web viewseorang peneliti biologi walter cannon menyebut kemampuan mempertahankan keadaan dalam yang...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI HEWAN
Pengaruh faktor abiotik terhadap kelangsungan hidup ikan
Oleh: Kelompok 3 Bio 6 B
Hendry Kurniawan (0910211108)
Nimas Roro S (0910211113)
Sinta Septiana (0910211064)
Rury Ayu (0910211072)
Aini Maskuro (0910211107)
Arizal Irawan P (0910211082)
Dimas Perkasa P (081211061)
Halimatus Sa’diyah (0910211066)
Eka Fitria (0910211091)
M. Mahfud (0910211063)
Dian Nuriyanti (0910211075)
Faik Nika’atul (0910211104)
Mega Wahyuni (09102110 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat mengetahui pengaruh faktor-faktor abiotik
lingkungan terhadap kelangsungan hidup hewan.
1.2 Teori dasar
Organisme uniseluler pada umumnya tidak mampu bertahan hidup pada
lingkungan yang mengalami perubahan suhu yang cepat. Namun di lain pihak,
organisme multiseluler kompleks mampu mempertahankan hidup walaupan suhu
disekitarnya sangat cepat berubah. Hal ini dikarenakan, organisme multiseluler
memiliki kemampuan untuk mempertahankan kondisi dalam (milieu interieur).
Pertahanan kondisi dalam ini akan melindungi bagian dalam tubuh organisme
terutama sel dari perubahan suhu mendadak atau drastis. Berdasarkan hasil percobaan
suhu badan meningkat dibandingkan dengan kegiatan lain. Namun tubuh tidak
mengalami gangguan yang berarti seperti kejang, detak jantung yang sangat cepat dan
lain lain. Hal ini mampu menunjukkan bahwa tubuh mampu mengimbangi perubahan
suhu lingkungan yang tiba tiba (Minarma, 2004).
Seorang peneliti biologi Walter Cannon menyebut kemampuan
mempertahankan keadaan dalam yang dimiliki oleh makhluk hidup multiseluler
sebagai homeostasis. Homeostasis berasal dari bahasa yunani yaitu, homeo yang
berati sama dan stasis yang berati mempertahankan keadaan. Homeostasis kemudian
sering diartikan sebagai semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk
mempertahankan lingkungan internal, dalam kondisi tertentu agar tecipata kondisi
yang optimal bagi kehidupan organisme yang bersangkutan.
Ikan mempunyai respon terhadap rangsangan yang disebabkan oleh cahaya yang besar
berkisar antara 0,01 – 0,001 lux sekalipun, dimana hal ini bergantung kemampuan sesuatu
jenis ikan untuk beradaptasi. Menurut penelitian para ahli bahwa suatu lampu yang oleh
mata manusia hanya mampu diindera oleh manusia sampai dengan kedalaman sekitar 5 meter
saja ternyata mampu memikat ikan sampai dengan kedalaman 28 meter. Bull (1952)
mendapatkan bahwa ikan ternyata mempunyai daya penglihatan yang cukup baik pula untuk
membedakan warna.
Ada jenis ikan yang bersifat phototaxis positif, yaitu bahwa ikan akan bergerak ke arah
sumber cahaya karena rasa tertariknya, sebaliknya beberapa jenis ikan mungkin sekali akan
bersifat phototaxis negatif, yang memberikan respon dan tindakan yang sebaliknya dengan
yang bersifat phototaxis positif tadi.
BAB II
METODELOGI
2.1 Alat dan Bahan
1. Buku petunjuk praktikum
2. Alat Tulis
3. Toples
4. Ikan
5. Lampu/ Cahaya matahari
2.2 Cara kerja
1. Mahasiswa mempersiapkan alat dan bahan
2. Isi toples dengan air
3. Masukan ikan ke dalam toples yang sudah berisi air
4. Letakkan toples ke tempat yang sebagian terkena cahaya matahari dan
sebagian tidak terkena cahaya matahari
5. Amati dan catat apa yang terjadi
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel Pengamatan
Nama Kelompok Pengamatan 5
menit 1
Pengamatan 5
menit ke 2
Pengamatan 5
menit ke 3
Kelompok 1 4 ikan menuju ke
tempat gelap
4 ikan menuju ke
tempat terang
2 ikan menuju ke
tempat gelap dan 2
ikan ditempat
terang
Kelompok 2 4 ikan menuju ke
tempat gelap
4 ikan menuju ke
tempat gelap
4 ikan menuju ke
tempat gelap
Kelompok 3 3 ikan ditempat
gelap, 1 iakan
ditempat terang
3 ikan ditempat
gelap, 1 ikan
ditempat terang
3 ikan ditempat
gelap, 1 iakan
ditempat terang
Kelompok 4 3 ikan ditempat
gelap, 1 iakan
ditempat terang
3 ikan ditempat
gelap, 1 iakan
ditempat terang
4 ikan menuju ke
tempat gelap
3.2 Gambar Pengamatan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Diskusi
1. Factor-faktor abiotik apa saja yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan
Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang
lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan
untuk eksistensi hidup dan keturunannya. Ikan mengadakan migrasi dengan tujuan
untuk pemijahan, mencari makanan dan mencari daerah yang cocok untuk
kelangsungan hidupnya. Migrasi ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor
eksternal (berupa faktor lingkungan yang secara langsung atau tidak langsung
berperan dalam migrasi ikan) maupun internal (faktor yang terdapat dalam tubuh
ikan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi:
Faktor Eksternal
- Bimbingan ikan yang lebih dewasa
Ikan mampu melakukan migrasi untuk kembali ke daerah asal karena adanya
bimbingan dari ikan yang lebih tua.
