a aujian non infeksi yunior aris
DESCRIPTION
A Aujian Non Infeksi Yunior ArisTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS UJIAN NON INFEKSI YUNIOR
I. IDENTITAS
a. IDENTITAS KASUS
Nama : An. D
Umur : 8 tahun (Lahir 08 Oktober 2004)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sukorejo RT 3/12 Pendem Mojogedang Kra
Masuk Rumah Sakit : 19 Mei 2012
Mulai dijadikan kasus : 06 Juni 2012
Nomor rekam medis : 01128741
b. IDENTITAS ORANG TUA PENDERITA
Ayah Ibu
Nama W R
Umur 35 th 30 th
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Buruh Buruh
Suku/Agama Jawa/Islam Jawa/Islam
Nama PPDS : Aris Gunawan
Nomor Mahasiswa :
Hari/Tanggal Presentasi : Kamis, 21 Juni 2012
II. DATA SUBYEKTIF
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita
a. Keluhan utama: pucat
Seorang anak laki-laki 8 tahun dirawat di Sub Divisi Hemato-onkologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret – Rumah Sakit Dr.
Moewardi (RSDM) Surakarta sejak tanggal 19 Mei 2012 dengan keluhan utama pucat .
Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit penderita terlihat pucat, semakin lama
penderita terlihat semakin pucat. Penderita juga tampak lemah dan malas melakukan aktifitas,
tidak panas, tidak batuk, tidak pilek, kadang penderita merasakan sebah diperutnya. Pada
tubuh pasien tidak didapatkan bintik-bintik merah atau pun lebam-lebam, penderita juga tidak
pernah mimisan.
Kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, Penderita merasa perutnya semakin
membesar, teraba keras pada perut sebelah kiri atas, tanpa disertai rasa nyeri, tidak mual,
tidak muntah, aktivitas tidak terganggu dan nafsu makan tidak ada keluhan. Penderita belum
pernah diperiksakan ke dokter.
Saat masuk rumah sakit penderita tampak pucat, tampak lemah, tidak batuk, tidak
pilek, tidak panas, tidak mual, tidak muntah, perut terasa sebah dan nafsu makan pasien
berkurang. Buang air besar 1 hari sekali, konsistensi lembek, warna kuning. Buang air kecil
tidak ada keluhan, warna kuning jernih, tidak disertai nyeri, terakhir buang air kecil 2 jam
sebelum masuk rumah sakit.
b. Riwayat penyakit dan pengobatan
penderita terlihat pucat, semakin lama terlihat semakin pucat. Penderita juga tampak lemah dan malas melakukan aktifitas, tidak panas, tidak batuk, tidak pilek, kadang penderita merasakan sebah diperutnya. Pada tubuh pasien tidak didapatkan bintik-bintik merah atau pun lebam-lebam, penderita juga tidak pernah mimisan.
Penderita merasa perutnya semakin membesar, teraba keras pada perut sebelah kiri atas, tanpa disertai rasa nyeri, tidak mual, tidak muntah, aktivitas tidak terganggu dan nafsu makan tidak ada keluhan.
2 minggu SMRS6 bulan SMRS
Saat MRS
penderita tampak pucat, tampak lemah, tidak batuk, tidak pilek, tidak panas, tidak mual, tidak muntah, perut terasa sebah dan nafsu makan pasien berkurang. Buang air besar 1 hari sekali, konsistensi lembek, warna kuning. Buang air kecil tidak ada keluhan, warna kuning jernih, tidak disertai nyeri, terakhir buang air kecil 2 jam sebelum masuk rumah sakit. .
