documentaa

31
Abortus Provokatus Pasca Riandy Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta PENDAHULUAN Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih hidup. Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan.Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan pengguguran kandungan dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis (bahaya maut atau bahaya kesehatan yang parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan akan membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan kongenital yang hebat). Amerika melarang 1 | Page

Upload: deolukmana

Post on 30-Oct-2014

39 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Documentaa

Abortus Provokatus

Pasca Riandy

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta

PENDAHULUAN

Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan

kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia

kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan

tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898).

Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan,

kandungan tersebut masih hidup. Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum

tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor

kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan.Salah satu masalah yang

dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan berbagai pihak agar

masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan itu

dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Negara-negara di Eropa barat

umumnya mengancam perbuatan pengguguran kandungan dengan hukuman, kecuali

bila atas indikasi medis (bahaya maut atau bahaya kesehatan yang parah bagi si ibu,

yang bila dilanjutkan akan membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan kongenital

yang hebat). Amerika melarang penguguran kandungan yang ilegal, yaitu selain yang

dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu. Sedangkan Jepang

membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan di negara-negara Erope

Timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit tanpa

keharusan membayar biayanya. Di Jerman Barat, pengguguran kandungan usia 14

hari hingga 3 bulan, dengan izin si wanita, atas anjuran dokter dan dilakukan oleh

dokter, tidak diancam hukuman.

Pasca Riandy

102009220

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

(021) 5694-2061

1 | P a g e

Page 2: Documentaa

BAB I

ISI

Kasus PBL 4 (Forensik Klinik)

Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B.

seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol dari

sebuah alat “suction curret” milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa dokter

tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal dan di dalam botol

tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam surat

permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat ini

sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan

pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran

kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan sedang diperiksa di kebidanan adalah

perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut

penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum terhadap dokter tersebut.

1. ANAMNESIS 8,9

Anamnesa dilakukan untuk mencari etiologi dari abortus. Dengan anamnesa yang telita

dan menjurus maka akan dikembangkan. Pemikiran mengenai pemeriksaan selanjutnya yang

dapat memperkuat dugaan kita pada suatu etiologi yang mendasari terjadinya abortus. Hal ini

akan berpengaruh juga pada rencana terapi yang akan dilakukan sesuai dengan etologinya.

2. Anamnesis :

Umur.

Status perkawinan.

Haid : siklus, terakhir.

Penyakit kelamin dan kandungan.

Waktu kejadian.

Tempat kejadian.

2 | P a g e

Page 3: Documentaa

2)PEMERIKSAAN

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu

dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada

umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum

mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa

kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.1,2

Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:

Abortus Provokatus Medisinalis / Artificialis / Therapeuticusàabortus yang dilakukan

dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi

menyelamatkan nyawa ibu. Syarat – syaratnya :

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk

melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai

dengan tanggung jawab profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang

ditunjuk oleh pemerintah.

5. Prosedur tidak dirahasiakan.

6. Dokumen medik harus lengkap.

Abortus Provokatus Kriminalis aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi

medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat

tertentu. Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada

payuda, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya usaha

penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/ ekster-na, daerah perut

bagian bawah.

Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang dapat

mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha penghentian

kehamilan, misalnya yang berupa IUFD - kematian janin di dalam rahim dan pemeriksaan

mikroskopik terhadap sisa-sisa jaring-an.1

3 | P a g e

Page 4: Documentaa

Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya :

Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.

Kehamilan di luar nikah.

Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan

kehamilan yang tidak diinginkan.

Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara

medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung

kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan

mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak

lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.

Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak

maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan

dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari

pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka

menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan

mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka resikonya semakin

kecil. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina

atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam.

Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan

kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini

dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin

menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan

cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat

terjadi pada orang yang melakukan abortus kriminalis.3,5,7

4 | P a g e

Page 5: Documentaa

A. Pemeriksaan Fisik 3,6,7

Pemeriksaan fisik umum setidaknya meliputi keadaan umum, keadaan vital tubuh dan

lain-lain yang berhubungan dengan kasusnya, misalnya pakaian, rambut dan lain-lain.

Pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi status interna umum status obstetri. Pada

pemeriksaan fisik dapat ditemukan manifestasi klinis yang mengarah pada suatu gejala abortus

Pemeriksaan Ginekologi 8

a. Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginaan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium

atau tidak bau busuk dari vulva.

b. Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup ada atau

tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk dari

ostium.

c. Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum

uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,

tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

B. Pemeriksaan Laboratorium 8,9

Darah lengkap

Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.

LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan,

kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian kehamilan. Ditemukan sel

radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas

Tes kehamilan

Tanda mungkin (probable signs) kehamilan antara lain :

1. Pembesaran perut dan uterus.

2. Perlunakan serviks dan serviks-uterus (Tanda Piscaseck)

3. Kontraksi uterus (Braxton Hicks) 4. Ballotment (palpasi kepala janin)

4. Tes hormon β-HCG urine, kadar β-HCG urine maksimal pada minggu 5-18.

Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif. terjadinya

kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).

5 | P a g e

Page 6: Documentaa

Tanda dugaan (Presumptive signs) kehamilan antara lain :

Amenore, nausea dan vomiting, malaise, polakisuria, hiperpigmentasi kulit, striae

gravidarum, kebiruan pada serviks dan vagina (Tanda Chadwick), payudara : hipertrofi

mammae, hiperpigmentasi areola, hipertrofi kelenjar Montgomery, kolostrum (minggu ke

12).

Tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan. Uterus pada wanita tidak hamil kira-kira

sebesar telur ayam. Pada palpasi tidak dapat diraba. Pada kehanilan uterus tumbuh secara

teratur, kecuali jika ada gangguan pada kehamilan tersebut. Perkiraan tinggi fundus uteri

sesuai usia kehamilan : Kehamilan usia 12 minggu : tepat di atas simfisis (syarat

pemeriksaan vesica urinaria dikosongkan dahulu). Kehamilan usia 16 minggu : setengah

jarak simfisis ke pusat. Kehamilan usia 20 minggu : tepi bawah pusat, Kehamilan usia 24

minggu : tepi atas pusat. Kehamilan usia 28 minggu : sepertiga jarak pusat ke processus

xyphoideus atau 3 jari di atas pusat. Kehamilan usia 32 minggu : setengah jarak pusat ke

processus xyphoideus. Kehamilan usia 36 minggu : pada 1 jari bawah processus

xyphoideus.

Tanda-tanda post Partus ( Masa Puperium ). Masa puerpurium atau masa nifas mulai

setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat

genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.

Tanda-tanda Partus :

Lochia

Keadaan ostium uteri

Perdarahan pervaginam

5. Usaha penghentian kehamilan misalnya tanda kekerasan pada genital interna/eksterna,

daerah perut dan bagian bawah. Hasil darim penghentian kehamilan adalah janin IUFD,

janin lahir (hidup/mati), jaringan desidua.

6. Pemeriksaan toksilogi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau zat yang dapat

mengakibatkan abortus.

3) ASPEK HUKUM 1-4

Menurut hukum, penguguran kandungan adalah tindakan penghentian kehamilan atau

mematikan janin sebelum waktunya kelahiran, tanpa melihat usia kandungan. Ini terlihat dari

ketentuan undang-undang sebagai berikut : 1,3,4

6 | P a g e

Page 7: Documentaa

KUHP Pasal 299

1)  Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,

dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya

dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun, atau pidana denda

paling banyak empat puluh ribu rupiah.

2)   Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau menjadikan perbuatan

tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,

pidananya dapat ditambah sepertiga.

3)  Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, maka dapat

dicabut haknya untuk melakukan pencarian tersebut.

KUHP Pasal 346

Seorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau memastikan kandungannya atau

menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun

KUHP Pasal 347

1)  Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan

tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2)  Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, iancam dengan pidana

penjara paling lama lima belas tahun.

KUHP Pasal 348

1)  Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan

dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2)  Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam paling lama tujuh

tahun.

KUHP Pasal 349

7 | P a g e

Page 8: Documentaa

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal

346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterapkan

dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah

dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan

dilakukan.

