli atau cairan kimia karena
akan merusak kondisi fisik dari tempat penyimpanan air itu sendiri. Jenis yang ketiga
adalah dari bahan fiber. Tempat penyimpanan air jenis seperti ini banyak sekali
digunakan di dunia air isi ulang, AMDK, perumahan, apartemen, maupun di industri
terutama digunakan untuk penampungan air baku atau air bersih. (Anonim, 2012)
50
2.6.6 Detektor Kebakaran
Sistem deteksi adalah suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa untuk
mendeteksi, adanya peringatan sampai adanya pemberitahuan terkait adanya tindakan
darurat. Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya
kebakaran dan mengawali suatu tindakan (SNI 03-3985-2000).
Kegunaan sistem deteksi adalah untuk mendeteksi dan memberi sinyal dasar atau
tanda bahaya secara dini bila terjadi kebakaran sehingga sinyal atau tanda bahaya
tersebut dapat ditanggulangi secara cepat. Jadi kerugian akibat terjadinya kebakaran
dapat ditekan menjadi lebih rendah dan yang sangat penting adalah meminimalkan
korban jiwa akibat kebakaran tersebut. (modul pelatihan fire alarm system PGE, 2012)
Menurut permenaker no Per 02/men/1983 detektor dibagi menjadi empat macam
jenis yaitu : detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan detektor gas kebakaran
a. Detektor asap. Detektor asap adalah alay yan mendeteksi partikel yang terlihat atau
yang tidak terlihat dati suatu pembakaran. Detektor asap terdapat 3 jenis yaitu
detektor asap optik dan detektor asap ionisasi.
b. Detektor panas. Detektor panas adalah alat yang mendeteksi temperatur tinggi atau
laju kenaikan temperatur yang tidak normal. Detektor panas terdapat 2 jenis yaitu
detektor bertemperatur tetap yang bekerja pada suatu batas panas tertentu, detektor
yang bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur dan detektor kombinasi
yang bekerjanya berdasarkan kenaikan temperatur dan batas temperatur maksimum
yang ditetapkan.
51
c. Detektor nyala api. Detektor nyala api yaitu detektor yang bekerja berdasarkan
radiasi nyala api. Terdapat 2 tipe detektor nyala api yaitu detektor nyala api ultra
violet dan detektor nyala api infra red.
d. Detektor gas kebakaran. Detektor gas kebakaran yaitu alat detektor yang
bekerjanya berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran
ataupun gas-gas lainnya yang mudah terbakar.
Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 Detektor tidak boleh dipasang
dengan cara masuk ke dalam permukaan langit-langit. Detektor harus dipasang pada
seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar yang berlaku atau oleh instansi yang
berwenang. Terminal duplikat atau sejenisnya, harus disediakan pada setiap detektor
kebakaran otomatik untuk penyambungan cepat ke dalam sistem alarm kebakaran.
Detektor harus tidak diletakkan dimana udara dari suplai diffuser dapat melarutkan asap
sebelum mencapai detektor. Sumber tenaga listrik sistem deteksi tidak kurang dari 6
volt. Panel kontrol harus bisa menunjukan asal lokasi kebakaran. Untuk setiap ruangan
dengan luas 92 m² dengan tinggi langit-langit 3 m, harus dipasang 1 buah alat detektor.
Detektor tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 m dari AC.
2.6.7 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang
menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor panas, detektor nyala api dan titik
panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm
kebakaran. Alarm dibagi menjadi 2 jenis menurut cara kerjanya yaitu :
52
a. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat berupa bunyi khusus (audible
alarm). Alarm kebakaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
b. Mempunyai irama yang khas sehingga mudah dikenali
c. Bunyi alarm tersebut mempunyai frekuensi antara 500 – 1000 Hz dengan tingkat
kekerasan minimal 65 dB
d. Untuk ruangan dengan tingkat kebisingan normal yang tinggi, tingkat kekerasan
alarm audio minimal 5 dB lebih tinggi dari kebisingan normal
e. Untuk ruangan yang kemungkinan digunakan untuk tidur/istirahat, tingkat
kekerasan alarm audio minimal 75 dB
f. Alarm kebakaran yang memberikan tanda / isyarat yang tertangkap pandangan
mata secara jelas.
Kegunaan sistem alarm kebakaran adalah memberi notifikasi dari hasil deteksi
dari detektor dan memberi sinyal dasar atau tanda bahaya secara dini bila terjadi
kebakaran sehingga sinyal atau tanda bahaya tersebut dapat ditanggulangi secara cepat.
Jadi kerugian akibat terjadinya kebakaran dapat ditekan menjadi lebih rendah dan yang
sangat penting adalah meminimalkan korban jiwa akibat kebakaran tersebut. (modul
pelatihan fire alarm system PGE, 2012)
Alarm sistem juga memiliki suatu kontrol tertentu, kontrol sistem alarm terdiri
dari komponen sebagai berikut:
53
a. Notification Appliances Alarm (NAC), yaitu peralatan yang memberikan
peringatan sebagai efek dari adanya pendeteksian kebakaran seperti bell, lampu,
horn.
b. Master Control Fire Alarm (MCFA), yaitu peratalan yang mengolah masukan dari
hasil pendeteksian detektor dan memberikan keluaran terhadapat NAC.
c. Voice Control System, peralatan yang digunakan sebagai media komunikasi antara
operator dengan CPU-MCFA atau dengan pengertian lain sebagai media
komunikasi antara CPU-MCFA dengan manusia seperti LCD-160, LCD-80 dan
mimic panel.
d. Network System. Sistem yang digunakan dalam sebuah bangunan yang terdiri dari
beberapa MCFA dan setiap MCFA dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
Menurut modul pelatihan Fire Alarm System PT Pertamina Geothermal Energy
Area Kamojang 15 Feb 2012, kontrol sistem alarm terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Sistem Konvensional. Sistem konvensional adalah sistem pendeteksian kebakaran
yang memanfaatkan pendeteksian langsung perubahan keadaan detektor.
b. Sistem Intelligent. Sistem ini merupakan sistem pendeteksian kebakaran yang
memanfaatkan proses perubahan secara elektronik dan akan diperoleh hasil yang
lebih akurat, dapat dilakukan penyesuaian serta dapat diketahui keadaan aktual.
Menurut standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 sistem alarm kebakaran harus
mempunyai sebuah program pemeliharaan dan pengujian. Riwayat catatan
pemeliharaan, pengujian dan dokumentasi harus disimpan. Untuk sistem alarm
54
kebakaran yang menggunakan deteksi otomatik kebakaran atau alat deteksi aliran air,
sekurang-kurangnya satu kotak titik panggil manual harus disediakan untuk inisiasi
sinyal alarm kebakaran. Setiap kotak titik panggil manual pada sistem harus dapat
dicapai, tidak terhalang dan tampak jelas. Notifikasi penghuni harus disediakan untuk
menyiagakan penghuni terhadap suatu kejadian kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
Alarm di Panel annunciator pada pusat pengendalian kebakaran harus dengan cara
indikator suara dan visual. Alarm harus mempunyai notifikasi khusus yang berbeda.
Alarm manual sebaiknya berwarna merah dan ditempatkan pada lintasan jalur keluar.
Lokasi penempatan alarm manual tersebut tidak boleh terkena gangguan. Kekerasan
suara alarm minimal 65 dB. Adanya pemeliharaan rutin terhadap alarm.
55
BAB III
ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Aktivitas Kegiatan Magang
3.1.1 Rencana Kegiatan
Berikut adalah rangkaian rencana kegiatan magang di lapangan yang telah
disusun oleh mahasiswa sebelum kegiatan magang dilaksanakan:
Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang Tahun 2012
No Waktu Kegiatan
1 Hari Ke-1 Perkenalan dengan pembimbing lapangan dan dan sebagian
jajaran.
2 Hari Ke-2 Bimbingan kepada pembimbing lapangan terkait judul
magang
3 Hari Ke-3 Mencari data mengenai gambaran umum pertamina secara
keseluruhan.
4 Hari Ke-4 Mencari data sekunder mengenai gambaran umum
perusahaan, profil perusahaan, struktur organisasi
perusahaan, proses industri utama perusahaan unit-unit kerja
perusahaan, tenaga kerja, sarana dan prasarana, data
mengenai kasus kebakaran.
5 Hari Ke-5 Mencari data mengenai gambaran umum bagian K3 struktur
orgnisasi bagian K3, standar K3 perusahaan, program dan
prosedur kerja serta system kerja dan data kasus kebakaran.
56
6 Hari Ke-6 Mencari data mengenai gambaran sprinkler otomatis
7 Hari Ke-7 Mencari data mengenai gambaran sprinkler otomatis
8 Hari Ke-8 Mencari data mengenai gambaran pompa pemadam
9 Hari Ke-9 Mencari data mengenai gambaran penyediaan air
10 Hari Ke-10 Mencari data mengenai gambaran sistem deteksi dan alarm
11 Hari Ke-11 Mencari data mengenai gambaran sistem deteksi dan alarm
12 Hari Ke-12 Mencari data mengenai gambaran jenis, komponen dan
penempatan hidran
13 Hari Ke-13 Mencari data mengenai gambaran inspeksi dan pengujian
hidran
14 Hari Ke-14 Mencari data mengenai gambaran pemeliharaan hidran
15 Hari Ke-15 Pencatatan no APAR, media APAR, lokasi APAR. Melihat
APAR dari 3 sisi. Melihat ada/tidaknya tanda pemasangan
APAR, melihat warna APAR dan melihat APAR terdapat
menggantung/tidak dan dalam box/tidak.
16 Hari Ke-16 Pengukuran jarak APAR. Pengukuran tinggi pemasangan
APAR. Pengukuran suhu lingkungan sekitar APAR
17 Hari Ke-17 Pemeriksaan kondisi fisik APAR.
18 Hari Ke-18 Mencari data terkait pemeliharaan dan pemantauan APAR
19 Hari Ke-19 Pengecekan literatur, pencarian literatur tambahan,
pengecekan data-data yang kurang dan pencarian data-data
yang kurang.
20 Hari Ke-20 dst Pembuatan Laporan magang
21 Hari Ke-21 dst Bimbingan kepada pembimbing lapangan dan dosen
pembimbing magang
22 Hari Ke-22 dst Perbaikan Laporan Magang
57
3.1.2 Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan pencarian lokasi magang yang diinginkan
oleh mahasiswa. Setelah didapatkannya lokasi magang yang diinginkan oleh
mahasiswa, maka mahasiswa mencari apasaja yang dibutuhkan untuk pengajuan
kegiatan magang di perusahaan tersebut. Kemudian mahasiswa mengurus surat
perizinan magang di Fakultas dan mengumpulkan bahan serta teori untuk
mendukung kegiatan magang ini.
Dalam perencanaannya, kegiatan magang ini dilakukan selama kurang lebih
5 minggu terhitung selama 26 hari kerja, direncanakan akan dimulai pada minggu
pertama bulan Februari 2012 dan berakhir pada minggu pertama bulan Maret 2012.
3.1.2.1. Tema atau Topik Magang
Topik yang diangkat oleh mahasiswa adalah gambaran mengenai sarana
proteksi kebakaran aktif yang ada di perusahaan.
3.1.2.2. Waktu Pelaksanaan
Rencana kegiatan magang ini dilakukan selama 26 hari kerja, terhitung mulai
minggu pertama Februari sampai minggu pertama bulan Maret tahun 2012.
3.1.2.3. Lokasi Pelaksanaan
Rencana lokasi kegiatan magang ini dilaksanakan di perusahaan PT
Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang berlokasi di jalan Raya Kamojang no 10,
Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung, Jawa Barat.
