79186899 makalah organisme interstitial

39
TUGAS MAKALAH BIOLOGI LAUT ORGANISME INTERSTITIAL Tugas untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah biologi laut SHIFA DINI FITRIANI 230210080004 HENDRA SURIANTA S 230210080008 AUFA FADHLI P 230210080018 BENNY YOHANNES 230210080027 SANDRA KANIA 230210080031 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JATINANGOR 2010

Upload: nikitadannisw

Post on 19-Jan-2016

287 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

TUGAS MAKALAH BIOLOGI LAUT

ORGANISME INTERSTITIAL

Tugas untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah biologi laut

SHIFA DINI FITRIANI 230210080004

HENDRA SURIANTA S 230210080008

AUFA FADHLI P 230210080018

BENNY YOHANNES 230210080027

SANDRA KANIA 230210080031

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

2010

Page 2: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kemampuan kepada kami untuk menyelesaikan makalah Biologi Laut yang berjudul

“Organisme Interstitial”.

Secara umum makalah ini berisi gambaran mengenai pengertian Organisme

interstitial, berbagai proses ekologis di dalam ekosistem perairan laut, prinsip-prinsip

yang mengatur kehidupan organisme interstitial serta metodologi yang digunakan

untuk pengambilan sampel. Agar tujuan dari penulisan makalah ini tercapai maka

kami berusaha menyajikannya dengan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti oleh

para pembaca dan disertai juga dengan gambar-gambar sehingga para pembaca

mendapat pemahaman yang lebih.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tulisan

berikutnya. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat sedikit ataupun

banyak bagi para pembaca, dan tidak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan

kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Tim Penyusun

Jatinangor, 28 Februari 2010

Page 3: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………….………………………..……....i

Daftar Isi………………………………………………………………………………ii

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang ………………………………………………………………...11.2 Tujuan ………………………………………………………………………...31.3 Manfaat ………………………………………………………………………...3

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Defenisi Interstitial ………………………………………………………..42.2 Habitat Organisme Interstitial ………………………………………………..42.3 Komposisi kelompok Interstitial ………………………………………………..72.4 Reproduksi ……………………………………………………………….13

BAB 3

Metodologi Penelitian

3.1 Pengambilan Sampel dan Ekstraksi Psammon ……………………………….14

BAB 4

Hasil dan Pembahasan

4.1 Adaptasi Organisme interstitial ……………………………………………….184.2 Faktor Pembatas Organisme Interstitial ……………………………………….214.3 Distribusi Spesies Interstitial ……………………………………………….244.4 Hubungan Trofik Meiofauna Interstisial ……………………………………….253.1 Peranan Ekologi Organisme Interstitial ……………………………………….31

BAB 5

Kesimpulan

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….34

Page 4: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

iii

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagaikomponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satusama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabilaterjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnyaperubahan nilai parameter fisika-kimia perairan), maka akan menyebabkanperubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatiforganismenya). Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistemyang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalamkeseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem dapat menentukankelestarian dari sumberdaya hayati sebagai komponen yang terlibat dalam sistemtersebut. Oleh sebab itu, untuk menjamin sumberdaya hayatinya, maka hubungan-hubungan ekologis yang berlangsung di antara komponen-komponen sumberdayahayati yang menyusun suatu sistem, perlu diperhatikan (Zulkifli, 2010).

Dari seluruh komponen biotik yang ada, maka salah satu di antaranya yangmenarik untuk dikaji adalah organisme interstisial, yaitu suatu kelompok faunabentik yang hidup dalam ruang interstisial yaitu ruang di antara partikel-partikelsedimen atau di sela-sela butiran sedimen (Higgins & Thiel 1988; Funch et al.2002; Linhart et al. 2002; Bartolomaeus & Schmidt-Rhaesa 2006). Karena faunaini hidupnya secara interstisial, maka di dalam makalah ini disebut sebagaiorganisme interstisial (Zulkifli, 2010).

Organisme interstisial merupakan biota laut yang masih sedikit dikenaloleh sebagian orang bila dibandingkan dengan biota laut lainnya, seperti ikan,kepiting, penyu, siput, cumi-cumi dan udang. Hal ini disebabkan oleh ukurantubuhnya yang sangat kecil dan posisinya yang tersembunyi di dalam sedimenserta tidak memberikan manfaat langsung bagi manusia (manfaat ekonomi).Umumnya organisme interstisial ini baru dikenal oleh para ilmuwan yangmenekuni bidang biologi dan ekologi laut. Selain organisme makrofauna besaryang mendiami pantai pasir, masih ada dunia lain yang hadir disini yaituorganisme yang mendiami ruang yang sangat sempit (mikrospace) diantara butir –butir yang berdekatan. Inilah yang disebut organisme interstitial. Keberadaanasosiasi organisme yang khas ini baru disadari oleh ilmuwan biologi pada abadke-20, pada saat ilmuwan eropa mulai menyelidiki lingkungan ini. Sejak itu,banyak ilmuwan di seluruh dunia melakukan kajian di daerah yang khas ini.

