93625593-31108066-3b-tri-ratna-rejeki
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALITIK
PERCOBAAN 8
(IDENTIFIKASI CAMPURAN 2)
27 Desember 2010
Disusun Oleh
TRI RATNA REJEKI
31108066
3B
PRODI FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2010
PERCOBAAN 8
IDENTIFIKASI CAMPURAN 2
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan mampu menganalisa dan mengidentifikasi sampel
suatu campuran obat.
II. Dasar Teori
Analisis kimia farmasi dapat didefinisikan sebagai penerapan metode–
metode dan prosedur –prosedur kimia. Analisis kualitatif dan kuantitatif
terhadap bahan –bahan atau sediaan farmasi. Tujuan dari analisa kulitatif
adalah untuk mengetahui atau memastikan identitas sutu bahan obat dengan
mengetahui unsure atau senyawa dalam contoh tersebut. Dalam analisis
kulitatif metode yang sering digunakan adalah metode kimia , metode
fisika, dan metode biologi.
a. Metode Kimia
Cara kimia merupakan cara yang paling tua, dilakukan dengan
penggunaan siuatu pereaksi yang dapat bereaksi dengan senyawa yang
dapat menghasilkan produk reaksi yang spesifik (warna, endapan ,
pembentukan gas ,dan bau).
Tidak semua reaksi kimia dapat digunakan dalam keperluan identifikasi.
Reaksi kimia yang dibutuhkan harus memenuhi persyaratn sebagai
berikut:
1) Reaksi tersebut harus khas, artinya pereaksi itu hanya bereaksi
dengan senyawa/ion atau segolongan saja.
2) Reaksi dapat diulang (reproduksibel), artinya reaksi yang terjadi
harus menghasilkan gejala yang sama pada waktu pengulangan
dalam waktu dan keadaan yang berbeda –beda. Reaksi tersebut harus
peka, arting pereaksi tersebut masih dapat memberikan gejala yang
diamati walau konsentasi senyawa yang sangat kecil sekali.
b. Metode Fisika
Cara fisika memiliki beberapa keuntungan :
1) hasil yang diperoleh lebih eksak
2) Dalam beberapa hal bahan yang diperiksa tidak mengalami
kerusakan sehingga bahan tersebut dapat dipakai dalam perngujian
selanjutnya cara kimia ataupun cara biologi
Salah satu kerugiannya cara ini memerlukan peralatan yang mahal dan
langka. Cara ini meliputi: adsorpsi, mikroskopi, kromatografi,
polarografi, spektroskopi, aktivasi netron, penetapan konstanta fisika
(titik leleh, titik didih, dan lain –lain) dan lain –lain.
c. Metode Biologi
Metode ini memiliki keuntungan dalam hal kecepatan dalam
memberikan respon, akan tetapi tidak spesifik. Cara ini menggunakan
hewan percobaan atau organ jaringan yang diisolasi.
Pemisahan
a. Stass-Otto-Gary
Prinsip:
Pemisahan berdasarkan distribusi kedalam fasa air dan fasa pelarut
organik.
Pembentukan/penguraian garam.
(Perbedaan kelarutan-garam lebih hidrofil, asam/basa lebih lipofil,
keragaman sifat lipofil/hidrofil memungkinkan pemisahan lebih
lanjut).
b. Cara lain (Sudjadi)
Distilasi.
Pelelehan.
Larutan cairan dalam cairan.
Sublimasi.
Ekstraksi/penyaringan.
Kromatografi (cairan-cairan, cairan-padatan, penukar ion,
KLT/KCKT, KG, dll).
Identifikasi dilakukan terhadap sampel golongan alkohol, fenol, asam,
sulfonamid, barbital, alkaloid, vitamin, dan antiniotik.
a. Alkohol
Alkohol adalah persenyawaan yang terdiri atas rantai hidrokarbon
(jenuh atau tak jenuh) dengan gugus hidroksil (-OH) satu atau lebih.
Berdasarkan gugus –OH, alkohol dapat dibagi menjadi dua, yaitu
alcohol monovalen dan alcohol polivalen. Alkohol monovalen (mono
hidroksi alcohol) mengandung 1 gugus –OH. Sedangkan alcohol
polivalen (poli hidroksi alcohol) mengandung lebih dari satu gugus –
OH. Alkohol monovalen dibagi menjadi 3 bagian, alifatik, aromatic, dan
siklik. Sedangkan alcohol polivalen dibagi menjadi 2 bagian, yaitu yang
berbentuk cairan dan berbentuk padatan. Berdasarkan tempat terikatnya
gugus –OH, alcohol dapat dibagi menjadi tiga, yaitu alcohol primer,
alcohol sekunder, dan alcohol tersier. Alkohol primer, dimana –OH
terikat pada atom C primer. Alkohol sekunder, -OH terikat pada atom c
sekunder. Alkohol tersier, -OH terikat pada atom C tersier. (Riawan,
1990)
Sifat-sifat alcohol
1) Index bias : makin besar jika jumlah atom karbon makin
banyak.
