abstrak.rtf
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BANGUN RUANG
DENGAN STRATEGI STUDENT TEAM HEROIC LEADERSHIP DAN
PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR PADA PESERTA DIDIK
KELAS VIII SMP N 15 SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
untuk Mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : Desy Rikha Setyanty
NIM : 4101403575
Prodi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVESITAS NEGERI SEMARANG
2007
i
ABSTRAK
Desy Rikha Setyanty. 2006. Efektivitas Pembelajaran Matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 15 Semarang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Matematika. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci: Strategi Student Team Heroic Leadership, Tugas Terstruktur,
Keterampilan Proses, Hasil Belajar Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur menjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika. Pembelajaran disusun dengan diawali pemberian tugas terstruktur, dalam hal ini berbentuk modul (bisa dikerjakan di rumah) kemudian dilanjutkan dengan tatap muka di kelas diharapkan dapat mencapai tujuan lebih baik. Melihat kondisi pembelajaran matematika Bangun Ruang di SMP N 15 Semarang, diusulkan dalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ketuntasan belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur, (2) pengaruh keterampilan proses dengan strategi tersebut terhadap hasil belajar, dan (3) apakah hasil belajar pendekatan tersebut di atas lebih abik dari pada strategi pembelajaran ekspositori. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII yang terdiri dari tujuh kelas SMP N 15 Semarang dengan rataan 44 peserta didik. Sampel dilakukan dengan Cluster random sampling untuk mengambil kelas eksperimen yaitu VIII G dan kelas Kontrol VIII E. Variabel bebas adalah keterampilan proses dan variabel terikat hasil belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur. Cara pengambilan data dengan lembar pengamatan dan tes. Data yang diperoleh dideskriptifkan dan diolah dengan analisis uji t satu sampel, dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur (1) mencapai ketuntasan belajar keterampilan proses 70 dan ketuntasan hasil belajar 68, (2) keterampilan proses dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik (R2) sebesar 83,8%, dan (3) Hasil belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran ekspositori. Saran, sistem pembelajaran di kelas sebaiknya harus memperhatikan keterampilan prosesnya. Salah satu alternatif dalam pembelajaran yang menarik dan menyenangkan adalah dengan menerapkan strategi student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur.
ii
PENGESAHAN
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BANGUN RUANG
DENGAN STRATEGI STUDENT TEAM HEROIC LEADERSHIP DAN
PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR PADA PESERTA DIDIK
KELAS VIII SMP N 15 SEMARANG
Skripsi ini telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang Hari : Rabu Tanggal : 29 Agustus 2007
Panitia Ujian,
Ketua, Sekretaris, Drs. Kasmadi Imam S., M.S Drs. Supriyono, M.Si NIP. 130781011 NIP. 130815345 Pembimbing Utama Penguji Utama Prof. Dr. YL Sukestiyarno Drs. Suhito, M.Pd.NIP. 131404322 NIP. 130604210 Pembimbing Pendamping Anggota I Drs. Amin Suyitno, M.Pd. Prof. Dr. YL Sukestiyarno NIP. 130604211 NIP. 131404322 Anggota II Drs. Amin Suyitno, M.Pd. NIP. 130604211
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tetulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2007
Desy Rikha Setyanty
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q. S. Al Insyiroh: 6);
2. Kebahagiaan datang dengan memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dan menerima apa
yang tidak bisa diperbaiki (Christine Webber);
3. Kawan Sejati adalah orang yang berkata benar kepadamu (bila benar ia berkata benar
dan bila salah ia berkata salah) bukan orang yang membencikan kamu yang tak tentu
benarnya (Syeh Mustofa Al Ghalayini).
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Ibuku tercinta;
2. Adik-adikku tersayang;
3. Sahabat-sahabatku (Heni, Omee, dan Wiwi) yang banyak berkorban dalam membantu
skripsi ini;
4. Segenap pengamat, pecinta, dan pelaksana pendidikan.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, dengan limpahan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Efektivitas Pembelajaran
Matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership dan
Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 15
Semarang” ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan
Matematika di Universitas Negeri Semarang.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dan pengarahan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rendah hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang,
2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang,
3. Drs. Supriyono, M.Si., Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Semarang,
4. Prof. Dr. YL Sukestiyarno, Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi,
5. Drs. Amin Suyitno, M.Pd, Pembimbing Pendamping yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi,
6. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai
harganya selama belajar di jurusan Matematika,
7. Endang Triningsih, S. Pd. MM, Kepala SMP N 15 Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian,
vi
8. Ami Murwati, S. Pd., Guru matematika kelas VIII SMP N 15 Semarang yang
telah membantu terlaksananya penelitian ini,
9. Siswa-siswi kelas VIII SMP N 15 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 atas
ketersediaannya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini,
10. Bapak dan Ibu Guru SMP N 15 Semarang atas segala bantuan yang diberikan,
11. Ibu dan adik penulis yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual.
12. Semua teman-temanku seperjuangan S1 Pendidikan Matematika dan semua
pihak terkait yang telah membantu penulisan penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik material maupun spiritual,
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amien.
Semarang, Juli 2007
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Penegasan Istilah............................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 9
E. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 11
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori ................................................................................. 13
B. Kerangka Berfikir ............................................................................ 26
C. Hipotesis............................................................................................ 29
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penentuan Objek Penelitian ................................................ 30
B. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 32
viii
C. Instrumen Penelitian ......................................................................... 33
D. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ................................. 36
E. Analisis Data .................................................................................... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 48
B. Pembahasan ...................................................................................... 57
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... 63
B. Saran.................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Kelas Uji Coba …………………............................. 68
2. Daftar Nama Kelas Eksperimen..................................................... 69
3. Daftar Nama Kelas Kontrol........................................................... 70
4. Daftar Nilai Awal Pokok Bahasan Lingkaran................................ 71
5. Daftar Nilai Kelas Eksperimen Pokok Bahasan Bangun Ruang.... 72
6. Daftar Nilai Kelas Kontrol Pokok Bahasan Bangun Ruang........... 73
7. Data Rekap Dua Pengamat Variabel Keterampilan Proses............ 74
8. Rekap Nilai Rata-Rata Dari Dua Pengamat Keterampilan Proses.. 76
9. RPP Kelas Eksperimen................................................................... 78
10. RPP Kelas Kontrol.......................................................................... 87
11. Kisi-Kisi Lembar Penilaian Variabel Keterampilan Proses............ 93
12. Lembar Pengamatan Variabel Keterampilan Proses...................... 95
13. Daftar Indikator dan Pemberian Skor Variabel Keterampilan
Proses.............................................................................................. 96
14. Kisi-Kisi Soal Instrumen Uji Coba Penelitian................................. 104
15. Kisi-Kisi Soal Instrumen Penelitian................................................ 106
16. Soal Tes Uji Coba Instrumen.......................................................... 108
17. Soal Tes Instrumen.......................................................................... 110
18. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba Instrumen................................ 112
19. Kunci Jawaban Soal Tes Instrumen............................................... 116
20. Modul Pertemuan Pertama............................................................. 119
x
21. Modul Pertemuan Kedua................................................................. 125
22. Modul Pertemuan Ketiga................................................................. 131
23. Kunci Jawaban Modul Pertemuan Pertama.................................... 136
24. Kunci Jawaban Modul Pertemuan Kedua...................................... 138
25. Kunci Jawaban Modul Pertemuan Ketiga...................................... 140
26. Soal-soal......................................................................................... 143
27. Kunci Jawaban Soal-soal.................................................................. 144
28. Analisis Validitas, Daya Pembeda, dan Taraf Kesukaraan Soal..... 148
29. Analisis Hasil Uji Coba................................................................... 150
30. Instrumen Soal yang Dipakai Dalam Penelitian.............................. 151
31. Contoh Hasil Perhitungan Validitas Soal........................................ 152
32. Contoh Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal.............................. 153
33. Contoh Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal.................................... 155
34. Contoh Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal........................... 157
35. Uji Normalitas Keadaan Awal Kelas Eksperimen.......................... 158
36. Uji Normalitas Keadaan Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol...... 159
37. Uji Normalitas Kelas Eksperimen Pokok Bahasan Bangun Ruang.. 160
38. Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
Pokok Bahasan Bangun Ruang.................................................... 161
39. Uji Homogenitas Keadaan Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol... 162
40. Uji Homogenitas Keadaan Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol..164
41. Perhitungan Uji Satu Sampel Ketuntasan Belajar
Kelas Eksperimen........................................................................ 166
xi
42. Perhitungan Regresi Linear Keterampilan Proses dan
Hasil Belajar Kelas Eksperimen................................................... 167
43. Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata- Rata Hasil Belajar
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.............................................. 168
44. Surat Ijin Observasi Awal Oleh Unnes............................................ 169
45. Surat Ijin Penelitian Oleh Unnes...................................................... 170
46. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Oleh Unnes.......................... 171
47. Surat Keterangan Observasi Awal dan Penelitian Oleh SMP N 15
Semarang.......................................................................................... 172
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Analisis Varians untuk Uji Kelinearan Regresi …………………… 43
2. Ketuntasan Variabel Keterampilan Proses........................................ 50
3. Ketuntasan Variabel Hasil Belajar..................................................... 51
4. Kelinearan Regresi............................................................................. 53
5. Keberartian Regresi............................................................................ 53
6. Kontribusi Keterampilan Proses Hasil Belajar.................................. 54
7. Uji Varian.......................................................................................... 56
8. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata........................................................... 57
9. Uji Ketuntasan Variabel Bebas dan Variabel Terikat……………… 57
10. Analisis Regresi Variabel X dan Y................................................... 59
11. Harga Kritik dari r Product Moment………………………………. 173
12. Daftar Kritik Uji t………………………………………………….. 174
13. Nilai Chi –Square…………………………………………………. 175
14. Daftar Kritik Uji F………………………………………………… 176
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar
tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang
kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh
karena itu dalam pembelajarannya, faktor keaktifan sebagai subjek belajar
sangat menentukan. Peserta didik yang baik memiliki karakter bersemangat
tinggi dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya atau suatu masalah
dimohonkan kepadanya untuk dipecahkan, tidak harus ada pada peserta didik
yang berotak cerdas/IQ tinggi. Namun, bagi peserta didik yang berkemampuan
rata-rata sedang atau kurangpun dapat dilatih untuk memiliki karakter yang
mampu menyelesaikan masalah.
