a. latar belakang - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/15521/4/bab 1.pdf · miskin atau yg...

15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Islam dibebaskan dalam hal bersedekah, boleh dengan zakat 1 , infaq 2 , sadaqah 3 , wakaf 4 , hibah 5 maupun hadiah 6 . Semua itu merupakan perbuatan kebajikan yang sangat mulia, sehingga dapat membantu masyarakat sekitar yang perekonomiannya masih terbilang rendah. Allah berfirman dalam Al-Quran surat QS Al-Hasyr:7 “Supaya harta itu tidak hanya berada diantara orang-orang kaya saja diantara kamu sekalian”. 7 Dengan demikian, adanya perintah mengeluarkan sebagian dana yang dipunyai untuk diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan, diharapkan tidak ada lagi istilah “yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin”, yang mana selama ini banyak terjadi di masyarakat. Padahal jika 1 Zakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dsb) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara’ 2 Infaq dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemberian (sumbangan) harta dsb (selain zakat wajib) untuk kebaikan 3 Shodaqah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yg berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi, derma 4 Wakaf merupakan benda bergerak atau tidak bergerak yang disediakan untuk kepentingan umum (Islam) sebagai pemberian yang ikhlas 5 Hibah merupakan pemberian (dengan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain 6 Hadiah merupakan pemberian (kenang-kenangan, penghargaan, penghormatan) 7 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjamahannya (Jakarta: Fajar Mulia, 2007), 797.

Upload: vancong

Post on 06-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Islam dibebaskan dalam hal bersedekah, boleh dengan zakat1,

infaq2, sadaqah

3, wakaf

4, hibah

5 maupun hadiah

6. Semua itu merupakan

perbuatan kebajikan yang sangat mulia, sehingga dapat membantu

masyarakat sekitar yang perekonomiannya masih terbilang rendah. Allah

berfirman dalam Al-Quran surat QS Al-Hasyr:7

“Supaya harta itu tidak hanya berada diantara orang-orang kaya saja

diantara kamu sekalian”.7

Dengan demikian, adanya perintah mengeluarkan sebagian dana yang

dipunyai untuk diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan, diharapkan

tidak ada lagi istilah “yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin

miskin”, yang mana selama ini banyak terjadi di masyarakat. Padahal jika

1 Zakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan jumlah harta tertentu yang wajib

dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak

menerimanya (fakir miskin dsb) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara’ 2 Infaq dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemberian (sumbangan) harta dsb

(selain zakat wajib) untuk kebaikan 3 Shodaqah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemberian sesuatu kepada fakir

miskin atau yg berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan

kemampuan pemberi, derma 4 Wakaf merupakan benda bergerak atau tidak bergerak yang disediakan untuk kepentingan

umum (Islam) sebagai pemberian yang ikhlas 5 Hibah merupakan pemberian (dengan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada

orang lain 6 Hadiah merupakan pemberian (kenang-kenangan, penghargaan, penghormatan)

7 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjamahannya (Jakarta: Fajar Mulia, 2007), 797.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

harta tersebut selalu berputar untuk masyarakat yang kurang mampu,

kesenjangan sosial, kemiskinan dan sebagainya dapat teratasi.

Kegiatan bersedekah bermacam-macam, salah satunya dengan wakaf,

yang mana bagi banyak orang wakaf itu tergolong sulit untuk dilakukan.

Qahaf8 mendefinisikan wakaf dengan kegiatan memindahkan harta dari

upaya konsumtif menuju reproduksi dan investasi dalam bentuk modal

produksi yang dapat memproduksi dan menghasilkan sesuatu yang dapat di

konsumsi pada masa-masa mendatang, baik oleh pribadi maupun kelompok,

dengan demikian wakaf merupakan kegiatan menabung dan berinvestasi

secara bersamaan.9 Kegiatan ini mencakup kegiatan menahan harta yang

mungkin dimanfaatkan oleh wakhif baik secara langsung maupun setelah

berubah menjadi barang konsumsi, sehingga tidak dikonsumsi saat ini dan

pada saat yang bersamaan mengubah pengelolaan harta menjadi investasi

yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah harta produktif ditengah-tengah

masyarakat.10

Jenis-jenis harta benda wakaf ada berbagai macam bentuk. Dalam

hadis yang membahas tentang wakaf, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan

Muslim dalam kitab “As-Sunan” tentang tanah Umar bin Al-Khatab RA di

Khaibar: Rasulullah bersabda, “Apabila kamu mau, kamu bisa mewakafkan

pokoknya dan menyedekahkannya”. Maka Umar pun mewakafkan tanah itu,

8 Qahaf yang bernama asli Mundzir Qahaf merupakan seorang penulis buku dengan judul

Manajemen Wakaf Produktif 9 Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Hukum Fiqih, Hukum Positif dan Manajmen (Malang :

UIN Maliki Press, 2011),20 10

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

yang tidak untuk dijual atau diberikan, melainkan hasilnya dibagikan kepada

fakir miskin, kerabat, para tamu dan orang-orang dalam perjalanan.11

Dari

uraian diatas, diketahui bentuk wakaf jenisnya bervariatif dalam berbagai

bentuk aset, yang jika di qiyaskan (persamaan hukum) dapat dikelompokkan

menjadi aset tidak bergerak (tanah), aset bergerak (kuda), dan aset dalam

bentuk uang (dinar). Dengan semakin beragamnya jenis wakaf yang dapat

dikelola dan dikembangkan, peluang meningkatkan penghimpunan wakaf

terbuka lebar. Salah satu sumber potensial wakaf adalah dari wakaf uang.

Keunggulan wakaf uang adalah lebih fleksibel dalam pengelolaan yaitu dapat

di investasikan ke berbagai sektor yaitu sektor riil maupun keuangan.

Wakaf uang merupakan terjemahan langsung dari istilah Cash Waqf

yang populer di Bangladesh, tempat A. Mannan12

menggagas idenya. Dalam

beberapa literatur lain, Cash Waqf juga dimaknai sebagai wakaf tunai.

Hanya saja, makna tunai ini sering disalahartikan sebagai lawan kata dari

kredit, sehingga pemaknaan Cash Waqf sebagai wakaf tunai menjadi kurang

pas. Untuk itu, dalam tulisan ini, Cash Waqf akan diterjemahkan sebagai

wakaf uang. Selanjutnya wakaf uang dalam definisi Departemen Agama

adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau

badan hukum dalam bentuk uang. Dengan demikian, wakaf uang merupakan

11

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif . (Jakarta: Khalifa, 2005), 78. 12

Muhammad Abdul Manan lahir di Bangladesh pada tahun 1938. Pada tahun 1960, ia mendapat

gelar Master di bidang Ekonomi dari Rajashi University dan bekerja di Pakistan. Tahun 1970, ia

meneruskan belajar di Machigan State University dan mendapatkan gelar Doktor pada tahun

1973, sebagian karyanya adalah Islamic Economic, Theory and Practice, Delhi, Sh. M. Ashraf,

1970

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

salah satu bentuk wakaf yang diserahkan oleh wakif kepada nadzir dalam

bentuk uang kontan.13

Sebenarnya wakaf uang sudah dilaksanakan pada abad ke-2 Hijriah.

Abu Su’ud dalam Risalah Fi Jawaz Waqf al-Nuqud, menyebutkan bahwa

Imam Bukhari meriwayatkan pendapat Imam Al-Zuhri (wafat 124 H) yang

membolehkan mewakafkan dinar dan dirham itu sebagai modal usaha,

kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai dana yang diperlukan oleh

masyarakat.14

Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah memberikan peran yang

sangat penting dalam pengembangan kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan

dan kebudayaan masyarakat Islam. Peran menonjol wakaf dapat dilihat pada

berbagai sarana pendidikan Islam di Mekah dan Madinah yang dibiayai oleh

dana wakaf.15

Oleh karena itu, studi-studi perkembangan lembaga

pendidikan Islam tidak akan lepas dari studi atas perkembangan institusi

wakaf.

