987-1906-1-pb

15
PENGARUH REUSE DIALIZER TERHADAP PENURUNAN UREUM KREATININ PADA PENDERITA GGK DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI Meuthia Nadhiroh 1 , Amelia Dwi Fitri 1 , Samsirun Halim 2 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi 2 Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi Latar Belakang: Dalam pelaksanaan hemodialisis diperlukan biaya yang cukup besar. Yang paling mahal adalah ginjal buatan/dialiser. Untuk mengurangi biaya, maka ginjal buatan/ dializer dilakukan daur ulang/reuse. Tetapi penggunaan ginjal buatan berulang tersebut kemungkinan akan menurunkan efisiensinya dan terjadinya transmisi infeksi. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan reuse dialyzer terhadap penurunan kadar ureum kreatinin Metode: Desain penelitian menggunakan Quasi Eksperimen dengan pengukuran pretest postest. Penelitian dilakukan di Unit Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi dari 30 Mei sampai 3 Agustus 2013. Sampel dari penelitian ini adalah penderita gagal ginjal kronik yang menjalani HD di RSUD Raden Mattaher Jambi yang memenuhi kriteria inklusi. Diperiksa ureum pre dan post HD. Hasil: Dari 16 orang pasien, 10 orang (62,5%) berjenis kelamin laki laki sedangkan 6 orang (37,5%) berjenis kelamin perempuan. Rata-rata Qb pasien adalah 198,13 ml/menit. Pada new dializer rata-rata penurunan ureum 74% dan kreatinin 65,8%. Pada reuse dialyzer 1 rata-rata ureum 71% dan kreatinin 65%. Pada reuse 1

Upload: tiyamovich-aveiro

Post on 28-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 987-1906-1-PB

PENGARUH REUSE DIALIZER TERHADAP PENURUNAN UREUM

KREATININ PADA PENDERITA GGK DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Meuthia Nadhiroh1, Amelia Dwi Fitri1, Samsirun Halim2

1Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi2Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi

Latar Belakang: Dalam pelaksanaan

hemodialisis diperlukan biaya yang cukup

besar. Yang paling mahal adalah ginjal

buatan/dialiser. Untuk mengurangi biaya,

maka ginjal buatan/ dializer dilakukan

daur ulang/reuse. Tetapi penggunaan

ginjal buatan berulang tersebut

kemungkinan akan menurunkan

efisiensinya dan terjadinya transmisi

infeksi. Tujuan Penelitian ini adalah

mengetahui pengaruh penggunaan reuse

dialyzer terhadap penurunan kadar ureum

kreatinin

Metode: Desain penelitian menggunakan

Quasi Eksperimen dengan pengukuran

pretest postest. Penelitian dilakukan di

Unit Hemodialisa RSUD Raden Mattaher

Jambi dari 30 Mei sampai 3 Agustus

2013. Sampel dari penelitian ini adalah

penderita gagal ginjal kronik yang

menjalani HD di RSUD Raden Mattaher

Jambi yang memenuhi kriteria inklusi.

Diperiksa ureum pre dan post HD.

Hasil: Dari 16 orang pasien, 10 orang

(62,5%) berjenis kelamin laki – laki

sedangkan 6 orang (37,5%) berjenis

kelamin perempuan. Rata-rata Qb pasien

adalah 198,13 ml/menit. Pada new

dializer rata-rata penurunan ureum 74%

dan kreatinin 65,8%. Pada reuse dialyzer

1 rata-rata ureum 71% dan kreatinin 65%.

Pada reuse dializer 2 rata-rata ureum 66%

dan kreatinin 67,2%. Pada reuse dializer 3

rata-rata ureum 62,4% dan kreatinin

51,6%. Pada reuse dializer 4 rata-rata

ureum 58,7% dan kreatinin 54,9%. Pada

reuse dializer v rata-rata ureum 45,2%

dan kreatinin 46,1%. Nilai RRU terjadi

penurunan pada pemakaian ke-3.

