cerpen dan sajak koran mitra dialog

3
SEBAGAI lelaki, sebetulnya umur 35 tahun belum terbilang tua benar. Tapi Abdul tak tahu mengapa kawan-kawannya selalu menge- jeknya sebagai bujang lapuk, hanya karena dia belum kawin. Orang tu- anya sendiri, terutama ibunya, juga begitu. Seolah-olah bersekongkol dengan kawan-kawannya itu; ham- pir di setiap kesempatan selalu menanyainya apakah dia sudah mendapatkan calon pendamping atau belum. Abdul selalu menang- gapi semua itu hanya dengan senyum-senyum. Jangan salah sangka! Tampang Abdul tidak jelek. Bahkan diband- ing rata-rata kawannya yang sudah lebih dahulu kawin, tampang Abdul terbilang sangat manis. Apalagi bila tersenyum. Sarjana ekonomi itu. Kurang apa? "Terus teranglah, Dul. Sebenarnya cewek seperti apa sih yang kau idamkan?" tanya Andi menggoda, saat mereka berkumpul di rumah Pak Arya yang biasa dijadikan tem- pat mangkal teman-temannya itu. "Kalau tahu maumu, kita kan bisa membantu, paling tidak mem- berikan informasi-informasi." "Iya, Dul," timpal Udi, "Kalau kau cari yang cantik, adikku punya kawan cantik sekali. Mau kuke- nalkan? Jangan banyak pertimban- ganlah! Dengar-dengar kiamat sudah dekat lho, Dul." "Mungkin dia cari cewek yang hafal Quran ya, Dul?!" celetuk Eko sambil ngakak. "Wah kalau iya, kau mesti meminta jasa ustadz kita, Kang Amin ini. Dia pasti mempun- yai banyak kenalan santri-santri perempuan, termasuk yang hafizhah." "Apa ada ustadz yang rela meny- erahkan anaknya yang hafizhah kepada bujang lapuk yang nggak bisa ngaji seperti Abdul ini?" tukas Edy mengomentari. "Tenang saja, Dul!" ujar Kang Amin, "Kalau kau sudah berminat, tinggal bilang saja padaku." "Jangan-jan- gan kamu im- poten ya, Dul?" tiba- tiba Yopi yang baru beberapa bulan kawin ikut meledek. Abdul meninju lengan Yopi, tapi tidak mengatakan apa- apa. Hanya tersenyum kecut. "Tidak sehebat dengan tampilann- mu," celetuk Pak Arya ikut nimbrung sehabis menyeruput kopinya. "Tampang boleh, sudah punya penghasilan lumayan, sarjana lagi, sama cewek kok takut! Aku carikan bagaimana?" "Jawab dong, Dul!" kata Bu Arya yang muncul menghidangkan pisang goreng dan ka- cang rebus, mencoba menyemangati Abdul yang tak berkutik dikerubut kawan- kawannya. "Biar saja, Bu," jawab Abdul pendek tanpa nada kesal. "Kalau capek kan berhenti sendiri." Memang Abdull orangnya baik. Setiap kali diledek dan digoda kawan-kawannya soal kawin begitu, dia tidak pernah marah. Bahkan diam-diam dia bersyukur kawan-kawannya memperhatikan dirinya. Dan bukannya dia tidak pernah berpikir untuk mengakhiri masa lajangnya; takut pun tidak. Dia pernah mendengar sabda Nabi yang menganjurkan agar apabila mempunyai sesuatu hajat yang masih baru rencana jangan disiar- siarkan. Sudah sering--sampai bosan-- Abdul menyatakan keyaki- nannya bahwa jodoh akan datang sendiri, tidak perlu dicari. Dicari ke mana-mana pun, jika bukan jodoh pasti tidak akan terwujud. Jodoh seperti halnya rezeki. Mengapa orang bersusah-payah memburu rezeki, kalau rezeki itu sudah diten- tukan pembagiannya dari atas. Harta yang sudah di tangan seseorang pun kalau bukan rezekinya akan lepas. Dia pernah membaca dalam buku "Hikam"-nya Syeikh Ibn Athaillah As-Sakandarany sebuah ungkapan yang menarik, "Kesungguhanmu dalam memperjuangankan sesuatu yang sudah dijamin untukmu, membuktikan padamnya mata-hati dari dirimu." Setiap teringat ungkapan itu, Abdul merasa seolah-olah disindir oleh tokoh sufi dari Iskandariah itu. Diakuinya dirinya selama ini sibuk-- kadang-kadang hingga berkelahi dengan kawan--mengejar rezeki, sesuatu yang sebetulnya sudah di- jamin Tuhan untuknya. Sementara dia selalu berusaha untuk berlaku lurus menjadi manusia yang baik, sesuatu yang dituntut Tuhan. "Suatu ketika mereka akan tahu juga," katanya dalam hati. * SYAHDAN, pada suatu hari, keti- ka teman-teman Abdul berkumpul di rumah Pak Arya seperti biasanya, Kang Amin bercerita panjang lebar tentang seorang "pintar" yang baru saja ia kunjungi. Kang Amin me- mang mempunyai kesukaan men- gunjungi orang-orang yang diden- garnya sebagai orang pintar; apakah orang itu kiai, tabib, paranormal, dukun, atau yang lain. "Aku ingin tahu," katanya menjelaskan tentang kesukaannya itu, "Apakah mereka itu memang mem- punyai keahlian seperti yang aku dengar, atau hanya karena pintar- pintar mereka membohongi masyarakat seba- gaimana juga ter- jadi di dunia poli- tik." Karena ke- sukaan- nya inilah, oleh kawan- kawannya Kang Amin di- juluki pakar "orang pintar". "Meskipun belum tua benar, orang-orang me- manggilnya mbah. Mbah Abi. Orangnya nyentrik. Kadang-kadang menemui tamu ote-ote, tanpa memakai baju. Kadang-kadang dines pakai jas segala. Tamunya luar biasa; datang dari segala penjuru tanah air. Mulai dari tukang becak hingga menteri. Bahkan menurut penuturan orang-orang dekatnya, presiden pernah mengundangnya ke istana. Bermacam-macam keperluan para tamu itu; mulai dari orang sakit yang ingin sembuh, pejabat yang ingin naik pangkat, pengusaha pailit yang ingin lepas dari lilitan utang, hingga caleg nomor urut sepatu yang ingin jadi. Dan kata orang- orang yang pernah datang ke Mbah Abi, doa beliau memang mujarab. Sebagian di antara mereka malah percaya bahwa beliau adalah orang pilihan." Pendek kata, menurut Kang Amin, Mbah Abi ini memang lain. Dibanding orang-orang "pintar" yang pernah ia kunjungi, mbah yang satu ini termasuk yang paling meyakinkan kemampuannya. "Nah, kalau kalian berminat," kata Kang Amin akhirnya, "Aku siap mengantar." "Wah, ide bagus ini," sahut Pak Arya sambil merangkul Abdul. "Kita bisa minta tolong atau mini- mal minta petunjuk tentang jejaka kasep kita ini. Siapa tahu jodohnya memang melalui Mbah Amin itu." "Setujuuu!" sambut kawan-kawan yang lain penuh semangat seperti teriakan para wakil rakyat di gedung parlemen. Hanya Abdul sendiri yang, seperti biasa, hanya diam saja, sambil senyum-senyum kecut. Sama sekali tak ada tanda-tanda dia keber- atan. Apakah sikapnya itu karena dia menghargai perhatian kawan- kawannya dan tak mau mengece- wakan mereka, atau sebenarnya dia pun setuju tapi malu, atau sebab lain, tentu saja hanya Abdul yang tahu. Tapi ketika mereka mem- intanya untuk menetapkan waktu, dia tampak tidak ragu-ragu menye- butkan hari dan tanggal; meski se- andainya yang lain yang menye- butkannya, se- muanya juga akan menyetujuinya, kare- na hari dan tanggal itu merupakan waktu pe- nentu mereka semua. * BEGITULAH. Pagi-pagi pada hari tanggal yang ditentukan, dip- impin Kang Amin, mereka beramai- ramai mengunjungi Mbah Abi. Ternyata benar seperti cerita Kang Amin, tamu Mbah Abi memang luar biasa banyaknya. Pekarangan rumahnya yang luas penuh dengan kendaraan. Dari berbagai plat nomor mobil, orang tahu bahwa mereka yang berkunjung datang dari berbagai daerah. Rumahnya yang besar dan kuno hampir seluruh ruangnya merupakan ruang tamu. Berbagai ragam kursi, dari kayu antik hingga sofa model kota, diatur membentuk huruf U, menghadap dipan beralaskan kasur tipis di mana Mbah Abi duduk menerima tamu- tamunya. Di dipan itu pula konon si mbah tidur. Persis di depannya, ada tiga kursi diduduki mereka yang mendapat giliran matur. Ternyata juga benar seperti cerita Kang Amin, Mbah Abi memang nyentrik. Agak deg-degan juga rom- bongan Abdul cs melihat bagaimana "orang pintar" itu memperlakukan tamu-tamunya. Ada tamu yang baru maju ke depan, langsung dibentak dan diusir. Ada tamu yang disuruh mendekat, seperti hendak dibisiki tapi tiba-tiba "Au!" si tamu digigit telinganya. Ada tamu yang diberi uang tanpa hitungan, tapi ada juga yang dimintai uang dalam jumlah tertentu. Giliran rombongan Abdul cs di- isyarati disuruh menghadap. Kang Amin, Pak Arya, dan Abdul sendiri yang maju. Belum lagi salah satu dari mereka angkat bicara, tiba-tiba Mbah Abi bangkit turun dari dipan- nya, menghampiri Abdul. "Pengumuman! Pengumuman!" teri- aknya sambil menepuk-nepuk pun- dak Abdul yang gemetaran. "Kenalkan ini calon menantu saya! Sarjana ekonomi, tapi nyufi!" Kemudian katanya sambil menga- cak-acak rambut Abdul yang disisir rapi, "Sesuai yang tersurat, kata sudah diucapkan, disaksikan malaikat, jin, dan manu- sia. Apakah kau akan menerima atau menolak takdirmu ini?" "Ya, Mbah!" jawab Abdul mantap. "Ya bagaimana? Jadi maksudmu kau menerima anakku sebagai istrimu?" "Ya, menerima Mbah!" sahut Abdul tegas. "Ucapkan sekali lagi yang lebih tegas!" "Saya menerima, Mbah!" "Alhamdulillah! Sudah, kamu dan rombonganmu boleh pulang. Beritahukan keluargamu besok lusa suruh datang kemari untuk mem- bicarakan kapan akad nikah dan walimahnya!" Di mobil ketika pulang, Abdul pun dikeroyok kawan-kawannya. "Lho, kamu ini bagaimana, Dul?" kata Pak Arya penasaran. "Tadi kamu kok ya ya saja, seperti tidak kau pikir." "Kau putus asa ya?" timpal Udi. "Atau jengkel diledek terus sebagai bujang lapuk, lalu kau mengambil keputusan asal-asalan begitu?" "Ya kalau anak Mbah Abi cantik," komentar Yopi, "Kalau pincang atau bopeng, misalnya, bagaimana?" "Pernyataanmu tadi disak- sikan orang banyak lho," kata Eko mengingatkan. "Lagi pula kalau kau ingkar, kau bisa kualat Mbah Abi nanti!" "Jangan-jangan kau diguna-gu- nain Mbah Abi, Dul!" kata Andi khawatir. Seperti biasa, Abdul hanya diam sambil senyum-senyum. Kali ini tidak seperti biasa, Kang Amin juga diam saja sambil senyum-senyum penuh arti.*** K Sajak C C e e r r p p e e n n Arief Rachman MITRA DIALOG Aktual Tegas dan Berimbang HARIAN UMUM SABTU - PAHING ( 13 JUNI 2009 ) 19 JUMADIL AKHIR 1430 H HALAMAN 9 Alamat e-mail pengiriman naskah cerpen, artikel dan puisi: [email protected] Fahruroji Terbanglah, Meski Cintamu Seusia Kunang-kunang maka bergegaslah, dik, menanggal selusin gelisah yang kau himpun dari tiap jengkal tanah, sebab di sini aura cinta teramat lem- bab udara negeri ini telah berkarat, meski telah kau balut segala hasrat perempuan bertudung aurat, sekali ini kesabaran mesti sebaris dengan deras gerimis? maka terbanglahlah, dik, melesat selama belum patah sayap, selagi langit tak berawan matahari sangat perawan mengepak sayap cinta seputih bulir-bulir busa dipermainkan bocah-bocah di jengah rumputan padang melukis angan pada seputih awan melayang-layang, sesungguh- nya keluguan cintamu telah mengajarkan bagaimana semestinya aku telanjang. suatu saat, akulah bulirmu yang kausentuh- mainkan di tengah hamparan kemilau hati silau matahari hingga angin memecah ilalang membelah kebekuan mimpi kita, engkau hanyalah tanah bagi akar menghu- jam rumah buat musafir memejam, dik, saat malam terlelap dan segalanya terasa lan- skap, dan sesuatu tiba-tiba berbisik seresik dedaun berisik: -kupecahkan rindu bulat bening mataku, perempuan bercadar penca- har jiwa-jiwa yang lapar- meski cintamu seu- sia kunang-kunang, aku terkapar di altar saat sepiku kaupenggal. Bumiayu, 2009 Rumah Tak Berpenghuni 1 menyusup kedalaman ruas-ruas hatimu jelas, engkau hanya ilalang tumbuh dibukit gersang dalam dendam kemarau panjang menghisap pori-pori bumi kudapati kau telah nisbi meski gerimis belum henti di hati namun embun cintamu selekas engkau pergi 2 berburu di belantaramu melewati purba sungai, desah angin yang kaukirim berbukit hantu tebing cintamu menjulang jurang kubidikan laras cintaku dan saat sesuatu bersarang aku mengerang di tubir hatimu teramat curam seperti virus ia memburu sarang kematianku 3 duhai, rumah tinggal tempatku pulang aku sangat merasai mimpimu namun sulit kugapai mataharimu menyemai kesetiaanmu nyata kesetiaanmu tak setua sunyi sungai kuketuk pintu berkali-kali namun tak kutemui penghuni di hati? Bumiayu 2009 SEMAR memetik setangkai daun jati untuk dijadikan kipas sekadar untuk menghilangkan gerah tubuhnya. Kembali ia bersandar di batang pohon sambil mengipas- ngipaskan sehelai daun jati itu. "Yang baru saja saya tembangkan adalah tem- bang Pangkur, Ris." "Pangkur? Apakah mak- sudnya, Bapa?" Semar kembali tersenyum. Sambil menikmati kipas-kipas angin itu kadang terlihat Semar menguap dengan begitu bebasnya. "Apakah Pangkur juga sebuah perlambang dari fase kehidupan manusia di muka bumi?" "Kau benar, Ris." "Kalau begitu, apakah makna dari fase Pangkur ini?" Semar kembali tersenyum. "Pangkur itu artinya sudah mungkur atau membelakangi kehidupan dunia yang bergelimang kemegahan dunia dan berlebih-lebihan. Kemewahan dunia itu bagai ular yang sangat ganas, Ris. Bisanya begitu mematikan sekaligus begitu menggoda. Ketika kita sudah dililit dunia dengan segala kemegahan- nya, maka kita akan sangat kesulitan untuk melepaskannya. Itulah kemegahan dunia. Akan tetapi kemegahan dunia yang ditandai dengan tiga ta, harta, tahta, dan wanita itu akan membelit siapa pun yang mencintai dunia," jelas Semar pan- jang lebar. "Apakah kita harus miskin, Bapa?" "Tentu tidak, Ris." "Kenapa dunia dengan tiga ta itu harus dihindari?" "Bukan dihindari, tetapi harus diantipasi." "Kenapa demikian, Bapa?" Semar sedikit menghela nafas. Ia kembali men- gibas-ngibaskan sehelai daun jati itu lagi pertanda tubuhnya kembali didera kegerahan. "Ketahuilah Ris, tiga ta tersebut sesungguhnya kalau tidak bisa kita antisi- pasi maka akan menjadi hijab menuju kesejatian Hyang Maha Tunggal." Curis masih tersenung. Wajahnya terlihat berkerut pertanda sedang mencerna kata-kata Semar. Ia masih terdiam dan pandangannya masih melolong jauh ke depan. Di kejauhan para puna- kawan masih berebut ma- kanan dan bakaran sing- kong. Ceblok yang rajin menanam hanya mengge- leng-gelengkan kepalanya tatkala menyaksikan sau- dara-saudaranya yang ha- nya rajin rebutan makanan tak berebut menanam. Curis mengalihkan pan- dangannya ke arah kebiru- an langit yang disaput gulungan awan putih. Matahari sudah agak con- dong ke barat. Sebaris burung-burung terbang melintas membelah langit. Dari kejauhan terdengar suara kicauannya yang sal- ing bersahutan. Koloni burung-burung itu seperti sedang bermigrasi mencari musim yang ia idamkan. Sebuah gerak instingnya yang membuat mereka harus berpindah, meskipun ke tempat yang amat jauh. (Bersambung) Bingkai Cirebon Punakawan Cerbon (110) Made Casta Abdul dan Mbah Abi Abdul dan Mbah Abi

Upload: d2nk-arhd

Post on 18-Jun-2015

371 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

screenshot lembaran cerpen dan sajak

TRANSCRIPT

Page 1: Cerpen dan Sajak Koran Mitra Dialog

SEBAGAI lelaki, sebetulnyaumur 35 tahun belum terbilang tuabenar. Tapi Abdul tak tahu mengapakawan-kawannya selalu menge-jeknya sebagai bujang lapuk, hanyakarena dia belum kawin. Orang tu-anya sendiri, terutama ibunya, jugabegitu. Seolah-olah bersekongkoldengan kawan-kawannya itu; ham-pir di setiap kesempatan selalumenanyainya apakah dia sudahmendapatkan calon pendampingatau belum. Abdul selalu menang-gapi semua itu hanya dengansenyum-senyum.

