abu zar - magang full

139
GAMBARAN SARANA PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF DI PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG TAHUN 2012 LAPORAN MAGANG OLEH: ABU ZAR NIM : 108101000006 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433H 2012M

Upload: abhoe-zar

Post on 11-Aug-2015

574 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: Abu Zar - Magang Full

GAMBARAN SARANA PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF

DI PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG

TAHUN 2012

LAPORAN MAGANG

OLEH:

ABU ZAR

NIM : 108101000006

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433H

2012M

Page 2: Abu Zar - Magang Full

i

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Magang, Februari 2012

Abu Zar, NIM : 108101000006

Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif Di PT Pertamina Geothermal Energy

Area Kamojang Tahun 2012

xii + 116 halaman, 13 tabel, 19 gambar, 11 lampiran

ABSTRAK

Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh semua orang,

karena setiap kebakaran dapat menimbulkan banyak kerugian mulai dari fisik, material,

bahkan sampai dapat menyebabkan kematian. Berbagai upaya pencegahan terhadap

kebakaran ditempat kerja sangatlah penting untuk dilakukan. Salah satu upaya

pencegahan terhadap terjadinya kebakaran yaitu dengan penyediaan sarana proteksi

kebakaran aktif.

Semua industri memiliki risiko kebakaran, termasuk PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang merupakan salah satu perusahaan Pertamina yang mengolah

panas bumi menjadi energi listrik. Oleh karena itu mahasiswa tertarik untuk mengambil

tema gambaran sarana proteksi kebakaran aktif di PT Pertamina Geothermal Energy

Area Kamojang tahun 2012

Dari hasil kegiatan magang ini didapatkan seluruh sprinkler, alarm kebakaran

detektor kebakaran dan tempat penyimpanan air yang telah terpasang sudah sesuai

dengan standar yang ada. Namun APAR 27,3% APAR tdak terdapat tanda pemasangan

dan APAR denagn media CO2 tidak ditimbang saat pemantauan. 100% nozzle hidran

belum terpasang pada selang. Dan lantai pompa pemadam tidak dibuat landai serta tidak

adanya pengering lantai.

Masukan untuk perusahaan yaitu dipasangnya tanda pemasangan APAR pada

27,3% APAR yang tidak ada tanda pemasangannya, APAR yang baru digunakan dengan

segera diganti dengan APAR yang dapat digunakan, APAR dengan jenis CO2 dilakukan

penimbangan saat pemantauan APAR, dipasangnya pipa pemancar (nozzle) pada selang

kebakaran, lantai pada pompa pemadam dibuat landai dan disediakannya pengering

lantai.

Daftar Bacaan : 18 (1980-2011)

Page 3: Abu Zar - Magang Full
Page 4: Abu Zar - Magang Full
Page 5: Abu Zar - Magang Full

iv

Identitas Peserta Magang

Data Pribadi

Nama : Abu Zar

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Maret 1990

Alamat : Jalan Bangka 2 no 100 RT 17/03

Kelurahan : Pela Mampang

Kecamatan : Mampang Prapatan

Jakarta Selatan. DKI Jakarta

Kode Pos : 12720

Jenis Kelamin : Laki-laki

Telepon (rumah) : 021-7199464

Handphone : 081286528585

Golongan Darah : O

Agama : Islam

E-mail : [email protected]; [email protected]

Riwayat Pendidikan

1994-1996 TQ Al-Hikmah, Jakarta

1996-2002 MI Al-Hikmah, Jakarta

2002-2005 SLTP-IT Al-Hikmah, Jakarta

2005-2008 SMAN 55, Jakarta

2008-sekarang S1 - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Page 6: Abu Zar - Magang Full

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Magang Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran

Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012 ini dengan baik.

Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu

mata kuliah dan sebagai hasil akhir dari kegiatan magang yang telah dilaksanakan

selama 30 hari kerja di PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) kamojang.

Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa laporan magang ini masih

jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh

penulis.

Selesainya laporan magang ini tidak luput dari bantuan dan dukungan banyak

pihak yang telah memberikan konstribusi serta masukan-masukan kepada penulis. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Umi dan Ayah yang senantiasa selalu mendukung dan mendengarkan keluh

kesah, memberikan semangat, memberikan support dalam segala hal. Doain

supaya Abu cepet lulus kuliah ya, terus cepet dapet kerja.

2. Kakak Saya Hilda Rahmadia dan Chaerunnisa serta adik saya Qeis

Muhammad terima kasih terus memberikan support untuk Saya dan sering

menemani ketika Saya sedang berkeluh kesah.

3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, sebagai dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, sebagai ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: Abu Zar - Magang Full

vi

5. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik Saya,

terima kasih atas bimbingannya selama ini.

6. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, sebagai penanggung jawab peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak Ir. Fahmi selaku manager K3LL PT Pertamina Geothermal Energy

Area Kamojang, terima kasih atas seluruh bantuannya sehingga kegiatan

magang ini dapat berjalan lancar.

9. Bapak Widodo Suwanto, ST selaku pembimbing lapangan magang selama

proses kegiatan magang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

berlangsung, terima kasih atas semua bimbingannya selama berada

dilapangan.

10. Seluruh staff divisi K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

yang telah memberi banyak pembelajaran dan pengalaman yang sangat

berharga untuk saya.

11. Sahabat seperjuangan selama magang berlangsung Ludi Mauliana dan Irfan

Nurhidayat, terima kasih atas kerja sama, kebersamaan dan bantuannya

selama menjalani proses magang.

12. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2008 FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang sangat saya cintai.

13. Dan kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan laporan magang ini

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan

kerja samanya dalam penyusunan laporan magang ini.

Page 8: Abu Zar - Magang Full

vii

Penulis sadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun tanpa kontribusi dan

masukan-masukan dari kalian semua. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi

siapa saja yang membacanya. Amiin..

Jakarta, 24 Maret 2012

Penulis

Page 9: Abu Zar - Magang Full

viii

DAFTAR ISI

Abstrak ........................................... i

Pernyataan Persetujuan Laporan Magang ........................................... ii

Panitia Sidang Ujian Magang ........................................... iii

Identitas Peserta Magang ........................................... iv

Kata Pengantar ........................................... v

Daftar Isi ........................................... viii

Daftar Tabel ........................................... xi

Daftar Gambar ........................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................... 1

1.2 Tujuan ........................................... 7

1.2.1 Tujuan Umum ........................................... 7

1.2.2 Tujuan Khusus ........................................... 7

1.3 Manfaat ........................................... 8

1.3.1 Manfaat Untuk Perusahaan ........................................... 8

1.3.2 Manfaat Untuk Program Studi ........................................... 9

1.3.3 Manfaat Untuk Mahasiswa ........................................... 9

1.4 Ruang Lingkup ........................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................... 11

2.1 Pengertian Kebakaran ........................................... 11

2.2 Unsur-unsur Terjadinya Kebakaran ........................................... 11

2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran ........................................... 17

2.4 Klasifikasi Kebakaran ........................................... 23

2.4.1 Kategori Kebakaran ........................................... 23

2.4.2 Klasifikasi Tingkat Potensi Kebakaran ........................................... 25

2.5 Penanggulangan Kebakaran ........................................... 26

2.6 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif ........................................... 31

2.6.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ........................................... 31

2.6.1.1 Pengertian APAR ........................................... 31

Page 10: Abu Zar - Magang Full

ix

2.6.1.2 Jenis-jenis dan Klasifikasi APAR ........................................... 31

2.6.1.3 Pemasangan APAR ........................................... 35

2.6.1.4 Cara Penggunaan APAR ........................................... 37

2.6.2 Hidran ........................................... 38

2.6.2.1 Pengertian Hidran ........................................... 38

2.6.2.2 Penempatan Hidran ........................................... 39

2.6.2.3 Inspeksi dan Pengujian Hidran ........................................... 39

2.6.2.4 Pemeliharaan Hidran ........................................... 40

2.6.3 Sprinkler ........................................... 41

2.6.4 Pompa Pemadam ........................................... 44

2.6.5 Penyediaan Air ........................................... 46

2.6.6 Detektor Kebakaran ........................................... 50

2.6.7 Alarm Kebakaran ........................................... 51

BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN ........................................... 55

3.1 Aktivitas Kegiatan Magang ........................................... 55

3.1.1 Rencana Kegiatan ........................................... 55

3.1.2 Tahap Persiapan ........................................... 57

3.1.3 Tahap Pelaksanaan ........................................... 57

3.1.4 Narasumber ........................................... 58

3.2 Alur Kegiatan Magang ........................................... 59

3.3 Jadwal Kegiatan ........................................... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 67

4.1 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) ........................................... 67

4.1.1 Sejarah PT Pertamina (Persero) ........................................... 67

4.1.2 Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) ........................................... 68

4.1.3 Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero) ........................................... 69

4.2 Gambaran Umum PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ... 70

4.2.1 Visi dan Misi ........................................... 70

4.2.2 Struktur Organisasi ........................................... 70

4.2.3 Sertifikat, Piagam dan Penghargaan ........................................... 71

4.2.4 Tenaga Kerja ........................................... 72

Page 11: Abu Zar - Magang Full

x

4.2.5 Gambaran Proses Industri ........................................... 74

4.2.14 Sarana dan Prasarana ........................................... 77

4.3 Gambaran Umum Unit K3LL ........................................... 78

4.3.1 Gambaran Karyawan ........................................... 78

4.3.2 Program yang Sedang Dijalankan ........................................... 78

4.4 Gambaran Area Penelitian ........................................... 79

4.5 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif ........................................... 83

4.5.1 Gambaran APAR ........................................... 83

4.5.1.1 Gambaran Lokasi dan Media APAR ........................................... 83

4.5.1.2 Gambaran Penempatan dan Kondisi APAR ........................................... 86

4.5.1.3 Gambaran Pemantauan dan Pemeliharaan APAR ............................... 90

4.5.2 Gambaran Hidran ........................................... 92

4.5.2.1 Gambaran Jenis Hidran ........................................... 92

4.5.2.2 Gambaran Penempatan Hidran ........................................... 94

4.5.2.3 Gambaran Inspeksi Pemeliharaan Hidran ........................................... 95

4.5.3 Gambaran Sprinkler ........................................... 96

4.5.4 Gambaran Pompa Pemadam ` ........................................... 99

4.5.5 Gambaran Penyediaan Air ........................................... 102

4.5.6 Gambaran Detektor Kebakaran ........................................... 104

4.5.7 Gambaran Alarm Kebakaran ........................................... 107

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ........................................................................... 111

5.2 Saran ........................................................................... 113

Daftar Pustaka ........................................................................... 114

Page 12: Abu Zar - Magang Full

xi

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Magang ...................................................................... 55

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Magang.......................................................................... 61

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Tenaga Kerja...................................................................... 73

Tabel 4.2 Tabel Potensi Kebakaran di Area PLTP Unit IV ................................... 82

Tabel 4.3 Tingkat Efektifitas Jenis Media APAR dengan Kategori Kelas

Kebakaran menurut permenaker no 04 tahun 1980 ................................................ 85

Tabel 4.4 Kesesuaian Media APAR yang Terpasang dengan Kategori Kelas

Kebakaran ............................................................................................................... 86

Tabel 4.5 Kesesuaian Penempatan dan Kondisi APAR di Area PLTP Kamojang

Unit IV dengan Standar Permenaker No. PER/04/1980........................................... 88

Tabel 4.6 Kesesuaian Pemantauan dan Pemeliharaan APAR Standar

Permenaker No. PER/04/1980................................................................................. 90

Tabel 4.7 Kesesuaian Penempatan Hidran Area PLTP Kamojang Unit IV

dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 ................................................. 94

Tabel 4.8 Kesesuaian Pemeliharaan Hidran dengan Standar PerMen PU No. 24

Tahun 2008 ............................................................................................................ 95

Tabel 4.9 Kesesuaian Sprinkler dengan Standar Permen PU No. 26/PRT

/MEN/2008 ............................................................................................................ 98

Tabel 4.10 Kesesuaian Pompa Pemadam dengan Standar Permen PU No

26/PRT/MEN/2008 ................................................................................................. 101

Tabel 4.11 Kesesuaian Penyimpanan Air dengan Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008 ................................................................................................. 103

Tabel 4.12 Kesesuaian Detektor Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar

Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 ....................................................................... 106

Tabel 4.13 Kesesuaian Alarm Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV

dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 .................................................. 108

Page 13: Abu Zar - Magang Full

xii

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Gambar Triangle of Fire .................................. 13

Gambar 2.2 Gambar Tetrahendron of Fire .................................. 18

Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Magang .................................. 60

Gambar 4.1 Gambar Logo Pertamina .................................. 69

Gambar 4.2 Gambar Proses Industri Geothemal .................................. 76

Gambar 4.3 Denah Area PLTP Unit IV .................................. 80

Gambar 4.4 APAR Media Dry Powder .................................. 84

Gambar 4.5 APAR Media CO2 .................................. 84

Gambar 4.6 Presentase Jenis Media APAR .................................. 84

Gambar 4.7 APAR yang Tidak Terpasang .................................. 89

Gambar 4.8 APAR yang Tidak Ada Tanda Pemasangan .................................. 89

Gambar 4.9 Hidran Halaman .................................. 92

Gambar 4.10 Hidran Gedung .................................. 93

Gambar 4.11 Presentase Jenis Hidran .................................. 93

Gambar 4.12 Gambar Sprinkler .................................. 97

Gambar 4.13 Pompa Pemadam yang Bersifat Tetap .................................. 100

Gambar 4.14 Pompa Pemadam yang Bersifat Portabel .................................. 100

Gambar 4.15 Tempat Penyediaan Air .................................. 103

Gambar 4.16 Detektor Asap .................................. 105

Gambar 4.17 Detektor Panas .................................. 105

Gambar 4.18 Bell Alarm Kebakaran .................................. 107

Gambar 4.19 Alarm Kebakaran Manual di PLTP Unit IV .................................. 107

Page 14: Abu Zar - Magang Full

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, keselamatan

dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Kerugian yang dialami

perusahaan apabila terjadi kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja tidaklah sedikit.

Karena hal ini, perusahaan dituntut dengan menjalankan aspek-aspek Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dalam pekerjaannya. Diharapkan dengan dijalaninya aspek-aspek

Keselamatan dan kesehatan Kerja produktivitas suatu perusahaan dapat meningkat, dan

menciptakan kondisi pekerjaan yang aman, nyaman dan handal.

Salah satu sektor yang mendukung perekonomian di Indonesia adalah minyak,

gas dan panas bumi. Salah satu perusahaan besar yang mengelola minyak, gas dan panas

bumi yang terdapat di Indonesia yaitu Pertamina. Pertamina merupakan perusahaan

minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

ditetapkan berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 (Anonim, 2011)

Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina

(Persero), berdiri sejak tahun 2006 telah diamanatkan oleh pemerintah untuk

mengembangkan 15 Wilayah Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia. Pertamina

Geothermal dalam pengusahaanya selalu fokus kepada kegiatan untuk meningkatkan

produksi di tiga daerah operasi (Kamojang, Lahendong dan Sibayak). Total produksi

Page 15: Abu Zar - Magang Full

2

yang dihasilkan dari 3 daerah operasi eksisting sebesar 9,5 juta ton uap dengan

pembangkitan 1,3 juta MWh. Selain itu kontribusi dari KOB sebesar 30,37 juta ton uap

dan 4,1 juta MWh. Total produksi uap geothermal pertahun sebesar 39,89 juta ton

dengan pembangkitan listrik mencapai 5,36 juta MWh (Anonim, 2008).

Menurut keputusan menteri tenaga kerja Republik Indonesia no 186 tahun 1999

tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja, Pertamina Geothermal Energy

(PGE) ini berpotensi untuk terjadinya kebakaran. Untuk itu diperlukannya manajemen

sistem tanggap darurat kebakaran yang baik dan personil terlatih yang lebih banyak.

Menurut Ramli (2010:16) kebakaran adalah api yang menjalar dan tidak

terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan keinginan manusia. Oleh karena itu

diperlukannya sistem pencegahan kebakaran serta sistem penanggulangan kebakaran.

Pencegahan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya

kebakaran dan penanggulangan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka

memadamkan kebakaran. Sedangkan penanggulangan kebakaran adalah upaya yang

dilakukan dalam rangka memadamkan kebakaran (Perda DKI No.8 2008).

Kebakaran dan ledakan (blow out) merupakan hal yang sangat sering terjadi

seperti kebakaran yang terjadi di gudang limbah plastik dan busa terbesar di kota

Tangerang kawasan industri Jatiuwung, dalam kebakaran ini kerugian ditaksir mencapai

ratusan juta rupiah. (Syamsuri, Berita Fokus, 2008). Sebuah kantor sekaligus gudang

farmasi milik PT Indo Farma Global Medika di Medan, Sumatera Utara ludes terbakar.

Api menghanguskan bangunan dan seluruh isi gudang dan kantor. Kerugian akibat

kebakaran ini ditaksir mencapai 10 miliar rupiah. Dugaan penyebab kebakaran adalah

Page 16: Abu Zar - Magang Full

3

konsleting listrik. Pasca kebakaran sejumlah karyawan terlihat kebinggungan mereka

khawatir terjadi pemutusan hubungan kerja (Iriawan, Berita Fokus, 2010). Kebakaran

juga pernah terjadi untuk kedua kalinya di pabrik balon PT Latexindo Internusa yang

berada di Jalan Semanan, Jakarta Barat. Kobaran api diduga disebabkan oleh gagalnya

mesin produksi. Percikan api dari mesin produksi ini dengan cepat membesar, karena

banyaknya cairan kimia dan bahan karet yang mudah terbakar. Api baru bisa dijinakkan

1,5 jam kemudian setelah petugas pemadam kebakaran mengerahkan 19 unit mobil

pemadam kebakaran (Santoso, Berita Fokus, 2009). Kebakaran juga pernah terjadi di PT

Pertamina RU IV Cilacap Tangki 31-T2, Akibat kencangnya angin di sekitar lokasi,

menyebabkan tangki di sebelah kanan yaitu tangki 31-T3 juga ikut terbakar (Rifai,

Berita Okezone, 2011).

Berita yang dituliskan oleh kompas (dikutip oleh Iskandar 2008), kebakaran yang

terdapat di pasar Tanah Abang pada tahun 2003, kebakaran bisa terjadi karena sistem

sprinkler dan hidran tidak dapat berfungsi dengan baik. Menurut laporan investigasi

kebakaran PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, walaupun tidak pernah

terjadi kebakaran saat produksi berlangsung tetapi pernah terjadi kebakaran di warung

kupat tahu Ibu Epon yang berada di sebelah gedung workshop Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang.

Ledakan (blow out) pernah terjadi di tandon solar yang terjadi di sebuah pabrik

rambut palsu di Jalan Raya Sedati Nomor 37, Desa Wedi, Kecamatan Gedangan,

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (14/1). Seorang pekerja tewas dan dua lainnya

terluka parah akibat kejadian ini (Berita Metrotv, 2011). Pabrik petasan di Indramayu,

Page 17: Abu Zar - Magang Full

4

Jawa Barat, meledak dan menyebabkan satu orang tewas. Tidak hanya itu, ledakan juga

merusak sejumlah bangunan semi permanent. Ledakan juga mengakibatkan salah

seorang pemilik pabrik yang tengah meracik tewas di tkp (Koran Sindo, 2011).

Kerugian dari terjadinya kebakaran dan ledakan tentunya sangatlah banyak, ada

kerugian yang bersifat fisik ada juga kerugian yang bersifat psikis. Kerugian fisik dari

terjadinya kebakaran dan ledakan yaitu kerugian materiil, kerugian waktu kerja,

kurangnya produktifitas, hilangnya dokumen penting, cedera, luka bakar atau sampai

dapat terjadi kematian. Sedangkan kerugian psikis yaitu kepanikan, ceroboh, rasa tidak

nyaman, rasa takut, dapat menjadi trauma terhadap sesuatu.

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem

yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun

terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem

proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan

lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah

sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan

penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan

bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap

bukaan (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008). Sistem proteksi kebakaran aktif adalah

sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian

kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air

seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran

berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus (PerMen PU No.

Page 18: Abu Zar - Magang Full

5

26/PRT/M/2008).

Alat-alat deteksi kebakaran diperlukan untuk mendeteksi saat awal terjadi

kebakaran. Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya

kebakaran dan mengawali suatu tindakan (SNI 03-3985-2000). Alat-alat deteksi

kebakaran dibagi menjadi 4, yaitu detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan

detektor gas kebakaran. Masing-masing detektor tersebut mempunyai zat yang

dideteksinya serta sensitifitasnya masing-masing. Alat-alat deteksi ini kemudian

dirangkai sedemikian rupa dengan alarm otomatis sehingga ketika detektor mendeteksi,

alarm langsung berbunyi sebagai peringatan bahwa adanya kebakaran.

Alat-alat pemadam, mulai dari alat pemadam untuk awal terjadi kebakaran

ringan sampai alat pemadam lanjut untuk kebakaran besar. Salah satu alat yang

diperlukan untuk pemadaman awal kebakaran ringan adalah Alat Pemadam Api Ringan

(APAR). Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah

dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran

(Permenakertrans No. Per 04/MEN/1980).

Sedangkan alat pemadam yang digunakan ketika api sudah membesar adalah

sprinkler dan hidran. Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar

(nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman

kebakaran (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008). Sprinkler adalah pemadam kebakaran

yang dipasang secara tetap didalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran

secara otomatis menyemprotkan air ditempat terjadi kebakaran (SNI 03-3989-2000).

