8. bab vii kumite
TRANSCRIPT
BAB VII
K U M I T E
Secara harfiah Kumite berarti tangan – tangan yang bersilangan
/ beradu. Dalam pemahaman Karate-dō murni yang berlandaskan Zen ia tidak
dianggap sebagai sebuah bentuk pertarungan namun didefinisikan lebih jauh
sebagai sebuah bentuk latihan dimana dua orang yang saling berhadapan dalam
sebuah arena berusaha secara keras dan sportif untuk saling menunjukkan
teknik terbaik mereka kepada lawannya dengan tetap tunduk dalam aturan yang
sangat ketat.
Pada awalnya hanya dikenal Kata sebagai satu – satunya bentuk kompetisi yang
dikenal dalam Karate di era tradisional.Baru pada tahun 1920-an dimulai usaha
perumusan bentuk baku dari apa yang kita kenal sekarang sebagai Kumite
dengan mengadopsi model pertandingan Kendō dan Judō ( lihat Bab III Sejarah ).
Karena bersumber / berpatokan pada Budō maka secara otomatis dalam
pemahaman secara keseluruhan Kumite bersandar pada lima konsep filosofis
tradisional Zen , yaitu : 1. Ma-ai
2. Tsukuri
3. Kake
4. Kuzushi
5. Senryaku / Senjutsu
1. Ma-ai , adalah konsep jarak yang dianggap penting sekali bagi orang
Jepang bahkan dalam aspek kehidupan sehari – hari pun. Seorang yang bisa
memahami secara baik konsep ini akan mampu menembus sebuah celah yang
paling kecil sekalipun karena ia dapat memanfaatkan peluang waktu secara
tepat. Dalam penerapannya pada sebuah pertarungan dikenal adanya tiga
macam Ma-ai , yaitu :
a. To-ma , jarak yang terlalu jauh dengan lawan.
Dalam jarak seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah selalu serileks
mungkin sambil mulai membaca lawan secara global.
b. Juban no ma , jarak yang sempurna dengan lawan.
Dalam jarak yang seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah sudah siap
mebuat sebuah keputusan pasti apabila berlanjut ke arah Chika-ma.Bila terlalu
lama berada pada Juban no ma tanpa memiliki sebuah keputusan apa pun lebih
baik bergerak kembali ke arah To-ma.
c. Chika-ma , jarak yang terlalu dekat dengan lawan.
Dalam jarak yang seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah siap
menghadapi apa pun yang terjadi dengan segala resikonya dan jika telah
memungkinkan melaksanakan sebuah teknik maka sangat disarankan kembali
secepatnya ke arah Juban no ma atau bahkan ke arah To-ma.
2. Tsukuri , adalah konsep kesiapan fisik tubuh secara total dengan
penerapan utama dalam hal melakukan serangan, serangan balik maupun
memindahkan tubuh.
3. Kake , adalah konsep yang menekankan pentingnya faktor variasi
dalam melakukan teknik pada sebuah serangan.
4. Kuzushi , adalah konsep yang menggambarkan keadaan pikiran
yang bebas dari seluruh perasaan yang tertekan sehingga memudahkan
seseorang memanfaatkan kekuatan maupun posisi tubuh lawannya dalam
melakukan serangan yang efisien.
5. Senryaku / Senjutsu , adalah konsep tentang strategi pertarungan
yang berdasarkan inisiatif / insting. Ada beberapa model yang dikenal yang
biasanya menjadikan seseorang bertipe tertentu dalam model Kumite modern :
a. Sen no sen , berarti siaga untuk mengantisipasi serangan.
b. Go no sen , berarti melakukan tangkisan terhadap serangan
dan segera melancarkan sebuah serangan balik.
c. Sen - ken , berarti melakukan gerakan untuk mengantisipasi
gerakan lawan.
d. Tai no sen , berarti inisiatif yang baru diambil seseorang yang
bertahan apabila lawannya mulai menyerang.
e. Sakki , berarti inisiatif yang paling tertinggi tingkatannya
karena seseorang mampu “membaca” rencana pergerakan lawannya dan
mampu melakukan serangan terlebih dahulu sebelum lawannya melancarkan
sebuah serangan.
Dalam kaitan dengan Budō juga haruslah diketahui dengan baik apa yang
disebut sebagai Kyusho ( titik – titik vital pada tubuh ) yang menjadi sasaran
dari Atemi ( serangan yang sempurna dan terfokus ). Atemi yang maksimal
akan menghasilkan rasa sakit yang luar biasa , dan untuk itu diperlukan sebuah
metode tradisional yang disebut Kuatsu ( terapi pemijatan pada titik – titik
tertentu yang berfungsi untuk menetralisir rasa sakit yang diakibatkan Atemi ).
