abortus_presentasi

Upload: riyan-saputra

Post on 02-Mar-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

OBGYN

TRANSCRIPT

  • DEFINISIAbortus adalah berakhirnya kehamilan dengan keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di dunia luar.

    Ada juga yang mengambil batas abortus berat badan anak kurang dari 500 gram dan umur kehamilan kurang dari 22 minggu.

  • Abortus dapat dibagi sebagai berikut :Abortus spontan ( terjadi dengan sendiri/keguguran ), merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan apapun. Abortus ini 20 % dari semua kejadian abortus.Abortus provokatus ( disengaja/digugurkan ), 80 % dari semua kejadian abortus.

    Abortus provokatus ini dapat dibagi kembali menjadi dua :Abortus provokatus artificialis atau therapeuticus.Merupakan pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan medik bahwa kehamilan membahayakan nyawa ibu,misalnya ibu mempunyai penyakit berat.

  • Abortus provokatus kriminalis. Merupakan pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.

  • Contoh janin usia dibawah 1 bulan hasil abortus provokatus kriminalis :

  • Contoh janin usia 1-3 bulan hasil abortus provokatus kriminalis :

  • Frekuensi

    Diperkirakan frekuensi kejadian abortus spontan antara 10-20 % dari semua kehamilan (Amerika).

  • EtiologiPada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului dengan kematian janin. Kematian janin ini dapat disebabkan oleh :

    Kelainan telur, yang dipengaruhi oleh :1. Faktor endogen seperti kelainan kromosom (trisomi dan polyploidi). Yang tersering Trisomi autosom 13, 16, 18, 21 dan 22 2.Faktor lingkungan yang kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium sekitar tempat implantasi kurang sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu, hal ini dapat mengakibatkan kelainan dalam pertumbuhan dan terjadinya kematian janin.

  • 3. Faktor eksogen/pengaruh dari luar (virus, radiasi, dan zat kimia termasuk rokok, alkohol, serta kafein). Faktor/pengaruh tersebut dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus dan mengakibatkan kematian atau kelainan pertumbuhan janin. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

  • Kelainan pada plasenta.Endarteritis dapat terjadi pada villi choriales dan menyebabkan oksigenisasi melalui plasenta terganggu, sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan sampai kematian janin.Penyakit ibu, misalnya :1. Infeksi akut yang berat seperti herpes simplek,HIV, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina ibu oleh Streptokokkus grup B, Mycoplasma hominis,Ureaplasma urealyticum 2.Penyakit kronik ibu seperti tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus. Pada hipertensi dapat menyebabkan kematian janin dan kelahiran preterm.

  • 3. Kelainan endokrin, misalnya pada kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar gondok (hipertiroidismus), diabetes melitus 4. Trauma, pada laparotomi atau kecelakaan yang dapat menimbulkan abortus.Kelainan alat kandungan.Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi Kelainan tersebut seperti : 1. Hypoplasia uteri

  • 2. Tumor uterus (myoma uteri) 3. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi dan dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG. 4. Cervix yang pendek 5. Retroflexio uteri incarcerata 6. Kelainan endometrium 7. Incompetentia cervicalis; dapat disebabkan karena kelemahan bawaan cervix, dilatasi cervix yang berlebihan, pemotongan cervix, atau robekan cervix yang tidak dijahit.

  • Nutrisi. Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting.

    Faktor psikologis yang peka. Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Terjadinya abortus ialah pada wanita yang belum matang secara emosional.

  • Patologi

    Terjadi perdarahan dalam decidua basalis dan nekrosis sekitarnya, karena perdarahan ini ovum terlepas sebagian atau seluruhnya dan berfungsi sebagai benda asing yang menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini mengeluarkan isi rahim.

    Sebelum minggu ke 8 telur biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan karena sebelum 8 minggu villi chorialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam decidua basalis, hingga telur mudah terlepas keseluruhannya

  • Antara minggu ke 8-14 villi choreales menembus desidua basalis lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.

    Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak, juga plasenta segera terlepas dengan cepat. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

  • Kadang hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, misalnya :Blighted ovum (telur kosong)Berbentuk kantung amnion kosong berisi air ketuban tanpa janin.Mola cruenta (telur yang dibungkus oleh darah kental)Terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat, hingga darah berkesempatan membeku antara decidua dan chorion.Bentuk ini menjadi mola carnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging.Mola tuberosa adalah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan akibat hematom-hematom antara amnion dan chorion.