    Dalam KUHP Pasal 299 terlibat tiga orang :

1)    Barang siapa dengan sengaja mengobati

2)    Barang siapa meyuruh supaya diobati

3)    Pasien sendiri

Seorang abortus adakalanya tidak bekerja sendirian, tetapi mempunyai seorang

pembantu, seorang kaki tangan atau seorang calo, untuk orang inilah berlaku: barang siapa

menyuruh supaya diobati. Yang penting dalam pasal ini: diberitahukan atau ditimbulkan

harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan. Si perempuan dalam

pasal ini tidak perlu hamil, tetapi cukup bahwa dia merasa hamil. Obat yang diberikan tidak

perlu harus mujarab, dapat diberikan secangkir air yang sudah diberi mantra, yang penting

adalah memberikan atau menimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat

digugurkan.6

         

Yang diancam dengan hukuman adalah :

1)     Si perempuan sendiri yang hamil

2)     Barang siapa dengan sengaja menggugurkan

Pada butir (1) si perempuan tidak perlu melakukan sendiri penguguran itu, tetapi ia dapat

menyuruh orang lain untuk itu. Untuk orang lain itu kemudian berlaku butir (2).

Dalam ketiga pasal dijumpai :

8 | P a g e

Page 9: Documentaa

Dengan sengaja mematikan kandungan

Dengan sengaja menggugurkan kandungan

Mematikan kandungan berarti mematikan anak dalam kandungan yang masih hidup.

Karena anak yang dikeluarkan sudah mati, maka pembuktian bahwa anak masih hidup dalam

kandungan sulit dilakukan, bahkan mungkin tidak dapat dilakukan. Dengan sengaja

menggugurkan kandungan yang dinilai adalah perbuatan. Di rumah sakit, bila anak dalam

kandungan sudah mati, dokter tidak tergesa-gesa mengeluarkannya, kecuali ada indikasi untuk

itu, seperti pendarahan yang parah, bahaya infeksi yang mengancam sang ibu. Biasanya anak

yang mati dalam kandungan akan lahir sendiri, sebab anak yang mati merupakan benda asing

bagi ibunya. Jarang sekali anak yang mati dalam kandungan tidak dikeluarkan, tetapi cairan

dalam tubuh anak kemudian diserap, diabsorpsi, sehingga anak menjadi keras membatu:

lithopedion.

Dalam pasal mengenai pengguguran tidak disinggung tentang umur anak dalam

kandungan, ini berarti pengguguran dapat dilakukan sejak dari saat pembuahan sampai anak

hampir dilahirkan. Anak yang digugurkan tidak perlu selalu mati setelah keluar dari rahim, ini

dapat terjadi bila pengguguran dilakukan pada kandungan 28 minggu.

Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan pengguguran kandungan

dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis (bahaya maut atau bahaya kesehatan yang

parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan akan membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan

kongenital yang hebat).

4)ASPEK ETIK MEDIKOLEGAL 2-4,6,8

Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik

Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran

kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi

dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi

Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri

untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan

Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai

kewajiban umum.

9 | P a g e

Page 10: Documentaa

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk

insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan

implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing

RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran

etik ini berupa “pengucilan” anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif

tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus

buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni: 1. Abortus

buatan legal. Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang

dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapeticus,

karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa

ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan :5,7

PASAL 15:

1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau

janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan:

Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai

dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan

ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) :

Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena

bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan.

Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang

dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah

suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa

tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga

10 | P a g e

Page 11: Documentaa

kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian

dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli

kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu

hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu

adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan

tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai

pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan

jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk

persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan

illegal ). Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau

menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat

dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut

dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau

kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) :5,7

Etik kedokteran dan hukum kesehatan dalam obstetric ginekologi

Masalah-masalah yang berhubungan dengan reproduksi manusia merupakan masalah

yang sangat khusus dan paling rumit ditinjau dari segi etik, agama, hukum dan sosial, terlebih

dengan begitu pesatnya perkembangan dalam bidang obstetri ginekologi dalam tiga dekade

terakhir ini. Masalah-masalah kontrasepsi, aborsi, teknologi reproduksi buatan, operasi plastik

selaput dara dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi kedokteran, hukum,

agama dan masyarakat luas.1,4

Abortus Provokatus

Masalah aborsi telah dibahas di berbagai pertemuan ilmiah dalam lebih dari 3 dekade

terakhir ini, baik di tingkat nasional maupun regional, namun hingga waktu ini Rancangan