Untuk sistem proteksi kebakaran aktif diperlukannya pemantauan dan

Page 19: Abu Zar - Magang Full

6

pemeliharaan lebih lanjut untuk memastikan bahwa ketika terjadi kebakaran sarana

proteksi kebakaran tersebut dapat digunakan. Keberadaan sarana proteksi kebakaran

aktif menjadi sangatlah penting, karena sebelum adanya kebakaran besar tentunya

didahului dengan adanya kebakaran kecil. Ketika kebakaran kecil sudah dapat ditangani

atau dipadamkan secara baik, tentunya kebakaran yang besar tidak akan terjadi. Oleh

karena itu penting untuk mengetahui gambaran sistem proteksi kebakaran aktif.

Standar yang digunakan dalam laporan ini adalah Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 24 Tahun 2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No

: Per.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam

Api Ringan.

Penelitian dilakukan oleh mahasiswa di area PLTP Unit IV karena potensi

kebakaran yang lebih tinggi terdapat pada area ini terutama dari adanya warehouse yang

didalamnya terdapat material kelas A dan B dengan jumlah yang banyak dan berdekatan

sehingga jika terjadi kebakaran api dapat menjalar dengan cepat, sarana proteksi yang

dipasang pada area ini juga lebih lengkap yaitu adanya APAR, hidran, sprinkler, pompa

pemadam, penyediaan air, detektor kebakaran dan alarm kebakaran, dan apabila terjadi

kebakaran pada area ini maka ada kemungkinan proses produksi akan berhenti karena

sebagian besar proses produksi terdapat pada area ini.

Karena pentingnya sarana proteksi kebakaran yang telah dipaparkan diatas,

penting untuk diketahuinya gambaran sistem proteksi kebakaran aktif. Sehingga jika

terjadinya kebakaran seluruh sistem proteksi aktif dapat benar-benar dapat digunakan

Page 20: Abu Zar - Magang Full

7

untuk memadamkan api. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat tema

mengenai sistem proteksi kebakaran aktif ketika magang berlangsung, yaitu dengan

judul “Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang Tahun 2012” Jl Raya Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan

Ibun, Bandung, Jawa Barat.

1.2 Tujuan Magang

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui sarana proteksi kebakaran aktif di area PLTP Kamojang Unit IV PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum perusahaan dan seluruh kegiatan yang

berlangsung di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012

2. Diketahuinya gambaran umum kegiatan yang berlangsung di divisi K3LL PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012

3. Diketahuinya gambaran APAR di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

4. Diketahuinya gambaran hidran di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

5. Diketahuinya gambaran sprinkler otomatis di area PLTP Kamojang Unit IV PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

Page 21: Abu Zar - Magang Full

8

6. Diketahuinya gambaran pompa pemadam di area PLTP Kamojang Unit IV PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

7. Diketahuinya gambaran penyimpanan air di area PLTP Kamojang Unit IV PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

8. Diketahuinya gambaran detektor kebakaran di area PLTP Kamojang Unit IV PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

9. Diketahuinya gambaran alarm kebakaran di area PLTP Kamojang Unit IV PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

1.3 Manfaat

1.3.1 Untuk Perusahaan

a. Perusahaan dapat menjalankan program perusahaan yang berada di sector

edukasi.

b. Perusahaan diharapkan dapat melibatkan mahasiswa dalam melaksanakan

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan dan semua aktifitas

yg berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

c. Dapat membuka peluang kerjasama antara PT Pertamina Geothermal Energy

kawasan Kamojang Garut dengan program studi Kesehatan Masyarakat,

khususnya di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

d. Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan dan mempertimbangkan atas

masukan-masukan yang diberikan oleh mahasiswa sebagai perbaikan.

Page 22: Abu Zar - Magang Full

9

1.3.2 Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Dapat membuka peluang kerjasama antara program studi Kesehatan Masyarakat

dengan PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang.

b. Laporan dapat dijadikan bahan tambahan bacaan mengenai gambaran sistem

proteksi aktif kebakaran.

1.3.3 Untuk Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengenal secara dekat dan nyata karakteristik dan kondisi

lingkungan kerja nyata

b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu, khususnya Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) dan pengetahuan yang telah diperoleh di bangku perkuliahan pada

tempat kerja sesungguhnya. Serta dapat membandingkan teori dan kenyataan

yang ada dilapangan.

c. Mahasiswa dapat memberikan kontribusi positif terhadap institusi, khususnya

dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

1.4 Ruang Lingkup

Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang yang terletak di jalan Raya Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan Ibun,

Bandung, Jawa Barat. Judul penelitian dari kegiatan magang ini adalah “Gambaran

Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang Tahun 2012”. Kegiatan magang ini dilakukan oleh mahasiswa semester

Page 23: Abu Zar - Magang Full

10

VIII peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta selama 30 hari kerja terhitung mulai 30 Januari sampai 9

Maret tahun 2012. Mahasiswa melakukan pengambilan data primer yang berupa

wawancara dan observasi; dan dilakukan pengambilan data sekunder untuk

mendukung data-data primer.

Page 24: Abu Zar - Magang Full

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebakaran

Menurut Ramli (2010:16) dalam bukunya Petunjuk Praktis Manajemen

Kebakaran (Fire Management) kebakaran adalah api yang menjalar dan tidak terkendali,

yang berarti diluar kemampuan dan keinginan manusia.

Menurut Perda DKI No.3 tahun 1992 Definisi kebakaran secara umum adalah

suatu peristiwa atau kejadian timbulnya api yang tidak terkendali yang dapat

membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda.

Menurut NFPA 10, secara umum kebakaran didefinisikan sebagai : suatu

peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan bakar yang

mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau panas yang

berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian (Prawira, Skripsi,

2009: 8).

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana terdapat

unsur-unsur yang membentuknya yaitu terdiri dari bahan bakar, oksigen dan sumber

panas yang membentuk suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian fisik dan psikis.

2.2 Unsur-unsur Terjadinya Kebakaran

Berdasarkan definisi kebakaran diatas, maka suatu kebakan akan terjadi ketika

material atau benda yang mudah terbakar dengan cukup oksigen atau bahan yang mudah

Page 25: Abu Zar - Magang Full

12

teroksidasi bertemu dengan sumber panas dan menghasilkan reaksi kimia. Untuk

membentuk suatu kebakaran maka diperlukan adanya unsur-unsur yang satu sama lain

saling mempengaruhi, tanpa adanya salah satu unsur pembentuknya maka kebakaran

tidak akan terjadi.

Api adalah suatu massa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan dalam proses

kimia oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan disertai pelepasan energi atau panas.

Timbulnya api ini sendiri disebabkan oleh adanya sumber panas yang berasal dari

berbagai bentuk energi yang dapat menjadi sumber penyulutan dalam segitiga api

(National Fire Protection Association/NFPA 10, 1998).

Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 19-

20) kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas

dan Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Keseimbangan unsur – unsur

tersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi singkat mengenai

unsur – unsur tersebut :

a. Oksigen

Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting dalam

pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran

suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan menimbulkan

pembakaran.

b. Panas

Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur,

Page 26: Abu Zar - Magang Full

13

sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber – sumber panas

tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat reaksi kimia

dan sebagainya.

c. Bahan yang Mudah Terbakar

Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur terendah

suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api.

Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin rendah. Dari ketiga

unsur – unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga api.

Gambar 2.1 Gambar Triangle of Fire

Sumber : www.safetysign.co.id

Setelah adanya penelitian lebih lanjut, ternyata terdapat penambahan 1 unsur dalam proses

terjadinya kebakaran, yaitu adanya rantai reaksi kimia. Sehingga Triangle of Fire berubah nama

Page 27: Abu Zar - Magang Full

14

menjadi Tetrahendron of Fire. Dalam Tetrahedron of Fire proses terjadinya api mempunyai

4 unsur yaitu :

a. Bahan bakar atau Bahan Pereduksi

Berdasarkan sifatnya, bahan bakar atau bahan pereduksi dapat dibagikan atas 3

(tiga) kelompok, yaitu:

- Bahan bakar padat, contoh : kayu, kertas, dll.

- Bahan bakar cair, contoh : minyak bumi, bahan pelarut, dll.

- Bahan bakar gas, contoh : LNG, LPG

Bahan bakar yang dapat terbakar apabila kontak dengan energi panas adalah

bahan bakar yang mengandung unsur-unsur : magnesium, titanium, sulfur, dan

kebanyakan senyawa yang mengandung unsur-unsur carbon, hidrokarbon, oxygen dan

nitrogen. Hampir disemua tempat dan semua organisme hidup mengandung unsur-unsur

carbon, hidrogen, oxygen dan nitrogen.Contohnya kayu, kertas dan textil.

b. Zat asam (oxygen)

Oxygen adalah dalam unsur yang terbanyak, kira-kira 21% volume, 90% berat

air laut, 50% berat kerak bumi dan 60% berat tubuh manusia terdiri unsur tersebut.

Untuk mendukung proses kebakaran (api) diperlukan oksigen antara 10% - 20% volume

udara.Pada beberapa reaksi kimia untuk terjadi proses kebakaran tidak diperlukan

oksigen karena pada proses reaksi zat tersebut sudah cukup oksigen sehingga proses

pembakaran dapat terjadi. Zat tersebut disebut zat pengoksida (oxidizing agents), misal :

hydrogen peroxide, ozone, nitrat, chlorat, perchlorat perotide. Oksigen itu sendiri tidak

Page 28: Abu Zar - Magang Full

15

bisa terbakar, tetapi adalah pendukung terhadap perubahan.Kandungan oksigen yang

tinggi, akan menaikan panas pembakaran dan oksidasi atau proses pembakaran akan

lebih cepat.

c. Sumber Energi

- Energi Kimia

Salah satu contoh sumber panas yang berasal dari reaksi kimia adalah

pemanasan spontan yang terjadi pada reaksi oksidasi beberapa bahan organik, reaksi

oleh bakteri pada bahan organik hasil pertanian.

- Energi Listrik

Oleh tenaga listrik dapat dihasilkan panas yang cukup tinggi sebagai sumber

penyalaan panas yang dihasilkan ini misalnya dalam bentuk : bocoran arus listrik,

listrik statis, busur listrik, petir atau kilat.

- Energi mekanik

Tenaga panas dari proses mekanik dapat disebabkan oleh gesekan dua bahan

yang sifatnya menahan panas, misalnya : batu gosok atau kayu kering.

Contoh lain adalah gesekan dua logam yang mengandung zat besi (Fe).

Contoh dan prinsip ini adalah mesin diesel dimana pertama-tama dimampatkan

(ditahan) dalam selinder mesin, setelah itu kabut bahan bakar di injeksikan ke dalam

silinder, sehingga oleh pemampatan udara akan timbul cukup panas untuk menyalakan

bahan bakar.

Page 29: Abu Zar - Magang Full

16

- Energi Nuklir

Energi panas yang sangat besar dapat dihasilkan dari inti atom (nucleus), karena

penembakan (bom barder) oleh energi partikel. Tenaga nuklir dapat dikeluarkan dalam

bentuk panas, tekanan dan radiasi. Beberapa unsur di alam yang dapat menghasilkan

energi nuklir disebut Radio-isotop, misalnya : uranium. Plutonium, atau radium.

d. Reaksi Pembakaran Berantai

Dari hasil penyelidikan yang terjadi dalam proses pembakaran yang normal,

reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran yaitu : CO, CO2,

SO2, asap dan gas. Hasil yang lain dari reaksi ini adalah atom bebas (free atom) oxygen

dan hydrogen yang disebut radicals, yaitu bentuk hydroxil (simbol OH).Bila ada 2

gugus OH, mungkin pecah menjadi H2O dan radical bebas O. (2OH 2H2O + O radical)

Berikut adalah gambar Tetrahendron of Fire:

Gambar 2.2 Gambar Tetrahendron of Fire

Sumber : www.artikelk3.com

Page 30: Abu Zar - Magang Full

17

2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran

Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 22-23)

penyebab terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:

a. Faktor Manusia

Faktor manusia biasanya terjadi karena kesalahan manusia yang dapat berupa

kurang hati – hati dalam menggunakan alat yang dapat menimbulkan api atau kurangnya

pengertian tentang bahaya kebakaran. Sebagai salah satu contoh merokok atau

memasak.

b. Faktor Teknis

Faktor teknis biasanya disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara

penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai

contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran.

Atau dapat juga berupa penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran

gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan

pendek listrik.

c. Faktor Alam

Merupakan penyebab terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh keadaan alam,

sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus

memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran, atau sambaran petir

yang menyebabkan kebakaran.

Page 31: Abu Zar - Magang Full

18

d. Kebakaran yang Disengaja

Kebakaran yang disengaja biasanya diciptakan sendiri oleh manusia sengan

sengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.

Menurut Suma’mur dalam (Akbar, 2011) menyebutkan beberapa peristiwa yang

dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:

a. Nyala api dan bahan-bahan pijar

Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, mulai

terbakar dan bernyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung

dari:

- Sifat benda padat

Sifat dari benda tersebut berbeda-beda, ada yang mungkin sangat mudah, agak

mudah dan sukar terbakar.

- Besarnya benda padat tersebut

Jika benda padat tersebut sedikit, tidak cukup timbul panas untuk teradinya

kebakaran.

- Keadaan zat padat

Keadaan zat padat seperti mudahnya terbakar kertas atau kayu-kayu lempengan

tipis oleh karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan dengan oksigen.

Page 32: Abu Zar - Magang Full

19

- Cara menyalakan zat padat

Cara menyalakan zat padat misalnya menyalakan diatas atau sejajar dengan

nyala api.

- Benda pijar

Benda pijar mudah atau tak mudah terbakar, akan menyebabkan terbakarnya

benda lain, jika bersentuhan dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan

menyebabkan terbakarnya bahan mudah terbakar bersinggungan dengannya.

b. Penyinaran .

Terbakanya suatu bahan yang mudah terbakaroleh benda pijar oleh nyala api

tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memanacarkan gelombang-

gelombang elektomagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini mengenai benda,

maka pada benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Benda

tersebut menjadi panas dan jika suhunya terus naik, maka pada akhirnya benda tersebut

akan menyala.Kayu yang diletakkan sekitar tungku yang berpijar akhirnya akan

menyala, sekalipun tidak dikenai api.

c. Peledakan uap atau gas.

Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan menyala,

jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan meluas dengan

cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas yntuk menyala atau meledak.

Batas-batas kadar ini tergantung terhadapbahan yang bersangkutan. Cepatnya api

menjalar tergantung kepada sifat zat, suhu dan tekanan udara berkisar diantara 1 sampai

Page 33: Abu Zar - Magang Full

20

2.000 m per detik. Kecepatan ini menentukan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh

peledakannya.

d. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair.

Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang

berupa suspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam

udara dan dapat meledak.

e. Percikan api.

Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi penyebab terbakarnya

campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasnya percikan api tak

dapat menyebabkan tebakarnya benda padat, oleh karena tidak cukupnya energi dan

panas yang ditimbulkan akan menghilang dialam benda padat. Percikan api mungkin

terbentuk sebagai akibat arus listrik. Dalam hal demikian, percikan api listrik timbulpada

pemutusan hubungan arus terutama pada kumparan yang bertenaga listrik, Pada tempat-

tempat kontak dua sambungan, pada pengosongan listrik ditempat elektroda-elektroda

dan lain-lain sebagainya.

Percikan api dapat pula timbul oleh karena kelistrikan statis sebagai akibat dua

benda yang bererak, Seperti terjadi pada pengisian bahan bakar minyak. Dalam hal ini

bahan bakar dengan berat jenis lebih besar adalah lebih berbahaya, oleh karena bahan

yang ringan akan cepat menguap dan tak terjadi pembakaran. Oleh karena bahan yang

ringan akan cepat menguap dan tak jadi pembakaran. Percikan api yang dikarenakan

beradunya secara kuat dua benda dapat membakar pula campuran gas atau uap da udara

Page 34: Abu Zar - Magang Full

21

yang mudah menyala. Agar agar mekar pula campran gas atau uap dan udara yang

mudah menyala. Agar menyebabkan nyala api, Percikan api dari sumber listrik atau

mekanik sekurang-kurangnya harus bertenaga 0,1 mJ.

Juga percikan api sebagai akibat gesekan dua permukaan mungkin berbahaya.

Sebagai contoh adalah penggerindaan logam bukan besi seperti gelas flint yang ringan.

f. Terbakar sendiri

Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar minerl yang padat

atau zat-zat organis.apabila peredaran udara cukup besar untuk terjadinya proses

oksidasi, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang tejadi. Peristiwa-peristiwa

ini dipercepat oleh tingkat kelembaban.Dalam hal mineral, zat tertentu seperti besi

mungkin bertindak sebagai katalisator bagi proses, sedangkan untuk bahan-bahan

organis, peranan bakteri adalah penting.

Kebanyakan minyak mudah teroksidasi, terutama minyak tumbuh-tumbuhan.

Banyaknya panas yang terjadi ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan

dengan udara. Permukaan ini akan diperluas, jika minyak dihisap oleh permukaan-

permukaan seperti debu atau sampah-sampah halus. Panas yang timbul akan

beerkumpul, oleh karena bahan-bahan yang menyerap minyak buka penghnatar panas.

Akibatnya, bahan tersebut akan terbakat dalam waktu yang singkat.

g. Reaksi kimiawi

Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat

terjadinya kebakaran. Fosfor kuning teroksidasi sangat cepat, bila bersinggungan dengan

Page 35: Abu Zar - Magang Full

22

udara. Bubuk besi yang halus (besi pirofor) pijar dalam udara dan mungkin kebakaran.

Kalsium karbida mengurai secara eksotermis, ji9ka terkena air dan membebaskan gas

asetilen yang mungkin meledak atau terbakar oleh panas yang terjadi.Natrium dan

kalium beraksi keras dengan air dan membebakan zat air yang mungkin terbakar, jika

suhu naik melebihi 40oC.

Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menyebabkan nyala api.

Seluloid akan mengurai pada suhu 100 oC, mungkin menyala pada suhu 150 oC sebagai

akibat zat asam yang dikandungnya dan mungkin meledak, bila di simpan alam wadah

tertutup. Zat-zat yang bersifat mengoksidasi seperti hidrogen peroksida, klorat,

perklorat,Borat, perborat dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan,

dengan aktif meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakarnya bahan-bahan

yang dapat dioksidasi.

Sekalipun tidak ada panas yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat

mengakibatkan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan organik terdapat dalam

bentuk partikel atau jika kontak terus menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut.

Zat asam murni, terutama yang dikempa, mungkin menjadi sebab kebakaran atau

peledakan, jika bersentuhan dengan bahan-bahan yang dapat terbakar. Maka dari itu,

minyak atau gemuk tidak boleh dipakai untuk perawatan silinder oksigen atau katupnya.

h. Peristiwa-peristiwa lain.

Gesekan antara dua benda menghasilkan panas, yang semakin banyak menurut

besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar dari kecepatan

hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin yang

Page 36: Abu Zar - Magang Full

23

kurang minyak atau gemuk. Penekanan gas secara adiabatis menimbulkan panas, yang

mungkin berakibat peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, Jika kompresor tak

diinginkan atau peledakan silinder-silinder yang bertekanan.

Agar pembakaran sempurna, Zat asam dalam jumlah yang cukup diperlukan

untuk mengubah bahan-bahan yang terbvakar menjadi benda-benda yang lengkap. Jika

udara tidak cukup, bahan yang terbakar mengurai dan menghasilkan asap serta

karbonmonooksida. Asap terdiri dari noktah-noktah padat atau cair yang melayang dan

bergerak dengan gas-gas hasil pembakaran.

2.4 Klasifikasi Kebakaran

2.4.1 Kategori Kebakaran

Kategori kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan

yang terbakar. Dengan adanya kategori tersebut, akan lebih mudah dalam pemilihan

media pemadaman yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran. Berikut adalah

kategori Kebakaran Menurut Permenaker Per-04/MEN/1980 :

a. Kelas A : Kebakaran bahan padat kecuali logam.

b. Kelas B : Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar

c. Kelas C : Kebakaran instalasi listrik bertegangan

d. Kelas D : Kebakaran logam

Sedangkan kategori kebakaran menurut NFPA, kategori kebakaran dibagi

menjadi 5, yaitu adalah sebagai berikut:

a. Kelas A yaitu kebakaran pada material yang mudah terbakar, misalnya

Page 37: Abu Zar - Magang Full

24

kebakaran kertas, kayu, plastic, karet, busa dan lain-lain

b. Kelas B yaitu kebakaran bahan cair yang mudah menimbulkan nyala api

(flammable) dan cairan yang mudah terbakar (combustible) misal kebakaran

bensin, solven, cat, alcohol, aspal, gemuk, minyak, gas LPG, dan gas yang

mudah terbakar.

c. Kelas C yaitu kebakaran listrik yang bertegangan

d. Kelas D yaitu kebakaran logam, misalnya magnesium, titanium, sodium, lithium,

potassium, dll.

e. Kelas K Kebakaran pada peralatan memasak dimana termasuk medianya seperti

minyak sayur-sayuran dan hewan, dan lemak.

Menurut modul HSE Pertamina No 11 yang berjudul ”Aspek Kebakaran”,

berdasarkan jenis pemadamannya atau penyebab timbulnya api, kebakaran

dikelompokkan menjadi 5 kelas, yaitu:

a. Kelas A: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan bakar padat yang

umumnya mengandung unsur karbon seperti kayu, kertas plastik, kain, karet dsb.

