abc

90
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang selalu melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Kelompok Khusus Lansia dengan Masalah Personal Hygine dan Hipertensi di Wisma Pandu Unit rehabilitasi Sosial wening Wardoyo Ungaran. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Wijanarko Heru S, Kep Ns. Selaku dosen Pembimbing Akademik, 2. Bapak Djoko Sarwono, S.Sos selaku Pembimbing Lahan di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, 3. Penerima manfaat di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran khususnya di di Wisma Pandu. 4. Teman – teman DIII Keperawatan Semester 6 yang telah memberikan dukungan kepada kelompok kami. Penulis menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, sehingga penulis mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian dan terima kasih. Semarang, 27 Mei 2013 Penulis

Upload: diah-kusuma-widyastuti

Post on 01-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABC

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang selalu melimpahkan rahmat,

taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Gerontik pada Kelompok Khusus Lansia dengan Masalah Personal Hygine dan

Hipertensi di Wisma Pandu Unit rehabilitasi Sosial wening Wardoyo Ungaran. Untuk itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Wijanarko Heru S, Kep Ns. Selaku dosen Pembimbing Akademik,

2. Bapak Djoko Sarwono, S.Sos selaku Pembimbing Lahan di Unit Rehabilitasi Sosial Wening

Wardoyo Ungaran,

3. Penerima manfaat di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran khususnya di di

Wisma Pandu.

4. Teman – teman DIII Keperawatan Semester 6 yang telah memberikan dukungan kepada

kelompok kami.

Penulis menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, sehingga penulis

mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian dan

terima kasih.

Semarang, 27 Mei 2013

Penulis

Page 2: ABC

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak

berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,

baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah

sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia

lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang

dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling

berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula

pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi

harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau

kesehatan tersebut.

Professional kesehatan yang lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam

perawatan kesehatan, mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam identifikasi,

definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan

kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan

kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada

peningkatan harapan dan kualitas hidup.

Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks

terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan

taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena

dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban

yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan

pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut

individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang

mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga

Page 3: ABC

menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun

mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan

setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan

sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan

kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai

paling tidak satu masalah kesehatan.

B. TUJUAN

i. Tujuan Umum

Diharapkan penerima manfaat di Wisma Pandu Unit Rehabilitasi Sosial Wening

Wardoyo Ungaran mampu hidup bersih dan sehat.

ii. Tujuan Khusus

Diharapkan penerima manfaat dapat :

a. Melakukan kebersihan diri sesuai anjuran (minimal 2 kali/hari).

b. Mengetahui cara merawat gigi/gusi dan mulut.

c. Merawat kebersihan dan kesehatan gigi/gusi dan mulut.

d. Mengetahui pentingnya cuci tangan.

e. Mempraktekkan teknik cuci tangan untuk kehidupan sehari-hari.

f. Mengetahui cara perawatan kuku dan jari.

g. Merawat kuku dan jari dalam kehidupan sehari-hari.

h. Mengetahui pengertia, penyebab, gejala, pencegahan/perawatan, komplikasi

hipertensi.

i. Mengetahui dan mendemonstrasikan ramuan herbal hipertensi.

j. Mengkonsumsi ramuan herbal untuk hipertensi

k. Mengkonsumsi makanan/diet yang diberikan dari Unit Resos.

l. Mematuhi anjuran untuk mengontrol tekanan darah secara rutin.

m. Mematuhi anjuran untuk minum obat secara teratur.

n. Saling mengingatkan dan berpartisipasi dalam perawatan hipertensi.

Page 4: ABC

C. MANFAAT

1. Bagi Penerima manfaat

Penerima manfaat di Wisma Pandu Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo

Ungaran mampu hidup bersih dan sehat, yang meliputi penerima manfaat dapat :

a. Melakukan kebersihan diri sesuai anjuran (minimal 2 kali/hari).

b. Mengetahui cara merawat gigi/gusi dan mulut.

c. Merawat kebersihan dan kesehatan gigi/gusi dan mulut.

d. Mengetahui pentingnya cuci tangan.

e. Mempraktekkan teknik cuci tangan untuk kehidupan sehari-hari.

f. Mengetahui cara perawatan kuku dan jari.

g. Merawat kuku dan jari dalam kehidupan sehari-hari.

h. Mengetahui pengertia, penyebab, gejala, pencegahan/perawatan, komplikasi

hipertensi.

i. Mengetahui dan mendemonstrasikan ramuan herbal hipertensi.

j. Mengkonsumsi ramuan herbal untuk hipertensi

k. Mengkonsumsi makanan/diet yang diberikan dari Unit Resos.

l. Mematuhi anjuran untuk mengontrol tekanan darah secara rutin.

m. Mematuhi anjuran untuk minum obat secara teratur.

n. Saling mengingatkan dan berpartisipasi dalam perawatan hipertensi.

2. Bagi Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wrdoyo Ungaran

Dengan adanya Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Kelompok Khusus Lansia dengan

Masalah Personal Hygine dan Hipertensi di Wisma Pandu Unit Resos Wening

Wardoyo Ungaran, diharapkan dapat menjadi saran dan masukan untuk Unit Resos

Wening Wardoyo Ungaran.

3. Bagi Pembaca dan Mahasiswa

Mahasiswa/pembaca mampu memahami dan mengetahui Asuhan Keperawatan pada

Kelompok Khusus Lansia dengan Masalah Personal Hygine dan Hipertensi di Wisma

Pandu Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, yang meliputi

mahasiswa/pembaca dapat:

Page 5: ABC

a. Memahami dan mengetahui konsep keperawatan komunitas pada lansia

b. Memahami dan mengetahui peran pelayanan keperawatan untuk kelompok

khusus lansia

c. Memahami dan mengetahui data pengkajian yang diperoleh di Wisma Pandu

d. Memahami analisa data atau pengelompokan data dari hasil pengkajian di

Wisma Pandu

e. Memahami dan mengetahui prioritas masalah keperawatan di Wisma Pandu

f. Memahami dan mengetahui masalah keperawatan yang muncul di Wisma

Pandu

g. Memahami dan mengetahui rencana keperawatan

h. Memahami dan mengetahui evaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan di

Wisma Pandu

Page 6: ABC

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keperaatan Komunitas pada Kelompok Khusus Lansia

1. Pengertian

Kelompok khusus adalah Sekelompok masyarakat atau individu yang karena

keadaan fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonominya perlu mendapatkan

bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena

ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan

perawatan terhadap dirinya sendiri.

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan

75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi

memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad

selanjutnya (Potter & Perry, 2005).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,

aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah

penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan

menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit

yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam

struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut

usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang

beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat,

bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali

dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).

Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /

mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia

(WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59

Page 7: ABC

tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah

kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas

90 tahun.

Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan

fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi  pada tingkat

kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat,

dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri

sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan

dengan kebutuhan mereka.

2. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki

kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut

usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan

secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman,

kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala

usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,

membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.

Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut

sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi :

a) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis

seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

b) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan

dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan

jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya

c) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau

berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,

kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya

d) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk

diakui akan keberadaannya, dan

Page 8: ABC

e) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk

mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar

pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam

kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki

kebutuhan psikologis dasar (Nugroho, 2000).

Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman

bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat

pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan

lingkungannya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul

masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan

kemandiriannya (Ismayadi, 2004)

3. Teori – teori Proses Menua                                                                                   

Sebenarnya secara individual

a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

b. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda

c. Tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:

a. Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.

Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di

putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan

menghentikan replikasi sel bila tidak berputar. Jadi menurut konsep ini jika jam

ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau

penyakit terminal. Konsep “genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini

cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan

harapan hidup yang nyata.

b. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori)

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh

molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

c. Teori “ pemakaian dan rusak “

Page 9: ABC

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.

d. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “teori

akumulasi dari produk sisa”.

e. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

f. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

g. Reaksi dari kekebaian sendiri (auto immunne theori)

Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh

menjadi lemah dan sakit.

h. “ Teori imonologi saw virus”

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke

dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

i. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.

j. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas (kelompok

atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti

karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat

regenerasi.

k. Teori rantai silang

Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,

kekacauan dan hilangnya fungsi.

l. Theori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel-

sel mati.

4. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia

Perubahan – perubahan fisik

a. Sel

1. Lebih sedikit jumlahnya

Page 10: ABC

2. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler

3. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati

4. Terganggunya mekanisme perbaikan sel

5. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%

b. Sistem pernafasan

1. Cepat menurunnya persarafan

2. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.

3. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa. Lebih sensitif terhadap

perubahan  suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

4. Kurangnya sensitif pada sentuhan

c. Sistem Pendengaran

1. Prebiakusis (gangguan dalam pendengaran), hilangnya kemampuan atau daya

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada –

nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia

diatas 65 tahun.

2. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya

kreatin

4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa atau stres

d. Sistem penglihatan

1. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

2. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan

pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan

3. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan

menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap

4. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya

membedakan warna biru atau hijau.

e. Sistem kardiovaskuler

1. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi

kaku.

Page 11: ABC

2. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.

3. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari

duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65

mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

4. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal

kurang lebih 90 mmHg

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu

menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang

mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:

1. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 C

ini akibat metabolisme menurun.

2. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak

sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g. Sistem Respirasi

1. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas

silia

2. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas

lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman

bernafas menurun.

3. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

4. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri

tidak berganti

5. Kemampuan untuk batuk berkurang

6. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun

seiring dengan pertambahan usia.

h. Sistem gastrointestinal

1. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease

2. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar

Page 12: ABC

3. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan

menurun

4. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

5. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya

aliran darah

6. Menciutnya ovari dan uterus

7. Atropi payudara

8. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara berangsur – angsur.

9. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun

10. Selaut lendir menurun

i. Sistem Genitourinaria

1. Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun

sampai 50% fungsi tubulus berkurang.

2. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200

ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah

dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

3. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun

4. Atrofi vulva

j. Sistem Endokrin

1. Produksi dari hampir semua hormon menurun.

2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

3. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam

pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACT, TSH, FSH dan LH.

4. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat

5. Menurunnya produksi aldosteron

6. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan

testosteron

k. Sistem kulit

1. Kulit keriput atau mengkerut

2. Permukaan kulit kasar dan bersisik

3. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.

Page 13: ABC

4. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

5. Rambut dan hidung dan telinga menebal.

6. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas

7. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku

kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

8. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

l. Sistem muskoloskeletal

1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh

2. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.

3. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.

4. Persendian membesar dan kaku

5. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

6. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

5. Tugas Perkembangan Lansia

Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik

antara perbedaan integritas dan keputusasaan.

a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan

pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk

mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang

ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran

dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru

memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.

b. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami

beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan

berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan

terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki

kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial

sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck

mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan

sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan

fisik semata.”

Page 14: ABC

c. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara

paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan

dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari

kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan

kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk

masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh

ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-

anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka.

Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia

bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk

mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang

apa  yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka

hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara

egosentris.

(Stanley & Beare, 2006).

6. Permasalahan yang timbul Pada Lansia

Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.

a. Permasalah Umum

1) Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia

memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan

bagi lanjut usia.

2) Jumlah lansia miskin makin banyak

3) Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik

4) Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia

5) Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

6) Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan

popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.

b. Permasalahan Khusus

1) Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia

Perubahan normal (alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan

dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan

Page 15: ABC

terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput,

rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh,

pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan

menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang

keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas

jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi

organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi

peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan

fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan

reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu

menurun

2) Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia

Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui

nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,

kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia

B. Peran Pelaksana Pelayanan Keperawatan (provider of nursing)

Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan

memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan

membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang

optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan

kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan.

Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan

profesional.

Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,

malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian

lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan

kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam

prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi, penelitian dan

administrasi.

Page 16: ABC

Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut

mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus

menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan

rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat

menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang

memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri

sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat

dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi

berharga.

Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan

perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan

seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai

anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim

dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan

pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.

Pendekatan perawatan lanjut usia

a. Pendekatan fisik

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa

bantuan orang lain.

Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami

kelumpuhan atau sakit.

b. Pendekatan psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,

interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi

dan sebagai sahabat yang akrab.

c. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan

dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama

klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

Page 17: ABC

BAB III

HASIL PENGKAJIAN KOMUNITAS PADA PENERIMA MANFAAT DI ISMA PANDU

UNIT REHABILITASI WENING WARDOYO UNGARAN

A. PENGKAJIAN

Data umum

Nama Unit Resos : Unit Resos Wening Wardoyo Ungaran

Alamat Unit Resos : Jl. Kutilang No. 24 Kuncen Ungaran

Nama Pemimpin : Drs. Kartono, MM.

Nama Wisma : Wisma Pandu

Pengasuh Wisma : Pengasuh dalam : Ibu Sudariyah

Pengasuh luar : Bpk Pekik Marwoto Adi, SH

Jumlah PM : 5 orang

Data khusus

1. Dimensi Biofisik

a. Penggolongan PM berdasarkan jenis kelamin:

Perempuan : 4 orang (80%)

Laki-laki : 1 orang (20%)

b. Penggolongan PM berdasarkan umur:

Umur 60-70 tahun : 2 orang (40%)

Umur 71-80 tahun : -

Umur 81-90 tahun : 3 orang ( 60%)

c. Penggolongan PM berdasarkan suku atau etnis:

Jawa : 5 orang (100%)

d. Penggolongan PM berdasarkan agama:

Islam : 5 orang (100%)

e. Penggolongan berdasarkan status gizi:

Underweight : 1 orang (20%)

Nomal : 3 orang (60%)

Overweigt : 1 orang (20%)

Page 18: ABC

f. Penggolongan PM berdasarkn masalah kesehatan:

Gangguan pendengaran : 2 orang (40%)

Gangguan penglihatan : 4 orang (80%)

Nyeri dada : -

Gangguan gerak : 1 orang (20%)

2. Dimensi Psikologi

a. Status mental

Baik 2 orang (40%)

Gangguan ringan : 2 orang (40%)

Gangguan sedang : -

Gangguan berat : 1 orang (20%)

b. Status depresi

Depresi : -

Tidak depresi : 5 orang (100%)

c. Keadaan Emosi

Sedih : -

Marah : -

Biasa : 5 orang (100%)

3. Dimensi Fisik

a. Luas Wisma : 20 X 15 m

Ket :

1 : kamar tidur

111

11

3

3

2 5

4

6

7

U

Page 19: ABC

2 : dapur

3 : kamar mandi/toilet

4 : halaman samping

5 : teras

6 : ruang makan

7 : ruang tamu

b. Keadaan lingkungan di dalam wisma:

1. Penerangan

Kondisi penerangan dalam ruangan (penggunaan lampu):

Dalam wisma terdapat 5 kamar tidur, setiap kamar tidur diberi penerangan

lampu 10 watt, terdapat 1 ruang tamu berpenerangan lampu 20 watt, dan 2

kamar mandi berpenerangan lampu 10 watt.

Kesimpulan : penerangan lampu dalam wisma baik, semua ruangan terdapat

lampu penerangan yang cukup.

Pencahayaan matahari

Setiap kamar terdapat jendela yang dapat dibuka, matahari bisa dengan

mudah masuk kedalam ruangan, serta di ruang tamu juga terdapat jendela

yang memudahkan cahaya masuk.

Kesimpulan : pencahayaan matahari cukup, dari ruang tamu sampai tiap

kamar.

2. Kebersihan dan kerapian

Kondisi kebersihan setiap orang

Semua ruangan tampak bersih, setiap pagi PM menyapu, mengepel, dan

merapikan ruangan secara gotong royong supaya tetap terjaga

kebersihannya.

Penataan barang di wisma

Barang-barang tersusun rapi, alat yang mudah pecah dan tajam ditempatkan

dalam satu almari, tidak ada barang yang berserakan atau berantakan.

3. Pemisah ruangan antara ruangan pria dan wanita

Pria dan wanita tinggal dalam satu wisma, mereka dipisahkan oleh kamar tidur

berdinding beton. Untuk interaksi sehari-hari, mereka bebas berkumpul dan

berkomunikasi.

B

S

T

Page 20: ABC

4. Sirkulsi udara

Luas kamar:

Luas kamar 3x3 meter, tiap kamar terdapat 2 jendela yang dapat dibuka, setiap

hari pintu dan jendela selalu dibuka agar sirkulasi udara lancar.

Kesimpulan : sirkulasi udara cukup lancar.

5. Keamanan

Dalam wisma terdapat dua kamar mandi dalam, dari kamar PM berjarak kira-

kira 5 meter. Jalan menuju kamar mandi dan dalan kamar mandi terdapat

pegangan pada tembok. Kondisi lantai basah tapi tidak licin.

Kesimpulan : keamanan cukup baik.

6. Sumber air

Sumber air dari PDAM, kualitas air jernih, bersih dan tidak berbau. Sedangkan

untuk air minum menggunakan air minum kemasan. Jarak penggunaan sumber

air dari septic tank kira-kira 7 meter.

7. Ruang kumpul bersama

Para PM biasanya menggunakan ruang tamu untuk berkumpul, kondisi ruang

tamu bersih dan luas kira-kira 6x4 meter. Di ruang tamu terdapat meja dan

kursi.

c. Keadaan lingkungan luar wisma

1. Pemanfaatan halaman

Didepan dan disamping wisma terdapat halaman, terdapat tanaman bunga

dalam pot dan pohon. Latar halman dari paving/semen. Kondisi halaman bersih,

terdapat tempat sampah di samping wisma dan setiap pagi PM menyapu dan

mencabuti rumput.

