8. bab vii kumite

16
BAB VII K U M I T E Secara harfiah Kumite berarti tangan – tangan yang bersilangan / beradu. Dalam pemahaman Karate-dō murni yang berlandaskan Zen ia tidak dianggap sebagai sebuah bentuk pertarungan namun didefinisikan lebih jauh sebagai sebuah bentuk latihan dimana dua orang yang saling berhadapan dalam sebuah arena berusaha secara keras dan sportif untuk saling menunjukkan teknik terbaik mereka kepada lawannya dengan tetap tunduk dalam aturan yang sangat ketat. Pada awalnya hanya dikenal Kata sebagai satu – satunya bentuk kompetisi yang dikenal dalam Karate di era tradisional.Baru pada tahun 1920-an dimulai usaha perumusan bentuk baku dari apa yang kita kenal sekarang sebagai Kumite dengan mengadopsi model pertandingan Kendō dan Judō ( lihat Bab III Sejarah ). Karena bersumber / berpatokan pada Budō maka secara otomatis dalam pemahaman secara keseluruhan Kumite bersandar pada lima konsep filosofis tradisional Zen , yaitu : 1. Ma-ai 2. Tsukuri 3. Kake 4. Kuzushi 5. Senryaku / Senjutsu

Upload: mas-rozi

Post on 31-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: 8. Bab VII Kumite

BAB VII

K U M I T E

Secara harfiah Kumite berarti tangan – tangan yang bersilangan

/ beradu. Dalam pemahaman Karate-dō murni yang berlandaskan Zen ia tidak

dianggap sebagai sebuah bentuk pertarungan namun didefinisikan lebih jauh

sebagai sebuah bentuk latihan dimana dua orang yang saling berhadapan dalam

sebuah arena berusaha secara keras dan sportif untuk saling menunjukkan

teknik terbaik mereka kepada lawannya dengan tetap tunduk dalam aturan yang

sangat ketat.

Pada awalnya hanya dikenal Kata sebagai satu – satunya bentuk kompetisi yang

dikenal dalam Karate di era tradisional.Baru pada tahun 1920-an dimulai usaha

perumusan bentuk baku dari apa yang kita kenal sekarang sebagai Kumite

dengan mengadopsi model pertandingan Kendō dan Judō ( lihat Bab III Sejarah ).

Karena bersumber / berpatokan pada Budō maka secara otomatis dalam

pemahaman secara keseluruhan Kumite bersandar pada lima konsep filosofis

tradisional Zen , yaitu : 1. Ma-ai

2. Tsukuri

3. Kake

4. Kuzushi

5. Senryaku / Senjutsu

Page 2: 8. Bab VII Kumite

1. Ma-ai , adalah konsep jarak yang dianggap penting sekali bagi orang

Jepang bahkan dalam aspek kehidupan sehari – hari pun. Seorang yang bisa

memahami secara baik konsep ini akan mampu menembus sebuah celah yang

paling kecil sekalipun karena ia dapat memanfaatkan peluang waktu secara

tepat. Dalam penerapannya pada sebuah pertarungan dikenal adanya tiga

macam Ma-ai , yaitu :

a. To-ma , jarak yang terlalu jauh dengan lawan.

Dalam jarak seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah selalu serileks

mungkin sambil mulai membaca lawan secara global.

b. Juban no ma , jarak yang sempurna dengan lawan.

Dalam jarak yang seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah sudah siap

mebuat sebuah keputusan pasti apabila berlanjut ke arah Chika-ma.Bila terlalu

lama berada pada Juban no ma tanpa memiliki sebuah keputusan apa pun lebih

baik bergerak kembali ke arah To-ma.

c. Chika-ma , jarak yang terlalu dekat dengan lawan.

Dalam jarak yang seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah siap

menghadapi apa pun yang terjadi dengan segala resikonya dan jika telah

memungkinkan melaksanakan sebuah teknik maka sangat disarankan kembali

secepatnya ke arah Juban no ma atau bahkan ke arah To-ma.

2. Tsukuri , adalah konsep kesiapan fisik tubuh secara total dengan

penerapan utama dalam hal melakukan serangan, serangan balik maupun

memindahkan tubuh.

