7964815 cdk 071 upaya peningkatan pelayanan rumah sakit

140

Upload: 105070201111009

Post on 26-Dec-2015

71 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit
Page 2: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

SambutanMenteri Kesehatan Republik Indonesia

pada Pembukaan Seminar UpayaPeningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Perhimpunan Rumah SakitSeluruh Indonesia

di Cipanas, 4 Agustus 1991

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,Hadirin yang saya hormati

Pertama-tama marilah kila panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena dengan ridho-Nya kita dapat bertemu dan berkumpul bersama pada Pem-bukaan Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit yang diselenggarakan olehPerhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) ini. Seminar ini saya anggappenting karena akan membahas peningkatan kemampuan dan pengetahuan para penge-lola rumah sakit termasuk tentang manajemen keuangan rumah sakit dan manajemenmutu pelayanan rumah sakit.

Tema yang dipilih yakni: Pemantapan Manajemen dalam Upaya Peningkatan Pe-layanan Rumah Sakit sangat relevan dengan upaya Departemen Kesehatan yang tengahberusaha meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatanguna mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia. Ini berarti PERSI sebagaiikatan profesi ikut melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap kemajuan pem-bangunan kesehatan.

Saudara-saudara,Kini kita telah memasuki tahun ketiga Repelita V yang merupakan Repelita terakhir

dalam pembangunan jangka panjang pertama.Selama dua puluh tahun terakhir ini telah banyak hasil yang dicapai dalam

pembangunan kesehatan. Perilaku hidup sehat telah semakin berkembang dalam masya-rakat, peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan kesehatan semakin luas,kesehatan lingkungan dan tempat pemukiman juga telah bertambah baik. Di samping itu,prasarana dan sarana pelayanan kesehatan telah semakin banyak dan lebih merata.Kesemuanya ini telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat hingga manusiaIndonesia dapat hidup lebih sejahtera dan produktif.

Kemajuan lain yang patut dicatat adalah bertambahnya rumah sakit dan jumlahtempat tidurrumah sakit di Indonesia. Pada awal tahun 1970-an kita hanya memiliki 1.116RS dengan 81.753 tempat tidur dan pada tahun 1990 kita telah memiliki 1.532 RS dengan118.565 tempat tidur. Sebagian dari rumah sakit tadi dimiliki oleh swasta (termasuk RSmilik penanam modal). Pada awal tahun 1970-an hanya terdapat 113 RS Swasta dan padatahun 1990 jumlah tadi meningkat menjadi 325 RS. Pada umumnya RS-RS Swasta tadidibangun di kota-kota besar.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 i

Page 3: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Meskipun sudah banyak kemajuan-kemajuan yang bermakna, namun RS-RS diIndonesia khususnya RS Pemerintah, masih menghadapi banyak masalah yang kompleks.Dalam menyelesaikan masalah tersebut saya ingin mengingatkan amanat GBHN 1988yang antara lain mengemukakan: Dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kese-hatan, perlu terus ditingkatkan mutu pelayanan rumah-rumah sakit, lembaga-lembagapemeliharaan kesehatan, pusat-pusat kesehatan masyarakat serta lembaga-lembaga ke-sehatan lainnya.

Untuk itu, perlu ditempuh langkah-langkah seperti: Peningkatan efisiensi pe-manfaatan dana, tenaga dan sarana, antara lain dengan deregulasi dan debirokratisasimanajemen program-program kesehatan termasuk sistem pengelolaan sumber dananya.

Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan seperti yang saya kutip tadi, Departe-men Kesehatan tengah mengembangkan secara berangsur-angsur rumah-rumah sakitpemerintah menjadi Lembaga Swadana. Pengembangan Lembaga S wadana ini bukanlahswastanisasi karena rumah sakit pemerintah tetap merupakan asset pemerintah. Subsidibagi Lembaga Swadana tetap akan ada, tetapi lambat laun secara bertahap akan dikurangiuntuk kemudian subsidi tadi direalokasi kepada institusi pelayanan kesehatan lain yanglebih membutuhkannya.

Perubahan status rumah sakit men jadi Lembaga Swadana akan berakibat perubahansistem manajemen di rumah sakit dengan implikasi penataan dan perubahan yang luas.Perubahan-perubahan tadi antara lain dalam hal: reneana tahunan yang integratif, sistemakuntansi, struktur organisasi, sistem pengawasan dan lain sebagainya. Disamping itu di-butuhkan pula tenaga-tenaga yang lebih profesional yang dapat mengelola rumah sakitsebagai suatu unit sosio-ekonomi. Pengembangan rumah sakit pemerintah menjadiLembaga Swadana bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan perangkat peraturan per-undang-undangan tersendiri.Disamping itu diperlukan pula persiapan yang cermat berdasarkan analisa yang akuratagar di kemudian hari Lembaga tadi dapat berjalan mulus.

Saudara-saudara sekalian,Pertambahan jumlah rumah sakit Swasta pada akhir-akhir ini cukup menggem-

birakan.Dengan peningkatan jumlah rumah sakit swasta terbukalah kesempatan yang lebih

baik kepada masyarakat untuk dapat memilih rumah sakit sesuai dengan keinginannya.Namun, perlu saya ingatkan bahwa setiap pengelola dan karyawan rumah sakit harus tetapberpegang pada peraturan perundangan yang berlaku antara lain tetap melaksanakanfungsi sosialnya dan etika rumah sakit.Kerjasama antar rumah sakit perlu dibina sedemikian rupa terutama dalam pengadaan danpemanfaatan alat-alat canggih dan pemenuhan tenaga khususnya tenaga medis danparamedis.

Dalam mendirikan rumah sakit swasta baru, saya menghimbau agar perencanaandibuat secara cermat semenjak jauh hari, termasuk perencanaan ketenagaan. Denganperencanaan yang baik akan terhindar tindakan-tindakan merekrut tenaga yang berasaldari rumah sakit lain yang akhirnya dapat mengganggu operasional rumah sakit tersebutdan mengganggu hubungan baik sesama anggota PERSI.

Akhirnya, saya ingin mengemukakan mengenai peningkatan kualitas pelayanankesehatan yang merupakan salah satu tujuan pokok Repelita V.Peningkatan kualitas ini diperlukan karena dalam duapuluh tahun terakhir kita telahberhasil meletakkan investasi sarana yang secara geografis telah menjangkau hampirseluruh wilayah tanah air. Karenanya sarana itu harus diisi dengan kegiatan dan pelayan-an yang lebih bermutu agar dampaknya juga lebih tinggi.Peningkatan mutu pelayananpun diperlukan karena masyarakat Indonesia sudah lebihkritis dan menuntut mutu pelayanan yang lebih baik.

Untuk mengetahui bahwa pelayanan yang diberikan lebih bermutu, dibutuhkanstanda-standar. Standarisasi ini harus segera dirumuskan dan ditetapkan sebagai ke-

ii Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 4: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

bijaksanaan operasional, sedangkan standar yang sudah selesai dibuat harus segera di-pedomani dengan penuh rasa tanggung jawab. Standar yang sudah dibuat tetapi tidakdimanfaatkan atau tidak dipedomani akan menjadi tidak berguna dan menjadi sia-sia. Halini sangat tidak saya inginkan.Saya harapkan Saudara-saudara para peserta Seminar sebagai pengelola rumah sakitharus mampu dan mau untuk secara bersama-sama memperhatikan pelaksanaan berbagaistandar yang sudah atau akan dibuat. Standar ini akan berperanan penting karena kitasudah mulai melaksanakan persiapan untuk melakukan akreditasi bagi semua rumah sakitdi Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,Kepada para pengelola rumah sakitbaik pemerintah maupun swasta yang ikut serta

dalam seminar ini saya harapkan akan banyak mendapat masukan yang nantinya dapatditerapkan di rumah sakit masing-masing. Dalam pengelolaan rumah sakit, khususnyarumah sakit swasta, harus tetap memperhatikan fungsi sosial rumah sakit.

Bagi pihak swasta yang bermaksud untuk mendirikan rumah sakit baru, pelak-sanaannya harus benar-benar berdasarkan studi kelayakan, survei evaluasi lingkungandan analisa dampak lingkungan agar di kemudian hari mempunyai dampak yang positifterhadap semua pihak.

Saudara-saudara sekalian,Demikianlah sambutan saya pada pembukaan seminar upaya peningkatan pe-

layanan rumah sakit yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Rumah Sakit SeluruhIndonesia ini.Semoga seminar ini dapat mencapai tujuan guna perbaikan pengembangan rumah sakitdi Indonesia.Selamatberseminar. Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim secara resmi Seminarini saya buka.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Menteri Kesehatan,

Dr Adhyatma, MPH

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 iii

Page 5: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

SambutanKetua Perhimpunan Rumah Sakit

Seluruh Indonesia (PERSI)

Ass. Ww. Wb.

Yth. Bapak Menteri Kesehatan, Bapak dr. Adhyatma, MPH.Yth, Bapak Direktur Jenderal Pelayanan Medik, Bapak dr. Broto Wasisto, MPH.Yth. Bapak Kepala Kanwil Dep. Kes. Jawa Barat.Yth. Bapak Pimpinan P.T. Kalbe Farma.Yth. Para Kolega, para pimpinan Rumah Sakit peserta Seminar.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan rahmat dan ridhonya sehingga kita semua dapat berkumpul diruangan ini dalam keadaan sehat wal ' afiat dalam rangka upacara pembukaan "SeminarUpaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit " .

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga kami sampai-kan kepada Bapak Menteri Kesehatan, yang telah berkenan hadir untuk memberikansambutan dan pengarahan dan sekaligus secara resmi membuka seminar ini.Bapak Menteri Kesehatan serta hadirin sekalian yang saya hormati,

Rumah sakit adalah suatu Instansi Pelayanan Kesehatan yang sangat majemuk, olehkarena di rumah sakit di samping terkumpul banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu, jugaterkumpul berbagai alat yang canggih.

Di Indonesia, rumah sakit menjadi lebih majemuk lagi, oleh karena pada saat inikeadaan di Indonesia sedang pada masa transisi, antara lain yang terpenting :1. Transisi epidemiologi. Kim pada saat ini masih harus menghadapi berbagai penyakit

infeksi, kurang gizi di samping itu juga harus mengatasi berbagai penyakit degene-ratif, penyakit keganasan, penyakit akibat kecelakaan kerja dan lain-lain yang se-makin meningkat.

2. Transisi sosial budaya yang mengakibatkan rumah sakit harus menyediakan fasilitasuntuk masyarakat yang tuntutannya sudah seperti tuntutan masyarakat negara maju, dan sekaligus juga harus menyediakan fasilitas untuk masyarakat yang tuntutannyamasih sangat sederhana.

Bapak Menteri Kesehatan serta para hadirin sekalian yang saya hormati,Akibat berbagai faktor, di seluruh dunia pada saat ini rumah sakit sedang berkembang

secara cepat.

iv Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 6: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Di Indonesia, perkembangan rumah sakit didorong lebih cepat lagi oleh karena adanyabeberapa kebijakan pemerintah di bidang kesehatan pada umumnya dan kebijakan dibidang perumah sakitan pada khususnya.

Kebijakan tersebut yang mempunyai dampak penting terhadap perkembangan pe-rumah sakitan antara lain adalah :1. Diijinkannya penanaman modal baik modal dalam negeri maupun modal asing untuk

menanamkan modalnya di bidang perumah sakitan.2. Rencana pemerintah untuk menjadikan rumah sakit pemerintah sebagai lembaga

swadana.3. Akan dilaksanakannya kebijaksanaan untuk menjadikan dokter yang bekerja di

Puskesmas sebagai Pegawai tidak tetap, sehingga banyak tenaga dokter yang diberikesempatan untuk bekerja di sektor swasta.

4. Penggunaan obat generik di rumah sakit pemerintah.Semua kebijakan tersebut akan mendorong rumah sakit, baik swasta, terlebih-lebih

rumah sakit milik pemerintah untuk berkembang lebih cepat, dalam rangka meningkat-kan efisiensi untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik.

Bapak Menteri Kesehatan serta para hadirin sekalian yang saya horrnati,Perkembangan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan perumah sakit-

an yang begitu cepat, akan mendorong dan mengakibatkan rumah sakit berkembangdengan cepat pula. Agar rumah sakit dapat berkembang dengan baik sesuai perkem-bangan lingkungan, diperlukan pimpinan rumah sakit yang cakap, inovatif menguasaibidang manajemen, serta mampu mengantisipasi setiap perkembangan yang terjadi disekitamya untuk kepentingan pengembangan rumah sakitnya masing-masing dalamrangka meningkatkan mutu pelayanan.

Dalam rangka untuk menambah bekal pengetahuan dan kemampuan para pimpinanrumah sakit sesuai harapan tersebut, Persi menyelenggarakan Seminar "Upaya Pe-ningkatan Pelayanan Rumah sakit", yang pada malam ini secara resmi akan dibuka olehBapak Menteri Kesehatan.

Kepada Bapak Menteri, sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih dan peng-hargaan yang setinggi-tingginya atas kesediaan Bapak untuk memberikan sambutanpengarahan dan sekaligus secara resmi membuka Seminar ini. Kepada para pesertaSeminar, saya ucapkan selamat datang di Cipanas dan selamat mengikuti Seminar inidengan harapan mudah-mudahan hasil Seminar ini akan bermanfaat bagi rumah sakitSaudara masing-masing, dan kepada Pimpinan P.T. Kalbe Farma, saya ucapkan terimakasih atas kerjasamanya untuk menjadi sponsor tunggal Seminar ini dalam rangkaperingatan 25 tahun P.T. Kalbe Farma, dengan harapan mudah-mudahan P.T. KalbeFarma dapat tumbuh lebih besar untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa.

Sekian terima kasih atas perhatian Bapak-bapak sekalian.Wassalam.

Hidajat Hardjoprawito

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 v

Page 7: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Sambutan Ketua Panitia Seminar

Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Yth. Menteri Kesehatan RI.Yth. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan.Yth. Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan.Yth. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan.Yth. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Jawa Barat dan DKI Jakarta.Yth. Pimpinan PT Kalbe Farma Presiden Komisaris & Presiden Direktur.Yth. Ketua Umum PERSI.Para undangan dan Para Peserta Seminar yang kami hormati.

Pertama-tama marilah kita menaikkan Puji dan Syukur kita kehadapan Tuhan YangMaha Esa atas perlindungan dan anugerah-Nya sehingga pada malam hari ini kita dapatmenghadiri Acara Pembukaan Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan RS.

Perkenankan kami atas nama Panitia menyampaikan terima kasih kam i atas kesediaanBapak Menteri Kesehatan menghadiri Acara Pembukaan Seminar ini.

Seminar ini diselenggarakan dari tanggal 4 s/d 6 Agustus 1991 bertempat di HotelBukit Raya Cipanas, mengambil thema : "Pemantapan Manajemen Dalam Upaya Pe-ningkatan Pelayanan RS".

Tujuan Umum Seminar ini adalah : Meningkatkan kemampuan para pengelola RSdalam rangka peningkatan pelayanan RS.

Sedangkan Tujuan Khususnya adalah :1. Meningkatkan pengelahuan para pengelola RS tentang manajemen keuangan RS.2. Meningkatkan pengetahuan tentang manajemen mutu pelayanan RS.

Seminar yang dilaksanakan PERSI ini terselenggara berkat kerjasama dengan PT.Kalbe Farma yang pada tahun ini berulang tahun yang ke 25.

Mengenai materi Seminar dan Diskusi Panel terdapat 4 kelompok materi yang akandiperoleh para peserta, yaitu :1. Sambutan Pengarahan Menteri Kesehatan.2. Presentasi DirJen Yan Med tentang : Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan pada

tahap tinggal landas.3. Materi Seminar tentang Pelayanan RS dan Keuangan RS oleh 8 Pembicara.4. Diskusi Panel dengan topik : "Profil RS di Indonesia menjelang tahap tinggal landas

pembangunan nasional", akan disorot dari 4 aspek :

vi Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 8: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

— Kebijaksanaan pengembangan RS— Pengembangan SDM RS— Pengembangan Teknologi RS— Pengembangan Farmasi RSSeminar ini dengan akreditasi IDI, maka Peserta mendapat nilai kredi t sebesar 7 SKP,

sedangkan Pembicara 3 SKP, Moderator dan Panitia 2 SKP.Pendaftaran untuk Seminar dibuka sejak awal Juni 1991 yang lalu, dan telah mendaftarsejumlah hampir 300 orang, namun karena keterbatasan ruangan Seminar maka pesertadibatasi 200 orang. Pada saat ini tercatat 218 peserta yang berasal dari 179 RS dan berasaldari 20 Propinsi.

Selain acara ilmiah, juga terdapat Pameran Mini peralatan RS oleh perusahaan-perusahaan di lingkungan Kalbe Farma.Sore hari tadi telah diadakan suatu pertandingan Tenis antar PERSI/peserta dan PT KalbeFarma, dengan skor 4 — 3.Kemudian pada hari Senin malam akan diadakan pertunjukan kesenian serta hiburan.Seminar ini akan ditutup pada hari Selasa siang setelah Diskusi Panel.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada PT KalbeFarma atas kerjasama penyelenggaraan Seminar ini dan kami mengucapkan Selamatberulang tahun yang ke 25.

Akhirnya kami memohon kiranya Bapak Menteri Kesehatan berkenan memberikanKata Sambutan Pengarahan dan sekaligus berkenan meresmikan Seminar Upaya Pe-ningkatan Pelayanan RS ini.

Demikian laporan kami dan terima kasih atas perhatian yang diberikan.

Dr. Nico A. Lumenta

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 vii

Page 9: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Seminar :Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Hotel Lembah Bukit Raya, 4 - 6 Agustus 1991

Pembukaan dan Pengarahan oleh :

Menteri Kesehatan R.I. Dr. Adhyatma MPH

Diselenggarakan oleh :Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

Bersama

Page 10: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

2 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

SUSUNAN PANITIA

Pelindung

KetuaSekretaris ISekretaris IIBendahara

Dr. H. Sumardi KDr. Hidajat HardjoprawitoDr. Nico A. LumentaBambang SoetomoDr. Jan TakasihaengDra. Ny. Suharsini

Komite Pengarah (Steering Committee) :

Dr. Samsi Jacobalis- Dr. A.W. Budiarso, SKM- Dr. H. Poernomo Sidi- A.O. Handriono- Irawan Soelistyo

Komite Pelaksana (Organizing Committee) :

Ketua Johnny TularWakil Ketua : Dr. Darwis Hartono, MHAAnggota : - Dr. Robert Imam Sutedja

- Bambang Soetomo- Dr. Dady Tirtono

KetuaAnggota

Page 11: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Karya Sriwidodo

Daftar Isi :Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

i. Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia – DrAdhyatma,MPH

iv. Sambutan Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) – Hidajat Hardjoprawito

vi. Sambutan Ketua Panitia – Nico A Lumenta

Artikel :

5. Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan pada Tahap TinggalLandas dan Aspek Kebijaksanaan Pengembangan Rumah Sakit –Brow Wasisto

11. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan RI dalam Upaya Peningkat-an Mutu Pelayanan Rumah Sakit – Soemarja Aniroen

17. Peranan Manajemen dalam Peningkatan Mutu Pelayanan RumahSakit – Samsi Jacobalis

20. Indikator Penilaian Penampilan Rumah Sakit – Darwis Hartono24. Petunjuk Penilaian Kerja Rumah Sakit78. Peranan Pelayanan non Profesi Kesehatan di Rumah Sakit —

Yos E Susanto80. Struktur Pembiayaan Rumah Sakit –Amal C. Sjaaf83. Prinsip -prinsip Penyusunan Rencana Anggaran Tahunan Rumah

Sakit – A.W. Boediarso89. Prinsip -prinsip Akuntansi Rumah Sakit — Catharina Dartini98. Jenis-jenis Laporan Keuangan Rumah Sakit dan Teknik Evaluasi

oleh Pengelola Rumah Sakit — Sismadi Partodimulyo124. Aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit –

Hidayat Hardjoprawito.126. Peran dan Masalah Teknologi Tinggi dalam Upaya Peningkatan

Pelayanan Rumah Sakit – Samsi Jacobalis130. Aspek Pengembangan Farmasi Rumah Sakit—Boenjamin Setiawan

Page 12: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

REDAKSI KEHORMATANKETUA PENGARAHDr Gen L.H.KETUA PENYUNTINGDr Budi Riyanto WPEMIMPIN USAHADr Hari TanudjajaPELAKSANASriwidodoALAMAT REDAKSIMajalah Gamin Dunia KedokteranP.O. Box 3105 Jakarta 10002Telp. 4892808NOMOR IJIN151/SK/DITJEN PPG/STT/1976Tanggal 3 Juli 1976

PENERBITGrup PT Kalbe Farms

PENCETAKPT Midas Surya Grafindo-

- Prof. DR. Kusumanto SetyonegoroGum Besar Emu Kedokteran JiwaFakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta

- Prof. Dr. R.P. SidabutarGuru Besar llmu Penyakit DalamSubBagian Ginjal dan HipertensiBagian Emu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta

- Prof. Dr. Sudarto PringgoutomoGuru Besar Emu Patologi AnatomiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta

- Prof. Dr. B. ChandraGuru Besar Emu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas Airlangga,Surabaya

- Prof. DR. R. Budhi DarmojoGuru Besar Emu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,Semarang

- Drg. I. SadrachLembaga Penelitian Universitas Trisakti,Jakarta

- DR. Arini SetiawatiBagian FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta

DEWAN REDAKSI_ DR. B. Setiawan _ Drs.Victor S Ringoringo,SE,MSc.- Drs. Oka Wangsaputra _ Dr. P.J. Gunadi Budipranoto_ DR. Ranti Atmodjo

_ DR. Susy Tejayadi

PETUNJUK UNTUK PENULIS

Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagaiaspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang-bidang tersebut.

Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untukditerbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pemah dibahas ataudibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge-nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut.

Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakanbahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yangberlaku. Istilah medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesiayang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhakmengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di-sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem-baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrakdalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrakberbahasa Inggris untuk karangan tersebut.

Naskah diketik dengan spasi ganda di alas kertas putih berukuran kuarto!folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebihdisukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe-ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan Iembaga/fakultas/institut tempatbekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor

sesuai deng an urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keteranganyang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai denganpemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam CummulatedIndex Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submittedto Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). ContohBasmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore, London:William and Wilkins, 1984. Hal 174-9.Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.Dalam: Sodeman WA Jr, Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974 : 457-72.Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. CerminDunia Kedokt. 1990; 64 : 7-10.Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.

Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia KedokteranPO Box 3105Jakarta 10002

Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahusecara tertulis.

Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai denganamplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulisdan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian tempatkerja si penulis.

Page 13: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Artikel

Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatanpada Tahap Tinggal Landas dan Aspek

Kebijaksanaan Pengembangan Rumah Sakit

Broto WasistoDirektur Jendral Pelayanan Medis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUANPembangunan Kesehatan bertujuan agar setiap penduduk

mampu untuk hidup sehat sehingga dapat mewujudkan derajatkesehatan masyarakat yang optimal, yang merupakan salah satuunsur kesejahteraan umum dari tujuan Pembangunan Nasional.Pola Umum Pembangunan Jangka Pan jang Pertama merupakanbagian integral dari Pembangunan Nasional. PembangunanJangka Panjang Pertama yang meliputi jangka waktu 25 tahuntelah dilaksanakan sejak 1968 dengan pentahapan lima tahunan,yang dikenal dengan Pelita, dan yang kini telah memasukitahun-tahun terakhir Pelita V.

Pelita I lebih menekankan kepada pembangunan saranakesehatan, Pelita II telah meningkat kepada pembangunankesehatan, sedangkan sejak Pelita III strategi pembangunankesehatan menjadi lebih jelas dengan diterimanya pendekatanPrimary Health Care (PKMD). Upaya pelayanan kesehatanyang semula hanya berupa upaya penyembuhan telah berkem-bang menjadi kesatuan upaya kesehatan untuk seluruh masya-rakat, serta dengan peran serta masyarakat yang meliputi upaya-upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan serta pemulihansecara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyeleng-garaan upaya kesehatan yang sangat luas dan rumit ini dirasa-kan perlu dikelola secara berhasil guna dan berdaya guna. Untukitu, pada tahun 1982 telah diberlakukan Sistem KesehatanNasional (SKN), yang memberikan kejelasan arah dan tujuanpembangunan kesehatan.

SKN telah memuat rencana pembangunan kesehatansampai akhir Repelita VI. Pada saat itu, diharapkan bahwa kitaakan berada dalam tahap tinggal landas, yang kebetulan saatnyasesuai dengan cita-cita Kesehatan Bagi Semua pada Tahun 2000yang dicanangkan WHO pada tahun 1978. Memasuki Pelita VI,

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. KerjasamaPERSI dengan Kalbe Farma. Bukit Raya, Puncak 4–6 Agustus 1991

berarti juga Indonesia memasuki masa Pembangunan JangkaPanjang Kedua, yang pelaksanaannya perlu dipersiapkan ber-sama-sama secara matang. Mengingat sumber daya yang dapatdimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan sangat terbatas,perlu digali dan dikembangkan berbagai pola pemikiran sertakebijaksanaan-kebijaksanaan yang baru, yang akan mampumencari terobosan-terobosan baru untuk mengatasi keterbatasantersebut dan sekaligus mempercepat laju pertumbuhan pem-bangunan kesehatan, selaras dengan meningkalnya kesejahtera-an.

Makalah ini bertujuan untuk membahas berbagai dimensikesehatan dalam pembangunan jangka panjang yang akan da-tang. Secara singkat dibahas hubungan timbal balik antara kese-hatan dan pembangunan, kecenderungan keadaan dan masalahkesehatan serta kecenderungan kebijaksanaannya pada waktumendatang. Perkiraan-perkiraan yang dibuat bagi 25 tahun yangmendatang sangat kualitatif karena keterbatasan waktu untukmembuat analisis. Oleh karenanya, angka-angka yang disajikandi sinipun masih akan diperbaiki lagi kelak. Apa yang disajikanhanya memuat pokok-pokok saja dan banyak hal masih belumsempat dikemukakan. Perkiraan yang dilakukan menggunakangabungan prinsip-prinsip kontinuitas, analogi dan kecenderung-an keadaan. Dalam banyak hal, kesehatan dipandang sebagaibagian dari kesatuan sistem.

KESEHATAN DAN PEMBANGUNANPembangunan di Indonesia mulai berlangsung secara sis-

tematik sejak 1968. Tujuannya adalah untuk mewujudkan suatumasyarakat yang adil dan makmur serta merata melalui pe-ningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruhmasyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan pem-

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 5

Page 14: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

bangunan dilaksanakan di segala bidang kehidupan yangmeliputi bidang sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan lainsebagainya. Karena keterbatasan biaya, pembangunan biasa-nya menetapkan prioritas-priorilas yang dapat berubah sesuaidengan perkembangan keadaan.

Berbagai data empirik di dunia menunjukkan bahwa tingkatkesehatan (yang diukur dengan indikator-indikator crude death,child mortality, infant mortality dan life expectancy) mempunyaikorelasi positif terhadap tingkat GNP per kapita. Dapat diper-kirakan bahwa suatu kenaikan GNP sebesar 10% akan meng-akibatkan naiknya harapan hidup sebesar 1 tahun, turunnyaangka kematian bayi sebanyak 8,3%, menurunnya angka ke-matian anak sebesar 14,2%, dan menurunnya angka kematiankasar sebanyak 1,5%.

Besarnya pengaruh pendapatan per kapita sebagai akibatpembangunan terhadap keadaan kesehatan dapat dipahami ka-rena penduduk akan semakin mampu menyisihkan pendapatan-nya untuk pangan, pendidikan, tempat tinggal, sanitasi dan lain-lain, yang kesemuanya berdampak positif terhadap peningkatankeadaan kesehatan. Harus diakui pula bahwa pendapatan yangtinggi saja tidak secara otomatis menyebabkan status kesehatanpenduduk menjadi lebih baik. Agaknya pemerataan peningkatanpendapatan di antara penduduk jauh lebih penting dari sekedarkenaikan nilai absolutnya.

Tidak dapat disangkal bahwa kesehatan memberikan andilyang bermakna terhadap pembangunan karena penduduk yangsehat, secara ekonomi akan lebih produktif, dan begitu pulaanak-anak sekolah yang sehatakan memiliki prestasi yang lebihbaik. Penelitian lain menunjukkan bahwa dengan membaiknyakeadaan kesehatan, masyarakat akan cenderung untuk memilihukuran keluarga yang lebih kecil. Hal ini pada gilirannya akanmemungkinkan pendapatan yang diperoleh untuk dimanfaatkansecara lebih optimal bagi kesejahteraan keluarga.

Banyak sekali contoh klasik di mana upaya kesehatan dapatmeningkatkan ekonomi keluarga dan masyarakat. Pencegahandan pemberantasan malaria di daerah endemik malaria akanmencegah orang-orang dewasa kehilangan hari kerja sebanyak14 hari selama 1 tahun. Pemberian pil sulfas ferrosus kepada parapemetik teh dapat meningkatkan hasil petikannya. Imunisasimemungkinkan keluarga menggunakan pendapatannya untukhal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan, karena banyakanak dapat terhindar dari berbagai penyakit yang mahal peng-obatannya.

Pembangunan Nasional yang telah dilaksanakan selamahampir 25 tahun ini telah menyebabkan perkembangan pesatpada hampir semua bidang industri, transportasi serta pertanian,dan dengan demikian secara umum telah mampu meningkatkankesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, perkembangan yangpesat ini juga telah membawa dampak yang luas kepada berbagaiaspek kehidupan masyarakat, termasuk kesehatan, yang menye-babkan pergeseran pola penyakit, dan kebutuhan serta tuntutanmasyarakat akan pelayanan kesehatan.

Kemajuan pembangunan di Indonesia telah memacu per-kembangan industri, transportasi, komunikasi, mekanisasi per-

tanian, perikanan, kehutanan dan lain-lain. Ini semua membawadampak di segala aspek kehidupan masyarakat serta lingkungan.Perkembangan transportasi dan komunikasi memudahkan parapetugas menanggulangi masalah kesehatan, di samping memu-dahkan penyebaran penyakit. Pada segi lain, kemajuan transpor-tasi dan industri juga telah menyebabkan bertambahnya jenis danjumlah kecelakaan akibat kerja dan lalu lintas yang semakinrumit sifatnya. Kemajuan industri dan perdagangan tidak hanyadinikmati hasilnya, akan tetapi juga dampak limbahnya dapatmengancam kehidupan. Bertambahnya lingkungan pemukimanjuga berdampak luas terhadap penyediaan air bersih, pembuang-an sampah serta air limbah, dan berkurangnya lahan pertaniandan kehutanan yang merubah keseimbangan ekologi. Polusi air,sampah, udara dan bunyi, serta kasus-kasus keracunan sebagaiakibat sampingan meluasnya pemukiman, berbagai prosesindustri, transportasi maupun pertanian modern turut memper-sulit keadaan.

Kesimpulannya adalah bahwa kesehatan dan pembangunanmempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Hasilyang optimal dari keterkaitan tersebut dapat diperkirakan bilakita membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan yangdiperhitungkan dengan cermat. Hal ini menjadi salah satu sebabmengapa jajaran kesehatan perlu mengkaji kembali ketepatanserta hasil dan kegunaan pelayanan kesehatan yang selama initelah diselenggarakan, serta menetapkan pola pelayanan yangperlu dipersiapkan menjelang masa pembangunan jangka pan-jang ke dua.

KECENDERUNGAN DETERMINAN KESEHATANDeterminan kesehatan atau faktor-faktor yang dapat ber-

pengaruh terhadap tingkat derajat kesehatan penduduk adalahfaktor-faktor sosial, ekonomi, demografi, lingkungan, upayakesehatan dan faktor genetik. Dari sekian banyak faktor yangdapat berpengaruh tadi, empat faktor pertama mempunyai peranyang lebih penting. Pada hakekatnya determinan kesehatantersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi serta dapatberubah-ubah.

Keadaan sosial masyarakat Indonesia terutama tingkatpendidikannya akan terus membaik. Bila pada tahun 1980 hanya85% anak umur-sekolah (7 – 12 th) dapat memasuki sekolahdasar, maka pada tahun 1990 ia telah meningkat menjadi lebihdari 95%. Diduga bahwa pada tahun 2015 rata-rata tingkatpendidikan masyarakat Indonesia sudah mencapai SLTA, se-dangkan buta huruf di kalangan wanita dewasa dapat dikatakantidak ada lagi. Tingkat pendidikan yang meningkat ini me-nyebabkan masyarakat Indonesia menjadi lebih berpengetahuandan lebih pandai memilih altematif yang baik bagi dirinya sertalebih mudah menyerap informasi.

Walaupun tingkat pendidikan menjadi lebih baik, dikhawa-tirkan bahwa pada sebagian masyarakat akan timbul sikap hidupyang tak menguntungkan seperti misalnya kenakalan remaja,kecanduan obat, alkoholisme, merokok, permissiveness dan lainsebagainya. Keadaan ini dapat meluas dengan semakin tingginyatingkat urbanisasi yang tak seimbang dengan tingkat pertum-

6 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 15: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

buhan ekonomi masyarakat tadi.Keadaan ekonomi Indonesia dalam 20 tahun terakhir telah

semakin membaik. Dalam tahun 1984 dan 1990 Indonesiamengalami pertumbuhan ekonomi lebih dari 7% pertahunnya.Pertumbuhan ini termasuk yang paling tinggi di dunia. Hal initidak lepas dari tersedianya sumberdaya alam yang melimpah,penduduk yang semakin mampu mengolah dan mengelola sum-berdaya alam tadi dan perkembangan tehnologi serta kebijak-sanaan pembangunan. Meskipun mengalami krisis pada tahun1982 dan 1987, GNP dan pendapatan per kapita terus meningkat.Begitu pula pemerataan pendapatan semakin membaik walaupundirasakan agak lambat.

Kecenderungan membaiknya keadaan ekonomi tadi akantetap berlangsung dalam 25 tahun mendatang. Krisis ekonomidunia masih dapat terjadi tetapi dampaknya terhadap Indonesiamungkin akan terbatas. Pada dekade 90-an ini, Indonesia akanmasuk dalam kelompok negara-negara industri baru (NIC).Timbul nya konglomerasi akan tetap berlangsung karena keadaanpasar dan kebijaksanaan ekonomi yang memungkinkannya.Namun demikian gerakan koperasi yang timbul dari bawah akandapat semakin memperkuatketahanan ekonomi masyarakat stratamenengah ke bawah. Harus diakui kantong-kan tong kemiskinanmasih akan dijumpai terutama di kota-kota dan daerah terpencil.Women labor participation akan meningkat. Pasangan suami-istri muda yang kedua-duanya bekerja akan meningkat jumlah-nya. Hal ini dapat menimbulkan dampak luas terhadap perkem-bangan kesehatan jiwa anak-anak yang ditinggalkan di rumah.

Perbaikan ekonomi yang menggembirakan tadi akan me-mungkinkan bangsa dan negara Indonesia memobilisasi lebihbanyak dana untuk upaya kesehatan. Penduduk akan semakinmampu untuk membeli pelayanan yang tersedia terulama melaluisistim asuransi. Meningginya tingkat pendapatan per-kapita,tingkat employment rate serta pemerataan yang lebih baik dapatlebih mendorong berkembangnya asuransi kesehatan.

Jumlah penduduk dan strukturdemografi sangat erat kaitan-nya dengan kesehatan karena ia akan mempengaruhi volumepelayanan dan pola pelayanan kesehatan. Dalam 30 tahunakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat sangat cepat yaknidari 97 juta pada tahun 1961, menjadi 119 juta pada tahun 1971,146,8juta pada tahun 1980 dan 179,3 juta pada tahun 1990. Yangcukup menggembirakan adalah bahwa angka pertumbuhanmenurun dengan pesat yakni dari 2,31% pada dekade 70-an turunmenjadi 1,9% pada dekade 80-an. Angka kematian yang menu-run Iebih cepat dari angka kelahiran menyebabkan Indonesiamengalami ledakan penduduk antara tahun-tahun 60 – 80.

Dalam 25 tahun mendatang jumlah penduduk Indonesiamasih akan bertambah dengan tingkat pertumbuhan yang se-makin menurun . Pada tahun 2015 diduga jumlah pendudukIndonesia sekitar 245 juta dengan angka pertumbuhan yang akanmendekati 1%. Menurunnya angka kelahiran dan angka kema-tian serta mengecilnya jumlah anggota keluarga menyebabkanstruktur umur penduduk Indonesia menjadi lebih tua, merekayang berumur lebih dari 16 tahun jumlahnya akan lebih banyakdaripada yang berumur kurang dari 15 tahun. Persentase kelom-pok lanjut usia (> 65 th) semakin lama semakin tinggi, sedangkan

rata-rata harapan hidup waktu lahir pada tahun 2015 akan lebihdari 70 tahun. Angka ketergantungan (dependency ratio) padatahun 1990 adalah 66% dan angka ini menurun terus sehinggapada tahun 2000 akan menjadi 46,6%. Mulai tahun 1990–1995jumlah anak sekolah SD dan SLTP akan menurun terus. Dengandemikian beban dan pola pelayanan kesehatan akan sangatberubah.

