repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... bab ii tinjauan pustaka 2.1...

13
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Sikkam termasuk jenis pohon dari suku Euphorbiaceae, dengan nama daerah: singkam, cingkam (Batak); tingkeum (Gayo); gadog, gintung, kerinjing (Jawa), di negara-negara lain disebut sebagai jitang (Malasia), tuai (Sabah, Filiphina.), toem, pradu-som (Thailand), ’khom ‘fat (Laos), dan nhoi (Vietnam). Kayunya dalam perdagangan dikenal dengan Bishop wood atau Java cedar (Rajbongshi, et al., 2014). Tumbuhan ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian ± 1500 m dari permukaan laut, berasal dari Asia selatan, Asia tenggara, Australia dan China. Pohon ini menyebar luas mulai dari barat India, Jepang selatan, timur Australia, Pasifik hingga ke kepulauan nusantara Indonesia (Seed Leaflet, 2012). 2.1.1 Sistematika tumbuhan Sistematika tumbuhan sikkam adalah sebagai berikut (Seed Leaflet, 2012): Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Bischofia Spesies : Bischofia javanica Blume Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 26-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Sikkam termasuk jenis pohon dari suku Euphorbiaceae, dengan nama

daerah: singkam, cingkam (Batak); tingkeum (Gayo); gadog, gintung, kerinjing

(Jawa), di negara-negara lain disebut sebagai jitang (Malasia), tuai (Sabah,

Filiphina.), toem, pradu-som (Thailand), ’khom ‘fat (Laos), dan nhoi (Vietnam).

Kayunya dalam perdagangan dikenal dengan Bishop wood atau Java cedar

(Rajbongshi, et al., 2014).

Tumbuhan ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian ± 1500 m dari

permukaan laut, berasal dari Asia selatan, Asia tenggara, Australia dan China.

Pohon ini menyebar luas mulai dari barat India, Jepang selatan, timur Australia,

Pasifik hingga ke kepulauan nusantara Indonesia (Seed Leaflet, 2012).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan sikkam adalah sebagai berikut (Seed Leaflet, 2012):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Bischofia

Spesies : Bischofia javanica Blume

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

6

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Pohon sikkam (Bischofia javanica Blume) merupakan pohon besar yang

tingginya dapat mencapai 40 m, diameter batang 95 - 150 cm, bercabang-cabang,

arah tumbuh tegak lurus, berkayu, biasanya keras dan kuat, bentuk batang bulat,

tanpa mata kayu, termasuk dalam tumbuhan menahun (Seed Leaflet, 2012).

Kulit batang luar memecah dan bersisik berwarna coklat kemerahan

hingga keunguan, di sebelah dalam berwarna merah jambu, menyerat dan

mengeluarkan getah merah bening, encer atau agak kental seperti jeli (Rajbongshi,

et al., 2014). Daun berwarna hijau dengan panjang 4 - 8 inci dengan ketebalan 7 -

22 mm, bentuk daun lonjong berlekuk tiga serta meruncing ke ujung daun. Letak

daun spiral/melingkar, mempunyai tangkai daun panjang (3 - 8 inci), tepinya

beringgit hingga bergerigi halus, bertulang daun menyirip, sisi atas mengkilap.

Buah tidak memecah, bulat, bergetah, bergaris tengah 1,2 - 1,5 cm berwarna hitam

kebiruan jika masak, dengan 1 - 2 biji di setiap ruang, biji berwarna coklat,

lonjong, panjang 5 mm (Bachheti, et al., 2013).

2.1.3 Kandungan kimia tumbuhan

Kandungan sikkam adalah protein (18,69%), karbohidrat (18,91%), tanin

(16%) (Ajaib dan Khan, 2012), flavonoid, kuersetin, sitosterol, asam stearat

(3,89%), asam linolenat (56,76%), asam palmitat (12,28%), serat (5,32%),

kalsium, kalium, natrium, magnesium (Bachheti, et al., 2013), vitamin C, asam

elagit (8 - 10% ) (Rajbongshi, et al., 2014).

