93496262 kajian interaksi obat pada pasien hiperlipidemia dengan komplikasi diabetes melitus tipe 2...
TRANSCRIPT
1
KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERLIPIDEMIA
DENGAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS TIPE 2 DI BANGSAL
PENYAKIT DALAM RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
NAMA : DESI MELIYANI
NIM : 0710096140071
1.1. Latar Belakang
Dengan meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan
dalam pengobatan pada saat ini, dan berkembangnya polifarmasi maka
kemungkinan terjadinya interaksi obat makin besar. Interaksi obat perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobatan (Quinn and Day, 1997).
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya
perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi berakibat pada pola
makan dan hidup masyarakat yang kurang baik yaitu: makanan tinggi
kalori, tinggi lemak dan kolesterol, merupakan makanan yang banyak
digemari masyarakat, yang berdampak terhadap meningkatnya resiko
berbagai penyakit (Hidayah, 2006).
Sari Proposal ini akan diseminarkan pada : Hari :
Tanggal :
Tempat :
Pembimbing : 1.
2. Uce Lestari, S. Farm, M. Farm, Apt
2
Pola makan penduduk dunia secara global telah berubah seiring
dengan perkembangan zaman yang menyebabkan majunya teknologi
pengolahan makanan dan meningkatnya kesejahteraan hidup. Perubahan
ini membawa dampak meningkatnya kecenderungan untuk mengkonsumsi
makanan berkolesterol tinggi yang dapat menyebabkan timbulnya
gangguan metabolisme lemak. Masalah metabolisme lemak yang
sering menjadi pembicaraan global adalah obesitas (ZULKARNAEN)
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh
seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak
akan bertambah besar dan kemudian jumlah bertambah banyak (Sugondo,
2007). dan terjadi gangguan metabolisme lemak, yang ditandai dengan
meningkatnya kadar beberapa zat turunan lemak seperti trigliserida dan
kolesterol.
Hiperlipidemia adalah penyakit yang sangat berhubungan obesitas.
Kurang lebih 38% pasien obesitas dengan indeks masa tubuh 27 adalah
penderita hiperlipidemia (ARTIKEL ZULKARNAEN)
Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu komponen lemak.
Seperti kita ketahui, lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat
diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral. Lemak merupakan salah satu sumber
energi yang memberikan kalori paling tinggi. Disamping sebagai salah
3
satu sumber energi, sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol
memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama
untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh. Kolesterol juga merupakan
bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid. Kolesterol yang kita
butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam
jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena asupan
makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai
makanan sampah (junkfood). Kolesterol dalam tubuh yang berlebihan
akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan menimbulkan
suatu kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau
pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya
penyakit jantung dan stroke. (http://www.medicastore.com)
Salah satu penyakit yang ditimbulkan akibat perubahan pola makan (gaya
hidup) adalah penyakit diabetes militus (DM).
Menurut survey yang dilakukan WHO, Indonesia menempati
urutan ke- empat dengan jumlah penderita terbesar di dunia setelah India,
Cina dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk.
Pada tahun 1995, pengidap diabetes menempati urutan pertama dari
seluruh penyakit yang disebabkan oleh kelainan endokrin, yaitu
diperkirakan mencapai 4,5 juta jiwa baik yang dirawat inap maupun yang
rawat jalan (DepKes RI, 2005).
Pada diabetes kadar kolesterol plasma biasanya meningkat,
dan ini memegang peranan dalam mempercepat terjadinya penyakit
4
atherosklerosis vaskuler yang merupakan komplikasi utama jangka
panjang diabetes pada manusia. Pada diabetes berat sintesis kolesterol
menurun, meningkatkan defisiensi protein yang melemahkan badan
sehingga dapat mengakibatkan kematian (Ganong, 1983).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mempelajari dan
mengidentifikasi interaksi obat yang terjadi selama penggunaan obat –
obatan pada pasien hiperlipidemia dengan komplikasi diabetes melitus tipe
2 di Bangsal Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi dengan harapan
penelitian ini dapat bermanfaat untuk pelayanan kesehatan, khususnya
dalam pemantauan interaksi obat terhadap pasien hiperlipidemia dengan
komplikasi diabetes melitus tipe 2, sehingga interaksi obat dapat dicegah
dan pilihan penggunaan obat yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahanapakah terjadi interaksi obat pada pasien hiperlipidemia
dengan komplikasi diabetes melitus tipe 2 di Bangsal Penyakit Dalam RSud
Raden Mattaher Jambi.