Kecakapan hidup seseorang tidak terjadi dengan sendirinya tetapi
melalui suatu proses yang terus berlanjut. Keberlanjutan perkembangan proses
kecakapan hidup atau keterampilan hidup seseorang selama proses
pembelajaran sebenarnya dapat diamati. Hal ini juga berlaku bagi peserta
didik, di mana perkembangan keterampilan proses seorang peserta didik
selama proses pembelajaran dapat diikuti atau diamati.
Keterampilan proses merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam suatu proses pembelajaran matematika. Mengajar dengan keterampilan
1
2
proses berarti memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja dengan ilmu
pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang
ilmu pengetahuan. Karena sebenarnya melalui pembelajaran matematika tidak
semata-mata hanya menanamkan pengetahuan saja. Tetapi sangat mungkin
diterapkan pembentukan sikap positif, keterampilan cermat, dan kritis.
Peserta didik SMP merupakan peralihan dari tahap operasional konkret
menuju tahap operasional formal. Pelajaran matematika di sekolah merupakan
pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan strategi pembelajaran
yang tepat untuk mengajarkan matematika agar peserta didik lebih mudah
memahami konsep yang terkandung dalam setiap materi yang dipelajari.
Karena sampai saat ini masih banyak kesulitan yang dihadapi peserta didik
dalam belajar matematika, khususnya mengenai materi pokok Kubus dan
Balok. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor-faktor tertentu, seperti
anggapan bahwa pembelajaran matematika sulit dan kurang diperhatikannya
keterampilan proses selama pembelajaran matematika berlangsung. Sehingga
hal tersebut akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.
Berdasarkan penuturan salah satu guru kelas VIII di SMP N 15
Semarang, bahwa masih banyak peserta didik kelas VIII yang kurang
pemahamannya mengenai pokok bahasan kubus dan balok. Semua ini bukan
semata-mata hanya kesalahan peserta didik tetapi dapat juga karena
penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat dan kurang
diperhatikannya keterampilan proses selama pembelajaran matematika.
3
Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang paling kompleks. Suatu
soal dikatakan masalah bagi seorang peserta didik tetapi belum tentu menjadi
masalah juga bagi peserta didik yang lain. Oleh karena itu peserta didik harus
mulai diajak belajar memecahkan masalah baik secara individual maupun
secara kelompok. Apabila peserta didik bekerja secara kelompok, maka upaya
yang dilakukan agar dapat diterima dalam kelompoknya adalah dengan
memberikan kontribusi sesuai kemampuan yang dimiliki.
Menurut Lowney (dalam Sukestiyarno, 2006:1-2), gaya kepemimpinan
yang heroik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki kesadaran
seperti seorang pahlawan (hero). Kesadaran itu meliputi:
1. kesadaran diri untuk mengembangkan potensi-potensi dengan
menambah keterampilan pribadi secara terus menerus;
2. kesadaran mau mencari kelemahan-kelemahan diri yang dapat dipakai
sebagai titik tolak memperbaiki konsep diri;
3. kesadaran untuk mengambil manfaat dari apa yang telah dipelajari;
4. kesadaran untuk menentukan pendirian membela kebenaran sebagai
pandangan hidup yang rela berkorban;
5. kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi
heroik.
Strategi pembelajaran yang biasa diterapkan guru kelas VIII di SMP N
15 Semarang adalah strategi pembelajaran ekspositori. Meskipun guru tidak
terus menerus bicara, namun proses ini tetap menekankan penyampaian
tekstual serta kurang mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar
4
peserta didik. Strategi pembelajaran ekspositori cenderung meminimalkan
keterlibatan peserta didik sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan
bersikap pasif dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian
besar peserta didik takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang
kurang dipahami. Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan
kurang menarik. Dan dalam pembelajarannya kurang memperhatikan
keterampilan proses peserta didik.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu strategi
pembelajaran yang tepat dan menarik di mana peserta didik kooperatif, dapat
bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, mengemukakan pendapat,
dan memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik serta dapat meningkatkan
keterampilan proses peserta didik.
Strategi Student Team Heroic Leadership adalah suatu strategi
pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpikir,
menjawab, saling membantu sama lain, dan dapat menumbuhkan jiwa
kepemimpinan yang heroik. Strategi ini dilakukan dengan membagi peserta
didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 peserta didik yang
heterogen (dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin). Pada
pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi tugas terstruktur yang berupa
modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum
tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka, setiap
peserta didik diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang
akan diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru pada
5
saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi.
Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) yang
diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai review untuk
materi yang ditugaskan saat itu. Dan selama pembelajaran berlangsung,
keterampilan proses yang ada diikuti dan diamati.
Penerapan strategi ini, diharapkan dapat menambah nuansa baru bagi
pembelajaran matematika Bangun Ruang khususnya Kubus dan Balok. Agar
dalam pembelajarannya, keterampilan proses yang ada dapat berpengaruh
positif terhadap hasil belajar dan peserta didik dapat mencapai ketuntasan
belajar.
Dari uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul
“Efektivitas Pembelajaran Matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student
Team Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur pada Peserta
Didik Kelas VIII SMP N 15 Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian dan pokok- pokok pemikiran tersebut di atas,
maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Apakah strategi pembelajaran student team heroic leadership yang
dilengkapi tugas terstruktur pada pembelajaran matematika bangun
ruang dapat mencapai ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil
belajar) peserta didik?
6
2. Apakah keterampilan proses strategi pembelajaran student team heroic
leadership yang dilengkapi tugas terstruktur pada pembelajaran
matematika bangun ruang berpengaruh positif terhadap hasil belajar
peserta didik?
3. Apakah hasil belajar peserta didik dengan strategi student team heroic
leadership lebih baik dari pada strategi pembelajaran ekspositori pada
pembelajaran matematika Bangun Ruang?
C. Penegasan Istilah
Penegasan Istilah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang
sama tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi
yang berbeda dari pembaca. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi dengan tugas
terstruktur
Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi dengan
tugas terstruktur, pada penelitian ini merupakan suatu pembelajaran yang
mengatur strategi dengan membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang, Pada pelaksanaannya, setiap
peserta didik diberi tugas terstruktur yang berupa modul yang berisi
uraian materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka
di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka, setiap peserta
didik diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang akan
7
diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru pada
saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya
diskusi. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa
pertanyaan (soal) yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan (soal)
tersebut dipakai sebagai review untuk materi yang ditugaskan saat itu.
2. Bangun Ruang
Bangun ruang adalah bangun yang semua elemen pembentuknya
tidak seluruhnya terletak pada sebuah bidang datar atau lengkung. Bangun
ruang dapat berupa luasan dan bukan berupa luasan, misalnya spiral. Yang
dibahas hanya berupa luasan saja.
Pada penelitian ini bangun ruang yang dibahas adalah Bangun
Ruang Kubus dan Balok.
3. Keterampilan Proses
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan proses
disini adalah suatu tuntutan proses aktif peserta didik dalam melakukan
suatu kegiatan secara motorik yang merupakan pengejawantahan fungsi
mental yang dilakukan oleh peserta didik dan dirancang secara sistematis
strategi pembelajarannya, dari mulai rancangan awal strategi diterapkan
hingga menutup stategi tersebut yang dilakukan oleh pengajar untuk
memperoleh suatu keterampilan tertentu secara optimal.
8
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, penilaian hasil
belajar atau tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu pembelajaran
matematika diukur dari tiga aspek yaitu aspek pemahaman konsep
(peserta didik mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan
memberi contoh atau bukan contoh dari konsep), aspek penalaran dan
komunikasi (peserta didik mampu memberikan alasan induktif dan
deduktif juga mampu menyatakan gagasan matematika secara lisan,
tertulis, atau mendemonstrasikan), dan aspek pemecahan masalah
(peserta didik mampu memahami masalah, memilih strategi
penyelesaian dan menyelesaikan masalah).
Jadi yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai
tes matematika dalam hal ini nilai tes aspek pemecahan masalah.
5. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian
taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan
pembelajaran setiap satuan pelajaran.
Pada penelitian ini, ketuntasan belajar yang dimaksud adalah
ketuntasan belajar keterampilan proses dan hasil belajar
9
6. Efektivitas
Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu, adanya partisipasi aktif dari
anggota (Hartutik, 2006:8). Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah diperolehnya ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil
belajar) peserta didik, keterampilan proses strategi student team heroic
leadership yang dilengkapi tugas terstruktur berpengaruh positif
terhadap hasil belajar peserta didik, dan hasil belajar peserta didik
dengan strategi student team heroic leadership lebih baik dari pada
strategi pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika Bangun
Ruang.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui apakah pembelajaran matematika bangun ruang dengan
strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi
tugas terstruktur dapat mencapai ketuntasan belajar peserta didik.
b. Mengetahui ada tidaknya pengaruh positif keterampilan proses
strategi pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi
tugas terstruktur terhadap hasil belajar peserta didik.
c. Mengetahui apakah hasil belajar peserta didik antara strategi
pembelajaran student team heroic leadership yang dilengkapi tugas
10
terstruktur lebih baik dari pada strategi pembelajaran ekspositori pada
pembelajaran matematika bangun ruang.
2 Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat,
antara lain sebagai berikut.
a. Bagi peserta didik
1) Dengan menggunakan strategi pembelajaran student team heroic
leadership yang dilengkapi tugas terstruktur diharapkan dapat
membentuk peserta didik yang memiliki jiwa kepemimpinan
kepahlawanan (heroik) secara akademik.
2) Mampu memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran
matematika.
b. Bagi guru
Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat
meningkatkan kualitas sekolah.
d. Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana penggunaan
strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
11
B. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari
bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman
pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi,
dan daftar lampiran.
2. Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi
permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan
landasan teoritis yang diterapkan dalam skripsi, uraian materi
pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan
hipotesis penelitian.
BAB III Metode Penelitian, meliputi metode penentuan objek penelitian,
metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis hasil
uji coba instrumen, dan analisis data penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian
yang dilakukan dan pembahasannya.
12
BAB V Penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-
saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.
3. Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Interaksi Belajar Mengajar
Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena
hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah
kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah
laku serta kesadaran diri sebagai pribadi (Sardiman, 2006:2-3).
Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses
kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni sebagai pihak yang
belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik
sebagai subjek pokoknya.
Menurut Edi Suardi (dalam Sardiman, 2006:15-17), ciri-ciri
interaksi belajar mengajar, yakni memiliki tujuan, ada suatu prosedur
(jalannya interaksi) yang direncana, ditandai dengan adanya aktivitas, ada
guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada
batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu
adanya kegiatan penilaian.
Interaksi belajar mengajar yang baik, khususnya dalam
pembelajaran matematika adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi
13
14
kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta
memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar.
2. Keterampilan Proses Pembelajaran Matematika
Menurut Dimyati (2002:135), kegiatan pembelajaran yang
dimaksud adalah kegiatan yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya belajar pada diri peserta didik. Dalam suatu
kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi
proses perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai hasil dari suatu
pengalaman.
Piaget (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2005) dalam
teorinya, mengatakan guru perlu mengupayakan kepada tiap-tiap peserta
didik berusaha agar biasa mengembangkan diri masing-masing secara
maksimal, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan beraktivitas
secara independen. Sedangkan menurut Vygotsky (dalam Departemen
Pendidikan Nasional, 2005), dalam upaya untuk melakukan pembelajaran
yang efektif, guru perlu mengupayakan supaya setiap peserta didik aktif
berinteraksi dengan peserta didik-peserta didik lain.
Menurut Depdikbud (dalam Dimyati, 2002:138), keterampilan
proses diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber
dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada
dalam diri peserta didik. Sedangkan menurut Syah (dalam Sukestiyarno
15
dan Budi Waluya, 2006:8), yang dimaksud keterampilan proses adalah
kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku proses aktif yang kompleks
dan tersusun secara mulus dan sesuai dengan keadaan strategi
pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu. Selanjutnya
dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik saja
melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan proses
disini adalah suatu tuntutan proses aktif peserta didik dalam melakukan
suatu kegiatan secara motorik yang merupakan pengejawantahan fungsi
mental yang dilakukan oleh peserta didik dan dirancang secara sistematis
strategi pembelajarannya oleh pengajar untuk memperoleh suatu
keterampilan tertentu secara optimal. Oleh karena itu keterampilan proses
disini akan menjadi ciri kekhasan suatu rancangan strategi pembelajaran
dari mulai rancangan awal strategi diterapkan, proses, akibat/dampak yang
dihasilkan, hingga menutup strategi tersebut.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, 2004:4).
Sedangkan menurut Winkel (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya,
2006:6), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai
peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu
perubahan yang khas. Penilaian hasil belajar dilakukan sekali setelah suatu
kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
16
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan
secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta
didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru,
penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan
mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang digunakan mampu
membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan
(ketuntasan belajar). Tes hasil belajar yang dilakukan pada peserta didik
dapat memberikan informasi sampai di mana penguasaan dan kemampuan
yang telah dicapai peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), setiap
mata pelajaran khususnya matematika memiliki standar ketuntasan belajar
minimal (SKBM) untuk setiap aspek penilaian. Aspek penilaian dalam
mata pelajaran matematika terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek pemahaman
konsep, aspek penalaran dan komunikasi matematik, dan aspek pemecahan
masalah. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dinilai adalah hasil belajar
aspek pemecahan masalah.
Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.
Penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam pemecahan
masalah disarankan mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses
memecahkan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan
pemecahan masalah, menyelesaikan masalah (melaksanakan rencana
17
pemecahan masalah), menafsirkan hasilnya. Dari hasil karya peserta didik
dalam memecahkan masalah, dapat dilihat seberapa jauh kemampuan
peserta didik dalam memecahkan masalah ditinjau dari kemampuan-
kemampuan tersebut. Penilaian dapat dilakukan secara holistik
(keseluruhan) atau analitik (perbagian). Pada kenyataannya, peserta didik
sering terhalang dalam memecahkan masalah karena lemahnya (tidak
terbiasa) mengembangkan strategi pemecahan masalah dan kurangnya
pemahaman konsep atau prosedur yang terkandung dalam penyelesaian
masalah.
Indikator keberhasilan memecahkan masalah ditunjukkan oleh
kemampuan:
a. menunjukkan pemahaman masalah;
b. mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
pemecahan masalah;
c. menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk;
d. memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat;
e. mengembangkan strategi pemecahan masalah;
f. membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah
menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
(Tim PPPG Matematika, 2005:79)
Penilaian proses pembelajaran dilakukan terus menerus pada tiap
pertemuan dengan mengacu pada semua indikator yang telah ditetapkan di
setiap kompetensi dasar. Dari hasil penilaian beberapa pertemuan pada
18
pembelajaran suatu kompetensi dasar akhirnya akan diperoleh deskripsi
atau gambaran pencapaian kompetensi tiap peserta didik pada suatu
kompetensi dasar yang mencakup semua indikatornya.
4. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian
taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan
pembelajaran setiap satuan pelajaran (Hartutik, 2006:20).
Pada penelitian ini, ketuntasan belajar yang dimaksud adalah
ketuntasan belajar keterampilan proses dan hasil belajar peserta didik.
5. Tugas Terstruktur
Tugas ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu
program pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan guru,
untuk mencapai sasaran yang dituju dalam pelajaran itu, dalam hal ini
adalah pembelajaran matematika Bangun Ruang.
Pada penelitian ini tugas terstruktur yang dimaksud disajikan
dalam bentuk modul. Menurut Nasution (dalam Joko, 2006:28), modul
dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu
peserta didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus
dan jelas. Modul yang diberikan berisi uraian materi yang dilengkapi
dengan soal latihan yang diharapkan dapat meningkatkan penalaran dan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Modul ini
19
diberikan pada pertemuan sebelumnya sehingga peserta didik dapat
mempelajarinya di rumah.
6. Strategi Pembelajaran
a. Strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership yang
dilengkapi Tugas Terstruktur
Pendekatan (approach) pembelajaran matematika adalah cara
yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep
yang disajikan dapat diadaptasikan oleh peserta didik (Suherman,
2003:6)
Strategi adalah siasat, maka strategi dalam pembelajaran
matematika adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh
guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar
pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang
berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Cara membawakan
pembelajaran dapat dipilih pengajar misalnya dengan cara belajar
kelompok, cara belajar mandiri, belajar dengan permainan, dan
sebagainya.
Pada penelitian ini, penulis memilih strategi pembelajaran
dengan nama Student Team Heroic Leadership. Student Team
merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (pembelajaran
kelompok kecil). Menurut Salvin (dalam Sukestiyarno dan Budi
Waluya, 2006:9), menjelaskan bahwa dalam student team peserta didik
ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4 sampai 6 orang
20
yang merupakan campuran menurut tingkat kerja, jenis kelamin, dan
suku. Di dalam kelompok, peserta didik diberi tugas untuk berdiskusi
dan pada akhirnya diberi tes secara individual untuk penjajagan.
Sedangkan pengertian heroic leadership (kepemimpinan berjiwa
pahlawan), menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya,
2006), menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang heroik adalah
gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki kesadaran seperti seorang
pahlawan (hero). Sedangkan pendekatan gaya kepemimpinan
menurutnya adalah gaya kepemimpinan yang melawan arus,
kebanyakan model kepemimpinan kontemporer.
Kepemimpinan yang ditawarkan memandang bahwa:
1) kita semua adalah pemimpin sepanjang waktu. Terkadang
kepemimpinan dilaksanakan dengan cara langsung, dramatis, dan
jelas nyata, yang lebih sering dengan cara halus, dan sulit diukur;
2) kepemimpinan muncul dari dalam bukan apa yang kita lakukan
(what we do) melainkan siapa kita (who we are). Bagi seorang
pemimpin, alat kepemimpinan yang paling menarik perhatian ialah
siap dirinya. Seorang pribadi yang memahami apa yang
dianggapnya bernilai atau apa yang diinginkannya, dan
memandang dunia secara konsisten;
3) kepemimpinan bukan suatu tindakan tetapi cara hidup.
Kepemimpinan bukan tugas yang dapat dikesampingkan sewaktu
pulang rumah melainkan memerlukan suatu perilaku yang cocok
21
tergantung dari cara kita bertindak. Dengan kita mengetahui apa
yang dianggap bernilai dan apa yang ingin dicapai, ia
mengorientasikan dirinya pada lingkungan yang baru sembari
berkeyakinan beradaptasi;
4) Kepemimpinan berlangsung terus menerus. Kepemimpinan pribadi
merupakan sebuah kerja tanpa akhir dan bersumber pada
pemahaman diri yang tumbuh. Pemimpin yang kuat menikmati
peluang untuk terus belajar tentang diri sendiri dan dunia serta
menatap ke depan.
Kesadaran kepahlawanan dalam gaya kepemimpinan heroic menurut
Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006:10) dijelaskan
meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Kesadaran diri untuk mengembangkan potensi-potensi dengan
menambah keterampilan pribadi secara terus menerus.
2) Kesadaran mau mencari kelemahan-kelemahan diri yang dapat
dipakai sebagai titik tolak memperbaiki konsep diri.
3) Kesadaran untuk mengambil nilai manfaat dari apa yang telah
dipelajari.
4) Kesadaran untuk menentukan pendirian sebagai pandangan hidup
yang rela berkorban.
5) Kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan
ambisi heroik.
22
Jadi pembelajaran matematika dengan strategi student team
heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur merupakan suatu
pembelajaran yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik
menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang, Pada
pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi tugas terstruktur yang
berupa modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan
didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah).
