repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67847... · bab ii faktor-faktor...
TRANSCRIPT
34
34
BAB II
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
PERGESERAN HUKUM WARIS ADAT ANGKOLA DI KECAMATAN
PADANGBOLAK KABUPATEN PADANGLAWAS UTARA
Pembagian harta warisan menurut adat Angkola yang mengatakan hak anak
perempuan mendapat bagian dari orang tua suaminya atau dengan kata lain
perempuan mendapat warisaan secara hibah.47 Pemberian harta terhadap anak
perempuan biasanya sebidang tanah atau dengan bangunan disebut dengan istilah
holong ate biasanya berbentuk pemberian yang cukup hanya disetujui oleh istrinya
tanpa persetujuan seluruh anak dan ahli waris lainnya, hal ini dikarenakan dalam adat
Angkola hanya laki-lakilah yang mendapat warisan, sedangkan perempuan tidak
mendapatkan oleh karena sudah masuk pada clan suami dengan menerima sejumlah
uang mahar/boli/jujur.48
Seiring berjalannya waktu kebiasan pembagian waris tersebut mulai bergeser,
ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran praktik hukum waris adat
dalam pola-pola kehidupan masyarakat, faktor-faktor tersebut mempengaruhi
pergeseran pelaksanaan pembagian waris adat Angkola yaitu sebagai berikut:
A. Faktor Agama
Menurut bahasa, agama berasal dari bahasa sansakerta (a = tidak; gama =
kacau) artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai
47 Ibid48 Ibid
Universitas Sumatera Utara
35
arah atau tujuan tertentu. Religio (dari religere, Latin) artinya mengembalikan ikatan,
memperhatikan dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk
mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi. Dari sudut
sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-
orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu (yang supra natural) dan berfungsi
agar dirinya dan masyarakat keselamatan.
Agama merupakan suatu sistem sosial yang dipraktekkan masyarakat; sistem
sosial yang dibuat manusia (pendiri atau pengajar utama agama) untuk berbakti dan
menyembah Ilahi. Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum,
kata-kata yang langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan
kata-kata tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk
mencapai atau memperoleh keselamatan (dalam arti seluas-luasnya) secara pribadi
dan masyarakat.
Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya,
manusia membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan
budaya serta peradabannya. Dengan itu, semua bentuk-bentuk penyembahan kepada
Ilahi (misalnya nyanyian, pujian, tarian, mantra, dan lain-lain) merupakan unsur-
unsur kebudayaan. Dengan demikian, jika manusia mengalami kemajuan, perubahan,
pertumbuhan, dan perkembangan kebudayaan, maka agama pun mengalami hal yang
sama. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan ritus, nyanyian, cara penyembahan
(bahkan ajaran-ajaran) dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai dengan kondisi
dan perubahan sosio-kultural masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
36
Kaum agamawan berpendapat bahwa agama diturunkan Allah kepada
manusia. Artinya, agama berasal dari Allah; Ia menurunkan agama agar manusia
menyembah-Nya dengan baik dan benar; ada juga yang berpendapat bahwa agama
adalah tindakan manusia untuk menyembah Allah yang telah mengasihinya.49
Masyarakat Angkola di Padanglawas Utara sejak dahulu mempunyai
kepercayaan yang diperoleh dari nenek moyang. Suatu kepercayaan yang disebut
Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh-roh halus. Kemudian pada abad ke-11,
agama yang pertama datang ke daerah Padanglawas utara adalah agama budha,
masuk ke Padanglawas Utara yang dibawa oleh Kerajaan
Pannai, Panai atau Pane merupakan kerajaan Buddhis yang pernah berdiri pada abad
ke-11 sampai ke-14 di pesisir timur Sumatera Utara. Masuknya agama Budha tidak
mempengaruhi sistem pewarisan pada masyarakat adat Angkola di Padanglawas
Utara, karena pada saat mereka masuk ke Padanglawas Utara hanya bertujuan untuk
tempat persinggahan sementara dan tidak menerapkan sistem pewarisan dalam
masyarakat.50 Lokasi kerajaan ini tepatnya di lembah sungai Panai dan Barumun
yang mengalir di Kabupaten Labuhanbatu dan Kabupaten Tapanuli Selatan sekarang.
