aa^^prop pldk kpc

Upload: adi-mahendra

Post on 31-Oct-2015

93 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mn

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI PELEDAKAN PADA OPERASI PENAMBANGAN BATU BARA DI PT

KAJIAN EKONOMI PELEDAKAN PADA OPERASI PENAMBANGAN BATU BARA DI

PT. KALTIM PRIMA COAL

KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

MALVINA SRI HANDAYANI

NIM. 112000179JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

YOGYAKARTA2004

KAJIAN EKONOMI PELEDAKAN PADA OPERASI PENAMBANGAN BATUBARA DI

PT. KALTIM PRIMA COAL

KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan

Skripsi pada jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

MALVINA SRI HANDAYANI

NIM. 112000179JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

YOGYAKARTA

2004

I. JUDUL

KAJIAN EKONOMI PELEDAKAN PADA OPERASI PENAMBANGAN BATU BARA DI PT. KALTIM PRIMA COAL, KALIMANTAN TIMUR

II. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Selain penggunaan alat mekanis, peledakan merupakan sarana yang efektif untuk membongkar batuan dalam industri pertambangan. Pada penambangan batubara peledakan tidak saja diterapkan pada lapisan batubaranya namun juga digunakan untuk membongkar lapisan tanah penutup (overburden). Lapisan overburden biasanya terdiri dari lapisan batupasir, batulanau, batuserpih serta jenis batuan sedimen lain yang secara fisik cukup keras dan akan menyulitkan bila menggunakan alat-alat mekanis dalam membongkarnya. Setelah dilakukan peledakan pada lapisan tanah penutup tersebut langkah selanjutnya adalah pemindahan fragmentasi tersebut ke lokasi tumpukan yang telah direncanakan, sehingga lapisan batubara dapat tersingkap.

Peledakan pada lapisan overburden menjadi sangat krusial karena lapisan ini terbentuk dari batuan sedimen yang kekerasannya cukup tinggi. Melihat sifat fisik dan mekanik dari overburden serta disadari bahwa lapisan tersebut bukan sasaran bisnis tambang, maka diperlukan suatu teknik peledakan yang ekonomis, efisien dan ramah lingkungan. Dimana perolehan batubara dapat menutupi semua biaya operasi, termasuk pemindahan overburdenSebenarnya optimalisasi produksi dari suatu peledakan tidak saja ditinjau dari aspek teknis, tetapi harus pula mempertimbangkan aspek ekonominya. Adapun sasaran akhir dari optimalisasi dari operasi peledakan adalah mendapatkan biaya produksi pada tingkat yang wajar untuk meraih target yang diinginkan perusahaan. Dan ketika suatu alat produksi dalam hal ini penggunaan dari alat bor tidak lagi ekonomis untuk dioperasikan, misalnya sudah terlalu tua atau tidak sesuai dengan kondisi operasional, tidak ada salahnya untuk dijual atau dilelang.

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan biaya pemboran dan peledakan ,diantaranya yaitu ; permintaan pasar, kondisi batuan, biaya pemboran dan biaya peledakan itu sendiri.

III. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara ekonomis terhadap operasi peledakan yang diterapkan oleh perusahaan, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap kali operasi peledakan pada target produksi yang telah ditetapkan mendapatkan biaya produksi pada tingkat yang wajar.

IV. RUMUSAN MASALAH

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan biaya pemboran dan peledakan di PT. Kaltim Prima Coal, Kalimantan Timur.

2. Mengetahui faktor pemilihan alat bor, kapasitas dan jumlah dari alat tersebut sehingga efisien dan menguntungkan.

3. Mengetahui pola pemboran dan peledakan yang diterapkan oleh perusahaan,serta efisiensi kerja dari operator. Dan keefektifan dari pola tersebut bila dikaji secara ekonomi.