Pengaturan Pengguguran berdasarkan Pertimbangan Kesehatan belum terwujud. Secara umum

hal ini telah dicantumkan dalam undang-undang kesehatan, namun penjabarannya belum selesai

juga. Kehampaan hukum itu menyangkut pula tindakan abortus provokatus pada kasus-kasus

kehamilan karena perkosaan, kehamilan pada usia remaja putri ( usia kurang dari 16 tahun, yang 11 | P a g e

Page 12: Documentaa

belum mempunyai hak untuk menikah ), kehamilan pada wanita dengan gangguan jiwa,

kegagalan kontrasepsi dan wanita dengan grande multipara.

Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani (

KODEKI pasal 10 ). Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa

dalam keadaan darurat, sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat

dilakukan tindakan medik tertentu dan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

keahlian, dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya dan

dilakukan pada sarana kesehatan tertentu. Dalam KUHP secara rinci terdapat pasal - pasal yang

mengancam pelaku abortus ilegal sebagai berkut :

a. Wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh orang lain melakukannya

(KUHP pasal 346, hukuman maksimum 4 tahun).

b. Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seijinnya (KUHP pasal 347,

hukuman maksimum 12 tahun dan bila wanita itu meninggal, hukuman maksimum 15 tahun).

c. Seorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan seijin wanita tersebut (KUHP pasal

348, hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan dan bila wanita itu meninggal, hukuman

maksimum 7 tahun).

d. Dokter, Bidan atau Juru Obat yang melakukan kejahatan di atas ( KUHP pasal 349, hukuman

ditambah sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya ). Dalam pasal 80 UU Kesehatan

tercantum, bahwa “Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap

ibu hamil yang tidak dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau

janin yang dikandungnya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana

denda paling banyak Rp.500.000.000,- ( limaratus juta rupiah )”.

5) PROSEDUR MEDIKOLEGAL 1,2,4,5

Pihak yang berwenang meminta visum et repertum

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan

keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut

sesuai dengan pasal 11 KUHAP. Adapun yang termasuk kategori penyidik menurut KUHAP

pasal 6 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang

khusus dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan penyidik

pembantu berpangkat serendah-rendahnya sersan dua.

Pihak yang berwenang membuat visum et repertum12 | P a g e

Page 13: Documentaa

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1), yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik

yang menyangkut tubuh manusia dan membuat Keterangan Ahli adalah dokter ahli

kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. Kewajiban dokter untuk membuat

Keterangan Ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP. Keterangan Ahli ini akan dijadikan

sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP). Keterangan ahli

dapat diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan (pasal 186 KUHAP), dapat pula

diberikan pada masa penyidikan dalam bentuk laporan penyidik (Penjelasan Pasal 186

KUHAP), atau dapat diberikan dalam bentuk keterangan tertulis di dalam suatu surat (pasal

187 KUHAP).

Prosedur permintaan visum et repertum

Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis, dan hal ini

secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayaat (2), terutama untuk korban mati.

Jenasah harus diperlakukan dengan baik, diberi label identitas dan penyidik wajib

memberitahukan dan menjelaskan kepada keluarga korban mengenai pemeriksaan yang akan

dilaksanakan.

Korban atau benda bukti yang diperiksa

Tubuh manusia baik masih hidup maupun telah meninggal disertai oleh petugas

kepolisian yang berwenang. Serta barang bukti yang ditemukan berada didekat korban atau

tempat kejadian perkara.

Penggunaan visum et repertum

Kepentingan peradilan saja dan tidak boleh digunakan untuk penyelesaian klaim asuransi.

Penyerahan visum visum et repertum

Dengan demikian berkas Keterangan Ahli hanya boleh diserahkan kepada penyidik

(instansi) yang memintanya.

Pemeriksaan dilakukan dengan Pemeriksaan luar dan Pemeriksaan dalam

(a) Pemeriksaan dalam (Autopsi) dilakukan dengan membuka dan memeriksa isi rongga

kepala, leher, dada, perut dan panggul.

(b) Pemeriksaan dengan membuka bagian tubuh lain dilakukan apabila diperlukan.

