a. gambaran umum kabupaten pohuwatoeprints.ung.ac.id/4039/9/2013-1-54201-614409060-bab4... · 2010...

42
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Pohuwato 1. Sejarah Singkat Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) bahwa wilayah Pohuwato pada mulanya masih merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Boalemo, namun sejak dikeluarkannya UU RI No. 6 Tahun 2003 maka terbentuklah Kabupaten Pohuwato (bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Bone Bolango) yang mandiri. Menurut penjelasan UU tersebut luas wilayah Pohuwato sebesar 4.244,31 km 2 atau dengan kata lain yang terluas dari seluruh Kabupaten/Kota se-provinsi Gorontalo. Waktu itu Kabupaten Pohuwato hanya terdiri dari lima kecamatan; Popayato, Lemito, Marisa, Randangan, dan Paguat. Semenjak berpisah dari Boalemo, Pohuwato berkembang sangat pesat. Saat ini wilayah Pohuwato terdiri dari 13 Kecamatan. Pertumbuhan ekonominya pun dari tahun ke tahun terus meningkat, bahkan beberapa kali melebihi rata- rata pertumbuhan ekonomi provinsi maupun nasional. 2. Keadaan Geografis dan Iklim Data Badan Pusat Statistik (2012) menunjukan bahwa Kabupaten Pohuwato terletak antara 0 0 .22- 0 0 .57Lintang Utara dan 121 0 .23- 122 0 .19Bujur Timur. Dengan luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.244,31 km 2 atau 36,77 % dari total luas Provinsi Gorontalo. Secara geografis batas-batas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah : - Sebelah utara : Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah) - Sebelah timur : Kecamatan Mananggu (Kabupaten Boalemo). - Sebelah selatan : Teluk Tomini. - Sebelah barat : Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah)

Upload: lamdien

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Pohuwato

1. Sejarah Singkat

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) bahwa wilayah Pohuwato pada

mulanya masih merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Boalemo, namun sejak

dikeluarkannya UU RI No. 6 Tahun 2003 maka terbentuklah Kabupaten

Pohuwato (bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Bone Bolango) yang

mandiri. Menurut penjelasan UU tersebut luas wilayah Pohuwato sebesar 4.244,31

km2 atau dengan kata lain yang terluas dari seluruh Kabupaten/Kota se-provinsi

Gorontalo. Waktu itu Kabupaten Pohuwato hanya terdiri dari lima kecamatan;

Popayato, Lemito, Marisa, Randangan, dan Paguat.

Semenjak berpisah dari Boalemo, Pohuwato berkembang sangat pesat. Saat

ini wilayah Pohuwato terdiri dari 13 Kecamatan. Pertumbuhan ekonominya pun dari

tahun ke tahun terus meningkat, bahkan beberapa kali melebihi rata- rata

pertumbuhan ekonomi provinsi maupun nasional.

2. Keadaan Geografis dan Iklim

Data Badan Pusat Statistik (2012) menunjukan bahwa Kabupaten Pohuwato

terletak antara 00.22’ - 00.57’ Lintang Utara dan 1210.23’ - 1220.19’ Bujur Timur.

Dengan luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.244,31 km2 atau 36,77 % dari

total luas Provinsi Gorontalo. Secara geografis batas-batas wilayah Kabupaten

Pohuwato adalah :

- Sebelah utara : Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah)

- Sebelah timur : Kecamatan Mananggu (Kabupaten Boalemo).

- Sebelah selatan : Teluk Tomini.

- Sebelah barat : Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah)

2

Kabupaten Pohuwato yang merupakan bagian dari Indonesia yang dikenal

dua musim, yaitu kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September

arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga

mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan

Maret arus angin banyak berasal dari Asia dan Samudra Pasifik terjadi musim hujan.

Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan

pada bulan April - Mei dan Oktober – November (BPS Pohuwato, 2012).

Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,

keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus angin. Oleh karena itu jumlah curah

hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah hujan tahun

2010 berkisar antara 38 mm sampai 378 mm. Dan Keadaan angin pada tahun 2010,

yang dipantau stasiun pengamat umumnya hampir merata setiap bulannya, yaitu

pada kisaran antara 1-3 meter/detik (BPS Pohuwato, 2012).

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya

tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2010

suhu udara rata-rata pada siang hari berkisar antara 30,6oC sampai 32,9oC, sedangkan

pada malam hari berkisar antara 23,0oC sampai 24,9oC. Kelembaban udara di

Kabupaten Pohuwato relatif tinggi. Pada tahun 2010, kelembaban relatif berkisar

antara 72 persen (Februari) sampai dengan 89 persen (Maret).

3. Visi dan Misi Kabupaten Pohuwato

Adanya visi dan misi merupakan syarat wajib bagi kabupaten atau organisasi.

Setiap kabupaten atau organisasi memiliki visi dan misi yang berbeda, semua

tergantung tujuan yang akan dicapai oleh masing-masing kabupaten. Dengan adanya

visi dan misi tujuan kerja akan terarah dengan baik. Adapun arah kebijakan

pemerintah Kabupaten Pohuwato 2010-2015 dengan visi dan misi yang diperoleh dari

Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah adalah sebagai berikut :

3

i. Visi

”Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Pohuwato diatas nilai spiritual melalui

pembangunan sumberdaya manusia dan pengembangan ekonomi kerakyatan”.

ii. Misi

”Membangun kemitraan pemerintah dan masyarakat yang kuat, maju, dan

berakhlak mulia”.

4. Penduduk dan Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk Pohuwato pada tahun 2011 adalah 136.581 jiwa, terdiri dari

penduduk laki-laki 69.699 dan penduduk perempuan 66.882. Kepadatan penduduk

Pohuwato pada tahun 2011 sebesar 32 jiwa per km2. Kecamatan yang paling padat

penduduknya adalah Kecamatan Marisa, yaitu 534 jiwa per km2 atau 13,55 % dari

jumlah penduduk Kabupan Pohuwato, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan

Popayato Timur yaitu 11 jiwa per km2. Rasio jenis kelamin penduduk Pohuwato pada

tahun 2011 adalah 104. Ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki di Pohuwato

lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.

Persentase luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

Kabupaten Pohuwato menurut wilayah dapat dilihat pada Tabel 4.

4

Tabel 4. Persentase Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Pohuwato, 2013

No

Kecamatan

Luas Penduduk Kepadatan

Penduduk Km² % Jumlah %

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

12

Popayato

Popayato Barat

Popayato Timur

Lemito

Wanggarasi

Marisa

Buntulia

Duhiadaa

Patilanggio

Randangan

Taluditi

Paguat

Dengilo

90,9

578,24

723,74

619,50

188,08

34,65

375,64

39,53

298,82

331,90

159,97

560,93

242,39

2,14

13,62

17,05

14,60

4,43

0,82

8,85

0,93

7,04

7,82

3,77

13,22

5,71

9.775

7.281

8.137

11.789

5.011

18.510

9.238

10.688

11.422

15.383

7.407

16.111

5.829

7,16

5,33

5,96

8,63

3,67

13,55

6,76

7,83

8,36

11,26

5,42

11,80

4,27

107

13

11

19

27

534

25

270

38

46

46

29

24

Kabupaten Pohuwato 4 244,31 100,00 136 581 100,0 32

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013

Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut aktifitasnya. Pada

tahun 2011, sekitar 62,47 persen penduduk berumur 15 tahun ke atas bekerja, dan

2,64 persen diantaranya masih mencari pekerjaan atau menganggur. Sedangkan

kebanyakan penduduk bekerja di sektor pertanian yaitu 42,20 persen, selebihnya

bekerja di Sektor Industri pengolahan sejumlah 3,32 persen, Sektor Perdagangan,

Rumah Makan dan Hotel 15,01 persen, Sektor Jasa Kemasyarakatan 21,51 persen dan

Sektor Lainnya 17,96 persen.

Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha di

Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Gambar 3.

5

Gambar 3. Lapangan Usaha di Kabupaten Pohuwato (BPS Kabupaten Pohuwato,

2012)

B. Kondisi Lingkungan Internal

Lingkungan internal merupakan suatu lingkungan yang berada langsung di

dalam Kabupaten Pohuwato. Analisis faktor internal dalam menentukan strategi

pengembangan nilai tambah jagung merupakan proses identifikasi terhadap faktor-

faktor kekuatan dan kelemahan dari dalam Kabupaten Pohuwato itu sendiri yang

terdiri dari potensi komoditi, profil Kabupaten Pohuwato yang meliputi tujuan dari

pengembangan nilai tambah jagung, politik dan hukum, sumberdaya produksi,

manusia, keuangan, dan pemasaran serta pengembangan agroindustri. Aspek-aspek

ini saling mempengaruhi satu sama lain dan saling mendukung dengan aktifitas yang

ada di Kabupaten Pohuwato, berikut ini adalah penjelasannya.

1. Potensi Komoditi Jagung di Kabupaten Pohuwato

Sektor pertanian masih mempunyai peran yang sangat strategis dalam

menopang pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten

Pohuwato. Salah satu komoditi yang sangat berpengaruh dalam pembangunan daerah

dan masyarakat adalah komoditi jagung, hal ini karena jagung merupakan komoditas

primadona bagi masyarakat Kabupaten Pohuwato sejak dicanangkan program

Agropolitan oleh pemerintah Provinsi Gorontalo pada tahun 2002. Dan sampai saat

ini Kabupaten Pohuwato merupakan sentra pengembangan jagung di wilayah

Provinsi Gorontalo. Hal ini didasarkan pada ciri berupa luasan lahan untuk budidaya

6

tanaman jagung yang terbesar terdapat di Kabupaten Pohuwato. Selain itu juga

produksi jagung tertinggi berada di wilayah ini. Seperti yang terinci pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Luas Wilayah, Lahan Pertanian (Lahan Kering) Komoditi Jagung dan

Potensi Lahan untuk Pengembangan Jagung di Provinsi Gorontalo, 2013

No Kabupaten/Kota Luas

Wilayah

(ha)

Luas

Lahan

Kering

(ha)

Potensi Lahan Pertanian

Potensi

(ha)

Sudah

Dimanfaatkan

(ha)

Belum

Dimanfaatkan

(ha)

1 Boalemo 173.370 88.668 64.127 27.500 36.627

2 Kab. Gorontalo 428.664 108.123 55.545 27.526 28.019

3 Pohuwato 426.050 105.279 63.155 31.000 32.155

4 Bone Bolango 187.300 40.720 15.122 2.000 13.122

5 Gorontalo Utara Pemeka-

ran 2007

46.673 22.032 10.918 11.114

6 Kota Gorontalo 6.160 1.466 425 232 193

Provinsi

Gorontalo

1.221.554 390.929 220.406 99.176 121.230

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013

Dari Tabel 5 di atas terlihat jelas Kabupaten Pohuwato memiliki potensi lahan

pertanian komoditas jagung yang lebih tinggi seluas 63.155 ha dibandingkan dengan

kabupaten-kabupaten lain, walaupun ditinjau dari luas wilayah dan luas lahan kering

Kabupaten Pohuwato menduduki peringkat kedua setelah Kabupaten Gorontalo.

