910
TRANSCRIPT
ISSN 0215 - 8250
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF TERHADAP PEMAHAMAN DAN HASIL
BELAJAR KIMIA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
olehI Nyoman Sudyana
Universitas Palangka Raya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji secara empirik keunggulan komparatif penerapan model pembelajaran generatif dan strategi kooperatif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa Sekolah Menegah Atas (SMA). Penelitian ini didesain dengan rancangan pretest-postest nonequivalent control group yang menerapkan tehnik pengukuran dua faktor versi faktorial 2x2. Sampel penelitian sebanyak 148 orang yang diambil dari 1059 orang siswa sekolah menengah atas negeri di kota Palangka Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran generatif lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, (2) strategi belajar kooperatif Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan strategi belajar kooperatif STAD, dan (3) tidak ada pengaruh interaktif antara model pembelajaran dan tipe strategi belajar kooperatif terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia.
Kata kunci : pembelajaran generatif, strategi kooperatif, pemahaman, kimia
ABSTRACT
The purposes of this study are to examine the comparative superiority of the Generative Learning Model and Cooperative Strategy with Conventional Instructional Model in understanding and achievement in chemistry senior high school Students. This research was designed by factorial 2x2 version of pretest-postest non-equivalent control group. The ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
980
ISSN 0215 - 8250
samples were 148 students taken by cluster random sampling technique from a population of 1509 students in year two of senior high schools in Palangka Raya. The findings are: (1) generative learning model more efective than conventional instructional, (2) cooperative Jigsaw more effective than cooperative STAD, and (3) no interaction effect was found between model of learning and cooperative strategy on understanding and achievement in chemistry.
Key words : generative learning, cooperative strategy, understanding, chemistry
1. Pendahuluan
Pemahaman merupakan salah satu modal dasar bagi setiap manusia
dalam menyongsong kehidupannya pada masa yang akan datang, karena
kehidupan pada masa yang akan datang sangat tergantung pada temuan-
temuan dan terobosan-terobosan dalam bidang sains dan teknologi.
Pengembangan sains dan teknologi sangat tergantung pada minat serta
penguasaan generasi muda pada prinsip-prinsip matematika dan sains.
Sayangnya, masih cukup banyak anak Indonesia yang masih menganggap
mata pelajaran Sains sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan
(Ardhana, et al., 2004). Pemahaman mereka terhadap konsep dan prinsip
sains masih rendah. Mereka lebih cenderung menghafal daripada
memahami (Nakhleh & Mitchell, 1993). Pemahaman merupakan perangkat
standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi, sehingga
dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang
kehidupan (Yulaelawaty, 2002). Bertitik tolak pada kurikulum berbasis
kompetensi, kompetensi merupakan persyaratan bagi seseorang di dalam
menyelesaikan pendidikan (Puskur, 2002). Dengan demikian, pemahaman
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam belajar.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
981
ISSN 0215 - 8250
Kimia adalah salah satu bidang kajian yang termasuk dalam rumpun
sains. Materi pelajaran Kimia tersusun secara hirarki mulai dari konsep-
konsep dasar sampai pada konsep-konsep yang kompleks. Jika siswa dapat
mengkaitkan antara konsep satu dengan konsep lainnya, maka siswa
tersebut telah memiliki pemahaman yang utuh akan konsep tersebut, jika
tidak akan menyebabkan proposisi yang salah sehingga menimbulkan
terjadinya kesalahan dalam memahami konsep. Suatu pemahaman konsep
menurut pandangan pembelajaran generatif akan terbentuk dalam ingatan
apabila terjadi hubungan bermakna antara informasi baru dengan struktur
kognitif yang telah ada. Konsep yang baru terbentuk akan dievaluasi dan
diuji dengan aspek ingatan yang lainnya yang pada akhirnya dapat
dipahami.
Pengajaran Kimia dewasa ini, baik hasil penelitian di luar dan di
dalam negeri kurang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari angka
kelulusan siswa pada ujian nasional rendah. Pemahaman siswa juga
menunjukkan kualitas relatif rendah (Ahmad, 1998; Banerjee, 1991;
Hackling & Garnett, 1985; Niaz, 1995; Pannen, 2003;). Dengan demikian,
dalam pengajaran Kimia perlu dipikirkan secara cermat bagaimana
memandu siswa dalam pembelajaran. Harapan inilah yang mendorong
perlunya landasan teoretik, konseptual, dan operasional dalam perumusan
tujuan-tujuan pembelajaran dan pengembangan desain-desain pembelajaran
Kimia yang lebih memusatkan perhatian pada pengaktifan pengetahuan
awal siswa, cara-cara penanggulangan kesulitan-kesulitan belajar siswa,
dan belajar untuk pemahaman.