Pembuatan visum et repertum

Visum et Repertum harus sudah selesai dan siap sejak pemeriksaan

13 | P a g e

Page 14: Documentaa

Perpanjangan waktu pemeriksaan dapat dimintakan atau diberitahukan kepada

penyidik yang bersangkutan.

Hasil pemeriksaan sementara dapat dibuat untuk kepentingan penyidikan.

Visum et Repertum dibuat dengan format dan substansi yang sesuai dengan standar

yang berlaku nasional.

Hasil pemeriksaan harus dirahasiakan dari pihak selain penyidik peminta

pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan dalam bentuk terbatas dapat diberikan kepada keluarga korban,

terutama apabila diduga akan terjadi obstruction of justice

6) INTERPRESTASI TEMUAN 2,3,6-8

Barang Bukti

Pemeriksaan barang bukti campuran darah dan jaringan

Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel-sel darah merah. Pemeriksaan ini

dilakukan untuk mencari tahu bahwa campuran darah tersebut adalah darah manusia atau

hewan. Cara ini tidak dapat dilakukan bila terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut.

Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca objek dan ditambahkan 1

liter larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan

membuat sediaan hapus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan tersebut

dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah.

Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut hany menentukan kelas dan

bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram

dan tidak berinti, sedangkan kelas-kelas lainny berbentuk oval/elips dan berinti. Selain itu

keuntungan dari sediaan hapus adalah dapat terlihat luokosit berinti banyak. Bila terlihat

drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal

dari seorang wanita.6

Umur janin

Berdasarkan pertumbuhan bagian-bagian tubuh :

Umur Kehamilan ( bulan ) Ciri-ciri Pertumbuhan Hidung, telinga, jari mulai

terbentuk ( belum sempurna ), kepala menempel ke dada, daun telinga jela, kelopak

mata masih melekat, leher mulai terbentuk, belum ada deferensiasi genetalia, genetalia

14 | P a g e

Page 15: Documentaa

externa terbentuk dan dapat dikenali, kulit merah dan tipis sekali, kulit lebih tebal,

kelopak mata terpisah, terbentuk alis dan bulu mata, kulit keriput, pertumbuhan

lengkap/sempurna.6

Berdasarkan inti penulangan :

o Calcaneus : 5 – 6 bulan

o Talus : 7 bulan

o Femur distal : 8 – 9 bulan

o Tibia prox : 9 – 10 bulan

o

Hubungan janin dengan tersangaka yang diduga menggugurkan kandungan

Untuk mengetahui hubungan antara tersangkan dengan janin tersebut dapat dilkukan

pemeriksaan uji DNA Mitokondria. DNA mitokondria, berbeda dengan organel sel lainnya,

mitokondria memiliki materi genetik sendiri yang karakteristiknya berbeda dengan materi genetik

di inti sel. Mitokondria, sesuai dengan namanya, merupakan rantai DNA yang terletak di bagian

sel yang bernama mitokondria.

DNA mitokondria (mtDNA) berukuran 16.569 pasang basa dan terdapat dalam matriks

mitokondria, berbentuk sirkuler serta memiliki untai ganda yang terdiri dari untai heavy (H) dan

light (L). Dinamakan seperti ini karena untai H memiliki berat molekul yang lebih besar dari

untai L, disebabkan oleh banyaknya kandungan basa purin. MtDNA terdiri dari daerah pengode

(coding region)dan daerah yang tidak mengode (non-coding region). MtDNA mengandung 37

gen pengode untuk 2 rRNA, 22 tRNA, dan 13 polipeptida yang merupakan subunit kompleks

enzim yang terlibat dalam fosforilasi oksidatif, yaitu: subunit 1, 2, 3, 4, 4L, 5, dan 6 dari

kompleks I, subunit b (sitokrom b) dari kompleks III, subunit I, II, dan III dari kompleks IV