Urbanisasi akan meningkat. Pada tahun 2000, sekitar 40%penduduk Indonesia tinggal di kota-kota dan pada tahun 2015meningkat sampai sekitar 50%. Akan timbul kantong-kantongkumuh di banyak kota. Migrasi penduduk dari Jawa masih akanterjadi terutama menuju pulau-pulau Kalimantan, Sulawesi danIrian. Migrasi keluar pulau Jawa masih lebih besar dari padaimigrasi, tetapi lebih dari 50% penduduk Indonesia masihtinggal di pulau Jawa yang kepadatannya mungkin akan men-eapai 1000 per km2. Kota metropolitan dengan penduduk lebihdari 1 juta akan semakin banyak dan Jakarta akan menjadi megametropolitan.

Lingkungan hidup khususnya lingkungan fisik mempunyaiarti penting bagi kelangsungan keadaan kesehatan dan ke-sejahteraan manusia. Persediaan air minum bersih semakin tinggicakupannya dalam 25 tahun mendatang. Sebagian besar pen-duduk yang hidup di kota-kota akan menikmati air minum yanglebih layak, namun demikian di beberapa tempat air minumbersih masih menjadi masalah. Pulau Jawa dapat mengalamikesulitan air minum bila pengelolaan sumber-sumber yang adatidak cermat. Pemanfaatan jamban keluarga akan lebih mening-kat.

Industrialisasi yang akan berkembang cepat pada masamendatang dapat menyebabkan timbulnya polusi udara, air,suara dan thermal. Polusi limbah rumah tangga terhadap airsungai akan tetap terjadi meskipun sudah diambil langkah-langkah program kali bersih. Pengelolaan sampah akan semakinbaik tetapi pengotoran kimiawi yang berasal dari insektisidapupuk dan bahan lain dapat lebih sering terjadi.

Krisis energi yang terjadi menyebabkan Indonesia harusmencari sumber energi alternatif. Pada dekade 90-an Indonesiaakan memiliki sebuah Pembangkit Tenaga Listrik Nuklir (PLTN).Walaupun PLTN sebenarnya sangat aman namun kewaspadaanakan bencana tetap akan harus dipersiapkan. Ada kemungkinanPLTN akan bertambah lagi menjelang tahun 2015, begitu jugapenggunaan zat-zat radioaktif akan meningkat, baik untuk ke-butuhan industri maupun kesehatan.

Bertambah baiknya komunikasi dan transportasi akanmempunyai dampak positif maupun negatif terhadap keadaankesehatan.

KECENDERUNGAN PELAYANAN KESEHATANPelayanan kesehatan di Indonesia dalam 20 tahun terakhir

berkembang sangat pesat sehingga pada tahun 1990 telah ter-dapat 15.000 Puskesmas Pembantu, sekitar 6000 Puskesmas dan1500 R.S. swasta dan pemerintah, serta peningkatan jenis-jenispelayanan lain yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Ma-syarakat secara bersama-sama telah berhasil membangun lebihdari 200.000 Posyandu. Sarana tersebut telah tersebar lebih

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 7

Page 16: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

merata sampai ke kabupaten, kecamatan dan desa-desa. Padaumumnya sarana-sarana ini telah dilengkapi dengan tenaga dokter,dokter spesialis; dokter gigi, apoteker, paramedis perawatan,paramedis non perawatan dan tenaga non medik. Kesemuanyatadi telah dijalin dalam sistem rujukan tintbal balik dari bawahke atas.

Dalam 25 tahun mendatang jumlah dan jenis pelayanankesehatan akan sangatberkembang karena jumlah populasi yangmeningkat, permintaan (demand) yang meninggi, transportasidan komunikasi yang mudah, berubahnya pola penyakit dan lainsebagainya. Pelayanan kuratif akan semakin menonjol karenapermintaan akan pelayanan preventif sudah menyatu (ter-integrasi) dalam kehidupan sehari-hari.

Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran sertaderasnya arus informasi menyebabkan timbulnya sofistikasipada banyak rumah sakit dan sarana pelayanan. Akan timbulfenomena seperti home-care, day-care, diagnostic center, danmungkinabortion center (dalam arti positif) dan lain-lain. Rumahsakit yang spesialistik akan lebih banyak jumlahnya. Perkem-bangan ini dapat mengubah fungsi Puskesmas menjadi semacamconsultative center, sedangkan Posyandu secara alamiah akanberkurang sampai tidak ada lagi. Puskesmas yang berada padatempat dengan lingkungan sosial ekonomi yang sangat berkem-bang, dapat berubah menjadi rumah sakit.

Pelayanan kesehatan swasta akan Iebih banyak dari padapemerintah menjelang tahun 2000 nanti, dan rumah sakit pe-merintah akan cenderung menjadi swadana. Rumah sakit peme-rintah akan tampil bersaing terhadap swasta dalam artian pe-nampilan fisik, pelayanan (service) dan kualitas. Perlunya pela-yanan yang bermutu dan persaingan yang ketat mengakibatkanrumah sakit harus dikelola oleh direktur-direktur yang pro-fesional yang didukung oleh staf middle-management yangtangguh.

Ongkos-ongkos umum yang meningkat dan introduksiteknologi baru menyebabkan ongkos pelayanan kesehatan akansemakin mahal. Keadaan ini dapat mempercepat tumbuhnyaasuransi kesehatan. Namun demikian perlu diperhatikan pulabahwa asuransi kesehatan yang tidak dikelola dengan baik akanmendorong ongkos-ongkos pelayanan untuk meningkat pula.Tingkat employment-rate pada sektor formal yang meninggi danpendapatan per kapita yang semakin meningkat serta kesadaranakan perlunya jaminan yang pasti di masa mendatang akanmenumbuhkan asuransi kesehatan yang dapat menjangkau lebihbanyak penduduk. Pada saatnya, asuransi kesehatan harus di-tetapkan menjadi suatu kewajiban dan dampaknya terhadapkesehatan akan menjadi bermakna.

Masalah pelayanan kesehatan yang dapat lebih rumit pada25 tahun mendatang adalah hal-hal yang berhubungan denganpelanggaran etik, malpractice serta tuntutan di pengadilan ter-hadap para dokter.

Berkembangnya pelayanan kesehatan akan diikuti olehberkembangnya tenaga kesehatan yang jumlah dan jenisnya akanmeningkat dalam 25 tahun mendatang. Dokter dan perawat yangspesialistik, sarjana elektromedik, hospital pharmacist, clinicalepidemiologist, ahli industrial health, occupational health, dan

spesialisasi lainnya akan lebih banyak dibutuhkan. Tenaga kese-hatan wanita akan melebihi pria sedangkan penyebarannya akancenderung mengelompok di kota-kota. Ketimpangan distribusitenaga tetap akan terjadi sedangkan rasio tenaga terhadap po-pulasi akan membaik.

Bila dilihat kualifikasi pendidikan, tenaga kesehatan lulusanD3, S 1 dan S2 jumlahnya akan lebih dominan pada masa menda-tang baik pada sarana pemerintah maupun swasta. Tenagafungsional pada rumah sakit pemerintah akan semakin banyakjumlah dan ragamnya, sedangkan golongan II dan III akanmerupakan kelompok yang paling besar jumlahnya. Kantoradministrasi kesehatan (Depkes, dll.) akan lebih banyak diisioleh tenaga fungsional yang profesional sedangkan tenaga pen-dukung akan minimal jumlahnya. Desentralisasi kepada DaerahTingkat II akan lebih luas. Career planning tenaga kesehatanmenjadi lebih terbuka antara swasta dan pemerintah serta antarasektor yang satu dengan yang lainnya. Keadaan tadi semuanyamenyebabkan berubahnya sistem pendidikan dan latihan tenagaserta sistem rekrutmen.

Teknologi kedokteran akan tetap meningkat kemajuannya,tetapi kemajuan dalam teknologi diagnostik akan jauh melebihikemajuan dalam teknologi terapeutik. Bioteknologi semakinberperan terutama dalam produksi vaksin, hormon, obat danprosedur diagnostik. Penggunaan obat juga cenderung meningkatbaik jumlah maupun jenisnya. Obat-obatan baru untuk penyakit-penyakit menahun akan semakin banyak jenisnya. Penggunaananalgetika, vitamin dan obat adjuvant (penguat) akan terus me-ningkat, sedangkan penggunaan antibiotika relatif akan men urunatau menetap sesudah tahun 2000. Namun demikian antibioukabaru tetap akan bermunculan dan yang lama ditinggalkan. Bio-teknologi akan meningkat peranannya dalam produksi obat-obatan. Kapasitas produksi obat jadi dan bahan baku obat Indo-nesia akan meningkat terus, sesuai dengan kemajuan ekonomisecara umum dan kenaikan permintaan akan obat-obatan. Mutuproduk akan bertaambah bail dan kompetetif di dunia inter-nasional. Arus globalisasi ekonomi yang masuk Indonesiamenyebabkan harga obat-obatan akan temp meningkat.

Distribusi obat di Indonesia akan tetap bertambah baiksehingga cakupannya lebih merata. Konsumsi obat per kapitajuga akan meningkat karena pola penyakit yang berubah danmasyarakat yang lebih mampu membelinya. Dikhawatirkanpenjualan obat di pasar gelap akan bertambah begitu pula obattentengan dan selundupan. Dengan demikian incidence dariintoksikasi dan efek samping obat dapat meningkat, karenanyadibutuhkan pusat informasi obat untuk mengatasi hal ini.

Obat-obat tradisional masih temp akan dikonsumsi olehsebagian masyarakat Indonesia tetapi jumlahnya tak akanmeningkat dan relatif mungkin menurun. Kedokteran alternatifdapat timbul.

KECENDERUNGAN DERAJAT KESEHATANKeadaan serta masalah kesehatan yang dihadapi jajaran

penyelenggara pelayanan kesehatan senantiasa mengalami per-ubahan dari masa ke masa. Faktor lingkungan, perilaku danpelayanan kesehatan saling berkaitan dan mempengaruhi se-

8 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 17: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

hingga sangat menentukan tinggi rendahnya derajat kesehatanmasyarakat. Derajat kesehatan yang tinggi membantumeningkatkan produktivitas masyarakat yang pada gilirannyamembawa nilai ekonomi bagi masyarakat sendiri.

Derajat kesehatan penduduk yang biasanya dinilai melaluiindikatormorbidilas, mortal has, status gizi, telah membaik dalam25 tahun terakhir. Berbagai penyakit menular telah hilang ataumulai menghilang, begitu pula keadaan gizi masyarakat yangmembaik. Kurang kalori protein telah turun prevalensinya,kebutaan karena kurang Vitamin A sudah sangat rendah begitupula gondok karena defisiensi yodium.

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indika-tor yang peka dan spesifik untuk mengukur derajat kesehatan danyang secara tak langsung juga mampu menunjukkan tingkatkesejahteraan masyarakat. AKB di Indonesia yang tinggi telahmengalami penurunan yang cukup tajam antara tahun 1975 –1985, dari 107 menjadi 70 kematian bayi per 1000 kelahiranhidup '). Akan tetapi angka ini masih cukup tinggi bila di-bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Sebagaicontoh, pada tahun 1987 AKB di Malaysia adalah 24, Singapura9, Thailand 40 dan Filipina 46 per 1000 kelahiran hidup(2) .

Penurunan AKB di Indonesia tidak merala dan cukup ber-variasi di antara propinsi dan juga di antara daerah perkotaan danpedesaan. AKB di DI Yogyakarta pada tahun 1985 merupakanyang terendah, yaitu 29 per 1000 kelahiran hidup, sedangkanNusa Tenggara Barat memiliki AKB tertinggi yakni 144(3).Diperkirakan AKB di daerah perkotaan adalah 57 dan untukdaerah pedesaan 76 per 1000 kelahiran hidup. Karena tingkatkesehatan antar berbagai propinsi yang belum merata, prioritaspenanggulangan masalah kesehatan di masing-masing propinsitentunya akan berbeda.

Menurunnya AKB mengakibatkan meningkatnya AngkaHarapan Hidup (AHH). AHH yang pada tahun 1970 diperkira-kan 48.2 tahun untuk wanita dan 45 lahun untuk pria telahberubah menjadi masing-masing 61 tahun dan 58 tahun padatahun 1985(4 ).

Angka kematian ibu karena kehamilan, melahirkan danmasa nifas (MMR) juga akan menurun tetapi tingkat penurunan-nya akan lamban. Untuk ini dibutuhkan sistem rujukan yangmantap dan dukungan rumah sakit terhadap upaya kesehatanmasyarakat.

Menurunnya angka kematian yang kemudian disusuldengan menurunnya angka kelahiran telah mengubah strukturumur penduduk Indonesia (transisi demografi). Keadaan iniditambah dengan perubahan lingkungan, perubahan gaya hidup,dan menurunnya morbiditas penyakit menular menyebabkanpola penyakit di Indonesia berubah (transisi epidemiologi).Perubahan-perubahan nyata akan semakin nampak menjalangtahun 2000 nanti. Penyakit-penyakit menular yang akan hilangmenjelang tahun 2000 nanti antara lain morbilli, pertussis,poliomielitis, tetanus neonatorum, difteria, frambusia dan kusta.Berbagai penyakit menular lainnya dapat juga menurun morbi-ditas dan mortalitasnya. Begitu pula penyakit karena gangguankurang gizi sudah akan sangat menurun sampai tidak ada lagi(PCM, Xerophthalmia, anemia kurang besi serta defisiensi

yodium).Berbagai penyakit menahun atau penyakit tidak menular

akan sangat meningkat seperti penyakit kanker, penyakit kardio-vaskuler, gangguan endokrin, artritis rematoid, gangguan jiwa,gangguan akibat rudapaksa/kecelakaan dan lain-lain. Pada tahun2015, kanker dan penyakit kardiovaskuler akan menjadi penye-bab utama kematian. Penyakit akibat gizi-lebih (overnutrition)dan obesitas dapat pula meningkat.

Pada masa 25 tahun yang terakhir, dunia telah mengenalpaling sedikit tiga penyakit baru yang mewabah, yakni DemamBerdarah Dengue, Legionnaire ' s Disease serta AIDS. Dalam 25tahun mendatang dapat pula timbul wabah penyakit baru yangdisebabkan oleh virus. Penyakit karena toksoplasmosis akanmendapat perhatian lebih besar.

Penambahan jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadapbeban kerja pelayanan kesehatan, dan struktur umur masyarakatmempengaruhi jenis pola pelayanan kesehatan. Pola pelayanankesehatan orang dewasa dan lanjut usia akan menjadi lebihpenting di masa mendatang karena struktur penduduk Indonesiayang menjadi lebih tua. Prioritas pelayanan kesehatan yangsemula terhadap bayi dan anak akan bergeser menjadi terhadapusia dewasa dan usia lanjut.

Perbaikan derajat kesehatan yang berbeda antar berbagaidaerah akan berdampak luas bagi pelayanan kesehatan. Padadaerah yang sudah Iebih baik dan maju telah berkembang pe-nyakit tak menular dan khronis serta penyakit pada usia lanjut,dan penyakit-penyakit infeksi serta gangguan gizi menurun. Se-baliknya pada daerah yang belum sedemikian maju akan tetapdidominasi oleh pola penyakit infeksi dan gangguan gizi. Olehkarena itu, transisi epidemiologi ini akan menimbulkan bebanganda yang cukup berat bagi pelayanan kesehatan di masamendatang.

KECENDERUNGAN KEBIJAKSANAAN JANGKAPANJANG

Kebijaksanaan dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjukumum bagi kegiatan atau pengambilan keputusan lebih lanjut.Kebi jaksanaan, termasuk kebijaksanaan pembangunan kesehatan,biasanya dipengaruhi oleh political commitment yang lebih tinggi,aspirasi masyarakat, permasalahan yang dihadapi dan potensikemampuan yang ada. Struktur kebijaksanaan menyangkuttujuan, strategi atau langkah pokok, prioritas dan lain sebagai-nya.

Dalam memasuki tahap proses tinggal landas mulai PelitaVI sampai dengan Pelita X, kebijaksanaan pokok sebagaimanatertera dalam pemikiran dasar Sistem Kesehatan Nasional tetapberlaku. Tahap Tinggal Landas pembangunan kesehatan adalahsuatu tahap dim ana ban gsa Indonesia telah mampu untuk tumbuhkembang melanjutkan pembangunan kesehatan, dengan sandar-an utama kekuatan sendiri, menuju tercapainya kemampuanuntuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkanderajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kese-jahteraan umum. Diperlukan kemampuan-kemampuan untukdapat tinggal landa s, yakni :

1. Kemampuan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 9

Page 18: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

yang optimal;2. Kemampuan masyarakat dan swasta untuk memikul pem-

biayaan kesehatan melalui program asuransi Jaminan Pe-meliharaan Kesehatan;

3. Kemampuan sarana kesehatan, termasuk rumah sakit untukberfungsi efisien dan efektif.

Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, nampak bahwadalam 25 tahun mendatang, Indonesia akan mengalami per-ubahan-perubahan yang besar, termasuk pada bidang kesehatan.Karena itu perlu diadakan penyesuaian kebijaksanaan agarIndonesia dapat memanfaatkan peluang yang ada serta meng-atasi masalah dan kendala yang mungkin menghadang. Ke-bijaksanaan-kebijaksanaan penting di bidang kesehatan yangperlu diperhatikan adalah sebagai berikut :1. Upaya kesehatan;2. Ketenagaan;3. Obat-obalan;4. Gizi dan Lingkungan;5. Manajemen dan hukum; serta6. Pembiayaan.

Upaya kesehatan, prioritas dan sasarannya akan bergeserpada kelompok remaja dan usia produktif, sedangkan upayapromotif dan kuratif akan lebih meningkat. Organisasi dankegiatan rumah sakit-rumah sakit perlu ditata untuk disesuaikanguna perawatan dan penanggulangan penyakit tidak menular.Guna mendukung industrialisasi perlu dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan industrial and occupationalhealth. Jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya perlu ditingkat-kan terutama di kota-kota dengan tingkat pertumbuhan yangtinggi. Pelayanan bagi penduduk miskin di kota-kota juga akandiperhatikan. Kesemuanya ini terutama melibatkan peran sertamasyarakat termasuk swasta. Rujukan pelayanan ditingkatkandengan mengaitkannya dengan swadana, akreditasi, mutu, dansistem asuransi kesehatan.

Guna menjamin dukungan tenaga kesehatan yang memadai,jumlah sekolah dan ragam sekolah perlu ditambah. Pendidikandan pelatihan untuk sebagian besar agar dialihkan kepada pihakswasta dan ikatan profesi. Pendidikan dan latihan tenaga di-arahkan terutama untuk menghasilkan tenaga-tenaga fungsionalyang lebih profesional dalam rangka peningkatan mutu pela-yanan kesehatan. Ikatan kerja harus lebih luwes tetapi yangmemungkinkan dikembangkannya jaminan sosial hari depan.Sistem karir yang terbuka dapat dikembangkan denganmengaitkannya dengan sistem penggajian yang sama adilnya.

Produksi obat harus ditingkatkan jumlah dan jenisnya se-suai dengan pola penyakit yang ada dan tuntutan akan pelayanankesehatan. Sistem distribusi hendaknya disederhanakan se-dangkan sistem penatalaksanaan resep yang sudah ada tetap

dijalankan karena mekanismenya sudah baik. Peranan BUMNdalam produksi obat harus tetap dipertahankan, khususnya dalamproduksi obat generik. Karena semakin luasnya penggunaanobat, perlu dikembangkan drug intoxication center, khususnyapada rumah sakit-rumah sakit pendidikan.

Perbaikan gizi akan lebih ditekankan kepada pendidikanatau penyuluhan untuk mencegah overnutrition atau mencegahrisiko timbulnya penyakit-penyakit menahun. Penganekaragam-an menu makanan sehat terus dikembangkan. Monitoring keada-an lingkungan ditingkatkan untuk mencegah timbulnya polusi,dengan prioritas utama diberikan kepada pencemaran air.

Manajemen pembangunan kesehatan menitikberatkan ke-pada desentralisasi pelaksanaan yang lebih luas kepada daerahtingkat II. Sesuai dengan pengembangan tenaga, jabatan-jabatanfungsional tetap di tingkatkan jumlah dan jenisnya. Otonomi jugadiberikan secara luas kepada unit-unit pelaksana sehingga dapatberoperasi secara mandiri tanpa meninggalkan fungsi sosial daripelayanan kesehatan. Penyederhanaan organisasi dilakukan terutama pada tingkat pusat dan propinsi. Kegiatan limas sektoraltetap diintensifkan untuk mengatasi hal-hal yang berkaitandengan lingkungan, gizi, obat, makanan dan tenaga kesehatan.

Peraturan perundang-undangan yang ada perlu ditelaah lagidan disesuaikan dengan perkembangan keadaan. Dengan de-mikian pelayanan kesehatan dan konsumsi akan lebih terlin-dungi. Pembinaan dan pengaturan penggunaan teknologi ke-dokteran dilaksanakan demi keuntungan dan kesejahteraanmasyarakat.

Pembiayaan kesehatan ditingkatkan terutama melalui sis-tem asuransi kesehatan yang dapat menjamin pelayanan yanglayak dan menghindarkan dari peningkatan ongkos-ongkospelayanan. Bersamaan dengan itu unit-unit swadana terus dikem-bangkan secara bertahap. Premi asuransi pegawai negeri di-naikkan sesuai dengan perkiraan ongkos pelayanan. Untukmenjamin terlindunginya mereka yang tak mampu dan ter-eapainya azas pemerataan, subsidi kesehatan oleh pemerintahtemp diberikan. Sarana-sarana pelayanan hendaknya diorgani-sasi sehingga dana-dana yang ada dapat digunakan secara lebihefisien.

KEPUSTAKAAN1. Perkiraan dengan cara Trussell, West Model, dihitung oleh Sumantri.2. Situasi Anak-anak di Dunia 1989, laporan James P. Grant, Direktur Unicef.3. Analisa Situasi Derajat Kesehatan, disusun dalam rangka Penyusunan

REPELITA V Kesehatan.4. Djuhari Wirakartakusumahcs."MasalahKependudukan dan Prospek Jangka

Panjang, kaitannya dengan pembangunan di Indonesia 1989–2005" disam-paikan pada Seminar Penyusunan Kerangka Landasan Pembangunan JangkaPanjang Tahap Kedua 17 Februari 1989,

1 0 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 19: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Kebijaksanaan Departemen Kesehatan RIdalam Upaya Peningkatan

Mutu Pelayanan Rumah SakitDr. Soemarya Aniroen, MHA

Kepala Direktorat RS Khusus & Swasta Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN

Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya ke-mampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapatmewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, se-bagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Na-sional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memperluasdan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat de-ngan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau.

Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, perubahan sosialbudaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi kedokteran maka sistim nilaipun berubah. Masyarakatsemakin menuntut pelayanan yang bermutu dan kadang-kadangcanggih. Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatanmempunyai fungsi utama penyembuhan dan pemulihan. Rumahsakit ini bersama dengan puskesmas melalui jalur rujukan di-harapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan paripumabagi masyarakat. Dengan semakin meningkatnya tuntutan ma-syarakat akan mutu pelayanan maka fungsi pelayanan rumahsakit secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebihefisien, sehingga dapat menampung rujukan dari puskesmas dansarana kesehatan lainnya.

Sehubungan hal tersebut maka perlu ada kebijaksanaanDepartemen Kesehatan tentang peningkatan mutu dan upaya-upaya yang dijalankan, namun sampai saat ini nampaknya belumada kesepakatan tentang apa yang dimaksud dan belum adakonsensus nasional dengan mutu pelayanan rumah sakit.

Semen-taraini Departemen Kesehatan dalam upaya meningkatkan mutupelayanan rumah sakit lebih diarahkan kepada peningkatankemampuan pelayanan rumah sakit.

Mutu pelayanan suatu rumah sakit merupakan hasil akhirdari interaksi dan ketergantungan yang kompleks antaraberbagai

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rwnah Sakit. KerjasamaPERSI dengan Kalbe Farma. Bukit Raya, Puncak 4-6 Agustus 1991

komponen atau aspek rumah sakit itu sebagai suatu sistem.Klasifikasi aspek-aspek ini yang mungkin paling terkenal adalahmenurut Prof. Ayerdis Donabedian seorang profesor kesehatanmasyarakat dari Universitas Michigan , yaitu penggolongan dalamkomponen struktur, proses dan outcome.

Struktur adalah sarana fisik, perlengkapan dan peralatan,organisasi dan manajemen , keuangan, tenaga, saran dan prasaranalainnya.

Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga profesilainnya dalam interaksi profesional dengan pasien. Sehinggaproses adalah merupakan apa dan bagaimana kegiatan pro-fesional tersebut.

Output adalah hasil-akhir dari kegiatan dan tindakan dokterdan tenaga profesi lainnya terhadap pasien.

Mutu pelayanan rumah sakit merupakan hasil akhir interaksiantara struktur, proses dan output sehingga mutu pelayanan yangbaik sebagian besar tergantung dari mutu struktur dan mutuproses yang baik pula di rumah sakit. Sedangkan output yangburuk adalah disebabkan struktur atau proses yang juga buruk.

Dalam makalah ini akan diuraikan tentang KebijaksanaanDepartemen Kesehatan dalam upaya peningkatan mutu pelayan-an dengan sistematika sebagai berikut :I. Pendahuluan.II. Analisis situasi perumahsakitan.III. Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan Repelita V.IV. Kebijaksanaan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.V. Penutup.

ANALISIS SITUASI PERUMAHSAKITAN

a. Gambaran umum rumah sakit.Pada tahun 1990 ada 938 rumah sakit umum dengan 108.133

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 11

Page 20: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

jumlah tempat tidur. Dari jumlah rumah sakit tersebut 36%adalah rumah sakit swasta, 44,4% rumah sakit pemerintah,11,9% rumah sakit ABRI dan 7,7% rumah sakit milik BUMN.

b. TenagaPendayagunaan tenaga medik dan paramedik diprioritaskan

untuk puskesmas-puskesmas. Maka di rumah sakit terutamarumah sakit kelas C dan D sating timbul masalah ketenagaanyaitu jumlah, mutu dan distribusinya. Tenaga yang merisaukanjumlahnya adalah tenaga paramedis. Secara umum dokter yangbekerja di sarana-sarana pelayanan kesehatan jumlahnya sudahcukup memadai, hanya distribusinya masih timpang. Hampir70% dokter bertugas di Pulau Jawa - Bali dan 23% di DKI.Tenaga perawat penyebarannya lebih baik, DKI 17,5% danJawa-Bali 58%.

Dari pengkajian diagnosis rumah sakit oleh HSF USAIDsecara umum dapat dikemukakan rumah sakit kelas A dan Bmemiliki tenaga cukup (paramedik perawatan dan non medik)sedangkan tenaga medik nampaknyaberlebihan. Di rumah sakitkelas C dan D pada umumnya kurang untuk semua katagori,namun standar kepegawaian yang digunakan sekarang masihperlu dievaluasi kembali dan komposisi tenaga medik masihkurang serasi. Temuan lainnya adalah banyaknya tenaga dokterrumah sakit pemerintah yang bekerja sebagai tenaga part timer dirumah sakit swasta dan banyaknya tenaga honorer di semuarumah sakit. Hal ini tentunya mempengaruhi mutu pelayanan.

Mutu pelayanan tentunya tak terlepas dari mutu kepera-watan, dimana masih banyak permasalahan yang dijumpai.Sampai saat kini belum ada standarisasi tenaga perawat yangsesuai dengan peran dan fungsinya. Upaya peningkatan ke-mampuan dan ketrampilan tenaga perawat melalui penataran-pe-nataran belum mampu mengatasi kesenjangan antara tuntutanpeningkatan mutu pelayanan keperawatan dan kemajuan Iptekkesehatan/keperawatan. Pengembangan karier tenaga perawatkearah profesionalisme, melalui penyelenggaraan pendidikanberjenjang belum terarah jelas. Tanpa melalui pendidikan men-dasar, pengembangan profesionalisme sulit diwujudkan.

Pemahaman terhadap etika profesi dirasakan kurang, ter-bukti antara lain perilaku perawat dalam melaksanakan tugas(tidak ramah). Selain itu uraian tugas, peran dan fungsi setiapkatagori perawat berdasarkan jenjang pendidikan belum di-tetapkan secara jelas dankualifikasi tenaga perawat untuk jen jangdan jenis keperawatan tertentu belum ada kejelasan.

Disadari mutu asuhan keperawatan masih belum baik. Be-berapa penyebab antara lain belum adanya pembakuan mutu pe-layanan kesehatan yang dapat dijadikan tolok ukur. Di sampingitu perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya masihsecara rutin dan tradisional belum secara profesional. Manajerialskill dan technical skill juga masih kurang.c. Dana

Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembiayaan kese-hatan antara lain adanya keterbatasan biaya, penggunaan biayayang kurang efisien dan distribusi kurang merata.

Dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto(PDB), makatotal biaya kesehatan tersebut menunjukkan kecenderungan

menurun. Untuk kurun waktu lima tahun (1982–1987) persen-tase biaya kesehatan terhadap PDB berturut-turut adalah 2,78%,2,48%, 2,23%, 2,39% dan 2,51%. Angka tersebut belum pernahmencapai 3% PDB, apalagi mencapai 5% PDB seperti direko-mendasikan oleh WHO. Di Thailand pengeluaran untuk kese-hatan mencapai 5,1% GNP (1985), RRC mengeluarkan 3,1%(1985), Korea 4,3% (1986), dan Philipina 2,4% (1985).

Bila dirinci lebih jauh mengenai penggunaan biaya-biayayang ada, maka untuk rumah sakit sekitar 45%, biaya tersebuthampir 95% untuk kegiatan kuratif.

Sistem pembayaran di rumah sakit kebanyakan masih fee forservice dan out of pocket, sedangkan pembayaran melalui sistemasuransi masih terbatas.

Khusus mengenai biaya yang berasal dari pemerintah,dikeluarkan melalui jalur yang cukup banyak dan terpecah-pecah, sehingga terjadi kurangnya koordinasi dan integrasi dalamperencanaan dan pelaksanaannya, sehingga pengggunaan tidakefisien, sedangkan di rumah sakit swasta mungkin lebih efisien.Di samping itu terjadi pula ketidak seimbangan antara biayapembangunan dan biaya operasional dan pemeliharaan. Biayaoperasional dan pemeliharaan 50% dari yang dibutuhkan untukrumah sakit kelas A dan B dan untuk rumah sakit kelas C dan Dsekitar 30%. Subsidi pemerintah untuk rumah sakit pemerintahtelah di ambang batas, namun tarif terlalu rendah.d. Fasilitas

Gedung rumah sakit pemerintah maupun swasta kebanyak-an dirancang tidak tuntas dan belum mengikuti kaidah-kaidahrumah sakit, sehingga tidak efisien.

Selain itu, lingkungan rumah sakit banyak yang masih kotorterutama di rumah sakit pemerintah, sehingga menurunkan citrapelayanan rumah sakit pemerintah. Diharapkan secara bertahapcitra itu akan menjadi lebih baik.

Alat-alat di rumah sakit sangat bervariasi. Perubahan sosialekonomi akan mempengaruhi rumah sakit dan berpengaruh pulaterhadap penyediaan faslitas di rumah sakit. Semakin jauh dariibukota propinsi semakin buruk keadaannya.

Dengan berkembangnya iptek kedokteran, maka banyakditemukan alat-alat canggih. Walaupun alat canggih tersebutdapat meningkatkan mutu pelayanan, namun banyak masalahyang dihadapi dengan banyaknya alat canggih yang ada. Biayakesehatan akan meningkat. Selain itu diperlukan tenaga yangprofesional untuk dapat menerapkan teknologi tersebut. Danjuga sistem pencatatan peralatan yang benar (adekuat) sehinggasistem rujukan bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Alateanggihmacam dan jenisnya sangat banyak. Departemen Kesehatanmeneoba menginventarisir alat-alat canggih dan didapatkan datasementara (tahun 1990) bahwa alat canggih lebih banyak dirumah sakit swasta dari pada rumah sakit pemerintah. Di rumahsakit pemerintah MRI =1, CT scan= 5 dan ESWL = 1, sedangkandi rumahsakitswasta MRI = 2, CT scan = 10, ESWL = 9.

Pengkajian diagnosis rumah sakit oleh HSF USAID men-dapatkan data bahwa pada umumnya rumah sakit telah memilikiperangkat kemampuan maupun pengetahuan teknis untuk dapatmemberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kelasnya,

12 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 21: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

kelasnya, meskipun perangkat di rumah sakit tersebut masihsederhana.Pelayanan tersebut sering terganggu karena :—Pemeliharaan sarana tidak memadai; di antara rumah sakit

yang dikaji, tidak satupun yang melaksanakan preventivemaintenance.

— Keterpaduan antara tenaga dan peralatan kurang serasi.—Alatpembantu seperti reagensia tidak tersediapada waktunya.Pengkajian ini juga menemukan bahwa kemampuan manajemensangat menentukan mutu pelayanan. Contohnya ialah lama pe-rawatan pra-bedah yang di rumah sakit kelas B ditemukanberkisar antara 5,8 dan 9,4. Lama perawatan pra-bedah inimenun jukkan kurangnya koordinasi antara pelayanan penun jangseperti laboratorium, radiologi, ruang rawat dan ruang bedah.

Selain itu pengkajian diagnosis rumah sakit juga men-dapatkan data bahwa kelengkapan catatan medik masih terbatassekali. Misalnya catatan mengenai penyakit terdahulu yangpemah diderita dan working diagnosis sering tidak ada. Telahdicoba untuk menilai mutu pelayanan terhadap penyakit-penya-kit tertentu (tracer conditions). Upaya ini tidak berhasil karenatidak lengkapnya catatan medik.

Berdasarkan tern uan tersebut dapat disimpulkan bahwa mutucatatan medik belum memadai untuk dapat digunakan sebagaialai penilai mutu pelayanan medik di rumah sakit.

e. PemanfaatanPemanfaatan rumah sakit masih rendah. Hal ini ditunjukkan

dengan angka tingkat pemanfaatan tempat tidur yang masihrendah, secara keseluruhan di bawah 55%, baik untuk rumahsakit pemerintah maupun swasta. Lima tahun terakhir rumahsakitpemerintah sekitar 57%, swasta 54%, sedangkan ABRI danDepartemen lain sangat rendah yaitu 45 — 50%. Hasil penelitianBank Dunia di Indonesia (1988) menunjukkan bahwa salah sawpenyebab rendahnya pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakatdisebabkan mutu pelayanan yang rendah. Khususnya bilamanahal ini dikaitkan dengan ketenagaan yang tersedia dan pelayananspesialistik yang ada.

Data menunjukkan bahwa rumah sakit yang memberikanpelayanan bedah angka pemanfaatannya 42% lebih tinggi jikadibandingkan dengan rumah sakit yang tingkatannya sama tetapitidak memberikan pelayanan bedah. Penempatan seorang dokterahli meningkatkan angka pemanfaatan sebesar 83%. Hasil ter-sebut menyimpulkan bahwa mutu pelayanan yang rendah me-rupakan faktor yang menonjol penyebab rendahnya tingkat pe-manfaatan rumah sakit di Indonesia.

Penempatan seorang dokter spesialis dan penyedaian fasili-tas bedah di rumah sakit kelas rendah dapat meningkatkan secarabermakna mutu dan juga kuantitas pelayanan. Total biaya dapatmeningkat tetapi satuan biaya dapat menjadi rendah oleh karenapemanfaatan meningkat.

Selama kurun waktu lima Pelita LOS dan NDR mengalamipenurunan. Pada akhir Pelita I LOS = 10 dan NDR = 50 dan padatahun I Pelita V LOS = 6 dan NDR = 21. Dengan semakinrendahnya LOS dan NDR dapat diartikan bahwa mutu pelayananbertambah baik.

Pada tahun 1985, di beberapa tempat telah dilakukan eva-luasi pemanfaatan rumah sakit oleh penduduk didapatkan angkahari rawat penduduk per tahun adalah 80 hari rawat per 100penduduk. Sebagai perbandingan di Sri Lanka adalah 161 harirawat, di Cina 576 hari rawat, dan di Inggris 2000 hari raw at per1000 penduduk. Rendahnya pemanfaatan rumah sakit di banyaktempat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kemampuan mem-bayar dari masyarakat, sikap dan perilaku penduduk, mutu pe-layanan rumah sakit, sikap dan perilaku petugas rumah sakit danlain sebagainya.