3. Kake , adalah konsep yang menekankan pentingnya faktor variasi

dalam melakukan teknik pada sebuah serangan.

Page 3: 8. Bab VII Kumite

4. Kuzushi , adalah konsep yang menggambarkan keadaan pikiran

yang bebas dari seluruh perasaan yang tertekan sehingga memudahkan

seseorang memanfaatkan kekuatan maupun posisi tubuh lawannya dalam

melakukan serangan yang efisien.

5. Senryaku / Senjutsu , adalah konsep tentang strategi pertarungan

yang berdasarkan inisiatif / insting. Ada beberapa model yang dikenal yang

biasanya menjadikan seseorang bertipe tertentu dalam model Kumite modern :

a. Sen no sen , berarti siaga untuk mengantisipasi serangan.

b. Go no sen , berarti melakukan tangkisan terhadap serangan

dan segera melancarkan sebuah serangan balik.

c. Sen - ken , berarti melakukan gerakan untuk mengantisipasi

gerakan lawan.

d. Tai no sen , berarti inisiatif yang baru diambil seseorang yang

bertahan apabila lawannya mulai menyerang.

e. Sakki , berarti inisiatif yang paling tertinggi tingkatannya

karena seseorang mampu “membaca” rencana pergerakan lawannya dan

mampu melakukan serangan terlebih dahulu sebelum lawannya melancarkan

sebuah serangan.

Dalam kaitan dengan Budō juga haruslah diketahui dengan baik apa yang

disebut sebagai Kyusho ( titik – titik vital pada tubuh ) yang menjadi sasaran

dari Atemi ( serangan yang sempurna dan terfokus ). Atemi yang maksimal

akan menghasilkan rasa sakit yang luar biasa , dan untuk itu diperlukan sebuah

Page 4: 8. Bab VII Kumite

metode tradisional yang disebut Kuatsu ( terapi pemijatan pada titik – titik

tertentu yang berfungsi untuk menetralisir rasa sakit yang diakibatkan Atemi ).

Dalam konsep Kumite Karate modern ada 8 unsur yang harus dikuasai seorang

peserta dalam sebuah kompetisi :

1. Semangat yang teguh

2. Teknik yang baik

3. Kecepatan

4. Waktu & Jarak yang tepat

5. Kestabilan tubuh, pernafasan dan tenaga

6. Kesadaran ( Zanshin )

7. Konsentrasi & Fokus

8. Sportifitas mental

Dalam standar Kumite yang dipakai oleh Shotokan dikenal tiga

buah kelompok besar Kumite , yaitu :

1. Kihon Kumite (Kumite Dasar), terdiri atas : Ippon, Sanbon &

Gohon.Dipakai sebagai salah satu metode latihan dan

materi ujian Kyu.

2. Jiyu Ippon Kumite (Kumite setengah bebas).Bisa dipakai

sebagai metode latihan, materi ujian maupun pertandingan.

3. Jiyu Kumite (Kumite Bebas) , hanya dipakai dalam

pertandingan resmi.

Page 5: 8. Bab VII Kumite

Dalam Jiyu Kumite pertandingan dipimpin oleh Wasit (Sushin) yang

dibantu oleh Juri (Fukushin) dan diamati oleh Arbitrator (Kansha) dalam

memberikan penilaian maupun hukuman pada dua orang kontestan yang

menggunakan dua buah sabuk yang berbeda warna (Shiro-Aka / Putih-Merah ataupun

Ao-Aka / Biru-Merah) dan berdasarkan Contact-Factor secara umum dikenal dua

jenis sistem utama Kumite :

1. Full Body Contact , yaitu Kumite tanpa adanya pengontrolan

apapun dalam melancarkan sebuah serangan.Biasanya

dibagi dalam 3 set dalam setiap babaknya, dan pemenang

ditentukan seperti model pertandingan tinju yaitu perolehan

angka terbanyak atau yang berhasil meng-KO kan lawannya

lebih dulu.Kyokushinkai merupakan pelopor dalam hal ini.