2) Kelarutan : umumnya lebih mudah larut dalam pelarut polar. Makin
besar molekulnya makin baik larutnya dalam air (atom karbon
banyak). Makin banyak gugus –OH makin mudah larut dalam air.
Dan makin kurang dalam PAE (Petroleum Aether). Alkohol tinggi
larut dalam alcohol rendah.
3) Bobot jenis : makin rendah makin bagus larut dalam PAE.
4) Titik didih : makin pendek rantai karbon makin rendah titik
didihnya.
b. Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat Kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan
strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan
cincin fenil.
Struktur resonansi fenol
Senyawa golongan fenol adalah golongan senyawa dengan struktur
aromatik dengan mengandung gugus OH pada rantai aromatik. Jadi
pada fenol gugus OH langsung terikat pada inti benzene.
c. Asam
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang
mengandung gugus karboksil, -COOH. Gugus karboksil mengandung
gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus
ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik untuk asam
karboksilat (Fessenden, 1997)
Dalam kimia organik, turunan asam karboksilat adalah kelompok
senyawa organik yang memiliki gugus karbonil dan memiliki sebuah
atom elektronegatif (oksigen, nitrogen atau halogen yang terikat pada
atom karbon karbonil. Turunan senyawa karboksilat berbeda dengan
keton dan aldehida yang memiliki gugus karbonil tapi tidak terikat
dengan atom elektronegatif. Keberadaan atom elektronegatif ini
menyebabkan perubahan signifikan pada reaktivitas senyawa ini.
Struktur dan ikatan asam karboksilat,
O
H
O
H
O
H
O
H
O
H
d. Sulfonamid
Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam
air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah
sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR)
dan substitusi gugs amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik,
kimia dan daya antibaktreri sulfonamida.
Rumus umum sulfonilamid :
R1 – H atau sisa ftalat atau suksinat
R2- H radikal alifatis atau heterosiklik
Sifat-sifat golongan sulfonamide, diantaranya yaitu :
1) Bersifat ampoter, karena itu sukar dpindahka dengan acara
pengocokan yang digunakan dalam analisa organik
2) Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan
Elkosin
e. Barbital
Barbiturat mempunyai inti hasil kondesasi etilester dan asam
dietilmalonal dengan ureum. Rumus umum : R1, R2, R3, dan R4, adalah
subtitusi-subtitusi yang menentukan struktur Barbiturat.
Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya
tidak bersisat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hydrogen
pada atom C 5 dari inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau
aril.
Sifat-sifat Barbiturat, diantaranya yaitu :
1) Sukar larut dalam air, kecuali garamnya (Na) bereaksi asam
lemah. Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut
dalam air tetapi mudah dalam pelarut-pelarut non polar seperti
minyak, kloroform dan sebagainya. Sifat lipofil ini dimiliki oleh
kebanyakan obat yang mampu menekan ssp. Dengan
meningkatnya sifat lipofil ini, misaInya dengan mengganti atom
oksigen pada atom C 2 menjadi atom belerang, maka efeknya dan
lama kerjanya dipercepat, dan seringkali daya hipnotiknya
diperkuat pula.
2) Dalam bentuk keto tidak larut dalam air.
3) Dalam bentuk etanol larut dalam air.
4) Bentuk keto larut dalam CHCL3, eter dan etilasetat.
5) Garam natriumnya mudah terhidrolisa, apalagi kalau dipanaskan.
Mis. Luminal Natrium.
f. Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi ini tidak
mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino,
peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik
biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang
sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan
alkaloid termasuk golongan ini.
Golongan alkaloid adalah golongan senyawa yang mempunyai
struktur heterosiklik dan mengandung atom N di dalam intinya
(pembawa sifat basa/alkalis). Sifat umum yang dimiliki oleh golongan
senyawa ini adalah: basa, rasa pahit, umumnya berasal dari tumbuhan
dan berkhasiat secara farmakologis.