Kerajaan ini kurang dikenal akibat minimnya sumber sejarah dan sedikitnya prasasti
yang menyebutkan kerajaan ini.
49http://gudangmaterikuliah.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-agama-menurut-umum-dan.html diakses pada tanggal 09 november 2016 pukul 00:31 WIB
50 Wawancara dengan Bapak Tongku adil harahap Tokoh adat kabupaten Padanglawas utara,tanggal 01 februari 2017 pukul 10.00 Wib
Universitas Sumatera Utara
37
Kerajaan Pannai sebagai kerajaan kecil merupakan kerajaan bawahan
dari Kerajaan Sriwijaya kemudian Dharmasraya. Meskipun kurang dikenal, kerajaan
Budha beraliran Tantrayana ini meninggalkan peninggalan belasan candi-candi
Budha yang tersebar di kawasan Percandian Padanglawas, yakni sebanyak 16
bangunan, salah satunya Candi Bahal. Candi Bahal terletak di didesa Portibi
Kecamatan Portibi yang berbatasan dengan Kecamatan Padangbolak Kabupaten
Padanglawas Utara.51
Keberadaan kerajaan ini pertama kali diketahui dari Prasasti Tanjore yang
berbahasa Tamil berangka tahun 1025 dan 1030 Saka yang dibuat Raja Rajendra Cola
I, di India Selatan, yang menyebutkan tentang penyerangannya ke Sriwijaya. Prasasti
ini menyebutkan bahwa kerajaan Pannai dengan kolam airnya merupakan salah satu
taklukan Rajendra Cola I dari Colamandala India. Selain Pannai, penyerbuan Chola
ini juga disebutkan telah menaklukan Malaiyur, Ilangsogam, madamalingam, Ilamuri
Desam, dan Kadaram.52
Kerajaan Pannai sebagai salah satu negeri taklukan dalam penyerbuan ke
Sriwijaya ini menimbulkan dugaan bahwa kerajaan Pannai adalah salah satu negeri
anggota Mandala Sriwijaya.
Tiga abad kemudian nama kerajaan ini kembali disebutkan dalam
kitab Nagarakertagama, naskah kuno Kerajaan Majapahit tulisan Empu Prapanca
berangka tahun 1365 Saka. Dalam pupuh ke-13 disebutkan Pane sebagai bagian dari
51 https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pannai diakses pada tanggal 09 november 2016pukul 01:32 WIB
52Ibid
Universitas Sumatera Utara
38
negeri-negeri di Sumatera yang dibawah pengaruh mandala Majapahit.
Singhasari melalui Ekspedisi Pamalayu berhasil menarik kerajaan Malayu
Dharmasraya masuk dalam pengaruh Singhasari, maka segenap negeri bawahan
Dharmasraya seperti Palembang, Teba, Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan,
Kampar, Pane, Kampe, Haru, Mandailing, Tamiyang, Perlak, Padang Lawas,
Samudra, Lamuri, Batan, Lampung, dan Barus pun masuk dalam lingkungan
pengaruh Jawa Singhasari dan kemudian diwarisi oleh Majapahit. Para arkeolog dan
sejarahwan berusaha mencari lokasi kerajaan ini, dan karena kesamaan nama tempat
maka merujuk pada daerah di sekitar muara sungai Panai dan sungai Barumun, pantai
timur Sumatera Utara yang menghadap perairan Selat Melaka, kini terletak
di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Pada tahun 1846 Franz Junghuhn, seorang ahli geologi dan Komisaris Hindia
Timur melaporkan temuan kompleks Biaro di Padanglawas di daerah hulu sungai
Barumun. Daerah luas yang sunyi dengan runtuhan Biaronya dahulu kala pernah
menjadi pusat keagamaan Kerajaan Pannai Sebuah kerajaan yang kurang dikenal
dalam percaturan sejarah kuno Indonesia.
