aaabbccc

38
 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sampai saat ini karies gigi masih terus menjadi masalah utama pada bidang kedokteran gigi, dan tetap menjadi penyakit infeksius yang paling umum pada anak. Karies gigi pada anak dikenal dengan sebutan  Early Childhood Caries (ECC) yaitu adanya satu permukaan gigi atau lebih pada gigi sulung yang mengalami kerusakan (dengan atau tanpa kavitas) ataupun yang ditambal pada anak usia sampai dengan 71  bulan. 1  Prevalensi dan tingkat keparahan karies pada anak di bawah lima tahun di  beberapa negara di dunia cukup tinggi. Prevalensi ECC di negara Arkansas, Lousiana, New Mexico, Oklahoma dan Texas pada 1230 anak (usia 3-5 tahun) didapat sebesar 18,5% untuk usia 3 tahun; 22,4% anak usia 4 tahun; dan 27,9% anak usia 5 tahun. Di Amerika Serikat, prevalensi ECC pada anak usia 3-5 tahun adalah 90% . Di Thailand ECC pada bayi usia 15-19 bulan adalah 82,8% . Sementara di Indonesia, prevalensi karies pada anak usia 3-5 tahun terus meningkat. Pada tahun 1988, prevalensi karies pada anak-anak prasekolah di Jakarta dan sekitarnya adalah 85 ,17% dan Pada tahun 20 01, p revalensi ka ries pada anak usia 3-5 tahun di DKI Jakarta adalah 81,2%. 2  

Upload: budhi-karoma

Post on 15-Jul-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 1/38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sampai saat ini karies gigi masih terus menjadi masalah utama pada bidang

kedokteran gigi, dan tetap menjadi penyakit infeksius yang paling umum pada anak.

Karies gigi pada anak dikenal dengan sebutan  Early Childhood Caries (ECC) yaitu

adanya satu permukaan gigi atau lebih pada gigi sulung yang mengalami kerusakan

(dengan atau tanpa kavitas) ataupun yang ditambal pada anak usia sampai dengan 71

 bulan.1 

Prevalensi dan tingkat keparahan karies pada anak di bawah lima tahun di

  beberapa negara di dunia cukup tinggi. Prevalensi ECC di negara Arkansas,

Lousiana, New Mexico, Oklahoma dan Texas pada 1230 anak (usia 3-5 tahun)

didapat sebesar 18,5% untuk usia 3 tahun; 22,4% anak usia 4 tahun; dan 27,9% anak 

usia 5 tahun. Di Amerika Serikat, prevalensi ECC pada anak usia 3-5 tahun adalah

90% . Di Thailand ECC pada bayi usia 15-19 bulan adalah 82,8% .

Sementara di Indonesia, prevalensi karies pada anak usia 3-5 tahun terus

meningkat. Pada tahun 1988, prevalensi karies pada anak-anak prasekolah di Jakarta

dan sekitarnya adalah 85,17% dan Pada tahun 2001, prevalensi karies pada anak 

usia 3-5 tahun di DKI Jakarta adalah 81,2%.2 

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 2/38

Etiologi ECC sama dengan etiologi karies secara umum yaitu disebabkan

oleh multifaktorial yang awalnya karena terinfeksi bakteri. Salah satu mikroba

 patogen penyebab karies yang banyak ditemukan dalam biofilm kariogenik atau plak 

adalah St rept ococcus mut ans Penelitian menemukan bahwa dari mutans streptococci

didapat jumlah koloni St rept ococcus. mut ans sebesar 74-94% pada berbagai populasi

yang berbeda. S. mutans ini dapat menghasilkan produk asam yang menyebabkan

demineralisasi enamel sehingga dapat menyebabkan karies.3 

Teh hijau dikelolah tidak melalui proses fermentasi. Setelah dipetik segera

dilakukan pemanasan 2 ± 3 menit (proses pelayuan) yang bertujuan untuk 

menginaktifkan enzim ± enzim yang dapat mempengaruhi terjadinya proses

fermentasi. Katekin pada teh hijau dapat menghancurkan bakteri kariogenik 

  penghasil glucan yang akan meningkatkan plak gigi. Teh hijau memiliki daya

hambat 2,5%, meskipun pada konsentrasi 1% teh hijau sudah memperlihatkan

adanya daya hambat terhadap bakteri st rept ococcus mut ans..4

 

Teh hijau dapat menjadi salah satu alternative pemecahan masalah yang ada.

Hal ini disebabkan oleh aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh teh hijau.

Konsentrasi polifenol dalam ekstrak teh hijau efektif menghambat pertumbuhan

 bakteri St rept ococcus mut ans yang merupakan bakteri kariogenik, yang merupakan

 penyebab utama Early Childhood Caries pada anak berumur tiga sampai lima tahun.