Page 6: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

2

Pengkajian awal terutama tentang taksonomi, untuk menentukan organisme apasaja yang ditemukan dan menamakannya. Selanjutnya, pengkajian ekologi telahdimulai, yang memberikan pengertian yang lebih baik kepada kita mengenaikondisi khas tempat hidup binatang-binatang ini (Nybakken, 1988).

Suatu kumpulan fauna dan flora interstitial telah dijumpai dalam substratpasir daerah intertidal dan subtidal di seluruh dunia, baik di air tawar maupun diair laut. Kelompok interstitial utama telah ditemukan oleh Coull et al. (1977)sampai di kedalaman 5000m. Pengkajian asosiasi ini, bagaimanapun, tidak meratapenyebarannya. Fauna interstitial lautan lebih dikenal daripada yang di air tawar,dan organisme serta asosiasi dari laut eropa merupakan yang paling dikenaldibandingkan berbagai daerah geografik lainnya. Fauna interstitial pantai PasifikAmerika Utara boleh dikatakan belum dikenal dan belum dikaji, sedangkan pantaiatlantik amerika utara telah menjadi tempat banyak pengkajian (Nybakken, 1988).

Kondisi yang mempengaruhi fauna interstitial agak berbeda dengankondisi yang mempengaruhi makrofauna di daerah yang sama. Mungkin faktorpaling penting, yang menentukan keberadaan, ketiadaan, dan tipe organismeinterstitial adalah ukuran butiran. Ukuran butiran sangat penting dalammenentukan besarnya ruangan interstitial yang tersedia untuk tempat tinggal.Makin besar ukuran butiran, makin besar volume ruangan interstitial dan olehsebab itu makin besar pula organisme yang dapat mendiami tempat itu.Sebaliknya, makin kecil ukuran butiran, makin kecil pula ruangan yang tersediadan dengan demikian makin kecil organisme yang dapat mendiaminya. Olehkarena itu ukuran butiran boleh bertindak sebagai suatu pembatas yang jelasterhadap penyebaran organisme psammon (Zulkifli, 2010).

Meskipun secara ekonomi tidak memberikan manfaat langsung bagimanusia, namun secara ekologis organisme interstisial ini memiliki peranan yangsangat penting dalam ekosistem laut. Peranan ekologis yang diberikan olehorganisme interstisial ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, ikutmenentukan keberadaan biota laut lainnya, seperti ikan, kepiting, penyu, siput,cumi-cumi dan udang yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi manusia.Peranan penting dari meiofauna interstisial ini adalah: 1) sebagai salah satu matarantai penghubung dalam aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem laut; 2)sebagai penyedia makanan bagi berbagai tingkat trofik yang lebih tinggi; 3)berperan aktif dalam meningkatkan penghancuran bahan organik (dekomposisiaerob), terutama dalam proses biodegradasi sisa-sisa tumbuhan yang nantinyaberlanjut ke proses mineralisasi oleh mikroba; 4) meningkatkan regenerasi nutriendi lingkungan bentik; 5) berperan dalam menyuburkan dasar perairan danmeningkatkan produktivitas bentik; 6) sebagai bagian dari komunitas bentos yangdapat menyumbangkan pengaruh interaktif kepada biota laut lainnya melaluikompetisi, simbiosis, predasi dan asosiasi; 7) sebagai bioindikator dalam menilai

Page 7: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

3

kondisi lingkungan laut (bioindikator pencemaran atau pengkayaan bahanorganik) (Lee et al. 2000; Mirto et al. 2000; Raffaelli 2000; Beier & Traunspurger2001; Smith et al. 2001; Mistri et al. 2002; Vezzulli et al. 2003; Buat 2006). Dariberbagai peranan meiofauna interstisial seperti yang disebutkan di atas, makasangat jelas pentingnya organisme ini dalam menunjang produktivitas perairan(Zulkifli, 2010).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui danmemahami peranan organisme interstitial dalam berbagai proses ekologis didalam ekosistem perairan laut dan prinsip-prinsip yang mengatur kehidupanorganisme interstitial.

