leeyaa99.files.wordpress.com › 2013 › 11 › makalah-sastr… · web viewsekarang jarang...
TRANSCRIPT
Makalah Kumpulan
Sastra
Indonesia PANTUN
PUISI
MAJAS
PERIBAHASA
Disusun Oleh: Lany Aprilia Permatasari
IX
SMP Katolik Santa Maria
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………………………. I
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………................. 1
1.2 Permasalahan …………………………………………………………………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………………………. 31.4 Metode Penelitian ………………………………………………………………………………………………………..…. 4
1.5 Manfaat …………………………………………………………………………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sastra …………………………………………………………………………………………………………… 6B. Fungsi Sastra ………………………………………………………………………………………………………………….. 7
C. Ragam Sastra ………………………………………………………………………………………………………………….. 8
D. Pembagian Sastra ……………………………………………………………………………………………………………. 9
1. Pantun …………………………………………………………………………………………………………………. 9
2. Puisi ……………………………………………………………………………………………………………………. 12
3. Sajak …………………………………………………………………………………………………………………… 16
4. Peribahasa ………………………………………………………………………………………………………….. 18
5. Kata Mutiara ………………………………………………………………………………………………………. 18
6. Majas/Gaya Bahasa …………………………………………………………………………………………….. 18
7. Novel ……………………………………………………………………………………………………………………. 21
8. Cerita Pendek atau Cerpen ………………………………………………………………………………….. 21
9. Syair …………………………………………………………………………………………………………………… 21
10. Sandiwara/Drama ……………………………………………………………………………………………….. 22
F. Perkembangan Sastra Indonesia ……………………………………………………………………………………… 22
1. Perkembangan Puisi ……………………………………………………………………………………………. 22
2. Perkembangan Prosa …………………………………………………………………………………………... 28
3. Perkembangan Drama ………………………………………………………………………………………… 30
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………………………………………………………………………… 31
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………………………. 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................ 33
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tetapi saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh kerena itu saya harap kepada para pembaca khususnya Ibu Enni untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang informasi karya sastra Indonesia atau sebuah rangkuman pendekatan dalam sastra.
Dan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.
Palangka Raya, 20 Februari 2013
Penyusun
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sastra adalah penumpahan ide atau pemikiran dengan menggunakan kata-kata indah atau kiasan. Contoh sastra dalam kehidupan sehari-hari adalah membaca puisi dan menulis cerpen.
Sekarang jarang ditemui anak yang suka belajar sastra seperti menulis puisi, membuat sajak atau pantun. Anak jaman sekarang lebih tertarik akan kemajuan teknologi yang belum tentu memberikan nilai posotif bagi generasi mereka cotohnya anak jaman sekarang senang main game online seharian dan karena asyiknya mereka lupa belajar, padahal belajar adalah penting bagi mereka untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Dengan adanya makalah ini saya berharap generasi muda seperti kami ini akan tergugah hatinya akan pentingnya karya sastra dan dapat belajar dengan baik agar mendapatkan nilaib positif demi masa depan yang lebih baik.
1
1.2 PERMASALAHAN
Anak-anak zaman sekarang kurang suka membaca karya sastra, mereka lebih senang menonton sinetron atau main game, buku-buku referensi karya sastra juga jarang ditemui. Dalam makalah ini, saya membahas bahwa betapa menyenangkannya membaca karya sastra Indonesia.
Selain menyenangkan, karya sastra juga dapat memicu kreatifitas dan nilai-nilai moral baik yang terkandung didalamnya.
2
1.3 TUJUAN
· Menambah ilmu pengetahuan.
· Meningkatkan kreatifitas.
· Meningkatkan kemampuan menulis dalam makalah.
· Agar saya dan pembaca dapat mengerti dan memahami karya sastra.
31.4 METODE PENELITIAN
Dengan cara:
· Mencari referensi online
· Dari buku
· Ide atau nalar
· Bertanya dengan orang tua
· Bertanya dengan teman
4
1.5 MANFAAT
· Agar generasi muda dapat belajar dari karya-karya sastra akan nilai-nilai kehidupan dan budaya Indonesia, serta mengukir prestasi melalui karya seni dan karya sastra seperti menjadi pelukis/seniman atau menjadi seorang pengarang buku
· Agar generasi muda dapat menuangkan ide dan kreatifitas yang positif dan bermanfaat bagi masa depan
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sastra
Sastra (Sansekerta/Shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sástra, yang berarti “teks yang mengandung intruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar sás yang berarti “intruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini bisa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Selain itu dalam arti kesusastraan, serta bisa di bagi menjadi sastra tulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila didalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembaca sabagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.
6
B. Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masyarakat, sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembacanya.
2. Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pambacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
3. Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi pembacanya karena sifat keindahannya.
4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral tinggi.