Contoh: migrasi ikan herring Norwegia atau ikan Cod laut Barents, ikan lebih tua
cenderung tiba di tujuan lebih dulu dari pada ikan muda
- Bau perairan
Ikan anadromous mampu bermigrasi ke daerah asal dengan melalui beberapa cabang
sungai, kemampuan memilih cabang sungai yang benar diduga dilakukan dengan
mengenali bau-bauan bahan organik yang terdapat dalam sungai.
Contoh: Ikan salmon mampu mengenali bau morpholine dengan konsentrasi 1 x 10-
6ppm, jika suatu cabang sungai diberi larutan morpholine, maka ikan salmon akan
masuk ke cabang sungai tadi. Hal ini menunjukkan bahwa ikan menggunakan indera
pencium untuk bermigrasi ke daerah asalnya.
- Suhu
Fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting yang merangsang
dan menentukan pengkonsentrasian serta pengelompokkan ikan. Suhu akan
mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas erakan tubuh dan berfungsi sebagai
stimulus saraf.
Contoh: suhu permukaan yang disukai ikan cakalang berkisar 160-260C, sedangkan
suhu tinggi merupakan faktor penghambat bagi ikan salmon untuk bermigrasi (pada
suhu 240C tidak ada ikan salmon yang bermigrasi).
- Salinitas
Ikan cenderung memilih medium dengan salinitas yang lebih sesuai dengan tekanan
osmotik tubuh mereka masing-masing. Perubahan salinitas akan merangsang ikan
untuk melakukan migrasi ke tempat yang memiliki salinitas yang sesuai dengan
tekanan osmotik tubuhnya.
Contoh: Seriola qiuqueradiata menyukai medium dengan salinitas 19 ppt, sedangkan
ikan cakalang menyukai perairan dengan kadar salinitas 33-35 ppt.
- Arus pasang surut
Arus akan mempengaruhi migrasi ikan melalui transport pasif telur ikan dan juvenil
dari daerah pemijahan menuju daerah asuhan dan mungkin berorientasi sebagai arus
yang berlawanan pada saat spesies dewasa bermigrasi dari daerah makanan menuju ke
daerah pemijahan. Ikan dewasa yang baru selesai memijah juga memanfaatkan arus
untuk kembali ke daerah makanan. Pasang surut di perairan menyebabkan terjadinya
arus di perairan yang disebut arus pasang dan arus surut.
- Intensitas cahaya
Perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi pola penyebaran ikan, tetapi
respon ikan terhadap perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh jenis ikan, suhu
dan tingkat kekeruhan perairan. Ikan mempunyai kecenderungan membentuk
kelompok kecil pada siang hari dan menyebar pada malam hari.
- Musim
Musim akan mempengaruhi migrasi vertikal dan horisontal ikan, migrasi ini
kemungkinan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya. Ikan pelagis dan ikan
demersal mengalami migrasi musiman horisontal, mereka biasanya menuju ke
perairan lebih dangkal atau dekat permukaan selama musim panas dan menuju
perairan lebih dalam pada musim dingin.
- Matahari
Ikan-ikan pelagis yang bergerak pada lapisan permukaan yang jernih kemungkinan
besar menggunakan matahari sebagai kompas mereka, tetapi hal ini mungkin tidak
berlaku bagi ikan-ikan laut dalam yang melakukan migrasi akibat pengaruh musim.
- Pencemaran air limbah
Pencemaran air limbah akan mempengaruhi migrasi ikan, penambahan kualitas air
limbah dapat menyebabkan perubahan pola migrasi ikan ke bagian hulu sungai.
Contoh: ikan white catfish pada musim pemijahan banyak terdapat didaerah muara,
padahal biasanya ikan ini memijah di hulu sungai. Tetapi migrasi mereka terhalang
oleh air limbah di hulu sungai.
Faktor Internal
- Kematangan gonad
Kematangan gonad diduga merupakan salah satu pendorong bagi ikan untuk
melakukan migrasi, meskipun bisa terjadi ikan-ikan tersebut melakukan migrasi
sebagai proses untuk melakukan pematangan gonad.