Riwayat pengobatan setelah dirawat di RSDM
S: pucatO: KU komposmentis, gizi kesan kurang TV : T 90/60 mmHg, N 108x/’, RR 26 x/’, S 37oC, BB 17,5 kg, TB 112 cm, LLA 16 cmBB/U : 17,5/26x100% = 67,31%,
BB/U <P3th (CDC, 2000)TB/U : 121/128x100% = 87,5%,
TB/U <P3th (CDC, 2000)BB/TB : 17,5/19,5x100%=89,74%,
P10th< BB/TB <P25th; ( CDC, 2000 ) LLA : P5th - P10th Pemeriksaan fisik : Kepala : mesosefal Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik(-),pupil isokor (2mm/2mm), Hidung : NCH(-/-), sekret (-/-). Mulut : mukosa basah, sianosis (-), pucat (+) Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-
T1, tidak hiperemis. Leher : pembesaran kelenjar limfe ( - ). Toraks : Iga gambang (-), retraksi (-). Jantung : bunyi jantung I-II intensitas normal,
reguler, bising (+) disemua katp Pulmo: suara dasar vesikuler(+) normal , suara
tambahan (-). Abdomen: : dinding perut > dinding dada,
bising usus normal, pekak di regio hipokondriaka kiri, supel, nyeri tekan (-), pekak beralih (+), hepar tidak teraba, lien teraba 3 schuffner konsistensi keras
Ekstremitas :anemis (+), akral dingin (-), edema (-), CRT < 2 detik, Arteri dorsalis pedis teraba kuat
19/05/12
Hasil laboratorium Hb 4,9 gr/dl Hct 19% Eritrosit 3.310.000/uL Leukosit 7.200/uLTrombosit 227.000/uLMCV 57,3/um MCH 14.8 pg MCHC 25,8 g/dl E3,0/B0,4/N46,7/L43,9/M3,6 Golongan darah B
Diagnosis:1. Anemiamikrositik hipokromik ec.
DD defisiensi besi, thalassemia, infeksi kronis
2. Anemia heart disease3. Gizi kurang
Terapi:1. Rawat bangsal Hemato-onkologi
Anak2. O2 nasal 2 liter/menit3. Diet nasi lauk 1500 kal/hari.4. Tranfusi PRC 5 cc/kg 100 cc
via syringe pump
Rencana : Besi (SI ), TIBC, saturasi transferin, feritin, retikulosit, GDT, Hb elektroforesis
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien belum pernah mendapat tranfusi darah dan belum pernah mondok karena sakit.
d. Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat tranfusi darah anggota keluarga disangkal, riwayat perdarahan spontan anggota
keluarga disangkal.
e. Riwayat kehamilan
Merupakan kehamilan yang pertama dan diinginkan, usia ibu saat hamil 21 tahun, tidak
pernah mengalami kenaikan tekanan darah. Selama hamil ibu rutin kontrol di bidan dan
mendapat vitamin tambah darah, ibu tidak pernah sakit, tidak pernah minum jamu, dan
dikatakan bahwa bayi yang dikandungnya tidak ada kelainan.
f. Riwayat kelahiran
Umur kehamilan 9 bulan, lahir spontan tidak mengalami kesulitan persalinan, melahirkan
di rumah bersalin ditolong oleh bidan. Saat lahir langsung menangis, berat badan lahir
3100 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala orang tua tidak tahu.
g. Riwayat asupan nutrisi
Penderita mendapat air susu ibu (ASI) sejak lahir hingga umur 2 tahun. Sejak umur 4
bulan penderita diberi makanan pendamping berupa bubur susu dengan frekuensi
pemberian 2 kali sehari dengan sekali pemberian kira-kira 3 sendok makan, mulai umur 8
bulan penderita diberi makan nasi tim sebanyak 3 kali sehari dengan porsi ½ piring
ditambah lauk berupa telur, tahu, atau tempe yang diberikan bergantian. Mulai umur 12
bulan pasien diberi makan nasi lauk sebanyak 3 kali sehari, lauknya berupa telur, ikan,
daging, tahu, dan tempe yang diberikan secara bergantian serta ditambah dengan sayur..
h. Riwayat perkembangan
Pasien dapat tengkurap pada umur 4 bulan, menegakkan kepala umur 5 bulan, duduk
umur 7 bulan, merangkak umur 8 bulan, berdiri umur 10 bulan, berjalan umur 13 bulan,
berbicara lancar pada umur 2 tahun. Menurut orang tuanya perkembangan pasien sama
dengan anak seumurnya.