2. Pembuangan limbah

Pembuangan limbah terbuka, ada genangan limbah, agak bau.

3. Pembuangan sampah

Didalam rumah dan didepan rumah terdapat tempat sampah, jika sudah penuh

maka sampah dibuang ditempat pembuangan sampah yang lebih besar di

Uresos, kemudian nanti akan diangkut oleh pengelola sampah TPS.

4. Sanitasi

Page 21: ABC

Keadaan sanitasi atau saluran air, mengalir dari belakang wisma menuju ke

depan, kemudian tersalur dengan sanitasi diluar Uresos.

5. Sumber pencemaran

Lungkungan wisma bersih, tidak ada pencemaran air, suara dan udara sebab

jauh dari jalan raya maupun pabrik. Udara dilingkungan wisma bersih dan sejuk

karena termasuk daerah pegunungan.

4. Dimensi Sosial

a. PM berdasarkan pendidikan:

SD : 1orang (20 %)

Tidak sekolah : 4 orang (80%)

Buta huruf : -

b. Hubungan antara lansia di dalam wisma

Hubungan antar PM didalm wisma terdapat konflik, ada beberapa PM yang tidak

cocok dan tidak mau berkumpul. Masing-masing mengatakan bicara dengan PM

lain jika ada perlunya saja. Didalam wisma kurang tercipta lingkungan yang

harmonis.

c. Hubungan antara lansia di luar wisma

Para PM selalu mengikuti acara yang diselenggarakan di Unit Rehabilitasi Sosial,

seperti kegiatan olah raga senam, keagamaan, pelatihan ketrampilan dll. Ketika

bertemu teman lain wisma, mereka saling bertegur sapa.

d. Hubungan antara lansia dengan anggota keluarga

Lansia yang dikunjungi keluarga satu tahun sekali yaitu sebanyak 2 orang lansia

(40%). 2 orang (40%) lansia tidak pernah dikunjungi keluarganya, karena dia sudah

tidak punya keluarga lagi dan dia hidup sendiri. Serta 1 orang (20%) lansia satu

tahun sekali pulang kerumah anaknya.

e. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma

Hubungan PM dengan pengasuh wisma baik, PM mematuhi dengan peraturan yang

dibuat, PM melaksanakan tugas yang sudah dibagi oleh pengasuh wisma.

f. Kegiatan organisasi sosial

Page 22: ABC

Di Uresos setiap hari mengadakan perkumpulan seperti keagamaan, pelatihan

ketrampilan, kemasyarakatan dll, serta di pagi hari diadakan senam atau olah raga.

Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh lansia yang ada di Uresos.

5. Dimensi Tingkah Laku

a. Pola makan dan minum

Ny. S

PM makan 3 kali/hari pagi 2 kali dan siang satu kali. Dengan 1 porsi habis,

namun jika menu makanannya kurang selera hanya habis ½ porsi saja. PM

makan dengan lauk pauk dan sayur serta buah. Beliau sekarang sedang

meghindari makanan yang berlemak dan tinggi kolesterol, karena PM

menderita hipertensi. PM tidak mempunyai alergi terhadap makanan apapun.

Kebiasaan minum sekitar 6 gelas/hari.

Ny. Slm

PM makan 3 kali/hari pagi, siang dan sore. Dengan satu porsi habis, PM

makan dengan nasi, lauk pauk dan sayur, serta buah. PM lebih senang makan

dicapur kecap. PM tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan tidak

ada pantangan makan. Kebiasaan minum sekitar 5 gelas/hari.

Ny. M

PM makan 3 kali/hari sehari dan nafsu makan PM baik. PM makan dengan

nasi, lauk, pauk dan sayur serta buah. PM memiliki kebiasaan berdoa sebelum

makan. PM tidak menyukai ikan basah, dan belut. PM tidak memiliki riwayat

alergi terhadap makanan dan tidak ada pantangan makan. Pada saat makan

PM tidak memiliki keluhan-keluhan. Kebiasaan minum sekitar 5 gelas/hari.

Ny. J

PM makan kadang 2 kali/hari, kadang 3 kali/hari namun PM mengtakan

makannya tidak selalu tepat waktu dan tidak teratur. PM makan makanan

yang disediakan dari URS, yaitu dengan nasi, lauk, pauk dan sayur, serta

buah. PM tidak mempunyai pantangan dalam makanan dan tidak mempunyai

alergi terhadap makanan apapun.

PM mengatakan minum kurang lebih 7 gelas perhari.

Tn. P

Page 23: ABC

PM makan 3 kali/hari, porsi makan selalu di habiskan, dari URS selalu

menyediakan lauk, pauk, sayur, nasi ,dan buah. PM tidak memiliki riwayat

alergi terhadap makanan dan tidak ada pantangan makan. PM minum kurang

lebih 5 gelas/hari .

Kesimpulan : PM yang makan 3 kali/hari 5 orang (100%)

b. Pola tidur

Ny. S

PM biasa tidur malam kira-kira 6 jam , dari jam 21.00-03.00. PM

mengatakan tidak bisa tidur pulas dan sering terbangun.

Di siang hari, PM hanya berbaring saja, karena tidak bisa tidur.

Ny. Slm

PM biasa tidur malam kira-kira jam 20.00-05.00. PM mengatakan tidak bisa

tidur pulas dan sering terbangun.

Di siang hari, PM hanya berbaring saja 1-2 jam, karena tidak bisa tidur.

Ny. M

PM tidur malam selama ± 7 jam, dari jam 21.00-04.00. dan tidur siang selama

± 1 jam, tetapi waktunya tidak tentu. PM mengatakan tidak ada keluhan yang

berhubungan dengan tidur.

Ny. J

PM biasanya tidur malam kira-kira setelah sholat isya’jam 08.00-05.00. PM

bangun subuh untuk sholat subuh. PM. tidur siang selama ± 1 jam, tetapi

waktunya tidak tentu.

Tn. P

PM bisa tidur malam antara jam 21.00 dan bangun jam 03.00, PM mengtakan

nyenyak tidurnya, saat siang juga waktunya digunakan untuk tidur dari pagi

jam 11.00 dan bangun jam 12.00 untuk sholat dan makan. Setelh itu PM tidur

lagi.

Kesimpulan : PM yang tidur antara jam 21.00 ada 3 orang (60%) dan yang tidur

jam 20.00 ada 2 orang (40%). Jadi PM di wisma pandu kebiasaan tidur dimuli habis

isya’ jam 20.00. PM yang mengalami gangguan tidur 2 orang (40%)dan yang tidak

mempunyai gangguan tidur 3 orang (60%).

Page 24: ABC

c. Pola eliminasi

Ny. S

Ny. S biasa BAB 2 kali/hari dengan konsentrasi lembek, berarna kekuningan,

dan berbau khas.

Ny. S biasa BAK kira-kira 8 kali/hari, berarna kuning dan berbau khas.

Frekwensi tersering biasanya ketika malam hari.

Ny. S tidak mengalami masalah dalam BAB maupun BAK, PM bisa

melakukannya secara mandiri.

Ny. Slm

Ny. Slm biasa BAB 2 kali/hari dengan konsentrasi lembek, berarna

kekuningan, dan berbau khas.

Ny. Slm biasa BAK kira-kira 10 kali/hari, berarna kuning dan berbau khas.

PM mengatakan tiap BAK hanya keluar sedikit-sedikit. Frekwensi tersering

biasanya ketika malam hari.

Ny. Slm tidak mengalami masalah dalam BAB maupun BAK, PM mampu

mengontrol BAB dan BAK.

Ny. M

PM BAK sehari ± 5kali/hari dengan BAK pada malam hari sebanyak 3 kali,

dengan warna kekuningan dan berbau khas. PM tidak memiliki keluhan yang

berhubungan dengan BAK. PM BAB 1kali/hari, dengan konsistensi semi

padat dan tidak ada keluhan yang berhubungan dengan BAB. PM masih bisa

mengontrol BAB dan BAK.

Ny. J

BAK kurang lebih 4 kali/hari kira-kira 2000-2500 cc per hari PM tidak

mengalami inkontinensia, karena PM bisa menahan BAK. Kebiasaan BAB

PM 1kali/hari konsistensi lembek berwarna kekuningan dan berbau khas.

Tn. P

PM BAK kurang lebih 6 kali/hari dan kebiasaan BAB 2 kali/hari dengan

konsistensi lembek, berwarna kekuningan dan bau khas. PM masih bisa

mengontrol BAB dan BAK.

Kesimpulan : PM tidak ada yang BAB/BAK ditempat tidur, PM mampu BAB/BAK

dikamar mandi 5 orang (100%).

Page 25: ABC

d. Pola kebersihan diri

Ny. S

Ny. S biasa mandi 2 kali/hari saat dini hari dan pagi hari menggunakan sabun.

PM merasa tidak perlu untuk menggosok gigi, PM hanya berkumur dan

mengusap gusi dengan tangan. PM mengatakan tidak tahu cara merawat

mulut dan gusi. PM biasa keramas 1 kali/minggu dan jarang memotong kuku.