Model pembelajaran generatif (Osborne & Wittrock, 1985),
menjabarkan kegiatan belajar pada dasarnya sebagai pemrosesan informasi
melalui beberapa tahap. Tahap awal adalah penyaringan informasi dengan
menguji kemungkinan keterkaiatan informasi yang baru dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa. Jika langkah ini tidak berhasil, maka proses ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
982
ISSN 0215 - 8250
belajar selanjutnya tidak terjadi, dan siswa akan bersandar pada rote
learning jika mereka harus mengingat informasi baru itu. Jika proses
pengkaitan dengan struktur kognitif yang telah ada sukses, tahap berikutnya
adalah pembentukan makna idiosinkretik yang bersifat sementara untuk
diuji dengan ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang yang
merupakan bagian dari struktur kognitif siswa. Apabila langkah-langkah ini
berhasil, maka struktur kognitif yang telah ada akan diperkaya dengan
unsur baru yang akan memperbesar kapasitasnya untuk melaksanakan
tugas-tugas belajar pada masa yang akan datang. Rekonstruksi pemahaman
umumnya lebih banyak terjadi melalui proses akomodasi daripada proses
asimilasi. Suatu pemahaman konsep menurut pandangan pembelajaran
generatif akan terbentuk dalam ingatan apabila terjadi hubungan bermakna
antara informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada. Konsep yang
baru terbentuk akan dievaluasi dan diuji dengan aspek ingatan yang lainnya
yang pada akhirnya dapat dipahami. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran generatif dalam sains terbukti dapat
meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar siswa (Linden &
Wittrock, 1981; Mackenzie & White, 1982; Osborne & Wittrock, 1983;
Katu, 1995; Maria, 1999; Sumadi, 2000; dan Tika, (2000).
Pengemasan pembelajaran dewasa ini sering berdasarkan pada
asumsi-asumsi yang tidak sejalan dengan hakikat belajar dan pembelajaran.
Dunia belajar didekati dengan paradigma yang tidak mampu
menggambarkan hakikat belajar dan pembelajaran secara komprehensif.
Kemasan pembelajaran yang sering ditemukan sekarang ini hanya
menitikberatkan pada tuntutan kemampuan hafalan, memecahkan masalah
lama, penanaman prilaku yang konfrontatif dan seragam dengan pola
pengajaran bernuansa kompetitif dan persaingan (Ardhana, 2000).
Beberapa ahli menyatakan, kemasan pembelajaran yang memiliki aspek
kolaborasi adalah kemasan pembelajaran kooperatif (Bennett, et al., 1991; ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
983
ISSN 0215 - 8250
Dunlap & Grabinger, 1996; Heinich, et al., 2002; Jacob, 1999; Slavin,
1995).
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, nampaknya
kualitias proses pembelajaran Kimia di SMA perlu ditingkatkan, terutama
pada pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa. Upaya peningkatan proses
pembelajaran tersebut utamanya ditujukan agar dapat menyediakan
lingkungan belajar untuk pemahaman (environment of learning for
understanding)
Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji keampuhan model pembelajaran generatif untuk
pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa yang lebih baik. Pengujian ini
dilakukan dengan cara membandingkan pengaruh model pembelajaran
generatif dengan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman
dan hasil belajar Kimia. Penelitian ini juga menguji apakah strategi belajar
kooperatif pada kedua model pembelajaran dapat meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran dua faktor dalam
versi faktorial 2x2 pretest-postest nonequivalent control group design.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas dua SMA Negeri di Kota
Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah pada semester pertama tahun
pelajaran 2004/2005. Sekolah-sekolah populasi meliputi SMA Negeri 1
Palangkaraya, SMA Negeri 2 Palangkaraya, SMA Negeri 3 Palangkaraya,
dan SMA Negeri 4 Palangkaraya. Populasinya adalah siswa kelas dua
sekolah menengah atas negeri di kota Palangka Raya sebesar 1509 siswa
dari 37 kelas di 4 buah sekolah.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling (Ardhana, 1988; Cochran, 1991; Long, et al., 1985). Dari empat ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
984
ISSN 0215 - 8250
sekolah tersebut dipilih secara random dua sekolah sebagai sampel
penelitian. Pada masing-masing sekolah sampel dipilih secara random dua
kelas sampel, sehingga diperoleh empat kelas sampel yang akan terlibat
dalam penelitian ini. Salah satu dari dua sekolah tersebut ditetapkan secara
random sebagai kelompok belajar dengan menggunakan model
pembelajaran generatif (kelompok MPG), dan kelompok lainnya sebagai
kelompok belajar yang menggunakan model pembelajaran konvensional
(kelompok MPK). Pada masing-masing sekolah ditetapkan pula secara
random kelas-kelas yang menggunakan strategi belajar kooperatif tipe
Jigsaw dan strategi belajar kooperatif tipe STAD.
Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas dan dua variabel
terikat. Variabel bebas yang pertama adalah model pembelajaran dan yang
kedua adalah strategi belajar kooperatif. Variabel bebas model
pembelajaran memiliki dua dimensi, yaitu: (1) Model Pembelajaran
Generatif (MPG) dan (2) Model Pembelajaran Konvensional (MPK).
Variabel bebas Strategi Belajar Kooperatif juga memiliki dua dimensi,
yaitu (1) Strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw (JIG) dan (2) Strategi
belajar kooperatif tipe STAD (STD). Variabel terikat adalah pemahaman
Kimia siswa yang diukur soal-soal pemahaman (PH) dan soal-soal hasil
belajar (HB).
Untuk mengukur variabel-variabel penelitian yang menjadi dampak
langsung dari perlakuan dan yang diperlukan sebagai unit analisis utama
penelitian, yaitu tes pemahaman konsep dan tes hasil belajar. Bentuk tes
pemahaman dan hasil belajar dituangkan dalam bentuk pilihan ganda yang
diperluas.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa
dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kesetimbangan Kimia. Data
dianalisis secara deskriptif dan menggunakan multivariate analysis of
variance (MANOVA). Uji normalitas sebaran data menggunakan statistik ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
985
ISSN 0215 - 8250
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Uji homogenitas matriks varian-
kovarian dilakukan dengan menggunakan Box’s Test dan uji kesalahan
varian dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini menguji (1) pengaruh model pembelajaran terhadap
pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa, (2) pengaruh strategi belajar
kooperatif terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa, dan (3)
pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan strategi belajar
kooperatif terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa dengan
menggunakan analis MANOVA.
Hasil analisis MANOVA faktorial 2x2 dimaksudkan untuk
menjawab masalah ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama dan
sendiri-sendiri dari variabel bebas model pembelajaran dan strategi belajar
kooperatif terhadap variabel terikat pemahaman Kimia dan hasil belajar
Kimia disajikan pada tabel 01 untuk pengaruh secara bersama-sama dan
tabel 02 untuk pengaruh sendiri-sendiri.
Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini ada sembilan hipotesis nol yang diuji (dengan
menggunakan taraf signifikan = 0,05). Kesembilan hipotesis nol tersebut
adalah sebagai berikut. (1) Tidak ada perbedaan pemahaman dan hasil
belajar secara bersama-sama kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran generatif dan konvensional. (2)
Tidak ada perbedaan pemahaman dan hasil belajar secara bersama-sama
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD. (3) Tidak ada
pengaruh interaktif dari model-model pembelajaran (model pembelajaran ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
986
ISSN 0215 - 8250
generatif versus model pembelajaran konvensional) dan strategi belajar
kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD secara bersama-sama terhadap
pemahaman dan hasil belajar. (4) Tidak ada perbedaan pemahaman antara
kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran generatif dengan kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional. (5) Tidak ada perbedaan pemahaman antara
kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan strategi
belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan kelompok siswa yang menggunakan
strategi belajar kooperatif tipe STAD. (6) Tidak ada perbedaan kemampuan
pemahaman siswa sebagai akibat pengaruh interaktif dari implementasi
model pembelajaran (model pembelajaran generatif versus model
pembelajaran konvensional) dengan strategi belajar kooperatif (kooperatif
tipe Jigsaw dan kooperatif tipe STAD). (7) Tidak ada perbedaan hasil
belajar siswa antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran generatif dengan kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran konvensional. (8) Tidak ada perbedaan
hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan strategi belajar belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan
kelompok siswa yang menggunakan strategi belajar kooperatif tipe STAD.
