abc
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang selalu melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Kelompok Khusus Lansia dengan Masalah Personal Hygine dan
Hipertensi di Wisma Pandu Unit rehabilitasi Sosial wening Wardoyo Ungaran. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Wijanarko Heru S, Kep Ns. Selaku dosen Pembimbing Akademik,
2. Bapak Djoko Sarwono, S.Sos selaku Pembimbing Lahan di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran,
3. Penerima manfaat di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran khususnya di di
Wisma Pandu.
4. Teman – teman DIII Keperawatan Semester 6 yang telah memberikan dukungan kepada
kelompok kami.
Penulis menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, sehingga penulis
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian dan
terima kasih.
Semarang, 27 Mei 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah
sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia
lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang
dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi
harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau
kesehatan tersebut.
Professional kesehatan yang lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam
perawatan kesehatan, mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam identifikasi,
definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan
kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan
kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada
peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan
taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban
yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan
pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut
individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang
mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga
menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun
mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan
setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan
kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai
paling tidak satu masalah kesehatan.
B. TUJUAN
i. Tujuan Umum
Diharapkan penerima manfaat di Wisma Pandu Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran mampu hidup bersih dan sehat.
ii. Tujuan Khusus
Diharapkan penerima manfaat dapat :
a. Melakukan kebersihan diri sesuai anjuran (minimal 2 kali/hari).
b. Mengetahui cara merawat gigi/gusi dan mulut.
c. Merawat kebersihan dan kesehatan gigi/gusi dan mulut.
d. Mengetahui pentingnya cuci tangan.
e. Mempraktekkan teknik cuci tangan untuk kehidupan sehari-hari.
f. Mengetahui cara perawatan kuku dan jari.
g. Merawat kuku dan jari dalam kehidupan sehari-hari.
h. Mengetahui pengertia, penyebab, gejala, pencegahan/perawatan, komplikasi
hipertensi.
i. Mengetahui dan mendemonstrasikan ramuan herbal hipertensi.
j. Mengkonsumsi ramuan herbal untuk hipertensi
k. Mengkonsumsi makanan/diet yang diberikan dari Unit Resos.
l. Mematuhi anjuran untuk mengontrol tekanan darah secara rutin.
m. Mematuhi anjuran untuk minum obat secara teratur.
n. Saling mengingatkan dan berpartisipasi dalam perawatan hipertensi.
C. MANFAAT
1. Bagi Penerima manfaat
Penerima manfaat di Wisma Pandu Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran mampu hidup bersih dan sehat, yang meliputi penerima manfaat dapat :
a. Melakukan kebersihan diri sesuai anjuran (minimal 2 kali/hari).
b. Mengetahui cara merawat gigi/gusi dan mulut.
c. Merawat kebersihan dan kesehatan gigi/gusi dan mulut.
d. Mengetahui pentingnya cuci tangan.
e. Mempraktekkan teknik cuci tangan untuk kehidupan sehari-hari.
f. Mengetahui cara perawatan kuku dan jari.
g. Merawat kuku dan jari dalam kehidupan sehari-hari.
h. Mengetahui pengertia, penyebab, gejala, pencegahan/perawatan, komplikasi
hipertensi.
i. Mengetahui dan mendemonstrasikan ramuan herbal hipertensi.
j. Mengkonsumsi ramuan herbal untuk hipertensi
k. Mengkonsumsi makanan/diet yang diberikan dari Unit Resos.
l. Mematuhi anjuran untuk mengontrol tekanan darah secara rutin.
m. Mematuhi anjuran untuk minum obat secara teratur.
n. Saling mengingatkan dan berpartisipasi dalam perawatan hipertensi.
2. Bagi Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wrdoyo Ungaran
Dengan adanya Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Kelompok Khusus Lansia dengan
Masalah Personal Hygine dan Hipertensi di Wisma Pandu Unit Resos Wening
Wardoyo Ungaran, diharapkan dapat menjadi saran dan masukan untuk Unit Resos
Wening Wardoyo Ungaran.
3. Bagi Pembaca dan Mahasiswa
Mahasiswa/pembaca mampu memahami dan mengetahui Asuhan Keperawatan pada
Kelompok Khusus Lansia dengan Masalah Personal Hygine dan Hipertensi di Wisma
Pandu Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, yang meliputi
mahasiswa/pembaca dapat:
a. Memahami dan mengetahui konsep keperawatan komunitas pada lansia
b. Memahami dan mengetahui peran pelayanan keperawatan untuk kelompok
khusus lansia
c. Memahami dan mengetahui data pengkajian yang diperoleh di Wisma Pandu
d. Memahami analisa data atau pengelompokan data dari hasil pengkajian di
Wisma Pandu
e. Memahami dan mengetahui prioritas masalah keperawatan di Wisma Pandu
f. Memahami dan mengetahui masalah keperawatan yang muncul di Wisma
Pandu
g. Memahami dan mengetahui rencana keperawatan
h. Memahami dan mengetahui evaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan di
Wisma Pandu
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Keperaatan Komunitas pada Kelompok Khusus Lansia
1. Pengertian
Kelompok khusus adalah Sekelompok masyarakat atau individu yang karena
keadaan fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonominya perlu mendapatkan
bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan
perawatan terhadap dirinya sendiri.
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan
75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah
penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut
usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat,
bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /
mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia
(WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59
tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas
90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat
kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat,
dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan
dengan kebutuhan mereka.
2. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut
usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman,
kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala
usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,
membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.
Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut
sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi :
a) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis
seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.
b) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan
dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya
c) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,
kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya
d) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk
diakui akan keberadaannya, dan
e) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar
pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
kebutuhan psikologis dasar (Nugroho, 2000).
Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman
bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat
pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan
lingkungannya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul
masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan
kemandiriannya (Ismayadi, 2004)
3. Teori – teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
b. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c. Tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
a. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.
Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di
putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar. Jadi menurut konsep ini jika jam
ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit terminal. Konsep “genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini
cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
b. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori)
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
c. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
d. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “teori
akumulasi dari produk sisa”.
e. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
f. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
g. Reaksi dari kekebaian sendiri (auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.
h. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
i. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
j. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat
regenerasi.
k. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
l. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel-
sel mati.
4. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik
a. Sel
1. Lebih sedikit jumlahnya
2. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
3. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
4. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
5. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
b. Sistem pernafasan
1. Cepat menurunnya persarafan
2. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
3. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa. Lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
4. Kurangnya sensitif pada sentuhan
c. Sistem Pendengaran
1. Prebiakusis (gangguan dalam pendengaran), hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada –
nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia
diatas 65 tahun.
2. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya
kreatin
4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
d. Sistem penglihatan
1. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan
pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
3. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
4. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
e. Sistem kardiovaskuler
1. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi
kaku.
2. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
3. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari
duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
4. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal
kurang lebih 90 mmHg
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu
menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
1. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 C
ini akibat metabolisme menurun.
2. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi
1. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas
silia
2. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
bernafas menurun.
3. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
4. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri
tidak berganti
5. Kemampuan untuk batuk berkurang
6. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
h. Sistem gastrointestinal
1. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
2. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
3. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun
4. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
5. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah
6. Menciutnya ovari dan uterus
7. Atropi payudara
8. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.
9. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
10. Selaut lendir menurun
i. Sistem Genitourinaria
1. Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
2. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200
ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
3. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
4. Atrofi vulva
j. Sistem Endokrin
1. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACT, TSH, FSH dan LH.
4. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
5. Menurunnya produksi aldosteron
6. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron
k. Sistem kulit
1. Kulit keriput atau mengkerut
2. Permukaan kulit kasar dan bersisik
3. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
4. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
5. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
6. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
7. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku
kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
8. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
l. Sistem muskoloskeletal
1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
2. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
3. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
4. Persendian membesar dan kaku
5. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
6. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.
5. Tugas Perkembangan Lansia
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik
antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang
ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran
dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru
memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.
b. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan
berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan
terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki
kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial
sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck
mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan
sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan
fisik semata.”
c. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara
paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan
dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari
kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan
kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk
masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh
ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-
anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka.
Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia
bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk
mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang
apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka
hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara
egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).
6. Permasalahan yang timbul Pada Lansia
Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
a. Permasalah Umum
1) Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan
bagi lanjut usia.
2) Jumlah lansia miskin makin banyak
3) Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
4) Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
5) Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
6) Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
b. Permasalahan Khusus
1) Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal (alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan
terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput,
rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh,
pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan
menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang
keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas
jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi
organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi
peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan
fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan
reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu
menurun
2) Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,
kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia
B. Peran Pelaksana Pelayanan Keperawatan (provider of nursing)
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan
membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang
optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan
kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan.
Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan
profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam
prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi, penelitian dan
administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut
mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus
menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan
rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat
menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang
memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri
sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat
dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi
berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan
perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan
seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai
anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim
dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan
pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan
dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama
klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
BAB III
HASIL PENGKAJIAN KOMUNITAS PADA PENERIMA MANFAAT DI ISMA PANDU
UNIT REHABILITASI WENING WARDOYO UNGARAN
A. PENGKAJIAN
Data umum
Nama Unit Resos : Unit Resos Wening Wardoyo Ungaran
Alamat Unit Resos : Jl. Kutilang No. 24 Kuncen Ungaran
Nama Pemimpin : Drs. Kartono, MM.
Nama Wisma : Wisma Pandu
Pengasuh Wisma : Pengasuh dalam : Ibu Sudariyah
Pengasuh luar : Bpk Pekik Marwoto Adi, SH
Jumlah PM : 5 orang
Data khusus
1. Dimensi Biofisik
a. Penggolongan PM berdasarkan jenis kelamin:
Perempuan : 4 orang (80%)
Laki-laki : 1 orang (20%)
b. Penggolongan PM berdasarkan umur:
Umur 60-70 tahun : 2 orang (40%)
Umur 71-80 tahun : -
Umur 81-90 tahun : 3 orang ( 60%)
c. Penggolongan PM berdasarkan suku atau etnis:
Jawa : 5 orang (100%)
d. Penggolongan PM berdasarkan agama:
Islam : 5 orang (100%)
e. Penggolongan berdasarkan status gizi:
Underweight : 1 orang (20%)
Nomal : 3 orang (60%)
Overweigt : 1 orang (20%)
f. Penggolongan PM berdasarkn masalah kesehatan:
Gangguan pendengaran : 2 orang (40%)
Gangguan penglihatan : 4 orang (80%)
Nyeri dada : -
Gangguan gerak : 1 orang (20%)
2. Dimensi Psikologi
a. Status mental
Baik 2 orang (40%)
Gangguan ringan : 2 orang (40%)
Gangguan sedang : -
Gangguan berat : 1 orang (20%)
b. Status depresi
Depresi : -
Tidak depresi : 5 orang (100%)
c. Keadaan Emosi
Sedih : -
Marah : -
Biasa : 5 orang (100%)
3. Dimensi Fisik
a. Luas Wisma : 20 X 15 m
Ket :
1 : kamar tidur
111
11
3
3
2 5
4
6
7
U
2 : dapur
3 : kamar mandi/toilet
4 : halaman samping
5 : teras
6 : ruang makan
7 : ruang tamu
b. Keadaan lingkungan di dalam wisma:
1. Penerangan
Kondisi penerangan dalam ruangan (penggunaan lampu):
Dalam wisma terdapat 5 kamar tidur, setiap kamar tidur diberi penerangan
lampu 10 watt, terdapat 1 ruang tamu berpenerangan lampu 20 watt, dan 2
kamar mandi berpenerangan lampu 10 watt.
Kesimpulan : penerangan lampu dalam wisma baik, semua ruangan terdapat
lampu penerangan yang cukup.
Pencahayaan matahari
Setiap kamar terdapat jendela yang dapat dibuka, matahari bisa dengan
mudah masuk kedalam ruangan, serta di ruang tamu juga terdapat jendela
yang memudahkan cahaya masuk.
Kesimpulan : pencahayaan matahari cukup, dari ruang tamu sampai tiap
kamar.
2. Kebersihan dan kerapian
Kondisi kebersihan setiap orang
Semua ruangan tampak bersih, setiap pagi PM menyapu, mengepel, dan
merapikan ruangan secara gotong royong supaya tetap terjaga
kebersihannya.
Penataan barang di wisma
Barang-barang tersusun rapi, alat yang mudah pecah dan tajam ditempatkan
dalam satu almari, tidak ada barang yang berserakan atau berantakan.
3. Pemisah ruangan antara ruangan pria dan wanita
Pria dan wanita tinggal dalam satu wisma, mereka dipisahkan oleh kamar tidur
berdinding beton. Untuk interaksi sehari-hari, mereka bebas berkumpul dan
berkomunikasi.
B
S
T
4. Sirkulsi udara
Luas kamar:
Luas kamar 3x3 meter, tiap kamar terdapat 2 jendela yang dapat dibuka, setiap
hari pintu dan jendela selalu dibuka agar sirkulasi udara lancar.
Kesimpulan : sirkulasi udara cukup lancar.
5. Keamanan
Dalam wisma terdapat dua kamar mandi dalam, dari kamar PM berjarak kira-
kira 5 meter. Jalan menuju kamar mandi dan dalan kamar mandi terdapat
pegangan pada tembok. Kondisi lantai basah tapi tidak licin.
Kesimpulan : keamanan cukup baik.
6. Sumber air
Sumber air dari PDAM, kualitas air jernih, bersih dan tidak berbau. Sedangkan
untuk air minum menggunakan air minum kemasan. Jarak penggunaan sumber
air dari septic tank kira-kira 7 meter.
7. Ruang kumpul bersama
Para PM biasanya menggunakan ruang tamu untuk berkumpul, kondisi ruang
tamu bersih dan luas kira-kira 6x4 meter. Di ruang tamu terdapat meja dan
kursi.
c. Keadaan lingkungan luar wisma
1. Pemanfaatan halaman
Didepan dan disamping wisma terdapat halaman, terdapat tanaman bunga
dalam pot dan pohon. Latar halman dari paving/semen. Kondisi halaman bersih,
terdapat tempat sampah di samping wisma dan setiap pagi PM menyapu dan
mencabuti rumput.
2. Pembuangan limbah
Pembuangan limbah terbuka, ada genangan limbah, agak bau.
3. Pembuangan sampah
Didalam rumah dan didepan rumah terdapat tempat sampah, jika sudah penuh
maka sampah dibuang ditempat pembuangan sampah yang lebih besar di
Uresos, kemudian nanti akan diangkut oleh pengelola sampah TPS.
4. Sanitasi
Keadaan sanitasi atau saluran air, mengalir dari belakang wisma menuju ke
depan, kemudian tersalur dengan sanitasi diluar Uresos.
5. Sumber pencemaran
Lungkungan wisma bersih, tidak ada pencemaran air, suara dan udara sebab
jauh dari jalan raya maupun pabrik. Udara dilingkungan wisma bersih dan sejuk
karena termasuk daerah pegunungan.
4. Dimensi Sosial
a. PM berdasarkan pendidikan:
SD : 1orang (20 %)
Tidak sekolah : 4 orang (80%)
Buta huruf : -
b. Hubungan antara lansia di dalam wisma
Hubungan antar PM didalm wisma terdapat konflik, ada beberapa PM yang tidak
cocok dan tidak mau berkumpul. Masing-masing mengatakan bicara dengan PM
lain jika ada perlunya saja. Didalam wisma kurang tercipta lingkungan yang
harmonis.
c. Hubungan antara lansia di luar wisma
Para PM selalu mengikuti acara yang diselenggarakan di Unit Rehabilitasi Sosial,
seperti kegiatan olah raga senam, keagamaan, pelatihan ketrampilan dll. Ketika
bertemu teman lain wisma, mereka saling bertegur sapa.
d. Hubungan antara lansia dengan anggota keluarga
Lansia yang dikunjungi keluarga satu tahun sekali yaitu sebanyak 2 orang lansia
(40%). 2 orang (40%) lansia tidak pernah dikunjungi keluarganya, karena dia sudah
tidak punya keluarga lagi dan dia hidup sendiri. Serta 1 orang (20%) lansia satu
tahun sekali pulang kerumah anaknya.
e. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Hubungan PM dengan pengasuh wisma baik, PM mematuhi dengan peraturan yang
dibuat, PM melaksanakan tugas yang sudah dibagi oleh pengasuh wisma.
f. Kegiatan organisasi sosial
Di Uresos setiap hari mengadakan perkumpulan seperti keagamaan, pelatihan
ketrampilan, kemasyarakatan dll, serta di pagi hari diadakan senam atau olah raga.
Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh lansia yang ada di Uresos.
5. Dimensi Tingkah Laku
a. Pola makan dan minum
Ny. S
PM makan 3 kali/hari pagi 2 kali dan siang satu kali. Dengan 1 porsi habis,
namun jika menu makanannya kurang selera hanya habis ½ porsi saja. PM
makan dengan lauk pauk dan sayur serta buah. Beliau sekarang sedang
meghindari makanan yang berlemak dan tinggi kolesterol, karena PM
menderita hipertensi. PM tidak mempunyai alergi terhadap makanan apapun.
Kebiasaan minum sekitar 6 gelas/hari.
Ny. Slm
PM makan 3 kali/hari pagi, siang dan sore. Dengan satu porsi habis, PM
makan dengan nasi, lauk pauk dan sayur, serta buah. PM lebih senang makan
dicapur kecap. PM tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan tidak
ada pantangan makan. Kebiasaan minum sekitar 5 gelas/hari.
Ny. M
PM makan 3 kali/hari sehari dan nafsu makan PM baik. PM makan dengan
nasi, lauk, pauk dan sayur serta buah. PM memiliki kebiasaan berdoa sebelum
makan. PM tidak menyukai ikan basah, dan belut. PM tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan dan tidak ada pantangan makan. Pada saat makan
PM tidak memiliki keluhan-keluhan. Kebiasaan minum sekitar 5 gelas/hari.
Ny. J
PM makan kadang 2 kali/hari, kadang 3 kali/hari namun PM mengtakan
makannya tidak selalu tepat waktu dan tidak teratur. PM makan makanan
yang disediakan dari URS, yaitu dengan nasi, lauk, pauk dan sayur, serta
buah. PM tidak mempunyai pantangan dalam makanan dan tidak mempunyai
alergi terhadap makanan apapun.
PM mengatakan minum kurang lebih 7 gelas perhari.
Tn. P
PM makan 3 kali/hari, porsi makan selalu di habiskan, dari URS selalu
menyediakan lauk, pauk, sayur, nasi ,dan buah. PM tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan dan tidak ada pantangan makan. PM minum kurang
lebih 5 gelas/hari .
Kesimpulan : PM yang makan 3 kali/hari 5 orang (100%)
b. Pola tidur
Ny. S
PM biasa tidur malam kira-kira 6 jam , dari jam 21.00-03.00. PM
mengatakan tidak bisa tidur pulas dan sering terbangun.
Di siang hari, PM hanya berbaring saja, karena tidak bisa tidur.
Ny. Slm
PM biasa tidur malam kira-kira jam 20.00-05.00. PM mengatakan tidak bisa
tidur pulas dan sering terbangun.
Di siang hari, PM hanya berbaring saja 1-2 jam, karena tidak bisa tidur.
Ny. M
PM tidur malam selama ± 7 jam, dari jam 21.00-04.00. dan tidur siang selama
± 1 jam, tetapi waktunya tidak tentu. PM mengatakan tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan tidur.
Ny. J
PM biasanya tidur malam kira-kira setelah sholat isya’jam 08.00-05.00. PM
bangun subuh untuk sholat subuh. PM. tidur siang selama ± 1 jam, tetapi
waktunya tidak tentu.
Tn. P
PM bisa tidur malam antara jam 21.00 dan bangun jam 03.00, PM mengtakan
nyenyak tidurnya, saat siang juga waktunya digunakan untuk tidur dari pagi
jam 11.00 dan bangun jam 12.00 untuk sholat dan makan. Setelh itu PM tidur
lagi.
Kesimpulan : PM yang tidur antara jam 21.00 ada 3 orang (60%) dan yang tidur
jam 20.00 ada 2 orang (40%). Jadi PM di wisma pandu kebiasaan tidur dimuli habis
isya’ jam 20.00. PM yang mengalami gangguan tidur 2 orang (40%)dan yang tidak
mempunyai gangguan tidur 3 orang (60%).
c. Pola eliminasi
Ny. S
Ny. S biasa BAB 2 kali/hari dengan konsentrasi lembek, berarna kekuningan,
dan berbau khas.
Ny. S biasa BAK kira-kira 8 kali/hari, berarna kuning dan berbau khas.
Frekwensi tersering biasanya ketika malam hari.
Ny. S tidak mengalami masalah dalam BAB maupun BAK, PM bisa
melakukannya secara mandiri.
Ny. Slm
Ny. Slm biasa BAB 2 kali/hari dengan konsentrasi lembek, berarna
kekuningan, dan berbau khas.
Ny. Slm biasa BAK kira-kira 10 kali/hari, berarna kuning dan berbau khas.
PM mengatakan tiap BAK hanya keluar sedikit-sedikit. Frekwensi tersering
biasanya ketika malam hari.
Ny. Slm tidak mengalami masalah dalam BAB maupun BAK, PM mampu
mengontrol BAB dan BAK.
Ny. M
PM BAK sehari ± 5kali/hari dengan BAK pada malam hari sebanyak 3 kali,
dengan warna kekuningan dan berbau khas. PM tidak memiliki keluhan yang
berhubungan dengan BAK. PM BAB 1kali/hari, dengan konsistensi semi
padat dan tidak ada keluhan yang berhubungan dengan BAB. PM masih bisa
mengontrol BAB dan BAK.
Ny. J
BAK kurang lebih 4 kali/hari kira-kira 2000-2500 cc per hari PM tidak
mengalami inkontinensia, karena PM bisa menahan BAK. Kebiasaan BAB
PM 1kali/hari konsistensi lembek berwarna kekuningan dan berbau khas.
Tn. P
PM BAK kurang lebih 6 kali/hari dan kebiasaan BAB 2 kali/hari dengan
konsistensi lembek, berwarna kekuningan dan bau khas. PM masih bisa
mengontrol BAB dan BAK.
Kesimpulan : PM tidak ada yang BAB/BAK ditempat tidur, PM mampu BAB/BAK
dikamar mandi 5 orang (100%).
d. Pola kebersihan diri
Ny. S
Ny. S biasa mandi 2 kali/hari saat dini hari dan pagi hari menggunakan sabun.
PM merasa tidak perlu untuk menggosok gigi, PM hanya berkumur dan
mengusap gusi dengan tangan. PM mengatakan tidak tahu cara merawat
mulut dan gusi. PM biasa keramas 1 kali/minggu dan jarang memotong kuku.
PM mengatakan tidak pernah cuci tangan sebelum makan.
Ny. Slm
Ny. Slm biasa mandi 1 kali/hari di pagi hari menggunakan sabun. PM merasa
tidak perlu untuk menggosok gigi, PM hanya berkumur dan mengusap gusi
dengan tangan. PM mengatakan tidak tahu cara merawat mulut dan gusi. PM
biasa keramas 1 kali/minggu dan jarang memotong kuku. PM mengatakan
tidak pernah cuci tangan sebelum makan.
Ny. M
PM mandi 1 kali/hari, di waktu pagi dan saat sore hari PM jarang mandi
terkadang mandi kadang tidak. PM mandi dengan menggunakan sabun. PM
juga menggosok gigi menggunakan sikat gigi. PM mencuci rambut
1kali/minggu dengan menggunakan shampo. PM tidak pernah menggunting
kuku. PM mengatakan tidak pernah cuci tangan sebelum makan.
Ny. J
PM mengatakan biasanya mandi 2 kali/hari menggunakan sabun dan selalu
gosok gigi menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, PM selalu rajin memotong
kukunya jika sudah agak keliatan panjang, PM juga mengatakan dirinya
selalu keramas 2 kali/minggu.
