910

35
ISSN 0215 - 8250 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF TERHADAP PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS oleh I Nyoman Sudyana Universitas Palangka Raya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji secara empirik keunggulan komparatif penerapan model pembelajaran generatif dan strategi kooperatif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa Sekolah Menegah Atas (SMA). Penelitian ini didesain dengan rancangan pretest-postest nonequivalent control group yang menerapkan tehnik pengukuran dua faktor versi faktorial 2x2. Sampel penelitian sebanyak 148 orang yang diambil dari 1059 orang siswa sekolah menengah atas negeri di kota Palangka Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran generatif lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, (2) strategi belajar kooperatif Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan strategi belajar kooperatif STAD, dan (3) tidak ada pengaruh interaktif antara model pembelajaran dan ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007 980

Upload: lalaluxxx

Post on 31-Jul-2015

15 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 910

ISSN 0215 - 8250

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF TERHADAP PEMAHAMAN DAN HASIL

BELAJAR KIMIA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

olehI Nyoman Sudyana

Universitas Palangka Raya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menguji secara empirik keunggulan komparatif penerapan model pembelajaran generatif dan strategi kooperatif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa Sekolah Menegah Atas (SMA). Penelitian ini didesain dengan rancangan pretest-postest nonequivalent control group yang menerapkan tehnik pengukuran dua faktor versi faktorial 2x2. Sampel penelitian sebanyak 148 orang yang diambil dari 1059 orang siswa sekolah menengah atas negeri di kota Palangka Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran generatif lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, (2) strategi belajar kooperatif Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan strategi belajar kooperatif STAD, dan (3) tidak ada pengaruh interaktif antara model pembelajaran dan tipe strategi belajar kooperatif terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia.

Kata kunci : pembelajaran generatif, strategi kooperatif, pemahaman, kimia

ABSTRACT

The purposes of this study are to examine the comparative superiority of the Generative Learning Model and Cooperative Strategy with Conventional Instructional Model in understanding and achievement in chemistry senior high school Students. This research was designed by factorial 2x2 version of pretest-postest non-equivalent control group. The ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

980

Page 2: 910

ISSN 0215 - 8250

samples were 148 students taken by cluster random sampling technique from a population of 1509 students in year two of senior high schools in Palangka Raya. The findings are: (1) generative learning model more efective than conventional instructional, (2) cooperative Jigsaw more effective than cooperative STAD, and (3) no interaction effect was found between model of learning and cooperative strategy on understanding and achievement in chemistry.

Key words : generative learning, cooperative strategy, understanding, chemistry

1. Pendahuluan

Pemahaman merupakan salah satu modal dasar bagi setiap manusia

dalam menyongsong kehidupannya pada masa yang akan datang, karena

kehidupan pada masa yang akan datang sangat tergantung pada temuan-

temuan dan terobosan-terobosan dalam bidang sains dan teknologi.

Pengembangan sains dan teknologi sangat tergantung pada minat serta

penguasaan generasi muda pada prinsip-prinsip matematika dan sains.

Sayangnya, masih cukup banyak anak Indonesia yang masih menganggap

mata pelajaran Sains sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan

(Ardhana, et al., 2004). Pemahaman mereka terhadap konsep dan prinsip

sains masih rendah. Mereka lebih cenderung menghafal daripada

memahami (Nakhleh & Mitchell, 1993). Pemahaman merupakan perangkat

standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi, sehingga

dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang

kehidupan (Yulaelawaty, 2002). Bertitik tolak pada kurikulum berbasis

kompetensi, kompetensi merupakan persyaratan bagi seseorang di dalam

menyelesaikan pendidikan (Puskur, 2002). Dengan demikian, pemahaman

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam belajar.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

981

Page 3: 910

ISSN 0215 - 8250

Kimia adalah salah satu bidang kajian yang termasuk dalam rumpun

sains. Materi pelajaran Kimia tersusun secara hirarki mulai dari konsep-

konsep dasar sampai pada konsep-konsep yang kompleks. Jika siswa dapat

mengkaitkan antara konsep satu dengan konsep lainnya, maka siswa

tersebut telah memiliki pemahaman yang utuh akan konsep tersebut, jika

tidak akan menyebabkan proposisi yang salah sehingga menimbulkan

terjadinya kesalahan dalam memahami konsep. Suatu pemahaman konsep

menurut pandangan pembelajaran generatif akan terbentuk dalam ingatan

apabila terjadi hubungan bermakna antara informasi baru dengan struktur

kognitif yang telah ada. Konsep yang baru terbentuk akan dievaluasi dan

diuji dengan aspek ingatan yang lainnya yang pada akhirnya dapat

dipahami.

