abstrak - sinta.unud.ac.id · pdf filepada umumnya masyarakat indonesia ... yang terdiri dari...

32
i ABSTRAK Upacara Ngoa Ngi’i merupakan salah satu upacara adat yang dilakukan bagi kaum wanita yang sedang hamil pertama pada usia kandungan tujuh bulan di Desa Sawu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo NTT. Ngoa Ngi’i dilakukan agar perempuan yang mengandung dan anak yang dilahirkan bisa diselamatkan dari bahaya gaib. Upacara Ngoa Ngi’i bagi masyarakat Desa Sawu sebagai suatu tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, jika upacara Ngoa Ngi’i tidak dilakukan maka masyarakat adat Desa Sawu akan menanggung konsekuensi gaib maupun nyata sebagai bagian dari hukum adat yang berlaku pada komunitas Desa Sawu. Upacara Ngoa Ngi’i juga diyakini masyarakat Desa Sawu memiliki fungsi dan makna yang penting untuk kelangsungan hidup masyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka muncul permasalahan yang perlu dibahas dalam tulisan ini, antara lain: (1) Mengapa masyarakat melakukan upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu? (2) Bagaimana prosesi upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu? (3) Bagaimana fungsi dan makna upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui latar belakang dilakukan upacara Ngoa Ngi’i, mengetahui prosesi upacara Ngoa Ngi’i, serta untuk mengungkapkan fungsi dan makna upacara Ngoa Ngi’i. Dalam mengkaji permasalahan seperti ini dioperasionalkan teori teori sebagai berikut : (1) Teori Fungsional Struktural dari R. Radcliffe Brown dan (2) Teori Life Cycle dari Arnold Van Gennep. Adapun beberapa konsep yang digunakan yaitu : upacara Ngoa Ngi’i, upacara, fungsi, makna dan masyarakat. Keterangan lengkap mengenai data yang diperlukan diperoleh dari mosalaki, budayawan, tokoh masyarakat, ibu hamil, orang yang memimpin pelaksanaan upacara serta keluarga, dengan menggunakan metode observasi atau pengamatan luas sampai mendalam, wawancara serta menggunakan pengumpulan data primer dan data sekunder juga ditunjang dengan kajian kepustakaan. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif sebagai penunjang, teknis penulisannya digunakan analisis deskriptif. Dari penelitian di lapangan diketahui proses upacara ngoa ngi’i terdiri dari prosesi oko utu (kumpul keluarga), gae ba’o yeu (pengambilan pelepah pinang), ti’i ka pati ae (memberi makan dan minum), gedho sa’o (keluar rumah), pelaksanaan ngoa ngi’i (potong gigi), ka sama (makan bersama) dan dheka bako mea moro (pamitan). Upacara Ngoa Ngi’i mempunyai fungsi yaitu sebagai peralihan status perempuan di Desa Sawu, memohon keselamatan ibu dan penguatan bayi, Ngoa Ngi’i sebagai integrasi sosial, dan mempunyai makna antara lain: makna religius, makna kekerabatan dan makna pendidikan. Kata Kunci: Fungsi, Makna, Upacara Ngoa Ngi’i.

Upload: ngohuong

Post on 05-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

i

ABSTRAK

Upacara Ngoa Ngi’i merupakan salah satu upacara adat yang dilakukan

bagi kaum wanita yang sedang hamil pertama pada usia kandungan tujuh bulan di

Desa Sawu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo NTT. Ngoa Ngi’i

dilakukan agar perempuan yang mengandung dan anak yang dilahirkan bisa

diselamatkan dari bahaya gaib. Upacara Ngoa Ngi’i bagi masyarakat Desa Sawu

sebagai suatu tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, jika

upacara Ngoa Ngi’i tidak dilakukan maka masyarakat adat Desa Sawu akan

menanggung konsekuensi gaib maupun nyata sebagai bagian dari hukum adat

yang berlaku pada komunitas Desa Sawu. Upacara Ngoa Ngi’i juga diyakini

masyarakat Desa Sawu memiliki fungsi dan makna yang penting untuk

kelangsungan hidup masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka muncul permasalahan yang perlu dibahas

dalam tulisan ini, antara lain: (1) Mengapa masyarakat melakukan upacara Ngoa

Ngi’i di Desa Sawu? (2) Bagaimana prosesi upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu?

(3) Bagaimana fungsi dan makna upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu?. Adapun

tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui latar belakang dilakukan

upacara Ngoa Ngi’i, mengetahui prosesi upacara Ngoa Ngi’i, serta untuk

mengungkapkan fungsi dan makna upacara Ngoa Ngi’i. Dalam mengkaji

permasalahan seperti ini dioperasionalkan teori – teori sebagai berikut : (1) Teori

Fungsional Struktural dari R. Radcliffe – Brown dan (2) Teori Life Cycle dari

Arnold Van Gennep. Adapun beberapa konsep yang digunakan yaitu : upacara

Ngoa Ngi’i, upacara, fungsi, makna dan masyarakat. Keterangan lengkap

mengenai data yang diperlukan diperoleh dari mosalaki, budayawan, tokoh

masyarakat, ibu hamil, orang yang memimpin pelaksanaan upacara serta keluarga,

dengan menggunakan metode observasi atau pengamatan luas sampai mendalam,

wawancara serta menggunakan pengumpulan data primer dan data sekunder juga

ditunjang dengan kajian kepustakaan. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif

dan kuantitatif sebagai penunjang, teknis penulisannya digunakan analisis

deskriptif.

Dari penelitian di lapangan diketahui proses upacara ngoa ngi’i terdiri

dari prosesi oko utu (kumpul keluarga), gae ba’o yeu (pengambilan pelepah

pinang), ti’i ka pati ae (memberi makan dan minum), gedho sa’o (keluar rumah),

pelaksanaan ngoa ngi’i (potong gigi), ka sama (makan bersama) dan dheka bako

mea moro (pamitan). Upacara Ngoa Ngi’i mempunyai fungsi yaitu sebagai

peralihan status perempuan di Desa Sawu, memohon keselamatan ibu dan

penguatan bayi, Ngoa Ngi’i sebagai integrasi sosial, dan mempunyai makna antara

lain: makna religius, makna kekerabatan dan makna pendidikan.

Kata Kunci: Fungsi, Makna, Upacara Ngoa Ngi’i.

