abcd

18
PRESENTASI KASUS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh Nurkamila, S.Ked (2009 031 0092) Dokter Pembimbing Klinik : Dr. Tolkha Amarrudin M.Kes, SpTHT-KL KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU SYARAF FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO 2015

Upload: mol3y

Post on 10-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun olehNurkamila, S.Ked(2009 031 0092)

Dokter Pembimbing Klinik:Dr. Tolkha Amarrudin M.Kes, SpTHT-KL

KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU SYARAFFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTARSUD SARAS HUSADA PURWOREJO 2015

ANAMNESISNama : Ny. RRRuang : Poliklinik

Umur : 33 tahun

Nama: Ny. RRJenis Kelamin: Perempuan Tanggal lahir: 16 September 1982Umur: 33 tahunPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Pangenrejo, PurworejoMasuk RS Tanggal: 18/3/2015

Dokter: dr. Tolkha Amarrudin, M.Kes, Sp.THT-KL Co-asisten: Nurkamila

Keluhan Utama: Penurunan pendengaran di telinga kananKeluhan Tambahan: hidung kanan tersumbat

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluhkan penurunan pendengaran di telinga kanan sejak 3 hari SMRS. Keluar cairan (-), nyeri (-), berdenging (-), gatal (-), pusing berputar (-). Pasien sering membersihkan telinga dengan cotton bud. Ny. RR juga merasakan hidung kanan tersumbat namun tidak mengeluhkan adanya gangguan penciuman, mimisan, ataupun keluhan di tenggorokan serta kepala dan leher.

Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien merasakan keluhan yang serupa kurang lebih 2 bulan yang lalu, disertai keluar cairan kuning berbau. Riwayat HT (-), DM (-), alergi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa pada keluarga pasien, tidak ada riwayat alergi, HT ataupun DM pada keluarga pasien

PEMERIKSAANJASMANINama : Ny. RRRuang : Poliklinik

Umur : 33 tahun

1. PEMERIKSAANKesan umum : baikKesadaran: compos mentisVital Sign TD: 120/80 mmHg Nadi : 84x/menit, cukup, kuat, regular Suhu badan: 36,5o C Pernafasan: 18x/menitPemeriksaan Kepala Mata palpebra : Edema (-/-) konjungtiva : Anemis (-/-) sklera: Ikterik (-/-) Leher: Inn teraba (-)

Pemeriksaan Telinga KomponenADAS

Aurikulautuh, massa (-), hiperemis (-), hematoma (-), ukk (-), nyeri tragus (-)utuh, massa (-), hiperemis (-), hematoma (-), ukk (-), nyeri tragus (-)

Planum Mastoideumhyperemis (-), nyeri mastoid (-), bengkak (-)hyperemis (-), nyeri mastoid (-), bengkak (-)

Glandula Lymphaticatidak teraba (-), nyeri (-)tidak teraba (-), nyeri (-)

Canalis Auditori Eksternaserumen (-), discharge (-), hyperemis (-), edema (-), massa (-)serumen (-), discharge (-), hyperemis (-), edema (-), massa (-)

Membrana TimpaniPerforasi kecil sentral di kuadran anteroinferiorutuh, cone of light (+)

Tes Garpu TalaPemeriksaanADAS

Rhinne-+

WeberLateralisasi ke kanan

SwabachMemanjangNormal

Kesimpulan : CHL AD

Pemeriksaan HidungDesktraSinistra

InspeksiSimetris (+), deformitas (-), discharge (-), edema (-), hiperemis (-)Simetris (+), deformitas (-), discharge (-), edema (-), hiperemis (-)

PalpasiNyeri tekan (-), krepitasi (-)Nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Rhinoskopi AnteriorKomponenDS

DischargeCairan (+) jumlah sedikit, darah (-), pus (-)Cairan (-), darah (-), pus (-)

Konka NasalisEdema (-)Edema (-)

SeptumDeviasi (-), laserasi (-)Deviasi (-), laserasi (-)

Tumor--

Sinus ParanasalNyeri (-)Nyeri (-)

Pemeriksaan Mulut dan TenggorokKomponenDS

DischargeCairan (+) sedikit, darah (-), pus (-)Cairan (-), darah (-), pus (-)

Konka NasalisEdema (-)Edema (-)

SeptumDeviasi (-), laserasi (-)Deviasi (-), laserasi (-)

Tumor--

Sinus ParanasalNyeri (-)Nyeri (-)

DIAGNOSIS &RENCANA TERAPINama : Ny. RRRuang : Poliklinik

Umur : 33 tahun

DIAGNOSIS KERJAOtitis Media Supuratif Kronis Benigna Inaktif Auricula Dekstra

PENATALAKSANAANMedikamentosa Aural Toilet Otopain 2-4 kali sehari, 4-5 tetes. Aldisa 2 x 1 Na-diclofenak 3x50 mg tablet

Edukasi Mencegah masuknya air ke dalam telinga, terutama saat mandi dan berwudhu; (gunakan kapas yang dibentuk bola dan diteteskan baby oil) Tidak dianjurkan menggunakan cotton bud untuk membersihkan telinga Jika batuk pilek segera datang ke dokter Istirahat cukup

TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiOtitismediaadalahperadangansebagianatauseluruhmukosatelinga tengah,tubaeustachius,antrummastoid,dansel-selmastoid. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous,mukous,atau purulen. Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.

B. Anatomi

Telinga tengah berbentuk kubus dengan : Batasluar:membrantimpani Batasdepan:tubaeustakhius Batasbawah:venajugular(bulbusjugularis) Batasbelakang: aditus ad antrum,kanalisfasialispars vertikalis Batasatas:tegmentimpani(meningen/otak)Batasdalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkulari shorizontal,kanalisfasialis,tingkaplonjong(ovalwindow), tingkapbundar(roundwindow)danpromontorium.