i. Riwayat imunisasi
Menurut ibu pasien sudah diberikan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal yaitu BCG 1
kali, Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali, Campak 1 kali. Kesan imunisasi dasar
lengkap dan sesuai jadwal dalam KMS.
j. Riwayat sosial dan lingkungan
Penderita adalah anak tunggal, ayah bekerja sebagai buruh di Jakarta dengan penghasilan
rata-rata Rp 1.500.000,- perbulan. Ibu bekerja sebagai karyawan pabrik. Penderita tinggal
di rumah yang terbuat dari tembok, lantai semen dengan luas sekitar 50 m2. Penerangan
menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur gali yang terletak di belakang
rumah. Fasilitas kesehatan di lingkungan sekitar tempat tinggal penderita berupa bidan
desa dan puskesmas, dengan jarak sekitar 1-2 km dari rumah penderita.
An. D (8 thn )
POHON KELUARGA
III. DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status present
Kesan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis (GCS E4V5M6)
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 92 x/menit, teratur, isi dan tegangan kuat
Frekuensi nafas : 24 x/menit, regular, kedalaman cukup
Suhu per aksila : 36,8 0 C
Berat badan : 17,5 kg
Panjang badan : 112 cm
LLA : 17,2 cm
BB/U : 17,5/26x100% = 67,31%, BB/U <P3th (CDC, 2000)
TB/U : 121/128x100% = 87,5%, TB/U <P3th (CDC, 2000)
BB/TB : 17,5/19,5x100%=89,74%, P10th< BB/TB <P25th; ( CDC, 2000 )
LLA : P5th - P10th
Status gizi : Gizi kurang, perawakan pendek
I
II
III
b. Status General
Kepala : rambut hitam, tidak mudah dicabut, mesosefal
Mata : konjungtiva palpebra anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat
isokor diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya pupil kanan dan kiri
normal, tidak didapatkan perdarahan konjungtiva.
Telinga : sekret tidak ada, membran timpani intak
Hidung : tidak ada napas cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada perdarahan.
Tenggorok : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis.
Mulut : tidak ditemukan sianosis pada sirkum oral, mukosa, atau lidah,
mukosa mulut dan lidah basah, pucat, tidak didapatkan perdarahan
pada mukosa mulut.
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Aksila : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : tidak tampak iga gambang, tidak tampak retraksi
Jantung : Inspeksi : tidak tampak adanya iktus kordis
Palpasi : teraba iktus kordis di SIC V LMCS yang tak kuat
angkat.
Perkusi : batas jantung kanan di SIC II LPSD, batas kiri atas di
SIC II LPSS, batas kanan bawah di SIC IV LPSD,
apeks di SIC IV LMCS. Kesan batas jantung tidak
melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising
(+) sistolik grade II/VI di semua katup
Paru : Inspeksi : bentuk dada simetris. Gerak paru kanan dan kiri sama
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri .
Perkusi : sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi : suara napas vesikuler, suara tambahan (-/-)
Abdomen : Inspeksi : dinding perut tampak lebih tinggi dari dinding dada
Auskultasi : suara bising usus normal.
Perkusi : pekak di regio hipokondriaka sinistra, tidak
didapatkan asites.
Palpasi : hepar tidak teraba. Lien teraba 3 schuffner,
konsistensi keras, permukaan rata.
Inguinal : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Glutea : baggy pants (-)
Genetalia : laki-laki, tidak didapatkan fimosis, tidak ada hipospadia atau
epispadia
Anggota gerak : tidak didapatkan peteki atau hematom, akral dingin (-), CRT<2
detik, anemis (+), arteri dorsalis pedis teraba kuat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium (19 Mei 2012) :
IV. RINGKASAN
Seorang anak laki-laki 8 tahun dirawat di Sub Divisi Hemato-onkologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret – Rumah Sakit Dr.
Moewardi (RSDM) Surakarta sejak tanggal 19 Mei 2012 dengan keluhan utama pucat .
Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit penderita terlihat pucat, semakin lama
penderita terlihat semakin pucat. Penderita juga tampak lemah dan malas melakukan aktifitas,
tidak panas, tidak batuk, tidak pilek, kadang penderita merasakan sebah diperutnya. Pada
tubuh pasien tidak didapatkan bintik-bintik merah atau pun lebam-lebam, penderita juga tidak
pernah mimisan.. Kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, Penderita merasa
perutnya semakin membesar, teraba keras pada perut sebelah kiri atas, tanpa disertai rasa
nyeri, tidak mual, tidak muntah, aktivitas tidak terganggu dan nafsu makan tidak ada keluhan.
Penderita belum pernah diperiksakan ke dokter. Saat masuk rumah sakit penderita tampak
pucat, tampak lemah, tidak batuk, tidak pilek, tidak panas, tidak mual, tidak muntah, perut
terasa sebah dan nafsu makan pasien berkurang. Buang air besar 1 hari sekali, konsistensi
lembek, warna kuning. Buang air kecil tidak ada keluhan, warna kuning jernih, tidak disertai
nyeri, terakhir buang air kecil 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum komposmentis, gizi kesan kurang.
Tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, teratur, isi dan tegangan kuat.
Hb 4,9 gr/dl
Hct 19%
Eritrosit 3.310.000/uL
Leukosit 7.200/uL
Trombosit 227.000/uL
MCV 57,3/um
MCH 14.8 pg
MCHC 25,8 g/dl
E3,0/B0,4/N46,7/L43,9/M3,6
Golongan darah B
Frekuensi napas 24 x/menit, suhu per aksilla 36.80 C (aksiler). Berat badan 17,5 kg, panjang
badan 112 cm, LLA 17,2 cm. Dari hasil perhitungan antropometri termasuk gizi kurang,
perawakan pendek. Didapatkan konjungtiva anemis, aksilla dan inguinal tidak didapatkan
pembesaran kelanjar getah bening. Jantung didapat bising sistolik grade II/VI di semua katup
dan paru dalam batas normal. Abdomen didapatkan splenomegali ukuran 3 schuffner
konsistensi kenyal, permukaan rata. Ekstremitas tampak anemis. Hasil pemeriksaan
penunjang didapatkan hemoglobin 4,9 gr/dl, hematokrit 19 %, eritrosit 3.310.000/uL, lekosit
7.200/uL, trombosit 227.000/uL, MCV 57,3/um , MCH 14.8 pg, MCHC 25,8 g/dl,
E3,0/B0,4/N46,7/L43,9/M3,6 , Golongan darah B.
V. DAFTAR MASALAH
1. Pucat dan lemas
2. Splenomegali
3. Status gizi kurang
4. Hemoglobin 4,9 g/dl
5. MCV menurun ( 57,3/um ), MCH menurun ( 14.8 pg )
VI. DIAGNOSIS BANDING
Anemia mikrositik hipokromik et causa DD :
defisiensi besi
talasemia
Penyakit kronis
VII. DIAGNOSIS KERJA
1. Anemia mikrositik hipokromik et causa talasemia
DD defisiensi besi, proses kronik.
2. Anemia heart disease
3. Gizi kurang, perawakan pendek
VIII. TERAPI AWAL
1. Rawat bangsal hemato-onkologi anak
2. O2 nasal 2 liter/menit
3. Diet nasi lauk 1.500 kal/hari
4. Tranfusi PRC 5 cc/kg = 87,5 cc 100 cc
IX. PERMASALAHAN
1. Saat ini:
Penegakan diagnosis talasemia
Mengatasi anemia
Penanganan gizi kurang
2. Jangka panjang:
Edukasi kepada keluarga tentang penyakit penderita.
Pemantauan efek dari transfusi
Pemantauan gizi.
X. RENCANA KERJA
Rencana kerja saat ini
1. Rencana kerja untuk penegakan diagnosis talasemia
Dilakukan pemeriksaan gambaran darah tepi ( GDT ), SI, TIBC, ferritin, retikulosit,
Hb elektroforesis.