Teh hijau ini merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

Indonesia dan pohonnya dapat tumbuh didaerah tropis maupun subtropics yang

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 3/38

sangat cocok tumbuh di Indonesia, sehingga dapat dengan mudah diperoleh dan

dibudidayakan di Indonesia.5 

I.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dirumuskan

masalah, yaitu :

Bagaimana peranan teh hijau sebagai obat kumur pada anak usia 3 ± 6 tahun

dengan pemeriksaan st rept occcus mut ans pada saliva anak penderita ECC

I.3. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

Mengetahui peranan teh hijau sebagai obat kumur pada anak usia 3 ± 6

dengan pemeriksaaan  st rept ococcus mut ans   pada saliva   pada saliva anak 

 penderita ECC

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :

1. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang peranan teh hijau sebagai

obat kumur pada anak usia 3 ± 6 tahun dengan pemeriksaan  st rept ococcus

mut ans pada saliva anak penderita ECC

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 4/38

2. Sebagai sumbangan ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat dalam pemakaian teh hijau sebagai obat kumur sehingga dapat

mengurangi resiko terkena karies

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 5/38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TEH HIJAU (CAMELLIA S  INEN S  I S )

Teh merupakan minuman yang telah lama diyakini khasiatnya bagi kesehatan

tubuh karena kandungan antioksidannya. Teh mengandung senyawa kimia polifenol

yang merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara alami terdapat pada sayur-

sayuran, buah-buahan, dan minuman seperti teh dan anggur (Pambudi, 2004).6

Gambar 1. Green tea ( camellia sinensis )

Sumber : http://www.organicfacts.net/organic-beverages/organic-tea/health-benefits-

of-green- tea.html

Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi; daun teh diperlakukan dengan panas

sehingga terjadi inaktivasi enzim. Pemanasan ini dilakukan dengan dua cara yaitu

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 6/38

dengan udara kering dan pemanasan basah dengan uap panas (  st eam). Pada

 pemanasan dengan suhu 

85oCselama 3 menit, aktivitas enzim polifenol oksidase tinggal 5,49%.

Pemanggangan (   pan firing) secara tradisional dilakukan pada suhu 100-200oC

sedangkan pemanggangan dengan mesin suhunya sekitar 220-300oC. Pemanggangan

daun teh akan memberikan aroma dan flavor  yang lebih kuat dibandingkan dengan

 pemberian uap panas. Keuntungan dengan cara pemberian uap panas, adalah warna

teh dan seduhannya akan lebih hijau terang.7 

2.1.1. KARAKTERISTIK UMUM

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub divisi : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)

Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)

Sub Kelas : Dialypetalae

Ordo (bangsa) : Guttiferales ( Clusiales) 

Familia (suku) : Camelliaceae (T heaceae) 

Genus (marga) : Camellia

Spesies (jenis) : Camellia sinensis 

Varietas : Assamica7

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 7/38

 

2.1.2. KANDUNGAN TEH HIJAU

Daun teh yang baru dipetik mengandung air 75 % dari berat daun dan sisanya

 berupa padatan dan terdiri dari bahan ± bahan organik dan anorganik. Bahan organik 

yang penting dalam pengolahan antara lain polifenol, karbohidrat dan turunannya,

ikatan nitrogen, pigmen, enzim dan vitamin.

Bahan-bahan kimia dalam da un teh dikelompokkan menjadi 4 kelompok 

 besar, yaitu:

a. Substansi fenol : tanin / katekin, flavanol

 b. Sustansi bukan fenol : resin, vitamin, serta substansi mineral

c. Substansi aromatis : fraksi karboksilat, fenolat, karbonil, netral bebas karbonil

(sebagian besar terdiri atas alkohol).

d. Enzim : Invertase, amilase, _-glukosidase, oximetilase, protease, dan peroksidase.

Keempat kelompok tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat yang

 baik pada teh. Jadi apabila pengendalian selama proses pengolahan dapat dilakukan

dengan tepat, maka akan diperoleh :

a. S ubst ansi Fenol 

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 8/38

Komponen fenol dalam daun teh segar dan muda mencapai 25-35 % dari

keseluruhan bahan kering daun.

-  Tanin/Katekin

Senyawa ini tidak berwarna dan paling penting pada daun teh karena dapat

menentukan kualitas daun teh dimana dalam pengolahannya, perubahannya

selalu dihubungkan dengan semua sifat teh kering yaitu rasa, warna dan aroma.

Tanin atau katekin pada daun teh merupakan senyawa yang sangat kompleks.

Jumlah totalnya hanya merupakan fraksi saja yang merupakan ukuran kualitas

teh. Tanin dalam istilah teh disebut katekin. Katekin teh merupakan flavonoid

yang termasuk dalam kelas flavanol. Jumlah atau kandungan katekin ini

 bervariasi untuk masing-masing jenis teh. Adapun katekin teh yang utama adalah

epicathecin (EC), Epicathecin galat (ECG), Epigalochatechin dan Epichatecin

gallate (EGCG). Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut dalam air, serta

membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. Hampir semua sifat produk teh

termasuk didalamnya warna, rasa dan aroma secara langsung maupun tidak 

langsung, dihubungkan dengan modifikasi pada katekin ester menjadi katekin

non ester dapat menurunkan rasa pahit dan sepat dari teh hijau.

