82509166-konsep-kista-ovarium
TRANSCRIPT
1. Konsep Kista Ovarium
a. Definisi
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya
memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda
seperti bubur (Dewa, 2000)
Kista adalah pembesaran suatu organ yang di dalam berisi cairan seperti balon yang berisi
air. Pada wanita organ yang paling sering terjadi Kista adalah indung telur. Tidak ada
keterkaitan apakah indung telur kiri atau kanan. Pada kebanyakan kasus justru tak
memerlukan operasi. (http:// suara merdeka.com).
b. Sifat
Kista Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja. Sasuai suklus
menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya
seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi
dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista
yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak
menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami
pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia
masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu,
karena mungkin kstanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak
menimbuklkan nyeri pada saat haid.
Kista Patologis ( Kanker Ovarium )
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka
kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan
tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70%
pasien dating pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer.
Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak
disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti
penyakit umumnya. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian
bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah
cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan
melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian
perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan
ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski
jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum
diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut.
Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal
dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista
abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat
ganas.
c. Jenis
Jenis kista indung telur meliputi:
Kista Fungsional
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seperti terpuntir/
pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung
telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bulan.
Kista Dermoid
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi
beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua
indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/
pecah.
Kista Cokelat ( Edometrioma )
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan
terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan
tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan
menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa
sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
Kistadenoma
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini
juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya
akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama
pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Klasifikasi Kistadenoma:
Kistadenoma ovarii serosum
Kistadenoma ovarii musinosum
d. Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan
tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan
normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan
sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan
bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan
yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi
oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.
Factor yang menyebabkan gajala kista meliputi:
Gaya Hidup Tidak Sehat
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
Zat tambahan pada makanan
Kurang olah raga
Merokok dan konsumsi alcohol
Terpapar denga polusi dan agen infeksius
Sering stress
Factor Genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang
bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
e. Epidemiologi
Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan
sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian
terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena
penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah
berada dalam stadium akhir. Kista dermoid yang merupakan bagian dari kista ovarium 80 %
didapati pada penderita yang berusia antara 20-30 tahun. Pada wanita usia muda (biasanya
kurang dari 40 tahun) resiko tumor menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat
dikontrol dengan USG pelvic. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause. Pada usia rata-rata 30
tahun, tumor rata-rata berukuran 6 cm dan teratoma bilateral kira-kira 10 %. Sebagian besar
wanita dengan teratoma matur bersifat asimptomatik. Pada kista dermoid yang
simptomatik,sebagian besar timbul nyeri perut dan perasan yang tidak menyenangkan.
f. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa
dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal
akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan
siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature.
Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur
1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista
fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya
ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera
menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah
lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi
cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai
mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah
pelvis.
g. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
Gangguan haid
Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih
Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut
Nyeri saat bersenggama
Pada stadium lanjut:
Asites
Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut (usus dan
hati)
Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
Gangguan buang air besar dan kecil
Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada
h. Pemeriksaan Diagnostik
Deteksi dini
Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium
berada didalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker
ovarium ini di deteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar
maka akan terabab ada benjolan. Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya
akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda tanda kanker atau tidak.
Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy)
untuk memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan
laparskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan dan
tumor marker dengan pemeriksaan darah.
i. Penatalaksanaan
Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,
misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan
tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi
luka operasi ( Lowdermilk.dkk. 2005:27 ).
j. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian umum pada kista:
- ada tidaknya nyeri di perut bagian bawah?
- ada tidaknya gangguan BAB dan BAK?
- ada tidaknya asites?
- ada tidaknya perut membuncit?
- ada tidaknya gangguan nafsu makan?
- ada tidaknya kembung?
- ada tidaknya sesak nafas?