  • Janin mati yang masih sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang.Foetus compressus (janin yang tertekan), janin mengering karena cairan amnion menjadi berkurang oleh sebab diserap, sehingga menjadi gepeng.Foetus papyraceus (janin yang menjadi kering) karena mengalami mummifikasi pada tingkat lanjut sehingga tipis menyerupai kertas perkamen. Hal ini lebih sering terjadi pada kehamilan kembar.Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan adalah terjadinya macerasi : kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerahan.

  • Diagnosis dan Terapinya

    Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah terlambat mendapat menstruasi, sering terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologis (Pregnosticon, Gravindex) bilamana hal itu perlu dikerjakan

  • Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan yang keluar dari cervix uteri, pembukaan cervix, dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.

    Sebagai kemungkinan adanya diagnosis lain, harus dipikirkan :Kehamilan ektopik tergangguMola hidatidosaKehamilan dengan kelainan pada cervix

  • Kehamilan ektopik terganggu dengan hematocele retrouterina kadang-kadang sulit dibedakan dari abortus dengan uterus dalam posisi retroversi. Dalam kedua keadaan tersebut ditemukan amenorrhoe disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah dan tumor dibelakang portio uteri. Tetapi keluhan nyeri biasanya lebih keras pada kehamilan ektopik

  • Pada mola hydatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorrhoe, muntah-muntah pun lebih kuat dan sering.

    Karsinoma cervix uteri, polyp cervix, dan sebagainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan tersebut dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan speculum, pemeriksan sitologis dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti.

  • Dalam gambaran klinisnya dapat dibedakan :

    1. Abortus Imminens (abortus mengancam)Definisi :Abortus imminens adalah abortus yang baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankannya.

    Gejala : - Perdarahan sedikit pervaginam.- Nyeri memilin karena tidak ada kontraksi atau hanya sedikit.- Pada pemeriksaan dalam, belum ada pembukaan cervix.- Tidak ditemukan kelainan pada cervix.- Tes kehamilan positif.- Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan.

  • Perdarahan yang sedikit pada kehamilan muda mungkin juga dapat disebabkan karena hal-hal lain dari abortus, seperti :

    Placental sign (gejala plasenta) akibat perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta.Erosi portio.Polyp.

  • Terapi :

    Tirah baring, tidak lebih dari 48 jam karena telur masih baik sehingga perdarahan dalam waktu ini akan berhenti.Tirah baring sangat penting, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.Bila perdarahan tidak berhenti dalam 48 jam, maka kemungkinan besar terjadi abortus dan tirah baring tersebut hanya untuk menunda abortus.

  • Setelah perdarahan berhenti, batasi aktivitas dan dilarang melakukan coitus selama 2 minggu.Bila perdarahan disebabkan erosi, diberikan nitras argentii 5-10%.Bila disebabkan oleh polyp, maka polyp diputar dengan cunam sampai tangkainya terputus.Diberikan sedativa seperti luminal, codein, morfin.Progesteron 10mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot rahimSelanjutnya perhatikan apakah janin masih hidup dengan memperhatikan apakah uterus terus membesar.

  • 2. Abortus Incipiens (abortus berlangsung)Merupakan abortus yang sudah berlangsung dan sudah tidak dapat dicegah lagi.Gejala : - Perdarahan banyak, kadang keluar gumpalan darah. - Nyeri lebih sering dan kuat karena kontraksi rahim kuat. - Terjadi pembukaan karena adanya kontraksi rahim. - Dilatasi cervix uteri dengan hasil konsepsi masih dalam uterus.

  • Fig. 1. The 26 weeks gestation abortus with single ventricle and pulmonary artery atresia prenatally diagnosed. Facial coronal plane , the nose and lips coronal section. N: nose; UL: upper lip; LL: lower lip. Fig. 2. The same fetus as Fig.1. Facial transverse plane (transverse plane through the orbits). NB: nasal bones; E: eyes. Fig. 3. The same fetus as Fig.1. Facial sagittal plane , the middle sagittal section. FB: frontal bone; N: nose; UL: upper lip; LL: lower lip. Fig. 4. The same fetus as Fig. 1. Coronal section of the hard palate, anterior portion. T: tongue; HP: hard palate. Fig. 5. The same fetus as Fig. 1. Coronal section of the hard palate, posterior portion. T: tongue; HP: hard palate. Fig. 6. The same fetus as Fig. 1. Sagittal section of the hard and soft palate. T: tongue; HP: hard palate; SP: soft palate. 2003 Chinese Medical Journal, All Rights Reserved.