Pemadaman untuk api kelas A ini dapat dengan menggunakan pemadam api

kelas A yakni air, foam, dry power / dry chemical, CO2. api kelas A

diperuntukkan untuk bahan-bahan yang jika terbakar menghasilkan sisa

pembakaran berupa abu.

b. Kelas B: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan bakar cair. Pemadaman

api kelas B ini dapat dengan menggunakan foam, dry chemical / dry powder.

c. Kelas C: kebakaran yang ditimbulkan oleh peralatan listrik. Pemadaman ini

Page 38: Abu Zar - Magang Full

25

dapat dilakukan dengan CO2 atau dry chemical. Foam meskipun dapat

digunakan tetapi tidak disarankan karena dapat merusak peralatan listrik

d. Kelas D: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan logam / metal seperti

magnesium, sodium, potasium, dan alumunium. Pemadaman api kelas D ini

dapat dengan menggunakan bahan kimia kering khusus, seperti bahan berbasis

Sodium Klorida, lemak, pasir.

e. Diluar kelas diatas tersebut, ada tambahan kelas untuk kebakaran yang

diakibaktkan oleh bahan-bahan dapur yakni api kelas K (untuk mudah

mengungat K adalah ”kitchen”). Kebakaran khusus dari dapur karena minyak

goreng atau lemak (cooking oil atau fats) yang jika dalam keadaan terlalu panas

akan mencapai titik nyala sendiri (auto ignition)

2.4.2 Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran adalah pengelompokan atas hunian

untuk disesuaikan dengan fasilitas penanggulangan kebakaran yang diperhitungkan

Dalam SNI 03-3987-1995, klasifikasi bahaya kebakaran digolongkan dalam 3

golongan, yaitu:

a. Bahaya Kebakaran Ringan

Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat hanya sedikit barang-barang

jenis A yang dapat terbakar, termasuk perlengkapan, dekorasi dan semua isinya.

Tempat yang mengandung bahaya ini meliputi bangunan perumahan (hunian),

pendidikan (ruang kelas), kebudayaan, kesehatan dan keagamaan.

Page 39: Abu Zar - Magang Full

26

Kebakaran berdasarkan perhitungan bahwa barang-barang dalam ruangan

bersifat tidak mudah terbakar, atau api tidak mudah menjalar. Di sini juga termasuk

barang-barang jenis B yang ditempatkan pada ruang tertutup dan tersimpan aman.

b. Bahaya Kebakaran Menegah

Bahaya kebakaran pada tempat dimana terletak barang-barang jenis A yang

mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar dalam jumlah lebih banyak dari pada

yang terdapat di tempat yang mengandung bahaya kebakaran ringan. Tempat ini

meliputi bangunan perkantoran, rekreasi, umum, pendidikan (ruang praktikum).

c. Bahaya Kebakaran Tinggi

Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat barang-barang jenis A yang

mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar, yang jumlahnya lebih banyak dari

yang diperkirakan dari jumlah yang terdapat pada bahaya kebakaran menengah.

Tempat ini meliputi bangunan transportasi (terminal), perniagaan (tempat pameran

hasil produksi, show room), pertokoan, pasar raya, gudang.

4.5 Penanggulangan Kebakaran

Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 26 -

27), karena kebakaran adalah suatu yang dapat menyebabkan banyaknya kerugian, oleh

karena itu perlu diperhatikan penanggulangannya, yaitu segala upaya yang dilakukan

untuk menyelamatkan dan memadamkan api serta memperkecil kerugian akibat

kebakaran. Penanggulangan dapat dilakukan sebelum, pada saat dan sudah terjadi

kebakaran. Usaha – usaha yang dapat dilakukan yaitu usaha pencegahan kebakaran,

usaha proteksi kebakaran dan usaha pemadaman kebakaran.

Page 40: Abu Zar - Magang Full

27

a. Pencegahan Kebakaran

Pencegahan dalam hal ini adalah adalah istilah untuk menunjukkan cara yg

dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran atau dapat dengan program-program

pencegahan kebakaran. Usaha ini pada mulanya dilakukan oleh pihak yang berwenang

dan menuntut peran serta dari masyarakat. Sedangkan usaha – usaha yang dilakukan

Pemerintah adalah :

1) Mengadakan dan menjalankan undang – undang / peraturan daerah seperti :

- Undang – undang gangguan yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan

dengan tempat tinggal atau tempat mendirikan bangunan.

- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan

pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada gedung bertingkat.

- Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 1992 tentang ketentuan

penanggulangan bahaya kebakaran dalam wilayah DKI Jakarta.

2) Mengadakan perbaikan kampung yang meliputi sarana sarana fisik berupa pembuatan

jaringan jalan dan sarana sanitasi, serta meningkatkan kesejahteraan sosial

penduduk.

3) Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah

kebakaran, perlu ditekankan bahwa undang – undang / peraturan daerah yang ada

serta penyuluhan – penyuluhan yang diadakan sama sekali tidak berguna bila tidak

dijalankan dengan baik.

Page 41: Abu Zar - Magang Full

28

b. Proteksi Kebakaran

Proteksi kebakaran adalah istilah untuk prosedur pencegahan kebakaran, deteksi

kebakaran dan pemadaman kebakaran. Proteksi kebakaran yaitu mencakup fasilitas

system proteksi kebakaran dan sumber daya manusia penanggulangan kebakaran.

Sistem proteksi kebakaran adalah suatu sistem pencegahan terhadap bahaya

kebakaran pada suatu bangunan dan lingkungannya dengan cara mendeteksi sekaligus

menanggulanginya dengan cepat dan tepat, sehingga tidak menimbulkan kebakaran yang

lebih besar. Sistem proteksi kebakaran ini dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1) Sistem proteksi kebakaran aktif

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara

lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem

pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran,

serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam

khusus. Contoh sistem proteksi kebakaran aktif adalah APAR, monitor, sprinkler,

hidran, fire truck, detektor kebakaran, dll. Sistem proteksi aktif ada yang sifatnya

portable misalnya APAR, ada juga yang sifatnya fix misalnya water sprinkler, heat

detector (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008).

2) Sistem proteksi kebakaran pasif

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk

atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,

kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap

Page 42: Abu Zar - Magang Full

29

api, serta perlindungan terhadap bukaan. Sedangkan contoh sistem proteksi kebakaran

pasif yaitu fire proofing, konstruksi yang didesain tahan api, Pintu yang didesain khusus

untuk mengontrol asap, struktur bangunan yang terbuat dari bahan tahan api misalnya

baja, dll (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008).

c. Pemadaman Kebakaran

Kebakaran dapat dilakukan pemadaman dengan menghilangkan unsur - unsur

yang dapat menyebabkan kebakaran terjadi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya

bahwa unsur-unsur tersebut adalah sumber panas, oksigen, dan bahan bakar. Unsur-

unsur tersebut akan bereaksi secara kimia dan dapat menyebabkan kebakaran. Oleh

karena itu, teori pemadaman api itu sendiri adalah dengan menghilangkan unsur dan

terjadilah pemutusan reaksi sehingga kebakaran yang terjadi tidak semakin membesar.

Menurut NFPA 10 edisi 1991 (seperti dikutip oleh Estria Cintha, 2008) dijelaskan

bahwa teknik-teknik pemadaman antara lain :

1) Cooling/Pendinginan

Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan menghilangkan panas serta

mendinginkan permukaan dan bahan yang terbakar dengan bahan semprotan air sampai

menmencapai suhu dibawah titik nyalanya. Atau dengan kata lain mengurangi/

menurunkan panas sampai benda yang terbakar mencapai suhu dibawah titik nyalanya

(flash point). Pendinginan permukaan yang terbakar tersebut akan menghentikan proses

terbentuknya uap.

Page 43: Abu Zar - Magang Full

30

2) Smothering/Penyelimutan

Kebakaran dapat juga dipadamkan dengan menghilangkan unsur oksigen atau

udara. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan karbondioksida atau busa akan

menghentikan suplai udara. Biasa juga dikenal dengan sistem pemadaman

isolasi/lokalisasi yaitu memutuskan hubungan udara luar dengan benda yang terbakar,

agar perbandingan udara dengan bahan bakar tersebut berkurang.

3) Starvation/Memisahkan bahan yang terbakar

Suatu bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran yang

menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan supplai bahan bakar yang dapat

terbakar. Yaitu mengurangi atau mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar

menutupi aliran bahan yang terbakar.

4) Memutus Rantai Reaksi

Pemutusan rantai reaksi pembakaran dapat juga dilakukan secara fisik, kimia

atau kombinasi fisik-kimia. Secara fisik nyala api dapat dipadamkan dengan peledakan

bahan peledak ditengah-tengah kebakaran. Secara kimia pemadaman nyala api dapat

dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan yang dapat menyerap hidroksit (OH) dari

rangkaian reaksi pembakaran. Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan menjadi 3

kelompok, yaitu :

- logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemical).

- Ammonia berupa tepung kimia kering

- Halogen yeng berupa gas dan cairan

Page 44: Abu Zar - Magang Full

31

2.6 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

2.6.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

2.6.1.1 Pengertian APAR

Adapun pengertian-pengertian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah sebagai

berikut :

a. Menurut (Permenakertras No. PER.04/MEN/1980)

Alat pemadam api ringan adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu

orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya kebakaran

b. Menurut SNI 03-3987-1995

APAR adalah pemadam api ringan yang ringan, mudah dibawa / dipindahkan dan

dilayani oleh satu orang dan alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan api pada

mula terjadi kebakaran pada saat api belum terlalu besar.

2.6.1.2 Jenis-jenis dan Klasifikasi APAR

Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) menurut permenakertrans no per

04/men/1980 adalah sebagai berikut :

a. Serbuk kimia kering (dry chemical)

Media yang digunakan dalam APAR ini adalah partikel-partikel kimia yang

mencakup sodium bikarbonat, potassium bikarbonat, potassium bikarbonat berbahan

dasar urea, potassium klorida atau mono kromonium fosfat yang dicampur secara khusus

sehingga dapat menyerap panas. Cara kerja dari pemadam ini adalah dengan merusak

Page 45: Abu Zar - Magang Full

32

reaksi kimia pembakaran dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang

terbakar (Dry chemical memadamkan api dengan memisahkan empat bagian api

tetrahedron). Untuk jenis ini dapat digunakan untuk kelas kebakaran A, B, maupun C.

b. Air

Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran telah digunakan dari zaman

dahulu sampai sekarang. Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik

mengambil panas (colling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A)

karena dapat menembus sampai bagian dalam (Modul K-03 Depnaker). Ada tiga macam

APAR air, yaitu : air dengan pompa tangan, air bertekanan, dan asam soda/soda acid.

APAR dengan media air ini tidak dianjurkan digunakan untuk :

• Kebakaran pada perangkat listrik yang bertegangan (Kelas C).

• Kebakaran logam (Kelas D).

• Kebakaran minyak dan cairan yang mudah terbakar (Kelas B).

Untuk jenis pemadam ini biasanya digunakan hanya untuk jenis kebakaran kelas

A saja.

c. Busa (Foam)

Ada dua macam busa yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari

gelembung yang berisi antara lain zat arang dan CO2, sedangkan busa mekanik dibuat

dari campuran zat arang dengan udara. Salah satu APAR jenis foam ialah AFFF.

Aqueous Film Forming Foam atau AFFF adalah campuran busa yang dilarutkan

dalam air, berfungsi sebagai penghalang tercampurnya udara dengan uap bahan bakar

dengan cara membentuk lapisan film hidrokarbon pada permukaan bahan bakar untuk

Page 46: Abu Zar - Magang Full

33

menekan timbulnya uap bahan bakar. Biasanya digunakan untuk jenis kelas kebakaran

D.

Keuntungan penggunaan foam/busa adalah dapat menutupi permukaan yang

terbakar dan timbul pada permukaan. Sedangkan kerugian penggunaan foam/busa adalah

tidak dapat memadamkan kebakaran listrik, dan meninggalkan bekas busa

d. Halon (cairan mudah menguap)

Biasanya digunakan untuk memadamkan jenis kebakaran kelas C. Namun saat

ini sudah jarang digunakan karena mempunyai efek samping terhadap ozon. Gas Halon

bersifat stabil, sehingga bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 4850C akan

mengalami proses penguraian. Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut

akan mengikat unsure hydrogen dan O2 dari udara, sehingga memutus rantai reaksi

kimia pada proses pembakaran dan menghasilkan beberapa unsur baru yang diantaranya

antara lain : Hydrogen Fluida (HF), Hydrogen Bromida (HBr), dan senyawa-senyawa

carbon halide (COF2 dan COBr2). Oleh karena sifat zat baru tersebut beracun maka

berbahaya terhadap manusia.

Keuntungan menggunakan APAR halon adalah bahan pemadam yang ampuh,

bersih, dan tidak meninggalkan bekas. Sedangkan kerugian menggunakan APAR yang

berisi halogen adalah penggunaan APAR jenis ini di ruangan tertutup berbahaya bagi

manusia (beracun), sebaiknya menggunakan masker.

e. CO2

Media yang digunakan dalam APAR ini adalah gas CO2. Cara kerja dari

pemadam jenis ini adalah dengan menyingkirkan O2 dari area kebakaran dan

memisahkannya dari bahan bakar, karena CO2 lebih berat dibandingkan dengan O2.Oleh

Page 47: Abu Zar - Magang Full

34

sebab gas CO2 tersimpan dalam fasa cair dengan tekanan tinggi, maka suhunya pun

sangat rendah (di bawah -780C) sehingga pemadamannya dilakukan dengan metode

pendinginan.Media ini biasanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas C.

CO2 dapat juga dipergunakan sebagai alat pemadam otomatis. Salah satu

kelemahan CO2 ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat mencegah terjadinya

kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO2 tersebut tidak

dapat mengikat O2 secara terus menerus tetapi hanya dapat mengikat O2 sebanding

dengan jumlah CO2 yang tersedia sedang supply O2 di sekitar tempat kebakaran terus

berlangsung.

Kelemahan lain penggunaan APAR jenis ini adalah di ruangan terbuka kurang

efektif dan jangan sampai terkena kulit, karena dapat terkelupas (Hikmat, 2004). Tetapi

keuntungan penggunaan APAR jenis ini adalah cocok ditempatkan di ruangan komputer,

dapat masuk sampai ke sela-selanya, dan tidak berbekas.

Sedangkan klasifikasi APAR, dapat dibedakan menjadi 4 macam (Elsi Elsa,

2003: 26-28), yaitu :

1) APAR Golongan A

APAR golongan A yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran

pada klasifikasi kebakaran A. Zat/bahan pemadam dapat berupa: air bertekanan, zat

kimia larut, asam soda, busa, mono amonium fosfat, diamonium fosfat, dalam tabung

bertekanan. Tanda pengenal dapat dilihat bertuliskan huruf A pada dasar berbentuk

segitiga berwarna hijau.

Page 48: Abu Zar - Magang Full

35

2) APAR Golongan B

APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran golongan B. Zat/bahan

pemadam berupa zat-zat kimia pemadam api seperti zat asam arang (CO2), zat kering

pakai natrium dan kalium bikarbonat, zat-zat kimia serbaguna bromotifluoromethan,

karbon tetra klorida, klorobromomethan. Tanda pengenalnya bertuliskan huruf B besar

pada dasr berbentuk segi empat berwarna merah.

3) APAR Golongan C

APAR golongan C yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran

golonngan C. Zat/bahan pemadam berupa: zat-zat yang tidak menghantarkan llistrik, zat

asam arang (CO2), zat kimia kering pakai natrium dan kalium bikarbonat, zat-zat kimia

serba guna, bromotifluoromethan, karbon tetra klorida, klorobromomethan. Tanda

pengenalnya bertuliskan huruf C besar pada dasar berbentuk lingkaran berwarn biru.

4) APAR Golongan D

APAR golongan D yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran

golongan D. Zat/bahan pemadam dapat berupa zat pemadam khusus berupa bubuk

kering, antara lain senyawa yang mengandung garam dapur, granit, grafit fosfor. APAR

golongan ini dapat dikenali dengan pada dasar berbentuk bintang berwarna kuning.

2.6.1.3 Pemasangan APAR

Menurut Permenakertras 04/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan

pemeliharaan APAR, pemasangan APAR harus sebagai berikut:

a. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi

Page 49: Abu Zar - Magang Full

36

yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi

dengan pemberian tanda pemasangan.

b. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125cm dari dasar lantai tepat diatas

satu atau kelompok alat pemadam bersangkutan.

c. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan

penggolongan kebakaran.

d. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang laiinya tidak boleh melebihi 15

meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan verja.

e. Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang didapati sudah berlubang-

lubang atau cacat karena karat.

f. Setiap APAR harus ditempatkan (dipasang) menggantung pada dinding dengan

penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguatan lainnya dan ditempatkan

pada lemari (box) yang tidak dikunci.

g. Pemasangan APAR dengan bagian paling atas berada pada ketinggian 1.2 m dari

lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih rendah

dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai.

h. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49 C

atau turun sampai minus 44 C kecuali APAR tersebut dibuat khusus untuk suhu

diluar batas tersebut.

i. Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.

Page 50: Abu Zar - Magang Full

37

2.6.1.4 Cara Penggunaan APAR

Alat pemadam kebakaran dapat bermanfaat jika digunakan dengan benar. Hal ini

berarti orang yang diharapkan akan menggunakan alat tersebut harus menerima

pelatihan yang memadai. Menurut modul pertamina no 11 “Aspek Kebakaran” secara

umum, orang tersebut harus mengetahui :

a. Lokasi alat pemadam kebakaran di tempat kerja.

b. Tingkatan alat pemadam kebakaran dan kecocoknnya untuk jenis kebakaran.

c. Bagaimana mengoperasikan alat pemadam kebakaran dan secara efektif

menangani kebakaran sambil tetap menjaga diri.

Secara umum cara menggunakan APAR dibedakan menjadi 10 tahap yaitu

adalah sebagai berikut :

a. Tarik cincin pin pada APAR

b. Untuk jenis catridge tekan tuas oenusuk agar alat pemadam siap digunakan

c. Dekati api dari arah angin berhembus

d. Arahkan nozzle ke sumber kebakaran dari jarak yang aman

e. Tekan tuas operasi. Beberapa alat pemadam kebakaran menyemprot pada

kecepatan tinggi. Hindari semprotan langsung ke arah bahan bakar cair karena

dapat menimbulkan percikan yang dapat menyebarkan dan memperbesar api

Page 51: Abu Zar - Magang Full

38

f. Arahkan semprotan dari nozzle dari satu ke sisi lain secara horizontal hingga

semua area tertangani dengan menggunakan lengan (bukan pergelangan tangan)

g. Lanjutkan hingga seluruh badan pemadam habis dan api dapat dipadamkan

h. Pastikan kebakaran telah padam dan mundur perlahan, namun jangan pernah

membelakangi api. Ingat, selalu ada resiko api menyala kembali. Pastikan juga

anda selalu pada posisi yang bebas untuk menyelamatkan diri (escaping) dengan

selalu membelakangi jalan keluar.

i. Cari bantuan ketika kebakaran sudah di luar kendali.

j. Setelah dipakai, alat pemadam kebakaran harus diperbaiki dan isi kembali.

2.6.2 Hidran

2.6.2.1 Pengertian Hidran

Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk

mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran

(PerMen PU, 2008). Instalasi Hidran adalah suatu system pemadam kebakaran tetap

yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan

selang kebakaran. Hidran secara umum dibagi menjadi 2 macam (PerMen PU, 2008),

yaitu:

a. Hidran Gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak dalam suatu bangunan/gedung dan

system serta peralatannya disediakan dalam bangunan gedung tersebut.

Page 52: Abu Zar - Magang Full

39

b. Hidran Halaman

Hidran halaman adalah Hidran yang terletak di luar bangunan, sedangkan

instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang dilingkungan bangunan tersebut.

2.6.2.2 Penempatan Hidran

Penempatan hidran menurut Kep Men PU No. 02/KPTS/1985 adalah harus

sebagai berikut :

a. Lokasi penempatan jenis hidran kebakaran dibagi menjadi hidran gedung dan

hidran luar gedung

b. Komponen hidran terdiri dari sumber persediaan air, pompa kebakaran, selang

kebakaran, kopling penyambung dan perlengkapan lainnya

c. Selang kebakaran dengan diameter kurang dari 1,5 inci harus terbuat dari tahan

yang tahan panas dan panjang maksimum selang harus 30m

d. Semua peralatan hidran kebakaran sebaiknya dicat warna merah atau warna yang

mudah terlihat

e. Pipa pemancar (nozzle) harus sudah terpasang pada selang kebakaran

f. Kotak hidran harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh

benda lain

2.6.2.3 Inspeksi dan Pengujian Hidran

Inspeksi dan pengujian hidran menurut KepMen PU No. 02/KPTS/1985 adalah

harus sebagai berikut :

Page 53: Abu Zar - Magang Full

40

a. Pemipaan dan fiting harus diinspeksi setiap tahun

b. Katup selang hidran harus diinspeksi setiap tiga bulan

c. Sambungan pemadam harus diinspeksi setiap tiga bulan

d. Hidran luar gedung/pillar hidran harus diinspeksi setiap tahun dan setelah operasi

e. Kotak selang hidran luar harus diinspeksi setiap tiga bulan

f. Pengujian aliran air harus dilakukan setiap lima bulan pada sambungan selang

terjauh secara hidrolik

g. Hidran luar harus diuji coba setiap tahun dengan cara dibuka penuh sampai

semua kotoran dan benda asing terbuang selama kurang lebih satu menit

2.6.2.4 Pemeliharaan Hidran

Pemeliharaan hidran menurut KepMen PU No. 02/KPTS/1985 adalah harus

sebagai berikut :

a. Setelah pemakaian semua selang harus dibersihkan, dibuang airnya dan

dikeringkan seluruhnya sebelum dipasang kembali

b. Bila tutup sambungan pemadam (siamese) tidak ada pada tempatnya, bagian

dalam sambungan pemadam kebakaran harus diperiksa untuk halangan atau

sumbatan

c. Hidran luar gedung atau pillar hidran harus diberi pelumas setiap tahun

d. Kotak selang hidran luar gedung atau pillar hidran harus dipelihara atau dirawat

setiap tahun untuk menjamin kelengkapan dan dalam kondisi yang dapat

digunakan.