(sitokrom oksidase) serta subunit 6 dan 8 dari kompleks V. Kebanyakan gen ini ditranskripsi dari

untai H, yaitu 2 rRNA,14 dari 22 tRNA dan 12 polipeptida. MtDNA tidak memiliki intron dan

semua gen pengode terletak berdampingan Sedangkan protein lainnya yang juga berfungsi dalam

fosforilasi oksidatif seperti enzim-enzim metabolisme, DNA dan RNA polimerase, protein

ribosom dan mtDNA regulatory factors semuanya dikode oleh gen inti, disintesis dalam sitosol

dan kemudian diimpor ke organel.2,3

Daerah yang tidak mengode dari mtDNA berukuran 1122 pb, dimulai dari nukleotida

16024 hingga 576 dan terletak diantara gen tRNApro dan tRNAphe. Daerah ini mengandung

daerah yang memiliki variasi tinggi yang disebut displacement loop (D-loop). D-loop merupakan

daerah beruntai tiga (tripple stranded) untai ketiga lebih dikenal sebagai 7S DNA. D-loop

15 | P a g e

Page 16: Documentaa

memiliki dua daerah dengan laju polymorphism yang tinggi sehingga urutannya sangat bervariasi

antar individu, yaitu Hypervariable I (HVSI) dan Hypervariable II (HVSII). Daerah non-coding

juga mengandung daerah pengontrol karena mempunyai origin of replication untuk untai H (OH)

dan promoter transkripsi untuk untai H dan L (PL dan PH). Selain itu, daerah non-coding juga

mengandung tiga daerah lestari yang disebut dengan conserved sequence block (CSB) I, II, III.

Daerah yang lestari ini diduga memiliki peranan penting dalam replikasi

7) VISUM et REPERTUM 8-10

Visum et repertum berasal dari kata latin yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris

yaitu something seen atau appearance (visum) dan inventions atau find out (repertum). Visum et

repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik

yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia baik hidup atau mati

ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah

sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Peranan dan fungsi visum et repertum adalah untuk proses pembuktian suatu perkara

pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu

tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya

dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau

pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian

kesimpulan.

Maksud pembuatan visum et repertum yakni sebagai salah satu barang bukti (corpus

delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat

persidangan berlangsung.

Ada 3 tujuan pembuatan visum et repertum, yaitu :

1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim.

2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat.

3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat

kesimpulan visum et repertum yang lebih baru.

16 | P a g e

Page 17: Documentaa

Contoh Visum et Repertum pada kasus ini

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO

Jl. Salemba Raya No.6, Jakarta 10430, telp : 021-3106976

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------VISUM ET REPERTUMNo.: 21/TU.FK/I/2011PRO JUSTITIA Jakarta, 20 Januari 2013

Yang bertanda tangan di bawah ini: ......., dokter Rumah Sakit Umum Daerah, atas permintaan dari ........ dengan nomor: ..... tertanggal ..... dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal ..... pukul ...., bertempat di Rumah Sakit Umum Ukrida telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi: ..... yang menurut surat tersebut adalah,Nama : …………………………………………………………………………………….Jenis kelamin : …………………………………………………………………………………….Umur : …………………………………………………………………………………….Alamat :……………………………………………………………………………………..Kebangsaaan : …………………………………………………………………………………….

…………………………………..HASIL PEMERIKSAAN……………………………………..

Pemeriksaan Luar: …………………………………………………………………………………Pemeriksaan Dalam : ………………………………………………………………………………Pemeriksaan Tambahan: …………………………………………………………………………..

………………………………………KESIMPULAN…………………………………………..

Demikianlah Visum Et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Dokter Pemeriksa,

dr. Pasca

17 | P a g e

Page 18: Documentaa

BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

Penemuan botol yang berisi campuran darah dan jaringan yang diduga adalah hasil dari

suction dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan sebagai barang bukti.

Pemeriksaan awal yang dilakukan adalah menentukan bahwa darah yang berada pada botol

tersebut adalah darah manusia. Pada wanita yang dicurigai tersebut juga dilakukan pemeriksaan

untuk mengetahui apakah campuran darah dan jaringan tersebut ada hubungannnya dengan

mereka. Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter Obstetri dan Ginekologi untuk menilai tanda-tanda

pernah melakukan abortus. Tanda-tanda dilihat dari masih adakah bekas persalinan, tanda

kehamilan sebelumnya, dan laboratorium HCG. Untuk menentukan adanya hubungan antara

tersangka dan hasil section tersebut maka dilakukan pemeriksaan DNA mitokondria. 4