Pada pengkajian diagnosis rumah sakit ditemukan bahwa diJawa Timur dan Bali tingkat kepuasan terhadap dokter padapenderita asuransi kesehatan lebih rendah dibanding tingkatkepuasan penderita non peserta asuransi kesehatan. Sedangkandi Sumatera Barat ditemukan bahwa penilaian masyarakat ter-hadap citra rumah sakit pemerintah lebih rendah dibandingdengan rumah sakit swasta. Kesemuanya ini tentunya mem-pengaruhi pemanfaatan rumah sakit.f. Peraturan

Beberapa peraturan menyebabkan pula terjadinya inefisiensidalam pengelolaan biaya-biaya yang ada. Sebagai contoh per-aturan ICW mengharuskan agar semua penerimaan dari fasilitaskesehatan milik pemerintah disetorkan ke kas negara dan ke-mudian akan dikembalikan lagi ke fasilitas termaksud dalambentuk anggaran rutin pemerintah. Cara ini memakan waktu danbirokrasi yang cukup rumit. Belum lagi biaya yang akan diterimakembali jumlahnya lebih kecil dari yang disetorkan, di sampingjadwal waktunya terlambat.

KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN KESEHATANREPELITA V.

Arah dan kebijaksanaan pembangunan kesehatan sebagaipetunjuk pokok pembangunankesehatan telah ditetapkan dalamGaris-Garis Besar Haluan Negara. Arah dan kebijaksanaan inilebih lanjutdijabarkan ke dalam petunjuk yang lebih operasionalyaitu dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang mulaiberlaku tahun 1982 dan Rencana Pokok Program PembangunanJangka Panjang Bidang Kesehatan (RP3JPK).

Arah dan kebijaksanaan selanjutnya dari pembangunan te-lah ditetapkan dalam GBHN antara lain :— Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi de-

rajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalamrangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasandan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Sehubungan de-ngan itu perlu dikembangkan sistem kesehatan nasional yangterpadu yang dapat mendorong partisipasi masyarakat ter-masuk swasta.

—Pembangunan kesehatan terutama ditujukan pada golonganmasyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di pedesaanmaupun di perkotaan. Pelayanan kesehatan kepada masya-rakat akan lebih ditingkatkan dengan mutu yanglebih baik danbiaya yang terjangkau oleh masyarakat.

—Dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, perlu

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 13

Page 22: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

terus ditingkatkan mutu pelayanan rumah-rumah sakit, lem-baga-lembaga pemulihan kesehatan, pusat-pusat kesehatanmasyarakat serta lembaga-lembaga kesehatan lainnya.Selanjutnya perlu ditingkatkan pula penyediaaan dan peme-rataan tenaga medis, paramedis dan tenagakesehatan lainnya,serta pen yediaan obat yang makin merata dan terjangkau olehrakyat. Disamping itu perlu terus ditingkatkan pengadaan danpemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan lainnya.

Kebijaksanaan pembangunan kesehatan tersebut dilak-sanakan secara serasi, terarah dan terpadu dengan bidang-bidangpembangunan lainnya, dan dengan peran serta aktif masyarakattermasuk swasta antara lain melalui program upaya kesehatanrujukan.

Tujuan program upaya kesehatan rujukan ialah :1. Peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan

medik dan rujukan kesehatan secara terpadu.2. Peningkatan dan pemanfaatan manajemen rumah sakit yang

meliputi kegiatan-kegialanperencanaan,penggerakan-pelak-sanaan dan pengawasan-pengendalian.Untuk mencapai tujuan dan sasaran program upaya kese-

hatan rujukan, ditetapkanlah kebijaksanaan seperti di bawah ini:a. Upaya kesehatan rujukan diarahkan agar rumah sakit mampu

memberikan dukungan kepada pelayanan puskesmas danmengutarnakan kegiatan yang mempunyai cakupan luas,dengan memperhatikan kepentingan golongan masyarakatyang tidak mampu.

b. Upaya kesehatan pengobatan dan pemulihan harus selaludisertai dengan upaya peningkatan kemampuan pencegahandalam rangka mencapai keadaan hidup sehat bagi setiap pen-duduk.

c. Upaya peningkatan efisiensi dana, sarana dan tenaga untukmeningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan optimal dirumah sakit dan rujukannya.

d. Dalam rangka lebih mengggalakkan peran serta lembagaswadaya masyarakat dan pengusaha swasta untukmeningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit danrujukannya, akan diadakan penyederhanaan pengaturan yangakan lebih memudahkan peran serta tersebut.

Dalam Pelita V, Sistem Kesehatan Nasional akan torusdikembangkan dan dimantapkan untuk menjadi pedoman bagipenyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik dilaksanakanoleh pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta. Di-harapkan pada akhir Pelita V telah terwujud kondisi dan pra-syarat kesehatan guna mendukung tahap tinggal landas padaPelita VI.

Tinggal landas pembangunan kesehatan adalah suatu ke-adaan dimana Sistem Kesehatan Nasional dapat berfungsi de-ngan efektif dan efisien. Hal ini berarti makin meluasnya pema-haman, penghayatan dan pengamalan , perilaku hidup sehatoleh masyarakat secara mandiri.

Dengan perkataan lain tahap tinggal landas pembangunankesehatan adalah suatu tahap di mana bangsa Indonesia telahmampu untuk tumbuh dan berkembang melanjutkan pemba-ngunan kesehatannya dengan sandaran utama kekuatan sendiri

menuju tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiappenduduk agar dapat mewujudkan derajatkesehatan masyarakatyang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.Pada tahap itu ada tiga kemampuan yang telah dimiliki yaitu:a. Kemampuan untuk meneegah, menolak dan menghindari

timbul dan berkembangnya permasalahan di bidang kese-hatan yang mungkin terjadi serta dapat membahayakan ke-langsungan hidup bangsa Indonesia.

b. Kemampuan untuk mempertahankan dan memelihara pres-tasi dan hasil-hasil pembangunan kesehatan yang telah di-capai.

c. Kemampuan untuk meningkatkan dan mengembangkan apayang telah dicapai oleh pembangunan kesehatan agar dapatmemenuhi tuntutan kemajuan dan perkembangan zaman.

Kemampuan atas prakondisi penting yang harus diketahuioleh lembaga kesehatan swasta antara lain :a. Dihayati dan diterimanya pendekatan PHC (Primary Health

Care) sebagai pendekatan utama dalam pembangunan kese-hatan oleh lembaga kesehatan swasta.

b. Dihayatinya wawasan kesehatan masyarakat oleh setiap peng-ambil keputusan, perumus kebijaksanaan maupun perencanaprogram kesehatan.

c. Tercapainya pemerataan pelayanan kesehatan dasar diseluruhIndonesia, khususnya bagi kelompok sasaran berisiko tinggiseperti ibu dan anak.

d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan ke-butuhan yang nyata. Peningkatan mutu pelayanan merupakanprioritas, terutama di Rumah Sakit Kelas C.

e. Mulai berkembangnya Dana Upaya Kesehatan Masyarakatterutama di daerah pedesaan.DUKM ini sebagai dukunganakses masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan dirumah sakit.

f. Mulai berfungsinya sistem rujukan medik dan rujukan ke-sehatan.

g. Makin meningkatnya efisiensi dan efektifitas manajemenkesehatan. Kemajuan dalam kemampuan manajemen rumahsakit termasuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

h. Telah berkembangnya mekanisme kerjasama lintas sektoralmaupun kerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya ma-syarakat termasuk perhimpunan profesi dalam pembangunankesehatan.

i. Makin meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam me-ngatur kesehatan sendiri, bail dalam pengambilan keputusan,perencanaan maupun pelaksanaannya.Pada akhir-akhir ini Departemen Kesehatan melaksanakan

beberapa kebijaksanaan lain sebagai upaya terobosan dalammempercepat peningkatan pelayanan kesehatan untukmeningkatkan efisiensi dan efektifitas serta meningkatkan citrarumah sakit.

Program-program yang merupakan kebijaksanaan tersebutada yang masih dalam konsep, rencana persiapan maupun yangsudah dilaksanakan ataupun sudah dalam tahap monitoring danevaluasi.Kebijaksanaan ini meliputi antara lain :

1 4 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 23: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

1. Rumah sakit pemerintah sebagai Unit SwadanaPada prinsipnya perubahan ini merupakan perubahan yang

fundamental, yang berkaitan dengan pengaturan, pengelolaan,pembinaan dan evaluasi rumah sakit, namun bukan merupakanswastanisasi rumah sakit pemerintah. Unit swadana menurutDepartemen Kesehatan adalah pemberian otonomi lebih luaskepada RS Pemerintah termasuk dalam pengelolaan keuangandan penggunaan langsung penerimaan rumah sakit bersangkutan.Salah satu tujuan konversi ini adalah untuk meningkatkan ke-mandirian rumah sakit sehingga nantinya diharapkan dapatmeningkatkan mutu pelayanannya.

Dalam rangka konversi rumah sakit pemerintah menjadiunit swadana akan dilakukan intervensi di sembilan bidang yaitu:- Peraturan- Struktur Organisasi- Rekam Medis

- Sistem Manajemen Informasi- Sistem Akuntansi- Sistem Pembaiayan- Pola Penyusunan Tarif- Standar Pelayanan RS- Standar Pelayanan Farmasi.

2. Pemantapan penggunaan obat generik di rumah sakitObat generik adalah obat dengan mutu yang sama tetapi

harga lebih rendah. Sebagai tindak lanjut dari Permenkes No.085/1989 dalam rangka pemantapan penggunaan obat generikdiambil beberapa kebijaksanaan antara lain :- Pembentukan komite farmasi dan terapi rumah sakit.- Pembentukan komite nasional farmasi dan terapi.- Pembentukan formularium rumah sakit dan standar terapi.

Dengan dimantapkannya penggunaan obat generik diharap-kan dapat meningkatkan efisiensi sehingga diharapkan mutupelayanan dapat meningkat.3. Penanaman modal di bidang perumahsakitan

Dengan keterbatasan kemampuan pemerintah dan sesuaidengan SKN untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pelayan-an kesehatan dipandang perlu lebih mengikutsertakan pemilikmodal dalam penyelenggaraan rumah sakit, Hal ini mengingatpula rumah sakit adalah suatu institusi yang padat modal sertaperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokterandengan pembiayaan yang tinggi.

Diharapkan dengan diberinya kesempatan kepada parapemilik modal (investor), mereka mampu untuk mendirikanrumah sakit dengan pelayanan yang bermutu.4. Gerakan rumah sakit bersih dan tertib

Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan citra rumah sakitdi mala masyarakat. Evaluasi terhadap gerakan ini akan dikaitkandengan evaluasi penampilan manajemen rumah sakit.5. Anggaran Operasional dan Pemeliharaan (OPRS)

Diberikan subsidi khusus kepada rumah sakit pemerintahdengan tujuan adanya dana tambahan yang dapat dipergunakanuntuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Untuktahun anggaran 1991/1992 pemerintah telah mengalokasikan 50

milyard rupiah untuk OPRS.6. Peningkatan kualitas pelayanan

Pada hakekatnyakualitas atau mutu pelayanan dapatdiukur.Untuk mengukur dibutuhkan adanya indikator yang sederhanadan dapat dipergunakan oleh tiap rumah sakit dalam menilaipenampilannya. Pengembangan dan penetapan standar sedangdikerjakan dan diharapkan peningkatan kemampuan dan pe-nampilan rumah sakit dapat dimonitor dan dievaluasi secarapasti.

KEBIJAKSANAN DALAM UPAYA PENINGKATANMUTU PELAYANAN

Dengan akan berakhirnya Repelita V, di mana kita me-masuki tahap tinggal landas pembangunan salah satu prakondisiyang harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan ke-sehatan sesuai dengan kebutuhan yang nyata. Peningkatan mutupelayanan merupakan prioritas, terutama di Rumah Sakit KelasC.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut, DepartemenKesehatan semen jak Pelita I hingga sekarang, telah melaksanakanupaya peningkatan mutu pelayanan secara bertahap. Upaya ter-sebut dilaksanakan melalui pembangunan sarana, prasarana, pe-ngadaan peralatan dan ketenagaan serta perangkat lunak lainnya,sejalan dengan pembangunan rumah sakit pada umumnya.

Namun demikian, disadari pula masih adanya beberapakendala yang dihadapi, terutama yang berkaitan dengan standarkebutuhan dan tuntutan sistem pelayanan yang masih belumselaras dengan perkembangan iptek kedokteran yang semakinpesat di mana pelayanan spesialistik dan subspesiali stik cenderungsemakin berkembang.

Mengingat masih adanya kendala dalam peningkatan mutupelayanan rumah sakit dan berdasarkan Kebijaksanaan RepelitaV Departemen Kesehatan dan Program Upaya Kesehalan RujukanRepelita V, maka dalam upaya meningkalkan mutu pelayananrumah sakit, perlu dilakukan langkah-langkah kebijaksanaansebagai berikut :1. Pendidikan dan pelatihan

Mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk tenaga medismaupun paramedis perawatan dan non perawatan. Pendidikandan pelatihan tersebut meliputi managerial skill dan technicalskill. Misalnya: HMT, PKMRS, infeksi nosokomial, medicalsurgical, ICCU, PICU, UGD, koroner, cancer unit, perawatanortopedi, AS I, hematologi, dialisis, teknik kamar bedah, dan lain-lain.

2. Perizinan- Sesuai dengan PP no. 1 tahun 1988 dan Permenkes 385/

1988 tentang pelaksanaan masa bakti dan izin praktek bagidokter dan dokter gigi, tenaga medis dalam melaksanakantugas harus mempunyai Surat Penugasan (SP) dan SuratIzin Praktek (SIP). SP ini merupakan pengganti dari SID.

- Sesuai dengan Permenkes 920/1986 dan SK Dirjen 098/87tentang penyelenggaraan pelayanan medik spesialistikmakauntuk mendirikan rumah sakit harus mempunyai izin

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 15

Page 24: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

mendirikan dan setelah rumah sakit tersebut mulai mem-berikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat makaharus mempunyai izin penyelenggaraan yang setiap 5(lima) tahun diperbaharui.

3. Ijasah dan SertifikatPemberian ijasah bagi dokter yang baru lulus dan brevet

keahlian kepada dokter spesialis yang telah lulus merupakansalah satu program menjaga mutu. Sedangkan untuk dokterlulusan luar negeri harus melakukan adaptasi dulu dan untukdokter dari Fakultas Kedokteran Swasta harus ikut ujian negaradulu sebelum dapat ijasah. Sedangkan sertifikat diberikan kepadatenaga meths dan paramedis yang telah selesai mengikuti pe-nataran, seminar dan latihan-latihan lainnya.

4. StandarisasiTelah ditetapkan standar pelayanan rumah sakit yang me-

rupakan integrasi dari standar pelayanan medik dan terapi, stan-dar ketenagaan, standar sarana,-prasarana dan keperawatan.Selain itu juga akan ditetapkan peraturan, pedoman dan proseduryang belum ada dan pemutakhiran yang sudah tidak sesuaisehingga memungkinkan pelaksanaan akreditasi.5. Akreditasi

Untuk meningkatkan mutu pelayanan telah dipersiapkanstandar dalam rangka akreditasi rumah sakit dan dipersiapkaninstrumen dan uji coba.Direncanakan rumah sakit yang akan dikonversikan ke dalamunit swadana harus melalui akreditasi terlebih dahulu atau se-tidak-tidaknya menggunakan dasar-dasar akreditasi.6. Ketenagaan

Untuk meningkatkan mutu pelayanan maka dokter spesialis4 dasar kelasnya menjadi RSU kelas C. Juga dilakukan penem-patan tenaga dokter spesialis radiologi, patologi klinik, patologianatomi dan forensik, anestesi dan tenaga apoteker. Selain itudokter spesialismata, THT, saraf, gigi ortotik prostetik, rehabili-tasi medik ditempatkan untuk melengkapi RSU kelas C, disertai

dengan tenaga paramedik perawatan dan paramedik non pera-watan sesuai dengan kebutuhan.7. Sarana, prasarana dan peralatan

Rumah sakit Pemerintah dilengkapi dengan sarana, pra-sarana dan peralatan sesuai dengan kebutuhan.Misalnya: per-alatan mata dan THT untuk RS Kelas C.Untuk meningkatkan citra rumah sakit Pemerintah maka rumahsakit Pemerintah mendapat biaya operasional dan pemeliharaan.8. Penilaian penampilan rumah sakit

Untuk meningkatkan penampilan rumah sakit maka setiapmemperingati Hari Kesehatan Nasional diadakan lomba penilaianpenampilan rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta.Dalam tahun anggaran 1991/1992 lomba tersebut ditambahdengan lomba Gerakan Rumah Sakit Bersih yang akan diber-lakukan kepada rumah sakit kelas B, C dan D.

PENUTUPPeningkatan mutu pelayanan rumah sakit merupakan salah

satu tujuan program upaya rujukan. Dengan meningkatnya muturumah sakit diharapkan dapatmeningkatkan cakupan dan efisiensipelaksanaan rujukan.

Perlu kita sadari bahwa upaya peningkatan mutu merupakannever ending process dan perlu didukung oleh sumber daya danamber dana yang memadai.

Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah yang baru untukmengkonversikan rumah sakit menjadi unit swadana maka pe-luang rumah sakit umum untuk meningkatkan mutu pelayananakan terbuka bahkan akan menjadi lebih besar terutama bilamanadikaitkan dengan otonomi yang akan diberikan kepada direkturrumah sakit untuk mengelola dana swadana dan kemungkinanmengadakan inovasi-inovasi di bidang manajemen dan orga-nisasi rumah sakitnya.

Keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan rumahsakit sangat tergantung dari jalinan kerja sama yang baik antaraDepartemen Kesehatan, ikatan profesi terkait, Persi dan direkturrumah sakit.

1 6 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 25: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Peran Manajemen dalam PeningkatanMutu Pelayanan Rumah Sakit

Dr. H. Samsi JacobalisDirektur RS Husada, Jakarta

PENGANTARAda tiga orang Amerika yang dianggap sebagai pemiki: dan

pemuka ulama dalam upaya meningkatkan mutu produk industrimanufaktur; mereka adalah : DR W. Edwards Deming, Philip BCrosby dan DR. Joseph M Juran.

Deming terkenal dengan Deming's 14 points for managers;Crosby mengajarkan 14 langkah untuk meningkatkan mutu;Juran memperkenalkan konseptrilogimutu : perencanaan mutu,pengendalian mutu dan peningkatan mutu. Ketiga " guru" ter-sebut di atas sependapat mengenai pentingnya peran dan ke-terlibatan manajemen dalam meningkatkan mutu.

Di tahun-tahun terakhir, falsafah dan ajaran mereka tentangmanajemen mutu sudah diterapkan juga dalam industri jasa,seperti bank, hotel, rumah sakit.

Makalah ini akan mendiskusikan peran dan keterlibatanmanajemen seperti yang dianjurkan oleh Deming, diterapkanuntuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

W EDWARDS DEMING DAN MANAJEMEN MUTUDALAM INDUSTRII JEPANG

Deming adalah seorang ahli statistik yang menyandanggelar PhD dalam ilmu fisika dari Universitas Yale. Dalam tahun1940 ia bekerja pada Biro Sensus Amerika, dan pada tahun 1947ia diminta oleh Komando Tertinggi Pasukan Amerika (di bawahJenderal McArthur) yang waktu itu menguasai Jepang untukmembantu menyiapkan pelaksanaan sensus di negeri yangdiduduki itu. Karena tugas ini ia dikenal olch banyak orangJepang.

Dalam tahun 1950 ia kembali ke Jepang atas undanganJapanese Union of Scientists and Engineers (JUSE). Selamakunjungan ke dua ini ia memberikan serangkaian ceramah ten-tang metoda statistik dalam pengendalian mutu kepada para

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkalan Pelayanan Rwnah Sakit. KerjasamaPERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

sarjana, teknisi, manajer dan pekerja Jepang. Waktu itu Jepangbaru mulai membangun kembali industrinya yang hancur beran-takan sebagai akibat Perang Dunia ke dua. Jepang harus mulaikembali dari nol. Produk industri Jepang sebelum perang ter-kenal murah tapi bermutu buruk, barang Jepang waktu itu ter-kenal sebagai imitasi murahan; sehingga Jepang ingin menghi-langkan citra negatif ini tentang industrinya yang baru. Merekaingin menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan dapat ber-saing. Deming, yang waktu itu di Amerika sendiri tidak dikenal,dianggap oleh orang-orang Jepang dapat memberikan konsultasiten tang itu, berkatkeahliannya tentang statistik dan fisika. Dalamrangka konsultasi itulah Deming mengembangkan falsafah 14butirnya, seperti yang akan dirinci lebih lanjut nanti.

Orang-orang Jepang dengan sungguh-sungguh mempelajariajaran Deming, menerapkannya dan kemudian mengembang-kannya dalam industri mereka, disesuaikan dengan sifat-sifatnasionalnya. Dari ajaran itu mereka mengembangkan falsafahKAIZEN, yaitu falsafah manajemen praktek yang berkiblatpada perbaikan proses yang berkesinambungan terus menerus(Kai = perubahan, Zen = baik/perbaikan, Kaizen = perubahanmenjadi lebih baik, continuous improvement). Kaizen sebagaifalsafah dan strategi manajemen melahirkan beberapa konsep,sistem dan perangkat kerja, antara lain :– Orientasi pada konsumen- Pengendalian Mutu Terpadu (TQC, Total Quality Control)— Gugus Kendali Mutu (QCC, Quality Control Circles)— Sistem saran karyawan– JIT (Just In Time)– Zero Defects– Otomatisasi, robotisasi– Pengembangan produk– Hubungan industrial, dll

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 17

Page 26: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Pelaksanaan Kaizen tentu dilandasi juga oleh disiplin, kerjakeras dan semangat Samurai yang terluka dan terhina karenakalahperang. Hasilnya, dua puluh tahun kemudian Jepang menjadinegara industri terkuat di dunia, mengalahkan negara yang telahmenakluknya. Orang tidak lagi mengejek mutu barang "made inJapan " . Produk industri Jepang menguasai seluruh dunia. ProdukJepang makin lama makin besar pangsa pasarnya di Amerikasendiri. Banyak industri Amerika bangkrut atau dalam kesukaranuntuk bertahan. Orang-orang Amerika tersentak. Mengapa ?Ternyata mutu barang Jepang jauh lebih baik dari mutu barangAmerika; kekalahan mereka bersaing bukan karena kelicikanorang-orang Jepang. Kemudian terjadi arus balik; orang-orangAmerika mempelajari cara-cara manajemen industri Jepang.Baru mereka mengenal nama Deming dan tahu bahwa Demingitu orang Amerika; jasa konsultasinya mulai dicari oleh per-usahaan-perusahaan besar seperti General Motors, Ford MotorCompany, Nashua Corporation dan lain-lain, juga oleh per-usahaan-perusahaan jasa seperti kerelaapi, penerbangan, telkom,badan-badan pemerintah, rumah sakit. Perusahaan-perusahaandi Amerika dan di seluruh dunia mulai ikut menerapkan TQC,QCC dan lain-lain. Juga di Indonesia.

Sementara itu orang Jepang menghargai Deming denganmeneiptakanDemingPrize, hadiah tahunan yang diberikan kepadaperusahaan yang paling berhasil meningkatkan mutu produknya.Pemenang hadiah yang sangat didambakan ini antara lain adalahraksasa-raksasa seperti Nissan, Toyota, Hitachi, Nippon Steel.Perusahaan Amerika pertama yang memenangkan Deming Prizeadalah Texas Instruments dalam tahun 1985. Penghargaan ter-tinggi berupa bintang The Second Order Medal of the SacredTreasure diterima Deming dari Kaisar Hirohito untuk sum-bangannya bagi perkembangan ekonomi Jepang.

EMPAT BELAS BUTIR FALSAFAH MUTU MENURUTDEMING

Empat belas butir yang akan dirinci di bawah ini adalahanjuran Deming kepada manajemen untuk meningkatkan mutudan produktivitas. Butir-butir ini telah beberapa kali direvisi,namun intisarinya tetap sama.1) Ciptakan tujuan yang konsisten untuk memperbaiki produkdan pelayanan, dengan maksud memperkuat posisi kompetitifdan agar dapat bertahan dalam bisnis.2) Ambillah falsafah baru. Kita berada dalam era ekonomibaru. Kita tidak dapat lagi menerima keterlambatan, kesalahan,material yang buruk dan hasil kerja yang buruk seperti sebelum-nya.3) Jangan tergantung pada inspeksi masal (mass inspection).Manajemen mutu hendaknya built in, sehingga tidak perluinspeksi masal.4) Jika membeli material atau jasa janganlah karena harga yangditawarkan paling murah. Hendaknya mutu material yangdijadikan patokan.5) Sempurnakan sistem produksi dan pelayanan secara terusmenerus, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas.6) Adakan on the job training yang modern.7) Adakan cara supervisi yang modem.

8) Hilangkan rasa takut, sehingga semua orang dapat bekerjaefektif.9) Hilangkan penghambat-penghambat antar-departemen.10) Janganlah membuat obyektif, poster atau slogan denganangka kuantitatif, tanpa upaya penyempurnaan terus menerus;misalnya jangan dibuat poster di rumah sakit :

Tujuan kita adalah BOR 90%Tingkatkan jumlah pasien 5% tahun 1991.Hal-hal seperti itu tidak akan menghasilkan apa-apa, kecuali

frustrasi dan ejekan. Yang perlu diciptakan adalah penyempur-naan sistem dan faktor-faktor lain yang berpengaruh.11) Janganlah membuat standarkerjadengan kuota, tanpa upayapenyempurnaan terus menerus; misalnya apabila di pabrik garmenditentukan seorang pekerja harus menyelesaikan 30 potong sehari,yang akan ia hasilkan adalah kuota, bukan mutu.12) Hilangkan hambatan yang mencegah karyawan menjadibangga dengan pekerjaannya.13) Adakanlah program-program pendidikan dan pelatihan yangintensif dan berkesinambungan.14) Ciptakanlah struktur dan kondisi yang memungkinkanpelaksanaan butir 1 s/d 13 di atas secara terus-menerus sehari-hari.

Intisari falsafah Deming adalah : Harus ada keterlibatan (commitment) yang kuat dari pihakmanajemen terhadap perspektif dan risalah (mission) jangkapanjang. Empat belas butir di atas hendaknya di jadikan pedomanbagi manajemen untuk membimbing setiap karyawan dalammenjalankan tugasnya sehari-hari.

Mutu harus menjadi titik sentral bagi perusahaan. Mutuharus diperbaiki secara terus menerus dengan memperbaikiproses.

Orientasi kerja harus dirubah dari inspeksi menjadi pre-vensi.

Pelatihan dan pelatihan ulang terhadap karyawan adalahkunci keberhasilan perusahaan. Pendidikan dan pelatihan adalahinvestasi sumberdaya manusia. Manajemen harus menganggapbahwa sumberdaya manusia adalah aset perusahaan yang palingberharga. Karyawan hams bangga dengan pekerjaannya.

PENERAPAN FALSAFAH DEMING UNTUK ME-NINGKATKAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

Banyak orang sudah melihat bahwa falsafah Deming (danKaizen) juga absah untuk diterapkan dalam produksi jasa rumahsakit.

Dalam manajemen mutu di rumah sakit Amerika lambatlaun sudah terjadi pergeseran orientasi dari QA (QualityAssurance) ke QI (Quality Improvement). Dengan QA sepertiyang dipraktekkan selama ini, yang dicari adalah bad guy atau"apel busuk" , yaitu penyimpangan dari standar atau kriteria yangsudah ditentukan. Sedangkan dengan QI fokus adalah padaperbaikan mutu yang dilakukan secara tetap dan terus-menerusoleh pelaku sendiri. Dengan orientasi QI orang sekarang berbi-cara tentang konsep Total Quality Management (TQM). Mudahditarik analogi bahwa TQM ini adalah sama dengan konsep Total

18 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 27: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Quality Control (TQC) dalam industri manufaktur yang lahirdari falsafah Deming dan Kaizen.

TQC (dan TQM) adalah konsep manajemen yang meli-batkan setiap fungsi dan lapisan organisasi (=setiap karyawan)

dalam upaya perbaikan mutu. Quality is everybody 's business.Ambil saja contoh sehari-hari di rumah sakit. Seorang dokter

menginstruksikan agar pasien diberi obat tertentu. Kelihatannyahal itu sederhana dan rutin, tapi nyatanya prosesnya cukup rumit.Rangkaian kegiatan dalam proses itu adalah : Perawat membuatbon permintaan obat; ia harus menulis dengan benar nama obatdan dosis yang diinstruksikan dokter. Bon permintaan harusdibawa oleh petugas lain ke farmasi rumah sakit pada waktu yangtepat. Petugas farmasi menerimabon permintaan obat, obat yangtepat harus disiapkan dan kemudian diantar ke ruang perawatan(atau diambil dari farmasi) oleh petugas lain pada waktu yangtepat pula. Obat diserahkan kepada perawat, perawat lain ber-tugas menyampaikan atau memberikan obat kepada pasien yangtepat dengan dosis yang tepat pada waktu yang ditentukan.

Jadi proses antara instruksi dokter dan sampainya obatkepada pasien menyangkut banyak orang dari berbagai profesi.Mudah sekali terjadi,hambatan pada proses ini, sehingga terjadikesalahan atau keterlambatan, yang berarti mutu pelayanan yangtidak baik. Untuk meningkatkan mutu, kerja sama yang baikharus diciptakan. Hambatan antar-departemen harus dihilang-kan. Petugas-petugas yang bersangkutan harus terus menerusdididik, dilatih dan dilatih ulang agar mutu pelayanan terusmenerus menjadi lebih baik. Harus diadakan evaluasi secarateratur. Masalah-masalah harus dipecahkan, supervisi yang baikdan modem harus dikembangkan. Hubungan dengan pemasokobat harus dibina agar persediaan selalu terjamin dan mutu obatyang diserahkan adalah selalu baik. Karyawan kita sendiri harusmerasa bangga jika tugas dijalankan dengan sempurna. Setiappetugas yang terkait dalam proses yang pan jang itu, misalnyaasisten apoteker yang menyiapkan obat, harus menyadari sepe-nuhnya bahwa apa yang ia lakukan itu adalah bagian dari totalquality. Jika ia tidak acuh atau ceroboh seluruh mutu pelayananobat kepada pasien akan menjadi buruk. Malahan dapat terjadihash yang tidak diinginkan, misalnya kematian pasien karenaobat yang diberikan ternyata salah atau salah takaran.

Contoh lain yang juga lazim adalah keterlambatan prosespasien masuk rawat. Kantor administrasi pasien (admittingoffice) menyalahkan perawatkarena tidak tepatmelaporkan ada-nya tempat tidur kosong. Perawat menyalahkan dokter karena

terlambat memulangkan pasien. Dokter menyalahkan pihak lainlagi. Kejadian seperti itu terjadi sehari-hari, jika tidak ada upayaperbaikan sistem. Yang seharusnya terjadi adalah bukan salah-menyalahkan antar-departemen atau antar-petugas. Yang se-harusnya terjadi adalah pemecahan masalah dengan perbaikansistem kerja secara terus menerus. Hal ini dapat dicapai jika butir-butir falsafah Deming diterapkan.

Demikian juga banyak masalah lain di rumah sakit yangmenyangkut pelayanan diagnostik, terapi, perawatan, konsul-tasi, administrasi, gizi, logistik, teknik dan lain-lain yang dapatdisempurnakan terus menerus apabila manajemen menerapkanfalsafah seperti yang dirumuskan oleh Deming.

KESIMPULANFalsafah Deming dan falsafah Kaizen telah terbukti berhasil

meningkatkan mutu produk industri manufaktur dan jasa.Falsafah itu sangat menekankan pada pentingnya keterlibatanmanajemen dan partisipasi aktif setiap karyawan dalam prosesproduksi barang atau jasa yang bermutu.

Rumah sakit adalah sangat padat karya. Manajemen rumahsakit untuk bagian terpenting adalah manajemen manusia yangterdiri dari beraneka ragam profesi dan tingkat pendidikan. Dirumah sakit berinteraksi beraneka ragam sistem dan proses yangsecara langsung atau tidak Iangsung berhubungan dengan pe-layanan dan asuhan pasien. Manajemen mutu di rumah sakitkitaumumnya masih sangat lemah. Dalam kaitan itulah kiranyaempat belas butir falsafah mutu menurut Deming dan konsep-konsep yang dipayungi oleh falsafah Kaizen (antara lain Pe-ngendalian Mutu Terpadu dan Gugus Kendali Mutu) perlu di-kenal, dipelajari dan diuji-coba di rumah sakit kita. Peran danketerlibatan manajemen rumah sakit sangat menentukan keber-hasilan meningkatkan mutu pelayanan.

KEPUSTAKAAN

1. Chu S. Understanding Quality Circles, Singapore: Hillview Publ, 1990.2. Crosby PB. Quality Without Tears, International Ed, Singapore: Mc Graw-

Hill Book Co, 1986.3. Crosby PB. Let's talk Quality, Singapore: Mc-Graw Hill Book Co, 1989.4. Gitlow HS, Gitlow SJ. The Deming Guide to Quality and Competitive

Position, Inglewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc., 1987.5. PQM Consultants. Seminar Kaizen, Jakarta, Oktober 1990.6. Sahney VK, Warden GL. Quest for Quality and Productivity in Health

Service, Managing Quality Leadership. Makalah untuk Frontiers of HealthServices Management, 1991.

Cermin Dunia Kedakteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 1 9

Page 28: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Indikator Penilaian PenampilanRumah Sakit

Dr. Darwis Hartono, MHADirektorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUANSeperti kita ketahui rumah sakit merupakan suatu organisasi

yang sangat kompleks, kekompleksan ini dapat dibuktikan se-perti pada pasien rawat nginap; pasien ini tidak hanya menapat-kan pelayanan medik saja, sebagian perlu mendapatkan pelayan-an perawatan, pelayanan penunjang termasuk penunjang medisataupun penunjang non-medis. Pelayanan-pelayanan ini jugaperlu dibantu oleh kelompok administrasi yang sifat kerjanyauntuk memperlancar seluruh pelayanan yang dibutuhkan. Sifatkerja kelompok kedua ini tak lain adalah mengelola bentuk-bentuk pelayanan untuk dipadukan dengan saran, prasarana dantenaga yang dimiliki oleh rumah sakit, dengan demikianseyogyanya hasil kerja rumah sakit dapat dicapai seoptimalmungkin.

Pada dasarnya rumah sakit memiliki 2 kelompok tenagakerja yaitu Kelompok Profesional dan Kelompok Manajerial.Kelompok profesional yang sifat kerjanya terutama adalah ber-upaya menyembuhkan pasien yang dirawat; ataupun meringan-kan penderitaan pasiennya di rumah sakit. Kelompok ini terdiridari dokter ahli, dokter umum, dokter gigi, perawat, ahli gizi,psikolog, apoteker, ahli laboratorium, ahli radiologi dan lain-lain. Sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok manajerialyang sifat kerjanya adalah membantu memperlancar pekerjaankelompok profesional, kelompok manajerial ini terdiri dariakuntan, ahli perencana RS, ahli teknik bangunan, ahli teknikelektro dan lain-lain, sifat kerja kelompok ini terhadap upayapenyembuhan pasien adalah secara tidak langsung.

Untuk menilai penampilan kerja rumah sakit seyogyanyamenilai hasil kerja dari kedua kelompok, yaitu hasil kerja ke-lompok profesional yang berupa hasil layanan pasien (kualitaspelayanan) sedangkan untuk kelompok manajerial yang dinilaiadalah tingkat kemampuan untuk mengolah sumber-sumberdana, tenaga, peralatan dan teknologi yang dimiliki dalammemberikan layanan kepada pasien (efisiensi pelayanan).

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. KerjasamaPERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

20 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

INDIKATOR PENILAIAN PENAMPILAN KERJARUMAH SAKIT

Seperti telah diuraikan di atas, indikator penilaian pe-nampilan kerja rumah sakit adalah mengukur hasil kerja (out-come) dari layanan, baik itu berupa layanan kelompok pro-fesional maupun layanan yang diberikan oleh kelompokmanajerial.

Model indikator yang telah dikembangkan di luar negeriantara lain indikator yang dikembangkan oleh Scott dan Shortell(1983), yang menilai kelompok manajerial dan kelompok pro-fesional, untuk kelompok manajerial mereka hanya menilai dariaspek penampilan keuangan dan aspek pengembangan kepe-gawaian saja sedangkan penilaian kelompok profesional jugahanya meliputi penilaian mutu pelayanan pasien. Model peng-ukuran ini mengikuti pokok-pokok pikiran dari Donabedianyang berupa ukuran terhadap struktur, proses dan outcome dariketiga aspek yang tersebutdi atas dan tampaknya model ini cocokdipakai untuk kepentingan intern rumah sakit.

