web viewkata pengantar. puji syukur ... bab iii: aplikasi budaya organisasi. 3.1 contoh14. bab iv:...
TRANSCRIPT
PERILAKU ORGANISASI dan PENGEMBANGAN
“BUDAYA ORGANISASI”
Disusun Oleh:
IKMA 2010
Kelompok 7
Sabilla Emilda 101011039Friska Jayanti Yusuf 101011045Ade Jiwantyo 101011055Angelia Ayu P. 101011057Nisa Azza K. 101011092Restu A. Palupi 101011107Hazyiyah Ghaisani 101011220Bagus Agung Santosa 101011232Irma Dwi suryani 101011237Ragil Tri Hatmoko 101011240 Meivi yusinta christy 101011255Furi Nihayatus Sholihah 101011263
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan kekuatan kepada kami
dan karena rahmat, taufik, dan hidayah-Nya pula sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pengajar.
2. Para pihak yang menyukseskan kegiatan ini dan tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Kami memohon maaf apabila di dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan penulisan. Harap menjadi maklum. Kami
mengharapkan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dan berguna bagi mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya IKMA 2010.
Surabaya , 5 Mei 2013
Kelompok 7
Penulis
ii
DAFTAR ISI
CoverKata Pengantar..........................................................................iiDaftar Isi....................................................................................iiiDaftar Gambar...........................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................11.2 Rumusan Masalah...............................................................11.3 Tujuan..................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN2.1 Pengertian Budaya Organisasi ............................................3
2.1.1 Budaya........................................................................32.1.2 Organisasi...................................................................32.1.3 Budaya Organisasi......................................................3
2.2 Fungsi Budaya Organisasi...................................................62.3 Karakteristik Budaya Organisasi...............................................72.4 Tipe Organisasi ...................................................................82.5 Dampak Peranan Organisasi...............................................92.6 Mempertahankan Budaya Organisasi .................................92.7 Hubungan Budaya Organisasi dan Kinerja .........................11
BAB III : APLIKASI BUDAYA ORGANISASI3.1 Contoh.................................................................................14
BAB IV : PENUTUP4.1 Kesimpulan..........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBARGambar 2.1................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah
satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah
organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang
tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai
dengan Budaya Organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia ingin
bertahan di organisasi tersebut. Budaya Organisasi ini dapat membuat suatu
organisasi menjadi terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua
Budaya Organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada Budaya
Organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak
dapat menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi
organisasi itu tidak mau menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan zaman
karena dia merasa paling benar. Dalam keadaan inilah karyawan tidak akan
mendapatkan kepuasan kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan
karyawan tidak memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor Budaya Organisasi
merupakan faktor yang utama.
Dalam hal ini, budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan
latar belakang individu. Melainkan budaya adalah suatu cara hidup di dalam
sebuah organisasi.
1. 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari Budaya Organisasi?
1
2. Apakah fungsi dari Budaya Organisasi?
3. Apa saja karakteristik mengenai Budaya Organisasi?
4. Apakah tipe Budaya Organisasi?
5. Bagaimana dampak peranan Budaya Organisasi?
6. Bagaimana mempertahankan Budaya Organisasi?
7. Bagaimana hubungan antara Budaya Organisasi dengan kinerja?
1. 3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Budaya Organisasi
2. Mengetahui fungsi dari Budaya Organisasi
3. Mengetahui karakteristik mengenai Budaya Organisasi
4. Mengetahui tipe Budaya Organisasi
5. Mengetahui dampak peranan Budaya Organisasi
6. Mengetahui mempertahankan Budaya Organisasi
7. Mengetahui hubungan antara Budaya Organisasi dengan kinerja
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Organisasi
2.1.1 Budaya
Budaya adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan
memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik
itu masalah internal maupun eksternal yang sudah cukup baik dijadikan
bahan pertimbangan dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada
anggota baru sebagai jalan yang terbaik untuk berpikir dan merasakan
didalam suatu hubungan permasalahan tersebut.
2.1.2 Organisasi
Menurut dimock, Organisasi adalah perpaduan secara sistematis
daripada bagian-bagian yang saling berkaitan untuk membentuk suatu
kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Mc Farland, Organisasi adalah suatu kelompok manusia
yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya terhadap
tercapainya suatu tujuan. Jadi, organisasi itu adalah sekumpulan orang
yang terstruktur secara sistematis yang berfungsi untuk mencapai suatu
tujuan yang sama.