1.3 Manfaat

Para pembaca dapat mengetahui dan memahami peranan dan prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan organisme interstitial dalam ekosistem perairanlaut.

Page 8: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

4

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Interstitial

Istilah interstitial adalah suatu istilah umum yang ditujukan padaorganisme yang menempati ruangan di antara butiran-butiran pasir. Psammonadalah sinonim untuk organism interstitial, mengenai semua yang hidup diantarabutiran-butiran. Istilah mesopsammon membicarakan semua organisme interstitialyang berhubungan dengan tepi pantai air tawar dan air payau, sedangkanthalassopsammon membicarakan organism yang berasosiasi dengan tepian lautdan daerah pasir. Meiofauna adalah istilah yang sering dipakai sebagai padanankata interstitial atau psammon. Meiofauna adalah organisme yang hidup secarainterstitial. Sinonimnya adalah meiobentos. Meiofauna dapat pula diartikansebagai kelompok metazoa kecil yang berada di antara mikrofauna danmakrofauna. Meiofauna adalah kelompok hewanberukuran antara 63–1000 µmatau hewan-hewan multiseluler yang lolos pada saringan 0.063–1 mm danmerupakan organisme yang melimpah pada komunitas dasar yang bersubstratlunak atau pada sedimen laut mulai dari zona litoral atas sampai pada zona abisal.Istilah endobentik digunakan bagi meiofauna yang berpindah dalam sedimen.Meiofauna yang hidup dan berpindah dalam ruang interstitial disebut mesobentik,sedangkan meiofauna yang hidup pada batas antara sedimen dan air (sediment-water interface) disebut epibentik (Zulkifli, 2010).

2.2 Habitat Organisme Interstitial

Berdasarkan pada tipe habitatnya, meiofauna dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, yaitu :

1) Meiofauna yang hidup pada substrat kasar (pasir), seperti Copepoda,Ostracoda, Gastrotricha, Turbellaria, Oligochaeta, Tardigrada danArchiannelida;

2) Meiofauna yang hidup pada substrat lunak (lumpur), seperti Nematoda,Copepoda, Foraminifera, Ostracoda dan Annelida; dan

3) Meiofauna yang hidup di lapisan sedimen yang miskin oksigen dan/atautanpaoksigen, seperti Nematoda, Turbellaria, Ciliata, Rotifera,Gastrotricha,Gnathostomulida dan Zooflagellata.

Terkait dengan habitatnya, meiofauna dapat dijumpai di berbagai tipehabitat baik habitat yang bervegetasi maupun yang tidak bervegetasi. Habitatbervegetasi (seperti alga, lamun dan mangrove) dan habitat yang tidak

Page 9: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

5

bervegetasi (seperti hamparan pasir pantai yang luas dan pantai berbatu) dapatmenciptakan habitat tersendiri bagi meiofauna dan memiliki karakteristik yangkhas yang berbeda satu dengan lainnya (Zulkifli, 2010).

Habitat Bervegetasi Lamun

Karakteristik yang khas dari habitat bervegetasi lamun adalah adanyameiofauna yang cukup melimpah dan beragam. Daun, rhizoma dan akar lamundapat menyediakan sejumlah sejumlah habitat dan tempat perlindungan yangpenting bagi meiofauna. Daun lamun yang memanjang seperti pita dan terjuntaike bawah dapat berperan sebagai jalan bagi meiofauna dalam upayanyabermigrasi dari sedimen ke daun lamun. Habitat lamun ini mengandung sejumlahbesar detritus yang berasal dari tumbuhan lamun dan mengandung fauna yangkhas. Biasanya daun lamun banyak detritus yang terakumulasi dan merupakantempat yang cocok bagi alga epifit dan meiofauna. Hamparan lamun dapat dihunioleh meiofauna yang kelimpahannya mencapai dua kali dibandingkan dengankelimpahan meiofauna pada sedimen di dekatnya. Kelimpahan meiofauna dihamparan lamun dapat mencapai 106 individu/m2 yang setara dengan 10% daribiomassa makrofauna yang hidup di habitat ini (Zulkifli, 2010).