Tn. P
PM Mandi 2 kali/hari menggunakan sabun, PM hanya berkumur dan
menggosok giginya dengan jari. PM mengatakan tidak tahu cara merawat
mulut dan gusi. PM jarang memotong kukunya dan membersihkan kukunya.
PM hanya keramas 1 kali/minggu. PM mengatakan tidak pernah cuci tangan
sebelum makan.
Kesimpulan : berdasarkan indeks kats PM yang mampu melakukan kebersihan diri
secara mandiri 5 orang (100%), PM yang mandi 2 kali/hari ada 3 orang (60%), PM
yang mandi 1 kali/hari ada 2 orang (40%), PM yang menggosok gigi 3 orang
(60%), PM yang tidak menggosok gigi 2 orang (40%). PM yang tidak pernah cuci
tangan sebelum makan ada 4 orang (80%)
e. Kebiasaan buruk kelompok
Dalam kelompok tidak ada yang mempunyai kebiasaan buruk seperti merokok
ataupun minum minuman alcohol.
f. Status fungsional
Ny. S
PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,
dressing, toileting, transferring, continen, dan feeding. Nilai indeks katz A
yaitu mandiri untuk 6 fungsi.
AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI
Bathing
Dressing
Toileting
Transferring
Continen
Feeding
INDEKS KATZ A
Ny. Slm
PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,
dressing, toileting, continen, dan feeding. Sedangkan transferring, PM
membutuhkan alat bantuan berupa tongkat. Nilai indeks katz B yaitu mandiri
untuk semua fungsi kecuali 1 fungsi.
AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI
Bathing
Dressing
Toileting
Transferring
Continen
Feeding
INDEKS KATZ B
Ny. M
PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,
dressing, toileting, transferring, continen, dan feeding. Nilai indeks katz A
yaitu mandiri untuk 6 fungsi.
AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI
Bathing
Dressing
Toileting
Transferring
Continen
Feeding
INDEKS KATZ A
Ny. J
PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,
dressing, toileting, transferring, continen, dan feeding. Nilai indeks katz A
yaitu mandiri untuk 6 fungsi.
AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI
Bathing
Dressing
Toileting
Transferring
Continen
Feeding
INDEKS KATZ A
Tn. P
PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,
dressing, toileting, transferring, continen, dan feeding. Nilai indeks katz A
yaitu mandiri untuk 6 fungsi.
AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI
Bathing
Dressing
Toileting
Transferring
Continen
Feeding
INDEKS KATZ A
Berdasarkan indeks katz:
A : 4 orang (80%)
B : 1 orang (10%)
g. Pelaksanaan pengobatan
Semua PM diberi pelayanan di Poliklinik yang tersedia kali/bulan, dan semua lansia
memanfaatkan fasilitas tersebut. Jika ada lansia yang perlu dirujuk, Uresos bekerja
sama dengan RSD/RSUP setempat untuk menindak lanjuti.
h. Kegiatan olahraga
Semua PM mengikuti olahraga/senam setiap pagi yang diadakan oleh Uresos.
i. Rekreasi
PM mengatakan rekreasi atau hiburan selama di Uresos adalah acara bernyanyi
bersama, namun menurut PM sekarang sudah jarang dilakukan. Namun, PM
mengatakan dengan adanya pertemuan agama, ketrampilan, kemasyarakatan
maupun olahraga sudah cukup membuat mereka senang.
j. Pengambilan keputusan
Setiap ada masalah menyangkut PM, selalu didiskusikan dengan pengasuh di
wisma kemudian pengasuhlah yang mengambil keputusan.
6. Dimensi sistem kesehatan
a. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Jika PM ada keluhan tentang kesehatannya, PM dating memeriksakannya ke
poliklinik yang tersedia di Uresos 2 kali/bulan.
b. Sistem pelayanan kesehatan
1. Fasilitas kesehatan yang tersedia : Poliklinik dan RS untuk rujukan
2. Jumlah tenaga kesehatan : 1 orang dokter dibantu oleh karyawati Uresos.
3. Tindakan pencegahan terhadap penyakit
Semua warga Uresos termasuk para pengasuh dan PM, ikut aktif menjaga
kesehatan. Misalnya mereka berusaha menjaga lingkungan agar tetap bersih,
terhindar dari sampah, jauh dari polusi, serta jauh dari genangan air agar tidak
muncul bibit-bibit penyakit. Selain itu, dalam hal keamanan, seluruh warga
Uresos berusaha menempatkan benda-benda sesuai tempatnya, agar tidak
mengancam keselamatan lansia dan warga Uresos. Serta memberi fasilitas-
fasilitas untuk menunjang kesehatan dan keselamatan bersama.
4. Frekwensi kegiatan pelayanan kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan di Uresos wening wardoyo, terutama Poliklinik
diadakan 2 kali/bulan.
7. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
Ny. S
a) Pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum Ny. S : Nampak sudah mulai lemah karena memasuki umur
lansia.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 160 / 90 mmHg.
Nadi : 68 kali/menit
Respirasi : 20 kali/mnt
Suhu : 36,5 0C
b) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Rambut : panjang, warna putih, agak kotor, bau.
Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan
dikelopak mata, pandangan agak kabur, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.
Telinga : kemampuan mendengar kurang baik, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.
Mulut : mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap, bau.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi
Paru- paru
I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena
supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.
P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.
P = sonor
A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.
Jantung
I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat
P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan
P = Redup
A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2
Abdomen
I = Simetris, tidak ada asites
A = bissing usus 12x/mnt
P = Tympani
P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia: tidak terkaji
Ekstremitas
Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
Rom aktif, kekuatan otot 5.
Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom
aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.
Kuku : pendek, kotor.
Ny. Slm
a) Pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum Ny. Slm : Nampak sudah mulai lemah karena memasuki umur
lansia.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110 / 90 mmHg.
Nadi : 74 kali/menit
Respirasi : 22 kali/mnt
Suhu : 36,5 0C
b) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Rambut : panjang, warna putih, agak kotor, bau.
Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan
dikelopak mata, pandangan agak kabur, menggunakan alat bantu
penglihatan kaca mata.
Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.
Telinga : kemampuan mendengar kurang baik, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.
Mulut : mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap, bau.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi
Paru- paru
I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena
supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.
P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.
P = sonor
A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.
Jantung
I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat
P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan
P = Redup
A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2
Abdomen
I = Simetris, tidak ada asites
A = bissing usus 12x/mnt
P = Tympani
P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia: tidak terkaji
Ekstremitas
Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
Rom aktif dipersendian lengan dan siku, ROM pasif di persendian
jari, kekuatan otot 5.
Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom
aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.
Kuku : pendek, kotor.
Ny. M
a) Pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum Ny. M : Nampak sudah mulai lemah karena memasuki umur
lansia.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120 / 90 mmHg.
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/mnt
Suhu : 37 0C
b) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Rambut : panjang, warna putih, agak kotor, bau.
Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan
dikelopak mata, pandangan agak kabur, menggunakan alat bantu
penglihatan kaca mata.
Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.
Telinga : kemampuan mendengar baik, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.
Mulut :, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi
Paru- paru
I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena
supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.
P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.
P = sonor
A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.
Jantung
I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat
P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan
P = Redup
A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2
Abdomen
I = Simetris, tidak ada asites
A = bissing usus 14x/mnt
P = Tympani
P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia: tidak terkaji
Ekstremitas
Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
Rom aktif, kekuatan otot 5.
Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom
aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.
Kuku : pendek, kotor.
Ny. J
a) Pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum Ny. J : baik, kuat.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110 / 80 mmHg.
Nadi : 72 kali/menit
Respirasi : 20 kali/mnt
Suhu : 37 0C
b) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Rambut : panjang, warna putih, agak kotor, bau.
Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan
dikelopak mata, pandangan agak kabur, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.
Telinga : kemampuan mendengar baik, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.
Mulut : mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi
Paru- paru
I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena
supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.
P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.
P = sonor
A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.
Jantung
I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat
P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan
P = Redup
A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2
Abdomen
I = Simetris, tidak ada asites
A = bissing usus 14x/mnt
P = Tympani
P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia: tidak terkaji
Ekstremitas
Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
Rom aktif, kekuatan otot 5.
Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom
aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.
