97-171-1-sm

Upload: thesyuricen

Post on 12-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 97-171-1-SM

    1/8

    48 MagistraNo. 73 Th. XXII September 2010

    ISSN 0215-9511

    Agus Santoso & Cucut Prakosa : adalah dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Unwidha Klaten

    KARAKTERISTIK TAPE BUAH SUKUN HASIL FERMENTASI

    PENGGUNAAN KONSENTRASI RAGI YANG BERBEDA

    Oleh : Agus Santosa dan Cucut Prakosa

    ABSTRAK

    Pembuatan tape sukun merupakan salah satu alternatif pengolahan sukun. Dalam usaha untuk

    penganekaragaman olahan pangan di masyarakat serta untuk meningkatkan potensi daerah. Permasalannya

    adalah agar masyarakat dalam membuat tape sukun dihasilkan tape sukun yang berkualitas, maka penelitian

    berbagai hal sangat diperlukan. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan pengkajian tentang penggunaan

    konsentrasi ragi untuk mengidentifikasi karakteristik produk tape sukun yang dihasilkan.

    Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan konsentrasi ragi yang

    ditambahkan yaitu : Konsentrasi Ragi 0,5 %; 1,0 %; 1,5 %; 2,0 %; dan konsentrasi ragi 2,5 %. Pa rameter

    yang diukur meliputi kadar air, pH, tektur dan uji organoleptik yaitu uji rasa, aroma dan kesukaan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ragi, dihasilkan tape dengan karakteristik

    kadar air dan kadar asam tape meningkat (pH lebih rendah), tektur sangat lunak, rasanya menjadi asam dengan

    aroma yang sangat tajam dan alkoholik. Berdasarkan uji organoleptik tape sukun yang paling disukai panelis

    adalah tape sukun dengan konsentrasi ragi tape 1,0%. Tape sukun yang dihasilkan mempunyai rasa sedikit

    manis agak asam sampai manis sedikit asam (3,70), aroma khas tape agak tajam aromanya (2,25), kadar air

    75,50%, pH 3,00 dengan tektur 258,36 mm/gram/dt.

    PENDAHULUAN

    Sukun atau bread fruit merupakan tanaman

    pangan alternatif di Indonesia sejak tahun 1920, yang

    pada awalnya tanaman ini tidak banyak ditanam orang

    namun sekarang sudah cukup populer karena dapat

    diolah menjadi berbagai produk makanan terbuat dari

    sukun misalnya: goreng sukun, getuk sukun, kolak

    sukun, cake sukun, mie sukun, klepon sukun, dodol

    sukun, bola sukun, apem sukun dan bahan baku

    pembuat pek empek (makanan khas Palembang),

    maupun tape sukun (Didiet Sudiro, 2009)Sukun merupakan tanaman tropis sumber

    karbohidrat yang bersifat musiman. Komposisinya

    buah sukun mempunyai kandungan karbohidrat cukup

    tinggi sekitar 28,2% (Setijo Pitojo, 1992), hal ini

    menunjukkan bahwa buah sukun cukup baik untuk

    diolah menjadi tape.

    Tapai (sering dieja sebagai tape) atau uli

    (bahasa Betawi) adalah salah satu makanan

    tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses

    peragian (fermentasi)bahan pangan berkarbohidrat

    atau Sumber pati, seperti singkong atau ubi kayu dan

    beras ketan yang melibatkan ragi di dalam proses

    pembuatannya (Made Astawan Mita Wahyuni, 1991).

    Tapai yang dibuat dari singkong (ubi kayu) dan

    hasilnya dinamakan tapai singkong. Bila dibuat dari

    ketan hitam maupun ketan putih, hasilnya dinamakan

  • 7/23/2019 97-171-1-SM

    2/8

    49MagistraNo. 73 Th. XXII September 2010

    ISSN 0215-9511

    Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan ......

