a. gambaran umum kabupaten pohuwatoeprints.ung.ac.id/4039/9/2013-1-54201-614409060-bab4... · 2010...
TRANSCRIPT
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Pohuwato
1. Sejarah Singkat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) bahwa wilayah Pohuwato pada
mulanya masih merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Boalemo, namun sejak
dikeluarkannya UU RI No. 6 Tahun 2003 maka terbentuklah Kabupaten
Pohuwato (bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Bone Bolango) yang
mandiri. Menurut penjelasan UU tersebut luas wilayah Pohuwato sebesar 4.244,31
km2 atau dengan kata lain yang terluas dari seluruh Kabupaten/Kota se-provinsi
Gorontalo. Waktu itu Kabupaten Pohuwato hanya terdiri dari lima kecamatan;
Popayato, Lemito, Marisa, Randangan, dan Paguat.
Semenjak berpisah dari Boalemo, Pohuwato berkembang sangat pesat. Saat
ini wilayah Pohuwato terdiri dari 13 Kecamatan. Pertumbuhan ekonominya pun dari
tahun ke tahun terus meningkat, bahkan beberapa kali melebihi rata- rata
pertumbuhan ekonomi provinsi maupun nasional.
2. Keadaan Geografis dan Iklim
Data Badan Pusat Statistik (2012) menunjukan bahwa Kabupaten Pohuwato
terletak antara 00.22’ - 00.57’ Lintang Utara dan 1210.23’ - 1220.19’ Bujur Timur.
Dengan luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.244,31 km2 atau 36,77 % dari
total luas Provinsi Gorontalo. Secara geografis batas-batas wilayah Kabupaten
Pohuwato adalah :
- Sebelah utara : Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah)
- Sebelah timur : Kecamatan Mananggu (Kabupaten Boalemo).
- Sebelah selatan : Teluk Tomini.
- Sebelah barat : Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah)
2
Kabupaten Pohuwato yang merupakan bagian dari Indonesia yang dikenal
dua musim, yaitu kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September
arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga
mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan
Maret arus angin banyak berasal dari Asia dan Samudra Pasifik terjadi musim hujan.
Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan
pada bulan April - Mei dan Oktober – November (BPS Pohuwato, 2012).
Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus angin. Oleh karena itu jumlah curah
hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah hujan tahun
2010 berkisar antara 38 mm sampai 378 mm. Dan Keadaan angin pada tahun 2010,
yang dipantau stasiun pengamat umumnya hampir merata setiap bulannya, yaitu
pada kisaran antara 1-3 meter/detik (BPS Pohuwato, 2012).
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2010
suhu udara rata-rata pada siang hari berkisar antara 30,6oC sampai 32,9oC, sedangkan
pada malam hari berkisar antara 23,0oC sampai 24,9oC. Kelembaban udara di
Kabupaten Pohuwato relatif tinggi. Pada tahun 2010, kelembaban relatif berkisar
antara 72 persen (Februari) sampai dengan 89 persen (Maret).
3. Visi dan Misi Kabupaten Pohuwato
Adanya visi dan misi merupakan syarat wajib bagi kabupaten atau organisasi.
Setiap kabupaten atau organisasi memiliki visi dan misi yang berbeda, semua
tergantung tujuan yang akan dicapai oleh masing-masing kabupaten. Dengan adanya
visi dan misi tujuan kerja akan terarah dengan baik. Adapun arah kebijakan
pemerintah Kabupaten Pohuwato 2010-2015 dengan visi dan misi yang diperoleh dari
Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah adalah sebagai berikut :
3
i. Visi
”Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Pohuwato diatas nilai spiritual melalui
pembangunan sumberdaya manusia dan pengembangan ekonomi kerakyatan”.
ii. Misi
”Membangun kemitraan pemerintah dan masyarakat yang kuat, maju, dan
berakhlak mulia”.
4. Penduduk dan Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk Pohuwato pada tahun 2011 adalah 136.581 jiwa, terdiri dari
penduduk laki-laki 69.699 dan penduduk perempuan 66.882. Kepadatan penduduk
Pohuwato pada tahun 2011 sebesar 32 jiwa per km2. Kecamatan yang paling padat
penduduknya adalah Kecamatan Marisa, yaitu 534 jiwa per km2 atau 13,55 % dari
jumlah penduduk Kabupan Pohuwato, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan
Popayato Timur yaitu 11 jiwa per km2. Rasio jenis kelamin penduduk Pohuwato pada
tahun 2011 adalah 104. Ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki di Pohuwato
lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.
Persentase luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
Kabupaten Pohuwato menurut wilayah dapat dilihat pada Tabel 4.
4
Tabel 4. Persentase Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Pohuwato, 2013
No
Kecamatan
Luas Penduduk Kepadatan
Penduduk Km² % Jumlah %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
12
Popayato
Popayato Barat
Popayato Timur
Lemito
Wanggarasi
Marisa
Buntulia
Duhiadaa
Patilanggio
Randangan
Taluditi
Paguat
Dengilo
90,9
578,24
723,74
619,50
188,08
34,65
375,64
39,53
298,82
331,90
159,97
560,93
242,39
2,14
13,62
17,05
14,60
4,43
0,82
8,85
0,93
7,04
7,82
3,77
13,22
5,71
9.775
7.281
8.137
11.789
5.011
18.510
9.238
10.688
11.422
15.383
7.407
16.111
5.829
7,16
5,33
5,96
8,63
3,67
13,55
6,76
7,83
8,36
11,26
5,42
11,80
4,27
107
13
11
19
27
534
25
270
38
46
46
29
24
Kabupaten Pohuwato 4 244,31 100,00 136 581 100,0 32
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013
Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut aktifitasnya. Pada
tahun 2011, sekitar 62,47 persen penduduk berumur 15 tahun ke atas bekerja, dan
2,64 persen diantaranya masih mencari pekerjaan atau menganggur. Sedangkan
kebanyakan penduduk bekerja di sektor pertanian yaitu 42,20 persen, selebihnya
bekerja di Sektor Industri pengolahan sejumlah 3,32 persen, Sektor Perdagangan,
Rumah Makan dan Hotel 15,01 persen, Sektor Jasa Kemasyarakatan 21,51 persen dan
Sektor Lainnya 17,96 persen.
Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha di
Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Gambar 3.
5
Gambar 3. Lapangan Usaha di Kabupaten Pohuwato (BPS Kabupaten Pohuwato,
2012)
B. Kondisi Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan suatu lingkungan yang berada langsung di
dalam Kabupaten Pohuwato. Analisis faktor internal dalam menentukan strategi
pengembangan nilai tambah jagung merupakan proses identifikasi terhadap faktor-
faktor kekuatan dan kelemahan dari dalam Kabupaten Pohuwato itu sendiri yang
terdiri dari potensi komoditi, profil Kabupaten Pohuwato yang meliputi tujuan dari
pengembangan nilai tambah jagung, politik dan hukum, sumberdaya produksi,
manusia, keuangan, dan pemasaran serta pengembangan agroindustri. Aspek-aspek
ini saling mempengaruhi satu sama lain dan saling mendukung dengan aktifitas yang
ada di Kabupaten Pohuwato, berikut ini adalah penjelasannya.
1. Potensi Komoditi Jagung di Kabupaten Pohuwato
Sektor pertanian masih mempunyai peran yang sangat strategis dalam
menopang pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Pohuwato. Salah satu komoditi yang sangat berpengaruh dalam pembangunan daerah
dan masyarakat adalah komoditi jagung, hal ini karena jagung merupakan komoditas
primadona bagi masyarakat Kabupaten Pohuwato sejak dicanangkan program
Agropolitan oleh pemerintah Provinsi Gorontalo pada tahun 2002. Dan sampai saat
ini Kabupaten Pohuwato merupakan sentra pengembangan jagung di wilayah
Provinsi Gorontalo. Hal ini didasarkan pada ciri berupa luasan lahan untuk budidaya
6
tanaman jagung yang terbesar terdapat di Kabupaten Pohuwato. Selain itu juga
produksi jagung tertinggi berada di wilayah ini. Seperti yang terinci pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Luas Wilayah, Lahan Pertanian (Lahan Kering) Komoditi Jagung dan
Potensi Lahan untuk Pengembangan Jagung di Provinsi Gorontalo, 2013
No Kabupaten/Kota Luas
Wilayah
(ha)
Luas
Lahan
Kering
(ha)
Potensi Lahan Pertanian
Potensi
(ha)
Sudah
Dimanfaatkan
(ha)
Belum
Dimanfaatkan
(ha)
1 Boalemo 173.370 88.668 64.127 27.500 36.627
2 Kab. Gorontalo 428.664 108.123 55.545 27.526 28.019
3 Pohuwato 426.050 105.279 63.155 31.000 32.155
4 Bone Bolango 187.300 40.720 15.122 2.000 13.122
5 Gorontalo Utara Pemeka-
ran 2007
46.673 22.032 10.918 11.114
6 Kota Gorontalo 6.160 1.466 425 232 193
Provinsi
Gorontalo
1.221.554 390.929 220.406 99.176 121.230
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013
Dari Tabel 5 di atas terlihat jelas Kabupaten Pohuwato memiliki potensi lahan
pertanian komoditas jagung yang lebih tinggi seluas 63.155 ha dibandingkan dengan
kabupaten-kabupaten lain, walaupun ditinjau dari luas wilayah dan luas lahan kering
Kabupaten Pohuwato menduduki peringkat kedua setelah Kabupaten Gorontalo.
Sama halnya dengan lahan pertanian yang sudah dimanfaatkan untuk penanaman
jagung dengan luas 31.000 ha dari luas potensi yang tersedia sebesar 63.155 ha,
Kabupaten Pohuwato menduduki peringkat pertama dari kabupaten-kabupaten lain
yang ada di Provinsi Gorontalo. Hal ini menunjukan bahwa keinginan masyarakat
dalam pemanfaatan lahan pertanian untuk penanaman jagung cukup tinggi, sehingga
menjadi salah satu pendorong untuk tetap melakukan pengembangan usaha tersebut.