Ada empat manfaat wakaf uang. Pertama, wakaf uang jumlahnya bisa

bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa

memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi orang yang

berpendapatan tinggi atau menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Kedua,

melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa

dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan

13

Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Hukum Fiqih, Hukum Positif dan Manajmen ..., 21. 14

Departemen Agama, Pedoman Pengembangan Wakaf Tunan di Indonesia (Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), 2. 15

Najib, Tuti A dan Ridwan al-Makasary (eds), Wakaf, Tuhan, dan agenda kemanusiaan: Studi tentang wakaf dan Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia (Jakarta: CSRC UIN Syarif

Hidayatullah, 2006),1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

pertanian. Ketiga, dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-

lembaga pendidikan Islam. Keempat, umat Islam dapat lebih mandiri dalam

mengembangkan dunia pendidikan maupun lembaga kemasyarakatan lainnya

tanpa menunggu bantuan dari pemerintah yang semakin lama anggarannya

semakin sempit.16

Wakaf uang di Negara-negara muslim seperti: Arab Saudi, Mesir,

Turki, Bangladesh, Yordania, dan Malaysia, berkembang sangat maju dan

mampu memberi manfaat yang besar, bukan hanya untuk umat di negeri itu,

melainkan juga umat di negeri lain, karena ternyata ia mampu menjadi

sarana pemberdayaan ekonomi yang cukup memadai bagi kesejahteraan

masyarakat, seperti pengembangan kegiatan dalam memajukan kebudayaan

Islam, pemberian beasiswa, pembiayaan terhadap kegiatan penelitian,

penyediaan fasilitas kesehatan dan lain-lain. Di Negara tersebut, wakaf tidak

hanya berupa tanah atau bangunan, tetapi juga berupa investasi saham uang,

real estate, tanah pertanian, flat, tempat ibadah, dan pendidikan yang

kesemuanya dikelola dengan baik dan produktif, sehingga hasilnya dapat

digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat.17

Melihat kecenderungan yang begitu potensial, dan terutama dengan

melihat perkembangan pengelolaan wakaf uang yang ada di negara-negara

lain, maka kesempatan yang sama juga bisa diberlakukan di Indonesia. Hal

ini dikarenakan di beberapa negara-negara muslim yang notabennya

16

Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008),125. 17

Departemen agama, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat pemberdayaan

Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), 108.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

berpenduduk mayoritas muslim, wakaf dikembangkan sebagai salah satu

alternatif dan instrumen yang cukup memadai untuk menyejahterakan

kehidupan umat. Seharusnya di Indonesia dengan jumlah masyarakat muslim

terbesar di dunia dapat lebih efektif melakukan pengembangan wakaf uang

di bandingkan negera-negara lain. Harus diakui pula, bahwa secara

konseptual dan praktis, penggunaan kata wakaf sampai saat ini cenderung

masih dipahami sebagai pemberian sesuatu yang berbentuk benda-benda

tidak bergerak, seperti tanah atau bangunan, sementara bentuk lain dari

wakaf yang berupa uang, seperti investasi belum banyak dikenal dikalangan

masyarakat muslim.

Mengenai hukum wakaf uang di Indonesia sendiri sudah diatur dalm

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 2006, serta fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) membolehkan wakaf

uang. Uang juga menempati posisi penting dalam kegiatan transaksi

ekonomi di berbagai negara di dunia, karena sekarang tidak hanya berfungsi

sebagai alat tukar, tetapi sudah dianggap sebagai benda. Uang sudah

bergeser fungsi, awalnya ia hanya berfungsi sebagai alat tukar, tetapi

sekarang sudah menjadi sesuatu yang diperjualbelikan di berbagai bank dan

money changer. Oleh karena itu, uang sudah sama kedudukannya dengan

benda lain yang dapat diperjualbelikan. Dengan kenyataaan yang demikian,

pernyataan Al-Sayyid Sabiq18

bahwa uang tidak dapat dijadikan objek wakaf

tidak sejalan dengan pernyataannya sendiri, yaitu uang dapat dijadikan objek

18

Syaikh Sayyid Sabiq dilahirkan tahun 1915 H di Mesir dan meninggal dunia tahun 2000 M. Ia

