87661210 anestesi sungkup muka

32
ANESTESI SUNGKUP MUKA Pembimbing : Dr. Erica, SpAn Disusun Oleh: Nikodemus Daru Prasetya (0761050086) Felix Hadi Nainggolan (0761050091) Kepaniteraan Klinik Bagian Anestesi Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia Periode 25 Juli 2011 s/d 21 Agustus 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Jakarta 2011

Upload: timi-mustika

Post on 31-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ANESTESI SUNGKUP MUKA

Pembimbing :Dr. Erica, SpAn 

Disusun Oleh:Nikodemus Daru Prasetya (0761050086)Felix Hadi Nainggolan (0761050091) 

Kepaniteraan Klinik Bagian AnestesiRumah Sakit Umum Universitas Kristen IndonesiaPeriode 25 Juli 2011 s/d 21 Agustus 2011Fakultas Kedokteran Universitas Kristen IndonesiaJakarta 2011

Anestesi Inhalasi

Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.

Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya:1. Ambilan oleh paru2. Difusi gas dari paru ke darah3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya

Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan ambilan alveolus

Kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya

Kadar Alveolus Minimal (KAM) atau MAC (Minimum Alveolar Concentration) ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar.

Faktor yang bisa mempengaruhi KAM :

Umur ( KAM berkurang seiring bertambahnya umur ),

Level hematokrit, Kehamilan, Pengobatan, Kadar elektrolit, dan Ada tidaknya hipertermi atau

hipotermi

Nilai KAM dari macam – macam gas anastesi inhalasi

Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh:1. Konsentrasi inspirasi.2. Ventilasi alveolar 3. Koefisien darah/gas4. Hubungan ventilasi perfusi5. Curah jantung atau aliran darah paru

Farmakologi

Mekanisme kerja dari anastesi inhalasi belum sepenuhnya diketahui secara pasti

Penelitian lain memfokuskan pada target – target molekuler anastesi

Saluran – saluran ion tertentu telah menunjukkan sensitifitas terhadap anastesi inhalasi ketika diberikan pada konsentrasi efektif secara klinis

Anestesi inhalasi diketahui meningkatkan penghambatan aktivitas saluran postsinaptik dan menghambat eksitasi aktivitas sinaptik. mekanisme kerja dari gas anastesi pada saluran ion

Indikasi

Eliminasi

Sebagian besar gas anestesi dikeluarkan lagi oleh badan lewat paru.

Sebagian lagi dimetabolisir oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450.

Sisa metabolisme yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal.

N2O

Gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen monooksida

Gas tak berwarna, bau manis, tidak mengiritasi dan tidak terbakar

Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 ( minimal 25 % )

Bersifat anestetik lemah, tetapi analgesianya kuat

N2O

Akhir anestesi, N2O dihentikan → N2O cepat keluar mengisi alveoli → pengenceran O2 → HIPOKSIA DIFUSI

Berikan O2 100% selama 5 – 10 menit

Halotan

Fluotan, turunan etan Baunya enak, tidak merangsang

jalan nafas Sering digunakan sebagai induksi

anestesi kombinasi dengan N2O Dapat pula digunakan dalam

laringoskopi intubasi

Halotan

Menyebabkan vasodilastasi serebral → meninggikan aliran darah ke otak.

Menghambat pelepasan insulin → meninggikan kadar gula darah

Bersifat analgesi lemah, anastesi kuat Over dosis halotan :

-Depresi nafas-Menurunnya tonus simpatis-Hipotensi-Bradikardi-Vasodilatasi perifer-Depresi vasomotor-Depresi miokard-Inhibisi refleks baroreseptor

Halotan

20 % dimetabilisir di dalam hati → kontraindikasi pada pasien dengan gangguan hepar

Pasca pemberian, sering menyebabkan pasien mengigil

Enfluran

Etran, halogenasi eter Kontraindikasi pada pasien dengan riwayat

epilepsi Dimetabolisme hanya 2 – 8 % oleh hati Induksi dan pulih dari anestesia, lebih

cepat dibanding halotan Enfluran lebih iritatif, dan efek depresi

nafas, depresi sirkulasi,lebih kuat dibanding halotan

Efek relaksasi lebih baik dibanding halotan

Isofluran

Floran, aeran, halogenasi eter Menurunkan laju metabolisme otak

terhadap O2, meninggikan aliran darah ke otak dan TIK ( tekanan intra kranial )