Potensi wilayah Kabupaten Pohuwato dengan lahan pertanian seluas 132.126
Ha, yang berpotensi untuk tanaman jagung seluas 63.155 Ha, dan yang telah
dimanfaatkan seluas 31.000 Ha dari potensi lahan yang tersedia seluas 63.155 ha
sehingga menghasilkan komoditas jagung yang dilihat perkembangan indikator
7
usahataninya, dimana meliputi luas tanam, luas panen, produksi, dan
produktivitasnya. Adapun perkembangan usahatani jagung dari tahun 2010 sampai
dengan 2012 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perkembangan Usahatani Jagung di Kabupaten Pohuwato Tahun 2010-2012
No Tahun
Luas Tanam
(ha)
Luas Panen
(ha)
Produktivitas
(kw/ha)
Produksi
ton
1 2010 81.700 8.375 49,53 338.661
2 2011 68.455 63.806 50,20 350.933
3 2012 68.495 65.252 740 375.625,27
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013
Tabel 6 di atas menunjukan bahwa luas penanaman jagung di Kabupaten
Pohuwato dari tahun 2010 sampai tahun 2012 memperlihatkan peningkatan. Hal ini
menunjukan bahwa motivasi petani dalam berusaha dan mengembangkan usahatani
cukup baik. Jika tahun 2010 luas tanamnya mencapai 81.700 ha, sedangkan untuk
2011 mengalami penurunan sekitar 20 % ha, hal ini dikarenakan adanya teknologi
baru yang diperkenalkan oleh pemerintah dimana hasil produksi tidak semata-mata
tergantung pada penggunaan luas tanam, melainkan ada faktor-faktor lain yang lebih
berpengaruh.
Peningkatan luas tanam dari tahun ke tahun tidak diikuti oleh peningkatan
luas panen dan produksi. Hal ini dikarenakan oleh gangguan iklim dan penanganan
budidaya serta penggunaan faktor-faktor produksi. Keadaan ini ditunjukan oleh data
pada tahun 2010, dimana meskipun luas penanamannya tinggi dibandingkan dengan
tahun-tahun berikutnya akan tetapi luas panen dan produksinya justru sedikit
dibandingkan dengan tahun 2011 dan tahun 2012.
Luas tanam dan luas panen jagung dapat terlihat jelas dari realisasinya setiap
bulan. Berdasarkan data ini dapat dilihat produksi komoditas jagung di Kabupaten
Pohuwato pada setiap bulannya. Secara rinci perkembangan luas tanam dan luas
panen jagung di Kabupaten Pohuwato tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 7.
8
Tabel 7. Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen (ha) Jagung pada Setiap
Bulannya di Kabupaten Pohuwato Tahun 2012
No Bulan Luas Tanam Luas Panen
1 Januari 8474 1141
2 Februari 9867 1778
3 Maret 6709 4028
4 April 3500 3927
5 Mei 1766 6331
6 Juni 4228 7521
7 Juli 4162 5212
8 Agustus 6372 5528
9 September 7540 5148
10 Oktober 5432 6785
11 November 5432 10772
12 Desember 5013 7081
Jumlah 68495 65252
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 sejak bulan Januari sampai
dengan bulan Desember terdapat supply jagung yang bersifat fluktuatif, dimana luas
panen luas panen sering mengalami peningkatan dan penurunan. supply jagung
tertinggi terjadi pada bulan November dengan luas panen sebesar 10.772 ha,
sedangkan supply terendah pada bulan Januari seluas 1141 ha.
Tabel 7 juga menjelaskan bahwa dengan potensi lahan yang sangat
mendukung dan produksi yang cukup tinggi serta supply tiap bulannya yang terus
mengalami peningkatan mendorong semangat masyarakat untuk semakin
mengembangkan kegiatan on farm, karena komoditas ini menjadi unggulan dan
harapan Gorontalo dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Tujuan Usahatani Jagung
Kabupaten Pohuwato yang telah dikenal dengan Kabupaten Agropolitan
Jagung yang hingga saat ini predikat tersebut dipertahankan oleh pemerintah dan
masyarakat baik sekarang maupun yang akan datang karena memberikan dampak
positif bagi pengembangan sektor ekonomi. Bagi Pohuwato juga komoditi jagung
9
merupakan salah satu sektor penunjang pembangunan daerah, karena selain
masyarakatnya berpendapatan dari usahatani jagung, sektor usahatani ini juga
merupakan usahatani yang tidak akan pernah kehilangan pasar. Kebutuhan akan
komoditi jagung akan terus ada, bahkan cenderung meningkat dengan bertambahnya
penduduk dan munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.
Pengembangan pertanian melalui usahatani jagung yang menerapkan program
Agropolitan sejak tahun 2002 dilaksanakan dalam upaya peningkatan produksi,
produktivitas, dan upaya untuk mewujudkan ketersediaan dan cadangan pangan yang
terdistribusi serta dapat dikonsumsi dan keamanan pangan dalam konsep
pengembangan ekonomi masyarakat. Untuk mencapai terwujudnya konsep
pengembangan pertanian dan ketahanan pangan melalui usahatani jagung perlu
diarahkan untuk mendorong terciptanya sosial ekonomi yang kondusif menuju
ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan yang mengarah pada kesejahteraan
rakyat.
3. Politik dan Hukum
Pemerintah Kabupaten Pohuwato saat ini menjalankan program Agropolitan
dan telah mengeluarkan kebijakan dan dukungan khususnya dalam hal penyedian dan
pengembangan sarana dan prasarana, kemudahan berinvestasi, dan pemberian latihan
dan pengembangan keahlian petani sehingga peningkatan perekonomian masyarakat
dalam mencapai masyarakat yang sejahtera dan berkualitas. Hal ini merupakan
sebuah kekuatan bagi Kabupaten Pohuwato untuk bisa mengembangkan nilai tambah
jagung dengan dukungan pemerintah yang ada. Selain itu, pengembangan nilai
tambah jagung yang nantinya akan dilakoni masyarakat dengan semakin terbukanya
lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat, akan semakin menunjang
pertumbuhan dan perkembangan sektor rill yang ada, disamping stabilitas keamanan
yang menjadi faktor pendukung utama. Kondisi politik yang kurang stabilnya di
Kabupaten Pohuwato, masyarakat mudah terpancing dan melakukan tindakan
merugikan kepentingan pengembangan usahatani jagung. Kabupaten Pohuwato yang
10
menjadi tempat berlangsungnya kegiatan produksi yang dikelola langsung oleh
masyarakat, membutuhkan pendekatan dengan pemerintah daerah dan hal ini perlu
untuk menjaga keamanan demi kelangsungan pengembangan usahatani jagung
melalui pengembangan nilai tambah.
Berbagai kebijakan pemerintah melalui peningkatan sistem ekonomi sehingga
membangun kesejahteraan masyarakat terkadang memunculkan citra yang kurang
baik dari masyarakat yang ada di Kabupaten Pohuwato, dimana pemerintah dianggap
kurang mengayomi atau melindungi, memberikan rasa aman dan menjamin
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pohuwato hal ini dijelaskan oleh salah satu
petani jagung (Ahmad Laiya, 38 tahun) di Kecamatan Patilanggio, dan ini berdampak
negatif terhadap perkembangan Agribisnis jagung karena pelayanan pemerintah
hanya sebatas memberikan penyuluhan dan bantuan, tetapi untuk harga yang sering
berfluktuasi dan ketentuan pasar yang tidak jelas belum mejadi perhatian khusus
pemerintah.
Kebijakan pemerintah Kabupaten Pohuwato memberikan manfaat positif bagi
masyarakat khususnya petani jagung, hal ini dibuktikan dengan dukungan berbagai
kebijakan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Pohuwato kepada masyarakat
tani. Adapun kebijakan-kebijakan tersebut tergambar pada program yang yang
dilaksanakan oleh pemerintah di Dinas Pertanian Perkebunan dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Pohuwato yang bersumber dari APBN yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Program peningkatan hasil produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan
khususnya jagung serta penanganan serangan hama dan penyakit guna
tercapainya swasembada yang berkelanjutan melalui penyelenggaraan kegiatan
petani yang didampingi oleh petugas penyuluh melalui pola sekolah lapang.
b. Menumbuhkembangkan ekonomi rakyat melalui peningkatan ketersediaan
pangan dan pengelolaan kelembagaan pertanian di setiap wilayah, serta
11
meningkatkan pengelolaan terhadap penanganan pasca panen dan pemasaran
hasil pertanian.
c. Meningkatkan sumberdaya manusia dengan sasaran yang ditetapkan adalah
untuk meningkatkan produksi dan perbaikan mutu produk untuk peningkatan
pemasaran hasil pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani melalui
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan pembangunan sarana dan
prasaran pertanian dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan,
peningkatan wawasan pola pikir, pengetahuan dan keterampilan sumberdaya
manusia dibidang pertanian. Akan tetapi pola pikir dan perilaku petani masih
berorientasi pada produksi, lemahnya kapasitan kelembagaan petani dan
rendahnya kemandirian petani merupakan salah satu tantangan dalam
peningkatan dumberdaya manusia di Kabupaten Pohuwato.
d. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang yaitu dengan
membangun infrastruktur secara merata dengan tujuan agar dapat terbangunnya
infastruktur daerah sentra produksi untuk mempermudah masyarakat khususnya
petani di daerah itu dalam memasarkan hasil produksinya.
e. Peningkatan daya saing yang difokuskan terhadap pengembangan produk
berbasis sumberdaya lokal dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan
kebutuhan jagung untuk konsumsi lokal.
Dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut
menunjukan bahwa pemerintah mempunyai peran aktif dan dukungan terhadap
pengembangan usahatani jagung baik dari segi peningkatan produksi, produktivitas,
mutu tanaman pangan, sumberdaya manusia, dan peningkatan ketersediaan sarana
dan prasarana serta peningkatan daya saing yang dapat menunjang kegiatan usahatani
jagung, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
12
4. Sumberdaya Produksi
Ketersediaan sumberdaya produksi merupakan faktor yang sangat penting
dalam peningkatan usahatani serta pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten
Pohuwato. Sumberdaya produksi yang menunjang meliputi ketersediaan benih yang
berkualitas, ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengelolaan usahatani jagung,
serta tersedianya teknologi dan alsintan yang mempermudah proses produksi yang
pengembangan nilai tambah jagung.
Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan
(2013) bahwa dukungan pemerintah terhadap penyediaan sarana dan prasarana
produksi dapat dilihat pada Tabel 8.
13
Tabel 8. Kegiatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan dalam
Pembangunan Sarana dan Prasarana Produksi, 2012
No
Program / Kegiatan / Uraian
Kegiatan
Volume Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pengembangan air dan irigasi pertanian
Perluasan area dan pengelolaan lahan pertanian
khususnya komoditi jagung
penyaluran pupuk bersubsidi.
Pengadaan alat pengolah pupuk organik
Pengadaan perontok jagung
Pengadaan pemipil jagung berklobot dan
sarana lainnya
Pengadaan traktor mini roda empat
Pembangunan dan pengembangan jalan
pertanian
Pembangunan/rehabilitasi JITUT
Pengadaan junder untuk pengolahan tanah
pertanaman jagung
Pembuatan lantai jemur jagung
Dukungan pemerintah terhadap ketahanan
pangan khususnya jagung dengan hanya
menyediakan pengadaan mesin penggiling
jagung
2 Unit
8 Unit
2 Unit
3 Unit
14 Km
8 Unit
13 Unit
5 Unit
Randangan
Dengilo, Taluditi, Duhiadaa,
Paguat.
Kecamatan Randangan
Kecamatan Popayato Barat,
Randangan, Popayato,
Lemito, Duhiadaa dan
Patilanggio
Kecamatan Patilanggio dan
Randangan
Kecamatan Patilanggio dan
Randangan
Kecamatan Marisa,
Patilanggio, Randangan dan
Taluditi
Kecamatan Duhiadaa,
Buntulia dan Paguat
Kecamatan Marisa,
Patilanggio, Randangan,
Taluditi, Duhiadaa, Buntulia
dan Paguat.
Setiap kecamatan Kabupaten
Pohuwato
Kecamatan Patilanggio,
Marisa, dan Randangan
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pohuwato, 2013
Dari Tabel 8 terlihat jelas bahwa semua dukungan pemerintah lebih terfokus
pada peningkatan produksi, sedangkan untuk pengembangan jagung dari segi
penciptaan nilai tambah masih sangat terbatas. Tidak adanya dampingan pemerintah
terhadap petani yang mempunyai motivasi untuk lebih mengembangkan
14
kesejahteraanya mengakibatkan sektor ekonomi masyarakat tidak berjalan sesuai
yang diharapkan.
5. Sumber Daya Manusia yang Tersedia
Kabupaten Pohuwato memiliki jumlah penduduk sebanyak 136.581 jiwa,
terdiri dari penduduk laki- laki 69.699 jiwa dan penduduk perempuan 66.882 jiwa,
yang terbagi pada berbagai jenis kegiatan usaha seperti yang terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Usaha di
Kabupaten Pohuwato (BPS Kabupaten Pohuwato, 2012)
Gambar 4 terlihat bahwa penduduk Kabupaten Pohuwato sebagian besar
bergelut atau bekerja pada sektor pertanian yaitu sebesar 40,20 % yang disusul oleh
jasa kemasyarakatan sebesar 21,51 %. Sedangkan untuk lapangan usaha terkecil yaitu
pada sektor industri pengolahan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Pohuwato memiliki
industri pengolahan yang sangat terbatas sehingga peluang untuk kesempatan kerja
bagi masyarakat sangat tertutup, bahkan ditunjukan dengan adanya angka
pengangguran di Kabupaten Pohuwato sebanyak 2,64 %, dan tenaga yang
menfokuskan dirinya hanya mengurus rumah tangga hampir satu per empat dari
jumlah penduduk yaitu sebanyak 23,82 %.
15
Hal ini jika dikaitkan dengan ketersediaan jumlah penduduk yang
membutuhkan lapangan kerja, sarana dan prasarana serta yang lebih penting lagi
adalah sumber daya alam pertanian yang tersedia di Kabupaten Pohuwato sangatlah
tidak sesuai. Adanya masyarakat pengangguran dan petani yang hanya mengandalkan
kegiatan on farm atau budidaya jagung yang produksinya dipasarkan langsung dalam
bentuk pipilan sementara jagung tersebut dapat diolah menjadi produk setengah jadi
bahkan produk jadi (off farm) sehingga memberikan tambahan penghasilan dan
kesejahteraan bagi masyarakat daerah setempat. Disadari bahwa kurangnya
pengelolaan atau penciptaan nilai tambah jagung tersebut karena adanya keterbatasan
wawasan, pola pikir, pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia dibidang
pertanian. Akan tetapi hal tersebut bukan menjadi faktor pembatas bagi petani untuk
bisa meningkatkan kesejahteraannya, dimana motivasi petani dalam kegiatan on farm
maupun off farm cukup tinggi, sehingga memungkinkan pengembangan sektor
ekonomi masyarakat dan daerah cukup terjamin.
6. Sumberdaya Keuangan
Modal merupakan bagian terpenting dalam pengembangan dan peningkatan
usaha. Dengan adanya modal usaha maka semua yang diharapkan akan berjalan
sesuai yang direncanakan.
Petani di Kabupaten Pohuwato masih lebih menfokuskan pada kegiatan
budidaya (on farm) disebabkan oleh keterbatasan modal yang terserdia. Kegiatan
budidaya pun masih sebagian besar petani yang mengharapkan bantuan dari
pemerintah daerah, seperti yang terlihat pada Tabel 9 mengenai besarnya anggaran
yang dikeluarkan pemerintah dalam menunjang kegiatan usahatani masyarakat
Kabupaten Pohuwato.
16
Tabel 9. Bantuan Anggaran Kepada Petani pada Usatani Jagung di Kabupaten
Pohuwato Tahun 2012
No Uraian Kegiatan Volume Anggaran Lokasi
1
Kegiatan penyediaan
sarana produksi
jagung
213 Ha
319.500.000
Patilanggio,
Lemito, dan
Buntulia
2
Peningkatan produksi
dan mutu tanaman
melalui SL-PTT
jagung hibrida
2250 Ha
555.000.000
13 Kecamatan
3
Penyediaan dan
pengembangan
prasarana pertanian
melalui
pengembangan
jaringan irigasi
900.000.000
Dengilo,
Popayato Barat,
Taluditi, Buntulia,
Duhiadaan, dan
Patilanggio
4
Optimasi lahan
500 ha
1.120.000.000
Dengilo, Taluditi,
Duhiadaa, dan
Paguat
5 Pupuk dan Pestisida
50.000.000 Kabupaten
Pohuwato
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pohuwato, 2013
Dari Tabel 9 dapat dilihat jelas bahwa sumber modal petani lebih dari 50 %
bersumber dari pemerintah. Anggaran dari pemerintah berupa APBD dan APBN
yang digunakan untuk sektor pertanian telah menyebar luas pada masyarakat
Kabupaten Pohuwato. Akan tetapi bantuan anggaran ini lebih terfokus pada
peningkatan produksi dan mutu produk, dan untuk pengembangan nilai tambah
melalui pengolahan produk atau penciptaan industri yang berbahan dasar produk
lokal jagung belum terlihat dan belum dipriyoritaskan. Disamping anggaran yang
diberikan oleh pemerintah yang bersumber dari APNB atau APBD, petani juga
menggunakan sumber dana modal sendiri atau memanfaatkan berbagai fasilitas
tempat perkreditan rakyat seperti dana KUR, Koperasi Tani dan sebagainya.
17
Pengembangan nilai tambah jagung yang dijalankan akan berhasil apabila
dijalankan oleh orang-orang yang profesional, mulai dari merencanakan,
melaksanakan sampai dengan mengendalikan apabila terjadi penyimpangan.
7. Pemasaran
Produksi jagung terus meningkat mengakibatkan volume dan nilai penjualan
dapat terus meningkat dari waktu ke waktu. Berikut ini adalah beberapa aspek
pemasaran jagung di Kabupaten Pohuwato yang berhubungan dengan bauran
pemasaran yang hanya meliputi produk, harga dan distribusi komoditi jagung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jagung di Kabupaten Pohuwato
pemasaran yang dilakukan yaitu:
a. Produk
Produk jagung yang dihasilkan oleh masyarakat tani Kabupaten Pohuwato
adalah jagung Hibrida, pemilihan jenis ini dikarenakan oleh produk yang tidak mudah
rusak dan mempunyai kadar air yang baik. Hal ini didukung dengan bantuan benih
yang biasanya diberikan oleh pemerintah adalah jenis benih Hibrida, seperti data
yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Pohuwato tahun 2013 bahwa pada tahun 2012 pemerintah daerah memberikan
bantuan langsung benih unggul (BLBU) melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman
terpadu (SLPTT) dengan buffer stock sebanyak 33.750 kg untuk 2250 ha lahan
penanaman jagung.
Produk jagung yang menjadi entry point unggulan Kabupaten Pohuwato ini
setelah panen hanya langsung dipasarkan dalam bentuk jagung pipilan. Sesuai
wawancara yang dilakukan terhadap petani pun tujuan atau sasaran pasarnya hanya
pada pedagang tengkulak atau pedagang pengumpul, dimana petani memang sudah
mengetahui atau mengenal pedagang yang akan membeli hasil panen jagungnya.