Pengajaran Kimia dewasa ini, baik hasil penelitian di luar dan di

dalam negeri kurang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari angka

kelulusan siswa pada ujian nasional rendah. Pemahaman siswa juga

menunjukkan kualitas relatif rendah (Ahmad, 1998; Banerjee, 1991;

Hackling & Garnett, 1985; Niaz, 1995; Pannen, 2003;). Dengan demikian,

dalam pengajaran Kimia perlu dipikirkan secara cermat bagaimana

memandu siswa dalam pembelajaran. Harapan inilah yang mendorong

perlunya landasan teoretik, konseptual, dan operasional dalam perumusan

tujuan-tujuan pembelajaran dan pengembangan desain-desain pembelajaran

Kimia yang lebih memusatkan perhatian pada pengaktifan pengetahuan

awal siswa, cara-cara penanggulangan kesulitan-kesulitan belajar siswa,

dan belajar untuk pemahaman.

Model pembelajaran generatif (Osborne & Wittrock, 1985),

menjabarkan kegiatan belajar pada dasarnya sebagai pemrosesan informasi

melalui beberapa tahap. Tahap awal adalah penyaringan informasi dengan

menguji kemungkinan keterkaiatan informasi yang baru dengan struktur

kognitif yang dimiliki siswa. Jika langkah ini tidak berhasil, maka proses ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

982

Page 4: 910

ISSN 0215 - 8250

belajar selanjutnya tidak terjadi, dan siswa akan bersandar pada rote

learning jika mereka harus mengingat informasi baru itu. Jika proses

pengkaitan dengan struktur kognitif yang telah ada sukses, tahap berikutnya

adalah pembentukan makna idiosinkretik yang bersifat sementara untuk

diuji dengan ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang yang

merupakan bagian dari struktur kognitif siswa. Apabila langkah-langkah ini

berhasil, maka struktur kognitif yang telah ada akan diperkaya dengan

unsur baru yang akan memperbesar kapasitasnya untuk melaksanakan

tugas-tugas belajar pada masa yang akan datang. Rekonstruksi pemahaman

umumnya lebih banyak terjadi melalui proses akomodasi daripada proses

asimilasi. Suatu pemahaman konsep menurut pandangan pembelajaran

generatif akan terbentuk dalam ingatan apabila terjadi hubungan bermakna

antara informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada. Konsep yang

baru terbentuk akan dievaluasi dan diuji dengan aspek ingatan yang lainnya

yang pada akhirnya dapat dipahami. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa penerapan pembelajaran generatif dalam sains terbukti dapat

meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar siswa (Linden &

Wittrock, 1981; Mackenzie & White, 1982; Osborne & Wittrock, 1983;

Katu, 1995; Maria, 1999; Sumadi, 2000; dan Tika, (2000).

Pengemasan pembelajaran dewasa ini sering berdasarkan pada

asumsi-asumsi yang tidak sejalan dengan hakikat belajar dan pembelajaran.

Dunia belajar didekati dengan paradigma yang tidak mampu

menggambarkan hakikat belajar dan pembelajaran secara komprehensif.

Kemasan pembelajaran yang sering ditemukan sekarang ini hanya

menitikberatkan pada tuntutan kemampuan hafalan, memecahkan masalah

lama, penanaman prilaku yang konfrontatif dan seragam dengan pola

pengajaran bernuansa kompetitif dan persaingan (Ardhana, 2000).

Beberapa ahli menyatakan, kemasan pembelajaran yang memiliki aspek

kolaborasi adalah kemasan pembelajaran kooperatif (Bennett, et al., 1991; ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

983

Page 5: 910

ISSN 0215 - 8250

Dunlap & Grabinger, 1996; Heinich, et al., 2002; Jacob, 1999; Slavin,

1995).

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, nampaknya

kualitias proses pembelajaran Kimia di SMA perlu ditingkatkan, terutama

pada pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa. Upaya peningkatan proses

pembelajaran tersebut utamanya ditujukan agar dapat menyediakan

lingkungan belajar untuk pemahaman (environment of learning for

understanding)

Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menguji keampuhan model pembelajaran generatif untuk

pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa yang lebih baik. Pengujian ini

dilakukan dengan cara membandingkan pengaruh model pembelajaran

generatif dengan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman

dan hasil belajar Kimia. Penelitian ini juga menguji apakah strategi belajar

kooperatif pada kedua model pembelajaran dapat meningkatkan

pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran dua faktor dalam

versi faktorial 2x2 pretest-postest nonequivalent control group design.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas dua SMA Negeri di Kota

Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah pada semester pertama tahun

pelajaran 2004/2005. Sekolah-sekolah populasi meliputi SMA Negeri 1

Palangkaraya, SMA Negeri 2 Palangkaraya, SMA Negeri 3 Palangkaraya,

dan SMA Negeri 4 Palangkaraya. Populasinya adalah siswa kelas dua

sekolah menengah atas negeri di kota Palangka Raya sebesar 1509 siswa

dari 37 kelas di 4 buah sekolah.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random

sampling (Ardhana, 1988; Cochran, 1991; Long, et al., 1985). Dari empat ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

984

Page 6: 910

ISSN 0215 - 8250

sekolah tersebut dipilih secara random dua sekolah sebagai sampel

penelitian. Pada masing-masing sekolah sampel dipilih secara random dua

kelas sampel, sehingga diperoleh empat kelas sampel yang akan terlibat

dalam penelitian ini. Salah satu dari dua sekolah tersebut ditetapkan secara

random sebagai kelompok belajar dengan menggunakan model

pembelajaran generatif (kelompok MPG), dan kelompok lainnya sebagai

kelompok belajar yang menggunakan model pembelajaran konvensional

(kelompok MPK). Pada masing-masing sekolah ditetapkan pula secara

random kelas-kelas yang menggunakan strategi belajar kooperatif tipe

Jigsaw dan strategi belajar kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas dan dua variabel

terikat. Variabel bebas yang pertama adalah model pembelajaran dan yang

kedua adalah strategi belajar kooperatif. Variabel bebas model

pembelajaran memiliki dua dimensi, yaitu: (1) Model Pembelajaran

Generatif (MPG) dan (2) Model Pembelajaran Konvensional (MPK).

Variabel bebas Strategi Belajar Kooperatif juga memiliki dua dimensi,

yaitu (1) Strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw (JIG) dan (2) Strategi

belajar kooperatif tipe STAD (STD). Variabel terikat adalah pemahaman

Kimia siswa yang diukur soal-soal pemahaman (PH) dan soal-soal hasil

belajar (HB).

Untuk mengukur variabel-variabel penelitian yang menjadi dampak

langsung dari perlakuan dan yang diperlukan sebagai unit analisis utama

penelitian, yaitu tes pemahaman konsep dan tes hasil belajar. Bentuk tes

pemahaman dan hasil belajar dituangkan dalam bentuk pilihan ganda yang

diperluas.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa

dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kesetimbangan Kimia. Data

dianalisis secara deskriptif dan menggunakan multivariate analysis of

variance (MANOVA). Uji normalitas sebaran data menggunakan statistik ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

985

Page 7: 910

ISSN 0215 - 8250

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Uji homogenitas matriks varian-

kovarian dilakukan dengan menggunakan Box’s Test dan uji kesalahan

varian dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

3.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini menguji (1) pengaruh model pembelajaran terhadap

pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa, (2) pengaruh strategi belajar

kooperatif terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa, dan (3)

pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan strategi belajar

kooperatif terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa dengan

menggunakan analis MANOVA.

Hasil analisis MANOVA faktorial 2x2 dimaksudkan untuk

menjawab masalah ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama dan

sendiri-sendiri dari variabel bebas model pembelajaran dan strategi belajar

kooperatif terhadap variabel terikat pemahaman Kimia dan hasil belajar

Kimia disajikan pada tabel 01 untuk pengaruh secara bersama-sama dan

tabel 02 untuk pengaruh sendiri-sendiri.

Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini ada sembilan hipotesis nol yang diuji (dengan

menggunakan taraf signifikan = 0,05). Kesembilan hipotesis nol tersebut

adalah sebagai berikut. (1) Tidak ada perbedaan pemahaman dan hasil

belajar secara bersama-sama kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran generatif dan konvensional. (2)

Tidak ada perbedaan pemahaman dan hasil belajar secara bersama-sama

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD. (3) Tidak ada

pengaruh interaktif dari model-model pembelajaran (model pembelajaran ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

986

Page 8: 910

ISSN 0215 - 8250

generatif versus model pembelajaran konvensional) dan strategi belajar

kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD secara bersama-sama terhadap

pemahaman dan hasil belajar. (4) Tidak ada perbedaan pemahaman antara

kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran generatif dengan kelompok siswa yang menggunakan model

pembelajaran konvensional. (5) Tidak ada perbedaan pemahaman antara

kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan strategi

belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan kelompok siswa yang menggunakan

strategi belajar kooperatif tipe STAD. (6) Tidak ada perbedaan kemampuan

pemahaman siswa sebagai akibat pengaruh interaktif dari implementasi

model pembelajaran (model pembelajaran generatif versus model

pembelajaran konvensional) dengan strategi belajar kooperatif (kooperatif

tipe Jigsaw dan kooperatif tipe STAD). (7) Tidak ada perbedaan hasil

belajar siswa antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran generatif dengan kelompok siswa yang

menggunakan model pembelajaran konvensional. (8) Tidak ada perbedaan

hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan

menggunakan strategi belajar belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan

kelompok siswa yang menggunakan strategi belajar kooperatif tipe STAD.