Struktur golongan alkaloid amat beragam, dari yang sederhana
sampai yang rumit. Koniina dan nikotin adalah dua contoh yang
sederhana. Koniina diambil dari tanaman keluarga :hemlok beracun
(Conius maculata). Nikotin adalah salah satu alkaloid dalam tembakau,
dalam takaran rendah, seperti yang diperoleh perokok, merangsang
sistem syaraf secara tak sengaja, sedangkan takaran tinggi dapat
meracuni. Nikotina adalah obat yang menyebabkan kebiasaan, yaitu
penyebab ketergantungan faali. Obat yang menyebabkan keracunan
adalah yang mengakibatkan perubahan faali apabila si pecandu tidak
menerimanya dalam suatu jangka waktu.
g. Vitamin
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses
kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup
lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan
vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit
pada tubuh kita.
h. Antibotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,
yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses
biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh
bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang
bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan
dan reproduksi bakteri dan fungi.
Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam
pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang
pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak
terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah
diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30
juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada Perang
Dunia I.
III. Alat dan Bahan
a. Alat
Tabung reaksi
Rak tabung
Pipet tetes
Beaker glass
Gelas ukur
Batang pengaduk
Penjepit kayu
Pembakar spirtus
b. Bahan
Sampel nomor 25
Aquadest K2Cr2O7
Etanol 95 % fehling
Diazo A
Diazo B
H2SO4 P
HNO3 P
Formaldehid
FeCl3
KMnO4
CuSO4
Cu asetat
IV. Prosedur Percobaan
Sampel
Uji Organoleptik
1. Bentuk Makroskopik
2. Bentuk Mikroskopik
3. Warna
4. Bau
5. Rasa
Uji Kelarutan
1. Air
2. Asam
3. Basa
4. Pelarut Organik
Fluoresensi
Reaksi Nyala
Pirolisa
Reaksi Warna
Reaksi penggolongan
Reaksi Penegasan
a. Organoleptik
Bentuk, warna, bau, rasa
b. Pemisahan
1) Berdasarkan kebasaan
2) Berdasarkan kelarutan
3) Berdasarkan Makrografi
Untuk molekul/ partikel
4) Berdasarkan BJ
sentrifuga
5) Titik didih
Destilasi
c. Kelarutan
Dilihat kelarutannya dalam air, asam, basa, dan dalam pelarut organic
d. Uji Golongan
Reaksi dengan pereaksi Diazo A, diazo B (1:4)
Reaksi dengan H2SO4 p
Reaksi dengan HNO3 p
Reaksi dengan fehling
Reaksi dengan FeCl3
e. Uji Penegasan
Reaksi dengan AgNO3
Reaksi dengan KMnO4
Reaksi Cuprifil
Reaksi dengan aqua Iod
V. Data Hasil Pengamatan
a. Organoleptik
Sampel 25
Penentuan Pengamatan Kemungkinan
Makroskopik Serbuk, kristal Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Bau Tidak berbau Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Warna Putih Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Rasa Asam, pahit Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
b. Pemisahan
Sampel nomor 24 dipisahkan secara makroskopik. Ada yang berbentuk
serbuk warna putih, dan Kristal. Selanjutnya yang bentuk serbuk putih
dipisahlan berdasarkan kelarutannya.
c. Kelarutan
Sampel 25 bentuk serbuk warna putih
Penentuan Pengamatan Kemungkinan
Air Sukar larut Alkohol, asam, alkaloid,
vitamin
Asam Larut Alkohol, asam, alkaloid,
vitamin
Basa larut Alkohol, asam, alkaloid,
vitamin
Pelarut Organik Sukar larut Alkohol, asam, alkaloid,
vitamin
Sampel 25 bentuk serbuk warna putih tulang
Penentuan Pengamatan Kemungkinan
Air Ada yang larut,
ada yang tidak
Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Asam Larut Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Basa Tidak larut Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Pelarut Organik Larut Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Sampel 25 bentuk Kristal
Penentuan Pengamatan Kemungkinan
Air larut Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Asam Larut Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Basa Larut Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
Pelarut Organik Larut Alkohol, asam,
alkaloid, vitamin
d. Uji Golongan
Sampel 25
Sampel 25 + H2SO4 p (ungu kehitaman)
Sampel 25 + HNO3 p (kuning)
Sampel 25 + FeCl3 (coklat muda)
Sampel 25 + Diazo A + Diazo B (coklat)
e. Reaksi Penegasan
Sampel 25
Sampel 25 + NaOH + Cu asetat (kuning jingga)
Sampel 25 + fehling A + fehling B (merah bata)
Sampel + H2SO4 p + K2Cr2O7 (hijau)
Sampel 25 + CuSO4 + NaOH (biru membentuk gel)
Sampel 25 + KMnO4 ungu (warna ungu
hilang, kemudian
coklat
VI. Pembahasan
Untuk mengidentifikasi suatu sampel secara kualilatif ada beberapa
prosedur yang harus dilakukan, diantaranya yaitu uji pendahuluan, uji
kelarutan, fluoresensi, uji nyala api, pirolisa, reaksi warna, reaksi
penggolongan, dan reaksi penegasan.