Page 2: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

ii

ABSTRACT

Ngoa Ngi'i ceremony is one of the traditional ceremonies that is conducted

by women in their first pregnancy, at the age of seven months of pregnancy in the

Sawu Village,Mauponggo District, Nagekeo Regency of NTT. This ceremony is

conducted in order to the pregnant women and the baby can be saved of invisible

(supernatural) things. For Sawu Village people the Ngoa Ngi’i ceremony is a

traditions that cannot be separated from their social life, if this ceremony is not

conducted by them, they will take the invisible/supernatural consequences or the

real consequences as a part of their law of tradition that is done for the community

in the Sawu Village. The Sawu Village people believe that The Ngoa Ngi’i

ceremony has a function and important meaning for their life sustainability.

Based on the explanation above, there are some problems to discussed in

this paper, specifically; (1) Why does the Sawu village people conduct the Ngoa

Ngi’i ceremony? (2) How is the process of the Ngoa Ngi’i ceremony in the Sawu

Village? (3) What are the functions and meanings of the Ngoa Ngi’i ceremony in

Sawu Village? The aims of this research are to know the background of the Ngoa

Ngi’i ceremony in Sawu Village, knowing as Ngoa Ngi’i ceremonial procession

and also to reveal the functions and meanings of Ngoa Ngi’i ceremony. The

theory used in this research are; (1) The Structural Functional Theory by R.

Radcliffe - Brown and (2) Life Cycle Theory by Arnold Van Gennep. There are

some concepts which applied, they are; Ngoa Ngi'i ceremony, ceremony, function,

meaning and society. To complete information of the necessary data obtained

from Mosalaki, the humanist, the socialite, pregnant women, a person who led the

ceremony and also the family of the pregnant women who did the ceremony. This

is a qualitative and quantitative research include the methods and techniques of

data analysis used in this study are observation or deep and extensive observation,

interviewing and using the collection of primary data and secondary data and also

supported by the study of literature.

Based on the field researches, it is known that the process of Ngoa Ngi'i

ceremony is consists of oko utu, gae ba'o yeu, ti'i ka pati ae, gedho sa'o, Ngoa

Ngi'i, ka sama, and dheka bako mea moro. Ngoa Ngi'i ceremony has a function,

namely as a transitional status of women in the Sawu Village, pleading safety of

mother and baby reinforcement, Ngoa Ngi'i as social integration, and some other

meanings, such as; a religious meaning, the meaning of kinship and meaning of

education.

Key words: Function, Meaning, Ngoa Ngi'i ceremony.

Page 3: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

iii

DAFTAR ISI

JUDUL. ............................................................................................................... i

PERSYARATAN GELAR ................................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... iv

LEMBARAN PENGESAHAN ........................................................................... v

PANITIA PENGUJI ........................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ...................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xviii

GLOSARIUM .................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 9

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................................. 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 10

1.4 Kerangka Teori Dan Konsep ...................................................................... 11

Page 4: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

iv

1.4.1 Teori ......................................................................................................... 11

1.4.2 Konsep ..................................................................................................... 16

1.5 Model ......................................................................................................... 19

1.6 Metode Penelitian ....................................................................................... 20

1.6.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 20

1.6.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 20

1.6.3 Penentuan Informan ................................................................................. 22

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............................. 23

1.6.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 25

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Keadaan Geografis Desa Sawu .................................................................... 27

2.2 Sejarah Desa Sawu ....................................................................................... 30

2.3 Demografi .................................................................................................... 35

2.4 Pendidikan .................................................................................................... 38

2.5 Sistem Mata Pencaharian .............................................................................. 39

2.6 Sistem Organisasi Sosial Masyarakat .......................................................... 40

2.7 Kesenian ........................................................................................................ 44

2.8 Sistem Religi ................................................................................................ 46

BAB III LATAR BELAKANG DILAKUKAN UPACARA NGOA NGI’I DI

DESA SAWU

3.1 Tradisi Upacara Ngoa Ngi’i ....................................................................... 51

3.2 Ngoa Ngi’i Menjadi Bagian Integral dari Masyarakat Adat Desa Sawu ... 54

3.3 Tujuan Upacara Ngoa Ngi’i ....................................................................... 56

3.3.1 Untuk Menjalankan Peya Wero Tora Mali ............................................. 56

3.3.2 Untuk Menetralisir Keadaan ..................................................................... 57

Page 5: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

v

BAB IV PROSESI UPACARA NGOA NGI’I DI DESA SAWU

4.1 Prosesi Upacara Ngoa Ngi’i ...................................................................... 62

4.1.1 Tempat Upacara ....................................................................................... 62

4.1.2 Saat – Saat Upacara ................................................................................... 64

4.1.3 Benda – Benda Upacara ........................................................................... 65

4.1.4 Orang – Orang yang Melakukan dan Memimpin Upacara ..................... 68

4.1.5 Rangkaian Prosesi Upacara Ngoa Ngi’i .................................................. 70

4.2 Konsekuensi Bila Upacara Ngoa Ngi`i Tidak Dilaksana .......................... 93

4.2.1 Sanksi bagi Keluarga .............................................................................. 93

4.2.2 Sanksi bagi Warga Desa .......................................................................... 95

BAB V FUNGSI DAN MAKNA UPACARA NGOA NGI’I DI DESA SAWU

5.1 Fungsi Upacara Ngoa Ngi’i ........................................................................ 98

5.1.1 Upacara Ngoa Ngi’i sebagai Peralihan Status Perempuan di

Desa Sawu ….... ........................................................................................ 100

5.1.2 Memohon Keselamatan Ibu dan Penguatan Bayi dalam Kandungan ...... 100

5.1.3 Upacara Ngoa Ngi’i sebagai Integrasi Sosial ............................................ 101

5.2 Makna Upacara Ngoa Ngi’i ......................................................................... 103

5.1.2 Makna Religius ......................................................................................... 103

5.2.2 Makna Kekerabatan .................................................................................. 105

5.2.3 Makna Pendidikan ..................................................................................... 108

Page 6: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

vi

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan ...................................................................................................... 110

6.2 Saran .............................................................................................................. 111

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 112

LAMPIRAN

Page 7: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia,

akumulasi pengalaman yang dialihkan secara sosial dan merupakan pandangan

hidup (way of life) dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan,

nilai dan simbol yang diterima anggota masyarakat melalui proses komunikasi

peniruan dari generasi ke generasi selanjutnya (Liliweri, 2003:8).

Salah satu bagian penting dari kebudayaan adalah upacara tradisonal yang

merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat pendukung yang

berfungsi sebagai pengokoh norma-norma serta nilai – nilai budaya yang berlaku

dalam masyarakat secara turun – temurun, norma – norma serta nilai tersebut

ditampilkan dengan peragaan dengan upacara yang dilakukan dengan hikmat oleh

warga masyarakat. Kerja sama dalam upacara tradisional tersebut jelas dapat

mengikat rasa solidaritas warga masyarakat.