-  Flavanol

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 9/38

Flavanol utama yang terdapat didalam daun teh adalah querecetin, kaemferol dan

myricetin terutama dalam bentuk glikosidanya (berikatan dengan molekul gula)

dan sedikit dalam bentuk aglikonnya. Jumlahnya dapat bervariasi tergantung

suhu dan cara ekstraksinya .

b. S ubst ansi Bukan Fenol 

-  Karbohidrat

Seperti tanaman lain, daun teh juga mengandung karbohidrat mulai dari gula

sederhana sampai dengan yang kompleks. Yang terpenting diantaranya adalah

sukrosa, glukosa dan fruktosa. Keseluruhan karbohidrat yang dikandung teh

adalah 0,75 % dari berat kering daun.

-  Substansi Pektin

Substansi pektin terutama terdiri atas pektin dan asam pektat, besarnya bervariasi

antara 4,9 - 7,6% dari berat kering daun atau tangkai. Sustansi ini dianggap ikut

menentukan kualitas dari teh.

-  Alkaloid

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 10/38

Senyawa ini yang menjadikan teh sangat digemari karena bersifat menyegarkan.

Sifat penyegar teh yang berasal dari bahan tersebut menyusun 3-4 % berat kering.

Alkaloid utama dalam daun teh adalah kafein, t heobromin dan t heofilin.

-  Protein dan Asam-asam Amino

Daun teh mengandung protein yang sangat besar peranannya dalam

 pembentukan aroma teh. Diketahui bahwa perubahan utama selama pelayuan

adalah pembongkaran protein menjadi asam-asam amino. Asam amino

 bersama dengan karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis.

Asam amino yang paling berpengaruh adalah alanin, fenilalanin, valin, leusin,

dan isoleusin. Seluruh protein dan asam amino bebas berkisar 1,4-5 % dari

 berat kering daun.

-  Klorofil dan Zat Warna Lain

Zat warna (klorofil) dalam daun mendukung 0,019 % dari berat kering daun teh.

Zat lainnya seperti karotenoid (zat warna jingga) dalam daun teh dapat

menentukan aroma teh, karena oksidasinya menghasilkan substansi yang mudah

menguap yang terdiri atas aldehid dan keton tidak jenuh.

-  Asam organik 

Dalam proses metabolisme tertama respirasi, asam organik berperan penting

sebagai pengatur proses oksidasi dan reduksi. Selain itu, asam organik juga

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 11/38

merupakan bahan untuk membentuk karbohidrat, asam amino dan lemak untuk 

tanaman.

-  Substansi Resin

Bau atau aroma teh tergantung pada minyak esensial dan resin. Sebagai bahan

kimia, resin sukar dibedakan dengan minyak esensial dan terpena. Peranan resin

yang lain adalah menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap  frost . Kandungan

resin besarnya 3 % dari berat kering.

-  Vitamin-vitamin

Daun teh mengandung beberapa vitamin yaitu vitamin C, K, A, B1, B2, asam

nikotinat dan asam pantotenat. Tetapi kebanyakan rusak selama proses

 pengolahan.

-  Substansi Mineral

Elemen mineral yang merupakan mayoritas adalah potasium yang jumlahnya

separuh dari kandungan mineral. Kandungan mineral dalam daun teh kira-kira 4-

5 % dari berat kering. Dari segi kualitas, peranan substansi ini tidak banyak 

disebut. Namun ada beberapa unsur yang berhubunan dengan oksidasi polifenol,

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 12/38

yaitu fosfor yang mengtur PH selama oksidasi, magnesium yang merupakan

komponen dari klorofil serta tembaga yang merupakan gugusan prostetis dari

 polifenol oksidasi.

c. S ubst ansi Aromat is

Salah satu sifat penting dari kualitas teh adalah aroma. Timbulnya aroma ini

secara langsung atau tidak langsung, selalu dihubungkan dengan terjadinya oksidasi

senyawa polifenol. Para peneliti dari Jepang telah melakukan penyelidikan yang

intensif terhadap aroma teh dan menggolongkannya dalam 4 kelompok, yaitu:

Fraksi karboksilat

Fraksi fenolat

Fraksi karbonil

Fraksi bebas karbonil

d. Enzim-enzim

Enzim berperan sebagai biokatalisator pada setiap reaksoi kimia didalam

tanaman. Enzim yang dikandung didalam daun teh diantaranya adalah invertase,

amilase, glukosidase, oksimetilase, protease dan peroksidase.

8

 

2.2. KARIES

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 13/38

Karies gigi merupakan suatu penyakit umum yang sering ditemukan sejak 

  pertama terdapat sejarah kehidupan manusia. Dr. WD Miller (1980) merupakan

orang pertama yang menggambarkan karies sebagai aksi dari asam organic terhadap

kalsium fosfat pada gigi. Ia memperlihatkan bila gigi diinkubasi dengan saliva dan

karbohidrat, asam akan terbentuk dan menguraikan bagian gigi yang termineralisasi.