Dan (9) Ada perbedaan hasil belajar siswa sebagai akibat dari pengaruh

interaktif dari implementasi model pembelajaran (model pembelajaran

generatif versus model pembelajaran konvensional) dengan strategi belajar

kooperatif (kooperatif tipe Jigsaw dan kooperatif tipe STAD).

Untuk menguji semua hipotesis tersebut, dilakukan MANOVA

faktorial 2x2. Ringkasan hasil analisisnya disajikan pada tabel 01 dan 02.

Dari tabel 01, hipotesis nol 1 dan 2 ditolak, sedangkan hipotesis 3 diterima.

Jadi ada pengaruh variabel model pembelajaran dan strategi belajar

kooperatif secara bersama-sama terhadap pemahaman dan hasil belajar,

tetapi tidak ada pengaruh interaktif dari model-model pembelajaran (model ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

987

Page 9: 910

ISSN 0215 - 8250

pembelajaran generatif versus model pembelajaran konvensional) dan

strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD secara bersama-sama

terhadap pemahaman dan hasil belajar.

Tabel 02 menyajikan ringkasan hasil MANOVA uji pengaruh

sendiri-sendiri variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil pengujian

hipotesis memperlihatkan temuan-temuan sebagai berikut. Pertama,

hipotesis nomor 4 ditolak. Jadi ada perbedaan pemahaman antara kelompok

siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

generatif dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran

konvensional. Kedua, hipotesis nomor 5 ditolak. Jadi ada perbedaan

pemahaman antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan

menggunakan strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan kelompok

siswa yang menggunakan strategi belajar kooperatif tipe STAD.

Tabel 01 : Ringkasan Hasil Uji MultivariatEffect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Intercept Pillai's Trace .985 4618.673 2.000 143.000 .000 Wilks' Lambda .015 4618.673 2.000 143.000 .000 Hotelling's Trace 64.597 4618.673 2.000 143.000 .000 Roy's Largest Root 64.597 4618.673 2.000 143.000 .000

MODEL Pillai's Trace .510 74.388 2.000 143.000 .000

Wilks' Lambda .490 74.388 2.000 143.000 .000

Hotelling's Trace 1.040 74.388 2.000 143.000 .000

Roy's Largest Root 1.040 74.388 2.000 143.000 .000

KOOP Pillai's Trace .360 42.850 2.000 143.000 .000

Wilks' Lambda .640 42.850 2.000 143.000 .000

Hotelling's Trace .563 42.850 2.000 143.000 .000

Roy's Largest Root .563 42.850 2.000 143.000 .000

MODEL*KOOP Pillai's Trace .005 .362 2.000 143.000 .697

Wilks' Lambda .995 .362 2.000 143.000 .697

Hotelling's Trace .005 .362 2.000 143.000 .697

Roy's Largest Root .005 .362 2.000 143.000 .697

Ketiga, hipotesis nomor 6 diterima. Jadi tidak ada perbedaan kemampuan

pemahaman siswa sebagai akibat pengaruh interaktif dari implementasi

model pembelajaran (model pembelajaran generatif versus model ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

988

Page 10: 910

ISSN 0215 - 8250

pembelajaran konvensional) dengan strategi belajar kooperatif (kooperatif

tipe Jigsaw dan kooperatif tipe STAD). Keempat, hipotesis nomor 7 ditolak.

Jadi ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang

diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran generatif

dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran

konvensional.

Tabel 02 : Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Antar Subyek EksperimenSource Dependent

VariableType III Sum of

Squaresdf Mean Square F Sig.