58
3.1.3 Tahap Pelaksanaan
Kegiatan magang ini dimulai pada hari senin tanggal 30 Januari dan berakhir
pada hari jumat tanggal 9 Maret, dengan total 30 hari kerja. Kegiatan magang ini
bertempat di PT Pertamina Geothermal Energy yang terletak di jalan Raya
Kamojang no 10, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung, Jawa Barat.
Kegiatan magang ini diawali dengan orientasi dan perkenalan serta observasi
lapangan secara umum. Setelah itu, diskusi dengan pembimbing terkait judul
magang dan didapatkanlah judul magang yaitu Gambaran Sarana Proteksi Aktif di
PT Pertamina Geothermal Energy Tahun 2012. Setelah judul magang didapatkan,
menentukan unit mana yang akan diteliti maka didapatkanlah area yang diteliti yaitu
kawasan kantor utama, kawasan kantor belakang dan kawasan PLTP Unit IV.
Selanjutnya, dilakukanlah pencarian dan pengambilan data sekunder terkait
perusahaan dimulai dari data yang bersifat umum yaitu terkait gambaran perusahaan
sampai data-data yang mendukung terkait sarana proteksi kebakaran aktif.
Setelahnya dilakukanlah pengambilan data primer yaitu dengan observasi dan
wawancara terkait sarana sarana proteksi kebakaran aktif.
3.1.4 Narasumber
Narasumber dalam kegiatan magang ini adalah orang-orang yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam bidangnya masing-masing serta memahami
terhadap teori Health, Safety and Environment yang ditunjuk oleh perusahaan untuk
memberikan data kepada mahasiswa.
59
3.2 Alur Kegiatan Magang
Alur kegiatan magang yang dilakukan oleh mahasiswa dimulai dari
pencarian tempat magang, dari pencarian tempat magang tersebut dicari juga
persyaratan apa saja yang diperlukan. Setelah didapatnya beberapa perusahaan yang
diinginkan oleh mahasiswa untuk dijadikan tempat magang, maka dibuatlah
proposal magang dan persiapan persyaratan lainnya yang diperlukan. Kemudian
diajukanlah proposal magang di beberapa perusahaan tersebut. Setelah mahasiswa
diterima untuk melaksanakan kegiatan magang di tempat tersebut, kemudian
dilakukan persiapan untuk nanti saat pelaksanaan kegiatan magang. Setelah semua
persiapan sudah terpenuhi, maka pelaksanaan kegiatan magangpun sudah siap
dilaksanakan oleh mahasiswa.
Dalam pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa melakukan banyak
kegiatan, diantaranya perkenalan dengan jajaran karyawan pihak perusahaan,
mempelajari gambaran umum perusahaan mulai dari gambaran proses industri di
perusahaan tersebut sampai hal-hal yang lebih detail, pengumpulan data-data untuk
keperluan laporan magang baik berupa data primer maupun data sekunder, serta
turut serta dalam kegiatan di perusahaan khususnya di bidang K3LL. Ketika
mahasiswa turut serta dalam kegiatan di K3LL, mahasiswa mendapatkan
pengalaman terkait pekerjaan K3LL di kantor dan pekerjaan terkait K3LL di
lapangan.
Bersamaan dengan pelaksanaan magang, mahasiswa membuat laporan hasil
kegiatan magang. Laporan yang dibuat oleh mahasiswa adalah terkait sarana
60
proteksi kebakaran aktif yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang. Dalam pembuatan laporan mahasiswa juga melakukan bimbingan
kepada pembimbing lapangan saat masih berada di perusahaan dan melakukan
bimbingan kepada pembimbing fakultas saat mahasiswa sudah tidak di perusahaan.
Setelah laporan selesai dibuat oleh mahasiswa, maka mahasiswa siap untuk
presentasi hasil laporan kegiatan magang yang telah dilaksanakan.
Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang Tahun 2012
Pembuatan
Proposal Magang
Pengajuan Magang di
Beberapa Perusahaan
Presentasi Hasil
Kegiatan Magang
Pembuatan Laporan
Hasil Kegiatan
Magang
Diterima
Pelaksanaan kegiatan magang :
1. Perkenalan dengan pihak perusahaan
2. Mempelajari Gambaran Umum dan
Struktur Organisasi Perusahaan
3. Pengumpulan Data Penelitian dan
Pemantauan di Lapangan
4. Turut Serta dalam Kegiatan di
Perusahaan, khususnya dibidang
K3LL
Pencarian Tempat
Magang
61
3.3 Jadwal Kegiatan
Kegiatan magang dalam pelaksanaannya adalah mencari data-data baik data
primer (dengan observasi, pengukuran langsung dan wawancara) maupun data
sekunder (pencarian data pendukung dan gambaran perusahaan). Banyak hal yang
dipelajari mengenai dunia kerja pada bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
khususnya yang berkaitan dengan sarana proteksi kebakaran aktif. Berikut adalah
rincian dari rencana kegiatan magang ini.
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang
No. Waktu Kegiatan Tempat
1 Senin, 30
Jan 2012
Laporan awal ke bagian SDM terkait
prosedur magang
Ruang SDM
PGE
2 Senin, 30
Jan 2012
Safety Induction dari Pak Ewon Sekretariat
K3LL
3 Senin, 30
Jan 2012
Perkenalan awal dengan pembimbing
lapangan Bpk. Widodo dan manager K3LL
Bpk. Fahmi
Sekretariat
K3LL
4 Senin, 30
Jan 2012
Mempelajari ”Monitoring Tindak Lanjut
Temuan PT Pertamina Geothermal Energy”
yang diberikan oleh pembimbing lapangan
Mess
5 Selasa, 31
Jan 2012
Pemberian materi gambaran proses industri
PGE dan Sistem Managemen Perusahaan
(SMP) PGE
Ruang rapat
sekretariat
K3LL
6 Selasa, 31
Jan 2012
Ikut serta dalam kegiatan inspeksi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)
Unit IV PGE
7 Selasa, 31 Mencari data terkait profil PGE Humas
62
Jan 2012
8 Selasa, 31
Jan 2012
Mencari data terkait struktur organisasi
PGE
SDM
9 Selasa, 31
Jan 2012
Mencari data-data tambahan terkait
perusahaan
Perpustakaan
10 Rabu, 1 Feb
2012
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh
kantor, yaitu Prosedur Tata Kerja
Organisasi Lock Out Tag Out (TKO LOTO)
Ruang rapat
sekretariat
K3LL
11 Rabu, 1 Feb
2012
Bimbingan dengan pembimbing lapangan
terkait judul laporan magang
Ruang rapat
sekretariat
K3LL
12 Rabu, 1 Feb
2012
Melihat proses penyimpanan limbah Gudang limbah
B3
13 Rabu, 1 Feb
2012
Peninjauan lapangan dan penjelasan
mengenai lomba fire fighting
Halaman dekat
gudang limbah
B3
14 Rabu, 1 Feb
2012
Pencarian data terkait profil K3LL PGE Sekretariat
K3LL
15 Kamis, 2
Feb 2012
Ikut serta membantu dalam pelaksanaan
program perlombaan fire fighting
TPS Limbah
B3
16 Kamis, 2
Feb 2012
Ikut serta membantu dalam pelaksanaan
program perlombaan breathing apparatus
Fire station
17 Kamis, 2
Feb 2012
Mencari spesifikasi portable fire pump Ruang rapat
sekretariat
K3LL
18 Kamis, 2
Feb 2012
Mencari referensi tambahan dan
melanjutkan tugas terkait prosedur tata kerja
organisasi Lock Out Tag Out (TKO LOTO)
Ruang rapat
sekretariat
K3LL
19 Jum’at, 3
Feb 2012
Ikut serta dalam rangka senam pagi
(aerobik) yang di selenggaraka oleh
Lapangan
kantor utama
63
perusahaan PGE
20 Jum’at, 3
Feb 2012
Penulisan laporan Ruang rapat
sekretariat
K3LL
21 Jum’at, 3
Feb 2012
Persiapan jadwal untuk minggu ke-2 Ruang rapat
sekretariat
K3LL
22 Senin, 6 Feb
2012
Pengambilan ID Card Praktek Kerja
Lapangan
Pos Security
23 Senin, 6 Feb
2012
Penulisan laporan Ruang rapat
sekretariat
K3LL
24 Senin, 6 Feb
2012
Perbaikan dan penambahan instrumen
penelitian
Mess
25 Selasa, 7
Feb 2012
Ikut inspeksi ke lokasi sumur uap. KMJ 38,
45, 82, 52, 31, 33, 83, 28, 34, 37, 22, 29, 41,
27, 46, 40, 62, 77, 78, 81, 63, 73, 74
Lokasi sumur
uap
26 Selasa, 7
Feb 2012
Wawancara terkait APAR Kantor K3LL
lapangan
27 Selasa, 7
Feb 2012
Pencarian data dan form terkait APAR dan
hidran
Kantor K3LL
lapangan
28 Selasa, 7
Feb 2012
Observasi sarana proteksi kebakaran aktif di
Kantor K3LL lapangan, Fire Station,
sekretariat K3LL, Workshop, Koperlak,
Infokom dan Gedung Kantor Utama PGE
Kantor K3LL
lapangan,
sekretariat
K3LL, Gedung
Kantor Utama
29 Rabu, 8 Feb
2012
Ikut mengganti windsock di 3 lokasi sumur Lokasi sumur
30 Rabu, 8 Feb
2012
Melihat proses saluran pembuangan KWK
64
31 Rabu, 8 Feb
2012
Kunjungan ke Geothermal Information
Center
GIC
32 Kamis, 9
Feb 2012
Melihat pembibitan program penghijauan
pertamina (lindungan lingkungan)
Tempat
budidaya
pembibitan
33 Kamis, 9
Feb 2012
Melanjutkan laporan magang Mess
34 Jum’at, 10
Feb 2012
Ikut senam pagi yang diadakan oleh
perusahaan
Lapangan
kantor utama
35 Jum’at, 10
Feb 2012
Monitoring pembangunan gedung
laboratorium baru
gedung
laboratorium
baru
36 Sabtu, 11
Feb 2012
Ikut inspeksi APAR di kantor utama PT
Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang
Kantor utama
PGE
37 Senin, 13
Feb 2012
Mengerjakan laporan triwulan IV 2011
pemantauan linkungan (1)
Ruang rapat
sekretariat
K3LL
38 Selasa, 14
Feb 2012
Mengerjakan laporan triwulan IV 2011
pemantauan linkungan (1)
Ruang rapat
sekretariat
K3LL
39 Selasa, 14
Feb 2011
Menempel hasil lomba foto safety dan
lomba poster safety
Gedung DIPA
Bramanta
40 Rabu, 15
Feb 2012
Ikut serta dalam grand safety meeting Gedung DIPA
Bramanta
41 Kamis, 16
Feb 2012
Ikut serta dalam training “fire surpression
system” dan “fire alarm system notifier”
Ruang rapat
teknik
42 Kamis, 16
Feb 2012
Ikut serta dalam simulasi “fire surpression
system” dan “fire alarm system notifier”
Gedung kantor
utama PGE
43 Kamis, 16 Membuat prosedur “fire alarm system Ruang rapat
65
Feb 2012 notifier” sekretariat
K3LL
44 Jum’at, 17
Feb 2012
Ikut serta dalam senam pagi yang diadakan
oleh perusahaan
Halaman
kantor utama
PGE
45 Jum’at, 17
Feb 2012
Melanjukan pembuatan prosedur “fire alarm
system notifier”
Ruang rapat
sekretariat
K3LL
46 Sabtu, 18
Feb 2012
Ikut ke KWK KWK
47 Senin, 20
Feb 2012
Pengukuran kebisingan diruangan kantor
utama
Kantor Utama
PGE
48 Rabu, 22
Feb 2012
Menanyakan administrasi penimjaman APD
di kantor lapangan K3LL dan tindak lanjut
temuan
Kantor
lapangan
K3LL
49 Kamis, 23
Feb 2012
Ikut safety meeting divisi K3LL Ruang meeting
sekretariat
K3LL
50 Kamis, 23
Feb 2012
Membuat Job Safety Analysis (JSA) :
(1) Pemantauan Gas di Lokasi Sumur,