Pemikiran petani untuk dapat memasarkan jagungnya sampai di ditingkat nasional itu
sangat minim dikarenakan oleh tidak adanya tempat atau gudang penyimpanan
sehingga kualitas jagung dapat bertahan sampai pada waktu yang ditentukan serta
18
pertimbangan banyaknya biaya yang nanti akan dikeluarkan oleh petani dalam proses
pengangkutan.
b. Harga
Harga merupakan tolak ukur keberhasilan seorang petani, dimana petani dapat
mengetahui besarnya nilai dari produk yang dihasilkan. Pasar yang dihadapi petani
dalam pemasaran jagung di Kabupaten Pohuwato adalah pasar bersifat oligopsoni,
sehingga saat produksi jagung melimpah harga jagung pun rendah, ditambah dengan
penguasaan petani yang belum memahami cara-cara mempertahankan kualitas
produksi yang maksimal terutama pada rantai kegiatan pasca panen yang tidak
didukung oleh teknologi yang memadai seperti pengeringan dan penyimpanan.
Seperti yang tercantum pada Tabel 10 mengenai perubahan harga jagung yang terjadi
setiap tahunnya akibat jumlah produksi dan kualitas jagung.
Tabel 10. Produksi (Ton) dan Rata-Rata Harga (Rp/Kg) Tanaman Bahan Makanan di
Kabupaten Pohuwato Tahun 2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2013
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa dari semua jenis tanaman pangan komoditi
jagunglah yang selalu mengalami ketidak stabilan harga atau yang sering dikenal
dengan harga yang berfluktuasi, ketidak stabilan ini dipengaruhi oleh produksi yang
dihasilkan. Apabila jagung yang dihasilkan meningkat maka harga yang ditawarkan
oleh pedagang untuk membeli hasil produksinya mengalami penurunan. Seperti pada
No Komoditas Produksi Harga
2010
(Ton)
2011
(Ton)
2010
(Rp/Kg)
2011
(Rp/Kg)
1 Jagung 338.661 350.933 2.100 1.900
2 Kentang - - - -
3 Ketela Pohon 1300 841 5000 5000
4 Ketela Rambat 858 610 8000 8000
5 Padi 29.139 32.709 7000 7000
6 Padi Ladang - - - -
19
tahun 2010 hasil produksi sebesar 338.661 ton dengan harga yang ditawarkan
pedagang sebesar 2100 rupiah per kilogram, sedangkan pada tahun 2011 produksi
jagung meningkat sebanyak 350.933 ton tetapi harga yang ditawarkan justru menurun
sebesar 1.900 rupiah per kilogram. Hal ini menunjukan bahwa banyaknya hasil
produksi jagung tidak menjamin meningkatnya pendapatan dan ekonomi masyarakat
tani jika tidak adanya keahliaan khusus dalam pengelolaan budidaya dan pasca penen.
c. Distribusi
Saluran pemasaran jagung di Kabupaten Pohuwato menggunakan dua jalur
pemasaran yaitu pemasaran langsung dan pemasaran tidak langsung. Petani
memproduksi jagung dengan kualitas yang baik yang kemudian dipasarkan langsung
kepada konsumen dipasaran atau dipasarkan kepada pedagang pengumpul dan
pedagang perantara yang kemudian oleh pedagang pengumpul dipasok di gudang
jagung atau di perusahaan Perseroan Terbatas Harim dan lain-lain selanjutnya
diekspor di dalam bahkan sampai ke luar negeri. Adapun alur pemasaran jagung di
Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Jalur Pemasaran jagung di Kabupaten Pohuwato
PETANI PEDAGANG PENGUMPUL
PEDAGANG PERANTARA
EKSPORTIR / PEDAGANG BESAR
EKSPOR ANTAR PULAU
20
8. Pengembangan Nilai Tambah Jagung
Pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato merupakan
tuntutan perkembangan yang logis dan harus di kembangkan sebagai wujud
kesinambungan, keanekaragaman dan pendalaman pembangunan usahatani jagung
yang selama telah dilaksanakan seiring dengan pencanganan program agropolitan.
Pengembangan industri di Kabupaten Pohuwato sangat didukung oleh adanya
pertanian primer sebagai penghasil bahan baku utama (jagung).
Pendirian industri yang menggunakan bahan baku jagung di Kabupaten
Pohuwato dapat menjaga keberlanjutan program agropolitan. Pendapatan ekonomi
daerah dan masyarakat tani jagung akan meningkat melalui upaya peningkatan nilai
tambah komoditi jagung. Salah satu upayanya adalah mendorong tumbuhnya industri
yang menggunakan bahan baku jagung di Kabupaten Pohuwato.
Menurut Baruwadi, dkk (2003) pengembangan industri jagung dapat menjadi
pemacu motivasi petani dalam budidaya jagung karena keberadaan industri ini tidak
saja memberikan nilai tambah terhadap komoditas jagung tetapi dapat pula menjadi
pendorong peningkatan harga jagung karena produksi yang dihasilkan petani diserap
langsung oleh industri lokal.
Data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Pohuwato bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 bahwa
terdapat 5447 UKM yang bergerak pada berbagai bidang seperti pengelolaan hasil
pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, perbengkelan, dan lain sebagainya.
Akan tetapi menurut Kepala Bidang Perindustrian (Hais Ahnad) bahwa dari sekian
industri pengolahan hasil pertanian khususnya jagung hanya terdapat 2 UKM yang
menjadi prioritas pemerintah, karena 2 UKM ini yang telah memperlihatkan hasil
yang sangat memuaskan dan menjadi kebanggaan Kabupaten Pohuwato yaitu Salafia
Safi’iah di Kecamatan Randangan dan toko kue Paris di Kecamatan Marisa. Dimana
UKM ini bergerak dibidang pembuatan tepung jugung, susu jagung, mie jagung,
emping jagung, dan berbagai jenis makanan tambahan lainnya. Keberhasilan usaha
21
ini sudah terbukti pemasarannya sampai ke luar Gorontalo. Pemilihan usaha ini
disebabkan oleh ketersediaan bahan baku yang mudah untuk diperoleh, kesesuaian
modal usaha, kesesuaian dengan keterampilan pelaku usaha, peluang pasar yang
sangat terbuka, akan tetapi usaha tersebut maksimal dari segi kemasan, dan promosi,
dan faktor produksi lainnya.
Secara ekonomis pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato
dapat dinilai atau diukur melalui empat perubahan, yaitu :
a. Melalui perubahan bentuk (form utility) dimana komoditi jagung yang dihasilkan
oleh petani di kabupaten Pohuwato mengalami perubahan bentuk. Biji jagung
berubah bentuk menjadi bentuk makanan ringan seperti stik jagung, emping
jagung, susu jagung, kue jagung, dan sebagainya. Akan tetapi pengembangan nilai
tambah jagung melalui perubahan bentuk ini masih sangat terbatas karena
kurangnya industri pengolahan jagung yang ada di Kabupaten Pohuwato, sehingga
produksi jagung yang dihasilkan oleh petani belum terserap secara keseluruhan
oleh industri lokal.
b. Melalui perubahan tempat (place utility) jagung yang dihasilkan oleh petani di
Kabupaten Pohuwato jika dilihat dari perubahan tempat belum memiliki nilai
tambah yang dapat meningkatkan pendapatan petani lokal, sebab jagung yang
dihasilkan lebih banyak diekspor baik antar pulau maupun luar negeri. Hal ini
menunjukan bahwa nilai tambah dapat tercipta diluar Kabupaten Pohuwato, dalam
artian pengembangan nilai tambah dan peningkatan pendapatan bukan untuk
masyarakat Kabupaten Pohuwato, akan tetapi oleh masyarakat konsumen jagung
luar Pohuwato. Sebab jagung yang diterima dari Kabupaten Pohuwato akan diolah
menjadi bahan baku industri oleh provinsi maupun negara lain.
c. Melalui perubahan waktu (time utility) jagung akan memperoleh nilai tambah
ketika dipergunakan pada waktu yang berbeda. Ditinjau dari perubahan waktu dan
disesuaikan dengan kondisi yang ada di Kabupaten Pohuwato, bahwa
pengembangan nilai tambah jagung dalam hal perubahan waktu belum dinikmati
22
oleh masyarakat Kabupaten Pohuwato, hal ini disebabkan oleh produksi jagung
yang dihasilkan oleh petani Kabupaten Pohuwato sebagian besar langsung diserap
oleh pedagang tengkulak dan diekspor masih dalam bentuk pipilan, sehingga tidak
adanya penciptaan nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan petani dari
segi perubahan waktu.
d. Melalui perubahan kepemilikan (position utility) jagung di Kabupaten Pohuwato
akan memperoleh nilai tambah ketika jagung yang berada di tangan petani dijual
dalam bentuk pililan, tetapi ketika jagung tersebut berada di tangan konsumen
maka akan dumanfaatkan sebagai konsumsi. Dengan kondisi yang ada di
Kabupaten Pohuwato, terbatasnya industri pengolahan yang ada mengakibatkan
penciptaan nilai tambah juga sangat terbatas, bahkan penciptaan nilai tambah yang
ada tidak dirasakan oleh seluruh masyarakat petani jagung Kabupaten Pohuwato.
Terlihat jelas bahwa perubahan nilai tambah yang ada di Kabupaten Pohuwato
masih sangat terbatas dan membutuhkan pengembangan, karena sangat disayangkan
hasil produksi jagung yang harusnya menjadi bahan baku utama industri lokal hanya
diserap oleh pengembangan industri luar Kabupaten Pohuwato. Pembangunan
pertanian jagung di Kabupaten Pohuwato hanya terletak pada peningkatan produksi,
yang menjadi motor penggerak sektor agribisnis adalah usahatani. Artinya, komoditi
yang dihasilkan usahatanilah yang menentukan perkembangannya baik agribisnis
hulu maupun hilir. Hal ini dikarenakan target yang hanya masih bertujuan untuk
memcapai tingkat produksi semaksimal mungkin. Akan tetapi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat maka paradigma harus diubah, dimana bukan saja berfokus
pada peningkatan produksi, malainkan berfikir bahwa motor penggerak sektor
agribisnis harus berubah dari usahatani ke industri pengolahan (industri).