5. Fungsi religius, yaitu sastrapun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para pembaca sastra.
7
C. Ragam Sastra
1. Dilihat dari bentuknya sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu:
a) Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b) Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu, yaitu:
✏Jumlah baris tiap-tiap baitnya
✏Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisannya
✏Irama
✏Persamaan bunyi kata
c) Prosa lirik, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti prosa.
d) Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu:
a) Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyetif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
b) Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif.
c) Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik pembaca tentang masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
d) Dramatic, karya sastra yang isinya melukiskan kejadian (baik atau buruk) dengan pelukisan yang berlebihan.
8
D. Pembagian Sastra
Karya sastra Indonesia dapat dibagi menjadi 2 menurut zaman pembuatan karya sastra tersebut. Yang pertama adalah sastra lama Indonesia dan karya sastra baru Indonesia. Masing-masing karya memiliki cirri khas tersendiri.
Karya sastra lama adalah karya sastra yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Karya sastra lama biasanya bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Sastra lama Indonesia memiliki cirri-ciri:
1. Terikat oleh kebiasaan dan adat masyarakat.
2. Bersifat istana sentries.
3. Bentuknya baku.
4. Biasanya nama pengarangnya tidak disertakan (anonim).
Bentuk sastra lama Indonesia adalah Pantun, Gurindam, Syair, Hikayat, Dongeng,
Dan Tambo.
Karya sastra baru Indonesia sangat berbeda dengan sastra lama. Karya sastra ini sudah tidak dipengaruhi kebiasaan masyarakat sekitarnya. Malahan karya sastra baru Indonesia cenderung dipengaruhi oleh sastra dari Barat atau Eropa.
Ciri-ciri sastra baru Indonesia adalah:
1. Ceritanya berkisar kehidupan masyarakat.
2. Bersifat dinamis (mengikuti perkembangan zaman).
3. Mencerminkan kepribadian pengarangnya.
4. Selalu diberi nama sang pembuat karya sastra.
Bentuk sastra baru Indonesia antara lain adalah Roman, Novel, Cerpen, dan Puisi
Modern. Jadi yang termasuk ke dalam kategori Sastra adalah:
1. Pantun7. Novel
2. Puisi8. Cerita/Cerpen (tertulis/lisan)
3. Sajak9. Syair
4. Pribahasa10. Sandiwara/Drama
5. Kata Mutiara11 .Lukisan/Kaligrafi
6. Majas
1. Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal parikan dan dalam nahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun berdiri atas 4 larik, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas 2 bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah 2 baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
9
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun “versi pendek” (hanya dua baris), sedangkan tribun adalag “versi panjang” (enam baris atau lebih).
a) Peran Pantun
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan
kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata lain.
Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang kemampuan berperan biasanya dihargai. Pantun menunjukkan dengan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Seringkali bercampur dengan bahasa-bahasa lain. Berikut contoh pantun(karmina) dari kalangan pemuda.
Mawar merah tumbuh di dinding
Jangan marah, just kidding.
Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
b) Stuktur Pantun
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapakan rima
Dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan.
Mesikupun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi terkadang bentuk sampiran membayangkan isi.
Sebagai contoh dalam pantun ini:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.
c) Jenis-jenis Pantun
✏Pantun Adat
Contoh:
Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berhulak alam beraja
10
✏Pantun Agama
Contoh:
Bungan kenangan diatas kubur
Pucuk sari pandan jawa
Apa guna sombong takabur
Rusak hati badan binasa
✏Pantun Budi
Contoh:
Biarlah orang bertanama buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Mari kita menanam budi
✏Pantun Jenaka
Contoh:
Jika kamu beli belimbing
Jangan lupa beli durian
Walaupun saya ceking
Tetapi saya yang terkeren
✏Pantun Kepahlawanan
Contoh:
Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kami pun muda lagi perkasa
✏Pantun Kias
Contoh:
Berburu kepadang datar
Dapatkan rusa belalang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
✏Pantun Nasihat
Contoh:
Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata
11
✏Pantun Percintaan
Contoh:
Limau purut lebat dipangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin rebut dapat di tangkal
Hati yang kasih apa obatnya
✏Pantun Peribahasa
Contoh:
Berakit-rakit dahulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
✏Pantun Perpisahan
Contoh:
Kalau ada sumur di lading
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi
✏Pantun Teka-teki
Contoh:
Kalau Tuan Muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau bijak laksana
Biji di luar apa buahnya?
2. Puisi
Puisi adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk
tambahan, atau selain arti semantiknya.
Menurut Dresden puisi adalah sebuah dunia dalam kata. Isi yang terkandung di
dalam puisi merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk sebuah dunia bernama puisi. Kesusastraan, khususnya puisi, adalah cabang seni yang paling sulit untuk dihayati secara langsung sebagai totalitas. Elemen-elemen seni ini ialah kata. Sebuah kata adalah suatu unit totalitas utuh yang kuat berdiri sendiri. Puisi menjadi totalitas-totalitas baru dalam pembentukan-pembentukan baru, dalam kalimat-kalimat yang telah mempunyai suatu urutan yang logis.