Ia menyimpulkan bahwa asam yang dibentuk oleh bakteri dalam saliva menguraikan

gigi. Dari penelitian ini ia merumuskan teori ³kemo-parasitik´ dari karies gigi. Sejak 

saat itu banyak data yang mendukung teori menurunnya pH oleh produksi asam

 bakteri akan menghasilkan penguraian email. Penelitian Dr. Miller telah membentuk 

dasar untuk teori ³plak-tuan rumah-substrat´ dari pembentukan karies. Proses

  pembentukan karies gigi disebabkan oleh multifaktor, pada dasarnya dapat

disederhanakan menjadi hubungan yang tidak seimbang antara daya tahan gigi

dengan faktor kariogenik.

9

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan

sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat

yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi

yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan oerganiknya. Akibatnya, terjadi invasi

 bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya kejaringan periapeks yang

dapat menyebabkan nyeri.7

Karies gigi merupakan penyakit universal yang dapat terjadi disemua orang,

semua usia, ras, dan semua tempat di dunia.berat ringannya karies di dalam gigi

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 14/38

geligi seseorang tergantung dari faktor ± faktor yang ada di sekitar manusia dan

lingkungannya. Proses karies di gigi sulung (dentes decidui) berjalan lebih cepat

dibanding gigi tetap dan mudah terbentuk karies rampan.4 Karies merupakan

  penyakit infeksi hasil interaksi bakteri kariogenik, hospes dan makanan tinggi

karbohidrat.10

 

2.2.1 Etiologi karies gigi

Karies gigi adalah penyakit multifaktor yang merupakan hasil kombinasi dari 4

faktor utama yaitu inang dan gigi, mikroorganisme di dalam plak, substrat dan waktu

(Pine, 1997).

1)  Mikroorganisme

Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah besar. Bakteri

 plak sangat dominant dalam karies gigi adalah st rept ococcus mut ans. Bakteri

ini sangat kariogen karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang

dapat diragikan. Dapat menempel pada permukaan gigi karena

kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari

karbohidrat makanan. Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa,

menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi sepertigelatin.

Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling

melekat satu sama lain.

2)  Substrat

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 15/38

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi

sehari-hari yang menempel pada gigi. Seringnya mengkonsumsi gula akan

menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah St rept ococcus mut ans

didalamnya. Sukrosa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya

tetap berbahaya. Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi,

maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd & Bechal,1991)

3)  Inang atau Gigi

Faktor- faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies, yaitu :

1. Bentuk 

Gigi dengan fit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies

2. Posisi

Gigi yang berjejal dan susunanya tidak teratur lebih sukar 

dibersihkan. Hal inicenderung meningkatkan penyakit periodontal dan karies

3. Struktur 

Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi

dan lingkungannya merangsang efek anti karies (Kidd & Bechal, 1991)

4)  Waktu

Waktu menjadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada ketiga

faktor sebelumnya proses pembentukan karies gigi relatif lambat dan secara

klinis terlihat kehancuran dari email lebih dari empat tahun (Pine, 1997)

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral

selamaberlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 16/38

tersebut terdiri atas periode kerusakan dan perbaikan yang bergantian.

Apabila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak 

menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam

 bulan atau tahun.11

 

Gambar 2. Empat Lingkaran faktor penyebab karies4

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi:

1) Keturunan

Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang

cukup baik. Disamping itu dari 46 pasang orang tua dengan prosentase karies

gigi, hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 pasang

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 17/38

dengan prosentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi, dengan prosentase

karies yang tinggi.

2) Ras

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Tetapi

keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan

  prosentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya, pada ras

tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang sering

tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan yang tidak teratur ini akan

mempersulit pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi prosentase karies gigi

 pada ras tersebut.

3) Jenis kelamin

Dari hasil pengamatan yang dilakukan Milhahn-Turkeheim pada gigi M1,

terlihat bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi daripada

  pria. Prosentase molar kiri lebih tinggi dibandingkan dengan molar kanan,

karena faktor penguyahan dan pembersihan dari masing-masing bagian gigi.

4) Umur 

Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut gigi geligi:

a) Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies.

 b) Periode pubertas (remaja) umur antara 14-20 tahun. Pada masa pubertas

terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi,

sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga. Hal ini yang

menyebabkan prosentase karies lebih tinggi.

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 18/38

c) Umur antara 40-50 tahun. Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau

menurunnya gusi dan papil, sehingga sisa-sisa makanan sering sukar 

dibersihkan.

5) Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut. Pengaruh ini dapat

dibagi menjadi:

a) Isi dari makanan yang menghasilkan energi.

Misalnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unsur-

unsur tersebut diatas berpengaruh pada masa praerupsi dan pasca erupsi dari

gigi geligi.

  b) Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.

Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi merupakan gosok gigi

alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat

membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkoang, dan lain sebagainya.

Sebaliknya, makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi,

seperti coklat, biskuit, dan lain sebagainya.