Pada saat tatap muka, setiap peserta didik diminta menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang akan diajukan/dilempar pada
peserta didik kelompok lain. Peran guru pada saat kegiatan belajar
berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi. Di samping
itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) yang
diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai
review untuk materi yang ditugaskan saat itu. Pada kelompok tersebut
setiap individu memerankan sebagai pemimpin yang mempunyai
semangat kepahlawanan akademik. Pembelajaran dengan menerapkan
strategi kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan
menanamkan kesadaran diri bahwa peserta didik baik dalam kelompok
maupun dalam kelas supaya merasa dirinya adalah pemimpin yang
mempunyai sifat heroik. Dimaksudkan bahwa setiap peserta didik
merasa dirinya adalah pemimpin yang menyadari siapa dirinya dalam
memilih cara hidup pandang, sadar akan dirinya mau mengembangkan
potensi menambah keterampilan, melihat kelemahan, mengambil nilai
23
manfaat, dan kesadaran menentukan pendirian untuk menyemangati
diri sendiri maupun teman.
b. Strategi pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah cara menyampaikan
pembelajaran dari seorang guru kepada peserta didik di dalam kelas
dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi, dan
contoh soal (Nasution, 2007).
Strategi pembelajaran ekspositori hampir sama dengan strategi
pembelajaran ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru
sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Seorang guru dalam
menerapkan strategi pembelajaran ekspositori telah menyusun bahan
pelajaran secara hierarkis dan sistematik, sehingga dalam pembelajaran
yang terjadi adalah guru menerangkan dan peserta didik menerima.
Perbedaan antara strategi pembelajaran ekspositori dengan
strategi pembelajaran ceramah adalah berkurangnya dominasi guru
karena guru tidak terus-menerus berbicara. Guru dapat memeriksa
pekerjaan peserta didik secara individual, menerangkan lagi kepada
peserta didik apabila dirasakan banyak peserta didik yang belum
paham mengenai materi. Kegiatan peserta didik tidak hanya
mendengar dan mencatat. Peserta didik dalam strategi pembelajaran
ekspositori menyelesaikan soal latihan dan bertanya bila belum
mengerti.
24
c. Uraian Materi Bangun Ruang
Bangun Ruang adalah bangun yang semua elemen pembentuknya
tidak seluruhnya terletak pada sebuah bidang datar atau lengkung.
Bangun Ruang dapat berupa luasan dan bukan berupa luasan, misalnya
spiral. Yang dibahas hanya berupa luasan saja.
Jika suatu Bangun Ruang tertutup dibatasi seluruhnya oleh segi
banyak, maka Bangun Ruang itu disebut bidang banyak. Dalam
penelitian ini membahas Bangun Ruang. Dan berdasarkan kurikulum
yang dipakai pada peserta didik kelas VIII SMP Bangun Ruang yang
dibahas adalah Kubus, Balok, Prisma, dan Limas. Namun, dalam
penelitian ini lebih dikhususkan lagi mengenai Bangun Ruang yang
dibahas yaitu Kubus dan Balok.
Tinjauan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut.
a. Nama-nama Bangun Ruang.
b. Unsur-unsur Balok dan Kubus.
1) Sisi Balok dan Kubus.
Sisi-sisi suatu Balok berbentuk persegi panjang.
Sisi-sisi suatu Kubus berbentuk persegi.
Balok Kubus
25
2) Rusuk Balok dan Kubus
Suatu Balok memiliki tiga jenis rusuk, yaitu panjang, lebar, dan
tinggi dengan ukuran yang tidak sama sedangkan kubus
panjang, lebar, dan tinggi mempunyai ukuran yang sama.
3) Titik sudut Balok dan Kubus
Titik sudut merupakan titik perpotongan dari tiga buah rusuk
atau lebih.
4) Diagonal, diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal
Diagonal adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang tidak dihubungkan rusuk pada sebuah bangun.
Diagonal sisi adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang berhadapan pada sisi-sisi suatu bangun ruang.
Diaonal ruang garis yang menghubungkan dua titik sudut yang
berhadapan dan tidak terletak pada satu sisi suatu bangun ruang.
Bidang diagonal adalah bidang yang menghubungkan rusuk-
rusuk yang berhadapan, sejajar, dan tidak terletak pada satu sisi
suatu bangun.
c. Melukis Bangun Ruang.
1) Melukis balok dan kubus.
2) Jaring-jaring balok dan kubus.
3) Luas sisi balok dan kubus.
Untuk setiap Balok yang memiliki panjang = p, dan tinggi = t,
maka:
Luas seluruh sisi Balok 2(pl + lt + pt)
26
Untuk setiap Kubus yang panjang rusuk-rusuknya s, maka:
Luas seluruh sisi Kubus = 6s2
d. Menghitung Besaran-Besaran pada Bangun Ruang.
1) Volum Balok.
Pada sebuah Balok dengan panjang p, lebar l, dan
tinggi t berlaku:
Volum Balok = plt
2) Volum Kubus.
Pada sebuah Kubus dengan panjang sisi α berlaku:
Volum Kubus = α3
3) Menyelesaikan persoalan Balok dan Kubus yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
B. Kerangka Berpikir
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar berarti suatu proses mendapatkan
pengetahuan sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia, sedangkan
mengajar berarti proses penyampaian pelajaran oleh guru kepada peserta didik
sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
27
Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik sering dihadapkan oleh
berbagai masalah yang sering berganti-ganti. Oleh karena itu peserta didik.
harus dibiasakan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Seluruh rangkaian
dan langkah pemecahan masalah merupakan latihan dalam menghadapi segala
masalah yang terjadi. Dengan adanya masalah, peserta didik dapat belajar
memecahkannya. Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok merupakan materi
yang mencakup kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.
Strategi student team heroic leadership merupakan strategi yang dapat
mendidik peserta didik berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai
jalan keluar dari suatu masalah yang dihadapi, dapat belajar menganalisis
suatu masalah serta dapat membuat peserta didik memiliki jiwa kepemimpinan
yang heroik.
Pembelajaran matematika Bangun Ruang Kubus dan Balok dengan
strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi tugas terstruktur
akan dilakukan sebagai berikut. Pada kegiatan ini akan mencobakan suatu
pembelajaran yang dapat melatih menumbuhkan semangat peserta didik untuk
menyelesaikan masalah. Bentuk kegiatannya akan menerapkan prinsip
kepahlawanan (heroik), di mana sifat tersebut dipresentasikan atau
ditunjukkan untuk menghadapi diskusi antar kelompok menyelesaikan modul
tutorial seperti tersebut di atas. Diskusi kelompok tersebut mengkompetisikan
pencarian pemecahan masalah. Menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan
Budi waluya, 2006), bahwa setiap individu adalah pemimpin sepanjang waktu,
kepemimpinan muncul dari dalam, bukan apa yang dilakukan (what we do)
28
melainkan siapa kita (who we are), dan kepemimpinan bukan suatu tindakan
tetapi cara hidup. Sedangkan gaya kepemimpian heroik adalah memiliki sifat
kesadaran diri untuk menambah keterampilan, memahami kelemahan guna
memperbaiki konsep diri, mengambil nilai manfaat, dan menentukan
pendirian. Jiwa kepahlawanan ditunjukkan dengan menyemangati diri sendiri
dan menyemangati orang lain dengan ambisi heroik.
Latihan dengan gaya kepemimpinan heroik dalam diskusi ini
dikenakan pada pembahasan setiap tugas terstruktur dalam bentuk modul (bisa
dikerjakan di rumah). Pembelajaran yang dilakukan dengan membagi peserta
didik menjadi beberapa kelompok dengan 4 atau 5 anggota. Dalam tiap
kelompok akan diberi masalah berupa soal untuk dikompetensikan pada intern
kelompok. Apabila masalah sudah terpecahkan maka peserta didik yang
mampu harus mau berjiwa heroik, dia mau membantu mensosialisasikan ke
tim kelompoknya. Setiap peserta didik bertanggung jawab dalam
kelompoknya. Setiap tim ditanamkan jiwa heroik yakni sifat saling membantu
dengan suka rela.
Dengan melakukan strategi pembelajaran sesuai skenario di atas
diharapkan setiap peserta didik akan aktif, mandiri serta mengalami sendiri
aktivitasnya. Pengamatan keterampilan proses selama pembelajaran akan
tampak jelas dan dapat diamati dalam lembar pengamatan. Jika keterampilan
proses seseorang menunjukkan adanya perkembangan, maka akan dapat
memberikan kontribusi yang baik, yaitu peningkatan hasil belajar. Pada
akhirnya apabila diberikan tes hasil belajar maka hasil belajar yang dicapai
29
kelas eksperimen yang menggunakan strategi student team heroic leadership
diharapkan akan lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan
strategi pembelajaran ekspositori.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir dengan skenario seperti tersebut di
atas dapatlah dimunculkan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1. Pembelajaran matematika bangun ruang dengan strategi pembelajaran
student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur dapat
mencapai ketuntasan belajar (keterampilan proses dan hasil belajar)
peserta didik.
2. Keterampilan proses strategi pembelajaran student team heroic leadership
yang dilengkapi tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap hasil
belajar peserta didik.
3. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika bangun ruang
dengan strategi pembelajaran student team heroic leadership yang
dilengkapi tugas terstruktur lebih baik daripada strategi pembelajaran
ekspositori.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penentuan Objek Penelitian
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik
kelas VIII semester 2 SMP N 15 Semarang tahun pelajaran 2006/2007
sebanyak 308 peserta didik yang terbagi dalam 7 kelas yaitu kelas
VIII A – VIII G masing-masing sebanyak 44 peserta didik.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik
cluster random sampling, yaitu dari tujuh kelas yang ada diambil
secara acak dua kelas. Pada penelitian ini terambil kelas VIII G dengan
44 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII E sebagai
kelas kontrol dengan jumlah 44 peserta didik. Jumlah responden
sampel dalam penelitian ini adalah 88 orang. Untuk menguji coba
instrumen diambil satu kelas yang bukan anggota sampel di atas tetapi
masih dalam anggota populasi. Dalam hal ini terambil kelas VIII F
sebagai kelas uji coba instrument dengan jumlah 44 peserta didik.