Telinga tengah terdiri atas: membran timpani, kavum timpani, prosesusmastoideus, dan tuba eustakhius.1. Membran TimpaniMembran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani danmemisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm,dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurusterhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke mukadalam dan membuat sudut 45 derajat dari dataran sagital dan horizontal. Membrantimpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks cahaya (cone of ligt).

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :1) Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga. 2) Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.3) Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.

Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :a. Pars tensaBagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yangtegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus padasulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal. b. Pars flaksida atau membran Shrapnell Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa

2. Kavum TimpaniKavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuk bikonkaf. Diameter antero-posterior atauvertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani terdiri dari :a) Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil),inkus (anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)b) Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) danotot stapedius (muskulus stapedius).c) Saraf korda timpani, Saraf pleksus timpanikus.

3. Prosesus mastoideusRongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.

4. Tuba eustakhius.Tuba eustakhius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkankavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :a) Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian). b) Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Fungsi Tuba Eustakhius adalah ventilasi, drenase sekret dan menghalangimasuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan di telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar

C. Etiologia. Pengobatan otitis media akut yang terlambatb. Pengobatan antibiotik yang tidak sesuai atau tidak adekuatc. Sepsis saluran pernafasan atasd. Daya tahan tubuh pasien rendah (malnutrisi, anemia, dan gangguan imunologis)e. Infeksi virus khusus misalnya measles f. Infeksi Bakteri : Bakteri Aerob: Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, S.aureus, Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis, spesies Klebsiella Bakteri anaerob: Bacteroides, Peptostreptococcus, ProprionibacteriumP. Aeruginosa menyebabkan destruksi yang progresif pada telinga tengah dan mastoid karena toxin dan enzym yang dimilikinya

D. Klasifikasia. Berdasarkan Tipenya: 1. OMSK tipe aman (tipe mukosa/tipe benigna/Tubotympanic)Peradangan hanya terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang, Letak perforasi di sentral.2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang/tipe maligna/Atticoantral)OMSK disertai dengan kolesteatoma. Perforasi membran timpani terletak di marginal atau atik, kadang terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar menyebabkan komplikasi berbahaya.

b. Berdasarkan Aktivitas Sekret yang Keluar:1. OMSK Aktif: OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif2. OMSK Tenang: OMSK dengan kavum timpani terlihat basah atau kering

Perbedaan OMSK tipe benigna dan malignaJenis Perforasi membran Timpani

Bentuk perforasi membran timpani adalah :1. Perforasi sentralLokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total. 2. Perforasi marginalTerdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3. Perforasi atik Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma

Primary acquired cholesteatoma adalah kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama.

E. Tanda dan gejala1. Otorrheabaik mukoid atau mucopurulen, konstan atau intermitten. Discharge timbul biasanya saat terjadi infeksi pernafasan atas atau saat air masuk ke telinga2. Penurunan pendengaranjenisnya adalah tuli konduktif, derajat keparahan bervariasi tetapi jarang melebihi 50 dB. Kadang pasien melaporkan adanya efek paradoksikal yaitu pendengaran membaik saat telinga kering daripada saat ada discharge3. Perforasibiasanya sentral. Lokasi dapat terjadi di anterior, posterior atau di inferior maleus.4. Mukosa telinga tengahterlihat jika perforasi luas. Biasanya pink pucat dan lembab, ketika terjadi inflamasi terlihat merah, edem, dan membengkak. 5. Kolesteatoma

F. DiagnosisManifestasi Klinis: otorrhea (terus menerus atau hilang timbul) tidak nyeri dan tidak demam penurunan pendengaran (memburuk jika terkena air)Pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskop: perforasi membran timpani otorrheaPemeriksaan penunjang : Audiogram: mengetahui derajat dan jenis gangguan pendengaran Kultur discharge: mengetahui antibiotik yang sesuai Pemeriksaan dengan mikroskop: untuk mengetahui adanya granulasi, keadaan tulang pendengaran, tympanosclerosis, dan adhesi Rontgen Mastoid: adanya destruksi tulang biasanya terjadi pada OMSK tipe bahaya

G. Terapi a) Konservatif Aural Toilet : H2O2 3% selama 3-5 hari Setelah sekret berkurang, dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antbiotik dan kortikosteroid, misal ciprofloxacin atau ofloxacin. Secara oral, diberikan antibiotik golongan ampisilin atau eritromisin. Jika bakteri resisten ampisilin, diberikan ampisilin asam klavulanat. Jika sekret telah kering tetapi perforasi masih ada selama 2 bulan, dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Jika terdapat sumber infeksi lain, harus ditangani, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi. b) Pembedahan Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, insisi abses sebaiknya dilakukan sebelum mastoidektomi

H. KomplikasiFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROKANNO.RM : 00027802

RM.1.Komplikasi Intratemporal 1. Labirintitis2. Mastoiditis3. Petrositis4. Abses Subperiosteal5. Paralisis nervus fasialis

Komplikasi Intrakranial1. Abses Ekstradural2. Abses Perisinus3. Tromboflebitis sinus lateral4. Meningitis5. Encephalitis6. Abses Cerebri

I. J. Prognosis1. Perforasi menutup secara spontan2. Bila persistengangguan mendengar ringan~sedang 3. Kehilangan pendengaran secara progresif pada kasus dengan infeksi persisten dan keluar discharge berulang4. (jarang) penyebaran infeksi menjadi infeksi intrakranial dan mastoiditis akut hingga kematian

Diperiksa dan disahkan oleh:

Dokter Pembimbing,Co-Assisten,

(dr. Tolkha Amarrudin, M.Kes, Sp.THT-KL) (Nurkamila)