  • Terapi :

    Oksitosin 2,5 satuan unit untuk mempercepat pengosongan rahim setiap 30 menit selama 6 kali.Sedativa untuk mengurangi rasa nyeri akibat his.Curettage vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan bila oksitosin tidak berhasil, hal ini dilakukan jika pembukaan cukup besar

  • Macam alat curretage :

  • 3. Abortus Incompletus (abortus tidak lengkap) Abortus yang berlangsung dengan sebagian dari buah kehamilan sudah dilahirkan, tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim.

    Gejala : - Perdarahan yang terus berlangsung setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan. - Cervix terus membuka dan terjadi kontraksi karena rahim menganggap masih adanya benda asing sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkannya. - Namun bila hal ini dibiarkan lama, cervix akan menutup kembali.

  • Terapi :

    Infus NaCl fisiologik atau Ringer Laktat sesegera mungkin pada pasien yang disertai syok karena perdarahan, disusul dengan transfusi darah.Dilakukan curettage atau secara digital. Selama masih ada sisa-sisa plasenta, perdarahan akan terus berlangsung.Ergometrin intramuscular setelah curettage untuk mempertahankan kontraksi uterus.

  • Teknik pengeluaran sisa abortus :

  • 4.Abortus Completus (abortus lengkap)Abortus yang terjadi dimana seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap.

    Gejala : - Perdarahan berkurang setelah isi rahim dikeluarkan, paling lambat 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. - Cervix menutup kembali. - Uterus biasanya sudah mengecil. - Bila 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan, perlu dipikirkan adanya endometritis post abortus atau terjadi abortus incompletus.

  • Terapi :

    Pasien dengan abortus completus tidak memerlukan terapi khusus, hanya apabila anemis perlu diberikan sulfas ferrosus dan dianjurkan supaya makan makanan yng mengandung protein, vitamin dan mineral tinggi.

  • 5.Missed Abortion (abortus tertunda)Missed abortion adalah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

    Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi ada yang menduga karena pengaruh progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga menjadi penyebabnya.

  • Gejala :

    Rahim tidak membesar, malah cenderung mengecil karena absorbsi air ketuban dan macerasi janin.Biasanya didahului dengan tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara tiba-tiba setelah terapi.Payudara mengecil kembali dan gejala subyektif kehamilan menghilang.Gejala-gejala penting lainnya tidak ada, hanya amenorrhoe terus berlangsung.Kadang terdapat flour warna coklat.Tes kehamilan negatif.Denyut jantung janin sudah tidak terdengar lagi.

  • Terapi :

    Pemberian oksitosin 10 satuan unit dalam 500 cc glukosa 5% setelah kematian janin dapat dipastikan. Dosis ini dapat dinaikkan sampai ada kontraksi.Bila perlu dapat diberikan 100 satuan oksitosin asal pemberian infus untuk satu kali tidak lebih dari 8 jam karena bahaya keracunan air.Jika tidak berhasil, infus diulang setelah pasien istirahat selama satu hari.Untuk membuat uterus lebih peka terhadap oksitosin, hendaknya pasien diberikan stilbestrol 3 x 5mg sehari selama 5-7 hari.Penyuntikkan larutan garam 20% ke dalam kavum uteri melalui dinding perut bila fundus uteri tingginya sampai 2 jari di bawah umbilicus

  • Curretage bila tidak terjadi abortus setelah pemberian oksitosin, hal ini dilakukan bila telah terjadi pembukaan.Dilatasi dapat dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift selama kira-kira 12 jam dalam kanalis cervikalis, kemudian diperbesar dengan busi Hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri.Pemberian antibiotik.Darah segar atau fibrinogen bila terdapat hipofibrinogenemia.

  • 6.Abortus Habitualis (abortus berulang)Abortus habitualis adalah abortus yang telah berulang, terjadi tiga kali atau lebih berturut-turut.

    Frekuensi abortus habitualis menurut Bischop (1952) 0,41% dari semua kehamilan. Menurut Malpas (1938) dan Eastman (1956) kemungkinan 73% dan 83,6% terjadi abortus lagi pada seorang wanita yang mengalami abortus habitualis. Sebaliknya Warton dan Fraser (1964) dan Llewellyn-Jones (1969) memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.