Dan (9) Ada perbedaan hasil belajar siswa sebagai akibat dari pengaruh
interaktif dari implementasi model pembelajaran (model pembelajaran
generatif versus model pembelajaran konvensional) dengan strategi belajar
kooperatif (kooperatif tipe Jigsaw dan kooperatif tipe STAD).
Untuk menguji semua hipotesis tersebut, dilakukan MANOVA
faktorial 2x2. Ringkasan hasil analisisnya disajikan pada tabel 01 dan 02.
Dari tabel 01, hipotesis nol 1 dan 2 ditolak, sedangkan hipotesis 3 diterima.
Jadi ada pengaruh variabel model pembelajaran dan strategi belajar
kooperatif secara bersama-sama terhadap pemahaman dan hasil belajar,
tetapi tidak ada pengaruh interaktif dari model-model pembelajaran (model ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
987
ISSN 0215 - 8250
pembelajaran generatif versus model pembelajaran konvensional) dan
strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD secara bersama-sama
terhadap pemahaman dan hasil belajar.
Tabel 02 menyajikan ringkasan hasil MANOVA uji pengaruh
sendiri-sendiri variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil pengujian
hipotesis memperlihatkan temuan-temuan sebagai berikut. Pertama,
hipotesis nomor 4 ditolak. Jadi ada perbedaan pemahaman antara kelompok
siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
generatif dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran
konvensional. Kedua, hipotesis nomor 5 ditolak. Jadi ada perbedaan
pemahaman antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan kelompok
siswa yang menggunakan strategi belajar kooperatif tipe STAD.
Tabel 01 : Ringkasan Hasil Uji MultivariatEffect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace .985 4618.673 2.000 143.000 .000 Wilks' Lambda .015 4618.673 2.000 143.000 .000 Hotelling's Trace 64.597 4618.673 2.000 143.000 .000 Roy's Largest Root 64.597 4618.673 2.000 143.000 .000
MODEL Pillai's Trace .510 74.388 2.000 143.000 .000
Wilks' Lambda .490 74.388 2.000 143.000 .000
Hotelling's Trace 1.040 74.388 2.000 143.000 .000
Roy's Largest Root 1.040 74.388 2.000 143.000 .000
KOOP Pillai's Trace .360 42.850 2.000 143.000 .000
Wilks' Lambda .640 42.850 2.000 143.000 .000
Hotelling's Trace .563 42.850 2.000 143.000 .000
Roy's Largest Root .563 42.850 2.000 143.000 .000
MODEL*KOOP Pillai's Trace .005 .362 2.000 143.000 .697
Wilks' Lambda .995 .362 2.000 143.000 .697
Hotelling's Trace .005 .362 2.000 143.000 .697
Roy's Largest Root .005 .362 2.000 143.000 .697
Ketiga, hipotesis nomor 6 diterima. Jadi tidak ada perbedaan kemampuan
pemahaman siswa sebagai akibat pengaruh interaktif dari implementasi
model pembelajaran (model pembelajaran generatif versus model ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
988
ISSN 0215 - 8250
pembelajaran konvensional) dengan strategi belajar kooperatif (kooperatif
tipe Jigsaw dan kooperatif tipe STAD). Keempat, hipotesis nomor 7 ditolak.
Jadi ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran generatif
dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Tabel 02 : Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Antar Subyek EksperimenSource Dependent
VariableType III Sum of
Squaresdf Mean Square F Sig.
Corrected Model Pemahaman 1953.318 3 651.106 25.693 .000 Hasil Belajar 1876.027 3 625.342 69.689 .000 Intercept Pemahaman 64472.439 1 64472.439 2544.098 .000 Hasil Belajar 767735.811 1 767735.811 8551.525 .000 MODEL Pemahaman 1411.142 1 1411.142 55.684 .000 Hasil Belajar 1146.919 1 1146.919 127.814 .000 KOOP Pemahaman 525.953 1 525.953 20.754 .000 Hasil Belajar 726.919 1 726.919 81.009 .000 KOOP*MODEL Pemahaman 16.223 1 16.223 .640 .425 Hasil Belajar 2.189 1 2.189 .224 .622 Error Pemahaman 3649.243 144 25.342 Hasil Belajar 1292.162 144 8.973 Total Pemahaman 70075.000 148 Hasil Belajar 79904.000 148 Corrected Total Pemahaman 5602.561 147 Hasil Belajar 3168.189 147
Kelima, hipotesis nomor 8 ditolak. Jadi ada perbedaan hasil belajar siswa
antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan
strategi belajar belajar kooperatif tipe Jigsaw dengan kelompok siswa yang
menggunakanstrategi belajar kooperatif tipe STAD. Keenam, hipotesis
nomor 9 diterima. Jadi tidak ada perbedaan hasil belajar siswa sebagai
akibat dari pengaruh interaktif dari implementasi model pembelajaran
(model pembelajaran generatif versus model pembelajaran konvensional)
denga strategi belajar kooperatif (kooperatif tipe Jigsaw dan kooperatif tipe
STAD).