- Kelenjar-kelenjar internal
Migrasi ikan Cod di laut Barent dikontrol oleh kelenjar tiroid yang berada di
kerongkongan, kelenjar tersebut aktif pada bulan September yang merupakan waktu
pemijahan ikan Cod.
- Insting
Ikan mampu menemukan kembali daerah asal mereka meskipun sebelumnya ikan
tersebut menetas dan tumbuh di daerah yang sangat jauh dari tempat asalnya dan
belum pernah melewati daerah tersebut, kemampuan ini diduga berasal dari faktor
insting.
- Aktifitas renang
Aktifitas renang ikan meningkat pada malam hari, kebanyakan ikan bertulang rawan
(elasmobranch) dan ikan bertulang keras (teleost) lebih aktif berenang pada malam
hari daripada di siang hari.
Pola distribusi, migrasi, daya pulih dan daya adaptasi ikan terhadap perubahan
lingkungan merupakan landasan bagi upaya pelestarian sumberdaya ikan. Informasi
tersebut dapat digunakan untuk menentukan jumlah beban masukan bahan organik
maupun inorganik ke suatu perairan agar tidak melebihi daya adaptasi dan
mengganggu siklus hidup suatu jenis ikan.
2. Bagaimana respon ikan terhadap cahaya
Suatu organisme dapat tumbuh dan berkembang hanya dalam batas-batas kisaran toleransi,
kondisi faktor-faktor abiotik, dan ketersediaan sumber daya tertentu saja. Batas-batas itu
ditentukan oleh kemampuan makhluk hidup untuk menghadapi lingkungannya yaitu adaptasi
fisiologis, struktur dan pola perilakunya (Odum, 1971). Hal ini sesuai dengan teori hukum
minimum Liebig yang menyatakan bahwa fungsi suatu makhluk dikendalikan atau dibatasi
oleh faktor lingkungan yang esensial atau oleh gabungan faktor yang ada di dalam jumlah
yang paling tidak layak kecilnya. Faktor pembatas tersebut bukan hanya sesuatu yang
tersedia dalam jumlah terlalu sedikit, seperti yang diusulkan oleh Liebig, tapi yang terlalu
banyak sekalipun, misalnya intensitas cahaya dan panas dapat pula merupakan faktor
pembatas (Soetjipto, 1992).
Dalam mengatur suhu tubuh (termoregulasi), dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-
blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi
lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber
panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari
lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung
berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota
invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sifat dariorganisme tidak dapat mengatur suhu
tubuhnya sehingga selama hidupnya suhu tubuh organisme tergantung pada suhu air laut
tempat hidupnya disebut poikilotermik (Nybaken,1988). Bagi organisme poikilotermik, suhu
air laut merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi aktifitas metabolisme. Kapasitas
panas yang besar dari air merupakan mekanisme penyangga yang baik apabila terjadi
perubahan temperatur di udara secara tiba-tiba. Akibatnya ikan menjadi hewan yang relatif
mempunyai sifat stenothermal (toleransinya terhadap suhu sangat sempit). Fenomena ini
menunjukkan bahwa peranan temperatur lingkungan dalam suatu habitat merupakan hal yang
penting (Kordi dan Tancung, 2007).
Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah dengan tingkah
lakunya. Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara lain :
Ikan (Pisces)
Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan berenang ke
perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar matahari lebih
sedikit seperti dibawah pepohonan.
4.2 Pembahasan Praktikum
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh 4 kelompok, dapat diinterpretasikan
data sebagai berikut:
Percobaaan Kelompok 1
Selama 3 kali pengamatan kebnayakan ikan menuju tempat gelap meski ada beberapa ikan
yang menuju ke tempat terang hal ini terjadi saat pengamatan menit tersebut ikan sedang
berpindah ke tempat terang.
Kelompok 2
Selama 3 kali pengamatan dengan selang waktu 5 menit semua ikan tetap di tempat gelap
Kelompok 3
Selama 3 kali pengamatan dengan selang waktu 5 menit 3 ikan di tempat gelap dan 1 di
tempat terang
Kelompok 4
Selama3 kali pengamatan dengan selang waktu 5 menit terdapat perbedaan pada 5 menit ke
dua yaitu hanya 1ikan di tempat terang selebihanya hampir seimbang jumlah ikan ditempat
gelap maupun tempat terang
Pada hakikatnya ikan lebih senang di tempat gelap karena kondisi tersebut lebih optimum
meski sesekali bergerak ke tempat terang untuk menjaga keseimbangan mobilitasnya.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hampir semua sampel ikan menuju
ketempat gelap untuk mencari kondisi yang optimum.
DAFTAR PUSTAKA
http://karmelreinnamah.blogspot.com/2010/04/migrasi-ikan-dan-faktor-faktor-yang.html
http://rizaldi-itk.blogspot.com/2009/12/mekanisme-adaptasi-organisme.html
kelompok 1 bio 6b.Petunjuk Praktikum Ekologi Hewan Hewan dan Lingkungan.Jember:
Universitas Muhammadiyah Jember