4. Mengetahui biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap peledakan dan untuk setiap lubang bor.

V. DASAR TEORI

5.1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERHITUNGAN BIAYA PEMBORAN DAN PELEDAKAN

5.1.1. PERMINTAAN PASAR

Jumlah produksi peledakan paralel dengan produksi crushing plant, jumlah yang dimuat dan diangkut sesuai dengan permintaan pasar. Jadi pola pikirnya berangkat dari hilir ke hulu. Permintaan pasar / konsumen akan menentukan :

1. Jumlah unit atau alat yang harus tersedia

2. Jumlah tenaga kerja

3. Pengaruhnya terhadap lingkungan

4. Sarana infra struktur lainnya

Hal-hal yang harus diperhatikan ,antara lain :

1. Pada permintaan pasar yang tinggi investasi akan lebih besar dibanding permintaan sedikit

2. Jumlah cadangan terukur harus menjamin kelangsungan supply yang konsisten

3. Jaminan teknologi yang proposional

4. Forecast pemanfaatan bijih tersebut dimassa mendatang meyakinkan

5. Biaya investasi harus diperhitungkan dengan cermat agar dapat kembali dalam periode yang singkat

6. Biaya perawatan rutin, overhead, dll. Harus diatur supaya tidak terjadi pemborosan.

5.1.2. KONDISI BATUAN

Kondisi dari batuan akan mempengaruhi terhadap biaya pemboran dan peledakan.

Adapun beberapa kondisi yang mempengaruhi antara lain :

Kekerasan, kekuatan, dan abrasivitas

Biaya terhadap komponen pemboran tinggi pada batuan yang sangat keras dan abrasive. Dan biaya peledakan besar pada batuan yang keras karena perlu bahan peledak dengan strength tinggi

Struktur geologi

Dapat mengakibatkan in-aligament pemboran pada daerah kontak perlapisan batuan. Pemborosan bahan peledak mungkin terjadi karena pengisian celah retakan, rekahan atau rongga didalam batuan.

Kandungan mineral dan tekstur

Mineral-mineral berat bertekstur halus, berat jenis, kuat tarik dan kuat tekan tinggi memboroskan bit.

Breaking charac

Mempengaruhi distribusi fragmentasi hasil peledakan

5.1.3. BIAYA PEMBORAN

Parameter-parameter yang diperlukan antara lain :

KAPASITAS PEMBORAN

Kapasitas jangka pendek adalah kapasitas per daur (cycle) pemboran biasanya dinyatakan dalam meter / jam. Kapasitas jangka panjang adalah kapasitas pershift pemboran ,biasanya dinyatakan dalam drillmeter / shift (drm / shift), m3 / shift atau ton / shift

Contoh perhitungan kapasitas bor jangka panjang :

Sebelumnya perlu dicari terlebih dahulu

Efisiensi Kerja ( Work utilization ) :

Perbandingan waktu produktif dengan total waktu per shift.

U = 100 P/S

Kesiapan alat bor ( drill availability ) :

Perbandingan waktu bor jalan dengan total waktu yang disediakan (jalan + berhenti)

A = 100 T1 / (T1 + T2)

Dimana ; U = Efisiensi kerja, %

P = Waktu produktif, jam

S = Total waktu per shift, jam

A = Kesiapan alat, %

T1= Total waktu jalan, jam

T2 = Total waktu berhenti, jamDrill rig (Tamrock) = DHA 1000

Diketahui :

Diameter lubang tembak = 102 mm (14)

Tinggi jenjang

= 20 m

Batuan yang dihasilkan = 13,3 m3Jenis Batuan

= batu gamping

Rock drillability (DRI) = 60 %

Penembusan net

= 140 cm / menit

KAPASITAS PEMBORAN = 50 drm / jam

Jumlah jam per shift = 8 jam

Efisiensi kerja (U) = 90 %

Kesiapan alat bor = 90 %

KAPASITAS SHIFT = 50 drm/jam x 8 jam x 90%x 90%

= 324 drm / shift x 13,3 m3

= 4.309 m3 / shift

Contoh perhitungan jumlah alat bor yang diperlukan :

Produksi peledakan = 2.600.000 ton / tahun

Density batu gamping = 2,54 ton / m3

Kapasitas bor = 4.309 m3 / shift = 10.945 ton / shift

Jumlah hari produksi = 250 hari / tahun

Produksi per shift ( hari ) = 250 hari / tahun

Produksi per shift = 2.600.000 ton / tahun x 250 hari / tahun

= 10.400 ton / shift

Pemboran dilakukan 8 jam / shift; kerja 1 shift / hari

10.400 ton / shift

JUMLAH ALAT BOR = ------------------------------

10.945 ton / shift

= 0,95 = 1 unit

INVESTASI ALAT BOR

Meliputi : - Pembelian alat bor

- Periode depresiasi

- Bunga dari modal

Penentuan bunga dan periode depresiasi tergantung pada kebijakan perusahaan yang biasanya dipengaruhi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga di Bank