Di habitat sedimen yang ditumbuhi oleh vegetasi lamun dengan tingkatdeposit sedimen lumpur dan detritus yang tinggi, meiofauna Nematodamerupakan kelompok khas yang dominan, sedangkan pada perairan yangmakrofitanya lebih bersih pada wilayah yang salinitasnya tinggi cenderungdidominasi oleh taksa Copepoda dan Ostracoda (Arunachalam & Nair 1988).Sementara itu, keberadaan meiofauna di permukaan daun lamun lebih disebabkanoleh adanya pengadukan sedimen oleh arus. Meiofauna bersama dengan butiransedimen terangkat dan akhirnya menempel pada daun lamun. MeiofaunaForaminifera dijumpai di permukaan tumbuhan laut misalnya lamun danmakroalga. Meiofauna yang hidup di padang lamun dikelompokkan ke dalam duakelompok hewan, yaitu meiofauna bersifat infauna (seperti Copepoda harpaticoid,Ostracoda, Nematoda, Polychaeta), dan meiofaunayang bersifat mobile epifauna(seperti Copepoda, Ostracoda, Nematoda, Rotifera). Di antara kelompokmeiofauna, Copepoda umumnya melimpah di dalam ekosistem lamun danmerupakan organisme yang umum menempati permukaan daun (Hall & Bell1993; De Troch et al. 2003). Dinamika komunitas meiofauna di habitat yangbervegatasi lamun ini sangat bergantung pada musim dan siklus pertumbuhanserta pembusukan serasah dari vegetasi ini. Hal ini disebabkan oleh adanyaketerkaitan antara struktur tubuh meiofauna, khususnya organ mulut dan alatpencernaan meiofauna, dengan jenis vegetasi yang dimakan. Ketertarikanmeiofauna terhadap jenis vegetasi tertentu disebabkan oleh adanya cairan atraktanyang dikeluarkan oleh lamun yang dapat menarik kedatangan meiofauna (Zulkifli,2010).

Page 10: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

6

Habitat Bervegetasi Mangrove

Habitat yang bervegetasi mangrove juga dapat menciptakan karakteristiktersendiri bagi kehidupan meiofauna. Vegetasi mangrove merupakan tumbuhanyang sangat adaptif di daerah pasang surut. Di satu sisi, sistem perakaranmangrove dan naungan kanopinya memberikan habitat dan tempat berlindungbagi meiofauna. Hal ini tentunya bersifat positif bagi meiofauna. Sementara di sisilain, senyawa tannin yang terkandung dalam serasah mangrove (busukan daun,busukan kulit batang dan akar) bersifat negatif menekan populasi dan kelimpahanmeiofauna. Terkait dengan kandungan tannin pada vegetasi mangrove, beberapavegetasi mangrove yang mengandung tannin antara lain adalah Bruguieragymnorhiza (20–43%), Ceriopstagal (20–40%), Rhizophora mucronata (8–40%),Ceriops decandra (25–37%), Xylocarpus granatum (20–34%), dan Sonneratiacaseolaris (9–15%). Keberadaan senyawa tannin dalam lapisan sedimen yangmengandung detritus mangrove, kadarnya bertambah tinggi sejalan denganbertambahnya kedalaman sedimen). Dalam kaitannya dengan kehidupanmeiofauna di dalam lapisan sedimen, senyawa tannin mangrove berpengaruhnegatif bagi kelimpahan meiofauna di sekitar akar mangrove. Hal ini berartibahwa penurunan jumlah meiofauna berhubungan dengan tannin mangrove yangmempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap kelimpahan meiofauna(Tietjen & Alongi 1990; Coull 1999; Gwyther 2000) dan nilai nutrisi detritusmangrove yang sangat rendah (Alongi & Christoffersen 1992; Gwyther 2000 ).Kepadatan populasi meiofauna dari kelompok Nematoda lebih tinggi terdapatpada serasah mangrove Avicennia marina (kadar tannin rendah) dibandingkandengan serasah Rhizophora stylosa (kadar tannin tinggi). Ini berarti bahwasedimen yang mempunyai kadar tannin rendah lebih cepat dikolonisasi olehmeiofauna kelompok Nematoda ini. Namun, hasil penelitian Dittmann (1999) dihamparan pantai yang bervegetasi mangrove Avicennia menemukan bahwa dilokasi ini kepadatan meiofauna sangat rendah (Zulkifli, 2010).