23
C. Kondisi Lingkungan Eksternal
Analisis faktor eksternal perlu untuk pengembangan nilai tambah jagung di
Kabupaten Pohuwato, hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
kecenderungan yang berada di luar kontrol usahatani jagung di Kabupaten Pohuwato.
Analisis terfokus pada faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi
pengembangan nilai tambah jagung, sehingga memudahkan usaha ini untuk
menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman.
Menurut Kotler dan Kevin (2007), pada umumnya pengamatan faktor
eksternal yang dilakukan dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar
usaha yang dapat mempengaruhi kinerja dalam situasi global yang selalu berubah
secara cepat seperti lingkungan makro yang terdiri dari, lingkungan ekonomi,
teknologi, dan sosial budaya selanjutnya lingkungan makro, yang terdiri dari
pelanggan, pesaing, dan pemasok.
1. Lingkungan Makro
a. Ekonomi
Krisis ekonomi yang kita hadapi saat ini bukan semata-mata musibah
nasional, tetapi merupakan dampak dari strategi industrialisasi yang ditempuh
Indonesia dimasa lalu. Strategi industrialisasi yang ditempuh, harusnya didukung
oleh kebijakan makro ekonomi termasuk kebijakan perdagangan, sehingga akan
berpengaruh terhadap terget pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.
Pasar nampaknya telah menjadi ”lokomotif” penggerak perekonomian
dibagian hilir sehingga berdampak pada rangkaian sistem kegiatan yang terkait
dengan sistem penanaman jagung di hulu. Dengan demikian, adanya permintaan
permintaan pasar yang cukup tinggi maka kepastian untuk melakukan kegiatan usaha
ditingkat produksi menjadi lebih intensif. Tidak mengherankan jika pada waktu
singkat, jagung telah menjadi komoditi potensial yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi bagi sebagian besar masyarakat yang mengusahakannya. Komoditas jagung
menjadi entry point pemerintah Gorontalo, baik ditingkat provinsi maupun nasional.
24
Dengan produksi jagung yang dihasilkan, pemerintah Gorontalo telah menjadi
barometer keberhasilan pembangunan pertanian wilayah yang berbasis pada potensi
komoditi lokal.
Perkembangan luas panen dan jumlah produksi jagung diikuti dengan
kenaikan produktifitas jagung pertahun di Kabupaten Pohuwato. Perkembangan
dalam waktu yang singkat ini merupakan salah satu prestasi kinerja kegiatan produksi
dalam kaitan mempersiapkan produksi jagung sejalan dengan terbukanya pasar
jagung dari Provinsi Gorontalo untuk memenuhi permintaan ekspor ke Malaysia,
Jepang, Philipina, maupun negara lainnya. Dari data BPIJ Provinsi Gorontalo
menunjukan bahwa perkembangan pemasaran jagung baik antar pulau maupun
ekspor atau kebutuhan jagung dunia dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Tren Perkembangan Pemasaran Jagung Ekspor dan Antar Pulau Provinsi
Gorontalo (BPIJ Provinsi Gorontalo, 2012)
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa jumlah produksi jagung dari tahun 2003
sampai dengan 2012 sering mengalami peningkatan, hal ini tentunya diikuti oleh
perkembangan pemasaran jagung antar pulau dan ekspor yang selalu mengalami
25
peningkatan. Dimana dari tahun 2003 jumlah jagung yang dipasarkan mencapai
69.224 ton dan tahun 2012 meningkat 100 % menjadi 122.163 ton, hal ini
menunjukan bahwa permintaan jagung baik dalam maupun luar negeri selalu
mengalami peningkatan.
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan jagung, tren harga jagung juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sseperti yang disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Perkembangan Harga Jagung Lokal Tahun 2011-2013
No Nama Kota 2011 2012 Perubahan Juni’12 (%)
Juni Mei Juni Thd Juni’11 Thd Mei’12
1 Surabaya 5.000 5.035 5.035 1% 0%
2 Semarang 3.400 3.600 3.600 6% 0%
3 Bandung 4.300 7.400 7.210 68% -3%
4 Yogyakarta 5.000 5.034 5.030 1% 0%
5 Manado 4.000 4.000 4.000 0% 0%
6 Gorontalo 3.763 4.000 5.000 33% 25%
7 Lampung 3.500 4.000 4.000 14% 0%
8 Medan 3.000 4.000 4.000 33% 0%
9 Jayapura 7.000 7.000 7.000 0% 0%
Rata-rata 4.329 4.897 4.986 15% 2% Sumber : Kementrian Perdagaan Republik Indonesia, 2013
Tabel 11 dapat dilihat bahwa harga rata-rata jagung lokal pada bulan Juni
2012 mengalami kenaikan sebesar 2 % jika dibandingkan dengan bulan Mei 2012.
Pada bulan Juni 2012, harga rata-rata jagung lokal adalah Rp 5.226/kg. Jika
dibandingkan dengan bulan Juni 2011 maka terjadi peningkatan harga sebesar 6 %,
dimana rata-rata harga bulan Juni 2011 adalah Rp 4.947/kg. Tabel 7 juga menunjukan
bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2012 tren perkembangan harga jagung lebih
cenderung Provinsi Gorontalo yang memperlihatkan perkembangan yang sangat
signifikan yaitu sebesar 25 %.
26
Berdasarkan data-data mengenai tren perkembangan pemasaran jagung baik
antar pulau atau ekspor Provinsi Gorontalo dan tern perkembangan harga jagung
local dapat memberikan peluang bagi masyarakat Kabupaten Pohuwato untuk tetap
terus menjaga semangat petani dalam berusahatani jagung, dengan pertimbangan
bahwa pasar sangat terbuka untuk menerima produk yang dihasilkan.
b. Teknologi
Teknologi yang terus berkembang dapat mempengaruhi strategi
pengembangan nilai tambah jagung terutama dalam memproduksi dan memasarkan
produknya. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang antara lain teknologi di
dalam bidang produksi, informasi, komunikasi dan transportasi. Dalam
pengembangan nilai tambah jagung dapat menggunakan teknologi tradisional
maupun teknologi modern. Perkembangan teknologi di bidang informasi dan
komunikasi dapat menjadi peluang dalam pengembangan nilai tambah jagung untuk
mempromosikan dan memasarkan produknya. Adanya alat komunikasi seperti
telepon dan HP dapat mempercepat proses komunikasi antara produsen dengan
pembeli dan pemasok.
Provinsi Gorontalo merupakan tempat tersediannya bebagai macam teknologi
salah satunya media informasi seperti internet, radio, televisi, surat kabar yang akan
digunakan oleh usaha untuk mempromosikan produk dalam jangkauan yang luas,
serta terdapatnya maizenter di Kabupaten Bone Bolango yang dapat memberikan
informasi mengenai perkembangan jagung baik produksi, pemasaran, dan harga
jagung itu sendiri, sedangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi seperti
jasa pengiriman melalui jalur laut yang di Provinsi Gorontalo terdapat dua pelabuhan
dan jalur udara terdapat satu airport, serta banyaknya tempat-tempat pengiriman
barang dan angkutan barang yang juga sangat memberikan peluang bagi usaha untuk
memudahkan kegiatan pendistribusian barang baik dari pihak pemasok ke usaha
maupun pihak usaha ke pihak pembeli. Kabupaten Pohuwato dapat mamanfaatkan
peluang ini untuk mengembangkan nilai tambah jagung agar lebih memberikan
27
tambahan pendapatan bagi masyarakat dimana masyarakat dapat mempromosikan
produk dalam jangkauan yang luas.
Teknologi dalam pengolahan jagung agar mendapatkan nilai tambah saat ini
sudah mulai berkembang karena para industri besar sudah memanfaatkan alat mesin
yang modern. Tapi hal ini cukup dirasakan oleh para industri kecil salah satunya
UKM Salafiyah Safiiyah yang ada di Kabupaten Pohuwato yang memiliki modal
yang cukup dan masih menggunakan cara manual dalam memproduksi produk-
produknya.
c. Sosial Budaya
Dalam era globalisasi ini banyak bermunculan produk-produk makanan
modern atau produk olahan. Adanya pola pikir masyarakat bahwa mengonsumsi
makanan asing lebih bergengsi membuat keberadaan makanan tradisional terancam.
Pola konsumsi masyarakat di Gorontalo telah bergeser dari bahan makanan hewani
ke bahan makanan nabati, ini terjadi karena masyarakat yang ada berusaha
menghindari makanan kadar kolesterol tinggi, setelah diketahui adanya korelasi
positif antara penyakit jantung koroner cengan kadar kolesterol yang tinggi di dalam
serum darah. Bahan makanan nabati cenderung semakin diminati. Selain itu juga
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang
sehat tanpa bahan pengawet dengan nilai gizi yang tinggi semakin meningkatkan
permintaan masyarakat terhadap produk makanan ringan yang berbahan dasar jagung.
Hal ini merupakan peluang bagi peningkatan nilai tambah jagung di Kabupaten
Pohuwato dalam memperbesar usahanya dengan memproduksi makanan ringan
dalam satuan yang banyak.
2. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro berkenaan dengan faktor-faktor dalam situasi persaingan
yang harus dihadapi usaha kecil dan menengah dan mempengaruhi dalam aktivitas.