Sedangkan, unsur-unsur puisi menurut Dick Hartoko adalah puisi terdiri dari 2
unsur, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis. Unsur tematik atau unsur sintaksis mengarah pada stuktur fisik puisi yang secara tidak langsung dapat dihayati. Stuktur batin terdiri dari:
12
(1). Tema.(3). Nada dan suasana.
(2). Perasaan.(4). Amanat atau pesan.
Stuktur fisik adalah stuktur yang bisa kita lihat melalui bahasanya yang tampak. Stuktur fisik terdiri dari:
(1). Diksi.
(2). Pengimajian.
(3). Kata konkret
(4). Bahasa figurative atau majas.
(5). Versifikasi.
(6). Tata wajah.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreatifitas.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zig-zag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulisuntuk menunjukkan pemikirannya. Puisi terkadang juga hanya verisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut menjadi tidak dimengerti. Tepi penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
a. Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan-aturan itu antara lain:
● Jumlah kata dalam 1 baris.
● Jumlah baris dalam 1 bait.
● Persajakan (rima).
● Banyak suku kata tiap baris.
● Irama.
Jenis-jenis Puisi Lama
● Mantra
Mantra merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai sastra, melainkan berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
● Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India).
Ciri-ciri Gurindam:
a. Sajak berirama a-a; b-b; c-c; dst.
b. Bersal dari Tamil (india).
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat.
13
b. Puisi Baru
Puisi baru disebut juga puisi modern. Bentuk puisi baru lebih bebas daripada puisi
lama. Kalau puisi lama sangat terikat pada aturan-aturan yang ketat, puisi baru lebih bebas. Meskipun demikian, hakikat puisi tetap dipertahankan seperti rima, irama, pilihan kata, dll.
Hakikat puisi ada tiga hal, yaitu:
1. Sifat seni atau fungsi estetika
Sebuah puisi haruslah indah. Unsur-unsur keindahan dalam puisi misalnya: rima, irama, pilihan kata, dan gaya bahasnya
2. Kepadatan
Puisi sangat padat makna atau pesan. Artinay, penulis hanya mengemukakan inti masalahnya. Jadi, kata-kata perlu dipilih supaya mampu mengungkapkan gagasan yang sebenarnya.
3. Ekspresi tidak langsung
Puisi banyak menggunakan kata kiasan. Bahsa kias adalah ucapan yang tidak langsung. Jadi harus berpikir untuk memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
• Rima
Rima adalah persamaan atau pengulangan bunyi. Bunyi yang sama itu tidak terbatas pada akhir baris, tetapi juga untuk keseluruhan baris, bahkan juga bait. Persamaan bunyi yang memberikan kesan merdu, indah, dan dapat mendorong suasana yang di kehendaki oleh penyair dalam puisi.
Rima bisa berupa:
1. Pengulangan bunyi-bunyi konsonan dari kata-kata berurutan (aliterasi).
2. Persamaan bunyi vocal dalam deretan kata (asonansi).
3. Persamaan bunyi yang terdapat setiap akhir baris.
• Irama
Irama sama dengan ritme. Irama diartikan sebagai alunan yang terjadi karena kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi. Jadi, irama dikatakan memiliki:
1. Pengulangan.
2. Pergantian bunyi dalam arus panjang pendek.
3. Memiliki keteraturan.
• Diksi
Diksi adalah pemilihan kata untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Selain itu,
Diksi juga berarti :
1. Kemampuan memilih dan menyusun kata amat penting bagi penyair. Sebab, pilihan
dan susunan kata yang tepat nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan.
2. Kamampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa.
Kemampuan memilih dan menyusun kata amat penting vagi penyair. Sebab, pilihan dan susunan kata yang tepat dapat menghasilkan:
14
1. Rangkaian bunyi yang merdu.
2. Makna yang dapat menimbulkan rasa estetis (keindahan)
3. Kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan mendalam.
Misalnya, pemilihan dan penyusunan kata seperti gelombang melambung tinggi, atau
roda pedati berderak-derak atau hilang terbang atau meradang menerjang, atau hilang rasa, selain menimbulkan kemerduan bunyi, juga menimbulkan rasa astetis dan kesan mendalam.
Memilih kata yang tepat memang tidak mudah. Oleh karena itu, menulis puisi kadang-kadang tidak sekali menjadi puisi. Puisi yang sudah jadi pun kadang-kadang masih mengalami bongkar pasang kata sampai dirasakan pas oleh penyairnya.