Kebudayaan yang bersifat tradisional dikatakan baik, bukan berdasarkan

ukuran etika dan estetika tetapi kebudayaan tradisional dapat membuat manusia

melestarikan kehidupannya pada lingkungan tertentu. Di sini letak fungsi

terpenting dari kebudayaan tradisional sehingga mempunyai hak yang sama

untuk dipelajari dan dihargai. Menerima nilai–nilai dari kebudayaan berarti

menghargai martabat masyarakat tersebut (Herimanto, 2012 : 30).

1

Page 8: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

2

Salah satu unsur universal dari kebudayaan (cultural universal) yaitu

sistem religi. Sistem religi terdiri dari empat komponen yang mempunyai

perannya masing-masing tetapi sebagai bagian dari suatu sistem yang berkaitan

erat satu dengan yang lain. Keempat komponen itu adalah emosi keagamaan,

sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara, serta umat agama (Koentjaraningrat,

1987:80).

Sistem upacara keagamaan sebagai salah satu komponen dari sistem religi

berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian kepada

Tuhan, dewa, roh nenek moyang atau makhluk halus lain dan dalam usahanya

untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan penghuni dunia alam gaib lainnya

(Koentjaraningrat, 1987:81). Melalui upacara, manusia menyadarkan diri

terhadap kenyataan dan kekuatan-kekuatan alam untuk dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan serta tujuan hidupnya baik material maupun spiritual.

Sistem upacara keagamaan secara khusus mengandung empat aspek yang

menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi yakni : (1) tempat upacara

keagamaan dilakukan; (2) saat-saat upacara keagamaan dijalankan; (3) benda-

benda dan alat upacara; (4) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara

(Koentjaraningrat, 1981:241).

Kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, baik suatu komunitas

desa, kota, kelompok kerabat atau lainnya memiliki suatu corak yang khas

terutama tampak oleh orang yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri.

Pendukung kebudayaan itu sendiri biasanya tidak menyadari dan melihat corak

khas tersebut. Sebaliknya mereka dapat melihat corak khas kebudayaan lain

Page 9: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

3

terutama apabila corak khas itu mengenai unsur yang perbedaannya sangat

mencolok dibandingkan dengan kebudayaannya sendiri. Kebudayaan mempunyai

fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan

yang harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun

kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik baginya.

Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang

spiritual maupun material.

Pada umumnya masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang

majemuk yang terdiri dari banyak suku bangsa yang beraneka ragam adat

istiadat. Dengan demikian ditemukan berbagai macam upacara tradisional yang

menyebar di berbagai daerah di Indonesia. Pulau Flores merupakan suatu pulau

yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung,

Ngada, Nagekeo, Ende, Lio, Sikka dan Larantuka. Di setiap suku bangsa

mempunyai beragam upacara tradisional dan upacara tersebut mempunyai

fungsinya masing-masing.

Adat-istidat berbeda dari satu tempat dengan adat-istiadat di tempat lain,

demikian pula adat istiadat di suatu tempat, berbeda menurut waktunya. Adat

istiadat mempunyai akibat hukum yaitu hukum adat. Namun adat istiadat

mempunyai akibat-akibatnya apabila dilanggar oleh anggota masyarakat dimana

adat istiadat tersebut berlaku (Soekanto, 1990:180). Umumnya kepatuhan

terhadap peraturan dalam bentuk upacara disertai dengan sangsi yang sifatnya

sakral dan magis.

Page 10: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

4

Ritual merupakan salah satu perangkat tindakan nyata dalam beragama,

yang dimantapkan melalui tradisi. Geertz (dalam Rostiyati, 1994) menyatakan

bahwa ritus (upacara) itu merupakan suatu upaya manusia untuk mencari

keselamatan, ketenteraman dan sekaligus menjaga keselamatan kosmos. Di

Nagekeo terdapat dua sub suku dengan logat bahasa yang berbeda, yakni suku

Nage dan suku Keo. Kepatuhan dan kesetiaan masyarakat terhadap adat istiadat

dan budaya mereka juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai

aktivitas sosial budaya. Salah satu ritual atau upacara adat yang masih

dipertahankan oleh masyarakat Nagekeo adalah upacara pendewasaan diri untuk

laki – laki dan perempuan.

Upacara adat Gua atau gedho logo (dapat dipersamakan dengan sunat

dalam bahasa Indonesia) untuk kaum laki-laki. Upacara ini pada umumnya

dilakukan di tengah hutan atau di tepi sungai terpencil dari kampung. Pada saat

upacara Gua atau gedho logo semua peserta diharapkan mempunyai sikap

tanggung jawab terhadap tugas yang dipercayakan kepadanya, memperlihatkan

sikap matang, keperkasaan dan percaya diri dalam menghadapi realita hidup.

Orang yang sudah menjalankan upacara Gua atau gedho logo dipercaya

menduduki kedudukan penting dalam masyarakatnya. Artinya mereka

dipercayakan kedudukan kunci dalam masyarakat menggantikan tetua adat dalam

semua urusan, menyangkut hidup kemasyarakatan ataupun kehidupan religious

tradisional.

Upacara Gua biasanya berlangsung satu sampai dua minggu lamanya,

sedangkan upacara adat potong gigi hanya untuk kaum perempuan yang sedang

Page 11: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

5

hamil anak pertama dengan usia kandungan tujuh bulan. Karena keindahan tetap

menjadi bagian kehidupan seorang perempuan, oleh karena itu seorang

perempuan akan tetap kelihatan lebih cantik apabila giginya sudah

dipotong/diratakan/dikikir (Daeng, 2000 : 166-167).

Upacara potong gigi termasuk dalam upacara yang berkaitan dengan ritus

peralihan. Arnold Van Gennep membagi ritus dan upacara yang menyangkut

lingkar hidup (life cycle) ke dalam tiga tahap, yaitu: (1) tahap perpisahan

(separation), (2) tahap peralihan (marge), (3) integrasi kembali (agregation).

(Koentjaraningrat, 1993: 32). Upacara potong gigi merupakan peralihan dari

masa remaja ke masa dewasa. Dari masa yang harus dilewati dalam lingkar hidup

manusia sehingga sering dianggap sebagai suatu masa yang berbahaya bagi

manusia karena terjadi peralihan status, baik yang berlangsung secara normal

maupun yang terjadi lebih cepat dari biasanya.