30
31
2. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pada hipotesis 1 dan 2 (pada kelas eksperimen)
Variabel bebas: Keterampilan proses strategi pembelajaran student
team heroic leadership yang dilengkapi tugas
terstruktur
Variabel terikat: Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
matematika bangun ruang.
b. Pada hipotesis 3 (pada kelas eksperimen dan kelas kontrol)
Variabel bebas: Jenis strategi pembelajaran (strategi pembelajaran
student team heroic leadership yang dilengkapi
tugas terstruktur dan strtaegi pembelajaran
ekspositori).
Variabel terikat: Hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
matematika Bangun Ruang
3. Desain Penelitian
Langkah–langkah yang dilakukan peneliti pada saat penelitian
adalah sebagai berikut.
a. Menentukan sampel penelitian dari populasi normal dan homogen.
b. Menguji normalitas dan homogenitas kelas sampel dengan mengambil
nilai pokok bahasan sebelumnya yaitu pokok bahasan Lingkaran.
c. Menyusun instrumen indikator keterampilan proses dan diuji validitas
isinya dengan bimbingan dosen pembimbing.
32
d. Menyusun kisi-kisi tes uji coba (indikator hasil belajar).
e. Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang ada.
f. Mengujicobakan instrumen tes uji coba pada kelas yang telah dipilih
dari populasi yaitu kelas VIII F.
g. Menganalisis data hasil instrumen tes uji coba pada kelas uji coba
untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, taraf kesukaran dan
daya pembeda.
h. Melaksanakan pembelajaran dengan strategi student team heroic
leadership yang dilengkapi tugas terstruktur pada kelas eksperimen
yaitu kelas VIII G.
i. Melaksanakan pengamatan selama pembelajaran berlangsung untuk
mengetahui keterampilan proses pembelajaran tersebut. Dalam hal ini
peneliti dibantu oleh dua pengamat. Nilai dari dua pengamat di rata-
rata untuk mendapatkan nilai keterampilan proses.
j. Menyusun kisi-kisi tes hasil belajar.
k. Melaksanakan tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol yaitu kelas VIII G dan VIII E.
l. Menganalisis hasil tes.
m. Menyusun hasil penelitian.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Metode Observasi.
33
Metode observasi menggunakan lembar pengamatan
keterampilan proses peserta didik untuk mengamati kegiatan peserta didik
yang diharapkan muncul dalam pembelajaran matematika dengan strategi
student team heroic leadership.
2. Metode Tes.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pokok bahasan
Bangun Ruang yaitu dengan dilakukan tes. Data ini digunakan untuk
menjawab permasalahan dalam penelitian.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mewujudkan harapan di atas strategi pembelajaran ini
berorientasi pada pemberian tugas terstruktur di luar kelas berbentuk modul,
yang dilanjutkan pada pertemuan tatap muka di kelas.
Indikator pengukuran variabel-variabel di atas disajikan sebagai berikut.
1. Indikator variabel keterampilan proses.
a. Tugas dan reaksi tugas.
1) Keterampilan melaksanakan tugas belajar modul di rumah.
2) Keterampilan membuat rangkuman dari tugas yang diberikan.
3) Keterampilan membuat pertanyaan berkualitas yang dimunculkan
(jumlah pertanyaan).
4) Keterampilan membuat daftar pertanyaan yang berkualitas.
34
5) Keterampilan menyelesaikan soal yang diberikan (jumlah jawaban
soal).
6) Keterampilan menyelesaikan tugas (kedisplinan).
b. Partisipasi mengawali pembelajaran.
7) Keterampilan mengikuti jalannya pembelajaran (proses kesiapan).
8) Keterampilan mengungkapkan pendapat (bertanya/menjawab
pertanyaan).
9) Keterampilan memecahkan masalah yang ada.
c. Partisipasi dalam proses pembelajaran.
10) Keterampilan bekerja sama dengan teman.
11) Keterampilan beradaptasi dengan teman.
12) Keterampilan dalam menjawab pertanyaan (kesiapan).
13) Keterampilan berperan sebagai pemimpin yang heroik.
14) Keterampilan mengatasi masalah.
15) Keterampilan berperan dalam kompetensi.
16) Keterampilan siswa dalam melontarkan kritik.
17) Keterampilan dalam memberi kesempatan teman kelompok untuk
aktif
18) Keterampilan pada pembahasan masalah (konsentrasi siswa)
19) Keterampilan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
(keterlibatan siswa).
20) Keterampilan dalam diskusi.
21) Keterampilan menyajikan hasil diskusi.
35
22) Keterampilan melaksanakan cara kerja sesuai dengan petunjuk.
d. Menutup jalannya pembelajaran.
23) Keterampilan merangkum hasil pembelajaran.
24) Keterampilan menutup kegiatan.
25) Keterampilan mengorganisasikan tugas berikutnya.
Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala
likert 1 sampai dengan 5.
2. Indikator variabel hasil belajar.
a. Mengidentifikasi bentuk-bentuk Bangun Ruang Kubus dan Balok
b. Menyebutkan unsur-unsur Kubus dan Balok: rusuk, bidang sisi,
diagonal sisi, diagonal ruang, bidang diagonal
c. Melukis jaring-jaring Kubus dan Balok
d. Menghitung luas permukaan Kubus dan Balok.
e. Menghitung volum Kubus, dan Balok
Instrumen pengukuran keberhasilan indikator tersebut dilakukan
dengan bentuk tes. Bentuk soal disajikan dalam bentuk uraian.
Untuk mengukur keberhasilan penelitian dengan mengukur masing-
masing variabel. Pada variabel keterampilan proses mengambil nilai
ketuntasan 70 sedangkan pada variabel hasil belajar nilai ketuntasannya 68
dengan pertimbangan keterampilan proses harus lebih tinggi dari pada hasil
belajar.
36
D. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Indikator-indikator variabel keterampilan proses akan diuji
validitas isinya dengan cara mengkonsultasikan instrumen tersebut dengan
para ahli yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing, sedangkan untuk
variabel hasil belajar akan dilakukan validitas dan reliabilitas, daya beda dan
tingkat kesukaran soal
1. Langkah-langkah dalam analisis uji coba instrumen hasil belajar adalah
sebagai berikut.
a. Validitas.
Untuk menentukan validitas masing-masing soal, digunakan rumus
korelasi product moment, yaitu:
( )( )[ ] ( )[ ]2222
xyr∑∑∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−=
YYNXXN
YXXYN
(Arikunto, 2002:72)
dengan,
X= skor soal yang dicari validitasnya;
Y= skor total;
N= jumlah peserta tes.
Hasil perhitungan r dikonsultasikan pada tabel kritis rxy product
moment dengan signifikansi 5 %. Jika rxy > r kritis maka butir soal
tersebut valid.
b. Reliabilitas.
Rumus yang digunakan:
r11 = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−∑
2
2
11 t
b
nn
σσ
dengan
( )
NNX
Xt
∑ ∑−=
22
2σ
(Arikunto, 2002:109)
37
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan;
n = banyak item soal;
∑ 2bσ = jumlah varians butir;
= varians total. 2tσ
Kriteria:
1) jika 0,80 r≤ 11 ≤ 1,00 maka reliabilitas sangat tinggi;
2) jika 0,60 r≤ 11 < 0,80 maka reliabilitas tinggi;
3) jika 0,40 r≤ 11 < 0,60 maka reliabilitas sedang;
4) jika 0,20 r≤ 11 < 0,40 maka reliabilitas rendah;
5) jika 0,00 r≤ 11 < 0,20 maka reliabilitas sangat rendah.
(Slameto,1999: 215)
c. Daya beda.
Rumus yang digunakan:
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛
−
+
−
∑ ∑=
)1(
t22
21
ii nn
xxMLMH
(Arifin, 1991:141)
Keterangan:
t = uji t;
MH = rata-rata dari kelompok atas;
ML = rata-rata dari kelompok bawah;
∑ 21X = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas;
∑ 22X = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok bawah;
ni = 27 % x N, dengan N = jumlah peserta.
Kriteria:
Jika thitung >ttabel maka daya beda soal tersebut signifikan.
38
d. Tingkat kesukaran soal.
Rumus yang digunakan:
Tingkat Kesukaran (TK)
= % 100 x tespesertajumlah
gagal dianggap yang tespesertajumlah
Oleh karena skor item tidak mutlak, maka ketentuan yang benar dan
yang salah juga bersifat tidak mutlak. Ketidakmutlakan tersebut dapat
ditentukan oleh penguji tes sendiri (Arifin, 1991:135).
Kriteria:
1) jika TK≤ 27% maka soal termasuk mudah;
2) jika TK 28% - 72% maka soal termasuk sedang;
3) jika TK≥ 72% maka soal termasuk sukar.
2. Hasil uji coba instrumen hasil belajar adalah sebagai berikut.
a. Validitas.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi product
moment, maka diperoleh soal pilihan ganda yang valid adalah soal
nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran 28 halaman 148.
b. Reliabilitas.
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh harga rtabel = 1,72.
Jadi rhitung > rtabel sehingga tes yang diujicobakan reliabel. Perhitungan
selengkapnya terdapat pada lampiran 28 halaman 148.
c. Daya beda
Setelah dilakukan analisis daya pembeda uji coba soal dalam
penelitian ini, diperoleh daya pembeda signifikan pada nomor 1, 2, 4,
39
5, 6, 7, dan 9, sedangkan nomor 3, 8, dan 10 tidak signifikan.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 28 halaman 148.
d. Tingkat Kesukaran Soal
Setelah dilakukan analisis taraf kesukaran pada soal uji coba
dalam penelitian ini, diperoleh soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dalam
kategori soal sedang, soal nomor 8 dalam kategori mudah, sedangkan
soal nomor 9 dan 10 dalam kategori sukar. Perhitungan selengkapnya
terdapat pada lampiran 28 halaman 148.
e. Penentuan Instrumen
Berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas, reliabilitas,
daya beda, dan tingkat kesukaran soal, maka item soal uji coba yang
dipilih sebagai instrumen untuk mengambil data pada penelitian ini
adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 (Pada lampiran 30 halaman
151) sedangkan soal nomor 8, 9, dan 10 adalah soal yang tidak dipakai
dalam penelitian (Pada lampiran 29 halaman 150).