Rincian model dapat dijabarkan sebagai berikut(2) :1. Ukuran SIruktura. Penampilan keuangan :

– Penggunaan akuntansi aktual– Pendidikan dan kualifikasi staf keuangan dan akuntansi– Keberadaan komisi lengkap untuk penghematan biaya– Adanya perencanaan program dan sistem anggaran

b. Mutu layanan penderita :– Presentasi dokter penuh waktu dengan board certified– Akreditasi dari komisi bersama untuk akreditasi rumah

sakit– Jumlah dokter yang sedang melaksanakan residensi

c. Pengangkatan dan pengembangan pegawai :– Pendidikan dan kualifikasi pegawai administrasi– Adanya sistem penyesuaian gaji dan upah– Adanya sistem pengawasan kedudukan dan jabatan

Page 29: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

2. Ukuran Prosesa. Penampilan keuangan :

– Pemeriksaan budget variance– Rasio kekayaan lanear (current assets) terhadap kewajiban

lanear (current liabilities)– Rasio tagihan bersih (net account receivable) terhadap

penghasilan harian dari operasional (average daily operat-ing revenue)

b. Mutu layanan penderita :– Angka kesalahan pengobatan– Angka infeksi pasca bedah– Persentasi perlakuan petunjuk kerja dalam menegakkan

diagnosis tertentuc. Pengangkatan dan pengembangan pegawai :

– Kualitas program pendidikan dan latihan– Penilaian kepuasan kerja– Penilaian dinamika organisasi

3. Ukuran luarana. Penampilan keuangan :

– Rasio pendapatanoperasional (operating income) terhadappengeluaran untuk operasional (operating expenses)

- Rasio hutang jangka panjang (long term debt) terhadapkekayaan tetap (fixed assets)

– Rasio pendapatan dari operasional (operating income)ditambah bunga (interest) terhadap kekayaan total (totalassets)

– Pangsa pasar (market share)b. Mutu layanan penderita :

– Angka kematian menurut kegawatan penyakit (stan-dardized case severity adjusted mortality rates)

– Angka kesakitan menurut kegawatan penyakit (stan-dardized case severity adjusted morbidity rates)

e. Pengangkatan dan pengembangan pegawai :– Angka turn over pegawai– Angka absensi pegawai– Biaya pengangkutan per pegawai.

Model berikutnya adalah model yang dikembangkan olehDepartemen Kesehatan bersama dengan P4K dan Dinkes Jatim;instrumen penilaian penampilan kerja rumah sakit ini, telahdipergunakan untuk menilai penampilan rumah sakit-rumahsakit terbaik, dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasionalsetiap tahunnya. Instrumen ini dipakai sejak tahun 1986, dantelah diperbaharui/disempurnakan pada tahun 1987 dan 1989.

Model Indikator-indikator ini lebih komprehensif diban-dingkan dengan model Scott dan Shorten, model ini menilaiPelayanan medik, Penunjang medik dan Aspek penunjang pe-meliharaan & pelayanan. Tiap aspek memiliki pembobotanyang berbeda sesuai dengan tujuan rumah sakit; aspek manaje-men, pelayanan medik, penunjang medik dan penunjang pe-meliharaan dan pelayanan beturut-turut diberi pembobotan se-bagai = 2 : 6 : 3 : 2. Indikator-indikator itu berupa pengukuranterhadap outcome dari masing-masing aspek tersebut, sedangkanindikator-indikator yang berupa ukuran terhadap struktur dan

proses akan dikembangkan dalam instrumep pengukuran ke-mampuan rumah sakit. Indikator-indikator yang tersebut di atasdipergunakan untuk memilih rumah sakit terbaik dalam rangkaperingatan HKN. Dalam proses pemilihan rumah sakit terbaikseyogyanya seleksi dilakukan di antara rumah-rumah sakit yangmemiliki kemampuan yang sama. Nyatanya sekarang ini masihbanyak rumah sakit yang digolongkan dalam satu kelas memilikikemampuan yang berbeda, misalnya rumah sakit kelas C yangada di luar pulau Jawa akan berbeda kemampuannya dibanding-kan dengan rumah sakit kelas C yang ada di pulau Jawa. Sambilmenunggu penyempumaan instrumen mengukur kemampuanrumah sakit itu, untuk sementara waktu rumah sakit dikelom-pokkan berdasarkan biaya operasional, dengan pengertian bahwarumah sakit dengan biaya operasional yang tinggi akan memilikikemampuan yang lebih tinggi, meskipun tidak semua rumahsakit demikian halnya.

Besarnya batas biaya operasional diuraikan sebagai berikut:Kemampuan I : Biaya operasional < Rp. 309.728.134Kemampuan II : Biaya operasional antara Rp. 309.728.134 –

444.154.124Kemampuan III : Biaya operasional > Rp. 444.154.124.

Biaya operasional sendiri dapat dihitung dengan komponen-komponen biaya sebagai berikut :1. Gaji/Upah pegawai2. Lauk-pauk pasien3. Pembayaran jasa langganan: listrik, air, telepon, radio medik4. Bahan tenun dan biaya penjahitannya5. Bahan bakar untuk dapur, kamar bedah, kendaraan6. Pemeliharaan gedung, peralatan medik dan non medis serta

kendaraan7. Peralatan dan bahan tulis menulis (stationaries).

Rincian aspek-aspek yang dinilai beserta jumlah indikatorpenilaiannya diuraikan sebagai berikut :1. Kelompok Manajemen (27 indikator)

– Unit ketenagaan (7)– Unit keuangan (4)– Pelayanan medik (7)– Penyusunan program dan logistik (6)– Lingkungan (3)

2. Kelompok Pelayanan Medik (108 indikator)a. Pelayanan medik I.

– Unit rawat jalan (7)– Unit gawat darurat (5)– Gigi dan mulut (6)– Pelayanan spesialistik dan rujukan (10)

b. Pelayanan medik II.— Penyakit dalam (15)— Bedah (14)— Kesehatan anak (16)– Kebidanan dan kandungan (15)

c. Pelayanan Integrasi.– PKBRS (6)— Immunisasi (9)— PKMRS (5)

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 21

Page 30: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

3. Kelompok Penunjang Medik (28 indikator)– Laboratorium (8)– Radio diagnosis (6)– Farmasi (6)– Gizi (4)– Catatan medik (6)

4. Kelompok penunjang pemeliharaan & pelayanan– Higiene sanitasi (17)– Pemeliharaan sarana (12)

Setiap indikator akan dinilai dengan 5 tingkatan skor, sesuaidengan tingkat pemenuhan persyaratan dari tiapindikator. Nilai-nilai dijumlahkan dalam kelompok-kelompok dan kemudiannilai dari tiap kelompok dikalikan dengan pembobotan darimasing-masing kelompok yang telah ditentukan sebelumnya,sehingga nilai akhir dari masing-masing rumah sakit dapat di-bandingkan, kemudian memilih penampilan rumah sakit yangterbaikdengan skor yang tertinggi. (rincian indikator lihatInstru-men Penilaian Penampilan Kerja Depkes).

Model ketiga adalah berupa indikator-indikator yang sedangdikembangkan oleh Depkes, dengan tujuan untuk menilai ke-berhasilan program. Indikator-indikator ini untuk menilai ke-berhasilan program dalam hal peningkatan mutu, efisiensi dancakupannya, dalam rangka pelaksanaan rujukan medik danrujukan kesehatan secara terpadu.

1. Indikator-indikator Penilaian Mutu PelayananUntuk menilai mutu pelayanan, dipilih indikator-indikator

yang berkaitan dengan pelayanan medik yang dilaksanakan padamasing-masing rumah sakit atau masing-masing UPF di rumahsakit.

Indikator penilaian terhadap mutu pelayanan rumah sakitberupa :– Net Death Rate– Prosentase kematian < 48 jam– Nosocomial infection rate– Prosentase pelayanan spesialistik– Rasio pasien intensif yang dirujuk terhadap pasien rawat

intensif– Prosentase pasien rawat jalan yang dirujuk– Prosentase pasien rawat nginap yang dirujuk

Indikator-indikator penilaian mutu pelayanan UPF rumahsakit :– UPF Bedah atau kamar bedah :

– Post operative death rate– Post operative clean infection rate– Post operative length of stay (kasus tertentu)– Anestesi death rate– Normal tissue removal rate

– UPF Kebidanan dan Kandungan :– Maternal death rate– Perinatal death rate– Sectio caesaria rate– Foetal death rate

– UPF Kesehatan Anak :– Neonatal death rate

22 . Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

– UPF Penyakit Dalam :– Nosocomial infection rate (kasus penyakit dalam)

2. Indikator-indikator penilaian efisiensi pelayananUntuk menilai efisiensi rumah sakit, pada dasarnya menilai

efisiensi pelayanan medik yang berkaitan dengan pemanfaatantempat tidur yang tersedia di rumah sakit, serta efisiensi peman-faatan penunjang medik rumah sakit.

Untuk menilai efisiensi rumah sakit, dapat dipergunakangrafik Barber Johnson. Dalam grafik ini terdapat suatu daerahyang disebut dengan daerah efisiensi. Daerah ini terletak disumbu x angka 1 – 3 (TOI 1–3) dan garis miring terletak padagaris miring BOR 75%. Dalam grafik ini mudah terbaca bagaimanapemanfaatan tempat tidur oleh manajemen rumah sakit dankecenderungan dari pola penyakitnya.

Indikator-indikator yang dipergunakan dalam grafik BarberJohnson adalah sebagai berikut :– Bed Occupancy Rate (BOR)– Bed Turn Over (BTO)– Length of Stay (LOS)– Turn over Interval (TOI)

Sedangkan untuk menilai efisiensi pemanfaatan tenaga dirumah sakit, dapat dimanfaatkan rumus ISN (Indicator of StaffNeed).Contoh :

Rumus ISN : Kebutuhan Dokter THT =

Dalam hal ini kapasitas individual untuk dokter THT pertahun adalah 7800. Jika diketahui beban kerja di UPF THT yangberupa jumlah hari perawatan dan jumlah pasien rawat jalan danjumlah spesialis THT-nya, maka dapat dihitung kapasitas indi-vidualnya. Jika hasil hitungan IK > 7800, berarti kapasitasindividual dari dokter THT rumah sakit tersebut telah melampauikapasitas individual yang tercantum dalam rumus ISN. Dapatdikatakan dokter THT-nya telah over-utilized. Menurut peng-alaman, kapasitas individual di rumah sakit swasta pada umum-nya telah melampaui IK, bahkan dua kali lipatnya.

Dengan berpedoman pada rumus ISN ini, pengambilan ke-putusan di rumah sakit mudah memantau efisiensi jenis tenaga dirumah sakitnya.

Untuk menilai efisiensi pemanfaatan tenaga di UPF daninstalasi dapat dipergunakan indikator-indikator sebagaiberikut :– Rasio kunjungan dengan tenaga perawat rawat jalan– Rasio jumlah hari perawatan dengan jumlah tenaga perawat

rawat nginap– Rasio jumlah pasien UGD dengan tenaga perawat yang me-

layani– Rasio jumlah pasien intensif dengan jumlah tenaga perawat

yang melayani– Rasio hari perawatan bedah terhadap tenaga perawat bekerja

di UPF Bedah

Page 31: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

– Rasio persalinan dengan tenaga bidan yang melayani.Untuk menilai efisiensi pemanfaatan penunjang medik

dan instalasi, indikator-indikator dapat dipergunakan sebagaiberikut :– Rasio pemakaian bahan X-ray terhadap jumlah pemeriksaan

X-ray photo.– Prosentase pemeriksaan yang tidak menemui adanya kelain-

an (di Iuar rujukan)– Rasio pemakaian bahan pemeriksaan laboratorium terhadap

jumlah pemeriksaan sejenis– Prosentase pemeriksaan tidak menemui adanya kelainan (di

luar rujukan langsung)– Index cost per ambulance service– Index cost per laundry service.

3. Indikator-indikator penilaian cakupan pelayananPelayanan terhadap cakupan pelayanan ini, dapat kita bagi

menjadi cakupan pelayanan rumah sakit dan cakupan pelayananrumah sakit terhadap penduduk di sekitarnya.a. Indikator-indikator cakupan pelayanan rumah sakit :

– Rata-rata kunjungan per hari– Rata-rata kunjungan baru per hari– Rasio kunjungan baru dengan total kunjungan– Jumlah rata-rata pasien UGD per hari– Rata-rata pasien intensif per hari– Prosentase pasien rujukan rawat jalan– Prosentase pasien rujukan rawat nginap– Rasio pasien Askes terhadap jumlah pasien– Rata-rata operasi per hari– Prosentase operasi darurat– Rata-rata persalinan per hari– Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari– Prosentase pemeriksaan thorax photo– Prosentase pemeriksaan radiologi dari luar rumah sakit– Prosentase R/yang dilayani RS terhadap R/RS– Prosentase item obat tersedia terhadap item obat-obat

dalam formularium– Jumlah pelayanan ambulan– Rasio banyaknya cucian dengan pasien rawat nginap

– Prosentase penyediaan makanan khusus.b. Indikator-indikator penilaian cakupan pelayanan rumah sakit

terhadap penduduk di catchmenI area, yang dapat diper ,

gunakan, sebagai berikut :– Rasio pasien rawat jalan terhadap jumlah penduduk dalam

catchment area– Rasio pasien rawat nginap terhadap jumlah penduduk

dalam catchment area– Admission rate_ Hospitalization rate

PENUTUPTelah diuraikan beberapa model indikator penilaian pe-

nampilan kerja rumah sakit, yang dipergunakan di dalam dan diluar negeri, pemilihan indikator-indikator penilaian sangat ter-gantung dari tujuan penilaian. Model yang dikembangkan olehScott dan Shortell lebih cocok untuk menilai intra rumah sakitsecara mikro, model yang dikembangkan oleh Depkes, P4K danJatim untuk pemakaian inter rumah sakit, sedangkan modelterakhir untuk kepentingan penilaian kemajuan program. Namundemikian indikator-indikator tersebut di atas dapat dipergunakansesuai dengan kebutuhan masing-masing rumah sakit.

KEPUSTAKAAN

1. Penilaian penampilan kerja RSU, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,Departemen Kesehatan RI, P4K dan DinKes I Jatim.

2. Sjaaf, AC. Indikator penilaian kerja sebagai acuan dalam usaha diagnosismasalah rumah sakit. Medika 1990; 16(3).

3. Milani Wiguno. Penilaian penampilan kerja rumah sakit. Bahan penataranMHT PERSI Jatim.

4. Darwis Ilartono. Penilaian penampilan kerja rumah sakit. Bahan penataranHospital Management Training Lanjutan, Dit Jen Pelayanan Medik, DepKesRI.

5. Darwis Hartono. Hospital Information System. Bahan penataran IIMTPERSI Jatim.

6. Program Upaya Kesehatan Rujukan Repelita V Dit Jen Yan Med. JakartaApril 1989.

7. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan RI.8. Avedis Donabedian. The Definition of Quality and Approaches to its

Assessment. Michigan: Vol I Health Administration Press, Ann Arbor.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi KhususNo. 71, 1991 23

Page 32: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

PetunjukPenilaian Penampilan Kerja

Rumah Sakit

dan

Penilaian Penampilan Kerja

Rumah Sakit

2 4 Cermin Dania Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 33: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

PetunjukPenilaian Penampilan Kerja

Rumah Sakit

Bab IPendahuluan

Penilaian penampilan kerja Rumah Sakit yang menggunakan Instrumen hasil kerja sama antara Dinas Kesehatan DaerahPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan tahun 1984, telah dikaitkanpengertiannya dengan Stratifikasi Rumah Sakit.Hal ini disebabkan karena penyusunan Instrumen Penelitian Penampilan KerjaRumah Sakit memang sengaja diperuntukkan bagipelaksanaan Stratifikasi Rumah Sakit, dan karena pada pelaksanaan penilaian penampilan kerja Rumah Sakit terlebih duludilakukan homogenisasi (pengelompokan) Rumah Sakit ke dalam Strata I, II, III.Stratifikasi Rumah Sakit, yang di Jawa Timur dikerjakan sejak 1979 dengan Instrumen Dinas Kesehatan Jawa Timur (Dr. EdwinSoetjahja dan kawan-kawan),semula bertujuan untuk mendapatkan potret tentang keadaan Rumah Sakit, yang akan digunakansebagai masukan untuk perencanaan pengembangan Rumah Sakit yang terarah dan sistimatis.Unsur pembinaan walaupun ada, lebih dirasakan setelah digunakan Instrumen Penilaian Penampilan Kerja yang memunculkanunsur manajemen. Jelas dirasakan pengaruh pembinaan ini, manakala dilakukan penilaian untuk 3 tahun berturut-turut dan secaranyata dibuktikan bahwa persyaratandari indikator telah dilampaui,padahal pada tahun pertama persyaratan itu belum atau barudiadakan.Hal ini telah diantisipasi sejak semula, dengan menetapkan metodologi untuk diadakanpembaharuan instrumen setiap3tahun.Kesempatan pembaharuan itu dimanfaatkan pula untuk perkembangan baru dari perumah sakitan, serta hal-hal yang diprogramkansaat itu.

Dengan mengikuti kebutuhan dalam rangka fungsi pembinaan ini, maka dari Instrumen I (1984—1986) setelah mengalamiperubahan I (1987) menjadi Instrumen II (1987—1989). Jumlah indikatornya telah berkembang dari 83 menjadi 206.Fungsi pembinaan ini, yang semakin dirasakan manfaatnya menyebabkan pula Instrumen III (1990—1992) hasil penyusunan TimPembaharuan II (1990) mempunyai 194 indikator.Pemanfaatan instrumen ini sebagai kegiatan lomba dapat tetap dilaksanakan, bila tersedia cukup waktu untuk melaksanakannya,sedangkan untuk kelengkapan kriteria lomba dapat ditambah dengan hal yang sesuai dengan tema lomba.Diluar keperluan lomba, Instrumen ini adalah alat bina atau alat mawas diri.

Bab IIPengertian Stratifikasi Rumah Sakit

Seperti telah dikemukakan istilah Stratifikasi Rumah Sakit digunakan karena dalam pelaksanaan Penilaian PenampilanKerja Rumah Sakit dikelompokkan ke dalam strata I, II, III berdasarkan biaya Operasionalnya, sebagai berikut :

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 25

Page 34: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Strata I 309.728.134Strata II 309.728.134 — 444.154.124Strata III 444.154.124Penetapan penggunaan biaya Operasional sebagai dasar pembatasan strata adalah sesuai dengan pemikiran pada waktu awal mulapenggunaan instrumen ini (1984) ialah karena dipandang biaya operasional dapat mewakili unsur input yang pada gilirannyamenghasilkan performance (penampilan kerja) sebagai outputnya, yang akan dinilai itu.Berbeda dengan pelaksanaan penilaian dengan Instrumen I (1984—1986) dan Instrumen II (1987—1989), untuk pelaksanaanpenilaian dengan Instrumen III, sebagai biaya operasional tidak dimasukkan komponen biaya obat, sehingga hanya terdiri dari 7komponen biaya itu :1. Gaji / Upah pegawai.2. Lauk-pauk pasien.3. Pembayaran jasa langganan : Listrik, Air, Telepon, Radio medik.4. Bahan tenun dan biaya penjahitannya.5. Bahan bakar untuk dapur, kamar bedah, kendaraan.6. Pemeliharaan gedung, peralatan medis dan non medis serta kendaraan.7. Peralatan dan bahan tulis menulis (Stationaries).Hal ini untuk menghilangkan kerancuan antara Rumah Sakit Kabupaten yang menerima obat Inpres lebih banyak daripada RumahSakit Kodya, sedangkan Rumah Sakit Kodya tidak bersusah payah menyediakannya sehingga penderita membeli sendiri-sendiridiluar.Setelah 1992 sebagai batas strata dapat digunakan hasil penerapan akreditasi yang menyimpulkan keadaan input Rumah Sakit kedalam Strata I, II, III.

Bab IIIRuang lingkup

Dengan penjelasan dalam bab I dan bab II, dapat disimpulkan bahwa Stratifikasi Rumah Sakit adalah suatu kegiatan menilaipenampilan kerja Rumah Sakit sebagai output atau performancenya, dengan cara melakukan evaluasi mutu pelayanan kesehatanyang diberikan, tingkat efisiensi serta keadaan mutu lingkungan kebersihan dan penanganan limbah Rumah Sakit melalui sistimhomogenisasi (pengelompokan) berdasarkan keadaan inputnya (Darwis Hartono 1987 : Analisa penampilan kerja Rumah Sakit;H. Sutedjo 1984 Penilaian penampilan kerja Rumah Sakit Kabupaten/Kotamadya).Sebagai sistim homogenisasi sampai sekarang digunakan biaya operasional, diharapkan untuk 1992 dapat digunakan hasilpenerapan sistim akreditasi Rumah Sakit.

Bab IV P e l a k s a n a a n

Pelaksanaan Stratifikasi Rumah Sakit dilakukan oleh pengelola program bersama Direktur Rumah Sakit atau Tim dariPropinsi danTim dari Rumah Sakit. Bagi Direktur Rumah Sakit penilaian dapat menjadi cara mawas diri dan dapat dilakukan tiap6 bulan 1 kali. Bagi pengelola program di Propinsi penilaian dapat diikuti komparasi antarRumahSakit denganmemperhatikanhomogenisasinya, dan merupakan masukan untuk pelaksanaan pembinaan menuju kepada peningkatan kegiatan ini dilakukansetiap tahun.

Bab VPetunjuk Pelaksanaan

A. Umum1. Homogenisasi.

Penilaian diawali dengan penapisan (homogenisasi) dengan cara mengelompokkan ke dalam strata I, II, III berdasarkanBiaya Operasional tanpa obat.

2. Petunjuk Umuma. Indikator

Materi penilaian merupakan penampilan kerja atau performance sebagai luaran (output) dari sarana yang menjadiinput dan proses dari kegiatan Rumah Sakit, sedangkan inputdan sebagian dari proses tersebut dinilai oleh InstrumenAkreditasi yang disusun pada waktu yang sama dan dengan kerja sama antara kedua Tim Penyusun.

26 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 35: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

b. Instrumen ini terdiri dari 4 kelompok indikator, dan tiap kelompok terbagi dalam unit yang menunjukkan suatu fungsitertentu.Kelompok A = Manajemen Kelompok C = Penunjang MalikKelompok B = Pelayanan Medik Kelompok D = Penunjang Pemeliharaan & Pelayanan

c. Disebelah kanan dari penulisan indikator ada 5 kotak yang berisi 5 kemungkinan persyaratan yang dicapai padaindikator dengan 5 kotak yang tidak perlu dinilai.Nilai pencapaian dituliskan pada kotak di bawah tahun penilaian. Dibawah penulisan indikator disebutkan sumber datayang diperlukan. Ada kalanya diperlukan rujukan pada lampiran.Pencapaian yang dipersyaratkan adalah sesuai dengan " Analisis Penampilan Kerja Rumah Sakit" oleh Dr. DarwisHartono, MHA yang direkomendasikan dalam Hospital Management Training oleh Departemen Kesehatan padaAngkatan IV Pebruari 1990.Disamping itu syarat-syarat ideal yang menjadi arahan dalam pembinaan, sesuai yang tercantum dalam buku-bukupetunjuk dari Departemen Kesehatan dengan kelengkapan lampiran dari RS Dr. Soetomo dan dari Dokter Spesialisdari Daerah Tingkat II di Jawa Timur.

3. Pembobotan dan Sistim SkoringUntuk memberi penekanan pada fungsi dan tugas pokok Rumah Saki t, sertakadar dari pelaksanaan kerja di keempat

bidang pekerjaan tersebut dilakukan pembobotan nilai pada kelompok-kelompok, yaitu :Kelompok A; Kelompok B; Kelompok C; Kelompok D = 2 : 6 : 3 : 2Nilai maksimal kelompok ditetapkan sebagai berikut :

A = 20.000 C = 30.000B = 60.000 D = 20.000

Sistim Skoring :a. Tiap indikator dinilai pencapaiannya menurut ke 5 skala syarat yang disebut dalam indikator ( Nilai Dasar ).

0 = Pencapaian RS adalah minimal atau tidak ada sama sekali dari persyaratan yang ditentukan.1 = Pencapaian RS hanya sebagian kecil dari persyaratan yang ditentukan.2 = Pencapaian RS lebih kurang setengah dari persyaratan yang ditentukan.3 = Pencapaian RS adalah sebagian besar dari persyaratan yang ditentukan.4 = Peneapaian RS memenuhi persyaratan yang ditentukan.

b. Jumlah pencapaian semua indikator dalam tiap unit dihitung dalam nilai dasar, disebut jumlah pencapaian unit (nilaimaksimal unit tergantung dari jumlah indikator dalam unit itu (n) Pembobotan langsung pada unit tidak ada, karenaunit hanya mewadahi indikator yang terkait dalam fungsi yang sama.

c. Jumlah pencapaian semua unit dalam tiap kelompok dihitung dalam nilai dasar, disebut jumlah pencapaian kelompok( X ).

d. Nilai Pencapaian Kelompok ( Y ) dihitung sebagai berikut :

N = Jumlah indikator yang dinilai dalam kelompok= Jumlah indikator dari semua unit ( n l , n 2, n 3, dan seterusnya )

e. Penampilan Kerja Kelompok ( Z ) dihitung sebagai berikut :

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 27

Page 36: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

28 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 37: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 29

Page 38: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

30 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 39: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 31

Page 40: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

'3 2 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 41: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

KEMAMPUAN PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI RSUD( Indikator : C.1.6 ; C.1.7 ; C.1.8 ; C.2.6 )

Kategori Penggolongan kemampuan berdasarkan minimal pemeriksaan yang dilakukan oleh RSUDPemeriksaan

A ( 3 kombinasi) B (3 kombinasi) C (3 kombinasi) D (3 kombinasi) E (2 kombinasi)

Sederhana 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar2. Sebagian besar 2. Sebagian besar 2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil 2. Tak berarti3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Tak berarti

Sedang 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian kecil 1. Tak berarti 1. Tak berarti2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil 2. Sebagin besar 2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil3. Sebagian besar 3. Sebagian besar 3. Sebagian kecil 3. Tak berarti

Canggih 1. Sebagian kecil 1. Tak berarti 1. Tak berarti 1. Tak berarti 1. Tak berarti2. Sebagian besar 2. Sebagian kecil 2. Tak berarti 2. Tak berarti 2. Tak berarti3. Sebagian besar 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil

Keterangan : Kemampuan pelayanan pemeriksaan akan dinyatakan golongan A, bila mampu dan telah melaksanakan :1. Sebagian besar sederhana ditambah sebagian besar sedang ditambah sebagian kecil canggih (A.1.1.1.), atau2. Sebagian besar sederhana ditambah sebagian kecil sedang ditambah sebagian besar canggih (A.2.2.2.), atau3. Sebagian kecil sederhana ditambah sebagian besar sedang ditambah sebagian besar canggih (A.3.3.3.).Demikian juga untuk golongan berikutnya :B. adalah B. 1.1.1. atau B. 2.2.2. atau B. 3.3.3.C. adalah C. 1.1.1. atau C. 2.2.2. atau C. 3.3.3.D. adalah D. 1.1.1. atau D. 2.2.2. atau D. 3.3.3.E. adalah : E. 1.1.1. atau E. 2.2.2.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 33

Page 42: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

JUMLAH JENIS PEMERIKSAAN YANG TELAH DILAKUKAN OLEH RSUD

34 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 43: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Lampiran 1.1

PETUNJUK PELAKSANAAN DALAM PENGGUNAAN FILE PERORANGAN

Dengan sistim kearsipan yang baik diharapkan dapat memperoleh informasi yang cepat, tepat dan mudah mencari kembali datakepegawaian baik data pribadi/perorangan maupun data yang menyangkut laporan ketenagaan, perencanaan ketenagaan, bebankerja maupun pemecahan masalah ketenagaan.

Untuk sistim kearsipan ini ditunjang dengan penggunaan map/file perorangan, di dalam penggunaannya diatur sebagaiberikut :I. Isi file perorangan.II. Pemberian kode file perorangan.III. Penyimpanan file perorangan.IV. Buku register / index.Penjelasan :I. Isifile perorangan adalah :

Kartu induk pegawai beserta lampiran (satu map untuk satu orang pegawai), sedang petunjuk pengisian kartu induk pegawai(terlampir).

II. Pemberian kode :Ditulis pada sisi bawah map dengan ketentuan sebagai berikut :1. Golongan pegawai yang bersangkutan dinyatakan dengan angka romawi (I, II, III, IV) yang ditulis di atas warna dasar

dari jenis pegawai.2. Jenis tenaga dinyatakan dengan warna dasar :

DPK : Warna merahDPB I : Warna biru

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 35

Page 44: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

DPB II : Warna coklatOtonom Warna kuningInpres : Warna hijau

3. Lokasi dari tempat pegawai bekerja :– Kantor Dinas Kesehatan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jatim / UPT.– Kantor Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten / Kodya Dati II se Jatim.– Rumah Sakit Umum Daerah se Jawa Timur.– Puskesmas se Jawa Timur.Dianjurkan memakai kode Kabupaten/Kodya/RSUD Puskesmas yang telah ada.

4. Nama:Ditulis huruf pertama nama pegawai yang bersangkutan jika huruf depan ada yang sama maka untuk membedakandigunakan huruf pertama diikuti huruf kedua. Misal : Ahmad - - AH.

Ali -- ALUntuk nama kecuali di depan map harus ditulis lengkap huruf cetak beserta NIP-nya.

III. Penyimpanan file perorangan.– Disimpan dalam rak dengan posisi bediri dengan kode terlihat dari depan.– Dikelompokkan menurut lokasi masing-masing tempat pegawai bekerja.– Disusun dari kiri ke kanan menurut abjad sesuai dengan nama pegawai.– Penyimpanan kembali disesuaikan dengan urutan kode semula yang telah ditentukan.

IV. Buku register / index.– Buku disesuaikan dengan lokasi tempat pegawai bekerja diisi sebagai berikut :

3 6 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 45: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Lampiran: 2

TATA LAKSANA URUSAN PENYIMPANAN DAN PENYALURAN BARANG

Lampiran 3.1PROSEDUR KERJA TETAP UPF GIGI DAN MULUT

PERAWATAN PULPITIS.1. AKUT.

— Lakukan Pemeriksaan :Visuil : Karies profunda, pulpa terbuka.E P T : Tidak bereaksi.Panas : Sakit bertambah.Dingin Sakit berkurang.Perkusi : Sakit.

— Lakukan drainage (dengan anestesi).— Lakukan pulpektomi.

2. KHRONIS.— Lakukan Pemeriksaan :

Visuil : Karies profunda.Panas Hampir tak bereaksi.Dingin . Hampir tak bereaksi.Jarum Miller Bereaksi.X Ray : Perforasi.

Perubahan periodontium.Tulang sekeliling apex - - - - - - - - - - - - - radioopaque.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 37

:

:::

Page 46: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

– Lakukan pemotongan polip. (dengan anasthesi/diulas dengan Trichlorazynzuur), bila ada polip.— Lakukan pulpektomi.

PERAWATAN DARURAT BEDAH.3. Trauma pada Gigi.

a. Fraktura Gigi.– Lakukan pemeriksaan klinis untuk mengadakan klasifikasi fraktur.

Klas I . Fraktur enamel.Klas II . Fraktur enamel + dentil.Klas III . Fraktur enamel + dentil dan melibatkan pulpa.Klas IV . Fraktur akar.

– Lakukan pembuatan X Ray Photo - - - - - - - - - - -terutama pada klas IV.– Lakukan perawatan :

* Konservatif (tumpatan biasa) untuk klas I & IV.* Endodontik untuk klas III.* Endodontik + Apicoectomy (apex reseksi)/bila tidak memungkinkan - - - - - - - lakukan pencabutan pada Mas

IV.b. Gigi goyang (kerusakan jaringan periodontal).

— Lakukan pemeriksaan Minis :* Gigi goyang derajat 1 s.d 4.* Pada ketukan (perkusi) & tekanan - - - - - - - - Sakit.

— Lakukan pemberian obat analgesik dan antibiotik.— Tidak dilakukan sesuatu tindakan lanjutan (dibiarkan), bila gigi goyang derajat 1 dan 2.— Lakukan immobilisasi dengan splinting, bila gigi goyang derajat 3 dan 4.

4. FRAKTUR RAHANG.— Lakukan anamnesa untuk mengetahui :

* Macam trauma.* Waktu terjadinya.* Kesadaran penderita pada waktu terjadi trauma.

– Lakukan pemeriksaan klinis :* Keadaan umum.* Keadaan dalam mulut.

— Lakukan pembuatan X Ray Photo.— Lakukan perawatan :

* Reposisi dengan Close Reduction, bila tidak memungkinkan/hasilnya tidak memuaskan - - - - - - - lakukan denganOpen Reduction.

* Immobilisasi, dengan Splinting.— Lakukan pemberian analgesik dan antibiotik.

PERAWATAN TUMOR.5. PERAWATAN TUMOR-TUMOR JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT.

— Lakukan pemeriksaan klinis.— Lakukan pembuatan X Ray Photo, bila diperlukan.— Lakukan biopsi, bila mengarah pada keganasan.— Lakukan eksisi, bila diagnosisnya tumor jinak.— Lakukan pengiriman penderita, bila diagnosisnya tumor ganas.

Lampiran 4.MACAM TINDAKAN DILUAR TINDAKAN MEDIK DASAR

YANG DAPAT DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT KLAS C

1. Topikal Aplikasi 3. Gingivoplasti. 5. Pulpektomi. 7. Inlay. 9. Geligi tiruan lepasan2. Root Planing. 4. Curretage. 6. Tumpatan Composit. 8. Geligi Tiruan Cekat. sebagian/penuh.

38 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 47: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

10. Odontectomi.11. Reposisi.12. Banded.13. Splinting.14. Pengelolaan fraktur tulang rahang.

15. Alveolectomi.16. Kistektomi.17. Pengangkatan tumor jinak rongga mulut.18. Biopsi.19. Perawatan Orthodonsi dengan alat lepas.

Lampiran 5

KATEGORI TINDAKAN BIDANG PENYAKIT DALAM

Lampiran 6.1KATEGORI TINDAKAN BIDANG BEDAH

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 39

Page 48: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Lampiran 7KATEGORI TINDAKAN BIDANG KESEHATAN ANAK

Lampiran 8KATEGORI TINDAKAN BIDANG KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

Lampiran 9ImmunisasiPemantauan Wilayah Setempat (Pws)— Tujuan Pws adalah memanfaatkan data yang paling minimal dengan mengembangkan indikator yang cukup sensitif bagi

pemantauan penyelenggaraan program Immunisasi.Dengan prinsip-prin sip kesederhanaan dan berorientasi pada tindakan, Pws diarahkan untuk mengetahui secara cepat wilayah

mana yang maju dan mana yang belum, serta tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya.Indikator Pws yang digunakan :1. Untuk mengukur jangkauan program (pemerataan pelayanan) :

40 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Jumlah bayi lahir dalam 1 tahun2. Untuk mengukur tingkat perlindungan (efektifitas program) :

Page 49: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

3. Untuk mengukur manajemen program (efisiensi program) :Drop out ( Drop out )

Sasaran (target) dalam Repelita VPada akhir tahun 1990 cakupan pertama (DPT—1 )Minimal 90 % dan cakupan lengkap ( Polio -3 )Universal Child Immunization (U C I )

RS.Untuk DPT 1 , Polio—3, di RS dimonitor jumlah bayi lahir dalam 1 tahun dapat diganti dengan jumlah kunjungan baru bayi umur 0—11bulan di RS / lahir di RS.

Lampiran : 10.1

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 41

Page 50: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

42 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 51: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Lampiran : 11.1

DAFTAR INVENTARISASI ALAT

Nama :Alamat :No. Telp. :

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 43

Page 52: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Lampiran : 11.2DAFTAR PERALATAN MEDIS RUMAH SAKIT

Lampiran : 11.3

DAFTAR PERALATAN NON MEDIS RUMAH SAKIT

44 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 53: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Lampiran : 12.2PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR INVENTARIS ALAT

PETUNJUK PENGISIAN KARTU CATATAN PEMELIHARAAN ALAT

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 45

Page 54: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

6 Diisi dengan tanggal mulai pekerjaan.7 : Diisi dengan tanggal selesai pelaksanaan pekerjaan.8 : Diisi sesuai dengan keluhan pemilik alat.9 Diisi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam proses perbaikan termasuk penggantian

suku cadang.10 Diisi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama perbaikan.11 Diisi dengan hasil tindakan.

Lampiran : 13

( Harap digantungkan pada alat )

Penjelasan :

1. Kartu ini diisi cukup satu helai saja, sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik dan kemudian diikatkan pada tiap-tiap alatsebagai kartu badan (body card / body tag).

2. Setiap alat harus memiliki kartu pemeliharaan sendiri (satu alat satu kartu).3. Semua alat yang diberikan kartu catatan pemeliharaan alat juga harus diberikan kartu pemeliharaan.4. Untuk pengisiannya :

a. Tanggal kegiatan diisikan pada kolom " tanggal ".b. Kolom kegiatan diisi perbaikan kalau alat tersebut diperbaiki atau perawatan kalau alat tersebut mendapat perawalan rutin.

5. Uraian lengkap kegiatan yang dilakukan diisikan pada kartu catatan pemeliharaan alat dari alat yang bersangkutan.

46 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

:

:

::

Page 55: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

DAFTAR ISI

Halaman

1. Kelompok A : Manajemen....................................................................................................................................1.1. Unit 1. Ketenagaan....................................................................................................................................1.2. Unit 2. Keuangan.......................................................................................................................................1.3. Unit 3. Pelayanan Medik...........................................................................................................................1.4. Unit 4. Penyusunan Program dan Logistik ................................................................................................1.5. Unit 5. Lingkungan....................................................................................................................................