Sama halnya dengan lahan pertanian yang sudah dimanfaatkan untuk penanaman

jagung dengan luas 31.000 ha dari luas potensi yang tersedia sebesar 63.155 ha,

Kabupaten Pohuwato menduduki peringkat pertama dari kabupaten-kabupaten lain

yang ada di Provinsi Gorontalo. Hal ini menunjukan bahwa keinginan masyarakat

dalam pemanfaatan lahan pertanian untuk penanaman jagung cukup tinggi, sehingga

menjadi salah satu pendorong untuk tetap melakukan pengembangan usaha tersebut.

Potensi wilayah Kabupaten Pohuwato dengan lahan pertanian seluas 132.126

Ha, yang berpotensi untuk tanaman jagung seluas 63.155 Ha, dan yang telah

dimanfaatkan seluas 31.000 Ha dari potensi lahan yang tersedia seluas 63.155 ha

sehingga menghasilkan komoditas jagung yang dilihat perkembangan indikator

7

usahataninya, dimana meliputi luas tanam, luas panen, produksi, dan

produktivitasnya. Adapun perkembangan usahatani jagung dari tahun 2010 sampai

dengan 2012 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Usahatani Jagung di Kabupaten Pohuwato Tahun 2010-2012

No Tahun

Luas Tanam

(ha)

Luas Panen

(ha)

Produktivitas

(kw/ha)

Produksi

ton

1 2010 81.700 8.375 49,53 338.661

2 2011 68.455 63.806 50,20 350.933

3 2012 68.495 65.252 740 375.625,27

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013

Tabel 6 di atas menunjukan bahwa luas penanaman jagung di Kabupaten

Pohuwato dari tahun 2010 sampai tahun 2012 memperlihatkan peningkatan. Hal ini

menunjukan bahwa motivasi petani dalam berusaha dan mengembangkan usahatani

cukup baik. Jika tahun 2010 luas tanamnya mencapai 81.700 ha, sedangkan untuk

2011 mengalami penurunan sekitar 20 % ha, hal ini dikarenakan adanya teknologi

baru yang diperkenalkan oleh pemerintah dimana hasil produksi tidak semata-mata

tergantung pada penggunaan luas tanam, melainkan ada faktor-faktor lain yang lebih

berpengaruh.

Peningkatan luas tanam dari tahun ke tahun tidak diikuti oleh peningkatan

luas panen dan produksi. Hal ini dikarenakan oleh gangguan iklim dan penanganan

budidaya serta penggunaan faktor-faktor produksi. Keadaan ini ditunjukan oleh data

pada tahun 2010, dimana meskipun luas penanamannya tinggi dibandingkan dengan

tahun-tahun berikutnya akan tetapi luas panen dan produksinya justru sedikit

dibandingkan dengan tahun 2011 dan tahun 2012.

Luas tanam dan luas panen jagung dapat terlihat jelas dari realisasinya setiap

bulan. Berdasarkan data ini dapat dilihat produksi komoditas jagung di Kabupaten

Pohuwato pada setiap bulannya. Secara rinci perkembangan luas tanam dan luas

panen jagung di Kabupaten Pohuwato tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 7.

8

Tabel 7. Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen (ha) Jagung pada Setiap

Bulannya di Kabupaten Pohuwato Tahun 2012

No Bulan Luas Tanam Luas Panen

1 Januari 8474 1141

2 Februari 9867 1778

3 Maret 6709 4028

4 April 3500 3927

5 Mei 1766 6331

6 Juni 4228 7521

7 Juli 4162 5212

8 Agustus 6372 5528

9 September 7540 5148

10 Oktober 5432 6785

11 November 5432 10772

12 Desember 5013 7081

Jumlah 68495 65252

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 sejak bulan Januari sampai

dengan bulan Desember terdapat supply jagung yang bersifat fluktuatif, dimana luas

panen luas panen sering mengalami peningkatan dan penurunan. supply jagung

tertinggi terjadi pada bulan November dengan luas panen sebesar 10.772 ha,

sedangkan supply terendah pada bulan Januari seluas 1141 ha.

Tabel 7 juga menjelaskan bahwa dengan potensi lahan yang sangat

mendukung dan produksi yang cukup tinggi serta supply tiap bulannya yang terus

mengalami peningkatan mendorong semangat masyarakat untuk semakin

mengembangkan kegiatan on farm, karena komoditas ini menjadi unggulan dan

harapan Gorontalo dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Tujuan Usahatani Jagung

Kabupaten Pohuwato yang telah dikenal dengan Kabupaten Agropolitan

Jagung yang hingga saat ini predikat tersebut dipertahankan oleh pemerintah dan

masyarakat baik sekarang maupun yang akan datang karena memberikan dampak

positif bagi pengembangan sektor ekonomi. Bagi Pohuwato juga komoditi jagung

9

merupakan salah satu sektor penunjang pembangunan daerah, karena selain

masyarakatnya berpendapatan dari usahatani jagung, sektor usahatani ini juga

merupakan usahatani yang tidak akan pernah kehilangan pasar. Kebutuhan akan

komoditi jagung akan terus ada, bahkan cenderung meningkat dengan bertambahnya

penduduk dan munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.

Pengembangan pertanian melalui usahatani jagung yang menerapkan program

Agropolitan sejak tahun 2002 dilaksanakan dalam upaya peningkatan produksi,

produktivitas, dan upaya untuk mewujudkan ketersediaan dan cadangan pangan yang

terdistribusi serta dapat dikonsumsi dan keamanan pangan dalam konsep

pengembangan ekonomi masyarakat. Untuk mencapai terwujudnya konsep

pengembangan pertanian dan ketahanan pangan melalui usahatani jagung perlu

diarahkan untuk mendorong terciptanya sosial ekonomi yang kondusif menuju

ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan yang mengarah pada kesejahteraan

rakyat.

3. Politik dan Hukum

Pemerintah Kabupaten Pohuwato saat ini menjalankan program Agropolitan

dan telah mengeluarkan kebijakan dan dukungan khususnya dalam hal penyedian dan

pengembangan sarana dan prasarana, kemudahan berinvestasi, dan pemberian latihan

dan pengembangan keahlian petani sehingga peningkatan perekonomian masyarakat

dalam mencapai masyarakat yang sejahtera dan berkualitas. Hal ini merupakan

sebuah kekuatan bagi Kabupaten Pohuwato untuk bisa mengembangkan nilai tambah

jagung dengan dukungan pemerintah yang ada. Selain itu, pengembangan nilai

tambah jagung yang nantinya akan dilakoni masyarakat dengan semakin terbukanya

lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat, akan semakin menunjang

pertumbuhan dan perkembangan sektor rill yang ada, disamping stabilitas keamanan

yang menjadi faktor pendukung utama. Kondisi politik yang kurang stabilnya di

Kabupaten Pohuwato, masyarakat mudah terpancing dan melakukan tindakan

merugikan kepentingan pengembangan usahatani jagung. Kabupaten Pohuwato yang

10

menjadi tempat berlangsungnya kegiatan produksi yang dikelola langsung oleh

masyarakat, membutuhkan pendekatan dengan pemerintah daerah dan hal ini perlu

untuk menjaga keamanan demi kelangsungan pengembangan usahatani jagung

melalui pengembangan nilai tambah.

Berbagai kebijakan pemerintah melalui peningkatan sistem ekonomi sehingga

membangun kesejahteraan masyarakat terkadang memunculkan citra yang kurang

baik dari masyarakat yang ada di Kabupaten Pohuwato, dimana pemerintah dianggap

kurang mengayomi atau melindungi, memberikan rasa aman dan menjamin

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pohuwato hal ini dijelaskan oleh salah satu

petani jagung (Ahmad Laiya, 38 tahun) di Kecamatan Patilanggio, dan ini berdampak

negatif terhadap perkembangan Agribisnis jagung karena pelayanan pemerintah

hanya sebatas memberikan penyuluhan dan bantuan, tetapi untuk harga yang sering

berfluktuasi dan ketentuan pasar yang tidak jelas belum mejadi perhatian khusus

pemerintah.

Kebijakan pemerintah Kabupaten Pohuwato memberikan manfaat positif bagi

masyarakat khususnya petani jagung, hal ini dibuktikan dengan dukungan berbagai

kebijakan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Pohuwato kepada masyarakat

tani. Adapun kebijakan-kebijakan tersebut tergambar pada program yang yang

dilaksanakan oleh pemerintah di Dinas Pertanian Perkebunan dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Pohuwato yang bersumber dari APBN yang dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Program peningkatan hasil produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan

khususnya jagung serta penanganan serangan hama dan penyakit guna

tercapainya swasembada yang berkelanjutan melalui penyelenggaraan kegiatan

petani yang didampingi oleh petugas penyuluh melalui pola sekolah lapang.

b. Menumbuhkembangkan ekonomi rakyat melalui peningkatan ketersediaan

pangan dan pengelolaan kelembagaan pertanian di setiap wilayah, serta

11

meningkatkan pengelolaan terhadap penanganan pasca panen dan pemasaran

hasil pertanian.

c. Meningkatkan sumberdaya manusia dengan sasaran yang ditetapkan adalah

untuk meningkatkan produksi dan perbaikan mutu produk untuk peningkatan

pemasaran hasil pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani melalui

optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan pembangunan sarana dan

prasaran pertanian dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan,

peningkatan wawasan pola pikir, pengetahuan dan keterampilan sumberdaya

manusia dibidang pertanian. Akan tetapi pola pikir dan perilaku petani masih

berorientasi pada produksi, lemahnya kapasitan kelembagaan petani dan

rendahnya kemandirian petani merupakan salah satu tantangan dalam

peningkatan dumberdaya manusia di Kabupaten Pohuwato.

d. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang yaitu dengan

membangun infrastruktur secara merata dengan tujuan agar dapat terbangunnya

infastruktur daerah sentra produksi untuk mempermudah masyarakat khususnya

petani di daerah itu dalam memasarkan hasil produksinya.

e. Peningkatan daya saing yang difokuskan terhadap pengembangan produk

berbasis sumberdaya lokal dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan

kebutuhan jagung untuk konsumsi lokal.

Dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut

menunjukan bahwa pemerintah mempunyai peran aktif dan dukungan terhadap

pengembangan usahatani jagung baik dari segi peningkatan produksi, produktivitas,

mutu tanaman pangan, sumberdaya manusia, dan peningkatan ketersediaan sarana

dan prasarana serta peningkatan daya saing yang dapat menunjang kegiatan usahatani

jagung, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

12

4. Sumberdaya Produksi

Ketersediaan sumberdaya produksi merupakan faktor yang sangat penting

dalam peningkatan usahatani serta pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten

Pohuwato. Sumberdaya produksi yang menunjang meliputi ketersediaan benih yang

berkualitas, ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengelolaan usahatani jagung,

serta tersedianya teknologi dan alsintan yang mempermudah proses produksi yang

pengembangan nilai tambah jagung.

Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan

(2013) bahwa dukungan pemerintah terhadap penyediaan sarana dan prasarana

produksi dapat dilihat pada Tabel 8.

13

Tabel 8. Kegiatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan dalam

Pembangunan Sarana dan Prasarana Produksi, 2012

No

Program / Kegiatan / Uraian

Kegiatan

Volume Lokasi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pengembangan air dan irigasi pertanian

Perluasan area dan pengelolaan lahan pertanian

khususnya komoditi jagung

penyaluran pupuk bersubsidi.

Pengadaan alat pengolah pupuk organik

Pengadaan perontok jagung

Pengadaan pemipil jagung berklobot dan

sarana lainnya

Pengadaan traktor mini roda empat

Pembangunan dan pengembangan jalan

pertanian

Pembangunan/rehabilitasi JITUT

Pengadaan junder untuk pengolahan tanah

pertanaman jagung

Pembuatan lantai jemur jagung

Dukungan pemerintah terhadap ketahanan

pangan khususnya jagung dengan hanya

menyediakan pengadaan mesin penggiling

jagung

2 Unit

8 Unit

2 Unit

3 Unit

14 Km

8 Unit

13 Unit

5 Unit

Randangan

Dengilo, Taluditi, Duhiadaa,

Paguat.

Kecamatan Randangan

Kecamatan Popayato Barat,

Randangan, Popayato,

Lemito, Duhiadaa dan

Patilanggio

Kecamatan Patilanggio dan

Randangan

Kecamatan Patilanggio dan

Randangan

Kecamatan Marisa,

Patilanggio, Randangan dan

Taluditi

Kecamatan Duhiadaa,

Buntulia dan Paguat

Kecamatan Marisa,

Patilanggio, Randangan,

Taluditi, Duhiadaa, Buntulia

dan Paguat.

Setiap kecamatan Kabupaten

Pohuwato

Kecamatan Patilanggio,

Marisa, dan Randangan

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pohuwato, 2013

Dari Tabel 8 terlihat jelas bahwa semua dukungan pemerintah lebih terfokus

pada peningkatan produksi, sedangkan untuk pengembangan jagung dari segi

penciptaan nilai tambah masih sangat terbatas. Tidak adanya dampingan pemerintah

terhadap petani yang mempunyai motivasi untuk lebih mengembangkan

14

kesejahteraanya mengakibatkan sektor ekonomi masyarakat tidak berjalan sesuai

yang diharapkan.

5. Sumber Daya Manusia yang Tersedia

Kabupaten Pohuwato memiliki jumlah penduduk sebanyak 136.581 jiwa,

terdiri dari penduduk laki- laki 69.699 jiwa dan penduduk perempuan 66.882 jiwa,

yang terbagi pada berbagai jenis kegiatan usaha seperti yang terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Usaha di

Kabupaten Pohuwato (BPS Kabupaten Pohuwato, 2012)

Gambar 4 terlihat bahwa penduduk Kabupaten Pohuwato sebagian besar

bergelut atau bekerja pada sektor pertanian yaitu sebesar 40,20 % yang disusul oleh

jasa kemasyarakatan sebesar 21,51 %. Sedangkan untuk lapangan usaha terkecil yaitu

pada sektor industri pengolahan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Pohuwato memiliki

industri pengolahan yang sangat terbatas sehingga peluang untuk kesempatan kerja

bagi masyarakat sangat tertutup, bahkan ditunjukan dengan adanya angka

pengangguran di Kabupaten Pohuwato sebanyak 2,64 %, dan tenaga yang

menfokuskan dirinya hanya mengurus rumah tangga hampir satu per empat dari

jumlah penduduk yaitu sebanyak 23,82 %.

15

Hal ini jika dikaitkan dengan ketersediaan jumlah penduduk yang

membutuhkan lapangan kerja, sarana dan prasarana serta yang lebih penting lagi

adalah sumber daya alam pertanian yang tersedia di Kabupaten Pohuwato sangatlah

tidak sesuai. Adanya masyarakat pengangguran dan petani yang hanya mengandalkan

kegiatan on farm atau budidaya jagung yang produksinya dipasarkan langsung dalam

bentuk pipilan sementara jagung tersebut dapat diolah menjadi produk setengah jadi

bahkan produk jadi (off farm) sehingga memberikan tambahan penghasilan dan

kesejahteraan bagi masyarakat daerah setempat. Disadari bahwa kurangnya

pengelolaan atau penciptaan nilai tambah jagung tersebut karena adanya keterbatasan

wawasan, pola pikir, pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia dibidang

pertanian. Akan tetapi hal tersebut bukan menjadi faktor pembatas bagi petani untuk

bisa meningkatkan kesejahteraannya, dimana motivasi petani dalam kegiatan on farm

maupun off farm cukup tinggi, sehingga memungkinkan pengembangan sektor

ekonomi masyarakat dan daerah cukup terjamin.

6. Sumberdaya Keuangan

Modal merupakan bagian terpenting dalam pengembangan dan peningkatan

usaha. Dengan adanya modal usaha maka semua yang diharapkan akan berjalan

sesuai yang direncanakan.

Petani di Kabupaten Pohuwato masih lebih menfokuskan pada kegiatan

budidaya (on farm) disebabkan oleh keterbatasan modal yang terserdia. Kegiatan

budidaya pun masih sebagian besar petani yang mengharapkan bantuan dari

pemerintah daerah, seperti yang terlihat pada Tabel 9 mengenai besarnya anggaran

yang dikeluarkan pemerintah dalam menunjang kegiatan usahatani masyarakat

Kabupaten Pohuwato.

16

Tabel 9. Bantuan Anggaran Kepada Petani pada Usatani Jagung di Kabupaten

Pohuwato Tahun 2012

No Uraian Kegiatan Volume Anggaran Lokasi

1

Kegiatan penyediaan

sarana produksi

jagung

213 Ha

319.500.000

Patilanggio,

Lemito, dan

Buntulia

2

Peningkatan produksi

dan mutu tanaman

melalui SL-PTT

jagung hibrida

2250 Ha

555.000.000

13 Kecamatan

3

Penyediaan dan

pengembangan

prasarana pertanian

melalui

pengembangan

jaringan irigasi

900.000.000

Dengilo,

Popayato Barat,

Taluditi, Buntulia,

Duhiadaan, dan

Patilanggio

4

Optimasi lahan

500 ha

1.120.000.000

Dengilo, Taluditi,

Duhiadaa, dan

Paguat

5 Pupuk dan Pestisida

50.000.000 Kabupaten

Pohuwato

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pohuwato, 2013

Dari Tabel 9 dapat dilihat jelas bahwa sumber modal petani lebih dari 50 %

bersumber dari pemerintah. Anggaran dari pemerintah berupa APBD dan APBN

yang digunakan untuk sektor pertanian telah menyebar luas pada masyarakat

Kabupaten Pohuwato. Akan tetapi bantuan anggaran ini lebih terfokus pada

peningkatan produksi dan mutu produk, dan untuk pengembangan nilai tambah

melalui pengolahan produk atau penciptaan industri yang berbahan dasar produk

lokal jagung belum terlihat dan belum dipriyoritaskan. Disamping anggaran yang

diberikan oleh pemerintah yang bersumber dari APNB atau APBD, petani juga

menggunakan sumber dana modal sendiri atau memanfaatkan berbagai fasilitas

tempat perkreditan rakyat seperti dana KUR, Koperasi Tani dan sebagainya.

17

Pengembangan nilai tambah jagung yang dijalankan akan berhasil apabila

dijalankan oleh orang-orang yang profesional, mulai dari merencanakan,

melaksanakan sampai dengan mengendalikan apabila terjadi penyimpangan.

7. Pemasaran

Produksi jagung terus meningkat mengakibatkan volume dan nilai penjualan

dapat terus meningkat dari waktu ke waktu. Berikut ini adalah beberapa aspek

pemasaran jagung di Kabupaten Pohuwato yang berhubungan dengan bauran

pemasaran yang hanya meliputi produk, harga dan distribusi komoditi jagung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jagung di Kabupaten Pohuwato

pemasaran yang dilakukan yaitu:

a. Produk

Produk jagung yang dihasilkan oleh masyarakat tani Kabupaten Pohuwato

adalah jagung Hibrida, pemilihan jenis ini dikarenakan oleh produk yang tidak mudah

rusak dan mempunyai kadar air yang baik. Hal ini didukung dengan bantuan benih

yang biasanya diberikan oleh pemerintah adalah jenis benih Hibrida, seperti data

yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Pohuwato tahun 2013 bahwa pada tahun 2012 pemerintah daerah memberikan

bantuan langsung benih unggul (BLBU) melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman

terpadu (SLPTT) dengan buffer stock sebanyak 33.750 kg untuk 2250 ha lahan

penanaman jagung.