E. Analisis Data Penelitian
Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat
kesukaran soal, akan diperoleh instrumen terseleksi yang akan digunakan
untuk pengukuran sampel penelitian. Variabel X diukur dengan lembar
pengamatan. Sedangkan untuk variabel hasil belajar Y diukur dengan tes hasil
belajar. Data yang terkumpul dianalisis dengan bantuan software komputer
yaitu Excel dan SPSS versi 12.
40
1. Uji Hipotesis 1 (Pada kelas eksperimen)
a. Uji Persyaratan
Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kelas
tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Rumus yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat dengan hipotesis
statistik sebagai berikut.
H0 : Berdistribusi normal
H1 : Tidak berdistribusi normal
( )∑=
−=ℵ
k
1 i i
2ii2
EEO
dengan,
2χ = harga Chi-Kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas interval
Kriteria pengujian adalah:
Jika dengan dk = (k-3) dan ( )( )2
3kα12
−−ℵ<ℵ α = 5% maka data
berdistribusi normal (Sudjana, 1996: 273).
b. Uji t Satu Sampel
Hipotesis statistik yang digunakan untuk variabel keterampilan proses
adalah sebagai berikut.
H0 : rata-rata hasil belajar peserta didik = 70
41
H1 : rata-rata hasil belajar peserta didik > 70
Hipotesis statistik yang digunakan untuk variabel hasil belajar adalah
sebagai berikut.
H0 : rata-rata hasil belajar peserta didik = 68
H1 : rata-rata hasil belajar peserta didik > 68
Rumus yang digunakan:
ns
X t 0μ−=
dengan,
t = uji t;
X = rata-rata;
S = simpangan baku;
n = jumlah peserta didik;
oμ = nilai yang dihipotesiskan.
Setelah diperoleh nilai t, maka akan dibandingkan dengan ttabel dan
kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika thitung t≥ tabel, dengan ttabel
diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang (1 - α ), taraf
signifikansi 5 % dan dk = (n-1) (Sudjana, 1996: 231).
2. Uji Hipotesis 2 (Pada kelas eksperimen)
a. Uji Persyaratan
Uji Normalitas
42
Langkah-langkah dalam pengujian normalitas sama dengan langkah-
langkah uji normalitas pada hipotesis 1
b. Uji Regresi Linier
1). Model persamaan regresi yang digunakan:
X b a Y^
+= dengan
a = ( )( ) ( )( )
( )∑ ∑∑∑∑∑
−
−22
2
X Xn
XYXXY
b = ( ) ( )( )
( )22 X Xn
YX XYn
∑∑∑∑∑
−
− dengan
X = variabel bebas (keterampilan proses );
Y = variabel terikat (hasil belajar);
n = banyaknya data.
(Sudjana, 1996: 312)
2). Uji Kelinieran Regresi
Uji kelinieran regresi digunakan untuk menentukan
apakah regresi linier yang diperoleh dari penelitian ada artinya atau
tidak jika digunakan untuk membuat simpulan tentang hubungan
antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y.
Untuk menguji kelinearan regresi digunakan rumus:
( )∑ ∑ ∑
⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
−=x i
2i2
i nY
Y (E)JK
43
Tabel 1. Analisis Varian untuk Uji Kelinearan Regresi
Sumber Variasi dk JK KT F
Total n ∑ 2iY ∑ 2
iY -
Regresi (a)
Regresi (b a)
Residu
1
1
n - 2
( )nY 2
i∑
JKreg= JK(b a)
JKres= 2^
ii Y Y∑ ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
( )nY 2
i∑
2regS = JK(b a)
2resS =
2 -n
Y Y2^
ii∑ ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
2res
2reg
SS
Tuna Cocok
Kekeliruan
k – 2
n - k
JK (TC)
JK(E)
2 -k JK(TC) S2
TC =
k -n JK(E) S2
e =
2e
2TC
SS
Dari daftar di atas sekaligus didapatkan dua hasil yaitu:
(1) F = 2res
2reg
SS
untuk uji keberartian arah regresi linear sederhana
Hipotesis statistik yang digunakan:
H0 : koefisien arah regresi tidak berarti
H1 : koefisien arah regresi berarti
Setelah diperoleh nilai F, maka akan dibandingkan
dengan Ftabel dan kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika
Fhitung > Ftabel, dengan taraf signifikansi 5 % dan dk
pembilang = 1 dan dk penyebut = n – 2.
(2) F = 2e
2TC
SS untuk menguji tuna cocok regresi linear
44
Hipotesis statistik yang digunakan:
H0 : regresi linear
H1 : regresi tak linear
Setelah diperoleh nilai F, maka akan dibandingkan
dengan Ftabel dan kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika
Fhitung F≥ tabel, dengan taraf signifikansi 5 % dan dk
pembilang = k-2 dan dk penyebut = n-k.
(Sudjana, 1996: 331-332)
Jika didapat bahwa koefisien regresi berarti dan
persamaan regresi benar-benar linear maka persamaan regresi
dapat digunakan untuk mengukur.
c. Uji Korelasi
Hipotesis yang digunakan:
H0 : tidak ada korelasi yang signifikan antara keterampilan proses
dan hasil belajar
H1 : ada korelasi yang signifikan antara keterampilan proses dan
hasil belajar
Rumus yang digunakan:
1). ( )
( )[ ] ( )[ ]2222xyr
∑∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
YYNXXN
YXXYN
Kriteria pengujian adalah:
Jika tabelhitung r r < dengan α = 5% maka tidak ada korelasi yang
signifikan antara keterampilan proses dan hasil belajar
45
2). t = 212
rnr−
−
Kriteria pengujian adalah:
Jika -⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛ α21
-1 t << hitung t
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛ α21
-1 t dengan dk = n – 2 danα = 5%
maka tidak ada korelasi yang signifikan antara keterampilan
proses dan hasil belajar.
d. Koefisien Determinasi
Besarnya pengaruh antara variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y) dapat ditunjukkan dengan koefisien determinasi yang
berupa persen varians yang terjadi pada variabel Y yang dipengaruhi
variabel X. Besarnya koefisien determinasi dirumuskan sebagai harga
dari koefisien r2xy.
3. Uji Hipotesis 3 (Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol)
a. Uji Persyaratan
1) Uji Normalitas
Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan
langkah-langkah uji normalitas pada hipotesis 1.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
kelas mempunyai varians yang sama atau tidak.
Hipotesis yang digunakan:
H0 : Varians homogen
H1 : Varians tidak homogen
46
Rumus yang digunakan: terkecilVarians
terbesarVarians F =
Kriteria pengujian adalah:
Jika Fhitung< ( )21 ,
21F
vvα dengan v1 = n1-1 (dk pembilang), dan v2 = n2-1
(dk penyebut) dan α = 5% maka data bervarians homogen. (Sudjana,
1996: 250).
b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Hipotesis yang digunakan:
H0 : rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sama dengan kelas
kontrol
H1 : rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada
kelas kontrol
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
1) Jika varians homogen.
Rumus yang digunakan:
( ) ( )2 n n
S 1 n S 1n S21
222
2112
−+−+−
= dan t =
21
21
n1
n1s
X X
+
−
Kriteria pengujian adalah:
Jika thitung< t1- α dengan dk = n1 + n2 – 2 danα = 5% maka rata-
rata hasil belajar kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol
(Sudjana,1996: 243).
2) Jika varians tidak homogen
t’ =
2
22
1
21
21
ns
ns
x x
+
− dengan ( ) ( )2 n n
S 1 n S 1n S21
222
2112
−+−+−
=
47
Kriteria pengujian adalah:
Jika 21
2211
wwt wtw t'
++
≥ dengan 2
22
21
21
1 ns w;
ns w ==
dan ( ) ( 1n ,-121-n,-11 21 t t; tt − )== αα serta taraf signifikansi 5 % maka
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas
kontrol (Sudjana, 1996: 243).
48
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian efektivitas pembelajaran matematika Bangun Ruang dengan
pemberian tugas terstruktur dan strategi student team heroic leadership,
dilaksanakan pada saat proses pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran
kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2006/2007 yaitu pada tanggal 8, 10,
29, dan 31 Mei 2007. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat
dilaporkan hasil pengamatan variabel keterampilan proses, dan nilai hasil
belajar untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.
1. Uji Hipotesis I (Pada kelas eksperimen)
a. Uji Persyaratan
Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas untuk sampel dengan menggunakan
data awal ulangan harian pokok bahasan Lingkaran, data dapat dilihat
pada lampiran 4 halaman 71. Diperoleh = 2,7094, dengan taraf
signifikansi sebesar 5 % dan dk = 5 diperoleh = = 7,81.
Terlihat bahwa < , hal ini berarti bahwa sampel
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 35
halaman 158.
2hitungχ
2tabelχ 2
)5(95,0χ
2hitungχ 2
tabelχ
48
49
Setelah penelitian dilaksanakan, diperoleh data hasil belajar
dengan menerapkan strategi student team heroic leadership dengan
pemberian tugas terstruktur. Data ini diuji normalitasnya. Dari
perhitungan diperoleh = 5,022 dengan taraf signifikansi sebesar
5 % dan dk = 3 diperoleh = = 7,81 terlihat bahwa <
, hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal. Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37 halaman 160.
2hitungχ
2tabelχ 2
)3(95,0χ 2hitungχ
2tabelχ
b. Uji t
Untuk mengukur keberhasilan penelitian dengan mengukur
masing-masing variabel dengan uji t.