  • Penyebab abortus habitualis dapat dikelompokkan menjadi 2 :Sel benih yang kurang baik : saat ini belum dapat diketahui cara penanganannya.Lingkungan yang tidak baik, hal yang dapat mempengaruhi lingkungan adalah :1. Disfungsi kelenjar tiroid ; hipofungsi kelenjar ini dapat diobati dengan pemberian hormon tiroid2.Kekurangan hormon-hormon corpus luteum atau plasenta. Dapat diatasi dengan terapi substitusi misalnya sering diberi progesteron.3.Defisiensi makanan seperti asam folin.

  • 3. Kelainan anatomis dari uterus yang kadang dapat dikoreksi secara operatif seperti uterus duplex.4.Cervix yang incompetent. Hal ini dapat terjadi setelah portio amputasi atau karena robekan cervix yang panjang.5. Hipertensi esensial.6. Golongan darah suami istri yang tidak cocok baik menurut sistem ABO maupun faktor rhesus.7. Toksoplasmosis.

  • Gejala :

    Pembukaan cervix pada trimester kedua tanpa disertai rasa mules, ketuban menonjol yang kemudian bisa pecah pada abortus habitualis yang disebabkan incompetentia cervikalis.Apabila pasien datang pada trimester pertama mengeluh sering mengeluarkan banyak lendir dari vagina.Penentuan incompetentia cervikalis dapat ditentukan juga dengan histerosalpingografi yang menunjukkan gambaran ostium uteri internum melebar lebih dari 8mm.

  • Terapi :

    Memperbaiki keadaan umum.Pemberian makanan yang sempurna.Istirahat yang cukup.Larangan coitus dan olah raga.Pembatasan aktivitas.Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroidBila hasil histerosalpingografi menunjukkan kelainan seperti myoma submukosa, maka dilakukan operasi pengeluaran myoma tersebut.Pada incompetent servikalis, apabila pasien telah hamil maka operasi untuk mengecilkan ostium uteri internum sebaiknya dilakukan pada kehamilan 12 minggu atau lebih sedikit.

  • 7. Abortus Infectiosus dan Abortus SeptikAbortus infectiosus adalah abortus yang disertai dengan infeksi genitalAbortus septik adalah abortus infectiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.Umumnya pada abortus infectiosus terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke myometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Bila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis atau sepsis.Abortus ini dapat juga menimbulkan endotoksin syok.

  • Gejala:

    Demam, kadang-kadang menggigil.Takikardi.Tekanan darah menurun.Lochia berbau busuk.Uterus yang membesar dan lembek.Nyeri tekan.Leukositosis.

  • Terapi :

    Tidak segera di curret kecuali terjadi perdarahan yang banyak sekali. Karena bila di curret terjadi sepsis, akibat pagar leukosit yang menghalangi invasi kuman rusak dan pembuluh-pembuluh darah terbuka sehingga kuman dapat memasuki pembuluh darah tersebut.Transfusi darah.Curettage dilakukan setelah suhu tenang selama 3 hari.Antibiotik ; 1000.000 satuan penicillin tiap 6 jam sekali, dan 500mg streptomycin tiap 12 jam. Pemberian diteruskan sampai tidak ada febris selama 2 hari.Diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi pada abortus septik, yaitu 10-20 juta satuan penicillin dan 2 gram streptomycin sehari.

  • 8. Abortus CervikalisKeluarnya hasil konsepsi dari uterus yang dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga terkumpul dalam kanalis cervikalis.

    Gejala : - Cervix uteri menjadi besar, bundar, dinding menipis. - Perdarahan sedikit dari uterus.

    Terapi :- Pelebaran ostium uteri eksternum dengan busi Hegar- Curretage untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis cervikalis yang melebar.

  • Komplikasi Abortus

    Perdarahan yang hebat.Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi, bila perlu diberikan transfusi darah kemudian dipasang tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.

    Luka pada cervix uteri.Apabila jaringan cervix keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada cervix uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cervix.

  • Perlekatan pada kavum uteri.Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat.

    Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsisBila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan antara lain infeksi pada tuba falopii yang sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi (infertilitas).

  • Gangguan faal ginjal, disebabkan karena infeksi dan syok. Penanganannya adalah dengan pembatasan cairan dan pengobatan infeksi.

    Syok hemorrhagik.Syok bakterial.Terjadi syok berat oleh toksin-toksin. Terapinya dengan pemberian antibiotik, cairan, kortikosteroid dan heparin.Perforasi yang terjadi saat curettage atau karena abortus kriminalis.

  • Lain-lain : Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia.

    Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.

  • Komplikasi yang dapat timbul pada janin :

    Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.

    Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik. Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.