2.1.4 Kegunaan tumbuhan

Sikkam merupakan salah satu pewarna alami yang telah dikenal dan

digunakan secara turun-temurun jauh sebelum mengenal zat pewarna sintetis

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

7

untuk mewarnai pakaian, jala dan anyaman dari bambu (Bachheti, et al., 2013).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji manfaat sikkam (bischofia

javanica Blume), seperti antileukimia, antiinflamasi (Sutharson, et al., 2009),

antimikroba, antialergi (Rajbongshi, et al., 2014), mengobati luka bakar,

antihelmintik (Seed Leaflet, 2012), antidiare dan merangsang pertumbuhan

rambut (Pradhan dan Badola, 2008).

2.2 Simplisia dan Ekstrak

2.2.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan belum

mengalami pengolahan apapun, kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan

simplisia pelikan (Depkes, 2000).

2.2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang telah

ditetapkan (Depkes, 2000).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan menggunakan pelarut

yang sesuai. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi kedalam

dua cara yaitu:

a. Cara dingin

1. Maserasi, adalah ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

8

(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi yang seimbang antara bahan dan pelarut.

2. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction), umunya dilakukan pada temperatur

ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi

dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-

menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

b. Cara panas

1. Refluks adalah ektraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

2. Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40 - 50o

4. Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96

- 98

C.

o

5. Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30

C) selama waktu tertentu (15 - 20 menit).

o

C) dan temperatur

sampai titik didih air (Depkes, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

9

2.3 Uraian Golongan Senyawa Kimia Sikkam

Senyawa kimia yang terdapat pada sikkam meliputi flavonoida, glikosida,

tanin dan steroida/triterpenoida.

2.3.1 Flavonoida

Flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya mempunyai

struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga atom

karbon yang merupakan rantai alifatik. Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari

seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau

senyawa yang berkaitan erat dengannya. Sebagian besar tanin berasal dari

flavonoid sehingga merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar

(Markham, 1988).

Flavonoid mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia

tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Beberapa fungsi flavonoid

untuk tumbuhan yaitu pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja

antimikroba dan antivirus dan anti serangga (Robinson, 1995).

Mekanisme kerja flavonoid dalam menghentikan diare yaitu dengan

menghambat motilitas usus sehingga mengurangi sekresi cairan dan elektrolit (Di

Carlo, et al., 1993). Aktivitas flavonoid yang lain adalah dengan menghambat

pelepasan asetilkolin di saluran cerna sehingga akan menyebabkan berkurangnya

aktivasi reseptor asetilkolin nikotinik yang memperantarai terjadinya kontraksi

otot polos dan teraktivasinya reseptor asetilkolin muskarinik (khususnya Ach-M3)

yang mengatur motilitas gastrointestinal dan kontraksi otot polos (Ikawati, 2008;

Lutterodt, 1989).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

10

2.3.2 Glikosida

Glikosida adalah suatu senyawa, bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula

(glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Pembagian glikosida paling

banyak berdasarkan aglikonnya, umumnya mudah terhidrolisis oleh asam mineral

atau enzim. Hidrolisis oleh asam memerlukan panas sedangkan oleh enzim tidak

memerlukan panas (Farnsworth, 1966).

2.3.3 Tanin

Tanin terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat bereaksi

dengan protein membentuk kopolimer yang tak larut dalam air. Sebagian besar

tumbuhan banyak mengandung tanin rasanya sepat. Salah satu fungsi tanin dalam

tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Robinson, 1995).

Berdasarkan identitas inti fenolit dan cara pembentukannya, tanin dibagi

menjadi tiga yaitu tanin yang terhidrolisis, tanin yang terkondensasi dan tanin

kompleks (Trease dan Evans, 1983).

a. Tanin terhidrolisis (Hydrosable Tannin)

Tanin jenis ini biasanya berikatan pada karbohidrat dengan membentuk

jembatan oksigen dan dapat dihidrolisis menggunakan asam sulfat atau asam

klorida ataupun dengan enzim. Prekursor pembentukan tanin ini adalah asam

fenolit (asam galat, asam elagit), residu glukosa, serta antara asam fenolit dan

glukosa ada ikatan ester.