`• Citraan
Ketika mebaca puisi, kita sering merasakan seolah-olah ikut hanyut dalam suasana yang diciptakan oleh penyair dalam puisinya. Ketika penyair mengungkapkan peristiwa yang menyedihkan kita jadi ikut larut dalam suasana sedih. Demikian juga kalau penyair mengungkapkan perasaan dendam, kecewa, marah, benci , cinta, bahagia, dan sebagainya.
Citraan adalah gambaran angan yang muncul dibenak pembaca puisi. Lebih lengkapnya, citraan adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Wujud gambaran dalam angan itu adalah “sesuatu” yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, dan didengar (panca indera). Akan tetapi “sesuatu” yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, dan didengar itu tidak benar-benar ada, hanya dalam angan-angan pembaca atau pendengar.
`• Makna Denotasi dan Makna Konotasi
Pada dasarnya , kata memang selalu mengacu pada makna yang ada dalam pikiran makna referensinya, yaitu makna yang ada dalam pikiran pemakainya. Makna yang demikian itu tertulis dalam kamus. Misalnya, kata kursi maknanya “tempat duduk berkaki dan bersandaran”. Makna yang demikian disebut makna denotatif.
Kata, selain bermakna denotative, juga bermakna konotatif. Makna konotatif adalah makna yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan oleh pembicara atau pendengar. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna tambahan yang timbul berdasarkan nilai rasa seseorang. Kata hujan dalam kamus berarti “titik-titik air berjatuhan dari udara lewat proses pendinginan”. Tetapi kata hujan bisa berarti “rahmat” bagi petani dan “petaka” bagi orang Jakarta.
• Memparafrasekan sebagai Saran Memahami Puisi
Di samping kata-kata bermakna konotasi, kekhasan lain dari bahasa puisi adalah bersifat padat dan singkat. Kata-kata dirangkai secara implisit atau tanpa penghubung. Sebenarnya dalam stuktur kalimat, penghubung sangat berperan untuk memperjelas makna. Selain itu, enjambemen atau pemutusan dan pergantian baris dalam puisi sering kali tidak sesuai pada pola bentuk bahasa.
Frase atau kalimat diputus pada bagian yang ditepat sehingga dapat mengacaukan pemahaman maknanya. Oleh karena itu, agar dapat memahami makna puisi sedekat mungkin ldengan kyang dimaksud penyair, sebelum menafsirkannya, sebaiknya kita memparafrasekan puisi.
15
Memparafrasekan adalah mengubah teks puisi menjadi sebuah prosa atau mengembailkan teks puisi ke dalam bentuk tuturan yang lengkap.
Kata-kata penghubung yang lepas dikembalikan lagi pada posisinya. Secara mudah, parafrase dapat dilakukan dengan menceritakan kembali isi puisi dengan menggunakan kata-kata sendiri secara bebas.
3. Sajak
Sajak ialah persamaan bunyi. Persamaan yang terdapat pada kalimat atau perkataan,
di awal, di tengah, dan di akhir perkataan. Persamaan itu ada yang tepat benar-benar dan ada pula yang kurang sempurna. Walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi sesuatu puisi lama, tetapi pengaruhnya sangat mengikat kepada bentuk dan pilihan kata dalam puisi itu. Sajak terbagi kepada enam jenis.
1. Sajak Awal
Sajak awal ialah persamaan bunyi yang terdapat pada awal kalimat, sebagai pantun sebagai berikut:
Kalau karena bulan
Tidaklah bintang meninggi hari
Kalau tidak karena Tuan
Tidaklah saya sampai kemari
Aliterasi artinya persamaan konsonan yang terdapat pada tiap-tiap perkataan.
Sebagaimana sajak awal, aliterasi juga terdapat dalam puisi baru seperti berikut:
Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bukan buta budak negeri
Mesti menurut undangan mahir
2. Sajak Tengah
Persamaan yang terdapat di tengah kalimat, seperti:
Guruh petus penuba limbat
Ikan lumba berenang-renang
Tujuh ratus jadikan ubat
Badan berjumpa maka senang
3. Sajak Akhir
Sajak yang terdapat pada akhir kalimat. Sajak ini terdapat hamper pada segala puisi lama, juga pada puisi baru. Misalnya:
Berdiri aku di tepi pantai
Memandang lepas ke tengah laut
Ombak pulang pecah berderai
Keribaan pasir rindu berpaut
16
4. Asonansi
Persamaan bunyi huruf vocal yang terdapat dalam perkataan atau kalimat. Misalnya:
Kini kami bertikai pangkai
Diantara dua mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad
Lihatlah bagusnya pemakaian bunyi i yang terdapat pada kedua kalimat pertama dan ketiga, serta aliterasi a pada kalimat kedua.