Jangan salah sangka! TampangAbdul tidak jelek. Bahkan diband-ing rata-rata kawannya yang sudahlebih dahulu kawin, tampang Abdulterbilang sangat manis. Apalagi bilatersenyum. Sarjana ekonomi itu.Kurang apa?

"Terus teranglah, Dul. Sebenarnyacewek seperti apa sih yang kauidamkan?" tanya Andi menggoda,saat mereka berkumpul di rumahPak Arya yang biasa dijadikan tem-pat mangkal teman-temannya itu."Kalau tahu maumu, kita kan bisamembantu, paling tidak mem-berikan informasi-informasi."

"Iya, Dul," timpal Udi, "Kalaukau cari yang cantik, adikku punyakawan cantik sekali. Mau kuke-nalkan? Jangan banyak pertimban-ganlah! Dengar-dengar kiamatsudah dekat lho, Dul."

"Mungkin dia cari cewek yanghafal Quran ya, Dul?!" celetuk Ekosambil ngakak. "Wah kalau iya, kaumesti meminta jasa ustadz kita,Kang Amin ini. Dia pasti mempun-yai banyak kenalan santri-santriperempuan, termasuk yanghafizhah."

"Apa ada ustadz yang rela meny-erahkan anaknya yang hafizhahkepada bujang lapuk yang nggakbisa ngaji seperti Abdul ini?"tukas Edy mengomentari.

"Tenang saja, Dul!"ujar Kang Amin,"Kalau kau sudahberminat, tinggalbilang sajapadaku."

"Jangan-jan-gan kamu im-poten ya,Dul?" tiba-tiba Yopiyang barubeberapabulankawinikutmeledek. Abdulmeninju lenganYopi, tapi tidakmengatakan apa-apa. Hanyatersenyum kecut.

"Tidak sehebatdengan tampilann-mu," celetuk PakArya ikut nimbrungsehabis menyeruputkopinya. "Tampangboleh, sudah punyapenghasilanlumayan, sarjanalagi, sama cewekkok takut! Akucarikanbagaimana?"

"Jawab dong,Dul!" kata Bu Aryayang munculmenghidangkanpisang goreng dan ka-cang rebus, mencobamenyemangati Abdulyang tak berkutikdikerubut kawan-kawannya.

"Biar saja, Bu," jawabAbdul pendek tanpa nadakesal. "Kalau capek kanberhenti sendiri."

Memang Abdull orangnyabaik. Setiap kali diledek dandigoda kawan-kawannya soalkawin begitu, dia tidak pernahmarah. Bahkan diam-diam diabersyukur kawan-kawannyamemperhatikan dirinya. Danbukannya dia tidak pernahberpikir untuk mengakhiri masalajangnya; takut pun tidak. Diapernah mendengar sabda Nabiyang menganjurkan agar apabila

mempunyai sesuatu hajat yangmasih baru rencana jangan disiar-siarkan. Sudah sering--sampaibosan-- Abdul menyatakan keyaki-nannya bahwa jodoh akan datangsendiri, tidak perlu dicari. Dicari kemana-mana pun, jika bukan jodohpasti tidak akan terwujud. Jodohseperti halnya rezeki. Mengapaorang bersusah-payah membururezeki, kalau rezeki itu sudah diten-tukan pembagiannya dari atas. Hartayang sudah di tangan seseorang punkalau bukan rezekinya akan lepas.Dia pernah membaca dalam buku"Hikam"-nya Syeikh Ibn AthaillahAs-Sakandarany sebuah ungkapanyang menarik, "Kesungguhanmudalam memperjuangankan sesuatuyang sudah dijamin untukmu,membuktikan padamnya mata-hatidari dirimu."

Setiap teringat ungkapan itu,Abdul merasa seolah-olah disindiroleh tokoh sufi dari Iskandariah itu.Diakuinya dirinya selama ini sibuk--kadang-kadang hingga berkelahidengan kawan--mengejar rezeki,sesuatu yang sebetulnya sudah di-jamin Tuhan untuknya. Sementaradia selalu berusaha untuk berlakulurus menjadi manusia yang baik,sesuatu yang dituntut Tuhan.

"Suatu ketika mereka akan tahujuga," katanya dalam hati.

* SYAHDAN, pada suatu hari, keti-

ka teman-teman Abdul berkumpuldi rumah Pak Arya seperti biasanya,Kang Amin bercerita panjang lebartentang seorang "pintar" yang barusaja ia kunjungi. Kang Amin me-mang mempunyai kesukaan men-gunjungi orang-orang yang diden-garnya sebagai orang pintar; apakahorang itu kiai, tabib, paranormal,dukun, atau yang lain. "Aku ingintahu," katanya menjelaskan tentang

kesukaannya itu, "Apakahmereka itu memang mem-

punyai keahlian sepertiyang aku dengar, atau

hanya karena pintar-pintar merekamembohongimasyarakat seba-gaimana juga ter-jadi di dunia poli-tik."

Karenake-sukaan-nya inilah,

olehkawan-

kawannyaKang Amin di-

juluki pakar"orang pintar". "Meskipun belum tua

benar, orang-orang me-manggilnya mbah. Mbah Abi.Orangnya nyentrik. Kadang-kadangmenemui tamu ote-ote, tanpa

memakai baju. Kadang-kadangdines pakai jas segala. Tamunya luarbiasa; datang dari segala penjurutanah air. Mulai dari tukang becakhingga menteri. Bahkan menurutpenuturan orang-orang dekatnya,presiden pernah mengundangnya keistana. Bermacam-macam keperluanpara tamu itu; mulai dari orang sakityang ingin sembuh, pejabat yangingin naik pangkat, pengusaha pailityang ingin lepas dari lilitan utang,hingga caleg nomor urut sepatuyang ingin jadi. Dan kata orang-orang yang pernah datang ke MbahAbi, doa beliau memang mujarab.Sebagian di antara mereka malahpercaya bahwa beliau adalah orangpilihan."

Pendek kata, menurut Kang Amin,Mbah Abi ini memang lain.Dibanding orang-orang "pintar"yang pernah ia kunjungi, mbah yangsatu ini termasuk yang palingmeyakinkan kemampuannya.

"Nah, kalau kalian berminat," kataKang Amin akhirnya, "Aku siapmengantar."

"Wah, ide bagus ini," sahut PakArya sambil merangkul Abdul."Kita bisa minta tolong atau mini-mal minta petunjuk tentang jejakakasep kita ini. Siapa tahu jodohnyamemang melalui Mbah Amin itu."

"Setujuuu!" sambut kawan-kawanyang lain penuh semangat sepertiteriakan para wakil rakyat di gedungparlemen. Hanya Abdul sendiriyang, seperti biasa, hanya diam saja,sambil senyum-senyum kecut. Samasekali tak ada tanda-tanda dia keber-atan. Apakah sikapnya itu karenadia menghargai perhatian kawan-kawannya dan tak mau mengece-wakan mereka, atau sebenarnya diapun setuju tapi malu, atau sebablain, tentu saja hanya Abdul yangtahu. Tapi ketika mereka mem-intanya untuk menetapkan waktu,dia tampak tidak ragu-ragu menye-butkan hari dan tanggal; meski se-andainya yang lain yang menye-butkannya, se-muanya juga akanmenyetujuinya, kare-na hari dan tanggal itumerupakan waktupe-

nentu mereka semua. *BEGITULAH. Pagi-pagi pada

hari tanggal yang ditentukan, dip-impin Kang Amin, mereka beramai-ramai mengunjungi Mbah Abi.Ternyata benar seperti cerita KangAmin, tamu Mbah Abi memang luarbiasa banyaknya. Pekaranganrumahnya yang luas penuh dengankendaraan. Dari berbagai platnomor mobil, orang tahu bahwamereka yang berkunjung datangdari berbagai daerah. Rumahnyayang besar dan kuno hampir seluruhruangnya merupakan ruang tamu.Berbagai ragam kursi, dari kayuantik hingga sofa model kota, diaturmembentuk huruf U, menghadapdipan beralaskan kasur tipis di manaMbah Abi duduk menerima tamu-tamunya. Di dipan itu pula konon simbah tidur. Persis di depannya, adatiga kursi diduduki mereka yangmendapat giliran matur.

Ternyata juga benar seperti ceritaKang Amin, Mbah Abi memangnyentrik. Agak deg-degan juga rom-bongan Abdul cs melihat bagaimana"orang pintar" itu memperlakukantamu-tamunya. Ada tamu yang barumaju ke depan, langsung dibentakdan diusir. Ada tamu yang disuruhmendekat, seperti hendak dibisikitapi tiba-tiba "Au!" si tamu digigittelinganya. Ada tamu yang diberiuang tanpa hitungan, tapi ada jugayang dimintai uang dalam jumlahtertentu.

Giliran rombongan Abdul cs di-isyarati disuruh menghadap. KangAmin, Pak Arya, dan Abdul sendiriyang maju. Belum lagi salah satudari mereka angkat bicara, tiba-tibaMbah Abi bangkit turun dari dipan-nya, menghampiri Abdul."Pengumuman! Pengumuman!" teri-aknya sambil menepuk-nepuk pun-dak Abdul yang gemetaran."Kenalkan ini calon menantu saya!Sarjana ekonomi, tapi nyufi!"Kemudian katanya sambil menga-cak-acak rambut Abdul yang disisirrapi, "Sesuai yang tersurat, katasudah diucapkan, disaksikan

malaikat, jin, dan manu-sia. Apakah kau akanmenerima atau menolak

takdirmu ini?" "Ya, Mbah!" jawab Abdul mantap. "Ya bagaimana? Jadi maksudmu

kau menerima anakku sebagaiistrimu?"

"Ya, menerima Mbah!" sahutAbdul tegas.

"Ucapkan sekali lagi yang lebihtegas!"

"Saya menerima, Mbah!" "Alhamdulillah! Sudah, kamu dan

rombonganmu boleh pulang.Beritahukan keluargamu besok lusasuruh datang kemari untuk mem-bicarakan kapan akad nikah danwalimahnya!"

Di mobil ketika pulang, Abdulpun dikeroyok kawan-kawannya.

"Lho, kamu ini bagaimana, Dul?"kata Pak Arya penasaran. "Tadikamu kok ya ya saja, seperti tidakkau pikir."

"Kau putus asa ya?" timpal Udi."Atau jengkel diledek terus sebagaibujang lapuk, lalu kau mengambilkeputusan asal-asalan begitu?"

"Ya kalau anak Mbah Abi cantik,"komentar Yopi, "Kalau pincang atau

bopeng, misalnya, bagaimana?" "Pernyataanmu tadi disak-sikan orang banyak lho," kata

Eko mengingatkan. "Lagipula kalau kau ingkar, kau

bisa kualat Mbah Abinanti!"

"Jangan-jangankau diguna-gu-nain Mbah Abi,

Dul!" kataAndikhawatir.

Sepertibiasa,Abdulhanya diam

sambilsenyum-senyum.

Kali ini tidakseperti biasa,Kang Aminjuga diam saja

sambil senyum-senyumpenuh arti.***

\PERJALANAN hidup seseorangterkadang sulit diprediksi. Banyak diantara mereka yang mengawalinyadengan penderitaan, kemiskinan, lan-tas menuai sukses, bergelimpang harta,dan hidup bahagia.

Seperti Iing Solihin (60 tahun). Bagisebagian orang, ia hanya sosok peker-ja ulet yang mampu mengelola sebuahkolam pemancingan yang berorentasikesenangan, tanpa banyak unsur bisnis,dan menjadi pengusaha yang memasokbatu bara ke sejumlah perusahaan diJawa Barat dan Jawa Tengah. Padahal,di balik itu, ternyata ada pengalamanhidupnya yang menarik untuk disimak.

Tiga puluh lima tahun lalu atautepatnya di usia 25 tahun, Iinghanyalah pemuda biasa, yang hanyamemiliki keahlian menyetir mobil diSumedang, tempat kelahirannya, tanpapekerjaan tetap. Bosan dengan kondisiitu, menginjak usia 26 tahun, ia nekadmerantau ke Cirebon. Tidak ada sanakdan keluarga pada waktu itu. Hari per-tama di Cirebon, ia terpaksa tidur disamping emperan Pom Bensin Pesisir."Tak ada yang istimewa saat tidur.Bagi saya pada waktu itu, hanya den-gan beralaskan tikar dan dua tangansebagai batal, sudah sangat nyaman,"

ujarnya.Untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari, ia harus bekerja serabutandi Pelabuhan Cirebon. Kebetulan padawaktu itu, aktivitas di pelabuan masihramai. Jadi soal makan tidak adamasalah. Hanya saja, untuk tidur, ham-pir enam bulan ia tidur di pom bensin.

Nasib berbicara lain. Satu tahun ke-mudian, ia dipercaya sebuah perusahaandi pelabuhan untuk menjadi sopir truk,yang mengangkut ikan hasil tangkapannelayan ke Jawa Tengah, Bandung, atauJakarta. Namun membawa kendaraanberat, apalagi dengan jarak tempuh be-gitu jauh, dan dilakukan hampir setiaphari, membuatnya kelelahan. Ia lantasmemutuskan keluarm, dan memilihmenjadi sopir elf.

Tujuh tahun tinggal di Cirebon, iamenikah dengan Tuniah, gadis asliCirebon.

Bosan menjadi sopir angkutanumum, ia beralih ke usaha lain yanglebih menguntungkan, yakni menjadipemasok batu bara. Karena keter-batasan modal, ia memulai usahanyadengan menjadi pengepul batu baradari para pemulung. Batu bara yangterkumpul ia kirim ke pengusaha yangmembutuhkannya sebagai bahan bakarproduksi.

Usahanya terus

berkembang. Ia bahkan mampu mem-beli batu bara langsung dari bandar.

Wajib berusahaSoal pengelolaan kolam pemancin-

gan, ia memulainya setelah melihatpotensi di areal milik PDAM KotaCirebon. Ia juga tertantang olehledekan rekan-rekannya karena setiapmemancing tidak pernah mendapatkanikan. Ia lantas bertekad meningkatkankemampuannya memancing, sekaligusmemiliki kolam pemancingan sendiri.

Tak disangka, kolam pemancinganyang semula hanya untuksendiri, diminati parapecinta mancing lain-nya. Sampai seka-rang, terutama padahari libur, kolam pe-mancingan miliknyaramai dikunjungi.

Soal kunci meraihkesuksesan sepertisekarang ini,Iing mengata-kan, semuatergantungpada diris e n d i r i .M e s k in a s i b

seseorang sudah digariskan Tuhan,manusia wajib berusaha. Tak cukupitu, dalam menjalaninya, juga haruspenuh kesabaran, keulatan, dan ke-beranian, terutama keberanian menco-ba. Bila seseorang ingin mencapaisesuatu, tapi tidak mencobanya, itusama saja bohong. Setiap keputusan ituada risiko. Tapi jangan menyerah.Mulailah mencoba sesuatu denganpenuh perhitungan. Karena di tengahkesulitan pasti ada jalan keluar.Bahkan bisa saja, penderitaan yang di-lalui saat menggapai tujuan, akan di-

rasakan lebih nikmat ketika sudahberhasil.

"Saya sudah merasakan betapamanisnya meraih sesuatu yang be-rawal dari penderitaan, perjalananhidup yang berliku, dan ter-kadang penuh air mata," ujarnya

setengah mener-a w a n g . - A s e p

Iswayanto/MD

K

SajakCCeerrppeenn

Arief Rachman

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

HARIAN UMUM

SABTU - PAHING( 13 JUNI 2009 ) 19 JUMADIL AKHIR 1430 H

HALAMAN 9

Alamat e-mail pengiriman naskah cerpen, artikel dan puisi: [email protected]

Fahruroji

Terbanglah, Meski CintamuSeusia Kunang-kunang

maka bergegaslah, dik, menanggal selusingelisah yang kau himpun dari tiap jengkaltanah, sebab di sini aura cinta teramat lem-bab udara negeri ini telah berkarat, meskitelah kau balut segala hasrat perempuanbertudung aurat, sekali ini kesabaran mestisebaris dengan deras gerimis?maka terbanglahlah, dik, melesat selamabelum patah sayap, selagi langit takberawan matahari sangat perawanmengepak sayap cinta seputih bulir-bulirbusa dipermainkan bocah-bocah di jengahrumputan padang melukis angan padaseputih awan melayang-layang, sesungguh-nya keluguan cintamu telah mengajarkanbagaimana semestinya aku telanjang.suatu saat, akulah bulirmu yang kausentuh-mainkan di tengah hamparan kemilau hatisilau matahari hingga angin memecahilalang membelah kebekuan mimpi kita,engkau hanyalah tanah bagi akar menghu-jam rumah buat musafir memejam, dik, saatmalam terlelap dan segalanya terasa lan-skap, dan sesuatu tiba-tiba berbisik seresikdedaun berisik: -kupecahkan rindu bulatbening mataku, perempuan bercadar penca-har jiwa-jiwa yang lapar- meski cintamu seu-sia kunang-kunang, aku terkapar di altarsaat sepiku kaupenggal.

Bumiayu, 2009

Rumah Tak Berpenghuni

1menyusup kedalaman ruas-ruas hatimujelas, engkau hanya ilalang tumbuhdibukit gersang dalam dendamkemarau panjang menghisap pori-pori bumikudapati kau telah nisbimeski gerimis belum henti di hatinamun embun cintamu selekas engkaupergi

2berburu di belantaramumelewati purba sungai,desah angin yang kaukirim berbukit hantutebing cintamu menjulang jurang kubidikan laras cintakudan saat sesuatu bersarang aku mengerang di tubir hatimu teramat curam seperti virus ia memburu sarang kematianku

3duhai, rumah tinggal tempatku pulangaku sangat merasai mimpimunamun sulit kugapai mataharimu menyemai kesetiaanmu nyata kesetiaanmu tak setua sunyi sungaikuketuk pintu berkali-kalinamun tak kutemui penghuni di hati?