Faktor Anuitas (A) adalah faktor yang digunakan untuk menghitung anuitas sepanjang layanan alat.

i

A = ------------------------

[ 1 (1+ i)-n ]dimana : A = Faktor anuitas

i = Laju suku bunga, %

n = Periode depresiasi, tahun

Contoh menghitung biaya investasi

Diameter lubang tembak = 102 mm (4)

Produksi lubang tembak = 31,300 drm / tahun

Harga alat bor = US$ 158,500

Periode depresiasi = 5 tahun

Laju bunga = 15 %

Faktor anuitas = 0,2983

BIAYA INVESTASI :

158,500 x 0,2983

---------------------------- = US$ 1.51 / drm 31,300

BIAYA PERAWATAN

Biaya perawatan meliputi : - suku cadang

- material untuk servis

- upah mekanik

Biaya perawatan tersebut tergantung pada :

jenis batuan

produksi lubang pertahun

prosedur servis

keterampilan mekanik

upah mekanik

Perawatan alat bor dapat dikerjakan oleh team mekanik perusahaan atau kontrak service dari luar. Apabila dikerjakan oleh mekanik perusahaan, maka pengupahan sesuai dengan gaji bulanan mekanik tersebut.

Misal :

Gaji total team mekanik = US$ 11,500 / tahun

Produksi lubang tembak= 31,300 drm / tahun

Jadi upah mekanik

= Gaji total team mekanik : Produksi lubang tembak

= US$ 0,37 / drm

Apabila dikontrakan, biayanya sesuai dengan perjanjian. Biaya yang dikeluarkan untuk kontrak servis per tahun dikonversikan ke produksi lubang tembak per tahun.

BIAYA KOMPONEN BOR

Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :

Menghitung konsumsi komponen bor

Persamaan :

M

Keperluan bit ; Nb = ----------------------------

( Ab x Y1 )

M

Keperluan batang bor ; Nr = ----------------------------

( Ar x Y1 )

M

Keperluan kopling ; Nc = ----------------------------

( Ac x Y1 )

M

Keperluan shank adpt ; Ns = ----------------------------

( As x Y1 )

keterangan :

M = jumlah batuan yang dibongkar, m3

Y1= Hasil batuan per meter pemboran, m3 / drm

Ab = Umur layanan bit, drm

Ar = Umur layanan batang bor, drm

Ac = Umur layanan kopling, drm

As = umur layanan shank adaptor, drm

Contoh Perhitungan Keperluan Komponen BorProduksi suatu quary batu gamping = 1.000.000 ton / tahun

Density batu gamping = 2,4 ton / m3Diameter lubang bor = 102 mm

Kedalaman = 20 m

Produksi quary

Produksi batu

M = ---------------------

Densitas

= 416.700 m3 Hasil batuan per meter

Y1 = 13,3 m3 / drm

Umur layanan bit

Ab = 2.700 drm

Umur layanan batang bor

Ar = 2.900 drm

Umur layanan kopling

Ac = 2.500 drm

Umur layanan shank

As = 3.200 drm

Maka :

Keperluan bit

Nb = 12 buah

Keperluan batang bor

Nr = 11 buah

Keperluan kopling

Nc = 13 buah

Keperluan shank

Ns = 10 buah

Sehingga biaya untuk komponen bor :

Komponen borKebutuhan, buahHarga, US$ / buahUmur, drmBiaya, US$ / drm

Mata bor ( 102 mm124502.7000,17

Batang bor ( 51 mm 12 ft116502.9000,22

Kopling131502.5000,06

Shank HL 100104003.2000,13

Keterangan ;

Biaya = Kebutuhan x Harga : umur

BIAYA BAHAN BAKAR

Faktor- faktor yang mempengaruhi perhitungan biaya untuk bahan bakar alat

bor adalah : - Efisiensi kerja alat bor

Keadaan tempat kerja

Jenis batuan

Diameter lubang

Komponen bor yang dipakai

Contoh perhitungan bahan bakar untuk 3 jenis alat bor ;