Kuku : pendek, kotor.
Tn. P
c) Pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum Tn. P : Nampak sudah mulai lemah karena memasuki umur
lansia.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 150 / 100 mmHg.
Nadi : 70 kali/menit
Respirasi : 22 kali/mnt
Suhu : 37 0C
d) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Rambut : pendek, warna putih, agak kotor, bau.
Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan
dikelopak mata, pandangan agak kabur, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.
Telinga : kemampuan mendengar baik, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.
Mulut : mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap, bau.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi
Paru- paru
I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena
supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.
P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.
P = sonor
A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.
Jantung
I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat
P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan
P = Redup
A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2
Abdomen
I = Simetris, tidak ada asites
A = bissing usus 14x/mnt
P = Tympani
P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia: tidak terkaji
Ekstremitas
Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
Rom aktif, kekuatan otot 5.
Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom
aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,
rom aktif, kekuatan otot 5.
Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.
Kuku : pendek, kotor.
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
DS :
Berdasarkan wawancara dengan
pengasuh dan PM didapatkan data :
3 PM mandi 2 kali/ hari, dan 2 pm
mandi 1 kali/hari
3 PM tidak pernah menggosok gigi,
mereka hanya berkumur dan
menggosoknya dengan jari saja
3 PM mengatakan tidak tahu cara
merawat mulut dan gusi
3 PM keramas 1 kali/minggu
5 PM jarang memotong kukunya
4 PM mengatakan tidak pernah cuci
tangan sebelum makan.
DO :
3 pm, mulut bau tidak enak
5 pm keadaan rambut terlihat kotor
dan bau tidak enak
Kurang pengetahuan
tentang cara
perawatan diri,
Penurunan motivasi,
Gangguan status
mental.
Resiko peningkatan
deficit perawatan
diri pada PM di
wisma Pandu
DS :
3 PM mengatakan tidak tahu
mengenai Hipertensi, proses
penyakit dan perawatannya.
4 PM tidak pernah bersekolah
DO :
Terdapat 2 PM yang mengalami
hipertensi
Ny. S : 160/90 mmHg
Tn. P : 150/100 mmHg
Kurangnya
informasi mengenai
penyakitnya
Kurang minat dalam
belajar
Kurang
pengetahuan
mengenai hipertensi
C. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
Masalah
Keperawatan
Komponen Skor
(A+2B) X C
Rang
kingPembenaran
A B C
Resiko
peningkatan
deficit
perawatan
diri.
10 5 7 140 1 Terdapat lebih dari 25% PM
mengalami masalah personal hygine
yaitu sekitar 30-100%. Masalah
personal hygine ini sangat bisa
berdampak untuk masalah kesehatan
lain jika PM tidak mau mengatasi,
apalagi bila terjadi penyakit yang
menular sehingga tidak hanya satu PM
saja yang terancam namun bisa
mengancam PM lain. Dan ini sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup
PM di Wisma Pandu..
Untuk mengatasi hal tersebut, di susun
intervensi yang relative efektif sebab
PM masih dalam keadaan mental yang
baik, sehingga dapat dimotivasi dan
diberi pengetahuan.
Kurang
pengetahuan
mengenai
hipertensi
10 3 5 80 2 Berdasarkan prosentase, terdapat 2
orang (40%) mengalami masalah ini,
kurangnya pengetahuan ini merupakan
masalah yang cukup serius karena
penyakit ini adalah termasuk penyakit
yang tidak menular sehingga tidak
akan mengganggu PM lain dan
kelangsungan hidup mereka,
sedangkan jika dilihat komplikasinya
sehingga manajement perawatan perlu
diketahui supaya terhindar dari
komplikasi, selain itu diharapkan klien
lain juga mendukung untuk perawatan
hipertensi itu sendiri. Keefektifan
intervensi disini efektif bila satu sama
lain saling mengingatkan, baik itu
antar PM maupun PM dengan
pengasuh.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko peningkatan deficit perawatan diri pada PM di wisma Pandu berhubungan
dengan Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri, Penurunan motivasi,
Gangguan status mental.
2. Kurang pengetahuan mengenai hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya, kurangnya minat dalam belajar.
E. RENCANA KEPERAWATAN
DP TUM TUK Intervensi Metode Evaluasi Evaluator
1 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama diharapkan
tidak terjadi deficit
perawatan diri pada
PM di wisma
Pandu.
PM dapat mengenal
tentang pentingnya
kebersihan diri.
PM dapat meningkatkan
minat dan motivasinya
untuk memperhatikan
kebersihan diri.
PM dapat
mempertahankan
kebersihan diri secara
mandiri.
PM dapat melakukan
kebersihan perawatan
diri secara mandiri.
1. Berikan pendidikan
kesehatan pada PM tentang
kebersihan diri dan
perawatan diri
2. Beri pengetahuan tentang
pentingnya cuci tangan
3. Demonstrasikan cara
perawatan kuku, tubuh
(mandi), gigi/gusi dan mulut.
4. Dorong PM untuk
mendemonstrasikan kembali
yang telah disajikan
5. Beri catatan dalam bentuk
gambar/visual mengenai tata
cara kebersihan diri
(menggosok gigi, cuci
tangan, mandi)
6. Motivasi PM untuk
menerapkan apa yang telah
Kognitif
Kognitif
Afektif
Afektif
Kognitif
Psikomotor
Mahasiswa
didapat mengenai tata cara
kebersihan diri (menggosok
gigi, cuci tangan, mandi)
2 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama diharapkan
PM menunjukkan
peningkatan
pengetahuan
mengenai
Hipertensi.
Menyatakan pemahaman
tentang proses penyakit
dan regimen pengobatan.
Mengidentifikasi
kemungkinan komplikasi
yang perlu diperhatikan.
Partisipasi PM lain
terhadap penderita dalam
berpartisipasi untuk
perawatn hipertensi
Mempertahankan TD
dalam parameter normal.
1. Jelaskan pada PM
tentang penyakit yang ia
derita (Hipertensi) tentang
pengertian, penyebab, gejala,
pencegahan/perawatan,
komplikasi.
2. Demostrasikan
ramuan herbal untuk
hipertensi.
3. Dorong PM untuk
mendemonstrasikan ulang
membuat ramuan herbal
untuk hipertensi.
4. Anjurkan PM
dengan hipertensi untuk
mematuhi diet yang didapat
dari Uresos.
5. Lakukan
pengukuran tekanan darah
secara rutin.
Kognitif
Afektif
Afektif
Psikomotor
Afekti
Psikomotor
Mahasiswa
6. Anjurkan PM untuk
minum obat secara teratur
dan sesuai dosis yang telah
ditetapkan.
7. Anjurkan PM lain
untuk berpartisipasi dalam
perawatan hipertensi.
Psikomotor
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HASIL KEGIATAN
No KegiatanWaktu dan
TempatRespon PM Faktor Pendukung Faktor Peghambat
T
T
Memotivasi PM
untuk membersihkan
wisma
21/5/13
07.00
Wisma Pandu
S : PM mengatakan akan
membersihakn Wisma
O : PM tampak ada yang
menyapu, mengepel lantai,
mencabuti rumput, membuang
sampah
Membersihkan wisma
adalah kebiasaan PM
setiap pagi.
Kondisi fisik yang
mulai lemah.
K
6
2 Melakukan
pengukuran tekanan
darah secara rutin.
21/5/13
08.00
Ruang tamu
S : PM mengatakan mau
diukur tekanan daranh nya.
O : Ny S : 160/90 mmHg
Terdapat fasilitas
pengukur tekanan
darah.
- K
6
Wisma Pandu Ny. Slm : 110/90 mmHg
Ny. M : 120/90 mmHg
Ny. J : 110/80 mmHg
Tn. P : 150/100 mmHg
Memotivasi PM
untuk mengikuti
kagiatan di Uresos
21/5/13
09.00
Aula Uresos
S : PM mengatakan mau
mengikuti kegiatan di Aula
O : PM tampak menghadiri
kegiatan di Aula Uresos
Mengikuti kegiatan di
Uresos adalah
kebiasaan PM.
Kondisi fisik yang
mulai melemah.