5. Sajak Sempurna
Dalam memilih perkataan untuk mencapai persamaan bunti, tiadalah selalu
bunyi itu jatuh dengan sempurna pada suara yang sama, ada yang mirip dan ada yang benar-benar tepat. Yang tepat itu disebut sajak sempurna. Misalnya:
Gabak hari awan pun mendung
Pandan terkulai menderita
Sajak mati ayah kandung
Makan berhurai air mata
6. Sajak Tak Sempurna
Hanya bunyi saja yang hampir bersamaan, seperti:
Uncang buruk tak bertali
Kian ke mari tergantung-gantung
Bujang buruk tak berbini
Kian ke mari meraung-raung
Sajak antara bertali dan antara gantung dengan raung, walaupun ada persamaan bunyi, tetapi kurang sempurna.
17
4. Peribahasa
Peribahasa ialah bentuk pengucapan yang banyak dijumpai dalam kesusastraan
lama, sebagai wakil cara berfikir bangsa kita di zaman lama itu. Perhubungan mereka yang rapat dengan sekeliling-nya menimbulkan ilham dan kaca perbandingan bagi mereka terutama ahli-ahli fikirnya waktu itu.
Peribahasa banyak digunakan dlam kehidupan keseharian orang pada masa dahulu. Ini dikarenakan cara-cara demikianlah jalan yang semudah-mudahnya bagi mereka untuk member nasihat, teguran atau sindiran dan mudah pula ditangkap oleh pihak yang dinasihatinya. Bila diselidiki isi dan jiwa yang terkandung dalam peribahasa iru, banyak bahan yang dapat diambil dari sejarah, sosial dan perikehidupan mereka di zaman lampau itu. Mislanya, sekali air bah, sekali tepian berubah.
Selain itu peribahsa yang sering digunakan hingga kini ialah: hujan di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baik lagi negeri sendiri sendiri dan di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung. Peribahasa masih hidup dalam pergaulan sehari-hari dan banyak terdapat dalam buku kesusastraan dan roman-roman baru juga.
5. Kata Mutiara
Kata mutiara adalah kata yang diungkapkan dari hasil pemikiran seseorang yang
dibahasakan dengan halus dan lembut menjadikan sebuah kata terindah. Memaknai dan mengilhami sebuah mutiara yang indah dan berniali tinggi.
6. Majas/Gaya Bahasa
Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam
suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan yang terdiri dari:
Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lamasemakin meningkat.Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalamanharapan.
1. Antiklimaks
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakinmenurun.Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenalnamanya
2. Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat.Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang
4.Antitesis
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadapkeamanan bangsa.Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap pentinguntuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai
18
5.Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapakali berturut-turut.Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.
6.Tautotes
Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru.
7.Anafora
Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa.
8.Epistrofor
Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutanContoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi,Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi
9.Simploke
Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.
10.Mesodiplosis
Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannyasendiri.
11.Epanalepsis
Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulangkata pertama.Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
12.Anadiplosis
Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa berikutnya.Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.
13.Aliterasi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.Contoh : Keras-keras kena air lembut juga
14.Asonansi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya.
15.Anastrof Atau Inversi
Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknyakarena lebih diutamakan.Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.
16.Apofasis Atau Preterisio
Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknyamenyangkal.Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telahmenggelapkan ratusan juta rupiah uang negara
17.Apostrof
Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatuyang tidak hadir.Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau perjuangkan.
19
18.Asindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orangmelepaskan nyawa.
19.Polisindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah padagelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?
20.Kiasmus
Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dandipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik biladibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.
21.Elipsis
Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang denganmudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.
22.Eufimisme
Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnyakesan yang tidak menyenangkan.Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran
23.Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkandiriContoh : Mampirlah ke gubukku!
24.Histeron Proteron
adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan darisesuatu yang wajar.Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yangluas dengan pasir putihnya
25.Pleonasme
Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudahtercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya
26.Tautologi
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan
27.Parifrasis
Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian katayang sama artinya.Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu
28.Prolepsis atau Antisipasi
Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah katasebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.
20
29.Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.Contoh : inikah yang kau namai bekerja?
30.Silepsis dan Zeugma
Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan denganmenghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunyamempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salahsatunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.
31.Koreksio atau Epanortosis
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudianmemperbaikinya.Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.
32.Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
7. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam
bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahsa Italian novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”.
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktual dan metrical sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehar-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.
8. Cerita Pendek atau Cerpen
Cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan
langsung pada tujuan dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realities, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniature novel.
9. Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama
Sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Fungsi syair adalah untuk menyampaikan caerita dan pengajaran dan digunakan juga dalam kegiatan-kegiatan yang berunsur keagamaan.
21
10. Sandiwara/Drama
Drama adalah bentuk karya sastra yang memiliki bagian yang diperankan oleh actor.
Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang verarti “aksi”, “perbuatan”.
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: diatas penggung, film, atau televise. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan music dan tarian, sebagaimana sebuah opera. Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti: wayang orang, ketoprak, ludruk, lenong, randai, reog, rangda, dan sebagainya.