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
989
ISSN 0215 - 8250
3.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman dan hasil belajar
antara siswa yang melakukan pembelajaran generatif dan pembelajaran
konvensional adalah berbeda signifikan. Pemahaman dan hasil belajar
siswa pada kelompok model pembelajaran generatif lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok siswa dengan model pembelajaran
konvensional. Walaupun secara diskriptif, hanya pemahaman yang berada
pada kategori baik, sedangkan hasil belajar siswa masih berada dalam
kategori sedang.
Ardhana, et al., 2004, juga telah melakukan penelitian penerapan
pembelajaran inovatif model pembelajaran generatif dalam pembelajaran
Kimia pada siswa kelas 2 sekolah-sekolah menengah atas negeri di Kota
Malang dan di Kota Palangka Raya. Mereka menemukan bahwa siswa yang
difasilitasi dengan model pembelajaran generatif secara signifikan
menampilkan pemahaman dan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok siswa yang difasilitasi dengan model pembelajaran
konvensional. Sumadi (2000), mengimplementasikan model pem-belajaran
generatif pada mata kuliah Analisis Real pada mahasiswa program studi
Pendidikan Matematika di Singaraja, ia mendapatkan hasil bahwa rerata
prestasi akademik mahasiswa meningkat, karena penguasaan konsep dan
meningkatkan kualitas interaksi serta aktivitas mereka dalam menggunakan
buku ajar, sedangkan Tika (2000), dalam pembelajaran Fisika pada siswa
SMU Negeri di Singaraja menyatakan bahwa model pembelajaran generatif
secara signifikan lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Linden & Wittrock (1981)
menemukan bahwa model belajar generatif dapat meningkatkan
pemahaman siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
990
ISSN 0215 - 8250
3.2.1 Strategi Belajar Kooperatif yang Akomodatif dalam Pencapaian
Pemahaman dan Hasil Belajar Kimia
Model Pembelajaran generatif bertumpu pada proses generasi yang
pertama kali digagas oleh Wittrock (1974). Penerapan model ini dalam
pengajaran meliputi empat fase, yaitu: (1) proses motivasi, (2) proses
belajar, (3) proses penciptaan pengetahuan, dan (4) proses generatif. Dalam
penelitian ini keempat proses tersebut dikemas dalam teks ajar dan
dipadukan dengan Strategi belajar kooperatif Jigsaw dan STAD.
Sebagai teknologi perangkat lunak dalam pembelajaran, Strategi
belajar kooperatif telah menambah momentum pendidikan formal dan
informal dari dua kekuatan yaitu realitas praktek (bahwa kehidupan di
masyarakat memerlukan aktivitas-aktivitas dan keterampilan kolaboratif)
dan tumbuhnya kesadaran akan interaksi sosial dalam mewujudkan
pembelajaran yang bermakna (Heinich, et al., 2002). Banyak isu
berkembang terkait dengan belajar kooperatif. Rahayu (1988), menyatakan
pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengembangkan siswa
dalam hal keaktifan dan kemandirian, berpikir kritis dan teratur, disiplin,
serta keberanian untuk mengambil keputusan. Antil, et al., (1998)
menyatakan bahwa pembangunan makna dalam kegiatan belajar
memerlukan interaksi sosial melalui pembelajaran kooperatif sebagai peer
mediated instruction. Costa (1999) menyatakan bahwa membuat makna
tidak hanya dilakukan oleh individual saja, interaksi individu dengan
individu lainnya dapat membangun dan berbagi pengetahuan. Strategi
belajar kooperatif berfungsi sebagai pendekatan hands-on (Abem-Rindell,
1999) dan minds-on yang berbasis pada dugaan siswa akan belajar lebih
jika guru memberikan mereka sedikit. Gregory, et al., (2002) menyatakan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan daya nalar (reasoning) siswa
dalam belajar kesetimbangan Kimia.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
991
ISSN 0215 - 8250
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, strategi belajar
kooperatif diduga tepat didisain sebagai strategi belajar yang dipadukan
dengan model belajar generatif. Sampai saat ini, belum banyak penelitian
yang mengusut pengaruh komparatif kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD
sebagai strategi belajar yang dipadukan dengan model pembelajaran