6) Unsur kimia

Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi

masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling mempengaruhi prosentase

karies gigi adalah Fluor. Adapun beberapa unsur kimia yang menghambat

terjadinya karies gigi diantaranya adalah Berillium, Fluor, Aurum (An), Cuprum

(Cu), Magnesium (Mg), Strontium, dan Zinc.

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 19/38

 

7) Air ludah

Sejak tahun 1901 oleh Rigolet, telah diketahui bahwa pasien dengan sekresi

ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase gigi yang

semakin meninggi misalnya oleh karena: Apt  yalismus, terapi radiasi kanker 

ganas,  Xerost omia,   pasien dalam waktu singkat akan mempunyai prosentase

karies yang tinggi. Sering juga ditemukan pasien-pasien balita umur 2 tahun

dengan kerusakan atau karies pada seluruh giginya, aplasia kelenjar parotis. 

8) Plak 

Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin,

sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limfosit dengan sisa-sisa makanan serta

  bakteri. Plak ini, mula-mula berbentuk agar cair yang lama kelamaan menjadi

kelat, tempat bertumbuhnya bakteri. Tidak dapat disangkal bahwa kita harus

menghilangkan plak sebanyak mungkin, karena plak merupakan awal terjadinya

kerusakan gigi. Jadi yang bersih akan sulit rusak 11

2.3. EARLY CHILDHOOD CARIES ( ECC )

Karies anak usia dini (ECC) adalah bentuk virulen karies gigi yang dapat

menghancurkan gigi utama balita dan anak prasekolah. Populasi berisiko tinggi

Amerika Utara termasuk anak-anak Amerika Hispanik dan asli, serta anak-anak 

terdaftar di Head Start, sebuah program yang didanai pemerintah federal untuk anak-

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 20/38

anak prasekolah yang hidup dalam kemiskinan. Prevalensi ECC antara anak-anak ini

  berkisar dari 11% sampai 72%. ECC adalah penyakit menular, dan Streptococcus

mutans adalah agen penyebab yang paling mungkin; diet juga memainkan peran

 penting dalam akuisisi dan ekspresi klinis dari infeksi ini. Kolonisasi primer oleh S.

mutans ditambah dengan karies yang disebabkan oleh perilaku pemberian makan

akan menyebabkan akumulasi organisme ini ke tingkat melebihi 30% dari flora plak 

keseluruhan sehingga menyebabkan demineralisasi cepat struktur gigi.. Pengobatan

  biasanya terdiri dari restorasi atau operasi pengangkatan gigi karies. Pencegahan

 primer ECC sebagian besar dilakukan konseling tentang karies melalui kepada orang

tua mempromosikan perilaku makan. Strategi baru mengatasi komponen

mikroorganisme agar tidak menular melalui penggunaan terapi antimikroba topikal

yang cukup menjanjikan.12

Gambar 3. Early Chlidhood Caries (ECC)

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 21/38

Anak-anak pada usia 12-30 bulan memiliki pola karies khusus yang berbeda

dari pada anak yang lebih tua. Karies mempengaruhi gigi insisivus rahang atas dan

geraham utama primer pertama dengan cara yang mencerminkan pola letusan.

Semakin lama gigi telah hadir dan terkena karies tantangan, semakin terpengaruh.

Gigi seri atas yang paling rentan, sementara gigi seri rahang bawah dilindungi oleh

lidah dan air liur dari kelenjar submandibula dan sublingual [ 1 Pola karies gigi telah

diberi label berbagai sebagai "karies botol," "keperawatan karies," "bayi botol

kerusakan gigi," atau ini istilah "mulut botol malam." Menunjukkan bahwa penyebab

utama dari karies gigi pada anak usia dini adalah botol tidak tepat makanBukti saat

ini menunjukkan bahwa penggunaan cairan yang mengandung gula dalam botol di

malam hari mungkin merupakan faktor etiologi yang penting, meskipun belum tentu

satu-satunya faktor etiologi. Oleh karena itu, dianjurkan bahwa istilah ³karies anak 

usia dini (ECC)´ akan digunakan ketika menggambarkan segala bentuk karies pada

 bayi dan anak-anak prasekolah.1 

2.3.1. Definisi

Early Childhood Caries ( Karies Anak Usia Dini ) didefinisikan sebagai

adanya satu atau lebih lesi berlubang (cavitated) ataupun lesi tidak berlubang (non-

cavitated), hilang (karena karies) atau disisi permukaan gigi dalam setiap gigi primer 

 pada anak prasekolah-usia antara kelahiran dan usia 71 bulan. Istilah "Karies Dini

Anak parah" mengacu pada "atipikal" atau "progresif" atau "akut" atau "merajalela"

 pola karies gigi.1

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 22/38

2.3.2. Prevalensi

ECC adalah masalah kesehatan publik yang terus mempengaruhi bayi dan

anak-anak prasekolah di seluruh dunia. Sebuah kajian komprehensif epidemiologi

menunjukkan bahwa prevalensi ECC bervariasi dari populasi penduduk. Di Amerika

Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa

 prevalensi karies gigi anak-anak berusia 2-5 tahun, 24,2% dalam Kesehatan Nasional

dan Gizi Survey (NHANES) III antara 1988 dan 1994 dan 27,9% pada NHANES

1999-2004. Diantara anak-anak berusia 2-11 tahun selama 1999-2004, anak-anak 

Meksiko-Amerika lebih tinggi tingkat karies (55,4%) daripada hitam (43,4%) atau

non-Hispanik anak putih (38,6%). 200% dari tingkat kemiskinan federal (FPL)

memiliki pengalaman karies lebih rendah (32,3%) dibandingkan pada kelompok 

 berpenghasilan rendah (48,8% bagi mereka dengan pendapatan keluarga 100-199%

dari FPL dan 54,3% bagi mereka dengan pendapatan keluarga <100% dari FPL).