(2) Pelatihan Pemadaman Kebakaran,
(3) Pengisian Tabung
Kantor
lapangan
K3LL
51 Jum’at, 24
Feb 2012
Ikut senam pagi yang diadakan oleh
perusahaan
Halaman
kantor utama
PGE
52 Jum’at, 24
Feb 2012
Melihat proses donor darah yang dilakukan
oleh pekerja dan pekarya PT Geothermal
Energy serta masyarakat Kamojang
Gedung DIPA
Bramanta
53 Jum’at, 24
Feb 2012
Observasi ke PLTP Unit IV PLTP Unit IV
66
54 Jum’at, 24
Feb 2012
Ikut safety meeting divisi Power Plan PLTP Unit IV
55 Jum’at, 24
Feb 2012
Membuat Job Safety Analysis (JSA) :
(1) Uji Emisi Cooling Tower
(2) Uji Emisi Incinerator
(3) Operasi Kantor K3LL
Gedung DIPA
Bramanta
56 Sabtu, 25
Feb 2012
Ikut dalam pelaksanaan bleeding sumur
baru
KWK
57 Senin, 27
Feb 2012
Observasi ke PLTP Unit IV terkait sarana
proteksi kebakaran aktif
PLTP Unit IV
58 Senin, 27
Feb 2012
Melakukan penilaian Alat Pelindung Diri
(APD) yang ada di kantor lapangan K3LL
Kantor
lapangan
K3LL
59 Senin, 27
Feb 2012
Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)
K3LL terkait monitoring kebisingan
Ruang rapat
sekretariat
K3LL
60 Selasa, 28
Feb 2012
Observasi ke PLTP Unit IV terkait sarana
proteksi kebakaran aktif
PLTP Unit IV
61 Selasa, 28
Feb 2012
Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)
K3LL terkait operasi pemadaman kebakaran
Sekretariat
K3LL
62 Rabu, 29
Feb 2012
Melakukan inspeksi APAR di PLTP Unit
IV
PLTP Unit IV
63 Kamis, 1
Mar 2012
Mengerjakan laporan
64 Jumat, 2
Mar 2012
Mengerjakan laporan
65 Senin, 5
Mar 2012
Mengerjakan laporan
66 Selasa, 6
Mar 2012
Mengerjakan laporan
67
67 Rabu, 7 Mar
2012
Mengerjakan laporan
68 Kamis, 8
Mar 2012
Mengerjakan laporan
69 Kamis, 8
Mar 2012
Pengurusan administrasi untuk selesainya
kegiatan magang di perusahaan
kantor utama
PGE
70 Jumat, 9
Mar 2012
Ikut senam pagi yang diadakan oleh
perusahaan
Lapangan
kantor utama
PGE
71 Jumat, 9
Mar 2012
Pencarian data yang kurang ke PLTP Unit
IV
PLTP Unit IV
72 Jumat, 9
Mar 2012
Pengurusan administrasi untuk selesainya
kegiatan magang di perusahaan
kantor utama
PGE
73 Jumat, 9
Mar 2012
Mengerjakan laporan
67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero)
4.1.1 Sejarah PT Pertamina (Persero)
Pencarian minyak di Indonesia dimulai sejak abad ke-19 oleh Jan Recnik yang
berkebangsaan Belanda, pada tahu 1871 Royal Dutch dan Sheel mulai melakukan
eksplorasi minyak di Indonesia. Kemudian tahun 1883 produksi minyak dilakukan
secara komersil. Yang pertama kali di Indonesia berasal dari sumur minyak Telaga Said
di Pangkalan Bandar Sumatera Utara. Keberhasilan pencarian minyak mendorong
dibangunnya penyulingan minyak di Wonokromo tahun 1880, pangkalan Brandan tahun
1892, Cepu tahun 1890, Plaju tahun 1888, dan Balikpapan tahun 1890.
Kegiatan-kegiatan Royal Dutch dan Sheel dengan Stanvac sebuah perusahaan
Amerika pada tahun 1918 membangun penyulingan di Riau daratan perusahaan minyak
tersebut dilakukan oleh perusahaan Royal Dutch didaerah Sumatera Utara dan Aceh
yang kemudian dikenal dengan nama BPM (Bataafsche Petroleum Maatcapay) pada
penjajahan Jepang dan berganti nama dengan Sayutai. Lahirnya Pertamina tidak dilepas
dari perjuangan bangsa Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, setelah pengakuan kedaualatan perusahaan pertama yang
didirikan adalah Perusahaan Tambak Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI).
68
Perusahaan ini berasal dari BPM yang ditinggalkan ketika tentara Jepang memasuki
Sumatera Utara pada masa perang dunia.
Penyerahan lapangan minyak dan kekayaan dari Sheel kepada pemerintah RI
tidak berjalan lancar sampai tahun 1954 sementara di dalam negeri berbagai
perkembangan politik, atas inisiatif karyawan setempat nama PTMNRI diganti menjadi
Tambak Minyak Staff Angkatan Darat dengan membentuk Eksplorasi Tambak Minyak
Sumatera Utara (PT ETSU) pada bulan Desember 1957 atas perintah Kepala Staff
Angkatan Darat PT ETSU di ubah menjadi PN PETAMINA, kemudian dengan PP no
198 pada tanggal 1 Juli 1961 perusahaan ini diubah menjadi PN PERMINA.
Pada tahun 1968 perusahaan ini berubah menjadi PN PERTAMINA berdasarkan
PP no 27 tahun 1968 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 tahun 1971 nama
PN PERTAMINA berubah menjadi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Negara
(PERTAMINA). Kemudian tahun 2003 nama perusahaan ini berubah menjadi PT
PERTAMINA yang berdasarkan pada PP no 31 tahun 2003 tentang pengalihan bentuk
Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero).
4.1.2 Visi dan Misi PT Pertamina (Persero)
Visi dari PT Pertamina (Persero) adalah Menjadi Perusahaan Energi Nasional
Kelas Dunia
69
Sedangkan misi dari PT Pertamina adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta
energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial
yang kuat
4.1.3 Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero)
Gambar 4.1 Gambar Logo Pertamina
sumber : www.pertamina.com
Logo pertamina yang berlaku secara nasional, merupakan sebuah logo dengan
makna yang harus dipahami oleh orang-orang yang bersinggungan langsung dengan
Perusahaan perminyakan milik Negara ini. Elemen logo merupakan representasi huruf P
yang keseluruhan representasi bentuk panah dimaksudkan sebagai Pertamina yang
bergerak maju dan progresif. Arti warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar
yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan
dinamis. Berikut adalah arti dari warna-warna dari logo Pertamina:
a. Biru : melambangkan keandalan, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Sumber daya manusia sebagai mitra kerja yan loyal serta memiliki komitmen
untuk berdedikasi.
70
b. Hijau : Melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
Sumber daya lingkungan sebagai mitra kerja yang berorientasi pada pelayanan
masyarakat.
c. Merah : melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam keadaan. Sumber daya manusia sebagai mitra kerja
yang tanggung dan pantang menyerah.
4.2 Gambaran Umum PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
4.2.1 Visi dan Misi PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
Berikut adalah visi PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang :
2008 : Bussiness Mainded Geothermal Energy
2011 : Center of Excellence for Indonesia Geothermal Energy
2014 : World Class Geothermal Energy
Sedangkan misi dari PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah
melakukan usaha pengembangan energy geothermal secara optimal yang berwawasan
lingkungan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholder (pihak-pihak yang
bersangkutan)
4.2.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang di dalamnya mencakup
pembagian kerja atau tugas ke dalam bagian-bagian yang ada sehingga dapat terjalin
kordinasi dan kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi PT.
Pertamina Geothermal Energy area Kamojang berbentuk struktur organisasi fungsional,
71
artinya seorang atasan mendelegasikan wewenang pada bawahannya berdasarkan fungsi
dan pemisahan tugas. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi terlampir dalam laporan
ini.
4.2.3 Sertifikat, Piagam, dan Penghargaan
Berikut adalah sertifikat yang telah didapatkan oleh PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang:
a. Sertifikat ISO 9001L: 2008 dari TUV Rheinland.
b. Sertifikat BS OHSAS 1800: 2007 dari TUV Rheinland.
c. Sertifikat Partisipasi dari Pemeran Pendidikan Lingkunagan Propinsi Jawa Barat
tahun 2004
d. Sertifikat ISO 1400: 2004 dari TUV Rheinland.
Berikut adalah piagam yang telah didapatkan oleh PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang:
a. Piagam penghargaan Stand Terbaik II Pameran Produk-Produk Unggulan
Pertambangan dan Energi dari Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa
Barat tahun 2006.
b. Piagam penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accidet Award) dari Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun 2006.
c. Piagam Penghargaan Pengelolaan Ligkungan Kegiatan Pertambangan Panas Bumi
tahun 2005-2—6 dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Batubara dan
Panas Bumi.
72
d. Piagam Penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Bandung atas Partisipasi
Kegiatan Penghijauan pada Pekan Lingkungan Dalam Rangka Memperingati HUT
RI ke-364 Kabupaten Bandung tanhun 2005.
e. Piagam Penghargaan K3LL yang diberikan oleh Direksi Pertamina (Persero)
berupa Penghargaan Patra Adikarya Bhuni Utama kepada PT. Pertamina
Geothermal Energy area Kamojang pada tahun 2005.
f. Piagam Penghargaan dari Green Cities Gemah Ripah Repeh Rapih atas partisipasi
Peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia Tingkat Profinsi Jawa tahun 2005.
g. Piagam Penghargaan Utama Keselamatan Pertambangan tahun 2004 yang
diberikan kepada Perusahaan Geothermal PT. Pertamina Geothermal Energy area
Kamojang tahun 2004.
Berikut adalah penghargaan yang telah didapatkan oleh PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang:
a. Tanda Penghargaan Kecelakaan Nihil Keselamatan Kerja Patra Nirbaya Karya
Pratama dalam bidang produksi Geothermal yang diberikan kepada Pertamina EP
Unit III Cirebon dari Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia tahun
1992.
b. Penghargaan Aditama Keselamatan Pertambnagan tahun 2006 dari Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi.
4.2.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja di perusahaan Geothermal Energy Area Kamojang pada bulan
Januari 2012 berjumlah sebanyak 344 orang, 82 orang pekerja tetap dan 252 orang
73
adalah mitra kerja. Berikut adalah tabel ketenagakerjaan di PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang pada bulan Januari tahun 2012.