Kesimpulan: Pemakaian Ginjal buatan

berulang akan menurunkan persentase

penurunan ureum dan kreatinin. Nilai

RRU menurun pada pemakaian dializer

ke-3 (R2)

Kata Kunci : Reuse Dializer;

Ureum;Kreatinin;RRU

PENDAHULUAN

Gagal ginjal adalah suatu keadaan

klinis yang ditandai dengan penurunan

fungsi ginjal yang bisa bersifat reversibel

atau ireversibel. Pada gagal ginjal akut,

terjadi secara tiba – tiba dan biasanya

berhasil diobati.1 Sedangkan Penyakit

ginjal kronik adalah suatu proses

1

Page 2: 987-1906-1-PB

patofisiologi dengan etiologi yang

beragam, mengakibatkan penurunan

fungsi ginjal yang progresif, dan pada

umumnya berakhir dengan gagal ginjal

yang memerlukan terapi pengganti ginjal

yang tetap, berupa dialisis atau

transplantasi ginjal.2

Menurut United State Renal Data

System (USRDS,2008) di Amerika

Serikat prevalensi penyakit gagal ginjal

kronis meningkat sebesar 20 – 25% setiap

tahunnya.1 Di Kanada insiden penyakit

gagal ginjal tahap akhir meningkat rata –

rata 6,5% setiap tahun (Canadian Institute

for Health Information (CIHI),2005),

dengan peningkatan prevalensi 69,7%

sejak tahun 1997.3 Di Malaysia, dengan

populasi 18 juta, diperkirakan terdapat

1800 kasus baru gagal ginjal kronik

pertahunnya.4

Pada survei yang dilakukan oleh

Perhimpunan Nefrologi Indonesia

(Pernefri) tahun 2008 di empat kota di

Indonesia, dengan memeriksa kadar

kreatinin serum 1200 orang, didapatkan

prevalensi penyakit ginjal kronik cukup

besar yaitu 12,5%.5

Pada populasi yang beresiko tinggi

(hypertensi, diabetes, dan proteinuria)

prevalensinya meningkat 29,1%. Pada

penelitian terbaru, rata – rata kejadian

penyakit gagal ginjal tahap akhir adalah

30,7 permillion populasi (pmp), dan rata –

rata prevalensinya adalah 23,4 (pmp).6

Berdasarkan data rekapitulasi Bagian

Hemodialisa RSUD Raden Mattaher

Jambi pada tahun 2010 populasi penderita

gagal ginjal yang menjalani hemodialisa

adalah sebanyak 582 orang dan pada

tahun 2011 mengalami peningkatan yakni

sebanyak 615 orang.

Hemodialisis (HD) merupakan terapi

pengganti ginjal yang dilakukan dengan

mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal

buatan (dialiser) yang bertujuan untuk

mengeliminasi sisa – sisa metabolisme

protein dan koreksi gangguan

keseimbangan elektrolit antara

kompartemen darah dengan kompartemen

dialisat melalui membran semipermiabel.7

Selama ini hemodialisis berkala

(intermitten) masih merupakan pilihan

utama untuk pengobatan gagal ginjal

terminal sebelum transplantasi ginjal.

Dialiser dapat didaur ulang (reuse) untuk

tujuan mengurangi biaya hemodialisis.7

Dilaporkan 80% pasien hemodialisis di

Amerika Serikat dilakukan daur ulang

sedangkan di Eropa sekitar 35% dan

Australia sekitar 47% dengan hasil yang

baik serta penghematan yang cukup besar

dari pembiayaannya.

Berbagai peneliti, Wing (1978),

Mather (1981), dan Kant (1984)

melaporkan bahwa pemakaian ginjal

buatan pakai berulang tetap aman dan

efektif. Bahkan Polak (1986) telah

mengadakan pengamatan yang cukup

2

Page 3: 987-1906-1-PB

lama, yaitu 12 tahun dan mendapatkan

bahwa pemakaian ginjal buatan tidak

membawa dampak yang negatif.

Martakusumah (1991) mengatakan bahwa

pemakaian ginjal buatan sampai enam

kali tidak menurunkan klirens ureum. Hal

ini juga sesuai dengan pernyataan dari

pengurus besar Perhimpunan Nefrologi

Indonesia.8 Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh dr.Eko Sudarmono di

RSUP Dr.Kariadi menyatakan bahwa

reuse efektif dilakukan sampai 4 kali

penggunaan.