b. Tanin terkondensasi (Condesed Tannins)

Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi terkondensasi

menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer

flavanoida yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

11

Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari flavanoida yang dihubungkan

melalui C8 dengan C4. Prekursor pembentukan tanin ini adalah flavanoida,

catechin, flavonol -3-4-diol.

c. Tanin kompleks (Complex Tannin)

Tanin kompleks merupakan campuran antara tanin terhidrolisis dan tanin

terkondensasi. Contoh tumbuhan yang mengandung tanin kompleks adalah teh,

kuercus, dan castanea. Ada dua tipe dari tanin kompleks, yaitu true tannin (berat

molekul 1000-5000) dan pseudo tannin (berat molekul kurang dari 1000).

Tanin dapat mengurangi intensitas diare dengan cara menciutkan selaput

lendir usus dan mengecilkan pori sehingga akan menghambat sekresi cairan dan

elektrolit (Tan dan Rahardja, 2002). Sifat adstringen tanin akan membuat usus

halus lebih tahan (resisten) terhadap rangsangan bakteri Escherichia coli, Shigella

sp, Salmonella sp, virus, amuba, dan toksin bakteri seperti Staphylococcus aureus,

Clostridium welchii yang mengakibatkan diare (Kumar, 2001).

2.3.4 Steroid/triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30

Triterpenoid merupakan senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering

kali bertitik leleh tinggi dan optis aktif, yang dibagi atas 4 kelompok senyawa

yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Sebagian

senyawa triterpenoid juga merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat, yang

asiklik,

yaitu skualen. Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks,

kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat (Harbone,

1987).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

12

berkhasiat sebagai anti diabetes, gangguan menstruasi, gangguan kulit kerusakan

hati dan malaria (Robinson, 1995).

Steroida adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin

siklopentana perhidrofenantren. Dahulu steroid dianggap sebagai senyawa satwa

(digunakan sebagai hormon kelamin, asam empedu), tetapi pada tahun-tahun

terakhir ini makin banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan

tumbuhan (Harborne, 1987).

Gambar 2.1. Struktur dasar steroida dan sistem penomorannya

Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas:

a. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan, misalnya kolesterol.

b. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan, misalnya sitosterol dan

stigmasterol.

c. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi, misalnya ergosterol.

d. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut, misalnya

spongesterol.

Senyawa aktif golongan steroid/triterpenoid dapat meningkatkan absorpsi

air dan elektrolit dalam usus, sehingga mengakibatkan absorbsi air dan elektolit

dalam usus normal kembali (Goodman dan Gilman, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

13

2.4 Uraian Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

lebih dari 200 g/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air

besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa

disertai lendir dan darah (Wells, 2006).

Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi

bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut

oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari

90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar

(colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di kolon mencerna lagi sisa-

sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari sisa-sisa tersebut dapat

diserap selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga direabsorpsi kembali

sehingga akhirnya isi usus menjadi lebih padat (Jeejeebhoy, 1977). Tetapi kadang

terjadi peristaltik usus yang meningkat sehingga pelintasan chymus sangat

dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh

sebagai tinja. Penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat

terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal,

proses reabsorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada

waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Biasanya reabsorpsi melebihi sekresi,

tetapi karena suatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada reabsorpsi,

sehingga terjadi diare (Tan dan Rahardja, 2007).

2.4.1 Klasifikasi diare

Berdasarkan penyebabnya diare dapat dibedakan atas:

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

14

1. Diare karena infeksi, meliputi:

a. Diare akibat virus, misalnya influenza perut dan travelers diarrhea yang

dapat disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus.

b. Diare akibat bakteri (invasif), disebabkan oleh Salmonella, Shigella,

Campylobacter, dan jenis Coli tertentu.

c. Diare parasiter, disebabkan oleh Entamooeba Hystolitica, Giardia Lambia,

Cryptosporidium dan Cyclospora yang terutama terjadi didaerah tropis.

d. Diare akibat enterotoksin, penyebabnya adalah E.Coli dan Vibrio Cholerae

dan yang jarang adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter dan

Entamoeba Hystolitica (Tan dan Rahardja, 2002).