BorHydroulic Top hammerPneumatic Top HammerDTH

Diameter lubang, mm102102105

Kapasitas pemboran, drm/jam401828

Konsumsi BBM, lt/jam284045

Harga BBM, US$ /lt0,290,290,29

BIAYA BAHAN BAKAR, US$ / drm0,200,640,47

BIAYA TENAGA KERJA

Contoh biaya tenaga kerja untuk 3 jenis alat bor

BorHydroulic Top hammerPneumatic Top HammerDTH

Diameter lubang, mm102102105

Kapasitas pemboran, drm/jam401828

Upah, US$ / jam157575

BIAYA BAHAN BAKAR, US$ / drm0,384,172,68

BIAYA PEMBORAN TOTAL = INVESTASI + PERAWATAN + KOMPONEN BOR + BAHAN BAKAR

+

TENAGA KERJA

5.1.4. BIAYA PELEDAKAN

Meliputi biaya-biaya :

Bahan Peledak

Sistem Penembakan

Alat Pengisian (kalau diperlukan)

Tenaga Kerja

Contoh Perhitungan untuk biaya-biaya peledakan :

Biaya Bahan Peledak

Tinggi jenjang = 20 m

Diameter lubang tembak = 102 mm

Hasil batuan per lubang= 293 m3

Primer per lubang = 1 buah

Berat primer = 3 kg

Harga primer = US$ 2,55 / kg

Berat muatan column = 128 kg

Harga muatan column = US$ 0,75 / kg

Harga primer x Berat primer

BIAYA PRIMER = -----------------------------------------

Hasil batuan per lubang

= US$ 0,033 / m3

BIAYA MUATAN COLUMN = US$ 0,31 / m3TOTAL BIAYA HANDAK =BIAYA PRIMER + BIAYA MUATAN

COLUMN

= US$ 0,34

Biaya penembakan

Tinggi jenjang = 20 m

Diameter lubang tembak = 102 mm

Hasil batuan per lubang= 293 m3

Sistem penembakan = Listrik

Detonator / lubang tembak = 1 buah

Harga detonator = US$ 3,30 / buah

Harga Blasting Mechine = US$ 3.600,00

Umur Blasting Mechine = 5 tahun

Produksi per tahun = 416.700 m3

BIAYA DETONATOR =Harga detonator xHasil batuan per lubang

= US$ 0,01 / m3

BIAYA BLASTING MECHINE

3.600 X 0,2983

= ---------------------------------- / 13,3 = US$ 0,003

31.300

TOTAL BIAYA PENEMBAKAN = US$ 0,013

Biaya Tenaga Kerja

Tinggi jenjang = 20 m

Diameter lubang tembak = 102 mm

Hasil batuan per lubang= 293 m3

Waktu memuat / lubang = 10 menit / lubang

Efisiensi kerja = 90 %

Upah buruh = US$ 21 / jam

TOTAL BIAYA TENAGA KERJA = US$ 0,01

Jadi biaya peledakan total adalah penjumlahan dari biaya handak, system penembakan, dan tenaga kerja (US$ / m3 atau US$ / ton) ESTIMASI BIAYA-BIAYA ALAT BORA. BIAYA PEMILIKAN

1. Depresiasi

a. Harga pembelian

b. Salvage value

c. Biaya angkutan

d. Biaya bongkar muat

e. Harga sampai dilokasi : (a + b + c + d)