2.1.3 Budaya organisi
Organisasi bisa diartikan sebagai suatu alat atau wadah kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama dengan pola tertentu yang
perwujudannya memiliki kekayaan baik fisik maupun non fisik. 3
Sehingga bisa dimungkinkan terjadinya suatu konflik dalam sebuah
organisasi yang dikarenakan oleh adanya ketidakselarasan tujuan,
perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh
ekspektasi perilaku dan sebagainya. Sebuah organisasi tidak akan bisa
lepas dengan yang namanya struktur organisasi. Karena struktur
organisasi adalah cara suatu aktivitas organisasi dibagi, di organisir, dan
dikoordinasikan. Dalam suatu organisasi juga terdapat Budaya
Organisasi yang merupakan cirri dari suatu organisasi yang
membedakan organisasi satu dengan organisasi yan lainnya.
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan
budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa.
Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara
berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya
mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak.
Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam member
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan. Berikut ini
dikemukakan beberapa pengertian Budaya Organisasi menurut
beberapa ahli :
a) Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt,
Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang
dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi
4
dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
b) Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh
Munandar (2001:263), Budaya Organisasi adalah cara-cara
berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola
tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada
bagian-bagian organisasi.
c) Menurut Robbins (1996:289), Budaya Organisasi adalah
suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi itu.
d) Menurut Schein (1992:12), Budaya Organisasi adalah pola
dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan
memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-
anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota
termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar
dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang
dihadapi.
e) Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), Budaya
Organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan
mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para
karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Budaya Organisasi dalam penelitian ini
adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota
5
organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan
berperilaku dari para anggota organisasi.
2.2 Fungsi Budaya Organisasi
Robbins (2003: 311) menyatakan bahwa budaya menjalankan sejumlah
fungsi di dalam sebuah organisasi, yaitu:
a. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, yang artinya
budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas daripada kepentingan pribadi seseorang.
d. Budaya memantapkan sistem sosial, yang artinya merupakan perekat
sosial yang membantu mempersatukan suatu organisasi dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan
dan dilakukan oleh para karyawan.
e. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
Secara alami budaya sukar dipahami, tidak berwujud, implisit dan dianggap
biasa saja. Tetapi semua organisasi mengembangkan seperangkat inti
pengandaian, pemahaman, dan aturan implisit yang mengatur perilaku sehari-hari
dalam tempat kerja. Peran budaya dalam mempengaruhi perilaku karyawan
semakin penting bagi organisasi.
Dengan dilebarkannya rentang kendali, didatarkannya struktur,
diperkenalkannya tim-tim, dikuranginya formalisasi, dan diberdayakannya
6
karyawan oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang
kuat memastikan bahwa semua karyawan diarahkan kearah yang sama. Pada
akhirnya budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasi.
2.3 Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins (2003) dalam Umar (2008: 208) menyatakan untuk menilai kualitas
Budaya Organisasi suatu organisasi dapat dilihat dari sepuluh faktor utama, yaitu
sebagai berikut:
a. Inisiatif individu, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan
independensi yang dipunyai individu.
b. Toleransi terhadap tindakan beresiko, yaitu sejauh mana para pegawai
dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan berani mengambil
resiko.
c. Arah, yaitu sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas
sasaran dan harapan mengenai prestasi.
d. Integrasi, yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong
untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
e. Dukungan Manajemen, yaitu tingkat sejauh mana para manajer memberi
komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap bawahan
mereka.
f. Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang
digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
7
g. Identitas, yaitu tingkat sejauhmana para anggota mengidentifikasi
dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan
kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesional.
h. Sistem imbalan, yaitu tingkat sejauhmana alokasi imbalan (kenaikan
gaji, promosi) didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai
kebalikan dari senioritas, pilih kasih, dan sebagainya.
i. Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauhmana para pegawai
didorong untuk mengemukakan konflik kritik secara terbuka.
j. Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauhmana komunikasi organisasi
dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.