2. Klasifikasi berdasarkan organ yang terkena infeksi:

a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,

parasit).

b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis, media,

infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran urin, dan lainnya).

3. Klasifikasi diare berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut merupakan diare yang bersifat mendadak dan bisa berlangsung

terus selama beberapa hari disebabkan oleh infeksi usus sehingga dapat

terjadi pada setiap umur.

b. Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari dua minggu

(Suharyono, 1991).

2.4.2 Obat-obat diare

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan diare dikelompokkan

menjadi beberapa kategori, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

15

1. Kemoterapeutik, untuk terapi kausal yakni memberantas bakteri penyebab

diare, seperti antibiotik, sulfonamid, kinolon dan furazolidon.

2. Obstipansia, yang dibagi menjadi:

a. zat-zat penekan peristaltik, candu dan alkaloidanya, derivat petidin

(difenoksilat dan loperamid), dan antikolinergik (atropine dan ekstrak

belladonna).

b. adstringen, menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin)

dan tanalbumin, pektin; adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada

permukaannya dapat menyerap zat-zat beracun yang dihasilkan oleh

bakteri, antara lain kaolin, garam-garam bismuth dan aluminium.

3. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot

penyebab nyeri perut pada diare (Tan dan Rahardja, 2007).

2.5 Loperamid Hidrokloridum

Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi dua

sampai tiga kali lebih kuat, tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat

sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalkan

keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa dengan memulihkan sel-sel

yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali (Tan

dan Rahardja, 2007).

Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah minum

obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran

cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik (Sardjono, dkk., 1995).

Loperamid HCl memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot

sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

16

sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan

reseptor tersebut.

2.6 Minyak Jarak

Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasar dari biji Ricinus

communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus

halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam

risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar.

Obat ini merupakan bahan induksi diare pada penelitian diare secara

eksperimental pada hewan percobaan (Teke, et al., 2007).

Menurut Katzung (2001), asam risinoleat hasil hidrolisis castor oil,

merupakan iritan lokal yang dapat meningkatkan motilitas usus. Mula kerjanya

cepat dan berlangsung terus sampai senyawa ini diekskresi melalui kolon. Dosis

oleum ricini adalah 2 - 3 sendok makan (15 - 30 ml), diberikan sewaktu perut

kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah pemberian, berupa pengeluaran

buang air besar berbentuk encer (Anwar, 2000).

2.7 Metode-metode Pengujian Antidiare

Ada 3 metode yang biasa digunakan untuk pengujian antidiare, yaitu:

1. metode margens (pengamatan lintas norit)

Sampel dan norit diberikan pada hewan uji yang telah dibuat diare.

Kemudian dalam rentang waktu tertentu hewan dikorbankan, diukur panjang usus

keseluruhan. Hitung persentase lintasan norit dengan cara membandingkan

panjang lintasan norit dengan panjang usus. Jika persentase yang didapat lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 62838... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhanstruktur C6C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

17

kecil dari kontrol bahwa dapat disimpulkan bahwa sampel uji memiliki efek

antidiare.

2. metode pola defekasi

Pada metode ini diamati frekuensi buang air besar, konsistensi feses,

massa feses dan waktu terjadinya diare. Semuanya diamati dalam jangka waktu

tertentu. Jika frekuensi buang air besar lebih kecil, konsistensi feses lebih padat,

massa feses lebih banyak dan waktu diare lebih lama dibandingkan kontrol, maka

dapat disimpulkan bahwa yang diuji memiliki efek sebagai antidiare.

3. secara in vitro

Metode ini digunakan untuk melihat apakah sampel uji dapat membunuh

mikroorganisme penyebab diare. Bisa dilakukan dengan metode cakram atau

tabung. Sampel uji dioleskan pada media yang sudah ditanami mikroba. Jika

terlihat adanya hambatan mikroba uji, maka disimpulkan bahwa sampel uji

memiliki efek antidiare dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan

mikroba penyebab diare (Vogel, 2002).

Universitas Sumatera Utara