Pengkajian diagnostic kista:
- USG: ada tidaknya benjolan > 5 cm
- CT Scan: ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan
Diagnosa
1. Nyeri b.d putaran tangkai tumor atau infeksi pada tumor
2. Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya
3. Gangguan harga diri b.d perubahan ferminimitas dan efek hubungan seksual
Intervensi keperawatan
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor
Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan nyeri berkurang sampai hilang sama
sekali
Intervensi:
Intervensi Rasional
Kaji tingkat dan intensitas nyeri mengidentifikasi lingkup masalah
Atur posisi senyaman mungkin. Menurunkan tingkat ketegangan pada
daerah nyeri
Kolabarasi untuk pemberian terapi
analgesik
menghilangkan rasa nyeri
Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi Merelaksasi otot – otot tubuh
Dx 2: Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya
Tujuan: Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas)
berkurang.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan
klien.
mengidentifikasi lingkup masalah secara
dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya
Berikan kesempatan tentang apa yang
dia rasakan
memberikan minat dan memperbaiki
kesalahan konsep
Berikan penjelasan tentang semua
permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya
Informasi yang tepat menambah
wawasan klien sehingga klien tahu
tentang keadaan dirinya
Bina hubungan yang terapeutik dengan
klien
Hubungan yang terapeutuk dapat
menurunkan tingkat kecemasan klien
Dx 3: Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan feminimitas dan efek
hubungan seksual
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperwatan menyatakan penerimaan diri pada
situasi dan adaptasi perubhan pada citra tubuh
Intervensi:
Intervensi Rasional
Kaji stress emosi klien untuk melakukan tindakan selanjutnya
Berikan kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya terhadap
perubahan status kesehatannya
Memberikan minat dan perhatian serta
memperbaiki kesalahan konsep
Berikan informasi yang akurat memberikan kesempatan pada pasien
untuk bertanya dan mengasimilasi
informasi
Berikan dukungan spiritual kepada klien agar klien tetap bersemangat dan tidak
berputus asa terhadap perubahan status
kesehatannya
2. Konsep Myoma Uteri
a. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid (Ilmu
Kandungan, 1999).
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos
dan jaringan fibrosa (Sylvia A.P, 1994:241).
Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan iaitu lapisan terluar perimetrium,
lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium (Tortora
dan Derrickson, 2006). Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos
berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua
lapisan ini beranyaman.Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan
berelaksasi (Prawirohardjo, 2007). Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari
myometrium dipanggil leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka ianya sering
dipanggil sebagai fibroid ( Kumar,Abbas,Fausto dan Mitchell, 2007). Mioma uteri juga
adalah berasingan, bulat, berbatas tegas, warna putih hingga merah jambu pucat, bersifat
jinak dan terdiri dari otot polos dengan kuantiti jaringan penghubung fibrosa yang berbeda-
beda. Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari corpus uteri dan lagi 5% berasal dari serviks.
Mioma uteri juga adalah tumor pelvis yang sering terjadi dan diperkirakan sebanyak 10%
kasus ginekologi umumnya (Martin L, 2001). Neoplasma jinak ini mempunyai banyak nama
sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, fibroid atau pun
mioma uteri (Prawirohardjo, 2007).
b. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang berpendapat:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa:
Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell
nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, 1996:282)
c. Manifestasi Klinis
Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan
komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi
Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
nekrosis dan peradangan
Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis,
hidroureter, poliuri
Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma submukosum
Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.
d. Epidemiologi
Frekwensi mioma uteri kurang lebih 10% dari jumlah seluruh penyakit pada alat-alat genital
dan merupakan tumor pelvis. Angka kejadian tumor ini sulit ditentukan secara tepat karena
tidak semua penderita dengan mioma uteri memiliki keluhan. Berdasarkan otopsi, Novak
menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita
berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarche.
Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal
myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % )dan pada korpus uteri (97 %).
Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang
dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak
terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata- rata 42,97 tahun. Keluhan utama
terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%).
Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi
anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr%
dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai
tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%) (Ran Ok et-al,
2007 yang dikutip Muzakir, 2008).
e. Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal.
Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot
polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih
sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada
mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke
mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan
subserosum.
Penyebab belum diketahui
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun
Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
Albumin : turun
2. USG
Terlihat massa pada daerah uterus
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan
operasi
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi
g. Penatalaksanaan
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai.. Pada
mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause
tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga
bulan atau enam bulan.
Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan
operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total
abdominal.
Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy
and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ). TAH – BSO adalah suatu tindakan
pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan
melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan
chronic endrometriosis .
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu tindakan
pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus,
serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan
chronic endometriosis
h. Asuhan keperawatan