abstrak analisis hubungan jenjang dan latar

44
ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PENGUSAHA UMKM TERHADAP PERSEPSI PENERAPAN AKUNTANSI PADA UMKM Oleh Nama: Waskito Are NPM: 0711031022 Telephone: 085276576539 E-mail: [email protected] Pembimbing 1: Harsono Edwin P, S.E., M.Si. Pembimbing 2: Pigo Nauli, S.E., M.Sc. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah terbukti memiliki peran dan kontribusi bagi perkembangan perekonomian Bangsa Indonesia. Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, UMKM merupakan sektor ekonomi yang memiliki ketahanan palik baik karena disaat banyak perusahan besar yang bangkrut dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), UMKM mampu menyerap para pengangguran untuk bekerja serta bisa berkontribusi terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) bangsa ini. Kemampuan UMKM tersebut perlu untuk diberdayakan dan dikembangkan secara terus menerus sehingga mampu memberi kontribusi lebih maksimal lagi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penerapan akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan suatu usaha, termasuk mulai dari usaha kecil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat hubungan jenjang dan latar belakang pendidikan pengusaha UMKM terhadap persepsi penerapan akuntansi

Upload: dinhthu

Post on 21-Jan-2017

229 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PENGUSAHA UMKM TERHADAP PERSEPSI

PENERAPAN AKUNTANSI PADA UMKM

Oleh

Nama: Waskito AreNPM: 0711031022

Telephone: 085276576539E-mail: [email protected]

Pembimbing 1: Harsono Edwin P, S.E., M.Si.Pembimbing 2: Pigo Nauli, S.E., M.Sc.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah terbukti memiliki peran dan kontribusi bagi perkembangan perekonomian Bangsa Indonesia. Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, UMKM merupakan sektor ekonomi yang memiliki ketahanan palik baik karena disaat banyak perusahan besar yang bangkrut dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), UMKM mampu menyerap para pengangguran untuk bekerja serta bisa berkontribusi terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) bangsa ini. Kemampuan UMKM tersebut perlu untuk diberdayakan dan dikembangkan secara terus menerus sehingga mampu memberi kontribusi lebih maksimal lagi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penerapan akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan suatu usaha, termasuk mulai dari usaha kecil.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat hubungan jenjang dan latar belakang pendidikan pengusaha UMKM terhadap persepsi penerapan akuntansi pada UMKM, dengan memperoleh data secara langsung dari 50 responden yang tersebar di wilayah Kota Madya Bandar Lampung melalui angket atau kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung terhadap sumber yang diteliti.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa jejang pendidikan pengusaha UMKM memiliki tingkat korelasi yang sedang terhadap persepsi terkait penerapan akuntansi bagi usahanya. Untuk faktor latar belakang pendidikan pengusaha UMKM berkorelasi terhadap persepsi terkait penerapan akuntansi pada UMKM dengan tingkat hubungan yang kecil atau lemah.

Kata kunci: UMKM, Jenjang Pendidikan, Latar Belakang Pendidikan, Akuntansi

Page 2: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

ABSTRACT

ANALYSE THE RELATION BETWEEN LADDER AND ENTREPRENEUR EDUCATION BACKGROUND TO PERCEPTION OF

ACCOUNTANCY APPLYING IN UMKM

BY:

WASKITO ARE

Micro small-middle industry has been proved has role and contribution for Indonesia’s economic development. When there was an economic crisis in Indonesia, UMKM was the economic sector that has the best resilience because when so many companies are bankrupt and do Disconnection of Relation Work (PHK) , UMKM can recruit unemployements to work and can contribute to Indonesia’s Gross Domestic Product (GDP) improvement. That UMKM’s ability has to be powered and developed continually so that it can give more contribution for development of society prosperity. Accountancy applying has important role to reach the successful of an industry, including start from small industry.

This research did to know how the relation between ladder and education background of UMKM entrepreneur to perception of accountancy applying in UMKM, by obtaining data directly from 50 which is spread in Bandar Lampung through enquette or quesioner, interview and direct research to the checked sources.

From the result of research can be indicated that ladder and education background of UMKM entrepreneur has mid-rate correlation to related perception of accountancy applying for its industry. For the education background of UMKM entrepreneur factor , it correlates to related perception of accountancy applying in UMKM with the weak or small relation rate.

Key words: UMKM, education ladder, education background, accountancy.

1. PENDAHULUAN

Usaha Kecil Menengah (UKM) dan sektor ekonomi kerakyatan informal

lainnya yang sering pula disebut dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) telah bertumbuh-kembang sejak sebelum berdirinya Negara ini. Hal ini

patut kita banggakan karena kegiatan bisnis UKM ternyata  telah ada sejak dulu

sebelum Indonesia merdeka. Sejumlah tokoh pergerakan kemerdekaan dahulu

dikenal sebagai pedagang handal seperti para tokoh Syarikat (Dagang) Islam.

Page 3: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Kini UMKM terbukti memiliki peran dan memberikan kontribusi bagi

perekonomian Bangsa Indonesia. Kemandirian dan ketahanan UMKM dalam

menghadapi krisis ekonomi 1997/1998 dan 2008/2009 disaat banyak perusahaan

besar yang bangkrut dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), UMKM

mampu menyerap para pengangguran untuk dapat bekerja kembali. Ini menjadi

bukti begitu potensialnya UMKM sebagai fondasi perekonomian nasional. Belum

lagi kemampuan UMKM dalam menyerap banyak tenaga kerja dan kontribusi

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bangsa ini, suatu hal yang sulit dicapai

oleh jenis usaha yang lain. Pada tahun 2008 kontribusi UMKM terhadap PDB

Indonesia mencapai Rp 2.121.3 triliun atau 53,6% dari total PDB Indonesia.