Produk jagung yang menjadi entry point unggulan Kabupaten Pohuwato ini

setelah panen hanya langsung dipasarkan dalam bentuk jagung pipilan. Sesuai

wawancara yang dilakukan terhadap petani pun tujuan atau sasaran pasarnya hanya

pada pedagang tengkulak atau pedagang pengumpul, dimana petani memang sudah

mengetahui atau mengenal pedagang yang akan membeli hasil panen jagungnya.

Pemikiran petani untuk dapat memasarkan jagungnya sampai di ditingkat nasional itu

sangat minim dikarenakan oleh tidak adanya tempat atau gudang penyimpanan

sehingga kualitas jagung dapat bertahan sampai pada waktu yang ditentukan serta

18

pertimbangan banyaknya biaya yang nanti akan dikeluarkan oleh petani dalam proses

pengangkutan.

b. Harga

Harga merupakan tolak ukur keberhasilan seorang petani, dimana petani dapat

mengetahui besarnya nilai dari produk yang dihasilkan. Pasar yang dihadapi petani

dalam pemasaran jagung di Kabupaten Pohuwato adalah pasar bersifat oligopsoni,

sehingga saat produksi jagung melimpah harga jagung pun rendah, ditambah dengan

penguasaan petani yang belum memahami cara-cara mempertahankan kualitas

produksi yang maksimal terutama pada rantai kegiatan pasca panen yang tidak

didukung oleh teknologi yang memadai seperti pengeringan dan penyimpanan.

Seperti yang tercantum pada Tabel 10 mengenai perubahan harga jagung yang terjadi

setiap tahunnya akibat jumlah produksi dan kualitas jagung.

Tabel 10. Produksi (Ton) dan Rata-Rata Harga (Rp/Kg) Tanaman Bahan Makanan di

Kabupaten Pohuwato Tahun 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa dari semua jenis tanaman pangan komoditi

jagunglah yang selalu mengalami ketidak stabilan harga atau yang sering dikenal

dengan harga yang berfluktuasi, ketidak stabilan ini dipengaruhi oleh produksi yang

dihasilkan. Apabila jagung yang dihasilkan meningkat maka harga yang ditawarkan

oleh pedagang untuk membeli hasil produksinya mengalami penurunan. Seperti pada

No Komoditas Produksi Harga

2010

(Ton)

2011

(Ton)

2010

(Rp/Kg)

2011

(Rp/Kg)

1 Jagung 338.661 350.933 2.100 1.900

2 Kentang - - - -

3 Ketela Pohon 1300 841 5000 5000

4 Ketela Rambat 858 610 8000 8000

5 Padi 29.139 32.709 7000 7000

6 Padi Ladang - - - -

19

tahun 2010 hasil produksi sebesar 338.661 ton dengan harga yang ditawarkan

pedagang sebesar 2100 rupiah per kilogram, sedangkan pada tahun 2011 produksi

jagung meningkat sebanyak 350.933 ton tetapi harga yang ditawarkan justru menurun

sebesar 1.900 rupiah per kilogram. Hal ini menunjukan bahwa banyaknya hasil

produksi jagung tidak menjamin meningkatnya pendapatan dan ekonomi masyarakat

tani jika tidak adanya keahliaan khusus dalam pengelolaan budidaya dan pasca penen.

c. Distribusi

Saluran pemasaran jagung di Kabupaten Pohuwato menggunakan dua jalur

pemasaran yaitu pemasaran langsung dan pemasaran tidak langsung. Petani

memproduksi jagung dengan kualitas yang baik yang kemudian dipasarkan langsung

kepada konsumen dipasaran atau dipasarkan kepada pedagang pengumpul dan

pedagang perantara yang kemudian oleh pedagang pengumpul dipasok di gudang

jagung atau di perusahaan Perseroan Terbatas Harim dan lain-lain selanjutnya

diekspor di dalam bahkan sampai ke luar negeri. Adapun alur pemasaran jagung di

Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jalur Pemasaran jagung di Kabupaten Pohuwato

PETANI PEDAGANG PENGUMPUL

PEDAGANG PERANTARA

EKSPORTIR / PEDAGANG BESAR

EKSPOR ANTAR PULAU

20

8. Pengembangan Nilai Tambah Jagung

Pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato merupakan

tuntutan perkembangan yang logis dan harus di kembangkan sebagai wujud

kesinambungan, keanekaragaman dan pendalaman pembangunan usahatani jagung

yang selama telah dilaksanakan seiring dengan pencanganan program agropolitan.

Pengembangan industri di Kabupaten Pohuwato sangat didukung oleh adanya

pertanian primer sebagai penghasil bahan baku utama (jagung).

Pendirian industri yang menggunakan bahan baku jagung di Kabupaten

Pohuwato dapat menjaga keberlanjutan program agropolitan. Pendapatan ekonomi

daerah dan masyarakat tani jagung akan meningkat melalui upaya peningkatan nilai

tambah komoditi jagung. Salah satu upayanya adalah mendorong tumbuhnya industri

yang menggunakan bahan baku jagung di Kabupaten Pohuwato.

Menurut Baruwadi, dkk (2003) pengembangan industri jagung dapat menjadi

pemacu motivasi petani dalam budidaya jagung karena keberadaan industri ini tidak

saja memberikan nilai tambah terhadap komoditas jagung tetapi dapat pula menjadi

pendorong peningkatan harga jagung karena produksi yang dihasilkan petani diserap

langsung oleh industri lokal.

Data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Pohuwato bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 bahwa

terdapat 5447 UKM yang bergerak pada berbagai bidang seperti pengelolaan hasil

pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, perbengkelan, dan lain sebagainya.

Akan tetapi menurut Kepala Bidang Perindustrian (Hais Ahnad) bahwa dari sekian

industri pengolahan hasil pertanian khususnya jagung hanya terdapat 2 UKM yang

menjadi prioritas pemerintah, karena 2 UKM ini yang telah memperlihatkan hasil

yang sangat memuaskan dan menjadi kebanggaan Kabupaten Pohuwato yaitu Salafia

Safi’iah di Kecamatan Randangan dan toko kue Paris di Kecamatan Marisa. Dimana

UKM ini bergerak dibidang pembuatan tepung jugung, susu jagung, mie jagung,

emping jagung, dan berbagai jenis makanan tambahan lainnya. Keberhasilan usaha

21

ini sudah terbukti pemasarannya sampai ke luar Gorontalo. Pemilihan usaha ini

disebabkan oleh ketersediaan bahan baku yang mudah untuk diperoleh, kesesuaian

modal usaha, kesesuaian dengan keterampilan pelaku usaha, peluang pasar yang

sangat terbuka, akan tetapi usaha tersebut maksimal dari segi kemasan, dan promosi,

dan faktor produksi lainnya.

Secara ekonomis pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato

dapat dinilai atau diukur melalui empat perubahan, yaitu :

a. Melalui perubahan bentuk (form utility) dimana komoditi jagung yang dihasilkan

oleh petani di kabupaten Pohuwato mengalami perubahan bentuk. Biji jagung

berubah bentuk menjadi bentuk makanan ringan seperti stik jagung, emping

jagung, susu jagung, kue jagung, dan sebagainya. Akan tetapi pengembangan nilai

tambah jagung melalui perubahan bentuk ini masih sangat terbatas karena

kurangnya industri pengolahan jagung yang ada di Kabupaten Pohuwato, sehingga

produksi jagung yang dihasilkan oleh petani belum terserap secara keseluruhan

oleh industri lokal.

b. Melalui perubahan tempat (place utility) jagung yang dihasilkan oleh petani di

Kabupaten Pohuwato jika dilihat dari perubahan tempat belum memiliki nilai

tambah yang dapat meningkatkan pendapatan petani lokal, sebab jagung yang

dihasilkan lebih banyak diekspor baik antar pulau maupun luar negeri. Hal ini

menunjukan bahwa nilai tambah dapat tercipta diluar Kabupaten Pohuwato, dalam

artian pengembangan nilai tambah dan peningkatan pendapatan bukan untuk

masyarakat Kabupaten Pohuwato, akan tetapi oleh masyarakat konsumen jagung

luar Pohuwato. Sebab jagung yang diterima dari Kabupaten Pohuwato akan diolah

menjadi bahan baku industri oleh provinsi maupun negara lain.

c. Melalui perubahan waktu (time utility) jagung akan memperoleh nilai tambah

ketika dipergunakan pada waktu yang berbeda. Ditinjau dari perubahan waktu dan

disesuaikan dengan kondisi yang ada di Kabupaten Pohuwato, bahwa

pengembangan nilai tambah jagung dalam hal perubahan waktu belum dinikmati

22

oleh masyarakat Kabupaten Pohuwato, hal ini disebabkan oleh produksi jagung

yang dihasilkan oleh petani Kabupaten Pohuwato sebagian besar langsung diserap

oleh pedagang tengkulak dan diekspor masih dalam bentuk pipilan, sehingga tidak

adanya penciptaan nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan petani dari

segi perubahan waktu.

d. Melalui perubahan kepemilikan (position utility) jagung di Kabupaten Pohuwato

akan memperoleh nilai tambah ketika jagung yang berada di tangan petani dijual

dalam bentuk pililan, tetapi ketika jagung tersebut berada di tangan konsumen

maka akan dumanfaatkan sebagai konsumsi. Dengan kondisi yang ada di

Kabupaten Pohuwato, terbatasnya industri pengolahan yang ada mengakibatkan

penciptaan nilai tambah juga sangat terbatas, bahkan penciptaan nilai tambah yang

ada tidak dirasakan oleh seluruh masyarakat petani jagung Kabupaten Pohuwato.