* Rekapitulasi : Penampilan Kerja Kelompok A ....................................................................................................

2. Kelompok B1: Pelayanan Medik ...........................................................................................................................2.1. Unit 1. Rawat Jalan...................................................................................................................................2.2. Unit 2. Gawat Darurat ...............................................................................................................................2.3. Unit 3. Gigi dan Mulut..............................................................................................................................2.4. Unit 4. Pelayanan Spesialis dan Rujukan ..................................................................................................

3. Kelompok B2: Pelayanan Medik...........................................................................................................................3.1. Unit 1. Penyakit Dalam.............................................................................................................................3.2. Unit 2. Bedah.............................................................................................................................................3.3. Unit 3. Kesehatan Anak............................................................................................................................3.4. Unit 4. Kebidanan dan Kandungan...........................................................................................................

4. Kelompok B3 : Pelayanan Terintegrasi..................................................................................................................4.1. Unit 1. P.K.B.R.S......................................................................................................................................4.2. Unit 2. Imunisasi.......................................................................................................................................4.3. Unit 3. P.K.M.R.S .....................................................................................................................................

* Rekapitulasi : Penampilan Kerja Kelompok B.....................................................................................................

5. Kelompok C : Penunjang Medik ..........................................................................................................................5.1. Unit 1. Laboratorium.................................................................................................................................5.2. Unit 2. Radio Diagnostik ...........................................................................................................................5.3. Unit 3. Farmasi ..........................................................................................................................................5.4. Unit 4. Gizi ................................................................................................................................................5.5. Unit 5. Catatan Medik...............................................................................................................................

* Rekapitulasi : Penampilan Kerja Kelompok C.....................................................................................................

6. Kelompok D : Penunjang Pemeliharaan & Pelayanan ..........................................................................................6.1. Unit 1. Hygiene Sanitasi............................................................................................................................6.2. Unit 2. Pemeliharaan Sarana dll ................................................................................................................

* Rekapitulasi . Penampilan Kerja Kelompok D

* Rekapitulasi . Penampilan Kerja Rumah Sakit

484849495051

52

5252535455

5757596162

64646566

67

686869697071

72

727274

76

76

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 47

Page 56: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Penilaian Penampilan KerjaRumah Sakit

48 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 57: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 49

Page 58: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

50 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 59: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 51

Page 60: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

52 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 61: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 53

Page 62: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

54 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 63: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 55

Page 64: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

56 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 65: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 57

Page 66: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

58 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 67: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 59

Page 68: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

60 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 69: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 61

Page 70: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

62 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 71: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 63

Page 72: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

64 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus N o. 71, 1991

Page 73: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

65

Page 74: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

66 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 75: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 67

Page 76: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

68 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 77: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 69

Page 78: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit
Page 79: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 71

Page 80: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

72 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 81: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 73

Page 82: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

74 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 83: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 75

Page 84: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

76 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 85: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 7 7

Page 86: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Peranan Pelayanan non ProfesiKesehatan di Rumah Sakit

Dr. Yos E. Susanto Ph.DRumah Sakit Mitra Keluarga, Jakarta

Hotel, rumah rawat, dan rumah sakit :Hotel, rumah rawat (nursing home), dan rumah sakit mem-

punyai persamaan-persamaan dan tentu perbedaan-perbedaan.Salah satu persamaannya ialah bahwa ketiganya memberikanjasa pelayanan bagi pelanggan untuk menginap. Perbedaannyaadalah bahwa masing-masing mempunyai "primadona" yangberbeda. "Primadona" di hotel ialah pelayanan oleh non profesikesehatan, di rumah rawat ialah pelayanan oleh perawat, sedangdi rumah sakit adalah pelayanan medis.

Di antara ketiganya, rumah sakit merupakan pelayanan yangpaling rumit. Pelayanan di rumah sakit mencakup baik unsurpelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan olehperawat, dan pelayanan oleh non profesi kesehatan. Contohpelayanan oleh non profesi kesehatan, ialah pelayanan frontoffice, pelayanan oleh bagian housekeeping, pelayanan olehbagian dapur, dan pelayanan administrasi keuangan.

Primadona bukan berarti segalanyaMeski merupakan "primadona", pelayanan medis bukan

berarti segalanya. Sang " primadona " hanya dapat " bersinar " jikadidukung oleh unsur-unsur lainnya. Pada kenyataannya, dalamsehari pasien bertemu dokter hanya selama beberapa menit;pasien lebih banyak didampingi oleh petugas-petugas lain sepertiperawat dan pekarya; selain itu pelayanan oleh non profesikesehatan juga memegang peranan yang cukup menentukan.Pelayanan, baik oleh profesi kesehatan maupun oleh non profesikesehatan, mempunyai keterkaitan yang erat, sehingga idealnyamerupakan suatu kesatuan, bukan berjalan sendiri-sendiri.

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkalan Pelayanan Rumah Sakit. KerjasamaPERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Aguslus 1991.

78 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

PELAYANAN POKOK DAN TAMBAHANSecara teoritis, pelayanan oleh non profesi kesehatan dapat

dibedakan antara pelayanan pokok dan pelayanan tambahan.Pelayanan pokok dapat didefinisikan sebagai pelayanan yangminimum yang harus diberikan kepada pasien karena merupakankebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Contoh: kebersihan harusdijaga, penerangan harus cukup, makanan layak untuk dimakandan memenuhi kebutuhan kalori. Pelayanan tambahan ialahpelayanan yang termasuk di luar pelayanan pokok; misalnyaboleh memilih makanan yang akan disajikan, dapat menelpondari kamar, dan mendapat surat kabar setiap pagi.

Karena kriteria kebutuhan dasar biasanya sangat dipenga-ruhi oleh norma dan kebiasaan yang berlaku di masyarakatsetempat, maka sering batas antara pelayanan pokok dan pela-yanan tambahan menjadi kabur. Apa yang dianggap pelayanantambahan bagi segolongan masyarakat, dapat dianggap sebagaipelayanan pokok bagi golongan masyarakat lain.

Berdasarkan detinisi, maka pelayanan pokok memberikansumbangan yang penting dalam proses penyembuhan pasien.Pelayanan tambahan mempunyai gradasi, dari yang cukup ber-manfaat untuk proses penyembuhan sampai yang sebenarnya takbermanfaat.

EMPAT PERANANTadi dikatakan bahwa pelayanan non profesi kesehatan

mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam prosespelayanan kesehatan secara keseluruhan. Peranan apa yangsebenarnya dipegang oleh pelayanan non profesi kesehatan ter -

Page 87: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

sebut?Ada empat buah peranan yang akan dibicarakan. Pertama,

peranan sebagai acuan untuk menilai kualitas pelayanan rumahsakit. Kedua, sebagai faktor yang mempengaruhi aksesibilitaspelayanan medis. Ketiga, sebagai faktor yang mempengaruhikualitas pelayanan medis. Dan keempat, faktor yang mem-pengaruhi persepsi pasien pada proses penyembuhan.

Acuan kualitas, penting untuk pemasaranPelayanan kesehatan bukan merupakan sesuatu yang mudah

dinilai, apalagi oleh orang awam. Kualitas barang-barang sepertibuku tulis atau pakaian, lebih mudah untuk dinilai atau dicekkebenarannya. Sebelum membeli, konsumer dapat dengan mudahmelihat atau memeriksa barang tersebut, sehingga barang-ba-rang tersebut dikatakan sebagai barang yang mempunyai searchproperties. Sedangkan pelayanan kesehatan biasanya dikatego-rikan termasuk barang yang mempunyai experience properties,yang berarti umumnyakonsumer harus mengalami dulu sebelumdapat mcnilai. Bahkan sering, setelah mengalamipun, masih sulitbagi pasien untuk menilai kualitas pelayanan medis yang telahdialaminya (credence properties).

Maka menurut Lynch dan Schuler (1990), pasien seringmemakai pelayanan oleh non profesi kesehatan (seperti ke-bersihan, makanan, housekeeping, front office dan sebagainya)sebagai acuan kualitas, karena lebih mudah membandingkankebersihan, makanan, dan pelayanan front office antara rumahsakit daripada membandingkan kualitas pelayanan medis. Hal-hal seperti ini, perlu diperhatikan dalam strategi pemasaran.

AksesibilitasAkses ke pelayanan kesehatan dapat dikatakan baik , jika

pelayanan tersebut mudah didapat dan juga mudah untuk di-teruskan. Pelayanan front office sering mempunyai pengaruh

yang besar terhadap aksesibilitas. Prosedur yang bertele-tele,pelayanan yang lamban, pasien yang tidak diperhatikan, seringmembuat pasien "mundur" ataupun terlambat untuk mendapatpelayanan medis.

Kualitas pelayanan medisMutu pelayanan oleh profesi non kesehatan, jelas mem-

pengaruhi mutu pelayanan medis. Kebersihan, misalnya, akanmempengaruhi kemungkinan infeksi nosokomial. Makananyang tak memenuhi selera, jelas akan mempengaruhi kondisipasien.

Persepsi pasienPelayanan oleh non profesi kesehatan, juga mempengaruhi

persepsi pasien yang penting untuk penyembuhan. Pasien yangpuas, tentu diharapkan akan lebih cepat sembuh.

STANDARDUntuk menjaga mutu pelayanan oleh non profesi kesehatan,

maka perlu suatu standard. Standard itu dapat berupa standarddalam struktur, standard dalam proses, maupun standard dalamoutcome. Standard dalam struktur, misalnya mengenai syaratpendidikan bagi pegawai front office. Standard dalam proses,misalnya mengenai prosedur yang haus dilakukan, jika me-nerima pasien. Sedang, standard dalam outcome, misalnyamaksimum berapa lama pasien harus menunggu, dan sebagainya.

Jangan terlalu berlebihanSegala yang berlebihan pada umumnya tidak baik; demikian

juga jika terlalu berlebihan mementingkan pelayanan oleh nonprofesi kesehatan. Salah-salah, rumah sakit akan menjadi lebihtepat disebut hotel, daripada sebagai tempat merawat orang sakit.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 79

Page 88: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Struktur Pembiayaan Rumah Sakit

Dr. Amal C. Sjaaf, DR.PH.Jurusan Administrasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitds Indonesia, Jakarta

PENDAHULUANRumah sakit sebagai suatu organisasi sosio-ekonomi, se-

perti organisasi ekonomi lainnya, memerlukan pembiayaanuntuk dapat menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatannya.Mengacu kepada hal tersebut maka dapat dipahami di sini bahwayang dimaksud dengan pembiayaan sebetulnya adalah pen-danaan (financing) untuk kegiatan. Secara umum, di rumah sakithal ini biasanya dikaitkan dengan pembiayaan dua kegiatanpokok yaitu: investasi dan operasional.

Dari kedua kegiatan pokok tersebut, pembiayaan kegiatanoperasional umumnya dapat dilakukan dengan menggunakandana yang berasal dari kegiatan layanan penderita. Tetapi tidakjarang pula terjadi hal di mana kegiatan operasional rumah sakitmemerlukan pendanaan yang relatif tidak sedikit. Dalam hal ini,pembiayaan kegiatan biasanya dilakukan dengan menggunakansumber di luar rumah sakit. Di lain pihak, kegiatan investasiumumnya memerlukan pembiayaan yang relatif besar dan tidakselalu dapat ditunjang dari penghasilan operasional. Untuk halini jelas dibutuhkan sumber pendanaan dari luar rumah sakit.

Dari bahasan di atas dapat dipahami bahwa pembicaraanmengenai struktur pembiayaan rumah sakit, baik untuk kegiataninvestasi dan operasional, harus dikaitkan dengan jenis sumberpembiayaan yang ada di dalam dan di luar rumah sakit.

PEMBIAYAAN KEGIATAN INVESTASIKegiatan investasi di rumah sakit yang biasanya terjadi

dalam bentuk pengadaan alat kedokteran pada umumnya terkaitdengan beberapa hal antara lain :a. Perluasan spesialisasi tenaga dan peralatanb. Obsolesensi alat yang relatif cepatc. Penambahan jumlah layanand. Perluasan jenis layanan

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. KerjasamaPERS1 dengan Kalbe Farma. Bukit Raya, Puncak 4-6 Agustus 1991

80 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Kebutuhan pembiayaan terhadap kegiatan investasi akibatdari hal di atas sering memerlukan dana yang relatif besar. Danaini harus dicari dari sumber yang tersedia baik di dalam maupun(umumnya) di luar rumah sakit.

Terdapat beberapa jenis sumber dana dengan karakteris-tiknya yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan kegiataninvestasi, yaitu :• Hutang jangka pendek tanpa bunga• Hutang jangka pendek dengan bunga• Hutang jangka menengah• Hutang jangka panjang• Equity

Adanya karakteristik masing-masing itulah yang kemudianakan membuat pimpinan rumah sakit harus menentukan pilihanpemanfaatan sumber dana yang paling efisien. Untuk itu, berikutakan diuraikan secara ringkas kelima sumber tersebut.

Hutang jangka pendek tanpa bungaJenis dana seperti ini biasanya memang tidak menunjukkan

secara eksplisit adanya bunga bila dana ini dimanfaatkan. Se-betulnya dana ini secara implisit tetap mengandung pengertian'bunga' yaitu dalam bentuk pemahaman terhadap opportunitycost-nya. Di rumah sakit, jenis dana seperti ini ditemukan dalambentuk: pembayaran di muka dari penderita dan pembayarankredit kepada pemasok (supplier). Pembayaran di muka dapatberasal dari: uang mukapenderita, pembayaran layanan di mukatanpa potongan dan dengan potongan (discount). Dasar perhi-tungan dari efisiensi pemanfaatan dana ini terkait dengan be-berapa hal penting yaitu :– Lamanya hari uang telah diterima atau masih ditahan– Suku bunga bank yang berlaku pada saat itu– Besarnya rate ofreturndari kegiatan yang menggunakan dana

tersebut.

Page 89: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Hutang jangka pendek dengan bungaUmumnya didapat dalam bentuk pinjaman dari bank atau

lembaga keuangan bukan bank yang jatuh temponya di bawahsatu tahun dengan membebani peminjam dengan suku bungayang relatif tinggi. Pada dasarnya pinjaman jangka pendek se-perti ini membutuhkan adanya jaminan atau agunan dalam ben-tuk yang relatif likuid dan adanya kepercayaan terhadap debitur.Dikenal dalam bentuk beberapa antara lain :• Pinjaman rekening koran• Pinjaman dengan agunan SPK/kontrak kerja• Pinjaman dengan agunan deposito• Penjualan surat berharga

Tidak berbeda dengan hutang jangka pendek tanpa bunga,dalam memanfaatkan dana ini secara efisien juga harus mengacukepada besarnya suku bunga yang berlaku dan besarnya rate ofreturn dari kegiatan yang akan didanai.

Hutang jangka menengahSetiap dana yang tersedia dari hutang dengan tempo selama

1 sampai 10 tahun biasanya dimasukkan dalam kelompok ini.Hutang jenis ini umumnya memiliki tingkat suku bunga yanglebih rendah dari hutang jangka pendek dan jenis agunan yangtingkat likuiditasnya tidak terlalu tinggi. Janis agunan yang dapatditerima antara lain adalah peralatan, sarana fisik (gedung atautanah). Kelompok keuangan seperti bank, asuransi dan yayasandana pensiun umumnya memberikan kesempatan kepada rumahsakit yang memerlukan pendanaan untuk investasi jangka pendek.Bentuk lain yang sering dijumpai adalah leasing yang relatifcepat pengadaannya dan biasanya tidak memberikan beban biayadi muka bagi leasor. Walaupun demikian, kemudahan caraleasing ini perlu dikaji secara cermat dengan bandingan terhadapcara pendanaan lainnya yang mirip.

Hutang jangka panjangHutang jenis ini umumnya dim anfaatkan untuk pembiayaan

pembangunan atau sarana fisik rumah sakit dan alat kedokteranyang relatif canggih. Karena waktu jatuh tempo yang lebih lamadari 10 tahun dan tingkat suku bunga yang relatif rendah umum-nya hanya bank pemerintah yang dapat menyediakannya.Dengan demikian dapat dipahami bahwa jenis dana seperti iniakan wajar bila diprioritaskan bagi rumah sakit yang dibantu atausecara filantrofis membantu pemerintah dalam pelayanannya.

Adanya struktur pembiayaan kegiatan investasi yang berasaldari hutang-hutang di atas menimbulkan istilah yang dikenalsebagai financial leverage. Istilah ini pada dasarnya menjelaskantentang hubungan antara hutang dengan besarnya keseluruhankekayaan di suatu rumah sakit. Apabila dipahami bahwa pem-biayaan investasi juga dilakukan dengan menggunakan sumberequity maka financial leverage juga terkait dengan equity. Se-buah rumah sakit dikatakan memiliki financial leverage tinggiapabila terdapat proporsi hutang yang relatif tinggi dibandingkanequity sebagai sumber pembiayaan investasi.

Untuk dapat memahami hubungan tersebut secara lebihdalam, berikut ini digambarkan model Return on Equity dari DuPont :

EquityTerdapat 3 jenis sumber dana yang berasal dari equity yang

dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan investasi di rumahsakit nirlaba yaitu :• sumber filantrofis• subsidi pemerintah• pemasukan rumah sakit

Kedua jenis sumber yang pertama sering diasumsikan se-bagai sumber pembiayaan yang bebas biaya (zero cost), sebetul-nya ini merupakan suatu kesalahpahaman. Untuk mendapatkandana tersebut ternyata diperlukan biaya administratif yang dalamperhitungan efisiensi pemanfaatannya tidak bisa diabaikan be-gitu saja.

Untuk rumah sakit laba, sumber pembiayaan untuk investasiyang berasal equity jelas dapat dilihat dalam bentuk saham utamadan biasa dari pemilik modal. Perlu diperhatikan di sini bahwasaham utama memiliki tingkat prioritas yang lebih tinggi darisaham biasa. Hal ini hanya berlaku untuk penguangan sahamtersebut bila terjadi kebangkrutan usaha, tetapi tidak berlakudalam pembagian keuntungan.

Sebagai ilustrasi,Tabel lberikut ini menggambarkan kom-posisi struktur pembiayaan kegiatan investasi rumah sakitkhususnya konstruksi di Amerika Serikat :

Tabel 1. Struktur Pembiayaan Investasi Menurut Sumber Dana

Informasi ini menunjukkan adanya pergeseran yang me-narik pada sumber dana dari pemasukan operasional dan equity

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 81

Page 90: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

yang cenderung meningkat. Sedangkan sumber dana berasal daripemerintah yang semula menurun akhir-akhir ini tampak naiklagi dan sumber yang berasal dari hutang menunjukkan gejalapenurunan.

PEMBIAYAAN KEGIATAN OPERASIONALSeperti telah disebutkan sebelumnya, pembiayaan kegiatan

operasional biasanya berasal dari pemasukan yang didapat darikegiatan operasional itu sendiri. Berdasarkan hal ini maka pim-pinan rumah sakit khususnya manajer keuangan harus mema-hami dengan cermat pola pembiayaan dari penderita yangmenggunakan fasilitas rumah sakit.

Dari sudut ini, pemakai jasa rumah sakit yang dapat dibagiatas penderita rawat jalan dan rawat inap yang memiliki polapembiayaan tertentt, Pola pembiayaan ini pada umumnya ter-bagi atas :a. Penderita yang membayar sendirib. Penderita yang ditanggung oleh asuransi kesehatan peme-

rintahc. Penderita yang ditanggung oleh asuransi kesehatan swastad. Penderita yang ditanggung oleh perusahaan tempat dia

bekerjaPenderita yang membayar sendiri ditandai dengan tingkat

ketidak pastian pembayaran yang relatif lebih tinggi dari ketigagolongan lainnya. Hal ini berarti bahwa secara ekonomis kelom-pok ini sebetulnya tergolong kelompok yang memiliki risikotinggi untuk menyebabkan bad debt. Dengan demikian, rumahsakit yang memiliki pola pembiayaan penderita dengan dominasikelompok a. secara teoritis akan cenderung untuk mempunyaimasalah dalam pembiayaan kegiatan operasionalnya.

Sejauh ini, bagaimanakah keadaan yang terjadi di dunianyata dikaitkan dengan hal diatas? Ternyata hal yang terjadi tidakselalu seperti yang diuraikan di atas. Di negara maju yang pem-biayaan kesehatannya didasarkan atas penggantian pihak ketiga,kelompok pembayar sendiri ini memang merupakan masalahdalam pembiayaannya. Oleh karena itu, pihak rumah sakit akanberusaha sebanyak mungkin menjaring penderita yang memilikiasuransi kesehatan. Lebih jauh, hal penting lain yang harusdiamati dari kelompok ini adalah lamanya waktu pelunasantagihan dari pihak asuransi kesehatan.

Data terbatas di Jakarta menunjukkan bahwa pola pem-biayaan penderita masih didominasi oleh pembayar sendiri de-ngan kemungkinan menimbulkan bad debt sekitar 5% - 20%.Dengan belum berkembangnya asuransi kesehatan (swasta)maka dapat dipahami kalau pembiayaan penderita dengan cara

ini masih relatif kecil. Pada rumah sakit tertentu didapat databahwa penderita yang dibiayai oleh perusahaan tempat bekerjaternyata jauh lebih besar dari kelompok yang dibiayai asuransikesehatan. Secara rinci hal ini dapat dilihat pada Tabe12 berikutini :

Tabel 2. Pola Pembiayaan Penderita di beberapa Rumah Sakit di Jakarta1990.

RSA RS B RS C

a. Bayar sendiri 43% 8335 71%b. Dibayar perusahaan 40% 109'0 14%c. Dibayar ASKES/PHB 7% — 6%d. Dibayar ASKES Swasta 10% 7% 9%

Catatan :a. Tingkat akurasi data masih perlu dipertajam akibat terbatasnya data ke-

uanganyang tersedia.b. RS A, B dan C adalah rumah sakil swasta.

Data tambahan menunjukkan bahwa umumnya tagihanyang diajukan ke perusahaan rata-rata dilunasi dalam waktu 2bulan sedangkan ASKES/PHB dilunas sekitar 2-4 bulan. Ada-nya kesenjangan waktu seperti ini merupakan suatu hal yangpatut diperhatikan oleh manajer keuangan rumah sakit karena :• secara implisit mengandung biaya (opportunity cost).• terkait dengan likuiditas yang diperlukan untuk melunasi

kewajiban jangka nendek.Tanpa memperhatikan kedua hal penting ini maka pem-

biayaan kegiatan operasional dengan dana dari hasil kegiatanrumah sakit akan mengarah kepada tingkat efisiensi yang rendah.

PenutupBahasan singkat di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya

pembiayaan kegiatan operasional dan investasi di rumah sakitbertolak dari pemanfaatan sumber secara efisien dengan acuanpokok kepada nilai uang dikaitkan dengan waktu dan nilai sukubunga. Hal ini pada dasarnya akan dipengaruhi oleh kebijak-sanaan keuangan yang (sedang) berlaku pada suatu saat.

Dengan demikian, kemampuan pemahaman akan ekonomimakro perlu dimiliki oleh seorang pimpinan rumah sakit, dis-amping yang mikro, khususnya bagi mereka yang bertanggungjawab terhadap kegiatan manajemen keuangan. Tanpa hal terse-but maka penggunaan dana yang berasal dari berbagai sumberbukan hanya akan mengarah kepada tingkat efiensi yang rendahtetapi juga memungkinkan terjadinya inefisiensi.

82 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 91: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Prinsip-prinsip PenyusunanRencana Anggaran Tahunan

Rumah SakitA.W. Boediarso

Direktur RS Pelni, Jakarta

PENDAHULUANPerkembangan dunia perumahsakitan di Indonesia cukup

pesat. Perkembangan ini terjadi karena para pengelola rumahsakit sadar maupun tidak sadar mengikuti kecenderungan pe-layanan kesehatan di Indonesia menjelang tahun 2000. Ke-eenderungan tersebut pada umumnya mengakibatkan kenaikanbiaya dalam penanganan masalah kesehatan baik secara kasusper kasus maupun secara umum; di bidang keuangan, kecende-rungan ini mengarah kepada makin banyaknya biaya yangdigunakan dalam upaya kesehatan. Jumlah rumah sakit akanmeningkat dengan cepat, juga cakupan pelayanannya. Sebagaikonsekuensi dari masalah ini ialah keharusan bagi para pengelolarumah sakit untuk lebih memahami masalah keuangan, agartercapai efisiensi yang maksimal dalam penggunaan sumberdaya rumah sakit guna meningkatkan daya saing.

Untuk mencapai efisiensi tersebut dibutuhkan penerapanmanajemen yang lebih baik, antara lain bidang perencanaan danpengendalian penggunaan sumberdayayang tersedia. Salah satualat yang dibutuhkan organisasi guna mewujudkan perencanaandan pengendalian yang optimal ialah adanya anggaran (budget)yang tersusun dengan baik dari lahun ke tahun.

PENGERTIAN ANGGARAN RUMAH SAKITYang dimaksud dengan anggaran (budget) Rumah Sakit

ialah rencana kegiatan yang disusun secara sistimatis dan me-liputi seluruh kegiatan clan dinyatakan dalam bentuk uang sertaberlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang.

Penyusunan anggaran tcrsebut selalu memproyeksikanadanya keuntungan, oleh karena itu sering pula disebut sebagairencana laba (profit planning).

Anggaran mempunyai 3 unsur yaitu :1) Rencana, yang tersusun secara sistimatis dan mencakup

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. KerjasamaPERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dan dinyatakan dalamuang selama jangka waktu tertentu (periode). Rencana kegiatantersebut dilaksanakan terutama guna menghadapi ketidakpastiandi masa mendatang serta menentukan alternatif tindakan yangdiperlukan. Ada beberapa perencanaan di rumah sakit yang tidaktermasuk anggaran, misalkan: rencana lalu lintas penderita,rencana sistim keamanan dan lain-lain.2) Dinyatakan dalam unit moneter (Rupiah), yaitu suatu ukuranyang dapat diterapkan pada seluruh kegiatan rumah sakit yangberaneka ragam. Dengan menggunakan ukuran tersebut kegiatanrumah sakit yang beraneka ragam dapat dibandingkan dan di-analisa lebih lanjut.3) Jangka waktu tertentu (satu periode) yang akan datang; inimenunjukkan bahwa anggaran memuat taksiran-taksiran (fore-cast) yang akan terjadi dan reneana kegiatan untuk mengantisi-pasi kejadian tersebut.

Dalam kaitan dengan periode tersebut terdapat dua jenisanggaran yaitu: anggaran strategis untuk jangka panjang dananggaran taktis untuk jangka pendek. Dalam kaitan denganwaktu anggaran taktis dibagi dalam anggaran periodik untukperiode satu tahun penuh (periode akuntansi) atau kurang darisatu tahun yang disebut anggaran bertahap.

Mengingat penyusunan anggaran memerlukan biaya danwaktu, penyusunan anggaran jangka panjang lebih disukai. Untukini diperlukan kemampuan penaksiran yang lebih akurat tentangkejadian masa yang akan datang, sehingga tidak semua rumahsakit mampu melaksanakan. Dalam pembahasan lebih lanjutakan disampaikan anggaran jangka pendek dalam satu periodeakuntansi atau anggaran tahunan.

Manfaat Anggaran Rumah SakitSecara garis besar manfaat anggaran sebagai berikut :

1) Sebagai pedoman kerja, anggaran dapat memberikan arah

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 83

Page 92: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

kegiatan yang dilaksanakan dan sasaran-sasaran yang harusdicapai oleh kegiatan tersebut di rumah sakit.2) Alat koordinasi; dengan diketahuinya arah kegiatan sertasasaran yang akan dicapai, setiap bagian di rumah sakit dapatmelaksanakan koordinasi yang baik agar dapat saling menunjangtercapainya sasaran yang telah ditentukan. Dapat diharapkanbahwa pelaksanaan kegiatan tersebut akan lebih baik.3) Alat pengawasan dan pengendalian; dalam menilai realisasikegiatan yang dilaksanakan, anggaran dapat digunakan sebagaitolok ukur atau pembanding. Dapat dinilai penyimpangan yangterjadi antara realisasi kegiatan dengan anggaran, sehingga dapatdiketahui apakah dalam pelaksanaan kegiatan yang direncana-kan rumah sakit tersebut sukses atau gagal. Segala hal yangmenyangkut kelemahan pelaksanaan kegiatan dapat diketahuidan dijadikan acuan penyusunan rencana anggaran tahunberikutnya.

Faktor yang Berpengaruh pada Penyusunan AnggaranS uatu anggaran yang baik dapat dilihat dari besarnya pen yi m-

pangan yang terjadi antara rencana kegiatan dan realisasinya.Untuk dapat menyusun rencana anggaran yang baik diperlukanberbagai data dan informasi yang lengkap disertai pengalamanpelaksana yang cukup. Data atau informasi yang lengkap sangatmembantu penaksiran-penaksiran yang akurat sebagai dasarpenyusunan anggaran.

Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh antaralain :1) Faktor dalam rumah sakit sendiri (intern), meliputi penjualanjasa rumah sakit tahun yang telah lalu (rawat inap, rawat jalan,penunjang diagnostik, tindakan bedah dan lain-lain), kemam-puan rumah sakit yang tersedia, keadaan personil (jumlah dankualifikasi), modal kerja yang ada, fasilitas yang dimiliki danlain-lain. Faktor intern tersebut dalam batas tertentu dapat di-tingkatkan atau dikurangi agar selaras dengan rencana kegiatanyang akan dilaksanakan pada tahun anggaran tersebut. Karenadapat disesuaikan maka faktor intern tersebut juga disebut faktoryang dapat diatur (controllable).2) Faktor dari luar rumah sakit (ekstern), yang tidak dapatdiatur oleh pengelola rumah sakit. Dalam hal ini pengelola harusmenyesuaikan rencana kegiatannya agar dapat berhasil denganbaik.

Faktor ekstern yang tidak dapat diatur (uncontrollable)tersebut antara lain: keadaan pesaing, kecenderungan upayakesehatan (dari aspek penduduk, teknologi, keuangan, personil,ketentuan pemerintah dan lain-lain), keadaan perekonomiannasional, penghasilan masyarakat dan lain-lain.

Hubungan Anggaran dengan Akuntansi Rumah SakitAkuntansi diartikan sebagai cara yang sistematis dalam pen-

catatan, penggolongan-penggolongan, peringkasan, pengana-lisaan dan melakukan interpretasi terhadap semua kegiatantransaksi yang menyangkut keuangan dan dilakukan di rumahsakit.

Dari pengertian tersebut, akuntansi menyajikan data yangtelah terjadi. Ketepatan dan ketelitian penyajian data tersebut

akan berguna bagi penyusunan anggaran yang menyajikan taksir-an untuk masa datang. Secara ringkas hubungan akuntansidengan anggaran sebagai berikut :1) Akuntansi menyajikan data historis yang akan bermanfaatpada penyusunan anggaran, sedangkan anggaran memuat taksir-an (forecasting) untuk masa datang.2) Akuntansi akan melaksanakan pencatatan yang teliti dansistematis tentang pelaksanaan rencana anggaran dari waktu kewaktu. Dengan demikian akuntansi menyajikan data realisasipelaksanaan anggaran. Dengan membandingkan data akuntansidengan data anggaran yang berkaitan dapat diketahui penyim-pangan yang terjadi. Jadi akuntansi dapat bermanfaat untukmenunjang fungsi pengawasan kerja dari rencana anggaran.

Hubungan Anggaran dengan Manajemen Rumah SakitFungsi (kegunaan) anggaran yang berhubungan erat dengan

manajemen ialah fungsi perencanaan, fungsi koordinasi danpengawasan. Anggaran merupakan alat bagi manajemen, se-hingga kehadiran pengelola (manager) yang trampil dan ber-bakat sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan apa yangtertuang dalam anggaran.

Beberapa kelemahan dari anggaran berkaitan dengan pe-laksanaan di lapangan ialah :1) Penyusunan anggaran sclalu berdasar atas taksiran-taksiran(forecast) yang dibuat sebelumnya. Suatu penaksiran terhadapkeadaan mendatang selalu mempunyai kemungkinan adanyakesalahan yang menyebabkan kurang tepatnya penyusunananggaran dihadapkan pada saat pelaksanaan kegiatan, sehinggaperlu penyesuaian-penyesuaian.2) Berhasil tidaknya realisasi anggaran sangat tergantung padakualitas pelaksanaannya. Penyusunan anggaran yang baik tidakselalu dapat direalisasi tergantung adanya pelaksana yangmempunyai kecakapan dan ketrampilan yang memadai.

Hubungan Anggaran dengan Ilmu Matematik dan StatistikStatistika dan matematika sangat diperlukan dalam penyu-

sunan anggaran, di samping tersedianya data dan informasi yanglengkap. Ini berkaitan dengan penetapan taksiran-taksiran yangharus ditetapkan mendahului penyusunan anggaran, demikianpula dalam melaksanakan evaluasi pelaksanaan. Dengan de-mikian maka ilmu statistik dan matematik akan berfungsi se-bagai alat penunjang bagi penyusunan, maupun evaluasi pe-laksanaan kegiatan dalam rumah sakit sesuai anggaran.

Jenis AnggaranSecara umum jenis anggaran dapat dibagi sebagai berikut :

1) Appropriation budget; anggaran ini memberikan batas-batastertinggi dari biaya yang dapat digunakan untuk pelaksanaanprogram tertentu dalam satu periode yang ditetapkan. Macamanggaran ini terdapat pada instansi pemerintah. Karena batasbiaya telah ditentukan untuk satu kegiatan tertentu, biasanyapelaksana cenderung menggunakan seluruh biaya yang tersedia,sehingga tidak efektif untuk maksud perencanaan dan peng-awasan.2) Performance budget, ialah anggaran yang penyusunannyadidasarkan kepada fungsi dan aktivitas rumah sakit.

84 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 93: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Pada pelaksanaan dapat dibedakan :a) Fixed budget, ialah anggaran yang penyusunannya

berdasar atas satu tingkat kegiatan rumah sakit selama jangkawaktu tertentu. Bila anggaran disusun atas dasar pemakaiantempat tidur tertentu (BOR), maka anggaran tersebut direnca-nakan untuk mendukung kegiatan setiap unit dalam rumah sakitdalam mencapai BOR tersebut. Dalam keadaan BOR lebihrendah atau lebih tinggi dapat dievaluasi efisiensi yang terjadipada unit-unit tersebut.

Dalam menilai efisiensi tersebut dipertimbangkan adanyabiaya tetap dan biaya yang bersifat tidak tetap (variable).

b) Flexible budget; pada keadaan ini ditentukan norma-norma biaya pada setiap tingkat kegiatan rumah sakit.

Pengertian Penganggaran (budgeting)Dari pengertian anggaran yang telah diutarakan maka

anggaran merupakan hasil kerja (output) yang berupa taksiran.taksiran yang akan dilaksanakan di masa mendatang dandinyatakan dalam satuan Rupiah. Anggaran dituangkan dalamsuatu naskah tulisan yang teratur dan sistematis. Sedangkanpenganggaran merupakan proses kegiatan dalam rangkamenyusun anggaran.

Secara garis besar proses kegiatan dalam penyusunananggaran sebagai berikut :– Pengumpulan data dan informasi selengkap mungkin.– Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebutuntuk mengadakan penaksiran-penaksiran sebagai dasar pe-nyusunan anggaran.– Menyusun anggaran secara teratur dan sistematis.– Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran.– Pengumpulan data dan informasi untuk melaksanakan peng-awasan (evaluasi) terhadap pelaksanaan anggaran.– Pengolahan data tersebut untuk keperluan interpretasi danmemperoleh kesimpulan dalam penilaian (evaluasi) pelaksanaankegiatan sesuai anggaran serta menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai tindak lanjut kesimpulan tadi.

Dari uraian tersebut, guna menjamin keberhasilan suatuanggaran perlu beberapa dasar-dasar sebagai berikut :1) Anggaran harus didukung penuh oleh manajemen.

Organisasi rumah sakit harus menganggap anggaran se-bagai alat manajemen dan bukan hanya sebagai accountingdevice.

Dalam pelaksanaan program anggaran harus disadari bahwaanggaran bersifat menyoroti prestasi setiap bagian yang berkait-an dengan pelaksanaan program tersebut. Oleh karena itu parapengelola rumah sakit harus yakin betul akan manfaat anggaran.2) Harus ditentukan dengan jelas tanggung jawab persiapan,pelaksanaan dan pengawasan anggaran dan dinyatakan secaraformal.