f. Periode operasi, jam / tahun

g. Umur ekonomis, jam

Harga sampai dilokasi

Depresiasi = ----------------------------

Umur ekonomis

2.Bunga, Pajak, Asuransi dan Sewa Gudang

Pembayaran tetap, % = bunga + pajak + lain-lain

Laju investasi tahunan rata-rata = (n +1) / 2n

Investasi tahunan rata-rata = Harga sampai lokasi x Laju investasi

Pembayaran tahunan tetap = pembayaran tetap x investasi tahunan

rata-rata

Pembayaran tahunan tetap

Pembayaran tetap per jam = -------------------------------------

Periode operasi

Total Biaya Pemilikan = Depresiasi + Pembayaran tetap per jam

B. BIAYA OPERASI

1.Bahan Habis Pakai

a. Alat bor, US$ / round

b. Mata bor, US$ / round

c. Komponen bor, US$ / round

d. Total biaya habis pakai, US$ / round

Total biaya habis pakai

Biaya material habis pakai, US$ / jam = ---------------------------------

Jam kerja

2. Perawatan dan servis

Biaya perawatan dan servis, US$ / jam

3. Biaya Bahan Bakar

a. Tramming, US$ / jam

b. Pemboran, US$ / jam

Biaya pemboran / jam = Pemboran x waktu pemboran

Biaya Bahan Bakar = Tramming + Biaya pemboran

4. Biaya Tenaga Kerja

Total Biaya Operasi

= Biaya material habis pakai + Perawatan dan servis + Bahan Bakar +

Tenaga Kerja

TOTAL BIAYA, US$ / JAM = BIAYA PEMILIKAN + BIAYA OPERASI

UNIT BIAYA, US$ / METER = TOTAL BIAYA / BERAT BATUAN

5.2. PERHITUNGAN GEOMETRI PELEDAKAN

Terdapat beberapa cara untuk menghitung geometri peledakan , cara-cara tersebut menyajikan batasan konstanta untuk menentukan dan menghitung geometri peledakan, terutama menentukan ukuran burden berdasarkan diameter lubang ledak, kondisi batuan, kondisi batuan setempat dan jenis bahan peledak

Geometri Peledakan Menurut R.L. ASH

Penentuan Burden Ratio

RL. Ash (1967) membuat suatu pedoman perhitungan geometri peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh di berbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda. Sehingga RL. Ash berhasil mengajukan rumusan-rumusan empirik yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan batuan.

Burden (B)

Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan bidang bebas yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan. Muatan dan jenis bahan peledak dan lain-lain. Menentukan ukuran burden merupakan langkah awal agar fragmentasi batuan hasil peledakan, vibrasi, airblast, dsb. dapat memuaskan.

Burden diturunkan berdasarkan diameter lubang ledak atau diameter mata bor atau diameter dodol bahan peledak. Untuk menentukan burden, R.L. Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standart dan bahan peledak standart.

Batuan standar adalah batuan yang mempunyai berat jenis atau densitas 160 lb/cuft (2,00 ton/m3 ), tidak lain dari densitas batuan rata-rata.

Bahan peledak standar adalah bahan peledak yang mempunyai berat jenis (SG) 1,2 dan kecepatan detonasi (Ve) 12.000 fps (4.000 m/det)

Apabila batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan standart dan bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standart, maka digunakan burden ratio (Kb) yaitu 30. Tetapi bila batuan yang akan diledakkan tidak sama dengan batuan standart dan bahan peledak yang digunakan bukan pula bahan peledak standart, maka harga Kb-standart itu harus dikoreksi menggunakan faktor penyesuaian (adjustmennt factor).

Jika :

De=Diameter lubang ledak

B=Burden

Kb=Burden ratioDengan :

Bobot isi batuan standart (Dst)

=160 lb/cuft

Bahan peledak :

SG std

=1.2

Vestd(VODstd)=12000 fps

Kb standart=30

Namun apabila peledakan dilakukan pada batuan yang bukan standar dengan menggunakan bahan peledak yang juga bukan standar, maka perlu dilakukan pengaturan kembali harga KB dengan rumus sbb. :

Kb koreksi = KBSTD x A(1 x A(2(2)

A(1= Adjusment factor untuk batuan yang diledakkan

A(2= Adjusment factor untuk handak yang dipakai

Dengan :

A(1=

D = bobot isi batuan yang diledakkan

A(2=

SG = BJ handak yang dipakai

Ve = VOD handak yang dipakai

Jadi B= ..(3)

Hubungan diameter lubang ledak dengan tinggi jenjang

Pemilihan diameter lubang tembak harus mempertimbangkan tiga hal yaitu :

Fragmentasi batuan

Dampaknya terhadap lingkungan meliputi vibrasi, air-blast dan flyrock

Ekonomi peledakan.

Efek ukuran lubang tembak terhadap factor-faktor diatas dapat diprediksi. Umumnya, makin besar diameter lubang tembak kemungkinan terjadinya vibrasi, air-blast, dan flyrock sangat besar dan biasanya fragmentasi juga sulit dikontrol. Untuk mengatasi persoalan diatas , perlu perkiraan yang akurat tentang hubungan antara diameter lubang tembak dengan burden sebelum diperoleh Standard Operation Procedure yang baku. Hubungan kedua parameter tersebut dinamakan stiffness Ratio, yaitu tinggi jenjang dibagi dengan burden atau L/B.

Tabel Stiffness Ratio dan Pengaruhnya

Stiffness RatioFragmentasiAirblastFlyrockVibrasiKeterangan

1JelekBerpotensiBerpotensiBerpotensiPotensi terjadinya backbreak dan toe.

