absolutism

1
Absolutism: percaya bahwa ada jati diri yang sebenarnya pada manusia yang bisa diidentifikasi, dideskripsikan, dan bisa digunakan untuk menjelaskan aktifitas mereka. Dan hal tersebut dapat terungkap jika manusia bisa dipisahkan dengan budaya dan interaksi lingkungan yang mempengaruhi perilakunya. Absolutis memandang bahwa variasi budaya yang bermacam-macam itu tidak lebih dari sebuah tirai tipis yang menutupi kebenaran. Idenya adalah, jati diri manusia sesungguhnya akan muncul ke permukaan bila hal-hal eksternal semacam norma budaya, ekspektasi, ideologi, dll dapat dihilangkan. Hasilnya, pendekatan absolutism lebih menyukai pendektan studi laboratorium yang meminimalkan konteks dan lemah dalam hal realisasi. Relativism: Mengkritik keras pandangan absolutism, tidak akan ada insight yang berarti jika mempelajari manusia namun dilepas dari lingkungannya berinteraksi. Lebih pantas dan masuk akal jika kita fokus untuk menjelaskan eksistensi manusia sebagaimana kita hidup dan berfungsi dalam lingkungan sekitar kita. Sehingga, menemukan 1 hal yang akan cocok untuk digunakan menjelaskan suatu fenomena untuk seluruh budaya bukan hal yang memungkinkan untuk dilakukan. Karena dari awal, budaya dan beliefs dari peneliti telah mempengaruhi deskripsi dari apa yang diteliti. Universalistm: Juga percaya bahwa ada satu true personality dibalik semua perilaku yang muncul dari individu yang berinteraksi dengan budaya. Namun, absolutis cenderung mengabaikan variasi budaya sedangkan universalis menganggap variasi budaya merupakan suatu hal yang sangat pnting dan nyata , bagaimanapun karakter asli individu yang sebenarnya. Banyak penelitian dengan meode yang menekankan pada culture-specific dan culture-general. Banyak juga penelitian mengenai psikologi dan budaya dilakukan menggunakan perspektif ini.

Upload: riska-hayley

Post on 27-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Absolutism

Absolutism: percaya bahwa ada jati diri yang sebenarnya pada manusia yang bisa diidentifikasi, dideskripsikan, dan bisa digunakan untuk menjelaskan aktifitas mereka. Dan hal tersebut dapat terungkap jika manusia bisa dipisahkan dengan budaya dan interaksi lingkungan yang mempengaruhi perilakunya.

Absolutis memandang bahwa variasi budaya yang bermacam-macam itu tidak lebih dari sebuah tirai tipis yang menutupi kebenaran.

Idenya adalah, jati diri manusia sesungguhnya akan muncul ke permukaan bila hal-hal eksternal semacam norma budaya, ekspektasi, ideologi, dll dapat dihilangkan. Hasilnya, pendekatan absolutism lebih menyukai pendektan studi laboratorium yang meminimalkan konteks dan lemah dalam hal realisasi.

Relativism: Mengkritik keras pandangan absolutism, tidak akan ada insight yang berarti jika mempelajari manusia namun dilepas dari lingkungannya berinteraksi. Lebih pantas dan masuk akal jika kita fokus untuk menjelaskan eksistensi manusia sebagaimana kita hidup dan berfungsi dalam lingkungan sekitar kita.

Sehingga, menemukan 1 hal yang akan cocok untuk digunakan menjelaskan suatu fenomena untuk seluruh budaya bukan hal yang memungkinkan untuk dilakukan. Karena dari awal, budaya dan beliefs dari peneliti telah mempengaruhi deskripsi dari apa yang diteliti.

Universalistm: Juga percaya bahwa ada satu true personality dibalik semua perilaku yang muncul dari individu yang berinteraksi dengan budaya. Namun, absolutis cenderung mengabaikan variasi budaya sedangkan universalis menganggap variasi budaya merupakan suatu hal yang sangat pnting dan nyata , bagaimanapun karakter asli individu yang sebenarnya. Banyak penelitian dengan meode yang menekankan pada culture-specific dan culture-general. Banyak juga penelitian mengenai psikologi dan budaya dilakukan menggunakan perspektif ini.