Corrected Model Pemahaman 1953.318 3 651.106 25.693 .000 Hasil Belajar 1876.027 3 625.342 69.689 .000 Intercept Pemahaman 64472.439 1 64472.439 2544.098 .000 Hasil Belajar 767735.811 1 767735.811 8551.525 .000 MODEL Pemahaman 1411.142 1 1411.142 55.684 .000 Hasil Belajar 1146.919 1 1146.919 127.814 .000 KOOP Pemahaman 525.953 1 525.953 20.754 .000 Hasil Belajar 726.919 1 726.919 81.009 .000 KOOP*MODEL Pemahaman 16.223 1 16.223 .640 .425 Hasil Belajar 2.189 1 2.189 .224 .622 Error Pemahaman 3649.243 144 25.342 Hasil Belajar 1292.162 144 8.973 Total Pemahaman 70075.000 148 Hasil Belajar 79904.000 148 Corrected Total Pemahaman 5602.561 147 Hasil Belajar 3168.189 147

Kelima, hipotesis nomor 8 ditolak. Jadi ada perbedaan hasil belajar siswa

antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan

strategi belajar belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan kelompok siswa yang

menggunakanstrategi belajar kooperatif tipe STAD. Keenam, hipotesis

nomor 9 diterima. Jadi tidak ada perbedaan hasil belajar siswa sebagai

akibat dari pengaruh interaktif dari implementasi model pembelajaran

(model pembelajaran generatif versus model pembelajaran konvensional)

denga strategi belajar kooperatif (kooperatif tipe Jigsaw dan kooperatif tipe

STAD).

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

989

Page 11: 910

ISSN 0215 - 8250

3.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman dan hasil belajar

antara siswa yang melakukan pembelajaran generatif dan pembelajaran

konvensional adalah berbeda signifikan. Pemahaman dan hasil belajar

siswa pada kelompok model pembelajaran generatif lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok siswa dengan model pembelajaran

konvensional. Walaupun secara diskriptif, hanya pemahaman yang berada

pada kategori baik, sedangkan hasil belajar siswa masih berada dalam

kategori sedang.

Ardhana, et al., 2004, juga telah melakukan penelitian penerapan

pembelajaran inovatif model pembelajaran generatif dalam pembelajaran

Kimia pada siswa kelas 2 sekolah-sekolah menengah atas negeri di Kota

Malang dan di Kota Palangka Raya. Mereka menemukan bahwa siswa yang

difasilitasi dengan model pembelajaran generatif secara signifikan

menampilkan pemahaman dan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok siswa yang difasilitasi dengan model pembelajaran

konvensional. Sumadi (2000), mengimplementasikan model pem-belajaran

generatif pada mata kuliah Analisis Real pada mahasiswa program studi

Pendidikan Matematika di Singaraja, ia mendapatkan hasil bahwa rerata

prestasi akademik mahasiswa meningkat, karena penguasaan konsep dan

meningkatkan kualitas interaksi serta aktivitas mereka dalam menggunakan

buku ajar, sedangkan Tika (2000), dalam pembelajaran Fisika pada siswa

SMU Negeri di Singaraja menyatakan bahwa model pembelajaran generatif

secara signifikan lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional

dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Linden & Wittrock (1981)

menemukan bahwa model belajar generatif dapat meningkatkan

pemahaman siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

990

Page 12: 910

ISSN 0215 - 8250

3.2.1 Strategi Belajar Kooperatif yang Akomodatif dalam Pencapaian

Pemahaman dan Hasil Belajar Kimia

Model Pembelajaran generatif bertumpu pada proses generasi yang

pertama kali digagas oleh Wittrock (1974). Penerapan model ini dalam

pengajaran meliputi empat fase, yaitu: (1) proses motivasi, (2) proses

belajar, (3) proses penciptaan pengetahuan, dan (4) proses generatif. Dalam

penelitian ini keempat proses tersebut dikemas dalam teks ajar dan

dipadukan dengan Strategi belajar kooperatif Jigsaw dan STAD.

Sebagai teknologi perangkat lunak dalam pembelajaran, Strategi

belajar kooperatif telah menambah momentum pendidikan formal dan

informal dari dua kekuatan yaitu realitas praktek (bahwa kehidupan di

masyarakat memerlukan aktivitas-aktivitas dan keterampilan kolaboratif)

dan tumbuhnya kesadaran akan interaksi sosial dalam mewujudkan

pembelajaran yang bermakna (Heinich, et al., 2002). Banyak isu

berkembang terkait dengan belajar kooperatif. Rahayu (1988), menyatakan

pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengembangkan siswa

dalam hal keaktifan dan kemandirian, berpikir kritis dan teratur, disiplin,

serta keberanian untuk mengambil keputusan. Antil, et al., (1998)

menyatakan bahwa pembangunan makna dalam kegiatan belajar

memerlukan interaksi sosial melalui pembelajaran kooperatif sebagai peer

mediated instruction. Costa (1999) menyatakan bahwa membuat makna

tidak hanya dilakukan oleh individual saja, interaksi individu dengan

individu lainnya dapat membangun dan berbagi pengetahuan. Strategi

belajar kooperatif berfungsi sebagai pendekatan hands-on (Abem-Rindell,

1999) dan minds-on yang berbasis pada dugaan siswa akan belajar lebih

jika guru memberikan mereka sedikit. Gregory, et al., (2002) menyatakan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan daya nalar (reasoning) siswa

dalam belajar kesetimbangan Kimia.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