Harus dihindari dan dirancang ulang

2SedangSedangSedangSedangSebaiknya dirancang ulang

3BaikbaikbaikbaikTerkontrol dan fragmentasi memuaskan

4sempurnasempurnasempurnasempurnaTidak menguntungkan lagi bila Stiffness Ratio lebih dari 4

Spacing (S)

Adalah jarak antar lubang tembak dirangkai dalam satu baris dan diukur

sejajar terhadap bidang bebas.

S=Ks. B (4)

Keterangan :

Ks=Spacing ratio (1,0 2,0)

B=Burden (m)

Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan. Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penulisan spacing adalah sebagai berikut :

Peledakan serentak, S = 2 B

Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay), S = B

Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1 B hingga 2 B

Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 - 1,8 B

Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris yang sama, S = 1,15 B

Steming (T)Steming adalah lubang tembak bagian atas yang tidak diisi bahan peledak, tetapi biasanya diisi oleh abu hasil pemboran atau kerikil (lebih baik) dan dipadatkan diatas bahan peledak.

Steming berfungsi untuk :

1. Menentukan stress balance dalam lubang tembak Untuk mendapatkan stress

balance dapat ditentukan T = B. Steming ini disebut dengan collar.

2. Mengurung gas hasil proses kimia bahan peledak

3. Mengontrol kemungkinan terjadinya airlast dan flyrock.

Untuk menghitung panjang steming perlu ditentukan dulu steming ratio (Kt), yaitu perbandingan panjang steming dengan burden. Biasanya Kt standar yang dipakai 0,70 dan ini cukup untuk mengontrol airblast, flyrock, dan stress balance. Apabila Kt kurang dari satu akan terjadi cratering atau backbreaks, terutama pada system collar priming. Untuk menghitung steming dipakai persamaan :

Kt = T / B .(5)Dimana : Kt = Steming Ratio (0,75 1,00)

T = steming, m

Kedalaman lubang tembak (H)

Kedalaman lubang tembak tidak boleh lebih kecil dari ukuran burden untuk menghindari terjadinya overbreaks dan cratering. Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Menurut Ash, kedalaman lubang tembak berdasarkan pada hole depth ratio (Kh) yang harganya antara 1,5 4,0. Hal ini serupa dengan Stiffness Ratio. Hubungan kedalaman lubang tembak dengan burden adalah sbb :

Kh = H / B (6)Dimana ; Kh = Hole depth Ratio

H = Kedalaman lubang tembak

Diameter lubang tembak, inch

2 4 6 8 10 12

10

20

30

40 50

60

Subdrilling (J)

Subdrilling adalah lubang tembak yang dibor sampai melebihi batas lantai jenjang bagian bawah. Maksudnya supaya batuan dapat meledak secara fullface dan untuk menghindari kemungkinan adanya tonjolan-tonjolan (toes) pada lantai jenjang lantai bagian bawah. Tonjolan yang terjadi akan menyulitkan peledakan berikutnya dan pada waktu pemuatan dan pengangkutan.

Panjang subdriling diperoleh dengan menentukan harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk batuan massive biasanya dipakai Kj sebesar 0,3. Hubungan Kj dengan burden diekspresikan dengan persamaan sbb :

Kj = J / B (7)

Dimana ; Kj = Subdrilling Ratio

J = subdrilling

Charge length (PC)

Charge length merupakan panjang kolom isian bahan peledak.

Persamaan :

PC=H T .(8)

Keterangan :

PC=Panjang kolom isian (m)

H=Kedalaman lubang tembak (m)

T=Stemming (m)

Loading density (de)

Loading density adalah jumlah isian handak per meter panjang kolom isian.

Persamaan :

de= ..(9)

de= 0,508 De2 (SG) . .(10)

Keterangan :de: Loading density (kg/m)

De: Diameter lubang ledak (inchi)

SG: BJ bahan peledak

SC: Stick Count

Jumlah handak dalam satu lubang ledak (E) = PC . de kg

Powder Factor

Adalah suatu bilangan yang menyatakan jumlah material yang diledakan atau dibongkar oleh bahan peledak dalam jumlah tertentu dan dinyatakan dalam ton / lbs atau m3 / kg . Powder factor dipengaruhi oleh pola peledakan dan bidang bebas.