Sebelum identifikasi sampel dari suatu campuran obat terlebih
dahulu harus dilakukan pemisahan. Supaya matriks tidak mengganggu
reaksi.
Sampel 25, mempunyai bentuk makroskopik serbuk berwarna
putih, putih tulang, kristal, tidak berbau, rasa asam dan pahit.
Setelah organoleptik dari zat yang akan diidentifikasi diketahui,
selanjutnya dilihat kelarutannya. Sampel tersebut, larut dalam air, asam,
basa, atau dalam pelarut organik. Dari kelarutan sampel dalam pelarut
tertentu, kita dapat membuat hipotesis.
Sampel 25, bentuk kristal larut dalam air, asam, basa, dan pelarut
organic. Sampel bentuk serbuk berwarna putih sukar larut dalam air, larut
dalam asam dan basa, sukar larut dalam pelarut oganik. Sampel bentuk
serbuk putih tulang ada yang larut dalam air, ada yang tidak larut dalam
air, pelarut organik dan ada yang tidak, larut dalam asam dan pelarut
organik, dan tidak larut dalam basa.
Selanjutnya dilakukan uji penggolongan. Berdasarkan uji
penggolongan sampel nomor 25 merupakan golongan alkaloid,
antihistamin, dan vitamin.
Pengujian yang terakhir, yaitu uji penegasan. Uji penegasan
dilakukan untuk lebih meyakinkan dalam memberikan kesimpulan. Uji
penegasan merupakan uji yang spesifik untuk masing-masing zat.
Berdasarkan uji penegasan, sampel nomor 25 merupakan teofilin,
vitamin C, CTM, dan kofein. Seharusnya sampel nomor 34 merupakan
teofilin, vitamin C, vitamin K, dan efedrin HCl. Hasil reaksi kimia untuk
masing-masing uji penegasan menunjukkan reaksi positif untuk teofilin,
vitamin C, CTM, dan kofein. Kesalahan terjadi karena hasil reaksi
terutama yang menghasilkan warna memberikan warna-warna yang
hampir dekat, sehingga praktikan salah dalam memberikan kesimpulan.
Teofilin
Struktur teofilin
Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma
dan penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi
akut pada penyakit paru obstruktif kronik. Teofilin dapat meningkatkan
resiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan agonis reseptor
beta, seperti munculnya hipokalemia. Teofilin dimetabolisme oleh hati.
Pada pasien perokok atau gangguan fungsi hati dapat menyebabkan
perubahan kadar teofilin dalam darah. Kadar teofilin dalam darah dapat
meningkat pada gagal jantung, sirosis, infeksi virus dan pasien lanjut usia.
Kadar teofilin dapat menurun pada perokok, pengkonsumsi alkohol, dan
obat-obatan yang meningkatkan metabolisme di hati.
Teofilin mempunyai bentuk serbuk hablur, putih, tidak berbau,
pahit, mantap di udara. Teofilin larut dalam lebih kurang 180 bagian air,
lebih mudah larut dalam air panas, larut dalam lebih kurang 120 bagian
bagian etanol (95%)P, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida, dan
dalam ammonia encer P. (FI EDISI III, 1979)
Dalam pemeriksaan teofin terdeteksi dengan reaksi cuprifil.
Teofilin akan membentuk kompleks Cu berbentuk seperti gel pada saat
direaksikan dengan CuSO4 dan NaOH.
Vitamin C
Struktur vitamin C
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini
juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
.Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal
berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain
sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan,
seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini.
Vitamin (asam askorbat) berbentuk serbuk atau hablur,putih atau
agak kuning, tidak berbau, rasa asam, oleh pengaruh cahaya lambat laun
menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara, dalam larutan cepat
teroksidasi. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam
benzene P. (FI EDISI III, 1979)
Dalam pemeriksaan vitamin C terdeteksi dengan reaksi dengan
KMnO4. Vitamin C dapat mereduksi KMNO4. Warna KMNO4 yang
berwarna ungu akan hilang dan lama-kelamaan larutan akan menjadi
coklat. Vitamin C juga dapat mereduksi fehling A dan fehling B. hasil
reduksinya membentuk endapan merah bata.