Daerah Padanglawas merupakan dataran rendah yang kering, pada masa
lampau mungkin tidak pernah menjadi pusat pemukiman, dan hanya berfungsi
sebagai pusat upacara keagamaan. Meskipun daerah ini dapat dicapai melalui jalan
sungai dan jalan darat, yang dapat berarti tidak terisolir, tetapi lingkungan
Padanglawas yang sering bertiup angin panas tidak memungkinkan untuk bercocok
tanam. Oleh karena itulah, diduga bahwa pemukiman masyarakat pendukung budaya
Universitas Sumatera Utara
39
Biaro Padanglawas seharusnya bermukim di daerah muara Sungai Panai dan
Barumun, tidak di sekitar kompleks percandian. Maka diduga pusat kerajaan Pannai
terletak di daerah yang lebih subur dan lebih dekat ke jalur perdagangan Selat
Melaka, yaitu di sekitar muara sungai Panai dan Barumun.53
Pada tahun 1128-1285 kerajaan Panai tersingkir menghadapi pasukan dan
pedagang arab yang ingin menguasai Bandar Barus. Selain hendak memonopoli
perdagangan di pantai barat Sumatera, orang-orang Arab Juga mengembangkan
Islam.54 Dengan masuknya agama ke daerah Padanglawas Utara, maka kepercayaan
masyarakat Angkola dan aturan-aturan yang ada pada hukum adat Angkola semakin
lama semakin terlupakan termasuk sistem pewarisannya.
Pergeseran hukum adat terjadi, salah satunya disebabkan adanya hukum atau
peraturan-peraturan agama. Pada awal masuknya Islam ke Indonesia, nilai-nilai
hukum agama Islam dihadapkan dengan nilai-nilai hukum adat yang berlaku, yang
dipelihara dan ditaati sebagai sistem hukum yang mengatur masyarakat tersebut.
Sebagai contoh, hukum kewarisan sudah ada dalam hukum adat sebelum Islam
memperkenalkannya. Sehingga pada akhirnya, proses penerimaan hukum kewarisan
Islam sebagai sistem hukum berjalan bersama dengan sistem hukum kewarisan adat.
Di satu pihak hukum kewarisan Islam menggantikan posisi hukum kewarisan
adat yang tidak islamiyah dan di pihak lain hukum kewarisan adat yang tidak
53 ibid54http://majalah.tempointeraktif.com.id/arsip/1987/11/21/AG/mbm.19871121.AG32818.id.ht
ml diakses pada tanggal 09 november 2016 pukul 02:01 WIB
Universitas Sumatera Utara
40
bertentangan dengan hukum kewarisan Islam mengisi kekosongan hukum kewarisan
sesuai budaya hukum yang berlaku dilingkungan adat masyarakat.55
Lambat laun, hukum kewarisan adat dalam hal tertentu digeser posisinya oleh
hukum kewarisan Islam, dengan demikian hukum kewarisan Islam menjadi hukum
kewarisan adat dan dalam lain hal yang tidak diatur oleh hukum kewarisan Islam atau
tidak bertentangan dengan hukum kewarisan Islam, maka hukum kewarisan adat itu
tetap berlaku contohnya dalam pembagian waris adat dikatakan bahwa bahagian anak
perempuan hanya merupakan holong ate, dan pada saat ini masyarakat adat Angkola
sudah menggunakan sistem kewarisan Islam dalam hal pembagian porsi waris yakni
dua bagian untuk anak laki-laki dan satu bagian untuk anak perempuan ( 2:1). Hal ini
terjadi karena masyarakat adat angkola sudah mayoritas menganut agama Islam.56
Pengaruh kedatangan agama pada masyarakat Angkola dapat dilihat pada
kenyataan yang ada pada saat pembagian harta warisan dilaksanakan, yang
sebelumnya dikenal dengan istilah Holong ate atau pemberian seikhlasnya saja, dan
setelah masuknya agama Islam pembagian harta warisan dilakukan menurut ajaran
agama Islam (Faraidh) yang mengatakan anak perempuan mendapatkan ½ (setengah)
bahagian anak laki-laki dari keseluruhan harta warisan.