991

Page 13: 910

ISSN 0215 - 8250

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, strategi belajar

kooperatif diduga tepat didisain sebagai strategi belajar yang dipadukan

dengan model belajar generatif. Sampai saat ini, belum banyak penelitian

yang mengusut pengaruh komparatif kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD

sebagai strategi belajar yang dipadukan dengan model pembelajaran

generatif terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan signifikan pemahaman dan hasil

belajar Kimia antar kelompok dalam Strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw

dan tipe STAD. Berdasarkan hasil uji komparasi pasangan strategi belajar

kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa pencapaian pemahaman dan hasil belajar strategi belajar kooperatif

tipe Jigsaw lebih unggul dibandingkan dengan tipe STAD.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

992

Page 14: 910

ISSN 0215 - 8250

3.2.2 Model Pembelajaran Generatif versus Model Pembelajaran

Konvensional dalam Mengakomodasi Strategi Belajar Kooperatif

Menurut O’Mallley & Pierce, (1996) model pembelajaran

konvensional, belajar merupakan proses transmisi pengetahuan secara linier

dari guru ke siswa. Dengan ungkapan lain, dapat dikatakan bahwa

pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran

siswa. Tampak bahwa model pembelajaran konvensional cenderung

memanjakan potensi berpikir siswa dalam mengatasi masalah belajar. Teori

belajar generatif menjelaskan bagaimana seorang siswa membangun

pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu

fenomena alam atau membangun suatu arti tentang istilah dan juga

membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang

pertanyaan bagaimana dan mengapa. Intisari dari belajar generatif adalah

bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru

dengan aktif mengkonstruksi suatu interpretasi dari informasi tersebut

kemudian membuat kesimpulan. Otak bukanlah suatu blank slate yang

dengan pasif belajar dan mencatat informasi yang datang (Wittrock, 1974).

Dalam model belajar generatif yang perlu mendapat perhatian adalah

motivasi, perhatian, konsepsi awal (pengetahuan awal) dan pengalaman

belajar (Osborne & Wittrock, 1983). Jadi proses pengkonstruksian makna

merupakan tindakan aktif, berpikir kritis, dan kreatif siswa melalui proses

asimilasi, akomodasi, dan berbagi pengalaman dengan teman sebaya.

Artinya konsepsi awal dan pengalaman belajar merupakan dasar

pembelajaran dalam pencapaian asimilasi dan akomodasi dan pentingnya

strategi belajar kooperatif untuk mengakomodasi proses berbagi

pengalaman antarsiswa. Jelas bahwa model belajar generatif cenderung

lebih memfasilitasi siswa untuk berlatih menggunakan keterampilan

berpikir dalam belajar.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

993

Page 15: 910

ISSN 0215 - 8250

Model belajar generatif merupakan model belajar yang

mengakumulasi motivasi, konsepsi awal dan pengalaman belajar (Osborne

& Wittrock, 1983). Sebagai fasilitas belajar, model pembelajaran generatif

yang dipadukan dengan teks generatif yang dapat mengaktifkan

pengetahuan awal dan pengalaman belajar siswa. Ciri khas model ini adalah

memberi kesempatan pada siswa untuk membangun kesan mengenai topik

yang akan dibahas dengan mengaitkan materi dengan pengalaman mereka

sehari-hari; pengungkapan ide-ide siswa; tantangan dan restrukturisasi

untuk memunculkan konflik kognitif; penerapan untuk menguji ide-ide

alternatif siswa, dan melihat kembali untuk mengevaluasi kelemahan dari

model lama. Dalam model belajar ini siswa diharapkan dapat mengutarakan

konsepsinya dengan disertai argumentasi untuk mendukung konsepsinya

tersebut dan diharapkan juga dapat beradu argumentasi dengan siswa lain.

Hal ini akan membiasakan siswa menghargai konsepsi orang lain dan

terbiasa mengemukakan pendapatnya tanpa dibebani rasa ingin menang

atau takut kalah serta melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Model belajar konvensional yang mendominasi praktek

pembelajaran Kimia dewasa ini merupakan pembelajaran transmisi atau

pembelajaran linier (O’Malley & Pierce, 1996). Esensi pembelajaran

konvensional adalah guru menyiapkan dan mentransmisikan informasi,

siswa menerima, menyimpan, mengolah, menguasai informasi serta

menerima balikan. Evaluasi yang menuntut penguasaan konsep. Sejalan

dengan paradigma tersebut, model pembelajaran konvensional dikemas

dalam bentuk teks konvensional dengan ciri-ciri sebagai berikut.