K
6
2 Melakukan
pengukuran tekanan
darah secara rutin.
22/5/13
10.30
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
diukur tekanan daranh nya.
O : Ny S : 160/100 mmHg
Ny. Slm : 110/90 mmHg
Ny. M : 120/80 mmHg
Ny. J : 110/90 mmHg
Tn. P : 150/90 mmHg
Terdapat fasilitas
pengukur tekanan
darah.
- K
6
1 Mamberikan
pendidikan
kesehatan pada PM
tentang kebersihan
diri dan perawatan
diri
22/5/13
10.30
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan paham
tentang kebersihan diri dan
cara merawat tubuh.
O : PM tampak bisa menjawab
pertanyaan dari mahasiswa.
PM mau berpartisipasi
mengikuti penkes.
Tersedianya leaflet
dan lembar balik.
Motivasi untuk
belajar berkurang.
K
6
1 Mamberi 22/5/13 S : PM mengatakan cuci PM mau berpartisipasi Motivasi untuk K
pengetahuan tentang
pentingnya cuci
tangan
11.00
Ruang tamu
wisma Pandu
tangan penting salah satunya
untuk menghindari penyakit.
O : PM tampak bisa menjawab
pertanyaan dari mahasiswa.
mengikuti penkes.
Tersedianya leaflet
dan lembar balik.
belajar berkurang. 6
1 Mendemonstrasikan
cara perawatan kuku,
tubuh (mandi),
gigi/gusi dan mulut.
22/5/13
11.15
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan bisa paham
cara perawatan kuku, tubuh,
gigi/gusi dan mulut.
O : PM tampak memperhatikan
demostrasi cara merawat
perawatan kuku, tubuh,
gigi/gusi dan mulut.
Tersedianya alat
peraga dan gambar.
Motivasi untuk
belajar berkurang.
K
6
1 Mendorong PM
untuk
mendemonstrasikan
kembali yang telah
disajikan
22/5/13
11.30
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan bisa
mendemonstrasikan cara
perawatan kuku, tubuh,
gigi/gusi dan mulut.
O : PM tampak
mendemostrasikan cara
merawat gigi/gusi.
Tersedianya alat
peraga dan gambar,
Motivasi PM untuk
mencoba.
Motivasi untuk
belajar berkurang.
K
6
1 Memotivasi PM
untuk menerapkan
apa yang telah
didapat mengenai
tata cara kebersihan
22/5/13
11.45
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
menerapkan cara perawatan
diri.
O : PM tampak kooperatif
Motivasi untuk
mengikuti anjuran
mahasiswa.
Perlu control dari
pengasuh dan
mahasiswa.
K
6
diri (menggosok
gigi, cuci tangan,
mandi)
menerima anjuran mahasiswa.
2 Melakukan
pengukuran tekanan
darah secara rutin.
23/5/13
08.00
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
diukur tekanan daranh nya.
O : Ny S : 150/90 mmHg
Ny. Slm : 110/90 mmHg
Ny. M : 120/90 mmHg
Ny. J : 110/90 mmHg
Tn. P : 120/90 mmHg
Terdapat fasilitas
pengukur tekanan
darah.
- K
6
2 Menjelaskan pada
PM tentang penyakit
yang ia derita
(Hipertensi) tentang
pengertian,
penyebab, gejala,
pencegahan/perawat
an, komplikasi.
23/5/13
08.00
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan paham
tentang hipertensi yaitu
kenaikan tekanan darah yang
disebabkan bisa karena
keturunan, stress, kegemukan,
merokok dll yang dapat
membuat pusing, mata
berkunang-kunang. Jika tidak
tertangani bisa menyebabkan
stroke.
O : PM tampak bisa menjawab
pertanyaan mahasiswa.
PM mau berpartisipasi
mengikuti penkes
Tersedianya leaflet
dan lembar balik.
Motivasi untuk
belajar berkurang.
K
6
2 Mendemostrasikan 23/5/13 S : PM mengatakan bisa Tersedianya alat dan Motivasi untuk K
ramuan herbal untuk
hipertensi. 08.15
Ruang tamu
wisma Pandu
membuat ramuan herbal
mengenai hipertensi
O : PM tampak memperhatikan
mahasiswa ketika demonstrasi.
bahan. belajar berkurang. 6
2 Mendorong PM
untuk
mendemonstrasikan
ulang membuat
ramuan herbal untuk
hipertensi.
23/5/13
08.30
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan mau dan
bisa mempraktekkan cara
membuat ramuan herbal
dengan bawang putih.
O : PM tampak
mempraktekkan membuat
ramuan bawang putih untuk
hipertensi.
Tersedianya alat dan
bahan
Motivasi PM untuk
mencoba.
Motivasi untuk
belajar berkurang.
K
6
2 Menganjurkan PM
dengan hipertensi
untuk mematuhi diet
yang didapat dari
Uresos.
23/5/13
08.40
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
menerima diet yang diberikan
Uresos.
O : PM tampak menerima
saran mahasiswa.
Keterbukaan PM
dengan mahasiswa.
Perlu pengawasan
dari pengasuh dan
mahasiswa.
K
6
2 Menganjurkan PM
untuk minum obat
secara teratur dan
sesuai dosis yang
telah ditetapkan.
23/5/13
08.45
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
meminum obat secara teratur,
tapi membutuhkan untuk
diingatkan.
O : PM tampak menerima
saran dari mahasiswa
Keterbukaan PM
dengan mahasiswa.
Perlu pengawasan
dari pengasuh dan
mahasiswa.
K
6
2 Menganjurkan PM
lain untuk
berpartisipasi dalam
perawatan
hipertensi.
23/5/13
08.50
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan mau saling
mengingatkan.
O : PM menerima saran
mahasiswa untuk saling
membantu.
Keterbukaan PM
dengan mahasiswa.
Hubungan antar
PM yang kurang
harmonis.
K
6
1 Motivasi PM untuk
menerapkan apa
yang telah didapat
mengenai tata cara
kebersihan diri
(menggosok gigi,
cuci tangan, mandi)
23/5/13
09.00
wisma Pandu
S : PM mengatakan sudah
mulai menerapkan cara
perawatan diri.
O : PM tampak kooperatif
menerima anjuran mahasiswa.
Motivasi untuk
mengikuti anjuran
mahasiswa.
Perlu kontrol dari
pengasuh dan
mahasiswa.
K
6
2 Melakukan
pengukuran tekanan
darah secara rutin.
24/5/13
08.00
Ruang tamu
wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
diukur tekanan daranh nya.
O : Ny S : 160/90 mmHg
Ny. Slm : 110/80 mmHg
Ny. M : 120/70 mmHg
Ny. J : 110/90 mmHg
Tn. P : 140/90 mmHg
Terdapat fasilitas
pengukur tekanan
darah.
- K
6
2 Menganjurkan PM
lain untuk
berpartisipasi dalam
24/5/13
08.15
Ruang tamu
S : PM mengatakan tadi pagi
sudah mengingatkan PM lain
untuk minum obat.
Keterbukaan PM
dengan mahasiswa.
Hubungan antar
PM yang kurang
harmonis.
K
6
perawatan
hipertensi.
wisma Pandu O : PM menunjukkan
partisipasinya untuk saling
membantu.
1 Motivasi PM untuk
menerapkan apa
yang telah didapat
mengenai tata cara
kebersihan diri
(menggosok gigi,
cuci tangan, mandi)
24/5/13
08.30
wisma Pandu
S : PM mengatakan sudah
mulai menerapkan cara
perawatan diri.
O : PM tampak menunjukkan
pemenerimaan anjuran
mahasiswa.
Motivasi untuk
mengikuti anjuran
mahasiswa.
Perlu kontrol dari
pengasuh dan
mahasiswa.
K
6
1 Memberi catatan
dalam bentuk
gambar/visual
mengenai tata cara
kebersihan diri
(menggosok gigi,
cuci tangan, mandi)
24/5/13
08.45
Wisma Pandu
S : PM mengatakan senang
setelah diberi catatan dalam
bentuk visual, mereka lebih
bisa memahami.
O : PM tampak mempelajari
gambar tentang tata cara
kebersihan diri.
Tersedianya gambar-
gambar untuk
memudahkan lansia
memahami suatu
pesan.