Page 54: Abu Zar - Magang Full

41

2.6.3 Sprinkler Otomatis

Menurut SNI 03-3989-2000 instalasi sprinkler adalah pemadam kebakaran yang

dipasang secara tetap/permanen didalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran

secara otomatis dengan menyemprotkan air ditempat mula terjadi kebakaran. Sprinkler

ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling efektif

dibandingkan dengan sistem hidran dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New

Zealand memberikan angka keberhasilan mencapai 99%. Studi lain di USA

menyimpulkan bahwa sprinkler mampu membatasi kebakaran pada area of origin pada

tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler yang hanya 70%. Semua building code di dunia

mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan tinggi, bahkan sekarang di USA sudah

mulai digalakkan sprinkler untuk residensial tunggal dengan ketinggian satu sampai dua

tingkat. Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit

kebakaran tidak dapat dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka

kemungkinan besar kebakaran akan menyebar ke seluruh lantai dan bangunan.

Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan untuk

mengendalikan atau memadamkan kebakaran secara otomatik. Banyak kejadian

dilaporkan bahwa ketika petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh

sprinkler.

Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti

ketahanan api, kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan.

Misalnya untuk kelas hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam

Page 55: Abu Zar - Magang Full

42

atau bahkan 4 jam. Serta deteksi boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk

ruang tertentu yang karena fungsinya harus menggunakan detektor panas). Dengan

demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai

proyek keseluruhan.

Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah

naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya

digunakan temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis

dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi

dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak

perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor

asap.

Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan

terbentuk 2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di

bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah

selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif

sama dengan temperatur ruangan.

Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api)

relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem

sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai.

Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen.

Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding

keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama,

Page 56: Abu Zar - Magang Full

43

kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko

bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian apartemen di atas dan

paserba di podium, mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian

rancangan densitasnya pun berbeda. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan

pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit

dan rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga

sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan

pemeliharaan berkala yang sesuai standar, mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat

diperlukan bila terjadi kebakaran. Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur

terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai

ketahanan api (dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut

mempengaruhi kinerja sistem sprinkler (Danial, 2010).

Menurut NFPA 13 (dikutip Iskandar, 2008 : 36) sistem sprinkler dibagi beberapa

jenis yaitu :

a. Dry Pipe System

Dry pipe system adalah suatu sistem yang menggunakan sistem sprinkler otomatis

yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen

bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api

bertekanan membuka dry pipe valve.

b. Wet Pipe System

Wet pipe system yaitu sistem sprinkler yang bekerja secara otomatis tergabung

Page 57: Abu Zar - Magang Full

44

dengan sistem pipa yang berisi air dan terhubung dengan suplai air sehingga air

dikeluarkan dengan segera dari sprinkler yang terbuka oleh adanya panas api.

Menurut PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 kepala springkler harus tidak

ditempatkan di tempat yang mungkin mendapat kerusakan mekanis. Selain itu sprinkler

juga harus terdapat seorang atau lebih koordinator jika terjadi kerusakan atau setelah

pemakaian. Sebuah label juga harus dipasangkan untuk menunjukkan bahwa suatu

sistem, atau bagian dari sistem, telah dihentikan pengoperasiannya atau di non aktifkan.

Sprinkler juga harus dirancang sedemikian rupa agar minimal dapat mempertahankan

agar api tidak berkembang selama 30 menit. Batas jarak maksimum antar kepala

sprinkler harus juga di sesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran yang ada. Dan yang

terpenting adalah sprinkler dibuat sedemikian rupa sehingga sprinkler dapat bekerja

secara otomatis.

2.6.4 Pompa Pemadam

Menurut SNI No 03-6570-2001 pompa pemadam kebakaran adalah suatu alat

yang fungsinya untuk memompa air agar air dapat keluar dari tempat penyediaan air

dengan tekanan tertentu yang dikehendaki sesuai keperluan. Untuk pompa pemadam

kebakaran, yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Kapasitas main fire pump antara 500 gpm sampai degan 2500 gpm

b. Jumlah pompa sesuai dengan kebutuhan air

c. Untuk menjaga tekanan dlm pipa tetap 100 psig pakai Jokey Pump dgn kapasitas

antara 150 gpm pada 100 psig

Page 58: Abu Zar - Magang Full

45

d. Untuk start maka harus Automatic kecuali ada operator yg standby 24 jam terus

menerus

e. Automatic untuk pompa listrik berdasarkan tekanan air dalam pipa drop. Untuk

pompa selanjutnya start secara manual. Tapi sekarang sudah hampir semua

menggunakan system start automatic.

Pompa pemadam kebakaran terbagi menjadi 2 macam yaitu ada yang bersifat

permanen ada juga yang bersifat portable. Pompa pemadam yang bersifat tetap

merupakan pompa pemadam bila terjadi kebakaran yang dipasang bersamaan dengan

konstruksi bangunan yang sifatnya permanen untuk melindungi bangunan tersebut.

Sedangkan pompa pemadam kebakaran yang sifatnya portable adalah pompa pemadam

yang sifatnya dapat dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan.

Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 pompa kebakaran, penggerak

dan alat kontrolnya harus diproteksi terhadap kemungkinan gangguan pelayanan. Unit

pompa pemadam kebakaran didalam bangunan harus dipisahkan dari semua daerah

bangunan dengan konstruksi. Unit pompa kebakaran yang ditempatkan diluar bangunan

dan instalasi pompa kebakaran dalam bangunan lain yang diproteksi oleh pompa

kebakaran harus ditempatkan minimal 15,3 m dari bangunan yang di proteksi.

Pencahayaan buatan harus disediakan dalam ruangan pompa, pencahayaan darurat juga

harus disediakan dan ventilasi ruangan pompa harus sesuai ketentuan. Lantai harus

dibuat landai/miring untuk pengeringan yang cukup menghilangkan air menjauhi

peralatan yang kritis seperti pompa, penggerak, alat kontrol dsb. Ruangan pompa harus

disediakan dengan pengering lantai yang menyalurkan air ke lokasi luar.

Page 59: Abu Zar - Magang Full

46

2.6.5 Penyediaan Air

Penyediaan air untuk kebakaran adalah suatu tempat penyediaan air yang akan

digunakan saat terjadi kebakaran. Air pemadam harus tersedia dari sumber yang cukup

untuk bisa mensupply air selama minimum 6 jam terus menerus sesuai dengan kapasitas

maximum pompa yg terpasang. Air yang digunakan untuk pemadaman kebakaran harus

tidak terkontaminasi oleh minyak serta harus tidak boleh mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu atau menyumbat ketika penyemprotan pemadaman

kebakaran. Air untuk pemadaman kebakaran bisa dari air tawar atau air laut, namun jika

digunakannya air laut dapat membuat peralatan korosi karena sifat air laut yang korosif

(Ramli, 2010).

Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008, sekurang-kurangnya harus

terdapat 1 jenis sistem penyediaan air. Sistem penyediaan air tersebut harus bekerja

secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat digunakan dan

diandalkan setiap saat. Air yang digunakan dalam tempat penyimpanan air ini juga tidak

boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu. Dan sebisa mungkin

untuk tidak menggunakan air asin, jika memang harus terpaksa menggunakan air asin,

maka peralatan tertentu harus dibilas lagi dengan air tawar segera mungkin karena air

asin sifatnya korosif.

Ditinjau dari bahan pembuatnya ada 3 jenis tempat penyimpanan air yaitu dari

bahan plastik PE (poly Etilene), dari bahan stainless steel dan dari bahan fiber. Tempat

penyimpanan air yang terbuat dari bahan plastik PE (poly Etilene) bagian dalamnya

dilengkapi dengan lapisan anti lumut sehingga menjaga kualitas air yang disimpan

Page 60: Abu Zar - Magang Full

47

didalamnya. Tempat penyimpanan air jenis seperti ini banyak sekali digunakan di dunia

air isi ulang, AMDK, perumahan, apartemen, maupun di industri terutama digunakan

untuk penampungan air baku sebelum melalui suatu proses pengolahan air. Tempat

penyimpanan air ini tidak dapat digunakan untuk menampung cairan minyak, oli atau

cairan kimia karena akan merusak kondisi fisik dari tempat penyimpanan air itu sendiri.

(Anonim, 2012)

Keunggulan tempat penyimpanan air yang terbuat dari bahan plastik PE (poly

Etilene) yaitu :

a. Tempat penyimpanan air Tahan Terhadap Radiasi Ultra Violet.

Tempat penyimpanan air / Tandon Air Polyethylene tahan terhadap radiasi ultra

violet yang dapat menyebabkan perubahan warna, keretakan, dan akhirnya dapat

membuat tempat penyimpanan air pecah. Tempat penyimpanan air kami dibuat dari

bahan hasil teknologi terbaru yang tahan terhadap radiasi UV sampai dengan 1000 kly,

rata-rata radiasi UV di daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatra adalah 140 kly per tahun.

Dengan menggunakan tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami maka akan

bertahan lama terutama dari Sinar UV.

b. Tempat penyimpanan air Tahan Terhadap Segala Cuaca.

Tempat penyimpanan air Polyethylene di buat sedemikian rupa agar tahan

terhadap segala perubahan cuaca atau iklim yang terjadi ( Tahan terhadap temperatus

mulai -30 Derajat Celcius sampai dengan 60 Derajat Celcius ) sehingga tempat

penyimpanan air tidak akan mudah pecah, retak ataupun mengelupas.

Page 61: Abu Zar - Magang Full

48

c. Tempat penyimpanan air Cocok Untuk Rumah dan Industri.

Tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami sangat cocok untuk Industri

dan Rumah Tangga, karena tempat penyimpanan air kami terbuat dari bahan

Polyethylene bermutu yang diakui oleh FDA (Food and Drugs Administration ), Tidak

beracun, tidak dapat merubah rasa sehingga aman untuk menyimpan air minum dan

makanan.

d. Tempat penyimpanan air Yang Memiliki Dinding Multi Lapis.

Tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami memiliki keunggulan 3 lapis

yaitu lapisan luar yang memiliki warna yang bervariasi, tahan panas dan tahan terhadap

sinar UV. Lapisan Tengah yang erbuat dari bahan PE Foam yang berfungsi untuk

penahan panas, benturan dan elastisitas sehingga tidak mudah pecah. Dan lapisan Dalam

: Terbuat dari bahan PE Putih Deluxe yang berguna untuk menghambat pertumbuhan

jamur, halus dan tidak berbau.

e. Instalasi Yang Mudah.

Untuk Pemasangan / Instalasi sangat mudah dan cepat karena cukup di letakkan

di atas permukaan / fondasi yang datar dan dapat di letakkan di atas menara ( tower )

karena bahan Polyethylene cukup ringan.

f. Aksesories Lengkap.

Aksesoris untuk Tempat penyimpanan air Polyethylene berupa : Fitting untuk

Lubang Output dan Input Air sudah termasuk beserta Tutup Standart yang dapat

menjaga agar air minum tidak menjadi kotor karena dimasuki oleh kotoran yang tidak di

Page 62: Abu Zar - Magang Full

49

ingikan Lubang untuk Input atau Output Air adalah standart dan dapat juga sesuai

dengan permintaan. (Anonim, 2011)

Manfaat dan kegunaan dari tempat penyimpanan air yang terbuat dari bahan

plastik PE (poly Etilene) yaitu :

1) Industri Kimia : Menyimpan bahan – bahan kimia atau air keras limbah industri.

2) Industri Transportasi : Transport bahan kimia, minyak, air dan proyek bangunan.

3) Industri Tekstil : Penyimpanan larutan warna, pigment dll.

4) Perikana Pelayaran : Penyimpanan hasil penangkapan ikan.

5) Pertanian : Penyimpanan pupuk, racun hama, hasil pertanian.

6) Rumah Tangga : Penyimpanan air, penyimpanan air dalam tanah, tempat sampah.

7) Lain – lain : Perhotelan, pariwisata, kolam renang, dll.

Jenis yang kedua adalah dari bahan stainless steel. Tempat penyimpanan air jenis

seperti ini banyak sekali digunakan di dunia air isi ulang, AMDK, perumahan,

apartemen, maupun di industri terutama digunakan untuk penampungan air product

sesudah melalui suatu proses pengolahan air. Tempat penyimpanan air jenis ini juga

tidak dapat digunakan untuk menampung cairan minyak, oli atau cairan kimia karena

akan merusak kondisi fisik dari tempat penyimpanan air itu sendiri. Jenis yang ketiga

adalah dari bahan fiber. Tempat penyimpanan air jenis seperti ini banyak sekali

digunakan di dunia air isi ulang, AMDK, perumahan, apartemen, maupun di industri

terutama digunakan untuk penampungan air baku atau air bersih. (Anonim, 2012)

Page 63: Abu Zar - Magang Full

50

2.6.6 Detektor Kebakaran

Sistem deteksi adalah suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa untuk

mendeteksi, adanya peringatan sampai adanya pemberitahuan terkait adanya tindakan

darurat. Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya

kebakaran dan mengawali suatu tindakan (SNI 03-3985-2000).

Kegunaan sistem deteksi adalah untuk mendeteksi dan memberi sinyal dasar atau

tanda bahaya secara dini bila terjadi kebakaran sehingga sinyal atau tanda bahaya

tersebut dapat ditanggulangi secara cepat. Jadi kerugian akibat terjadinya kebakaran

dapat ditekan menjadi lebih rendah dan yang sangat penting adalah meminimalkan

korban jiwa akibat kebakaran tersebut. (modul pelatihan fire alarm system PGE, 2012)

Menurut permenaker no Per 02/men/1983 detektor dibagi menjadi empat macam

jenis yaitu : detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan detektor gas kebakaran

a. Detektor asap. Detektor asap adalah alay yan mendeteksi partikel yang terlihat atau

yang tidak terlihat dati suatu pembakaran. Detektor asap terdapat 3 jenis yaitu

detektor asap optik dan detektor asap ionisasi.

b. Detektor panas. Detektor panas adalah alat yang mendeteksi temperatur tinggi atau

laju kenaikan temperatur yang tidak normal. Detektor panas terdapat 2 jenis yaitu

detektor bertemperatur tetap yang bekerja pada suatu batas panas tertentu, detektor

yang bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur dan detektor kombinasi

yang bekerjanya berdasarkan kenaikan temperatur dan batas temperatur maksimum

yang ditetapkan.

Page 64: Abu Zar - Magang Full

51

c. Detektor nyala api. Detektor nyala api yaitu detektor yang bekerja berdasarkan

radiasi nyala api. Terdapat 2 tipe detektor nyala api yaitu detektor nyala api ultra

violet dan detektor nyala api infra red.

d. Detektor gas kebakaran. Detektor gas kebakaran yaitu alat detektor yang

bekerjanya berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran

ataupun gas-gas lainnya yang mudah terbakar.

Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 Detektor tidak boleh dipasang

dengan cara masuk ke dalam permukaan langit-langit. Detektor harus dipasang pada

seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar yang berlaku atau oleh instansi yang

berwenang. Terminal duplikat atau sejenisnya, harus disediakan pada setiap detektor

kebakaran otomatik untuk penyambungan cepat ke dalam sistem alarm kebakaran.

Detektor harus tidak diletakkan dimana udara dari suplai diffuser dapat melarutkan asap

sebelum mencapai detektor. Sumber tenaga listrik sistem deteksi tidak kurang dari 6

volt. Panel kontrol harus bisa menunjukan asal lokasi kebakaran. Untuk setiap ruangan

dengan luas 92 m² dengan tinggi langit-langit 3 m, harus dipasang 1 buah alat detektor.

Detektor tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 m dari AC.

2.6.7 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang

menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor panas, detektor nyala api dan titik

panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm

kebakaran. Alarm dibagi menjadi 2 jenis menurut cara kerjanya yaitu :

Page 65: Abu Zar - Magang Full

52

a. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat berupa bunyi khusus (audible

alarm). Alarm kebakaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

b. Mempunyai irama yang khas sehingga mudah dikenali

c. Bunyi alarm tersebut mempunyai frekuensi antara 500 – 1000 Hz dengan tingkat

kekerasan minimal 65 dB

d. Untuk ruangan dengan tingkat kebisingan normal yang tinggi, tingkat kekerasan

alarm audio minimal 5 dB lebih tinggi dari kebisingan normal

e. Untuk ruangan yang kemungkinan digunakan untuk tidur/istirahat, tingkat

kekerasan alarm audio minimal 75 dB

f. Alarm kebakaran yang memberikan tanda / isyarat yang tertangkap pandangan

mata secara jelas.

Kegunaan sistem alarm kebakaran adalah memberi notifikasi dari hasil deteksi

dari detektor dan memberi sinyal dasar atau tanda bahaya secara dini bila terjadi

kebakaran sehingga sinyal atau tanda bahaya tersebut dapat ditanggulangi secara cepat.

Jadi kerugian akibat terjadinya kebakaran dapat ditekan menjadi lebih rendah dan yang

sangat penting adalah meminimalkan korban jiwa akibat kebakaran tersebut. (modul

pelatihan fire alarm system PGE, 2012)

Alarm sistem juga memiliki suatu kontrol tertentu, kontrol sistem alarm terdiri

dari komponen sebagai berikut:

Page 66: Abu Zar - Magang Full

53

a. Notification Appliances Alarm (NAC), yaitu peralatan yang memberikan

peringatan sebagai efek dari adanya pendeteksian kebakaran seperti bell, lampu,

horn.

b. Master Control Fire Alarm (MCFA), yaitu peratalan yang mengolah masukan dari

hasil pendeteksian detektor dan memberikan keluaran terhadapat NAC.

c. Voice Control System, peralatan yang digunakan sebagai media komunikasi antara

operator dengan CPU-MCFA atau dengan pengertian lain sebagai media

komunikasi antara CPU-MCFA dengan manusia seperti LCD-160, LCD-80 dan

mimic panel.

d. Network System. Sistem yang digunakan dalam sebuah bangunan yang terdiri dari

beberapa MCFA dan setiap MCFA dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya.

Menurut modul pelatihan Fire Alarm System PT Pertamina Geothermal Energy

Area Kamojang 15 Feb 2012, kontrol sistem alarm terbagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Sistem Konvensional. Sistem konvensional adalah sistem pendeteksian kebakaran

yang memanfaatkan pendeteksian langsung perubahan keadaan detektor.

b. Sistem Intelligent. Sistem ini merupakan sistem pendeteksian kebakaran yang

memanfaatkan proses perubahan secara elektronik dan akan diperoleh hasil yang

lebih akurat, dapat dilakukan penyesuaian serta dapat diketahui keadaan aktual.

Menurut standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 sistem alarm kebakaran harus

mempunyai sebuah program pemeliharaan dan pengujian. Riwayat catatan

pemeliharaan, pengujian dan dokumentasi harus disimpan. Untuk sistem alarm

Page 67: Abu Zar - Magang Full

54

kebakaran yang menggunakan deteksi otomatik kebakaran atau alat deteksi aliran air,

sekurang-kurangnya satu kotak titik panggil manual harus disediakan untuk inisiasi

sinyal alarm kebakaran. Setiap kotak titik panggil manual pada sistem harus dapat

dicapai, tidak terhalang dan tampak jelas. Notifikasi penghuni harus disediakan untuk

menyiagakan penghuni terhadap suatu kejadian kebakaran atau keadaan darurat lainnya.

Alarm di Panel annunciator pada pusat pengendalian kebakaran harus dengan cara

indikator suara dan visual. Alarm harus mempunyai notifikasi khusus yang berbeda.

Alarm manual sebaiknya berwarna merah dan ditempatkan pada lintasan jalur keluar.

Lokasi penempatan alarm manual tersebut tidak boleh terkena gangguan. Kekerasan

suara alarm minimal 65 dB. Adanya pemeliharaan rutin terhadap alarm.

Page 68: Abu Zar - Magang Full

55

BAB III

ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

3.1 Aktivitas Kegiatan Magang

3.1.1 Rencana Kegiatan

Berikut adalah rangkaian rencana kegiatan magang di lapangan yang telah

disusun oleh mahasiswa sebelum kegiatan magang dilaksanakan:

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang Tahun 2012

No Waktu Kegiatan

1 Hari Ke-1 Perkenalan dengan pembimbing lapangan dan dan sebagian

jajaran.

2 Hari Ke-2 Bimbingan kepada pembimbing lapangan terkait judul

magang

3 Hari Ke-3 Mencari data mengenai gambaran umum pertamina secara

keseluruhan.

4 Hari Ke-4 Mencari data sekunder mengenai gambaran umum

perusahaan, profil perusahaan, struktur organisasi

perusahaan, proses industri utama perusahaan unit-unit kerja

perusahaan, tenaga kerja, sarana dan prasarana, data

mengenai kasus kebakaran.

5 Hari Ke-5 Mencari data mengenai gambaran umum bagian K3 struktur

orgnisasi bagian K3, standar K3 perusahaan, program dan

prosedur kerja serta system kerja dan data kasus kebakaran.