2. Sun Dome , yaitu Kumite dengan pengontrolan sebuah

serangan dimana sebuah serangan hanya cukup berakhir

lebih kurang pada permukaan kulit saja dan dengan cepat

ditarik kembali.Sistem ini diadopsi oleh mayoritas aliran /

perguruan Karate-do di dunia dan merupakan sistem wajib

yang dianut oleh WKF. Waktu pertandingan berlangsung

antara 2~3 menit dan siapa yang yang berhasil

mengumpulkan nilai tertinggi sampai waktu habis adalah

pemenangnya.Apabila nilai berakhir seri akan dilanjutkan

dengan sebuah Enchosen (perpanjangan waktu) dengan

sistem Sudden-death. Yang mana dalam penilaian itu

akumulasi angka (Waza-ari, Ippon, Nihon & Sanbon) dan

Page 6: 8. Bab VII Kumite

pelanggaran (Chukoku, Keikoku, Hansoku Chui, Hansoku)

diterapkan secara ketat.Dilakukan dengan beberapa alat

pengaman dalam prakteknya seperti Hand Protector

(pelindung tangan) , Gum Shield (pelindung gusi/gigi) , dsb.

Sistem penilaian yang dipakai dalam jenis ini ada tiga, yaitu :

- Ippon Shobu , adalah sistem penilaian dalam Kumite

yang pertama kali dikenal. Seseorang hanya

membutuhkan 2 buah Waza-ari (nilai ½) atau 1 buah

Ippon (nilai 1) untuk bisa keluar sebagai pemenang

sebelum waktu habis. Dalam prakteknya menggunakan

1 wasit, 4 juri & 1 arbitrator. JKA dalam kegiatan intern

nya masih menggunakan sistem ini sampai sekarang.

- Sanbon Shobu , adalah sistem penilaian dalam Kumite

yang mulai muncul pada tahun 1980-an. Seseorang

bisa keluar sebagai pemenang apabila telah berhasil

mengumpulkan 6 buah Waza-ari atau 3 buah Ippon

sebelum waktu habis.Disebut juga sebagai “Mirror

Kumite System” karena dalam prakteknya hanya

menggunakan 1 wasit & 1 juri ( yang saling berdiri

berhadapan seperti seseorang yang bercermin ) serta 1

arbitrator.

Page 7: 8. Bab VII Kumite

- Sistem penilaian yang terakhir biasanya secara umum

terlanjur disebut sebagai Shobu Hajime ( yang diambil

dari aba – aba pertama yang diucapkan wasit di saat akan memu-

lai sebuah pertandingan ) . Namun saya sendiri lebih me-

milih untuk menggunakan nama Saidai Hyōka Shobu

( pertandingan dengan nilai maksimum ) apabila di

perkenankan untuk memilih sebuah nama yang

cocok dalam frasa bahasa Jepang. Hal ini

dikarenakan seseorang baru bisa keluar sebagai pe

menang sebelum waktu habis apabila telah berhasil

meraih nilai yang harus berselisih 8 buah Ippon

dengan nilai yang dikumpulkan lawannya. Dalam

prakteknya menggunakan 1 wasit, 3 juri & 1

arbitrator.Dalam sistem ini teknik – teknik kaki

mendapat peghargaan nilai yang lebih besar dari

pada teknik – teknik tangan.

Page 8: 8. Bab VII Kumite

BEBERAPA CATATAN PENUTUP

- Berbeda dengan umumnya Karate-do di negara – negara

lain maka perkembangan Karate-do di Indonesia seringkali

dibenturkan pada unsur politik, dalam hal ini contoh kasus

yang paling jelas adalah pembatasan jumlah anggota

perguruan Karate di bawah Forki yang dampaknya seringkali

terjadi “kudeta sepihak” pada intern perguruan yang

bersangkutan. Padahal dilihat dari kacamata sejarahnya,

pendirian sebuah perguruan / aliran adalah hal yang wajar

dalam perkembangan seni beladiri apapun.

- Profesionalime dan manajemen dalam pengelolaan sebuah

Dōjo, perguruan dan federasi masih sangat minim sehingga

prestasilah yang akan merasakan dampaknya secara

langsung dikarenakan di Indonesia orang lebih

mengutamakan “ citarasa hubungan sosial-tradisional ”

dalam pembinaan olahraga Karate.