Tabel 4.1 Tabel Jumlah Tenaga Kerja di PT Pertamina Area Kamojang Tahun
2012
No. Bagian Pekerja Tetap Pekerja Mitra Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
General Manager
Enjinering
Operasi
Power Plant
Workshop
Keuangan
K3LL
Layanan Umum
SDM
Humas
IT dan Komunikasi
Pengadaan
Security
1
6
16
36
6
4
3
1
3
1
1
3
1
-
5
26
12
57
2
8
1
33
2
3
54
49
1
11
42
48
63
6
11
2
36
3
4
57
50
Jumlah 82 252 344
Sumber: PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
74
4.2.5 Gambaran Proses Industri Geothermal
Secara umum proses industri di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang terbagi menjadi 4 tahap, yaitu:
a. Preliminary Survey
Preliminnary survey merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendahului
kegiatan eksplorasi yaitu dengan mengidentifikasi dan perhitungan untuk kemungkinan
adanya potensi bahwa terdapat sumber panasbumi di daerah tersebut.
b. Eksplorasi
Eksplorasi adalah penjelajahan dan pencarian terhadap adanya titik-titik potensi
adanya sumber energi panasbumi. Dalam eksplorasi ini ada kemungkinan untuk
ditemukan atau tidaknya sumber energy panas bumi.
c. Feasibility Study
Feasibility study merupakan suatu analisis terhadap eksporasi tersebut diteruskan
atau tidak diteruskan.
d. Eksploitasi
Eksploitasi merupakan pemanfaatan sumber energi panasbumi yang kemudian
diubah menjadi energi listrik. Proses pemanfaatan sumber energi panasbumi ini yaitu:
1) Panasbumi Diambil dari Sumur Produksi
Panasbumi yang diambil dari sumur produksi ini disalurkan melalui pemipaan.
75
2) Pemisahan Fluida
Pemisahan fluida ini dilakukan di separator karena panasbumi yang diambil dari
kepala sumur merupakan campuran dari fluida 2 fasa yaitu fasa uap dan fasa cair, oleh
karena itu dipisahkan terlebih dahulu proses pemisahan. Hal ini dimungkinkan dengan
melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa
cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan inilah yang dialirkan ke turbin.
3) Perubahan Energi
Energi panasbumi ini digunakan untuk menggerakkan turbin yang dihubungkan
dengan generator. Tenaga gerak ini kemudian berubah menjadi energi listrik. Energi
listrik yang didapatkan ini kemudian siap untuk didistribusi.
4) Pendinginan
Karena temperatur uap panasbumi tersebut yang masih tinggi, oleh karena itu
diperlukan proses pendinginan sebelum uap tersebut dikembalikan injeksi ke sumur
injeksi. Proses pendinginan ini terjadi di menara pendingin.
Saat ini, lapangan panas bumi Kamojang memiliki 82 sumur (termasuk 5 sumur
Belanda). Pembangkitan listrik energy panas bumi dipasok dari 45 sumur produksi yang
dialirkan ke lima jalur pipa utama produksi, yakni PL-401, 402, 403, 404, dan 405. Jalur
pipa PL-401, 402, 403, dan 404 mengalirkan uap untuk pembangkitan PLTP unit I, II,
dan III sebesar 1100 ton/jam dan mampu menghasilkan listrik berkapasitas 140 MW.
Sementara itu, jalur pipa PL-405 mengalirkan uap sebesar 432 ton/jam untuk
pembangkitan PLTP unit IV yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 60 MW.
76
Sebagai usaha untuk menjaga keberlanjutan produksi listrik dari energy panas
bumi, Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang menginjeksikan kembali
kondensat uap panas bumi ke dalam sumur-sumur injeksi.
Dikenal sebagai salah satu lapangan panas bumi dengan kualitas uap terbaik
tentunya membawa keuntungan dalam proses produksi, dimana fasilitas produksi
permukaan dapat bertahan dalam rentang waktu yang panjang dan kemudahan dalam
perawatan.
Gambar 4.2 Gambar Proses Industri Geothemal di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang Tahun 2012
Sumber : PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
77
4.2.6 Sarana dan Prasarana
4.2.6.1 Sarana Produksi
Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang
mempunyai temperatur tinggi (>225 ºC). Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP)
pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada
PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal
dari reservoir panasbumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap
tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi
panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan
energi listrik.
Fasilitas produksi yang diperlukan untuk mengoperasikan lapangan uap panas
bumi di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang terdiri dari sumur produksi,
valve, instrumentasi, gauge, silencer, scrubber, pemipaan, separator, turbin, generator,
pompa, menara pendingin dan sumur injeksi.
4.2.6.2 Sarana Penunjang
Sarana penunjang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sama
seperti perusahaan-perusahaan lainnya yaitu sarana yang dipakai oleh perusahaan yang
bukan bagian dari sarana produksi. Sarana penunjang tersebut berupa gudang,
laboratorium, meja kantor, kursi kantor, peralatan tulis, transportasi, Alat Pelindung Diri
(APD), sarana proteksi kebakaran, logistic, pengadaan, printer, komputer, dll
78
4.3 Gambaran Umum Bidang K3LL PT Pertamina Geothermal Energy
4.3.1 Gambaran Karyawan
Karyawan K3LL di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang berjumlah
11 orang. Dari 11 orang tersebut 3 orang merupakan pekerja tetap dan 8 orang lainnya
merupakan mitra kerja. Seluruh kegiatan terkait K3LL yang ada divisi K3LL PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang dikepalai oleh satu orang manager
K3LL. Manager K3LL ini bertanggung jawab langsung kepada general manager.
Dibawah manager K3LL terdapat 1 orang staff lindungan lingkungan, 1 orang staff K3
yang bertanggung jawab langsung kepada general manager. Kemudian terdapat 2 orang
staff kantor K3LL yang merupakan mitra kerja.
Untuk kantor lapangan K3LL terdapat 6 orang pekerja yang semuanya
merupakan mitra kerja. Dua orang pekerja di kantor lapangan K3LL adalah pekerja
harian, yang bekerja pagi sampai sore hari layaknya pekerja lainnya yang dimulai dari
pukul 08.00 pagi sampai pukul 16.00 sore. Pekerja yang bekerja di kantor lapangan 4
orang lainnya merupakan pekerja shift, yang terbagi menjadi 3 shift yang dilakukan
secara bergantian yaitu shift pagi pukul 08.00 – 16.00, shift sore pukul 16.00 – 00.00
dan shift malam 00.00 – 08.00.
4.3.2 Program yang Sedang Dijalankan
Selain tugas rutin harian yang dikerjakan oleh divisi K3LL PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang, ada juga program-program yang dijalankan. Secara
garis besar program yang sedang dijalankan oleh divisi K3LL terbagi menjadi 4 kategori
besar yaitu program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program pelatihan internal
79
pekerja, program terkait lindungan lingkungan dan audit perusahaan. Program yang
dijalankan tersebut ada program yang dijalankan secara rutin, ada yang dijalankan 2
pekan sekali, ada yang dijalankan 1 bulan sekali, ada yang dilakukan dalam selang 3
bulan sekali, ada yang dilakukan dalam selang waktu 6 bulan dan ada juga yang
dilakukan hanya 1 kali dalam setahun. Untuk lebih jelasnya, program yang sedang
dijalankan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ini terlampir dalam
laporan magang ini.
4.4 Gambaran Area Penelitian
Penelitian dilakukan pada area PLTP Unit IV karena potensi kebakaran yang
lebih tinggi terdapat pada area ini, sarana proteksi yang dipasang juga lebih lengkap
pada area ini dan jika terjadinya kebakaran pada area ini maka ada kemungkinan proses
produksi akan berhenti, sehingga mahasiswa memilih area ini menjadi area penelitian
untuk laporan kegiatan magang.
Area PLTP Kamojang Unit IV adalah area untuk PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang melakukan kegiatan-kegiatan produksi. Untuk Area PLTP
Kamojang Unit IV ini terdapat kantor PLTP, warehouse dan PLTP. Area PLTP
Kamojang Unit IV secara garis besar dibedakan menjadi 3 sub-lokasi yaitu area PLTP,
area kantor PLTP dan area warehouse. Area PLTP merupakan area pusat produksi dari
PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ini. Area PLTP ini bersebelahan
dengan kantor PLTP yang terdiri dari 3 lantai. Area kantor PLTP juga terdiri dari 3
lantai, disini merupakan kantor kerja untuk pekerja PLTP. Sedangkan warehouse adalah
tempat penyimpanan untuk keperluan PLTP dalam kapasitas besar.
80
Gambar 4.3 Denah Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012
Sumber : PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
Kategori kebakaran di kantor PLTP Unit IV terdapat kategori kelas A, B dan C.
Kategori kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, kertas, plastik,
dll. Kategori kelas B didapatkan dari adanya laboratorium yang didalamnya terdapat
bahan kimia cair yang mudah terbakar. Kategori kelas C didapatkan dengan adanya
peralatan listrik didalam kantor PLTP. Untuk jumlah untuk material jenis A, B dan C
tersebut jumlahnya sedikit, jarak antar material jenis A dan C tidak berdekatan dan
apabila terbakar tidak melepaskan panas yang tinggi sehingga menjalarnya api menjadi
lambat dan material jenis B sudah ditempatkan pada ruang tertutup dan tersimpan aman.
Karena hal-hal tersebut, maka tingkat potensi kebakaran yang ada di kantor PLTP Unit IV
tergolong rendah.
81
Kategori kebakaran pada warehouse adalah kategori A, B dan C. Untuk kategori
kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, kertas, plastik, dll. Untuk
kategori kelas B didapatkan dari adanya penyimpanan bahan-bahan kimia cair yang
mudah terbakar. Dan kategori kelas C didapatkan dengan adanya peralatan listrik
didalamnya. Potensi kebakaran yang tinggi pada warehouse ini dikarenakan banyaknya
jumlah material jenis A dan B didalam warehouse ini, dan sangat dekatnya jarak antar
material jenis A yang apabila terbakar dapat melepaskan panas yang tinggi sehingga
dapat menyebabkan api menjalar dengan cepat.
Sedangkan PLTP klasifikasi kebakaran yang didapatkan adalah A, B dan C.
Kategori kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, karet, dll.
Untuk kategori kelas B didapatkan dengan adanya peralatan yang menggunakan bahan
bakar cair. Sedangkan kategori C didapatkan dari adanya sumber tegangan listrik tinggi
dan banyaknya peralatan yang menggunakan energi listrik didalamnya. Tingkat potensi
kebakaran di area ini adalah sedang dengan melihat jumlah material jenis A dan B dan
jarak antar material jenis A yang terdapat pada area ini tergolong tidak terlalu rapat yang
apabila terbakar dapat melepaskan panas yang sedang sehingga dapat menyebabkan api
menjalar dengan kecepatan sedang.
Tingkat potensi kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV berbagi menjadi
tingkat potensi kebakaran yang rendah sedang dan tingkat potensi kebakaran yang
tinggi. Untuk potensi kebakaran yang rendah terdapat pada kantor PLTP, untuk potensi
kebakaran sedang terdapat pada dan PLTP sedangkan pada kategori tinggi terdapat pada
lokasi warehouse.
82
Tabel 4.2 Tabel Potensi Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012
No Sub-
lokasi
Tingkat
Potensi
kebakaran
Kategori
Kelas
Kebakaran
Keterangan
1 Kantor
PLTP
Rendah A
B
C
Terdapat material padat seperti kayu
dan kertas
Terdapat lab yang didalamnya
terdapat bahan kimia yang mudah
terbakar seperti aseton dan spriritus
Terdapat sumber tegangan listrik
2 Warehouse Tinggi A
B
C
Terdapat material padat seperti kayu
dan kertas
Menyimpan bahan cair yang muda
terbakar seperti bahan bakar solar
Terdapat sumber tegangan listrik
3 PLTP Sedang A
B
C
Terdapat material padat seperti kayu
dan karet
Terdapat mesin-mesin yang
menggunakan bahan bakar cair
Terdapat berbagai macam sumber
tegangan listrik
Area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang memiliki sarana proteksi kebakaran aktif yang lebih lengkap jika
dibandingkan dengan area lain, sarana proteksi yang ada yaitu APAR, hidran, sprinkler
otomatis, pompa pemadam, penyimpanan air, detektor kebakaran dan alarm kebakaran.