Page 69: Abu Zar - Magang Full

56

6 Hari Ke-6 Mencari data mengenai gambaran sprinkler otomatis

7 Hari Ke-7 Mencari data mengenai gambaran sprinkler otomatis

8 Hari Ke-8 Mencari data mengenai gambaran pompa pemadam

9 Hari Ke-9 Mencari data mengenai gambaran penyediaan air

10 Hari Ke-10 Mencari data mengenai gambaran sistem deteksi dan alarm

11 Hari Ke-11 Mencari data mengenai gambaran sistem deteksi dan alarm

12 Hari Ke-12 Mencari data mengenai gambaran jenis, komponen dan

penempatan hidran

13 Hari Ke-13 Mencari data mengenai gambaran inspeksi dan pengujian

hidran

14 Hari Ke-14 Mencari data mengenai gambaran pemeliharaan hidran

15 Hari Ke-15 Pencatatan no APAR, media APAR, lokasi APAR. Melihat

APAR dari 3 sisi. Melihat ada/tidaknya tanda pemasangan

APAR, melihat warna APAR dan melihat APAR terdapat

menggantung/tidak dan dalam box/tidak.

16 Hari Ke-16 Pengukuran jarak APAR. Pengukuran tinggi pemasangan

APAR. Pengukuran suhu lingkungan sekitar APAR

17 Hari Ke-17 Pemeriksaan kondisi fisik APAR.

18 Hari Ke-18 Mencari data terkait pemeliharaan dan pemantauan APAR

19 Hari Ke-19 Pengecekan literatur, pencarian literatur tambahan,

pengecekan data-data yang kurang dan pencarian data-data

yang kurang.

20 Hari Ke-20 dst Pembuatan Laporan magang

21 Hari Ke-21 dst Bimbingan kepada pembimbing lapangan dan dosen

pembimbing magang

22 Hari Ke-22 dst Perbaikan Laporan Magang

Page 70: Abu Zar - Magang Full

57

3.1.2 Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan pencarian lokasi magang yang diinginkan

oleh mahasiswa. Setelah didapatkannya lokasi magang yang diinginkan oleh

mahasiswa, maka mahasiswa mencari apasaja yang dibutuhkan untuk pengajuan

kegiatan magang di perusahaan tersebut. Kemudian mahasiswa mengurus surat

perizinan magang di Fakultas dan mengumpulkan bahan serta teori untuk

mendukung kegiatan magang ini.

Dalam perencanaannya, kegiatan magang ini dilakukan selama kurang lebih

5 minggu terhitung selama 26 hari kerja, direncanakan akan dimulai pada minggu

pertama bulan Februari 2012 dan berakhir pada minggu pertama bulan Maret 2012.

3.1.2.1. Tema atau Topik Magang

Topik yang diangkat oleh mahasiswa adalah gambaran mengenai sarana

proteksi kebakaran aktif yang ada di perusahaan.

3.1.2.2. Waktu Pelaksanaan

Rencana kegiatan magang ini dilakukan selama 26 hari kerja, terhitung mulai

minggu pertama Februari sampai minggu pertama bulan Maret tahun 2012.

3.1.2.3. Lokasi Pelaksanaan

Rencana lokasi kegiatan magang ini dilaksanakan di perusahaan PT

Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang berlokasi di jalan Raya Kamojang no 10,

Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung, Jawa Barat.

Page 71: Abu Zar - Magang Full

58

3.1.3 Tahap Pelaksanaan

Kegiatan magang ini dimulai pada hari senin tanggal 30 Januari dan berakhir

pada hari jumat tanggal 9 Maret, dengan total 30 hari kerja. Kegiatan magang ini

bertempat di PT Pertamina Geothermal Energy yang terletak di jalan Raya

Kamojang no 10, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung, Jawa Barat.

Kegiatan magang ini diawali dengan orientasi dan perkenalan serta observasi

lapangan secara umum. Setelah itu, diskusi dengan pembimbing terkait judul

magang dan didapatkanlah judul magang yaitu Gambaran Sarana Proteksi Aktif di

PT Pertamina Geothermal Energy Tahun 2012. Setelah judul magang didapatkan,

menentukan unit mana yang akan diteliti maka didapatkanlah area yang diteliti yaitu

kawasan kantor utama, kawasan kantor belakang dan kawasan PLTP Unit IV.

Selanjutnya, dilakukanlah pencarian dan pengambilan data sekunder terkait

perusahaan dimulai dari data yang bersifat umum yaitu terkait gambaran perusahaan

sampai data-data yang mendukung terkait sarana proteksi kebakaran aktif.

Setelahnya dilakukanlah pengambilan data primer yaitu dengan observasi dan

wawancara terkait sarana sarana proteksi kebakaran aktif.

3.1.4 Narasumber

Narasumber dalam kegiatan magang ini adalah orang-orang yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam bidangnya masing-masing serta memahami

terhadap teori Health, Safety and Environment yang ditunjuk oleh perusahaan untuk

memberikan data kepada mahasiswa.

Page 72: Abu Zar - Magang Full

59

3.2 Alur Kegiatan Magang

Alur kegiatan magang yang dilakukan oleh mahasiswa dimulai dari

pencarian tempat magang, dari pencarian tempat magang tersebut dicari juga

persyaratan apa saja yang diperlukan. Setelah didapatnya beberapa perusahaan yang

diinginkan oleh mahasiswa untuk dijadikan tempat magang, maka dibuatlah

proposal magang dan persiapan persyaratan lainnya yang diperlukan. Kemudian

diajukanlah proposal magang di beberapa perusahaan tersebut. Setelah mahasiswa

diterima untuk melaksanakan kegiatan magang di tempat tersebut, kemudian

dilakukan persiapan untuk nanti saat pelaksanaan kegiatan magang. Setelah semua

persiapan sudah terpenuhi, maka pelaksanaan kegiatan magangpun sudah siap

dilaksanakan oleh mahasiswa.

Dalam pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa melakukan banyak

kegiatan, diantaranya perkenalan dengan jajaran karyawan pihak perusahaan,

mempelajari gambaran umum perusahaan mulai dari gambaran proses industri di

perusahaan tersebut sampai hal-hal yang lebih detail, pengumpulan data-data untuk

keperluan laporan magang baik berupa data primer maupun data sekunder, serta

turut serta dalam kegiatan di perusahaan khususnya di bidang K3LL. Ketika

mahasiswa turut serta dalam kegiatan di K3LL, mahasiswa mendapatkan

pengalaman terkait pekerjaan K3LL di kantor dan pekerjaan terkait K3LL di

lapangan.

Bersamaan dengan pelaksanaan magang, mahasiswa membuat laporan hasil

kegiatan magang. Laporan yang dibuat oleh mahasiswa adalah terkait sarana

Page 73: Abu Zar - Magang Full

60

proteksi kebakaran aktif yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang. Dalam pembuatan laporan mahasiswa juga melakukan bimbingan

kepada pembimbing lapangan saat masih berada di perusahaan dan melakukan

bimbingan kepada pembimbing fakultas saat mahasiswa sudah tidak di perusahaan.

Setelah laporan selesai dibuat oleh mahasiswa, maka mahasiswa siap untuk

presentasi hasil laporan kegiatan magang yang telah dilaksanakan.

Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang Tahun 2012

Pembuatan

Proposal Magang

Pengajuan Magang di

Beberapa Perusahaan

Presentasi Hasil

Kegiatan Magang

Pembuatan Laporan

Hasil Kegiatan

Magang

Diterima

Pelaksanaan kegiatan magang :

1. Perkenalan dengan pihak perusahaan

2. Mempelajari Gambaran Umum dan

Struktur Organisasi Perusahaan

3. Pengumpulan Data Penelitian dan

Pemantauan di Lapangan

4. Turut Serta dalam Kegiatan di

Perusahaan, khususnya dibidang

K3LL

Pencarian Tempat

Magang

Page 74: Abu Zar - Magang Full

61

3.3 Jadwal Kegiatan

Kegiatan magang dalam pelaksanaannya adalah mencari data-data baik data

primer (dengan observasi, pengukuran langsung dan wawancara) maupun data

sekunder (pencarian data pendukung dan gambaran perusahaan). Banyak hal yang

dipelajari mengenai dunia kerja pada bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

khususnya yang berkaitan dengan sarana proteksi kebakaran aktif. Berikut adalah

rincian dari rencana kegiatan magang ini.

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang

No. Waktu Kegiatan Tempat

1 Senin, 30

Jan 2012

Laporan awal ke bagian SDM terkait

prosedur magang

Ruang SDM

PGE

2 Senin, 30

Jan 2012

Safety Induction dari Pak Ewon Sekretariat

K3LL

3 Senin, 30

Jan 2012

Perkenalan awal dengan pembimbing

lapangan Bpk. Widodo dan manager K3LL

Bpk. Fahmi

Sekretariat

K3LL

4 Senin, 30

Jan 2012

Mempelajari ”Monitoring Tindak Lanjut

Temuan PT Pertamina Geothermal Energy”

yang diberikan oleh pembimbing lapangan

Mess

5 Selasa, 31

Jan 2012

Pemberian materi gambaran proses industri

PGE dan Sistem Managemen Perusahaan

(SMP) PGE

Ruang rapat

sekretariat

K3LL

6 Selasa, 31

Jan 2012

Ikut serta dalam kegiatan inspeksi Alat

Pemadam Api Ringan (APAR)

Unit IV PGE

7 Selasa, 31 Mencari data terkait profil PGE Humas

Page 75: Abu Zar - Magang Full

62

Jan 2012

8 Selasa, 31

Jan 2012

Mencari data terkait struktur organisasi

PGE

SDM

9 Selasa, 31

Jan 2012

Mencari data-data tambahan terkait

perusahaan

Perpustakaan

10 Rabu, 1 Feb

2012

Mengerjakan tugas yang diberikan oleh

kantor, yaitu Prosedur Tata Kerja

Organisasi Lock Out Tag Out (TKO LOTO)

Ruang rapat

sekretariat

K3LL

11 Rabu, 1 Feb

2012

Bimbingan dengan pembimbing lapangan

terkait judul laporan magang

Ruang rapat

sekretariat

K3LL

12 Rabu, 1 Feb

2012

Melihat proses penyimpanan limbah Gudang limbah

B3

13 Rabu, 1 Feb

2012

Peninjauan lapangan dan penjelasan

mengenai lomba fire fighting

Halaman dekat

gudang limbah

B3

14 Rabu, 1 Feb

2012

Pencarian data terkait profil K3LL PGE Sekretariat

K3LL

15 Kamis, 2

Feb 2012

Ikut serta membantu dalam pelaksanaan

program perlombaan fire fighting

TPS Limbah

B3

16 Kamis, 2

Feb 2012

Ikut serta membantu dalam pelaksanaan

program perlombaan breathing apparatus

Fire station

17 Kamis, 2

Feb 2012

Mencari spesifikasi portable fire pump Ruang rapat

sekretariat

K3LL

18 Kamis, 2

Feb 2012

Mencari referensi tambahan dan

melanjutkan tugas terkait prosedur tata kerja

organisasi Lock Out Tag Out (TKO LOTO)

Ruang rapat

sekretariat

K3LL

19 Jum’at, 3

Feb 2012

Ikut serta dalam rangka senam pagi

(aerobik) yang di selenggaraka oleh

Lapangan

kantor utama

Page 76: Abu Zar - Magang Full

63

perusahaan PGE

20 Jum’at, 3

Feb 2012

Penulisan laporan Ruang rapat

sekretariat

K3LL

21 Jum’at, 3

Feb 2012

Persiapan jadwal untuk minggu ke-2 Ruang rapat

sekretariat

K3LL

22 Senin, 6 Feb

2012

Pengambilan ID Card Praktek Kerja

Lapangan

Pos Security

23 Senin, 6 Feb

2012

Penulisan laporan Ruang rapat

sekretariat

K3LL

24 Senin, 6 Feb

2012

Perbaikan dan penambahan instrumen

penelitian

Mess

25 Selasa, 7

Feb 2012

Ikut inspeksi ke lokasi sumur uap. KMJ 38,

45, 82, 52, 31, 33, 83, 28, 34, 37, 22, 29, 41,

27, 46, 40, 62, 77, 78, 81, 63, 73, 74

Lokasi sumur

uap

26 Selasa, 7

Feb 2012

Wawancara terkait APAR Kantor K3LL

lapangan

27 Selasa, 7

Feb 2012

Pencarian data dan form terkait APAR dan

hidran

Kantor K3LL

lapangan

28 Selasa, 7

Feb 2012

Observasi sarana proteksi kebakaran aktif di

Kantor K3LL lapangan, Fire Station,

sekretariat K3LL, Workshop, Koperlak,

Infokom dan Gedung Kantor Utama PGE

Kantor K3LL

lapangan,

sekretariat

K3LL, Gedung

Kantor Utama

29 Rabu, 8 Feb

2012

Ikut mengganti windsock di 3 lokasi sumur Lokasi sumur

30 Rabu, 8 Feb

2012

Melihat proses saluran pembuangan KWK

Page 77: Abu Zar - Magang Full

64

31 Rabu, 8 Feb

2012

Kunjungan ke Geothermal Information

Center

GIC

32 Kamis, 9

Feb 2012

Melihat pembibitan program penghijauan

pertamina (lindungan lingkungan)

Tempat

budidaya

pembibitan

33 Kamis, 9

Feb 2012

Melanjutkan laporan magang Mess

34 Jum’at, 10

Feb 2012

Ikut senam pagi yang diadakan oleh

perusahaan

Lapangan

kantor utama

35 Jum’at, 10

Feb 2012

Monitoring pembangunan gedung

laboratorium baru

gedung

laboratorium

baru

36 Sabtu, 11

Feb 2012

Ikut inspeksi APAR di kantor utama PT

Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang

Kantor utama

PGE

37 Senin, 13

Feb 2012

Mengerjakan laporan triwulan IV 2011

pemantauan linkungan (1)

Ruang rapat

sekretariat

K3LL

38 Selasa, 14

Feb 2012

Mengerjakan laporan triwulan IV 2011

pemantauan linkungan (1)

Ruang rapat

sekretariat

K3LL

39 Selasa, 14

Feb 2011

Menempel hasil lomba foto safety dan

lomba poster safety

Gedung DIPA

Bramanta

40 Rabu, 15

Feb 2012

Ikut serta dalam grand safety meeting Gedung DIPA

Bramanta

41 Kamis, 16

Feb 2012

Ikut serta dalam training “fire surpression

system” dan “fire alarm system notifier”

Ruang rapat

teknik

42 Kamis, 16

Feb 2012

Ikut serta dalam simulasi “fire surpression

system” dan “fire alarm system notifier”

Gedung kantor

utama PGE

43 Kamis, 16 Membuat prosedur “fire alarm system Ruang rapat

Page 78: Abu Zar - Magang Full

65

Feb 2012 notifier” sekretariat

K3LL

44 Jum’at, 17

Feb 2012

Ikut serta dalam senam pagi yang diadakan

oleh perusahaan

Halaman

kantor utama

PGE

45 Jum’at, 17

Feb 2012

Melanjukan pembuatan prosedur “fire alarm

system notifier”

Ruang rapat

sekretariat

K3LL

46 Sabtu, 18

Feb 2012

Ikut ke KWK KWK

47 Senin, 20

Feb 2012

Pengukuran kebisingan diruangan kantor

utama

Kantor Utama

PGE

48 Rabu, 22

Feb 2012

Menanyakan administrasi penimjaman APD

di kantor lapangan K3LL dan tindak lanjut

temuan

Kantor

lapangan

K3LL

49 Kamis, 23

Feb 2012

Ikut safety meeting divisi K3LL Ruang meeting

sekretariat

K3LL

50 Kamis, 23

Feb 2012

Membuat Job Safety Analysis (JSA) :

(1) Pemantauan Gas di Lokasi Sumur,

(2) Pelatihan Pemadaman Kebakaran,

(3) Pengisian Tabung

Kantor

lapangan

K3LL

51 Jum’at, 24

Feb 2012

Ikut senam pagi yang diadakan oleh

perusahaan

Halaman

kantor utama

PGE

52 Jum’at, 24

Feb 2012

Melihat proses donor darah yang dilakukan

oleh pekerja dan pekarya PT Geothermal

Energy serta masyarakat Kamojang

Gedung DIPA

Bramanta

53 Jum’at, 24

Feb 2012

Observasi ke PLTP Unit IV PLTP Unit IV

Page 79: Abu Zar - Magang Full

66

54 Jum’at, 24

Feb 2012

Ikut safety meeting divisi Power Plan PLTP Unit IV

55 Jum’at, 24

Feb 2012

Membuat Job Safety Analysis (JSA) :

(1) Uji Emisi Cooling Tower

(2) Uji Emisi Incinerator

(3) Operasi Kantor K3LL

Gedung DIPA

Bramanta

56 Sabtu, 25

Feb 2012

Ikut dalam pelaksanaan bleeding sumur

baru

KWK

57 Senin, 27

Feb 2012

Observasi ke PLTP Unit IV terkait sarana

proteksi kebakaran aktif

PLTP Unit IV

58 Senin, 27

Feb 2012

Melakukan penilaian Alat Pelindung Diri

(APD) yang ada di kantor lapangan K3LL

Kantor

lapangan

K3LL

59 Senin, 27

Feb 2012

Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)

K3LL terkait monitoring kebisingan

Ruang rapat

sekretariat

K3LL

60 Selasa, 28

Feb 2012

Observasi ke PLTP Unit IV terkait sarana

proteksi kebakaran aktif

PLTP Unit IV

61 Selasa, 28

Feb 2012

Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)

K3LL terkait operasi pemadaman kebakaran

Sekretariat

K3LL

62 Rabu, 29

Feb 2012

Melakukan inspeksi APAR di PLTP Unit

IV

PLTP Unit IV

63 Kamis, 1

Mar 2012

Mengerjakan laporan

64 Jumat, 2

Mar 2012

Mengerjakan laporan

65 Senin, 5

Mar 2012

Mengerjakan laporan

66 Selasa, 6

Mar 2012

Mengerjakan laporan

Page 80: Abu Zar - Magang Full

67

67 Rabu, 7 Mar

2012

Mengerjakan laporan

68 Kamis, 8

Mar 2012

Mengerjakan laporan

69 Kamis, 8

Mar 2012

Pengurusan administrasi untuk selesainya

kegiatan magang di perusahaan

kantor utama

PGE

70 Jumat, 9

Mar 2012

Ikut senam pagi yang diadakan oleh

perusahaan

Lapangan

kantor utama

PGE

71 Jumat, 9

Mar 2012

Pencarian data yang kurang ke PLTP Unit

IV

PLTP Unit IV

72 Jumat, 9

Mar 2012

Pengurusan administrasi untuk selesainya

kegiatan magang di perusahaan

kantor utama

PGE

73 Jumat, 9

Mar 2012

Mengerjakan laporan

Page 81: Abu Zar - Magang Full

67

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero)

4.1.1 Sejarah PT Pertamina (Persero)

Pencarian minyak di Indonesia dimulai sejak abad ke-19 oleh Jan Recnik yang

berkebangsaan Belanda, pada tahu 1871 Royal Dutch dan Sheel mulai melakukan

eksplorasi minyak di Indonesia. Kemudian tahun 1883 produksi minyak dilakukan

secara komersil. Yang pertama kali di Indonesia berasal dari sumur minyak Telaga Said

di Pangkalan Bandar Sumatera Utara. Keberhasilan pencarian minyak mendorong

dibangunnya penyulingan minyak di Wonokromo tahun 1880, pangkalan Brandan tahun

1892, Cepu tahun 1890, Plaju tahun 1888, dan Balikpapan tahun 1890.

Kegiatan-kegiatan Royal Dutch dan Sheel dengan Stanvac sebuah perusahaan

Amerika pada tahun 1918 membangun penyulingan di Riau daratan perusahaan minyak

tersebut dilakukan oleh perusahaan Royal Dutch didaerah Sumatera Utara dan Aceh

yang kemudian dikenal dengan nama BPM (Bataafsche Petroleum Maatcapay) pada

penjajahan Jepang dan berganti nama dengan Sayutai. Lahirnya Pertamina tidak dilepas

dari perjuangan bangsa Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada

tanggal 17 Agustus 1945, setelah pengakuan kedaualatan perusahaan pertama yang

didirikan adalah Perusahaan Tambak Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI).

Page 82: Abu Zar - Magang Full

68

Perusahaan ini berasal dari BPM yang ditinggalkan ketika tentara Jepang memasuki

Sumatera Utara pada masa perang dunia.

Penyerahan lapangan minyak dan kekayaan dari Sheel kepada pemerintah RI

tidak berjalan lancar sampai tahun 1954 sementara di dalam negeri berbagai

perkembangan politik, atas inisiatif karyawan setempat nama PTMNRI diganti menjadi

Tambak Minyak Staff Angkatan Darat dengan membentuk Eksplorasi Tambak Minyak

Sumatera Utara (PT ETSU) pada bulan Desember 1957 atas perintah Kepala Staff

Angkatan Darat PT ETSU di ubah menjadi PN PETAMINA, kemudian dengan PP no

198 pada tanggal 1 Juli 1961 perusahaan ini diubah menjadi PN PERMINA.

Pada tahun 1968 perusahaan ini berubah menjadi PN PERTAMINA berdasarkan

PP no 27 tahun 1968 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 tahun 1971 nama

PN PERTAMINA berubah menjadi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Negara

(PERTAMINA). Kemudian tahun 2003 nama perusahaan ini berubah menjadi PT

PERTAMINA yang berdasarkan pada PP no 31 tahun 2003 tentang pengalihan bentuk

Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) menjadi

Perusahaan Perseroan (Persero).

4.1.2 Visi dan Misi PT Pertamina (Persero)

Visi dari PT Pertamina (Persero) adalah Menjadi Perusahaan Energi Nasional

Kelas Dunia

Page 83: Abu Zar - Magang Full

69

Sedangkan misi dari PT Pertamina adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta

energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial

yang kuat

4.1.3 Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero)

Gambar 4.1 Gambar Logo Pertamina

sumber : www.pertamina.com

Logo pertamina yang berlaku secara nasional, merupakan sebuah logo dengan

makna yang harus dipahami oleh orang-orang yang bersinggungan langsung dengan

Perusahaan perminyakan milik Negara ini. Elemen logo merupakan representasi huruf P

yang keseluruhan representasi bentuk panah dimaksudkan sebagai Pertamina yang

bergerak maju dan progresif. Arti warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar

yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan

dinamis. Berikut adalah arti dari warna-warna dari logo Pertamina:

a. Biru : melambangkan keandalan, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

Sumber daya manusia sebagai mitra kerja yan loyal serta memiliki komitmen

untuk berdedikasi.