Contoh kasus: keluarga Bapak A. Harahap
Menurut penuturan responden, keluarga responden terdiri dari seorang ayah,
seorang ibu dan tiga orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan, keluarga
55Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Hal. 226
56Wawancara dengan bapak Mangaraja Huala harahap,warga desa Sosopan KecamatanPadangbolak pada tanggal 03 November 2016, pukul 16:30 WIB
Universitas Sumatera Utara
41
responden adalah pemeluk agama Islam, dalam pembahagian warisan dilakukan pada
saat ayah dan ibu masih hidup, hal ini dilakukan untuk menjaga agar nantinya apabila
orang tua telah meninggal tidak terjadi perselisihan dalam pembahagian harta
warisan.
Dalam musyawarah pembahagian harta warisan, pada dasarnya dilakukan
menurut adat Angkola,tapi dalam hal ini orang anak perempuan mendapat bagian ½
(setengah) bahagian dari bahagian anak laki-laki, dan biasanya penerapan pembagian
ini diterima oleh pihak anak laki-laki dan masyarakat adat Angkola. 57
Dari pembagian harta warisan yang diceritakan responden, bahwa hukum
waris Islam mempunyai pengaruh terhadap hukum waris adat Angkola. Pengaruh
hukum waris Islam terhadap hukum waris Angkola adalah kedudukan anak
perempuan sebagai ahli waris yang mempunyai hak ½ (setengah) bahagian dari
bahagian anak laki-laki.
B. Faktor Ekonomi
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos
dan nomos. Oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti, tata, aturan. Dengan
demikian ekonomi secara sederhana dapat diartikan aturan rumah tangga, pengertian
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik secara perorangan maupun kelompok dengan mempergunakan segala
57 Wawancara dengan bapak Amirullah harahap,warga desa Sosopan Kecamatan Padangbolakpada tanggal 03 November 2016, pukul 16:30 WIB
Universitas Sumatera Utara
42
perangkat fasilitas yang berhubungan dan mendukung usaha dilakukannya kegiatan
ekonomi dengan maksud agar memperoleh kesejahteraan dan kemakmuran.58
Pembagian harta warisan merupakan salah satu faktor yang bisa
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran terhadap ahli waris yang
menerimanya, 59sebab dengan harta warisan kebutuhan ekonomi ahli waris akan
terpenuhi, tetapi sebagian ahli waris yang tingkat ekonominya telah terpenuhi tidak
mengharapkan lagi harta warisan, harta warisan akan diberikan kepada saudara
kandungnya yang lebih membutuhkan.
Akibat dari faktor ekonomi terhadap pergeseran pembagiaan waris adat
Angkola sangat berpengaruh ,antara lain adalah:60
a. Ahli waris yang tingkat ekonominya mencukupi dan dirasa berlebih tidak
mengharapkan mendapatkan bahagian harta warisan karena merasa bahwa
ahli waris yang lain lebih membutuhkan harta warisan untuk meningkatkan
perekonomian saudaranya, hal ini membuat pembagian harta warisan dalam
masyarakat Angkola berubah menjadi pewarisan kepada ahli waris yang lebih
membutuhkan.
b. Bahagian anak perempuan sebagai ahli waris akan hilang jika tingkat ekonomi
anak perempuan sejahtera dan mencukupi.
58http://www.edukasinesia.com/2016/04/pengertian-ilmu-ekonomi-pembagian-ruang-lingkup-ekonomi-perbedaan-ekonomi-makro-dan-ekonomi-mikro.html
59 Wawancara dengan Bapak Ikhwan Harahap Ketua Lembaga Adat dan budaya KabupatenPadanglawas Utara, pada tanggal 14 november 2016, Pukul 15.00 Wib
60 Ibid
Universitas Sumatera Utara
43
c. Apabila tingkat ekonomi semua ahli waris mencukupi dan dirasa lebih, maka
bisa saja pembagian harta warisan tidak dilakukan atau bisa saja harta warisan
tersebut malah dihibahkan.