merupakan salah seorang ulama al-Azhar yang menyelesaikan kuliahnya di fakultas syari’ah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

perdagangan. Oleh karena itu, Juhaya S Pradja19

juga berpendapat bahwa

uang boleh dijadikan objek wakaf.20

Menurut perhitungan Nasution21

tentang potensi wakaf di Indonesia

yang dapat dihimpun sebesar Rp 3 Triliyun pertahun, perhitungan ini didapat

dengan asumsi: Pertama, bahwa banyak muslim kelas menengah memiliki

kesadaran cukup tinggi untuk beramal. Kedua, jumlah Muslim kelas

menengah diperkirakan sebesar 10 Juta jiwa dengan rata-rata penghasilan

perbulan antara Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp

10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Ketiga, nilai sertifikat wakaf uang

dibagi besarannya mulai Rp 5.000.- sampai dengan Rp 100.000, maka dapat

dibuat perhitungan seperti Tabel 1.1 dibawah ini:22

Tabel 1.1

Perhitungan Potensi Wakaf Uang

Tingkat

Penghasilan/Bln

Jumlah

Muslim

Tarif

Wakaf/Blm

Potensi Wakaf

Uang/Bln

Potensi Wakaf

Uang/Thn

Rp 500.000., 4 Juta Rp 5.000 Rp 20 Milyar Rp 240 Milyar

Rp 1-2 Juta 3 Juta Rp 10.000 Rp 30 Milyar Rp 360 Milyar

Rp 2-5 Juta 2 Juta Rp 50.000 Rp 100 Milyar Rp 1,2 Trilyun

Rp 5-10 Juta 1 Juta Rp 100.000 Rp 100 Milyar Rp 1,2 Trilyun

Total 3 Trilyun Sumber: Nasution dan Hasanah, 2006.

19

Juhaya S Praja merupakan Ahli Filsafat yang mengajar di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung 20

Kementrian Agama RI, Proses Lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf (Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Ditjen Bisnis Islam dan

Penyelenggaraan Haji, 2005),6. 21

H. Mustafa Edwin Nasution, Ph.D, lahir di Jakarta pada 8 Maret 1952. Setelah tamat sekolah

Menengah Atas, ia melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1976).

Kemudian melanjutkan di University of Bradford untuk mengambil Masternya (1978) dan di

Boston University, USA untuk mengambil gelar MAEP (1978). Ia meraih gelar doktoral dari

Colarado University (1993). Salah satu karirnya yaitu menjadi Ketua Tim Ad Hoc Persiapan

Badan Wakaf Indonesia. 22

Mustofa Edwin Nasution, Wakaf Tunai dan Sektor Volunteer, dalam Mustafa Edwin Nasution

dan Uswatun Hasanah (ed), Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam (Jakarta: PSTTI UI, 2006), 43-

44

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Sedangkan berdasarkan asumsi Nafis23

pada tahun 2009, jika 20 Juta

umat Islam Indonesia mau mengumpulkan wakaf uang senilai Rp 100 Ribu

setiap bulan, maka dana yang terkumpul berjumlah Rp 24 Trilyun setiap

tahun. Jika 50 Juta orang yang berwakaf, maka setiap tahun akan terkumpul

dana wakaf sebesar Rp 60 Trilyun. Jika saja terdapat 1 Juta umat muslim

yang mewakafkan dananya sebesar Rp 100.000 per bulan, maka akan

diperoleh pengumpulan dana wakaf sebesar Rp 100 Milyar setiap bulannya

(Rp 1,2 Trilyun per tahun).24

Secara ekonomi, wakaf uang ini sangat besar potensinya untuk

dikembangkan, karena dengan model wakaf uang ini daya jangkau dan

mobilitasnya akan jauh lebih merata di tengah-tengah masyarakat

dibandingkan dengan model wakaf tradisional (wakaf dalam bentuk tanah

dan bangunan).25

Sebab wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan hanya

dapat dilakukan oleh keluarga atu individu yang terbilang mampu (kaya)