Habitat Tanpa Vegetasi (Bare Area)

Habitat yang tidak bervegetasi biasanya terdapat di daerah intertidal yangmerupakan wilayah pantai terbuka yang terletak antara titik pasang tertinggi dantitik surut terendah, atau disebut juga dengan zona pasang surut. Zona inimerupakan zona yang paling dinamis karena di zona ini terjadi fenomena pasangsurut air laut dan adanya energi gelombang yang besar (Nybakken & Bertness2005). Dengan adanya fenomena ini, habitat di daerah ini memiliki beberapa sifatyang khas, yaitu: 1) sedimen mengalami pergantian kondisi terekspos (terdedah)dan terendam secara periodik sejalan dengan siklus pasang surut yang terjadi; 2)sedimen mengalami dinamika yang cukup hebat sebagai konsekuensi dariturbulensi air laut yang dapat meresuspensi, mendeposisi dan mengagitasisedimen; dan 3) sedimen mengalami tekanan faktor-faktor daratan sebagai

Page 11: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

7

konsekuensi dari posisinya yang berbatasan langsung dengan daerah teresterial.Karakteristik habitat yang khas ini dapat mempengaruhi kehidupan organismebentik pada umumnya, dan khususnya sangat berpengaruh terhadap keberadaanmeiofauna di daerah ini (Mann & Lazier 1991; Hall 1994; McLachlan & Turner1994; Valiela 1995; Mann 2000; Rodríguez et al. 2001; Rodríguez 2004;Nybakken & Bertness 2005; Skilleter 2006). Sifat habitat yang khas ini dapatmenciptakan karakteristik meiofauna yang hidup di habitat tersebut. Meiofaunayang hidup di habitat pantai terbuka ini juga akan mengalami kondisi terekspos(terdedah) dan terendam di saat panas sangat terik, suhu sedimen meningkat danpengaliran air ke dalam ruang-ruang interstitial menjadi terhenti. Hal inimenyebabkan meiofauna terancam kekeringan sehingga dapat menekankehidupan meiofauna yang sifat mobilitasnya lamban. Dalam menghadapi kondisiyang demikian, meiofauna dapat beradaptasi yaitu dengan mengembangkankemampuan migrasi vertikal untuk mencegah kekeringan tubuhnya. Dinamikasedimen yang diakibatkan oleh turbulensi air laut yang kuat, kemungkinannyaakan menyebabkan: 1) struktur dan kondisi habitat meiofauna di daerah inimenjadi tidak stabil, sehingga berakibat fatal bagi larva-larva meiofauna yangmasih lemah (Snelgrove & Butman 1994; Arroyo et al. 2004); 2) meiofauna yangada di permukaan sedimen akan terangkat dan tersuspensi ke kolom air sehinggamudah dimangsa oleh predator yang bersifat pemakan suspensi (Boström &Bonsdorff 2000; Aarnio 2000; Rodríguez 2004); 3) meiofauna akan disebarkanoleh arus ke tempat yang baru dan membentuk kolonisasi pada substrat yang lain(Kurdziel & Bell 1992; De Troch et al. 2003); dan 4) meiofauna dapat bertahanhidup di habitatnya dengan mengembangkan mekanisme pelekatan tubuh padasedimen dan mekanisme perlindungan tubuh untuk mencegah terhempasnya dancederanya tubuh meiofauna oleh hempasan air laut yang kuat (Giere 1993;Nybakken & Bertness 2005). Adanya tekanan faktor-faktor daratan sebagaikonsekuensi dari posisinya yang berbatasan langsung dengan daerah teresterial,dapat bersifat positif (menguntungkan) dan bersifat negatif (merugikan) bagikehidupan meiofauna di daerah ini. Bersifat positif apabila masukan unsur-unsurseperti busukan sampah organik, organisme yang mati dari daratan dapat menjadisumber makanan bagi meiofauna, sedangkan bersifat negatif apabila masukanunsur-unsur kimia (polutan) dari daratan bersifat toksik dan mengancamkehidupan meiofauna (Zulkifli, 2010).

2.3 Komposisi Kelompok Interstitial

Tipe-tipe organisme yang membentuk psammon macamnya sangat banyakdari fila invertebrata , sebagian diwakili oleh satu atau sejumlah kecil spesies saja,sedangkan yang lain melimpah baik dalam jumlah individu maupun spesies(Nybakken, 1988).

Page 12: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

8

Filum invertebrata yang bertubuh kecil (meiofauna) sejak permulaanberadaptasi dan hidup di ruangan yang kecil antara butiran pasir dan lumpur, dandiwakili oleh banyak individu dan genus. Filum Protozoa diwakili oleh sejumlahbesar spesies siliata, yang sangat beragam dalam bentuk dan cukup menarik,sering kali hewan metazoa lebih banyak. Kelas Turbellaria, filumPlatyhelminthes, juga banyak terdapat cacing-cacing kecil, pipih dan memanjang.Beberapa filum invertebrata yang sedikit terdapat dalam jumlah yang memadaisebagai psammon, hewan ini termasuk filum Gastroticha, Tardigrata, danRotifera. Gastrotricha khususnya banyak terdapat sebagai thalassopsammonsedangkan Rotifera sebagai mesopsammon (Nybakken, 1988).