1.3.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya interaksi penggunaan obat pada pasien
hiperlipidemia dengan komplikasi diabetes melitus tipe 2 di Bangsal
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher jambi.
5
1.4.Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran pola penggunaan obat pada pasien
hiperlipidemia dengan komplikasi diabetes melitus tipe 2 di Bangsal
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher jambi
2. Sebagai evaluasi pemantauan interaksi obat pada pasien hiperlipidemia
dengan komplikasi diabetes melitus tipe 2 di Bangsal Penyakit Dalam
RSUD Raden Mataher Jambi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Interaksi Obat
2.1.1. Definisi Interaksi Obat
Secara singkat dapat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu obat
mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih
atau kurang aktif (Richard Harkness 1989)
Interaksi obat terjadi bila farmakokinetik dan farmakodinamik dari
obat dalam tubuh berubah oleh adanya satu atau lebih interaksi zat (Piscitelli
and Rodvold, 2001).
Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara
bersamaan, maka mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam
hal ini obat pertama dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang
atau memperpendek kerja obat kedua (Ernst Mutschler 1999) Menurut jenis
mekanisme kerja dibedakan :
a. interaksi farmakodinamika
b. interaksi farmakokinetika
2.1.2. Interaksi Farmakodinamika
interaksi farmakodinamika hanya diharapkan jika zat berkhasiat
yang saling mempengaruhi bekerja sinergis atau antagonis pada suatu
reseptor, pada suatu organ sasaran atau pada suatu rangkaian pengaturan
(Ernst Mutscher 1999)
7
Interaksi yang paling aman terjadi sinergisme antara dua obat yang
bekerja pada sistem, organ, sel atau enzim yang sama dengan
efekfarmakologi yang sama, sebaliknya antagonisme terjadi bila obat yang
berinteraksi memiliki efek farmakologi yang berlawanan. Hal ini
mengakibatkanpengurangan hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat
(Aslam et al., 2003).
2.1.3. Interaksi Farmakokinetika
Interaksi farmakokinetika dapat terjadi selama fase farmakokinetika
obat secara menyeluruh, juga pada absorbsi, distribusi, biotrasformasi dan
eliminasi (Ernst Mutschler 1999)
Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi
absorpsi,distribusi, metabolisme dan ekskresi (Aslam et al., 2003)
a. Absorpsi
Terjadi perubahan absorpsi pada gastrointestinal dengan berbagai
mekanisme.Suatu obat mengakibatkan absoprsi obat lain menjadi lebih
cepat, lambat, sedikitatau menjadi berlebih. Perubahannya bisa terjadi pada
pH saluran cerna, florausus, terjadi kompleksasi, atau perubahan motilitas
saluran cerna (Tatro, 2001).
b. Distribusi
Setelah obat diabsorpsi ke dalam pembuluh darah, kebanyakan obat
akanberikatan dengan protein plasma. Obat yang bersifat asam berikatan
padaalbumin, sedangkan obat yang bersifat basa berikatan pada alpha1-
acidglikoprotein (Tatro, 2001).
8
c. Metabolisme
Sebagian besar obat dimetabolisme di hati, terutama oleh enzim
sitokrom P450 monooksigenase. Induksi enzim oleh suatu obat dapat
meningkatkan kecepatanmetabolisme obat lain dan mengurangi efeknya.
Sebaliknya inhibisi enzim dapat mengakibatkan akumulasi dan peningkatan
toksisitas obat lain (Aslam et al.,2003).
d. Ekskresi
Obat itu diekskresi melalui ginjal dengan filtrasi glomerulus dan sekresi
tubuler aktif. Jadi, obat yang mempengaruhi ekskresi obat melalui ginjal
dapat mempengaruhi konsentrasi obat lain dalam plasma (Aslam et al.,
2003).