Dalam konsep Kumite Karate modern ada 8 unsur yang harus dikuasai seorang
peserta dalam sebuah kompetisi :
1. Semangat yang teguh
2. Teknik yang baik
3. Kecepatan
4. Waktu & Jarak yang tepat
5. Kestabilan tubuh, pernafasan dan tenaga
6. Kesadaran ( Zanshin )
7. Konsentrasi & Fokus
8. Sportifitas mental
Dalam standar Kumite yang dipakai oleh Shotokan dikenal tiga
buah kelompok besar Kumite , yaitu :
1. Kihon Kumite (Kumite Dasar), terdiri atas : Ippon, Sanbon &
Gohon.Dipakai sebagai salah satu metode latihan dan
materi ujian Kyu.
2. Jiyu Ippon Kumite (Kumite setengah bebas).Bisa dipakai
sebagai metode latihan, materi ujian maupun pertandingan.
3. Jiyu Kumite (Kumite Bebas) , hanya dipakai dalam
pertandingan resmi.
Dalam Jiyu Kumite pertandingan dipimpin oleh Wasit (Sushin) yang
dibantu oleh Juri (Fukushin) dan diamati oleh Arbitrator (Kansha) dalam
memberikan penilaian maupun hukuman pada dua orang kontestan yang
menggunakan dua buah sabuk yang berbeda warna (Shiro-Aka / Putih-Merah ataupun
Ao-Aka / Biru-Merah) dan berdasarkan Contact-Factor secara umum dikenal dua
jenis sistem utama Kumite :
1. Full Body Contact , yaitu Kumite tanpa adanya pengontrolan
apapun dalam melancarkan sebuah serangan.Biasanya
dibagi dalam 3 set dalam setiap babaknya, dan pemenang
ditentukan seperti model pertandingan tinju yaitu perolehan
angka terbanyak atau yang berhasil meng-KO kan lawannya
lebih dulu.Kyokushinkai merupakan pelopor dalam hal ini.
2. Sun Dome , yaitu Kumite dengan pengontrolan sebuah
serangan dimana sebuah serangan hanya cukup berakhir
lebih kurang pada permukaan kulit saja dan dengan cepat
ditarik kembali.Sistem ini diadopsi oleh mayoritas aliran /
perguruan Karate-do di dunia dan merupakan sistem wajib
yang dianut oleh WKF. Waktu pertandingan berlangsung
antara 2~3 menit dan siapa yang yang berhasil
mengumpulkan nilai tertinggi sampai waktu habis adalah
pemenangnya.Apabila nilai berakhir seri akan dilanjutkan
dengan sebuah Enchosen (perpanjangan waktu) dengan
sistem Sudden-death. Yang mana dalam penilaian itu
akumulasi angka (Waza-ari, Ippon, Nihon & Sanbon) dan
pelanggaran (Chukoku, Keikoku, Hansoku Chui, Hansoku)
diterapkan secara ketat.Dilakukan dengan beberapa alat
pengaman dalam prakteknya seperti Hand Protector
(pelindung tangan) , Gum Shield (pelindung gusi/gigi) , dsb.
Sistem penilaian yang dipakai dalam jenis ini ada tiga, yaitu :
- Ippon Shobu , adalah sistem penilaian dalam Kumite
yang pertama kali dikenal. Seseorang hanya
membutuhkan 2 buah Waza-ari (nilai ½) atau 1 buah
Ippon (nilai 1) untuk bisa keluar sebagai pemenang
sebelum waktu habis. Dalam prakteknya menggunakan
1 wasit, 4 juri & 1 arbitrator. JKA dalam kegiatan intern
nya masih menggunakan sistem ini sampai sekarang.
- Sanbon Shobu , adalah sistem penilaian dalam Kumite
yang mulai muncul pada tahun 1980-an. Seseorang
bisa keluar sebagai pemenang apabila telah berhasil
mengumpulkan 6 buah Waza-ari atau 3 buah Ippon
sebelum waktu habis.Disebut juga sebagai “Mirror
Kumite System” karena dalam prakteknya hanya
menggunakan 1 wasit & 1 juri ( yang saling berdiri
berhadapan seperti seseorang yang bercermin ) serta 1
arbitrator.
- Sistem penilaian yang terakhir biasanya secara umum
terlanjur disebut sebagai Shobu Hajime ( yang diambil
dari aba – aba pertama yang diucapkan wasit di saat akan memu-
lai sebuah pertandingan ) . Namun saya sendiri lebih me-
milih untuk menggunakan nama Saidai Hyōka Shobu
( pertandingan dengan nilai maksimum ) apabila di
perkenankan untuk memilih sebuah nama yang
cocok dalam frasa bahasa Jepang. Hal ini
dikarenakan seseorang baru bisa keluar sebagai pe
menang sebelum waktu habis apabila telah berhasil
meraih nilai yang harus berselisih 8 buah Ippon
dengan nilai yang dikumpulkan lawannya. Dalam
prakteknya menggunakan 1 wasit, 3 juri & 1
arbitrator.Dalam sistem ini teknik – teknik kaki
mendapat peghargaan nilai yang lebih besar dari
pada teknik – teknik tangan.