    tapai pulut atau tapai ketan. Dalam proses

    fermentasi tapai, digunakan beberapa jenis

    mikroorganisme seperti Saccharomyces Cerevisiae,

    Rhizopus oryzae,Endomycopsis burtonii,Mucorsp.,

    Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera,

    Pediococcus, dsb sp.. Tapai hasil fermentasi dari S.cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, berasa

    manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki

    tekstur lengket. Umumnya, tapai diproduksi oleh

    industri kecil dan menengah sebagai kudapan atau

    hidangan pencuci mulut (Ganjar, 2003)

    Masyarat Jawa Barat lebih mengenal tapai

    singkong dengan sebutan peuyuem, sedangkan

    masyarakat Jawa Timur lebih sering menyebutnya

    tapai telo (Djien, 1972). Tapai juga dikenal dikawasan Asia, terutama Asia Tenggara. Makanan ini

    memiliki nama lokal yang berbedabeda di setiap

    negara; yaitu tapai pulut(Malaysia), basi binubran

    (Filipina), chao(Kamboja), lao-chaoatau chiuniang

    (Cina), dan khao-mak(Thailand) (Ganjar, 2003)

    Dalam pembuatan tapai bahan perlu

    dicampurkan air dan dikukus dikukus terlebih dahulu

    sebelum diberikan ragi. Campuran tersebut ditutup

    dengan daun dan diinkubasi pada suhu 25-30 C

    selama 2-4 hari hingga menghasilkan alkohol dan

    teksturnya lebih lembut. Selain rasanya yang manis

    dan aroma yang memikat, tapai juga dibuat dengan

    beberapa warna berbeda. Warna tersebut tidak berasal

    dari pewarna buatan yang berbahaya, melainkan

    berasal dari pewarna alami. Untuk membuat tapai

    ketan berwarna merah, digunakan Angkak, pigmen

    yang dihasilkan olehMonascus purpureus. Sedangkan

    tapai ketan warna hijau dibuat menggunakan ekstrak

    daun pandan. Pembuatan tapa i memerlukan

    kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar tape dapat

    menjadi lunak karena proses fermentasi yang baik.

    Ragi adalah bibit jamur yang digunakan untuk

    membuat tapai. Agar pembuatan tape berhasil dengan

    baik alat-alat dan bahan-bahan harus bersih, terutama

    dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika

    digunakan untuk mengolah pembuatan tapai bisa

    menyebabkan kegagalan fermentasi. Air juga harusbersih. Menggunakan air hujan juga bi sa

    menyebabkan gagalfermentasi.

    Tape mempunyai rasa sedikit manis dengan

    sedikit rasa alkohol dan aroma semerbak yang khas.

    Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan

    yang merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis

    pada tape dipengaruhi oleh kadar gula dari tape itu

    sendiri. Tetapi kadang kadang pada sejenis tape

    tertentu timbil rasa asam agak menyengat. Hal inibiasanya disebabkan oleh perlakuan selama proses

    pembuatan yang kurang teliti, misalnya penambahan

    ragi yang terlampau banyak, penutupan yang kurang

    sempurna selama proses fermentasi berlangsung,

    ataupun karena proses fermentasi yang terlalu lama

    (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987).

    Pembuatan tape sukun merupakan salah satu

    alternati penganekaragaman olahan buah sukun.

    Permasalannya adalah agar masyarakat dalam

    membuat tape sukun dihasilkan tape sukun yang

    berkualitas, maka perlu dilakukan penelitian dengan

    pengkajian penggunaan konsentrasi ragi.

    Fermentasi merupakan tahap terjadinya

    hidrolisis terhadap bahan berpati menjadi gula-

    sederhana melalui enzimatis serta diikuti perubahan

    gula menjadi alkohol (Tri Susanto dan Budi Saneto,

    1994). Menurut Buckle, dkk. (1985) persiapan atau

    pengawetan bahan pangan dengan proses fermentasi

    tergantung pada produk oleh mikroorganisme tertentu,

    perubahan perubahan kimia dan fi sik yang

    mengubah rupa, bentuk(body) dan flafor dari pangan

  • 7/23/2019 97-171-1-SM

    3/8

    50 MagistraNo. 73 Th. XXII September 2010

    ISSN 0215-9511

    Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan ......

    aslinya perubahanperubahan ini dapat memperbaiki

    gizi dari produk dan umumnuya menghambat

    pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan.

    Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe

    anaerobik.

    Prinsif dasar fermentasi pangan berpati adalahdegradasi komponen pati menjadi dekstrin dan gula,

    selanjutnya diubah menjadi alkohol atau asam

    sehingga menghasilkan makanan fermentasi berasa

    manis, alkoholik dan sedikit asam atau manis sedikit

    asam (Kapti Rahayu dan Sudarmaji , 1989).

    Selanjutnya Winarno dkk.,(1985), menyatakan bahwa

    esterifikasi antara asam dan alkohol menghasilkan

    ester yang membentuk cita rasa khas tape. Produksi

    alkohol yang berlabihan dapat menimbulkan rasapahit sedangkan produksi alkohol yang minimal

    meningkatkan rasa manis tape.

    Fermentasi tapai dapat meningkatkan

    kandungan VitaminB1(tiamina)hingga tiga kali lipat.

    Vitamin ini diperlukan oleh sistemsaraf,sel otot, dan

    sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik

    . Karena mengandung berbagai macam bakteri baik

    yang aman dikonsumsi, tapai dapat digolongkan

    sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Cairan tapai dan

    tapai ketan diketahui mengandung bakteri asam laktat

    sebanyak satu juta per mililiter atau gramnya.

    Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek

    menyehatkan tubuh, terutma sistem pencernaan,

    karena meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan

    mengurangi jumlah bakteri jahat. Kelebihan lain dari

    tapai adalah kemampuannya tapai mengikat dan

    mengeluarkan aflatoksin dari tubuh. Aflaktosin

    merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh

    kapang, terutamaAspergillus flavus. Toksik ini banyak

    kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari,

    seperti kecap. Konsumsi tapai dalam batas normal

    diharapkan dapat mereduksi aflatoksin tersebut. Di

    beberapa negara tropis yang mengkonsumsi singkong

    sebagai karbohidrat utama, penduduknya rentan

    menderita anemia. Hal ini dikarenakan singkong

    mengandungsianida yang bersifat toksik dalam tubuh

    manusia. Konsumsi tapai dapat mencegah terjadinya

    anemia karena mikroorganisme yang berperan dalamfermentasinya mampu menghasilkan vitamin B

    12.

    Konsumsi tapai yang berlebihan juga dapat

    menimbulkan infeksi pada darah dan gangguan sistem

    pencernaan. Selain itu, beberapa jenis bakteri yang

    digunakan dalam pembuatan tapai berpotensi

    menyebabkan penyakit pada orang-orang dengan

    sistem imun yang terlalu lemah seperti anak-anak

    balita, kaum lanjut usia, atau penderita HIV. Untuk

    mengurangi dampak negatif tersebut, konsumsi tapaiperlu dilakukan secara terkendali dan pembuatannya

    serta penyimpanannya pun dilakukan dengan higienis

    (Cronk, et al, 1977)

    Penelitian ini bertujuan melakukan pengkajian

    tentang penggunaan konsentrasi ragi untuk

    mengidentifikasi karakteristik produk tape sukun yang

    dihasilkan.

    METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorim

    Terpadu Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

    Widya Dharma Klaten pada bulan Juni sampai dengan

    bulan September 2010. Bahan yang digunakan sukun

    varietas lokal, ragi tape merk NKL, bahan kimia untuk

    analisa serta alat-alat untuk pengolahan dan analisa

    laboratorium.

    Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) dengan perlakuan penggunaan ragi

    yang berbeda , yaitu : Konsentrasi Ragi 0,5%;

    Konsentrasi Ragi 1,0%; Konsentrasi Ragi 1,5 %;

    Konsentrasi Ragi 2,0 % dan Konsentrasi Ragi 2,5 %.

  • 7/23/2019 97-171-1-SM

    4/8

    51MagistraNo. 73 Th. XXII September 2010

    ISSN 0215-9511

    Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan ......

    Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga

    terdapat 3 x 5 = 15 satuan percobaan. Data yang

    diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis.

    Pelaksanaan penelitian selengkapnya terdapat pada

    Gambar 1.