generatif terhadap pemahaman dan hasil belajar Kimia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan signifikan pemahaman dan hasil
belajar Kimia antar kelompok dalam Strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw
dan tipe STAD. Berdasarkan hasil uji komparasi pasangan strategi belajar
kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa pencapaian pemahaman dan hasil belajar strategi belajar kooperatif
tipe Jigsaw lebih unggul dibandingkan dengan tipe STAD.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
992
ISSN 0215 - 8250
3.2.2 Model Pembelajaran Generatif versus Model Pembelajaran
Konvensional dalam Mengakomodasi Strategi Belajar Kooperatif
Menurut O’Mallley & Pierce, (1996) model pembelajaran
konvensional, belajar merupakan proses transmisi pengetahuan secara linier
dari guru ke siswa. Dengan ungkapan lain, dapat dikatakan bahwa
pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran
siswa. Tampak bahwa model pembelajaran konvensional cenderung
memanjakan potensi berpikir siswa dalam mengatasi masalah belajar. Teori
belajar generatif menjelaskan bagaimana seorang siswa membangun
pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu
fenomena alam atau membangun suatu arti tentang istilah dan juga
membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang
pertanyaan bagaimana dan mengapa. Intisari dari belajar generatif adalah
bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru
dengan aktif mengkonstruksi suatu interpretasi dari informasi tersebut
kemudian membuat kesimpulan. Otak bukanlah suatu blank slate yang
dengan pasif belajar dan mencatat informasi yang datang (Wittrock, 1974).
Dalam model belajar generatif yang perlu mendapat perhatian adalah
motivasi, perhatian, konsepsi awal (pengetahuan awal) dan pengalaman
belajar (Osborne & Wittrock, 1983). Jadi proses pengkonstruksian makna
merupakan tindakan aktif, berpikir kritis, dan kreatif siswa melalui proses
asimilasi, akomodasi, dan berbagi pengalaman dengan teman sebaya.
Artinya konsepsi awal dan pengalaman belajar merupakan dasar
pembelajaran dalam pencapaian asimilasi dan akomodasi dan pentingnya
strategi belajar kooperatif untuk mengakomodasi proses berbagi
pengalaman antarsiswa. Jelas bahwa model belajar generatif cenderung
lebih memfasilitasi siswa untuk berlatih menggunakan keterampilan
berpikir dalam belajar.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
993
ISSN 0215 - 8250
Model belajar generatif merupakan model belajar yang
mengakumulasi motivasi, konsepsi awal dan pengalaman belajar (Osborne
& Wittrock, 1983). Sebagai fasilitas belajar, model pembelajaran generatif
yang dipadukan dengan teks generatif yang dapat mengaktifkan
pengetahuan awal dan pengalaman belajar siswa. Ciri khas model ini adalah
memberi kesempatan pada siswa untuk membangun kesan mengenai topik
yang akan dibahas dengan mengaitkan materi dengan pengalaman mereka
sehari-hari; pengungkapan ide-ide siswa; tantangan dan restrukturisasi
untuk memunculkan konflik kognitif; penerapan untuk menguji ide-ide
alternatif siswa, dan melihat kembali untuk mengevaluasi kelemahan dari
model lama. Dalam model belajar ini siswa diharapkan dapat mengutarakan
konsepsinya dengan disertai argumentasi untuk mendukung konsepsinya
tersebut dan diharapkan juga dapat beradu argumentasi dengan siswa lain.
Hal ini akan membiasakan siswa menghargai konsepsi orang lain dan
terbiasa mengemukakan pendapatnya tanpa dibebani rasa ingin menang
atau takut kalah serta melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Model belajar konvensional yang mendominasi praktek
pembelajaran Kimia dewasa ini merupakan pembelajaran transmisi atau
pembelajaran linier (O’Malley & Pierce, 1996). Esensi pembelajaran
konvensional adalah guru menyiapkan dan mentransmisikan informasi,
siswa menerima, menyimpan, mengolah, menguasai informasi serta
menerima balikan. Evaluasi yang menuntut penguasaan konsep. Sejalan
dengan paradigma tersebut, model pembelajaran konvensional dikemas
dalam bentuk teks konvensional dengan ciri-ciri sebagai berikut.