Terlihat jelas bahwa perubahan nilai tambah yang ada di Kabupaten Pohuwato

masih sangat terbatas dan membutuhkan pengembangan, karena sangat disayangkan

hasil produksi jagung yang harusnya menjadi bahan baku utama industri lokal hanya

diserap oleh pengembangan industri luar Kabupaten Pohuwato. Pembangunan

pertanian jagung di Kabupaten Pohuwato hanya terletak pada peningkatan produksi,

yang menjadi motor penggerak sektor agribisnis adalah usahatani. Artinya, komoditi

yang dihasilkan usahatanilah yang menentukan perkembangannya baik agribisnis

hulu maupun hilir. Hal ini dikarenakan target yang hanya masih bertujuan untuk

memcapai tingkat produksi semaksimal mungkin. Akan tetapi dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat maka paradigma harus diubah, dimana bukan saja berfokus

pada peningkatan produksi, malainkan berfikir bahwa motor penggerak sektor

agribisnis harus berubah dari usahatani ke industri pengolahan (industri).

23

C. Kondisi Lingkungan Eksternal

Analisis faktor eksternal perlu untuk pengembangan nilai tambah jagung di

Kabupaten Pohuwato, hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

kecenderungan yang berada di luar kontrol usahatani jagung di Kabupaten Pohuwato.

Analisis terfokus pada faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi

pengembangan nilai tambah jagung, sehingga memudahkan usaha ini untuk

menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman.

Menurut Kotler dan Kevin (2007), pada umumnya pengamatan faktor

eksternal yang dilakukan dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar

usaha yang dapat mempengaruhi kinerja dalam situasi global yang selalu berubah

secara cepat seperti lingkungan makro yang terdiri dari, lingkungan ekonomi,

teknologi, dan sosial budaya selanjutnya lingkungan makro, yang terdiri dari

pelanggan, pesaing, dan pemasok.

1. Lingkungan Makro

a. Ekonomi

Krisis ekonomi yang kita hadapi saat ini bukan semata-mata musibah

nasional, tetapi merupakan dampak dari strategi industrialisasi yang ditempuh

Indonesia dimasa lalu. Strategi industrialisasi yang ditempuh, harusnya didukung

oleh kebijakan makro ekonomi termasuk kebijakan perdagangan, sehingga akan

berpengaruh terhadap terget pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pasar nampaknya telah menjadi ”lokomotif” penggerak perekonomian

dibagian hilir sehingga berdampak pada rangkaian sistem kegiatan yang terkait

dengan sistem penanaman jagung di hulu. Dengan demikian, adanya permintaan

permintaan pasar yang cukup tinggi maka kepastian untuk melakukan kegiatan usaha

ditingkat produksi menjadi lebih intensif. Tidak mengherankan jika pada waktu

singkat, jagung telah menjadi komoditi potensial yang mempunyai nilai ekonomi

tinggi bagi sebagian besar masyarakat yang mengusahakannya. Komoditas jagung

menjadi entry point pemerintah Gorontalo, baik ditingkat provinsi maupun nasional.

24

Dengan produksi jagung yang dihasilkan, pemerintah Gorontalo telah menjadi

barometer keberhasilan pembangunan pertanian wilayah yang berbasis pada potensi

komoditi lokal.

Perkembangan luas panen dan jumlah produksi jagung diikuti dengan

kenaikan produktifitas jagung pertahun di Kabupaten Pohuwato. Perkembangan

dalam waktu yang singkat ini merupakan salah satu prestasi kinerja kegiatan produksi

dalam kaitan mempersiapkan produksi jagung sejalan dengan terbukanya pasar

jagung dari Provinsi Gorontalo untuk memenuhi permintaan ekspor ke Malaysia,

Jepang, Philipina, maupun negara lainnya. Dari data BPIJ Provinsi Gorontalo

menunjukan bahwa perkembangan pemasaran jagung baik antar pulau maupun

ekspor atau kebutuhan jagung dunia dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tren Perkembangan Pemasaran Jagung Ekspor dan Antar Pulau Provinsi

Gorontalo (BPIJ Provinsi Gorontalo, 2012)

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa jumlah produksi jagung dari tahun 2003

sampai dengan 2012 sering mengalami peningkatan, hal ini tentunya diikuti oleh

perkembangan pemasaran jagung antar pulau dan ekspor yang selalu mengalami

25

peningkatan. Dimana dari tahun 2003 jumlah jagung yang dipasarkan mencapai

69.224 ton dan tahun 2012 meningkat 100 % menjadi 122.163 ton, hal ini

menunjukan bahwa permintaan jagung baik dalam maupun luar negeri selalu

mengalami peningkatan.

Sejalan dengan peningkatan kebutuhan jagung, tren harga jagung juga

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sseperti yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Perkembangan Harga Jagung Lokal Tahun 2011-2013

No Nama Kota 2011 2012 Perubahan Juni’12 (%)

Juni Mei Juni Thd Juni’11 Thd Mei’12

1 Surabaya 5.000 5.035 5.035 1% 0%

2 Semarang 3.400 3.600 3.600 6% 0%

3 Bandung 4.300 7.400 7.210 68% -3%

4 Yogyakarta 5.000 5.034 5.030 1% 0%

5 Manado 4.000 4.000 4.000 0% 0%

6 Gorontalo 3.763 4.000 5.000 33% 25%

7 Lampung 3.500 4.000 4.000 14% 0%

8 Medan 3.000 4.000 4.000 33% 0%

9 Jayapura 7.000 7.000 7.000 0% 0%

Rata-rata 4.329 4.897 4.986 15% 2% Sumber : Kementrian Perdagaan Republik Indonesia, 2013

Tabel 11 dapat dilihat bahwa harga rata-rata jagung lokal pada bulan Juni

2012 mengalami kenaikan sebesar 2 % jika dibandingkan dengan bulan Mei 2012.

Pada bulan Juni 2012, harga rata-rata jagung lokal adalah Rp 5.226/kg. Jika

dibandingkan dengan bulan Juni 2011 maka terjadi peningkatan harga sebesar 6 %,

dimana rata-rata harga bulan Juni 2011 adalah Rp 4.947/kg. Tabel 7 juga menunjukan

bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2012 tren perkembangan harga jagung lebih

cenderung Provinsi Gorontalo yang memperlihatkan perkembangan yang sangat

signifikan yaitu sebesar 25 %.

26

Berdasarkan data-data mengenai tren perkembangan pemasaran jagung baik

antar pulau atau ekspor Provinsi Gorontalo dan tern perkembangan harga jagung

local dapat memberikan peluang bagi masyarakat Kabupaten Pohuwato untuk tetap

terus menjaga semangat petani dalam berusahatani jagung, dengan pertimbangan

bahwa pasar sangat terbuka untuk menerima produk yang dihasilkan.

b. Teknologi

Teknologi yang terus berkembang dapat mempengaruhi strategi

pengembangan nilai tambah jagung terutama dalam memproduksi dan memasarkan

produknya. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang antara lain teknologi di

dalam bidang produksi, informasi, komunikasi dan transportasi. Dalam

pengembangan nilai tambah jagung dapat menggunakan teknologi tradisional

maupun teknologi modern. Perkembangan teknologi di bidang informasi dan

komunikasi dapat menjadi peluang dalam pengembangan nilai tambah jagung untuk

mempromosikan dan memasarkan produknya. Adanya alat komunikasi seperti

telepon dan HP dapat mempercepat proses komunikasi antara produsen dengan

pembeli dan pemasok.

Provinsi Gorontalo merupakan tempat tersediannya bebagai macam teknologi

salah satunya media informasi seperti internet, radio, televisi, surat kabar yang akan

digunakan oleh usaha untuk mempromosikan produk dalam jangkauan yang luas,

serta terdapatnya maizenter di Kabupaten Bone Bolango yang dapat memberikan

informasi mengenai perkembangan jagung baik produksi, pemasaran, dan harga

jagung itu sendiri, sedangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi seperti

jasa pengiriman melalui jalur laut yang di Provinsi Gorontalo terdapat dua pelabuhan

dan jalur udara terdapat satu airport, serta banyaknya tempat-tempat pengiriman

barang dan angkutan barang yang juga sangat memberikan peluang bagi usaha untuk

memudahkan kegiatan pendistribusian barang baik dari pihak pemasok ke usaha

maupun pihak usaha ke pihak pembeli. Kabupaten Pohuwato dapat mamanfaatkan

peluang ini untuk mengembangkan nilai tambah jagung agar lebih memberikan

27

tambahan pendapatan bagi masyarakat dimana masyarakat dapat mempromosikan

produk dalam jangkauan yang luas.

Teknologi dalam pengolahan jagung agar mendapatkan nilai tambah saat ini

sudah mulai berkembang karena para industri besar sudah memanfaatkan alat mesin

yang modern. Tapi hal ini cukup dirasakan oleh para industri kecil salah satunya

UKM Salafiyah Safiiyah yang ada di Kabupaten Pohuwato yang memiliki modal

yang cukup dan masih menggunakan cara manual dalam memproduksi produk-

produknya.

c. Sosial Budaya

Dalam era globalisasi ini banyak bermunculan produk-produk makanan

modern atau produk olahan. Adanya pola pikir masyarakat bahwa mengonsumsi

makanan asing lebih bergengsi membuat keberadaan makanan tradisional terancam.

Pola konsumsi masyarakat di Gorontalo telah bergeser dari bahan makanan hewani

ke bahan makanan nabati, ini terjadi karena masyarakat yang ada berusaha

menghindari makanan kadar kolesterol tinggi, setelah diketahui adanya korelasi

positif antara penyakit jantung koroner cengan kadar kolesterol yang tinggi di dalam

serum darah. Bahan makanan nabati cenderung semakin diminati. Selain itu juga

meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang

sehat tanpa bahan pengawet dengan nilai gizi yang tinggi semakin meningkatkan

permintaan masyarakat terhadap produk makanan ringan yang berbahan dasar jagung.

Hal ini merupakan peluang bagi peningkatan nilai tambah jagung di Kabupaten

Pohuwato dalam memperbesar usahanya dengan memproduksi makanan ringan

dalam satuan yang banyak.

2. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro berkenaan dengan faktor-faktor dalam situasi persaingan

yang harus dihadapi usaha kecil dan menengah dan mempengaruhi dalam aktivitas.