saja.26

Namun sayangnya, berdasarkan data yang ada di Badan Wakaf

Indonesia, penerima wakaf uang pada periode 31 Desember 2007 s.d 31

Desember 2011 berjumlah 2.973.393.876. Jumlah penerimaan wakaf uang

dari tahun 2007 sampai tahun 2010 memang cenderung meningkat namun

23

M. Cholil Nafis, mantan wakil sekretaris Badan Wakaf Indonesia 24

Cholil Nafis, Wakaf Uang untuk Jaminan Sosial, dalam Jurnal Al-Awqaf, Vol 2 No. 2, (April

2009),3. 25

Rahmat Dahlan, ”Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Nazhir Terhadap Wakaf Uang”,

Jurnal Al-iqhtishad, No. 2, Vol. 6 (Juli 2014), 306-307. 26

Hasan Mansyur Nasution, et al., Wakaf dan Pemberdayaan Umat (Jakarta: Sinar Grafika,

2010),109.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

pada tahun 2011 mengalami penurunan.27

Jumlah tersebut cenderung sedikit

jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat muslim di Indonesia saat itu

yang berjumlah 207.176.162.28

Pemahaman masyarakat tentang wakaf sangat terbatas jika

dibandingkan dengan pemahaman mereka tentang zakat, infaq, qurban,

sadaqah dan lembaga-lembaga Islam lainnya. Penghimpunan wakaf uang

sendiri masih menjadi kendala, padahal jika dilihat dari potensinya cukup

besar, faktor penyebabnya adalah persepsi, preferensi dan sikap masyarakat

yang belum paham mengenai wakaf uang serta perilaku masyarakat yang

masih terombang-ambing karena minimnya pengetahuan.

Menurut Assael, persepsi29

, preferensi30

dan sikap berpengaruh dalam

penentuan perilaku konsumen. Assael mendefinisikan perilaku konsumen

adalah proses merasa dan mengevaluasi informasi merek,

mempertimbangkan bagaimana alternatif merek memenuhi kebutuhan

konsumen dan memutuskan pada suatu merek. Menurut Assael ada dua

pengaruh luas yang menentukan pilihan konsumen. Pengaruh pertama yaitu

konsumen individu yang mana kebutuhan, persepsi merek, karakteristik, dan

sikap, ke arah alternatif yang mempengaruhi pilihan mereka. Pengaruh kedua

27

Badan Wakaf Indonesia, “Data Penerimaan Wakaf Uang”, dalam

http://bwi.or.id/index.php/ar/unduhan.html?task=finish&cid=39&catid=2&m=0 , diakses pada 13

Desember 2016 28

Badan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Muslim di Indonesia”, dalam

http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321, diakses pada 13 Desember 2016 29

Persepsi merupakan tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan: perlu diteliti

masyarakat terhadap alasan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak; atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya 30

Preferensi merupakan (hak untuk) didahulukan dan diutamakan daripada yang lain; prioritas;

atau pilihan; kecenderungan; kesukaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

dari perilaku konsumen adalah lingkungan. Lingkungan pembelian konsumen

digambarkan dengan budaya (norma dan nilai masyarakat), dengan sub-

budaya (bagian dari masyarakat dengan norma-norma berbeda dan nilai

dalam kehormatan tertentu) dan dengan kelompok bertatap muka (teman,

anggota keluarga dan kelompok referensi).31

Perilaku konsumen adalah aspek penting bagi pemasar karena untuk

menentukan apakah konsumen akan melakukan pembelian atau tidak

melakukan pembelian atas keputusan yang konsumen tetapkan. Perilaku

konsumen terkait erat dengan informasi yang dimiliki konsumen dan

berbagai faktor dan berbagai faktor yang dipengaruhi oleh pengetahuan

konsumen tentang produk yang akan dibelinya. Dalam proses pengambilan

keputusan konsumen, pengaruh situasi konsumen akan memberikan hasil

akhir yang berbeda untuk masing-masing konsumen. Tahapan pencarian

informasi juga dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan konsumen terhadap

produk yang dicarinya. Keputusan perilaku konsumen dipengaruhi oleh

faktor-faktor lingkungan eksternal seperti fakor kebudayaan, sosial, pribadi

dan psikologis.32

Sulistiyowati pada tahun 2008 melakukan penelitian mengenai

pengaruh persepsi atas produk dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan

dan perilaku word of mouth (WOM). Dalam penelitian ini menyebutkan

31

Shellyana Junaidi dan Basu Swastha Dharmmesta “Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen,