2.4 Tipe Organisasi
Kreitner dan Kinicki (2001) dalam Wibowo (2010: 30) mengemukakan
adanya 3 (tiga) tipe umum Budaya Organisasi antara lain:
a. Budaya konstruktif (constructive culture) merupakan budaya di mana
pekerja didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan bekerja pada
tugas dan proyek dengan cara yang akan membantu mereka dalam
memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang.
b. Budaya pasif-defensif (passive-defensive culture) mempunyai
karakteristik menolak keyakinan bahwa pekerja harus berinteraksi
dengan orang lain dengan cara yang tidak menantang keamanan mereka
sendiri.
c. Budaya agresif-defensif (aggressive-defensive culture) mendorong
pekerja mendekati tugas dengan cara memaksa dengan maksud
melindungi status dan keamanan kerja mereka.
8
2.5 Dampak Peranan Organisasi
Budaya Organisasi melibatkan ekspektasi, nilai, dan sikap bersama, hal
tersebut memberikan pengaruh pada individu, kelompok, dan proses organisasi
(Ivancevich et.al., 2006: 46). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari
budaya terhadap karyawan menunjukkan bahwa budaya menyediakan dan
mendorong suatu bentuk stabilitas. Terdapat perasaan stabilitas, selain perasaan
identitas organisasi yang disediakan oleh Budaya Organisasi. Organisasi yang
memiliki budaya yang kuat dicirikan oleh adanya karyawan yang memiliki nilai
inti bersama. Semakin banyak karyawan yang berbagi dan menerima nilai inti,
semakin kuat budaya, dan semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku.
Dalam suatu budaya kuat, nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan
dianut bersama secara meluas. Semakin banyak anggota organisasi yang
menerima nilai-nilai inti dan semakin besar komitmen mereka terhadap
komitmen-komitmen tersebut, maka makin kuat budaya tersebut. Suatu budaya
kuat akan mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku-perilaku anggota
organisasi karena tingginya tingkat kebersamaan dan intensitas menciptakan suatu
iklim internal dari kendali perilaku yang tinggi.
2.6 Mempertahankan Budaya Organisasi
Sekali suatu budaya terbentuk, praktik-praktik di dalam organisasi bertindak
mempertahankan budaya dengan memberikan kepada para karyawan seperangkat
pengalaman yang serupa. Robbins (2003: 315) menyatakan bahwa terdapat tiga
kekuatan yang merupakan bagian yang sangat penting dalam mempertahankan
suatu budaya, yaitu:
9
a. Praktik Seleksi
Tujuan utama dari proses seleksi adalah mengidentifikasi dan
mempekerjakan individu-individu yang mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan
sukses di dalam suatu organisasi. Proses seleksi memberikan informasi
kepada para pelamar mengenai organisasi itu. Para calon belajar
mengenai organisasi yang akan dimasuki, dan jika mereka merasakan
suatu konflik antara nilai mereka dengan nilai organisasi, maka mereka
dapat menyeleksi diri keluar dari kumpulan pelamar. Oleh karena itu,
seleksi menjadi jalan dua-arah, dengan memungkinkan pemberi kerja
atau pelamar untuk memutuskan kehendak hati mereka jika tampaknya
terdapat kecocokan. Dengan cara ini, proses seleksi mendukung suatu
Budaya Organisasi dengan menyeleksi keluar individu-individu yang
mungkin menyerang atau menghancurkan nilai-nilai intinya.
b. Manajemen Puncak
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak besar pada
Budaya Organisasi. Lewat apa yang mereka katakan dan bagaimana
mereka berperilaku, eksekutif senior menegakkan norma-norma yang
mengalir ke bawah sepanjang organisasi, misalnya apakah pengambilan
risiko diinginkan, berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan oleh
para manajer kepada bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas dan
tindakan apakah akan dihargai dalam kenaikan upah, promosi, dan
ganjaran lain.
c. Sosialisasi
10
Tidak peduli betapa baik yang telah dilakukan suatu organisasi dalam
perekrutan dan seleksi, karyawan baru tidak sepenuhnya diindoktrinasi
dalam Budaya Organisasi itu. Yang paling penting, karena para
karyawan baru tersebut tidak mengenal baik Budaya Organisasi yang
ada. Oleh karena itu, organisasi tampaknya akan berpotensi membantu
karyawan baru menyesuaikan diri dengan budayanya. Proses
penyesuaian ini disebut sosialisasi.
Sosialisasi dapat dikonsepkan sebagai suatu proses yang terdiri atas
tiga tahap yaitu:
1) Tahap prakedatangan: yaitu periode pembelajaran di mana proses
sosialisasi yang dilakukan sebelum karyawan baru bergabung
dalam organisasi.