    Parameter yang diukur yaitu kadar air metodepemanasasn (AOAC) dalam Slamet Sudarmadji, dkk,

    1996), pH, pengukuran tekstur menggunakan alat

    pnetrometer serta uji organoleptik meliputi uji rasa,

    an aroma dengan metode Scoring test serta uji

    kesukaan dengan metode Hedonik test (Bambang

    Kartika, dkk, 1988).

    Analisis Kimia : Kadar Air

    Uji Fisik : pH, Tektur

    Uji Organoleptik : Rasa, Aroma dan Kesukaan

    Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Tape

    Sukun

    PENGUKUSAN

    SUHU 100 C, 20 MENIT

    INKUBASI DALAM BESEK

    SUHU 30C, 36 JAM

    DIKUPAS dan DICUCI

    PENDINGINAN

    PEMBERIAN RAGI TAPE

    SESUAI PERLAKUAN :

    PEMOTONGAN

    PANJANG 5 CM

    2,5 %1,5 %1,0 %0,5 % 2,0 %

    SUKUN

    TAPE SUKUN

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Analisa Kadar Air, pH, dan Tektur Tape

    Sukun

    Hasil analisis kadar air, pH, dan tektur tape

    sukun penelitian seperti terlihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air, pH, dan

    tektur Tape Sukun

    Tabel 1. menunjukkan bahwa semakin

    tinggi konsentrasi ragi tape yang digunakan,

    semakin meningkatkan kadar air tape sukun yang

    dihasilkan. Hal ini karena kemampuan ragi untuk

    menguraikan pati lebih besar dan lebih cepat

    sehingga diperoleh kadar air tape sukun lebih

    banyak. Kadar air tape sukun penelitian 75,18

    76,20 %. Kadar kair tape penelitian ini lebih

    tinggi jika dibandingkan penelitian Darsono

    (2005), yaitu sekitar 73,32 75,24%, hal ini

    dimungkinkan adanya perbedaan varietas sukun,

    tingkat ketuaan (umur) panen sukun serta lama

    pengukusan sukun, dan lama fermentasi. Anonim

    (1992), melaporkan bahwa kadar air tape

    singkong 56,1%, tape ketan hitam 58,9% dan tape

    ketan putih 58,9%. Sedang menurut Nio (1992),

    kadar air tape sebesar 56,1%. Anonim (2007),

    kadar air tape singkong 56 69 %. Menurut Tri

    Susanto dan Budi Saneto (1994), sebagai hasil

    samping hidrolisa pati adalah air yang

    menyebabkan sifat fisik bahan menjadi berair.

    0,5% 75,18 4,00 255,21

    1,0% 75,50 3,00 258,36

    1,5% 75,82 3,00 285,27

    2,0% 75,64 3,00 263,83

    2,5% 76,20 3,00 300,56

    Penggunaan

    Ragi Tape

    Kadar Air

    (%)

    pH Tekstur

    mm/gram/dt

  • 7/23/2019 97-171-1-SM

    5/8

    52 MagistraNo. 73 Th. XXII September 2010

    ISSN 0215-9511

    Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan ......

    Tingginya kadar air tape sukun penelitian,

    maka tape sukun dapat dikembangkan sebagai

    bahan pengolahan brem maupun brem cair,

    sebagai alternatif pengolahan sukun menjadi

    produk olahan pangan.

    pH merupakan salah satu parameter untukmenunjukkan tingkat keasaman dari produk

    olahan tape. pH dapat ditunjukkan dengan alat

    pH meter atau dengan indikator universal atau

    kertas lakmus. Selain itu juga dapat ditunjukkan

    dengan mengukur kadar asam dengan metode

    titrasi menggunakan larutan alkali. Tabel 1.

    menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

    ragi yang digunakan, semakin meningkatkan

    kadar asam tape sukun yang dihasilkan. Hal inikarena kemampuan ragi untuk menguraikan gula

    menjadi alkohol lebih besar dan lebih cepat

    sehingga reaksi pemecahan alkohol menjadi asam

    oleh bakteri pembentuk asam lebih besar pula.