Masyarakat Bali dan masyrakat di Nagekeo, NTT, sama – sama

menjalankan upacara potong gigi. Pada kedua daerah ini yaitu, di Bali dan

Nagekeo NTT masing – masing mempunyai keunikan. Upacara potong gigi di

Bali, adalah salah satu rangkaian kegiatan upacara untuk “manusa yadnya”

(Upacara keagamaan untuk manusia) disebut juga Mepandes/Mesangih, yang

boleh dilaksanakan pada anak yang sudah menginjak dewasa. Dalam ajaran

agama Hindu, pemotongan taring yang dilaksanakan pada upacara potong gigi

atau Mepandes/ Mesangih merupakan simbol penyucian diri lahir maupun batin.

Gigi yang digosok atau yang diratakan dari gerigi adalah enam buah yaitu dua

taring dan empat gigi seri bagian atas. Pemotongan enam gigi itu melambangkan

Page 12: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

6

simbol pengendalain terhadap Sad Ripu (enam sifat buruk yang ada dalam diri

manusia) yang meliputi : kama (hawa nafsu), loba (rakus/tamak/keserakahan),

krodha (angkara murka/kemarahan), mada (mabuk), moha (perasaan bingung),

dan matsarya (iri hati/dengki). Sad Ripu yang tidak terkendalikan ini akan

membahayakan kehidupan manusia. Upacara potong gigi di Bali merupakan

kewajiban dari orang tua kepada anak-anaknya. Maknanya adalah sudah

sepantasnya orang tua memberikan petuah yang baik agar sifat-sifat buruk pada

anak dapat dikendalikan, sehingga di kemudian hari rohnya yang telah disucikan

dapat mencapai Surga Loka bersama roh suci para leluhur, bersatu dengan

Brahman (Hyang Widhi). Upacara potong gigi di Bali dilaksanakan hanya

simbolis saja, sebagai tanda bahwa seorang sudah disucikan. Salah satu

pantangan untuk mengikuti upacara ini adalah wanita yang sedang hamil/haid.

Upacara ini biasa dilaksanakan secara massal (bersama-sama baik dalam

keluarga maupun dalam satu desa) (Swastika, 2010 : 31).

Masyarakat Nagekeo mengenal istilah potong gigi dengan istilah Zaba

ngi’i atau Roso Ngi’is yang merupakan istilah potong gigi bagi masyarakat

Nagekeo bagian utara khususnya di Kecamatan Aesesa dan Aesesa Selatan.

Potong gigi di wilayah Nagekeo bagian Utara merupakan tanda bahwa anak

wanita telah dewasa dan layak untuk dipinang. Ritual Potong gigi ini biasa

dilakukan untuk kaum perempuan atau anak gadis. Ritual ini harus dijalani ketika

seorang gadis memasuki usia akil balik. Di daerah Nagekeo utara upacara potong

gigi bisa dilakukan secara massal (bersama – sama dalam rumpun keluarga).

Sedangkan istilah potong gigi pada masyarakat Nagekeo bagian Selatan seperti

Page 13: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

7

di Kecamatan Mauponggo Desa Sawu disebut Ngoa Ngi’i. Secara etimologis

Ngoa Ngi’i berasal dari dua kata yaitu Ngoa yang artinya

potong/meratakan/mengikir dan Ngi’i berarti gigi. Jadi Ngoa Ngi’i berarti

potong gigi. Hal yang menarik dari masyarakat Desa Sawu adalah gigi yang

dikikir dilanjutkan dengan mengasahnya sehingga menjadi rata dan rapih.

Ritual adat ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Desa Sawu yang

diwariskan secara turun-temurun. Upacara Ngoa Ngi’i dalam masyarakat Desa

Sawu memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri karena upacara Ngoa Ngi’i

tersebut dilakukan pada kehamilan pertama dengan usia kehamilan tujuh bulan

berbeda dengan upacara potong gigi di Bali. Pantangan untuk mengikuti upacara

potong gigi adalah wanita yang sedang hamil/haid. Ngoa Ngi’i di Desa Sawu

sangat menarik karena giginya benar di kikir atau diratakan sampai semuanya

rata, yang tidak diratakan yaitu gigi graham.

Menurut Van Gennep, bahwa inisiasi adalah soal peralihan dari satu status

ke status yang lain, dimana status diartikan tempat dari sesuatu posisi sosial

dalam tingkat tatanan posisi – posisi sosial (Koentjaraningrat, 1981 : 222).

Merujuk dari teori Van Gennep, upacara Ngoa Ngi’i sebagai bertanda bahwa

wanita yang sudah dipotong/diratakan giginya beralih status seorang perempuan

menjadi dewasa dan disahkan dalam lingkungan yang baru. Makna diadakannya

upacara Ngoa Ngi’i adalah peralihan status seorang perempuan yang menjadi

ibu dari anak – anaknya selain itu juga sebagai upacara keselamatan dan

penguatan bayi dalam kandungan.

Page 14: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

8

Jika tidak melakukan upacara tersebut maka keluarga yang bersangkutan

akan mendapatkan sanksi adat berupa denda yang dalam bahasa setempat disebut

‘Waja’ untuk pemulihan nama baik keluarga dengan melakukan ritual yang

disebut ‘Pegho/para Kaba’ yakni penyembelihan kerbau untuk upacara

persembahan bagi leluhur sekaligus memberi makan kepada seluruh warga

kampung sebagai bentuk permohonan maaf kepada leluhur dan pranata adat

dalam wilayah setempat.

Perkembangan jaman telah mempengaruhi pola pikir masyarakat, sehingga

menyebabkan terjadinya dinamika dalam upacara Ngoa Ngi’i yang menyebabkan

masyarakat Desa Sawu meniggalkan pola – pola tradisional terutama dalam

penggunaan sarana upacara. Namun dinamika tersebut tidak mengubah prosesi

upacara Ngoa Ngi’i, hanya mengubah beberapa sarana dalam prosesi sebagai

contoh, pada zaman dahulu ketika melakukan upacara Ngoa Ngi’i busana yang

dikenakan oleh pemimpin upacara dan orang – orang yang terlibat dalam upacara

Ngoa Ngi’i serta perempuan yang akan melakukan Ngoa Ngi’i adalah pakaian

adat tetapi seiring dengan perkembangan zaman mulai ada perubahan dan sarana

lainnya yaitu peralatan yang digunakan pada saat pelaksanaan Ngoa Ngi’i.

Upacara Ngoa Ngi’i sangat menarik untuk diteliti karena upacara

tersebut berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan akan malapetaka bagi

masyarakat setempat jika terjadi pelanggaran adat seperti tidak melakukan

upacara Ngoa Ngi’i pada seorang perempuan yang hamil pertama kali.

