documentaa

15
Sesar aktif adalah sesar yang masih mengalami pergerakan hingga tektonik sekarang. Struktur yang tidak bergerak dalam periode ini dapat disebut sebagai sesar non-aktif atau sesar yang mati, akan tetapi hal ini kemungkinan teraktifkan kembali sesar pada masa yang akan datang (Muir Wood dan Mallard, 1992; Prasetio 2012). Sesar-sesar yang masih menunjukan kekaktifannya di daerah Sulawesi dintarnya sesar Palu-Koro, sesar Poso, sesar Matano, sesar Lawanopo, sesar Walanae, sesar Gorontalo dan lain-lain, dimana berbagai jenis batuan bercampur sehingga posisi stratigrafinya menjadi sangat rumit (Sompotan, 2012) Sesar yang masih aktif sangat berpotensi membangkitkan gempa bumi kuat di Sulawesi Tengah. Sesar Palu-Koro melintas dibagian tengah pulau Sulawesi yang melewati Sulawesi Tengah tepat membelah kota Palu menjadi dua bagian yaitu bagian timur dan barat

Upload: inspiron11

Post on 17-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Sesar aktif adalah sesar yang masih mengalami pergerakan hingga tektonik sekarang. Struktur yang tidak bergerak dalam periode ini dapat disebut sebagai sesar non-aktif atau sesar yang mati, akan tetapi hal ini kemungkinan teraktifkan kembali sesar pada masa yang akan datang (Muir Wood dan Mallard, 1992; Prasetio 2012).Sesar-sesar yang masih menunjukan kekaktifannya di daerah Sulawesi dintarnya sesar Palu-Koro, sesar Poso, sesar Matano, sesar Lawanopo, sesar Walanae, sesar Gorontalo dan lain-lain, dimana berbagai jenis batuan bercampur sehingga posisi stratigrafinya menjadi sangat rumit (Sompotan, 2012)Sesar yang masih aktif sangat berpotensi membangkitkan gempa bumi kuat di Sulawesi Tengah. Sesar Palu-Koro melintas dibagian tengah pulau Sulawesi yang melewati Sulawesi Tengah tepat membelah kota Palu menjadi dua bagian yaitu bagian timur dan barat

Gambar 1.1 Sesar Palu-Koro membelah menjadi dua bagian. (Davision,1991)Sesar Palu-Koro merupakan sesar mendatar sinistral dengan panjang lebih dari 750 km (Tjia, 1973 dalam Sukamto, 1975). Bentuk Pulau Sulawesi menjadi sangat unik, akibat subduksi dan sesar yang memotong pulau tersebut. Berdasarkan interferometri GPS, menyatakan bahwa kecepatan gerak geser mengiri sesar Palu-Koro adalah 3,4 mm/tahun (Walpersdrof et al, 1997).Sesar sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer (Billing, 1959).Sulawesi Tengah merupakan bagian dari tektonik aktif. Sebagai produk dari subduksi, yang menghasilkan fenomena geologi seperti aktivitas vulkanisme dan tektonik. Wilayah ini merupakan salah satu zona gempa bumi Indonesia no. XIX akibat adanya patahan Palu-Koro (Puslitbang Geologi, 2003). Sistem sesar yang terdiri dari sesar Palu-Koro yang berarah utara-barat laut dan sesar Matano yang berarah barat laut ini menghubungkan zona subduksi Sulawesi Utara dan laut Banda dari barat ke tenggara (Bellier,2001).Sejarah gempa bumi yang pernah terjadi di Sulawesi tengah dan sekitarnya, beberapa diantaranya bersifat merusak dengan kedalaman dangkal. Empat gempabumi merusak yang pernah melanda kawasan ini yakni gempabumi Donggala (1927) gempabumi Bora (1938), gempabumi Tambu (1968), gempabumi Lawe (1985) dan gempabumi Palolo (2005). Gempabumi Donggala pada tahun 1927 berpusat di selatan kota Donggala di tepi barat Teluk Palu. (Soehami, 2005)Catatan kegempaan menyebutkan kemungkinan kegempaan di wilayah ini sangat tinggi (BMKG Palu,2012). Kegempaan di wilayah ini erat kaitannya dengan patahan aktif yang berada di daerah penelitian. Kegiatan dalam penelitian ini adalah memetaan struktur geologi yang merupakan salah satu upaya mamahami keberadaan patahan-patahan aktif yang berada di Palu-Koro, sebagai sumber gempa bumi (seismogenetik).Sesmotektonik mengandung pengertian yang mengambarkan kondisi seismogenetik dengan tujuan mengenalisis resiko gempa sebagai data dasar mitigasi bahaya gempa bumi. Sesmotektonik merupakan dasar dari tektonik mengenai kondisi tektonik,sejarah tektonik dan kegempaanya (Soehaimi, 2011)Berdasarkan beberapa kasus gempa bumi merusak di dunia, tingkat kerusakan akibat gempa bumi baik dipengaruhi oleh besarnya kekuatan gempabumi dan jarak suatu daerah kepusat gempabumi (episenter). Tingkat kerusakan juga sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi permukaan daerah tersebut (Finn, 1994; Braman 2010). Daerah kerusakan biasanya berada pada daerah berbatuan lunak seperti aluvial, tutupan tanah (soil) yang tebal dan produk-produk gunung api yang belum mengalami konsolidasi (Braman, 2011).