Bumiayu 2009

SELASA, 29 Januari 2008, bagi sayaadalah hari yang melelahkan, lantaranekspos media massa yang berlebihanmengenai meninggalnya mantan Presi-den H. M. Soeharto (HMS). Memasukihari ketiga, sepertinya tidak ada yanglayak dibincangkan kecuali HMS. Ba-yangkan, dengan tujuh hari berkabung,perintah pengibaran bendera setengahtiang, HMS sudah dipatok jadi"pahlawan".

Meminjam istilah majalah Tempo--suka atau tidak suka, sejak masuk RSPPhingga wafat, ia masih seorang masterdengan kuasa penuh. Pejabat tinggi ke-luar masuk membesuknya. Turun naikfungsi jantungnya, menelan berita apapun yang berkejaran di Indonesia.Mungkin kita saat itu lupa persainganBarack Obama vs Hillary Clinton,mungkin juga lupa korban lumpur La-pindo yang masih meradang. Semuaseakan milik HMS.

Saya tiba-tiba dikejutkan SMS Nurha-diyanto, keponakan saya yang berusia13 tahun, dan baru kelas 1 SMP di Ta-ngerang. "Wak, pinjam buku Bung Kar-no, Penyambung Lidah Rakyat Indo-nesia." Tentu saja saya kagum sembariheran, apakah SMS itu atas perintahorang tuanya atau bukan. Namun ketikaditelefon, ia menjawab, "Habis capek,Wak, beritanya Pak Harto semua. Untukperbandingan, aa mau kenal BungKarno." Luar biasa!

Soal SMS keponakan juga saya ceri-takan kepada Suryana, teman dan saha-bat yang kini menjadi Anggota Komisi IIDPR RI. Suryana berkomentar, "Tua ya,pikirane. Lantaran buku yang saya mili-ki ketika SMA itu kini entah di mana,saya berusaha pinjam. Bukan apa-apa. Itusupaya keponakan saya memahamisosok Bung Karno bukan dari saya, tetapidari Cindy Adams yang berdialog lang-sung dengan sang proklamator.

Hari melelahkan akibat tak berim-bangnya pemberitaan media massa itupun semakin melelahkan. Sebab, sete-lah HMS wafat, penyiar televisi denganmata sembab semakin bersemangatmenyiarkan kebaikan dan kisah sukses-

nya. Jam tayang ditambah, ratingmeningkat mengalahkan sinetron manapun. Usaha "menggoreng" perasaanrakyat lewat TV bisa dikatakan berhasil.

Bagi saya, HMS bukan pahlawan,bukan pejuang, bukan orang hebat den-gan track record bagus. Ia seoranganggota KNIL alias spion (mata-mata)Belanda. Teringat tragedi 1965 yangterkubur dengan kepergian HMS,teringat pula betapa murah harga nyawamanusia, dan sebagainya. Belum lagitersumbatnya demokratisasi atas namastabilitas nasional yang digiring melaluisenapan.

Dalam keadaan itu, ada SMS mampiryang berbunyi, "Tolak hari berkabungnasional. Tolak pengibaran bendera sete-ngah tiang. Soeharto penjahat HAM."Pengirimnya, dr. Ribka Tjiptaning yang"heboh" dengan buku pertamanya, AkuBangga Jadi Anak PKI.

Beruntung saya masih punya banyakteman yang tidak menokohkan HMSbagai dewa yang untouchable (taktersentuh). Bahkan Fadjroelrachman, in-telektual dan aktivis yang terus meroketitu dengan enteng menyebut Indonesiabukan negara halal bihalal. Ungkapanitu katanya sekaligus untuk mengusutkasus korupsi dan kejahatan lain yangditinggalkan HMS bagi negeri tercintaini.

RengasdengklokUntuk mengurai kelelahan di atas,

rumah penculikan Bung Karno danBung Hatta 13 Agustus 1945 yang di-lakukan sejumlah pemuda, antara lainSukarni, jadi alternatif. Rumah itu kinitidak terletak seperti semula, karenadipindahkan sejarak 100 meter daripinggir Kali Citarum. Ia terletak diKampung Bojong Tugu Desa Re-ngasdengklok Kecamatan Rengasdeng-klok Kabupaten Karawang, tepatnya diJalan Pahlawan.

Berbincang dengan penduduk setem-pat (saya lupa menanyakan namanya),nenek berusia 80-an yang sudah be-

rangkat haji dan kini menjaga warungkecil dekat kediaman Djiaw Kie Song,berhasil mengurai kelelahan. Katanya,Indonesia tidak akan merdeka tanpaBung Karno. Waktu penculikan itu, iatergolong perawan tanggung (katanya,keur meumeujeuhna (bahasa Sunda).Sambil minum kopi, dan menghisap se-batang rokok, sang nenek terus bertuturtentang peristiwa 64 tahun lalu itu; ten-tang penjagaan ketat; tentang hirukpikuk warga Rengasdengklok yangingin melihat wajah ganteng BungKarno; tentang rumah Kie Song yangbersejarah itu.

Ketemu juga rumah papan itu, takjauh dari situs Monumen KebulatanTekad Rengasdengklok. Ah, lagi-lagisaya tidak suka istilah yang terus disam-paikan Harmoko menjelang pemilihanpresiden (HMS). Kata Suryana, harus-nya bernama Monumen Ikrar Merdeka.

Memasuki Jalan Pahlawan, ada garu-da besi yang menandakan pentingnyajalan kecil itu. Rumah papan dengan ha-laman luas saat itu tertutup, tapi lantasdibukakan sesaat setelah diberi tahuwarga setempat.

Tak ada kesan mewah, apalagiberlebihan. Kursi tua di ruang tamu,altar kayu dilengkapi foto-foto BungKarno, Bung Hatta, Ibu Fatmawati, dantentu saja foto Djiaw Kie Song dengankacamata lensa bundarnya. Kamardepan bagian kanan, tutur cucu perem-puan Diaw Kie Song, adalah tempattidur Bung Karno. Dan kamar bagiankiri adalah tempat tidur Bung Hatta.Ranjangnya sudah "diamankan" diMuseum Sri Baduga Maharaja diBandung, sebagai bagian penting per-jalanan sejarah kemerdekaan RI. Tapi dialtar kayu itu ada gambar MegawatiSoekarnoputri yang diberi bingkai kaca.

Rumah papan yang sederhana dengancat tembok putih biru muda itu punlebih sering sepi dari ingatan sejarah.Terlebih di zaman kini yang diam-diammenggiring manusia untuk melupakan

sejarah, mungkin karena masa depanjauh lebih penting daripada masa lalu.Rumah Djiaw Kie Soeng juga luput dariliputan media massa, selain luput daripemeliharaan situs sejarah PemdaKabupaten Karawang.

Betapa tidak. Jangankan rumah KieSong, situs monumen dengan pekikMerdeka yang diabadikan kepalan tinjutangan kiri di tengahnya, terkunci. Manamungkin naik ke pagar besi, malu diton-ton orang lain. Kami hanya melihat re-lief sepenggal kisah penculikan dari luarpagar. Ada relief diskusi, Bung Karnodan Ibu Fat sambil memangku GunturSoekarnoputra, relief pesawat terbang,pengibaran bendera merah putih, jugarumah Djiaw Kie Song.

Djiaw Kie Song meninggal duniatahun 1964. Ada fotonya waktu bersala-man dengan Ibu Fatmawati di IstanaNegara.

Sebelum pamit kepada tuan rumah, dibuku tamu saya menulis: Merdeka itukiri sebagai perlawanan terhadap kapi-talisme. Catatan pendek itu tak lupasaya tandatangani. Juga oleh Suryana.

Terpikir seketika, seandainya PemdaKabupaten Karawang serius mengelolasitus ini secara profesional. Pertama, se-diakan panduan sejarahRengasdengklok 13 Agustus 1945, bisaberupa buku atau lainnya. Kedua, buatsemacam loket pembayaran bagi pen-gunjung. Ketiga, ada pemandu yangmenuntun keingintahuan pengunjung.Keempat, biasakan pelajar (khususnyadi Kabupaten Karawang) mengetahuisitus ini dan menuliskannya sebagai la-poran. Kelima, buka jalur kendaraanangkutan umum ke dan dari situs. Kamimenumpang becak untuk keluar area.

Perawatan barang sejarah tentu sajapenting untuk merangkai kembali jali-nan masa lalu sebagai bagian integralke-Indonesiaan. Situs sejarah yang bete-baran di Indonesia, mau tidak mau,harus dipelihara dan disemaikan maknadi balik situs kepada generasi penerus.Bukan saja untuk diingat, juga untukdipelajari dan dipatrikan semangat na-sionalisme.***

ProjekBICARA mengenai projek, pasti kita dihadap-

kan pada beragam asumsi atau pemikiran.Soalnya, projek bisa diidentikkan dengan kepentin-gan rakyat, lobi, pekerjaan, dan fee. Bahkan projekpun bisa mengandung unsur penyimpangan,sehingga tidak hanya merugikan pemerintahselaku pengelola anggaran, juga rakyat sebagaipenerima manfaat.

MESKIPUN tidak semua projek dikerjakan secaramenyimpang, peluang ke arah itu selalu terbuka.Terjadinya penyimpangan itu tidak bergantung padasatu orang, melainkan kolektif, mulai dari oknumpimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) "pemi-lik" projek, keterlibatan oknum anggota dewan yangingin mencari "uang sampingan", oknum kontrak-tor yang ingin cepat dan untung besar, serta masihbanyak lagi.

Selama pendistribusian projek dilakukan tanpamengindahkan aturan yang berlaku, penyimpangandemi penyimpangan akan terus terjadi. Ujung-ujungnya, rakyatlah yang dirugikan. Karena projekyang mereka rasakan sudah berkurang kualitas dankuantitasnya. Alhasil, hasil projek menjadi cepatrusak, mubazir, dan tidak memberi manfaat secaramaksimal.

Kondisi seperti ini tidak perlu terjadi jika OPD,kontraktor, dan DPRD, mematuhi tugas pokok danfungsinya. Semua instansi/lembaga seharusnyaberperan dengan baik, dan tidak mementingkan dirisendiri. OPD dapat melakukan lelang/tender terbukaatau tunjuk langsung (juksung) secara transparan,tidak meminta fee dari projek yang diberikan. DPRDyang memiliki fungsi pengawasan melakukan mon-itoring apakah mekanisme pengadaan projek di-lakukan secara benar dan sesuai aturan. Anggotadewan tidak menguasai projek atau menjual projekhanya untuk mendapatkan fee, yang kisarannya 10persen dari nilai projek.

Demikian juga dengan kontraktor. Ia mendapatkanprojek secara fair, tidak main suap atau memberikandown payment (DP) kepada pejabat tertentu untukmenguasai projek yang diinginkan. Kontraktor jugamampu mengerjakannya sesuai bestek, tidak mengu-rangi kuantitas barang yang digunakan ataupun me-manipulasi material untuk mendapatkan keuntunganlebih.

Rakyat selaku penerima manfaat juga sebaiknyakritis. Bila diketahui projek di lingkungan tempattinggalnya tidak bermutu baik, hendaknya men-gadukan masalah tersebut ke pihak berwajib. Denganbegitu, setidaknya akan memberikan efek jera kepa-da mereka yang coba-coba merekayasa projek demikepentingan sesaat.

Beberapa hari terakhir, koran ini menyoroti adanyadugaan penyimpangan dalam projek-projek APBDKota Cirebon 2009, terutama pengelompokan projekke dalam istilah plat merah. Plat merah memangidentik dengan milik pemerintah. Namun sejauhmana kebenarannya, tentu harus dibuktikan. Namundengan sorotan yang muncul, ada baiknya pihakberwenang menelusuri apakah terjadi penyimpanganseperti yang dikomentari banyak pihak.

Rakyat tidak boleh dikorbankan untuk kepentinganpribadi atau golongan. Kepentingan rakyat di atassegala-galanya. Sehingga siapapun yang merekayasarakyat untuk kepentingan diri sendiri, harus menda-pat sanksi hukum.***

Bila Anda ingin mengungkapkan tanggapan,usulan, kritikan, atau apa saja yang menyangkutsegala hal yang terjadi di hadapan kita, kamipersilahkan mengirimkannya dalam bentuk suratpembaca. Selain surat itu diketik rapi, kamimohon pengirim menuliskan identitas secaralengkap. Jangan lupa, sertakan salinan bukti diriseperti fotocopy KTP, SIM, kartu pelajar dsb.

Redaksi

Persoalan Ibadah Haji

ENTAH sampai kapan persoalan seputar ibadahhaji akan teratasi sepenuhnya. Yang jelas, dari tahunke tahun, meski pemerintah berjanji meningkatkanpelayanannya, tetap saja masalah demi masalah ter-jadi. Yang paling dirugikan tentu saja para jemaahhaji. Maksud hati ingin beribadah secara khusuk diTanah Suci, dan pulang sebagai haji yang mabrur,kenyataan berbicara lain. Mereka direpotkan oleh be-ragam masalah, dari mulai saat pendaftaran, persia-pan, keberangkatan, kegiatan di Tanah Suci, sampaikembali ke Tanah Air.

Menurut berbagai pemberitaan di media massa,masih begitu banyak jemah calon haji (calhaj) yangtertipu oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab,sehingga tak hanya gagal menunaikan ibadah haji,juga kehilangan banyak harta benda, bahkan nyawa.Yang bisa berangkat pun kerap jadi santapan parapenipu, sehingga terkatung-katung di Tanah Suci.

Berita terbaru menyebut soal adanya unsur babi(enzim tripsin) dalam vaksin meningitis yangdiberikan pemerintah Arab Saudi. Setiap jemaah hajiwajib menjalani vaksinasi jenis ini. Jika benar, beta-pa menyedihkan. Meskipun bisa berlindung di balikhukum boleh di tengah keterpaksaan, hal itu tetap takbisa dibiarkan.

Munculnya berbagai persoalan itu hendaknyamenyadarkan semua pihak bahwa penyelenggaraanibadah haji di Tanah Air tidak beres. Perlu upayanyata dan menyeluruh. Saya bahkan setuju jikapenyelenggaraan ibadah haji diserahkan kepada pihakswasta, atau lembaga khusus di luar pemerintah.

Muhadi, Majasem, Kota Cirebon

Komisaris Utama : H. Kartono Sarkim Komisaris : Budi Maulani Wahidin, H. Usman Rachmatika Kosasih Direktur : Deni Kahdar Gunandi General Manajer : HM. Wasikin Marzuki Pemimpin Umum : Deni Kahdar Gunandi Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Diding A. Karyadi Redaktur: Dadang Suherman YR, Dudung AH, Ruddy Apriantho, Anto Sulistyanto, Saefullah, Noly Alamsyah, Taufik Hidayat, Adhijaya PrasetyoRedaktur Teknik & Perwajahan: SM Annas Sohef Sekretaris Redaksi : Diah Rodiah BPPTI : Suhartono, Aris Efendi Staf Redaksi Cirebon: Arif Rohidin, Johana, Alif, Epih Pahlevi, A. Rifai, Toni, Asep Iswayanto, Ghiok Riswoto Fotografer : Shanty,Andi Arifin INDRAMAYU : Khaerudin, Ichsan J, Hendra S, Abu Bakar, Alim Munandar KUNINGAN: Eman Sulaeman, Raharja, Nunung Khasanah,Yan Irwandi. MAJALENGKA : Tati Purnawati. Pra-Cetak : Wawan Hermawan, Hermansyah, Roby

Yanuardi, Ibnu Jafar. Manajer Pemasaran dan Promosi : Moch. Ai Nurdin Manajer Umum dan Personalia : Tata Samsu Brata Manajer Keuangan dan Akuntansi: Nita Yulianti Asisten Manajer Keuangan: Ahmad Mustahri Asisten Manajer Akuntansi: Uni Wahyuni Promosi : Stanney WilliamsIklan : Yana Heryana. Sirkulasi : Jaja Subagja Alamat Redaksi: Jl. RA Kartini no.7 Cirebon Tlp. (0231) 204440, 210541 Fax.(0231) 201315, 210533 Kotak Pos 350 Cirebon 45123 http://www.mitra-dialog.com, E-mail : [email protected], [email protected] : PT Berkah Pikiran Rakyat,SIUPP No.316/SK/Menpen/SIUPP/1997 Tgl. 12 Agustus 1997. Perwakilan HU. Mitra Dialog/Grup Pikiran Rakyat : JAKARTA : Jl. Gajah Mada 101 Tlp. (021) 6301288 (Hunting), 6339313 Fax. (021) 6320291 Telex 41453 PR JKT. CIAMIS: Jl.Sudirman 67 Tlp. (0265) 71339. TASIKMALAYA: Jl. Dinding Ari Raya I No.7 Komplek Perum Panglayungan Tlp. (0265)- 331947/335677/339308. GARUT: Jl. Papandayan No.50 Tlp. (0262) 231171. BOGOR: Bogor Baru Blok A II No. 11 Tlp. (0251) 311013. SUKABUMI: Jl. Sriwijaya11 Tlp. (0266) 222682. KUNINGAN: Jl. Siliwangi No.206 Tlp. (0232) 871776. INDRAMAYU: Jl. Sudirman No. 94 Tlp (0234) 271665. KARAWANG: Jl.Cakradireja No.7B Tlp. (0267) 40258. PURWAKARTA: Jl. Ibrahim Singadilaga No 59 Tlp. (0264) 200183. PURWOKERTO: Jl. BrigjenEntjung No. 27 A Tlp.(0281) 621872. SUBANG: Jl. Otista No. 46 Tlp. (0260) 414636. SERANG: Jl. Jend. A.Yani No.72, Tlp. (0254) 200803, 0254-205590. YOGYAKARTA: Jl. Bausasran DN III/715 Tlp. (0274) 586913 Fax. (0274) 517657. DICETAK OFFSET: PT. GRANESIA, Jl. Soekarno-Hatta 147 Bandung 40223 Tlp. (022) 637755 (Hunting System), Fax. (022) 631004.