A x l x dr W

PF = ------------------------ = ----------------, ton / lbs .(11)

de x PC x N E

Dimana ; A = Luas daerah yang diledakan

L = Tinggi jenjang

PC = Panjang muatan per lubang tembak

de = Loading densitas

dr = Material densitas ratio

N = Jumlah lubang bor

Volume setara (equivalent volume)

Angka yang menyatakan sejumlah volume atau berat tertentu material /batuan yang diledakan setara dengan tiap meter atau feet pemboran dinyatakan dalam m3/m, cuft/ft, tons/m. Volume setara berguna untuk menaksir kemampuan alat bor yang digunakan untuk pembuatan lubang tembak

W

Eq = -------------- (12)

N x H

Dimana ; W = Produksi batuan

N = Jumlah lubang bor

H = Kedalaman lubang tembak

VI. DATA PENDUKUNG

Yang dimaksud dengan data pendukung adalah data-data yang dapat mendukung data-data dari lapangan guna menganalisa permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah.

Data pendukung dapat diambil antara lain dari data hasil pengamatan di lapangan, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan, brosur--brosur dari perusahaan, data dari instansi yang terkait dan dari literatur-literatur.

VII. URUTAN KERJA PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian, dilakukan dengan menggabungkan antara teori dengan data-data dilapangan, sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan penyelesaian masalah.

Adapun urutan pekerjaan penelitian :

1. Observasi terhadap kegiatan penambangan.

2. Penentuan tempat pengamatan langsung untuk pengambilan data.

3. Pengambilan data primer (langsung dari lapangan) dan data sekunder dari laporan bulanan perusahaan.

4. Pengelompokan data, pengujian data.

5. Pengolahan data penelitian.

6. Analisa hasil penelitian dan memberikan alternatif pemecahan masalah.

VIII. ANALISA PENYELESAIAN MASALAH

Permasalahan yang ada di lapangan selanjutnya dipelajari dan dikaji berdasarkan data yang ada, baik data yang dikumpulkan dari hasil penyelidikan maupun data penunjang dan didukung berbagai teori yang menunjang permasalahan tersebut, selanjutnya dicarikan alternatif penyelesaiannnya.

Adapun rincian dari analisa terhadap rancangan pemboran dan peledakan ditinjau dari segi ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data, geometri dari pola pemboran dan peledakan yang dipakai pada saat ini dan dasar-dasar teknis penyusunan perancangan yang digunakan jenis material, target produksi perusahaan, jumlah, harga dan spesifikasi dari alat alat yang digunakan untuk pemboran dan peledakan

2. Tahap Penyelidikan pendahuluan

Pengumpulan data-data geologis area kerja yang mempengaruhi dalam perancangan seperti struktur batuan, kekuatan batuan (rock strength), berat jenis dan parameter lainnya.

3. Tahap Penyelidikan Terinci

Tahap penyelidikan terinci dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah , adapun data yang akan diambil, yaitu :

Waktu total daur pemboran dari suatu alat bor, baik waktu untuk bergerak ke lubang berikutnya, mengatur boom dan feed, member batang bor, menambah batang bor, melepas batang bor, maupun memasang penutup.Dan waktu tunggu (non pengeboran) sehingga didapatkan kapasitas pemboran.

Effisiensi kerja alat dan tenaga kerja

Pengukuran terhadap geometri pemboran dan peledakan, berat primer per lubang, berat muatan column

Fragmentasi yang dihasilkan

Sehingga dengan mengetahui parameter-parameter diatas diharapkan didapatkan

alternative penyelesain masalah

Setelah melalui tahap ini maka dilanjutkan dengan :

Analisis secara ekonomi terhadap rancangan pola pemboran yang ada saat ini

Disini dilakukan perhitungan teoritis hasil yang akan dicapai serta pemaparan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk satu kali peledakan dengan pola yang digunakan.

IX. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam memecahkan permasalahan ini, dengan menggabungkan antara teori dan data-data lapangan, terutama data-data primer yang didapat dari perusahaan ( PT. Kaltim Prima Coal ), sehingga dari keduanya di dapat pendekatan penyelesaian masalah.