Untuk menilai efektivitas ginjal

buatan, bisa dilihat dari persentase

penurunan ureum kreatinin. Sehingga

penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari pengaruh pemakaian ulang

dializer terhadap penurunan ureum

kreatinin. Di RSUD Raden Mattaher

Jambi pemakaian ulang dializer dilakukan

sebanyak 8 kali pada tiap pasien. Hal

inilah yang mendasari peneliti untuk

melakukan penelitian. Peneliti tertarik

untuk melihat pengaruh pemakaian reuse

dializer tersebut terhadap penurunan

klirens ureum kreatinin.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan

Eksperimen dengan rancangan Quasi

Eksperimen. Penelitian ini dilakukan di

Hemodialisa RSUD Raden Mattaher

Jambi dilaksanakan pada tanggal 30 Mei

– 3 Agustus Tahun 2013. Sampel pada

penelitian ini adalah pasien yang

menjalani hemodialisis di RSUD Raden

Mattaher yang menggunakan new dializer

dilanjutkan dengan reuse dializer.

Pasien yang mendapatkan

perlakuan berbeda pada saat reuse

diekslusikan. Pasien yang menjalani

hemodialisis pada penelitian ini adalah

pasien yang mendapatkan terapi ≥ 1 tahun

dengan rata – rata dialisis ≥ 4 jam/hari

dan frekuensi 2x seminggu. Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan

consecutive sampling sebanyak 16 sampel

yang memenuhi kriteria inklusi.

Pengumpulan data dilakukan dengan

pengambilan sampel darah kemudian

dilihat hasil laboratorium darah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian didapatkan

bahwa pemakaian ginjal buatan berulang

menurunkan persentase penurunan ureum

dan kreatinin. Selain itu nilai RRU masih

efektif hingga pemakai ke-3 (R2).

3

Page 4: 987-1906-1-PB

Tabel 1. Pasien yang Menjalani

Hemodialisis Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki – Laki 10 62,5%

Perempuan 6 37,5%

Jumlah 16 100%

Tabel 2. Pasien yang Menjalani

Hemodialisis Berdasarkan Usia

Umur

(Tahun)

N %

21-30 3 18,8

31-40 2 12,5

41-50 4 25

51-60 5 31,3

61-70 2 12,5

Total 16 100

Tabel 3. Pasien yang Menjalani

Hemodialisis Berdasarkan Penyakit

Comorbid

Penyakit Comorbid

N %

- Satu Comorbid

Asam Urat 2 12,5Diabetes 2 12,5Hipertensi 5 31,3Infeksi Ginjal 1 6,3

- Dua Comorbid

Diabetes dan Hipertensi

3 18,8

Diabetes dan PJK

1 6,3

Hipertensi dan Nefrolitiasis

1 6,3

Tidak ada 1 6,3

Total 16 100

Tabel 4. Pasien yang Menjalani

Hemodialisis Berdasarkan Penggunaan

obat-obatan

Riwayat

Pengobatan

N %

Allopurinol 2 12,5

Furosemid 1 6,3

Glibenklamid 4 25

Kortikosteroid 2 12,5

Tidak ada 7 43,8

Total 16 100

4

Page 5: 987-1906-1-PB

Tabel 5. Pasien yang Menjalani

Hemodialisis Berdasarkan Quick Blood

No Qb

(mL/menit

)

N %

1 170 1 6,3

2 180 2 12,5

3 190 1 6,3

4 200 11 68,8

5 250 1 6,3

Total 16 100

Rata-rata 198,13 ml/menit

Minimum 170 ml/menit

Maximum 250 ml/menit

Tabel 6. Pasien yang Menjalani

Hemodialisis Berdasarkan Time Dyalisis

Time Dyalisis

(dalam jam)

N %

4.00 8 50

4.30 8 50

Total 16 100

Tabel 7. Rata-rata Penurunan Ureum dan

Kreatinin

Dializer Penurunan Ureum (%)