Stratigrafi RegionalDaerah penelitian terdiri berbagai jenis batuan yang berumur dari kala Trias hingga Resen (Hadiwidjojo drr. 1993, Rusmana drr. 1993, Sukamto 1973) dan Batuan yang berumur Trias adalah Komplek Wana, tersebar di bagian timur Teluk Palu dan terdiri dari sekis, genes dan kuersit. Kelompok batuan ini menjemari dengan Komplek Gumbasa yang terdiri dari granit genes, doirit dan sekis. Diseblah Timur, didaerah Luwuk, berkembangan Formasi Meluhu yang tersusun dari batusabak, batupasir malih, filit dan sekis. Batuan berumur Yura diwakili oleh Formasi Nanaka berupa sedimen klastik ynag terdiri dari batu pasir kuarsa dengan sisipan batubara, konglomerat dan napal. Batuan berumur Kapur terdapat dibagian timur (daerah Luwuk), berupa ultrabasa yang terdiri dari dunit, piroksenit, serpentinit, gabro dan diabas. Di sekitar Palu berkembang Formasi Latimojong, berupa perselingan batu sabak, filit dan berupa batupasir malih.Batuan berumur Eosen terdapat di sekitar Palu, yaitu Formasi Tinombo yang tersusun oleh serpih, konglomerat, batupasir, batuan gunungapi, batugamping, rijang, filit, dan kuarsit. Pada Kala Oligi-Miosen terjadi kegiatan gunungapi di daerah Palu dan sekitarnya yang menghasilkan batuan gu nungapi Formasi Lamasi yang terdiri dari andesit dan dasit. Formasi Lamasi menindih tak selaras Formasi Latimojong. Kegiatan gunungapi berlanjut sampai kala Miosen dan mengahasilkan batuan gunungapi Formasi Talaya yang terdiri dari andesit dan basal. Di sekitar Palu juga berkembang Molasa Celebes Sarasin yang disusun oleh konglongmerat, batupasir, napal dan batugamping koral. Kegiatan gunungapi berakhir pada kala Mio-Pliosen dan ditandai oleh berkembangnya terobosan doirit, andesit, granit dan granodiorit. Pada kala Plio-Pleistosen didaerah Pasangkayu yang terdiri dari batulempung, batupasir, dan setempat dijumpai batugamping. Di bagian Timur yaitu di Kepulauan Togian, terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan Formasi Lonsio yang disusun oleh lava basal, lava bantal, tufa batugamping, dan pasir tufaan.Kegiatan gunungapi ini berlanjut sampai sekarang, ditujunkan oleh gunung Colo di Pulau Una-una. Pada kala Pleistosen Akhir berkembang pengendapan batugamping terumbu, kipas alluvial dan endapan teras. Endapann sungai, dan pantai yang terdiri dari konglongmeret, pasir dan lempung berkembang sejak kala Resen. Aluvium dan Endapan Pantai seperti Kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan laut dangkal merupakan sedimen termuda di daerah ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Di daerah dekat Labea dan Tambo terumbu koral membentuk bukit-bukit rendah.

2.2 Patahan AktifSesar atau patahan (fault) merupakan suatu fenomena geologi yang umum di jumpai di kerak bumi. Sesar didefinisikan sebagai bidang rekahan yang di sertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan. Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer pertahunnya, sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimenter hingga puluhan kilometer (Billing, 1959).Menurut Keller dan Pinter (1996), sesar aktif adalah sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu sepuluh ribu tahun yang lalu. Sesar yang berpotensi aktif adalah sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu dua juta tahun yang lalu, sedangkan sesar tidak aktif adalah sesar yang belum tidak pernah bergerak dalam kurun waktu dua juta tahun yang lalu. Sesar aktif adalah sesar yang bergerak pada zaman kuarter dan berpotensi untuk bergerak kembali pada masa yang akan datang (Huzita dkk., 1992; dalam Munif, 2011). Sesar tersebut memotong permukaan morfologi berumur Kuarter, memotong batuan Kuarter, sesar pada daerah gunungapi yang bergerak pada periode pendek (selama masa erupsi gunung api), dan sesar normal yang dapat diamati pada pegunungan akibat gaya gravitasi.