Populasi UMKM yang sangat banyak dan menyebar di seluruh pelosok Indonesia

(data 2008 mencapai 99,98 % dari unit usaha yang ada) kiranya patut diperhatikan

lebih saksama karena kiprah UMKM lebih banyak di sektor riil yang sangat

bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2009 tercatat

kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia mencapai sekitar 45% atau senilai

Rp2.000 triliun, dan untuk tahun 2010 UMKM menyumbang 55,6 % terhadap

PDB harga berlaku dengan nilai investasi mencapai Rp 640,4 triliun atau 52,9 %

dari total investasi. Tak hanya itu, UMKM juga menghasilkan devisa sebesar Rp

183,8 triliun atau 20,2% dari jumlah devisa Indonesia. Besarnya kontribusi juga

terlihat dari tingginya penyerapan tenaga kerja dari sektor UMKM ini, yaitu

Hingga tahun 2010, jumlah pelaku UMKM sebanyak 52,2 juta unit usaha atau

99,91 % dari seluruh jumlah pelaku usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerjanya

mencapai 90,9 juta pekerja atau sebanding dengan 97,1 % dari seluruh tenaga

kerja Indonesia.

Meskipun UMKM hanyalah usaha yang kecil, namun usaha mikro, kecil

dan menengah mempunyai peran penting dan strategis bagi pertumbuhan

ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Pada saat krisis

ekonomi berlangsung di Indonesia, UMKM merupakan sektor ekonomi yang

memiliki ketahanan paling baik. Kemampuan UMKM tersebut perlu

diberdayakan dan dikembangkan secara terus menerus dengan berusaha

mereduksi kendala yang dialami UMKM, sehingga mampu memberi kontribusi

lebih maksimal terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 4: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan

suatu usaha, termasuk usaha kecil. Tetapi dalam kenyataanya, kebanyakan

pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan

akuntansi dalam pengelolaan usahanya. Setelah dilakukan penelitian banyak para

pengusaha kecil yang tidak mengetahui apa sebenarnya akuntansi sehingga

mereka tidak mengetahui betapa pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi

kelangsungan dan perkembangan usaha mereka.

Dengan akuntansi yang memadai maka pengusaha UMKM dapat

memenuhi berbagai kebutuhan seperti persyaratan dalam pengajuan kredit berupa

laporan keuangan, mengevaluasi kinerja, mengetahui posisi keuangan,

menghitung pajak, dan manfaat lainnya (Warsono, 2009). Pelaksanaan

pembukuan akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan merupakan hal yang

masih sulit bagi UMKM. Keterbatasan pengetahuan pembukuan akuntansi,

rumitnya proses akuntansi, dan anggapan bahwa laporan keuangan bukanlah hal

yang penting bagi UMKM (Said, 2009). Berbagai macam keterbatasan lain

dihadapi oleh pelaku UMKM mulai dari jenjang dan latar belakang pendidikan

yang tidak mengenal mengenai akuntansi atau tata pembukuan, kurang disiplin

dan rajinnya dalam pelaksanaan pembukuan akuntansi, hingga tidak adanya

kecukupan dana untuk mempekerjakan akuntan atau membeli software akuntansi

untuk mempermudah pelaksanaan pembukuan akuntansi. Tidak adanya

penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi dalam kebanyakan pengelolaan

usaha kecil ditentukan oleh persepsi para pengusaha kecil atas akuntansi.

Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting

untuk diterapkan dalam usahanya. Kreitner dan Kinicki (2001) dalam Margani

Pinasti (2007), menyatakan bahwa persepsi seseorang akan mempengaruhi

perilaku dan keputusannya. Oleh karena itu untuk dapat mendorong pengusaha

kecil menyelengggarakan dan menggunakan akuntansi, perlu dimulai dari yang

memiliki hubungan bahkan mungkin bisa mempengaruhi persepsi pengusaha

UMKM tersebut atas akuntansi yakni dari segi pendidikan.

Dalam hal pendidikan, sangat jelas bahwa skills dalam segala bidang

mulai dari buruh hingga manajer sangat menentukan keberhasilan suatu usaha.

Page 5: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Hasil studi empiris dari Pherson di Afrika memperlihatkan bahwa tingkat sumber

daya manusia sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan output dan

perkembangan industri rumah tangga. Peningkatan efisiensi dan produktifitas

usaha sangat dibutuhkan oleh tingkat keterampilan atau pendidikan pekerja dan

pengusaha atau manajer (Pherson, 1996).

Penelitian Murniati (2002) menyebutkan bahwa pendidikan pemilik atau

manajer berhubungan bahkan bisa mempengaruhi secara signifikan terhadap

penggunaan sistem informasi akuntansi pada perusahaan kecil. Kemampuan dan

keahlian pemilik atau manajer perusahaan kecil sangat ditentukan dari latar

pendidikan dan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh. Tingkatan

pendidikan formal yang rendah (SD sampai SMA) dari manajer perusahaan,

penggunaan sistem informasi akuntansinya akan lebih rendah dibandingkan

dengan pemilik atau manajer dengan pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi

(Perguruan Tinggi).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan jenjang pendidikan terakhir pengusaha UMKM terhadap

persepsi penerapan akuntansi pada usahanya.

2. Bagaimana hubungan latar belakang pendidikan pengusaha UMKM terhadap

persepsi penerapan akuntansi pada usahanya.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Pendidikan

Secara universal pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara

untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan

dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik, tujuannya

untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang.

Page 6: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Definisi atau pengertian pendidikan antara seorang ahli dan yang lainya

tidaklah sama. Apalagi ahli-ahli pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Berikut

beberapa definisi pendidikan :

a. Menurut Para Ahli

1. Bojonegoro

Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam

pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaanya.

2. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta

jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan

menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

b. Menurut Kamus dan Ensiklopedi

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan.

2. Ensiklopedi Wikipedia

Education is a social science that encompasses teaching and learning  specific knowledge, beliefs, and skills. The word education is derived from the Latin educare meaning “to raise”, “to bring up”, “to train”, “to rear”, via”educatio/nis”, bringing up, raising.

c. Menurut Undang-Undang:

1. UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989:

“Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang

akan datang”.