Lingkungan ini memberikan tantangan bagi pengembangan nilai tambah jagung
dimana harus berjuang memproduksi dan memasarkan produk dengan cara yang
28
menguntungkan. Lingkungan mikro yang harus dihadapi dalam pengembangan nilai
tambah jagung di Kabupaten Pohuwato adalah :
a. Pelanggan
Pelanggan merupakan peluang bagi usaha untuk memperkuat daya beli
terhadap produk yang berkualitas. Pemahaman terhadap profil pelanggan sekarang
dan pembeli potensial akan sangat membatu pengusaha dalam merumuskan
strateginya. Kegiatan pengembangan nilai tambah jagung di kabupaten Pohuwato
diarahkan untuk pengembangan industri yang menyerap langsung bahan baku lokal
Kabupaten Pohuwato. Kegiatan produksi dan pemasarannya pun dilakukan baik
secara local maupun regional. Pertumbuhan tempat-tempat pembelanjaan sekarang
ini, seperti di Karsa Utama, Gelael, Makro, Mawar, Ramayana, Gorontalo Mall dan
lain-lain membuka peluang pasar yang lebih luas bagi pengembangan nilai tambah
jagung, serta kemungkinan untuk diekspor juga sangat besar dengan melihat
permintaan akan kebutuhan vahan baku pakan ternak di Luar Provinsi Gorontalo.
b. Pesaing
Persaingan pengembangan nilai tambah dalam industri rumah tangga
berbahan dasar jagung cukup ketat. Jumlah UKM yang memulai beroperasi juga
semakin banyak dari segi usaha pengolahan rumput laut, usaha pengolahan cabe,
pengolahan ikan asin dan sebagainya, utamanya adalah UKM atau industri yang ada
di luar Luar Kabupaten Puhuwato seperti UKM Flamboyan, UKM Suka Maju, UKM
Khalifah, UKM Bogenfil dan sebagainya yang juga bergerak dibidang pengolahan
jagung. Hal ini menjadi ancaman bagi pengembangannya, dimana makin banyaknya
pilihan masyarakat untuk memutuskan pembelian. Munculnya gudang-gudang
eksportir juga menjadi ancaman ke dua bagi pengembangan nilai tambah jagung di
Kabupaten Pohuwato, dimana produksi jagung yang dihasilkan oleh petani langsung
diserap oleh perusahaan dengan penawaran harga yang lebih tinggi. Adapun
perusahaan yang menyerap hasil produksi jagung dengan penawaran harga berbeda
kepada petani dapat dilihat pada Tabel 12.
29
Tabel 12. Perusahaan Exportir yang Menyerap Produksi Jagung di Provinsi
Gorontalo Tahun 2012
No Exportir Harga
Rp/Kg
1 Mitra Mandiri Agri Makmur 2600
2 UD. Kemiri Putih 2650
3 PT. Harim 2550
4 Mitra Agro Marketing -
5 Manna Utara Sejahtera 2600
6 Isimu Sejati Makmur Utama 2600
7 CV. Utami 2500
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo,2013
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa terdapatnya tujuh perusahaan exportir
jagung dengan penawaran harga yang bervariasi menjadi salah satu ancaman bagi
Kabupaten Pohuwato untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui
pengembangan nilai tambah jagung. Karena keputusan petani untuk memasarkan
hasil produksinya tergantung penawaran harga yang diberikan oleh konsumen dan
lebih memberikan keuntungan kepada petani itu sendiri.
c. Pemasok
Dalam pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato yang lebih
difokuskan pada pengembangan industri rumah tangga tentunya membutuhkan
pasokan bahan baku. Hal ini yang menjadi ancaman bagi pengembangan tersebut,
dimana para pemasok lebih mementukan untuk memasarkan hasil panennya ke
gudang exportir karena lebih memberikan keuntungan dengan harga yang lebih
tinggi, dimana harga yang ditawarkan oleh tengkulak berkisar dari Rp. 2500 sampai
Rp. 2750, sedangkan untuk harga jagung ditigkat petani yang diminta oleh para
pengusaha agroindustri adalah berkisar Rp. 2000 sampai dengan Rp. 2500. Ini berarti
harga yang ditawarkan oleh tengkulak seperti tengkulak dari PT. Harim lebih tinggi
dari pada oleh pengusaha-pengusaha industri rumah tangga.
30
D. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal
1. Faktor Internal kekuatan dan kelemahan
Berdasarkan peninjauan langsung di Kabupaten Pohuwato sesuai dengan
metode yang digunakan. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data kemudian
dapat diketahui lingkungan internalnya yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
Adapun kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan nilai tambah jagung di
Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
NO Faktor Internal Bobot Rating B x R Ket :
A. Kekuatan
1. Sebagian besar penduduk Kabupaten
Pohuwato berkecimpung pada usaha pertanian
0,12 4 0,48 Kekuatan Utama :
1. Sebagian besar
penduduk Kabupaten
Pohuwato
berkecimpung pada
usaha pertanian
2. Luas lahan, luas
panen, produksi, dan
produktifitas
komoditi jagung
meningkat dari tahun
ke tahun
3. Dukungan dan peran
aktif pemerintah.
2. Jagung merupakan tanaman unggulan
sehingga menjadi primadona masyarakat
Kabupaten Pohuwato
0,05 2 0,1
3. Luas lahan, luas panen, produksi, dan
produktifitas komoditi jagung meningkat dari
tahun ke tahun
0,08 4 0,32
4. Motivasi dan semangat petani untuk usahatani
jagung di Kabupaten Pohuwato sangat baik
karena sudah menjadi kebiasaan atau kultur
masyarakat
0,04 2 0,08
5. Mempunyai tujuan yang jelas 0,03 1 0,03
6. Dukungan dan peran aktif pemerintah. 0,14 4 0,56
Nilai Total 1,57
B. Kelemahan
1. Terbatasnya sumberdaya produksi, tenaga ahli
dan modal usaha.
0,13 1 0,13 Kekuatan Utama :
1. Terbatasnya
sumberdaya
produksi, tenaga
ahli dan modal
usaha.
2. Kurangnya industri
pengolahan jagung.
3. Pemasaran produk
olahan yang masih
terbatas.
2 Pemasaran produk yang yang masih dalam
bentuk bahan baku.
0,06 2 0,12
3 Ketidakstabilan harga jagung. 0,03 4 0,12
4 Pasar yang dihadapi petani bersifat oligopoli,
sehingga saat produksi jagung melimpah
harga jagung pun rendah.
0,05
3 0,15
5 Kurangnya industri pengolahan jagung. 0,15 1 0,15
6 Pemasaran produk olahan yang masih
terbatas.
0,12 1 0,12
Nilai Total 0,79
Total 1,00 t 2,36
Sumber : Analisis Data Primer, 2013
31
Tabel 13 terlihat bahwa terdapat 6 faktor kekuatan dan kelemahan dengan
total nilai masing-masing adalah 1,57 dan 0,79. keadaan ini menunjukkan bahwa
faktor kekuatan untuk pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato
lebih besar dari faktor kelemahan sebagai penghambat pengembangan nilai tambah
jagung. Kekuatan utama yaitu Sebagian besar penduduk Kabupaten Pohuwato
berkecimpung pada usaha pertanian dan luas lahan, luas panen, produksi, dan
produktifitas komoditi jagung meningkat dari tahun ke tahun serta besarnya
dukungan dan peran aktif pemerintah. sedangkan kelemahan utama yang harus diatasi
yaitu terbatasnya sumberdaya produksi, tenaga ahli dan modal usaha, kurangnya
industri pengolahan jagung, serta pemasaran produk olahan yang masih terbatas.
2. Faktor Eksternal Peluang dan Ancaman
Faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan
nilai tambah jagung di kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Tabel 14, dimana
setelah mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal, selanjutnya adalah Pemberian
bobot pada peluang dan ancaman maksimal sampai nilai skor 1,00. Kemudian faktor-
faktor tersebut diberi nilai rating mulai dari peluang terbesar diberi rating 1 dan
peluang terkecil diberi rating 4, pemberian nilai rating ancaman sebaliknya, jika
ancaman terbesar diberi nilai 1, tetapi apabila ancaman kecil diberi nilai 4 (Hunger
dan Wheleen, 2003). Nilai rating untuk faktor eksternal juga dapat dilihat pada Tabel
14.
32
Tabel 14. Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
No. Faktor Eksternal Bobot Rating B x R Ket
A. Peluang
0.14
4
0,56
Peluang utama :
1. Masih terbuka
peluang perluasan
areal di lahan
kering, serta
pemanfaatan
lahan sawah yang
sementara tidak
diusahakan.
2. Perkembangan
teknologi dan
komunikasi yang
semakin canggih
dapat membantu
proses
pengembangan.
1.
Masih terbuka peluang perluasan
areal di lahan kering, serta
pemanfaatan lahan sawah yang
sementara tidak diusahakan.
2.
Kebutuhan jagung lokal maupun
nasional yang terus meningkat.
0,07 2 O,14
3.
Perkembangan teknologi dan
komunikasi yang semakin canggih
dapat membantu proses
pengembangan.
0,15 4 0,6
4.
Semakin tingginya permintaan
produk yang berbahan dasar nabati
karena menghindari makanan kadar
kolestrol tinggi.
0,09 3 0,27
5.
Pertumbuhan tempat-tempat
perbelanjaan yang semakin
meningkat.
0,11
3 0,33
Nilai Total 1,9
B. Ancaman
1.
Meningkatnya produk olahan dari
luar negeri (Import)
0,13 1 0,13 Ancaman utama :
1. Meningkatnya
produk olahan
dari luar negeri
(Import).
2. Munculnya
berbagai usaha
yang sejenis.
2. Sosial budaya masyarakat luar
Kabupaten Pohuwato yang tidak
bisa menyesuaikan dengan produk
yang dihasilkan..
0,09 3 0,27
3.
Jagung saat ini lebih banyak
diarahkan sebagai bahan baku
pakan ternak di luar Provinsi
Gorontalo.
0,06 2 0,12
4. Munculnya berbagai usaha yang
sejenis.
0,12 1 0,12
5. Kebijakan diberlakukannya pasar
bebas.
0,04 4 0,16
Nilai Total 0,8
Total 1,00 2,7
Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa terdapat 5 faktor peluang dan 5 faktor
ancaman yang masing-masing mempunyai nilai total peluang 1,90 lebih besar dari
pada nilai total ancaman 0,80. Keadaan ini menunjukan bahwa peluang untuk
33
pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato lebih besar dibandingkan
dengan ancaman yang akan dihadapi dalam kegiatan pengembangan nilai tambah.