Bandingkanlah ini dengan para instruktur Karate di luar

negeri (Eropa, Jepang & Amerika) yang secara total memilih

instruktur Karate-do sebagai profesi utamanya.

- Shotokan tercatat sebagai aliran perintis awal Karate-dō di

Indonesia lewat PORKI dan sampai saat ini pun tercatat

bahwa semua perguruan yang beraliran Shotokan memiliki

Page 9: 8. Bab VII Kumite

anggota yang tergolong sangat besar di seluruh Indonesia

(Lemkari , Inkai & Inkado).Namun ironisnya tidak ada satu

pun dari perguruan itu yang “berani & bangga” mengusung

nama besar Shotokan dalam nama resminya.

- Meskipun saat ini Karate-dō dikonotasikan oleh umum

sebagai seni beladiri yang hanya menggunakan anggota

tubuh saja namun pada beberapa perguruan di Okinawa,

Jepang, Eropa & Amerika sampai saat ini masih bisa

didapati penggunaan beberapa senjata tradisional Jepang

dalam metode latihan di intern Dōjo yang bersangkutan

dimana hal itu jarang sekali dimasukkan sebagai sebuah

nomor dalam kategori pertandingan resmi. Berikut saya

cantumkan 11 buah senjata tradisional Jepang :

Bo , sejenis toya

Katana, pedang yang dipakai Samurai

Tonfa, kayu berbentuk ├

Nunchaku, dua kayu kecil yang dihubungkan

dengan tali / rantai (Double-Stick)

Shinai, pedang dari empat bilah bamboo

Boken, Katana yang terbuat dari kayu

Page 10: 8. Bab VII Kumite

Sai, sejenis trisula

Naginata, tongkat kayu panjang dengan bilah

logam tajam di ujungnya

Ekku, sejenis dayung

Kusari-gama, rantai dengan sabit pada salah satu

ujungnya

Jitte / Yari, tongkat kayu panjang bercabang

dengan pisau kecil pada cabang itu

Page 11: 8. Bab VII Kumite

UCAPAN TERIMAKASIH

- Kepada Allah SWT yang menganugerahi saya akal dan

perasaan dalam menyusun buku ini.

- Kepada keluarga yang memberikan dukungan material dan

moral selama proses berlangsung.

- Kepada Nabil yang memberikan bantuan perangkat dan

petunjuk dalam penggunaan komputer untuk menyusun buku ini.

- Kepada Guntur (bawah kanan) dan Sugiarta (bawah kiri) atas

kesediaannya menjadi model peraga dalam edisi buku yang asli.

- Mrs. Emi Mineo yang memberikan bantuan dalam memahami

frasa – frasa khusus yang berkaitan dengan bahasa Jepang.

- Miss Nandini Khrishnan yang memberikan bantuan dalam

memahami frasa – frasa khusus yang berkaitan dengan bahasa

Sanskerta.

Page 12: 8. Bab VII Kumite

- Dr. Fathy Abdullah ,Sp. R.M. yang memberikan bantuan dalam

analisa teknis-ilmiah khusus yang berkaitan dengan bidang Faal

Tubuh Ilmu Kedokteran.

- Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung yang tak bisa saya sebutkan satu persatu disini .

Page 13: 8. Bab VII Kumite

D A F T A R P U S T A K A

BUKU DAN MAJALAH

- Arifin, HM.Prof, M.Ed. Menguak Misteri Ajaran Agama – Agama Besar. Jakarta

: Golden Terayon Press , 1997.

- Aurobindo, Sri. Essays on the Gita. Calcutta : Sri Aurobindo Ashram Dept. ,

1997

- Bertens, K. DR. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius , 1991.

- Bury, J.P.T. France 1814 – 1940. London : Methuen & Co Ltd , 1969.

- Chandra, T. Kamus Bahasa Indonesia – Jepang. Jakarta : Kursus Bahasa

Jepang Evergreen , 2002.

- Chandra, T. Kamus Bahasa Indonesia – Jepang. Jakarta : Kursus Bahasa

Jepang Evergreen , 2002.

- Chandra, T. Kamus Bahasa Jepang - Indonesia. Jakarta : Kursus Bahasa

Jepang Evergreen , 2002.