PM mengatakan tidak pernah cuci tangan sebelum makan.

Ny. Slm

Ny. Slm biasa mandi 1 kali/hari di pagi hari menggunakan sabun. PM merasa

tidak perlu untuk menggosok gigi, PM hanya berkumur dan mengusap gusi

dengan tangan. PM mengatakan tidak tahu cara merawat mulut dan gusi. PM

biasa keramas 1 kali/minggu dan jarang memotong kuku. PM mengatakan

tidak pernah cuci tangan sebelum makan.

Ny. M

PM mandi 1 kali/hari, di waktu pagi dan saat sore hari PM jarang mandi

terkadang mandi kadang tidak. PM mandi dengan menggunakan sabun. PM

juga menggosok gigi menggunakan sikat gigi. PM mencuci rambut

1kali/minggu dengan menggunakan shampo. PM tidak pernah menggunting

kuku. PM mengatakan tidak pernah cuci tangan sebelum makan.

Ny. J

PM mengatakan biasanya mandi 2 kali/hari menggunakan sabun dan selalu

gosok gigi menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, PM selalu rajin memotong

kukunya jika sudah agak keliatan panjang, PM juga mengatakan dirinya

selalu keramas 2 kali/minggu.

Tn. P

PM Mandi 2 kali/hari menggunakan sabun, PM hanya berkumur dan

menggosok giginya dengan jari. PM mengatakan tidak tahu cara merawat

mulut dan gusi. PM jarang memotong kukunya dan membersihkan kukunya.

PM hanya keramas 1 kali/minggu. PM mengatakan tidak pernah cuci tangan

sebelum makan.

Kesimpulan : berdasarkan indeks kats PM yang mampu melakukan kebersihan diri

secara mandiri 5 orang (100%), PM yang mandi 2 kali/hari ada 3 orang (60%), PM

Page 26: ABC

yang mandi 1 kali/hari ada 2 orang (40%), PM yang menggosok gigi 3 orang

(60%), PM yang tidak menggosok gigi 2 orang (40%). PM yang tidak pernah cuci

tangan sebelum makan ada 4 orang (80%)

e. Kebiasaan buruk kelompok

Dalam kelompok tidak ada yang mempunyai kebiasaan buruk seperti merokok

ataupun minum minuman alcohol.

f. Status fungsional

Ny. S

PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,

dressing, toileting, transferring, continen, dan feeding. Nilai indeks katz A

yaitu mandiri untuk 6 fungsi.

AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI

Bathing

Dressing

Toileting

Transferring

Continen

Feeding

INDEKS KATZ A

Ny. Slm

PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,

dressing, toileting, continen, dan feeding. Sedangkan transferring, PM

membutuhkan alat bantuan berupa tongkat. Nilai indeks katz B yaitu mandiri

untuk semua fungsi kecuali 1 fungsi.

AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI

Bathing

Dressing

Toileting

Transferring

Page 27: ABC

Continen

Feeding

INDEKS KATZ B

Ny. M

PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,

dressing, toileting, transferring, continen, dan feeding. Nilai indeks katz A

yaitu mandiri untuk 6 fungsi.

AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI

Bathing

Dressing

Toileting

Transferring

Continen

Feeding

INDEKS KATZ A

Ny. J

PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,

dressing, toileting, transferring, continen, dan feeding. Nilai indeks katz A

yaitu mandiri untuk 6 fungsi.

AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI

Bathing

Dressing

Toileting

Transferring

Continen

Feeding

INDEKS KATZ A

Tn. P

Page 28: ABC

PM bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri yaitu dalam bathing,

dressing, toileting, transferring, continen, dan feeding. Nilai indeks katz A

yaitu mandiri untuk 6 fungsi.

AKTIVITAS TERGANTUNG MANDIRI

Bathing

Dressing

Toileting

Transferring

Continen

Feeding

INDEKS KATZ A

Berdasarkan indeks katz:

A : 4 orang (80%)

B : 1 orang (10%)

g. Pelaksanaan pengobatan

Semua PM diberi pelayanan di Poliklinik yang tersedia kali/bulan, dan semua lansia

memanfaatkan fasilitas tersebut. Jika ada lansia yang perlu dirujuk, Uresos bekerja

sama dengan RSD/RSUP setempat untuk menindak lanjuti.

h. Kegiatan olahraga

Semua PM mengikuti olahraga/senam setiap pagi yang diadakan oleh Uresos.

i. Rekreasi

PM mengatakan rekreasi atau hiburan selama di Uresos adalah acara bernyanyi

bersama, namun menurut PM sekarang sudah jarang dilakukan. Namun, PM

mengatakan dengan adanya pertemuan agama, ketrampilan, kemasyarakatan

maupun olahraga sudah cukup membuat mereka senang.

j. Pengambilan keputusan

Setiap ada masalah menyangkut PM, selalu didiskusikan dengan pengasuh di

wisma kemudian pengasuhlah yang mengambil keputusan.

6. Dimensi sistem kesehatan

a. Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Page 29: ABC

Jika PM ada keluhan tentang kesehatannya, PM dating memeriksakannya ke

poliklinik yang tersedia di Uresos 2 kali/bulan.

b. Sistem pelayanan kesehatan

1. Fasilitas kesehatan yang tersedia : Poliklinik dan RS untuk rujukan

2. Jumlah tenaga kesehatan : 1 orang dokter dibantu oleh karyawati Uresos.

3. Tindakan pencegahan terhadap penyakit

Semua warga Uresos termasuk para pengasuh dan PM, ikut aktif menjaga

kesehatan. Misalnya mereka berusaha menjaga lingkungan agar tetap bersih,

terhindar dari sampah, jauh dari polusi, serta jauh dari genangan air agar tidak

muncul bibit-bibit penyakit. Selain itu, dalam hal keamanan, seluruh warga

Uresos berusaha menempatkan benda-benda sesuai tempatnya, agar tidak

mengancam keselamatan lansia dan warga Uresos. Serta memberi fasilitas-

fasilitas untuk menunjang kesehatan dan keselamatan bersama.

4. Frekwensi kegiatan pelayanan kesehatan

Kegiatan pelayanan kesehatan di Uresos wening wardoyo, terutama Poliklinik

diadakan 2 kali/bulan.

7. Pemeriksaan fisik (Head to toe)

Ny. S

a) Pemeriksaan fisik umum:

Keadaan umum Ny. S : Nampak sudah mulai lemah karena memasuki umur

lansia.

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 160 / 90 mmHg.

Nadi : 68 kali/menit

Respirasi : 20 kali/mnt

Suhu : 36,5 0C

b) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :

Rambut : panjang, warna putih, agak kotor, bau.

Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.

Page 30: ABC

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan

dikelopak mata, pandangan agak kabur, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan.

Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.

Telinga : kemampuan mendengar kurang baik, tidak menggunakan alat

bantu pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.

Mulut : mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap, bau.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi

Paru- paru

I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena

supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.

P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.

P = sonor

A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.

Jantung

I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat

P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan

P = Redup

A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2

Abdomen

I = Simetris, tidak ada asites

A = bissing usus 12x/mnt

P = Tympani

P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Genetalia: tidak terkaji

Ekstremitas

Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

Rom aktif, kekuatan otot 5.

Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom

aktif, kekuatan otot 5.

Page 31: ABC

Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.

Kuku : pendek, kotor.

Ny. Slm

a) Pemeriksaan fisik umum:

Keadaan umum Ny. Slm : Nampak sudah mulai lemah karena memasuki umur

lansia.

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110 / 90 mmHg.

Nadi : 74 kali/menit

Respirasi : 22 kali/mnt

Suhu : 36,5 0C

b) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :

Rambut : panjang, warna putih, agak kotor, bau.

Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan

dikelopak mata, pandangan agak kabur, menggunakan alat bantu

penglihatan kaca mata.

Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.

Telinga : kemampuan mendengar kurang baik, tidak menggunakan alat

bantu pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.

Mulut : mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap, bau.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi

Paru- paru

I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena

supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.

P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.

Page 32: ABC

P = sonor

A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.

Jantung

I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat

P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan

P = Redup

A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2

Abdomen

I = Simetris, tidak ada asites

A = bissing usus 12x/mnt

P = Tympani

P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Genetalia: tidak terkaji

Ekstremitas

Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

Rom aktif dipersendian lengan dan siku, ROM pasif di persendian

jari, kekuatan otot 5.

Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom

aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.

Kuku : pendek, kotor.

Ny. M

a) Pemeriksaan fisik umum:

Keadaan umum Ny. M : Nampak sudah mulai lemah karena memasuki umur

lansia.

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 120 / 90 mmHg.

Page 33: ABC

Nadi : 80 kali/menit

Respirasi : 20 kali/mnt

Suhu : 37 0C

b) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :

Rambut : panjang, warna putih, agak kotor, bau.

Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan

dikelopak mata, pandangan agak kabur, menggunakan alat bantu

penglihatan kaca mata.

Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.

Telinga : kemampuan mendengar baik, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.

Mulut :, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi

Paru- paru

I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena

supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.

P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.

P = sonor

A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.

Jantung

I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat

P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan

P = Redup

A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2

Abdomen

I = Simetris, tidak ada asites

A = bissing usus 14x/mnt

P = Tympani

P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Genetalia: tidak terkaji

Page 34: ABC

Ekstremitas

Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

Rom aktif, kekuatan otot 5.

Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom

aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.

Kuku : pendek, kotor.

Ny. J

a) Pemeriksaan fisik umum:

Keadaan umum Ny. J : baik, kuat.

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110 / 80 mmHg.

Nadi : 72 kali/menit

Respirasi : 20 kali/mnt

Suhu : 37 0C

b) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :

Rambut : panjang, warna putih, agak kotor, bau.

Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan

dikelopak mata, pandangan agak kabur, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan.

Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.

Telinga : kemampuan mendengar baik, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.

Mulut : mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi

Page 35: ABC

Paru- paru

I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena

supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.

P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.

P = sonor

A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.

Jantung

I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat

P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan

P = Redup

A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2

Abdomen

I = Simetris, tidak ada asites

A = bissing usus 14x/mnt

P = Tympani

P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Genetalia: tidak terkaji

Ekstremitas

Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

Rom aktif, kekuatan otot 5.

Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom

aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.

Kuku : pendek, kotor.

Tn. P

c) Pemeriksaan fisik umum:

Page 36: ABC

Keadaan umum Tn. P : Nampak sudah mulai lemah karena memasuki umur

lansia.

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 150 / 100 mmHg.

Nadi : 70 kali/menit

Respirasi : 22 kali/mnt

Suhu : 37 0C

d) Pemeriksaan fisik (Head to toe) :

Rambut : pendek, warna putih, agak kotor, bau.

Kepala : bentuk mesochepal tidak ada lesi.

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan

dikelopak mata, pandangan agak kabur, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan.

Hidung : tidak ada polip dan sinus, tidak terdapat secret.

Telinga : kemampuan mendengar baik, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan.

Mulut : mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap, bau.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

Dada: simetris, pergerakannya sama kanan dan kiri tidak ada lesi

Paru- paru

I = Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pelebaran vena

supervisial, tidak ada penarikan otot intercosta.

P = Vokal fremitus normal, getaran sama kanan dan kiri.

P = sonor

A = Vesikuler, tidak ada suara wheezing dan ronkhi.

Jantung

I = Simetris, ictuskordis tidak terlihat

P = Ictuscordis teraba di ics 5 dan 6, tidak ada nyeri tekan

P = Redup

A = Lup dup, terdengar suara jantung 1 dan 2

Abdomen

I = Simetris, tidak ada asites

Page 37: ABC

A = bissing usus 14x/mnt

P = Tympani

P = tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Genetalia: tidak terkaji

Ekstremitas

Atas kanan : tidak ada odem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

Rom aktif, kekuatan otot 5.

Atas kiri : tidak oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik, rom

aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kiri : tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Bawah kanan: tidak ada oedem, akral hangat, capillary refill 3 detik,

rom aktif, kekuatan otot 5.

Kulit : warna sawo matang, kulit lembab, turgor tidak elastis.

Kuku : pendek, kotor.

Page 38: ABC

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

DS :

Berdasarkan wawancara dengan

pengasuh dan PM didapatkan data :

3 PM mandi 2 kali/ hari, dan 2 pm

mandi 1 kali/hari

3 PM tidak pernah menggosok gigi,

mereka hanya berkumur dan

menggosoknya dengan jari saja

3 PM mengatakan tidak tahu cara

merawat mulut dan gusi

3 PM keramas 1 kali/minggu

5 PM jarang memotong kukunya

4 PM mengatakan tidak pernah cuci

tangan sebelum makan.

DO :

3 pm, mulut bau tidak enak

5 pm keadaan rambut terlihat kotor

dan bau tidak enak

Kurang pengetahuan

tentang cara

perawatan diri,

Penurunan motivasi,

Gangguan status

mental.

Resiko peningkatan

deficit perawatan

diri pada PM di

wisma Pandu

DS :

3 PM mengatakan tidak tahu

mengenai Hipertensi, proses

penyakit dan perawatannya.

4 PM tidak pernah bersekolah

DO :

Terdapat 2 PM yang mengalami

hipertensi

Ny. S : 160/90 mmHg

Tn. P : 150/100 mmHg

Kurangnya

informasi mengenai

penyakitnya

Kurang minat dalam

belajar

Kurang

pengetahuan

mengenai hipertensi

Page 39: ABC

C. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

Masalah

Keperawatan

Komponen Skor

(A+2B) X C

Rang

kingPembenaran

A B C

Resiko

peningkatan

deficit

perawatan

diri.

10 5 7 140 1 Terdapat lebih dari 25% PM

mengalami masalah personal hygine

yaitu sekitar 30-100%. Masalah

personal hygine ini sangat bisa

berdampak untuk masalah kesehatan

lain jika PM tidak mau mengatasi,

apalagi bila terjadi penyakit yang

menular sehingga tidak hanya satu PM

saja yang terancam namun bisa

mengancam PM lain. Dan ini sangat

mempengaruhi kelangsungan hidup

PM di Wisma Pandu..

Untuk mengatasi hal tersebut, di susun

intervensi yang relative efektif sebab

PM masih dalam keadaan mental yang

baik, sehingga dapat dimotivasi dan

diberi pengetahuan.

Kurang

pengetahuan

mengenai

hipertensi

10 3 5 80 2 Berdasarkan prosentase, terdapat 2

orang (40%) mengalami masalah ini,

kurangnya pengetahuan ini merupakan

masalah yang cukup serius karena

penyakit ini adalah termasuk penyakit

yang tidak menular sehingga tidak

akan mengganggu PM lain dan

kelangsungan hidup mereka,

sedangkan jika dilihat komplikasinya

sehingga manajement perawatan perlu

diketahui supaya terhindar dari

Page 40: ABC

komplikasi, selain itu diharapkan klien

lain juga mendukung untuk perawatan

hipertensi itu sendiri. Keefektifan

intervensi disini efektif bila satu sama

lain saling mengingatkan, baik itu

antar PM maupun PM dengan

pengasuh.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko peningkatan deficit perawatan diri pada PM di wisma Pandu berhubungan

dengan Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri, Penurunan motivasi,

Gangguan status mental.

2. Kurang pengetahuan mengenai hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi

mengenai penyakitnya, kurangnya minat dalam belajar.

Page 41: ABC

E. RENCANA KEPERAWATAN

DP TUM TUK Intervensi Metode Evaluasi Evaluator

1 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama diharapkan

tidak terjadi deficit

perawatan diri pada

PM di wisma

Pandu.

PM dapat mengenal

tentang pentingnya

kebersihan diri.

PM dapat meningkatkan

minat dan motivasinya

untuk memperhatikan

kebersihan diri.

PM dapat

mempertahankan

kebersihan diri secara

mandiri.

PM dapat melakukan

kebersihan perawatan

diri secara mandiri.

1. Berikan pendidikan

kesehatan pada PM tentang

kebersihan diri dan

perawatan diri

2. Beri pengetahuan tentang

pentingnya cuci tangan

3. Demonstrasikan cara

perawatan kuku, tubuh

(mandi), gigi/gusi dan mulut.

4. Dorong PM untuk

mendemonstrasikan kembali

yang telah disajikan

5. Beri catatan dalam bentuk

gambar/visual mengenai tata

cara kebersihan diri

(menggosok gigi, cuci

tangan, mandi)

6. Motivasi PM untuk

menerapkan apa yang telah

Kognitif

Kognitif

Afektif

Afektif

Kognitif

Psikomotor

Mahasiswa

Page 42: ABC

didapat mengenai tata cara

kebersihan diri (menggosok

gigi, cuci tangan, mandi)

2 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama diharapkan

PM menunjukkan

peningkatan

pengetahuan

mengenai

Hipertensi.

Menyatakan pemahaman

tentang proses penyakit

dan regimen pengobatan.

Mengidentifikasi

kemungkinan komplikasi

yang perlu diperhatikan.

Partisipasi PM lain

terhadap penderita dalam

berpartisipasi untuk

perawatn hipertensi

Mempertahankan TD

dalam parameter normal.

1. Jelaskan pada PM

tentang penyakit yang ia

derita (Hipertensi) tentang

pengertian, penyebab, gejala,

pencegahan/perawatan,

komplikasi.

2. Demostrasikan

ramuan herbal untuk

hipertensi.

3. Dorong PM untuk

mendemonstrasikan ulang

membuat ramuan herbal

untuk hipertensi.

4. Anjurkan PM

dengan hipertensi untuk

mematuhi diet yang didapat

dari Uresos.

5. Lakukan

pengukuran tekanan darah

secara rutin.