Motivasi PM untuk
belajar.
K
6
2 Menganjurkan PM
dengan hipertensi
untuk mematuhi diet
yang didapat dari
Uresos
24/5/13
12.00
Wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
makan menu diet yang
disediakan Uresos.
O : PM tampak kooperatif
menerima saran mahasiswa.
Keterbukaan PM
dengan mahasiswa.
Perlu pengawasan
dari pengasuh dan
mahasiswa.
2 Menganjurkan PM 24/5/13 S : Pm mengatakan sudah rutin Keterbukaan PM Perlu pengawasan K
untuk minum obat
secara teratur dan
sesuai dosis yang
telah ditetapkan
12.30
Wisma Pandu
munum obat, terkadang dia
diingatkan oleh teman atau
pengasuh.
O : PM tampak kooperatif dan
mau menjalankan saran
mahasiswa.
dengan mahasiswa. dari pengasuh dan
mahasiswa.
6
2 Melakukan
pengukuran tekanan
darah secara rutin.
25/5/13
08.00
Runag tamu
Wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
diukur tekanan daranh nya.
O : Ny S : 150/90 mmHg
Ny. Slm : 110/80 mmHg
Ny. M : 120/80 mmHg
Ny. J : 110/90 mmHg
Tn. P : 120/100 mmHg
Terdapat fasilitas
pengukur tekanan
darah.
- K
6
1 Motivasi PM untuk
menerapkan apa
yang telah didapat
mengenai tata cara
kebersihan diri
(menggosok gigi,
cuci tangan, mandi)
25/5/13
08.15
Runag tamu
Wisma Pandu
S : PM mengatakan sudah
mulai menerapkan cara
perawatan diri.
O : PM tampak menunjukkan
pemenerimaan anjuran
mahasiswa.
Motivasi untuk
mengikuti anjuran
mahasiswa.
Perlu kontrol dari
pengasuh dan
mahasiswa.
K
6
2 Menganjurkan PM
lain untuk
berpartisipasi dalam
25/5/13
08.30
S : PM mengatakan tadi pagi
sudah mengingatkan PM lain
Keterbukaan PM
dengan mahasiswa.
Hubungan antar
PM yang kurang
K
6
perawatan
hipertensi.
Runag tamu
Wisma Pandu
untuk makan dan minum obat.
O : PM menunjukkan
partisipasinya untuk saling
membantu.
harmonis.
2 Menganjurkan PM
dengan hipertensi
untuk mematuhi diet
yang didapat dari
Uresos
25/5/13
11.30
Wisma Pandu
S : PM mengatakan mau
makan menu diet yang
disediakan Uresos.
O : PM tampak kooperatif
menerima saran mahasiswa.
Keterbukaan PM
dengan mahasiswa.
Perlu kontrol dari
pengasuh dan
mahasiswa.
K
6
2 Menganjurkan PM
untuk minum obat
secara teratur dan
sesuai dosis yang
telah ditetapkan
25/5/13
12.15
Wisma Pandu
S : Pm mengatakan sudah rutin
munum obat, terkadang dia
diingatkan oleh teman atau
pengasuh.
O : PM tampak kooperatif dan
mau menjalankan saran
mahasiswa.
Keterbukaan PM
dengan mahasiswa.
Perlu kontrol dari
pengasuh dan
mahasiswa.
K
6
BAB IV
PEMBAHASAN
Lansia merupakan kelompok umur yang memerlukan perhatian lebih, kerena telah
mengalami berbagai kemunduran baik fungsi fisik maupun psikologisnya. Oleh karena itu, perlu
diadakan pelayanan khusus bagi lansia, terutama untuk lansia yang terlantar dibuat dalam suatu
wadah untuk diberi pelayanan serta perlindungan.
Kelompok khusus adalah Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan
fisik, mental maupun social budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan
pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka
dalam memelihara kesehatan dan perawatan terhadap dirinya sendiri. Terdapat asuhan
keperawatan dasar yang diberikan pada lansia yaitu Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan
keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau
pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga:
kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi
kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani. Untuk lanjut usia yang
mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut
usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang
lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, tanggal 20 Mei 2013 di Wisma
Pandu Unir Resos Wening Wardoyo Ungaran, terdapat 5 lansia yang menghuni Wisma Pandu.
Seluruh lansia tersebut merupakan sasaran asuhan keperawatan untuk lanjut usia yang masih aktif.
Berdasarkan data hasil wawancara terdapat lebih dari 40% PM yang mengalami masalah dalam
personal hygine yang termasuk dalam hal seperti mandi, terdapat 2 orang (40%) yang mandi 1
kali/hari, terdapat 3 orang (60%) yang mandi 2 kali/hari. Perawatan mulut dan gigi, terdapat 3
orang (60%) yang tidak perbah gosok gigi dan mereka hanya berkumur karena menganggap itu
sudah cukup. Sedangkan dalam hal memotong kuku dan mencuci tangan, hamper semua PM di
Wisma Pandu tidak pernah melakukannya karena tidak terbiasa. Dari masalah-masalah tersebut
sebagian besar dikakarenakan kurang pengetahuan tentang pentingnya personal hygine yang baik
serta penuruna minat untuk menjaga personal hygine. Hal ini sesuai dengan teori bahwa lansia
yang masih aktif perlu dukungan dalam hal motivasi termasuk motivasi dalam hal kebersihan diri.
Atas semua permasalahan tersebut, untuk menyusun intervensi terlebih dahulu kami
tegakkan diagnose yaitu Resiko peningkatan deficit perawatan diri pada PM di wisma Pandu
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri, penurunan motivasi,
gangguan status mental. Menurut NANDA, 2010 defisit perawatan diri adalah suatu hambatan
untuk melakukan atau menyelesaikan berbagai aktivitas kebersihan diri, seperti mandi, menjaga
kebersihan kuku dan tangan, berpakaian dll. Dalam diagnosa kami berbunyi resiko peningkatan
deficit perawatan diri maksudnya adalah, semua PM sudah mulai menunjukkan tanda-tanda
deficit perawatan diri dan dikhawatirkan akan terjadi peningkatan jika tidak segera diatasi.
Berdasarkan data, hanya 1 lansia (20%) yang pernah bersekolah sisanya 4 orang lansia (80%)
tidak pernah bersekolah. Sehingga tingkat pengetahuan mereka tentang personal hygine yang baik
sangatlah kurang, terlebih lagi faktor usia yang membuat minat untuk menjaga kebersiha diri
kurang. Kemudian ditambah lagi keadaan status mental yang buruk ada 1 orang (20%). Sehingga
hal-hal tersebut sangat berhubungan atau merupaka suatu faktor terjadinya masalah resiko deficit
perawatan diri pada lansia di Wisma Pandu.
Untuk prioritas masalahnya sendiri, telah dipaparkan bahwa lebih dari 25% lansia
mengalami masalah deficit perawatan diri sehingga ukuran masalah menempati nilai teratas.
Untuk ukuran keseriusan masalah, ini cukup serius karena sangat bisa berdampak untuk masalah
kesehatan lain jika PM tidak mau mengatasi, apalagi ancaman penyakit menular sehingga tidak
hanya satu PM saja yang terancam namun bisa mengancam PM lain. Dan ini sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup PM di Wisma Pandu. Sedangkan untuk nilai keefektifan
intervensi adalah intervensi yang relative efektif sebab PM masih dalam keadaan mental yang
baik, sehingga mudah dimotivasi dan diberi pengetahuan serta pengarahan. Atas dasar-dasar
itulah, maka diagnosa ini menjadi prioritas pertama kami untuk lansia di Wisma Pandu.