2.3.3. Faktor Resiko

-  Faktor resiko mikrobiologi :

ECC adalah penyakit menular, dan Mutans streptococci (MS), termasuk 

spesies St rept ococcus mut ans dan St rept ococcus sobrinus, adalah agen penyebab

yang paling umum.]. Lactobacillus juga berpartisipasi dalam pengembangan lesi

karies dan memainkan peran penting dalam perkembangan lesi, tetapi tidak inisiasi.

Rentang waktu antara kolonisasi Mutans Streptococci dan timbulnya lesi karies

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 23/38

adalah sekitar 13-16 bulan. Anak ± anak beresiko tinggi (prematur dan / atau BBLR,

dengan hipomineralisasi gigi), durasi mungkin jauh lebih pendek.

-  Faktor Resiko Diet :

Anak-anak dengan ECC biasanya sering mengkonsumsi minuman yang

mengandung glukosa yang tinggi. Sugared beverages are readily metabolized by MS

and lactobacilli to organic acids that can demineralize enamel and dentin. Minuman

manis yang dikonsumsi, akan dimetabolisme oleh MS dan Lactobasilus dan hasilnya

 berupa asam organic yang dapat menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin.

Pemberian susu sapi pada anak dasarnya adalah noncariogenic karena

kandungan mineral dan kadar laktosa yang rendah. Produksi air liur yang menurun

saat tidur, dan digunakannya dot atau puting yang terus menerus dapat berpotensi

kariogenik. Selain itu, bukti epidemiologis menunjukkan bahwa pemberian ASI

selama lebih dari 1 tahun dan pada malam hari dapat beresiko tinggi menimbulkan

karies.

2.3.4. Pencegahan

Pencegahan ECC dapat dilakukan dengan mengubah pola makan. Konsumsi

minuman dengan botol dapat meningkatkan frekuensi terjadinya karies akibat

demineralisasi enamel. Jenis perilaku makan selama tidur dapat meningkatkan

resiko karies gigi karena laju aliran saliva menurun saat tidur. Dengan demikian,

konsumsi minuman bergula dengan botol harus dikurangi atau dihentikan.1 

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 24/38

2.4. S TR EP TOC OCCU S MU T  AN S  

St rept ococcus mut ans adalah penyebab utama dari karies gigi di seluruh

dunia dan dianggap paling kariogenik dari semua streptokokus mulut. St rept ococcus

mut ans, melekat pada permukaan gigi dan hidup di berbagai kelompok karbohidrat.

Ketika terjadi metabolisme gula dan sumber energi lainnya, mikroba menghasilkan

asam yang menyebabkan gigi berlubang.

St rept ococcus mut ans pertama kali dijelaskan oleh JK Clark pada tahun 1924 setelah

S. Mutans diisolasi dari lesi karies. Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa

ratus gen yang unik dari S. mutans. Hal ini bermanfaat untuk menghilangkan S.

mutans tanpa membunuh flora normal lain dalam mulut.13

 

Streptococcus mutans adalah organisme gram-positif yang merupakan agen

  penyebab utama dalam pembentukan gigi berlubang pada manusia. Bakteri Gram-

  positif adalah bakteri yang berwarna biru gelap atau ungu dengan

  pewarnaan Gram. Streptococcus merupakan flora normal mulut pada manusia dan

merupakan bakteri penyebab karies gigi.14

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 25/38

 

Gambar 4. st rept ococcus mut ans

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans

St rept ococcus Mut ans adalah flora normal rongga mulut, mempunyai bentuk 

sel bulat atau lonjong dengan garis tengah sekitar 2 m. Koloninya berpasangan atau

 berantai, tidak bergerak dan tidak berspora,metabolismenya anaerob, namun dapat

hidup secara anaerob fakultatif dan mempunyai 8 serotipe.. Serotipe KPSK2 sering

ditemui pada plak gigi dan merupakan penyebab utama karies. Serotipe ini pertama

kali ditemukan oleh Clarke pada tahun 1924.10

 

2.3.1. KARAKTERISTIK UMUM

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 26/38

Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans.15

 

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 27/38

BAB III

KERANGKA TEORI

KETERANGAN :

VARIABEL YANG DITELITI

VARIABEL YANG DIKENDALIKAN

VARIABEL YANG TIDAK DITELITI

KARIES

EARLY CHILDHOOD

CARIES (ECC)

TEH HIJAU

SUBSTANSI

BUKAN

STREPTOCOCCUS

MUTANS

SUBSTANSI

FENOL

POLIFENOL

KOMPOSISI / KANDUNGAN

SUBSTANSI

AROMATIS

ENZIM -

ENZIM

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 28/38

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. JENIS PENELITIAN

4.1.1. Ruang Lingkup Penelitian

Menurut ruang lingkup penelitian jenis penelitiannya adalah

eksperimental laboratorium.