1) Keterampilan Proses
Berdasar data hasil penelitian variabel keterampilan proses
pada lampiran 8 halaman 76 yang diolah dengan SPSS versi 12.0
diperoleh output yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran 40
halaman 164. Untuk mendiskripsikan data output yang ada, maka
penyimpulan output secara teoritis didasari pada diterima atau
ditolaknya Ho dengan ketentuan seperti di bawah ini:
H0 : rata-rata keterampilan proses peserta didik = 70
H1 : rata-rata keterampilan proses peserta didik > 70
Kriteria pengujiannya adalah adalah tolak Ho jika thitung
t
≥
tabel, dengan ttabel diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang
(1 - α ), taraf signifikansi 5 % dan dk = (n-1).
50
Tabel 2. Ketuntasan Variabel Keterampilan Proses
One-Sample Test
1,545 43 ,130 1,8636 -,569 4,296ket_prosest df Sig. (2-tailed)
MeanDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 70
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa thitung = 1,545. Kemudian
dengan peluang (1 - α ), taraf signifikansi 5 % dan dk = (n-1),
diperoleh ttabel = 1,68. Berdasarkan perbandingan thitung dengan ttabel
memperlihatkan bahwa thitung < ttabel, sehingga Ho diterima.
Berdasarkan nilai probabilitas, jika probabilitas atau Sig >
0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak.
Terlihat bahwa thitung = 1,419 dengan Sig (2-tailed) = (0,130)
>α (0,05) maka Ho diterima. Dengan kata lain rata-rata hasil
belajar peserta didik = 70.
2) Hasil Belajar
Berdasar data hasil penelitian variabel hasil belajar pada
lampiran 5 halaman 72 yang diolah dengan SPSS versi 12.0
diperoleh output yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran 40
halaman 164. Untuk mendeskripsikan data output yang ada, maka
penyimpulan output secara teoritis didasari pada diterima atau
ditolaknya Ho dengan ketentuan seperti di bawah ini:
H0 : rata-rata hasil belajar peserta didik = 68
H1 : rata-rata hasil belajar peserta didik > 68
51
Kriteria pengujiannya adalah adalah tolak Ho jika thitung
t
≥
tabel, dengan ttabel diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang
(1 - α ), taraf signifikansi 5 % dan dk = (n-1).
Tabel 3. Ketuntasan Variabel Hasil Belajar
One-Sample Test
1,419 43 ,163 4,3182 -1,817 10,453hsl_belajat df Sig. (2-tailed)
MeanDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 68
Dari tabel 3 dapat dilihat thitung = 1,419. Kemudian dengan
peluang (1 - α ), taraf signifikansi 5 % dan dk = (n-1), diperoleh
ttabel = 1,68. Berdasarkan perbandingan thitung dengan ttabel
memperlihatkan bahwa thitung <ttabel, sehingga Ho diterima.
Berdasarkan nilai probabilitas, jika probabilitas atau Sig >
0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak.
Terlihat bahwa thitung = 1,419 dengan Sig (2-tailed) = (0,163)
>α (0,05) maka Ho diterima. Dengan kata lain rata-rata hasil
belajar peserta didik = 68.
2. Uji Hipotesis 2 (Pada kelas eksperimen)
a. Uji Persyaratan
Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas untuk sampel dengan menggunakan
data awal ulangan harian pokok bahasan Lingkaran, data dapat dilihat
52
pada lampiran 4 halaman 71. Diperoleh = 2,7094, dengan taraf
signifikansi sebesar 5 % dan dk = 5 diperoleh = = 7,81.
Terlihat bahwa < , hal ini berarti bahwa sampel
berdistribusi normal Perhitungan selengkapnya pada lampiran 35
halaman 158.
2hitungχ
2tabelχ 2
)5(95,0χ
2hitungχ 2
tabelχ
Setelah penelitian dilaksanakan, diperoleh data hasil belajar
dengan menerapkan strategi student team heroic leadership dengan
pemberian tugas terstruktur. Data ini diuji normalitasnya. Dari
perhitungan diperoleh = 5,022 dengan taraf signifikansi sebesar
5 % dan dk = 3 diperoleh = = 7,81 terlihat bahwa <
, hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal. Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37 halaman 160.
2hitungχ
2tabelχ 2
)3(95,0χ 2hitungχ
2tabelχ
b. Uji Regresi Linier
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh keterampilan proses
terhadap hasil belajar peserta didik perlu dilakukan uji analisis data
dengan SPSS versi 12.0.
Pernyataan di atas dapat diuji sebagai berikut:
Ho: β = 0, keterampilan proses tidak linier terhadap hasil belajar
(hubungan tidak berarti)
H1 : β ≠ 0, keterampilan proses linier terhadap hasil belajar
(hubungan berarti)
53
Tabel 4. Kelinearan Regresi
Coefficientsa
-93,604 11,331 -8,261 ,0002,309 ,157 ,915 14,731 ,000
(Constant)ket_proses
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: hsl_belajara.
Untuk menguji pernyataan tersebut, terlebih dahulu di lihat
persamaan regresinya. Berdasarkan tabel 4 dapat dibaca persamaan
regresinya ^Y = -93,604 + 2,309X, dengan nilai a = -93,604 dan b=
2,309.
Tabel 5. Keberartian Regresi
ANOVAb
14670,213 1 14670,213 217,005 ,000a
2839,332 42 67,60317509,545 43
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), ket_prosesa.
Dependent Variable: hsl_belajarb.
Berdasarkan nilai probabilitas, jika probabilitas atau Sig > 0,05
maka Ho diterima, sebaliknya jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak. Dari
tabel 5 dapat dilihat nilai probabilitasnya, Sig = 0,000 < 0,05 maka H0
ditolak. Hal ini berarti keterampilan proses linier terhadap hasil
belajar. Karena mempunyai hubungan yang linier, maka dapat
54
dikatakan antara keterampilan proses dan hasil belajar mempunyai
hubungan yang berarti.
Untuk melihat besar pengaruh atau kontribusi keterampilan
proses (X) terhadap hasil belajar (Y) dapat dibaca dari nilai R Square.
Tabel 6. Kontribusi Keterampilan Proses Hasil Belajar
Model Summary
,915a ,838 ,834 8,2221Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), ket_prosesa.
Nilai R square menunjukkan besarnya kontribusi X yaitu
keterampilan proses terhadap Y nilai hasil belajar. Dari tabel 6 dapat
dilihat nilai R2 = 0,838 = 83,8%, artinya keterampilan proses
mempengaruhi hasil belajar sebesar 83,8%, sedangkan masih ada
pengaruh variabel lain sebesar 16,2%.
3. Uji Hipotesis 3 (Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol)
a. Uji Persyaratan
1) Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas untuk sampel dengan
menggunakan data awal ulangan harian pokok bahasan Lingkaran,
data dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 71. Diperoleh =
4,6061, dengan taraf signifikansi sebesar 5 % dan dk = 5 diperoleh
2hitungχ
55
2tabelχ = = 11,1. Terlihat bahwa < , hal ini berarti
bahwa sampel berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
dapat di lihat pada lampiran 36 halaman 159.
2)5(95,0χ 2
hitungχ 2tabelχ
Setelah penelitian dilaksanakan diperoleh data hasil belajar
dengan menerapkan strategi student team heroic leadership dengan
pemberian tugas terstruktur dan data hasil belajar strategi
pembelajaran ekspositori. Data ini diuji normalitasnya. Dari
perhitungan diperoleh = 5,89 dengan taraf signifikansi
sebesar 5 % dan dk = 3 diperoleh = = 11,1 terlihat
bahwa < , hal ini berarti bahwa data berdistribusi
normal. Perhitungan selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 38
halaman 161.
2hitungχ
2tabelχ 2
)3(95,0χ
2hitungχ 2
tabelχ
2) Uji Homogenitas
Perhitungan uji homogenitas untuk sampel dengan
menggunakan data awal ulangan harian pokok bahasan Lingkaran,
data dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 71. Diperoleh Fhitung =
1,442, dengan peluang α21 dan taraf signifikansi sebesar 5 % serta
dk pembilang = 43 dan dk penyebut = 43 yaitu F0,25(43,43) = 1,68
terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, hal ini berarti bahwa data bervarians
homogen. Perhitungan selengkapnya dapat di lihat pada lampiran
39 halaman 162.
56
Setelah penelitian dilaksanakan diperoleh data hasil belajar
dengan menerapkan strategi student team heroic leadership dengan
pemberian tugas terstruktur dan data hasil belajar strategi
pembelajaran ekspositori. Data ini diuji homogenitasnya, dengan
uji t menggunakan software SPSS yang menghasilkan output pada
lampiran 42 halaman 166.
Langkah pertama menguji kesamaan varian.
Ho: σ21 = σ2
2 (varian nilai kelas eksperimen sama dengan varian
nilai kelas kontrol)
H1: σ21 ≠ σ2
2 ( varian nilai kelas eksperimen berbeda dengan
varian nilai kelas kontrol)
Tabel 7 di bawah ini merupakan hasil olah data statistik dari
lampiran 40 halaman 164.
Tabel 7. Uji Varian
Test of Homogeneity of Variance
1.074 1 86 .3031.124 1 86 .292
1.124 1 83.304 .292
1.072 1 86 .303
Based on MeanBased on MedianBased on Median andwith adjusted dfBased on trimmed me
HSL_BELA
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat dengan dasar mean didapat sig
=0,303=30,3% lebih besar dari 5% hal ini berarti bahwa data
bervarians homogen.
b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
57
Oleh karena data bervarians homogen, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t menggunakan
software SPSS yang menghasilkan output pada lampiran 43
halaman 168.
Uji kesamaan dua rata-rata dapat ditunjukkan sebagai berikut.
H0: μ1 = μ2 (rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sama dengan kelas
kontrol)
H1: μ1 > μ2 (rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari
pada kelas kontrol)
Tabel 8. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Paired Samples Test
11.227 23.311 3.514 4.140 18.314 3.195 43 .003KLS_EKSP - KLSPair Mean td. Deviatio
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df ig. (2-tailed
Dari tabel 8 terlihat nilai sig = 0,003 = 0,3%. Oleh karena nilai sig
0,3% adalah kurang dari 5% maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata
hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
.