G. Perkembangan Sastra Indonesia
1. Perkembangan Puisi
Dilihat dari segi kewaktuan, puisi Indonesia dibedakan menjadi puisi lama dan puisi modern. Puisi lama Indonesia umumnya berbentuk pantun atau syair. Dan bersifat anonim karena tidak disebutkan siapa pengarangnya. Puisi lama menjadi milik masyarakat.
Puisi modern, atau puisi baru, berkembang sejak bangsa Indonesia mengenal pendidikan formal. Maka puisi modern Indonesia mulai muncul tahun 1920-an karena pada tahun itulah bangsa terdidik Indonesia mulai muncul. Sejak itu puisi baru Indonesia terus berkembang. Sejarah perpuisian Indonesia mencatat beberapa penyair berikut:
22
I .Angkatan Balai Pustaka-Angkatan ‘66
Angkatan
Balai Pustaka
Punagga Baru
‘45
‘66
1. Muhammad Yamin
2. Roestam Effendi
3. Sanusi Pane.
1. Amir Hamzah
2. J.E. Tatengkeng
3. Sutan Takdir Alisjahbana
1. Chairil Anwar
2. Sitor Situmorang
3. Asrul Sani
4. Harijadi S. Hartowardijo
1. Rendra
2. Ramadhan K.H.
3. Toto Sudarto bachtiar
4. Sapardi Djoko Damono
5. Subagio Sastrowardojo
6. Ajip Rosidi
7. Kirdjomulyo
8. Taufik Ismail
9. Goenawan Mohamad
10. Masur Samin
11. Hartijo Andangdjaja
12. Piek Ardijanto Suprijadi
13. Slamet Sukirnanto
14. Toeti Heraty
15. Abdul Hadi W.M.
16. Darmanto Jatman
23
II. Angkatan ’70-an sampai sekarang
Angkatan
’70-an
’90-an
‘2000-an
1. Sutardji Calzoum Bachri
2. Yudhistira Ardinugraha
3. Linus Suryadi A.G.
4. Leon Agusta
5. Hamid Jabar
6. Eka Budijanta
7. F. Rahardi
8. Emha Ainun Nadjib
9. Djawawi Imron
1. Sides Sudyarto D.S.
2. Rahim Qahhar
3. Arwan Tuti Arta
4. Gunoto saparie
5. Rusli Marzuki Saria
6. Husni Jamaluddin
7. Ibrahim Sattah
8. Agus Sarjono
9. Cecep Syamsul Hari
10. Soni Farid Maulana
11. Acep Zam-zam Nur
12. Joko Pinurbo
13. dll
1. Nenden Lilis Aisyah
2. Mohamad Wan Anwar
3. Jamal D. Rahman
4. dll.
Penyebutan nama-nama di atas tentu saja masih belum lengkap karena penyair-penyair Indonesia yang tersebar di berbagai daerah masih banyak. Boleh jadi jumlahnya sampai ratusan, bahkan ribuan. Yang tercatat di atas hanyalah penyair-penyair yang secara intens kerap muncul di media massa dengan karya-karyanya, baik karya berbentuk puisi itu sendiri maupun esai-esainya. Dan oleh pengamat sastra (kritikus) dicatat namanya sebagai penyair yang karyanya layak disebut puisi-puisi yang bermutu.
24
Kita kutip karya-karya mereka berikut ini. Tentu saja tidak semua karya mereka tercatat di sini karena akan menghabiskan berlembar-lembar kertas, atau bahkan berjilid-jilid buku. Yang dicatat berikut ini adalah nama yang paling terkenal dan mewakili zamannya.
Muhammad Yamin
Bahasa, Bangsa
Selagi kecil berusia muda,
Tidur si anak di pangkuan bunda,
Ibu bernyanyi, lagu dan dendang
Memuji si anak banyaknya sedang;
Buai sayang malam dan siang,
Buian tergantung di tanah moyang.
Terlahir bangsa berbahasa sendiri
Diapit keluarga kanan dan kiri
Besar budiman di tanah melayu
Perasaan serikat menjadi padu
Dalam bahasanya permai merdu
Meratap menangis bersuka raya
Dalam bahagia bala dan baya
Bernafas kita pemanjangklan nyawa
Dalam bahasa sambungan jiwa
Di mana Sumatra, di situ bangsa
Di mana Perca di sana bahasa
Andalasku sayang, jana bejana
Sejakkan kecil muda teruma
Sampai mati berkalang tanag
Lupa ke bahasa tiadakan pernah
Ingat pemuda, Sumatra hilang
Tiada bahasa, bangsa pun hilang
Amir Hamzah
Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kemvbali aku padaMu
Seperti dahulu
Engkaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
25
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila saar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihku sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan diliranku
Mati hari bukan kawanku
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Willibrordus Surendra (W.S. Rendra)
Kami duduk berdua
Di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman iti
Berbuah dengan lebatnya
Dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran.