Berkaitan dengan itu, penelitian ini menjadi lebih menarik apabila dikaitkan

dengan perkembangan zaman di era modernisasi dan globalisasi saat ini dimana

Page 15: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

9

masyarakat di Desa Sawu dengan basic agama Katolik sampai saat ini tetap

menjalankan tradisi lokal yaitu, upacara Ngoa Ngi’i. Pada masa sekarag sebelum

pelaksanaan potong gigi berlangsung seorang wanita mendapat berkat dari pastor

agar pelaksanaan Ngoa Ngi’i berjalan lancar. Upacara Ngoa Ngi’i di Sawu tidak

menghilangkan niala – nilai sakral dan merupakan upacara pendewasaan diri

yang masih tetap bertahan sebagai warisan leluhur yang sangat diyakini untuk

terus dilestarikan, selain itu agar memperkuat hubungan tali silaturahmi keluarga.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dalam kehidupan bermasyarakat

yang memiliki budaya tradisional seperti halnya Desa Sawu, masyarakat harus

lebih sadar untuk lebih menghayati budaya sendiri, karena dengan berakar dan

mengenal budaya sendiri dapat memberikan kontribusi yang positif bagi

kelangsungan hidup bermasyarakat. Kebudayaan daerah dengan berbagai

upacara adat mempunyai nilai yang sangat baik dalam proses menjaga dan

melestarikan keharmonisan keluarga, suku dan masyarakat serta dengan

lingkungan alam sekitar pada umumnya.

Berdasarkan keunikan upacara potong gigi pada masyarakat Desa Sawu

tersebut maka penulis mengajukan judul penelitian : Upacara Ngoa Ngi’i Di

Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo NTT?

1.2 Rumusan masalah

Bertitik tolak dari latar belakang terurai di atas, maka dapat dikemukakan

permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut dapat

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Page 16: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

10

1. Mengapa masyarakat melakukan upacaran Ngoa Ngi’i di Desa Sawu?

2. Bagaimana prosesi upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu?

3. Bagaimana fungsi dan makna upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui latar belakang atau alasan masyarakat Desa Sawu

melakukan upacara Ngoa Ngi’i.

2. Untuk mengetahui prosesi upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu.

3. Untuk mengetahui fungsi dan makna upacara Ngoa Ngi’i dalam kehidupan

masyarakat di Desa Sawu.

1.3.2 Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi gelar serjana

dalam ilmu Antropologi. Secara teori penelitian ini akan mencoba menerapkan

teori-teori maupun konsep-konsep yang sesuai dengan pokok permasalahan dalam

tulisan ini, dengan harapan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau memacu

penelitian selanjutnya yang lebih mendalam yang sangat berguna bagi

perkembangan ilmu Antropologi. Selain itu juga penelitian ini untuk menambah

bahan bacaan pada perpustakaan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Udayana.

Page 17: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

11

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi masyarakat Desa Sawu Kecamatan Mauponggo Kabupaten

Nagekeo agar selalu melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya

adiluhung. Bagi pihak pemerintah, khususnya pemerintah daerah, hasil penelitian

ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam menyusun kebijakan-

kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang pembangunan sosial budaya.

1.4 Kerangka Teori, dan Konsep

1.4.1 Teori

Teori yang digunakan sebagai kerangka landasan dalam penelitian ini

adalah teori Fungsional Struktural Redcliffe-Brown dan teori Life Cycle Arnold

Van Gennep.

1) Teori Fungsional Struktural

R. Radcliffe-Brown (1881-1955) adalah sebagai pendiri aliran Fungsional

Struktural. Antropologi kelahiran Inggris ini beranggapan bahwa setiap kebiasaan

dan kepercayaan dalam masyarakat memiliki fungsi tertentu, yaitu untuk

melestarikan struktur mayarakat yang bersangkutan sehingga masyarakat bisa

melestarikannya. Pandangan Redcliffe-Brown tentang kebudayaan memiliki

karakteristik sebagai milik bersama, yaitu kebudayan adalah sejumlah cita-cita,

nilai-nilai standar perilaku. Untuk itu, kebudayaan adalah sebutan bersama

(common denominator) yang menyebabkan perbuatan para individu dapat

dipahami bersama. Manusia memiliki kemampuan untuk menafsirkan perilaku

Page 18: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

12

manusia lainnya yang disebabkan oleh adanya common denominator ini.

Selanjutnya mereka berinteraksi bersama dalam ruang dan waktu yang sama maka

akan memiliki kesamaan pengetahuan yang dapat dipahami bersama. Melihat

bukunya yang berjudul The Andaman Islanders, konsep fungsi yang diajukan itu

tidak berbeda dengan konsep fungsi B Malinowski, yang menyebutkan efek dari

pranata sosial terhadap kebutuhan mutlak guna berlangsungnya integrasi

masyarakat dari suatu sistem sosial (Koentjaraningrat, 1979 : 10). Redcliffe –

Brown dalam analisisnya tentang masyarakat Andaman (di pedalaman Australia)

dalam menerapkan konsep-konsep fungsional juga mengacu kepada hubungan

serta efek dari fungsi sosial pranata terutama upacara agama, mitologi dan

keyakinan dengan kebutuhan mutlak berlangsungnya integrasi sosial dari sistem

sosial masyarakat tersebut (Koentjaraningrat 1977 : 40).

Oleh karena itu, tampak upacara masyarakat Andaman yang kelihatan lucu

dan aneh itu ternyata justru menjadi cara baginya untuk mengespresikan dan

mensistematisasi gagasan-gagasan fundamentalnya tentang kehidupan dan alam.

Dalam pandangn Redcliffe-Brown, pemikiran tentang fungsi didasarkan pada

pemikiran bahwa budaya sebagai suatu mekanisme adaptif yang membuat

manusia menjaga kehidupan sosial sebagai suatu komunitas yang teratur.

Pendekatan ini didasarkan atas analogi organik-eksplisit. Artinya, setiap kebiasaan

dan keyakinan suatu masyarakat primitif memainkan beberapa bagian peran yang

menentukan dalam kehidupan komunitas. Suku Andaman banyak melakukan

ritual dengan tangisan. Tangisan itu tidak bermakna kesedihan, tetapi merupakan

Page 19: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

13

ekspresi dari solidaritas sosial, dan tangisan adalah memiliki fungsi sebagai

ungkapan rasa solidarits sosial. (Nur syam, 2007: 34-35).