Page 84: Abu Zar - Magang Full

70

b. Hijau : Melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.

Sumber daya lingkungan sebagai mitra kerja yang berorientasi pada pelayanan

masyarakat.

c. Merah : melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam

menghadapi berbagai macam keadaan. Sumber daya manusia sebagai mitra kerja

yang tanggung dan pantang menyerah.

4.2 Gambaran Umum PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

4.2.1 Visi dan Misi PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

Berikut adalah visi PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang :

2008 : Bussiness Mainded Geothermal Energy

2011 : Center of Excellence for Indonesia Geothermal Energy

2014 : World Class Geothermal Energy

Sedangkan misi dari PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah

melakukan usaha pengembangan energy geothermal secara optimal yang berwawasan

lingkungan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholder (pihak-pihak yang

bersangkutan)

4.2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang di dalamnya mencakup

pembagian kerja atau tugas ke dalam bagian-bagian yang ada sehingga dapat terjalin

kordinasi dan kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi PT.

Pertamina Geothermal Energy area Kamojang berbentuk struktur organisasi fungsional,

Page 85: Abu Zar - Magang Full

71

artinya seorang atasan mendelegasikan wewenang pada bawahannya berdasarkan fungsi

dan pemisahan tugas. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi terlampir dalam laporan

ini.

4.2.3 Sertifikat, Piagam, dan Penghargaan

Berikut adalah sertifikat yang telah didapatkan oleh PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang:

a. Sertifikat ISO 9001L: 2008 dari TUV Rheinland.

b. Sertifikat BS OHSAS 1800: 2007 dari TUV Rheinland.

c. Sertifikat Partisipasi dari Pemeran Pendidikan Lingkunagan Propinsi Jawa Barat

tahun 2004

d. Sertifikat ISO 1400: 2004 dari TUV Rheinland.

Berikut adalah piagam yang telah didapatkan oleh PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang:

a. Piagam penghargaan Stand Terbaik II Pameran Produk-Produk Unggulan

Pertambangan dan Energi dari Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa

Barat tahun 2006.

b. Piagam penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accidet Award) dari Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun 2006.

c. Piagam Penghargaan Pengelolaan Ligkungan Kegiatan Pertambangan Panas Bumi

tahun 2005-2—6 dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Batubara dan

Panas Bumi.

Page 86: Abu Zar - Magang Full

72

d. Piagam Penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Bandung atas Partisipasi

Kegiatan Penghijauan pada Pekan Lingkungan Dalam Rangka Memperingati HUT

RI ke-364 Kabupaten Bandung tanhun 2005.

e. Piagam Penghargaan K3LL yang diberikan oleh Direksi Pertamina (Persero)

berupa Penghargaan Patra Adikarya Bhuni Utama kepada PT. Pertamina

Geothermal Energy area Kamojang pada tahun 2005.

f. Piagam Penghargaan dari Green Cities Gemah Ripah Repeh Rapih atas partisipasi

Peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia Tingkat Profinsi Jawa tahun 2005.

g. Piagam Penghargaan Utama Keselamatan Pertambangan tahun 2004 yang

diberikan kepada Perusahaan Geothermal PT. Pertamina Geothermal Energy area

Kamojang tahun 2004.

Berikut adalah penghargaan yang telah didapatkan oleh PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang:

a. Tanda Penghargaan Kecelakaan Nihil Keselamatan Kerja Patra Nirbaya Karya

Pratama dalam bidang produksi Geothermal yang diberikan kepada Pertamina EP

Unit III Cirebon dari Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia tahun

1992.

b. Penghargaan Aditama Keselamatan Pertambnagan tahun 2006 dari Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi.

4.2.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja di perusahaan Geothermal Energy Area Kamojang pada bulan

Januari 2012 berjumlah sebanyak 344 orang, 82 orang pekerja tetap dan 252 orang

Page 87: Abu Zar - Magang Full

73

adalah mitra kerja. Berikut adalah tabel ketenagakerjaan di PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang pada bulan Januari tahun 2012.

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Tenaga Kerja di PT Pertamina Area Kamojang Tahun

2012

No. Bagian Pekerja Tetap Pekerja Mitra Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

General Manager

Enjinering

Operasi

Power Plant

Workshop

Keuangan

K3LL

Layanan Umum

SDM

Humas

IT dan Komunikasi

Pengadaan

Security

1

6

16

36

6

4

3

1

3

1

1

3

1

-

5

26

12

57

2

8

1

33

2

3

54

49

1

11

42

48

63

6

11

2

36

3

4

57

50

Jumlah 82 252 344

Sumber: PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

Page 88: Abu Zar - Magang Full

74

4.2.5 Gambaran Proses Industri Geothermal

Secara umum proses industri di PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang terbagi menjadi 4 tahap, yaitu:

a. Preliminary Survey

Preliminnary survey merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendahului

kegiatan eksplorasi yaitu dengan mengidentifikasi dan perhitungan untuk kemungkinan

adanya potensi bahwa terdapat sumber panasbumi di daerah tersebut.

b. Eksplorasi

Eksplorasi adalah penjelajahan dan pencarian terhadap adanya titik-titik potensi

adanya sumber energi panasbumi. Dalam eksplorasi ini ada kemungkinan untuk

ditemukan atau tidaknya sumber energy panas bumi.

c. Feasibility Study

Feasibility study merupakan suatu analisis terhadap eksporasi tersebut diteruskan

atau tidak diteruskan.

d. Eksploitasi

Eksploitasi merupakan pemanfaatan sumber energi panasbumi yang kemudian

diubah menjadi energi listrik. Proses pemanfaatan sumber energi panasbumi ini yaitu:

1) Panasbumi Diambil dari Sumur Produksi

Panasbumi yang diambil dari sumur produksi ini disalurkan melalui pemipaan.

Page 89: Abu Zar - Magang Full

75

2) Pemisahan Fluida

Pemisahan fluida ini dilakukan di separator karena panasbumi yang diambil dari

kepala sumur merupakan campuran dari fluida 2 fasa yaitu fasa uap dan fasa cair, oleh

karena itu dipisahkan terlebih dahulu proses pemisahan. Hal ini dimungkinkan dengan

melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa

cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan inilah yang dialirkan ke turbin.

3) Perubahan Energi

Energi panasbumi ini digunakan untuk menggerakkan turbin yang dihubungkan

dengan generator. Tenaga gerak ini kemudian berubah menjadi energi listrik. Energi

listrik yang didapatkan ini kemudian siap untuk didistribusi.

4) Pendinginan

Karena temperatur uap panasbumi tersebut yang masih tinggi, oleh karena itu

diperlukan proses pendinginan sebelum uap tersebut dikembalikan injeksi ke sumur

injeksi. Proses pendinginan ini terjadi di menara pendingin.

Saat ini, lapangan panas bumi Kamojang memiliki 82 sumur (termasuk 5 sumur

Belanda). Pembangkitan listrik energy panas bumi dipasok dari 45 sumur produksi yang

dialirkan ke lima jalur pipa utama produksi, yakni PL-401, 402, 403, 404, dan 405. Jalur

pipa PL-401, 402, 403, dan 404 mengalirkan uap untuk pembangkitan PLTP unit I, II,

dan III sebesar 1100 ton/jam dan mampu menghasilkan listrik berkapasitas 140 MW.

Sementara itu, jalur pipa PL-405 mengalirkan uap sebesar 432 ton/jam untuk

pembangkitan PLTP unit IV yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 60 MW.

Page 90: Abu Zar - Magang Full

76

Sebagai usaha untuk menjaga keberlanjutan produksi listrik dari energy panas

bumi, Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang menginjeksikan kembali

kondensat uap panas bumi ke dalam sumur-sumur injeksi.

Dikenal sebagai salah satu lapangan panas bumi dengan kualitas uap terbaik

tentunya membawa keuntungan dalam proses produksi, dimana fasilitas produksi

permukaan dapat bertahan dalam rentang waktu yang panjang dan kemudahan dalam

perawatan.

Gambar 4.2 Gambar Proses Industri Geothemal di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang Tahun 2012

Sumber : PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

Page 91: Abu Zar - Magang Full

77

4.2.6 Sarana dan Prasarana

4.2.6.1 Sarana Produksi

Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang

mempunyai temperatur tinggi (>225 ºC). Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP)

pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada

PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal

dari reservoir panasbumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap

tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi

panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan

energi listrik.

Fasilitas produksi yang diperlukan untuk mengoperasikan lapangan uap panas

bumi di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang terdiri dari sumur produksi,

valve, instrumentasi, gauge, silencer, scrubber, pemipaan, separator, turbin, generator,

pompa, menara pendingin dan sumur injeksi.

4.2.6.2 Sarana Penunjang

Sarana penunjang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sama

seperti perusahaan-perusahaan lainnya yaitu sarana yang dipakai oleh perusahaan yang

bukan bagian dari sarana produksi. Sarana penunjang tersebut berupa gudang,

laboratorium, meja kantor, kursi kantor, peralatan tulis, transportasi, Alat Pelindung Diri

(APD), sarana proteksi kebakaran, logistic, pengadaan, printer, komputer, dll

Page 92: Abu Zar - Magang Full

78

4.3 Gambaran Umum Bidang K3LL PT Pertamina Geothermal Energy

4.3.1 Gambaran Karyawan

Karyawan K3LL di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang berjumlah

11 orang. Dari 11 orang tersebut 3 orang merupakan pekerja tetap dan 8 orang lainnya

merupakan mitra kerja. Seluruh kegiatan terkait K3LL yang ada divisi K3LL PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang dikepalai oleh satu orang manager

K3LL. Manager K3LL ini bertanggung jawab langsung kepada general manager.

Dibawah manager K3LL terdapat 1 orang staff lindungan lingkungan, 1 orang staff K3

yang bertanggung jawab langsung kepada general manager. Kemudian terdapat 2 orang

staff kantor K3LL yang merupakan mitra kerja.

Untuk kantor lapangan K3LL terdapat 6 orang pekerja yang semuanya

merupakan mitra kerja. Dua orang pekerja di kantor lapangan K3LL adalah pekerja

harian, yang bekerja pagi sampai sore hari layaknya pekerja lainnya yang dimulai dari

pukul 08.00 pagi sampai pukul 16.00 sore. Pekerja yang bekerja di kantor lapangan 4

orang lainnya merupakan pekerja shift, yang terbagi menjadi 3 shift yang dilakukan

secara bergantian yaitu shift pagi pukul 08.00 – 16.00, shift sore pukul 16.00 – 00.00

dan shift malam 00.00 – 08.00.

4.3.2 Program yang Sedang Dijalankan

Selain tugas rutin harian yang dikerjakan oleh divisi K3LL PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang, ada juga program-program yang dijalankan. Secara

garis besar program yang sedang dijalankan oleh divisi K3LL terbagi menjadi 4 kategori

besar yaitu program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program pelatihan internal

Page 93: Abu Zar - Magang Full

79

pekerja, program terkait lindungan lingkungan dan audit perusahaan. Program yang

dijalankan tersebut ada program yang dijalankan secara rutin, ada yang dijalankan 2

pekan sekali, ada yang dijalankan 1 bulan sekali, ada yang dilakukan dalam selang 3

bulan sekali, ada yang dilakukan dalam selang waktu 6 bulan dan ada juga yang

dilakukan hanya 1 kali dalam setahun. Untuk lebih jelasnya, program yang sedang

dijalankan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ini terlampir dalam

laporan magang ini.

4.4 Gambaran Area Penelitian

Penelitian dilakukan pada area PLTP Unit IV karena potensi kebakaran yang

lebih tinggi terdapat pada area ini, sarana proteksi yang dipasang juga lebih lengkap

pada area ini dan jika terjadinya kebakaran pada area ini maka ada kemungkinan proses

produksi akan berhenti, sehingga mahasiswa memilih area ini menjadi area penelitian

untuk laporan kegiatan magang.

Area PLTP Kamojang Unit IV adalah area untuk PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang melakukan kegiatan-kegiatan produksi. Untuk Area PLTP

Kamojang Unit IV ini terdapat kantor PLTP, warehouse dan PLTP. Area PLTP

Kamojang Unit IV secara garis besar dibedakan menjadi 3 sub-lokasi yaitu area PLTP,

area kantor PLTP dan area warehouse. Area PLTP merupakan area pusat produksi dari

PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ini. Area PLTP ini bersebelahan

dengan kantor PLTP yang terdiri dari 3 lantai. Area kantor PLTP juga terdiri dari 3

lantai, disini merupakan kantor kerja untuk pekerja PLTP. Sedangkan warehouse adalah

tempat penyimpanan untuk keperluan PLTP dalam kapasitas besar.

Page 94: Abu Zar - Magang Full

80

Gambar 4.3 Denah Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Sumber : PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

Kategori kebakaran di kantor PLTP Unit IV terdapat kategori kelas A, B dan C.

Kategori kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, kertas, plastik,

dll. Kategori kelas B didapatkan dari adanya laboratorium yang didalamnya terdapat

bahan kimia cair yang mudah terbakar. Kategori kelas C didapatkan dengan adanya

peralatan listrik didalam kantor PLTP. Untuk jumlah untuk material jenis A, B dan C

tersebut jumlahnya sedikit, jarak antar material jenis A dan C tidak berdekatan dan

apabila terbakar tidak melepaskan panas yang tinggi sehingga menjalarnya api menjadi

lambat dan material jenis B sudah ditempatkan pada ruang tertutup dan tersimpan aman.

Karena hal-hal tersebut, maka tingkat potensi kebakaran yang ada di kantor PLTP Unit IV

tergolong rendah.

Page 95: Abu Zar - Magang Full

81

Kategori kebakaran pada warehouse adalah kategori A, B dan C. Untuk kategori

kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, kertas, plastik, dll. Untuk

kategori kelas B didapatkan dari adanya penyimpanan bahan-bahan kimia cair yang

mudah terbakar. Dan kategori kelas C didapatkan dengan adanya peralatan listrik

didalamnya. Potensi kebakaran yang tinggi pada warehouse ini dikarenakan banyaknya

jumlah material jenis A dan B didalam warehouse ini, dan sangat dekatnya jarak antar

material jenis A yang apabila terbakar dapat melepaskan panas yang tinggi sehingga

dapat menyebabkan api menjalar dengan cepat.

Sedangkan PLTP klasifikasi kebakaran yang didapatkan adalah A, B dan C.

Kategori kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, karet, dll.

Untuk kategori kelas B didapatkan dengan adanya peralatan yang menggunakan bahan

bakar cair. Sedangkan kategori C didapatkan dari adanya sumber tegangan listrik tinggi

dan banyaknya peralatan yang menggunakan energi listrik didalamnya. Tingkat potensi

kebakaran di area ini adalah sedang dengan melihat jumlah material jenis A dan B dan

jarak antar material jenis A yang terdapat pada area ini tergolong tidak terlalu rapat yang

apabila terbakar dapat melepaskan panas yang sedang sehingga dapat menyebabkan api

menjalar dengan kecepatan sedang.

Tingkat potensi kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV berbagi menjadi

tingkat potensi kebakaran yang rendah sedang dan tingkat potensi kebakaran yang

tinggi. Untuk potensi kebakaran yang rendah terdapat pada kantor PLTP, untuk potensi

kebakaran sedang terdapat pada dan PLTP sedangkan pada kategori tinggi terdapat pada

lokasi warehouse.

Page 96: Abu Zar - Magang Full

82

Tabel 4.2 Tabel Potensi Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

No Sub-

lokasi

Tingkat

Potensi

kebakaran

Kategori

Kelas

Kebakaran

Keterangan

1 Kantor

PLTP

Rendah A

B

C

Terdapat material padat seperti kayu

dan kertas

Terdapat lab yang didalamnya

terdapat bahan kimia yang mudah

terbakar seperti aseton dan spriritus

Terdapat sumber tegangan listrik

2 Warehouse Tinggi A

B

C

Terdapat material padat seperti kayu

dan kertas

Menyimpan bahan cair yang muda

terbakar seperti bahan bakar solar

Terdapat sumber tegangan listrik

3 PLTP Sedang A

B

C

Terdapat material padat seperti kayu

dan karet

Terdapat mesin-mesin yang

menggunakan bahan bakar cair

Terdapat berbagai macam sumber

tegangan listrik

Area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang memiliki sarana proteksi kebakaran aktif yang lebih lengkap jika

dibandingkan dengan area lain, sarana proteksi yang ada yaitu APAR, hidran, sprinkler

otomatis, pompa pemadam, penyimpanan air, detektor kebakaran dan alarm kebakaran.

Page 97: Abu Zar - Magang Full

83

4.5 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang

Sarana proteksi kebakaran aktif yang dilihat dalam laporan magang ini adalah

APAR, hidran, sprinkler otomatis, pompa pemadam, penyimpanan air, detektor

kebakaran dan alarm kebakaran. Dalam laporan magang ini digunakan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem

proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan sebagai acuan utama melihat

sarana proteksi kebakaran aktif yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang. Namun digunakan juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No: Per.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat

Pemadam Api Ringan untuk melihat kesesuaian APAR yang ada di PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang.

4.5.1 Gambaran APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

4.5.1.1 Gambaran Media APAR di PT Pertamina Geothermal Energy

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang sudah ditempatkan secara menyebar di area PLTP Kamojang

Unit IV. Untuk jenis media APAR terdapat 2 jenis media APAR, yaitu APAR dengan

media dry powder dan APAR dengan media CO2. Untuk APAR dengan media dry

powder berjumlah 17 buah dan APAR dengan media CO2 berjumlah 16 buah sehingga

jumlah APAR keseluruhan di area PLTP Kamojang Unit IV menjadi 33 buah.

Page 98: Abu Zar - Magang Full

84

Page 99: Abu Zar - Magang Full

85

Menurut permenaker no 04 tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan

pemeliharaan Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR), APAR dengan media dry

powder digunakan untuk kebakaran kelas A, B dan C dan APAR dengan media CO2

digunakan untuk kebakaran kelas B dan C.

Tabel 4.3 Tingkat Efektifitas Jenis Media APAR dengan Kategori Kelas

Kebakaran Menurut Permenaker No PER/04/1980

No Jenis

Media

Kelas

Kebakaran

Tingkat Efektifitas Keterangan

1 Dry

Powder

A

B

C

D

Sangat Baik

Baik

Sangat Baik

Berbahaya

Untuk kelas C, tidak dapat

digunakan untuk instalasi hubungan

listrik

2 CO2 A

B

C

D

Kurang Baik

Dapat dipakai

Sangat baik

Tidak dapat dipakai

Untuk kelas A, tidak dapat

digunakan untuk kayu, arang batu,

karet busa dan plastik busa dan

untuk kelas B baik untuk bahan

bakar cair seperti bensin, cat,

minyak, alkohol dan sebangsanya

APAR dengan media dry powder yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy

Area Kamojang digunakan untuk kategori kelas A, B dan C. Sedangkan APAR dengan

media CO2 digunakan untuk kebakaran kelas C.

Page 100: Abu Zar - Magang Full

86

Tabel 4.4 Kesesuaian Media APAR yang Terpasang dengan Kategori Kelas

Kebakaran

No Sub-lokasi Kategori

Kelas

Kebakaran

Jenis Media

APAR yang cocok

menurut

PER/04/1980

Jenis Media

APAR yang

ada

Kesesuaian

1 Kantor

PLTP

A

B

C

Air dan Dry

Powder

Natrium dan Dry

Powder

CO2, Dry Powder

dan Halon

Dry powder dan

CO2

Sesuai

2 Warehouse A

C

Air dan Dry

Powder

CO2, Dry Powder

dan Halon

Dry powder dan

CO2

Sesuai

3 PLTP A

C

Air dan Dry

Powder

CO2, Dry Powder

dan Halon

Dry powder dan

CO2

Sesuai

4.5.1.2 Gambaran Penempatan dan Kondisi APAR di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang

APAR yang terpasang di area PLTP Kamojang Unit IV sudah diletakkan

ditempat yang mudah terlihat dan mudah dicapai dan diambil. Didapatkan APAR yang

tidak ada tanda pemasangan APARnya, seperti pada APAR no 20 DP 29, 20 DP 25, 20

DP 29, 20 DP 16, 20 DP 29, 20 DP 17, 20 DP 18, 20 DP 19dan 20 DP 20.

Page 101: Abu Zar - Magang Full

87

Semua APAR yang terpasang di area ini berwarna merah, sehingga sangat

mudah terlihat karena warnanya yang mencolok. Hampir semua APAR yaitu 31 buah

menggantung pada dinding, hanya terdapat 3 buah APAR yang posisinya tidak

menggantung yaitu APAR no 20 CO2 1, 20 CO2 dan 20 CO2 7 dan tidak ada satupun

APAR yang diletakkan didalam box. Untuk semua APAR yang menggantung, sudah

semuanya terdapat penguatan sekang pada dinding. Untuk tinggi pemasangan APAR

sendiri, semua APAR ujung tertingginya dipasang tidak melebihi 120 cm yaitu berkisar

antara 97cm – 113cm dan dasar APAR berkisar 55 cm – 42 cm dari permukaan lantai.

PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tidak terdapat tempat-tempat

yang suhunya ekstrim. Sehingga suhu lingkungan sekitar APAR tidak lebih dari 49 ºC

dan tidak turun dari minus 44 ºC. APAR yang sudah terpasang di area PLTP Kamojang

Unit IV, sudah semua APARnya terdapat label pemeriksaan. Terdapat instruksi

pemakaian APAR di beberapa tempat, yaitu 3 buah dikantor PLTP masing-masing 1

buah disetiap lantai, 2 buah di warehouse dan 2 buah di PLTP. Tidak ditemukan juga

APAR yang kondisi tekanan didalamnya kurang serta tidak ditemui APAR yang kondisi

tabungnya sudah berkarat.

Page 102: Abu Zar - Magang Full

88

Tabel 4.5 Kesesuaian Penempatan dan Kondisi APAR di Area PLTP Kamojang

Unit IV dengan Standar Permenaker No. PER/04/1980

No Standar Permenaker No.

PER/04/1980

Kenyataan Di Lapangan Tingkat

Kesesuaian

1 Semua APAR harus

diletakkan ditempat yang

mudah terlihat, mudah

dicapai dan diambil

Semua APAR telah diletakkan

ditempat yang mudah terlihat,

mudah dicapai dan mudah diambil

100%

APAR

sesuai

2 Semua APAR harus

terdapat tanda pemasangan

APAR yang standar

Terdapat APAR yang tidak ada

tanda pemasangan APARnya (20 DP

29, 20 DP 25, 20 DP 29, 20 DP 16,

20 DP 29, 20 DP 17, 20 DP 18, 20

DP 19dan 20 DP 20)

72,7%

APAR

sesuai

3 Warna APAR sebaiknya

berwarna merah

Semua APAR berwarna merah 100%

APAR

sesuai

4 APAR diletakkan

menggantung pada dinding

dengan penguatan sekang

APAR yang menggantung pada

dinding terdapat penguatan sekang

100%

APAR

sesuai

5 APAR yang diletakkan

didalam box, boxnya tidak

terkunci

Tidak ada APAR yang diletakkan

dalam box

6 Untuk APAR dry power

dan CO boleh diletakkan

dibawah 120 cm, tetapi

dasar APAR tidak lebih

rendah dari 15cm dari

permukaan lantai

Tinggi teratas APAR yaitu berkisar

antara 97cm – 113cm dan dasarnya

berkisar 55 cm – 42 cm

100%

APAR

sesuai

Page 103: Abu Zar - Magang Full

89

7 Suhu lingkungan sekitar

APAR tidak boleh diatas

49 ºC dan tidak turun dari

minus 44 ºC

Suhu lingkungan sekitar APAR

tidak lebih dari 49 ºC dan tidak turun

dari minus 44 ºC

100%

APAR

sesuai

8 Semua APAR harus

terdapat label pemeriksaan

APAR

Semua APAR terdapat label

pemeriksaan

100%

APAR

sesuai

9 Tabung APAR tidak

berlubang dan atau

berkarat

Tidak dijumpai adanya tabung

APAR yang berkarat

100%

APAR

sesuai

10 Jarum pada gauge APAR

menunjukan bahwa APAR

terisi penuh dan tekanan

cukup

Semua jarum pada gauge APAR

menunjukan bahwa APAR

bertekanan cukup

100%

APAR

sesuai

Gambar 4.7 APAR yang Tidak

Terpasang di Area PLTP Kamojang

Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.8 APAR yang Tidak Ada

Tanda Pemasangan di Area PLTP

Kamojang Unit IV Tahun 2012

Page 104: Abu Zar - Magang Full

90

4.5.1.3 Gambaran Pemantauan dan Pemeliharaan APAR di PT Pertamina

Geothermal Energy

Karena APAR merupakan sarana proteksi kebakaran aktif yang harus siap pakai

kapanpun jika diperlukan, oleh karena itu dibutuhkan suatu pemeliharaan dan

pemantauan APAR yang dilakukan secara rutin agar ketika diperlukan APAR benar-

benar dapat digunakan. Untuk pengisian tidak dilakukan secara mandiri oleh PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, namun pengisian media APAR diisi

secara eksternal oleh instansi lain. Ketika inspeksi, jika ditemukan alat perlengkapan

APAR yang cacat atau rusak, segera diperbaiki oleh inspektor APAR yang bertugas.

Standar pemantauan pada peraturan yang berlaku adalah setiap 6 bulan sekali,

namun pemantauan yang dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang adalah sebulan sekali. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan ketika

pemantauan APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang:

Tabel 4.6 Kesesuaian Pemantauan APAR Menurut Standar Permenaker No.

PER/04/1980

No Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 Kenyataan di

lapangan

Kesesuaian

1 Berkurang/tidaknya tekanan dalam tabung Dilakukan Sesuai

2 Rusak/tidaknya pengaman cadridge/tabung

tekanan dan mekanik penembus segel

Dilakukan Sesuai

3 Tersumbat/tidaknya mulut pancar Dilakukan Sesuai

4 Pipa pelepas tidak cacat/rusak Dilakukan Sesuai

5 Gelang tutup kepala dalam keadaan baik Dilakukan Sesuai

Page 105: Abu Zar - Magang Full

91

6 Tabung APAR tidak berlubang/cacat karena

karat

Dilakukan Sesuai

7 APAR dengan media CO2 harus diperiksa

dengan cara menimbang serta mencocokan

beratnya dengan berat yang tertera pada APAR

tersebut dan tidak boleh terdapat kekurangan

lebih dari 10% dengan berat yang tertera di

APAR

Tidak

dilakukan

penimbangan

terhadap APAR

media CO2

Tidak sesuai

8 APAR dengan media dry powder, dry powdernya

harus dalam keadaan tercurah bebas dan tidak

berbulir

Dilakukan Sesuai

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang tidak dilakukan dalam

pemantauan APAR adalah penimbangan terhadap APAR dengan media CO2, sedangkan

hal-hal lainnya sudah dilakukan pada saat pemantauan. Penimbangan dilakukan untuk

melihat indikasi adanya kebocoran pada APAR CO2 tersebut jika didapatkan APAR

yang beratnya kekurangan lebih dari 10% dengan berat yang tertera di APAR

merupakan indikasi adanya kebocoran pada APAR. Karena CO2 merupakan zat yang

bersifat gas, maka APAR dengan media CO2 lebih mungkin untuk terjadinya kebocoran,

ditambah dengan tidak adanya regulator untuk mengetahui tekanan dalam APAR. Selain

itu diperlukannya penimbangan terhadap APAR dengan media CO2 yaitu dikhawatirkan

APAR kurang optimal pada saat akan digunakan.

Page 106: Abu Zar - Magang Full

92

4.5.2 Gambaran Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

4.5.2.1 Gambaran Jenis Hidran di PT Pertamina Geothermal

Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah terpasang

menyebar di semua area PLTP Kamojang Unit IV. Jenis hidran yang terpasang secara

garis besar dibagi menjadi 2 macam yaitu hidran halaman dan hidran gedung.

Gambar 4.9 Hidran Halaman di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Page 107: Abu Zar - Magang Full

93

Gambar 4.10 Hidran Gedung di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.11 Presentase Jenis Hidran di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun

2012

Page 108: Abu Zar - Magang Full

94

4.5.2.2 Gambaran Penempatan Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy

Penempatan hidran di area PLTP Kamojang Unit IV ini terdapat hidran gedung

dan hidran halaman. Komponen hidran terdiri dari selang kebakaran 1,5 inci, selang

kebakaran 2,5 inci, kopling penyambung dan nozzle. Semua selang kebakaran

panjangnya adalah 30 meter. Semua peralatan hidran berwarna merah dan orange. Kotak

hidran sudah mudah dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh benda lain. Pipa

pemancar (nozzle) yang ada di area ini seluruhnya belum terpasang pada selang

kebakaran.

Tabel 4.7 Kesesuaian Penempatan Hidran Area PLTP Kamojang Unit IV dengan

Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008

No Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

Kenyataan Di Lapangan Tingkat

Kesesuaian

1 Komponen hidran terdiri dari

selang kebakaran, kopling

penyambung dan perlengkapan

lainnya

Komponen hidran terdiri

dari sumber persediaan air,

pompa kebakaran, selang

kebakaran, nozzle

100% hidran

sesuai

2 Selang kebakaran dengan diameter

kurang dari 1,5 inci harus terbuat

dari tahan yang tahan panas dan

panjang maksimum selang harus

30m

Semua selang kebakaran

diameternya 1,5 inci dan

2,5 inci dan panjang selang

masing-masing 30m

100% hidran

sesuai

3 Semua peralatan hidran kebakaran

sebaiknya berwarna warna merah

Semua peralatan hidran

berwarna merah

100% hidran

sesuai

4 Kotak hidran harus mudah dibuka,

dilihat, dijangkau dan tidak

Kotak hidran mudah

dibuka, dilihat, dijangkau

100% hidran

sesuai

Page 109: Abu Zar - Magang Full

95

terhalang oleh benda lain dan tidak terhalang oleh

benda lain

5 Pipa pemancar (nozzle) harus

sudah terpasang pada selang

kebakaran

Pipa pemancar belum

terpasang pada selang

kebakaran

0% hidran

sesuai

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa komponen hidran, warna peralatan

hidran dan selang kebakaran sudah sesuai dengan standar yang ada. Namun pipa

pemancar (nozzle) masih belum terpasang pada selang kebakaran, hal ini memerlukan

waktu yang lebih jika terjadinya kebakaran sedangkan jika pipa pemancar (nozzle)

sudah terpasang pada selang hidran dapat digunakan lebih cepat dan tidak memerlukan

waktu lagi untuk memasang pipa pemancar (nozzle).

4.5.2.3 Gambaran Inspeksi Pemeliharaan dan Pengujian Hidran

Inspeksi hidran dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy ada yang 1

bulan sekali, ada juga yang setahun sekali. Untuk inspeksi 1 bulanan, yang diinspeksi

adalah pemipaan dan fiting, katup selang hidran, sambungan pemadam, pillar hidran,

kotak hidran. Sedangkan pengujian aliran dilakukan setahun sekali.

Tabel 4.8 Kesesuaian Pemeliharaan Hidran dengan Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

No Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian

1 Katup selang hidran harus

diinspeksi setiap tiga bulan

Katup selang hidran

diinspeksi setiap 1 bulan

Sesuai

Page 110: Abu Zar - Magang Full

96

2 Sambungan pemadam harus

diinspeksi setiap tiga bulan

Sambungan pemadam

diinspeksi setiap 1 bulan

Sesuai

3 Hidran luar gedung/pillar hidran

harus diinspeksi setiap tahun dan

setelah operasi

Hidran luar gedung

diinspeksi setiap 1 bulan dan

setelah operasi

Sesuai

4 Kotak selang hidran luar harus

diinspeksi setiap tiga bulan

Kotak selang hidran luar

diinspeksi setiap 1 bulan

Sesuai

5 Hidran luar harus diuji coba

setiap tahun dengan cara dibuka

penuh sampai semua kotoran dan

benda asing terbuang selama

kurang lebih satu menit

Hidran luar diuji coba setiap

1 tahun

Sesuai

6 Setelah pemakaian semua selang

harus dibersihkan, dibuang

airnya dan dikeringkan

seluruhnya sebelum dipasang

kembali

Setelah pemakaian semua

selang dibersihkan, dibuang

airnya dan dikeringkan

seluruhnya sebelum dipasang

kembali

Sesuai

7 Hidran luar gedung atau pillar

hidran harus diberi pelumas

setiap tahun

Hidran luar gedung atau

pillar hidran diberi pelumas

Sesuai

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh gambaran inspeksi dan pengujian

hidran sudah sesuai dengan standar yang ada.

4.5.3 Gambaran Sprinkler Otomatis di PT Pertamina Geothermal Energy

Sprinkler sudah terpasang di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang. Sprinkler yang ada di PLTP Unit IV tidak terdapat

pada semua area PLTP, hanya terdapat pada sekeliling mesin mesin yang berpotensi

Page 111: Abu Zar - Magang Full

97

tinggi untuk timbulnya kebakaran. Seluruh pipa-pipa yang menghubungkan sumber air

dengan kepala sprinkler mempunyai warna tersendiri yaitu berwarna merah. Terdapat

pipa pipa lain yang berwarna beda dengan fungsi yang berbeda juga.

Gambar 4.12 Sprinkler di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Sprinkler yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang telah

terdapat koordinator kerusakan jika sprinkler didapatkan telah rusak atau telah

digunakan. Dan sprinkler juga diberi label di kepala sprinkler jika didapati ada sprinkler

yang rusak atau sistem dihentikan untuk sementara. Sprinkler yang dipasang sebenarnya

sudah dirancang untuk memadamkan api, namun tetap dirancang untuk setidak-tidaknya

dapat mempertahankan api agar tidak terus membesar, dan air dapat terus menyemprot

sampai kira-kira 6 jam. Batas jarak maksimum antar sprinkler ada sedikit perbedaan

dibeberapa titik. Hal ini disebabkan kemungkinan terjadinya kebakaran tiap mesin

berbeda, sehingga jarakpun ada sedikit perbedaan yaitu sekitar 2-3 meter. Semua

sprinkler didesain sedemikian rupa agar dapat bekerja secara otomatis, namun jika

didapatkan sprinkler gagal bekerja pemberitahuan akan tetap tercatat di control room

Page 112: Abu Zar - Magang Full

98

sehingga dapat dilakukan tindak lanjutnya secara manual. Seluruh saluran pipa sprinkler

berwarna merah, hal ini ditujukan untuk mempermudah perbaikan jika terdapat

kebocoran pipa atau masalah teknis lainnya. Semua kepala sprinkler yang ada telah

ditempatkan pada daerah yang kemungkinan untuk mendapat kerusakan mekanisnya

sangat kecil.

Tabel 4.9 Kesesuaian Sprinkler dengan Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

No Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian

1 Pemilik/pengelola gedung harus

menugaskan seorang koordinator

kerusakan

Terdapat koordinator

kerusakan

Sesuai

2 Sebuah label harus dipasangkan untuk

menunjukkan bahwa suatu sistem,

atau bagian dari sistem, telah

dihentikan pengoperasiannya/di non

aktifkan

Jika sprinkler tidak dapat

digunakan/dihentikan

sementara dipasang label

Sesuai

3 Harus dirancang sedemikian rupa agar

minimal dapat mempertahankan agar

api tidak berkembang selama 30

menit

Dirancang minimal dapat

mempertahankan agar api

tidak berkembang, dapat

terus menyemprot selama

6 jam

Sesuai

4 Batas jarak maksimum antar kepala

sprinkler harus di sesuaikan

Jarak antar kepala

sprinkler ±2-3 meter

Sesuai

5 Sprinkler harus bekerja secara

otomatis

Sprinkler bekerja secara

otomatis

Sesuai

6 Kepala springkler tidak ditempatkan Kepala springkler tidak Sesuai

Page 113: Abu Zar - Magang Full

99

di tempat yang mungkin mendapat

kerusakan mekanis

ditempatkan di tempat

yang mungkin mendapat

kerusakan mekanis

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh sprinkler di PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang yang telah terpasang sudah sesuai dengan standar

yang ada. Namun memang sprinkler yang ada hanya terdapat di area area tertentu saja

atau tidak terdapat disemua sub-lokasi. Sedangkan jika sprinkler terdapat juga pada area

area lain, kebakaran dapat dipadamkan dengan lebih cepat tanpa harus menunggu

petugas kebakaran datang ke lokasi kebakaran atau setidak-tidaknya api dapat

dipertahankan sebelum api menjalar ke tempat-tempat lain sambil menunggu petugas

kebakaran datang ke lokasi kebakaran.

4.5.4 Gambaran Pompa Pemadam di PT Pertamina Geothermal Energy

Pompa Pemadam di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang terbagi

menjadi 2 jenis, yaitu pompa pemadam yang bersifat tetap dan pompa pemadam yang

bersifat portable.

Page 114: Abu Zar - Magang Full

100

Gambar 4.13 Pompa Pemadam Bersifat Tetap di Area PLTP Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.14 Pompa Pemadam Portabel di Area PLTP Unit IV Tahun 2012

Pompa pemadam yang bersifat tetap sudah ditempatkan ditempat yang terpisah

dari kegiatan pekerja, pompa ini berjalan secara otomatis dan alat kontrolnya ditutup dan

dikunci sehingga tidak sembarang orang dapat merubah settingannya. Tempat untuk

menempatkan pompa pemadam ini tidak ditempatkan pada ruangan khusus, sehingga

pencahayaan dan ventilasi di area pompa pemadam ini sudah pasti tercukupi. Area

pompa pemadam ini tidak dibuat landai/miring dan juga tidak ada pengering lantai,

namun pompa diletakkan agak sedikit tinggi untuk menjauhi dari kemungkinan terkena

air dan saluran air disekitar pompa pemadam sudah disediakan.

Page 115: Abu Zar - Magang Full

101

Tabel 4.10 Kesesuaian Pompa Pemadam dengan Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

No Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

Kenyataan di Lapangan Kesesuaian

1 Pompa kebakaran, penggerak dan

alat kontrolnya harus diproteksi

terhadap kemungkinan gangguan

Pompa pemadam sudah

terpisah dari kegiatan pekerja,

bekerja otomatis dan alat

kontrolnya dikunci

Sesuai

2 Pencahayaan buatan harus

disediakan dalam ruangan pompa

Pencahayaan buatan

disediakan

Sesuai

3 Pencahayaan darurat harus

disediakan

Pencahayaan darurat

disediakan

Sesuai

4 Ventilasi ruangan pompa harus

sesuai ketentuan

Ventilasi ruangan pompa

sudah sesuai karena tidak

diletakkan pada ruang khusus

Sesuai

5 Lantai harus dibuat landai/miring

untuk pengeringan yang cukup

menghilangkan air menjauhi

peralatan yang kritis seperti pompa,

penggerak, alat kontrol dsb.

Lantai tidak di sekitar pompa

pemadam tidak dibuat

landai/miring

Tidak sesuai

6 Ruangan pompa harus disediakan

dengan pengering lantai yang

menyalurkan air ke lokasi luar

Tidak ada pengering lantai,

namun sudah ada saluran air

yg menyalurkan keluar

Tidak sesuai

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada hal-hal yang belum sesuai

terkait pompa pemadam seperti lantai tidak dibuat landai/miring dan tidak terdapat

pengering lantai. Lantai yang dibuat landai ini tujuannya agar jika terdapat air, air

Page 116: Abu Zar - Magang Full

102

tersebut dapat langsung mengalir ke saluran air. Lantai yang dibuat landai juga berguna

jika terdapat tumpahan saat pengisian bahan bakar pompa, maka cukup dialirkan dengan

cairan lain seperti air sabun ke saluran air.

4.5.5 Gambaran Penyediaan Air di PT Pertamina Geothermal Energy

Penyediaan air di PT Pertamina Geothemal Energy terdapat 1 tempat

penyimpanan air yang dapat digunakan setiap saat. Satu tempat penyediaan air telah

disediakan untuk kebutuhan saat kebakaran dan untuk keperluan sehar-hari di Area

PLTP Kamojang Unit IV.

Penyediaan air ini dapat bekerja secara otomatis yang telah diatur secara

otomatis. Untuk volume air di Area PLTP Kamojang Unit IV terdapat 2 tempat yaitu

1.000.000.000 liter dan 800.000 liter, sehingga jika dijumlahkan menjadi 1.800.000 liter

air yang siap untuk digunakan, namun tempat penyimpanan air itu tidak hanya

digunakan untuk keperluan saat terjadi kebakaran, tetapi digunakan juga untuk

keperluan sehari-hari.

Air yang ada di tempat penyimpanan air juga tidak mengandung serat dan bahan

yang dapat mengganggu. Walaupun penyimpanan air di area kantor utama dan area

gudang diambil dari danau Cikaro, tetapi air tersebut juga sudah di filter terlebih dahulu,

sehingga tidak ada serat atau bahan lain yang dapat mengganggu.

Air yang ada di tempat penyimpanan airpun bukan air asin, karena memang

penggunaan air asin tersebut sifatnya korosif sehingga kurang baik jika terkena alat-alat

yang penting dan mahal. Secara geografis PT Pertamina Geothermal Area Kamojang ini

Page 117: Abu Zar - Magang Full

103

terletak di daratan tinggi sehingga sulit jika menggunakan air asin, dan yang sudah

dijelaskan sebelumnya air sebagian besar diambil dari danau Cikaro yang tentunya tidak

bersifat asin.

Gambar 4.11 Tempat Penyediaan Air di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun

2012

Tabel 4.25 Kesesuaian Penyediaan Air dengan Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

No Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian

1 Sekurang-kurangnya terdapat jenis

sistem penyediaan air

Terdapat 1 buah sistem

penyediaan air

Sesuai

2 Sistem penyediaan air bekerja

secara otomatis

Sistem penyediaan air

bekerja secara otomatis

Sesuai

3 Sistem penyediaan air dapat

diandalkan tiap saat

Sistem penyediaan air dapat

diandalkan tiap saat

Sesuai

Page 118: Abu Zar - Magang Full

104

4 Air yang digunakan tidak boleh

mengandung serat atau bahan lain

yang dapat mengganggu

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau

bahan lain yang dapat

mengganggu

Sesuai

5 Pemakaian air asin tidak diijinkan Tidak menggunakan air asin Sesuai

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tempat penyimpanan air yang ada di PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah sesuai dengan standar yang ada.

4.5.6 Gambaran Detektor Kebakaran di PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang

Detektor yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang PLTP

Unit IV ada 2 jenis, yaitu detektor asap dan detektor panas. Dipasang 2 macam detektor

bertujuan agar jika salah satu (asap atau panas) saja terdeteksi, maka akan dapat

memberikan pemberitahuan dengan cepat.