Menyediakan konsep dan prinsip, meyediakan contoh penerapan konsep,

dan menyediakan soal-soal latihan.

Strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw berbasis learning by doing.

Pembelajaran (doing) terjadi pada interaksi dalam kelompok pada saat

diskusi yang dipandu oleh siswa yang berperan sebagai expert. Sementara, ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

994

Page 16: 910

ISSN 0215 - 8250

strategi belajar kooperatif tipe STAD juga berbasis learning by doing dalam

taraf yang lebih rendah dari kooperatif tipe Jigsaw, karena menerima

informasi dengan memandang guru sebagai expert, mengolah dan

menguasai informasi, belajar untuk menyiapkan ujian.

Gambar 01. Profil interaksi model dan strategi belajar kooperatif

Berdasarkan hasil kajian literatur, model pembelajaran generatif dan

strategi belajar kooperatif, diduga bahwa dalam pencapaian pemahaman

dan hasil belajar, strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw akan berinteraksi

dengan model pembelajaran generatif dan strategi belajar kooperatif tipe

STAD akan berinteraksi dengan model pembelajaran konvensional. Namun

hasil penelitian tidak mendukung dugaan tersebut. Ada tiga hal yang

kemungkinan sebagai faktor penyebab tidak terjadinya interaksi tersebut,

antara lain (1) siswa kurang senang membaca untuk menggali pemahaman

terhadap pesan dalam teks, (2) dua keterbatasan waktu belajar di sekolah,

dan ketiga siswa belum terbiasa belajar dalam strategi belajar kooperatif.

Namun bila dilihat dari profil interaksi yang ditunjukkan pada

Gambar 01, terlihat bahwa dalam penelitian ini mendukung landasan

teoretik, yaitu dalam pencapaian pemahaman dan hasil belajar model

pembelajaran generatif berinteraksi dengan strategi belajar kooperatif tipe ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

995

Pemahaman Hasil belajar

Page 17: 910

ISSN 0215 - 8250

Jigsaw dan tipe STAD. Di samping itu dalam pencapaian pemahaman dan

hasil belajar interaksi antara model-model pembelajaran dan strategi-

strategi belajar kooperatif didominasi oleh model pembelajaran generatif

walaupun secara statistik tidak signifikan.

4. Penutup

Hasil eksperimen penerapan model pembelajaran generatif dan

strategi belajar kooperatif dalam pembelajaran Kimia siswa SMA

memberikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. (1) Terdapat

pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran generatif

dibandingkan dengan model konvensional dalam mencapai pemahaman dan

hasil belajar Kimia siswa; (2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara

strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan strategi belajar

kooperatif tipe STAD dalam pencapaian pemahaman dan hasil belajar

Kimia siswa; (3) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan interaksi antara

model pembelajaran dan strategi belajar kooperatif dalam pencapaian

pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa.

Jadi model pembelajaran generatif dan strategi belajar kooperatif

tipe Jigsaw berpengaruh efektif terhadap peningkatan pemahaman dan hasil

belajar Kimia siswa sekolah menengah atas.

DAFTAR PUSTAKA

Abern, A. J. & Rindell, 1999. Appling Inquary-Based and Cooperative Group Learning Strategies to Promote Critical Thinking: Training Students’ mind & Improving Their Intelect to Become Informed Members of Society. Journal of College Science Teaching, 28(3): 203-207.

Ahmad, S. 1998. Kesalahan Konsep dalam Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia. Tesis. Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

996

Page 18: 910

ISSN 0215 - 8250

Antil, L. R., Jenkins J. R., & Wayne, S. K., 1998. Cooperative Learning: Prevalence, Conceptualizations, and The Relations Between Research and Practice. American Educational Research Journal, 35(3): 419-454.

Ardhana, W., 1988. Bacaan Tambahan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PPLPTK. Ditjen. Dikti. Depdikbud.

Ardhana. W., 2000. Reformasi Pembelajaran Menghadapi Abad Pengetahuan. Makalah. Disampaikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V, tanggal 7 Oktober, di Universitas Negeri Malang, Malang.

Ardhana. W., Kaluge, L. , dan Purwanto. 2004. Pembelajaran Inovatif untuk Pemahaman dalam Belajar Matematika dan Sains di SD, SLTP, dan SMU, Laporan Penelitian Hibah Pasca Angkatan II, Tahun Pertama, Drektorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas, Jakarta.