Upacara Ngoa Ngi’i sebagai salah satu unsur kebudayaan bertujuan dan

berfungsi sebagai mekanisme adaptif yang membuat manusia menjaga kehidupan

sosial sebagai suatu komunitas yang teratur. Upacara Ngoa Ngi’i pada masyarakat

desa Sawu merupakan salah satu upacara yang masih dilestarikan sampai saat ini,

dalam prosesi upacara melibatkan masyarakat desa beserta kerabat untuk

melaksanakan upacara adat. Upacara yang ada dalam kehidupan masyarakat

sebagai suatu cara untuk menjaga hubungan dalam masyarakat. Dengan demikian

adanya Upacara Ngoa Ngi’i adalah salah satu cara untuk melestarikan struktur

masyarakat yang bersangkutan, sehingga masyarakat di Desa Sawu biasa

melestarikannya.

2) Teori Life Cycle

Arnold Van Gennep, Rites of Passage (Ritus peralihan). Menurutnya

dalam jangka waktu hidupnya manusia mengalami banyak krisis yang menjadi

obyek perhatiannya, dan yang sering menakutinya. Peristiwa – peristiwa krisis

sepanjang lingkar hidup idividu atau crisis rites, ialah masa hamil, kelahiran,

pemberian nama, penyapihan, perkawinan dan berkabung pada kematian. Dalam

hal menghadapi masa krisis serupa itu manusia butuh melakukan perbuatan untuk

memperteguh imannya dan menguatkan dirinya. Perbuatan – perbuatan serupa

yang berupa upacara – upacara pada masa – masa krisis merupakan pangkal dari

religi dan bentuk – bentuk religi tertua. Upacara – upacara tersebut sering

Page 20: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

14

dilakukan di dekat tempat tempat suci dalam rumah (perapian dsb),

(Koentjaraningrat 1981 : 222).

Menurut Arnold Van Gennep, bahwa dalam hal inisiasi menurutnya adalah

soal peralihan dari satu status ke status yang lain, di mana status diartikan tempat

dari sesuatu posisi sosial dalam tingkat tatanan posisi-posisi sosial. Peralihan

seperti itu bukanlah suatu kekecualian tetapi kehidupan itu penuh dengan

perubahan-perubahan status seperti: kelahiran, pertunangan, perkawinan,

kehamilan, menjadi ayah atau ibu, meninggal, dan sebagainya. Perubahan status

bukannya terjadi tanpa diperhatikan sebaliknya, perubahan-perubahan itu

ditonjolkan dalam kehidupan masyarakat. Setiap status, seperti yang terjadi dalam

masyarakat primitif, mempunyai aspek sakral, karena dalam hal menghadapi masa

krisis manusia butuh melakukan perbuatan berupa upacara – upacara masa krisis

untuk memperteguh imannya untuk memperkuat dirinya (dalam Van Baal, 1988 :

26-27).

Berbeda halnya pada orang-orang primitif; menurut Van Gennep, bagian-

bagian dari kelompok dalam masyarakat primitif seperti klan, kasta, dan keluarga,

aspek religius semacam itu sangat jelas. Peralihan dari satu kelompok (status) ke

kelompok (status) yang lain berjalan menurut skema tertentu. Selalu ada tiga

tahap, yaitu pemisahan dari keadaan yang semula, peralihan yang sebenarnya ke

status yang baru, dan akhirnya diterimanya dalam kelompok yang baru. Tahap-

tahap itu disertai ritus, tahap yang pertama disertai "ritus perpisahan", tahap kedua

disertai "ritus peralihan", dan tahap yang terakhir disertai "ritus penerimaan"

dalam status yang baru. Tahap-tahap yang sama kita dapatkan pada kehamilan dan

Page 21: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

15

kelahiran yang dialami oleh sang ibu, pada kelahiran dan diterimanya sang anak

dalam kelompok. Tahap-tahap tersebut juga terdapat pada inisiasi, pada

pertunangan, pada perkawinan, dan pada pemakaman. Dalam membahas ritus-

ritus ini Van Gennep mengemukakan pendapat yang sangat tepat, bahwa dalam

peristiwa-peristiwa tersebut, yang biasanya terjadi lebih dari satu kali, justru pada

peristiwa yang pertama seperti itu disertai ritus yang khas: dipotongnya rambut

untuk pertama kali, gigi yang pertama, melahirkan anak yang pertama, dan

sebagainya. Van Gennep menegaskan bahwa dalam inisiasi, soalnya bukan

masalah puber fisik, tetapi masalah puber sosial, suatu hal yang berbeda sekali.

Pada waktu yang lalu terdapat banyak hal yang omong kosong tentang khitanan

dan Van Gennep adalah orang yang pertama yang mengatakan sesuatu yang

masuk akal mengenai hal itu. (dalam Van Baal, 1988 : 27).

Teori Life Cycle Arnold Van Gennep di atas, bila dikaitkan dengan

masalah penelitian melihat bahwa dalam hal inisiasi adalah soal peralihan dari

satu status ke status yang lain, di mana status ini diartikan tempat dari suatu posisi

sosial dalam tingkat tatanan posisi-posisi sosial. Selalu ada tiga tahap, yaitu

pemisahan dari keadaan yang semula, peralihan yang sebenarnya ke status yang

baru, dan akhirnya diterimanya dalam kelompok yang baru. Upacara potong gigi

atau Ngoa Ngi’i pada masyarakat Desa Sawu proses inisiasi, merupakan

peralihan ke status yang baru dan meningkatkan status seorang perempuan

menjadi dewasa sehingga diterima dalam status yang baru. Tahapan – tahapan

dalam peralihan status perempuan di Desa Sawu, yaitu pemisahan dari keadaan

yang semula pada saat kehamil seorang perempuan belum memasuki usia

Page 22: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

16

kandungan tujuh bulan, selanjutnya peralihan yang sebenarnya ketika usia

kandungan tujuh bulan, dan pada saat melakukan/melaksanakan upacara Ngoa

Ngi’i seorang wanita disahkan dan diterima dalam lingkungan yang baru.

1.4.2 Konsep

Konsep adalah suatu hal yang penting di dalam penulisan, oleh karena itu

melalui konsep akan didapat batasan pengertian yang perlu dijelaskan. Konsep

merupakan suatu istilah abstraksi tentang suatu gejala yang dibuat untuk

memperoleh pengertian tentang gejala tersebut. R. Merton menyatakan bahwa

konsep merupakan definisi yang perlu diamati, yang menentukan adanya

hubungan empiris (Koentjaraningrat, 1977 : 32). Kerangka konsep dalam

penelitian ini dipandang sangat penting untuk menentukan arah penelitian dan

menghindari kesalah pengertian dari permasalahan yang diajukan. Adapaun

beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Upacara Ngoa Ngi’i adalah salah satu upacara adat bagi kaum wanita

yang sedang hamil anak pertama dengan usia kandungan tujuh bulan yang ada

pada masyarakat Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo. Kata

Ngoa Ngi’i terdiri dari dua kata. Ngoa dan Ngi’i, Ngoa artinya

potong/mengikir/meratakan,Ngi’iartinyagigi.(http://chyrro.blogspot.com/2013/05/

normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html) (diunduh pada 22 juni 2015).

Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait pada

aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Upacara

keagamaan adalah kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan

yang baku. Tiap upacara keagamaan dapat terbagi dalam keempat komponen

Page 23: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

17

yaitu: tempat upacara, benda-benda dan alat-alat upacara, serta orang-orang yang

melakukan dan memimpin upacara (Koentjaraningrat, 1981 : 241). Definisi ini

dapat dipahami bahwa dalam konteks ini upacara Ngoa Ngi’i merupakan

serangkaian tindakan atau perbuatan dalam upacara tersebut di dasarkan pada

adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat agama dan kepercayaan dalam

masyarakat Desa Sawu. Dalam proses upacara terdapat tempat upacara dilakukan

upacara Ngoa Ngi’i, benda – benda dalam alat – alat yang digunakan saat upacara

Ngoa Ngi’i, serta orang – orang yang terlibat dalam upacara Ngoa Ngi’i.

Fungsi menurut M. E. Spiro (dalam Koentjaraningrat, 1985: 212-213)

yaitu: a) pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan antara suatu

hal dengan suatu tujuan tertentu, b) pemakaian yang menerangkan kaitan korelasi

antara suatu hal dengan hal lain, dan c) pemakaian yang menerangkan hubungan

yang terjadi antara suatu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang

terintegrasi. Dalam penelitian ini fungsi yang di maksud adalah fungsi upacara

Ngoa Ngi’i bagi masyarakat Desa Sawu, dalam upacara tersebut bahwa aktivitas

kebudayaan mempunyai tujuan atau berfungsi untuk menerangkan berbagai

macam hubungan berlaku antara suatu hal denagan tujuan tertentu, hubungan

suatu hal dengan hal lain dalam upacara Ngoa Ngi’i bagi masyarakat

pendukungnya.

Makna adalah arti dari maksud yang terkandung pada suatu hal atau

benda atau lambang atau lainnya yang menyangkut asosiasi subjektif yang

dihubungkan dengan suatu hal oleh masyarakat pendukungnya (Koentjaraningrat

dalam Suniti, 2006:20). Makna dalam penelitian ini adalah beralihnya status sosial

Page 24: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

18

seorang wanita dan disahkan serta diterima dalam status yang baru, selain itu juga

agar terhindar dari tuntutan adat atau hukum adat yang berlaku. Pesan dan amanat

dalam hidup masyarakat yang berhubungan dengan nilai keagamaan dapat

dijadikan sebagai acuan bagi generasi berikutnya untuk mengatur hidupnya dalam

tata pergaulan dalam masyarakat serta dengan lingkungan hidupnya agar dapat

merasa tenteram, aman, selamat dan sejahtera.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa

identitas bersama (Koentjaraningrat, 1985 : 126). Ikatan yang membuat satu

kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat yaitu pola tingkah laku yang khas

mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu, pola tersebut

harus bersifat mantap dan kontinyu serta menjadi adat – istiadat yang khas.

Masyarakat Desa Sawu merupakan penduduk dari wilayah Desa Sawu di

wilayah Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Secara khusus batas administrasi Desa Sawu meliputi: sebelah utara

berbatasan dengan Desa Jawapogo, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan

Mauponggo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ua, dan sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Lokalaba.

Page 25: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

19

1.5 Model

Model merupakan abstraksi dan sintesis antara teori dan permasalahan

yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

: saling mempengaruhi

: pengaruh sepihak

Keterangan :

Religi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

Masyarakat Desa Sawu, karena bagi masyarakat Desa Sawu religi merupakan

salah satu pedoman dalam hidup bermasyarakat. Untuk memantapkan

keyakinanya akan sesuatu yang disembah dan diyakini benar – benar ada,

masyarakat Desa Sawu melakukan salah satu upacara religi, yaitu upacara Ngoa

Ngi’i (potong gigi) upacara Ngoa Ngi’i selalu dilaksanakan oleh masyarakat Desa

Sawu pada saat seorang perempuan hamil anak pertama dengan usia kandungan

Religi

Fungsi upacara Makna upacara

Masyarakat di

Desa Sawu

Prosesi upacara

Ngoa Ngi’i

Page 26: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

20

tujuh bulan, upacara ini dilaksanakan dengan saksama oleh masyarakat Desa

Sawu, karena upacara Ngoa Ngi’i memiliki fungsi dan juga makna untuk

kelangsungan hidup masyarakat Desa Sawu.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena dalam

penelitian ini data yang diperoleh adalah data-data yang berupa data deskriptif

yang tidak menggunakan data yang berupa angka untuk menerangkan hasil

penelitian.

1.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sawu kecamatan Mauponggo Kabupaten

Nagekeo Nusa Tenggara Timur. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah, (1).

meskipun perkembangan teknologi sudah semakin pesat, namun tingkah laku,

alam pikiran dan kepercayaan masyarakat, yang berhubungan dengan kekuatan-

kekuatan yang berada di luar batas kemampuan manusia atau kekuatan-kekuatan

gaib lainnya masih terasa dalam kehidupan manusia atau rakyatnya. (2). Salah

satu desa di Kecamatan Mauponggo yang masih melakukan upacara Ngoa Ngi’i,

serta upacara dan ritual adat lainnya yang diwariskan oleh nenek moyang kepada

generasi muda, meskipun ada beberapa unsur – unsur yang sedikit berubah.

1.6.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif sebagai penunjang. Kualitatif dinyatakan dalam bentuk kata-kata,

Page 27: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

21

kalimat narasi, uraian dan berbagai bentuk lainnya. Selain kalimat kata-kata ,

ungkapan, data juga ditampilkan dalam bentuk gambar atau foto. Pada penulisan

ini diharapkan dapat menghasilkan suatu data deskriptif mengenai Upacara Ngoa

Ngi’i pada masyarakat Desa Sawu, Kabupaten Nagekeo. Data kualitatif berfungsi

untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta untuk mendeskripsikan dan

menginterpretasikan dari perspektif emik. Sedangkan data kuantitatif merupakan

data yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Berkaitan

dengan sumber data maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

pertama karena kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai merupakan sumber data utama. Data primer diperoleh dengan

pengamatan dan wawancara. Sumber data primer adalah para informan yang

memberikan berbagai informasi tentang upacara Ngoa Ngi’i di Desa Sawu,

Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo. Informasi yang di dapat sebagai

data primer dalam penelitian ini adalah dari para mosalaki (tua adat), budayawan,

pemerhati budaya, ibu hamil, orang yang melakukan upacara, dan keluarga.