Efek depresi dan curah jantung minimal

Efek relaksasi pada uterus ibu hamil selama operasi caesar → perdarahan

Desfluran

Suprane, halogenasi eter Efek klinis mirip isofluran Mudah menguap Potensinya rendah (MAC 6.0%). Sifat simpatomimetik menyebabkan

takikardia dan hipertensi. Efek depres napasnya seperti isofluran dan etran.

Desfluran merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesia.

Sevofluran

Ultane, halogenasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat

dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan

tidak merangsang jalan napas. Efek terhadap kardiovaskuler cukup stabil,

jarang mnyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti

isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hati.

Setelah pemberian dihentikan, cepat dikeluarkan oleh badan

Perbedaan Anastetik Inhalasi

Anestetik

inhalasi

N2O Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran

Berat molekul 44 197 184 184 168 200

Tekanan Uap

(mmHg20 ºC)

5200 243-244 172-174.5 238-240 669-673 160-170

Bau Manis Organik Eter Eter Eter Eter

Turunan eter Bukan Bukan Ya Ya Ya Ya

Pengawet- Perlu - - - -

Koef partisi

darah/gas

0.47 2.4 1.9 1.4 0.42 0.65

Dengan kapur

soda 40 ºC

Stabil Tidak Stabil Stabil Stabil Tidak

MAC (KAM)

37 ºC Usia 30-

55 tahun

tekanan760

mmHg

104-105 0.75 1.63-1.70 1.15-1.20 6.0-6.6 1.80-2.0

Farmakologi klinikanestetik inhalasi

N2O Halotan Enflur

an

Isoflu

ran

Desfluran Sevoflu

ran

Kardiovaskuler

Tekanan darah

Laju nadi

Tahananvaskuler 

Curah jantung

TB

TB

TB

TB

↓↓

TB

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

TB

↓↓

TB atau ↑

↓↓

TB atau ↓

TB

Respirasi

Volume tidal

Laju napas

PaCO2

Istirahat

Challenge

TB

↓↓

↑↑

↓↓

↑↑

↑↑

↑↑

↓↓

↑↑

↑↑

Serebral

Aliran darah

Tekanan intracranial

Laju metabolism

Seizure

↑↑

↑↑

↑↑

↓↓

↓↓

↓↓

Blokade

Pelumpuh otot non-

depol

↑ ↑↑ ↑↑↑ ↑↑↑ ↑↑↑ ↑↑

Ginjal

Aliran darah

Laju filtrasi

Glomerulus

Output urin

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

?

?

?

?

Hepar

Aliran darah↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓ ↓

Metabolisme 0.004% 15-20% 2-5% 0.2% <0.1% 2-3%

Mesin dan Peralatan Anestesi

Menyalurkan gas atau campuran gas anestetik yang aman ke rangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan membuang sisa campuran gas dari pasien

Modern dilengkapi langsung dengan ventilator mekanik alat pantau

Mesin dan Peralatan Anestesi

Komponen dasar mesin anestetik terdiri dari:1. Sumber O2, N2O dan udara tekan2. Alat pantau tekanan gas.3. Katup penurun tekanan gas4. Meter aliran gas5. Satu atau lebih penguap cairan anestetik6. Lubang keluar campuran gas7. Kendali O2 darurat

Tatalaksana Anestesi Umum Inhalasi Sungkup Muka

Indikasi :1. Pada operasi kecil dan sedang di daerah permukaan tubuh dan berlangsung singkat dengan posisi terlentang, tanpa membuka rongga perut.2. Keadaan umum pasien cukup baik (status ASA I atau II)3. Lambung dalam keadaan kosong

  Kontraindikasi :

1. Operasi di daerah kepala dan jalan napas2. Operasi dengan posisi miring atau tertelungkup

Tatalaksana Anestesi Umum Inhalasi Sungkup Muka Tatalaksana :

1. Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman2. Pasang alat pantau yang diperlukan3. Siapkan alat-alat dan obat resusitasi4. Siapkan mesin anestesi dengan sistem sirkuitnya dan gas anestesi

yang digunakannya5. Berikan O2 100% 5 L/menit selama 3-5 menit6. Induksi dengan tiopental (4-6 mg/kg berat badan) atau propofol

(2mg/kg berat badan)7. Setelah pasien tertidur (refleks bulu mata menghilang), sungkup

wajah ditempelkan rapat- rapat menutupi mulut dan hidung pasien. 8. Buka jalan napas pasien – ekstensikan leher.9. Buka / putar dial agent inhalasi dan N2O. 10. N20 diberikan 50%-70% dari volum semenit. Oksigen diberikan 30%- 50% dari volum semenit.

11. Berikan salah satu kombinasi obat inhalasi. Halotan/enfluran/Isofluran/Sevofluran diberikan dengan konsentrasi 2%, kemudian tiap lima kali inspirasi, konsentrasinya tingkatkan secara bertahap sampai diperoleh kedalaman anestesi yang diinginkan. Konsentrasi diturunkan jika anestesi terlalu dalam.

Lakukan rumatan anestesi12. Awasi pola napas pasien, bila tampak tanda-tanda hipoventilasi

berikan napas bantuan intermiten secara sinkron sesuai dengan irama napas pasien. Pantau denyut nadi dan tekanan darah13. Apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas/obat anestesi inhalasi. Halotan/enfluran/isofluran/sevofluran dihentikan beberapa menit sebelum operasi. N2O dihentikan ketika akhir penjahitan kulit. Berikan O2 saja 100% (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit sampai pasien terbangun

DAFTAR PUSTAKA 

1. Latief S A, Suryadi K A, Dachlan M R. Anestetik Inhalasi dalam buku : Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua, hal 48-

64, penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI, Jakarta, 2010

2. Miller RD. Anasthesia. 7th ed. Churchill Livingstone Philadelphia 2010; 515 – 708

3. Campagna JA, Miller KW, Forman SA. Mechanisms of actions of inhaled anesthetics : The New England Journal Of

Medicine. 2003; Vol. 348: 1533-4406. Available from:URL: http://search.ebscohost.com

4. Stachnik J. Inhaled anesthetic agents – Formulary Review: Am J Health-Syst Pharm. 2006; 63:623-34. Available from:URL:

http://search.ebscohost.com

5. EGER II EI. Characteristics of anesthetic agents used for induction and maintenance of general anesthesia. Am J Health-Syst

Pharm. 2004; Vol 61 : S3 – 10. Available from:URL: http://search.ebscohost.com

6. GOLEMBIEWSKI  JULIE. Considerations in selecting an inhaled anesthetic agent: Case studies. Am J Health-Syst Pharm.

2004; Vol 61 : S10 – 7. Available from:URL: http://search.ebscohost.com

7. Gupta DK, Eger II EI. Inhaled Anesthesia: The Original Closed-Loop Drug Administration Paradigm : Clinical

pharmacology & Therapeutics . 2008; vol 84: 15 – 18. Available from:URL: http://search.ebscohost.com

8. Dabson MB. Teknik anastesi umum : Penuntun praktis anestesi, World Health Organization. 1994 ; 8 : 75 – 76.

9. Wrobel M, Werth M. Obat – obat anestesi : Pokok – pokok Anestesi : Kompendium untuk Praktik Sehari – Hari. 2010 ; 5 : 39

10. Joenoerham J, Latief S A, Anestesi Umum dalam buku : Anestesiologi, editor: Muhiman M, Thaib R M, Sunatrio S, Dahlan

R, hal 93-102, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI Jakarta, 1989.

11. Mangku G, Anestesi Inhalasi dalam buku Standar Pelayanan dan Tatalaksana Anestesia-Analgesia dan Terapi Intensif, hal

28, penerbit Bagian Anestesiologi dan Reanimasi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar, 2000.

TERIMA KASIH