Pengguguran kandungan di Indonesia merupakan suatu tindakan kejahatan apabila tidak

memiliki indikasi khusus seperti dapat membahayakan jiwa sang ibu, oleh karena itu korban

aborsi dalam hal ini adalah perempuan yang melakukan aborsi serta tenaga ahli (dokter) akan

dikenakan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku. Selain dikenakan hukuman menurut

undang-undang, dokter juga melanggaran Kode Etika Profesi Dokter yang dapat dikenakan

sanksi berupa pencabutan izin praktek, pengucilan dan lain-lain. 4-5

Aborsi dalam pengertian medis berarti kelahiran janin yang belum dapat mempertahankan

hidup. Aborsi dapat terjadi pada setiap wanita hamil karena berbagai sebab. Ada dua cara aborsi:

tidak sengaja alias keguguran (abortus apontaneous) dan sengaja (abortus provocatus). Aborsi

dengan sengaja masih terbagi dua: abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus

criminalis. Abortus provocatus medicinalis dilakukan dokter untuk keselamatan si ibu. Tindakan

itu dilindungi oleh pasal 48 KUHP sebagai alasan pemaaf. Sementara itu, aborsi yang dianggap

sebagai kejahatan adalah aborsi dengan cara yang kedua, yakni aborsi yang sengaja dilakukan

dengan alasan nonmedis terhadap janin yang sedang dikandung. 2-4

Keberadaan aborsi senantiasa menimbulkan pendapat pro dan kontra dalam masyarakat. Di

beberapa negara, aborsi dilarang keras. Pelakunya diancam hukuman yang relatif berat.

Sebaliknya, di sejumlah negara lain abortus diperbolehkan. Di Amerika Serikat, Jerman, dan

18 | P a g e

Page 19: Documentaa

RRC yang sudah memiliki undang-undang yang mengizinkan aborsi, ternyata pengguguran

kandungan masih terus diperdebatkan. Di Amerika Serikat, sekitar 70.000 aktivis wanita

antiaborsi, akhir-akhir ini, melakukan unjuk rasa agar Mahkamah Agung di negara superkuat itu

mengkaji kembali UU Aborsi. 4

Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan

berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan

itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Abortus atau pengguguran kandungan

selalu menjadi permasalahan dari masa ke masa. Di lain pihak ada keadaan yang memaksa

pengguguran kandungan yang harus ditempuh (provokasi) untuk menyelamatkan nyawa ibu

hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan bukan untuk tujuan ini. Yang terakhir inilah

yang menjadi permasalahan karena dalam pandangan masyarakat, hukum dan agama tindakan

abortus bertentangan dengan kaidah yang baik. 5-7

Dalam pengertian medis, abortus adalah gugur kandungan atau keguguran dan keguguran itu

sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batas

umur kandungan yang dapat diterima didalam abortus adalah sebelum 28 minggu dan berat

badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram. Sehingga peran dokter sekarang harus sangat

ditingkatkan dalam hal membantu atau menolong masyarakat, sehingga tidak ada terjadi lagi

dokter yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.1,3,5-8

19 | P a g e

Page 20: Documentaa

DAFTAR PUSTAKA

1. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik”. Cetakan kedua.

Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensik FKUI. 1997.

2. Idries AM, Tjiptomartono AL. “Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses

Penyidikan”. Cetakan Pertama Edisi Revisi. Jakarta : Sagung Seto, 2008.

3. Aborsi , Di unduh dari http://unair.com/lab/forensik, 8 Jan 2013.

4. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. “peraturan perundang-undangan bidang

kedokteran”. Cetakan kedua. Jakarta:bagian kedokteran ferensik FKUI. 1994.

5. Abortus dalam kaitannya dengan ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. di unduh dari :

www. forensikmed.com 8 januari 2013

6. Abortus provocatus dan hukum Di unduh dari www.contohskripsitesis.com. 8 januari 2013

7. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Pemeriksaan laboratorium forensic sederhana.

Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

1997: 14-5.

8. Adiraansz G, Hanafiah TM. Diagnosis kehamilan. Dalam Ilmu kebidanan, Prawirohardjo S.

Jakarta: PT. Bina pustaka; 2008.p. 213

9. Pengguguran kandungan. Di unduh dari www.klinikindonesia.com. 8 januari 2013

10. Abortus, Diunduh dari www.pdfchaser.com, 8 januari 2013

20 | P a g e