Menyediakan konsep dan prinsip, meyediakan contoh penerapan konsep,
dan menyediakan soal-soal latihan.
Strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw berbasis learning by doing.
Pembelajaran (doing) terjadi pada interaksi dalam kelompok pada saat
diskusi yang dipandu oleh siswa yang berperan sebagai expert. Sementara, ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
994
ISSN 0215 - 8250
strategi belajar kooperatif tipe STAD juga berbasis learning by doing dalam
taraf yang lebih rendah dari kooperatif tipe Jigsaw, karena menerima
informasi dengan memandang guru sebagai expert, mengolah dan
menguasai informasi, belajar untuk menyiapkan ujian.
Gambar 01. Profil interaksi model dan strategi belajar kooperatif
Berdasarkan hasil kajian literatur, model pembelajaran generatif dan
strategi belajar kooperatif, diduga bahwa dalam pencapaian pemahaman
dan hasil belajar, strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw akan berinteraksi
dengan model pembelajaran generatif dan strategi belajar kooperatif tipe
STAD akan berinteraksi dengan model pembelajaran konvensional. Namun
hasil penelitian tidak mendukung dugaan tersebut. Ada tiga hal yang
kemungkinan sebagai faktor penyebab tidak terjadinya interaksi tersebut,
antara lain (1) siswa kurang senang membaca untuk menggali pemahaman
terhadap pesan dalam teks, (2) dua keterbatasan waktu belajar di sekolah,
dan ketiga siswa belum terbiasa belajar dalam strategi belajar kooperatif.
Namun bila dilihat dari profil interaksi yang ditunjukkan pada
Gambar 01, terlihat bahwa dalam penelitian ini mendukung landasan
teoretik, yaitu dalam pencapaian pemahaman dan hasil belajar model
pembelajaran generatif berinteraksi dengan strategi belajar kooperatif tipe ___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
995
Pemahaman Hasil belajar
ISSN 0215 - 8250
Jigsaw dan tipe STAD. Di samping itu dalam pencapaian pemahaman dan
hasil belajar interaksi antara model-model pembelajaran dan strategi-
strategi belajar kooperatif didominasi oleh model pembelajaran generatif
walaupun secara statistik tidak signifikan.
4. Penutup
Hasil eksperimen penerapan model pembelajaran generatif dan
strategi belajar kooperatif dalam pembelajaran Kimia siswa SMA
memberikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. (1) Terdapat
pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran generatif
dibandingkan dengan model konvensional dalam mencapai pemahaman dan
hasil belajar Kimia siswa; (2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara
strategi belajar kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan strategi belajar
kooperatif tipe STAD dalam pencapaian pemahaman dan hasil belajar
Kimia siswa; (3) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan interaksi antara
model pembelajaran dan strategi belajar kooperatif dalam pencapaian
pemahaman dan hasil belajar Kimia siswa.
Jadi model pembelajaran generatif dan strategi belajar kooperatif
tipe Jigsaw berpengaruh efektif terhadap peningkatan pemahaman dan hasil
belajar Kimia siswa sekolah menengah atas.
DAFTAR PUSTAKA
Abern, A. J. & Rindell, 1999. Appling Inquary-Based and Cooperative Group Learning Strategies to Promote Critical Thinking: Training Students’ mind & Improving Their Intelect to Become Informed Members of Society. Journal of College Science Teaching, 28(3): 203-207.
Ahmad, S. 1998. Kesalahan Konsep dalam Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia. Tesis. Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
996
ISSN 0215 - 8250
Antil, L. R., Jenkins J. R., & Wayne, S. K., 1998. Cooperative Learning: Prevalence, Conceptualizations, and The Relations Between Research and Practice. American Educational Research Journal, 35(3): 419-454.
Ardhana, W., 1988. Bacaan Tambahan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PPLPTK. Ditjen. Dikti. Depdikbud.
Ardhana. W., 2000. Reformasi Pembelajaran Menghadapi Abad Pengetahuan. Makalah. Disampaikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V, tanggal 7 Oktober, di Universitas Negeri Malang, Malang.
Ardhana. W., Kaluge, L. , dan Purwanto. 2004. Pembelajaran Inovatif untuk Pemahaman dalam Belajar Matematika dan Sains di SD, SLTP, dan SMU, Laporan Penelitian Hibah Pasca Angkatan II, Tahun Pertama, Drektorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas, Jakarta.