Oleh Dadang Kusnandar

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

HARIAN UMUM

SABTU - PAHING( 13 JUNI 2009 ) 19 JUMADIL AKHIR 1430 H

HALAMAN 8

Sorotan

Surat Pembaca

Inspirasi

HARIAN UMUM

Djiaw Kie Song

Meraih Sukses dan Mencoba

SEMAR memetiksetangkai daun jati untuk

dijadikan kipas sekadaruntuk menghilangkangerah tubuhnya. Kembaliia bersandar di batangpohon sambil mengipas-ngipaskan sehelai daunjati itu.

"Yang baru saja sayatembangkan adalah tem-bang Pangkur, Ris."

"Pangkur? Apakah mak-sudnya, Bapa?"

Semar kembalitersenyum. Sambilmenikmati kipas-kipasangin itu kadang terlihatSemar menguap denganbegitu bebasnya.

"Apakah Pangkur jugasebuah perlambang darifase kehidupan manusia dimuka bumi?"

"Kau benar, Ris.""Kalau begitu, apakah

makna dari fase Pangkurini?"

Semar kembalitersenyum. "Pangkur ituartinya sudah mungkuratau membelakangikehidupan dunia yangbergelimang kemegahandunia dan berlebih-lebihan.Kemewahan dunia itubagai ular yang sangatganas, Ris. Bisanya begitu

mematikan sekaligusbegitu menggoda. Ketikakita sudah dililit duniadengan segala kemegahan-nya, maka kita akan sangatkesulitan untukmelepaskannya. Itulahkemegahan dunia. Akantetapi kemegahan duniayang ditandai dengan tigata, harta, tahta, dan wanitaitu akan membelit siapapun yang mencintaidunia," jelas Semar pan-jang lebar.

"Apakah kita harusmiskin, Bapa?"

"Tentu tidak, Ris."

"Kenapa dunia dengantiga ta itu harus dihindari?"

"Bukan dihindari, tetapiharus diantipasi."

"Kenapa demikian,Bapa?"

Semar sedikit menghelanafas. Ia kembali men-gibas-ngibaskan sehelaidaun jati itu lagi pertandatubuhnya kembali diderakegerahan.

"Ketahuilah Ris, tiga tatersebut sesungguhnyakalau tidak bisa kita antisi-pasi maka akan menjadihijab menuju kesejatianHyang Maha Tunggal."

Curis masih tersenung.Wajahnya terlihat berkerutpertanda sedang mencernakata-kata Semar. Ia masihterdiam dan pandangannyamasih melolong jauh kedepan.

Di kejauhan para puna-kawan masih berebut ma-kanan dan bakaran sing-kong. Ceblok yang rajinmenanam hanya mengge-leng-gelengkan kepalanyatatkala menyaksikan sau-dara-saudaranya yang ha-nya rajin rebutan makanantak berebut menanam.

Curis mengalihkan pan-

dangannya ke arah kebiru-an langit yang disaputgulungan awan putih.Matahari sudah agak con-dong ke barat. Sebarisburung-burung terbangmelintas membelah langit.Dari kejauhan terdengarsuara kicauannya yang sal-ing bersahutan. Koloniburung-burung itu sepertisedang bermigrasi mencarimusim yang ia idamkan.Sebuah gerak instingnyayang membuat merekaharus berpindah, meskipunke tempat yang amat jauh.

(Bersambung)

BBiinnggkkaaii CCiirreebboonn Punakawan Cerbon (110)

Made Casta

Abdul dan Mbah AbiAbdul dan Mbah Abi

Biodata

Nama : Iing Solihin

Tempat/tanggal lahir :Sumedang, 21 Januari 1949

Tempat Tinggal : Gang Nelayan Pesisir

Kel. Panjunan Kec.Lemahwungkuk Kota Cirebon

Istri : Tuniah (50 tahun)Anak :

Leni Nuraeni (30 tahun)Lena Nuraena (27 tahun)

Irawan (25 tahun)Bankit Sanjaya (23 tahun)

Sutrisna (15 tahun)Pekerjaan :

pemasok batu bara, pengelolakolam pemancingan di

Penampungan Limbah AirPerusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Kota Cirebon.

Hal 8-9 Sabtu 4/13/03 8:50 PM Page 1

Page 2: Cerpen dan Sajak Koran Mitra Dialog

"TIDAAAK...!"Teriak Iti Carniti, ketika melihat

ibunya pulang dari negeri orang.Sudah sepuluh tahun tiga bulan IbuMimin Mintarsih bekerja sebagaitenaga kerja wanita (TKW) di negeriseberang dan kini kembali pulangtanpa roh. Rohnya dicabut bukankrena kuasa Tuhan, tapi kuasa ma-jikan yang tidak punya perasaanmanusiawi. Iti terus histeris, tetang-ga turut menangis, air mata mengalirderas dan basah.

Iti kini hidup sebatang kara, ayah-nya sudah pergi mendahului ibunyadua bulan yang lalu. Mengenai ceritaIti, kini ia hidup tanpa keluarga dantanpa saudara. Semua bintangmengambil tawanya, terbang ke atastinggalkan semua. Hanya Iti sendiridi alam yang ramai.

Dalam hidupnya, Iti yangsekarang menginjak usia 12 tahunbaru dua kali menatap wajah ibunyadalam bentuk nyata, bukan sebataspotret wajah ibunya, yang dipajangapik dalam bingkai. Dan di perte-muan ketiga ini, perasaan Iti bukanbahagia tapi perasaan yang hancur,remuk, runtuh menjadi satu.

Ketika ayah Iti masih hidup,ayahnya selalu mengatakan,"Iti harus jadi anak yangsolehah di sini, karena IbuMimin sekarang sedangbekerja menjadi peribaik hati di istana yangmegah di negeri se-berang, Ibu PeriMimin harus menjagaputri serta pangerandari raja dan ratuyang sangat kayaraya."

Bagi Iti yang masihkecil, yang pikiran-nya penuh denganimajinasi level tinggi,selalu menganggapbenar kalau ibunyapergi menjadi peri baikhati untuk menjagaputri serta pangerandari raja dan ratu yangkaya raya di istanayang megah.Halusinasi dan bayan-gan yang selalu menari-nari di pikiran Iti adalahIbu Mimin bekerja den-gan gaun dan sayapputih yang indah dengantongkat ajaib yang berca-haya warna-warni dan bisamengabulkan semua per-mintaan.

Tapi semua itu hanyalahperkataan ayahnya yang inginmenjaga perasaan buah hatinya,karena tidak mungkin kalau ayahnyamenceritakan bahwa ibunya bekerjamenjadi TKW di negeri seberang se-bagai pembantu rumah tangga.

Iti Carniti pun bangga kepadaibunya yang sekarang bekerja men-jadi peri baik. Tak heran kalau Itibercita-cita sama dengan ibunya, "Itijuga ingin menjadi peri baik sepertiibu, kalau Iti sudah besar nanti,"jawab Iti setelah ayahnnyamenanyakan apa cita-cita Iti kalausudah besar nanti.

Saat itu ayah Iti hanya bisa terlon-go-longo dengan pernyataan daricita-cita anaknya. Ayah Iti tidak bisaberbuat apa-apa, ingin melarang takmungkin, ingin merubah tak bisa.Ayahnya hanya bisa pasrah.Keesokan harinya ayahnya Itimenanyakan hal yang sama, "Apacita-cita Iti kalau sudah besar nanti?"Ayahnya berharap cita-cita Iti akanberubah, maklum yang namanyacita-cita bagi anak-anak biasanya se-lalu berubah-ubah, terkadang inginmenjadi guru, ingin jadi penuliskeesokan harinya berubah ingin jadipresiden.

Tapi tidak bagi Iti Carniti, entahapa yang merasuki pikirannya se-hingga cita-citanya tidak pernahberubah. Ayah Iti pun membujuk Itidengan harapan Iti merubah cita-ci-tanya. Ini dilakukan karena apa yangdi cita-citakan Iti berlebihan,bagaimana tidak, tiap ada yangmenanyakan cita-cita Iti, baik itu disekolah, di lingkungan rumah dan dimana saja, Iti selalu menjawab cita-citanya ingin seperti ibu, menjadiperi di negeri seberang, di istana

yang megah.Ayah Iti marah-marah, mukanya

mendadak merah. "Iti sayang, men-jadi peri seperti ibu itu bukan cita-cita, tapi jalan hidup yang harus di-jalani dengan ikhlas, cita-cita ituharapan profesi, misalkan inginmenjadi guru, ingin jadi dokter danlainnya." Ayah Iti berkata kepada Itidengan nada marah.

"Lalu apa cita-cita ibu dulu Yah,sebelum menjadi peri?" tanya Itipada ayahnya, sambil memintamaaf karena sudah membuat ayah-nya menjadi marah.

"Ibumu pernah cerita kepadaayah, kalau cita-citanya se-lalu berubah-ubah. Saat

SDsaja ibumupunya 69 cita-cita, dan cita-cita yangterakhir saat kelas enam SD adalahingin berprofesi sebagai penulis cer-pen dan novel yang terkenal, denganbanyak karya fenomenal serta di-tunggu-tunggu karya berikutnya.Dan setelah itu ibumu berhentibercita-cita karena putus sekolah dansekarang menjadi peri," kata ayah.

"Ooo... ya sudah sekarang Iti maumelanjutkan cita-cita ibu, boleh gakyah?" ungkap Iti Crniti secara spon-tan.

"Sayang, sebenarnya ayah bin-gung dan heran sama kamu, kenapakamu ngefans berat dengan ibumu,sehingga cita-cita dan jalan hidupibumu yang berhenti dilanjutkansama kamu, ayah juga tidak tahuapakah itu bisa," kata ayah yangsedang dirundung rindu kepada ibuyang tak kunjung ada kabar untukkembali pulang.

Tapi kini ayah sudah istirahat den-gan tenang, saat ibu kembali pulang.Dan sayang ibu pulang juga untukberistirahat dengan tenang. Semuatidur di bawah batu nisan saat akuhadir untuk ziarah ke tempat terakhirayah dan ibu yang berdampingandan di tengah-tengah disediakantempat peristirahatan terakhir untukIti Carniti. Sedih memang suasanayang terjadi.

Ibu peri mati di tangan majikan,siksaan yang membuat ibu mati,padahal sepuluh tahun sudah ibumengabdi menjadi peri. Ibu peri di-tuduh mencuri, walau tuan putriyang mencuri, uang raja yang kayaraya dan kaya kuasa hilang. Ibu saya

disiksa hingga mati.Ini bukan rekayasa, setidaknya

buku harian ibu menjadi saksi bisuyang ampuh. Ternyata ibu selalumenulis buku harian, ibu peri me-mang penulis yang fenomenal. Tapikasus ini tak berlanjut, sang majikanmasih bisa berkeliaran tanpa huku-man.

Dalam buku harianibu menulis,

"Tidak

semuaperi diman-

ja, tidak pulasemua peri

disiksa. Kini aku alamiapa itu yang namanya siksa ma-jikan, tuduhan tanpa bukti hingga

membuatku menjadi seperti inidi negeri orang, sudah ku la-

porkan kejadian ini, tapi tindak-lanjut yang tidak pasti, mak-lum warga asli selalu dibela.Tolong..., kini peri sedangdisiksa tanpa henti."

*LIMA tahun berlalu, usia Iti kini

17 tahun. Rutinitas Iti hanya ziarahke kuburan orang tua dan menulis,menulis di buku harian Ibu MiminMintarsih. Iti hanya seorang diri,hidupnya diam berhenti di tempatsetelah ditinggal orang tuanya, hiduptanpa bersosial, hidup tanpa berseko-lah. Hidup seorang diri. Semuanyaserba seadanya. Makan dari tetang-ga, pakaian dai tetangga semuanyahibah dari tetangga yang merasa ibadengan keadaan Iti. hidup Iti me-mang berhenti.

Iti berhenti dan hidupnya penuhdengan bisiskan, selama lima tahunIti betah dengan bisikan-bisikandari dunia lain, yang terdengarhanya, "Lanjutkan...ayo ItiLanjutkan...!" Tapi Iti hanya diamtanpa melanjutkan hidup. Yang di-lanjutkan Iti adalah menulis di bukuharian Ibu Mimin Mintarsih, iahanya menulis rutinitas keseharianyang dilakukannya setelah ditinggalmati orang yang dikasihi dan dis-ayangi.

Tetangga-tetangga di sekeliling Itimulai tidak betah dengan rutinitasyang dilakukan Iti, maka denganalasan kasihan dan berharap masadepan Iti akan berubah, dengan hara-pan bisa hidup mandiri dan tidaklagi mengandalkan dari tetangga. Itiyang baru berusia 17 tahun dikirimmenjadi tenaga kerja Indonesia(TKI) di negeri seberang, kini Itimelanjutkan menjadi peri. Iti yanghanya lulusan SD memang tak bisaberbuat banyak karena hanya peker-jaan yang tidak membuthkan ijazah.

Iti pun senang ketika majikannya

adalah orang yang sama dengan ma-jikan ibunya. Dalam hati Iti berkata,"Mungkin jodoh yang memperte-mukan Iti dengan majikan ibu."Sekarang Iti bekerja menjadi peri,pembantu rumah tangga Indonesia.Melanjutkan jalan cerita Ibu MiminMintarsih yang terhenti.

Iti bisa tau kalau majikannyaadalah majjikan yang sama denganmajikan ibu, karena sang majikan

bercerita kalau dulu, adapembantu rumahtangga yang berna-ma Mimin

Mintarsih yangbekerja di sinidan mati kare-na mencuri.Dan sekarangmengancamIti Carnitijangan men-curi harta dirumah ini,karena huku-mannyaberat.

"Ini kesem-patan bagus

untuk membuk-tikan kebe-

naran," kata Itidalam hati, Iti me-

mang berencanamenjebloskan keluar-

ga yang membunuh ibuke penjara. Tapi belum

bertemu dengan waktuyang tepat. "Mungkininilah saatnya," kata

Iti di dalam hati lagi.Hari demi hari, bulan demi

bulan sudah dilewati Iti menjadiperi yang baik hati di istana yangmegah. Bisikan-bisikan dari dunialain pun terus menari-nari di ataskepalanya. "Lanjutkan...lanjutkan...,dan terkadang muncul juga bisikan-

bisikan, "Lebih cepat lebihbaik...", Lebih cepat lebih

baik...!", hinggabisikan-bisikan

"Pro rakyat...","Dukung rakyat". Iti yang

hanya lulusan SD yang tidak pahamdengan bisikan-bisikan dari dunialain yang selalu muncul tiga kalidalam sehari.

Setelah bekerja seharian menjadipembantu rumah tangga di negeriorang, rutinitas Iti adalah menulisbuku harian di buku harian IbuMimin Mintarsih. Iti Carnitimenulis, "Tiada yang berubah, setiaphari aku menjadi peri di istana.Bisikan-bisikan pun muncul tiaphari, aku tidak mengerti semenjakkematian orang tuaku, aku selalumendapatkan bisikan-bisikan aneh,mulai dari lanjutkan, lebih cepatlebih baik, dan pro rakyat. Mengenaikeluarga majikanku, tidak ada yangberubah, tenagaku memang dikurashabis untuk bekerja. Ingin rasanyaaku balas dendam atas kematianibuku."

Iti Carniti pun merebahkan badan-nya di atas ranjang untuk sejenakberistirahat, sambil diiringi musik,terus memikirkan, apakah adahubungannya bisikan-bisikan itudengan rencana Iti untuk membuk-tikan kebenaran atas kematian ibun-ya. "Lanjutkan, apa maksudnya.Apakah aku harus melanjutkan jalanhidup Ibu yang terhenti karena mati,lalu apa yang harus aku lakukan,apakah aku harus balas dendam?Dan bisikan, lebih cepat lebih baik,apa maksudnya. Mungkin lebihcepat balas dendam akan lebih baik.Lalu bagaimana dengan bisikan prorakyat? Mungkin jika aku membuk-tikan kebenaran itu, maka aku sudahmendukung rakyat atau pro rakyatIndonesia yang bekerja di negeriorang." Ahhh... Iti tertidur denganlelap di atas buku harian.

*PAGI hari, Iti Carniti terkapar

tidak bernyawa di atas tempattidurnya, tanpa sehelai baju, tanpatahu penyebabnya. Iti Carniti kem-bali pulang ke Indonesia untukdikubur di antara kuburan orang tu-anya. Iti kembali pulag untuk tidurdengan tenang. Buku harian menghi-lang, atau sengaja dihilangkan. Yangpasti bisikan itu masih ada di sekelil-ing kita.***

WARGA Desa Kubangkarang, Kec.Karangwareng, Kab. Cirebon, ini ser-ing diundang pada seminar arkeologi.Pengalamannya yang cukup banyakdalam hal pencarian fosil, menjadialasan utama para pecinta benda berse-jarah mendengarkan penjelasanMuhammad Thamrin (58 tahun).

Pencarian fosil, batu suiseki, danbatu unik lainnya, diawali Tahamrinsejak masih muda. Setelah bekerja se-bagai petugas kesehatan di lingkunganPemkab Cirebon, ia banyak melayanimasyarakat di bidang kesehatan dipelosok-pelosok.

Ketertarikannya mencari fosil danbatu unik terjadi saat mengunjungimasyarakat di daerah pegunungan. Ialantas bekerja seraya mencari batu.