4.1.2. desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian pre ± test dan post

- test only control group design.

4.1.3. Subtansi

Menurut substansi jenis penelitiannya adalah penelitian terapan.

4.1.4. Hubungan antara Variabel

Menurut hubungan antara variable jenis penelitiannya adalah penelitian

analitik.

4.1.5. Adanya Perlakuan

Menurut adanya manipulasi/perlakuan jenis penelitiannya adalah

 penelitian eksperimental.

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 29/38

4.2. RANCANGAN PENELITIAN

Desain/rancangan penelitiannya adalah  st udi eksperiment al , yaitu

dengan melakukan pemberian teh hijau sebagai obat kumur pada anak 

 penderita ECC usia 3-6 tahun dan mengevaluasi jumlah bakteri S. mutans pada

saliva anak ( yaitu pada saat dilakukan penelitian). Hasilnya merupakan suatu

analitik mengenai pengaruh pemberian teh hijau sebagai obat kumur terhadap

 jumlah bakteri S. mutans pada saliva anak penderita ECC usia 3-6 tahun.

4.3. LOKASI PENELITIAN

Taman Kanak ± kanak ( TK ) Santa Maria

4.4. WAKTU PENELITIAN

Direncanakan dilakukan pada bulan februari ± april 2012

4.5. POPULASI DAN SAMPEL

4.5.1. Populasi

Populasi yang digunakan adalah murid TK Santa maria usia 3 ± 6

tahun.

4.5.2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah 30 anak usia 3 ± 6 tahun dengan

mengalami ECC n dan anak usia 3 ± 6 tahun tanpa ECC.

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 30/38

4.6. METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengunjungi TK Santa

Maria, dimana sampel merupakan semua pasien anak berumur 3-6 tahun dan

memenuhi criteria inklusi sampel.

4.7. KRITERIA SAMPEL

4.7.1. Kriteria Inklusi

Pasien anak yang berumur 3-6 tahun yang memiliki minimal 4 gigi

yang mengalami karies, bersedia untuk dilakukan pemberian teh hijau

sebagai obat kumur dan bersedia untuk dilakukan pengambilan saliva

untuk diteliti.

4.7.2. Kriteria Eksklusi

Pasien anak yang berumur 3 ± 6 tahun yang sedang mengkonsumsi

antibiotik dan yang menolak dilakukan pemberian teh hijau sebagai

obat kumur dan tidak bersedia untuk dilakukan pengambilan saliva

untuk diteliti.

4.8. JUMLAH SAMPEL

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 60 anak.

4.9. VARIABEL PENELITIAN

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 31/38

Variabel :

a.  Independen (sebab) : Pemberian teh hijau

y  Variabel bebas : volume pemberian teh hijau Skala Rasio

y  Variabel control : umur  Skala Nominal

 b.  Dependen (akibat) : ECC

y  Jumlah bakteri S. mutans Skala Rasio

4.10. DEFENISI OPERASIONAL

1. St rept ococcus mut ans adalah penyebab utama dari karies gigi di seluruh dunia dan

dianggap paling kariogenik dari semua streptokokus mulut. St rept ococcus mut ans, 

melekat pada permukaan gigi dan hidup di berbagai kelompok karbohidrat.

2.Teh hijau mengandung katekin yang dapat menghambat bakteri streptococcus

mutans

4.11. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

4.11.1  Alat yang digunakan

1. pot plastic 11. spatula

2. lampu spritus 12. Cawan petri

3. incubator 13. Alat diagnostik 

4. objek glass 14. Gelas kimia 250 ml

5. masker 15. Alat sterilisasi

6. senkelit 16. Spoit 10 ml

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 32/38

7. gelas ukur 17. Penjepit pot plastik 

8. mikroskop 18. Gelas kumur 

9. autoclave 19. Termos

10. penjepit 20. handskun

4.11.2 Bahan

y  Ekstrak the hijau 2,5%

y  Pewarnaan gram

Media :

1. BHIB ( Brain Heart Infusion Broth ), sebagai media uji bakteri

streptococcus mutans.

4.12 DATA

4.12.1 Data

Data diperoleh dengan cara memeriksa sampel untuk mengetahui

  jumlah bakteri S. mutans pada saliva anak penderita ECC kemudian

melakukan pencatatan dan dianalisa.

4.12.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer.

4.13. ANALISIS DATA

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 33/38

Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan membuat uraian secara

  psistematis mengenai hasil penelitian, kemudian mendistribusikan ke dalam

 bentuk table frekuensi.