Kognitif

Afektif

Afektif

Psikomotor

Afekti

Psikomotor

Mahasiswa

Page 43: ABC

6. Anjurkan PM untuk

minum obat secara teratur

dan sesuai dosis yang telah

ditetapkan.

7. Anjurkan PM lain

untuk berpartisipasi dalam

perawatan hipertensi.

Psikomotor

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HASIL KEGIATAN

No KegiatanWaktu dan

TempatRespon PM Faktor Pendukung Faktor Peghambat

T

T

Memotivasi PM

untuk membersihkan

wisma

21/5/13

07.00

Wisma Pandu

S : PM mengatakan akan

membersihakn Wisma

O : PM tampak ada yang

menyapu, mengepel lantai,

mencabuti rumput, membuang

sampah

Membersihkan wisma

adalah kebiasaan PM

setiap pagi.

Kondisi fisik yang

mulai lemah.

K

6

2 Melakukan

pengukuran tekanan

darah secara rutin.

21/5/13

08.00

Ruang tamu

S : PM mengatakan mau

diukur tekanan daranh nya.

O : Ny S : 160/90 mmHg

Terdapat fasilitas

pengukur tekanan

darah.

- K

6

Page 44: ABC

Wisma Pandu Ny. Slm : 110/90 mmHg

Ny. M : 120/90 mmHg

Ny. J : 110/80 mmHg

Tn. P : 150/100 mmHg

Memotivasi PM

untuk mengikuti

kagiatan di Uresos

21/5/13

09.00

Aula Uresos

S : PM mengatakan mau

mengikuti kegiatan di Aula

O : PM tampak menghadiri

kegiatan di Aula Uresos

Mengikuti kegiatan di

Uresos adalah

kebiasaan PM.

Kondisi fisik yang

mulai melemah.

K

6

2 Melakukan

pengukuran tekanan

darah secara rutin.

22/5/13

10.30

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

diukur tekanan daranh nya.

O : Ny S : 160/100 mmHg

Ny. Slm : 110/90 mmHg

Ny. M : 120/80 mmHg

Ny. J : 110/90 mmHg

Tn. P : 150/90 mmHg

Terdapat fasilitas

pengukur tekanan

darah.

- K

6

1 Mamberikan

pendidikan

kesehatan pada PM

tentang kebersihan

diri dan perawatan

diri

22/5/13

10.30

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan paham

tentang kebersihan diri dan

cara merawat tubuh.

O : PM tampak bisa menjawab

pertanyaan dari mahasiswa.

PM mau berpartisipasi

mengikuti penkes.

Tersedianya leaflet

dan lembar balik.

Motivasi untuk

belajar berkurang.

K

6

1 Mamberi 22/5/13 S : PM mengatakan cuci PM mau berpartisipasi Motivasi untuk K

Page 45: ABC

pengetahuan tentang

pentingnya cuci

tangan

11.00

Ruang tamu

wisma Pandu

tangan penting salah satunya

untuk menghindari penyakit.

O : PM tampak bisa menjawab

pertanyaan dari mahasiswa.

mengikuti penkes.

Tersedianya leaflet

dan lembar balik.

belajar berkurang. 6

1 Mendemonstrasikan

cara perawatan kuku,

tubuh (mandi),

gigi/gusi dan mulut.

22/5/13

11.15

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan bisa paham

cara perawatan kuku, tubuh,

gigi/gusi dan mulut.

O : PM tampak memperhatikan

demostrasi cara merawat

perawatan kuku, tubuh,

gigi/gusi dan mulut.

Tersedianya alat

peraga dan gambar.

Motivasi untuk

belajar berkurang.

K

6

1 Mendorong PM

untuk

mendemonstrasikan

kembali yang telah

disajikan

22/5/13

11.30

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan bisa

mendemonstrasikan cara

perawatan kuku, tubuh,

gigi/gusi dan mulut.

O : PM tampak

mendemostrasikan cara

merawat gigi/gusi.

Tersedianya alat

peraga dan gambar,

Motivasi PM untuk

mencoba.

Motivasi untuk

belajar berkurang.

K

6

1 Memotivasi PM

untuk menerapkan

apa yang telah

didapat mengenai

tata cara kebersihan

22/5/13

11.45

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

menerapkan cara perawatan

diri.

O : PM tampak kooperatif

Motivasi untuk

mengikuti anjuran

mahasiswa.

Perlu control dari

pengasuh dan

mahasiswa.

K

6

Page 46: ABC

diri (menggosok

gigi, cuci tangan,

mandi)

menerima anjuran mahasiswa.

2 Melakukan

pengukuran tekanan

darah secara rutin.

23/5/13

08.00

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

diukur tekanan daranh nya.

O : Ny S : 150/90 mmHg

Ny. Slm : 110/90 mmHg

Ny. M : 120/90 mmHg

Ny. J : 110/90 mmHg

Tn. P : 120/90 mmHg

Terdapat fasilitas

pengukur tekanan

darah.

- K

6

2 Menjelaskan pada

PM tentang penyakit

yang ia derita

(Hipertensi) tentang

pengertian,

penyebab, gejala,

pencegahan/perawat

an, komplikasi.

23/5/13

08.00

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan paham

tentang hipertensi yaitu

kenaikan tekanan darah yang

disebabkan bisa karena

keturunan, stress, kegemukan,

merokok dll yang dapat

membuat pusing, mata

berkunang-kunang. Jika tidak

tertangani bisa menyebabkan

stroke.

O : PM tampak bisa menjawab

pertanyaan mahasiswa.

PM mau berpartisipasi

mengikuti penkes

Tersedianya leaflet

dan lembar balik.

Motivasi untuk

belajar berkurang.

K

6

2 Mendemostrasikan 23/5/13 S : PM mengatakan bisa Tersedianya alat dan Motivasi untuk K

Page 47: ABC

ramuan herbal untuk

hipertensi. 08.15

Ruang tamu

wisma Pandu

membuat ramuan herbal

mengenai hipertensi

O : PM tampak memperhatikan

mahasiswa ketika demonstrasi.

bahan. belajar berkurang. 6

2 Mendorong PM

untuk

mendemonstrasikan

ulang membuat

ramuan herbal untuk

hipertensi.

23/5/13

08.30

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan mau dan

bisa mempraktekkan cara

membuat ramuan herbal

dengan bawang putih.

O : PM tampak

mempraktekkan membuat

ramuan bawang putih untuk

hipertensi.

Tersedianya alat dan

bahan

Motivasi PM untuk

mencoba.

Motivasi untuk

belajar berkurang.

K

6

2 Menganjurkan PM

dengan hipertensi

untuk mematuhi diet

yang didapat dari

Uresos.

23/5/13

08.40

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

menerima diet yang diberikan

Uresos.

O : PM tampak menerima

saran mahasiswa.

Keterbukaan PM

dengan mahasiswa.

Perlu pengawasan

dari pengasuh dan

mahasiswa.

K

6

2 Menganjurkan PM

untuk minum obat

secara teratur dan

sesuai dosis yang

telah ditetapkan.

23/5/13

08.45

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

meminum obat secara teratur,

tapi membutuhkan untuk

diingatkan.

O : PM tampak menerima

saran dari mahasiswa

Keterbukaan PM

dengan mahasiswa.

Perlu pengawasan

dari pengasuh dan

mahasiswa.

K

6

Page 48: ABC

2 Menganjurkan PM

lain untuk

berpartisipasi dalam

perawatan

hipertensi.

23/5/13

08.50

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan mau saling

mengingatkan.

O : PM menerima saran

mahasiswa untuk saling

membantu.

Keterbukaan PM

dengan mahasiswa.

Hubungan antar

PM yang kurang

harmonis.

K

6

1 Motivasi PM untuk

menerapkan apa

yang telah didapat

mengenai tata cara

kebersihan diri

(menggosok gigi,

cuci tangan, mandi)

23/5/13

09.00

wisma Pandu

S : PM mengatakan sudah

mulai menerapkan cara

perawatan diri.

O : PM tampak kooperatif

menerima anjuran mahasiswa.

Motivasi untuk

mengikuti anjuran

mahasiswa.

Perlu kontrol dari

pengasuh dan

mahasiswa.

K

6

2 Melakukan

pengukuran tekanan

darah secara rutin.

24/5/13

08.00

Ruang tamu

wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

diukur tekanan daranh nya.

O : Ny S : 160/90 mmHg

Ny. Slm : 110/80 mmHg

Ny. M : 120/70 mmHg

Ny. J : 110/90 mmHg

Tn. P : 140/90 mmHg

Terdapat fasilitas

pengukur tekanan

darah.

- K

6

2 Menganjurkan PM

lain untuk

berpartisipasi dalam

24/5/13

08.15

Ruang tamu

S : PM mengatakan tadi pagi

sudah mengingatkan PM lain

untuk minum obat.

Keterbukaan PM

dengan mahasiswa.

Hubungan antar

PM yang kurang

harmonis.