Sebagai pegawai negeri sipil (PNS),upah yang diterimanya waktu itu tidaksebanding dengan tenaga yang dikelu-arkannya. "Gaji yang sangat kecil mem-buat saya tidak tahan. Saya akhirnya

keluar, dan memutuskan fokus ke pen-carian fosil," tutur Thamrin, saat berbin-cang ringan di kediamannya.

Temuan Thamrin sempat mengge-gerkan para peneliti pada Pusat Arkeo-logi Bandung. Sejumlah ahli akhirnyamelakukan penelitian pada hasil temuanThamrin. Yang dibawa waktu itu gigigajah purba, kerangka buaya purba, danlainnya. Bahkan batu unik yang dite-mukan Tamrin juga diteliti. Hasilnyacukup mengejutkan. Tingkat kekerasan-nya mendekati batu intan.

"Bunyi batu-batu di sini kalaudipukul pakai palu sama persis denganbesi. Batu di sini tidak jauh beda den-gan besi. Tingkat kekerasannyamendekati batu intan. Kalau sayabutuh duit, saya jual batu-batu ini,karena cukup laku juga untuk membu-at batu ali," kata Thamrin.

Thamrin memang terkenal sebagaipengoleksi sekaligus pemburu fosil.Fosil adalah tulang-belulang yang telah

menjadi batu (membatu) di manausianya mencapai ratusan bahkan jutaanribu tahun. Ia mendapatkannya di sepa-njang perbukitan yang membentangdari Kec. Palimanan, Sumber, Beber,Sedong, Waled, hingga Kab. Kuningan.Fosil yang dikoleksinya sangat be-ragam, dari mulai gigi gajah purba(stegedon) hingga berbagai jenis ikan.

Tentang penemuannya itu DinasPariwisata Provinsi Jawa Barat jugamengakui bahwa yang ditemukanThamrin adalah fosil. Bahkan fosil-fosil yang diangkat dari dalam tanah,diakui paling tua di Nusantara.

Ribuan"Awalnya saya dikira orang gila,

karena punya kesenangan yang taklazim. Tetapi saya berkeyakinan, apayang saya lakukan bukan perbuatansia-sia. Hingga akhirnya, berbagai lem-baga penelitian datang dan membe-narkan hasil temuan saya," akunya.

Menurutnya, fosil yang ada di

rumahnya kini mencapai ribuan. Agartetap terawat, harus disimpan di sebuahtempat yang representatif. Hanya saja,Thamrin mengaku kesulitan memban-gun museum karena terbentur masalahdana yang cukup besar.

"Terus terang saya tidak sanggupmembangun museum yang represen-tatif. Padahal niat saya itu mulia, yakniingin memberikan yang terbaik bagibangsa ini. Saya menilai, memberikanilmu tentang sejarah masa silam adalahkarya," paparnya.

Thamrin menyayangkan sedikitorang yang peduli terhadap keberadaanfosil. Padahal dari segi ilmu penge-tahuan sangat berguna. "Justru yang di-terima saya adalah perlakuan tidakmenyenangkan dari para oknum peja-bat yang menghilangkan fosil yangdibawa dengan dalih untuk pameran.Terakhir saya ketipu. Batu dan fosilsaya dibawa ke luar negeri," pa-parnya.***

K

SajakCCeerrppeenn

Subhan

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

HARIAN UMUM

SABTU - WAGE( 20 JUNI 2009 ) 26 JUMADIL AKHIR 1430 H

HALAMAN 9

Alamat e-mail pengiriman naskah cerpen, artikel dan puisi: [email protected]

Nurochman Sudibyo YS

Gerhana Bulan

Memasuki daerah yang kau diami, sampai juasuaramuterpelanting ke dalam masjid. Menggunting jiwaini, keringsampai di wilayah yang tak terpetakan di negeriyang gaungnya dimitoskan dengan nyanyian danseribu impian.

Angin pun kembali datang saling menyapa burung-burung rindu kembali mencari sarangnya,sambilmengaitkan buah-buahan dan cerita kanak-kanakyang difosilkan oleh tanah kelahiranharapan pun terus mengembangkan sayapnyapada rembulan.

Indramayu, 1999

Gerhana Bumi

Sesudah senja datang. Kehidupan telah kuram-pungkandengan mengalirkan jutaan virus akutdan kuhanyutkan menuju laut

Oleh sebab air dalam diri ini, menggerakkan rasayang terpenjara di buih-buih ombak amuk danambisimu,tak bisa kutinggalkan. Dengan seribu panahberhamburanmenuju dadaku. Tiba-tiba selaksa cahayamenangkisnyadi bumi yang gulana, tombak dan patahan busur,tumbuhbegitu subur. Mencipta tanaman di atas karpetmenghijau

Mungkin karena kau telah lupa saat di persingga-hanantara cuaca itu, surga yang direngkuh dalamsetiapperjalanan. Selalu kau pahami denganmenyediakan perahu baru dan bidak yang kuyusampai di tempat pilihan untuk persinggahan inisemua pemilik hati tak lagi berduri. Berlari men-gitari bumidoa-doa tak ada lagi. Ruhnya yang tengahdipendamkan dalam pasir jiwanya yang dingin.

Indramayu, 1999

Kericuhan dalam Kamar Sewaan:FAS

Kalau bukan kau yang menyeretku, tak akankularikankendaraan ini, dengan kendali hasrat bekudan sisa keringat juga daun-daun yang terusberguguran

Kembali kau tiup kericuhan dalam kamar sewaansetelah mengusir burung-burung, dengan bonekajeramimainanmu. Berkostum petani yang koyak batin-nya.sebab buku-buku mengelupas sampulnya di atas kepala yang tersari darirealitas empirisme. Malam dan kefanaan siang-muirama tarling itu, menjatuhbangunkan tidurmu yang kelam oleh deru suara kipas angin menambah dingin sunyi malamsepanjang kamar sewaan. Lelah dan lengang, disapa gerimismengiris-iris alismu, tanda telah datang waktupulangtapi sampai dengan pemilik rumah menutupsemua kamarkau masih terbujur kaku di situ. Di pojok pintuyang membakar kamar menjadi kerajaan sunyibagi siapa saja yang masih mengantungi botol-botol sisa racundahagamu. Bujuk rayu dan tangan-tangan bekutengadahtak mau pedulikan darah yang bernanah di ketiakmalammelengserkan kesadaran kita akan teriakkananak-anakyang dipecahkan bohlam lima watt.

Indramayu, 1999

SELAMA puluhan tahun, Indonesiamerupakan salah satu bangsa yang se-lalu menjadi bulan-bulanan negara-ne-gara kuat, baik dalam ranah politik,ekonomi, maupun sosial budaya.

Carut marutnya sistem perekonomi-an bangsa ini tak lepas dari sikap parapemimpin yang terkesan "menggelarkarpet merah" bagi tuan-tuan beram-but pirang (pihak asing, khususnyabangsa Barat). Pemerintah enggan be-ranjak dari sistem ekonomi neoliberal,dan selalu merujuk pada WashingtonConsensus (Kesepakatan Washington).

Padahal Washington Consensustelah banyak ditinggalkan oleh negara-negara lain. Sistem ini tidak berpihakpada kepentingan rakyat. Ia terlalumenyerahkan urusan pada mekanismepasar, dan mengabaikan subsidi.

Bahkan, ia juga telah ditinggalkan dinegara kelahirannya, Amerika Serikat,karena dianggap sudah tidak dapatdiandalkan.

Pemerintah mengklaim bahwaperekonomian Indonesia tidak terjebakdalam kungkungan neoliberalisme.Indonesia menggunakan sistem ekono-mi terbuka yang berkeadilan sosial.

Kenyataannya, pihak asing masih sajamenghisap kekayaan negeri ini dengannyaman. Indikatornya, masih begitubanyak perusahaan asing yang men-dominasi aset-aset vital bangsa ini.Pemerintah pun masih sangat tergan-tung pada lembaga-lembaga keuanganinternasional, seperti World bank (BankDunia), International Monetary Fund(Dana Moneter Internasional/IMF), danWorld Trade Organization (OrganisasiPerdagangan Dunia/WTO). Besarnyapengaruh asing dalam percaturanbangsa ini, tak ayal ikut memengaruhidinamika politik dalam negeri.

Sejatinya, kekayaan bumi pertiwi inimampu memakmurkan rakyatnyatanpa campur tangan para tuan bule.Yang terjadi saat ini justru kebalikan-nya.

"Bukan karena perekonomian kitayang tidak cukup kuat menahan inter-vensi asing, melainkan lantaran pemer-intahnya yang tidak mau melepaskan

diri dari sistem ekonomi neoliberal,"kata Direktur Eksekutif ConitAdvisory Group, Hendri Saparini.

Hal ini bisa dilihat dari jumlah utangnegara kepada lembaga-lembagakeuangan dunia. Berdasarkan dataDirektorat Jenderal Pengelolaan UtangDepartemen Keuangan, realisasi per-tambahan utang pemerintah selamalima tahun terakhir mencapai Rp 420triliun. Sehingga total utang mencapaiRp 1.695 triliun, dibandingkan Rp1.275 triliun pada tahun 2004. Artinya,tambahan utang pertahun rata-rata Rp84 triliun.

MenyangkalMenurut Hendri, untuk membayar

cicilan bunga utang, pemerintah ter-paksa gencar menjual obligasi, dansurat utang. Namun penerbitan suratutang juga diiringi pengenaan bungatinggi untuk menarik minat pembeli ditengah ketatnya likuiditas global saatini.

Pemerintah tentu saja menyangkal,seperti yang dikutip dalam www.pres-idenby. Informasi utang negara padaIMF dipangkas habis pada masa pe-merintahan tahun 2004. Tengok sajapada tahun 1998, utang Indonesiakepada IMF sebesar 9,1 miliar dolarAS. Pada tahun 2006, dua tahun sete-lah masa kepemimpinannya, SBYmengklaim berhasil melunasi seluruhutang negara sebesar 7,8 triliun dolarAS.

Tak hanya itu, tingkat kemiskinandinyatakannya terus berkurang. Padatahun 1998, angka kemiskinan menca-pai 24,2 persen. Pada masa awalkepemimpinan 2004, pemerintahmenyatakan, tingkat kemiskinan turunmenjadi 16,7 persen, dan pada 2008tinggal 15,4 persen dari total penduduknegeri ini.

Pertumbuhan ekonomi setali tigauang. Saat Susilo BambangYudhoyono tampil pada tahun 2004,pertumbuhan ekonomi meningkatmenjadi 5,1 persen. Bandingkan den-

gan pertmbuhan ekonomi 1998 yangminus 13,1 persen. Cadangan devisayang semula 33,8 miliar dolar AS,pada tahun 2008 naik menjadi 9,1persen. Sehingga pembangunan diIndonesia mengalami kemajuan sig-nifikan dalam jangka waktu 10 tahunterakhir (1998-2008).

Namun Hendri tidak sepakat dengansemua pernyataan itu. Utang negara,menurutnya, melonjak Rp 392 triliundi masa pemerintahan SBY. Kebijakanekonomi neoliberal yang tidak tepatmengakibatkan tergerusnya APBN2009, sehingga defisit Rp 51 triliun.Oleh karena itu, ia menyebutkanbahwa APBN tahun ini adalah APBNkrisis.

"Masyarakat tidak banyak mengertisoal ini. Jika masyarakat tahu, pastimereka tidak mau kebijakan neolib-eral ini dilanjutkan," kata Hendri.

Dampaknya, menurut Hendri,tingkat elektabilitas masyarakat bisaanjlok pada pemilu nanti.

Senada dengan Hendri, mantanMenteri Keuangan, Fuad Bawazier,mengungkapkan, sampai saat ini, me-mang masih ada kebiasaan lama pen-guasa, yakni menganggap kemudahanberutang sebagai keberhasilan. Hal it-ulah yang menyebabkan utang luarnegeri terus meningkat.

"Padahal utang luar negeri yang se-makin bertambah akan memberatkanperekonomian bangsa," tukas Fuad.

Di sisi lain, program BantuanLangsung Tunai (BLT), dan DanaStimulus Fiskal, dinilai sebagai kebi-jakan yang tidak tepat, karenamengambil uang negara.

"BLT bukan program untuk menye-jahterakan rakyat secara berkesinam-bungan. BLT hanya proyek untukpencitraan diri saja. Ini budget untukpemilu saja," cetusnya.

Stimulus fiskal, menurut Fuad, bisadibilang serupa tapi tak sama.Pemerintah menggunakan metodestimulus yang efek berantainya (multi-

plier effect) paling rendah diband-ingkan cara lain. Oleh karena itu, ne-gara-negara lain di dunia engganmenggunakan metode tersebut.

Sebagai gambaran, pemerintah men-gucurkan Rp 73,3 triliun sebagai stim-ulus fiskal. Rinciannya, stimulus per-pajakan Rp 56,3 triliun, dan stimulusbelanja negara Rp 17,0 triliun.Stimulus perpajakan terdiri atas penu-runan tarif PPh, pajak pertambahannilai dan bea masuk ditanggung pe-merintah (PPN dan BM DTP) dan in-sentif terkait PPh Pasal 21 dan Pasal25. Adapun stimulus belanja negaraRp 17,0 triliun terdiri atas belanja in-frastruktur Rp 12,2 triliun, dan Rp 4,8triliun untuk subsidi langsung dan sub-sidi energi.

Titik nadirPenyaluran stimulus diharapkan

mampu menjaga pertumbuhan do-mestik bruto nasional. Tingkat kon-sumsi masyarakat akan melonjak kare-na pekerjanya tidak terkena pajakpenghasilan. Kemudian, membuka la-pangan pekerjaan dengan maraknyaproyek infrastruktur. Akibatnya, imbaskrisis keuangan global tidak sampaimembuat negara ini gulung tikar.Memang anggaran stimulus bakalmembuat perekonomian bangsa inimerangkak naik. Sayangnya semua inidibarengi minimnya multiplier effect.Bandingkan dengan metode directspending atau belanja langsung.

Intinya, perekonomian Indonesiaakan mengalami titik nadir pada tahun2010 apabila pemerintah tetap mem-pertahankan sistem ekonomi neoliber-al dalam membangun bangsa ini.

Indonesia akan terlepas dari beleng-gu perbudakan bangsa asing, jika sajakita semua sadar bahwa kita sedang di-injak-injak oleh mereka, kemudianmemberanikan diri untuk berjalan diatas kaki sendiri dalam menempuh ke-jayaan ibu pertiwi.***

*) Penulis adalah MahasiswaProgram Studi Komunikasi JurusanDakwah STAIN Cirebon dan pegiatilmu perbandingan agama

Gaji Ke-13

BELUM lama ini, puluhan ribu pegawai negerisipil (PNS) di Kota dan Kab. Cirebon menerima gajitambahan atau biasa disebut gaji ke-13. Sebuah"kado" istimewa yang diberikan pemerintah terhadappara "bawahannya".

PEMBERIAN gaji ke-13 tak pelak mengundangsuka cita. Ada yang memanfaatkannya untuk mem-beli peralatan sekolah putra-putrinya. Ada yangmembeli telefon seluler (ponsel) tipe terbaru. Bahkanada yang memakainya untuk liburan karena sebentarlagi akan memasuki masa liburan sekolah.

Tidak ada pihak yang keberatan terkait pencairangaji ke-13. Semua pihak setuju jika PNS diberi bonustambahan tersebut. Kalaupun ada hanya bernuansapolitis, karena pemberian gaji itu sebelum masaPemilu Presiden 8 Juli 2009. Sebuah perhelatan akbaryang akan membawa bangsa ini kepada pemimpinbaru untuk lima tahun ke depan.

Terlepas dari hiruk pikuk gaji ke-13, ada baiknyakita sedikit merenung akan makna di balik perhatianpemerintah itu, yakni upaya meningkatkan kinerjaaparatur pemerintah, yang notabene sebagai abdimasyarakat dan abdi negara. Sebuah peran yangmemberi banyak peluang amal jika digunakan se-bagai pengabdian yang tulus dan amanah. Soalnyapengabdian tersebut berkaitan dengan pelayanan pub-lik.

Namun seperti yang sudah-sudah, peningkatankualitas pelayanan yang disodorkan aparatur pemer-intah tampaknya masih banyak yang justru mengun-dang keluh kesah masyarakat. Ini berarti, mutupelayanan masih setengah hati atau justru aparaturlahyang ingin dilayani masyarakat.

Peningkatan kualitas pelayanan tampaknya perludilakukan karena pemerintah seakan terus meman-jakan para PNS, bukan hanya pada gaji ke-13, tetapijuga pada kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkatotomatis, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain,kalangan PNS harus "sadar diri" dengan caramengimbanginya melalui peningkatan mutupelayanan.

Bila terjadi sinergitas antara perhatian pemerintahdengan para personelnya, tidak akan terdengar lagikeluhan masyarakat atas buruknya pelayanan di selu-ruh organisasi perangkat daerah (OPD), dan, tentusaja, pendapatan asli daerah (PAD), seiring tingkatdisiplin pegawai yang bisa diandalkan.

Koran ini tentu berharap banyak jika aparatur pe-merintah dapat bekerja secara maksimal. Karenamereka digaji dengan uang rakyat. Jika kemudianmereka bekerja asal-asalan atau tidak becus melayanirakyat, sama artinya dengan mengkhianati keper-cayaan rakyat dan menghambur-hamburkan uangrakyat. Hal inilah yang mesti dihindari agar negeri initumbuh menjadi negeri yang bisa bersaing di percat-uran internasional.***

Bila Anda ingin mengungkapkan tanggapan,usulan, kritikan, atau apa saja yang menyangkutsegala hal yang terjadi di hadapan kita, kamipersilahkan mengirimkannya dalam bentuk suratpembaca. Selain surat itu diketik rapi, kamimohon pengirim menuliskan identitas secaralengkap. Jangan lupa, sertakan salinan bukti diriseperti fotocopy KTP, SIM, kartu pelajar dsb.