Karakteristik Kategori Produk, dan Kebutuhan Mencari Variasi terhadap Keputusan Perpindahan

Merek”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1, Vol. 17 (2002), 93. 32

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas”, Bob

Sabran,(Jakarta: Erlangga, 2008), 166.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

bahwa bagi perusahaan hal persepsi pelanggan atas performa jasa dan produk

yang dikonsumsi memegang peranan sangat penting atas keberhasilan

perusahaan. Faktor-faktor persepsi konsumen terhadap perilaku pembelian

hunian antara lain lokasi, produk, harga dan cara bayar, promosi dan

fasilitas.33

Penelitian tentang persepsi kegunaan terhadap intention dilakukan

oleh Davis, et al, pada tahun 1989, hasil penelitiannya menunjukan bahwa

minat (intention) dipengaruhi oleh persepsi tentang kemudahan akses dan

penggunaan teknologi (perceived ease of use). Penelitian yang dilakukan

oleh Liao et al pada tahun 2008 menunjukan bahwa kemudahan akses dan

penggunaan teknologi (perceived ease of use) berpengaruh terhadap sikap

menggunakan (attitude towards product), dan sikap menggunakan (attitude

towards product) berpengaruh langsung terhadap perilaku minat

menggunakan (behavior intention).34

Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah jakarta

dan telah mengklaim dirinya sebagai Kota Jasa dan Perdagangan. Surabaya

dapat dijadikan acuan kota-kota lain dalam mengetahui perilaku konsumen

masyarakat Indonesia apapun yang dilakukan kota-kota besar seperti Jakarta,

Surabaya, Bandung dan Medan akan menjadi rujukan karena hasil penelitian

di Surabaya akan menjadi referensi kota-kota kecil yang ada di Indonesia.

33

Widjaya Wardhani, et al., “Pengaruh Persepsi dan Preferensi terhadap Keputusan pembelian

Hunian Green Product”, Jurnal: Manajemen dan Organisasi, No. 1, Vol. 6 (April 2015), 47. 34

Adtya Arya Duta, “Analisis Faktor – Faktor Yang Membangun Sikap Terhadap Produk dan

Implikasinya Terhadap Minat Menggunakan Internet Banking” (Skripsi--Universitas Diponegoro

Semarang, 2011), 4.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Berdasarkan data Kemenag Provinsi Jawa Timur dari Tahun 2009-2015

penganut agama Islam paling banyak berada di kota Surabaya yakni

sejumlah 2.499.116 dari total pendududk Surabaya mencapai 2.943.528,35

sehingga kota Surabaya memiliki aset yang cukup berpotensi untuk

mengembangkan wakaf uang. Jika di asumsikan terdapat sekitar 65 ribu

rumah tangga yang mau membayar wakaf uang dengan nominal 10.000

rupiah per bulan selama setahun maka akan terkumpul dana wakaf yang

besar yaitu 7,8 milyar rupiah. Hal ini merupakan aset yang besar untuk

pengembangan wakaf uang. Dana sebesar itu dapat diinvestasikan dan

dikelola secara produktif sehingga hasilnya dapat disalurkan untuk

kemaslahatan umat melalui subsidi pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial

dan pelayanan publik.36

Penelitian tentang perilaku, karakteristik, dan persepsi masyarakat

terhadap lembaga keuangan syariah dalam bentuk produk wakaf uang

khususnya di Indonesia masih sangat terbatas dapat dilihat dari penelitian

terdahulu yang membahas mengenai pemahaman wakaf uang yang dilakukan

oleh Anggi Wahyu Muda tahun 2015 bahawa berdasarkan hasil analisis data

150 responden terdapat 58,7% responden yang bernilai di bawah rata-rata,

sisanya terdapat 41,3% responden yang bernilai di atas rata -rata, yang

berarti mayoritas masyarakat Muslim kota Surabaya tidak faham tentang

35

Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, Kota Surabaya Dalam Angka (Surabaya: Badan Pusat