Peluang utama yang sangat membantu adalah masih terbuka peluang
perluasan areal di lahan kering, serta pemanfaatan lahan sawah yang sementara tidak
diusahakan dan perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin canggih
dapat membantu proses pengembangan, untuk meraih peluang tersebut tentunya
dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Sedangkan ancaman utama yaitu
Meningkatnya produk olahan dari luar negeri (Import) dan munculnya berbagai usaha
yang sejenis.
Untuk mengetahui strategi pengembangan nilai tambah jagung di kabupaten
Pohuwato dengan mengunakan diagram Analisis SWOT yang dapat dilihat pada
Gambar 7.
Peluang (O)
Y
Strategi Strategi Agresif
Turn Around 1,1
II I
Kelemahan (W) X Kekuatan (S)
0,78
IV III
Strategi Defensif Strategi Diversifikasi
Ancaman (T)
Gambar 7. Diagram Analisis SWOT Strategi Pengembangan Nilai Tambah Jagung
Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar
dari pada kelemahannya, menghasilkan sumbu X dalam diagram SWOT. Demikian
juga peluang yang dihadapi lebih besar dari pada ancaman sehingga menghasilkan
sumbu Y dalam diagram SWOT dengan nilai menunjukkan bahwa selesih antara
34
peluang dan ancaman menunjukkan angka 1,1 sedangkan selisih antara kekuatan dan
kelemahan 0.78. Maka strategi pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten
Pohuwato berada pada kuadran 1 dimana mendukung startegi yang agresif atau
strategi SO (Strenght – Opportunities), pengambil keputusan menggabungkan dua
situasi dimana memiliki posisi yang kuat, yang ditunjukkan oleh kekuatan dan
peluang yang dimiliki (Pearce dan Robinson, 2008).
Hal ini menunjukkan bahwa keadaan strategi pengembangan nilai tambah
jagung di Kabupaten Pohuwato berada pada situasi yang sangat menguntungkan
karena memiliki kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, strategi sebaiknya yang dijalankan pada kondisi demikian ini
adalah strategi kebijakan mendukung pertumbuhan agresif (Growth Oriented
Strategy) yaitu mengunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (Hunger dan
Wheleen, 2003).
E. Matrik SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen yang ampuh apabila
digunakan dengan tepat. Analisis SWOT merupakan akronim untuk kata-kata
Stengths (kekuatan), Opportunities (peluang), Weaknesses (kelemahan), dan Threats
(ancaman), faktor kekuatan dan kelemahan dalam tubuh organisasi termasuk satuan
bisnis tertentu, serta faktor peluang dan ancaman merupakan faktor lingkungan yang
dihadapi oleh organisasi, perusahaan, ataupun bisnis. Hal ini diperlukan oleh
perusahaan untuk mengatasi persaingan, baik dari produk sejenis maupun produk
substitusi yang perkembangannya semakin pesat seiring perkembangan teknologi.
Berdasarkan data pendukung yang didapat dilapangan tentang faktor-faktor
lingkungan internal dan eksternal pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten
Pohuwato maka dapat disusun dalam matriks SWOT. Penyusunan alternatif-alternatif
strategi pengembangan nilai tambah tersebut didasarkan pada kesesuaian yang logis
antara unsur-unsur Strengths (kekuatan), Opportunities (peluang), Weaknesses
(kelemahan), dan Threats (ancaman) yang dihadapi oleh “Kabupaten Pohuwato”.
35
Setelah itu dapat disusun empat sel strategi yaitu strategi pertumbuhan (S-O), turn
over (W-O), strategi diversifikasi (S-T), dan strategi defensif (W-T).
Dengan matrix tersebut, suatu usaha dapat membuat strategi dalam
mengantisipasi peluang maupun tantangan dengan mencoba memanfaatkan kekuatan
yang ada. Atau usaha tersebut dapat memperkuat atau menggunakan kelemahan
perusahaannya untuk mengejar peluang maupun mengantisipasi ancaman terhadap
usaha tersebut, brand ataupun produknya.
Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang terdapat di
Kabupaten Pohuwato maka dapat diperoleh strategi untuk mengembangan nilai
tambah jagung seperti yang terdapat pada Tabel 15.
36
Tabel 15. Analisis SWOT Dalam Menentukan Strategi Pengembangan Nilai Tambah
Jagung di Kabupaten Pohuwato.
Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
Eksternal
Kekuatan (S)
1. Sebagian besar penduduk Kabupaten
Pohuwato berkecimpung pada usaha
pertanian
2. Jagung merupakan tanaman unggulan
sehingga menjadi primadona
masyarakat Kabupaten Pohuwato
3. Luas lahan, luas panen, produksi, dan
produktifitas komoditi jagung
meningkat dari tahun ke tahun
4. Motivasi dan semangat petani untuk
usahatani jagung di Kabupaten
Pohuwato sangat baik karena sudah
menjadi kebiasaan atau kultur
masyarakat
5. Mempunyai tujuan yang jelas
6. Dukungan dan peran aktif pemerintah.
Kelemahan (W)
1. Terbatasnya sumberdaya produksi, tenaga
ahli dan modal usaha.
2. Pemasaran produk yang yang masih
dalam bentuk bahan baku.
3. Ketidakstabilan harga jagung.
4. Pasar yang dihadapi petani bersifat
oligopoli, sehingga saat produksi jagung
melimpah harga jagung pun rendah.
5. Kurangnya industri pengolahan jagung.
6. Pemasaran produk olahan yang masih
terbatas.
Peluang (O)
1. Masih terbuka peluang perluasan areal
di lahan kering, serta pemanfaatan lahan
sawah yang sementara tidak diusahakan.
2. Kebutuhan jagung lokal maupun
nasional yang terus meningkat.
3. Perkembangan teknologi dan
komunikasi yang semakin canggih dapat
membantu proses pengembangan.
4. Semakin tingginya permintaan produk
yang berbahan dasar nabati karena
menghindari makanan kadar kolestrol
tinggi.
5. Pertumbuhan tempat-tempat
perbelanjaan yang semakin meningkat.
Strategi (S-O)
1). Mempertahankan peningkatan luas lahan,
luas panen, produksi dan produktivitas
komoditi jagung dari tahun ke tahun
sehingga dapat memenuhi kebutuhan
jagung lokal maupun nasional, serta dapat
memenuhi permintaan pasar terhadap
produk yang berbahan dasar nabati
(3,2,4)
2). Memanfaatkan kecanggihan teknologi dan
komunikasi untuk menciptakan inovasi
produk baru sehingga motivasi dan
semangat petani tetap terjaga
(4,3)
Strategi (W-O)
1). Memaksimalkan keterbatasan sumberdaya
produksi, tenaga ahli dan modal usaha
agar peluang perluasan areal lahan kering
dapat dilaksanakn, dan kebutuhan jagung
lokal maupun nasional pun dapat
dipenuhi
(1,1,2)
2). Menciptakan dan mengembangkan
industri pengolahan jagung (Home
Industri makanan ringan) agar dapat
memenuhi tingginya permintaan produk
yang berbahan dasar nabati.
(5,4)
3). Meningkatkan sistem pemasaran produk
dengan memanfaatkan pertumbuhan
tempat-tempat perbelanjaan yang
semakin meningkat
(6,5)
Ancaman (T)
1. Meningkatnya produk olahan dari luar
negeri (Import)
2. Sosial budaya masyarakat luar
Kabupaten Pohuwato yang tidak bisa
menyesuaikan dengan produk yang
dihasilkan.
3. Jagung saat ini lebih banyak diarahkan
sebagai bahan baku pakan ternak di luar
Provinsi Gorontalo.
4. Munculnya berbagai usaha yang sejenis.
5. Kebijakan diberlakukannya pasar bebas.
Strategi (S-T)
1). Memanfaatkan dukungan dan peran aktif
pemerintah dalam pengembangan nilai
tambah jagung di Kabupaten Pohuwato
sehingga kebutuhan jagung luar
Kabupaten Pohuwato yang lebih
diarahkan sebagai bahan baku pakan
ternak tidak dapat dipenuhi.
(6,3)
2). Mempertahankan sosial budaya
masyarakat dimana jagung merupakan
tanaman unggulan yang telah menjadi
primadona masyarakat, sehingga
ancaman meningkatnya produk olahan
dari luar negeri pun (import) dapat
dihindari.
(4,2,1)
Strategi (W-T)
1) Meningkatkan sumberdaya produksi,
tenaga ahli dan modal usaha agar dapat
menciptakan inovasi-inovasi baru
dalam penciptaan produk makanan
melalui home industri sehingga produk
lokal tidak akan tersaingi oleh produk
import
(1,1,2)
2) Pemasaran jagung yang masih dalam
bentuk bahan baku dan kurangnya
industri pengolahan jagung
diusahakan untuk menciptakan produk
makanan yang lebih memperhatikan
kualitas produk, kemasan, promosi dan
saluran pemasarannya agar tidak
ketinggalan dari pesaing.
( 2,5,3,4)
37
Berdasarkan hasil analisis analisis SWOT pada Tabel 15, maka dapat
diperoleh empat sel alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh Kabupaten
Puhuwato dalam melakukan pengembangan nilai tambah jagung yaitu Strategi (S-
O,) Stategi (W-O), Strategi (S-T) dan Strategi (W-T).
1. Strategi S-O
Strategi S-O (Stengths–Opportunities) adalah strategi yang menggunakan
kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi S-O
bagi pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan peningkatan luas lahan, luas panen, produksi dan produktivitas
komoditi jagung dari tahun ke tahun sehingga dapat memenuhi kebutuhan jagung
lokal maupun nasional. Kebutuhan jagung terus meningkat karena makin
tingginya permintaan pasar terhadap produk makanan yang berbahan dasar
nabati. Pola konsumsi masyarakat di Gorontalo telah bergeser dari bahan
makanan hewani ke bahan makanan nabati, ini terjadi karena masyarakat yang
ada berusaha menghindari makanan kadar kolesterol tinggi, setelah diketahui
adanya korelasi positif antara penyakit jantung koroner dengan kadar kolesterol
yang tinggi di dalam serum darah. Bahan makanan nabati cenderung semakin
diminati. Selain itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
mengkonsumsi makanan yang sehat tanpa bahan pengawet dengan nilai gizi yang
tinggi semakin meningkatkan permintaan masyarakat terhadap produk makanan
ringan yang berbahan dasar jagung. Hal inilah yang mendorong masyarakat
dalam mempertahankan peningkatan jumlah produksi, luas lahan, luas panen dan
produktifitas agar kebutuhan jagung dapat terpenuhi.