Page 7: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

2. UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar  peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat”.

2.2. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu

suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat

indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi

merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian

diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang

diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya

pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan

integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam

diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif

berpengaruh dalam proses persepsi. Ada beberapa pengertian mengenai persepsi

itu sendiri. Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (Penerimaan) langsung dari

sesuatu, atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca

indranya. Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku,

Struktur; memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan

oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap

obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian

arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu

memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara

individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Pengertian persepsi dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2001) dalam

Margani Pinasti (2007) adalah sebagai berikut: “perception is a cognitive process

that enables us to interpret and understand our surroundings”

Empat tahap pemrosesan informasi dalam pembentukan persepsi Kreitner dan Kinicki (2001) dalam Margani Pinasti (2007) adalah:

Page 8: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

1. Tahap perhatian selektif yang merupakan timbulnya kesadaran akan sesuatu.

2. Tahap penyederhanaan dan interpretasi yaitu proses interpretasi informasi menjadi representasi mental.

3. Tahap penyimpanan dan pengulangan yaitu tahap penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang.

4. Tahap penarikan informasi dan pemberian respon yang dilakukan pada saat seseorang membuat pertimbangan dan mengambil keputusan.

Persepsi dibentuk melalui empat proses serangkaian tahap di atas. Pada

tahap interpretasi, representasi mental yang dihasilkan sangat ditentukan oleh

schemata, yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang sesuatu atau

peristiwa. Pengalaman riil akan membentuk schemata yang tepat dan

menghindarkan kesalahan persepsi.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi

merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu

melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat

memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses

menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan

proses belajar individu.

2.3. Akuntansi dan Informasi Akuntansi

Definisi akuntansi dikemukakan oleh American Institute of Certified

Public Accounts (AICPA) yaitu ”akuntansi adalah suatu seni pencatatan

pengelompokan dan pengiktisaran menurut cara-cara yang berarti dan

dinyatakan dalam nilai uang, segala transaksi dan kejadian yang sedikit-dikitnya

bersifat keuangan dan kemudian menafsirkan artinya”. Sedangkan American

Accounting Association menyatakan akuntansi sebagai ”proses pengumpulan,

pengidentifikasian dan pencatatan serta pengikhtisaran dari data keuangan serta

melaporkannya kepada pihak yang menggunakannya, kemudian menafsirkan

guna mengambil keputusan ekonomi” dalam Suhairi dan Wahdini (2006).

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi merupakan:

Page 9: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

1. Suatu proses, artinya dari data mentah menjadi informasi yang siap dipakai.

2. Didalamnya terdapat berbagai kegiatan yaitu pengumpulan, pengidentifikasian, serta pengikhtisaran dari data keuangan.

3. Data keuangan yang telah diikhtisarkan merupakan informasi keuangan yang disampaikan kepada para pemakai yang kemudian akan ditafsirkan untuk kepentingan pengambilan keputusan ekonomi.

Akuntansi seringkali dinyatakan sebagai bahasa perusahaan yang berguna

untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan

keputusan. Informasi ini merupakan data yang disajikan oleh perusahaan yang

bersifat keuangan dan dinyatakan dalam istilah moneter. Secara umum setiap

perusahaan memerlukan dua macam informasi tentang perusahaanya, antara lain

perlu untuk mengetahui:

1. Berapa nilai perusahaanya dan,

2. Berapa laba atau ruginya

Kedua informasi tersebut berguna untuk :

1. mengetahui besar modal yang tertanam pada perusahaanya

2. mengetahui maju mundurnya perusahaanya

3. dasar perhitungan pajak

4. menjelaskan keadaan perusahaan bila sewaktu-waktu memerlukan kredit dari bank atau pihak lain.

5. dasar untuk mengambil kebijakan atau keputusan yang akan ditempuh

6. menarik para peminat pekerja untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Pada awal perkembangannya akuntansi dapat dikatakan sebagai

kerajinan seni (art) karena orang yang akan memperoleh pengetahuan dan

ketrampilan akuntansi harus terjun langsung dalam dunia praktik. Penyebutan

akuntansi sebagai seni sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa

dalam praktiknya akuntansi melibatkan banyak pertimbangan nilai yang

menuntut keahlian untuk memilih perlakuan yang terbaik. Dalam perkembangan

selanjutnya, pengetahuan dan ketrampilan akuntansi dapat diidentifikasi dengan

jelas sehingga membentuk seperangkat pengetahuan utuh yang diajarkan melalui

institusi pendidikan. (Suwardjono 2006 : 11).

Page 10: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Akuntasi dikenal sebagai ilmu yang membantu kita mencatat,

mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi sehingga

memungkinkan pihak- pihak yang berkepentingan mengambil keputusan dengan

lebih tegas dan mantap setelah memahami proses tersebut (Suryo, 2007;11).

Akuntansi keuangan adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan

keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh

pihak-pihak internal maupun pihak eksternal (Keiso, 2003;3).

Informasi menunjuk pada fakta-fakta dan pengetahuan yang tersedia yang

menjadi kebutuhan penting untuk seluruh kegiatan operasional dalam organisasi.

Tanpa informasi yang tepat waktu dan akurat, baik para karyawan maupun

manajer tidak akan dapat membuat keputusan secara efektif dan efisien. Garrison

dalam Saboet (1994;20) mengatakan bahwa dalam kegiatan manajerial, informasi

dibutuhkan oleh manajer dalam rangka melaksanakan tiga fungsi utamanya,

yaitu: merencanakan kegiatan, mengendalikan kegiatan dan membuat keputusan.

Informasi akuntansi keuangan yang dimaksud adalah informasi akuntansi

keuangan yang disajikan untuk manajer dan disusun berdasarkan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK). Wujud nyata informasi akuntansi keuangan tersebut

adalah laporan keuangan yang terdiri dari : neraca, laporan laba-rugi, laporan

perubahan modal dan arus kas. Anak Suryo dalam Akuntansi untuk UKM (2007;

11) mengatakan pada dasarnya pengguna informasi akuntansi dibedakan menjadi

dua yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah pihak pemilik

bisnis, sementara pihak eksternal bisa dipecah lagi menjadi beberapa bagian.

Seperti sudah disinggung sedikit sebelumnya tadi, yang dimaksud pihak

internal adalah pemilik bisnis rumahan tersebut. Hal ini agak berbeda dengan

bisnis besar dimana yang dimaksud pihak internal adalah pihak manajemen

(pengelola) sedangkan pemilik dimaksukkan pada kategori pihak eksternal.