BEBERAPA CATATAN PENUTUP
- Berbeda dengan umumnya Karate-do di negara – negara
lain maka perkembangan Karate-do di Indonesia seringkali
dibenturkan pada unsur politik, dalam hal ini contoh kasus
yang paling jelas adalah pembatasan jumlah anggota
perguruan Karate di bawah Forki yang dampaknya seringkali
terjadi “kudeta sepihak” pada intern perguruan yang
bersangkutan. Padahal dilihat dari kacamata sejarahnya,
pendirian sebuah perguruan / aliran adalah hal yang wajar
dalam perkembangan seni beladiri apapun.
- Profesionalime dan manajemen dalam pengelolaan sebuah
Dōjo, perguruan dan federasi masih sangat minim sehingga
prestasilah yang akan merasakan dampaknya secara
langsung dikarenakan di Indonesia orang lebih
mengutamakan “ citarasa hubungan sosial-tradisional ”
dalam pembinaan olahraga Karate.
Bandingkanlah ini dengan para instruktur Karate di luar
negeri (Eropa, Jepang & Amerika) yang secara total memilih
instruktur Karate-do sebagai profesi utamanya.
- Shotokan tercatat sebagai aliran perintis awal Karate-dō di
Indonesia lewat PORKI dan sampai saat ini pun tercatat
bahwa semua perguruan yang beraliran Shotokan memiliki
anggota yang tergolong sangat besar di seluruh Indonesia
(Lemkari , Inkai & Inkado).Namun ironisnya tidak ada satu
pun dari perguruan itu yang “berani & bangga” mengusung
nama besar Shotokan dalam nama resminya.
- Meskipun saat ini Karate-dō dikonotasikan oleh umum
sebagai seni beladiri yang hanya menggunakan anggota
tubuh saja namun pada beberapa perguruan di Okinawa,
Jepang, Eropa & Amerika sampai saat ini masih bisa
didapati penggunaan beberapa senjata tradisional Jepang
dalam metode latihan di intern Dōjo yang bersangkutan
dimana hal itu jarang sekali dimasukkan sebagai sebuah
nomor dalam kategori pertandingan resmi. Berikut saya
cantumkan 11 buah senjata tradisional Jepang :
Bo , sejenis toya
Katana, pedang yang dipakai Samurai
Tonfa, kayu berbentuk ├
Nunchaku, dua kayu kecil yang dihubungkan
dengan tali / rantai (Double-Stick)
Shinai, pedang dari empat bilah bamboo
Boken, Katana yang terbuat dari kayu
Sai, sejenis trisula
Naginata, tongkat kayu panjang dengan bilah
logam tajam di ujungnya
Ekku, sejenis dayung
Kusari-gama, rantai dengan sabit pada salah satu
ujungnya
Jitte / Yari, tongkat kayu panjang bercabang
dengan pisau kecil pada cabang itu
UCAPAN TERIMAKASIH
- Kepada Allah SWT yang menganugerahi saya akal dan
perasaan dalam menyusun buku ini.
- Kepada keluarga yang memberikan dukungan material dan
moral selama proses berlangsung.
- Kepada Nabil yang memberikan bantuan perangkat dan
petunjuk dalam penggunaan komputer untuk menyusun buku ini.
- Kepada Guntur (bawah kanan) dan Sugiarta (bawah kiri) atas
kesediaannya menjadi model peraga dalam edisi buku yang asli.
- Mrs. Emi Mineo yang memberikan bantuan dalam memahami
frasa – frasa khusus yang berkaitan dengan bahasa Jepang.
- Miss Nandini Khrishnan yang memberikan bantuan dalam
memahami frasa – frasa khusus yang berkaitan dengan bahasa
Sanskerta.
- Dr. Fathy Abdullah ,Sp. R.M. yang memberikan bantuan dalam
analisa teknis-ilmiah khusus yang berkaitan dengan bidang Faal
Tubuh Ilmu Kedokteran.
- Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung yang tak bisa saya sebutkan satu persatu disini .
D A F T A R P U S T A K A
BUKU DAN MAJALAH
- Arifin, HM.Prof, M.Ed. Menguak Misteri Ajaran Agama – Agama Besar. Jakarta
: Golden Terayon Press , 1997.