    Oleh karena itu diperoleh kadar asam tape sukun

    lebih banyak (pH lebih rendah) dengan semakin

    meningkatnya konsentrasi ragi yang digunakan.

    Menurut Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni,

    (1987) alkohol yang berasal dari fermentasi ragi

    dengan adanya O2 akan mengalami fermentasi

    lebih lanjut oleh bakteri Acetobacter aceti

    menjadi asam asetat. pH tape sukun penelitian

    yaitu 3,00 4,00, penelitian lain pada pembuatan

    tape ubi jalar tape yang dihasilkan mempunyai

    pH antara 4,62 5,55 (Karlina Simbolon, 2008).

    Anonim (2007), menyebutkan bahwa pH tape

    singkong 4,38 4,75

    Dalam penerimaan produk olahan pangan

    penampilan tekstur produk merupakan sifa t

    penting yang dapat diamati mata, kulit dan alat

    perasa (Amarine, dkk, 1965). Hasil Tabel 1.,

    menunjukkan bahwa semakin meningkat ragi

    digunakan tekstur tape sukun yang dihasilkankecenderungannya semakin lunak. Menurut

    Muljoharjo dan Sukmadji (1990), tekstur suatu

    bahan dipengaruhi oleh banyaknya air dalam

    bahan olahan, dengan semakin tinggi kadar air

    bahan maka tekstur bahan semakin lunak dan

    semakin sedikit airnya bahan makin padat. Bila

    dibandingkan dengan tekstur tape singkong

    (ketela pohon), tekstur tape sukun lebih lunak

    hal ini disebabkan sukun kandungan seratnya

    lebih rendah, menurut Sutrisno Koswara (2006)

    kandungan seratnya 2,2 %. Sedangkan singkong

    kandungan seratnya 2,56 % (Irfan Pasaribu,

    2010). Hasil pengamatan tape singkong dengan

    lama fermentasi 36 jam sudah jadi tape sedang

    untuk tape singkong membutuhkan lama

    fermentasi sampai 48 jam. Hal ini sesuai

    penelitian Ida Bagus Putu Gunadnya dan Nyoman

    Semadi Antara (1997), yang melaporkan bahwa

    kematangan tape sukun dilihat dari tingkat

    kesukaan tertinggi terhadap aroma, rasa dan

    tekstur tape sukun terjadi pada fermentasi 36 jam

    lebih cepat jika dibandingkan dengan proses

    fermentasi tape singkong, tape ketan maupun tape

    pisang yang memerlukan waktu 48 72 jam.

  • 7/23/2019 97-171-1-SM

    6/8

    53MagistraNo. 73 Th. XXII September 2010

    ISSN 0215-9511

    Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan ......

    2. Uji organoleptik Tape sukun

    Uji organoleptik tape sukun yang

    dilakukan meliputi uji rasa, aroma dan kesukaan.

    Hasil uji organoleptik tape sukun seperti terlihat

    pada Tabel 2.

    Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Tape

    Sukun

    Keterangan :

    Nilai Rasa,1 : kurang manis dan asam, 2 : agak

    manis dan agak asam, 3 : sedikit manis sedikit

    asam, 4 : manis sedikit asam serta 5 : sangat manis

    dan sedikit asam. Nilai Aroma, 1 : beraroma khas

    tape tidak terlalu tajam aromanya, 5 : beraroma

    khas tape sangat tajam sekali aromanya.TingkatKesukaan, 1 : sangat tidak suka sama sekali, 9 :

    amat sangat suka sekali.