B. Pembahasan
Untuk pengujian ketuntasan belajar kedua variabel dengan uji t
secara ringkas dapat disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 9. Uji ketuntasan variabel bebas dan variabel terikat
58
Variabel Batas Tuntas Mean Sig Keputusan
X = Keterampilan Proses 70 71,86 0,130 H0 diterima
Y = Hasil Belajar 68 72,32 0,163 H0 diterima
Untuk hasil belajar dapat mencapai target skor indikator 68 ditandai
dengan Ho diterima. Ini berarti strategi pembelajaran dengan strategi student
team heoic leadership yang dilengkapi dengan tugas terstruktur, berhasil dapat
membantu peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu peserta didik dalam
memahami materi Bangun Ruang Kubus dan Balok. Untuk variabel
keterampilan proses, Ho diterima. Ini berarti pembelajaran matematika Bangun
Ruang dengan strategi student team heoic leadership yang dilengkapi tugas
terstruktur dapat meningkatkan keterampilan proses peserta didik. Hal ini
disebabkan karena semakin peserta didik terampil melakukan aktivitas dalam
pembelajaran maka akan semakin bertambah pengalaman yang mereka
peroleh sehingga bertambah pula pengetahuannya tentang apa yang mereka
pelajari. Dalam pembelajaran ini, peserta didik terlibat secara aktif. Bentuk
pelibatan peserta didik yaitu kerja sama antar teman untuk dapat memecahkan
masalah berupa soal, saling membantu, dan menanamkan jiwa heroik
sehingga peserta didik bisa menemukan solusi pemecahan masalah itu sendiri.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persamaan estimator
regresi linier sederhana untuk pengaruh keterampilan proses strategi student
team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur terhadap hasil belajar
59
peserta didik adalah = -93,604 + 2,309X. Setelah diuji keberartiannya
ternyata persamaan regresi linier tersebut berarti dan linier artinya persamaan
tersebut dapat digunakan untuk menaksir harga Y jika X diketahui. Diketahui
pula nilai b positif, ini menunjukkan bahwa nilai Y akan meningkat jika nilai
X meningkat dan sebaliknya jika nilai X menurun maka nilai Y juga akan
menurun. Secara ringkas dapat ditunjukkan dalam tabel berikut.
^Y
Tabel 10. Analisis Regresi variabel X dan Y
Regresi Pers. Regresi Sig Keputusan R2
Pengaruh X
terhadap Y
^Y = -93,604 + 2,309X 0,000
Pers. Linier
dan Berarti
83,8%
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akan meningkat jika
keterampilan proses meningkat berdasarkan kelebihan strategi student team
heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur antara lain:
1. Mendidik peserta didik untuk memiliki semangat kepahlawanan
akademik;
2. Menanamkan kesadaran diri bahwa peserta didik baik dalam kelompok
maupun dalam kelas supaya merasa dirinya adalah pemimpin yang
mempunyai sifat heroik.
Sebagai contoh, koefisien regresi variabel X yaitu b = 2,309
maknanya adalah jika skor keterampilan proses (X) naik 1 poin maka skor
hasil belajar akan naik 2,309 poin.
60
Dengan nilai koefisien korelasi juga menunjukkan adanya hubungan
antar variabel. Pengaruh keterampilan proses strategi student team heroic
leadership yang dilengkapi tugas terstruktur terhadap hasil belajar peserta
didik sebesar 83,8 %. Hal ini menandakan pengaruh yang cukup kuat, ini
menunjukkan bahwa keterampilan proses peserta didik dalam pembelajaran
akan memberikan hasil belajar yang lebih baik. Keterampilan proses strategi
student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur yang
meliputi kecakapan untuk mengembangkan keterampilan dan mempelajari
keterampilan lanjutan yang lebih komplek mempunyai pengaruh terhadap
hasil belajar peserta didik. Hal ini disebabkan karena keterampilan proses
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran akan memotivasi peserta didik
untuk dapat memahami apa yang sedang mereka pelajari. Keterampilan proses
juga akan membantu peserta didik dalam berkomunikasi, karena dengan
adanya keterampilan proses tersebut peserta didik akan merasa tertarik
sehingga membuat peserta didik merasa perlu untuk berkomunikasi dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui apa yang mereka
inginkan. Dengan komunikasi tersebut maka isi pembelajaran dapat dengan
mudah diterima oleh peserta didik sehingga akan berpengaruh positif terhadap
hasil belajar peserta didik. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak mungkin
seseorang bisa mengembangkan pengetahuannya tanpa adanya kemauan dan
keterampilan proses terhadap apa yang ingin dikembangkannya.
Meningkatkan interaksi peserta didik dalam pembelajaran melalui
pengelolaan tanggapan peserta didik, penanaman jiwa heroik, dan umpan
61
balik berdasarkan tanggapan tersebut dapat meningkatkan motivasi peserta
didik. Adanya keterampilan proses yang meningkat ditambah sikap positif
akan membuat pembelajaran menyenangkan dan membantu peserta didik
dalam penguasaan konsep. Dengan kelebihan tersebut dapat mempermudah
pencapaian ketuntasan pembelajaran yang diharapkan.
Dari tabel nilai uji t, terlihat nilai sig = 0,003 = 0,3%. Oleh karena
nilai sig 0,3% adalah kurang dari 5%. Sehingga Ho ditolak. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari
pada kelas kontrol pada pembelajaran matematika Bangun Ruang. Salah satu
penyebabnya didukung oleh adanya strategi student team heroic leadership
yang dilengkapi tugas terstruktur.
Strategi student team heroic leadership yang dilengkapi tugas
terstruktur merupakan suatu pembelajaran yang mengatur strategi dengan
membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 sampai 5
orang, Pada pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi tugas terstruktur yang
berupa modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan didiskusikan
sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka,
setiap peserta didik diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal)
yang akan diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru
pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya
diskusi. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan
(soal) yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai
review untuk materi yang ditugaskan saat itu.
62
Dilihat dari tercapainya ketuntasan belajar masing-masing variabel,
dan hubungan antara keterampilan proses terhadap hasil belajar peserta didik
yang cukup tinggi (lebih dari 50 %) serta rata-rata hasil belajar peserta didik
dengan strategi student team heroic leadership yang dilengkapi tugas
terstruktur lebih besar dari pada rata-rata hasil belajar peserta didik dengan
strategi pembelajaran ekspositori sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar
peserta didik pada pembelajaran matematika bangun ruang dengan strategi
student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur lebih baik
daripada hasil belajar peserta didik dengan strategi pembelajaran ekspositori.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi
student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur dapat
mengefektifkan pembelajaran matematika Bangun Ruang kelas VIII SMP N
15 Semarang dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
keterampilan proses yang terus dibimbing dan diamati, niscaya akan
membuahkan hasil belajar yang lebih baik pula. Semakin terampil peserta
didik mengikuti kegiatan pembelajaran mengakibatkan semakin baik pula
hasil belajar yang dicapainya.
63
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Variabel hasil belajar dan keterampilan proses mencapai skor tuntas.
Ketuntasan belajar keterampilan proses 70 dan ketuntasan hasil belajar
68. Dengan demikian pembelajaran matematika bangun ruang dengan
student team heroic leadership yang dilengkapi tugas terstruktur
dikatakan berhasil mencapai ketuntasan belajar.
2. Besar pengaruh variabel keterampilan proses terhadap hasil belajar
peserta didik menunjukkan pengaruh yang positif dan persentase yang
lebih dari 50 % yaitu 83,8 %.
3. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika bangun ruang
dengan strategi student team heroic leadership yang dilengkapi tugas
terstruktur lebih baik daripada hasil belajar peserta didik dengan strategi
pembelajaran ekspositori.
B. Saran
1. Hendaknya guru kelas VIII SMP Negeri 15 Semarang dalam mengajar
menerapkan strategi pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu
alternatif dalam pembelajaran yang menarik dan menyenangkan adalah
63
64
dengan menerapkan strategi student team heroic leadership yang
dilengkapi tugas terstruktur.
2. Sistem pembelajaran hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada
kemampuan kognitif saja akan tetapi juga diperhatikan keterampilan
prosesnya agar tercapai keseimbangan dalam belajar.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran matematika
dengan menggunakan strategi student team heroic leadership pada
aspek-aspek matematika lainnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Chatarina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Unnes.
Arifin, Zaenal. Drs. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi
Matematika. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartutik. 2006. Efektivitas Pembelajaran Biologi SMA dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berdasar Analisis SWOT dalam kemasan CD Interaktif. Tesis: Program Pascasarjana Prodi Pend. IPA Unnes.
Joko. 2006. Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan Berproses pada
Pembelajaran Pendekatan Open Ended terhadap Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Kelas VIII SMP N 4 Pati. Skripsi: Prodi Pend. Matematika Unnes.
Junaedi, Samsul. 2004. Matematika SMP untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Junaedi, Dedi. 1999. Penuntun Belajar Matematika Untuk SLTP Kelas 3. Jakarta:
Mizan. Nasution, Dr. Wahyudin Nur. 2007. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif dan
Ekspositori terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. Tersedia di: http://www.litagama.org/jurnal/Edisi5/StrategiPemb.htm [18 Februari 2007].
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Slameto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Salatiga: Bumi Aksara.
65
66
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukestiyarno,dkk. 2005. Upaya Menumbuhkan Semangat Siswa Mencapai Standar Kompetensi dengan Model Pembelajaran Heroik dan Turnamen Matematika SMA. Usulan PTK: Fakultas MIPA Unnes.
Sukestiyarno, dan Budi Waluya. 2006. Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep
dan Membentuk Mahasiswa menjadi Matematikawan yang Filsafati Melalui Pembelajaran Filsafat Ilmu dengan Strategi Student Team Heroic Leadership. Laporan Teaching Grant: Pend. Matematika Unnes.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK Unnes.
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI.
Suyitno, Amin. 2003. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: Jurusan Matematika FMIPA Unnes. Tim PPG Matematika. 2005. Materi Pembinaan Matematika SMP. Yogyakarta:
Depdikbud. Zaelani, Ahmad. 2006. Pendalaman Kompetensi Matematika dan Uji Latih
Mandiri. Jakarta: Yrama Widya.