Alasan pemilihan para informan tersebut karena mereka dianggap memahami dan

mengetahui tentang budaya masyarakat Nagekeo dalam kaitan dengan upacara

adat potong gigi (Ngoa Ngi’i).

Page 28: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

22

2. Data Sekunder

Data sekunder, adalah data yang digunakan oleh peneliti dalam

memperoleh informasi tambahan tentang upacara adat potong gigi pada

masyarakat Desa Sawu, Kabupaten Nagekeo. Data sekunder diperoleh dari catatan

atau dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti termasuk hasil

penelitian yang telah dibuat terlebih dahulu didokumentasikan dan dipublikasikan

melalui referensi lainnya seperti jurnal , laporan kegiatan, serta berbagai naskah

yang relevan sebagai penunjang data primer.

1.6.3 Penentuan Informan

Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan informan secara tepat.

Informan adalah orang yang memberikan keterangan dalam suatu kasus yang

sedang diteliti atau merupakan narasumber. Jadi ia harus memiliki banyak

pengelaman tentang latar penelitian. Informan ‘berkewajiban’ secara sukarela

menjadi anggota tim peneliti.

Proses penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling

atau pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang

dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan permasalahan yang diteliti.

Informan dalam penelitian ini adalah mosalaki sebagai informan kunci (key

informan), tokoh masyarakat yang ada di desa Sawu, orang yang sedang hamil,

orang yang melakukan upacara serta keluarga. Alasan pemilihan informan kunci

dan para informan lainnya di atas karena mereka memiliki pengetahuan lebih

Page 29: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

23

tentang upacara maupun anggota masyarakat di Desa Sawu sehingga diharapkan

dapat memberikan informasi yang benar terkait dengan upacara Ngoa Ngi’i.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dan instrument

penelitian sebagai berikut :

1. Observasi atau pengamatan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi yaitu

cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan.

Teknik pengamatan adalah teknik pengamatan luas (gren tour observation)

sampai pada pengamatan yang lebih berfokus dan mendalam (mini tour

observation). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melibatkan

diri langsung ke lokasi penelitian di Desa Sawu. Observasi sangat diperlukan

karena bertujuan untuk mengamati gejala dan fakta yang dirahasiakan dan untuk

mendapatkan validitas data yang lebih tinggi (Mantra, 2004 : 83)

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Seperti yang

ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2001 : 135) bahwa

percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (narasumber) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu. Teknik ini adalah situasi peran antar pribadi yang

bertemu muka (face to face) ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan

Page 30: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

24

dengan masalah penelitian kepada seseorang yang diwawancarai atau responden

sosial ekonomi. Guna mendapatkan informasi tentang sosial budaya dan yang

bersifat kompleks digunakan pula teknik wawancara mendalam. Wawancara

mendalam biasanya dinamakan wawancara baku etnografi atau wawancara

kualitatif. Wawancara mendalam bertujuan untuk memperoleh kedalaman data

menyeluruh dan lebih bermanfaat (Supardan, 2008:94).

Instrument pokok yang dipakai dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara (interview guide). Pedoman wawancara merupakan instrument pokok

penelitian ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya

sesuai dengan kebutuhan terkait dengan pokok permasalahan. Pertanyaan bersifat

terbuka dengan maksud agar dapat diupayakan dalam rangka memperoleh data

yang mendalam. Pedoman wawancara amat penting karena dengan itu peneliti

dapat melakukan wawancara dengan lancar.

Wawancara mendalam (indept interviw) dalam pelaksanaan penelitian ini

ditujukan kepada informan yaitu para ketua adat, pemerhati budaya. Dengan

melakukan wawancara mendalam informan akan senantiasa lebih mendalam

menceritakan upacara potong gigi (Ngoa Ngi’i) di desa Sawu. Informasi terkait

proses pelaksanaan upacara potong gigi (Ngoa Ngi’i) digali secara perlahan

namun semakin dalam sesuai dengan kebutuhan penelitian. Menggunakan teknik

wawancara mendalam ini guna mendapat informasi yang akurat dari tokoh adat,

dan budayawan masyarakat Desa Sawu.

Page 31: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

25

3. Kepustakaan

Salah satu hal yang perlu disiapkan dan dilakukan dalam setiap penelitian

adalah pendayagunaan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan.

Memanfaatkan perpustakaan ini, baik untuk penelitian lapangan maupun untuk

memperoleh data sekunder. Studi kepustakaan yakni teknik pengambilan data

dengan mengkaji bahan-bahan bacaan, buku-buku majalah, serta bahan sekuder

lainnya seperti jurnal. Melalui studi kepustakaan ini diharapkan ditemukan

konsep-konsep atau teori yang telah dikemukakaan oleh peneliti terlebih dahulu,

serta dapat menambah wawasan pemikiran yang lebih luas mengenai topik yang

dibahas agar dapat digunakaan sebagai pembanding teori dalam penganalisisan

data selanjutnya sehingga akan didapatkan informasi sebagai bahan sekaligus

untuk mempertajam analisis data primer di lapangan.

4. Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi guna menunjang

perolehan data. Dokumen berupa foto-foto dan gambar yang terkait dengan

penelitian. Digunakan juga alat pendukung lainnya berupa alat perekam dan

catatan lapangan.

1.6.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan deskriptif kualitatif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu memakai pengetahuan,

ide-ide konsep, yang ada dalam kehidupan masyarakat bersangkutan, berkenaan

dengan sudut pandang mereka tentang dunia mereka. Hasil data yang

Page 32: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF filePada umumnya masyarakat Indonesia ... yang terdiri dari delapan sub-sub suku bangsa yaitu: Suku Manggarai, Riung ... dan budaya mereka juga

26

dikumpulkan baik melalui observasi atau pengamatan, wawancara, dan studi

kepustakaan akan diklarifikasikan berdasarkan permasalahan yang akan dibahas.

Menganalisis data dilakukan peneliti sepanjang berlangsungnya penelitian,

dimulai dari pengumpulan data, pengorganisasian data menjadi suatu laporan

penelitian, kemudian mengeditnya dan dianalisis sesuai dengan teori yang

dipakai.