K

6

Page 49: ABC

perawatan

hipertensi.

wisma Pandu O : PM menunjukkan

partisipasinya untuk saling

membantu.

1 Motivasi PM untuk

menerapkan apa

yang telah didapat

mengenai tata cara

kebersihan diri

(menggosok gigi,

cuci tangan, mandi)

24/5/13

08.30

wisma Pandu

S : PM mengatakan sudah

mulai menerapkan cara

perawatan diri.

O : PM tampak menunjukkan

pemenerimaan anjuran

mahasiswa.

Motivasi untuk

mengikuti anjuran

mahasiswa.

Perlu kontrol dari

pengasuh dan

mahasiswa.

K

6

1 Memberi catatan

dalam bentuk

gambar/visual

mengenai tata cara

kebersihan diri

(menggosok gigi,

cuci tangan, mandi)

24/5/13

08.45

Wisma Pandu

S : PM mengatakan senang

setelah diberi catatan dalam

bentuk visual, mereka lebih

bisa memahami.

O : PM tampak mempelajari

gambar tentang tata cara

kebersihan diri.

Tersedianya gambar-

gambar untuk

memudahkan lansia

memahami suatu

pesan.

Motivasi PM untuk

belajar.

K

6

2 Menganjurkan PM

dengan hipertensi

untuk mematuhi diet

yang didapat dari

Uresos

24/5/13

12.00

Wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

makan menu diet yang

disediakan Uresos.

O : PM tampak kooperatif

menerima saran mahasiswa.

Keterbukaan PM

dengan mahasiswa.

Perlu pengawasan

dari pengasuh dan

mahasiswa.

2 Menganjurkan PM 24/5/13 S : Pm mengatakan sudah rutin Keterbukaan PM Perlu pengawasan K

Page 50: ABC

untuk minum obat

secara teratur dan

sesuai dosis yang

telah ditetapkan

12.30

Wisma Pandu

munum obat, terkadang dia

diingatkan oleh teman atau

pengasuh.

O : PM tampak kooperatif dan

mau menjalankan saran

mahasiswa.

dengan mahasiswa. dari pengasuh dan

mahasiswa.

6

2 Melakukan

pengukuran tekanan

darah secara rutin.

25/5/13

08.00

Runag tamu

Wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

diukur tekanan daranh nya.

O : Ny S : 150/90 mmHg

Ny. Slm : 110/80 mmHg

Ny. M : 120/80 mmHg

Ny. J : 110/90 mmHg

Tn. P : 120/100 mmHg

Terdapat fasilitas

pengukur tekanan

darah.

- K

6

1 Motivasi PM untuk

menerapkan apa

yang telah didapat

mengenai tata cara

kebersihan diri

(menggosok gigi,

cuci tangan, mandi)

25/5/13

08.15

Runag tamu

Wisma Pandu

S : PM mengatakan sudah

mulai menerapkan cara

perawatan diri.

O : PM tampak menunjukkan

pemenerimaan anjuran

mahasiswa.

Motivasi untuk

mengikuti anjuran

mahasiswa.

Perlu kontrol dari

pengasuh dan

mahasiswa.

K

6

2 Menganjurkan PM

lain untuk

berpartisipasi dalam

25/5/13

08.30

S : PM mengatakan tadi pagi

sudah mengingatkan PM lain

Keterbukaan PM

dengan mahasiswa.

Hubungan antar

PM yang kurang

K

6

Page 51: ABC

perawatan

hipertensi.

Runag tamu

Wisma Pandu

untuk makan dan minum obat.

O : PM menunjukkan

partisipasinya untuk saling

membantu.

harmonis.

2 Menganjurkan PM

dengan hipertensi

untuk mematuhi diet

yang didapat dari

Uresos

25/5/13

11.30

Wisma Pandu

S : PM mengatakan mau

makan menu diet yang

disediakan Uresos.

O : PM tampak kooperatif

menerima saran mahasiswa.

Keterbukaan PM

dengan mahasiswa.

Perlu kontrol dari

pengasuh dan

mahasiswa.

K

6

2 Menganjurkan PM

untuk minum obat

secara teratur dan

sesuai dosis yang

telah ditetapkan

25/5/13

12.15

Wisma Pandu

S : Pm mengatakan sudah rutin

munum obat, terkadang dia

diingatkan oleh teman atau

pengasuh.

O : PM tampak kooperatif dan

mau menjalankan saran

mahasiswa.

Keterbukaan PM

dengan mahasiswa.

Perlu kontrol dari

pengasuh dan

mahasiswa.

K

6

Page 52: ABC

BAB IV

PEMBAHASAN

Lansia merupakan kelompok umur yang memerlukan perhatian lebih, kerena telah

mengalami berbagai kemunduran baik fungsi fisik maupun psikologisnya. Oleh karena itu, perlu

diadakan pelayanan khusus bagi lansia, terutama untuk lansia yang terlantar dibuat dalam suatu

wadah untuk diberi pelayanan serta perlindungan.

Kelompok khusus adalah Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan

fisik, mental maupun social budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan

pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka

dalam memelihara kesehatan dan perawatan terhadap dirinya sendiri. Terdapat asuhan

keperawatan dasar yang diberikan pada lansia yaitu Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan

keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau

pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga:

kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi

kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani. Untuk lanjut usia yang

mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut

usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang

lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, tanggal 20 Mei 2013 di Wisma

Pandu Unir Resos Wening Wardoyo Ungaran, terdapat 5 lansia yang menghuni Wisma Pandu.

Seluruh lansia tersebut merupakan sasaran asuhan keperawatan untuk lanjut usia yang masih aktif.

Berdasarkan data hasil wawancara terdapat lebih dari 40% PM yang mengalami masalah dalam

personal hygine yang termasuk dalam hal seperti mandi, terdapat 2 orang (40%) yang mandi 1

kali/hari, terdapat 3 orang (60%) yang mandi 2 kali/hari. Perawatan mulut dan gigi, terdapat 3

orang (60%) yang tidak perbah gosok gigi dan mereka hanya berkumur karena menganggap itu

sudah cukup. Sedangkan dalam hal memotong kuku dan mencuci tangan, hamper semua PM di

Wisma Pandu tidak pernah melakukannya karena tidak terbiasa. Dari masalah-masalah tersebut

sebagian besar dikakarenakan kurang pengetahuan tentang pentingnya personal hygine yang baik

Page 53: ABC

serta penuruna minat untuk menjaga personal hygine. Hal ini sesuai dengan teori bahwa lansia

yang masih aktif perlu dukungan dalam hal motivasi termasuk motivasi dalam hal kebersihan diri.

Atas semua permasalahan tersebut, untuk menyusun intervensi terlebih dahulu kami

tegakkan diagnose yaitu Resiko peningkatan deficit perawatan diri pada PM di wisma Pandu

berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri, penurunan motivasi,

gangguan status mental. Menurut NANDA, 2010 defisit perawatan diri adalah suatu hambatan

untuk melakukan atau menyelesaikan berbagai aktivitas kebersihan diri, seperti mandi, menjaga

kebersihan kuku dan tangan, berpakaian dll. Dalam diagnosa kami berbunyi resiko peningkatan

deficit perawatan diri maksudnya adalah, semua PM sudah mulai menunjukkan tanda-tanda

deficit perawatan diri dan dikhawatirkan akan terjadi peningkatan jika tidak segera diatasi.

Berdasarkan data, hanya 1 lansia (20%) yang pernah bersekolah sisanya 4 orang lansia (80%)

tidak pernah bersekolah. Sehingga tingkat pengetahuan mereka tentang personal hygine yang baik

sangatlah kurang, terlebih lagi faktor usia yang membuat minat untuk menjaga kebersiha diri

kurang. Kemudian ditambah lagi keadaan status mental yang buruk ada 1 orang (20%). Sehingga

hal-hal tersebut sangat berhubungan atau merupaka suatu faktor terjadinya masalah resiko deficit

perawatan diri pada lansia di Wisma Pandu.

Untuk prioritas masalahnya sendiri, telah dipaparkan bahwa lebih dari 25% lansia

mengalami masalah deficit perawatan diri sehingga ukuran masalah menempati nilai teratas.

Untuk ukuran keseriusan masalah, ini cukup serius karena sangat bisa berdampak untuk masalah

kesehatan lain jika PM tidak mau mengatasi, apalagi ancaman penyakit menular sehingga tidak

hanya satu PM saja yang terancam namun bisa mengancam PM lain. Dan ini sangat

mempengaruhi kelangsungan hidup PM di Wisma Pandu. Sedangkan untuk nilai keefektifan

intervensi adalah intervensi yang relative efektif sebab PM masih dalam keadaan mental yang

baik, sehingga mudah dimotivasi dan diberi pengetahuan serta pengarahan. Atas dasar-dasar

itulah, maka diagnosa ini menjadi prioritas pertama kami untuk lansia di Wisma Pandu.