Contoh kasus: Keluarga Bapak R Dalimunthe
Menurut penuturan responden keluarga terdiri dari ayah, ibu, tiga orang
anak laki-laki dan satu anak perempuan, diantara ketiga anak laki-laki tersebut
satu diantaranya mempunyai tingkat ekonomi yang kurang baik, dan anak
perempuan mempunyai tingkat ekonomi yang mapan. Pada saat ayah, ibu
meninggal, pembagian warisan dilakukan, harta warisan yang dibagikan tidak
banyak hanya sebuah rumah semi permanen, oleh karena diantara empat dari
ahli waris terdapat satu ahli waris yang mempunyai tingkat ekonomi yang
lemah maka, sesuai dengan kesepakatan para ahli waris lain yang seharusnya
mendapat bahagian, menyerahkan harta warisan itu sepenuhnya kepada
saudara mereka yang tingkat perekonomiannya itu lemah.
Dari contoh kasus yang diceritakan diatas terlihat bahwa faktor ekonomi
sangat berpengaruh terhadap tata cara dan peraturan pembagian waris adat
masyarakat Angkola.
C. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penunjang dari suatu pola pikir cara pandang
karena pada dasarnya pendidikan dapat merubah pola pikir dan cara berpikir
seseorang. Pendidikan adalah solusi terbaik untuk membentuk pola pikir yang
Universitas Sumatera Utara
44
unggul.Pendidikan mempunyai peranan penting dalam peningkatan sumber daya
manusia, pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi, dengan
pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam
menghadapi perubahan-perubahan dalam kehidupan.
Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga lingkungan pendidikan yaitu,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.61
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama, karena dalam lingkungan inilah anak pertama-tama mendapatkan
bimbingan dan pendidikan yang paling banyak di terima oleh anak adalah
keluarga. karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga.
Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam
keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga yang terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan,
yang berinteraksi, saling komunikasi, mempertahankan suatu kebudayaan
bersama dan beberapa orang yang hidup dalam satu atap yang saling
membutuhkan.
Fungsi dan Peranan Pendidikan keluarga:
a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak
61 http://pakguruonline.pendidikan.net/wacana_pdd_1html, diakses pada tanggal 18 november2016 pukul 01:19 WIB.
Universitas Sumatera Utara
45
b. Menjamin kehidupan Emosional anak
c. Menanamkan dasar pendidikan moral
d. Peletakkan dasar-dasar keagamaan
e. Memberikan dasar pendidikan sosial.62
Tugas utama dari keluarga adalah pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya
dan dari anggota keluarga lainnya. Dengan demikian orang pertama yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak adalah
orang tua. Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang
diperlukan peserta didik untuk dapat berperan dalam keluarga dan masyarakat.63
2. Lingkungan Sekolah
Pada dasarnya pendidikan sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam
keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga.
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga,
terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan, oleh
karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Peran sekolah sebagai lembaga yang
membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar
serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari
keluarganya. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan
62Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009), hal 38-43
63 Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), hal 17
Universitas Sumatera Utara
46
keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan
memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.
Fungsi sekolah itu, yaitu :
a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan
b. Spesialisasi
c. Efisiensi
d. Sosialisasi
e. Konservasi dan transmisi kultural
f. Transisi dari rumah ke masyarakat64
Di sekolah anak-anak belajar berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan,
yang akan dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti dimasyarakat dalam
menerima perubahan-perubahan.
3. Lingkungan Masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk
hidup berkelompok secara bersama-sama yang didasari pada pemahaman bahwa
manusia hidup bermasyarakat. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang
ketiga setelah pendidikan dilingkungan keluarga dan sekolah.Tanggung jawab
masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya belum jelas, tidak sejelas tanggung
jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah. Hal ini disebabkan faktor
waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan di dalam masyarakat.