83
4.5 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang
Sarana proteksi kebakaran aktif yang dilihat dalam laporan magang ini adalah
APAR, hidran, sprinkler otomatis, pompa pemadam, penyimpanan air, detektor
kebakaran dan alarm kebakaran. Dalam laporan magang ini digunakan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem
proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan sebagai acuan utama melihat
sarana proteksi kebakaran aktif yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang. Namun digunakan juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No: Per.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat
Pemadam Api Ringan untuk melihat kesesuaian APAR yang ada di PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang.
4.5.1 Gambaran APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
4.5.1.1 Gambaran Media APAR di PT Pertamina Geothermal Energy
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang sudah ditempatkan secara menyebar di area PLTP Kamojang
Unit IV. Untuk jenis media APAR terdapat 2 jenis media APAR, yaitu APAR dengan
media dry powder dan APAR dengan media CO2. Untuk APAR dengan media dry
powder berjumlah 17 buah dan APAR dengan media CO2 berjumlah 16 buah sehingga
jumlah APAR keseluruhan di area PLTP Kamojang Unit IV menjadi 33 buah.
84
85
Menurut permenaker no 04 tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR), APAR dengan media dry
powder digunakan untuk kebakaran kelas A, B dan C dan APAR dengan media CO2
digunakan untuk kebakaran kelas B dan C.
Tabel 4.3 Tingkat Efektifitas Jenis Media APAR dengan Kategori Kelas
Kebakaran Menurut Permenaker No PER/04/1980
No Jenis
Media
Kelas
Kebakaran
Tingkat Efektifitas Keterangan
1 Dry
Powder
A
B
C
D
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Berbahaya
Untuk kelas C, tidak dapat
digunakan untuk instalasi hubungan
listrik
2 CO2 A
B
C
D
Kurang Baik
Dapat dipakai
Sangat baik
Tidak dapat dipakai
Untuk kelas A, tidak dapat
digunakan untuk kayu, arang batu,
karet busa dan plastik busa dan
untuk kelas B baik untuk bahan
bakar cair seperti bensin, cat,
minyak, alkohol dan sebangsanya
APAR dengan media dry powder yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy
Area Kamojang digunakan untuk kategori kelas A, B dan C. Sedangkan APAR dengan
media CO2 digunakan untuk kebakaran kelas C.
86
Tabel 4.4 Kesesuaian Media APAR yang Terpasang dengan Kategori Kelas
Kebakaran
No Sub-lokasi Kategori
Kelas
Kebakaran
Jenis Media
APAR yang cocok
menurut
PER/04/1980
Jenis Media
APAR yang
ada
Kesesuaian
1 Kantor
PLTP
A
B
C
Air dan Dry
Powder
Natrium dan Dry
Powder
CO2, Dry Powder
dan Halon
Dry powder dan
CO2
Sesuai
2 Warehouse A
C
Air dan Dry
Powder
CO2, Dry Powder
dan Halon
Dry powder dan
CO2
Sesuai
3 PLTP A
C
Air dan Dry
Powder
CO2, Dry Powder
dan Halon
Dry powder dan
CO2
Sesuai
4.5.1.2 Gambaran Penempatan dan Kondisi APAR di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang
APAR yang terpasang di area PLTP Kamojang Unit IV sudah diletakkan
ditempat yang mudah terlihat dan mudah dicapai dan diambil. Didapatkan APAR yang
tidak ada tanda pemasangan APARnya, seperti pada APAR no 20 DP 29, 20 DP 25, 20
DP 29, 20 DP 16, 20 DP 29, 20 DP 17, 20 DP 18, 20 DP 19dan 20 DP 20.
87
Semua APAR yang terpasang di area ini berwarna merah, sehingga sangat
mudah terlihat karena warnanya yang mencolok. Hampir semua APAR yaitu 31 buah
menggantung pada dinding, hanya terdapat 3 buah APAR yang posisinya tidak
menggantung yaitu APAR no 20 CO2 1, 20 CO2 dan 20 CO2 7 dan tidak ada satupun
APAR yang diletakkan didalam box. Untuk semua APAR yang menggantung, sudah
semuanya terdapat penguatan sekang pada dinding. Untuk tinggi pemasangan APAR
sendiri, semua APAR ujung tertingginya dipasang tidak melebihi 120 cm yaitu berkisar
antara 97cm – 113cm dan dasar APAR berkisar 55 cm – 42 cm dari permukaan lantai.
PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tidak terdapat tempat-tempat
yang suhunya ekstrim. Sehingga suhu lingkungan sekitar APAR tidak lebih dari 49 ºC
dan tidak turun dari minus 44 ºC. APAR yang sudah terpasang di area PLTP Kamojang
Unit IV, sudah semua APARnya terdapat label pemeriksaan. Terdapat instruksi
pemakaian APAR di beberapa tempat, yaitu 3 buah dikantor PLTP masing-masing 1
buah disetiap lantai, 2 buah di warehouse dan 2 buah di PLTP. Tidak ditemukan juga
APAR yang kondisi tekanan didalamnya kurang serta tidak ditemui APAR yang kondisi
tabungnya sudah berkarat.
88
Tabel 4.5 Kesesuaian Penempatan dan Kondisi APAR di Area PLTP Kamojang
Unit IV dengan Standar Permenaker No. PER/04/1980
No Standar Permenaker No.
PER/04/1980
Kenyataan Di Lapangan Tingkat
Kesesuaian
1 Semua APAR harus
diletakkan ditempat yang
mudah terlihat, mudah
dicapai dan diambil
Semua APAR telah diletakkan
ditempat yang mudah terlihat,
mudah dicapai dan mudah diambil
100%
APAR
sesuai
2 Semua APAR harus
terdapat tanda pemasangan
APAR yang standar
Terdapat APAR yang tidak ada
tanda pemasangan APARnya (20 DP
29, 20 DP 25, 20 DP 29, 20 DP 16,
20 DP 29, 20 DP 17, 20 DP 18, 20
DP 19dan 20 DP 20)
72,7%
APAR
sesuai
3 Warna APAR sebaiknya
berwarna merah
Semua APAR berwarna merah 100%
APAR
sesuai
4 APAR diletakkan
menggantung pada dinding
dengan penguatan sekang
APAR yang menggantung pada
dinding terdapat penguatan sekang
100%
APAR
sesuai
5 APAR yang diletakkan
didalam box, boxnya tidak
terkunci
Tidak ada APAR yang diletakkan
dalam box
–
6 Untuk APAR dry power
dan CO boleh diletakkan
dibawah 120 cm, tetapi
dasar APAR tidak lebih
rendah dari 15cm dari
permukaan lantai
Tinggi teratas APAR yaitu berkisar
antara 97cm – 113cm dan dasarnya
berkisar 55 cm – 42 cm
100%
APAR
sesuai
89
7 Suhu lingkungan sekitar
APAR tidak boleh diatas
49 ºC dan tidak turun dari
minus 44 ºC
Suhu lingkungan sekitar APAR
tidak lebih dari 49 ºC dan tidak turun
dari minus 44 ºC
100%
APAR
sesuai
8 Semua APAR harus
terdapat label pemeriksaan
APAR
Semua APAR terdapat label
pemeriksaan
100%
APAR
sesuai
9 Tabung APAR tidak
berlubang dan atau
berkarat
Tidak dijumpai adanya tabung
APAR yang berkarat
100%
APAR
sesuai
10 Jarum pada gauge APAR
menunjukan bahwa APAR
terisi penuh dan tekanan
cukup
Semua jarum pada gauge APAR
menunjukan bahwa APAR
bertekanan cukup
100%
APAR
sesuai
Gambar 4.7 APAR yang Tidak
Terpasang di Area PLTP Kamojang
Unit IV Tahun 2012
Gambar 4.8 APAR yang Tidak Ada
Tanda Pemasangan di Area PLTP
Kamojang Unit IV Tahun 2012
90
4.5.1.3 Gambaran Pemantauan dan Pemeliharaan APAR di PT Pertamina
Geothermal Energy
Karena APAR merupakan sarana proteksi kebakaran aktif yang harus siap pakai
kapanpun jika diperlukan, oleh karena itu dibutuhkan suatu pemeliharaan dan
pemantauan APAR yang dilakukan secara rutin agar ketika diperlukan APAR benar-
benar dapat digunakan. Untuk pengisian tidak dilakukan secara mandiri oleh PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, namun pengisian media APAR diisi
secara eksternal oleh instansi lain. Ketika inspeksi, jika ditemukan alat perlengkapan
APAR yang cacat atau rusak, segera diperbaiki oleh inspektor APAR yang bertugas.
Standar pemantauan pada peraturan yang berlaku adalah setiap 6 bulan sekali,
namun pemantauan yang dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang adalah sebulan sekali. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan ketika
pemantauan APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang:
Tabel 4.6 Kesesuaian Pemantauan APAR Menurut Standar Permenaker No.
PER/04/1980
No Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 Kenyataan di
lapangan
Kesesuaian
1 Berkurang/tidaknya tekanan dalam tabung Dilakukan Sesuai
2 Rusak/tidaknya pengaman cadridge/tabung
tekanan dan mekanik penembus segel
Dilakukan Sesuai
3 Tersumbat/tidaknya mulut pancar Dilakukan Sesuai
4 Pipa pelepas tidak cacat/rusak Dilakukan Sesuai
5 Gelang tutup kepala dalam keadaan baik Dilakukan Sesuai
91
6 Tabung APAR tidak berlubang/cacat karena
karat
Dilakukan Sesuai
7 APAR dengan media CO2 harus diperiksa
dengan cara menimbang serta mencocokan
beratnya dengan berat yang tertera pada APAR
tersebut dan tidak boleh terdapat kekurangan
lebih dari 10% dengan berat yang tertera di
APAR
Tidak
dilakukan
penimbangan
terhadap APAR
media CO2
Tidak sesuai
8 APAR dengan media dry powder, dry powdernya
harus dalam keadaan tercurah bebas dan tidak
berbulir
Dilakukan Sesuai
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang tidak dilakukan dalam
pemantauan APAR adalah penimbangan terhadap APAR dengan media CO2, sedangkan
hal-hal lainnya sudah dilakukan pada saat pemantauan. Penimbangan dilakukan untuk
melihat indikasi adanya kebocoran pada APAR CO2 tersebut jika didapatkan APAR
yang beratnya kekurangan lebih dari 10% dengan berat yang tertera di APAR
merupakan indikasi adanya kebocoran pada APAR. Karena CO2 merupakan zat yang
bersifat gas, maka APAR dengan media CO2 lebih mungkin untuk terjadinya kebocoran,
ditambah dengan tidak adanya regulator untuk mengetahui tekanan dalam APAR. Selain
itu diperlukannya penimbangan terhadap APAR dengan media CO2 yaitu dikhawatirkan
APAR kurang optimal pada saat akan digunakan.
92
4.5.2 Gambaran Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
4.5.2.1 Gambaran Jenis Hidran di PT Pertamina Geothermal
Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah terpasang
menyebar di semua area PLTP Kamojang Unit IV. Jenis hidran yang terpasang secara
garis besar dibagi menjadi 2 macam yaitu hidran halaman dan hidran gedung.
Gambar 4.9 Hidran Halaman di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012
93
Gambar 4.10 Hidran Gedung di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012
Gambar 4.11 Presentase Jenis Hidran di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun
2012
94
4.5.2.2 Gambaran Penempatan Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy
Penempatan hidran di area PLTP Kamojang Unit IV ini terdapat hidran gedung
dan hidran halaman. Komponen hidran terdiri dari selang kebakaran 1,5 inci, selang
kebakaran 2,5 inci, kopling penyambung dan nozzle. Semua selang kebakaran
panjangnya adalah 30 meter. Semua peralatan hidran berwarna merah dan orange. Kotak
hidran sudah mudah dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh benda lain. Pipa
pemancar (nozzle) yang ada di area ini seluruhnya belum terpasang pada selang
kebakaran.