Gambar 1. Tipe protozoa siliata interstitial. (A) Loxophyllum verniformdengan tubuh memipih. (B) Trachelotaphis remanei dengantubuh silindris. (C) Remanella caudata dengan tubuh dan ekormemanjang. (E) Geleia gigas dengan tubuh seperti benang.(Dari B. Swedark, 1964, the interstitial fauna of marine sand,Biological reviews, vol. 39, Cambridge University Press

Page 13: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

9

Gambar 2. Beberapa contoh cacing pipih Turbellaria dari pantai pasir lautinterstitial di Florida. (A) Satu anggota dari familiMacrostomidae. (B) Satu anggota dari familiKalyptorhynchidae. (C) Polystylophora sp. (D)Proschizorhynchus sp. (E) Cicerina sp. (F) Nematoplana sp.(Dari L. Bush, 1968, Trans. Amer. Microsc., vol. 87, no. 2,hlm. 244-251.)

Page 14: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

10

Gambar 3. Beberapa gastrotricha interstitial. (A) Urodasys viviparus. (B)Pseudostomella roscovita. (C) Thaumastoderma heideri. (D)Diplodasys ankelli. (Dari B. Swedmark, 1964, biologicalreviews, vol.39, Cambridge University Press.)

Ada sekitar 38 taksa meiofauna yang hidup di sedimen perairan payau danlaut. Berdasarkan pada karakteristik hidupnya, meiofauna dapat dibagi ke dalamdua kelompok, yaitu (1) meiofauna yang bersifat permanen; dan (2) bersifattemporer. Meiofauna permanen adalah meiofauna sejati yang berukuran kecilsampai dewasa menghabiskan seluruh masa hidupnya di dalam ruanganantarbutiran sedimen atau sepanjang siklus hidupnya bersifat meiobentos,contohnya Nematoda, Gastrotricha, Tardigrada, Copepoda, Mystacocarida,Ciliophora, Archiannelida, Ostracoda, Rotifera, Kinorhyncha, dan Halacarida,beberapa kelompok Turbellaria, Oligochaeta, beberapa Polychaeta. Meiofaunatemporer atau sementara merupakan larva makrofauna dan juvenil organismeyang baru saja menetap, contohnya Bryozoa, Hydrozoa, Gastropoda,Nemertina,Brachiopoda, Amphipoda, Aplacophora, Holothuroidea, dan Tunicata(Nybakken & Bertness 2005) (Zulkifli, 2010).

Berdasarkan morfologi dan cara makannya, meiofauna dapatdikelompokkan menjadi empat, yaitu :

1) Meiofauna pemakan deposit yang selektif (selective deposit feeders)dengan bentuk morfologi mulut yang sempit;

2) Meiofauna pemakan deposit yang tidak selektif (non-selective depositfeeders) dengan bentuk morfologi mulut yang lebar;

Page 15: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

11

3) Meiofauna pemakan alga (herbivorous feeders); dan

4) Meiofauna omnivora/predator juga mengelompokkan meiofauna ke dalamdeposit feeders, epigrowth feeders, omnivores/predators.Mengelompokkan meiofauna ke dalam bacteriovores, non-selectivedeposit feeders, epigrowth feeders, omnivores/predators.

(gambar 7.5)

Kehidupan meiofauna sangat dipengaruhi oleh karakteristik sedimen.Berdasarkan pada hal ini, maka meiofauna dapat dibedakan menjadi duakelompok, yaitu:

1) Meiofauna penggali liang di dalam substrat lumpur, dan

2) Meiofauna penghuni ruang interstitial yang hidupnya menetap di lapisansedimen. Meiofauna yang termasuk kelompok penggali liang menembussedimen dengan memindahkan partikel dalam pergerakannya dan bentuktubuhnya cenderung lurus memanjang (streamline) sehingga memudahkanpenggalian. Umumnya, komunitas meiofauna interstitial ini cenderunglebih beragam dibandingkan dengan meiofauna penggali liang.

Cacing dari filum Annelida yang bertubuh memanjang sesuai sekali dalamlingkungan yang demikian, sehingga terdapat dalam jumlah yang melimpah. Padakomunitas alami, genus yang berukuran kecil (<1mm) memiliki ukuran populasiyang besar, laju penyebaran tinggi dan laju pemusnahan rendah, sifat habitattersebut diperlukan untuk menjelaskan kehadiran organisme dan faktor historisnya(Zulkifli, 2010).