Redaksi

Kecewa ArtikelSAYA salah seorang pelanggan "MD". Saya ingin

menyampaikan kekecewaan sehubungan dengan ke-munculan dua artikel bermasalah pada bulan ini.Artikel pertama berjudul "Siapakan SyetanSebenarnya?" terbit pada hari Jumat (5/6) dengannama penulis Sunardi. Tapi keesokan harinyamuncul artikel dengan judul dan isi sama tapi den-gan penulis Abdul Karim S.Pd.I. Sepekan kemudi-an, muncul tulisan berjudul "Facebook: AntaraHaram dan Halal" dengan penulis Abdul KarimS.Pd.I. Masalahnya kali ini, tulisan yang sama den-gan penulis yang sama, muncul pula di RadarCirebon.

Bagi saya, dan pembaca lainnya, kemunculan ar-tikel-artikel itu sangat merugikan. Hak pembacauntuk mendapat materi berbeda tak terpenuhi. Sayaminta klarifikasi redaksi "MD" soal ini.

Bambang Supriyanto, Leuwimunding, Majalengka

Dari redaksi: Terima kasih atas perhatiannya.Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan Anda. Soalartikel "Siapakah Syetan Sebenarnya?", kesalahanada pada kami. Dengan begitu banyaknya artikel diarsip, kemungkinan artikel karya Abdul Karim initertimpa oleh artikel lain karya Sunardi. Untuk itu,redaksi sudah menyampaikan permohonan maaf se-cara terbuka di bawah artikel yang benar pada hariSabtu (6/6).

Sementara soal artikel ganda berjudul "Facebook:Antara Haram dan Halal", tanggung jawab bukanpada kami, tapi pada penulisnya. Kami tak mungkinmemantau semua artikel di media massa lain.

Etikanya, penulis memang tak boleh mengirim ar-tikel yang sama ke dua atau lebih media massa.Kalau pengiriman telanjur dilakukan, misalnya kare-na tak sengaja, penulis harus segera membatalkansalah satunya guna menghindari pemuatan ganda.Penulis yang diketahui menulis artikel sama di duaatau lebih media massa, harus menyampaikan klar-ifikasi secara terbuka di media massa bersangkutan.Jika tidak, redaksi media massa itu berhak menolakartikel yang bersangkutan di kemudian hari.***

Komisaris Utama : H. Kartono Sarkim Komisaris : Budi Maulani Wahidin, H. Usman Rachmatika Kosasih Direktur : Deni Kahdar Gunandi General Manajer : HM. Wasikin Marzuki Pemimpin Umum : Deni Kahdar Gunandi Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Diding A. Karyadi Redaktur: Dadang Suherman YR, Dudung AH, Ruddy Apriantho, Anto Sulistyanto, Saefullah, Noly Alamsyah, Taufik Hidayat, Adhijaya PrasetyoRedaktur Teknik & Perwajahan: SM Annas Sohef Sekretaris Redaksi : Diah Rodiah BPPTI : Suhartono, Aris Efendi Staf Redaksi Cirebon: Arif Rohidin, Johana, Alif, Epih Pahlevi, A. Rifai, Toni, Asep Iswayanto, Ghiok Riswoto, Andi Kurniadi, IbnuSaechu, Syarif Kamal, Erika Lia Lestari, Ade Nurjanah Fotografer : Shanty, Andi Arifin INDRAMAYU : Khaerudin, Ichsan J, Hendra S, Abu Bakar, Alim Munandar KUNINGAN: Eman Sulaeman, Raharja, Nunung Khasanah,Yan Irwandi. MAJALENGKA

: Tati Purnawati, Dandie Sofyan Efendi Pra-Cetak : Wawan Hermawan, Hermansyah, Roby Yanuardi, Ibnu Jafar. Manajer Pemasaran dan Promosi : Moch. Ai Nurdin Manajer Umum dan Personalia : Tata Samsu Brata Manajer Keuangan dan Akuntansi: Nita Yulianti Asisten Manajer Keuangan: Ahmad Mustahri Asisten Manajer Akuntansi: Uni Wahyuni Promosi : Stanney WilliamsIklan : Yana Heryana. Sirkulasi : Jaja Subagja Alamat Redaksi: Jl. RA Kartini no.7 Cirebon Tlp. (0231) 204440, 210541 Fax.(0231) 201315, 210533 Kotak Pos 350 Cirebon 45123 http://www.mitra-dialog.com, E-mail : [email protected], [email protected] : PT Berkah Pikiran Rakyat,SIUPP No.316/SK/Menpen/SIUPP/1997 Tgl. 12 Agustus 1997. Perwakilan HU. Mitra Dialog/Grup Pikiran Rakyat : JAKARTA : Jl. Gajah Mada 101 Tlp. (021) 6301288 (Hunting), 6339313 Fax. (021) 6320291 Telex 41453 PR JKT. CIAMIS: Jl.Sudirman 67 Tlp. (0265) 71339. TASIKMALAYA: Jl. Dinding Ari Raya I No.7 Komplek Perum Panglayungan Tlp. (0265)- 331947/335677/339308. GARUT: Jl. Papandayan No.50 Tlp. (0262) 231171. BOGOR: Bogor Baru Blok A II No. 11 Tlp. (0251) 311013. SUKABUMI: Jl. Sriwijaya11 Tlp. (0266) 222682. KUNINGAN: Jl. Siliwangi No.206 Tlp. (0232) 871776. INDRAMAYU: Jl. Sudirman No. 94 Tlp (0234) 271665. KARAWANG: Jl.Cakradireja No.7B Tlp. (0267) 40258. PURWAKARTA: Jl. Ibrahim Singadilaga No 59 Tlp. (0264) 200183. PURWOKERTO: Jl. BrigjenEntjung No. 27 A Tlp.(0281) 621872. SUBANG: Jl. Otista No. 46 Tlp. (0260) 414636. SERANG: Jl. Jend. A.Yani No.72, Tlp. (0254) 200803, 0254-205590. YOGYAKARTA: Jl. Bausasran DN III/715 Tlp. (0274) 586913 Fax. (0274) 517657. DICETAK OFFSET: PT. GRANESIA, Jl. Soekarno-Hatta 147 Bandung 40223 Tlp. (022) 637755 (Hunting System), Fax. (022) 631004.

Oleh Irkham Fahmi, AS

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

HARIAN UMUM

SABTU - WAGE( 20 JUNI 2009 ) 26 JUMADIL AKHIR 1430 H

HALAMAN 8

Sorotan

Surat Pembaca

Inspirasi

HARIAN UMUM

Bangsaku BudakNeoliberalisme

Muhammad Thamrin Kumpulkan Ribuan Fosil

"DUNIA itu bagaikanular, Ris," celetuk Semar

setelah beberapa waktuterdiam dan sepertinyamemberikan kesempatankepada Curis untuk men-gunyah kata-katanya.Mendengar celetukanSemar seperti itu, karuansaja Curis yang terkejut. Iasedikit terperanjat dansetelah kesadarannya kem-bali utuh, kembali bulatpada topik pembicaraan, iapun kali ini mendapatkanpernyataan yang juga tidakmudah untuk ditelan den-gan pikirannya saat itu.

Menyaksikan Curisyang sedikit terperanjat,

Semar pun kemudianmengulangi kata-katanya.

"Benar, Ris. Dunia ituseperti ular."

"Benarkah, Bapa?" tim-pal Curis sambil memper-baiki sikap duduknya. Iakini duduk bersimpuseperti layaknya seorangmurid atau seorang cantrikyang bersiap untuk mener-ima titah atau penjelasansang guru.

"Berbahaya danberbisa," sambung Semardatar. Tatap matanya men-embs kelebatan hutanAstina.

"Bukankah dunia men-janjikan kenikmatan,kemegahan, dan kegemer-lapan yang menggiurkansiapa pun?"

"Dunia memang akanmembuat kilau-kilaukegemerlapan yang amatsangat memukau dandidamba oleh banyakorang. Tetapi ketahuilah,Ris. Semakin engkaumeneguknya maka kamuakan semakin kehausanyang tiada tara. Semakinengkau mampu meraih-nya, enkau akan semakinmerasa kekurangan,

semakin engkau membu-runya maka semakinengkau tak mendapatkan-nya. Lama kelamaanengkau akan dililit.Seluruh tubuhmu akandililit oleh kuat kuasanyahingga tertundukkanolehnya. Tubuhmu akanremuk redam dalamkuasanya yang begitukuat. Bahkan tidak hanyatubuhmu yang tertun-dukkan olehnya. Lamakelamaan pikiranmu akanrontok luluh dalam logi-ka-logika duniawi. Hidupmenjadi sangat kering

karena kali ini pikiranmuhanya berpikir untukkemegahan duniawi."

Semar menghela nafassejenak.

"Saat-saat mencekamberikutnya adalah ketikakali ini jiwamu yang jugasudah tertundukkan.Jiwamu pun kemudianakan menjadi limbung, takberdaya dalam pagutangigi-gigi berbisanya.Jiwamu terkapar! Taksanggup lagi mencernakebenaran dengan kesu-cian ruhmu. Hati nuran-imu terbungkam.

Kebenaran dalam hatimuadalah kemegahan duni-awi semata. Bisa ular itutelah merasuk ke seluruhragamu, ke seluruh piki-ranmu, dan ke seluruhjiwamu. Kau akan berkali-kali dipagut dan tak per-nah sampai kepada HyangMaha Tunggal."

Curis masih mengang-guk-anggukkan kepalanyasambil mencoba untukmengerti setiap kata-katayang diucapkan Semar.

"Lalu apakah yangsebaiknya kita lakukan?"

(Bersambung)

BBiinnggkkaaii CCiirreebboonn Punakawan Cerbon (111)

Made Casta

Bisikan PeriBisikan Peri

Biodata

Nama: Muhammad Thamrin

Lahir: Sindanglaut, 6 September

1951Alamat:

Jl. Raya Desa Kubangdeleg,Kec. Karangwareng,

Kab. CirebonPendidikan:

SDN SindanglautSMPN Karangsuwung

SMAN SindanglautSekolah PenjenangKesehatan Bogor (semester akhir)

Isteri: KartiniAnak:

Usnul DianingrumAde Saeful Bahri

Nurbaetillah

Hal 8-9 Sabtu 4/20/03 9:03 PM Page 1

Page 3: Cerpen dan Sajak Koran Mitra Dialog

ENAM belas tahun cinta merekaterpisah. Enam belas tahun komu-nikasi mereka terputus. Tempatyang memisahkan mereka, keadaanjuga yang memisahkan mereka.Setelah sekian lama cinta merekatenggelam terputus oleh kehidupanmasing-masing, tumbuh kembali,walaupun mereka sama-sama telahmengarungi rumah tangga.

"Apa kabar sayang? Masih ingatsama siapa coba?" Tiba-tiba suaradari kejauhan terdengar.

Rina kaget juga mendengar suaraitu. Lama sekali Rina mengingat-ingat suara itu. Suara yang tak asingbagi telinga Rina, tapi Rina lupa.

"Astaga, Bob Kau kah ini?"Antara ya dan bukan Rinamenebaknya.

"Alhamdulillah, ternyata Rinamasih ingat. Gimanakabarnya? Berapa tahun kitagak ketemu, ya?"

Lama Rina terdiam gamenjawab, beribu katayang ingin Rina ungkap-kan. Senang sedihbercampur.

"Rin, jawab. Bobkangen suarakamu!"

"Ya, apa kabarjuga?" Gugupjuga Rina men-jawabnya."Tau dari mananomor Rina?"

"Ada dech,informan Bobkan banyak," timpalBob.

Bob menceritakansegala macam pe-ngalamannya sela-ma putus hubungansama Rina. Bobmencari tahu kesana ke mari alamatmaupun nomor yangbisa dihubungi. Keteman-teman Rinamaupun Bob yangbarangkali mengetahuinya.Sementara Rina mengamininyasambil tak henti-hentinya me-ngeluarkan air mata. Haru, tidakmenyangka kalau perjuangan Bobbegitu besar.

"Tahu gak, walaupun Bob sudahpunya istri dan dua anak, cinta Bobhanya buat Rina."

"Gila, keluarga kamu mau dike-manain? Jangan gombal, ah!"

"Sungguh, istri Bob juga tahu,"tambah Bob.

"Ga mungkin. Istri mana yangmau cinta suaminya buat orang lain.Lagian Rina sudah punya keluargasendiri. Jangan mimpi!" BantahRina.

"Rin, sebelum menikah dulu, sayangomong ke istri, saya mau nikahsama Lia hanya karena kasihanorang tua yang terus menerus nyu-ruh Bob nikah, tapi hati saya hanyauntuk Rina bukan untuk Lia," jelasBob.

"Lia sendiri mau menerimanya?"tanya Rina.

"Mungkin Lia juga mau karenaorang tua Bob," sambil lari-lari keatas kapal, Bob mencari sinyal.

"Tunggu sebentar, jangan ditutup.Maklum, di tengah laut sinyal gakbagus," pinta Bob.

Lama suara dari kejauhanmenghilang, Rina pun menunggu-nya dengan sabar.

"Tahun baru Bob pulang. Kitaketemu yuk! Nanti Bob ke rumah."

"Jangan, suami Rina lagi di luarkota."

"Ya sudah, sesampai di Jakartananti Bob nelefon lagi. Untukmeyakinkan Rina, Lia tau siapa dihati Bob," jelas Bob.

"Jangan gila Bob, ingat anak istri!Yang lalu biar berlalu, kita sudahpunya keluarga masing-masing,Rina gak mau menghancurkan kelu-arga kita, keluarga Rina juga keluar-ga Bob," pinta Rina.

"Rin, Bob sudah berusaha, tapiRina gak bisa hilang dari lubuk hatiterdalam Bob. Sampai Bob berusahaberobat ke sana ke mari, biar Rinalenyap dari kehidupan Bob. Tetep

gak bisa. Tolong Rin, kali ini Rinajangan mangkir dari Bob," pintaBob.

"Rina ngerti. Tapi Bob juga harusngertiin keadaan Rina sekarang.Gak mungkin Rina meninggalkansuami dan anak. Rina juga gak maurumah tangga Bob berantakan kare-na Rina."

"Percaya gak, salat istikharoh Boblakukan berpuluh-puluh kali, Rinadan Rina jawabnya. Mungkin kitajodoh Tuhan, apa pun rintangan-nya pasti bersatu. Percaya!"Tiba-tiba suara Bob menghi-lang. Mungkin karenamasalah sinyal.

Hari demi

hariRina menjalani kehidupan sepertibiasa, layaknya seorang ibu rumahtangga, mengurus anak-anak,masak, beres-beres rumah. Untukmengisi kejenuhannya dengan ruti-nitas di rumah, Rina kelilingberjualan pakaian yang bayarannyamingguan. Kalau anak-anak libursekolah, kadang mereka jalan-jalansambil ngecek rekening kirimansuami. Betapa kagetnya Rina, pasngecek ada tambahan yang gakseperti biasanya. Rina cepat-cepatmenelefon Anwar.

"Assalamualaikum. Apa kabarMas? Ada perkembangan usaha?"Rina langsung nanya begitu.

"Waalaikum salam. AlhamdulillahMas baik. Ibu sama anak-anak gi-mana?" Anwar balik nanya.

"Maaf ibu, ibu nanya perkemba-ngan usaha Mas? Sabar ya, usahaMas sekarang lagi ada cobaan.Sekarang Mas belum bisa transfer,"jelas Anwar.

Rina kaget mendengar penjelasanAnwar. Kalau begitu, siapa yangmentransfer segitu banyaknya uang?

"Gak apa-apa Mas, masih adacadangan," Rina belum bisa mem-beritahu Anwar jumlah yang ada direkening tabungannya.

"Hati-hati Mas, jaga kondisi.Cobaan yang sedang kita hadapikita serahkan sama-sama padaAllah. Sudah dulu ya Mas, anak-anak belum mandi nih.Assalamualaikum," Rina berusahamenenangkan Anwar.

"Waalaikum salam. Hati-hati jugaibu sama anak-anak, ya!"

Rina masih bingung dengan isirekeningnya. Terlintas juga Bobyang ngirim, soalnya Bob pernahngomong mau nambahin modalusaha Rina. Tapi gak mungkin, Bobkan gak tahu nomor rekening Rina.

Lama Bob gak nelefon. Rina pun

menganggapnya waktu itu hanyakabar biasa, layaknya seorangteman yang sudah lama gak bertemumaupun kontak. Telefon maupunSMS dari teman-teman merupakansalah satu kesukaan Rina dalammengisi kesehariannya. WalaupunBob sudah nelefon Rina, tapi Rinagak kepikiran SMS-an atau nelefonbalik ke Bob. Rina paling sukaSMS-an sama Endang, sahabatSMA-nya dulu. Kali ini Rina curhat

masalah telefon dari Bobbulan lalu, Endangmenanggapinya de-

ngan canda.

"CLBK dong, Rin,"canda Endang.

"Gak juga ah.Biasa aja tuh. Yang

Rin penasaran, darimana Bob tau nomor

Rina," jawab Rina."Ya, akulah yang ngasih tahu.

Waktu itu kebetulan ketemu diJakarta, malahan Bob nanyainnomor rekening Rina, katanya maubikin surprise ke Rina," celotehEndang.

"Pantesan. Eh, mungkin gak sihBob sudah ngisi tabungan Rina,soalnya kemarin Rin ngecek sal-donya nambah, sementara MasAnwar belum ngirim?" tanya Rina.

"Mungkin saja. Coba tanya lang-sung ke Bob!" perintah Endang.

"Males ah, ngontaknya. Nantikegeeran," jelas Rina.

"Uuuh, dari dulu gengsi kamu tuhgak berubah, ya."

"He..he..he. Endang sudah tahukan sifat Rin. Ya, kapan-kapan Rinangontak Bob, tapi gak sekarang-sekarang. Sudah dulu, ya! Jemputanak dulu nih. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam. Hati-hati yanyonya!"