2) Tahap perjumpaan: yaitu tahap dalam proses sosialisasi di mana
karyawan baru melihat apa yang sesungguhnya organisasi itu dan
persimpangan yang mungkin dan kenyataan yang ada.
3) Tahap metamorfosis: yaitu tahap dalam proses sosialisasi di mana
karyawan baru berubah dan menyesuaikan pekerjaan kelompok
kerja dan organisasi.
2.7 Hubungan Budaya Organisasi dan Kinerja
Budaya Organisasi yang disosialisasikan dengan komunikasi yang baik akan
dapat menemukan kekuatan menyeluruh organisasi, kinerja, dan daya saing dalam
jangka panjang. Kinerja karyawan ditentukan oleh persepsi subjektif karyawan
mengenai organisasi, dan persepsi keseluruhan inilah yang menjadi dasar
terbentuknya Budaya Organisasi. Persepsi yang mendukung atau tidak
11
mendukung ini kemudian mempengaruhi kinerja individu karyawan, dan
kepuasan karyawan, dengan dampak yang lebih besar pada budaya yang lebih
kuat. Seperti sudah diketahui bahwa budaya yang kuat memperlihatkan
kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota organisasi mengenai apa yang
dipertahankan oleh organisasi itu.
Kebulatan maksud semacam itu membina kekohesifan, kesetiaan, dan
komitmen organisasi. Robbins (2003: 329) menggambarkan hubungan antara,
Budaya Organisasi yang berdampak pada kinerja.
Faktor Objektif
Inovasi &
pengambilan resiko
Perhatian ke rincian
Orientasi hasil
Orientasi orang
12
Manajemen
puncak
Budaya
Organisasi
Tinggi
Renda
h
Kinerj
a
kepuasan
Orientasi tim
Keagresifan
Kemantapan
Gambar 2.1 Diagram dampak hubungan antara Budaya Organisasi terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan diagram tersebut, tampak bahwa pembentukan kinerja yang
baikn dihasilkan jika terdapat komunikasi antara seluruh karyawan sehingga
membentuk internalisasi Budaya Organisasi yang kuat dan dipahami sesuai
dengan nilai-nilai organisasi yang dapat menimbulkan persepsi yang positif antara
semua tingkatan karyawan untuk mendukung dan mempengaruhi iklim kepuasan
yang berdampak pada peningkatan kinerja karyawan, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan akan tercapai secara lebih efektif dan efisien. Faktor-faktor objektif
yang menangkap hakikat dari budaya suatu organisasi, yang dapat terlihat dari
diagram di atas terdiri dari:
a. Inovasi dan pengambilan resiko, yaitu sejauhmana karyawan didorong
untuk inovatif dan mengambil resiko.
b. Perhatian kerincian, yaitu sejauhmana para karyawan diharapkan
memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis dan perhatian kepada
rincian.
13
Faktor
sosialisasi
c. Orientasi hasil, yaitu sejauhmana manajemen memusatkan perhatian pada
hasil, bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai
suatu hasil. d. Orientasi orang, yaitu sejauhmana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi.
d. Orientasi tim, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan kepada
tim-tim bukan kepada individu-individu.
e. Keagresifan, yaitu sejauhmana para karyawan agresif dan kompetitif.
f. Kemantapan, yaitu sejauhmana kegiatan organisasi dipertahankan.
BAB III
APLIKASI BUDAYA ORGANISASI
3.1 Contoh
Maskapai penerbangan ini dibentuk oleh dua kakak beradik. Dengan modal
keinginan tinggi, akhirnya pada Oktober 1999, Kusnan dan Rusdi Kirana selaku
dua kakak beradik tersebut berhasil mendaftarkan maskapai penerbangan yang
dimilikinya ke badan hukum. Pada saat itu, maskapai penerbangan ini hanya
memiliki satu armada pesawat terbang. Rusdi Kirana. Kelahiran 17 Agustus 1963
ini mampu menepis segala keraguan dengan menjadikan Lion Air sebagai salah
satu armada terbesar saat ini. Berbekal pengetahuan menjadi sales agent sebuah
14
biro perjalanan, ia nekad mendirikan Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu
hanya kepercayaan. ""Dari mana saya punya uang, modal airline itu kan bukan
cuma 1-2 milyar? Ini karena kepercayaan," tegasnya.