JENIS-JENIS ANGGARAN TAHUNAN RUMAH SAKITBeberapa jenis anggaran tahunan yang dipersiapkan oleh

rumah sakit ialah :a) Anggaran operasional/rutin yang berkaitan dengan du-

kungan biaya untuk setiap kegiatan operasional selama tahunanggaran misalkan biaya pengadaan obat, makanan, pemelihara-an, penyusutan dan lain-lain.b) Anggaran cash, berkaitan dengan rencana penerimaan danpengeluaran kas yang dinyatakan secara kuantitatip untukperiode yang akan datang. Anggaran ini dipergunakan sebagaialat kendali arus keluar masuk uang kas sehingga selalu dapatdijaga agar rumah sakit dapat memenuhi kewajiban jangkapendeknya.c) Anggaran investasi, berkaitan dengan pengembanganrumah sakit untuk memelihara kesinambungan pelayanan.Anggaran ini disusun setelah diketahui surplus yang terjadi padaanggaran cash dan kemungkinan penerimaan dari lain-lainmisalkan; pinjaman bank, donatur.

Penyusunan anggaran operasionalSecara garis besar anggaran operasional rumah sakit terbagi

atas anggaran pendapatan dan anggaran biaya. Anggaran pen-dapatan usaha dapat dikelompokkan sesuai jenis usaha masing-masing rumah sakit, antara lain : anggaran pendapatan usaharawat inap, rawat jalan, jasa dokter, laboratorium, radiologi,farmasi dan lain-lain. Perkiraan pendapatan tersebut dapat di-susun berdasarkan estimasi kegiatan yang diajukan setiap unitrumah sakit dalam menyusun anggaran periode yang ber-sangkutan.

Anggaran biaya kegiatan rumah sakit disusun untuk men-dukung semua kegiatan di rumah sakit guna mencapai sasaranpenjualan yang telah ditentukan. Oleh karenaitu dalam menyusunanggaran biaya kegiatan rumah sakit harus ditentukan terlebihdahulu besarnya produksi jasa kesehatan yang akan terjual selamatahun anggaran tersebut, sebagai dasar penentuan angka-angkadalam anggaran.

Langkah-langkah penyusunan sebagai berikut :a) Pimpinan rumah sakit membuat perkiraan tentang produkjasa kesehatan yang akan dihasilkan rumah sakit selama periodetahun anggaran yang akan disusun. Biasanya pimpinan rumahsakit hanya menyampaikan perkiraan hari perawatan (BOR)selama periode tersebut serta angka kunjungan rawat jalan yangakan terjadi. Setiap unit rumah sakit akan membuat perkiraanproduk jasa masing-masing guna mendukung terlaksananyaperkiraan tersebut dengan menggunakan data dan informasitahun-tahun sebelumnya. Misalkan: bagian perawatan setelahmengetahui bahwa perkiraan BOR selama tahun anggaran ter-sebut sebesar X %, akan mampu membuat perkiraan penggunaanruangan (hari perawatan) setiap kelas, sehingga dia akan mampumenyusun biayaruangan yang diperlukan. Demikian jugabagianGizi akan mampu menyusun kebutuhan anggaran dapur yangdiperlukan. Dengan cara yang sama setiap bagian di rumah sakittersebut akan mampu menyusun biaya masing-masing.b) Pimpinan rumah sakit membentuk komisi anggaran yangterdiri dari pejabat staf senior rumah sakit. Bila pejabat keuangan

mempunyai kedudukan setingkat wakil direktur/kepala divisi, maka pejabat tersebut ditunjuk sebagai ketua komisi. c) Dengan mendasarkan kepada arahan pimpinan rumah sakit tentang produk jasa kesehatan yang akan dihasilkan, komisi

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 85

Page 94: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

anggaran merencanakan kebutuhan biaya untuk mendukungtercapainya sasaran produksi kesehatan tersebut yang terdiri 5kelompok yaitu :1) Kelompok kebutuhan farmasi, perlengkapan, makanan danlain-lain. Ini akan menimbulkan rencana biaya guna pembelianobat, perlengkapan, makanan dan lain-lain.2) Kelompok kebutuhan tenaga dokter, perawat, tenaga medisdan non medis yang lain. Rencana biaya yang akan timbul ialahbiaya tenaga/pegawai.3) Kelompok kebutuhan penggunaan dan pemeliharaan alat.Ini akan menimbulkan rencana biaya pemeliharaan danpemakai-an gedung dan biaya penyusutan.4) Kelompok biaya administrasi dan akanmenimbulkanbiayaadministrasi umum.S) Kelompok biaya lain-lain.d) Komisi anggaran menilai setiap ajuan kebutuhan biayatersebut apakah dapat dipertanggung jawabkan sesuai denganrencana produksi jasa kesehatan masing-masing unit. Biasanyaperlu dilakukan negosiasi dengan setiap unit yang mengajukanrencana biaya tersebut.e) Dalam penyusunan anggaran biaya, tidak boleh melebihireneana seluruh penerimaan rumah sakit pada tahun anggarantersebut. Oleh karena itu komisi anggaran harus meneliti dengancermat semua kebutuhan biaya.

Keputusan tentang anggaran berada di tangan PimpinanRumah Sakit. Demikian pula penyusunan biaya dari unit terkecilke atas diajukan secara hirarkhi, sehingga setiap kepala ber-tanggung jawab atas besarnya biaya yang diajukan.

Setelah anggaran tersusun dengan baik, bagian keuangandapat menyusun Proyeksi Laporan Hasil Usaha selama pelak-sanaan anggaran tersebut. Dari proyeksi ini dapat diperkirakanSisa Hasil UsahaRumah Sakit selama periode anggaran tersebut.Proyeksi keuangan lain yang dapat dibuat ialah Proyeksi NeracaRumah Sakit pada periode akhir pelaksanaan anggaran.

Penyusunan anggaran cashAnggaran cash disusun dalam rangka mengendalikan ke-

uangan rumah sakit. Pengendalian ini dimaksudkan agar rumahsakit selalu mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dantidak jatuh dalam kesulitan keuangan. Oleh karena itu setelahanggaran ini disusun harus selalu di monitor setiap bulan, se-hingga dalam penyajiannya anggaran cash akan merupakantulisan yang tersusun secara sistematis yang menunjukkanperkiraan situasi keuangan rumah sakit dari bulan ke bulan.

Guna membiayai kebutuhan operasionalnya, biasanyarumah sakit menentukan besarnya uang cash yang secara mi-nimal harus tersedia dalam kas rumah sakit setiap bulan (safetycash balance). Bila dalam penyusunan anggaran cash terdapatperkiraan kas yang kurang dari jumlah minimal tersebut harussudah dipikirkan cara-cara untuk mengatasinya; misalkandengan melakukan pinjaman dan lain-lain. Sebaliknya bilaterdapat surplus dapat digunakan untuk merencanakan pem-biayaan investasi yang akan dilaksanakan atau membayarangsuran hutang.

Penyusunan anggaran cash sebagai berikut :

a) Menyusun pola penerimaan yang berasal baik dari penjualansecara tunai maupun secara kredit, sesuai waktu penjualan jasakesehatan yang direncanakan. Untuk penjualan kredit (misalperusahaan langganan) diperhatikan ketentuan pembayaran yangtelah disepakati antara perusahaan langganan dan rumah sakit.Penerimaan dapat pula berasal dari jasa giro, subsidi, bungadeposito dan lain-lain.b) Menyusun pola pengeluaran sesuai dengan periode pe-laksanaan kegiatan operasional dari masing-masing sektorpengeluaran, misalkan :I) Pembelian secara tunai atau tempo.2) Pembayaran hutang atau bunga bank.3) Pembayaran gaji pegawai.4) Pengeluaran lain-lain.c) Dari perkiraan penerimaan dan pengeluaran tersebut dapatdisusun anggaran cash (cash budget) setiap bulan sebagaiberikut :Saldo awal Rp. xxPenerimaan (bulan tersebut) Rp. xxPengeluaran(bulan tersebut) Rp. xxSelisih penerimaan dan pengeluaran Rp xx

Saldo akhir Rp. xxSaldo akhir ini akan menjadi saldo awal bulan berikut-

nya.d) Perkiraan saldo akhir ini akan menunjukkan posisi ke-uangan yang diperkirakan akan terjadi pada permulaan bulanberikutnya. Dengan informasi ini pimpinan rumah sakit akanmampu merencanakanpembiayaan untuk kegiatan investasi ataumembayar kewajiban lain bila saldo tersebut surplus terhadapsafety balance atau mencari dana tambahan dari sumber lain bilaminus.

Penyusunan anggaran investasiKegiatan investasi dilaksanakan dalam rangka memelihara

sekaligus meningkatkan kemampuan rumah sakit sebagai upayamemenuhi kebutuhan konsumen akan pelayanan kesehatan. Darisudut anggaran, harus direncanakan dengan baik kemampuanrumah sakit untuk membiayainya.

Sumber keuangan yang dapat digunakan sebagai patokandalam menyusun anggaran investasi antara lain :a) Perkiraan sisa hasil usaha yang akan dicapai rumah sakitpada tahun anggaran tersebut.b) Penggunaan kembali biaya penyusutan.c) Bantuan dari instansi atasan atau donatur.d) Pinjaman dari lembaga keuangan atau lain-lain.

Pelaksanaan kegiatan investasi yang sudah direneanakanharus memperhatikan anggaran cash guna dikaitkan denganpembiayaan yang diperlukan sehubungan dengan adanya ke-tidakpastian di masa mendatang.

Penyusunan kebutuhan investasi dapat berasal dari unitpelaksana terbawah yang diajukan ke atas secara berjenjangmaupun berdasarkebijaksanaan pimpinan dalam mengantisipasitantangan maupun kesempatan pada masa mendatang. Perananpimpinan rumah sakit sangat menentukan apakah investasi

86 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

__________________

Page 95: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

tersebut efisien atau tidak. 2. Hodgeus RM, Cascio DM. Modem Health Care Administration. London:Academic Press Inc. 1983.

3. Munandar M. Budgeting Edisi 1, Yogyakarta: BPFE, 1986.KEPUSTAKAAN 4. Flood AB, Scott WR. Hospital Structure and Performance. Baltimore,

London: John Hopkins University Press, 1987.1. Rakich JS, Darr K. Iospital Organizations and Management. Ohio: Halsted 5. Umbdenstock RJ, Hageman WM. Hospital Corporate Leadership. Ohio:

Press, John Wiley & Sons, 1978. American Hospital Publ Inc, 1990.

Lampiran 1

Pengelompokan anggaran operasional

1. Anggaran pendapatan1. Pendapatan Usaha :

a. Rawat inapb. Rawat jalanc. Jasa dokterd. Radiologie. Laboratoriumf. Farmasig. Jasa lain-lain.

2. Pendapatan Lain-lain :a. Parkirb. Kantin dan lain-lain.

II. Anggaran Biaya1. Anggaran biaya langsung usaha :

a. Biaya ruanganb. Biaya poliklinik

c. Biaya dokterd. Biayalaboratorium, farmasi, radiologie. Biaya dapurf. Biaya lain-lain jasa

2. Anggaran biaya pegawai :a. Gaji dan tunjanganb. Biaya kesehatanc. Biaya lembur, kesejahteraan, pendidikan dan lain-

lain.3. Anggaran biaya barang dan jasa :

a. Biaya pemeliharaanb. Biaya administrasi dan umumc. Biaya rumah sakit lain-lain.

4. Anggaran biaya lain-lain :a. Biaya penyusutan aktiva tetapb. Biaya-biaya lain yang dibebankan.

Lampiran 2

RUMAH SAKIT........................................PROYEKSI LAPORAN HASIL USAHAPERIODE...................................................

Biaya Administrasi & UmumPendapatan Usaha Biaya pegawai Rp. xxRawat inap Rp. xx Biaya asuransi Rp. xxRawat jalan Rp. xx Biaya pemeliharaan Rp. xxPenunjang diagnostik Rp. xx Biaya alat tulis kantor Rp. xxFarmasi Rp. xx +/+ Biaya listrik, air dll Rp. xxJumlah Pendapatan Usaha Rp. xx Biaya penyusutan Rp. xx

Biaya Langsung Usaha Biaya penghapusan piutang Rp. xx

Biaya ruangan Rp. xx Biaya umum d11 Rp. xx

Biaya dokter Rp. xx Rp. xx-/-Biaya poliklinik Rp. xx Hasil Usaha Rp. xx

Biaya obat-obatan/farmasi Rp. xx Pendapatan dan Biaya lainBiaya radiologi Rp. xx Pendapatan lain-lain Rp. xxBiaya dapur Rp. xx + Biaya lain-lain Rp. xxJumlah biaya langsung Rp. xx -/- Selisih Pendapatan &

-/-

Hasil Usaha Kotor Rumah Sakit Rp. xx Biaya lain-lain Rp. xx +/-I Hasil Usaha Bersih Rp. xx

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 87

_______

_______

_______

________

_______

_______

_______

Page 96: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Lampiran 3

Rumah Sakit..................................Anggaran Pendapatan PoliklinikTahun Anggaran..........................

No. Jenis Poli Jumlah Pasien Tarip Jumlah

1 Poli Anak z x Rp. xz2 Poli Jantung zl x1 Rp. xlzl3 dst dst dst dst

Jumlah Rp. xx

Rumah Sakit........................................................Anggaran Biaya : RuanganTahun anggaran..................................................Ruangan................................................................

No. Jenis Biaya Jumlah Indeks Biaya Jumlah Biaya

1 Perawat x orang Rp. xx/Bulan 12xRp xx = Rp. YY2 Makanan x HP Rp. xx/HP 12 x X x Rp. XX3 Linen Y Set Rp. YY/Set 12 x Y x Rp. YY4 dst

Jumlah Rp...........

Catatan : Untuk memudahkan penilaian dimasukkan seluruhbiaya langsung yang menyangkut perawatan.

Lampiran 4RUMAH SAKIT : .............................................PROYEKSI NERACAPER TANGGAL : ..........................................

HARTA KEWAJIBAN DAN MODAL

HARTA LANCAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEKKas Rp. xx Uang muka pasien Rp. xxBank Rp. xx Hutang usaha. Rp. xxSurat-surat Kredit jangkaberharga Rp. xx pendek Rp. xxPiutang pasien Rp. xx Biaya masihTaksiran tidak harus dibayar Rp. xxtertagih Rp. xx – Hutang pajak Rp. xx

Hutang lain-lain Rp. xxRp. xx +

Piutang lain-lain Rp. xx Jumlah kewajibanPersediaan Rp. xx jangka pendek Rp. xxBiaya yang dibayardimuka Rp. xx KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Rp. xxHarta lancarlain-lain Rp. xx Jumlah Kewajiban Rp. xx

Jumlah harta lancar Rp. xx

HARTA TETAP NILAI BUKU MODAL DAN SUMBANGAN/DONASIModal Rp. xxDonasi Rp. xx

Tanah Rp. xx Sisa hasilBangunan Rp. xx usaha yang lalu Rp. xxAlat Kesehatan Rp. xx Hasil UsahaAlat Angkutan Rp. xx tahun berjalan Rp. xxPeralatan Lain-lain Rp. xx +

Jumlah Rp. xxJumlah Harta Tetap Rp. xx

HARTA LAIN RD. xx

JUMLAH HARTA Rp. xx JUMLAH KEWAJIBAN & MODAL Rp. xx

88 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

_______

_______

________

________

________

________________

________

_______

________ ________

Page 97: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Prinsip-prinsipAkuntansi Rumah Sakit

Dra. Catharina DartiniPK. Sint Carolus, Jakarta

PENDAHULUANPada saat ini, kiranya sudah cukup disadari bahwa rumah

sakit merupakan suatu usaha pelayanan kesehatan yang perludikelola dengan secara profesional karena menyerap banyaktenaga kerja, dana dan sarana; seiring dengan hal tersebut makacukup disadari pula bahwa akuntansi merupakan alat yang efek-tif untuk membantu pimpinan rumah sakit (manajemen) dalammelaksanakan tugas sehari-hari. Untuk memimpin suatu rumahsakit dengan baik, manajer pada masing-masing tingkat mem-butuhkan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untukmembuat keputusan-keputusan, baik mengenai persoalan rutindi tingkat bawah maupun mengenai persoalan-persoalan policydi tingkat atas. Salah satu sumber yang penting (jika bukan yangterpenting) untuk mendapatkan informasi tersebut adalah la-poran-laporan dan data yang disediakan oleh bagian akuntansi.

Oleh karena itu, akuntansi sering disebut sebagai tool ofmanagement. Laporan-laporan dan data akuntansi tentu sajahanya dapat membantu manajemen jika para manajer tahubagaimana menggunakannya. James D. Kiners, seorang konsul-tan manajemen, pada majalah Management Accounting edisiJuli 1988 mengatakan bahwa seorang manajer yang efektifhendaknya tidak enggan menghadapi tugas-tugas administrasi,karena ada sejumlah pekerjaan tulis-menulis dan pencatatanyang termasuk juga dalam memimpin dan mengelola perusaha-an. Manajer yang baik harus yakin tentang angka-angka, apaartinya dan bagaimana menggunakannya; oleh sebab itu perlusekali bagi manajer untuk menguasai akuntansi. Salah satu dasardari asal usul terjadinya angka-angka dalam laporan keuanganadalah prinsip akuntansi itu sendiri.

Cara pendekatan yang diambil penulis dalam makalah iniadalah tidak hanya terbatas pada masalah Prinsip-Prinsip Akun-tansi Rumah Sakit tetapi akan dikaitkan dengan hal-hal yangberhubungan erat dengan prinsip-prinsip akuntansi tersebut serta

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. KerjasamaPERS1 dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

pengalaman lapangan (teknis) penulis dalam pengembangannya,agar dapat memberikan gambaran mengenai akuntansi sebagaisuatu kesatuan dan prinsip akuntansi sebagai tolok ukur kebe-naran dalam pembuatan laporan keuangan.

Sehingga secara garis besar makalah ini terdiri dari :I. Arti Prinsip Akuntansi.II. Hubungan antara struktur organisasi, sistim akuntansi dan

prinsip akuntansi.III. Prinsip Akuntansi Rumah Sakit sebagai suatu pengembang-

an dari Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984.IV. Kesimpulan dan Penutup.

ARTI PRINSIP AKUNTANSIPrinsip Akuntansi merupakan himpunan prinsip, sistim dan

prosedur, metodedan teknik akuntansi yang mengatur penyusun-an Laporan Keuangan khususnya yang ditujukan kepada pihakluar seperti : pemegang saham, kreditur, fiskus dan sebagainya.

Di Indonesia Prinsip Akuntansi secara umum sudah ada dandikenal dengan sebutan Prinsip Akuntansi Indonesia dan yangterakhir Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang telah disetujuisecara bulat dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesiapada tanggal 19 September 1984 dan telah disahkan oleh rapatPengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 22 De-sember 1984 dan berlaku efektif selambat-lambatnya untukpenyusunan Laporan Keuangan Ekstern (untuk pihak luar) mulaitahun buku yang berakhir pada tangga1 31 Desember 1985. Padabuku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 tersebut dibatasi padahal-hal yang berhubungan dengan akuntansi keuangan dandiungkapkan secara garis besarnya saja dan bersifat umumartmya tidak mencakup praktek akuntansi untuk industri-industritertentu seperti perbankan, asuransi, rumah sakit dan lain-lain.Sehingga penulis mencoba untuk mengembangkan prinsipakuntansi untuk rumah sakit tetapi tetap tidak akan bertentangan

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khasus No. 71, 1991 89

Page 98: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

dengan praktek akuntansi yang lazim dan didasarkan atas pertim-bangan yang what dan tetap mengacu pads Prinsip AkuntansiIndonesia yang telah ada (Prinsip Akuntansi Indonesia atau PAI).

Keduanya dalam penyusunannya harus berpedoman pada Prinsip Akuntansiyang berlaku; (di Indonesia digunakan Prinsip Akuntansi Indonesia yangdisusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia)

ARTI DAN RUANG LINGKUP SISTIM AKUNTANSIIstilah Sistim Akuntansi itu sendiri mempunyai beberapa

pengertian :A) Jika ditinjau dari sudut sistim akuntansi yang menghasilkanoutput berupa laporan tentang data dan informasi keuanganmaka sistim akuntansi dibagi menjadi 2 :1. Sistim Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)2. Sistim Akuntansi Manajemen (Managerial Accounting)

Sistim Akuntansi KeuanganDisusun terutama untuk menghasilkan informasi biasanya

dalam bentuk Laporan Keuangan, yang ditujukan pada pihak-pihak di luar perusahaan, misal bank, pajak, pemegang sahamdan lain-lain. Umumnya Laporan Keuangan yang dihasilkanoleh Usaha Pelayanan Kesehatan (rumah sakit) terdiri dari :– Neraca– Laporan Pendapatan dan Biaya– Laporan Perubahan Posisi Keuangan.

yang terdiri dari :– Laporan Sumber dan Penggunaan Dana– Laporan Perubahan Susunan Modal Kerja– Laporan Sumber dan Penggunaan Kas.

Laporan-laporan keuangan ini harus disusun disajikan ber-dasarkan prinsip akuntansi yang lazim dan di Indonesia dikenaldengan PAI 1984.

Sistim Akuntansi ManajemenDisusun terutama untuk menghasilkan informasi yang ber-

guna bagi pengambilan keputusan oleh manajemen untuk peren-canaan dan pengendalian kegiatan operasionil serta perhitunganbiaya. Dengan kata lain informasi yang dihasilkan dibutuhkanpimpinan untuk melaksanakan fungsi-fungsi managerial.

Contoh laporan-laporan yang termasuk akuntansi manajemenRumah Sakit (Pelayanan Kesehatan) adalah :1. Laporan kegiatan dan keuangan unit-unit perawatan, pe-nunjang medis, Balai Kesehatan Masyarakat.2. Laporan manajemen keuangan (Kas, Bank, realisasi inves-tasi, piutang).

Sistim Akuntansi yang cukup dikenal yaitu :Sistim Akuntansi Pertanggung Jawaban (Responsibility Account-ing atau Activity Accounting atau Responsibility Center).Sistim akuntansi jenis ini merupakan suatu sistim akuntansi yangdalam penyusunannya disesuaikan dengan struktur organisasidengan maksud agar dapat dilakukan pengawasan dengan baikkarena dalam sistim ini informasi selalu dikaitkan dengantanggung jawab kepala bagian/manajer dengan biaya atau peng-hasilan yang dapat diawasi (controllable), yang dapat berbedasesuai dengan tingkat manajemen di mana manajer yang ber-sangkutan ditempatkan.Contoh : Sistim Akuntansi Pertanggung Jawaban PelayananKesehatan dibagi dua :1. Revenue Center/Pusat-Pusat Pendapatan (ProducingCost Center dan Revenue Center); terdiri dari :– Unit-unit Rawat Nginap– Unit-unit Rawat Jalan Spesialistik dan Umum– Unit-unit Penunjang Medik– Unit-unit Balai Kesehatan Masyarakat2. Cost Center (Non Producing Cost Center); terdiri dari :• Direct Departmental Charge (Pelayanan Jasa Umum); me-rupakan pusat biaya yang melayani langsung (dapat dibebankanlangsung) pada revenue center maupun cost center termasukpada dirinya sendiri, yang meliputi pelayanan :1. Pelayanan Makanan Pasien2. Pelayanan dan Pemeliharaan Tekstil.3. Pelayanan Teknik dan Pemeliharaan Bangunan.• Indirect Departmental Charge (Biaya Operasional TakLangsung);adalah pusat biaya yang tidak dapat dibebankanlangsung pada revenue center maupun cost center. Pembebananbiaya didasarkan prosentase (%) dengan dasar pertimbanganluasnya fasilitas.

Dalam sistim akuntansi keuangan dan sistim akuntansimanajemen ini perlu digaris bawahi bahwa meskipun dihasilkan2 macam sistim akuntansi bukan beranti nantinya dihasilkan duatipe laporan keuangan yang diperoleh dari dua proses pem-bukuan yang berbeda. Laporan Keuangan yang dihasilkan tetapsatu dengan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yangberlaku. (di Indonesia digunakan Prinsip Akuntansi Indonesiayang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia)

B) Jika ditinjau dari segi pembukuan sistim akuntansi, di-bedakan atas :

90 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 99: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

1. Sistim Akuntansi Cash Basis.2. Sistim Akuntansi Accrual Basis.

Sistim Akuntansi Cash BasisPeneatatan hanya dilakukan pada saat "penerimaan " dan

"pengeluaran" uang (kas) dan telah dapat dibuatkan fakturnya,jadi yang terlihat adalah Flow of Cash.Sistim Akuntansi Accrual Basis

Pencatatan dilakukan pada saat produk atau service diberi-kan pada pemakai jasa atau saat kegiatan dilakukan walaupunuang (kas) belum diterima atau dikeluarkan dan dapat dibuatkanfakturnya, dengan demikian yang terlihat adalah Flow of Re-sources.

Sistim Akuntansi Rumah Sakit (Pelayanan Kesehatan) harusberdasarkan Accrual Basis.C) Jika ditinjau dari segi Sistim Akuntansi sebagai sistim danprosedur maka :1. Sistimadalah suatu kerangka dari prosedur yang saling berhubunganyang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untukmelaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama perusahaan.2. Proseduradalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani yang disusun untukmenjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang terjadi.

Definisi di atas menekankan pada pengertian teknis; yaitupengertian mengenai langkah-langkah yang tereakup dalam sis-tim maupun prosedur untuk mencapai tujuan dan melaksanakankegiatan dan fungsi utama dari perusahaan yang terdiri dari :1. Fungsi penjualan2. Fungsi penerimaan uang3. Fungsi pembelian4. Fungsi pengeluaran uang, produksi dan lain-lain.

Sehingga jika ditinjau sistim akuntansi sebagai sistim danprosedur maka dapat dibedakan atas :1. Sistim Akuntansi Pokok.2. Sistim Akuntansi Pendukung dari sistim akuntansi pokok.Sistim Akuntansi Pokok terdiri dari :a. Klasifikasi rekening atau Chart of Account, baik untuk reke-

ning neraca maupun pendapatan dan biayab. Buku besar dan buku pembantuc. Buku jurnald. Formulir-formulir dan dokumen-dokumen akuntansi.Sistim Akuntansi Pendukung terdiri dari :a. Pesanan Penjualan dan Penerimaan uangb. Sistim Pembelian dan Pengeluaran uangc. Sistim Pencatatan Waktu Kerja dan Penggajiand. Sistim Produksi dan Biaya produksi.

Masing-masing prosedur dalam suatu sistim biasanyamempunyai hubungan erat dan saling mempengaruhi sehinggakadang-kadang sulit dipisahkan. Keadaan ini akan berakibat jikasalah satu prosedur itu diubah maka biasanya prosedur lainnyaakan terpengaruh sehingga perlu juga untuk dipertimbangkan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan yang jelasantara struktur organisasi dengan sistim akuntansi dan prinsip

akuntansi adalah bahwa penyusunan sistim akuntansi seyogyanyaharus disesuaikan dengan struktur organisasi, dan sistim akun-tansi itu sendiri menghasilkan informasi berupa laporan keuan-gan yang dalam penyusunannya harus berpedoman/mengacupada Prinsip Akuntansi.

PRINSIP AKUNTANSI RUMAH SAKIT SEBAGAISUATU PENGEMBANGAN DARI PRINSIP AKUN-TANSI INDONESIA 1984

Sudah dijelaskan bahwa Prinsip Akuntansi merupakan him-punan prinsip, sistim dan prosedur, metode dan teknik akunlansiyang mengatur penyusunan Laporan Keuangan khususnya yangditujukan kepada pihak luar (extern).

KONSEP DASAR DAN KETERBATASAN AKUNTANSIKEUANGAN

Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangana. Tujuan Umum :1) Untuk memberikan informasi keuangan secara kuantitatifmengenai usaha rumah sakit guna memenuhi keperluan parapemakai laporan dalam mengambil keputusan-keputusan eko-nomi.2) Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenaiperubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatuusaha rumah sakit yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangkamemperoleh sisa hasil usaha.3) Menyajikan informasi keuanganyang dapat membantu parapemakai laporan dalam menaksir kemampuan (potensi) usaharumah sakit dalam mendapatkan sisa hasil usaha.4) Menyajikan informasi penting lainnya mengenai perubahandalam aktiva dan kewajiban suatu usaha rumah sakit sepertiinformasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.5) Menyajikan mengungkapkan sejauh mungkin informasi lainyang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untukkebutuhan pemakai laporan seperti informasi mengenai ke-bijakan akuntansi yang dianut perusahaan.b. Tujuan Kualitatif :1) Relevan.2) Jelas dan dapat dimengerti.3) Dapat diuji kebenarannya.4) Netral.5) Tepat waktu.6) Dapat diperbandingkan.7) Lengkap.

Konsep-Konsep Dasar AkuntansiPrinsip Akuntansi disusun didasarkan pada beberapa

anggapan atau konsep dasar antara lain :1) Kesatuan Akuntansi.2) Kesinambungan.3) Periode Akuntansi.4) Pengukuran dalam nilai uang.5) Harga Pertukaran.6) Penetapan beban dan pendapatan.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 91

Page 100: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan1) Laporan keuangan bersifat historis yaitu merupakan laporanatas kejadian yan telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidakdapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalamproses pengambilan keputusan ekonomi.2) Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkanuntuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.3) Proses penyusunan laporankeuangan tidak luput dari peng-gunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.4) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu faktaatau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidakmenimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan lapor-an keuangan.5) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapiketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulanyang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya di-pilih alternatif yang menghasilkan pendapatan bersih atau nilaiaktiva yang paling kecil.6) Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekono-mis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (for-malitas).7) Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahamibahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.S) Adanya pelbagai alternatif metode akuntansi yang dapatdigunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antara berbagai usaha.9) Informasi yang bersi fat kualitatif dan fakta yang tidak dapatdikuantifikasikan umumnya diabaikan.

PRINSIP LAPORAN KEUANGANLaporan Keuangan harus disusun sesuai dengan Prinsip

Akuntansi Indonesia.Pengertian Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari suatu prosespencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi pada tahun buku yang ber-sangkutan.

Laporan Keuangan Usaha Pelayanan Kesehatan (RumahSakit) terdiri dari :1. Neraca.2. Pendapatan dan Biaya atau Hasil Usaha.3. Laporan perubahan posisi keuangan.4. Catatan atas Laporan keuangan.

NeracaNeraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan ke-

uangan usaha pelayanan kesehatan pada tanggal tertentu (saattertentu).

Neraca harus disusun secara sistimatis sehingga dapatmemberi gambaran mengenai posisi keuangan suatu unit usahapelayanan kesehatan pada suatu saat tertentu.

Komponen-komponen neraca dapat digolongkan sebagaiberikut : (untuk usaha pelayanan kesehatan).

Aktiva .– Aktiva Lancar– Investasi– Aktiva Tetap– Aktiva Tetap Tidak Berwujud– Aktiva lain-lain.Kewajiban :– Kewajiban Lancar– Kewajiban Jangka Panjang– Kewajiban lain-lain.Modal dan dana :– Modal Awal– Dana Pembangunan– Surplus minus tahun lalu– Surplus minus tahun berjalan.

Penyajian di atas merupakan pencerminan dari klasifikasilazim pos neraca sebagai berikut :– Aktiva diklasifikasikan menurut likuiditas.– Kewajiban diklasifikasikan menurut urutan jatuh tempo.– Modal diklasifikasikan berdasarkan sifat kekekalan.

Perkiraan lawan(offseticontra account) atas pos neraca ter-tentu disajikan sebagai unsur pengurang atas pos neraca yangbersangkutan :1. Penyisihan piutang yang diragukan/cadangan kerugian piutang

sebagai pengurang terhadap jumlah piutang usaha.2. Akumulasi penyusutandisajikansebagai pengurang terhadap

jumlah aktiva tetap.

Perhitungan Pendapatan dan BiayaPerhitungan pendapatan dan biaya harus disusun sedemikian

rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai pendapatandan biaya usaha pelayanan kesehatan (rumah sakit) dalam pe-riode tertentu.

Cara penyajian pendapatan dan biaya adalah sebagai berikut:

1. Harus memuat secara terperinci unsur-unsur pendapatan danbiaya.

2. Seyogyanya disusun dalam bentuk urutan ke bawah (stafel).Komponen-komponen pendapatan dan biaya usaha pelaya-

nan kesehatan adalah sebagai berikut :Pendapatan Operasional :• Biaya Operasional Langsung (Harga Pokok)Pendapatan Kotor :• BiayaOperasionalTak Langsung (Biaya Usaha)Pendapatan Operasional Bersih :• Pendapatan dan Biaya Non Operasional.

Pendapatan bersih sebelum kumulatif pengaruh dari per-ubahan Prinsip Akuntansi.• Pengaruh kumulatif dari perubahan Prinsip Akuntansi.Pendapatan bersih.

Laporan Perubahan Posisi KeuanganTujuan penyusunan Laporan Perubahan Posisi Keuangan

adalah :1) Untuk mengikhtisarkan aktivitas pembiayaan dan investasi

92 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 101: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

suatu usaha pelayanan kesehatan, termasuk seberapa jauh usahapelayanan kesehatan telah menghasilkandana dari usaha selamaperiode yang bersangkutan.2) Untuk melengkapi pengungkapan mengenai perubahandalam posisi keuangan selama periode tertentu.

Dana dapat diinterprestasikan sebagai kas atau dapat jugadiartikan sebagai modal kerja netto yaitu aktiva lanear dikurangikewajiban lanear.

Contoh Laporan Perubahan Posisi Keuangan :– Laporan Sumber dan Penggunaan Dana.– Laporan Perubahan Susunan Modal Kerja.– Laporan Sumber dan Penggunaan Kas.

Catatan atas Laporan KeuanganIkhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang dianut usaha

pelayanan kesehatan harus disajikan tersendiri sebelum catatanatas Laporan Keuangan atau sebagai bagian dari catatan atasLaporan Keuangan. Ikhtisar tersebutmemuatpenjelasanmengenaikebijakan-kebijakan akuntansi yang mempengaruhi posisi ke-uangan dan hasil usaha suatu pelayanan kesehatan.

Contoh :– metode penyusutan aktiva tetap.– metode penilaian persediaan.– penjabaran mata uang asing.

Perubahan AkuntansiBila terjadi perubahan dalam prinsip akuntansi yang dianut

suatu usaha pelayanan kesehatan maka harus diambil langkah-langkah sebagai berikut :1) Pengaruh kumulatif dari perubahanke akuntansi yang barudilaporkan dalam perhitungan pendapatan dan biaya padaperiode berjalan.2) Untuk perubahan penilaian persediaan di mana pengaruhkumulatif umumnya sulit ditentukan, maka persediaan awaldalam tahun dianutnya metode baru dijadikan sebagai persedia-an tahun dasar untuk seluruh perhitungan berikutnya.3) Alasan dan sifat dilakukannya perubahan dalam kebijakanakuntansi harus diungkapkan dalam catatan atas laporan ke-uangan periode terjadinya perubahan.

Akuntansi untuk Transaksi dan Pen jelasan Mata Uang Asing1) Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan dengan meng-gunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.2) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asingdijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakankurs tanggal neraca.3) Selisih penjabaran tersebut pada bu!ir 2 danlaba (rugi) kursyang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikredit(dibebankan) pada perhitungan pendapatan dan biaya periodeberjalan.

PRINSIP PENDAPATAN DAN BEBANMenurut Prinsip Akuntansi Penjualan, harga pokok pen-

jualan, laba rugi wajib diperhitungkan sedemikian rupa agarmemberikan gambaran yang layak mengenai hasil usaha per-usahaan untuk periode tertentu.

Penentuan Pendapatan dan Masalah Pisah Batas (Cut off)Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurun-

an kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahanbarang dagang/jasa atau aktivitas usaha lainnya di dalam suatuperiode.

Tidak termasuk pengertian pendapatan adalah peningkatanaktiva perusahaan yang timbul dari pembelian harta, investasioleh pemilik, pinjaman atau koreksi laba rugi lalu.

Pendapatan dalam usaha pelayanan kesehatan terdiri dari :1) Pendapatan Operasional :

adalah merupakanpendapatan daripenjualanbarang dagang/jasa pelayanan kesehatan yang merupakan kegiatan utama pela-yanan kesehatan yang terdiri dari :– Pendapatan Rawat Nginap– Pendapatan Rawat Jalan Spesialistik dan Umum– Pendapatan Sarana Penunjang Medik– Pendapatan Balai Kesehatan Masyarakat.2) Pendapatan Non Operasional/Lain-lain

adalah merupakan rupa-rupa pendapatan yang timbul dariaktivitas di luar kegiatan utama pelayanan kesehatan yangterdiri dari anlara lain :– Jasa giro– Bunga deposito– Laba dari penjualan aktiva tetap– Laba beda kurs– lain-lain usaha di luar kegiatan utama pelayanan kesehatan.

Pendapatan dan sisa hasil usaha Pelayanan Kesehatan tidakboleh diantisipasikan atau secara material dinyatakan terlampaubesar atau terlampau kecil. Mengingat adanya perbedaan antarasaat dilakukannyapersetujuan untuk menjual dengan saatpenye-rahan barang/jasa, maka perlu diadakan pisah batas secara layakdan konsisten pada awal dan akhir periode, agar perhitunganpendapatan bersih (sisa hasil usaha) menggambarkan pendapatandan biaya yang sewajarnya untuk periode tersebut.3) Pendapatan Usaha Pelayanan Kesehatan

1) Pendapatan operasional usaha pelayanan kesehatandicatat atau dibukukan/diakui pada saat penyerahan barang ataujasa yang telah dilakukan dan dapat dibuatkan fakturnya.