64 Hasbullah,. Op.Cit, hal 49-51
Universitas Sumatera Utara
47
Lingkungan masyarakat memiliki pengaruh yang kuat disegala dimensi
kehidupan masyarakat, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
sosial baik secara positif maupun negatif. Pengaruh lingkungan membuat
masyarakat terapit diantara dua pilihan. Disatu pihak masyarakat menerima,
dipihak lain justru menimbulkan masalah-masalah yang kemudian merambah
disemua aspek kehidupan masyarakat.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di luar
lingkungan keluarga dan sekolah.Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini,
telah dimulai beberapa waktu ketika anak-anak telah lepas dari asuhan keluarga
dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh
pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang
dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian
(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan
keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi,
yaitu :
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan
2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat
3. Dalam Masyarakat tersedia berbagai sumber belajar yang baik yang dirancang
( by design) maupun yang dimanfaatkan.65 Perlu pula diingat bahwa manusia
65https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-fungsi-dan-jenis-lingkungan-pendidikan/diakses pada tanggal 18 november pukul 18:56 WIB
Universitas Sumatera Utara
48
dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh
manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan
kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan
sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul
dan sebagainya.
Pada hakikatnya faktor pendidikan merupakan hal yang penting untuk
menjadikan manusia dalam menilai tentang baik dan buruk suatu pilihan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tingkat pemikirannya akan lebih kritis
dalam menghadapi segala masalah yang datang, sebab dengan adanya pendidikan
akan mengajarkan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru, dimana nilai-nilai
tersebut semuanya sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi sosial suatu
bangsa.
Jadi pendidikan adalah pembentukan hukum nasional yang menuju ke arah
unifikasi hukum, yang akan menggeser hukum waris adat Angkola.
Contoh kasus: keluarga Bapak S siregar
Menurut penuturan responden, keluarga responden terdiri dari seorang ayah,
seorang ibu, dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, keluarga
responden sangat mengutamakan pendidikan,
Pembagian harta warisan dilakukan ketika kedua orang tua masih hidup,
semasa hidupnya keluarga responden sangat mengutamakan pendidikan
walaupun harta habis terjual, pada saat pembagian warisan harta yang akan
dibagi sebuah rumah dan tanah pekarangannya dan sebidang tanah perkebunan,
Universitas Sumatera Utara
49
semua anak-anak telah berkeluarga, kedua anak laki-laki tersebut merupakan
tamatan sarjana dan telah mempunyai kehidupan yang cukup dan terpenuhi,
sedangkan anak perempuan bukan seorang sarjana dan mempunyai kehidupan
yang kurang, sehingga ketika pembagian harta warisan yang seharusnya menurut
hukum adat Angkola bagian anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan,
tetapi dalam hal ini kedua anak laki-laki yang telah mempunyai pendidikan yang
tinggi mengambil sikap dengan menyerah kan harta warisan tersebut kepada anak
perempuan, dengan syarat sebelum kedua orang tua meninggal harta warisan
tersebut masih dipergunakan kedua oarang tua responden.
Dari contoh diatas dengan pendidikan maka cara berpikir dari orang tua
responden lebih maju dan sikap dari kedua anak laki-laki keluarga responden
sangat mencerminkan bahwa keduanya mempunyai pola pikir yang positif, hal ini
tanpa disadari telah menggeser pembagian harta warisan pada hukum waris adat
Angkola.
Pergeseran pembagian warisan masyarakat adat angkola dikecamatan
Padangbolak lebih dominan dikarenakan faktor agama, hal ini dikarenakan
masyarakat adat angkola adalah masyarakat yang taat beragama, sehingga
masyarakat menganggap bahwa nilai-nilai yang telah diatur oleh agama tentang
kewarisan adalah lebih adil dan menghindari perselisihan antara ahli waris.
Universitas Sumatera Utara