Penurunan Kreatinin

(%)New

Dializer74 65,8

Reuse 1 71 65Reuse 2 66 57,2Reuse 3 62,4 51,6Reuse 4 58,7 54,9Reuse 5 45,2 46,1

Tabel 8. Rata-rata RRU pada New

Dializer dan Reuse Dializer

Dializer RRU (%)New Dializer 73,7

Reuse 1 70,8Reuse 2 65,6Reuse 3 62Reuse 4 58,3Reuse 5 44,9

Dari hasil penelitian ini dengan

melihat keefektifitas RRU ≥ 65%. RRU

masih efektif hingga pemakaian ke-3

(R2). Pemakaian reuse dializer juga

menurunkan persentase penurunan ureum

dan kreatinin.

Penelitian ini menunjukkan

sebagian besar responden berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak yaitu

berjumlah 10 orang (62.5%) dan 6 orang

(37.5%) berjenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian ini sama dengan

penelitian Previsha (2010) di Medan

didapatkan bahwa pasien berjenis kelamin

laki – laki lebih banyak dibandingkan

perempuan.26

Menurut United State Renal Data

System (USRDS) tahun 2004 tingkat

kejadian kasus gagal ginjal lebih tinggi

untuk laki – laki dengan 409 orang per

juta penduduk dibandingkan dengan

perempuan sekitar 276 orang per juta

penduduk.27

Usia responden yang paling banyak

yaitu rentang usia 51-60 tahun berjumlah

5 orang (31,3%). Hasil penelitian ini

5

Page 6: 987-1906-1-PB

sesuai dengan penelitian Eko Sudarmono

(2001) di Semarang dimana pasien

terbanyak berada pada kelompok umur 50

– 59 tahun (52,38%). Menurut teori,

lanjut usia merupakan salah satu faktor

risiko gagal ginjal kronik. Perubahan

fungsi ginjal sejalan dengan penuaan yang

normal meningkatkan kerentanan

terhadap disfungsi ginjal dan gagal ginjal.

Responden dengan penyakit

comorbid hipertensi paling banyak yaitu 5

orang (31,3%). Penelitian ini sesuai

dengan penelitian Maulidawati (2011) di

Semarang yakni penderita hipertensi

mempunyai resiko 3,14 kali lebih besar

terkenal gagal ginjal kronik dibandingkan

yang tidak terkena hipertensi.

Berdasarkan teori, Hipertensi dalam

jangka waktu lama dapat mengganggu

ginjal, sebab variabilitas tekanan darah

berperan penting sebagai penyebab

kerusakan organ.

Dari 16 orang responden, sebanyak

7 orang (43,8%) tidak terdapat riwayat

penggunaan obat-obatan, 4 orang (25%)

memiliki riwayat penggunaan

glibenklamid, 2 orang (12,5%) masing-

masing memiliki riwayat penggunaan

allopurinol dan kortikosteroid sedangkan

1 orang (6,3%) dengan furosemid.

Dari penelitian ini diketahui bahwa

responden yang mendapatkan terapi

hemodialisis selama 4 jam sama banyak

dengan yang mendapatkan terapi 4.30 jam

yaitu 8 orang (50%). Menurut Konsensus

Pernefri (2003) untuk mencapai adekuasi

hemodialisis diperlukan dosis 10-12 jam

perminggu yang dapat dicapai dengan

frekuensi hemodialisis 2 kali/minggu

dengan lama waktu 5 jam atau 3

kali/minggu dengan lama waktu 4 jam.

Tetapi beberapa RS memberlakukan

kebijakan yang berbeda-beda.

Pada penelitian ini didapatkan rata-

rata Quick Blood responden adalah 198,13

ml/menit. Peningkatan Qb dapat

meningkatkan pencapaian adekuasi

hemodialisis. Penelitian Kim,et al (2004)

di Korea menunjukkan bahwa

peningkatan Qb 15-20% meningkatkan

pencapaian adekuasi HD.32,34

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini disimpulkan

bahwa pemakaian ginjal buatan berulang

akan menurunkan persentase penurunan

ureum dan kreatinin serta nilai RRU.