Lingkungan ini memberikan tantangan bagi pengembangan nilai tambah jagung

dimana harus berjuang memproduksi dan memasarkan produk dengan cara yang

28

menguntungkan. Lingkungan mikro yang harus dihadapi dalam pengembangan nilai

tambah jagung di Kabupaten Pohuwato adalah :

a. Pelanggan

Pelanggan merupakan peluang bagi usaha untuk memperkuat daya beli

terhadap produk yang berkualitas. Pemahaman terhadap profil pelanggan sekarang

dan pembeli potensial akan sangat membatu pengusaha dalam merumuskan

strateginya. Kegiatan pengembangan nilai tambah jagung di kabupaten Pohuwato

diarahkan untuk pengembangan industri yang menyerap langsung bahan baku lokal

Kabupaten Pohuwato. Kegiatan produksi dan pemasarannya pun dilakukan baik

secara local maupun regional. Pertumbuhan tempat-tempat pembelanjaan sekarang

ini, seperti di Karsa Utama, Gelael, Makro, Mawar, Ramayana, Gorontalo Mall dan

lain-lain membuka peluang pasar yang lebih luas bagi pengembangan nilai tambah

jagung, serta kemungkinan untuk diekspor juga sangat besar dengan melihat

permintaan akan kebutuhan vahan baku pakan ternak di Luar Provinsi Gorontalo.

b. Pesaing

Persaingan pengembangan nilai tambah dalam industri rumah tangga

berbahan dasar jagung cukup ketat. Jumlah UKM yang memulai beroperasi juga

semakin banyak dari segi usaha pengolahan rumput laut, usaha pengolahan cabe,

pengolahan ikan asin dan sebagainya, utamanya adalah UKM atau industri yang ada

di luar Luar Kabupaten Puhuwato seperti UKM Flamboyan, UKM Suka Maju, UKM

Khalifah, UKM Bogenfil dan sebagainya yang juga bergerak dibidang pengolahan

jagung. Hal ini menjadi ancaman bagi pengembangannya, dimana makin banyaknya

pilihan masyarakat untuk memutuskan pembelian. Munculnya gudang-gudang

eksportir juga menjadi ancaman ke dua bagi pengembangan nilai tambah jagung di

Kabupaten Pohuwato, dimana produksi jagung yang dihasilkan oleh petani langsung

diserap oleh perusahaan dengan penawaran harga yang lebih tinggi. Adapun

perusahaan yang menyerap hasil produksi jagung dengan penawaran harga berbeda

kepada petani dapat dilihat pada Tabel 12.

29

Tabel 12. Perusahaan Exportir yang Menyerap Produksi Jagung di Provinsi

Gorontalo Tahun 2012

No Exportir Harga

Rp/Kg

1 Mitra Mandiri Agri Makmur 2600

2 UD. Kemiri Putih 2650

3 PT. Harim 2550

4 Mitra Agro Marketing -

5 Manna Utara Sejahtera 2600

6 Isimu Sejati Makmur Utama 2600

7 CV. Utami 2500

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo,2013

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa terdapatnya tujuh perusahaan exportir

jagung dengan penawaran harga yang bervariasi menjadi salah satu ancaman bagi

Kabupaten Pohuwato untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui

pengembangan nilai tambah jagung. Karena keputusan petani untuk memasarkan

hasil produksinya tergantung penawaran harga yang diberikan oleh konsumen dan

lebih memberikan keuntungan kepada petani itu sendiri.

c. Pemasok

Dalam pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato yang lebih

difokuskan pada pengembangan industri rumah tangga tentunya membutuhkan

pasokan bahan baku. Hal ini yang menjadi ancaman bagi pengembangan tersebut,

dimana para pemasok lebih mementukan untuk memasarkan hasil panennya ke

gudang exportir karena lebih memberikan keuntungan dengan harga yang lebih

tinggi, dimana harga yang ditawarkan oleh tengkulak berkisar dari Rp. 2500 sampai

Rp. 2750, sedangkan untuk harga jagung ditigkat petani yang diminta oleh para

pengusaha agroindustri adalah berkisar Rp. 2000 sampai dengan Rp. 2500. Ini berarti

harga yang ditawarkan oleh tengkulak seperti tengkulak dari PT. Harim lebih tinggi

dari pada oleh pengusaha-pengusaha industri rumah tangga.

30

D. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal

1. Faktor Internal kekuatan dan kelemahan

Berdasarkan peninjauan langsung di Kabupaten Pohuwato sesuai dengan

metode yang digunakan. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data kemudian

dapat diketahui lingkungan internalnya yang menjadi kekuatan dan kelemahan.

Adapun kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan nilai tambah jagung di

Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

NO Faktor Internal Bobot Rating B x R Ket :

A. Kekuatan

1. Sebagian besar penduduk Kabupaten

Pohuwato berkecimpung pada usaha pertanian

0,12 4 0,48 Kekuatan Utama :

1. Sebagian besar

penduduk Kabupaten

Pohuwato

berkecimpung pada

usaha pertanian

2. Luas lahan, luas

panen, produksi, dan

produktifitas

komoditi jagung

meningkat dari tahun

ke tahun

3. Dukungan dan peran

aktif pemerintah.

2. Jagung merupakan tanaman unggulan

sehingga menjadi primadona masyarakat

Kabupaten Pohuwato

0,05 2 0,1

3. Luas lahan, luas panen, produksi, dan

produktifitas komoditi jagung meningkat dari

tahun ke tahun

0,08 4 0,32

4. Motivasi dan semangat petani untuk usahatani

jagung di Kabupaten Pohuwato sangat baik

karena sudah menjadi kebiasaan atau kultur

masyarakat

0,04 2 0,08

5. Mempunyai tujuan yang jelas 0,03 1 0,03

6. Dukungan dan peran aktif pemerintah. 0,14 4 0,56

Nilai Total 1,57

B. Kelemahan

1. Terbatasnya sumberdaya produksi, tenaga ahli

dan modal usaha.

0,13 1 0,13 Kekuatan Utama :

1. Terbatasnya

sumberdaya

produksi, tenaga

ahli dan modal

usaha.

2. Kurangnya industri

pengolahan jagung.

3. Pemasaran produk

olahan yang masih

terbatas.

2 Pemasaran produk yang yang masih dalam

bentuk bahan baku.

0,06 2 0,12

3 Ketidakstabilan harga jagung. 0,03 4 0,12

4 Pasar yang dihadapi petani bersifat oligopoli,

sehingga saat produksi jagung melimpah

harga jagung pun rendah.

0,05

3 0,15

5 Kurangnya industri pengolahan jagung. 0,15 1 0,15

6 Pemasaran produk olahan yang masih

terbatas.

0,12 1 0,12

Nilai Total 0,79

Total 1,00 t 2,36

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

31

Tabel 13 terlihat bahwa terdapat 6 faktor kekuatan dan kelemahan dengan

total nilai masing-masing adalah 1,57 dan 0,79. keadaan ini menunjukkan bahwa

faktor kekuatan untuk pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato

lebih besar dari faktor kelemahan sebagai penghambat pengembangan nilai tambah

jagung. Kekuatan utama yaitu Sebagian besar penduduk Kabupaten Pohuwato

berkecimpung pada usaha pertanian dan luas lahan, luas panen, produksi, dan

produktifitas komoditi jagung meningkat dari tahun ke tahun serta besarnya

dukungan dan peran aktif pemerintah. sedangkan kelemahan utama yang harus diatasi

yaitu terbatasnya sumberdaya produksi, tenaga ahli dan modal usaha, kurangnya

industri pengolahan jagung, serta pemasaran produk olahan yang masih terbatas.

2. Faktor Eksternal Peluang dan Ancaman

Faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan

nilai tambah jagung di kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Tabel 14, dimana

setelah mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal, selanjutnya adalah Pemberian

bobot pada peluang dan ancaman maksimal sampai nilai skor 1,00. Kemudian faktor-

faktor tersebut diberi nilai rating mulai dari peluang terbesar diberi rating 1 dan

peluang terkecil diberi rating 4, pemberian nilai rating ancaman sebaliknya, jika

ancaman terbesar diberi nilai 1, tetapi apabila ancaman kecil diberi nilai 4 (Hunger

dan Wheleen, 2003). Nilai rating untuk faktor eksternal juga dapat dilihat pada Tabel

14.

32

Tabel 14. Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

No. Faktor Eksternal Bobot Rating B x R Ket

A. Peluang

0.14

4

0,56

Peluang utama :

1. Masih terbuka

peluang perluasan

areal di lahan

kering, serta

pemanfaatan

lahan sawah yang

sementara tidak

diusahakan.

2. Perkembangan

teknologi dan

komunikasi yang

semakin canggih

dapat membantu

proses

pengembangan.

1.

Masih terbuka peluang perluasan

areal di lahan kering, serta

pemanfaatan lahan sawah yang

sementara tidak diusahakan.

2.

Kebutuhan jagung lokal maupun

nasional yang terus meningkat.

0,07 2 O,14

3.

Perkembangan teknologi dan

komunikasi yang semakin canggih

dapat membantu proses

pengembangan.

0,15 4 0,6

4.

Semakin tingginya permintaan

produk yang berbahan dasar nabati

karena menghindari makanan kadar

kolestrol tinggi.

0,09 3 0,27

5.

Pertumbuhan tempat-tempat

perbelanjaan yang semakin

meningkat.

0,11

3 0,33

Nilai Total 1,9

B. Ancaman

1.

Meningkatnya produk olahan dari

luar negeri (Import)

0,13 1 0,13 Ancaman utama :

1. Meningkatnya

produk olahan

dari luar negeri

(Import).

2. Munculnya

berbagai usaha

yang sejenis.

2. Sosial budaya masyarakat luar

Kabupaten Pohuwato yang tidak

bisa menyesuaikan dengan produk

yang dihasilkan..

0,09 3 0,27

3.

Jagung saat ini lebih banyak

diarahkan sebagai bahan baku

pakan ternak di luar Provinsi

Gorontalo.

0,06 2 0,12

4. Munculnya berbagai usaha yang

sejenis.

0,12 1 0,12

5. Kebijakan diberlakukannya pasar

bebas.

0,04 4 0,16

Nilai Total 0,8

Total 1,00 2,7

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa terdapat 5 faktor peluang dan 5 faktor

ancaman yang masing-masing mempunyai nilai total peluang 1,90 lebih besar dari

pada nilai total ancaman 0,80. Keadaan ini menunjukan bahwa peluang untuk

33

pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato lebih besar dibandingkan

dengan ancaman yang akan dihadapi dalam kegiatan pengembangan nilai tambah.