Penyebabnya adalah skala bisnis besar yang menuntut operasional pengelolaan

lebih luas, dimana pemilik perusahaan tidak terjun langsung mengelola

perusahaan tersebut. Bagi pihak internal dalam bisnis rumahan, yakni pemilik

informasi akuntansi yang diperoleh bisa berguna untuk melakukan tiga hal ini

yakni:

Page 11: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

a. Mengembangkan

Bagian mana saja dalam bisnis rumahan itu yang perlu

dikembangkan, apakah bagian produksinya, distribusinya atau pemasarannya.

Jika masing- masing pos terlihat masih kekurangan dana, maka

kemungkinan besar pemilik akan befikir untuk menambahkan dana dikemudian

hari agar bagian itu bisa dikembangkan lagi.

b. Mengurangi

Hal yang sama bisa juga terjadi jika pemilik ingin mengurangi

beberapa bagian yang terlibat kelebihan atau tidak efektif.

c. Mengontrol

Dalam evaluasi tahunan biasanya pemilik akan segera mengetahui kondisi

keuangannya karena berbagai informasi yang tersedia dalam berbagai bentuk

laporan keuangan. Pada saat seperti inilah fungsi kontrol juga dilakukan pemilik

agar bisnisnya semakin bisa berkembang.

2.4. Definisi dan Kriteria UMKM di Indonesia

Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah

(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain

itu, kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis

ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha mikro, kecil

dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Usaha Mikro Kecil Menengah

adalah bentuk suatu badan usaha yang dapat berupa perusahaan perseorangan,

persekutuan, seperti misalnya firma dan CV, maupun perseroan terbatas. UMKM

dapat dikategorikan menjadi 3 terutama berdasarkan aset dan omzet sebagaimana

tercantum di Undang-Undang 20 tahun 2008 (dalam Sony Warsono, Endra

Murti, Arsyadi Ridha, Arif Darmawan 2010).

Kriteria usaha yang termasuk dalam UMKM telah diatur dalam payung

hukum berdasarkan undang-undang. Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Page 12: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Berdasarkan Undang-Undang tersebut ada beberapa kriteria yang dipergunakan

untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah:

1. Usaha Mikro

Kelompok usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut.

a. Aset kurang atau sama dengan Rp 50 juta

b. Omzet kurang atau sama dengan Rp 300 juta

2. Usaha Kecil

Kelompok usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.

a. Aset kurang atau sama dengan Rp 500 juta

b. Omzet kurang atau sama dengan Rp 2,5 miliar

3. Usaha Menengah

Kelompok usaha menengah  adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut.

a. Aset minimal Rp 500 juta atau sama dengan Rp 10 miliar

b. Omzet minimal Rp 2,5 miliar atau sama dengan Rp 50 miliar

Tabel 1.

Kriteria UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008 digolongkan

Page 13: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh suatu usaha

No UsahaKriteria

Asset Omset

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta > 300 Juta – 2,5 Miliar

3 Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Miliar > 2,5 Miliar – 50 Miliar

Sumber: (http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-

umkm, diunduh 2 Juni 2012)

2.3. Pengembangan Hipotesis

Persepsi merupakan suatu proses dari individu dalam memilih, mengelola,

dan menginterpretasikan suatu rangsangan yang diterimanya kedalam suatu

penilaian terkait apa yang ada disekitarnya (Schiffman dan Kanuk, 2010).

Persepsi menjadi titik awal seseorang dalam menilai dan menjalankan suatu hal,

termasuk penerapan akuntansi dalam suatu usaha. Dengan memandang bahwa

akuntansi merupakan hal yang penting bagi berkembangnnya usaha, maka akan

mendorong para pengusaha untuk memulai melakukan pencatatan dan pembukuan

atau bagi yang sudah memulai dapat lebih lagi meningkatkan kualitas laporan

keuangannya.

Terdapat dua hal yang dapat berhubungan dengan persepsi pengusaha

terkait pentingnya pembukuan dan pelaporan keuangan bagi tumbuh dan

berkembangnya usaha yaitu latar belakang pendidikan dan jenjang pendidikan

terakhir. Murniati (2002) menemukan bahwa pengusaha dengan jenjang

pendidikan formal yang rendah cenderung tidak memiliki persiapan dan

penggunaan informasi akuntansi yang memadai dibandingkan pengusaha yang

memiliki pendidikan formal lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan materi

akuntansi yang lebih tinggi didapatkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Page 14: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Faktor lain yang erat hubungannya dengan proses belajar adalah latar

belakang pendidikan. Latar belakang pendidikan pengusaha UMKM baik yang

berasal dari bidang Akuntansi, Ekonomi ataupun bidang lainnya dapat

berhubungan terhadap persepsi seorang pengusaha terkait pentingnya penerapan

akuntansi bagi tumbuh dan berkembangnya suatu usaha. Pengusaha yang

memiliki latar belakang pendidikan dari ekonomi khususnya bidang akuntansi

semestinya memahami akuntansi dengan baik dan bagaimana pentingya

penerapan akuntansi tersebut dalam perusahaan demi berkembangnya suatu usaha.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1 : Jenjang pendidikan terakhir pengusaha UMKM berhubungan positif terhadap persepsi penerapan akuntansi pada UMKM

H2 : Latar belakang pendidikan pengusaha UMKM berhubungan positif terhadap persepsi penerapan akuntansi pada UMKM

3. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005 dalam Sucipto,

2007). Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha UMKM yang tersebar

di wilayah Kota Madya Bandar Lampung.

3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian terkecil dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2004 dalam Sucipto, 2007). Metode sampling yang

digunakan adalah convenience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan

kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang

paling cepat dan mudah (Herawaty dan Susanto, 2008).

Page 15: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Menurut Roscoe dalam buku research Methods For Busines (1992 : 50)

memberikan saran-saran sebagai berikut:

a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian kuantitatif adalah antara

30 sd 500.

b. Bila penelitian melakukan analisis multivariat (korelasi atau regresi)

maka naggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah berjumlah 50 responden, yaitu

pengusaha yang memiliki usaha mikro, kecil dan menengah yang berlokasi di

wilayah Kota Madya Bandar Lampung.