Nilai RRU masih efektif hingga

pemakaian ke-3 (R2) dan mulai terjadi

penurunan keefektifan pada pemakaian

dializer ke-4 (R3)

Dari kesimpulan diatas, ada beberapa

saran yang dapat diajukan antara lain:

6

Page 7: 987-1906-1-PB

1. Perlu dilakukan penelitian yang sama

dengan jumlah sampel yang lebih

besar dan pengamatan yang lebih

lama, serta semua aspek yang terkait

dengan penggunaan ginjal buatan

secara berulang

2. Untuk upaya penghematan biaya,

penggunaan ginjal buatan secara

berulang dapat disarankan, akan

tetapi perlu diperhatikan pentingnya

teknik pakai ulang dilaksanakan

sesuai prosedur, sehingga

performance dialiser dapat

dipertahankan secara optimal.

REFERENSI

1. Suwitra Ketut. Penyakit Ginjal

Kronik. Dalam: Sudoyo A W,

Setiyohadi B, Alwi I, editors. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4

Jilid ke-2. Jakarta: Pusat Penerbitan

Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

2009. Hal.1035.

2. Sloane Ethel. Anatomi dan Fisiologi

Untuk Pemula. Jakarta: EGC; 2003.

Hal. 329

3. Prodjosudji Wiguno, Suhardjono A.

End-Stage Renal Disease In

Indonesia: Treatment Development.

Ethn Dis 2009; 19 suppl 1: 33-6.

4. Suhardjono. The Development of a

Continuous Ambulatory Peritoneal

Dialysis Program In Indonesia. Perit

Dial Int 2008; 28 suppl 3: 59-62.

5. Cahyaningsih, N.D. 2008.

Hemodialisis (Cuci Darah).

Yogyakarta: Mitra Cendikia.

6. Hendraguna. Pengaruh Pmekaian

ulang sialyzer terhadap klirens ureum

(Skripsi Sarjana). Semarang:

Ilm.Keperawatan dan Kesehatan.

2010

7. Rahardjo P, Susalit E, Suhardjono.

Hemodialisis. Dalam: Sudoyo A W,

7

Page 8: 987-1906-1-PB

Setiyohadi B, Alwi I, editors. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-

4. Jakarta: Pusat Penerbitan Dept.

Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009.

Hal.1050-51.

8. Hendraguna. Pengaruh Pmekaian

ulang sialyzer terhadap klirens ureum

(Skripsi Sarjana). Semarang:

Ilm.Keperawatan dan Kesehatan.

2010

9. Corwin Elizabeth J. Buku Saku

Patofisiologi. edisi ke-3.

Jakarta:EGC. 2009. Hal. 729-30.

10. Ester Monica, editor. Keperawatan

Medikal Bedah: Buku Saku Dari

Brunner & Suddarth. Jakarta:EGC.

2000. Hal. 171.

11. Aziz M.Farid, Witjaksono Julianto,

Rasjidi Imam, editors. Panduan

Pelayanan Medik : Model

Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker

Serviks Dengan Ganguan Ginjal.

Jakarta: EGC. 2008. Hal. 38.

12. Hayes Peter C, Mackay Thomas W.

Buku Saku Diagnosis dan Terapi.

Jakarta: EGC. 1997. Hal. 197.

13. Baradero Mary, Dayrit Mary Wilfrid,

Siswadi Yakobus. Seri Asuhan

Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.

Jakarta:EGC. 2009. Hal. 124-9.

14. Graber Mark A, Toth Peter P, Herting

Rober Jr. Buku Saku Dokter

Keluarga University of Iowa. Edisi

ke-3. Jakarta: EGC. 2006. Hal. 543.

15. Mitchell Richard N, et al, Tania

Ingrid, editors. Buku Saku Dasar

Patologis Penyakit. Edisi ke-7.

Jakarta: EGC. 2008. Hal. 554.

16. Baradero Mary, Dayrit Mary Wilfrid,

Siswadi Yakobus. Seri Asuhan

Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.

Jakarta:EGC. 2009. Hal. 127-9.