Peluang utama yang sangat membantu adalah masih terbuka peluang

perluasan areal di lahan kering, serta pemanfaatan lahan sawah yang sementara tidak

diusahakan dan perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin canggih

dapat membantu proses pengembangan, untuk meraih peluang tersebut tentunya

dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Sedangkan ancaman utama yaitu

Meningkatnya produk olahan dari luar negeri (Import) dan munculnya berbagai usaha

yang sejenis.

Untuk mengetahui strategi pengembangan nilai tambah jagung di kabupaten

Pohuwato dengan mengunakan diagram Analisis SWOT yang dapat dilihat pada

Gambar 7.

Peluang (O)

Y

Strategi Strategi Agresif

Turn Around 1,1

II I

Kelemahan (W) X Kekuatan (S)

0,78

IV III

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Ancaman (T)

Gambar 7. Diagram Analisis SWOT Strategi Pengembangan Nilai Tambah Jagung

Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar

dari pada kelemahannya, menghasilkan sumbu X dalam diagram SWOT. Demikian

juga peluang yang dihadapi lebih besar dari pada ancaman sehingga menghasilkan

sumbu Y dalam diagram SWOT dengan nilai menunjukkan bahwa selesih antara

34

peluang dan ancaman menunjukkan angka 1,1 sedangkan selisih antara kekuatan dan

kelemahan 0.78. Maka strategi pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten

Pohuwato berada pada kuadran 1 dimana mendukung startegi yang agresif atau

strategi SO (Strenght – Opportunities), pengambil keputusan menggabungkan dua

situasi dimana memiliki posisi yang kuat, yang ditunjukkan oleh kekuatan dan

peluang yang dimiliki (Pearce dan Robinson, 2008).

Hal ini menunjukkan bahwa keadaan strategi pengembangan nilai tambah

jagung di Kabupaten Pohuwato berada pada situasi yang sangat menguntungkan

karena memiliki kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Dengan demikian, strategi sebaiknya yang dijalankan pada kondisi demikian ini

adalah strategi kebijakan mendukung pertumbuhan agresif (Growth Oriented

Strategy) yaitu mengunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (Hunger dan

Wheleen, 2003).

E. Matrik SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen yang ampuh apabila

digunakan dengan tepat. Analisis SWOT merupakan akronim untuk kata-kata

Stengths (kekuatan), Opportunities (peluang), Weaknesses (kelemahan), dan Threats

(ancaman), faktor kekuatan dan kelemahan dalam tubuh organisasi termasuk satuan

bisnis tertentu, serta faktor peluang dan ancaman merupakan faktor lingkungan yang

dihadapi oleh organisasi, perusahaan, ataupun bisnis. Hal ini diperlukan oleh

perusahaan untuk mengatasi persaingan, baik dari produk sejenis maupun produk

substitusi yang perkembangannya semakin pesat seiring perkembangan teknologi.

Berdasarkan data pendukung yang didapat dilapangan tentang faktor-faktor

lingkungan internal dan eksternal pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten

Pohuwato maka dapat disusun dalam matriks SWOT. Penyusunan alternatif-alternatif

strategi pengembangan nilai tambah tersebut didasarkan pada kesesuaian yang logis

antara unsur-unsur Strengths (kekuatan), Opportunities (peluang), Weaknesses

(kelemahan), dan Threats (ancaman) yang dihadapi oleh “Kabupaten Pohuwato”.

35

Setelah itu dapat disusun empat sel strategi yaitu strategi pertumbuhan (S-O), turn

over (W-O), strategi diversifikasi (S-T), dan strategi defensif (W-T).

Dengan matrix tersebut, suatu usaha dapat membuat strategi dalam

mengantisipasi peluang maupun tantangan dengan mencoba memanfaatkan kekuatan

yang ada. Atau usaha tersebut dapat memperkuat atau menggunakan kelemahan

perusahaannya untuk mengejar peluang maupun mengantisipasi ancaman terhadap

usaha tersebut, brand ataupun produknya.

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang terdapat di

Kabupaten Pohuwato maka dapat diperoleh strategi untuk mengembangan nilai

tambah jagung seperti yang terdapat pada Tabel 15.

36

Tabel 15. Analisis SWOT Dalam Menentukan Strategi Pengembangan Nilai Tambah

Jagung di Kabupaten Pohuwato.

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Faktor-faktor

Internal

Faktor-faktor

Eksternal

Kekuatan (S)

1. Sebagian besar penduduk Kabupaten

Pohuwato berkecimpung pada usaha

pertanian

2. Jagung merupakan tanaman unggulan

sehingga menjadi primadona

masyarakat Kabupaten Pohuwato

3. Luas lahan, luas panen, produksi, dan

produktifitas komoditi jagung

meningkat dari tahun ke tahun

4. Motivasi dan semangat petani untuk

usahatani jagung di Kabupaten

Pohuwato sangat baik karena sudah

menjadi kebiasaan atau kultur

masyarakat

5. Mempunyai tujuan yang jelas

6. Dukungan dan peran aktif pemerintah.

Kelemahan (W)

1. Terbatasnya sumberdaya produksi, tenaga

ahli dan modal usaha.

2. Pemasaran produk yang yang masih

dalam bentuk bahan baku.

3. Ketidakstabilan harga jagung.

4. Pasar yang dihadapi petani bersifat

oligopoli, sehingga saat produksi jagung

melimpah harga jagung pun rendah.

5. Kurangnya industri pengolahan jagung.

6. Pemasaran produk olahan yang masih

terbatas.

Peluang (O)

1. Masih terbuka peluang perluasan areal

di lahan kering, serta pemanfaatan lahan

sawah yang sementara tidak diusahakan.

2. Kebutuhan jagung lokal maupun

nasional yang terus meningkat.

3. Perkembangan teknologi dan

komunikasi yang semakin canggih dapat

membantu proses pengembangan.

4. Semakin tingginya permintaan produk

yang berbahan dasar nabati karena

menghindari makanan kadar kolestrol

tinggi.

5. Pertumbuhan tempat-tempat

perbelanjaan yang semakin meningkat.

Strategi (S-O)

1). Mempertahankan peningkatan luas lahan,

luas panen, produksi dan produktivitas

komoditi jagung dari tahun ke tahun

sehingga dapat memenuhi kebutuhan

jagung lokal maupun nasional, serta dapat

memenuhi permintaan pasar terhadap

produk yang berbahan dasar nabati

(3,2,4)

2). Memanfaatkan kecanggihan teknologi dan

komunikasi untuk menciptakan inovasi

produk baru sehingga motivasi dan

semangat petani tetap terjaga

(4,3)

Strategi (W-O)

1). Memaksimalkan keterbatasan sumberdaya

produksi, tenaga ahli dan modal usaha

agar peluang perluasan areal lahan kering

dapat dilaksanakn, dan kebutuhan jagung

lokal maupun nasional pun dapat

dipenuhi

(1,1,2)

2). Menciptakan dan mengembangkan

industri pengolahan jagung (Home

Industri makanan ringan) agar dapat

memenuhi tingginya permintaan produk

yang berbahan dasar nabati.

(5,4)

3). Meningkatkan sistem pemasaran produk

dengan memanfaatkan pertumbuhan

tempat-tempat perbelanjaan yang

semakin meningkat

(6,5)

Ancaman (T)

1. Meningkatnya produk olahan dari luar

negeri (Import)

2. Sosial budaya masyarakat luar

Kabupaten Pohuwato yang tidak bisa

menyesuaikan dengan produk yang

dihasilkan.

3. Jagung saat ini lebih banyak diarahkan

sebagai bahan baku pakan ternak di luar

Provinsi Gorontalo.

4. Munculnya berbagai usaha yang sejenis.

5. Kebijakan diberlakukannya pasar bebas.

Strategi (S-T)

1). Memanfaatkan dukungan dan peran aktif

pemerintah dalam pengembangan nilai

tambah jagung di Kabupaten Pohuwato

sehingga kebutuhan jagung luar

Kabupaten Pohuwato yang lebih

diarahkan sebagai bahan baku pakan

ternak tidak dapat dipenuhi.

(6,3)

2). Mempertahankan sosial budaya

masyarakat dimana jagung merupakan

tanaman unggulan yang telah menjadi

primadona masyarakat, sehingga

ancaman meningkatnya produk olahan

dari luar negeri pun (import) dapat

dihindari.

(4,2,1)

Strategi (W-T)

1) Meningkatkan sumberdaya produksi,

tenaga ahli dan modal usaha agar dapat

menciptakan inovasi-inovasi baru

dalam penciptaan produk makanan

melalui home industri sehingga produk

lokal tidak akan tersaingi oleh produk

import

(1,1,2)

2) Pemasaran jagung yang masih dalam

bentuk bahan baku dan kurangnya

industri pengolahan jagung

diusahakan untuk menciptakan produk

makanan yang lebih memperhatikan

kualitas produk, kemasan, promosi dan

saluran pemasarannya agar tidak

ketinggalan dari pesaing.

( 2,5,3,4)

37

Berdasarkan hasil analisis analisis SWOT pada Tabel 15, maka dapat

diperoleh empat sel alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh Kabupaten

Puhuwato dalam melakukan pengembangan nilai tambah jagung yaitu Strategi (S-

O,) Stategi (W-O), Strategi (S-T) dan Strategi (W-T).

1. Strategi S-O

Strategi S-O (Stengths–Opportunities) adalah strategi yang menggunakan

kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi S-O

bagi pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Mempertahankan peningkatan luas lahan, luas panen, produksi dan produktivitas

komoditi jagung dari tahun ke tahun sehingga dapat memenuhi kebutuhan jagung

lokal maupun nasional. Kebutuhan jagung terus meningkat karena makin

tingginya permintaan pasar terhadap produk makanan yang berbahan dasar

nabati. Pola konsumsi masyarakat di Gorontalo telah bergeser dari bahan

makanan hewani ke bahan makanan nabati, ini terjadi karena masyarakat yang

ada berusaha menghindari makanan kadar kolesterol tinggi, setelah diketahui

adanya korelasi positif antara penyakit jantung koroner dengan kadar kolesterol

yang tinggi di dalam serum darah. Bahan makanan nabati cenderung semakin

diminati. Selain itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

mengkonsumsi makanan yang sehat tanpa bahan pengawet dengan nilai gizi yang

tinggi semakin meningkatkan permintaan masyarakat terhadap produk makanan

ringan yang berbahan dasar jagung. Hal inilah yang mendorong masyarakat

dalam mempertahankan peningkatan jumlah produksi, luas lahan, luas panen dan

produktifitas agar kebutuhan jagung dapat terpenuhi.