Tabel 4.7 Kesesuaian Penempatan Hidran Area PLTP Kamojang Unit IV dengan
Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008
No Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
Kenyataan Di Lapangan Tingkat
Kesesuaian
1 Komponen hidran terdiri dari
selang kebakaran, kopling
penyambung dan perlengkapan
lainnya
Komponen hidran terdiri
dari sumber persediaan air,
pompa kebakaran, selang
kebakaran, nozzle
100% hidran
sesuai
2 Selang kebakaran dengan diameter
kurang dari 1,5 inci harus terbuat
dari tahan yang tahan panas dan
panjang maksimum selang harus
30m
Semua selang kebakaran
diameternya 1,5 inci dan
2,5 inci dan panjang selang
masing-masing 30m
100% hidran
sesuai
3 Semua peralatan hidran kebakaran
sebaiknya berwarna warna merah
Semua peralatan hidran
berwarna merah
100% hidran
sesuai
4 Kotak hidran harus mudah dibuka,
dilihat, dijangkau dan tidak
Kotak hidran mudah
dibuka, dilihat, dijangkau
100% hidran
sesuai
95
terhalang oleh benda lain dan tidak terhalang oleh
benda lain
5 Pipa pemancar (nozzle) harus
sudah terpasang pada selang
kebakaran
Pipa pemancar belum
terpasang pada selang
kebakaran
0% hidran
sesuai
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa komponen hidran, warna peralatan
hidran dan selang kebakaran sudah sesuai dengan standar yang ada. Namun pipa
pemancar (nozzle) masih belum terpasang pada selang kebakaran, hal ini memerlukan
waktu yang lebih jika terjadinya kebakaran sedangkan jika pipa pemancar (nozzle)
sudah terpasang pada selang hidran dapat digunakan lebih cepat dan tidak memerlukan
waktu lagi untuk memasang pipa pemancar (nozzle).
4.5.2.3 Gambaran Inspeksi Pemeliharaan dan Pengujian Hidran
Inspeksi hidran dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy ada yang 1
bulan sekali, ada juga yang setahun sekali. Untuk inspeksi 1 bulanan, yang diinspeksi
adalah pemipaan dan fiting, katup selang hidran, sambungan pemadam, pillar hidran,
kotak hidran. Sedangkan pengujian aliran dilakukan setahun sekali.
Tabel 4.8 Kesesuaian Pemeliharaan Hidran dengan Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
No Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian
1 Katup selang hidran harus
diinspeksi setiap tiga bulan
Katup selang hidran
diinspeksi setiap 1 bulan
Sesuai
96
2 Sambungan pemadam harus
diinspeksi setiap tiga bulan
Sambungan pemadam
diinspeksi setiap 1 bulan
Sesuai
3 Hidran luar gedung/pillar hidran
harus diinspeksi setiap tahun dan
setelah operasi
Hidran luar gedung
diinspeksi setiap 1 bulan dan
setelah operasi
Sesuai
4 Kotak selang hidran luar harus
diinspeksi setiap tiga bulan
Kotak selang hidran luar
diinspeksi setiap 1 bulan
Sesuai
5 Hidran luar harus diuji coba
setiap tahun dengan cara dibuka
penuh sampai semua kotoran dan
benda asing terbuang selama
kurang lebih satu menit
Hidran luar diuji coba setiap
1 tahun
Sesuai
6 Setelah pemakaian semua selang
harus dibersihkan, dibuang
airnya dan dikeringkan
seluruhnya sebelum dipasang
kembali
Setelah pemakaian semua
selang dibersihkan, dibuang
airnya dan dikeringkan
seluruhnya sebelum dipasang
kembali
Sesuai
7 Hidran luar gedung atau pillar
hidran harus diberi pelumas
setiap tahun
Hidran luar gedung atau
pillar hidran diberi pelumas
Sesuai
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh gambaran inspeksi dan pengujian
hidran sudah sesuai dengan standar yang ada.
4.5.3 Gambaran Sprinkler Otomatis di PT Pertamina Geothermal Energy
Sprinkler sudah terpasang di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang. Sprinkler yang ada di PLTP Unit IV tidak terdapat
pada semua area PLTP, hanya terdapat pada sekeliling mesin mesin yang berpotensi
97
tinggi untuk timbulnya kebakaran. Seluruh pipa-pipa yang menghubungkan sumber air
dengan kepala sprinkler mempunyai warna tersendiri yaitu berwarna merah. Terdapat
pipa pipa lain yang berwarna beda dengan fungsi yang berbeda juga.
Gambar 4.12 Sprinkler di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012
Sprinkler yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang telah
terdapat koordinator kerusakan jika sprinkler didapatkan telah rusak atau telah
digunakan. Dan sprinkler juga diberi label di kepala sprinkler jika didapati ada sprinkler
yang rusak atau sistem dihentikan untuk sementara. Sprinkler yang dipasang sebenarnya
sudah dirancang untuk memadamkan api, namun tetap dirancang untuk setidak-tidaknya
dapat mempertahankan api agar tidak terus membesar, dan air dapat terus menyemprot
sampai kira-kira 6 jam. Batas jarak maksimum antar sprinkler ada sedikit perbedaan
dibeberapa titik. Hal ini disebabkan kemungkinan terjadinya kebakaran tiap mesin
berbeda, sehingga jarakpun ada sedikit perbedaan yaitu sekitar 2-3 meter. Semua
sprinkler didesain sedemikian rupa agar dapat bekerja secara otomatis, namun jika
didapatkan sprinkler gagal bekerja pemberitahuan akan tetap tercatat di control room
98
sehingga dapat dilakukan tindak lanjutnya secara manual. Seluruh saluran pipa sprinkler
berwarna merah, hal ini ditujukan untuk mempermudah perbaikan jika terdapat
kebocoran pipa atau masalah teknis lainnya. Semua kepala sprinkler yang ada telah
ditempatkan pada daerah yang kemungkinan untuk mendapat kerusakan mekanisnya
sangat kecil.
Tabel 4.9 Kesesuaian Sprinkler dengan Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
No Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian
1 Pemilik/pengelola gedung harus
menugaskan seorang koordinator
kerusakan
Terdapat koordinator
kerusakan
Sesuai
2 Sebuah label harus dipasangkan untuk
menunjukkan bahwa suatu sistem,
atau bagian dari sistem, telah
dihentikan pengoperasiannya/di non
aktifkan
Jika sprinkler tidak dapat
digunakan/dihentikan
sementara dipasang label
Sesuai
3 Harus dirancang sedemikian rupa agar
minimal dapat mempertahankan agar
api tidak berkembang selama 30
menit
Dirancang minimal dapat
mempertahankan agar api
tidak berkembang, dapat
terus menyemprot selama
6 jam
Sesuai
4 Batas jarak maksimum antar kepala
sprinkler harus di sesuaikan
Jarak antar kepala
sprinkler ±2-3 meter
Sesuai
5 Sprinkler harus bekerja secara
otomatis
Sprinkler bekerja secara
otomatis
Sesuai
6 Kepala springkler tidak ditempatkan Kepala springkler tidak Sesuai
99
di tempat yang mungkin mendapat
kerusakan mekanis
ditempatkan di tempat
yang mungkin mendapat
kerusakan mekanis
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh sprinkler di PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang yang telah terpasang sudah sesuai dengan standar
yang ada. Namun memang sprinkler yang ada hanya terdapat di area area tertentu saja
atau tidak terdapat disemua sub-lokasi. Sedangkan jika sprinkler terdapat juga pada area
area lain, kebakaran dapat dipadamkan dengan lebih cepat tanpa harus menunggu
petugas kebakaran datang ke lokasi kebakaran atau setidak-tidaknya api dapat
dipertahankan sebelum api menjalar ke tempat-tempat lain sambil menunggu petugas
kebakaran datang ke lokasi kebakaran.
4.5.4 Gambaran Pompa Pemadam di PT Pertamina Geothermal Energy
Pompa Pemadam di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu pompa pemadam yang bersifat tetap dan pompa pemadam yang
bersifat portable.
100
Gambar 4.13 Pompa Pemadam Bersifat Tetap di Area PLTP Unit IV Tahun 2012
Gambar 4.14 Pompa Pemadam Portabel di Area PLTP Unit IV Tahun 2012
Pompa pemadam yang bersifat tetap sudah ditempatkan ditempat yang terpisah
dari kegiatan pekerja, pompa ini berjalan secara otomatis dan alat kontrolnya ditutup dan
dikunci sehingga tidak sembarang orang dapat merubah settingannya. Tempat untuk
menempatkan pompa pemadam ini tidak ditempatkan pada ruangan khusus, sehingga
pencahayaan dan ventilasi di area pompa pemadam ini sudah pasti tercukupi. Area
pompa pemadam ini tidak dibuat landai/miring dan juga tidak ada pengering lantai,
namun pompa diletakkan agak sedikit tinggi untuk menjauhi dari kemungkinan terkena
air dan saluran air disekitar pompa pemadam sudah disediakan.
101
Tabel 4.10 Kesesuaian Pompa Pemadam dengan Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
No Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
Kenyataan di Lapangan Kesesuaian
1 Pompa kebakaran, penggerak dan
alat kontrolnya harus diproteksi
terhadap kemungkinan gangguan
Pompa pemadam sudah
terpisah dari kegiatan pekerja,
bekerja otomatis dan alat
kontrolnya dikunci
Sesuai
2 Pencahayaan buatan harus
disediakan dalam ruangan pompa
Pencahayaan buatan
disediakan
Sesuai
3 Pencahayaan darurat harus
disediakan
Pencahayaan darurat
disediakan
Sesuai
4 Ventilasi ruangan pompa harus
sesuai ketentuan
Ventilasi ruangan pompa
sudah sesuai karena tidak
diletakkan pada ruang khusus
Sesuai
5 Lantai harus dibuat landai/miring
untuk pengeringan yang cukup
menghilangkan air menjauhi
peralatan yang kritis seperti pompa,
penggerak, alat kontrol dsb.
Lantai tidak di sekitar pompa
pemadam tidak dibuat
landai/miring
Tidak sesuai
6 Ruangan pompa harus disediakan
dengan pengering lantai yang
menyalurkan air ke lokasi luar
Tidak ada pengering lantai,
namun sudah ada saluran air
yg menyalurkan keluar
Tidak sesuai
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada hal-hal yang belum sesuai
terkait pompa pemadam seperti lantai tidak dibuat landai/miring dan tidak terdapat
pengering lantai. Lantai yang dibuat landai ini tujuannya agar jika terdapat air, air
102
tersebut dapat langsung mengalir ke saluran air. Lantai yang dibuat landai juga berguna
jika terdapat tumpahan saat pengisian bahan bakar pompa, maka cukup dialirkan dengan
cairan lain seperti air sabun ke saluran air.
4.5.5 Gambaran Penyediaan Air di PT Pertamina Geothermal Energy
Penyediaan air di PT Pertamina Geothemal Energy terdapat 1 tempat
penyimpanan air yang dapat digunakan setiap saat. Satu tempat penyediaan air telah
disediakan untuk kebutuhan saat kebakaran dan untuk keperluan sehar-hari di Area
PLTP Kamojang Unit IV.