Intervensi yang kami susun antara lain, memberikan pendidikan kesehatan pada PM

tentang kebersihan diri dan perawatan diri, memberi pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan,

hal ini kami harapkan agar PM bisa mengetahui pentingnya kebersihan diri dan dalam

pelaksanaannya pun PM aktif mengikuti serta menunjukkan respon yang baik yang ditunnyakkan

PM dapat menjawab pertanyaan dari kami dengan benar. Intervensi selanjutnya,

Page 54: ABC

mendemonstrasikan cara perawatan kuku, tubuh (mandi), gigi/gusi dan mulut, mendorong PM

untuk mendemonstrasikan kembali yang telah disajikan, kami mengharapkan dengan demonstrasi

yang nyata PM akan lebih paham karena kelompok meyadari usia lansia sudah mengalami

penurunan termasuk penurunan dalam menangkap informasi dan penurunan untuk belajar. Dalam

pelaksanaannya PM mampu mendemostrasikan sesuai yang telah diajarkan. Kemudian untuk

selalu mengingatkan pada lansia kami memberi catatan dalam bentuk gambar/visual mengenai

tata cara kebersihan diri (menggosok gigi, cuci tangan, mandi), sehingga sewaktu-waktu mereka

dapat melihat gambar-gambar tersebut jika lupa. Yang tidak laha penting kami juga memotivasi

PM untuk menerapkan apa yang telah didapat mengenai tata cara kebersihan diri (menggosok

gigi, cuci tangan, mandi) agar semua yang telah diajarkan tidak hanya dipahami saja tapi juga

diterapkan untuk sehari-hari. Evaluasi sampai hari ke 7, PM mengikuti anjuran mahasiswa tentu

dibantu dengan pengasuh yang selalu mengingatkan para lansia. Rencana tindak lanjut kami

delegasikan pada pengasuh wisma untuk selalu mengingatkan dan memotivasi PM agar menjaga

kebersihan diri (personal hygine).

Dari hasil data yang kami peroleh, lansia yang mengalami sakit lebih banyak adalah

prosentase untuk penyakit hipertensi yaitu sebanyak 2 orang (40%). Sehingga hal ini menjadi

sorotan kami juga. Para lansia ini mengaku jika tidak tahu tentang hipertensi terutama

perawatannya serta proses penyakitnya. Hal ini juga dikaitkan dengan tingkat pendidikan mereka

yang sebagian besar 4 orang (80%) tidak bersekolah, sehingga perlu terus menerus untuk

diingatkan. Dari data subyektif dan obyektif hasil observasi kami, maka tegaklah diagnosa

Kurang pengetahuan mengenai hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

penyakitnya, kurangnya minat dalam belajar. Menurut NANDA 2010, kurangnya pengetahuan

adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu dalah hal

ini hipertensi. Sebagian besar lansia mengalami penuruna termasuk penurunan dalam minat

belajar, sehingga mereka kekurangan informasi. Hal-hal ini membuat mereka menjadi kekurangan

pengetahuan. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya yaitu, besar prosentasi masalah ini lebih

dari 40% sehingga untuk scoring ukuran masalah termasuk juga menempati yang utama.

Sedangkan untuk skor keseriusan masalah disini adalah cukup serius karena penyakit ini adalah

termasuk penyakit yang tidak menular sehingga tidak akan mengganggu PM lain dan

kelangsungan hidup mereka, sedangkan jika dilihat komplikasinya sehingga manajement

perawatan perlu diketahui supaya terhindar dari komplikasi, selain itu diharapkan klien lain juga

Page 55: ABC

mendukung untuk perawatan hipertensi itu sendiri. Untuk keefektifan intervensi disini efektif bila

satu sama lain saling mengingatkan, baik itu antar PM maupun PM dengan pengasuh. Sehingga

atas dasar fakta dan pertimbangan tersbut masalah kurang pengetahuan mengenai hipertensi

berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya, kurangnya minat dalam belajar,

menjadi prioritas kami yang ke dua.

Intervensi yang kami susun yaitu pertama terlebih dahulu kami menjelaskan pada PM

tentang penyakit yang ia derita (Hipertensi) tentang pengertian, penyebab, gejala,

pencegahan/perawatan, komplikasi. Hal ini dilakukan untuk mendukung intervensi selanjutnya

dengan member cukup informasi yang dibutuhkan PM, dalam pelaksanaanya pun para lansia aktif

mengikuti dan bisa memahami informasi yang disampaikan ditandai dengan mereka bisa

menjawap pertanyaan mahasiswa dengan benar dan sesuai. Selanjutnya kami mendemostrasikan

ramuan herbal untuk hipertensi. Diharapkan ramuan sederhana, mudah dibuat dan dipat ini bisa

membantu mengatasi masalah hipertensi sehingga tidak hanya obat secara medis saja namun juga

ada dukungan obat herbal untuk mencegah parahnya penyakit yang mungkin nantinya bisa

menimbulkan berbagai macam komplikasi. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi ini kami

mendorong PM untuk mendemonstrasikan ulang membuat ramuan herbal untuk hipertensi, dan

hasilnya mereka bisa menjelaskan bahkan bisa mempraktekkannya. Kemudiah hal yang tidak

kalah penting juga untuk menganjurkan PM dengan hipertensi untuk mematuhi diet yang didapat

dari Uresos, karena akan percuma obat-obatan telah dikonsumsi namun gaya hidup masih buruk.

Sampai hari ke 7 PM mematuhi anjuran mahasiswa untuk mengikuti diet dari Uresos. Selanjutnya

untuk mengontrol keefektifan intervensi dan perubahan pola perikalu PM perlu dilakukan

pengukuran tekanan darah secara rutin. Ini sebagai indicator berjalannya intervensi dan juga

perubahan perilaku PM untuk meningkatkan kesehatannya. Menyadari usia PM yang lansia

dengan segala kemunduran fisik dan mentalnya perlu selalu untuk mengingatkan agar PM untuk

minum obat secara teratur dan sesuai dosis yang telah ditetapkan. Selain itu pertisipasi PM lain

juga penting, sehingga kami mengajurkan PM lain untuk berpartisipasi dalam perawatan

hipertensi. Manfaatnya selain untuk mengingatkan PM juga untuk memupuk kasih sayang,

kebersamaan, rasa saling memiliki dan dimiliki yang diharapkan dari adanya perhatian dari PM

lain. Hambatan dalam intervensi ini, adalah karena hubungan antar PM yang kurang harmonis,

terdapat rasa iri antar PM. Namun dari kami, berusaha untuk memberikan masukan positif

sehingga partisipasi PM lain timbul saling mengingatkan terkait perawatan hipertensi. Rencana

Page 56: ABC

tindak lanjut kami delegasikan pada pengasuh wisma untuk selalu mengingatkan dan memotivasi

PM agar teratur minum obat, kontrol tekanan darah, dan makan makanan sesuai diet yng telah

diberikan.

Page 57: ABC

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses

penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu

semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini

disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada

sebagai sumber daya

Kelompok khusus adalah Sekelompok masyarakat atau individu yang karena

keadaan fisik, mental maupun social budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan,

bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan

dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan perawatan terhadap dirinya

sendiri.

Kelompok lansia dalam perawatannya dibagi menjadi dua yaitu lanjut usia aktif

atau pasif. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan

tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:

kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan

lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil

bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani. Sedangkan untuk lanjut usia

yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti

pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.

Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).

Kasus yang kami kelola di Wisma Pandu, merupaka kelompok lansia yang masih

aktif, sehingga asuhan keperawatan berupa dukungan dan motivasi. Data yang kami

temukan di Wisma Pandu terdapat dua masalah keperawatan yang muncul, yaitu tentang

deficit perawatan diri dan kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Dalam masalah

tersebut kita susun intervensi yang bersifat memberi arahan atau pengetahuan serta

Page 58: ABC

motivasi. Karena semua PM masih bisa mandiri dan hanya perlu diingatkan dan

diarahkan. Selama implementasi berlangsung, semua PM kooperatif untuk menerima saran

dan arahan. Meski begitu, masih diperlukan pengawasan dari pihak-pihak yang mengelola

mereka agar intervensi tetap berjalan.

B. SARAN

Untuk pihak-pihak terkait yang mengelola PM khususnya pengasuh, bisa ikut

berpartisipasi dalam meneruskan intervensi yang telah dibuat. Sehingga untuk itu perlu

dilakukan pendelegasian terhadap intervensi dari pihak mahasiswa kepada pengasuh.

Untuk pihak pengelola Unit Resos diharapkan tetap menjaga dan terus

mengembangkan kegiatan-kegiatan yang sudah ada. Kerja sama yang baik antar profesi

sangat diperlukan untuk pengelolaan kelompok lansia, karena diberbagai disiplin ilmu bisa

saling melengkapi.

Page 59: ABC

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta :

EGC.

Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada

Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera

Utara

Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba

Medika.

NANDA. (2010). Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC

Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan

Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC

Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Edisi kedua. Jakarta : EGC