2. Memanfaatkan kecanggihan teknologi dan komunikasi untuk menciptakan

inovasi produk baru sehingga motivasi dan semangat petani tetap terjaga.

Diketahui motivasi dan semangat petani akan tetap terjaga karena adanya inovasi

baru melalui perkembangan teknologi dan komunikasi. Memanfaatkan

38

kecanggihan teknologi dan komunikasi untuk pembuatan produk-produk baru

atau pengembangan industri yang fokus pada pengolahan jagung tentunya

tidaklah mudah, dimana kita harus menyesuaikan dengan permintaan pasar atau

selera konsumen. Untuk mengetahui hal tersebut maka sebaiknya kita

memanfaatkan kecanggihan teknologi dan kumunikasi agar produk yang kita

ciptakan sesuai dengan selera konsumen, yang tentunya dengan menciptakan

produk yang lebih memperhatikan kualitas produk dan bernilai gizi tinggi

sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Melalui media komunikasi juga

kita dapat mendapatkan informasi mengenai peluang pasar, sehingga produk

yang kita ciptakan mempunyai sasaran pasar yang jelas.

2. Strategi W-O

Strategi W-O (Weaknesses- Opportunities) adalah strategi yang bertujuan

memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi

W-O untuk pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato terdiri dari:

1. Memaksimalkan keterbatasan sumberdaya produksi, tenaga ahli dan modal usaha

agar peluang perluasan areal lahan kering dapat dilaksanakan, dan kebutuhan

jagung lokal maupun nasional pun dapat dipenuhi. Memaksimalkan Sumberdaya

manusia melalui pengembangan dan pelatihan sehingga terbentuk tenaga-tenaga

ahli. Sumberdaya manusia merupakan motor penggerak utama dalam

pengembangan nilai tambah jagung, terutama dalam menciptakan produk-produk

makanan yang lebih berkualitas sehingga lebih diminati masyarakat dan bisa

bersaing dipasar lokal, nasional, bahkan internasional. Sama halnya dengan

memaksimalkan sumberdaya produksi dan modal, usaha pengembangan tidak

akan berjalan sesuai yang diinginkan tanpa adanya modal dan sumberdaya

produksi. Modal dapat diatasi dengan melakukan pinjaman disumber-sumber

modal seperti bank, koperasi, dan sumber modal lainnya, dengan ketersediaan

modal usaha maka semberdaya produksi pun dapat terpenuhi. Maksimalnya

39

faktor-faktor produksi dapat mempermudah proses pengembangan, sehingga

permintaan jagung baik lokal maupun nasional dapat terpenuhi.

2. Menciptakan dan mengembangkan industri pengolahan jagung (Home Industry

makanan ringan) agar dapat memenuhi tingginya permintaan produk yang

berbahan dasar nabati. Pembangunan industri dengan menciptakan produk-produk

baru yang berbahan dasar jagung seperti tepung jagung, stik jagung, susu jagung,

kue jagung, dan berbagai macam makanan lainnya ini merupakan strategi yang

tepat untuk pengembangan jagung di Kabupaten Pohuwato, hal ini disebabkan

oleh bahan baku utama produk sudah menjadi komoditi unggulan daerah.

Pengembangan home industri juga sesuai dengan kemampuan masyarakat,

dimana proses produksinya tidak membutuhkan tenaga-tenaga ahli dan

membutuhkan modal yang sangat besar. Melihat peluang pasar akan tingginya

permintaan produk yang berbahan dasar nabati menjamin produk yang dihasilkan

oleh home industry Kabupaten Pohuwato bisa terserap dengan baik.

3. Meningkatkan sistem pemasaran produk dengan memanfaatkan pertumbuhan

tempat-tempat perbelanjaan yang semakin meningkat. Provinsi Gorontalo

merupakan salah satu provinsi yang masih sementara berkembang, dimana

pembangunan masih sangat diprioritaskan, salah satunya adalah pembangunan

tempat-tempat perbelanjaan. Dengan adanya pembangunan tempat-tempat

perbelanjaan tersebut membuka peluang bagi masyarakat Kabupaten Pohuwato

dalam melakukan pengembangan nilai tambah jagung khususnya dalam

pengolahan indutri rumah tangga yang berbahan dasar jagung dan meningkatkan

sistem pemasarannya. Dimana masyarakat bisa langsung bermitra dengan tempat-

tempat perbelanjaan tersebut untuk memasarkan produknya, karena tempat-

tempat perbelanjaan seperti Karsa Utama Mall, Hypermart, Makro, Amanda,

Virgo, Gelael, Toko Kue Mawar, Kerawang, Toko Kue Aneka Donat dan lain

sebagainya adalah tempa yang strategis dimana dilihat dari segi pengunjungnya

ataupun konsumen ditempat tersebut banyak peluangnya.

40

3. Strategi S-T

Strategi S-T (Stengths- Threats) adalah strategi yang menggunakan kekuatan

perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi

S-T untuk pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato adalah :

1. Memanfaatkan dukungan dan peran aktif pemerintah dalam pengembangan nilai

tambah jagung di Kabupaten Pohuwato sehingga kebutuhan jagung luar

Kabupaten Pohuwato yang lebih diarahkan sebagai bahan baku pakan ternak tidak

dapat dipenuhi. Peningkatan kebutuhan jagung dari tahun ke tahun disebabkan

oleh komoditas jagung yang semakin diperlukan untuk konsumsi industri pakan

dan peternakan di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan konsumsi hasil

pertenakan seperti telur dan daging, maka akan semakin besar kebutuhan

konsumsi jagung di sektor ini. Permintaan komoditas jagung yang semakin tinggi

diperlukan untuk industri pakan ternak seiring mulai beroperasinya beberapa

pabrik pakan baru di Indonesia. Berdasarkan data dari Gabungan Perusahaan

Makanan Ternak (GPMT), bahwa tahun 2012 ada tiga pabrik pengolahan pakan

ternak baru yang dibangun di Cirebon dan Bali. Ketiga pabrik pakan ternak

tersebut masing-masing berkapasitas 20 ton per jam. Mengatasi hal tersebut maka

kita harus memanfaatkan dukungan dan peran aktif pemerintah dalam

mengembangkan nilai tambah jagung di daerah kita sendiri. Dimana pemerintah

turut serta dalam menciptakan tenaga-tenaga ahli, sumberdaya produksi dan

inovasi-inovasi baru dalam pengembangan nilai tambah. Tumbuhnya industri-

industri lokal menutup peluang untuk industri luar mendapatkan bahan baku

utama dari Kabupaten Pohuwato, sebab bahan baku yang dihasilkan daerah

diserap langsung oleh indutri lokal daerah.

2. Mempertahankan sosial budaya masyarakat dimana jagung merupakan tanaman

unggulan yang telah menjadi primadona masyarakat, sehingga ancaman

meningkatnya produk olahan dari luar negeri pun (import) dapat dihindari. Dalam

era globalisasi ini banyak bermunculan produk-produk makanan modern import

41

atau produk olahan import yang lebih menarik perhatian masyarakat, seperti

hamburger, J.Co, KFC, rotiboy, dan sebagainya. Adanya pola pikir masyarakat

bahwa mengonsumsi makanan asing lebih bergengsi membuat keberadaan

makanan tradisional khususnya yang berbahan dasar jagung terancam. Hal ini

bisa diatasi dengan mempertahankan sosial budaya masyarakat dimana jagung

merupakan tanaman unggulan yang telah menjadi primadona masyarakat, dengan

cara menciptakan produk dengan makanan yang menarik sehingga masyarakat

akan lebih mencintai produk lokal dibandingkan dengan produk import.

4. Strategi W-T

Strategi W-T (Weaknesses-Threats) adalah strategi yang bertujuan mengurangi

kelemahan internal yang dimiliki untuk menghindari ancaman lingkungan. Strategi

W-T untuk pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato” adalah :

1. Meningkatkan sumberdaya produksi, tenaga ahli dan modal usaha agar dapat

menciptakan inovasi-inovasi baru dalam penciptaan produk makanan melalui

home industry sehingga produk lokal tidak akan tersaingi oleh produk impor.

Dimana dengan adanya sumberdaya manusia yang kreatif dan adanya modal usaha

yang mendukung, penciptaan produk-produk makanan home industry yang lebih

baik dengan inovasi-inovasi baru pun dapat diciptakan.

2. Pemasaran jagung yang masih dalam bentuk bahan baku dan kurangnya industri

pengolahan jagung diusahakan untuk menciptakan produk makanan yang lebih

memperhatikan kualitas produk, kemasan, promosi dan saluran pemasarannya agar

tidak ketinggalan dari pesaing. Strategi ini sangat tepat untuk mengatasi adanya

pesaing-pesaing yang dapat mengancam pengembangan nilai tambah jagung di

Kabupaten Pohuwato. Produk yang akan diciptakan nantinya harus lebih

memperhatikan kualitas produk maupun kemasan agar dapat menarik perhatian

konsumen. Sama halnya dengan promosi, melakukan promosi tentang keunggulan

dan kualitas produk juga harus dilakukan agar meningkatkan volume penjualan.

Peningkatan kegiatan promosi merupakan suatu tindakan yang sangat menentukan

42

dalam peningkatan nilai penjualan, menciptakan pasaran hasil produksi dan

pertumbuhan terhadap produk. Memperhatikan saluran pemasarannya pun

sangalah diperlukan. Dimana produk yang diciptakan apabila melalui saluran

pasar yang panjang, maka memberikan resiko yang nantinya dapat merugikan

seperti rusaknya produk dan kualitas produk yang menurun.