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :

1. Tahap Studi Literatur yang berhubungan dengan topik penelitian

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder, seperti :

Data curah hujan

Peta topografi

Spesifikasi bahan peledak yang digunakan

2. Pengamatan langsung di lapangan, dilakukan dengan cara peninjauan lapangan

untuk melakukan pengamatan langsung terhadap semua kegiatan di daerah yang

akan diteliti

3. Pengambilan Data, dengan pengukuran langsung di lapangan maupun penelitian di laboratorium.

4. Akuisisi Data

a. Pengelompokan data

b. Jumlah data

X. RENCANA JADWAL PENELITIAN

IIIIIIIVVVIVIIVIIIIXX

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan data

Pengolahan data

Penyusunan draft

XII. RENCANA DAFTAR ISI

RINGKASAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BAB

I PENDAHULUAN

II TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

2.2 Keadaan Geologi dan Topografi

2.3 Iklim dan Curah Hujan

2.4 Peralatan yang digunakan

2.5 Kegiatan Penambangan

III DASAR TEORI

3.1 Pemboran dan Peledakan

3.1.1 Peledakan Pada tambang terbuka

3.1.2 Pola pemboran dan peledakan

3.1.3 Sifat-sifat Batuan yang mempengaruhi peledakan

3.1.4 Karakteristik Bahan Peledak

3.1.5 Mekanisme Pecahnya Batuan

3.1.6 Geometri Pemboran dan Peledakan

3.1.7 Komponen-komponen Alat Bor

3.1.8 Effisiensi Kerja Alat Bor

3.2 Estimasi Biaya

3.2.1. Biaya Kepemilikan

3.2.2. Biaya Operasi

IV KONDISI LAPANGAN DAN ANALISIS EKONOMI PELEDAKAN

4.1 Karakteristik Massa Batuan

4.1.1. Komposisi Mineral

4.1.2. Struktur Batuan

4.1.3. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan

4.1.4. Klasifikasi Massa Batuan

4.2 Karakteristik Peledakan

4.2.1. Geometri Peledakan

4.2.2. Pola dan Arah Peledakan

4.2.3. Volume setara dan Powder Faktor

4.2.4. Tingkat Fragmentasi

4.2.5. Produksi Pemboran

4.3 Biaya Pemboran

4.3.1. Kapasitas Pemboran

4.3.2. Investasi Alat Bor

4.3.3. Perawatan Alat Bor

4.3.4. Komponen Bor

4.3.5. Bahan Bakar

4.3.6 Tenaga Kerja

4.4 Biaya Peledakan

4.4.1. Bahan Peledak

4.4.2. Sistem Penembakan

4.4.3. Tenaga Kerja

4.5. Estimasi biaya-biaya alat bor

V PEMBAHASAN

5.1 Estimasi Biaya Peledakan

5.2 Kemampuan Produksi dari Alat bor

5.3 Penilaian Terhadap Biaya yang dikeluarkan untuk satu lubang bor

VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

XIII. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Hemphill b., Gary, Blasting Operation, First Edition, Mc. Graw Hill Inc., New York Langefors U., and Kihlstrom= 416.700 m32. , B., The Modern Technique of Rock Blasting, Second Edition, A Heelsted Press Book John Willey & Sons, New York,1973

3. Moelhim Karthodharmo, Irwandy Arif, Suseno Kramadibrata., Teknik Peledakan, Diktat Kuliah Jilid I, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung, 1984

4. Koesnaryo, S., Bahan Peledak dan Metode Peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta, 1985

5. Samhudi, Teknik Peledakan , Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan, 1994.

6. Ir. Edy Purwanto ME. (2002), Diktat Perencanaan Tambang Terbuka, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara, Ba

Jumlah batuan yang dibongkar

Sifat abrasi batuan

Rock drillability

Specific drilling

Jumlah meter pemboran

Sirkulasi dari komponen bor

Umur layanan komponen bor

Konsumsi komponen bor

Keterangan :

B=Burden

S= Spacing

H=Kedalaman Lubang Ledak

L=Tinggi Jenjang

T=Stemming

PC=Panjang Isian Bahan Peledak

J=Subdrilling

H

PC

T

J

LL

B

S

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

Boulder

Flyrock

Flyrock kkk

Burden yang baik/cukup

B = 40 lubang bor

Burden terlalu kecil

B < 40 lubang bor

Burden terlalu besar

B > 40 lubang bor

Pengaruh burden bagi hasil peledakan

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

_1137908232.unknown

_1137912405.unknown

_1137959585.unknown

_1137959596.unknown

_1137923330.unknown

_1137910327.unknown

_1137907908.unknown

_1082344039.unknown