Terjawab sudah, siapa yang ngisitabungan Rina, tapi Rina gengsinelefon langsung nanyain ke Bob.Apalagi kalau ingat gombalnya Bobwaktu nelefon Rina, SMS-nya punmembuat Rina semakin risi. Tapirasa penasaran Rina gak cukuphanya curhat ke Endang, akhirnyaRina SMS Bob. Gak ada basa-basi,langsung nanyain kiriman uang kerekeningnya.

"Maaf kalau Rina merasa tersing-gung. Bob kan pernah janji maunambahin modal usaha Rina.Walaupun jumlahnya gak layak buatmodal usaha, tapi lumayan buatnambah-nambah," jelas Bob, dalambalasan SMS-nya mengenai per-

tanyaan Rina. TAHUN baru tiba. Ketika sedang

santai nonton TV, bunyi telefonberdering. Bob memenuhi janjinya,nelefon kembali. Tapi kali ini suaraperempuan. Kaget Rina meneri-manya.

"Assalamualaikum. Mba Rina iniLia, istrinya Mas Bob. Apa kabarMba?" Suara Lia terdengar lembut.

"Baik, Lia sendiri gimanakabarnya?" jawab Rina.

"Alhamdulillah, Mba." Lama mereka terdiam. Lia bi-

ngung mengawali percakapan.Sementara Rina takut salah ucap.

"Perasaan, gak asing sama suaraMba. Kapan dan di mana kita per-

nah ketemu," Lia me-ngawali percakapan.

Rina masih belumnyambung. Masihterdiam dan bi-ngung.

"Mba, Lia inginkita nyatu, bak adikkakak, salingmenyayangi dansaling meperhatiin.Menikahlah samaMas Bob!" SuaraLia lirih memo-hon.

Semakin kagetRinamendengar

kepolosanLia.

"IstigfharLia, gakmungkin.

Mba sudahpunya keluargasendiri. Maudikemanain

anak suami Mba.Jangan berpiki-ran begitu, kita

bersaudaraboleh-boleh saja,

tapi jangan ada ke-mauan Mba menikah samaMas Bob," tegas Rina.

"Tapi Mba, jelas-jelas MasBob mau Mba jadi istrinya

juga. Saya ikhlas Mba, sungguh!Makanya kenapa saya nelefon

Mba, mumpung Mas Bob pulang.Mau ya, Mba?!"

"Astaghfirullah Lia, gak mungkin.Mba gak mau. Memang Mba samaMas Bob dulu pernah berhubungan,tapi itu kan dulu. Sekarang kitasudah punya urusan masing-masing.Mba menolak permintaan Lia, Liajuga harus ngertiin Mba. Bisa sajaMas Bob nguji kita. Sudahlah, kitasaudaraan saja ya!" jelas Rina.

"Rin, mau dong! Sia-sia usahaBob sama Lia ini," tiba-tiba Bobmerebut telefon Lia.

Rina menutup telefon Bob.Marah, kesel, juga bingung. Gakmunafik, di hati kecil Rina jugamasih tersimpan Bob. Apa bolehbuat, Rina sudah jadi nyonyaAnwar, jadi gak mungkin menerimakeinginan Lia maupun Bob.

Pagi buta Rina dibangunkan suaraklakson mobil berulang-ulang didepan rumah. Betapa kaget Rina,dibukanya pintu rumah berhadapandengan sesosok mayat ditandubanyak orang. Gak kuasa menahansedih, Rina tak sadarkan diri.Kenapa tiba-tiba? Yang ditunggubukan mayatnya tapi hidupnya.Sakit rasanya Rina menerimakenyataan ini. Anwar mengalamikecelakaan di tempat kerjanya sam-pai ajal menjemputnya. Tanpaamanat, tidak ada tanda-tanda ataufirasat apapun Anwar pergi untukselamanya.

Hampa rasanya Rina menjalanihidup tanpa suami, walaupun ter-biasa ditinggal jauh sama suami.

Luka dalam hatinya masih mem-bekas. Kuburan Anwar masih basah,Rina dikejutkan dengan kedatanganserombongan tamu. Tak asing wajahsalah seorang tamu itu bagi Rina.Bob datang bersama keluargabermaksud melamar Rina. Kali iniRina gak bisa menolak. Itulah ke-hidupan. Kun fayaqun.***

Subang, Januari 2008

ANDEN adalah wajah keberhasilan.Berkat tangan dingin pria kelahiranCirebon, 25 Agustus 1959, itu puluhanpetinju berkualitas lahir, beberapa diantaranya menorehkan prestasi, baik ditingkat lokal, regional, bahkan nasion-al. Salah satu petinju binaannya, PollyCarpus Dao, pernah menjadi juara na-sional versi Asosiasi Tinju Indonesia(ATI). Sementara beberapa petinju lainmeraih prestasi di ajang Sarung TinjuEmas (STE), sarung Tinju Perak(STP), atau Pekan Olah Raga Provinsi(Porprov).

Yang luar biasa, prestasi itu diraihtanpa dukungan memadai, baik danamaupun sarana dan prasarana. Untukpendanaan, Anden lebih banyak mero-goh koceknya sendiri. Sementarauntuk menyiasati keterbatasan saranadan prasarana, ia bahkan menyulap ke-diamannya sendiri di Jl. Sukasari VNo. 59 Kota Cirebon sebagai kawahcandradimuka bagi para petinju bi-naannya. Selain menjadi tempatberlatih, beberapa petinju bahkan men-jadikan tempat menumpang hidup.

Anden adalah wajah idealisme. Iabenar-benar mendermakan hidupnyauntuk tinju. Ia tak pernah berpikiruntuk beralih ke bidang lain. Sebab,baginya, tinju bukan sekadar olah raga,tapi juga jalan hidup.

Mampu menghasilkan para petinjuberkualitas dan berprestasi menjadi ke-bahagiaan tersendiri baginya. Ia takpernah berpikir soal imbalan atau balasjasa.

Salah satu bukti idealismenya adalahketeguhan dia menetap dan melatih diCirebon. Sebagai putra Cirebon, iaingin membaktikan dirinya untuk daer-ahnya sendiri. Ia ingin putra-putriCirebon mengharumkan nama daerah-nya melalui tinju.

Ia beberapa kali menerima tawaranmelatih di daerah lain, termasuk KotaBandung yang siap memberinya peng-hasilan dan fasilitas menggiurkan.Namun ia menolaknya.

Bagi sejumlah kalangan, idealismeAnden barangkali terasa aneh. Bahkanmemilih tetap hidup sederhana (untuktidak mengatakan sulit) di Cirebon,dan menolak peluang hidup enak diluar daerah, barangkali bisa disebutbodoh. Tapi itulah Anden, sosok yangteguh pada prinsipnya.

Anden adalah wajah anti-kemu-nafikan. Ia tak mau berbasa-basi dalamsegala hal. Ia adalah tipikal asliCirebon. Segala perkataan dan perbu-atannya selalu terfokus ke tujuan,tanpa tedeng aling-aling. Jika ada yangia rasakan mengganjal, ia langsungmengutarakannya. Jika ada yang ia

rasakan mengganggu, ia langsungmengusirnya.

Berkali-kali ia mengatakan kata-kata"dasar boled kabeh" saat ditanya ten-tang kepedulian pihak pemerintah danswasta terhadap dunia pertinjuan. Padasetiap rapat bidang olah raga yangmelibatkan dirinya, ia pun tak segan-segan "ngoceh" dalam bahasa Cerbon.Salah satu kalimat andalannya adalah,"Sing penting wud-e!" (Yang pent-ingnya duitnya!)

Menyukai tinjuSebelum merasakan kebanggaan dan

kepuasan menjadi pelatih tinju, ia sem-pat merasakan beratnya perjalananuntuk menuju kesuksesan. "Berkat niatyang tulus, serta perjuangan yangberat, akhirnya kami bisa menikmatikebanggan dan kepuasan," ungkapAnden.

Putra ketigadari empat ber-saudara itu mulaimeniti karier tin-junya di usia 15tahun. Ia menga-ku mencintai olahraga tinju karenakeluarga besarnyayang mayoritas me-nyukai tinju. Namunhanya dirinya yangmenekuni dunia itu.

Tahun 1974, ia mulai bertinju, danbergabung dengan Sasana Tinju Ra-jawali Cirebon, di bawah asuhan pe-latih Muhamad Afif. Berkat presta-sinya, pada tahun 1980, ia sempatmendapatkan gelar "Best KO" saatmampu menumbangkan empat la-wannya dengan KO pada KejuaraanTinju Amatir Junior "Wali KotaCup", di Gelanggang RemajaJakarta Utara (GRJU).

Pada tahun 1981, Anden be-ralih ke profesional, dan ber-gabung dengan Sasana TunjuSunda Kelapa Jakarta. Selamaperjalanan kariernya di sasanatersebut, pada tahun 1984, Andenberhasil meraih peringkat 3 nasionaluntuk kelas bantam.

Pada Tahun 1985, ia diangkat pelati-hnya, Martin Walewangko, menjadiasistennya. Karena pada tahun 1984 iatelah menerima sertifikasi kepelatihandari OPBF, pada tahun 1987 ia kem-bali ke tempat kelahirannya, dan mulaibergabung dengan Sasana Tinju Caru-ban, Kota Cirebon. Atas permintaanmanajernya, alm. Letkol. Wiradi, iadiminta menjadi pelatih di sasana milikmanajernya itu.

Pada tahun 1991 hingga 1996, An-den sempat berangkat ke Kabupaten

Indramayu. Ia mengaku, selama 5 ta-hun melatih di Sasana Tinju In-dramayu, ia sempat melatih tim Porda(sekarang Proprov) sebanyak dua kali.

Pada tahun 1997, ia kembali keCirebon, dan melatih atlet tinju Ka-bupaten Cirebon hingga tahun 2006.

Pada tahun itulah, Anden bersamakawan lamanya, yaitu Chary, Kenedi,serta Yudi, mulai membangun sasanasendiri.

Anden mengaku bangga dan menda-p a t k a n

kepuasan tersendiri ketika melihatanak asuhnya berlaga dan berhasilmengalahkan lawan-lawannya, apala-gi meraih medali. Tapi ia merasa sedihketika keberhasilan anak asuhannyayang turut mengharumkan nama daer-ah, tidak dihargai.***

K

SajakCCeerrppeenn

April Pusa Rifa

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

HARIAN UMUM

SABTU - KLIWON( 6 JUNI 2009 ) 12 JUMADIL AKHIR 1430 H

HALAMAN 9

Alamat e-mail pengiriman naskah cerpen, artikel dan puisi: [email protected]

Nurochman Sudibyo YS

Lagu Serunai Padi

Sulit mengerti betapa berat menahan air matayang meluncur dari bola matamumeski telah kubentangkan jarak untuk tak terlam-pau jauhrindu ini terkapar begitu saja tanpa ragaseperti milir udara laut menampar hamparan padilekuk gemulainya pertontonkan kulitnya yangkeemasan dan malai padi pun kini bahwa aroma gelisahcintaharapan terpendam tumbuh dalam lumpurkesuburan

Sampai pada embun malam menggeriap sepertitiraiyang kasmaran disentuh ujung jemarimumembatas jarak di perahu sujudkulalu air mata ini pantaskah kususur dalam taha-jud panjangkusedang gairah telah kurunut menuju sepi mihrab-mubahkan bulu romaku tak terasa berdiridi lautan tanpa canda

Inilah syair misteri itulantunan hidup yang tak terarahsinggasana sepi bersemayamkan lumut dannoktah hijausampai kesejukan mengurungku dalam kamarketidakpastiangerimis telah menandai usai siaran di televisimeninggalkan suara-suara yang memekak telin-gajuga senyumanmu, berlari begitu datang rasarindumengibarkan doa-doa bagi kesabaranmu.

Indramayu, 1993

Lagu Purnama

Purnama yang memantul ke kaca jendelaadalah sajakku tentang malamsaat dua ekor merpati kawin, melepas cumbukejaran, mandi nur rembulan.

Indramayu, 1993

Doa Langit

Dari langit yang tak mampu kujamah, kupandan-gi tanah amsalkusinarnya tercurah ke bumi, mengalir bersamadoapara pertapa. Diberangkatkan oleh penunggangkuda kelanameninggalkan jejak sepatu menjadi fosil sejarah dan peradaban.

Indramayu, 1993

Racun dan Busa

Air yang mengalir dalam labirin beku, kianmenindihiku, ke dalam dingin plasentamenggedor-gedor jantungku, membawalangkah limbung ke langit-langitmumengajak bercengkrama tentang angindan bunga bunga. Kunikmati mandidi lautan penuh busa

Air yang kuteguk bukan hanya racunmuIni darahku sendiri, lalu kau gerogotilapisan dagingku hingga aku terkulailemas sebab terus menerus menaritanpa sadar itu dupa dosa-dosa. Sampai kinibelum kutemukan penawar racunnyaagar aku tak terus menerusterongrong begini.

Indramayu, 1993

BERBICARA tentang muslim dannon-muslim dengan menggunakan pen-dekatan sosial, kita tidak terlepas dariperspektif subjektif. Karena pandangankita tentang mereka sudah berlandaspada sejauh mana pemahaman kita ter-hadap nilai Islam itu sendiri. Dalamkonteks internal saja terkadang kitamasih mempunyai penilaian-penilaiansubjektif terhadap sesama muslim yangberbeda aliran. Namun sesuai denganperkembangan zaman, penilaian-penila-ian yang cenderung negatif terhadapfaham lain yang berbeda itu berangsur-angsur lebur dalam imajinasi tasamuh(toleransi) tanpa batas antar umat Islam.

Siapakah muslim?Muslim secara loghowi adalah pelaku

Islam atau orang yang melakukan ajaranIslam. Adapun arti secara ishtilahiadalah orang yang menyaksikan danmeyakini bahwa Allah adalah satu-sat-unya Tuhan, dan mengakui bahwa NabiMuhammad adalah rasul bagi-Nya.

Bisa juga dalam kondisi tertentu mus-lim berarti tunduk, taat pada ajaranagama yang dibawa Muhammad agarselamat dunia dan akhirat. Tunduk dantaat berarti takluk dan tidak memper-tanyakan, tidak rewel terhadap semuaperintah dan larangan-Nya.

Muslim mungkin saja bisa dikate-gorikan kepada dua hal: muslim se-belum nabi, dan muslim setelah nabimenjadi rasul. Beberapa ulama muslimsebelum nabi sudah banyak disinggungdi dalam al-Qur'an, dari mulai NabiAdam sampai Nabi Isa, para ahli kitabyang taat pada Injil dan Taurat sertaZabur, beserta kaum-kaum taat yangikut nabi-nbai sebelum Muhammad.Namun pemahaman muslim sebelumnabi ini hanya beberapa orang yangbenar-benar taat serta taqwa pada Allah,yang sudah diterangkan oleh kitab yangdibawa nabi mereka.

Setelah Nabi Muhammad menjadirasul maka aturan-aturan Islam sudahlebih jelas pada kitab hadits dan ijma'ulama, sehingga seluruh umat yangtaqwa pada Allah dan taat haditsMuhammad bisa digolongkan pada mus-lim modern. Adapun bagi yang tunduk

pada kitab selain al-Qur'an dan al-Haditsbelum bisa dikategorikan sebagai agamaAllah -dalam konteks keislaman- namunmasih dalam budaya yang mengambilakar agama-agama sebelum Islam.

Secara faktual, sebenarnya agama-agama sebelum itu sudah berafiliasi didalam Islam (al-Qur'an) sehingga bisadikatakan bahwa tidak ada agama yangpaling sempurna selain Islam, tidak adaagama sesudah Islam, hingga tidak adatuhan selain Allah.

Siapakah non-muslim?Non-muslim secara spesifik adalah

orang yang tidak memeluk agama Islamdan bahkan berlawanan dengan Islam(atheis). secara umum arti non-muslimadalah orang yang tidak melakukan danmeyakini Allah sebagai tuhan danajaran-Nya, dan tidak mengakuMuhammad sebagai rasul, serta tidakmemercayai semua yang diajarkannya.

Faham non-muslim era dahulu(zaman nabi) lebih mudah didefinisikanbahwa mereka adalah orang yang ada disekitar nabi yang tidak masuk golongan-nya, serta tidak melaksanakan apa yangdilakukannya dan diperintahkannyawalaupun mereka dalam satu pemerin-tahan (daulah) nabi. Sering sekali orang-orang yang demikian disebut denganorang kafir, musyrik, kaum jahiliyah,dan seterusnya.

Apakah syetan ada?Mungkinkah syetan ada? Jawabannya

adalah ada. Syetan adalah manusia yangberjenis nyata, dan memiliki sifatbertentangan dengan malaikat sertatuhannya. Syetan sekarang bukan lagijenis yang terpisah dan tidak terlihat,namun sudah nyata dalam bentukmanusia, sudah nyata dan ada di sekelil-ing manusia itu sendiri. Syetan sudahtidak lagi dipuja dan ditakuti. Syetansudah menyatu manunggaling kawulaiblis. Syetan hadir tidak di malam harisaja, tapi juga hadir pada semua waktu,baik siang, pagi maupun malam.Tadinya pagi milik malaikat, tadinyasiang milik manusia, sekarang sudah

berubah. Syetan sudah ada pada semuawaktu dan zaman.

Begitupun, sekarang secara ritualmempercayai adanya kekuatan ghaibdengan tidak memujanya namun bersa-habat dengan mereka. Di era sekarang,sudah semakin sulit membedakan manamanusia sebagai orang yang takut padasyetan dan mana syetan yang menghara-pkan dipuja dan diikuti. Karena di erasekarang sudah terjadi afiliasi dan pem-bauran antar fisik manusia dan sifatsyetan tersebut.