Statistik Kota Surabaya, 2015), 180 36

Anggi Wahyu Muda, “Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Pemahaman

Masyarakat Muslim Kota Surabaya pada Wakaf Uang”, Jurnal: Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, (2015), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

wakaf uang.37

Namun penelitian pendahuluan yang dilakukan Bank

Indonesia yang bekerja sama dengan Pusat Pengkajian Bisnis Universitas

Brawijaya pada tahun 2000 dan Wibisana, et al, pada tahun 1999 di Jawa

Timur mengenai perbankan secara sederhana dapat memberikan gambaran

tentatif tentang potensi masyarakat sekitar, sikap yang akan diambil dan

perilaku masyarakat terhadap perbankan syariah. Sehingga teori tersebut

dapat digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap produk

wakaf uang yang ada di Surabaya. Berdasarkan latar belakang diatas maka

penelitian ini berjudul analisis potensi, persepsi, preferensi dan perlaku

masyarakat muslim Surabaya terhadap wakaf uang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan

sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah potensi suatu daerah dapat mempengaruhi sikap masyarakat

muslim Surabaya untuk berwakaf uang?

2. Apakah persepsi dapat mempengaruhi sikap masyarakat muslim Surabaya

untuk berwakaf uang?

3. Apakah preferensi dapat mempengaruhi sikap masyarakat muslim

Surabaya untuk berwakaf uang?

4. Apakah sikap dapat mempengaruhi perilaku masyarakat muslim Surabaya

untuk berwakaf uang?

37

Ibid., 14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan bisa dicapai dalam penelitian ini

adalah:

1. Menjelaskan dan menganalisis bahwa potensi suatu daerah dapat

mempengaruhi sikap masyarakat muslim Surabaya untuk wakaf uang.

2. Menjelaskan dan menganalisis bahwa persepsi dapat mempengaruhi

sikap masyarakat muslim Surabaya untuk berwakaf uang

3. Menjelaskan dan menganalisis bahwa preferensi dapat mempengaruhi

sikap masyarakat muslim Surabaya untuk berwakaf uang.

4. Menjelaskan dan menganalisis bahwa sikap masyarakat muslim

Surabaya dapat mempngaruhi perilaku masyarakat muslim Surabaya

untuk berwakaf uang.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini akan membahas tentang manfaat secara teoritis

dan manafaat secara praktis.

1. Manfaat secara Teoritis

Sebagai sarana evaluasi dan pengembangan untuk menerapkan

ilmu yang diterima ketika belajar di bangku perkuliahan ke dalam

masalah yang dihadapi di masyarakat, sehingga dapat mengetahui

potensi, persepsi dan preferensi masyarakat serta perilakunya terhadap

produk wakaf uang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi Perusahaan

Bagi lembaga keuangan syariah yang mempunyai produk wakaf

uang dapat mengetahui informasi potensi pasar, persepsi dan

preferensi masyarakat yang akan menentukan perilaku masyarakat

terhadap wakaf uang.

b. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat memahami materi yang didapat dibangku

perkuliahan dan dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliki

ketika menghadapi masalah yang ada di masyarakat.

c. Bagi Masyarakat

Masyarkat diharapkan dapat memahami produk wakaf,

menyikapinya dan mendapatkan pandangan mengenai wakaf uang

sehingga tidak terjadi persepsi yang keliru terhadap masyarakat dan

membantu masyarakat untuk memahami lebih jauh mengenai wakaf

uang, sehingga banyak masyarakat yang berminat investasi dengan

wakaf uang.