Tiba-tiba ia berkata:
“Mengapa kancingbajumu lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa.
Lalu ia sematkan dengan mesra
Sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
Aku bersihkan guguran bunga jambu
Yang mengotori rambutnya
26
Taufiq Ismail
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya.
Sutardji Calzoum Bachri
Tapi
Aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
Aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
Aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang Cuma
Aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
Aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
Aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
Aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
Tanpa apa aku datang padamu
wah!
Acep Zamzam Noor
Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning
Seperti rambutku padi-padi semankin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Canghkulku iman dan sajadahku lupur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang menyalakan rindu
Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi
Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Bagi pagar-pagar bamboo yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu
Hari esok adalah perjalananku sebagai petani
Membuka ladang-ladang amal dalam belantara yang pekat
27
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang kuhancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaanmu yang lain
Atas sajadah Lumpur aku terseungkur dan berkubur
Nenden Lilis Aisyah
Angin surut dan cahaya beringsut
Waktu seakan turun menemui kegaiban
Kerisik senyap, segala sunyi
Bertabuh di kegelapan
Negeri tempatku hidup telah jadi mimpi
Alangkah jauh, bagai bayang-bayang
Aku entah berjejak di mana
Tak juga pergi bersama suara-suara
Inilah ketiadaan, ruang kekal kekosongan
Tempat segalanya menghilang
2. Perkembangan Prosa
Seiring dengan perkembangan puisi, prosa Indonesia pun berkembang pula. Seperti puisi, prosa pun mengenal prosa lama dan prosa baru atau prosa modern. Prosa lama bersifat anonim; dengan penjenisannya meliputi dongeng, hikayat, fabel, sage. Sedangkan prosa baru, dengan diukur dari panjang pendeknya, meliputi cerpen, novelet, dan novel/roman.
Prosa Indonesia baru pun mulai muncul tahun 1920-an, dengan ditandai munculnya novel monumental berjudul Siti Nurbaya, buah karya Marah Rusli. Lalu zaman Pujangga Baru muncul pula Sutan Takdir Alisjahbana dengan roman berjdulLayar Terkembang. Lalu, menjelang kemerdekaan muncul Armiyn Pane yang menulis novel Belenggu yang dianggap novel modern pada zamannya.
Tahun 1945 perlu dicatat nama Idrus sebagai prosaic cerpen. Buku kumpulan cerpennya Dari Ave Maria ke Jalan Lain Ke Roma menjadi buku yang cukup terkenal. Selain itu juga novel singkat yang digarap dengan nada humor berjudulAki.
Tahun 1949 muncul novel karya Achdiat Karta Miharja berjudul Atheis. Atheis termasuk novel yang cukup berhasil karena hamir semua unsurnya menonjol dan menarik unuk dibaca. Dengan mengambil latar Pasundan berhasil mengangkat sebuah tema terkikisnya sebuah kepercayaan keagamaan. Hasan, tokoh utama dalam novel ini, adalah orang yang 180 derajat berbalik dari taat beragama tiba-tiba menjadi seorang yang atheis karena pengaruh pergaulannya dengan Rusli dan Anwar yang memang berpaham komunis.
28
Tahun 1955 muncul cerpen yang sangat terkenal, berjudul Robohnya Surau Kami, buah karya Ali Akbar Navis (lebih dikenal dengan A.A. Navis). Cerpen ini sarat dengan kritik sosial menyangkut kesalahan orang dalam menganut agama. Navis nambapknya ingin mendobrak paham keagamaan masyarakat Indonesia yang mengira beribadah hanyalah sekedar melaksanakan shalat, puasa, atau mengaji Quran; sedangkan kegiatan lain di luar ibdah formal, seperti mencari nafkah, peduli pada sesama dan alam dibaikan. Lewat tokoh-Haji Shaleh yang tiba-tiba masuk neraka karena ulahnya di dunia yang mengabaikan kepentingan keluarga.
Tahun 1968 muncul novel berjudul Merahnya Merah, garapan Iwan Simatupang, sebuah novel yang cukup absurd, terutama dalam hal gaya bercerita. Namun demikian, novel ini banyak memperoleh pujian dan sorotan para kritikus sastra, baik dalam maupun luar negeri.
Tahun 1975 nuncul novel Harimau! Harimau!, buah karya Mochtar Lubis, menceritakan tentang tujuh orang pencari damar yang berada di tengah sutan selama seminggu. Mereka adalah Pak Haji, Wak Katok, Sutan, Talib, Buyung, Sanip dan Pak Balam. Di tengah hutan itu mereka berhadapan dengan seekor harimau yang tengah mencari mangsa. Empat orang di antara tujuh orang itu (Pak Balam, Sutan, Talib, dan Pak Haji). Kecuali Pak Haji yang meinggal karena tertembak senapan Wak Katok, tiga yang lalinnya meninggal karena diterkam Harimau.