2. Memanfaatkan kecanggihan teknologi dan komunikasi untuk menciptakan
inovasi produk baru sehingga motivasi dan semangat petani tetap terjaga.
Diketahui motivasi dan semangat petani akan tetap terjaga karena adanya inovasi
baru melalui perkembangan teknologi dan komunikasi. Memanfaatkan
38
kecanggihan teknologi dan komunikasi untuk pembuatan produk-produk baru
atau pengembangan industri yang fokus pada pengolahan jagung tentunya
tidaklah mudah, dimana kita harus menyesuaikan dengan permintaan pasar atau
selera konsumen. Untuk mengetahui hal tersebut maka sebaiknya kita
memanfaatkan kecanggihan teknologi dan kumunikasi agar produk yang kita
ciptakan sesuai dengan selera konsumen, yang tentunya dengan menciptakan
produk yang lebih memperhatikan kualitas produk dan bernilai gizi tinggi
sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Melalui media komunikasi juga
kita dapat mendapatkan informasi mengenai peluang pasar, sehingga produk
yang kita ciptakan mempunyai sasaran pasar yang jelas.
2. Strategi W-O
Strategi W-O (Weaknesses- Opportunities) adalah strategi yang bertujuan
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi
W-O untuk pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato terdiri dari:
1. Memaksimalkan keterbatasan sumberdaya produksi, tenaga ahli dan modal usaha
agar peluang perluasan areal lahan kering dapat dilaksanakan, dan kebutuhan
jagung lokal maupun nasional pun dapat dipenuhi. Memaksimalkan Sumberdaya
manusia melalui pengembangan dan pelatihan sehingga terbentuk tenaga-tenaga
ahli. Sumberdaya manusia merupakan motor penggerak utama dalam
pengembangan nilai tambah jagung, terutama dalam menciptakan produk-produk
makanan yang lebih berkualitas sehingga lebih diminati masyarakat dan bisa
bersaing dipasar lokal, nasional, bahkan internasional. Sama halnya dengan
memaksimalkan sumberdaya produksi dan modal, usaha pengembangan tidak
akan berjalan sesuai yang diinginkan tanpa adanya modal dan sumberdaya
produksi. Modal dapat diatasi dengan melakukan pinjaman disumber-sumber
modal seperti bank, koperasi, dan sumber modal lainnya, dengan ketersediaan
modal usaha maka semberdaya produksi pun dapat terpenuhi. Maksimalnya
39
faktor-faktor produksi dapat mempermudah proses pengembangan, sehingga
permintaan jagung baik lokal maupun nasional dapat terpenuhi.
2. Menciptakan dan mengembangkan industri pengolahan jagung (Home Industry
makanan ringan) agar dapat memenuhi tingginya permintaan produk yang
berbahan dasar nabati. Pembangunan industri dengan menciptakan produk-produk
baru yang berbahan dasar jagung seperti tepung jagung, stik jagung, susu jagung,
kue jagung, dan berbagai macam makanan lainnya ini merupakan strategi yang
tepat untuk pengembangan jagung di Kabupaten Pohuwato, hal ini disebabkan
oleh bahan baku utama produk sudah menjadi komoditi unggulan daerah.
Pengembangan home industri juga sesuai dengan kemampuan masyarakat,
dimana proses produksinya tidak membutuhkan tenaga-tenaga ahli dan
membutuhkan modal yang sangat besar. Melihat peluang pasar akan tingginya
permintaan produk yang berbahan dasar nabati menjamin produk yang dihasilkan
oleh home industry Kabupaten Pohuwato bisa terserap dengan baik.
3. Meningkatkan sistem pemasaran produk dengan memanfaatkan pertumbuhan
tempat-tempat perbelanjaan yang semakin meningkat. Provinsi Gorontalo
merupakan salah satu provinsi yang masih sementara berkembang, dimana
pembangunan masih sangat diprioritaskan, salah satunya adalah pembangunan
tempat-tempat perbelanjaan. Dengan adanya pembangunan tempat-tempat
perbelanjaan tersebut membuka peluang bagi masyarakat Kabupaten Pohuwato
dalam melakukan pengembangan nilai tambah jagung khususnya dalam
pengolahan indutri rumah tangga yang berbahan dasar jagung dan meningkatkan
sistem pemasarannya. Dimana masyarakat bisa langsung bermitra dengan tempat-
tempat perbelanjaan tersebut untuk memasarkan produknya, karena tempat-
tempat perbelanjaan seperti Karsa Utama Mall, Hypermart, Makro, Amanda,
Virgo, Gelael, Toko Kue Mawar, Kerawang, Toko Kue Aneka Donat dan lain
sebagainya adalah tempa yang strategis dimana dilihat dari segi pengunjungnya
ataupun konsumen ditempat tersebut banyak peluangnya.
40
3. Strategi S-T
Strategi S-T (Stengths- Threats) adalah strategi yang menggunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi
S-T untuk pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato adalah :
1. Memanfaatkan dukungan dan peran aktif pemerintah dalam pengembangan nilai
tambah jagung di Kabupaten Pohuwato sehingga kebutuhan jagung luar
Kabupaten Pohuwato yang lebih diarahkan sebagai bahan baku pakan ternak tidak
dapat dipenuhi. Peningkatan kebutuhan jagung dari tahun ke tahun disebabkan
oleh komoditas jagung yang semakin diperlukan untuk konsumsi industri pakan
dan peternakan di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan konsumsi hasil
pertenakan seperti telur dan daging, maka akan semakin besar kebutuhan
konsumsi jagung di sektor ini. Permintaan komoditas jagung yang semakin tinggi
diperlukan untuk industri pakan ternak seiring mulai beroperasinya beberapa
pabrik pakan baru di Indonesia. Berdasarkan data dari Gabungan Perusahaan
Makanan Ternak (GPMT), bahwa tahun 2012 ada tiga pabrik pengolahan pakan
ternak baru yang dibangun di Cirebon dan Bali. Ketiga pabrik pakan ternak
tersebut masing-masing berkapasitas 20 ton per jam. Mengatasi hal tersebut maka
kita harus memanfaatkan dukungan dan peran aktif pemerintah dalam
mengembangkan nilai tambah jagung di daerah kita sendiri. Dimana pemerintah
turut serta dalam menciptakan tenaga-tenaga ahli, sumberdaya produksi dan
inovasi-inovasi baru dalam pengembangan nilai tambah. Tumbuhnya industri-
industri lokal menutup peluang untuk industri luar mendapatkan bahan baku
utama dari Kabupaten Pohuwato, sebab bahan baku yang dihasilkan daerah
diserap langsung oleh indutri lokal daerah.
2. Mempertahankan sosial budaya masyarakat dimana jagung merupakan tanaman
unggulan yang telah menjadi primadona masyarakat, sehingga ancaman
meningkatnya produk olahan dari luar negeri pun (import) dapat dihindari. Dalam
era globalisasi ini banyak bermunculan produk-produk makanan modern import
41
atau produk olahan import yang lebih menarik perhatian masyarakat, seperti
hamburger, J.Co, KFC, rotiboy, dan sebagainya. Adanya pola pikir masyarakat
bahwa mengonsumsi makanan asing lebih bergengsi membuat keberadaan
makanan tradisional khususnya yang berbahan dasar jagung terancam. Hal ini
bisa diatasi dengan mempertahankan sosial budaya masyarakat dimana jagung
merupakan tanaman unggulan yang telah menjadi primadona masyarakat, dengan
cara menciptakan produk dengan makanan yang menarik sehingga masyarakat
akan lebih mencintai produk lokal dibandingkan dengan produk import.
4. Strategi W-T
Strategi W-T (Weaknesses-Threats) adalah strategi yang bertujuan mengurangi
kelemahan internal yang dimiliki untuk menghindari ancaman lingkungan. Strategi
W-T untuk pengembangan nilai tambah jagung di Kabupaten Pohuwato” adalah :
1. Meningkatkan sumberdaya produksi, tenaga ahli dan modal usaha agar dapat
menciptakan inovasi-inovasi baru dalam penciptaan produk makanan melalui
home industry sehingga produk lokal tidak akan tersaingi oleh produk impor.
Dimana dengan adanya sumberdaya manusia yang kreatif dan adanya modal usaha
yang mendukung, penciptaan produk-produk makanan home industry yang lebih
baik dengan inovasi-inovasi baru pun dapat diciptakan.
2. Pemasaran jagung yang masih dalam bentuk bahan baku dan kurangnya industri
pengolahan jagung diusahakan untuk menciptakan produk makanan yang lebih
memperhatikan kualitas produk, kemasan, promosi dan saluran pemasarannya agar
tidak ketinggalan dari pesaing. Strategi ini sangat tepat untuk mengatasi adanya
pesaing-pesaing yang dapat mengancam pengembangan nilai tambah jagung di
Kabupaten Pohuwato. Produk yang akan diciptakan nantinya harus lebih
memperhatikan kualitas produk maupun kemasan agar dapat menarik perhatian
konsumen. Sama halnya dengan promosi, melakukan promosi tentang keunggulan
dan kualitas produk juga harus dilakukan agar meningkatkan volume penjualan.
Peningkatan kegiatan promosi merupakan suatu tindakan yang sangat menentukan
42
dalam peningkatan nilai penjualan, menciptakan pasaran hasil produksi dan
pertumbuhan terhadap produk. Memperhatikan saluran pemasarannya pun
sangalah diperlukan. Dimana produk yang diciptakan apabila melalui saluran
pasar yang panjang, maka memberikan resiko yang nantinya dapat merugikan
seperti rusaknya produk dan kualitas produk yang menurun.