    Rasa pada produk tape ditentukan oleh

    bahan, formula yang digunakan dan perlakuan

    atau cara pembuatannya. Nilai rasa tape sukun

    penelitian pada Tabel 2, menunjukkan bahwa

    semakin tinggi penambahan ragi, rasa tape sukun

    cenderung semakin dominan rasa asam dari rasa

    manis. Rasa tape merupakan kontribusi dari rasa

    asam organik, manis dari gula dan alkoholik

    sebagai hasil proses fermentasi sukun

    (karbohidrat pada umumnya) dari mikrobia ragi

    yang ditambahkan. Secara normal rasa tape

    sedikit manis, asam dan beraroma khas tape yaitu

    alkoholik. Menurut Kapti Rahayu dan Slamet

    Sudarmadji (1989), prinsip dasar fermentasi

    pangan berpati adalah degradasi komponen pati

    menjadi dekstrin dan gula, selanjutnya diubahmenjadi alkohol atau asam sehingga

    menghasilkan makanan fermentasi berasa manis,

    alkoholik dan sedikit asam atau manis sedikit

    asam. Anonim (2007), menyebutkan bahwa

    perubahan biokimia yang pent ing pa da

    fermentasi tape adalah hidrolisis pati menjadi

    glukosa dan maltose yang akan memberikan rasa

    manis serta perubahan gula menjadi alkohol dan

    asam organik yang menyebabkan rasa asam.

    Faktor lain yang menyebabkan rasa tape yang

    dihasilkan juga ditentukan dari kombinasi atau

    campuran kultur dari ragi tape yang digunakan.

    Menurut Dwijoseputro (1970) ragi yang

    digunakan untuk pembuatan tape mengandung

    berbagai jenis mikr oba yaitu Aspergi llus ,

    Saccharomuces, Candida, Hansenula dan bakteri

    Acetobacter.

    Aroma merupakan hasil dari uap proses

    pengolahan makanan,uap ini tercipta dari bahan-

    bahan makanan yang diolah. Untuk aroma tape

    sesungguhnya adalah berasal dari bahan volatile

    yang menguap dan dapat diterima indera sebagai

    hasil dari proses fermentasi tape. Hasil Uji

    tingkat nilai aroma tape sukun penelitian seperti

    terlihat pada Tabel 2., menunjukkan bahwa

    semakin tinggi konsentrasi ragi yang digunakan,

    tape sukun yang dihasilkan aromanya semakin

    tajam sekali (aromanya semakin menyengat). Hal

    ini diduga karena adanya asam dan alkohol yang

    tinggi membuat senyawa volatil mudah menguap

    lebih banyak. Menurut Winarno, dkk., (1985),

    0,5% 3,30 2,10 5,80

    1,0% 3,70 2,25 6,75

    1,5% 3,00 2,75 5,65

    2,0% 2,85 3,70 4,80

    2,5% 2,30 4,45 4,65

    Penggunaan

    Ragi Tape

    Rasa Aroma Kesukaan

  • 7/23/2019 97-171-1-SM

    7/8

    54 MagistraNo. 73 Th. XXII September 2010

    ISSN 0215-9511

    Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan ......

    esterifikasi antara asam dan alkohol

    menghasilkan ester yang membentuk cita rasa

    atau aroma khas tape.

    Dalam uji kesukaan panelis diminta

    mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang

    kesukaan dan sebaliknya. Penilaian kesukaanterhadap produk tape tidak lepas dari penerimaan

    dari parameter-parameter rasa, aroma, warna,

    tekstur serta kenampakan dari produk tape yang

    diamati. Dilihat dari nilai kesukaan panelis pada

    Tabel 2. yang paling tinggi tingkat penerimaan

    nilai kesukaan dari panelis adalah tape sukun

    yang difermentasi dengan konsentrasi ragi 1,0%

    skor 6,75 (suka sampai sangat suka). Tape sukun

    yang difermentasi dengan penggunaan ragi 1,0%dengan lama fermentasi 36 jam paling disukai

    karena mempunyai rasa sedikit manis agak asam

    sampai manis sedikit asam (3,70), aroma khas

    tape agak tajam aromanya (2,25), kadar air

    75,50%, pH 3,00 dengan tektur 258,36 mm/N/

    dt.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

    a. Semakin tinggi konsentrasi ragi tape dalam

    fermentasi pengolahan tape sukun akan

    meningkatkan kadar air, kadar asam (pH

    lebih rendah), dan tekstur (tektur tape sangat

    lunak), serta rasanya menjadi asam dengan

    aroma yang sangat tajam dan alkoholik.

    b. Berdasarkan uji organoleptik tape sukun

    yang paling disukai panelis adalah tape

    sukun dengan konsentrasi ragi tape 1,0%.