2) Pendapatan non operasional pelayanan kesehalan di-akui/dicatat pada tanggal penjualan barang/jasa.

Perawatan/pelayanan cuma-cuma/potongan tunai1) Potongan tunai yang diambilkan dari dana (bagian darimodal dan dana) khusus untuk potongan tunai dengan jumlahtertentu.

Pendapatan dicatat sebesar nilai brutonya, potongan tunaijuga dinilai sebesar potongan yang diberikan dan dicatat sebagaipengurang dana khusus.2) Potongan tunai dicatat langsung sebagai pengurang pen-dapatan.

Pendapatan dicatat sebesar nilai brutonya, potongan tunaijuga dinilai sebesar jumlah potongan dan dicatat sebagai pengu-rang langsung terhadap pendapatan.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 93

Page 102: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Penentuan beban dihubungkan dengan pendapatanIstilah beban dapat dinyatakan sebagai biaya yang secara

langsung telah dimanfaatkan dalam usaha menghasilkan pen-dapatan dalam suatu periode, atau yang sudah tidak memberikanmanfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya.

Yang dimaksud dengan biaya adalah pengorbanan eko-nomis yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa.

Untuk memperoleh penetapan sisa hasil usaha (pendapatanbersih) yang wajar, seyogyanya dilakukan pisah batas (cut off)yang layak atas beban pada awal dan akhir periode yang ber-sangkutan.

Secara umum beban suatu usaha pelayanan kesehatan dapatdiklasifikasikan sebagai berikut :1) Beban yang dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan.

Beban yang termasuk dalam kelompok ini harus dilaporkandalam periode diakuinya pendapatan.

Contoh :Biaya Operasional Langsung (Harga Pokok)– Biaya Rawat Nginap– Biaya Rawat Jalan Spesialistik danUmum– Biaya Sarana Penunjang Medik– Biaya Balai Kesehatan Masyarakat.2) Beban yang berhubungan dengan periode terjadinya.

Beban ini tidak mempunyai hubungan langsung denganproduk jasa/barang usaha pelayanan kesehatan., Pembebanan inipada periode terjadinya dilakukan mengingat beban tersebutmemberi manfaat pada periode berjalan atau karena beban ter-sebut sudah tidak memberi manfaat untuk masa yang akandatang.

Dalam usaha pelayanan kesehatan yang termasuk dalamBiaya adalah Biaya Operasional Tak Langsung (biaya usaha).

Contoh :1. Biaya Direksi dan Administrasi2. Biaya Departemen Personalia3. BiayaDepartemen Logistik.

Termasuk dalam kelompok ini juga adalah beban yangtimbul dari alokasi biaya secara sistimatis sepanjang periodeyang memperoleh manfaat seperti : beban penyusutan aktivatetap.

Harga Pokok PenjualanHarga Pokok Penjualan dalam usaha pelayanan kesehatan

adalah: Beban biaya yang dapat dihubungkan langsung denganpendapatan, yang termasuk dalam kelompok ini yaitu BiayaOperasionalLangsungyang terdiri dari :– Biaya Rawat Nginap– Biaya Rawat Jalan Spesialistik dan Umum– Biaya Sarana Penunjang Medik– Biaya Balai Kesehatan Masyarakat.

Beban UsahaBeban usaha adalah beban yang tidak mempunyai hubung-

an langsung dengan produk jasa/usaha pelayanan kesehatan;contoh :1. Biaya Direksi dan Administrasi2. Biaya Departemen Personal ia

3. Biaya Departemen Logistik.

Pendapatan dan Beban Lain-lainYang termasuk dalam kelompok ini adalah rupa-rupa pen-

dapatan (beban) yang timbul dari aktivitas di luar kegiatanutama pelayanan kesehatan, seperti : pendapatan dan biaya nonoperasional.

Pengaruh kumulatif atas Perubahan Prinsip AkuntansiPengaruh kumulatif akibat perubahan dari suatu prinsip

akuntansi yang la.:im ke prinsip lainnya yang juga sesuai denganPrinsip Akuntansi Indonesia harus dilaporkan dalam perhitung-an pendapatan dan biaya periode terjadinya perubahan dandisajikan di antara pos Pendapatan Bersih sebelum pengaruhkumulatif dari perubahan prinsip akuntansi dan pendapatanbersih.

PRINSIP AKTIVAAktiva harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga bila

dihubungkan dengan komponen neraca lainnya akan tergambarposisi keuangan perusahaan secara layak baik pada awal maupunperiode tertentu.

Pengertian dan Dasar Pencatatan Aktiva1) Aktiva merupakansumber ekonomis perusahaanyang jugameliputi biaya-biaya yang telah terjadi yang diakui berdasarkanperiode akuntansi prinsip Akuntansi yang berlaku.2) Aktiva yang dibeli dicatat berdasarkan harga perolehan(cost) yang meliputi seluruh pengorbanan ekonomis yang diukurdalam satuan uang untuk memperoleh aktiva tersebut.3) Sesuai dengan dasar pencatatan/penilaian aktiva, neracatidak dimaksudkan untuk mencerminkan besarnya nilai kontandari aktiva atau jumlah yang bisa diperoleh pada waktu likuidasi.

Aktiva LancarIstilah aktiva lancar digunakanuntuk menyatakan kas/bank

dan sumber-sumber lain yang dapat diharapkan dicairkan menjadikas/bank,, dijual atau dipakai habis dalam satu tahun atau dalamsiklus kegiatan normal perusahaan.

Dengan demikian aktiva lancar usaha pelayanan kesehatan(rumah sakit) mempunyai karakteristik sebagai berikut :– Kas, rekening giro di bank dan aktiva lain yang dapat

disamakan dengan kas yang tersedia untuk kegialan umumrumah sakit.

– Surat berharga yang segera dapat dijual.– Deposito berjangka.– Piutang penderita.– Piutang lain-lain.– Persediaan.– Panjar uang muka/biaya dibayar di muka.

Pos-pos berikut tidak dapat digolongkan sebagai aktivalancar :• KasBank maupun sumber lain yang dibatasi penggunaannya,seperti dana yang disisihkan untuk memperoleh aktiva tetap ataupelunasan jangka panjang.• Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar kegiatanutama perusahaan yang tidak diharapkan pencairannya dalam

94 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 103: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

jangka waktu satu tahun.• Aktiva yang dapat disusutkan maupun aktiva tetap lainnya.Kas dan Bank1) Yang dimaksud dengan Kas adalah alat pembayaran yangsiap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan per-usahaan.2) Yang dimaksud Bank adalah sisa rekening giro rumah sakityang dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatanumum rumah sakit.3) Pos-pos berikut tidak dapat digolongkan sebagai bagian dariKas dan Bank pada Neraca :– Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu.– Persediaan perangko atau meterai.– Cek mundur.– Cek kosong dari pihak ketiga.– Rekening giro pada bank luar negeri yang tidak dapat segera

dipakai.Surat-surat berharga yang segera dapat dijual1) Surat-surat berharga yang segera dapat dijual merupakanbentuk penyertaan sementara dalam rangka pemanfaatan danayang tidak digunakan.2) Bentuk penyertaan sementara ini harus mempunyai sifatsebagai berikut :– mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan

segera.– dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila

terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan umum perusahaan.– tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain.Piutang1) Piutang Penderita

adalah piutang penderita yang timbul sebagai hasil darikegiatan utama rumah sakit yaitu hasil perawatan dan peng-obatan yang telah diakui, tetapi belum diterima pembayarannya.2) Piutang lain-lain

adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatanutama rumah sakit.3) Piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihandikurangidengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima.

Jumlah bruto piutang harus tetap dapat disajikan pada neracadiikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atautaksiran jumlah yang tidak dapat diterima.4) Piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatanatas Laporan Keuangan.Persediaan1) Istilah persediaan digunakan untuk menyatakan barangberwujud yang :• tersedia untuk dijual (barang dagang/barang jadi).• masih dalam proses produksi untuk diselesaikan kemudiandijual.• akan dipergunakan untuk produksi barang-barang jadi yangakan dijual (bahan baku dan bahan pembantu) dalam rangkakegiatan normal perusahaan.2) Persediaan yang tidak dapat dijual atau digunakan dalamproduksi selama satu tahun (atau selama kegiatan normal

perusahaan jika lebih dari satu tahun) yang meliputi jumlahmaterial harus disajikan secara terpisah sebagai bagian dariaktiva lain-lain dan dinilai secara layak sesuai dengan manfaatekonomis yang diberikan.3) Persediaan dinyatakan dalam neraca sebesar harga pokokatau harga perolehan yang besangkutan, yang meliputi seluruhbiaya yang secara langsung atau tidak langsung terjadi untukmendapatkan persediaan tersebut pada keadaan dan tempat se-bagaimana adanya.4) Harga Pokok Persediaan dapat ditentukan dengan metode-metode sebagai berikut :• L.I.F.O (Last-In-First-Out).• F.I.F.O (First-In-First-Out).• Harga Rata-rata.5) Dasar penilaianpersediaan harus dilaksanakansecara kon-sisten.6) Hal-hal berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atasLaporan Keuangan :• dasar penilaian persediaan.• persediaan yang dijaminkan.• sifat perubahan dan pengaruhnya atas hasil usaha dalam haldiadakan perubahan-perubahan atas dasar penilaian persediaan.Biaya dibayar di muka (Panjar/Uang Muka)

Biaya dibayar di muka dimaksudkan sebagai biaya yangtelah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaanyang akan datang, misal : premi asuransi, bunga dan lain-lain.

Bagian dari biaya dibayar di muka yang akan memberikanmanfaat untuk beberapa periode kegiatan diklasifikasikan se-bagai aktiva tidak lancar.

Investasi Jangka PanjangInvestasi jangka panjang merupakan bentuk penyertaan

jangka panjang atau dimaksudkan untuk menguasai perusahaanlain seperti :• penyertaan dalam bentuk saham, obligasi dan surat berhargalainnya.• dana untuk melunasi hutang jangka panjang atau dana khususlainnya.• aktiva lain-lain seperti pembelian tanah dengan reneanapenggunaan di masa yang akan datang.

Investasi dalam surat berharga atau aktiva lain-lain dinyata-kan sebesar harga beli ditambah biaya-biaya yang terjadi dalamtransaksi pembelian.

Aktiva TetapAktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam

bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yangdigunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untukdijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyaimanfaat lebih dari satu tahun.

Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapatdisusutkan danaktiva yang dapat disusutkan mencakup tanah/hak atas tanah,bangunan, mesin serta peralatan lainnya. Aktiva tetap lazimnyadicatat sejumlah harga perolehannya.

Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 95

Page 104: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak denganmengkredit perkiraan modal yang berasal dari sumbangan..

Penilaian kembali/reevaluasi aktiva tetap pada umumnyatidak diperkenankan karena Prinsip Akuntansi Indonesia meng-anut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau hargapertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukanberdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan ke-uangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsepharga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruhdari pada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuanganperusahaan.

Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetapdibukukan dalam perkiraan modal dengan nama "selisih penilaiankembali aktiva tetap".

Dasar penilaian, metode penyusutan dan ikatan/penggunaanaktiva tetap sebagai jaminan harus diungkapkan dalam catatanatas Laporan Keuangan.

Aktiva lain-lainPos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam

aktiva lancar, investasi/penyertaan, aktiva tetap ataupun aktivayang tidak berwujud seperti : aktiva yang tidak digunakan,piutang kepada pemegang saham, beban yang ditangguhkan danaktiva tidak lancar lainnya dalam kelompok aktiva lain-lain.

PRINSIP KEWAJIBAN (HUTANG)Kewajiban (hutang) harus dinyatakan sedemikian rupa

sehingga bila dihubungkan dengan komponen neraca lainnyaakan tergambar posisi keuangan perusahaan secara layak baikpada awal maupun akhir periode tertentu.

Pengertian dan Dasar Pencatatan KewajibanKewajiban (hutang) merupakan pengorbanan ekonomis yang

wajib dilakukan di masa yang akan datang dalam bentuk penye-rahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakanatau transaksi pada masa sebelumnya. Hutang lazimnya dicatatsebesar nilai jatuh temponya yaitu nilai uang daripada pengor-banan ekonomis yang wajib dilakukan untuk menyelesaikanhutang tersebut.

Semua kewajiban yang diketahui harus dicatat tanpa mem-perhatikan apakah jumlahnya dapat ditentukan secara tepat atautidak. Untuk kewaj iban yang ada tetapi besarnya tergantung padakejadian di masa yang akan datang, jumlahnya harus ditaksir.Bila jumlah tersebut tidak dapat ditaksir secara wajar, maka sifatkewajiban tersebut harus dijelaskan dalam catatan.

Sesuai dengan tenggang waktu penyelesaiannya, kewajibandiklasifikasikan dalam kelompok kewajiban lancar dan kewajib-an jangka panjang.

Kewajiban lancarDisebut juga hutang lancar, yaitu hutang yang diharapkan

akan dilunasi dalam waktu satu tahun dengan menggunakansumber-sumber yang merupakan aktiva lancar atau denganmenimbulkan hutang lancar lainnya.

Dengan demikian kewajiban lancar Usaha Pelayanan Ke-sehatan mencakup antara lain :

96 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

1. Hutang UsahaPada prinsipnya hutang-hutang kepada leveransir atau

supplier barang atau jasa keperluan pelayanan kesehatan di-masukkan dalam rekening ini. Dikredit pada waktu penerimaanbarang atau jasa (terjadinya hutang) dan didebet dengan pem-bayaran angsuran/pelunasannya.2. Uang Muka Perawatan

Uang muka perawatan dari pasien yang baru masuk atauselama masa perawatan dicatat dalam rekening ini. Dikreditwaktu diterima, dan didebet setelah diperhitungkan sebagaibiaya perawatan waktu pasien pulang/meninggalkanrumah sakit.3. Hutang Pajak

Adalah pajak pendapatan karyawan pelayanan kesehatanyang disetor ke Kas Negara. Dikredit atas jumlah yang harusdisetor (telah dipotong gaji), didebet atas jumlah-jumlah yangdisetor.

Hutang lancar dari transaksi pembelian dengan kemungkinanmemperoleh potongan tunai dalam periode tertentu dapa<.m ; catatsebesar nilai jatuh tempo tanpa memperhatikan besarnya ~ ~-tongan (metode bruto) atau sebesar nilai jatuh tempo setelahdikurangi potongan yang akan didapat (metode netto). Denganmetode bruto, potongan diperoleh dilaporkan sebagai pendapat-an lain-lain. Sebaliknya dengan metode netto, potongan yangtidak dimanfaatkan dilaporkan sebagai beban lain.

Bagian hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalamwaktu satu tahun setelah tanggal neraca disajikan dalam neracasebagai bagian dari kewajiban lancar, kecuali bila pelunasannyadilakukan dengan cara sebagai berikut :– tidak menggunakan sumber-sumber yang merupakan aktiva.

lancar.– menimbulkanhutang jangka panjang yang baru.– mengalihkan menjadi modal saham.Rencana cara pelunasan seperti ini harus diungkapkan dalamcatatan atas laporan keuangan.

Kewajiban Jangka PanjangHutang yang tidak akan jatuh tempo dalam satu tahun atau

yapg penyelesaiannya tidak memerlukan penggunaan sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar digolongkan sebagaikewajiban jangka panjang.

Perjanjian jangka panjang tersebut lazimnya memuat hal-hal seperti :– jumlah pinjaman yang disetujui.– tingkat suku bunga.– jumlah angsuran berkala dan tanggal jatuh temponya barang

jaminan.— sifat dan luasnya ikatan yang ada seperti akumulasi dana

untuk pembayaran kembali, pembatasan atas modal kerja danlain-lain.

Jenis hutang jangka panjang, hal-hal pokok yang dimuatdalam perjanjiannya dan informasi penting lainnya harusdiungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Kewajiban/hutang lain-lainHutang yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam

kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang disajikan dalam

Page 105: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

kelompok kewajiban lain-lain.

PRINSIP MODAL DAN DANAModal sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus

dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasimengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai denganPeraturan dan Anggaran Dasar yang berlaku.Pengertian dan Dasar Peneatatan Modal

Modal merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaanyaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada dan dengandemikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.

Penyajian Modal suatu usaha pelayanankesehatan disesuai-kan dengan bentuk hukumnya. Contoh : Modal disebut denganModal dan Dana, yang terdiri dari :– Modal awal– Dana Pembangunan– Surplus (minus tahun lalu)– Surplus (minus tahun berjalan)

Modal awaladalah modal awal pada waktu pendirian rumah sakit (usahapelayanan kesehatan).

Dana Pembangunanadalah dana yang berasal dari surplus atas kegiatan usaha pe-layanan kesehatart dan telah dipakai untuk pembangunan.

Surplus (minus) tahun laluadalah surplus minus atas kegiatan pelayanan kesehatan daritahun-tahun yang lalu yang belum dipindahkanke rekening DanaPembangunan.

Pada akhir periode (tahun), rekening ini dikredit sebesarsurplus (minus) yang diperoleh tahun lalu dari rekening surplusminus tahun berjalan atau didebet bila tahun lalu menderitakerugian (minus) serta dipindahkan ke rekening Dana Pem-bangunan.

Surplus (minus) tahun berjalanadalah surplus (minus) yang diperoleh atas kegiatan tahun ber-jalan. Dikredit (bila surplus) dan didebet bila terjadi minus akhirtahun mendatang, surplus (minus) ini dipindahkan ke rekeningsurplus (minus) tahun lalu.

Selisih penilaian kembali aktiva tetapPenilaian kembali (reevaluasi) aktiva tetap seyogyanya tidak

dilakukan karena PAI menganut penilaian aktiva tetap berdasar-kan harga perolehan atau harga pertukaran.

Bila didasarkan pada ketentuan pemerintah tertentu per-usahaan dapat melakukan reevaluasi, selisih penilaian kembaliaktiva tetap yang timbul dari revaluasi tersebut harus dianggapsebagai pos modal permanen. Selisih penilaian kembali Aktiva

Tetap disajikan dalam kelompok modal.Jika perusahaan baru berdiri maka penilaian atas aktiva tetapdapat dianggap sebagai bagian modal awal perusahaan.

KESIMPULAN DAN PENUTUP1) Keberhasilan scorang manajer dalam tugas pengambilankeputusan bukan saja tergantung kepada tersedianya informasiakuntansi yang tepat dan relevan tetapi juga tergantung kualifi-kasi dari pada pengambil keputusan tersebut. Kualifikasi ter-sebut adalah yakni seorang manajer dituntut dapat mengertiangka-angka dan dapat menggunakannya untuk tujuan-tujuantertentu serta tidak enggan terhadap tugas-tugas administrasisehingga bagi seorang manajer perlu sekali untuk mengelahuiatau mempelajari ilmu akuntansi di samping ilmu-ilmu lain.2) Prinsip Akuntansi khususnya Prinsip Akuntansi RumahSakit (Pelayanan Kesehatan) harus berdasarkan atas praktekakuntansi yang lazim dan atas pertimbangan yang sehat dan tetapharus berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku(di Indonesia digunakan Prinsip Akuntansi Indonesia yang di-terbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia).3) Hubungan antara Struktur Organisasi dengan SistimAkuntansi dan Prinsip Akuntansi.

Bahwa penyusunan sistim akuntansi seyogyanya harus di-sesuaikan dengan struktur organisasi, dan sistim akuntansi itusendiri menghasilkan informasi keuangan (informasi akuntansikeuangandaninformasi akuntansi manajemen); di manakeduanyamempunyai tujuan yang berbeda dan penyusunan keduanyaharus tetap berpedoman pada prinsip akuntansi yang berlaku(Prinsip Akuntansi Indonesia).4) Harus disadari bahwa Laporan Keuangan yang merupakaninformasi keuangan bukanlah satu-satunya sumber informasidalam pengambilan keputusan.

KEPUSTAKAAN

1. Ikatan Akuntan Indonesia. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. PT. RinekaCipta, 1990.

2. Majalah Akuntansi edisi April 1991.3. Zaki Baridwan. Intermediate Accounting. Gadjah Mada University Press,

1980.4. Zaki Baridwan. Sistim Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode.

Gadjah Mada University Press, 1979.5. Zaki Baridwan. Sistim Informasi Akuntansi. Gadjah Mada University' Press,

1985.6. Naskah lengkap Pasca Kongres Persi — Kursus Manajemen Rumah Sakit.

Ikatan Rumah Sakit Jakarta € Metropolitan bersama Kanwil/Dinas Ke-sehatan DKI Jakarta. Jakarta 24 — 25 Juni 1988.

7. Hartanto D. Akuntansi untuk Usahawan. Lembaga Penerbit FakultasEkonomi UI, 1979.

8. Chamdani JI. Buku Pedoman Administrasi.9. Tuanakotta TM. Auditing. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1979.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 97

Page 106: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Jenis-jenis Laporan KeuanganRumah Sakit dan Teknik Evaluasi oleh

Pengelola Rumah SakitDr. Sismadi Partodimulyo, MBA

RS Sukmul, Jakarta

Pada umumnya Laporan Keuangan merupakan laporan yangmenggambarkan hasil usaha dan keadaankeuangan rumah sakitkepada berbagai pihak, baik pihak yang ada di dalam rumahsakit maupun pihak di luar rumah sakit. Karena itu LaporanKeuangan ini harus disusun atas dasar suatu ketentuan yangsesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).

Atas dasar ketentuan ini maka Laporan Keuangan yangharus ada adalah Laporan Hasil Usaha, Laporan PerubahanModal, Laporan Neraca dan sebaiknya dilengkapi dengan La-poran Sumber dan Penggunaan Dana serta Laporan Arus Kas.Laporan-laporan tersebut tentunya belum cukup memberikaninformasi secara terperinci mengenai performance maupunsituasi/kondisi keuangan rumah sakit. Laporan tersebut masihperlu diuraikan lebih lanjut, diinterpretasikan dan dianalisisdengan jalan mengkaitkan atau menghubungkan unsur yang satudengan yang lain, sehingga bisa dihasilkan berbagai informasimengenai keadaan Perusahaan (Rumah Sakit) kepada berbagaipihak khususnya pengelola rumah sakit.

Bagi pengelola rumah sakit, Laporan Keuangan dapatdipakai untuk membantu manajemen dalam melaksanakanfungsi perencanaan dan pengendalian kegiatan rumah sakitserta membantu untuk memecahkan persoalan likuiditas danprotitabilitas, selain itu dapat juga digunakan sebagai pedomanuntuk menyusun Rencana Keuangan (Anggaran) serta memberi-kan informasi yang relevan untuk mengambil keputusan-keputusan yang efektif.

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. KerjasamaPERS1 dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

98 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKITSebelum pembahasan alat-alat analisa perlu diketahui dulu

Laporan Keuangan Rumah Sakit. Laporan Keuangan RumahSakit sama seperti halnya perusahaan yang profit orientedmempunyai laporan keuangan sebagai berikut :e Laporan Laba/Rugi (LaporanHasil Usaha) yaitu laporanyangmenunjukkan perincian pendapatan dan biaya rumah sakitselama periode tertentu.• Laporan Perubahan Modal yaitu suatu laporan tentangperubahan modal.• Laporan Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan posisiharta, kewajiban dan modal rumah sakit pada tanggal tertentu.• Laporan Sumber dan Penggunaan Dana serta laporan aruskas, yaitu suatu laporan yang berisikan tentang pemenuhan danpenggunaan dana.

Untuk mengevaluasi performance rumah sakit sebaiknyaselain laporan Hasil Usaha Rumah Sakit yang mencerminkanlaporan hasil usaha secara keseluruhan (konsolidasi) sebaiknyajuga dibuat laporan pendapatan dan biaya untuk setiap unit/subunit kegiatan sebagai unit profit centre. Laporan Pendapatan danBiaya ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :1. Laporan Pendapatan dan Biaya Poliklinik (Rawat Jalan)2. Laporan Pendapatan dan Biaya Penunjang Medis, bisa dibagi

lagi :1) Laporan Pendapatan dan Biaya Laboratorium.2) Laporan Pendapatan dan Biaya Rontgen/Radiologi.

Page 107: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

3) Laporan Pendapatandan Biaya Utilitas Medis (ECG, USG,EEG, dan lain-lain).

4) Laporan Pendapatan dan Maya Instalasi Farmasi.3. Laporan Pendapatan dan Biaya Rawat Inap, bisa dibagi lagi :

1) Laporan Pendapatan dan Biaya Kamar Operasi.2) Laporan Pendapatan dan Biaya Kamar Bersalin.3) Laporan Pendapatan dan Biaya Rawat Menginap.

Laporan-laporan tersebut menunjukkan Pendapat dan Biaya-biaya (Harga Pokok dan Biaya Usaha) yang diperoleh darikegiatan setiap profit cenIre tersebut.

TEKNIK EVALUASI/ANALISISUntuk menganalisis laporan keuangan rumah sakit ada

beberapa cara atau pendekatan1. Analisis Horizontal.2. Analisis Vertikal.3. Analisis Rasio.4. Analisis Variance (penyimpangan).

Analisis HorizontalAnalisis horizontal disebut juga analisis trend, yaitu dengan

melihat atau mempelajari turun naiknya data yang nampak padalaporan keuangan. Teknik analisis ini menunjukkan kecende-rungan setiap pos dari suatu laporan keuangan apakah tetap,meningkat atau, arah yang menurun agar dapat menunjukkanarah tcrsebut dibutuhkan suatu perhitungan untuk mencarihubungan antara pos yang sama selama beberapa tahun sertadiperlukannya alat pengukuran yaitu tahun dasar. Jadi trendyangdimaksud,di sini adalah untuk menunjukkan hubungan antaramasing-masing tahun terhadap tahun dasar. Adapun kesulitan-nya dalam hal ini adalah menentukan tahun yang dapat men-cerminkan keadaan normal dan yang akan digunakan sebagaitahun dasar. Analisis trend akan dapatmenunjukkan suatu pos itumempunyai kecenderungan atau tendensi yang menguntungkanalau tidak menguntungkan.

Analisis VertikalTehnik analisis laporan keuangan secara vertikal mem-

punyai kelemahan-kelemahan, karena penganalisa tidak bisamembandingkan atau tidak memperoleh gambaran tentang per-ubahan masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungan-nya dengan total aktiva atau total penjualan dan begitu jugakalau kita akan membandingkan suatu rumah sakit untuk dua

waktu yang berbeda, atau untuk meneoba membandingkan posyang sama pada waktu yang sama untuk dua perusahaan ataulebih yang sejenis, tanpa ada dasar umum sebagai pembandingapabila dihubungkan dengan data absolut. Misalnya : sisa HasilUsaha Kotor ada kenaikan dari Rp. 350.000.000,– menjadiRp. 700.000.000,– atau 100% apakah kenaikan ini benar-benarbesar, hal ini tidak akan dapat diketahui tanpa melihat proporsiHasil Usaha Kotor tersebut terhadap Penjualan Bersih. ApabilaLaporan Keuangan disajikan dalam prosentase-prosentase yaituprosentase dari masing-masing pos Pasiva terhadap totalPasivanya serta pos-pos Laba Rugi dengan Total PenjualanBersih, maka akan diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yangdapat digunakan sebagai pegangan. Laporan yang disajikan ataudinyatakan dengan prosenlase-prosentase ini harus ada pem-bandingnya (komparatif). Dapat dilakukan dengan memban-dingkan laporan periode sebelumnya atau bisa juga dibanding-kan dengan anggaran.

Analisis RatioAnalisis Ratio adalah cara analisis dengan menggunakan

perhitungan-perhitungan Ratio atas data kuantitatif yang di-tujukan dalam Neraca maupun Laporan Laba Rugi (LaporanHasil Usaha), secara umum Analisis Ratio terdiri dari :

Liquidity Ratio (Ratio Likuiditas)Yaitu suatu ratio yang digunakan untuk menganalisis dan

menginterpretasikan Posisi Keuangan Jangka Pendek dan untukmengetahui Efisiensi Modal Kerja yang digunakan olehPerusahaan dalam rangka menjalankan aktifitasnya.

Activity Ratio (Ratio Aktifitas)Yaitu suatu ratio yang digunakan untuk mengukur Efektifi-

tas Penggunaan Dana.

Leverage Ratio (Ratio Solvabilitas)Yaitu suatu ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar semua kewajiban-kewajiban pada saat yangtelah ditentukan.

Profitability Ratio (Ratio Profitabilitas/Rentabilitas)Yaitu suatu ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba (keuntungan) dalam kurun waktu satuperiode Akuntansi, sedangkan Ratio Efisiensi dan EfektifitasBiaya adalah suatu ratio yang digunakan untuk mengetahuisejauh mana kontra prestasi yang diterima oleh perusahaan ataspengorbanan yang telah dilakukan baik langsung maupun tidaklangsung.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 99

Page 108: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XXRATIO - RATIO LAPORAN KEUANGAN

100 Cermin Dunia Kedolaeran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 109: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XXLAPORAN RUGI LABA TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 10 1

Page 110: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

102 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 111: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 103

Page 112: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

104 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 113: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XXLAPORAN RUGI LABA TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 105

Page 114: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

106 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 115: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 107

Page 116: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

10 8 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 117: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XXLAPORAN RUGI LABA TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 109

Page 118: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

11 0 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 119: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 111

Page 120: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XXLAPORAN PERUBAHAN MODAL

112 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 121: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XXLAPORAN NERACA TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 113

Page 122: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XXLAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA TAHUN 1988, 1989

114 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 123: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 11 5

Page 124: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

116 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 125: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XX. ANALISIS RATIO FINANCIAL TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 11 7

Page 126: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

118 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 127: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 11 9

Page 128: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

RUMAH SAKIT XX. LAPORAN RUGI LABA TAHUN 1989, 1990

120 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 129: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 12 1

Page 130: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

122 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Page 131: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 123

Page 132: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Aspek Pengembangan SumberDaya Manusia Rumah Sakit

Dr. Hidajat HardjoprawitoDirektur RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN• Rumah sakit sebagai satu mata rantai sistem rujukan

medik, mempunyai peran penting di dalam pelaksanaan SistemKesehatan Nasional. Pentingnya peran rumah sakit tersebutterlihat pada :1) Peran rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis yangbermutu sesuai kelas rumah sakit.2) Peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan tenaga kese-hatan dari semua tingkatan mulai dari tenaga medis, tenagadokter umum dan tenaga dokter spesialis, yang siap disebarluas-kan ke seluruh wilayah nasional.3) Peran rumah sakit sebagai tempat penelitian dan pengem-bangan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran yang menjadisarana penling dalam upaya peningkatan mutu pelayanan medis.

• Sesuai dengan perkembangan masyarakat, rumah sakitjuga selalu berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhiperkembangan rumah sakit, baik faktor yang berasal dari luarrumah sakit, maupun faktor yang ada di dalam rumah sakit itusendiri. Faktor tersebut dapat berupa kendala yang menjadipenghambat perkembangan rumah sakit, tetapi dapat pula berupapeluang atau potensi yang bila dimanfaatkan dengan baik, akanbisa dijadikan kekuatan untuk menjadi pendorong pengem-bangan rumah sakit di masa depan.

• Agar faktor yang berpengaruh negatif terhadap perkem-bangan rumah sakit dapat diatasi dan sebaliknya agar semuafaktor yang berpengaruh positif terhadap perkembangan rumahsakit dapat dimanfaatkan secara optimal, di setiap rumah sakitharus tersedia tenaga yang mampu mengantisipasi semua faktoryang berkembang yang dapat mempengaruhi perkembanganrumah sakit, sehingga rumah sakit dapat berkembang secara baiksesuai kebutuhan masyarakat dan perkembangan iptek.

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkalan Pelayanan Rwnah Sakit. KerjasamaPERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

124 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

Berangkat dari pola fikir tersebut, perlu diadakan analisaproyeksi ketenagaan di rumah sakit menjelang tahun 2000.Dengan proyeksi tersebut diharapkan para pimpinan rumah sakitdapat menata ketenagaan di rumah sakitnya masing-masing,untuk mengantisipasi berbagai faktor yang timbul.

FAKTOR YANG BERPENGARUH DENGAN PERKEM-BANGAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA.

Banyak faktor yang mempunyai pengaruh terhadap perkem-bangan rumah sakit di Indonesia. Beberapa faktor yang pentingdan pengaruhnya terhadap perkembangan perumahsakitan diIndonesia adalah :a. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat

Akibat hasil pembangunan yang telah dicapai oleh bangsaIndonesia, kondisi sosial ekonomi bangsa berangsur-angsurmeningkat. Dampaknya terhadap rumah sakitadalah rumah sakitakan berusaha meningkatkan mutu pelayanan di segala bidang(termasuk menyiapkan kamar untuk VIP).b. Perkembangan iptek di bidang kedokteran.

Akibat perkembangan iptek, banyak rumah sakit berlomba-lomba untuk menggunakan peralatan barn yang canggih, se-hingga biaya pelayanan medis menjadi semakin mahal. Dampaklain dari penggunaan iptek ini adalah terjadinya pelanggaranetika rumah sakit, yang pada saat ini telah mulai terlihat.c. Perkembangan penyakit.

Keadaan penyakit di Indonesia pada saat ini dalam periodetransisi, ialah penyakit infeksi telah menurun, tetapi belum habis,sedangkan penyakit degeneratif, penyakit akibat keganasan,penyakit akibat kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerjasudah semakin meningkat. Akibatnya rumah sakit harus menatakembali komposisi tempat tidur serta polikliniknya.

Page 133: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

d. Tersedianya anggaran untuk pengembangan rumah sakit.Dengan perubahan kebijaksanaan pemerintah, pada saat ini

lebih banyak anggaran yang disediakan oleh investor untukpengembangan rumah sakit, sehingga jumlah rumah sakit sertapenggunaan alat-alat canggih akan meningkat.e. Perkembangan manajemen rumah sakit.

Akibatnya perhatian pemerintah serta kesadaran para pim-pinan rumah sakit, pada akhir-akhir ini manajemen rumah sakittelah meningkat dan diharapkan akan menjadi semakin baik.Dengan semakin baiknya manajemen rumah sakit, penggunaansumber daya yang tersedia akan menjadi semakin efisien, se-hingga pengembangan rumah sakit akan semakin baik.f. Persaingan antar rumah sakit.

Dengan semakin banyaknya rumah sakit, akan terjadi per-saingan antar rumah sakit yang semakin ketat. Dampaknyaadalah setiap rumah sakit akan meningkatkan manajemen danbahkan juga terjadinya pelanggaran etika ruinah sakit. Jugaakibatpersaingan, diharapkan rumah sakit umum akan mengem-bangkan spesialisasi penyakit tertentu.g. Perubahan kebijaksanaan pemerintah.

Kebijaksanaan pemerintah yang langsung berpengaruh ter-hadap perkembangan rumah sakit adakah :1) Diizinkannya para investor (PMDN - PMA) untuk bergerakdi bidang perumah sakitan, menjadikan peluang didirikannyarumah sakit baru dengan peralatan yang canggih.2) Dijadikannya rumah sakit pemerintah sebagai lembagaswadana. Bila kebijaksanaan tersebut berjalan dengan baik,diharapkan mutu rumah sakit pemerintah akan menjadi baik,sehingga mampu bersaing dengan rumah sakit swasta.

PERKEMBANGAN RUMAH SAKIT DAN DAMPAKNYATERHADAP KETENAGAAN

Akibatnya perkembangan rumah sakit, diperlukan tenagayang mampu melaksanakan aktivitas yang timbul akibat per-kembangan tersebut. Tetapi di samping itu, di setiap rumah sakitjuga diperlukan tenaga-tenaga yang mempunyai kemampuanuntuk mengantisipasi terjadinya faktor yang mempengaruhiperkembangan rumah sakit, agar setiap faktorberpcngaruh negatifdapat diatasi dan sebaiknya faktor yang berpengaruh positifdapat dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan rumahsakit. Oleh karena itu perlu dianalisa proyeksi ketcnagaan dirumah sakit sesuai perkembangan rumah sakit agar mampumenyongsong perkembangan rumah sakit.a. Persaingan rumah sakit ketat.

Akibatpersaingan antar rumah sakit yang ketat, rumah sakitharus mampu meningkatkan manajemennya masing-masing.

Untuk menunjang pengingkatan manajemen di semua bidangdiperlukan tenaga yang profesional di semua bidang sepertidokter, para medis dan adminstrator.b. Banyak rumah sakit baru.

Akibat banyak rumah sakit baru, diperlukan tenaga rumahsakit yang lebih banyak sehingga terjadi perpindahan tenaga darisatu rumah sakit ke rumah sakit yang lain. Dampak positif dariperpindahan tersebut adalah meningkatnya standard pendapatantenaga di rumah sakit.c. Rumah sakit pemerintah menjadi lembaga swadana.