2. Rencana kerja untuk mengatasi anemia
Dilakukan transfusi PRC dengan target hemoglobin 10 g/dl
3. Rencana kerja untuk penanganan gizi kurang
a. Penentuan status gizi berdasarkan klinis, antropometris dan analisis gizi
b. Pemberian nutrisi sesuai kebutuhan.
4. Rencana kerja memotivasi keluarga dalam mengelola penderita
Memberikan pengertian tentang penyakit talasemia, komplikasi, perlunya tranfusi darah
dan keteraturan kontrol , serta memberi dukungan kepada orang tua dan keluarga
pengobatan ini memakan waktu cukup lama
Rencana jangka panjang
1. Rencana kerja untuk efek samping terapi
Dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium secara berkala
2. Rencana kerja untuk pemantauan gizi
Melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, analisis diet dan
pemantauan hasil laboratorium.
XI. PEMANTAUAN KASUS
Pada tanggal 20 Mei 2012 ( hari perawatan ke-2 ) pasien pucat sudah berkurang,
tekanan darah 100/70 mmHg, laju nadi 100x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, laju
napas 24x/menit, reguler. Suhu aksila 36,5oC, pemeriksaan fisik lain sama dengan hari
perawatan sebelumnya. Hasil pemeriksaan laboratorium : Retikulosit 3,72%, Besi ( SI ) 67
ug/dl, TIBC 179 ug/dl, Saturasi Transferin 37 %, Feritin 72,1 ng/ml.
Hasil gambaran darah tepi
Eritrosit : hipokromik, mikrositik, anisopoikilositosis, polikromasi, normositik,
ovalosit, pensil sel, target sel, tear drop sel, akantosis, fragmentosit,
basophilic stippling (+), sel eritroblast (+).
Leukosit : jumlah dalam batas normal, sel muda (-).
Trombosit : jumlah dalam batas normal, penyebaran merata.
Kesimpulan : Anemia hipokromik mikrositik dengan kecurigaan proses hemolitik
menyokong suatu hemoglobinopathy
Saran : Hb elektroforesis.
Diagnosis saat ini adalah tersangka talasemia. Tatalaksana yang diberikan adalah O2 nasal 2
liter/menit, diet nasi lauk 1.500 kal/hari, tranfusi kedua PRC 175 cc.
Pada tanggal 21 Mei 2012 pucat sudah berkurang, tekanan darah 100/70mmHg, laju
nadi 86x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, laju napas 24x/menit, regular, suhu aksila
36,8oC, Hasil laboratorium setelah transfusi PRC kedua adalah hemoglobin 8,3 gr/dl,
hematokrit 25 %, eritrosit 3.560.000/uL, lekosit 10.400/uL, trombosit 266.000/uL,
pemeriksaan fisik jantung auskultasi Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising
sudah tidak terdengar lagi, pemeriksaan fisik lain sama seperti hari sebelumnya. Pemeriksaan
urin dan feces rutin dalam batas normal, masih menunggu hasil pemeriksaan Hb
elektroforesis. Diagnosis tersangka talasemia. Tatalaksana yang diberikan adalah O2 nasal 2
liter/menit (kalau perlu), diet nasi lauk 1.500 kal/hari, tranfusi PRC target Hb 10 g/dl (10-
8,3)x4x17,5 = 119 cc 120 cc.
Pada tanggal 22 Mei 2012 pasien sudah tidak tampat pucat, tekanan darah
100/70mmHg, laju nadi 92x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, laju napas 24x/menit,
reguler. suhu aksila 36,8oC. Pemeriksaan fisik lain sama seperti hari sebelumnya. Hasil
pemeriksaan laboratorium hemoglobin 10,3 g/dl, eritrosit 4.330.000/ul, hematokrit 32%,
lekosit 9.100/ul, trombosit 227.000/ul, Hb elektroforesis HbF 21,0%, HbA2 61,9%.
Diagnosa talasemia ß mayor, gizi kurang perawakan pendek.
XII. PROGNOSIS
Talasemia ß mayor memerlukan transfusi yang teratur serta adanya efek samping dari terapi
medikamentosa, maka prognosis pasien ini adalah dubia ad malam.