Di dalam sedimen lumpur biasanya lebih dari 90% meiofauna, terutamaNematoda, hidup pada kedalaman 5 cm di bawah permukaan sedimen. Meiofaunaini dapat hidup pada kedalaman beberapa desimeter di pantai berpasir dan padahamparan pasir yang halus, kelimpahan tertinggi biasanya pada kedalaman ± 10–20 cm. Kebanyakan meiofauna ini tidak memerlukan oksigen dalam jumlahbanyak dan kemungkinan secara fakultatif anaerob. Beberapa taksa meiofaunadapat hidup menetap pada permukaan sedimen yang mengandung sulfat, dan satudi antaranya merupakan organisme yang hidup pada kondisi tidak beroksigen,yaitu Nematoda. Secara umum, Nematoda mendominasi jumlah dari totalmeiofauna, kemudian biasanya diikuti oleh Copepoda dan Gastrotricha. Terkaitdengan habitatnya, meiofauna dapat dijumpai di berbagai tipe habitat baik habitatyang bervegetasi maupun yang tidak bervegetasi. Habitat bervegetasi (sepertialga, lamun dan mangrove) dan habitat yang tidak bervegetasi (seperti hamparanpasir pantai yang luas dan pantai berbatu) dapat menciptakan habitat tersendiri

Page 16: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

12

bagi meiofauna dan memiliki karakteristik yang khas yang berbeda satu denganlainnya (Zulkifli, 2010).

Filum yang biasanya terdiri dari organisme besar atau bentuk-bentuk yanghidup didasar atau menetap jarang di dapatkan sebagai psammon.sedangkan filumyang betubuh besar dan tidak memungkinkannya masuk kedalam ruangan sempit.Contoh dari filum ini adalah echinodermata dan cnidaria. Filum ini mempunyaikehidupan menetap karena sifat substrat yang dinamis membuat hewan ini sukarmempertahankan keberadaannya dan harus hidup secara permanen pada satutempat.Hidupnya bergantung kepada organisme yang tersaring dari air. Dilingkungan interstitial , relatif hanya ada sedikit air dan sedikit organisme dalamair yang dapat disaring, karena sebagian besar menempelkan diri pada butiranpasir. Jenis hewan yang termasuk filum Bryozoa dan kelas Tunicata (Ascidiacea)(Nybakken, 1988).

Gambar 4. Wakil-wakil Mollusca, Cnidaria, Echinodermata, dan Brachiopoda. (A)Caceum glabra (Mollusca, Gastropoda). (B) Hedylopsis brambeli(Mollusca, Gastropoda). (C) Gwynia capsula (Brachiopoda). (D)Labidoplax buskii (Echinodermata). (E) Stylocoronella riedli(Cnidaria, Scyphozoa). (F) Psammohydra nanna (Cnidaria,Hydrozoa). (Dari N. C. Hulings, editor, Proceedings of the firstinternational conference on meiofauna, Smithsonian Contributins tozoology, no. 76)

Page 17: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

13

2.4 Reproduksi

Beberapa spesies organisme interstitial bersifat hermaprodit, satu individumemiliki system jantan dan betina. Dalam system reproduksinya hewan interstitialyang memiliki ukuran yang sangat kecil, gamet yang dapat dihasilkannya padasuatu waktu jumlahnya sangat terbatas. Berbeda dengan makrofauna yang seringkali menghasilkan ribuan bahkan ratusan ribu telur, produksi telur olehthalassopsammon hampir selalu kurang dari 100 per individu dan biasanya antarasatu dan sepuluh (Nybakken, 1988).

Karena jumlah telur yang sangat sedikit, suatu spesies tak bolehkehilangan banyak telur agar dapat menghasilkan generasi penerus. Oleh karenaitu binatang ini telah mempunyai berbagai adaptasi untuk menjamin kelangsunganhidup turunannya yang sedikit. Pertama ada adaptasi yang menjamin terjadinyafertilisasi. Salah satu caranya adalah dengan berkopulasi, dalam hal ini terjadiperubahan sperma yang tak langsungkepada binatang betina. Inilah yang terjadipada kopepoda harpaktikoid. Cara lain ialah membungkus suatu sperma dalamsatu unit yang disebut spermatofora dan melekatkannya pada betina, dengandemikian tersedia sperma untuk membuahi telur yang dikeluarkan, misalnya yangterjadi pada cacing polikaeta dan moluskaakoklidiasea tertentu (Nybakken, 1988).