3.3. Sumber Data

Data yang akan digunakan adalah bersumber dari data primer. Data primer

merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui angket

atau kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung terhadap sumber yang

diteliti. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner

lengkap (pengembangan dari Rudiantoro dan Siregar, 2011) kepada pengusaha

UMKM yang ada di Bandar Lampung. Selain menggunakan data dari kuesioner,

penelitian ini juga ditunjang dengan proses wawancara langsung kepada beberapa

pengusaha UMKM selaku pihak responden yang menjalankan usahanya.

3.4. Jenis Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk bukan

angka. Karena sifatnya, maka untuk dapat diolah menjadi informasi yang berguna

data jenis ini harus diubah dahulu menjadi data kuantitatif atau dikuantifikasikan

untuk dapat diperoses, mengingat statistik hanya dapat memproses data yang

berupa angka.

Data kualitatif dapat berupa:

a. Nominal (skala nominal) yaitu data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi.

Page 16: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

b. Ordinal (skala ordinal) yaitu data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi, tetapi diantara data tersebut terdapat hubungan.

c. Interval (skala interval) yaitu data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak dua titik pada skala diketahui.

d. Rasio (skala rasio) yaitu data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahui dan mempunyai titik 0 mutlak, dimana angka nol, bagian dari satuan hitung.

2. Data Kuantitatif

a. Berdasarkan Parameternya

Statistik Parametrik berhubungan dengan inferensi statistik (pengambilan

keputusan) yang membahas parameter-parameter populasi. Statistik Parametrik

dicirikan menggunakan jenis data interval atau rasio serta distribusi data

(populasinya) normal atau bisa dikatakan mendekati normal.

b. Berdasarkan Jumlah Variabelnya

Analisis Multivariat yaitu ada dua atau lebih pengukuran (variabel) untuk

n sampel, dimana analisis antar variabel dilakukan bersamaan. Alat analisis yang

digunakan biasanya adalah korelasi dan atau regresi.

3.5. Uji Instrumen Penelitian

3.5.1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh koesioner tersebut

(Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan dengan

melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total

skor konstruk Untuk memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan

diklasifikasikan pada variabel-variabel yang telah ditentukan (construct validity),

dilakukan pengujian validitas dengan skor total.

Page 17: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya kekonsistenannya, pengukuran reliabilitas menggunakan indeks

numeric yang disebut koefisien korelasi. Uji reliabilitas dilakukan dengan internal

konsistensi dengan teknik analisis Alpha Cronbach. Pada penelitian kali ini,

pengukuran reliabilitas menggunakan One Shot atau pengukuran sekali saja. Di

sini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan

pertanyaan lain atau mengkur korelasi antar jawaban pertanyaan. Suatu konstruk

atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60

(Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2006)

3.6. Model Analisis Penelitian

3.6.1. Analisis Deskriptif

Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta yang nampak

atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 36, dalam Wulan, 2012).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat

yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,

atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Penelitian deskriptif bisa

juga berupa meringkas dan memberi penjelasan data, untuk memberi gambaran

distribusi dan sebaran data.

3.6.2. Analisis Kuantitatif

Salah satu alat untuk analisis kuantitatif adalah dengan korelasi dimana

analisis korelasi merupakan bagian dari penerapan statistika yang digunakan

untuk mengetahui keeratan atau derajat kekuatan hubungan linier dari suatu

variabel dengan variabel lain. Keeratan suatu hubungan ini dinyatakan dengan

besaran nilai korelasi (r) yang nilainya berada dalam rentang -1 sampai dengan 1.

Jika nilai yang diperoleh semakin dekat ke angka 1 itu berarti hubungan semakin

Page 18: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

kuat dan arah hubungan tersebut adalah searah, tanda positif menunjukkan arah

yang sama atau searah. Sebaliknya jika nilai yang diperoleh semakin dekat ke

angka -1 itu berarti hubungan semakin kuat dah arah hubungan tersebut adalah

berkebalikan, tanda negatif menunjukkan ke arah yang berbeda. Untuk dapat

memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan baik besar

atau kecil, dapat berpedoman pada ketentuan yang ada sebagai berikut:

Tabel 2. Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat kuat

(Sumber: Sugiono, 2007, Statistika untuk penelitian, Bandung , Alfabeta)

Sedangkan besaran nilai koefisien korelasi Pearson Product Moment dapat juga

dicari dengan menggunakan rumus di bawah ini:

rix=n∑ ix−¿¿¿

Keterangan:

rix = Koefisien korelasii = Skor itemx = Skor total dari x,n = jumlah banyaknya subjek

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Beberapa karakteristik responden yang dapat digambarkan berdasarkan

hasil kuesioner yang telah diberikan kepada 50 responden di Bandar Lampung

yang memiliki usaha baik dalam skala mikro, kecil maupun menengah juga

Page 19: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

meliputi jenis usaha, jenjang pendidikan terakhir dan latar belakang pendidikan.

Masing-masing karakteristik tersebut dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.

4.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Skala Usaha

Berdasarkan hasil penelitian terhadap skala usaha di Bandar Lampung dari

50 responden. Sebagian besar yang menjadi responden adalah usaha mikro yaitu

24 responden atau sebesar 48%.

4.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis usaha di Bandar Lampung dari 50

responden. Sebagian besar yang menjadi responden adalah jenis usaha

perdangangan yaitu 45 responden atau sebesar 90%.

4.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Jenjang Pendidikan Terakhir di

Bandar Lampung dari 50 responden. Sebagian besar yang menjadi responden

adalah jenjang SMA/Sederajat yaitu 25 responden atau sebesar 50%.

4.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Latar Belakang Pendidikan di

Bandar Lampung dari 50 responden. Sebagian besar yang menjadi responden

adalah dari latar belakang lainnya (Ilmu Pengetahuan Alam, dan lai-lain) yaitu 18

responden atau sebesar 36%.