Intervensi yang kami susun antara lain, memberikan pendidikan kesehatan pada PM
tentang kebersihan diri dan perawatan diri, memberi pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan,
hal ini kami harapkan agar PM bisa mengetahui pentingnya kebersihan diri dan dalam
pelaksanaannya pun PM aktif mengikuti serta menunjukkan respon yang baik yang ditunnyakkan
PM dapat menjawab pertanyaan dari kami dengan benar. Intervensi selanjutnya,
mendemonstrasikan cara perawatan kuku, tubuh (mandi), gigi/gusi dan mulut, mendorong PM
untuk mendemonstrasikan kembali yang telah disajikan, kami mengharapkan dengan demonstrasi
yang nyata PM akan lebih paham karena kelompok meyadari usia lansia sudah mengalami
penurunan termasuk penurunan dalam menangkap informasi dan penurunan untuk belajar. Dalam
pelaksanaannya PM mampu mendemostrasikan sesuai yang telah diajarkan. Kemudian untuk
selalu mengingatkan pada lansia kami memberi catatan dalam bentuk gambar/visual mengenai
tata cara kebersihan diri (menggosok gigi, cuci tangan, mandi), sehingga sewaktu-waktu mereka
dapat melihat gambar-gambar tersebut jika lupa. Yang tidak laha penting kami juga memotivasi
PM untuk menerapkan apa yang telah didapat mengenai tata cara kebersihan diri (menggosok
gigi, cuci tangan, mandi) agar semua yang telah diajarkan tidak hanya dipahami saja tapi juga
diterapkan untuk sehari-hari. Evaluasi sampai hari ke 7, PM mengikuti anjuran mahasiswa tentu
dibantu dengan pengasuh yang selalu mengingatkan para lansia. Rencana tindak lanjut kami
delegasikan pada pengasuh wisma untuk selalu mengingatkan dan memotivasi PM agar menjaga
kebersihan diri (personal hygine).
Dari hasil data yang kami peroleh, lansia yang mengalami sakit lebih banyak adalah
prosentase untuk penyakit hipertensi yaitu sebanyak 2 orang (40%). Sehingga hal ini menjadi
sorotan kami juga. Para lansia ini mengaku jika tidak tahu tentang hipertensi terutama
perawatannya serta proses penyakitnya. Hal ini juga dikaitkan dengan tingkat pendidikan mereka
yang sebagian besar 4 orang (80%) tidak bersekolah, sehingga perlu terus menerus untuk
diingatkan. Dari data subyektif dan obyektif hasil observasi kami, maka tegaklah diagnosa
Kurang pengetahuan mengenai hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya, kurangnya minat dalam belajar. Menurut NANDA 2010, kurangnya pengetahuan
adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu dalah hal
ini hipertensi. Sebagian besar lansia mengalami penuruna termasuk penurunan dalam minat
belajar, sehingga mereka kekurangan informasi. Hal-hal ini membuat mereka menjadi kekurangan
pengetahuan. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya yaitu, besar prosentasi masalah ini lebih
dari 40% sehingga untuk scoring ukuran masalah termasuk juga menempati yang utama.
Sedangkan untuk skor keseriusan masalah disini adalah cukup serius karena penyakit ini adalah
termasuk penyakit yang tidak menular sehingga tidak akan mengganggu PM lain dan
kelangsungan hidup mereka, sedangkan jika dilihat komplikasinya sehingga manajement
perawatan perlu diketahui supaya terhindar dari komplikasi, selain itu diharapkan klien lain juga
mendukung untuk perawatan hipertensi itu sendiri. Untuk keefektifan intervensi disini efektif bila
satu sama lain saling mengingatkan, baik itu antar PM maupun PM dengan pengasuh. Sehingga
atas dasar fakta dan pertimbangan tersbut masalah kurang pengetahuan mengenai hipertensi
berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya, kurangnya minat dalam belajar,
menjadi prioritas kami yang ke dua.
Intervensi yang kami susun yaitu pertama terlebih dahulu kami menjelaskan pada PM
tentang penyakit yang ia derita (Hipertensi) tentang pengertian, penyebab, gejala,
pencegahan/perawatan, komplikasi. Hal ini dilakukan untuk mendukung intervensi selanjutnya
dengan member cukup informasi yang dibutuhkan PM, dalam pelaksanaanya pun para lansia aktif
mengikuti dan bisa memahami informasi yang disampaikan ditandai dengan mereka bisa
menjawap pertanyaan mahasiswa dengan benar dan sesuai. Selanjutnya kami mendemostrasikan
ramuan herbal untuk hipertensi. Diharapkan ramuan sederhana, mudah dibuat dan dipat ini bisa
membantu mengatasi masalah hipertensi sehingga tidak hanya obat secara medis saja namun juga
ada dukungan obat herbal untuk mencegah parahnya penyakit yang mungkin nantinya bisa
menimbulkan berbagai macam komplikasi. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi ini kami
mendorong PM untuk mendemonstrasikan ulang membuat ramuan herbal untuk hipertensi, dan
hasilnya mereka bisa menjelaskan bahkan bisa mempraktekkannya. Kemudiah hal yang tidak
kalah penting juga untuk menganjurkan PM dengan hipertensi untuk mematuhi diet yang didapat
dari Uresos, karena akan percuma obat-obatan telah dikonsumsi namun gaya hidup masih buruk.
Sampai hari ke 7 PM mematuhi anjuran mahasiswa untuk mengikuti diet dari Uresos. Selanjutnya
untuk mengontrol keefektifan intervensi dan perubahan pola perikalu PM perlu dilakukan
pengukuran tekanan darah secara rutin. Ini sebagai indicator berjalannya intervensi dan juga
perubahan perilaku PM untuk meningkatkan kesehatannya. Menyadari usia PM yang lansia
dengan segala kemunduran fisik dan mentalnya perlu selalu untuk mengingatkan agar PM untuk
minum obat secara teratur dan sesuai dosis yang telah ditetapkan. Selain itu pertisipasi PM lain
juga penting, sehingga kami mengajurkan PM lain untuk berpartisipasi dalam perawatan
hipertensi. Manfaatnya selain untuk mengingatkan PM juga untuk memupuk kasih sayang,
kebersamaan, rasa saling memiliki dan dimiliki yang diharapkan dari adanya perhatian dari PM
lain. Hambatan dalam intervensi ini, adalah karena hubungan antar PM yang kurang harmonis,
terdapat rasa iri antar PM. Namun dari kami, berusaha untuk memberikan masukan positif
sehingga partisipasi PM lain timbul saling mengingatkan terkait perawatan hipertensi. Rencana
tindak lanjut kami delegasikan pada pengasuh wisma untuk selalu mengingatkan dan memotivasi
PM agar teratur minum obat, kontrol tekanan darah, dan makan makanan sesuai diet yng telah
diberikan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya
Kelompok khusus adalah Sekelompok masyarakat atau individu yang karena
keadaan fisik, mental maupun social budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan,
bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan
dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan perawatan terhadap dirinya
sendiri.
Kelompok lansia dalam perawatannya dibagi menjadi dua yaitu lanjut usia aktif
atau pasif. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:
kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan
lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil
bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani. Sedangkan untuk lanjut usia
yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti
pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).
Kasus yang kami kelola di Wisma Pandu, merupaka kelompok lansia yang masih
aktif, sehingga asuhan keperawatan berupa dukungan dan motivasi. Data yang kami
temukan di Wisma Pandu terdapat dua masalah keperawatan yang muncul, yaitu tentang
deficit perawatan diri dan kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Dalam masalah
tersebut kita susun intervensi yang bersifat memberi arahan atau pengetahuan serta
motivasi. Karena semua PM masih bisa mandiri dan hanya perlu diingatkan dan
diarahkan. Selama implementasi berlangsung, semua PM kooperatif untuk menerima saran
dan arahan. Meski begitu, masih diperlukan pengawasan dari pihak-pihak yang mengelola
mereka agar intervensi tetap berjalan.
B. SARAN
Untuk pihak-pihak terkait yang mengelola PM khususnya pengasuh, bisa ikut
berpartisipasi dalam meneruskan intervensi yang telah dibuat. Sehingga untuk itu perlu
dilakukan pendelegasian terhadap intervensi dari pihak mahasiswa kepada pengasuh.
Untuk pihak pengelola Unit Resos diharapkan tetap menjaga dan terus
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang sudah ada. Kerja sama yang baik antar profesi
sangat diperlukan untuk pengelolaan kelompok lansia, karena diberbagai disiplin ilmu bisa
saling melengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC.
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada
Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera
Utara
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika.
NANDA. (2010). Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Edisi kedua. Jakarta : EGC