Detektor asap yang di pasang di PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang berjenis foto electric. Untuk kondisi stand-by atau normal lampu smoke

detektor ini akan menyala berwarna merah berkedip-kedip, namun untuk kondisi

detektor yang mendeteksi adanya asap, maka detektor akan menyala berwarna merah

terus-menerus. Untuk detektor panas yang di pasang di PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang, di setting untuk mendeteksi panas dengan temperatur 57 ºC.

Page 119: Abu Zar - Magang Full

105

Gambar 4.16 Detektor Asap di Area

PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.17 Detektor Panas di Area

PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Detektor yang di area PLTP Kamojang Unit IV tidak dipasang masuk ke dalam

langit-langit. Detektor sudah terpasang di seluruh area PLTP Kamojang Unit IV PT

Pertamina Geothermal Energy mulai dari kantor PLTP, warehouse dan PLTP Unit IV.

Detektor kebakaran tidak diletakkan ditempat yang dapat melarutkan asap sebelum

mencapai detektor seperti diletakkan dekat kipas angin, jendela, AC atau yang lainnya.

Detektor tidak dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 m dari AC. Sumber tenaga listrik

yang dipasang untuk sistem deteksi kebakaran yaitu 15 – 32 Volt. Panel kontrol sudah

dapat menunjukan asal lokasi kebakaran dengan menunjukkan zona-zona yang sudah

diklasifikasikan terlebih dahulu.

Page 120: Abu Zar - Magang Full

106

Tabel 4.12 Kesesuaian Detektor Area Gedung Utama dengan Standar Permen PU

No. 26/PRT/MEN/2008

No Standar Permen PU No.

26/PRT/MEN/2008

Kenyataan di Lapangan Tingkat

Kesesuaian

1 Detektor tidak boleh dipasang

dengan cara masuk ke dalam

permukaan langit-langit

Detektor dipasang tidak

masuk kedalam permukaan

langit-langit

Sesuai

2 Detektor harus dipasang pada

seluruh daerah bila disyaratkan

oleh standar yang berlaku atau oleh

instansi yang berwenang.

Detektor sudah terpasang

menyebar disemua area

Sesuai

3 Detektor harus tidak diletakkan

dimana udara dari suplai diffuser

dapat melarutkan asap sebelum

mencapai detektor.

Detektor tidak diletakkan

ditempat yang dapat

melarutkan asap sebelum

mencapai detektor

Sesuai

4 Sumber tenaga listrik sistem

deteksi tidak kurang dari 6 volt

Sumber tenaga listrik sistem

deteksi 15 – 32Volt

Sesuai

5 Panel kontrol harus bisa

menunjukan asal lokasi kebakaran

Panel kontrol dapat

menunjukan asal lokasi

kebakaran

Sesuai

6 Untuk setiap ruangan dengan luas

92 m² dengan tinggi langit-langit 3

m, harus dipasang 1 buah alat

detektor

Detektor sudah terpasang

menyebar disemua area

Sesuai

7 Detektor tidak boleh dipasang

dalam jarak kurang dari 1,5 m dari

AC

Detektor tidak dipasang

dalam jarak kurang dari 1,5m

dari AC

Sesuai

Page 121: Abu Zar - Magang Full

107

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua detektor kebakaran yang sudah

dipasang di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang sudah sesuai dengan standar yang ada.

4.5.7 Gambaran Alarm Kebakaran di PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang

Alarm di PT Pertamina Geothermal Energy terbagi menjadi 2 macam, yaitu

alarm yang bersifat manual dan alarm yang bersifat otomatis. Alarm manual digunakan

ketika alarm otomatis gagal berfungsi. Alarm otomatis merupakan alarm yang secara

otomatis berbunyi jika detektor kebakaran mendeteksi adanya kebakaran.

Gambar 4.18 Alarm Kebakaran

Manual di Area PLTP Kamojang

Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.19 Bell Alarm

Kebakaran di Area PLTP Kamojang

Unit IV Tahun 2012

Page 122: Abu Zar - Magang Full

108

Sistem alarm kebakaran yang ada sudah memiliki program pemeliharaan dan

pengujian. Riwayat catatan, pengujian tersebut telah didokumentasikan dan telah

disimpan. Setiap kotak titik panggil manual pada sistem dapat dicapai, tidak terhalang

dan tampak jelas. Notifikasi penghuni sudah disediakan untuk menyiagakan penghuni

terhadap suatu kejadian kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Alarm di panel

annunciator pada pusat pengendalian kebakaran sudah dengan cara indikator suara dan

visual. Alarm untuk keadaan darurat sudah mempunyai notifikasi khusus yag berbeda.

Alarm manual berwarna merah, ditempatkan pada lintasan jalur keluar dan ditempatkan

pada tempat yang tidak mudah terkena gangguan. Tingkat kekerasan suara pada alarm

adalah 92 desibel pada sumber bunyinya.

Tabel 4.13 Kesesuaian Alarm Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV dengan

Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008

No Standar Permen PU No.

26/PRT/M/2008

Kenyataan di Lapangan Kesesua

ian

1 Sistem alarm kebakaran harus

mempunyai sebuah program

pemeliharaan dan pengujian

Sistem alarm kebakaran

mempunyai sebuah program

pemeliharaan dan pengujian

Sesuai

2 Riwayat catatan pemeliharaan,

pengujian dan dokumentasi harus

disimpan

Riwayat catatan, pengujian

dan dokumentasi telah

disimpan

Sesuai

3 Untuk sistem alarm kebakaran yang

menggunakan deteksi otomatik

kebakaran atau alat deteksi aliran air,

sekurang-kurangnya satu kotak titik

panggil manual harus disediakan untuk

inisiasi sinyal alarm kebakaran.

Terdapat titik panggil alarm

manual pada jalur evakuasi

Sesuai

Page 123: Abu Zar - Magang Full

109

4 Setiap kotak titik panggil manual pada

sistem harus dapat dicapai, tidak

terhalang dan tampak jelas.

Setiap kotak titik panggil

manual pada sistem dapat

dicapai, tidak terhalang dan

tampak jelas.

Sesuai

5 Notifikasi penghuni harus disediakan

untuk menyiagakan penghuni terhadap

suatu kejadian kebakaran atau keadaan

darurat lainnya

Notifikasi penghuni sudah

disediakan

Sesuai

6 Alarm di Panel annunciator pada pusat

pengendalian kebakaran harus dengan

cara indikator suara dan visual

Alarm di Panel annunciator

pada pusat pengendalian

kebakaran dengan cara

indikator suara dan visual

Sesuai

7 Alarm harus mempunyai notifikasi

khusus yang berbeda

Alarm mempunyai notifikasi

khusus yag berbeda

Sesuai

8 Alarm manual berwarna merah Alarm manual berwarna

merah

Sesuai

9 Alarm manual ditempatkan pada

lintasan jalur keluar

Alarm manual ditempatkan

pada lintasan jalur keluar

Sesuai

10 Lokasi penempatan alarm manual

tidak boleh terkena gangguan

Lokasi penempatan alarm

manual ditempatkan pada

tempat yang tidak mudah

terkena gangguan

Sesuai

11 Kekerasan suara minimal 65 dB Kekerasan suara alarm 92

dBA

Sesuai

12 Adanya pemeliharaan terhadap alarm Ada pemeliharaan terhadap

alarm

Sesuai

Page 124: Abu Zar - Magang Full

110

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh sistem alarm kebakaran yang telah

dipasang di area PLTP Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah

sesuai dengan standar yang ada.

Page 125: Abu Zar - Magang Full

111

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

a. PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang pengolahan energi panas bumi yang diubah menjadi

energi listrik. Untuk pembangkitan PLTP unit I, II, dan III mengalirkan uap

sebesar 1100 ton/jam dan mampu menghasilkan listrik berkapasitas 140 MW,

sedangkan unit IV 430 ton/jam yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas

60 MW.

b. Karyawan K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang berjumlah

11 orang. Program yang dijalankan secara umum terbagi menjadi program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program pelatihan internal pekerja,

program terkait lindungan lingkungan dan audit perusahaan.

c. Hasil yang didapatkan dalam laporan magang ini di area PLTP Kamojang Unit

IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah sebagai berikut:

1) Jenis media APAR yang terdapat di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang adalah dry powder dan CO2. Masih ada hal-

hal terkait APAR yang masih harus diperhatikan seperti 27,3% APAR belum

memiliki tanda pemasangan APAR, dan APAR jenis CO2 tidak ditimbang saat

pemantauan APAR.

Page 126: Abu Zar - Magang Full

112

2) Jenis hidran yang terpasang secara garis besar dibagi menjadi 2 macam yaitu

hidran halaman dan hidran gedung. Ada hal yang masih belum sesuai dengan

standar terkait hidran seperti 100% pipa pemancar (nozzle) masih belum

terpasang pada selang kebakaran.

3) Seluruh sprinkler yang telah terpasang sudah sesuai dengan standar yang ada,

dan terpasang pada mesin-mesin yang beresiko tinggi untuk terbakar di area

PLTP Kamojang Unit IV.

4) Pompa Pemadam di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang terbagi menjadi 2, yaitu pompa pemadam yang bersifat

tetap dan pompa pemadam yang bersifat portable. Masih ada hal-hal yang masih

harus diperhatikan terkait pompa pemadam seperti lantai tidak dibuat landai dan

tidak adanya pengering lantai.

5) Tempat penyimpanan air yang ada di area PLTP Kamojang Unit IV PT

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah sesuai dengan standar yang

berlaku.

6) Detektor yang ada di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geotehrmal

Energy Area Kamojang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu detektor asap dan detektor

panas. Seluruh detektor kebakaran yang sudah dipasang sudah sesuai dengan

standar yang ada.

7) Alarm di area PLTP kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy terbagi

menjadi 2 macam, yaitu alarm yang bersifat manual dan alarm yang bersifat

Page 127: Abu Zar - Magang Full

113

otomatis. Seluruh sistem alarm kebakaran yang telah dipasang sudah sesuai

dengan standar yang ada.

5.2. Saran

Setelah mahasiswa melakukan kegiatan magang tersebut, maka saran untuk

perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Semua APAR diberi tanda pemasangan, APAR yang baru digunakan dengan

segera diganti dengan APAR yang dapat digunakan dan APAR dengan jenis

CO2 dilakukan penimbangan saat pemantauan APAR.

b. Dipasangnya pipa pemancar (nozzle) pada selang kebakaran.

c. Lantai pada pompa pemadam dibuat landai dan disediakannya pengering lantai.

Page 128: Abu Zar - Magang Full

114

Daftar Pustaka

Anonim. “Profil Pertamina”.

http://www.pertamina.com/index.php/home/read/company_profile (akses 17

Nov 2011).

Anonim. “Sejarah Bisnis”.

http://www.pge.indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&

id=3&Itemid=2 (akses 25 des 2011)

Anonim. “Ledakan di Pabrik Rambut Palsu Tewaskan Seorang Pekerja”.

http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/01/14/78524/Ledakan-di-

Pabrik-Rambut-Palsu-Tewaskan-Seorang-Pekerja/6 (akses 14 Feb 2012)

Anonim. ”Tangki Air” http://www.purewatercare.com/tangki_air.php (akses 22 mar

2012)

Anonim. “Keunggulan Tangki Polyetilen” http://pionirmandirijaya.com/keunggulan-

tangki--tandon-air-polyethylene.html (akses 22 mar 2012)

Anonim. “Kenali Segitiga Api”. http://www.safetysign.co.id/image-product/img2110-

1287553023.gif (akses 15 Jan 2012)

Anonim. “Bahaya Kebakaran”. http://www.artikelk3.com/bahaya-kebakaran.html (akses

15 jan 2012)

Danial. “Sistem Sprinkler Otomatis”. 2010 (last updated Feb 2011).

http://www.trenkonstruksi.com/index.php?option=com_content&view=article

&id=91:sistem-pengolahan-air-laut-dengan-membran-osmosis-

balik&catid=43:material-dan-alat&Itemid=57 (akses 22 mar 2012)

Elsi, Elsa. ”Evaluasi Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Gedung B

Lantai V Rumah Sakit X dengan Berpedoman kepada SNI 03-3987-1995”.

Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2003.

Page 129: Abu Zar - Magang Full

115

Estria, Cintha. “Evaluasi Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kapal Penumpang KM.

Lambelu PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT PELNI) Tahun 2008”. Skripsi,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2008.

Iriawan, Edi. “Gudang Farmasi Ludes Terbakar Kerugian Ditaksir Mencapai 10 Milyar”.

http://www.indosiar.com/fokus/gudang-farmasi-ludes-terbakar-kerugian-10-

miliar_76237.html (akses 14 jan 2012)

Iskandar, Redion. ”Evaluasi Alat Proteksi Kebakaran Aktif dan Gambaran Pengetahuan

Pekerja Mengenai Penggunaan Alat Proteksi Kebakaran Aktif di Gedung Wet

Paint Production PT International Paint Indonesia Tahun 2008”. Skripsi,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2008.

Kusuma, Yuriadi. Sistem Mekanikal Gedung. Modul 8. Bandung: Pusat Pengembangan

Bahan Ajar, 2005.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI no. KEP.186/MEN/1999 tentang Unit

Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 Tentang Ketentuan

Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Laporan Investigasi Kebakaran PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

Modul HSE Pertamina No 11 Aspek Kebakaran

National Fire Protection Association No NFPA 10 Tentang Standard for Portable Fire

Extinguishers Edisi 1998.

Modul pelatihan fire alarm system 15 Feb 2012

”Pabrik Petasan Meledak, 1 Orang Tewas”, Koran Sindo, 16 des 2011

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1992 tentang

Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Khusus Ibu Kota Jakarta

Page 130: Abu Zar - Magang Full

116

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2008

Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No : Per.04/Men/1980 tentang

Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 02/Men/1983 tentang

instalasi kebakaran otomatik

Prawira, Windy Noermala. “Evaluasi dan Analisis Konsekuensi Alat Pemadam Api

Ringan di Gedung A FKM UI Tahun 2009 dengan Metode Event Tree

Analysis”. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Depok, 2009.

Ramli, Soehatman. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management).

Jakarta: Dian Rakyat, 2010

Rifai, Muhammad. ”Kronologi Kebakaran Kilang Pertamina di Cilacap”.

http://news.okezone.com/read/2011/04/02/340/441726/kronologi-kebakaran-

kilang-pertamina-di-cilacap (akses 14 jan 2012)

Santoso, Sujito. “Pabrik Balon di Semanan Untuk Kedua Kalinya Terbakar”.

http://www.indosiar.com/fokus/pabrik-balon-di-semanan-untuk-kedua-kalinya-

terbakar_77710.html (akses 14 jan 2012)

Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-3987-1995 Tahun 1995 Tentang Tata cara

perencanaan, pemasangan pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya

kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

Syamsuri, Mas’ud. “Gudang Limbah Terbesar Ludes Dilalap Api”.

http://www.indosiar.com/fokus/gudang-limbah-terbesar-ludes-dilalap-

api_75892.html (akses 14 jan 2012).

Page 131: Abu Zar - Magang Full

Lampiran Dokumentasi

Inspeksi APAR

Lomba Fire Fighting

Lomba Breathing Apparatus

Grand Safety Meeting

Pelatihan Fire Alarm System

Safety Meeting K3LL

Page 132: Abu Zar - Magang Full

Safety Meeting Power Plant

Mengganti Shock Wind yang Rusak

Uji Tegak Sumur

Donor Darah

Safety Briefing Sebelum Bleeding

Senam Jum’at

Page 133: Abu Zar - Magang Full

LAPORAN KEBAKARAN

DI WARUNG KUPAT TAHU IBU EPON

Rabu, 29 Juni 2011

a. Masalah

Terjadi kebakaran di Warung Kupat Tahu milik Ibu Epon. Lokasi dekat dengan Workshop.

b. Kondisi Sebelum

Kondisi Warung : Baik

Kondisi Cuaca : Hujan

c. Kronologis

Tanggal 29 Juni 2011

Jam Petugas Keterangan Photo

20.15 WIB Petugas HSE Shift

malam

Bapak T. Andani

Ibu Epon pemilik warung sedang

memasak kupat tahu di tungku

Selagi memasak, Ibu Epon pergi

membeli nasi pincuk di warung

pojok dan meninggalkan tungku

dalam keadaan menyala

Tungku yang ditinggalkan tersebut

menyebabkan terjadinya kebakaran

20.18 WIB Petugas HSE Shift

malam

Bapak T. Andani

Pak Mulyadi (Security) melapor

kepada Pak Dani (HSE) bahwa telah

terjadi kebakaran di warung Ibu

Epon

20.19 WIB Petugas HSE Shift

malam

Bapak T. Andani

Pak Dani dibantu oleh Linmas dan

security mengambil APAR dry

powder sebanyak 8 tabung

Mereka mengambil APAR karena

pompa mobil pemadam sedang

rusak sehingga tidak bisa dipakai

Page 134: Abu Zar - Magang Full

20.20 WIB Petugas HSE Shift

malam

Bapak T. Andani

Proses pemadaman api

menggunakan APAR

Pak Dani Mengontak control room

Operasi Produksi untuk meminta

kiriman air untuk hydrant dari Cikaro

20.40 WIB Petugas HSE Shift

malam

Bapak T. Andani

Memadamkan api menggunakan

hydrant

Tetapi tekanan hydrant nya kecil

karena sumber airnya cukup jauh

dan harus berbagi dengan sumur

injeksi

20.59 WIB Petugas HSE Shift

malam

Bapak T. Andani

Api sudah padam

d. Penyebab Permasalahan :

Kebakaran disebabkan oleh tungku yang digunakan untuk memasak kupat tahu di warung Ibu Epon,

dimana di dekat tungku terdapat kompor minyak.

e. Akibat Kebakaran :

Warung, masakan dan peralatan masak di warung Ibu Epon habis terbakar

Sebagian atap warung Pak Dulman juga ikut terbakar (api merembet ke bagian warung yang

sebagian besar terbuat dari kayu, bambu dan asbes).

Booster televisi di warung Pak Dulman rusak

Pemilik warung (Mertua dan anak P Dulman) merasa syok

Total Kerugian diperkirakan mencapai ± 12 juta rupiah (Ibu Epon Rp 10 jt, P Dulman Rp 2 Juta)

Page 135: Abu Zar - Magang Full

f. Saran

1. Pencegahan :

Sosialisasi mengenai bahaya kebakaran kepada masayarkat sekitar perusahaan, khususnya

masyarakat yang melakukan aktivitas yang berpotensi menimbulkan kebakaran seperti pemilik

warung, agar mereka selalu berperilaku aman saat beraktivitas.

2. Penanggulangan :

a. APAR dipergunakan Untuk memadamkan kebakaran dengan api yang masih kecil (tingkat

permulaan). Sehingga untuk api besar seharusnya jangan memadamkan menggunakan APAR

b. Alat Pemadam Kebakaran seharusnya selalu dalam kondisi siap, terutama untuk menghadapi

kondisi emergency. Sehingga Perbaikan kerusakan pompa mobil pemadam kebakaran harus

dikerjakan secepatnya

c. Tekanan hydrant yang digunakan harus cukup. Sumber air nya bisa dari sumber lain yang lebih

dekat agar lebih cepat dan tidak berebut dengan sumur injeksi

Disiapkan

Tanda Tangan : ................Nama : Ewon Sonjaya (Staff HSE) Tanggal : ….. Juni 2011

Diperiksa

Tanda Tangan : ................Nama : Widodo Suwanto (Pws Ut HSE) Tanggal : ….. Juni 2011

Disetujui

Tanda Tangan : ................Nama : Fahmi HD (Man. HSE PT.PGE Area KMJ) Tanggal : ….. Juni 2011

Page 136: Abu Zar - Magang Full

LAMPIRAN FOTO

KEBAKARAN WARUNG KUPAT TAHU IBU EPON

Rabu, 29 Juni 2011

Page 137: Abu Zar - Magang Full
Page 138: Abu Zar - Magang Full

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Review Kebijakan K3LL

2 Safety Meeting GS GS GS GS

3 Safety Walk & Talk (SWAT)

4 Observasi & Intervensi

5 Safety Talk

6 Bulan K3

7 Peralatan Keselamatan (Check APD)

8 Pengawasan K3LL Pemboran*

9 Emergency Response

10 Good House Keeping

11 Review Safety Sign

12 Fire Alarm Test

14 P3K

15 Teknik Pemakaian APAR

16 Breathing Apparatus

17 Safety Driving

18 Pengelolaan Lingkungan

19 Pemantauan Lingkungan

16.1. Kualitas Air

16.2. Kualitas Udara

INTERNAL TRAINING

NO MATERI/KEGIATAN

Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Komite

K3LL13

LINDUNGAN LINGKUNGAN

KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

KET

PROGRAM K3LL

AREA GEOTHERMAL ENERGY KAMOJANG

TAHUN 2012

JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBERMEI JUNIJANUARI FEBRUARI MARET APRIL

Page 139: Abu Zar - Magang Full

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4NO MATERI/KEGIATAN KET

JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBERMEI JUNIJANUARI FEBRUARI MARET APRIL

20 Audit Pengelolaan Sampah Domestik

21 Program Revegetasi

22 Kampanye Lingkungan

19.1. Hari Air

19.2. Hari Bumi

19.3. Hari Lingkungan sedunia

23 Internal Audit SMP (ISO & OHSAS)

24 External Audit (Resertifikasi)

Keterangan :

* Disesuaikan dengan pelaksanaan pemboran

Kamojang, Januari 2011

Mengetahui : Disetujui oleh Dibuat oleh :

General Manager Manajer K3LL Pws. Ut. HSE,

Tavip Dwikorianto Fahmi H. Dereinda Widodo Suwanto

AUDIT