4.2. Analisis Hasil Penelitian

4.2.1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh koesioner tersebut

(Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan dengan

melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total

Page 20: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

skor konstruk, indikator valid apabila pertanyaan tersebut memiliki nilai p value <

0,01. Pada tampilan output SPSS versi.17 didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Validitas

Item Pertanyaan Pearson’s Correlation

Sig (2-tailed) /p Value Keterangan

Jenjang Pendidikan 0.576 0.000 Valid

Latar Belakang Pendidikan 0.628 0.000 Valid

Persepsi 1 0.779 0.000 Valid

Persepsi 2 0.639 0.000 Valid

Persepsi 3 0.784 0.000 Valid

Persepsi 4 0.792 0.000 Valid

Persepsi 5 0.614 0.000 Valid

Persepsi 6 0.772 0.000 Valid

Persepsi 7 0.902 0.000 Valid

Persepsi 8 0.932 0.000 Valid

Persepsi 9 0.853 0.000 Valid

Sumber: hasil olahan peneliti diambil dari output SPSS.

Dari Tabel 7. di atas terlihat hasil pengujian validitas dari masing-masing

indikator jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan dan persepsi 1 sampai

persepsi 9. Dari hasil yang disajikan bahwa masing-masing indikator pertanyaan

adalah valid. Definisi valid tersebut karena keseluruhan butir pertanyaan memiliki

nilai p value < 0,05.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu koesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil.

Pada penelitian kali ini, pengukuran reliabilitas menggunakan One Shot atau

pengukuran sekali saja. Di sini pengukurannya hanya sekali dan kemudian

Page 21: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengkur korelasi antar

jawaban pertanyaan. SPSS versi.17 memberikan fasilitas untuk mengukur

reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1967

dalam Ghozali, 2006) Dari hasil SPSS didapat sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Pengujian Reabilitas

Variabel Cronbach Alpha (α) Keterangan

Jenjang Pendidikan 0,602 Reliabel

Latar Belakang Pendidikan 0,728 Reliabel

Persepsi 0,917 Reliabel

Sumber: hasil olahan peneliti dari output SPSS.

Dari Tabel 8. di atas didapat hasil Cronbach Alpha (α) untuk semua variabel

Pengetahuan, Pengalaman dan Keahlian berturut-turut 0,602; 0,728; dan 0,917

yang menunjukkan semua variabel reliabel karena memiliki Cronbach Alpha >

0,05.

4.4.2. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif (Descriptive Statistics) merupakan statistik yang

menggambarkan fenomena yang ada dari data. Statistik ini menyediakan nilai

frekuensi, pengukur tendensi pusat (measures of central tendency), dispersi dan

pengukur-pengukur bentuk (measure of shape).

Tabel 9. Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maksimum Rerata Simpangan Baku

PT 50 1 5 2,60 0,990

LB 50 1 5 3,54 1,297

PS 50 0 26 11,42 7,791

Sumber: hasil olahan peneliti dari output SPSS

Keterangan :

Page 22: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

PT: Pendidikan terakhir respondenLB: Latar belakang pendidikan respondenPS: Persepsi responden terkait penerapan akuntansi

Dari Tabel 9. dapat diketahui bahwa rata-rata jenjang pendidikan trakhir

responden (PT) adalah sebesar 2.60 yang berarti pendidikan terakhir dari

responden rata-rata hingga jenjang SMA/SMK atau yang sederajat.

Variabel latar belakang pendidikan responden (LB) memiliki rerata sebesar 3,54

yang berarti rata-rata latar belakang pendidikan responden adalah diluar bidang

ekonomi (diluar akuntansi, ekonomi atau manajemen). Nilai rerata untuk variabel

persepsi (PS) pengusaha UMKM terhadap pentingya laporan keuangan adalah

sebesar 11.42 yang tergolong cukup besar.

4.2.2. Analisis Kuantitatif

Untuk dapat melihat hubungan antar variabel, bisa dilihat di Tabel 10.

yang disajikan korelasi antar variabel.

Tabel 10. Korelasi Variabel

Variabel PT LB PS

PT 1 ,215* ,428**

LB ,215* 1 ,310**

PS ,428** ,310** 1

** signifikan α = 1% (2-tailed) * signifikan α = 5% (2-tailed)

Dari Tabel 10. (korelasi variabel) menunjukkan bahwa variabel persepsi (PS)

berkorelasi positif dengan variabel jenjang pendidikan terakhir (PT) dengan

tingkat hubungan korelasi sedang yaitu dengan koefisien sebesar 0,428.

Sedangkan untuk variabel latar belakang pendidikan (LB) juga berkorelasi positif

dengan variabel persepsi tetapi dengan tingkat hubungan korelasi yang rendah

yaitu dengan koefisien sebesar 0,310. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa

variabel yang berhubungan lebih kuat terhadap variabel persepsi terkait penerapan

akuntansi pada UMKM adalah variabel PT.

Page 23: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

4.3. Pembahasan Hipotesis

Keeratan suatu hubungan ini dinyatakan dengan besaran nilai korelasi (r)

yang nilainya berada dalam rentang -1 sampai dengan 1. Jika nilai yang diperoleh

semakin dekat ke angka 1 itu berarti hubungan semakin kuat dan arah hubungan

tersebut adalah searah, tanda positif menunjukkan arah yang sama atau searah.

Sebaliknya jika nilai yang diperoleh semakin dekat ke angka -1 itu berarti

hubungan semakin kuat dah arah hubungan tersebut adalah berkebalikan, tanda

negatif menunjukkan ke arah yang berbeda.

4.3.1. Hipotesis 1

Dari hasil pengujian penelitian dapat dilihat di Tabel 10. bahwa variabel

jenjang pendidikan terakhir (PT) pengusaha UMKM berhubungan positif

terhadap persepsi terkait penerapan akuntansi bagi usahanya (PS) dengan

koefisien sebesar 0,428. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1a (H1a) didukung

dengan tingkat hubungan yang tidak begitu kuat atau bisa dikatakan memiliki

hubungan yang sedang karena memiliki tingkat hubungan koefisien dalam rentang

(0.40 – 0.599)..

Dengan demikian berarti persepsi pengusaha UMKM terkait pentingnya

penerapan akuntansi bagi usahanya memiliki hubungan positif dengan jenjang

pendidikan terakhir pengusahanya, walaupun hubungannya tidak begitu kuat. Dari

hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar jenjang pendidikan terakhir

responden pada tingkat SMA dan Sarjana, hal ini berarti pendidikan terakhir

mulai dari tingkat SMA sudah mulai memandang penting untuk membuat atau

menerapkan akuntansi bagi usahanya.