Haimau! Harimau! Sarat dengan pesan moral, yaitu bahwa setiap manusia harus mengakui dosanya agar terbebas dari bayang-bayang ketakutan. Pak Balam, orang yang pertama terluka karena diterkam harimau, mengakkui dosa-dosanya di masa muda, dan menyuruh para pendamar yang lain juga mengakui dosa-dosanya. Semua memang mengakui, hanya Wak Katok yang enggan mengakuinya.
Tahun 1982, muncul novel Ronggeng Dukuh Paruk, karya Ahmad Tohari, sebuah novel yang berhasil mendeskripsikan adat orang Jawa, khususnya Cilacap.
Tahun 1990, Ramadhan K.H. menulis novel berjudul Ladang Perminus, sebuah novel yang mengisahkan tentang korupsi di tubuh Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus). Novel ini seolah-olah menelanjangi tindakan korupsi di tubuh Pertamina, sebagai perusahaan pertambanyak minyak nasional.
Dan untuk tahun 2000-an ini, tepatnya tahun 2003 yang baru silam, telah terbit novel termuda, dari penulis termuda pula yang menulis novel berjudul Area X, sebuah novel futurisktik tentang Indonesia tahun 2048, mengenai deribonucleic acid dan makhlluk ruang angkasa. Novel ini ditulis oleh Eliza Vitri Handayani, seorang siswi kelas 2 SMA Nusantara Magelang, sebuah SMA favorit di Indonesia.
Begitulah perkembangan genre sastra prosa di Indonesia.
29
3. Perkembangan Drama
Perkembangan drama di Indonesia tak sesemarak dan setua perkembangan puisi dan prosa. Kalau puisi dan prosa mengenal puisi lama dan porsa lama, tak demikianlah dengan drama. Genre sastra drama di Indonesia benar-benar baru, seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900-an.
Sastra drama di Indonesia ditulis pada awal abad 19, tepatnya tahun 1901, oleh seorang peranakan Belanda bernama F. Wiggers, berupa sebuah drama satu babak berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno.
Untuk selanjutnya bermunculanlah naskah-naskah drama dalam bahasa Melayu Rendah yang ditulis oleh para pengarang peranakan Belanda dan atau Tionghoa.
Selanjutnya, anak Indonesia sendiri yang mulai menulis drama. Berikut ini Anda akan disuguhi beberapa dramawan Indonesia dari mulai Rustam Effendi (lahir 1903) sampai dengan Hamdy Salad (lahir 1961).
Tahun Kelahiran Pengarang
Pengarang
Judul
1903
1905
1906
1916
1918
1920
1921
1926
1928
1933
1934
1935
1937
1938
1938
1941
1942
1943
1944
1945
1946
1949
1955
1959
1961
Rustam Effendi
Sanusi Pane
Abu Hanifah
Trisno Sumarjo
D. Jayakusuma
Utuy Tatang Sontani
Usmar Ismail
Asrul Sani
Mohammad Diponegoro
Misbach Yusa Biran
D. Sularto
Rahman Age
Motinggo Busye
Ajip Rosidi
Saini KM
Arifin C. Noer
Vredi Kasram Marta
Aspar Paturusi
Putu Wijaya
Wisran Hadi
Akhudiat
N. Riantiarno
Yono Daryono
Arthur S. Nalan
Hamdy Salad
Bebasari
Kertajaya
Taufan di Atas Asia
Tumbang
Rama Bargawa
Bunga Rumah Makan
Leburan Seniman
Mahkamah
Iblis
Bung Besar
Domba-domba Revolusi
Pembenci Matahari
Malam Jahanam
Masyitoh
Egon
Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi
Syeh Siti Jenar
Perahu Nuh II
Dam
Cindua Mato
Jaka Tarub
Sampek Engtay
Ronggeng-ronggeng
Syair Ikan Tongkol
Perempuan dalam Kereta
30
BAB III PENUTUP
SIMPULAN
Sesuai dengan isi makalah, saya dapat menyimpulkan bahwa karya sastra sangatlah penting dan dapat memberi nilai :
· Rekreatif.
· Didiaktif.
· Estetis.
· Moralitas.
· Religius.
Dan kita harus mempelajari karya satra dengan baik agar kita mengerti akan nilai budaya Indonesia yang terkandung di dalamnya.
31
SARAN
32
DAFTAR PUSTAKA
www.duniasastra.com
www.sastraindonesia.net
www.geocities.com
www.puisi-indonesia.org
www.mira90.workpress.com
www.puitika.net
www.catatan-sastra.com
id.wikipedia.org
wapedia.mobi/id/kategori:peribahasa
Sadikin, Mustofa., Kumpulan Sastra Indonesia. Jakarta: Gudang Ilmu, 2010
33