    Tape sukun yang dihasilkan mempunyai rasa

    sedikit manis agak asam sampai manis

    sedikit asam (3,70), aroma khas tape agak

    tajam aromanya (2,25), kadar air 75,50%,

    pH 3,00 dengan tektur 258,36 mm/gram/dt.

    2. Saran

    Pengolahan tape sukun dapat digunakan sebagai

    alternatif penganekaragaman olahan sukun akan

    tetapi karena kadar serat sukun rendah untuk

    menghasilkan tape sukun yang baik perlu

    disarankan sebagai berikut :

    a. Konsentrasi ragi yang digunakan dibawah

    1 %

    b. Lama fermentasi tidak melebihi 36 jam padasuhu kamar

    c. Proses pengukusan dilakukan dengan waktu

    yang terukur jangan sampai sukun terlalu

    lunak sehingga tekstur tape yang dihasilkan

    lebih baik teksturnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2007. Mikrobiologi dan Biokimia Tape.http://permimalang.wordpress.com/tag/tape/

    Bambang Kartika, Puji Astuti, dan Wahyu Supartono.

    1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.

    PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta.

    Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G. H. dan

    Wooton, M., 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan :

    Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas

    Indonesia, Jakarta.

  • 7/23/2019 97-171-1-SM

    8/8

    55MagistraNo. 73 Th. XXII September 2010

    ISSN 0215-9511

    Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan ......

    Cronk T.C., Sreinkraus K.H., Hackler L. R., Mattick

    L. R, 1977.Indonesian Tape Ketan Fermentation.

    Appl. Microbiol 33 (5): 1067- 1073

    Didiet Sudiro, 2009. Pemanfaatan Buah Sukun

    sebagai Makanan Alternatif Pengganti Beras.

    Puslitbang Indhan Balitbang Dephan, Jakarta.

    Djien K. S., 1972. Tapai Fermentation.Appl

    Microbiol 23 (5) : 976- 978 FAO, 1972. Harian

    Terbit 1993.

    Ganjar I., 2003. Tapai from Cassava and Sereals. Di

    dalam : First International Symposium and

    Workshop on Insight into the World of

    Indigenous Fermented Foods for Technology

    Development and Food Safety; Bangkok, 13-17

    Apr 2003 hlm 1 10

    Ida Bagus Putu Gunadnya dan Nyoman Semadi

    Antara, 1997. Perubahan Karakteristik Kimia

    dan Organoleptik Tape Sukun Selama

    Fermentasi. Gitayana Vol 3, No. 1, 1997-14.

    Universitas Udayana, Denpasar

    Irfan Pasaribu, 2010. Dampak Singkong (Manihot

    utillisima) Pada Metabolisme Tubuh. http://bhimashraf.blogspot.com/2010

    Karlina Simbolon, 2008.Pengaruh Konsentrasi Ragi

    Tape dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Tape

    Ubi Jalan. Fakultas Pertanian. Universitas

    Sumatra Utara, Medan

    Setijo Pitojo, 1992. Budidaya Sukun. Penerbit

    Kanisius, Yogyakarta.

    Sutrisno Koswara, 2006. Sukun Sebagai Cadangan

    Pangan Alternatif.Ebookpangan.com 2006.

    Tri Susanto dan Budi Saneto, 1994. TeknologiPengolahan Hasil Pertanian.Penerbit. Bina

    Ilmu, Surabaya.

    Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni., 1987.

    Fermentasi Bahan Makanan Tradisional.PAU

    Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta.

    Made Astawan Mita Wahyuni, 1991. Teknologi

    Pengol ahan Pangan Naba ti Tepa t Guna .

    Akademi Pressindo, Jakarta.

    Made Suladra, 2001. Interaksi Jamur dan Yeast

    Amilolitik dalam Inokulum Kering Terhadap Sifat

    Kimia dan Organoleptik Brem Padat. Jurnal

    Ilmiah Padma Kresna. Universitas Widya

    Mataram, Yogyakarta.

    Winarno, F.G., 1980.Bahan Pangan Terfermentasi.

    Fateta, IPB, Bogor.