4.3.2. Hipotesis 2

Untuk variabel latar belakang pendidikan (LB) pengusaha UMKM juga

memiliki hubungan yang positif terhadap persepsi terkait penerapan akuntansi

bagi usahanya (PS) dengan tingkat hubungan korelasi yang rendah yaitu dengan

koefisien sebesar 0,310. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1b (H1b)

Page 24: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

didukung dengan tingkat hubungan yang rendah karena memiliki tingkat

hubungan koefisien dalam rentang (0.20 – 0.399).

Dengan demikian berarti persepsi pengusaha UMKM terkait pentingnya

penerapan akuntansi bagi usahanya juga memiliki hubungan dengan latar

belakang pendidikan pengusahanya, tetapi tingkat hubungan rendah atau kecil.

Latar belakang pendidikan pengusaha UMKM dari 50 responden mayoritas

berasal dari bidang ilmu pengetahuan sosial dan lainya, sehingga kemungkinan

hal ini menyebabkan memiliki hubungan yang rendah terhadap persepsi

pentingnya penerapan akuntansi pada UMKM.

Berdasarkan hasil kuesioner sekitar 58 % responden (29 responden)

menilai laporan keuangan sangat penting dalam perkembangan usaha. Dengan

demikian, berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa pada dasarnya

pengusaha UMKM memang telah menganggap bahwa pembukuan akuntansi dan

pelaporan keuangan merupakan suatu hal yang penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan usaha mereka, serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam

kegiatan usahanya.

Persepsi pentingnya pembukuan dan pelaporan keuangan tersebut muncul

dari semakin besarnya kebutuhan untuk memiliki suatu laporan keuangan untuk

berbagai tujuan seperti persyaratan pengajuan kredit, evaluasi usaha, dan sebagai

sumber informasi untuk ekspansi usaha. Basri dan Nogroho (2009) menyebutkan

bahwa permasalahan utama dari UKM berkaitan dengan manajemen keuangan,

pengajuan kredit, pelatihan keahlian tenaga kerja, pelatihan kewirausahaan dan

lail-lain. Banyak dari pengusaha UMKM mulai memperhatikan proses

pembukuan dan pelaporan keuangan untuk dapat mengatasi permasalahan

manajemen keuangan serta kredit tersebut.

Penulis meyakini bahwa permasalahan tentang pengelolaan dana

merupakan salah satu faktor kunci yang dapat menyebabkan keberhasilan atau

justru kegagalan UMKM. Meskipun banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi

UMKM tetapi persoalan-persoalan di UMKM lazimnya muncul akibat kegagalan

UMKM dalam mengelola dana. Kesalahan dalam pengelolaan dana berupa kas

Page 25: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

dapat menyebabkan UMKM secara mendadak mengalami kekurangan uang tunai

untuk menjalankan operasional harian. Kekurang-cermatan pengelolaan dana

menyebabkan wirausahawan mencampuradukkan dana perusahaan dengan dana

pribadi. Selanjutnya, pengelolaan dana dana yang buruk berakibat perusahaan

tidak dapat mendeteksi, mencengah maupun mengoreksi tindak kecurangan yang

terjadi di perusahaan.

Metoda praktis dan sistematis dalam pengelolaan dana di perusahaan

bisnis, termasuk UMKM adalah dengan menerapkan atau mempraktikan akuntasi

secara baik. Pada prinsipnya akuntansi adalah sebuah sistem yang mengolah

transaksi menjadi informasi keuangan. Dengan demikain, akuntansi menjadikan

UMKM dapat memperoleh berbagai informasi keuangan yang penting dalam

menjalankan bisnisnya. Walaupun akuntansi dapat menyediakan informasi

keuangan yang penting bagi kesuksesan UMKM tetapi sampai saat ini masih

banyak UMKM yang belum menerapkan akuntansi tersebut. Padahal kita tahu

bahwa akuntansi merupakan kegitan pokok yang harus dilakukan untuk

pengelolaan dana dan memberi manfaat yang luar biasa bagi perusahaan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan suatu

usaha, termasuk usaha kecil. Tetapi dalam kenyataanya, kebanyakan pengusaha

kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan akuntansi dalam

pengelolaan usahanya. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi

tidak terlalu penting untuk diterapkan dalam usahanya. Tidak adanya

penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi dalam kebanyakan pengelolaan

usaha kecil ditentukan oleh persepsi para pengusaha kecil atas akuntansi. Kreitner

dan Kinicki (2001) dalam Pinasti (2007), menyatakan bahwa persepsi seseorang

akan mempengaruhi perilaku dan keputusannya.

Penelitian Murniati (2002) menyebutkan bahwa pendidikan pemilik atau

manajer berhubungan bahkan bisa mempengaruhi secara signifikan terhadap

persepsi penggunaan sistem informasi akuntansi pada perusahaan kecil.

Page 26: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Kemampuan dan keahlian pemilik atau manajer perusahaan kecil sangat

ditentukan dari latar belakang dan jenjang pendidikan formal yang pernah

ditempuh.

Dari sedikit permasalahan diatas diambil sebuah tujuan dari penelitian ini

yaitu ingin mengetahui dan menganalisis tentang hubungan jenjang pendidikan

terakhir dan latar belakang pendidikan pengusaha UMKM terhadap persepsi

penerapan akuntansi bagi UMKM. Dengan adanya tujuan penelitian itu

diharapkan bisa mengetahui langsung persepsi tentang hubungan jenjang

pendidikan terakhir dan latar belakang pendidikan pengusaha UMKM terhadap

persepsi penerapan akuntansi bagi UMKM.

5.1. Kesimpulan

Respoden UMKM dalam penelitian ini yang terdiri dari 50 sampel

pengusaha UMKM yang ada di Bandar Lampung memiliki persepsi bahwa

penerapan akuntasi dalam ini pembukuan akuntansi dan pelaporan keuangan

merupakan hal yang cukup penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

usahanya. Berdasarkan analisis kuantitatif untuk melihat korelasi antar variabel

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor jenjang pendidikan terakhir pengusaha UMKM berhubungan positif

(memiliki korelasi positif) terhadap persepsi terkait penerapan akuntansi bagi

usahanya, walaupun tingkat hubungannya tidak begitu kuat. Hubungan yang

tidak begitu kuat ini kemungkinan karena sekitar 60 % tingkat pendidikan

responden dari jenjang SMA kebawah sehingga hubungannya tidak terlalu kuat

terhadap persepsi mereka terkait penerapan akuntansi pada UMKM.