Sebagai pembuktian, secara tidaklangsung, orang tidak sadar bahwadirinya memuja syetan dengan caramenjadikan uang sebagai tujuan hidup.Orang tidak sadar bahwa melakukanmaksiat sudah semakin wajar. Orangsudah tidak sadar dengan jauhnya mere-ka dari ritual-ritual ibadah pada tuhan-nya merupakan pembauran diri dengansyetan. Orang tidak sadar bahwa mere-ka adalah perwujudan/jelmaan darisyetan. Sekarang, syetan yang menyatudengan manusia. Bahkan syetan sudahtidak bangga lagi. Karena di erasekarang, manusia sudah begitu mudahmemuja syetan. Itu semua keinginansyetan, seperti yang sudah dijanjikansyetan pada awal penciptaan Adam.

Siapakah syetan sebenarnya?Syetan adalah api yang sangat panas,

menghalangi umat untuk bersujud,mengganggu, mengaku lebih baik,menggelincirkan orang, musuh yangnyata, menjanjikan (menakut-nakuti)dengan kemiskinan dan menyuruhberbuat kejahatan. Syetan yang terkutuk,hanyalah syaitan yang menakut-nakuti.Syetan adalah teman yang seburuk-bu-ruknya. Syetan bermaksud menyesatkandengan penyesatan yang sejauh-jauh-nya. Syetan membisikkan pikiran jahat.Sesungguhnya pemboros-pemboros ituadalah saudara-saudara syaitan. Syetanitu menimbulkan perselisihan.

Kita ambil satu contoh sifat syetanyang nyata, yakni enggan dan takabur.Enggan dan takabur merupakan sifat

enggan dan membangkang yang sangattenar. Keengganan syetan bukanmenyembah tuhan tetapi keengganandalam artian pada ketidaktaatan syetanuntuk bersujud atau bisa diartikan berek-spresi senang karena telah diciptakanmakhluk sempurna. Syetan merasabahwa dirinya lebih awal diciptakandaripada adam. Karena keengganan itu-lah syetan membangkang. Karenasyetan merasa bahwa dirinya diciptakandari api, sehingga tidak selazimnya sen-ior kalah oleh junior, api kalah dengandebu.

Kaitanya dengan manusia muslim dannon-muslim adalah: apakah ada orangyang berprinsip dan berbuat demikian?Jawabannya, ada dan nyata.

Kita lihat di sekeliling kita. Betapabanyak anak enggan disuruh oleh orangtuanya, sampai-sampai mengatakansesuatu yang tak layak, seperti "ah!".Betapa banyak rakyat yang tidak taatpada pemimpinnya sampai mengekspre-sikan ketidaktaatannya dengankerusakan. Padahal jelas-jelas dalam al-Qur'an difirmankan, "Janganlah mem-buat kerusakan di bumi."

Betapa banyak umat yang tidak taatpada firman tuhan dan bahkan sampaimencela, "Tuhan tidak adil", "Tuhanpilih kasih", dan lain sebagainya.

Kita bisa saja enggan menuruti pe-rintah orang tua. Kita bisa saja kesal padaUU. Kita bisa saja ragu pada apa yang di-wahyukan. Karena banyak manusia tidakmengetahui perumusan, maksud, dan tu-juan perintah orang tua, UU, dan wahyutuhan. Tapi itu semua sekaligus kita dila-rang untuk melakukan pembangkangan,meluapkan kata-kata sampai merusakhati suci orang tua, dan melakukan uca-pan-ucapan dan tindakan yang men-coreng wahyu. Maka siapakah syetansebenarnya (setan yang nyata)???***

Mano Vs TKIKASUS Manohara Odelia Pinot atau Mano

nyaris menenggelamkan hingar bingar kampanyetiga pasangan calon presiden (capres) yang tengahmenjaring simpati masyarakat. Mencuatnya kasuspenyiksaan yang dialami istri Tengku M. Fakhry dariKesultanan Kelantan Malaysia ini memang benar-benar membuat heboh.

HAL itu tentu tak lepas dari pemberitaan ekstra gencaryang dilakukan media massa, baik cetak maupun elek-tronik. Bukan hanya melalui sesi pemberitaan di layarkaca, Mano pun laris manis memenuhi undangan televisiuntuk diwawancarai. Tak heran jika kasus tersebut terusmenjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat.

Tak tanggung-tanggung, Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY) juga ikut berkomentar. Semua orang dariseluruh kalangan tampaknya ikut "menikmati" kasus yangdialami Mano. Boleh jadi, hal itu lantaran perempuan beru-sia 17 tahun tersebut memiliki wajah cantik dan memikat.Apalagi sebelumnya Mano dikenal sebagai model.

Jadi mungkin Anda sependapat jika ada pihak yangberkata, "Bukan Mano kalau tidak bisa menarik perha-tian publik." Kendati sebagian orang mungkin penasaranatas semua itu. Karena kasus yang dialami Mano belummenyentuh ranah hukum. Soalnya, pernyataan Manoyang menyebut dirinya mengalami siksaan lahir danbatin oleh suaminya, tak kunjung diselesaikan melaluijalur hukum. Bahkan ibunda Mano, Desy Fajarina, tidakmemenuhi panggilan polisi guna dimintai keterangan.

Terlepas dari kasus yang menimpa Mano, di tengahmasyarakat sebenarnya banyak peristiwa yang "lebih"dari Mano, yakni penyiksaan tenaga kerja Indonesia(TKI) yang mengadu nasib di luar negeri. Beruntung jikaMano masih bisa kembali ke Indonesia dengan kondisifisik yang masih "mulus", dan nyawa masih melekat dibadan. Di lain sisi, banyak TKI, terutama tenaga kerjawanita (TKW) yang pulang tinggal nama. Ada juga yangmasih bisa bernapas, tetapi kondisi fisiknya menge-naskan. Misalnya ada yang kakinya mengecil atau kulit-nya terkelupas karena siksaan majikannya.

Satu hal yang patut digarisbawahi, Mano bukanlahTKI atau orang yang mengadu nasib karena desakanekonomi, tetapi dinikai putra mahkota KerajaanKelantan yang pasti kaya raya. Sementara para TKIbekerja untuk memperbaiki kehidupan dan menyum-bang devisa bagi negara.

Hanya saja, keberpihakan pemerintah tampaknya masihtebang pilih. Para TKI, sekalipun pulang tinggal nyawa,masih kurang mendapat tanggapan, perhatian, apalagipembelaan. Rupanya para pemimpin kita lebih asyikbermain kata-kata daripada memberikan kerja nyata.

Kita boleh prihatin atas kasus penyiksaan yangmenimpa Mano. Tapi apakah hati kita juga tergeraktatkala ada TKW yang pulang karena mendapatpenyiksaan yang jauh lebih "kejam" dari Mano?Jawabannya pasti ada di hati nurani masing-masing.Koran ini tentu berharap pemerintah memberikan porsiyang adil bagi seluruh warganya, tidak perlu melihatstatus atau kedudukan warga tersebut.

Yang pasti, baik Mano maupun para TKW harus men-dapat perhatian, perlindungan, dan kenyamanan yangsama. Mereka semua adalah warga negara Indonesia,yang keberadaannya dilindungi undang-undang. Semoga,kasus Mano tidak melupakan kewajiban pemerintahuntuk melindungi warganya secara keseluruhan.***

Bila Anda ingin mengungkapkan tanggapan,usulan, kritikan, atau apa saja yang menyangkutsegala hal yang terjadi di hadapan kita, kamipersilahkan mengirimkannya dalam bentuk suratpembaca. Selain surat itu diketik rapi, kamimohon pengirim menuliskan identitas secaralengkap. Jangan lupa, sertakan salinan bukti diriseperti fotocopy KTP, SIM, kartu pelajar dsb.

Redaksi

Pelajaran dari Kasus PritaKASUS Prita yang diadukan RS Omni Inter-

nasional Tangerang patut menjadi pelajaran bagikita semua. Berdasarkan pemberitaan, hampir se-mua kalangan memberikan dukungan pada Prita.Ia dianggap sebagai korban sistem peradilan di Ta-nah Air yang kacau balau. Ia juga dianggap seba-gai korban keangkuhan pihak RS Omni.

Menurut saya, Prita boleh saja merasa jadi kor-ban. Padahal sedikit banyak ia juga punya salah.Keluhan yang disampaikan kepada publik memili-ki efek berbeda dengan keluhan biasa. Hal itu ber-dampak buruk terhadap nasib RS Omni. Ia seha-rusnya berintrospeksi.

Pihak RS juga hendaknya berintrospeksi. Dari-pada mengadukan Prita, tekad memperbaiki laya-nan yang disampaikan kepada publik, jauh lebihbaik. Mengadukan Prita adalah perjudian besar.Salah-salah, nama RS lebih terpuruk lagi.

Pihak pemerintah dan penegak hukum jugaharus berintrospeksi. Mereka harus lebih tepat danbijak dalam mengambil langkah-langkah hukum.

Susanti, Permata Harjamukti, Cirebon

Pengaruh SurveiSAAT pengambil keputusan menyatakan survei

sebagai kegiatan yang sah selama rangkaianPemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presidendan wakilnya (Pilpres), hampir semua kalanganbersorak. Sebab, hal itu bisa diartikan sebagai keme-nangan demokrasi, kemenangan kebebasan berpen-dapat, kemenangan dunia keilmuan, dst.

Saya termasuk orang yang gembira sekaligus sedihsoal aktivitas lembaga survei ini. Saya gembira, kare-na seperti kebanyak orang, saya pun mendambakanketerbukaan dan kebebasan dalam banyak hal.Aktivitas lembaga survei memberikan akses lebih bagibanyak orang, termasuk saya, untuk mendapat infor-masi terkini soal banyak hal, termasuk elektabilitaspartai, para caleg, dan capres-cawapres. Aktivitas lem-baga survei juga menjadi sarana pendidikan tersendiri.

Tapi saya sedih, karena ada kecenderungan aktivi-tas lembaga survei yang seharusnya diutamakan untukpendidikan, banyak diselewengkan menjadi aktivi-tas memengaruhi publik. Publik yang semula berpikirA, dirayu bahkan dipaksa untuk berpikir B.

Andi Siswandi, Kedawung, Kab. Cirebon

Komisaris Utama : H. Kartono Sarkim Komisaris : Budi Maulani Wahidin, H. Usman Rachmatika Kosasih Direktur : Deni Kahdar Gunandi General Manajer : HM. Wasikin Marzuki Pemimpin Umum : Deni Kahdar Gunandi Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Diding A. Karyadi Redaktur: Dadang Suherman YR, Dudung AH, Ruddy Apriantho, Anto Sulistyanto, Saefullah, Noly Alamsyah, Taufik Hidayat, Adhijaya PrasetyoRedaktur Teknik & Perwajahan: SM Annas Sohef Sekretaris Redaksi : Diah Rodiah BPPTI : Suhartono, Aris Efendi Staf Redaksi Cirebon: Arif Rohidin, Johana, Alif, Epih Pahlevi, A. Rifai, Toni, Asep Iswayanto, Ghiok Riswoto Fotografer : Shanty,Andi Arifin INDRAMAYU : Khaerudin, Ichsan J, Hendra S, Abu Bakar, Alim Munandar KUNINGAN: Eman Sulaeman, Raharja, Nunung Khasanah,Yan Irwandi. MAJALENGKA : Tati Purnawati. Pra-Cetak : Wawan Hermawan, Hermansyah, Roby

Yanuardi, Ibnu Jafar. Manajer Pemasaran dan Promosi : Moch. Ai Nurdin Manajer Umum dan Personalia : Tata Samsu Brata Manajer Keuangan dan Akuntansi: Nita Yulianti Asisten Manajer Keuangan: Ahmad Mustahri Asisten Manajer Akuntansi: Uni Wahyuni Promosi : Stanney WilliamsIklan : Yana Heryana. Sirkulasi : Jaja Subagja Alamat Redaksi: Jl. RA Kartini no.7 Cirebon Tlp. (0231) 204440, 210541 Fax.(0231) 201315, 210533 Kotak Pos 350 Cirebon 45123 http://www.mitra-dialog.com, E-mail : [email protected], [email protected] : PT Berkah Pikiran Rakyat,SIUPP No.316/SK/Menpen/SIUPP/1997 Tgl. 12 Agustus 1997. Perwakilan HU. Mitra Dialog/Grup Pikiran Rakyat : JAKARTA : Jl. Gajah Mada 101 Tlp. (021) 6301288 (Hunting), 6339313 Fax. (021) 6320291 Telex 41453 PR JKT. CIAMIS: Jl.Sudirman 67 Tlp. (0265) 71339. TASIKMALAYA: Jl. Dinding Ari Raya I No.7 Komplek Perum Panglayungan Tlp. (0265)- 331947/335677/339308. GARUT: Jl. Papandayan No.50 Tlp. (0262) 231171. BOGOR: Bogor Baru Blok A II No. 11 Tlp. (0251) 311013. SUKABUMI: Jl. Sriwijaya11 Tlp. (0266) 222682. KUNINGAN: Jl. Siliwangi No.206 Tlp. (0232) 871776. INDRAMAYU: Jl. Sudirman No. 94 Tlp (0234) 271665. KARAWANG: Jl.Cakradireja No.7B Tlp. (0267) 40258. PURWAKARTA: Jl. Ibrahim Singadilaga No 59 Tlp. (0264) 200183. PURWOKERTO: Jl. BrigjenEntjung No. 27 A Tlp.(0281) 621872. SUBANG: Jl. Otista No. 46 Tlp. (0260) 414636. SERANG: Jl. Jend. A.Yani No.72, Tlp. (0254) 200803, 0254-205590. YOGYAKARTA: Jl. Bausasran DN III/715 Tlp. (0274) 586913 Fax. (0274) 517657. DICETAK OFFSET: PT. GRANESIA, Jl. Soekarno-Hatta 147 Bandung 40223 Tlp. (022) 637755 (Hunting System), Fax. (022) 631004.

Oleh Abdul Karim, S.Pd.I

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

MITRA DIALOGAktual Tegas dan Berimbang

HARIAN UMUM

SABTU - KLIWON( 6 JUNI 2009 ) 12 JUMADIL AKHIR 1430 H

HALAMAN 8

Sorotan

Surat Pembaca

Inspirasi

HARIAN UMUM

Siapakah Syetan Sebenarnya?

Anden adalah Tinju, Tinju adalah Anden

SEMAR kembali berse-nandung dengan irama

yang aneh dan mungkinlebih tepat disebut parauatau sumbang. Tapi Curisyakin bahwa lelaki tambunitu tidak sedang sem-barangan bersenandung.Sesaat kemudian ia berhen-ti bersenandung dan mulaimembukakan kelopakmatanya. Kerut-kerut diwajahnya begitu jelas ter-gurat sebagai garis-gariskebijaksanaan. Semarmemandangi Curis denganpenuh bangga. Sesaatkemudian pandangannyatertuju kepada kerumunanpunakwan lain yang masih

saja berebut singkong bakardan kadang kelakarnyamemecah keheningan.

"Apakah Bapa Semarmasih mau menjelaskankepadaku tentang tak-tikperang Supit Urang?"desak Curis tanpa basa-basi. Maklum, rasapenasarannya begitumenggedor-gedor dindinghatinya. Untuk itulah ialangsung bertanya denganpenuh harap sebuah jawa-ban yang gamblang.

Semar menyaksikanCuris yang didera rasapenasaran itu pun masih

terus mengulum senyum."Maukah, Bapa?"Semar masih senyum-

senyum."Ayo, dong Bapa

Semar...""Kau serius?""Jangan sekali-kali

menggantungkan rasapenasaranku begini rupa sihBapa."

Semar masih tersenyumdan bahkan kini iaterkekeh-kekeh menyak-sikan Curis yang ditelikungrasa penasaran.

"Begini, Ris," kilahSemar. "Gelar Supit Urang

adalah tata prajurit yangmembentuk seperti badanudang. Ada pasukan yangmembentuk capit di kanandan kiri. Posisi inilah yangpaling berbahaya. Pasukan-pasukan lainnya memben-tuk badan hingga ekor.Begitulah gelar SupitUrang," jelas Semar sambildiikuti kelak tawanya yanglebar.

"Apakah kau masihpenasaran, Ris?" tanyaSemar sambil menggoda.

Curis yang tahu dirinyasedang digoda kemudianhanya terdiam dan memba-

likkan tubuhnya meman-dang hamparan tegalan dantebing-tebing menghijaunun jauh di arah timur.

Semar kemudian kembalimendendangkan sebuahtembang:

Tulus mukti awibawaBaudhengdha sung

prabu nyakrawatiPrabu estri sabdanipunMarang pepatihiraSaptaditya pan kinon

ngulati gupuhManusa kang salah rupaSigaran ireng lan putiBelum usai Semar

mendendangkan tembang,

Curis pun segera mendekatiSemar yang masih bersan-dar di bawah batang pohon.Curis menatap Semar den-gan penuh harap. Ia meny-impan sebuah tanya tapibelum jelas ia harusbertanya apa. Yang jelas iamerasa tertarik dengan tem-bang yang baru saja diden-dangkan Semar.

"Ini tidak bicara perang,Ris."

"Iya, Bapa. Saya tahuitu."

"Apakah kau tertarik?""Benar, Bapa."

(Bersambung)

BBiinnggkkaaii CCiirreebboonn Punakawan Cerbon (109)

Made Casta

BuritanBuritan

Biodata

Nama : Anden Mukali

Tempat/tanggal lahir : Cirebon, 25 Agustus 12959

Istri : Atiek Kastuti

Anak : 1. Miranti Feskali Mukali

2. Novita Andriani Mukali

3. Tri Wulan Handayani Mukali

Artikel ini merupakan ralat atas artikelJumat (5/6). Nama penulis yang benar

adalah Abdul Karim S.Pd.I, bukanSunardi. Mohon maaf kepada yang

bersangkutan. (Red)

Hal 8-9 Sabtu 4/6/03 9:06 PM Page 1