Banerjee, C.A. 1991. Misconception of Students and Teachers in Chemical Equilibrium. International Journal of Science Education, 13(3): 355-362

Bennett, B., Bennett, C. R., & Stevahn, L. 1991. Cooperative Learning: Where Heart Meets Mind. Washington: Professional Development Associates, Bothell.

Cochran, W. G. 1991. Teknik Penarikan Sampel, edisi ke-tiga. Penerjemah: Rudiansyah dan Osman, E. R. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Costa, A. L., (Ed.). 1999. Teaching for Inteligence. Arlington Heighs, Illionis: Skylight Training and Publishing, Inc.

Dunlap, J. C., & Grabinger, R. S. 1996. Rich Environments for Active Learning in the Higer Education Classroom. Dalam Wilson, B. G. (Ed.): Constructivist learning environment: Case studies in instructional design, 65-82. New Jersey: Educational Technology Publications Englewood Clifs.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

997

Page 19: 910

ISSN 0215 - 8250

Gregory, P. T., & Campbell, J. R., 2002. Collaborating To Enhance Student Reasoning: Frances’ Account of Her Reflection While Teaching Chemical Equilibrium. International Journal of Science Education. Taylor & Francis Ltd.

Hackling, M. W., Garnettt, P.J., 1985. Misconception of Chemical Equilibrium. International Journal of ScienceEducation, 7(2): 205-214.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. 2002. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Prentice Hall. Inc.

Jacob, G. M. 1999. Learning cooperative learning via cooperative learning. A sourcebook of lesson plan for teacher education on cooperative learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.

Katu, N. 1995. Pengajaran Fisika yang menarik. Salatiga: Universitas Satya Wacana.

Linden, M. & Wittrock, M. C., 1981. The teaching of Reading Comprehention According to the Model of Generative Learning, Reading Research Quarterly. 17(21): 44-57.

Long, T.J., Convey, J.J., & Chawalek, A.R. 1985. Completing Dissertation in the Behavioral Sciences and Education. London: Jossey-Bass Publishers.

Mackenzie, A. W., & White, R. T. 1982. Fieldwork in Geography and Long-term Memory Structure. American Educational Research Journal, 19: 623-632.

Maria, H. T., 1999. Penerapan Model Pembelajaran Generatif dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus Searah, Tesis. Program Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bandung.

Nakhleh, M.B., & Mitchell, R. C., 1993. Concept Learning Versus Problems Solving: There is a Difference, Jounal of Chemical Education, 70(3): 190-192.

Niaz, M. 1995(a). Relation Between Student Performance on Conceptual and Computational Problems of Chemical Equilibrium. International Journal of Science Education, 17(3): 243-255.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

998

Page 20: 910

ISSN 0215 - 8250

Niaz, M. 1995. Cognitive Conflict as a Teachimg Strategy in Solving Chemistry Problems: A Dialetic-Construktivist Perspective, Journal of Research in Science Teaching, 32(9): 959-970.

O’Malley, J. M., & Pierce, L. V. 1996. Authentic Assesment for English Language Learner: Practical approaches for theacher. New York: Addison-Wesley Publishing Company.

Osborne, R.J., and Wittrock, M.C., 1983. Learning Science: A Generative Process. Science Education. 67(4): 489-503.

Pannen, P., 2003. Faktor-Faktor Perancangan Pembelajaran MIPA Berbasis Budaya, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Rahayu, S., 1988. Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan IPA, MIPA, Tahun 27, Nomor 2, Juli. Hal.: 152-159.

Slavin, R. E., 1995. Cooperative Learning, Theory, Research and Practice, Second edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sumadi, M., 2000. Implementasi Model Belajar Generatif Sebagai Upaya Memperbaiki Kualitas Proses Perkuliahan Analisis Real pada Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Singaraja, Aneka Widya, 4 Th. XXXIII. Oktober.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

999

Page 21: 910

ISSN 0215 - 8250

Tika, K., 2000. Efektivitas Belajar Generatif dalam Pemebelajaran Fisika pada Siwa SMU Negeri di Singaraja (Studi pengubahan miskonsepsi siswa dalam pembelajaran gerak rotasi dan gerak harmonik), Aneka Widya, 4 Th. XXXIII. Oktober.

Wittrock, M. C. 1974. Learning as a Generative Process, Educational Psychologist, 11(2): 87-95.

Yulaelawaty, E. 2002. Karakteristik Pembelajaran MIPA Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah. Disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja, 21 Desember 2002.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

1000