Morfotektonik juga dapat diliat pada citra DEM, (Sukiyah,1993) telah meneliti bahwa analisis pola kelurusan menggunakan foto udara dapat menjelaskan kondisi deformasi di suatu daerah, Mortektonik akan dipengaruhi oleh kondisi morfologi dan proses tektonik yang terjadi pada masa lalu, karena morfologi memiliki dimensi ruang dan tektonik mempunyai dimensi waktu (Soehami, 2012). Bentuk lahan tektonik akan mengekspresikan bentukan topografi yang dapat dijadikan indicator bahwa telah terjadi pergerakan tektonik

DEM (Digital Elevation Model) adalah suatu set pengukuran ketinggian dari titik-titik yang tersebar di permukaan bumi, gunakan untuk analisis topografi daerah tersebut.(Aronoff, 1991).DEM digunakan dalam berbagai aplikasi baik secara langsung dalam bentuk visualisasi model permukaan bumi maupun dengan diolah terlebih dahulu sehingga menjadi produk lain

Data DEM daerah penelitian menggunakan data dari ASTERGDEM (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer Global Digital Elevation Model)Mortetonik juga dapat diliat pada citra DEM, (Sukiyah,1993) telah meneliti bahwa analisis pola kelurusan menggunakan foto udara dapat menjelaskan kondisi deformasi di suatu daerah. Pola kelurusan yang semakin banyak dan saling berpotongan menjadi indikasi bahwa daerah tersebut rentan terhadap proses deformasi. Pola kelurusan yang terdapat pada suatu daerah, baik kelurusan punggungan maupun sungai dapat menjadi indikasi adanya kontrol tektonik aktif.ASTER GDEM meruapakan data ketinggian wilayah yang biasa disebut Data Elevation Model (DEM) dan merupakan data raster hasil dari perekaman satelit ASTER. Resolusi yang lumayan tajam ini yakni 1 arc sec (30 x 30 meter) membuatnya lebih banyak digunakan ketimbang data SRTM yang memiliki resolusi lebih kecil yakni 3 arc sec (90 x 90 meter)

2.2 Gempa BumiGempa bumi adalah pelepasan energi secara tiba-tiba, energi yang dilepaskan diteruskan melalui kerak bumi ke segala arah dalam bentuk gelombang. Adanya gaya yang menekan suatu batuan mengakibatkan tertimbulnya energi di dalam batuan tersebut, energi ini dilepas pada saat batuan itu terlampaui elestisitasanya. Titik pelepasan energi ini disebut sebagai hiposentrum.Titik yang tegak lurus dengan hiposetrum yang berada di permukaan bumi disebut episetrum. (Soehaimin, 2008) membagi gempa bumi berdasarkan kedalaman letak hipostrun dari permukaan bumi, sebagai berikut:A. Gempa bumi dangkal, jarak hiposetrum < 30km.B. Gempa bumi menengah, jarak hiposentrum antara 31-100km.C. Gempa bumi dalam, jarak hiposetrum antara >100km. (Hunt,2005) menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi bencana dan kerusakan akibat gempabumi yaitu:1. Magnitude, Intensitas, frekuensi dan waktu terjadinya gempabumi.2. Jarak titik gempa dengan area penduduk.3. Kondisi geologi daerah.4. Kondisi konstruksi bagunan.Keaktifan Palu Koro cukup intensif, hal tersebut dibuktikan dengan beberapa kali kejadian gempabumi merusak, diantaranya dapat dilihat dari data kegempaan pada Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Palu yang menyebutkan kemungkinan kegempaan di wilayah ini sangat tinggi.

Gempa bumiGempa bumi adalah pelepasan energi secara tiba-tiba, energi yang dilepaskan diteruskan melalui kulit bumi ke segala arah dalam bentuk gelombang. Adanya gaya yang menekan suatu batuan mengakibatkan tertimbulnya energi di dalam batuan tersebut, energi ini dilepas pada saat batuan itu terlampaui elastisitasanya. Titik pelepasan energi ini disebut sebagai hiposentrum.Catatan kegempaan kegempaan di wilayah ini sangat tinggi. Kegempaan di wilayah ini erat kaitannya dengan patahan aktif. Berdasarkan beberapa kasus gempa bumi merusak di dunia, tingkat kerusakan akibat gempa bumi baik dipengaruhi oleh besarnya kekuatan gempa bumi dan jarak suatu daerah kepusat gempa bumi (episenter). Table 4.4 Data Gempa Bumi di atas 4 SR ( USGS,2012)

Table 4.5 Data Gempa Bumi di atas 4 SR (BMKG,2012)