17. Pudji Rahardjo dkk. Hemodialisis.

Dalam: Sudoyo A W, Setiyohadi B,

Alwi I, editors. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi ke-4 Jilid ke-

2. Jakarta: Pusat Penerbitan Dept.

Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009.

Hal.1050.

18. Bararedo Mary, Dayrit Mary Wilfrid.

Klien Gangguan Ginjal:Seri Asuhan

Keperawatan. Jakarta:EGC; 2008.

Hal. 136. Dan Sabiston David C.

Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC;

1995. Hal 269

19. Raharjo Setyo. Pengaruh

Hemodialisis Terhadap Kadar TNF-α

dan Prokalsitonin Pada Pasien

Nefropati Diabetik Stadium V (Tesis

Spesialis). Surakarta: Bagian Ilmu

Penyakit Dalam FKUNS; 2010

20. Daugirdas John T, Blake Peter G, Ing

Todd S. Handbook of Dialysis. 4th ed.

USA: Lippincott. 2001. P.192

21. Davita. Dializer reuse, amankah?.

2009 ( diakses 2 Nov 2012). Diunduh

dari: URL:

8

Page 9: 987-1906-1-PB

http://www.ygdi.org/

_kidneydiseases.php?

view=detail&kat=dialisis1&id=23

22. Cahyaningsih ND. Hemodialisis

(Cuci Darah). Jogjakarta: Mitra

Cendikia Press; 2011. Hal 85

23. Nursalam. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta; Salemba

Medika; 2003

24. Notoadmodjo Soekidjo. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta; 2010. Hal. 124-5

25. Alimul, A. Aziz. (2003). Riset

Keperawatan & Teknik Penulisan

Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

26. Kaliahpan, Previsha. Perubahan

Kadar Ureum dan Kreatinin Sebelum

dan Sesudah Hemodialisis Pada

Penderita Gagal Ginjal di RSUD Dr.

Pringadi (Skripsi Sarjana). Medan:

FKUSU. 2011

27. Arora Pradeep. Chronik Renal

Failure. Nephrology (serial online) 4

Februari 2010 ( diakses 4 agustus

2013 ). Diunduh dari: URL:

http://emedicine.com

28. Siallagan, Herdiani. Karakteristik

Penderita Gagal Ginjal Kronik di RS

Martha Friska Medan Tahun 2011

(Skripsi Sarjana). Medan: FKUSU.

2012

29. Baughman, Diane C. Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta: EGC. 2000.

Hal 174

30. Lase, Wahyu Ningsih. Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal

Kronis Yang Menjalani Hemodialisa

Di RSUP Haji Adam Malik Medan

(Skripsi Sarjana). Medan: FKUSU.

2011

31. Maulidawati. Hipertensi sebagai

faktor risiko terjadinya gagal ginjal

kronik: studi cross sectional.

Semarang; Bagian Ilmu Penyakit

Dalam FK Islam Sultan Agung; 2009

(diakses 4 Agustus 2013). Diunduh

dari URL: http://www.uisu-

library.com

32. Septiwi, Cahyu. Hubungan Antara

Adekuasi Hemodialisis dengan

Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis

di Unit Hemodialisis RS. Prof. Dr.

Margono Soekarho Purwokerto

(Tesis Magister). Jakarta:

Keperawatan Medikal Bedah FIP;

2011 (diakses 4 Agustus 2013).

Diunduh dari http://lontar.ac.id.

33. Perhimpunan Nefrologi Indonesia.

Konsensus Dialisis. Jakarta:

PERNEFRI; 2003. Hal 21-34

34. Ayu, I Gusti. Hubungan Antara

Quick of Blood (Qb) Dengan

Adekuasi Hemodialisis Pada Pasien

Ynag Menjalani Terapi Hemodialisis

9

Page 10: 987-1906-1-PB

di Ruang HD RSUD Tabanan Bali

(Tesis Magister). Jakarta:

Keperawatan Medikal Bedah FIP:

2010 (diakses 4 Agustus 2013).

Diunduh dari http://lontar.ac.id.

35. Armelia, Linda. The Effectiveness of

Dialyzer Reuse (Skripsi Sarjana).

Jakarta: FK Yarsi. 2008

10