Penyediaan air ini dapat bekerja secara otomatis yang telah diatur secara
otomatis. Untuk volume air di Area PLTP Kamojang Unit IV terdapat 2 tempat yaitu
1.000.000.000 liter dan 800.000 liter, sehingga jika dijumlahkan menjadi 1.800.000 liter
air yang siap untuk digunakan, namun tempat penyimpanan air itu tidak hanya
digunakan untuk keperluan saat terjadi kebakaran, tetapi digunakan juga untuk
keperluan sehari-hari.
Air yang ada di tempat penyimpanan air juga tidak mengandung serat dan bahan
yang dapat mengganggu. Walaupun penyimpanan air di area kantor utama dan area
gudang diambil dari danau Cikaro, tetapi air tersebut juga sudah di filter terlebih dahulu,
sehingga tidak ada serat atau bahan lain yang dapat mengganggu.
Air yang ada di tempat penyimpanan airpun bukan air asin, karena memang
penggunaan air asin tersebut sifatnya korosif sehingga kurang baik jika terkena alat-alat
yang penting dan mahal. Secara geografis PT Pertamina Geothermal Area Kamojang ini
103
terletak di daratan tinggi sehingga sulit jika menggunakan air asin, dan yang sudah
dijelaskan sebelumnya air sebagian besar diambil dari danau Cikaro yang tentunya tidak
bersifat asin.
Gambar 4.11 Tempat Penyediaan Air di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun
2012
Tabel 4.25 Kesesuaian Penyediaan Air dengan Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
No Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian
1 Sekurang-kurangnya terdapat jenis
sistem penyediaan air
Terdapat 1 buah sistem
penyediaan air
Sesuai
2 Sistem penyediaan air bekerja
secara otomatis
Sistem penyediaan air
bekerja secara otomatis
Sesuai
3 Sistem penyediaan air dapat
diandalkan tiap saat
Sistem penyediaan air dapat
diandalkan tiap saat
Sesuai
104
4 Air yang digunakan tidak boleh
mengandung serat atau bahan lain
yang dapat mengganggu
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau
bahan lain yang dapat
mengganggu
Sesuai
5 Pemakaian air asin tidak diijinkan Tidak menggunakan air asin Sesuai
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tempat penyimpanan air yang ada di PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah sesuai dengan standar yang ada.
4.5.6 Gambaran Detektor Kebakaran di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang
Detektor yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang PLTP
Unit IV ada 2 jenis, yaitu detektor asap dan detektor panas. Dipasang 2 macam detektor
bertujuan agar jika salah satu (asap atau panas) saja terdeteksi, maka akan dapat
memberikan pemberitahuan dengan cepat.
Detektor asap yang di pasang di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang berjenis foto electric. Untuk kondisi stand-by atau normal lampu smoke
detektor ini akan menyala berwarna merah berkedip-kedip, namun untuk kondisi
detektor yang mendeteksi adanya asap, maka detektor akan menyala berwarna merah
terus-menerus. Untuk detektor panas yang di pasang di PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang, di setting untuk mendeteksi panas dengan temperatur 57 ºC.
105
Gambar 4.16 Detektor Asap di Area
PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012
Gambar 4.17 Detektor Panas di Area
PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012
Detektor yang di area PLTP Kamojang Unit IV tidak dipasang masuk ke dalam
langit-langit. Detektor sudah terpasang di seluruh area PLTP Kamojang Unit IV PT
Pertamina Geothermal Energy mulai dari kantor PLTP, warehouse dan PLTP Unit IV.
Detektor kebakaran tidak diletakkan ditempat yang dapat melarutkan asap sebelum
mencapai detektor seperti diletakkan dekat kipas angin, jendela, AC atau yang lainnya.
Detektor tidak dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 m dari AC. Sumber tenaga listrik
yang dipasang untuk sistem deteksi kebakaran yaitu 15 – 32 Volt. Panel kontrol sudah
dapat menunjukan asal lokasi kebakaran dengan menunjukkan zona-zona yang sudah
diklasifikasikan terlebih dahulu.
106
Tabel 4.12 Kesesuaian Detektor Area Gedung Utama dengan Standar Permen PU
No. 26/PRT/MEN/2008
No Standar Permen PU No.
26/PRT/MEN/2008
Kenyataan di Lapangan Tingkat
Kesesuaian
1 Detektor tidak boleh dipasang
dengan cara masuk ke dalam
permukaan langit-langit
Detektor dipasang tidak
masuk kedalam permukaan
langit-langit
Sesuai
2 Detektor harus dipasang pada
seluruh daerah bila disyaratkan
oleh standar yang berlaku atau oleh
instansi yang berwenang.
Detektor sudah terpasang
menyebar disemua area
Sesuai
3 Detektor harus tidak diletakkan
dimana udara dari suplai diffuser
dapat melarutkan asap sebelum
mencapai detektor.
Detektor tidak diletakkan
ditempat yang dapat
melarutkan asap sebelum
mencapai detektor
Sesuai
4 Sumber tenaga listrik sistem
deteksi tidak kurang dari 6 volt
Sumber tenaga listrik sistem
deteksi 15 – 32Volt
Sesuai
5 Panel kontrol harus bisa
menunjukan asal lokasi kebakaran
Panel kontrol dapat
menunjukan asal lokasi
kebakaran
Sesuai
6 Untuk setiap ruangan dengan luas
92 m² dengan tinggi langit-langit 3
m, harus dipasang 1 buah alat
detektor
Detektor sudah terpasang
menyebar disemua area
Sesuai
7 Detektor tidak boleh dipasang
dalam jarak kurang dari 1,5 m dari
AC
Detektor tidak dipasang
dalam jarak kurang dari 1,5m
dari AC
Sesuai
107
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua detektor kebakaran yang sudah
dipasang di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang sudah sesuai dengan standar yang ada.
4.5.7 Gambaran Alarm Kebakaran di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang
Alarm di PT Pertamina Geothermal Energy terbagi menjadi 2 macam, yaitu
alarm yang bersifat manual dan alarm yang bersifat otomatis. Alarm manual digunakan
ketika alarm otomatis gagal berfungsi. Alarm otomatis merupakan alarm yang secara
otomatis berbunyi jika detektor kebakaran mendeteksi adanya kebakaran.
Gambar 4.18 Alarm Kebakaran
Manual di Area PLTP Kamojang
Unit IV Tahun 2012
Gambar 4.19 Bell Alarm
Kebakaran di Area PLTP Kamojang
Unit IV Tahun 2012
108
Sistem alarm kebakaran yang ada sudah memiliki program pemeliharaan dan
pengujian. Riwayat catatan, pengujian tersebut telah didokumentasikan dan telah
disimpan. Setiap kotak titik panggil manual pada sistem dapat dicapai, tidak terhalang
dan tampak jelas. Notifikasi penghuni sudah disediakan untuk menyiagakan penghuni
terhadap suatu kejadian kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Alarm di panel
annunciator pada pusat pengendalian kebakaran sudah dengan cara indikator suara dan
visual. Alarm untuk keadaan darurat sudah mempunyai notifikasi khusus yag berbeda.
Alarm manual berwarna merah, ditempatkan pada lintasan jalur keluar dan ditempatkan
pada tempat yang tidak mudah terkena gangguan. Tingkat kekerasan suara pada alarm
adalah 92 desibel pada sumber bunyinya.
Tabel 4.13 Kesesuaian Alarm Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV dengan
Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008
No Standar Permen PU No.
26/PRT/M/2008
Kenyataan di Lapangan Kesesua
ian
1 Sistem alarm kebakaran harus
mempunyai sebuah program
pemeliharaan dan pengujian
Sistem alarm kebakaran
mempunyai sebuah program
pemeliharaan dan pengujian
Sesuai
2 Riwayat catatan pemeliharaan,
pengujian dan dokumentasi harus
disimpan
Riwayat catatan, pengujian
dan dokumentasi telah
disimpan
Sesuai
3 Untuk sistem alarm kebakaran yang
menggunakan deteksi otomatik
kebakaran atau alat deteksi aliran air,
sekurang-kurangnya satu kotak titik
panggil manual harus disediakan untuk
inisiasi sinyal alarm kebakaran.
Terdapat titik panggil alarm
manual pada jalur evakuasi
Sesuai
109
4 Setiap kotak titik panggil manual pada
sistem harus dapat dicapai, tidak
terhalang dan tampak jelas.
Setiap kotak titik panggil
manual pada sistem dapat
dicapai, tidak terhalang dan
tampak jelas.
Sesuai
5 Notifikasi penghuni harus disediakan
untuk menyiagakan penghuni terhadap
suatu kejadian kebakaran atau keadaan
darurat lainnya
Notifikasi penghuni sudah
disediakan
Sesuai
6 Alarm di Panel annunciator pada pusat
pengendalian kebakaran harus dengan
cara indikator suara dan visual
Alarm di Panel annunciator
pada pusat pengendalian
kebakaran dengan cara
indikator suara dan visual
Sesuai
7 Alarm harus mempunyai notifikasi
khusus yang berbeda
Alarm mempunyai notifikasi
khusus yag berbeda
Sesuai
8 Alarm manual berwarna merah Alarm manual berwarna
merah
Sesuai
9 Alarm manual ditempatkan pada
lintasan jalur keluar
Alarm manual ditempatkan
pada lintasan jalur keluar
Sesuai
10 Lokasi penempatan alarm manual
tidak boleh terkena gangguan
Lokasi penempatan alarm
manual ditempatkan pada
tempat yang tidak mudah
terkena gangguan
Sesuai
11 Kekerasan suara minimal 65 dB Kekerasan suara alarm 92
dBA
Sesuai
12 Adanya pemeliharaan terhadap alarm Ada pemeliharaan terhadap
alarm
Sesuai
110
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh sistem alarm kebakaran yang telah
dipasang di area PLTP Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah
sesuai dengan standar yang ada.
111
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
a. PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang pengolahan energi panas bumi yang diubah menjadi
energi listrik. Untuk pembangkitan PLTP unit I, II, dan III mengalirkan uap
sebesar 1100 ton/jam dan mampu menghasilkan listrik berkapasitas 140 MW,
sedangkan unit IV 430 ton/jam yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas
60 MW.
b. Karyawan K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang berjumlah
11 orang. Program yang dijalankan secara umum terbagi menjadi program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program pelatihan internal pekerja,
program terkait lindungan lingkungan dan audit perusahaan.
c. Hasil yang didapatkan dalam laporan magang ini di area PLTP Kamojang Unit
IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah sebagai berikut:
1) Jenis media APAR yang terdapat di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang adalah dry powder dan CO2. Masih ada hal-
hal terkait APAR yang masih harus diperhatikan seperti 27,3% APAR belum
memiliki tanda pemasangan APAR, dan APAR jenis CO2 tidak ditimbang saat
pemantauan APAR.
112
2) Jenis hidran yang terpasang secara garis besar dibagi menjadi 2 macam yaitu
hidran halaman dan hidran gedung. Ada hal yang masih belum sesuai dengan
standar terkait hidran seperti 100% pipa pemancar (nozzle) masih belum
terpasang pada selang kebakaran.
3) Seluruh sprinkler yang telah terpasang sudah sesuai dengan standar yang ada,
dan terpasang pada mesin-mesin yang beresiko tinggi untuk terbakar di area
PLTP Kamojang Unit IV.
4) Pompa Pemadam di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang terbagi menjadi 2, yaitu pompa pemadam yang bersifat
tetap dan pompa pemadam yang bersifat portable. Masih ada hal-hal yang masih
harus diperhatikan terkait pompa pemadam seperti lantai tidak dibuat landai dan
tidak adanya pengering lantai.
5) Tempat penyimpanan air yang ada di area PLTP Kamojang Unit IV PT
Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah sesuai dengan standar yang
berlaku.