Kofeina
Kofeina mempunyai bentuk serbuk atau hablur bentuk jarum
mengkilat biasanya menggumpal, putih, tidak berbau, rasa pahit. Kofeina
agak sukar larut dalam air, dan dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, sukar larut dalam eter P. (FI EDISI III, 1979)
Sampel 25 diduga mengandung kofeina karena memberikan hasil
positif dengan reaksi cuprifil menghasilkan warna hijau. Hasil analisis
tidak sesuai dengan data sebenarnya. Sampel nomor 25 tidak mengandung
kaffeina.
CTM
Sampel 25 diduga mengandung CTM karena memberikan hasil
positif pada saat direaksikan dengan H2SO4 dengan K2Cr2O7 menghasilkan
warna hijau. Hasil analisis tidak sesuai dengan data sebenarnya. Sampel
nomor 25 tidak mengandung CTM.
Efedrin HCl
OH
NH
H
Cl
ephedrine HCl
. Efedrin (EPH) adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra
yang biasa tumbuh di daerah Asia tengah. Tanaman ini biasanya hijau
sepanjang tahun dan biji keringnya digunakan sebagai obat. Efedrin
biasanya digunakan sebagai obat asma dan penurun berat badan. Efedrin
dijual dalam bentuk garam hidroklorida dan sulfat. Efedrin pertama kali
diisolasi dari tanaman Ephedra vulgaris pada tahun 1885 oleh Nagayoshi
Nagai.
Sampel 25 diduga tidak mengandung efedrin HCl karena memberikan
hasil negative dengan reaksi cuprifil. Efedrin akan menghasilkan warna
ungu dengan reaksi cuprifil. Sampel 25 menghasilkan warna hijau dengan
reaksi cuprifil.
Vitamin K
Vitamin K (K dari "Koagulations-Vitamin" dalam Bahasa Jerman dan
Bahasa DenmarkMmerujuk pada sekelompok vitamin lipofilik dan
hidrofobik yang dibutuhkan untuk modifikasi pascatranslasi dari berbagai
macam protein, seperti dalam proses pembekuan darah. Secara kimia
vitamin ini adalah turunan 2-metil-1,4-naftokuinona. Vitamin K bersifat
tahan panas, tetapi akan segera rusak apabila terpapar senyawa asam, basa,
dan cahaya matahari.
Pada manusia, vitamin K didapat dari nutrisi asupan makanan dan
mikroflora pada saluran pencernaan. Di dalam hati, vitamin K dibutuhkan
untuk mengaktivasi protrombin dengan reaksi karboksilasi gugus Glu pada
residu protein prekursornya. Asam glutamat yang mengalami reaksi
karboksilasi akan berubah menjadi asam karboksiglutamat gamma.
Vitamin K berbentuk serbuk hablur, kuning cerah, bau khas lemah,
oleh pengaruh cahaya warna menjadi coklat muda. Vitamin K praktis tidak
larut dalam air, agak sukar larut dalam kloroform P, dan dalam etanol (95%)
P, larut dalam benzene P, dan dalam minyak nabati. (FI EDISI III, 1979)
Sampel 25 diduga tidak mengandung vitamin K karena memberikan
hasil negative pada saat direaksikan dengan H2SO4 p dan HNO3 p. Vitamin
K bereaksi dengan H2SO4 p menghasilkan warna kuning coklat. Sampel 25
menghasilkan bening dengan H2SO4 p. Vitamin K bereaksi dengan HNO3 p
menghasilkan warna kuning. Sampel 25 menghasilkan warna jingga dengan
HNO3 p
VII. Kesimpulan
Setelah dilakukan uji organoleptik, uji kelarutan, uji golongan, dan uji
penegasan.
a. Sampel 25 merupakan golongan alkaloid dan vitamin.
b. Sampel 25 merupakan teofilin, efedrin HCl, vitamin C, dan vitamin K.
VIII. Daftar Pustaka
Farmakope Indonesia Edisi III.1979. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Ibrahim, Selamet(1983) Cara Cepat Identifikasi Obat. Bandung : ISFI
JABAR
Wikipedia (2010) efedrin HCl [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/efedrin HCl. [29 Desember 2010]
Wikipedia (2010) kofeina [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/kofeina.[29 Desember 2010]
Wikipedia (2010) teofilin [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/teofilin.[29 Desember 2010]
Wikipedia (2010) vitamin C [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/vitamin C. [28 Desember 2010]
Wikipedia (2010) vitamin K [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/vitamin K. [28 Desember 2010]