- Aurobindo, Sri. Essays on the Gita. Calcutta : Sri Aurobindo Ashram Dept. ,
1997
- Bertens, K. DR. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius , 1991.
- Bury, J.P.T. France 1814 – 1940. London : Methuen & Co Ltd , 1969.
- Chandra, T. Kamus Bahasa Indonesia – Jepang. Jakarta : Kursus Bahasa
Jepang Evergreen , 2002.
- Chandra, T. Kamus Bahasa Indonesia – Jepang. Jakarta : Kursus Bahasa
Jepang Evergreen , 2002.
- Chandra, T. Kamus Bahasa Jepang - Indonesia. Jakarta : Kursus Bahasa
Jepang Evergreen , 2002.
- Daldjoeni, N.Drs. Geografi Kesejarahan I (peradaban Dunia). Bandung : Alumni
, 1987.
- Daldjoeni, N.Drs. Ras – Ras Umat Manusia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti ,
1991.
- Echols, John M. dan Hassan Shadily.Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta :
Gramedia , 1991.
- Echols, John M. dan Hassan Shadily.Kamus Indonesia - Inggris. Jakarta :
Gramedia , 1997.
- Eka, Tatang.Dr. ,Sp.B. Cedera pada Sendi Lutut. Jurus : 07 (September, 1999)
, 40 – 41.
- Ellison, Arthur E. , M.D. et all. Athletic Training and Sports Medicine. Illinois :
The American Academy of Orthopaedic Surgeons , 1984.
- Gayo, Iwan. Buku Pintar Seri Senior. Jakarta : Iwan Gayo Associates , 1987.
- Gluck, Jay. Zen Combat. New York : Ballantine Books , 1962.
- Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta : Tintamas , 1986.
- Irwan S., Agus. Cedera Pergelangan Kaki. Jurus : 01 (Juni, 1999), 20 – 21.
- Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Jepang Dewasa Ini. Jakarta : The
International Society for Educational Information, Inc. , 1989.
- Keraf, Gorys.DR. Komposisi. Flores : Nusa Indah , 1989.
- La Cava , G.Prof. Pengobatan dan Olahraga. Effhar Group : tanpa tempat &
tahun.
- Lowry, Dave. The Harmony of the Tonfa. Black Belt : (December, 2003), 22-24.
- Morris, Tommy. New WKF Karate Rules. Madrid : WKF Publishing , 2003.
(Terjemahan Indonesia : Peraturan Pertandingan WKF , - PB FORKI ,2003)
- Nakayama, M. Best Karate – 1. Vol. :Comprehensive. Tokyo : Kodansha
International Ltd. , 1978.
- Norris, Chuck. A Dictionary of the Martial Arts. Burbank, CA. : Ohara
Publications, Inc. , 2003.
- Norris, Chuck. Winning Tournament Karate. Burbank, CA. : Ohara Publications,
Inc. , 2003.
- Perry, Paul. Bebas Cidera Karate. Jakarta : Ghalia Indonesia , 1994.
- Raven, Chr.P.Prof.dr. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan , 2003.
- Rielly, Robin L. Complete Shotokan Karate. Boston : Charles E. Tuttle Co., Inc.
, 1998.
- Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers , 1990.
- Soemanto, Wasty.Drs. , MPD. Pengantar Psikologi. Jakarta ; Bina Aksara,
1988.
- Sugiarto. Menyingkap tabir Shaolin. Jakarta :Elex Media Komputindo , 2003.
- Sujoto, J.B. Teknik Oyama Karate. Jakarta : Elex Media Komputindo , 1994.
- Sumobroto, Sugihardjo.DR dan Budiawan. Sejarah Peradaban Barat Klasik.
Yogyakarta : Liberty , 1989.
- Takuan. Fudochi Shinmyo Roku. Transl. by Mariko Akashi and Tad Tohan.
Traditions I : no.1 (1976) , 9-34.
I N T E R N E T
- www. catsyscorp .com
- www. cyberkwoon .com
- www. 24fightingchickens .com
- www. fska .com
- www. google .com
- www. hinode karate .ca
- www. itkf .org
- www. jka .or
- www. kalaripayattu .org
- www. kamikaze .com
- www. karatebc .org
- www. karatedo .co
- www. kerala .com
- www. naturemagics .com
- www. pbforki .org
- www. reference .com
- www. shotokai .com
- www. skif .jp
- www. tokaidojapan .com
- www. virtualginza .com
- www. wikipedia .com
- www. wkf .net
- www. yahoo .com
AUDIO – VISUAL
- Kanazawa, Hirokazu. 26 Shotokan Kata. Tokyo : Centred-
Mind Films , 1986.
- JKF. 15th WKF Championship ,1 & 2 Vol. Tokyo : Champ Co.
Ltd. , 2000.