Banerjee, C.A. 1991. Misconception of Students and Teachers in Chemical Equilibrium. International Journal of Science Education, 13(3): 355-362
Bennett, B., Bennett, C. R., & Stevahn, L. 1991. Cooperative Learning: Where Heart Meets Mind. Washington: Professional Development Associates, Bothell.
Cochran, W. G. 1991. Teknik Penarikan Sampel, edisi ke-tiga. Penerjemah: Rudiansyah dan Osman, E. R. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Costa, A. L., (Ed.). 1999. Teaching for Inteligence. Arlington Heighs, Illionis: Skylight Training and Publishing, Inc.
Dunlap, J. C., & Grabinger, R. S. 1996. Rich Environments for Active Learning in the Higer Education Classroom. Dalam Wilson, B. G. (Ed.): Constructivist learning environment: Case studies in instructional design, 65-82. New Jersey: Educational Technology Publications Englewood Clifs.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
997
ISSN 0215 - 8250
Gregory, P. T., & Campbell, J. R., 2002. Collaborating To Enhance Student Reasoning: Frances’ Account of Her Reflection While Teaching Chemical Equilibrium. International Journal of Science Education. Taylor & Francis Ltd.
Hackling, M. W., Garnettt, P.J., 1985. Misconception of Chemical Equilibrium. International Journal of ScienceEducation, 7(2): 205-214.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. 2002. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Prentice Hall. Inc.
Jacob, G. M. 1999. Learning cooperative learning via cooperative learning. A sourcebook of lesson plan for teacher education on cooperative learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.
Katu, N. 1995. Pengajaran Fisika yang menarik. Salatiga: Universitas Satya Wacana.
Linden, M. & Wittrock, M. C., 1981. The teaching of Reading Comprehention According to the Model of Generative Learning, Reading Research Quarterly. 17(21): 44-57.
Long, T.J., Convey, J.J., & Chawalek, A.R. 1985. Completing Dissertation in the Behavioral Sciences and Education. London: Jossey-Bass Publishers.
Mackenzie, A. W., & White, R. T. 1982. Fieldwork in Geography and Long-term Memory Structure. American Educational Research Journal, 19: 623-632.
Maria, H. T., 1999. Penerapan Model Pembelajaran Generatif dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus Searah, Tesis. Program Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bandung.
Nakhleh, M.B., & Mitchell, R. C., 1993. Concept Learning Versus Problems Solving: There is a Difference, Jounal of Chemical Education, 70(3): 190-192.
Niaz, M. 1995(a). Relation Between Student Performance on Conceptual and Computational Problems of Chemical Equilibrium. International Journal of Science Education, 17(3): 243-255.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
998
ISSN 0215 - 8250
Niaz, M. 1995. Cognitive Conflict as a Teachimg Strategy in Solving Chemistry Problems: A Dialetic-Construktivist Perspective, Journal of Research in Science Teaching, 32(9): 959-970.
O’Malley, J. M., & Pierce, L. V. 1996. Authentic Assesment for English Language Learner: Practical approaches for theacher. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Osborne, R.J., and Wittrock, M.C., 1983. Learning Science: A Generative Process. Science Education. 67(4): 489-503.
Pannen, P., 2003. Faktor-Faktor Perancangan Pembelajaran MIPA Berbasis Budaya, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
Rahayu, S., 1988. Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan IPA, MIPA, Tahun 27, Nomor 2, Juli. Hal.: 152-159.
Slavin, R. E., 1995. Cooperative Learning, Theory, Research and Practice, Second edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sumadi, M., 2000. Implementasi Model Belajar Generatif Sebagai Upaya Memperbaiki Kualitas Proses Perkuliahan Analisis Real pada Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Singaraja, Aneka Widya, 4 Th. XXXIII. Oktober.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
999
ISSN 0215 - 8250
Tika, K., 2000. Efektivitas Belajar Generatif dalam Pemebelajaran Fisika pada Siwa SMU Negeri di Singaraja (Studi pengubahan miskonsepsi siswa dalam pembelajaran gerak rotasi dan gerak harmonik), Aneka Widya, 4 Th. XXXIII. Oktober.
Wittrock, M. C. 1974. Learning as a Generative Process, Educational Psychologist, 11(2): 87-95.
Yulaelawaty, E. 2002. Karakteristik Pembelajaran MIPA Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah. Disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja, 21 Desember 2002.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
1000