Pada saat ini minat dokter ahli untuk bekerja di rumah sakitpemerintah yang di lokasinya tidak ada rumah sakit swastasangat kecil, oleh karena dokter ahli tersebut tidak memperoleh"pendapatan" yang memadai di rumah sakit pemerintah tersebut.Dengan dijadikannya rumah sakit sebagai lembaga swadana,diperkirakan minat dokter ahli untuk bekerja di rumah sakitpemerintah di kota kecil tersebut akan.meningkat.d. Kebijaksanaan pemerintah untuk menjadikan dokter Pus-kesmas sebagai pegawai tidak tetap.

Dampak dari kebijaksanaan ini adalah semakin banyakdokter umum yang telah selesai masa bhaktinya di Puskesmasuntuk bekerja di RS Swasta. Yang perlu dipertimbangkan adalahbagaimana agar mereka dapat mengikuti pendidikan spesialisasi.e. Arus balik tenaga dokter ahli masuk kota besar.

Pada saat ini telah mulai terlihat arus balik para dokter ahli(senior) yang telah bekerja di kota-kota kecil untuk kembali kekota besar. Di kota besar kebanyakan mereka memilih bekerjasebagai tenaga full time di rumah sakit swasta. Trends inidiperkirakan akan tetap berjalan pada masa yang akan datang,sehingga diperkirakan pula tenaga dokter ahli full timer di rumahsakit swasta akan semakin banyak, sesuai kebutuhan.

SARANa. Untuk menghindari dampak negatif perpindahan tenagarumah sakit dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, perludiadakan kesepakatan antara pimpinan rumah sakit anggotaPERSI yang mengatur tentang kepindahan tenaga rumah sakittersebut.b. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran etika rumahsakit akibat penggunaan alat canggih dan persaingan antar rumahsakit yang sangat ketat, etika rumah sakit perlu dipahami dandilaksanakan oleh semua rumah sakit.c. Untuk meningkatkan profesionalisme tenaga di rumah sakit,pendidikan di segala bidang bagi tenaga di rumah sakit perludigalakkan.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 125

Page 134: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Peran dan MasalahTeknologi Tinggidalam Upaya Peningkatan Pelayanan

Rumah SakitDr H Samsi Jacobalis

RS. Husada, Jakarta

PENGANTARMakalah ini adalah pengantar untuk diskusi panel dalam

SEMINAR UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN RUMAHSAKIT di Bukit Raya, Jawa Barat, Agustus 1991. Yang akandidiskusikan oleh penulis dalam seminar itu adalah peran tekno-logi dalam peningkatan pelayanan rumah sakit serta beberapaaspek dan masalah yang terkait dengannya.

Teknologi adalah salah satu masukan dalam rumah sakit.Dalam beberapa dekade terakhir teknologi kedokteran semakinmenjadi canggih. Teknologi canggih dapat mendukung diagnos-tik, pengobatan dan prosedur-prosedur medis secara makin tepatdan canggih pula.

Teknologi dikembangkan oleh manusia. Teknologi adalahalat yang ampuh dalam tangan penyelenggara profesi kesehatan.Sayangnya, dengan bertambah canggihnya teknologi medikseakan-akan makin lama makin terbalik situasinya. Scakan-akanmakin lama peran manusia makin kecil, hanya sebagai pelayandaripada teknologi itu, bukan lagi sebagai yang berkuasa atas-nya.

Pengantar diskusi ini akan secara singkat menyinggungbeberapa aspek yang terkait dengan perkembangan teknologisecara umum dan teknologi medik di rumah sakit. Yang akandikemukakan adalah :1. Revolusi teknologi tinggi2. Revolusi teknologi medik3. Indonesia adalah pasar untuk produk teknologi4. Indonesia butuh teknologi tinggi5. Pengkajian teknologi6. Pengkajian bisnis7. Dampak teknologi tinggi terhadap pelayanan kesehatan

REVOLUSI TEKNOLOGI TINGGIBangsa-bangsa di dunia sedang terlibat dalam suatu revolusi

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rwnah Sakit. KerjasamaPERSI dengan Kalbe Parma. Bukit Raya, Puncak 4-6 Agustus 1991

126 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

teknologi yang hebat, yang mengubah secara dramatik cara-caramanusia hidup, bekerja dan malahan berpikir. Orang berbicaratentang revolusi teknologi tinggi, high-tech revolution. Revolusiitu menyebabkan transformasi dan inovasi sosial dalam skalabesar sejak beberapa dekade terakhir.

Produk teknologi tinggi sekarang hadir dimana-mana : dipabrik, kantor, sistem komunikasi, sistem senjata, transportasi,sekolah, rumah sakit dan rumah tangga. Sistem komunikasicanggih bahkan sudah menjangkau desa-desa melalui satelitbumi buatan. Komputer yang sepuluh tahun lalu masih me-rupakan barang langka yang hanya dapat dikagumi dari jauh, kinisudah menjadi mainan anak-anak di negara kita. Produk tekno-logi tinggi yang sampai sekarang mungkin paling jauh mem-pengaruhi kehidupan manusia adalah televisi.

Kekuatan-kekuatan dan situasi yang memacu revolusi tekno-logi tinggi adalah antara lain :1) Perkembangan microelectronics dan teknologi microchipsmembuat biaya produksi komputer dengan kemampuan danmemori yang tinggi menjadi semakin murah. Dalam tahun 1986saja sudah ada lebih daripada 100 juta komputer di dunia.Sekarang jumlah itu tentu sudah berlipat ganda.

Teknologi komputer diterapkan secara luas dalam alat-alatkedokteran mutakhir.2) Digitisasi melalui bahasa binary code telah menyatukansuara, tayangan dan data dalam perkembangan sistem informasidan tclekomunikasi.

Binary Code menjadi bahasa universal. Bahasa digitalmenghilangkan batas-batas nasional. Peter F Drucker mengata-kan : Information is now transnational. Like money, informationhas no fatherland.

Mesin faksimil sudah mulai membuat kantor pos tidakdiperlukan lagi. Dengan alat ini dalam waktu beberapa detik sajainformasi tertulis dapat mencapai titik mana saja di dunia. Kartu

Page 135: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

kredit menghilangkan batas negara untuk transaksi uang. Dr AnWang, pendiri industri komputer Wang Laboratories mengata-kan : The digitization of information in all its forms will probablybe known as the most fascinating development of the 20thcentury.

Digitisasi juga mendapat penerapan yang luas dalam tekno-logi kedokteran.3) Globalisasi, deregulasi dan privatisasi terjadi di seluruhdunia, menghilangkan monopoli oleh pemerintah. Hal ini me-rangsang "ledakan" kegiatan swasta di mana-mana. Perusahaan-perusahaan datang dan pergi dengan cepat. Banyak sekali pro-duk-produk baru yang diciptakan dan dipasarkan dalam waktusingkat, termasuk produk teknologi kesehatan.

Teknologi maju menimbulkan dilema. Teknologi kesehatan,baik di negara maju apalagi di negara berkembang, akan tetapmendapat penilaian ganda : di satu pihak didambakan, di pihaklain dieurigai. Di satu pihak dibutuhkan, di pihak lain dampaksosial , ekonomi, psikologi dan etikanya perlu diperhitungkan.John Naisbitt dalam bukunya Megatrends berbicara tentangHigh-Tech/High Touch.

High Touch adalah respons manusia terhadap high-techyang seringkali berupa penolakan. Ia sampai mengatakan : Themore high-technology we put in our hospitals, the less we arebeing born there, dying there – and avoiding them in between.

Kehadiran teknologi tinggi dapat membuat rumah sakit di-jauhi oleh banyak orang. Kebenaran pendapat Naisbitt ini tentumasih perlu dibuktikan.

REVOLUSI TEKNOLOGI MEDIKDiagnosis dan pengobatan atau tindakan terhadap penyakit

adalah lahan yang subur untuk penerapan teknologi tinggi. Jikaberbicara tentang teknologi medik perhatian kita biasanya tertujupada alat-alat. Padahal perubahan teknologi dalam sejarah ke-dokteran mencakup (Gambar 1).1) Revolusi kimia dan farmasi (1920 – )2) Revolusi alat kedokteran (1950 – )3) Revolusi biomedik (bioteknologi), (1960 – )

Gambar 1. Perubahan Teknologi dalam Sejarah Kedokteran

Revolusi kimia antara tahun empat-puluhan dan tahun lima-puluhan antara lain telah menghasilkan obat-obat : sulfonamide ,penisilin dan antibiotika lain, steroid, vaksin polio, tuberkulo-statika, diuretika oral, obat oral antifungal, antipsikotika, tran-quilizer, obat anti kanker, time-release capsules, antidiabetikaoral, dan sebagainya.

Alat-alat yang diciptakan sejak dekade lima puluhan danmulai masuk Indonesia sejak dekade to juh-puluhan adalah antaralain : heart lung machine, pacemaker, peralatan dialisa, patientmonitoring systems, automated labs, ultrasounds, linearaccelerator untuk radioterapi, nuclear medicine (gamma camera),information systems, fiberoptics, computed tomography (CT-Scan), kateterisasi jantung, lasers, lithotripsy; magnetic reso-nance imaging ( MRI), robotics, positron emission tomography(PETR).

Dan daftar di atas hanya dua yang disebut terakhir belummasuk pasar Indonesia.

Produk revolusi bioteknologi adalah antara lain : artificialimplants,transplantasi organ, implantable devices, organ pro-curement advances, DNA probe technology, monoclonal anti-bodies, fertilization, Human Growth Factor, genome (gene +chromosome) mapping, drug therapy.

Beberapa dari kegiatan bioteknologi ini juga sudah dilak-sanakan di Indonesia.

Jadi, sekali pun masih belum terlalu jauh, Indonesia sudahterseret dalam arus teknologi tinggi. Di bawah ini akan dikajibeberapa faktor yang terkait dengan teknologi tinggi dan padaakhir tulisan ini nanti dampak revolusi teknologi medik terhadappelayanan kesehatan kita akan didiskusikan.

INDONESIA ADALAH PASARMengapa Indonesia terseret dalam arus revolusi teknologi

tinggi ?Indonesia adalah pasar untuk produk teknologi, termasuk

teknologi kedokteran; dan beberapa tahun terakhir ini me-nunjukkan kemajuan ekonomi yang menakjubkan dunia Barat.Dalam kemelut resesi global yang berkepanjangan Indonesiadapat bertahan, bahkan ekonominya masih berkembang cukupmengesankan. Diprakirakan pertumbuhan yang positif akan ber-langsung terus dalam tahun-tahun yang akan datang.

Dengan demikian Indonesia dengan penduduk 180 jutalebih adalah pasar yang sangat potensial. Memang dunia industriBarat dan Jepang masih menganggap Indonesia sebagai suatulaggard market, pasar yang lamban. Namun ia adalah pasar yangdaya serapnya makin berkembang. Perhitungan sederhana :andaikata di Brunei Darussalam, yang pendapatan per kapitanyaadalah US$17.000, setiap orang (100% penduduk termasuk bayidan anak) membeli satu pesawat televisi, pasarnya baru men-eakup 200.000 alat televisi. Sedangkan andaikata di Indonesia(GNP per kapita US$ 520) baru 1% saja rakyatnya mampumembeli televisi, pasarnya sudah mencakup 1.800.000 pesawat.

Demikian juga dengan alat kedokteran. Jika Singapura(penduduk 2.7 juta) membutuhkan 5 alat MRI, Indonesia secarapotensial suatu waktu membutuhkan jumlah yang jauh lebihbanyak. Saat ini di Indonesia sudah terpasang empat alat MRI, 3

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 12 7

Page 136: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

adalah deregulasi yang luas yang memungkinkan swasta ber-kembang.

Di sini kita berada pada situasi dilema : BPPT menilaidengan kriteria teknis – rasional, sedangkan faktor-faktor dalaminteraksi sosial politik tidak selalu rasional. Dilema lain : Regu-lasi atau deregulasi terhadap penerapan teknologi tinggi dalampelayanan kesehatan.

PENGKAJIAN BISNISSektor swasta sebelum melakukan investasi teknologi

tinggi tentu melakukan pengkajian bisnis (business assessment).Pengkajian bisnis dalam investasi berorientasi pada prakiraanbiaya, pendapatan dan selisih di antara dua itu, yaitu antisipasilaba atau rugi. Yang diperhitungkan adalah kebutuhan konsu-men, kelayakan pasar, efisiensi biaya, opportunity cost, tingkatinflasi, suku bunga bank, analisis break even, pengembalianinvestasi (ROI),pay back period, faktor pesaing dan sebagainya.Tapi dapatkah untuk pelayanan kesehatan pengkajian bisnisdilaksanakan secara murni rasional ? Kiranya tidak. Jika diterap-kan secara murni, kesimpulan pada saat sekarang kemungkinanbesar lebih menguntungkan jika uang dideposito di bank ketim-bang digunakan untuk investasi teknologi tinggi di rumah sakit.Tapi rumah sakit swasta ada juga yang tidak seluruhnya ber-orientasi laba. Investasi teknologi tinggi dapat juga dengan per-timbangan kepentingan masyarakat. Jadi juga dengan pendekat-an interaksi sosial, rumah sakit swasta dapat menerapkan prinsipsubsidi silang sehingga teknologi tinggi juga terjangkau olehmasyarakat yang kurang mampu.

DAMPAK TEKNOLOGI TINGGI TERHADAP PELA-YANAN RUMAH SAKIT

Dampak yang dapat diamati atau diprakirakan dari peman-faatan teknologi tinggi dalam pclayanan rumah sakit antara lainadalah :1) Dari aspek klinis, teknologi tinggi jelas dapat meningkatkanmutu pelayanan; diagnosis dan terapi semakin tepat dan cermat,cakupan diagnosis dan terapi menjadi jauh lebih luas.

Pemantauan fungsi-fungsi vital tubuh menjadi sangat tepatdan cermat karena adanya komponen komputer dalam alat-alatmonitor.

Tindak bedah terbuka atau tindakan invasif lainnya dapatdikurangi sehingga risiko morbiditas dan mortalitas dapat ditekan;misalnya dengan perkembangan laparoskopi, indikasi untuklaparatomi terbuka menjadi berkurang. Kholesistektomi la-paraskopik dan beberapa operasi lain kini dilakukan denganban tuan alat endoskopi dan laparaskopi, sehingga keamanan dan

keselamatan pasien lebih terjaga.Sejajardengan perkembangan pemanfaatan teknologi tinggi

dapat diamati bahwa umur harapan hidup menjadi lebih panjang.2) Dilihat dari aspek ekonomi pelayanan kesehatan menjadisemakin mahal dan sukar terjangkau bagi yang tidak mampu.Oleh karena itu harus dicari mekanisme yang lebih memungkin-kan pemerataan pemanfaatan teknologi, antara lain denganpengembangan sistem asuransi kesehatan.3) Teknologi dapat memperpanjang hidup, tapi sekaligusmenimbulkan masalah etika tentang kehidupan dan kematian.Alat-alat untuk menunjang sistem kardiovaskuler dan pernafas-an dapat memperpanjang atau mempertahankan hidup manusiahampir secara tidak terbatas. Dilema etika yang timbul adalah :apakah dengan teknologi tinggi ini kita memperpanjang hidupatau menunda kematian yang seharusnya terjadi secara wajar.

Di segi lain teknologi tinggi dapatdisalah-gunakan : overuse,overdiagnosis, overtreatment atau misuse karena pertimbangankomersial dan pengembalian investasi.4) Dengan kehadiran teknologi tinggi di negara-negara majutelah terjadi :• pergeseran dari acute care ke chronic caredi rumah sakit, dandiagnosis dini di luar rumah sakit (diagnostic centers, praktekdokter bersama yang dilengkapi dengan alat-alat "mini" bertekno-logi tinggi).• pergeseran dari acute hospital ke ambulatory care (misalnyaday-surgery) dan home care (misalnya hemodialisa dilakukan dirumah sendiri, karena teknologi dibuat menjadi mudah dipakaioleh pasien sendiri di rumahnya).• Hubungan antar-manusia antara dokter dan pasien cenderungmakin kurang akrab : pusat perhatian seakan-akan disita se-luruhnya oleh teknologi.

Demikianlah beberapa hal tentang peran dan masalah tekno-logi tinggi dalam pelayanan rumah sakit, sebagai pengantar danmasukan untuk diskusi panel.

KEPUSTAKAAN

1. Drucker PF. The New Realities, New York: Harper & Row Publ, 1989.2. Forester T. High-Tech Society, Oxford: Basil Blackwell LW, 1987.3. Gore MR, Stubbe JW. Computers and Information Systems, Singapore:

McGraw Hitl, 1984.4. Naisbitt J. Megatrends, New York: Warner Brooks, 1984.5. Teng C. Future Directions in Medical Care, Proc Health Executive Con-

ference. Hongkong, August 29-31, 1990.6. Van der Meer D. Limitations in the use of Technology Assessment (The

Dutch Example), IHF Conference, Washington, June 1991.7. The Steering Committee of the Fukushima International Seminar. Techno-

logy's Challenge for Mankind, Tokyo: Hokusen-Sha Publ Co, 1990.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 12 9

Page 137: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Aspek Pengembangan FarmasiRumah SakitDr. Boenjamin Setiawan, Ph.D.

Presiden Komisaris PT Kalbe Farma

PENDAHULUANWHO telah mencanangkan Health for all by the year 2000.

Karena pelayanan kesehatan sangat penting untuk meningkatkankualitas hidup, maka ada pendapat bahwa tersedianya sarana pe-layanan kesehatan dasar menjadi hak setiap orang dan merupa-kan kebutuhan dasar masyarakat. Setiap orang, setiap keluargadan seluruh masyarakat memang sangat mengharapkan bahwasemua anggotanya sehat walafiat. Dalam hal ini sehat tidak hanyaberarti tidak sakit, tetapi sehat secara fisik, mental dan sosial.Sehat secara fisik artinya tidak ada cacat bawaan, dan semuaorgan-organ berfungsi dengan baik. Sehat mental berarti bahwafungsi otak dan kemampuan mental berjalan dengan baik se-dangkan sehat sosial berarti bahwa ia dapat melakukan pekerja-an dan melaksanakan tanggung jawab sebagai individu dalammasyarakat.

Kebutuhan akan sarana pelayanan kesehatan tergantungdari taraf pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Masyarakatyang masih hidup dalam jaman batu membutuhkan sarana pela-yanan kesehatan yang sangat minim. Masyarakat petani sudahmeningkat kebutuhannya dan dalam masyarakat modem yanghidup dalam kota kebutuhan sarana kesehatannya sudah sangatmeningkat. Mereka mcngharapkan tersedianya rumah sakitmodem, yang dilengkapi dengan berbagai alatdiagnostik terbaruseperti MRI (magnetic resonance imaging) yang harganya bebe-rapa juta US$, alat ultrasonografi (beberapa puluh ribu US$) danberbagai sarana kesehatan lain yang mahal-mahal.

Akibat dari semua peralatan yang mahal ini maka biayakesehatan terus meningkat. Di USA biaya kesehatan pada 1989adalah sejumlah lebih dari 600 milyard dollar atau 30 x darianggaran belanja negara kita. Di berbagai negara lain biayakesehatan sebagai persen GDP adalah sebagai berikut, USA

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rwnah Sakit. KerjasamaPERSI dengan Kalbe Farma. Bukit Raya, Puncak 4-6 Agustus 1991

130 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

(12%), Kanada (8,7%), Swedia (8,8%), Perancis (8,7%), Jerman(8,2%), Jepang (6,7%), dan Inggris (5.8%)(1).

Di negara tetangga kita biaya kesehatan yang ditanggungpemerintah adalah sebagai berikut :

Comparative Health Expenditure Ratios

Year As % of CentralGov. expenditure

As %GDP

US $ perCapita

Indonesia 1985 2,56 0,56 3,37Malaysia 1981 4,39 1,36 23,40Philippines 1985 5,95 0,63 3,75Thailand 1985 5,69 1,20 8,98Singapore 1985 6,47 1,78 122,29

Pemerintah Malaysia, Singapura dan Thailand menyedia-kan dana yang relatip cukup besar untuk kesehatan sedangkanIndonesia dan Filipina di bawah 1%. Pada tahun 1990 jumlahuang yang dikeluarkan pemerintah dan masyarakat Indonesiadiperkirakan berjumlah 2.5-3% dari GDP atau ± 2250 - 2700 jutaUS$ (diasumsikan GDP Indonesia 180 juta x US$ 500); karenamasyarakat Indonesia masih sangat heterogen maka kualitassarana kesehatannya juga sangat bervariasi. Di desa yang tersediaadalah Puskesmas Pembantu, Posyandu, Puskesmas dengantempat tidur, Balai Pengobatan, BKIA dan sebagainya. Di kotakecil/sedang biasanya sudah ada Rumah Sakit sederhanasedangkan di kota besar pada umumnya sudah tersedia RumahSakit yang cukup lengkap sarana mediknya.

INDUSTRI FARMASI DI INDONESIAIndustri kesehatan merupakan suatu mata rantai pelayanan

kesehatan, mulai dari pelayanan tenaga kesehatan dengan dokter

Page 138: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

sebagai titik pusatnya dibantu oleh drg, apoteker, tenaga perawat,teknisi laboratorium, X-ray dan sebagainya. Kemudian ada in-dustri obat, industri alat-alat kedokteran, laboratorium, apotik,dan rumah sakit yang merawat orang sakit. Juga ada nursinghomes, tukang gigi, toko kaca mata dan berbagai sarana pelayan-an kesehatan lain yang semuanya bertujuan untuk menyediakanalat-alat kedokteran/kesehatan yang dapat dipergunakan olehpara pelayan kesehatan untuk mencegah, mendiagnosis, meng-obati dan merehabilitasi berbagai macam penyakit dan jugamenyediakan kegiatan promotif kesehatan.

Industri farmasi memegang peranan penting untuk menye-diakan obat yang bermutu dan terjangkau harganya oleh masya-rakat. Di Indonesia jumlah pabrik obat dewasa ini adalah ± 280.

Sebagian besar bahan baku aktifnya masih diimpor sedangkanbahan pembantunya sudah dapat dibuat di dalam negeri. Tarafperkembangan industri farmasi adalah masih dalam tahapassembling. Bahan aktifnya diimpor, kemudian di pabrik diolahdan dijadikan berbagai dosage forms seperti tablet, kapsul,suppositoria, salep, cairan sirop, dan injectables. Pengawasanmutu cukup ketat dan oleh Dep Kes setiap pabrik harus me-menuhi syarat-syarat Cara Pembuatan Obat Baik (CPOB). Di-harapkan bahwa pada tahun-tahun yang akan datang, berbagaibahan aktif sudah dapat dibuat di Indonesia. Walaupun sekarangberbagai bahan baku sudah dibuat di Indonesia seperti Cetamol,Ampisilin, Khloramphenikol, Telrasiklin, Erithromisin dan se-bagainya, tetapi pada umumnya pembuatannya adalah one-stepatau two-step process, hanya untuk memenuhi persyaratan pe-merintah yang dikenakan terhadap pabrik farmasi PMA. Hal inidilakukan karena memang sarana industri kimia dasar untukmenunjang industri bahan baku obatbelum ada atau masih dalamtaraf yang sangat sederhana.

Tahap selanjutnya di mana kita melakukan R & D untukmengembangkan obat baru juga masih merupakan impian. Halini disebabkan karena personalia untuk dapat melakukan pene-litian belum tersedia dan juga biaya penelitian adalah sangatmahal. Untuk menghasilkan satu New Chemical Entity yangdapat dikembangkan menjadi obat yang dapat dipakai dalamklinik dibutuhkan dana sebesar lebih kurang 100 juta US$.Dengan perkataan lain suatu pabrik obat harus mempunyai hasilpenjualan beberapa ratus juta dollar untuk dapat menyediakandana penelitian yang cukup besar sehingga dapat menghasilkansuatu obat baru.

Di Indonesia menurut IPA report, besarnya pasar obat pada1990 adalah 1100 juta US$ dan diperkirakan pada 1991 akanmenjadi 1300 juta $. Bilamana dibandingkan dengan perkiraanbiaya kesehatan yang diperkirakan akan dikeluarkan masyarakatIndonesia pada tahun 1990 (± $2.700 juta) maka proporsi obatakan merupakan 40% dari seluruh biaya kesehatan. Dengankemajuan pelayanan kesehatan di mana alat diagnostik dankuratif akan semakin canggih dan mahal proporsi yang dikeluar-kan untuk obat akan turun. Di AS pengeluaran untuk obat hanya7,8% dari seluruh biaya pengobatan dan biaya rumah sakitadalahsebesar 40% sedangkan untuk doctors services adalah sebesar19,5% (lihat tabel)(3)

FUNGSI FARMASI DI RUMAH SAKITRumah Sakit di masa yang akan datang merupakan sarana

terpenting dalam sistim pelayanan kesehatan. Walaupun dampakrumah sakit dalam usaha peningkatan mutu kesehatan masyara-kat tidak besar, tetapi kebutuhan akan rumah sakit di masyarakatmodem sangat besar. Dampak terbesar untuk meningkatkanparameter kesehatan adalah perilaku perorangan/masyarakat (lifestyle) dan lingkungan hidup yang sangat dipengaruhi oleh kuali-tas manusianya. Di USA dalam dua dasawarsa terakhir angkakematian karena penyakit kardiovaskuler dan kecelakaan telahmenurun secara drastis. Hal ini disebabkan karena masyarakatAmerika Serikat telah mengubah cara hidup mereka denganlebih banyak berolah raga, mengurangi makanan yang mengan-dung lemak hewan, mengurangi rokok dan mengurangi minumalkohol selama mengemudi kendaraan.

Berbicara mengenai peningkatan pelayanan, hal ini menun-tut perubahan perilaku para pelayan kesehatan dan masyarakatsecara umum. Di Indonesia kata Customer Satisfaction me-rupakan kata yang relatif baru. Keinginan untuk melayani, untukmemberikan kepuasan pada langganan masih sangat minim. DiIndonesia, kebudayaan masyarakat pada umumnya, terutamapara pejabat, para penguasa, para pegawai negeri, dan orang-orang yang mempunyai kedudukan bukannya ingin memberikanpelayanan yang baik, tetapi malahan selalu ingin dilayani. Kalaukita ke kantor pemerintah, rumah sakit, apotik bahkan toko-tokokecilpun pelayanan sering sangat rendah mutunya. Berbedadengan keadaan di Jepang atau Singapura, mereka pada umum-nya sangat memperhatikan kepuasan pelanggan. Pelayanan diPuskesmas, Apotik dan Rumah Sakit pada umumnya masihbanyak kekurangannya. Dengan merembesnya era baru di Indo-nesia di mana pemerintah melakukan deregulasi dan debirokra-tisasi di segala bidang, dan pihak swasta lebih banyak diikutsertakan dalam pembangunan, maka total customer satisfactionakan mendapatkan perhatian yang lebih besar di masa yang akandatang.

Apakah fungsi farmasi di Rumah Sakit? Secara umum dapatdikatakan bahwa pasien datang ke dokter untuk berobat. Dokterakan membuat diagnosis penyakit dan kemudian ia akan menulisresep. Pasien membawa resep ke apotik, di mana obat akandiracik dan kemudian akan diberikan pada pasien. Dahulu (ter-utama sebelum tahun 1970) banyak resep memuat campuranberbagai bahan obat. Tetapi sekarang dengan kemajuan tekno-logi dan arah pengobatan yang tidak menganjurkan doktermelakukan pengobatan polifarmasi maka resep pada umumnyamemberikan obatdalam bentuk tablet atau kapsul. Polifarmasi dimana resep sekaligus memuat campuran analgetika-antipiretika,antibiotika, antihistamin, obat tidur, kafein dan sebagainya dalambentuk puyer sudah mulai ditinggalkan. Meracik campuran ber-bagai obat dalam satu puyer selain tidak rasional juga memakanwaktu pembuatannya dan tidak efisien. Dengan tendensi reseprasional yang hanya memberikan obat dalam bentuk tablet,kapsul, salep dan sebagainya yang sudah jadi, maka pelayananapotik harus lebih cepat. Pasien tidak perlu meninggu lama,seharusnya dalam maksimum 15 menit sudah dapat dilayani.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 131

Page 139: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Apotik Rumah Sakit berfungsi sebagai pabrik obat kecilkarena harus mampu membuat berbagai macam campuran obatsederhana, juga berfungsi sebagai gudang obat/alat kesehatankarena harus menyimpan semua obat/alat keschatan yang dibu-tuhkan rumah sakit. Selainnya ini apoteker harus melaksanakanfungsinya sebagai Clinical Pharmacist. Ia harus mendampingipara dokter sebagai amber informasi mengenai perkembanganbaru dalam bidang obat. Ia harus menjadi counterpart dalambidang obat. Ia harus menjadi counterpart dalam bidang peng-obatan dan mengawasi supaya pengobatan yang dilakukan paradokter tetap rasional. Efek samping yang timbul karena peng-obatan harus dimonitor. Dari berbagai survai mengenai efeksamping obat telah diketahui bahwa insidens efek samping obatcukup besar, berkisar 6-10%. Karena itu dokter, apoteker danpara perawat harus cukup alert untuk secepatnya mengenalgejala efek samping obat sehingga pasien tidak akan dirugikan.Setiap tindakan pengobatan harus selalu mempertimbangkanrisk-benefit ratio.

PENGEMBANGAN FUNG SI APOTIK DI RUMAH SAKITDi USA dana kesehatan masyarakat yang dikeluarkan untuk

rumah sakit adalah sebesar 40% atau 240 milyard US$ dan untukobat adalah sebesar 8% atau 48 milyard. Seluruh dana kesehatandi USA pada 1989 adalah sebesar 604 milyard, 351 milyardberasal dari swasta dan 253 milyard berasal dari pemerintah(federal 174 milyard, state & local government 79 milyard). Jadidana dari swasta sedikit di bawah 60% dan dari pemerintah ±40%.

Di Indonesia perkiraan pengeluaran dana kesehatan pada1990 adalah sebesar 3% GDP atau $2700 juta. Dari jumlah ini$1100 juta adalah untuk pengobatan (IPA report) dan 25% adalahuntuk Rumah Sakit (± $ 900 juta). Menurut laporan keuanganRumah Sakit Mitra Keluarga selama Januari-Juni 1991, bila-mana seluruh pendapatan (revenue) adalah 100% maka 30%didapatkan dari perawatan pasien, 60% dari pelayanan medik(apotik, lab, radiologi, USG, CT Scan, EEG, Endoskopi, Mamo-grafi, Eskul dan sebagainya) dan 10% dari poliklinik. Pelayananapotik menghasilkan 30% dari seluruh hasil (revenue) RumahSakit. Mengingat peran apotik yang cukup besar sebagai sumberdana Rumah Sakit maka sudah selayaknya bahwa Rumah Sakitmenaruh perhatian lebih besar terhadap peningkatan mutu pe-layanan apotik rumah sakit.

Bagaimana kita dapat meningkatkan mutu pelayanan apotikrumah sakit? Pertama-tama kita harus mengkaji kembali fungsi-fungsi pokok apotik rumah sakit dan peran apoteker, asistenapoteker dan lain-lain karyawan apotik rumah sakit. Fungsipokok apotik rumah sakit dan apoteker, asisten apoteker dan lain-lain karyawan apotik rumah sakit.

Fungsi pokok apotik rumah sakit dan apoteker menurutASHP (American Society of Hospital Pharmacist) adalah se-bagai berikutoj :

1. Membuat dan mensterilisasi obat injeksi bilamana dibuat diRS.

132 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991

2. Membuat obat yang sederhana.3. Memberikan (dispensing) obat, bahan kimia dan preparat

farmasi.4. Mengisi dan memberikan etiket pada semua container yang

berisi obat dan diberikan kepada pasien maupun lain bagianRS.

5. Mengawasi semua pharmaceutical supplies yang dikirimkandan dipergunakan di berbagai bagian RS.

6. Menyediakan persediaan antidot dan lain-lain obat untukkcadaan gawat darurat.

7. Mengawasi pengeluaran obat narkotika dan alkohol danmembuat daftar inventory.

8. Membuat spesifikasi (kualitas dan sumber) dari pembeliansemua obat, bahan kimia, antibiotika, biologicals danpreparat-preparat farmasi yang dipakai dalam pengobatanpasien di RS.

9. Memberikan informasi mengenai perkembangan terbaruberbagai obat kepada para dokter, perawat dan lain-lainorang yang berkepentingan.

10. Membantu mengajar para mahasiswa kedokteran dan pe-rawat pada program koasisten fakultas kedokteran/perawat.

11. Melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil olehpanitia Pharmacy and Therapeutics.Tugas pokok scorang apotcker di RS adalah supaya peng-

obatan yang dilakukan para dokter di RS adalah RASIONAL danmemenuhi syarat 5 TEPAT ialah, Obat yang tepat, untuk pasienyang tepat, dengan dosis yang tepat, diberikan pada waktu yangtepat dengan harga yang tepat sesuai dengan kemampuan pasien.

Sistim pelayanan pada para pasien juga perlu ditingkatkan,terutama adalah keramahan, kecepatan, ketepatan dan pene-rangan yang cukup jelas pada pasien.

Keramahan pelayanan sangatpenting, supaya pasien (peng-ambil obat) merasa dihargai dan betah sehingga ia akan menjadipelanggan seumur hidup.

Kecepatan pelayanan juga penting , apalagi dalam duniamodem sekarang ini di mana waktu dirasakan sangat terbatas danberharga. Waktu adalah satu-satunya komoditi yang tidak dapatdiulang kembali. Setelah lewat dengan harga seberapa tinggipuntidak dapat dibeli kembali. Waktu sebetulnya adalah komodititermahal di dunia tetapi di masyarakat Indonesia masih sangatkurang dihargai.

Ketepatan pelayanan sangat penting. Bayangkan apa yangdapat terjadi bilamana obat yang diberikan salah. Paling ringanpenyakitnya tidak disembuhkan, tetapi kelalaian ini dapat me-nyebabkan kematian atau dapat menimbulkan cacat seumurhidup. Beberapa kasus kecelakaan karena kesalahan pemberianobat telah terjadi yang menimbulkan akibat yang parah terhadappasien. Mengingat hal ini maka apoteker harus menyempatkandiri untuk recheck sewaktu obat diberikan pada pasien apakahisinya sesuai dengan resep dokter.

Penerangan yang cukup jelas juga sangat penting untukmencegah kemungkinan terjadinya kesalahan dosis, cara pakaiobat dan supaya pasien juga mengetahui efek samping obat.Pernah terjadi bahwa seorang pasien diberi suppositoria dan

Page 140: 7964815 Cdk 071 Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

diminum, bukannya dimasukkan ke anus.Manajemen apotik juga perlu ditingkatkan, yaitu fungsi

perencanaan, pengarahan (directing), organizing, staffing, coor-dinating and controlling. Seorang apoteker RS harus dapatmelakukan fungsi manajemen umum dan manajemen keuangan.Bilamana semua fungsi ini dapat dilakukan dengan baik makaapotik RS bisa menjadi kebanggaan RS, pasien rawat jalanmaupun pasien rawat inap akan merasakan tenteram dan paradokter/perawat/mahasiswa juga dapat menarik man faat yang takterhingga dari semua informasi mengenai perkembangan mu-takhir dunia farmasi.

KESIMPULAN1. Dana yang dikeluarkan masyarakat untuk obat di Indonesia

cukup besar dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkanpelayanan yang memadai.

2. Di masa-masa yang akan datang peranan rumah sakit dalamsistim pelayanan kesehatan akan semakin besar, terutama dikota dan masyarakat akan menuntut pelayanan yang lebihbaik.

3. Rumah sakit sebaiknya menaruh perhatian utama dalam usahapeningkatan pelayanan kesehatan pada medical care danbukan pada hotel care.

4. Dalam usaha peningkatan mutu pelayanan farmasi di rumahsakit maka fungsi apoteker harus ditingkatkan dalam bidang:a. Manajemen umumb. Manajemen keuanganc. Manajemen fungsionald. Peningkatan Total Customer Satisfaction

5. Dalam usaha mempercepat alih ilmu dan teknologi duniapelayanan kesehatan harus lebih membuka diri dan lebihbanyak mengundang ahli-ahli kedokteran untuk bekerja dirumah sakit untuk waktu tertentu.

6. Untuk merangsang industri peralatan kedokteran sebaiknyasemua rumah sakit pemerintah/swasta dianjurkan memakaiperalatan produksi dalam negeri.

KEPUSTAKAAN

1. Iglehart JK. Health Policy Report, Germany's health care system. N Engl JMed, June 13, 1991; p. 1750-1756.

2. Source. International Monetary Fund, Government Finance Statistics Year-book 1987 and World Bank Staff Estimates.

3. World Almanac and Book of Facts 1991. U.S. Health Expenditures 1960-1988, 200 Park Avenue, New York, NY 10166. A Scrippes HowardCompany, p. 844.

4. Smith, Lee. A cure for what asks medical care. Fortune July 1, 1991; p. 36-39.

5. Smith MC, Knapp DA. Pharmacy, Drugs and Medical Care, 428 E. PrestonStreet, Baltimore, Md 21202, USA. The Williams & Wilterms Company,1976; p 51.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 133