- Daldjoeni, N.Drs. Geografi Kesejarahan I (peradaban Dunia). Bandung : Alumni

, 1987.

- Daldjoeni, N.Drs. Ras – Ras Umat Manusia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti ,

1991.

- Echols, John M. dan Hassan Shadily.Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta :

Gramedia , 1991.

- Echols, John M. dan Hassan Shadily.Kamus Indonesia - Inggris. Jakarta :

Gramedia , 1997.

Page 14: 8. Bab VII Kumite

- Eka, Tatang.Dr. ,Sp.B. Cedera pada Sendi Lutut. Jurus : 07 (September, 1999)

, 40 – 41.

- Ellison, Arthur E. , M.D. et all. Athletic Training and Sports Medicine. Illinois :

The American Academy of Orthopaedic Surgeons , 1984.

- Gayo, Iwan. Buku Pintar Seri Senior. Jakarta : Iwan Gayo Associates , 1987.

- Gluck, Jay. Zen Combat. New York : Ballantine Books , 1962.

- Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta : Tintamas , 1986.

- Irwan S., Agus. Cedera Pergelangan Kaki. Jurus : 01 (Juni, 1999), 20 – 21.

- Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Jepang Dewasa Ini. Jakarta : The

International Society for Educational Information, Inc. , 1989.

- Keraf, Gorys.DR. Komposisi. Flores : Nusa Indah , 1989.

- La Cava , G.Prof. Pengobatan dan Olahraga. Effhar Group : tanpa tempat &

tahun.

- Lowry, Dave. The Harmony of the Tonfa. Black Belt : (December, 2003), 22-24.

- Morris, Tommy. New WKF Karate Rules. Madrid : WKF Publishing , 2003.

(Terjemahan Indonesia : Peraturan Pertandingan WKF , - PB FORKI ,2003)

- Nakayama, M. Best Karate – 1. Vol. :Comprehensive. Tokyo : Kodansha

International Ltd. , 1978.

- Norris, Chuck. A Dictionary of the Martial Arts. Burbank, CA. : Ohara

Publications, Inc. , 2003.

- Norris, Chuck. Winning Tournament Karate. Burbank, CA. : Ohara Publications,

Inc. , 2003.

- Perry, Paul. Bebas Cidera Karate. Jakarta : Ghalia Indonesia , 1994.

- Raven, Chr.P.Prof.dr. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan , 2003.

- Rielly, Robin L. Complete Shotokan Karate. Boston : Charles E. Tuttle Co., Inc.

, 1998.

- Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers , 1990.

Page 15: 8. Bab VII Kumite

- Soemanto, Wasty.Drs. , MPD. Pengantar Psikologi. Jakarta ; Bina Aksara,

1988.

- Sugiarto. Menyingkap tabir Shaolin. Jakarta :Elex Media Komputindo , 2003.

- Sujoto, J.B. Teknik Oyama Karate. Jakarta : Elex Media Komputindo , 1994.

- Sumobroto, Sugihardjo.DR dan Budiawan. Sejarah Peradaban Barat Klasik.

Yogyakarta : Liberty , 1989.

- Takuan. Fudochi Shinmyo Roku. Transl. by Mariko Akashi and Tad Tohan.

Traditions I : no.1 (1976) , 9-34.

I N T E R N E T

- www. catsyscorp .com

- www. cyberkwoon .com

- www. 24fightingchickens .com

- www. fska .com

- www. google .com

- www. hinode karate .ca

- www. itkf .org

- www. jka .or

- www. kalaripayattu .org

- www. kamikaze .com

- www. karatebc .org

- www. karatedo .co

- www. kerala .com

- www. naturemagics .com

- www. pbforki .org

- www. reference .com

Page 16: 8. Bab VII Kumite

- www. shotokai .com

- www. skif .jp

- www. tokaidojapan .com

- www. virtualginza .com

- www. wikipedia .com

- www. wkf .net

- www. yahoo .com

AUDIO – VISUAL

- Kanazawa, Hirokazu. 26 Shotokan Kata. Tokyo : Centred-

Mind Films , 1986.

- JKF. 15th WKF Championship ,1 & 2 Vol. Tokyo : Champ Co.

Ltd. , 2000.