Budaya keterbukaan dibangun Lion Air, Rusdi Kirana sering melakukan
pertemuan informal dengan bawahannya dan meminta ide-ide untuk
pengembangan perusahaannya, Gaya dan tingkah laku keduanya menjadi inspirasi
bagi karyawannya dan menjadikannya cerita yang dibicarakan berulang-ulang
diantara karyawannya. Mereka seolah menjadi model yang dijadikan panutan
bersama. Kepedulian terhadap karyawan sangat tinggi dan tidak terlalu
mengedepankan formalitas, ini memperbolehkan sesama karyawan menikah tanpa
ada rasa khawatir akan penyelewengan. Kondisi ini yang memudahkan kultur
terbentuk dengan baik diantara staf Indonesia Lion Air.
Lion Air menggunakan Performanced Based Culture dalam strategi
Sumber daya manusianya, strategi ini menggunakan prinsip transaksional atau
lebih fokus pada strategi hr yang hanya dilihat pada transaksi saja dan strategi
retensi pegawai lebih cenderung dengan value of money. Terlepas dari baik atau
buruknya, Lion Air telah mampu untuk menerapkan Performance Based Culture
dengan baik. Artinya apabila pegawai tersebut tidak mematuhi target atau perintah
maka akan sangat mudah dikeluarkan dan lebih fokus pada produksi. Pegawai
yang produksi lebih akan diberikan sejumlah nilai (uang) yang lebih.
Lion Air sangat fokus terhadap skill karyawan dibuktikan dengan
membangun fasilitas training dan simulator untuk pilot dan staffnya, dalam hal
rekrutmenpun Lion Air berani untuk membayar Transfer Fee lebih mahal untuk
15
membajak Pilot-pilot yang berkualitas, strategi outsourcingpun dilakukan kepada
beberapa pekerjaan yang bersifat core untuk memudahkan retensinya.
Lion Air mengingat keselamatan adalah hal utama dalam industry dan
menjadi kewajiban yang diembankan oleh departemen perhubungan. Lion Air
membentuk Safety Management System yang merupakan salah satu program
safety yang harus dilaksanakan oleh serluruh operator penerbangan di seluruh
dunia sesuai instruksi Organisasi Penerbangan Sipil (International Civil Aviation
Organization/ICAO) melalui Document 8959 sejak 1 Januari 2009 , program SMS
ini telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan Lion Air yang bertugas di
kantor pusat dan di daerah tempat kegiatan operasional Lion Air.
Budaya Organisasi yang ada pada Lion Air adalah bagaimana melayani
pelanggan atau penumpang dengan baik. Itu semua harus dilakukan oleh
pemimpin dan karyawannya. Tidak hanya buat pelanggan, Pemimpinnya juga
berusaha untuk memakmurkan semua karyawannya dengan cara salah satunya
membuat semua karyawan Lion Air menjadi teman, bukan sekedar rekan kerja.
Dalam gaji Lion Air juga menetapkan standar yang lumayan tinggi. Karyawan
Lion Air secara umum puas dengan semua yang diberikan oleh Lion Air kepada
mereka, meskipun ada beberapa yang masih kurang merasa puas pada Lion Air,
itu sudah menjadi hal manusiawi.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Budaya Organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya
manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian
integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus
memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertingkah laku atau
berperilaku. Dalam menilai kualitas Budaya Organisasi suatu organisasi dapat
dilihat dari sepuluh faktor utama yaitu inisiatif, toleransi, arah , integrasi, tujuan
manajemen, kontrol, identitas, sistem imbalan. Toleransi terhadap konflik dan
pola-pola komunikasi.
17
Pembentukan kinerja yang baik dihasilkan jika terdapat komunikasi antara
seluruh karyawan sehingga membentuk internalisasi Budaya Organisasi yang kuat
dan dipahami sesuai dengan nilai-nilai organisasi yang dapat menimbulkan
persepsi yang positif antara semua tingkatan karyawan untuk mendukung dan
mempengaruhi iklim kepuasan yang berdampak pada peningkatan kinerja
karyawan. Oleh karena itu, Budaya Organisasi sangat penting peranannya dalam
mendukung terciptanya suatu organisasi atau perusahaan yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, S. 1996. Perilaku Organisasi– Kontroversi– Aplikasi. Jilid II. Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Prehallindo
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Penerbit Andi West, R dan
Turner, L. H. 2009. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi.
Buku 1 Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanik
http://strategimanajemen.net/2010/03/08/melacak-strategi-bisnis-lion-air/. Diakses
20 April 2013, 18.30.
18