2. Faktor latar belakang pendidikan pengusaha UMKM juga berhubungan positif

(memiliki korelasi positif) terhadap persepsi pengusaha terkait pentingnya

penerapan akuntansi bagi usahanya walaupun tingkat hubungannya kecil atau

lemah. Hubungan ini lemah kemungkinan karena responden yang berlatar

belakang khusus dari akuntansi hanya terdapat 10 %.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Page 27: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Keterbatasan dalam penelitian ini terkait dengan jumlah responden yang menjadi

sampel mungkin masih terlalu sedikit. Selain itu masih terdapat beberapa variabel

lain yang belum dimasukkan dan memiliki kemungkinan untuk berhubungan

terhadap pembentukan persepsi pengusaha seperti variabel gender, ukuran usaha,

lama usaha berdiri dan latar belakang keluarga. Penelitian ini baru sekedar melihat

hubungan antara faktor pendidikan (jenjang dan latar belakang) pengusaha

UMKM dengan persepsi penerapan akuntansi pada UMKM.

5.3. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis beberapa saran yang diajukan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah melalui kementrian Koperasi dan UKM serta jajarannya dinas

koperasi dan UKM yang ada di masing-masing daerah supaya ikut berperan

langsung dalam mensosialisasikan penerapan akuntansi kepada pengusaha

UMKM melalui media dan sarana yang ada, mengingat UMKM juga memiliki

peran dan memberikan kontribusi bagi tumbuh dan berkembangnya perekonomian

bangsa Indonesia.

2. Untuk instansi atau lembaga terkait seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

Perguruan Tinggi, perbankan serta lembaga pembina UMKM supaya bisa terus

berperan aktif dalam melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman tentang

penerapan akuntansi kepada pengusaha UMKM tersebut baik dalam bentuk

seminar maupun membuat pelatihan secara langsung dan berkelanjutan.

3. Saran penulis untuk penelitian selanjutnya adalah terkait responden yang

dijadikan sampel penelitian supaya dapat fokus pada satu kelompok UMKM yaitu

kelompok menengah, kecil, atau mikro saja karena masing-masing memiliki

karakteristik yang cukup berbeda serta memperbanyak jumlah respondennya.

Kemudian selain melihat hubungan pendidikan dengan persepsi terkait penerapan

akuntansi pada UMKM, untuk panalitian selanjutnya kemungkinan bias sekalian

melihat seberapa besar pengaruhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 28: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Baas, Timo dan Mechthild Schrooten. (2006). Relationship Banking and SMEs :

A Theoretical Analysis. Small Business Economic Vol 27.

Basri, Yuswar Zainul dan Mahendro Nugroho. (2009). Ekonomi Kerakyatan :

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti

Bank Mandiri. A Research Note on The Theory of SME : Bank

Relationship. Small Business Economic, Vol 10.

Cziráky, Tiśma, dan Pisarović. (2005). Determinant Of Low Approval Rate In

Croatia. Small Business Economic, Vol 25

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Universitas Diponegoro: Semarang.

Hilmy Vanoes Saboet. 1994. Pentingnya Informasi akuntansi dalam

kehidupan Manajemen, Majalah Ekonomi No. 11 – Th. III – 1994.

Jati, Hironnymus, Bala, Beatus, dan Otnil Nisnoni. (2004). Menumbuhkan

Kebiasaan Usaha Kecil Menyusun Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan

Usahawan, II No. 8, 210 – 218.

Jogianto. (2004). Metodologi penelitian Bisnis. Yokyakarta : BPFE UGM.

Keiso, Donald E. 2003. “Akuntansi Intermediate”. Edisi Kesepuluh Jakarta:

Erlangga.

Muhammad Akhyar Adnan dan Anggra Septriningsari. 2004. Peranan

Informasi Akuntansi Dalam Keberhasilan Perusahaan. (Studi pada Usaha

Kecil dan Menengah di Blitar).

Murniati. (2002). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyiapan dan

Penggunaan Informasi Akuntansi pada Pengusaha Kecil dan Menengah di

Jawa Tengah. Semarang : Universitas Diponegoro.

Pinasti, M. (2001). Penggunaan Informasi Akuntansi dalam Pengelolaan Usaha

Para Pedagang Kecil di Pasar Tradisional Kabupaten Banyumas. Jurnal

Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi, No 1 Vol 3.

Rudiantoro, Rizki dan Sylvia Veronica Siregar. (2011) Kualitas Laporan

Keuangan Umkm Serta Prospek Implementasi SAK ETAP. Makalah SNA

XIV, Aceh

Schiffman, Leon G dan Leslie L Kanuk. (2010). Consumer Behavior. New

Jearsey: Pearson Education, Inc.

Page 29: ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN JENJANG DAN LATAR

Siregar, Sylvia Veronica, S Nurwahyu Harahap, dan Wasilah. (2011). Evaluasi

Tantangan Penerapan Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK ETAP) untuk Usaha Kecil dan Menengah. Proposal Hibah

RUUI.

Suryo, Anak. 2007. “Akuntansi untuk UKM”. Edisi Kedua Yogyakarta:

Media Pressindo.

Sugiono. (2007). Satistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Warsono, Sony dan Endra Murti. (2010). Akuntansi UMKM Ternyata Mudah

Dipahami dan Dipraktikkan. Yogyakarta : Asgard Chapter Winarno.

Wibowo, Agung Edy. (2012). Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian.

Yogyakarta : Gava Media.

Woro Idha Lestari. 2006. “Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi manajer

atas informasi akuntansi keuangan terhadap keberhasilan mengelola

perusahaan kecil dan menengah”. Skripsi sarjana tidak diterbitkan, STIE

Perbanas Surabaya.

Aries Musnandar. (2011). www.uin-malang.ac.id/index.php

Depkop Website, http://infoukm.wordpress.com