6) Detektor yang ada di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geotehrmal
Energy Area Kamojang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu detektor asap dan detektor
panas. Seluruh detektor kebakaran yang sudah dipasang sudah sesuai dengan
standar yang ada.
7) Alarm di area PLTP kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy terbagi
menjadi 2 macam, yaitu alarm yang bersifat manual dan alarm yang bersifat
113
otomatis. Seluruh sistem alarm kebakaran yang telah dipasang sudah sesuai
dengan standar yang ada.
5.2. Saran
Setelah mahasiswa melakukan kegiatan magang tersebut, maka saran untuk
perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Semua APAR diberi tanda pemasangan, APAR yang baru digunakan dengan
segera diganti dengan APAR yang dapat digunakan dan APAR dengan jenis
CO2 dilakukan penimbangan saat pemantauan APAR.
b. Dipasangnya pipa pemancar (nozzle) pada selang kebakaran.
c. Lantai pada pompa pemadam dibuat landai dan disediakannya pengering lantai.
114
Daftar Pustaka
Anonim. “Profil Pertamina”.
http://www.pertamina.com/index.php/home/read/company_profile (akses 17
Nov 2011).
Anonim. “Sejarah Bisnis”.
http://www.pge.indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&
id=3&Itemid=2 (akses 25 des 2011)
Anonim. “Ledakan di Pabrik Rambut Palsu Tewaskan Seorang Pekerja”.
http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/01/14/78524/Ledakan-di-
Pabrik-Rambut-Palsu-Tewaskan-Seorang-Pekerja/6 (akses 14 Feb 2012)
Anonim. ”Tangki Air” http://www.purewatercare.com/tangki_air.php (akses 22 mar
2012)
Anonim. “Keunggulan Tangki Polyetilen” http://pionirmandirijaya.com/keunggulan-
tangki--tandon-air-polyethylene.html (akses 22 mar 2012)
Anonim. “Kenali Segitiga Api”. http://www.safetysign.co.id/image-product/img2110-
1287553023.gif (akses 15 Jan 2012)
Anonim. “Bahaya Kebakaran”. http://www.artikelk3.com/bahaya-kebakaran.html (akses
15 jan 2012)
Danial. “Sistem Sprinkler Otomatis”. 2010 (last updated Feb 2011).
http://www.trenkonstruksi.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=91:sistem-pengolahan-air-laut-dengan-membran-osmosis-
balik&catid=43:material-dan-alat&Itemid=57 (akses 22 mar 2012)
Elsi, Elsa. ”Evaluasi Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Gedung B
Lantai V Rumah Sakit X dengan Berpedoman kepada SNI 03-3987-1995”.
Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2003.
115
Estria, Cintha. “Evaluasi Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kapal Penumpang KM.
Lambelu PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT PELNI) Tahun 2008”. Skripsi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2008.
Iriawan, Edi. “Gudang Farmasi Ludes Terbakar Kerugian Ditaksir Mencapai 10 Milyar”.
http://www.indosiar.com/fokus/gudang-farmasi-ludes-terbakar-kerugian-10-
miliar_76237.html (akses 14 jan 2012)
Iskandar, Redion. ”Evaluasi Alat Proteksi Kebakaran Aktif dan Gambaran Pengetahuan
Pekerja Mengenai Penggunaan Alat Proteksi Kebakaran Aktif di Gedung Wet
Paint Production PT International Paint Indonesia Tahun 2008”. Skripsi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2008.
Kusuma, Yuriadi. Sistem Mekanikal Gedung. Modul 8. Bandung: Pusat Pengembangan
Bahan Ajar, 2005.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI no. KEP.186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 Tentang Ketentuan
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Laporan Investigasi Kebakaran PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
Modul HSE Pertamina No 11 Aspek Kebakaran
National Fire Protection Association No NFPA 10 Tentang Standard for Portable Fire
Extinguishers Edisi 1998.
Modul pelatihan fire alarm system 15 Feb 2012
”Pabrik Petasan Meledak, 1 Orang Tewas”, Koran Sindo, 16 des 2011
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Khusus Ibu Kota Jakarta
116
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2008
Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No : Per.04/Men/1980 tentang
Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 02/Men/1983 tentang
instalasi kebakaran otomatik
Prawira, Windy Noermala. “Evaluasi dan Analisis Konsekuensi Alat Pemadam Api
Ringan di Gedung A FKM UI Tahun 2009 dengan Metode Event Tree
Analysis”. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok, 2009.
Ramli, Soehatman. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management).
Jakarta: Dian Rakyat, 2010
Rifai, Muhammad. ”Kronologi Kebakaran Kilang Pertamina di Cilacap”.
http://news.okezone.com/read/2011/04/02/340/441726/kronologi-kebakaran-
kilang-pertamina-di-cilacap (akses 14 jan 2012)
Santoso, Sujito. “Pabrik Balon di Semanan Untuk Kedua Kalinya Terbakar”.
http://www.indosiar.com/fokus/pabrik-balon-di-semanan-untuk-kedua-kalinya-
terbakar_77710.html (akses 14 jan 2012)
Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-3987-1995 Tahun 1995 Tentang Tata cara
perencanaan, pemasangan pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
Syamsuri, Mas’ud. “Gudang Limbah Terbesar Ludes Dilalap Api”.
http://www.indosiar.com/fokus/gudang-limbah-terbesar-ludes-dilalap-
api_75892.html (akses 14 jan 2012).
Lampiran Dokumentasi
Inspeksi APAR
Lomba Fire Fighting
Lomba Breathing Apparatus
Grand Safety Meeting
Pelatihan Fire Alarm System
Safety Meeting K3LL
Safety Meeting Power Plant
Mengganti Shock Wind yang Rusak
Uji Tegak Sumur
Donor Darah
Safety Briefing Sebelum Bleeding
Senam Jum’at
LAPORAN KEBAKARAN
DI WARUNG KUPAT TAHU IBU EPON
Rabu, 29 Juni 2011
a. Masalah
Terjadi kebakaran di Warung Kupat Tahu milik Ibu Epon. Lokasi dekat dengan Workshop.
b. Kondisi Sebelum
Kondisi Warung : Baik
Kondisi Cuaca : Hujan
c. Kronologis
Tanggal 29 Juni 2011
Jam Petugas Keterangan Photo
20.15 WIB Petugas HSE Shift
malam
Bapak T. Andani
Ibu Epon pemilik warung sedang
memasak kupat tahu di tungku
Selagi memasak, Ibu Epon pergi
membeli nasi pincuk di warung
pojok dan meninggalkan tungku
dalam keadaan menyala
Tungku yang ditinggalkan tersebut
menyebabkan terjadinya kebakaran
20.18 WIB Petugas HSE Shift
malam
Bapak T. Andani
Pak Mulyadi (Security) melapor
kepada Pak Dani (HSE) bahwa telah
terjadi kebakaran di warung Ibu
Epon
20.19 WIB Petugas HSE Shift
malam
Bapak T. Andani
Pak Dani dibantu oleh Linmas dan
security mengambil APAR dry
powder sebanyak 8 tabung
Mereka mengambil APAR karena
pompa mobil pemadam sedang
rusak sehingga tidak bisa dipakai
20.20 WIB Petugas HSE Shift
malam
Bapak T. Andani
Proses pemadaman api
menggunakan APAR
Pak Dani Mengontak control room
Operasi Produksi untuk meminta
kiriman air untuk hydrant dari Cikaro
20.40 WIB Petugas HSE Shift
malam
Bapak T. Andani
Memadamkan api menggunakan
hydrant
Tetapi tekanan hydrant nya kecil
karena sumber airnya cukup jauh
dan harus berbagi dengan sumur
injeksi
20.59 WIB Petugas HSE Shift
malam
Bapak T. Andani
Api sudah padam
d. Penyebab Permasalahan :
Kebakaran disebabkan oleh tungku yang digunakan untuk memasak kupat tahu di warung Ibu Epon,
dimana di dekat tungku terdapat kompor minyak.
e. Akibat Kebakaran :
Warung, masakan dan peralatan masak di warung Ibu Epon habis terbakar
Sebagian atap warung Pak Dulman juga ikut terbakar (api merembet ke bagian warung yang
sebagian besar terbuat dari kayu, bambu dan asbes).
Booster televisi di warung Pak Dulman rusak
Pemilik warung (Mertua dan anak P Dulman) merasa syok
Total Kerugian diperkirakan mencapai ± 12 juta rupiah (Ibu Epon Rp 10 jt, P Dulman Rp 2 Juta)
f. Saran
1. Pencegahan :
Sosialisasi mengenai bahaya kebakaran kepada masayarkat sekitar perusahaan, khususnya
masyarakat yang melakukan aktivitas yang berpotensi menimbulkan kebakaran seperti pemilik
warung, agar mereka selalu berperilaku aman saat beraktivitas.
2. Penanggulangan :
a. APAR dipergunakan Untuk memadamkan kebakaran dengan api yang masih kecil (tingkat
permulaan). Sehingga untuk api besar seharusnya jangan memadamkan menggunakan APAR
b. Alat Pemadam Kebakaran seharusnya selalu dalam kondisi siap, terutama untuk menghadapi
kondisi emergency. Sehingga Perbaikan kerusakan pompa mobil pemadam kebakaran harus
dikerjakan secepatnya
c. Tekanan hydrant yang digunakan harus cukup. Sumber air nya bisa dari sumber lain yang lebih
dekat agar lebih cepat dan tidak berebut dengan sumur injeksi
Disiapkan
Tanda Tangan : ................Nama : Ewon Sonjaya (Staff HSE) Tanggal : ….. Juni 2011
Diperiksa
Tanda Tangan : ................Nama : Widodo Suwanto (Pws Ut HSE) Tanggal : ….. Juni 2011
Disetujui
Tanda Tangan : ................Nama : Fahmi HD (Man. HSE PT.PGE Area KMJ) Tanggal : ….. Juni 2011
LAMPIRAN FOTO
KEBAKARAN WARUNG KUPAT TAHU IBU EPON
Rabu, 29 Juni 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Review Kebijakan K3LL
2 Safety Meeting GS GS GS GS
3 Safety Walk & Talk (SWAT)
4 Observasi & Intervensi
5 Safety Talk
6 Bulan K3
7 Peralatan Keselamatan (Check APD)
8 Pengawasan K3LL Pemboran*
9 Emergency Response
10 Good House Keeping
11 Review Safety Sign
12 Fire Alarm Test
14 P3K
15 Teknik Pemakaian APAR
16 Breathing Apparatus
17 Safety Driving
18 Pengelolaan Lingkungan
19 Pemantauan Lingkungan
16.1. Kualitas Air
16.2. Kualitas Udara
INTERNAL TRAINING
NO MATERI/KEGIATAN
Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Komite
K3LL13
LINDUNGAN LINGKUNGAN
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
KET
PROGRAM K3LL
AREA GEOTHERMAL ENERGY KAMOJANG
TAHUN 2012
JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBERMEI JUNIJANUARI FEBRUARI MARET APRIL
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4NO MATERI/KEGIATAN KET
JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBERMEI JUNIJANUARI FEBRUARI MARET APRIL
20 Audit Pengelolaan Sampah Domestik
21 Program Revegetasi
22 Kampanye Lingkungan
19.1. Hari Air
19.2. Hari Bumi
19.3. Hari Lingkungan sedunia
23 Internal Audit SMP (ISO & OHSAS)
24 External Audit (Resertifikasi)
Keterangan :
* Disesuaikan dengan pelaksanaan pemboran
Kamojang, Januari 2011
Mengetahui : Disetujui oleh Dibuat oleh :
General Manager Manajer K3LL Pws. Ut. HSE,
Tavip Dwikorianto Fahmi H. Dereinda Widodo Suwanto
AUDIT