4.14 ALUR PENELITIAN

sampel

Setelah pemberian

ekstrak teh hijau 2,5%

pada anak penderita

ECC

Sebelum pemberian

ekstrak teh hijau 2,5%

pada anak penderita

ECC

Setelah pemberian

ekstrak teh hijau 2,5%

pada anak tanpa ECC

Sebelum pemberian

ekstrak teh hijau 2,5%

pada anak tanpa ECC

 Streptococcus mutans

saliva saliva

30 Pasien usia 3 -6

tahun penderita ECC

30 pasien usia 3 -6

tahun tanpa ECC

HASIL

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 34/38

BAB V

HASIL PENELITIAN

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian pemberian the hijau 2,5% sebagai obat

kumur terhadapa pertumbuhan bakteri streptococcus mutans pada saliva anak usia 3-6

tahun penderita Early Childhood Caries sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik sample

no Usia N %

1

2

3

4

5

6

3

25

2

10.0

83.3

6.7

total 100

table 1 menunjukkan karakteristik sample yang diperoleh pada usia 4 tahun

sebanyak 3 orang, usia 5 tahun sebanyak 25 orang dan usia 6 tahun sebanyak 2 orang. Dari

karakteristik jenis kelamin diperoleh 15 anak perempuan dan 15 anak laki laki.

No Jenis kelamin N %

1

2

Laki laki

Perempuan

15

15

50

50

total 100

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 35/38

Tabel 2. Rata ± rata pertumbuhan bakteri streptococcus mutans 

no

kategori

 N

Rata ± rata ( CFU

)

Std. deviasi

1

2

3

Jumlah bakteri st rept ococcus

mut ans pre test

Jumlah bakteri st rept ococcus

mut ans post test 1

Jumlah bakteri st rept ococcus

mut ans post test 2

30

30

30

158,87

117,5

82,6

77,874

50,129

44,07

Pada tabel 2 dapat dilihat perbedaan rata ± rata pertumbuhan streptococcus mutans

 pada pre test saliva (saliva sebelum kumur larutan teh hijau ) mempunyai rata ± rata

sebanyak 158,87 CFU (colony forming unit ) , pada post test 1 (15 menit setelah

  berkumur larutan the hijau ) mempunyai rata ± rata sebanyak 117,8 CFU ( colony

forming unit ) dan pada post test 2 ( 30 menit setelah berkumur larutan the hijau )

sebanyak 82,6 CFU (colony forming unit ). Dari hasil test tersebut dapat dilihat

adanya pengaruh kumur ± kumur dengan the hijau terhadap penurunan jumlah

  bakteri streptococcus mutans di dalam saliva anak usia 3 ± 6 tahun penderita Early

Childhood Caries.

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 36/38

 

Tabel 3. Pengaruh kumur ± kumur dengan larutan tehh hijau terhadap

pertumbuhan bakteri streptococcus mutans 

no

Bakteri st rept ococcus

mut ans 

Perbedaan rata ± 

rata ( CFU )P

1

2

3

Pre test ± post test 1

Pre test ± post test 2

Post test 1 ± post test 2

41,37

76,27

34,9

0,001

0,000

0,000

Sumber : data primer 

Tabel 3 menunjukkan perbedaan rata ± rata jumlah bakteri  st rept ococcus mut ans.

Berdasarkan hasil uji statistic dengan uji t berpasangan diperoleh nilai p < 0,001. Hal

ini berarti ad ape garuh pemberian larutan the hijau terhadap jumlah koloni bakteri

streptococcus mutans pada saliva responden. Pengaruh tersebut semakin lama

semakin kuat yang dapat terlihat pada penurunan jumlah bakteri dalam saliva saat 15

enit dan 30 menit.

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 37/38

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini menggunakan larutan teh hijau konsentrasi 2,5% sebagai

  bahan kumur anak usia 3 ± 6 tahun pada anak penderita Early Childhood Caries.

Karies berasal dari peningkatan jumlah organisme spesifik yang merupakan flora

normal dalam rongga mulut manusia. Streptococcus mutans merupakan salah satu

 bakteri yang menjadi penyebab utama terjadinya karies.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan jumlah bakteri

streptococcus mutans setelah berkumur larutan teh hijau konsentrasi 2,5%. Dimana

terjadi penurunan pada bakteri streptococcus mutans dengan rata ± rata pre test

sebanyak 158,87 CFU ( colony forming unit ), post test 1 sebanyak 117,5 CFU (

colony forming unit ), dan post test 2 sebanyak 82,6 CFU ( colony forming test ). Hal

ini dapat membuktikan bahwa teh hijau mempunyai daya anti bakteri terhadap

streptococcus mutans.

Kandungan dari teh hijau yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

streptococcus mutans yaitu katekin. Hal ini sesuai dengan pendapat Horibak dkk 

yang mengatakan bahwa polifenol atau katekin dari the hijau dapat menunjukkan

efek bakteriostatik ataupun bakterisid tergantung pada konsentrasi yang digunakan.

5/13/2018 aaabbccc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aaabbccc 38/38