2.2. Hiperlipidemia
2.2.1. Definisi Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah keadaan terdapatnya akumulasi berlebih
salah satu atau lebih lipid utama dalam plasma, sebagai manifestasi kelainan
metabolisme atau transportasi atau lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia
dinyatakan sebagai hiperkolestrolemia, hipertrigliseridemia, atau kombinasi
keduanya. Hiperlipidemia dapat terjadi karena efek transportasi lipid atau
karena produksi endogen berlebihan. Kelainan ini dapat terjadi secara
primer (hiperlipidemia primer) maupun sekunder akibat penyakit lain
(hiperlipidemia sekunder).
2.2.1. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hiperlipidemia dibagi menjadi :
9
1. Hiperlipidemia primer
2. Hiperlipidemia sekunder
2.3. Diabetes Melitus
2.3.1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah penyakit pada orang yang kelenjar
pankreasnya gagal menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau yang
tubuhnya tak dapat menggunakan insulin dengan baik (Richard Harkness
1989)
2.3.3. Klasifikasi Diabetes Melitus
Secara garis besar, penyakit diabetes mellitus dikelompokkan menjadi 4:
1. Diabetes mellitus tipe 1, terjadi akibat kerusakan sel beta pankreas yang
menyebabkan kekurangan insulin absolut. Penyebabnya adalah faktor imun
dan idiopati.
2. Diabetes mellitus tipe 2, penyebabnya adalah kombinasi resistensi
aktifitas insulin dan tidak cukupnya respon sekresi insulin. Diabetes tipe 2
ini merupakan yang paling tinggi prevalensinya.
3. Diabetes gestasional, didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang
terjadi selama kehamilan. Terjadi pada sekitar 7% dari seluruh kehamilan.
4. Diabetes tipe spesifik lainnya, disebabkan oleh :
- kerusakan genetik fungsi sel beta pankreas
10
- kerusakan genetik aktifitas insulin
- penyakit pada pankreas
- endokrinopati
- induksi obat atau bahan kimia
- infeksi
- diabetes akibat faktor imun yang tidak biasa
- sindrom genetik lainnya yang terkadang berhubungan (Dipiro; 2005).
Terapi diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a. Non farmakologi : dapat dilakukan dengan diet rendah karbohidrat
dan meningkatkan aktifitas fisik seperti olah raga.
b. Farmakologi:
- insulin
- golongan sulfonil urea
- golongan biguanida
- tiazolidindion
- inhibitor α-glukosidase (Dipiro dkk, 2005)
11
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama tiga bulan, di Bangsal Penyakit Dalam RSUD
Raden Mattaher Jambi.
3.2 Metodologi Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi menggunakan data
prospektif dengan metoda purposive sampling.
3.2.2 Jenis Data
Data yang diambil adalah interaksi obat yang terjadi pada terapi
hiperlipidemia dengan komplikasi diabetes melitus tipe 2
3.2.3 Sumber data
12
Sumber data meliputi pasien hiperlipidemia dengan komplikasi diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Raden Mataher Jambi.
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Penetapan Kriteria Penderita
Pasien Rawat inap yang menderita hiperlipidemia dengan komplikasi
diabetes melitus tipe 2 di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher
Jambi.
3.3.2. Pengambilan data
Pengambilan Data di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher
Jambi meliputi pasien rawat inap yang menjalani pengobatan
hiperlipidemia dengan komplikasi diabetes melitus tipe 2 dan interaksi
obat yang terjadi.
3.3.3. Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan
Data yang diperoleh dibandingkan terhadap kriteria penggunaan obat
berdasarkan literatur-literatur ilmiah yang telah ditetapkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Quinn D.I and Day R.O, 1997, Clinically Important Drug Interactions,
in Avery’s Drug Treatment, 4 th edition, Adis International Limited, Aucland
New Zealand, p. 301.
Hidayati, Siti N. 2006. Obesitas Pada Anak.
http://www.Pediatrik.com/buletin
/06224113652-048qwc.doc, diakses .
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. 2003.Farmasi Klinis (Clinical
Pharmacy).Jakarta:Elex MediaKomputindo.
Harness, R. 1989.Interaksi Obat. Penerjemah: Goeswin Agus dan
Mathilda Widianto. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Piscitelli, S.C &Rodvold, K.A. 2001.Drug Interactions in Infectious
Diseases.Totowa. NJ: Humana Press.
14
Tatro, D.S. 2001.Drug Interaction Facts (5th
ed) .St Louis Missouri: A
Wolters Kluwer Company.