Sekali fertilisasi terjadi, embrio harus dilindungi dari kemusnahan.Biasanya organisme bentik menempatkan embrionya secara planktonik untukmemungkinkan penyebaran yang maksimal. Tetapi plankton merupakanlingkungan yang berbahaya, kebanyakan embrio musnah Karena pemangsaan.Untuk menghindari dari bahaya tersebut, hewan bentik ini menggunakan cara iniuntuk memproduksi banyak larva. Oleh karena thalassopsammon tidak dapatmenghsilkan banyak telur, berarti menempatkan larva secara planktonik bukanlahsuatu strategi yang baik untuk mempertahankan kehidupan. Dalam kasus ini telurdipelihara hewan betina sampai anak-anaknya mencapai ukuran cukup besarhingga berdiri sendiri. Dapat disimpulkan bahwa perlindungan terjadi padakelompok invertebrata yang tidak mempunyai kebiasaan demikian, misalnyaCnidaria (Otohydra) dan Gastrotricha (Urodasys viviparus) (Nybakken, 1988).

Bagi sebagian kecil yang tidak melindungi anak-anaknya didapati carapengamanan tambahan. Telur yang dikeluarkan memiliki perekat sehinggamemiliki kemampuan cepat melekat pada pasir, atau terbungkus dalam kokonyang mudah melekat. Dalam kasus manapun perkembangan biasanya langsung,yaitu telur menetas mengeluarkan juvenile dan tidak mempunyai larva perenang-bebas atau larva yang non-pelagik dan tetap berada pada ruangan antarbutiranpasir (Nybakken, 1988).

Walaupun kebanyakan spesies mempunyai potensi reproduktif yangrendah, periode reproduktif musiman tampak pada banyak spesies. Pengkajian

Page 18: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

14

yang dilakukan oleh Gerlach (1971) menyimpulkan bahwa waktu generasiorganisme interstitial bervariasi antara beberapa hari sampai lebih dari satu tahun.Rata-rata dihasilkan tiga generasi per tahun (Nybakken, 1988).

Page 19: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

15

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Pengambilan Sampel dan Ekstraksi Psammon

Karena organisme interstitial sangat kecil dan mendiami suatu habitatyang khas, diperlukan teknik khusus untuk mengambil sampelnya. Banyak sekaliteknik pengambilan sampel dan ekstraksi yang telah digunakan oleh ilmuwanmeiobentik selama bertahun-tahun, dan tidak ada satupun yang benar-benar baku.Tetapi kebanyakan teknik bersifat sederhana dan dapat dikelompokkan ke dalambeberapa kelas umum (Nybakken, 1988).

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa organismeinterstitial mendiami suatu habitat yang khas yaitu menempati ruangan di antarabutir-butiran pasir. Karena organisme interstitial berukuran kecil, hanya satusampel kecil saja dari substrat pasir yang dibutuhkan. Ini paling mudah didapatdengan mengambil core. Alat pengambil core biasanya berbentuk pipa plastikatau pipa metal yang dapat dibenamkan ke dalam pasir dengan tangan, kemudianditutup salah satu atau kedua ujungnya, dan diangkat dari pantai. Kolom pasiryang terbungkus kemudian dikeluarkan dan organisme diekstraksi (Nybakken,1988).

Gambar 5. Alat coring untuk mengumpulkan sampel organisme interstitial

Dapat juga dengan mengambil sedikit volume atau core dari suatu sampelgrab atau dradge yang lebih besar yang dimaksudkan untuk mengambilmakrofauna. Karena fauna interstitial terdapat pada beberapa lapisan vertikalpasir, sebaiknya pengambilan core dari substrat dilakukan agak dalam. Tetapi

Page 20: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

16

sebagian besar individu meiofauna akan terkonsentrasi pada lapidan atas denganketebalan 10-15 cm, oleh karena itu kedalaman 25-30cm sudah memadai untukmendapat sampel, kecuali untuk beberapa jenis cacing (Nybakken, 1988).

Garis tengah alat pengambil core tidak begitu penting, tetapi yang biasadipakai ukurannya berkisar antara 2-4 cm. ukuran yang lebih besar menghasilkansampel yang begitu besar sehingga memperpanjang dan menyulitkan ekstraksi(Nybakken, 1988).

Gambar 6. Duaperangkat alat untukmemisahkan faunainterstitial dari pasir. (A)Metode es air laut Uhlig.(B) Metode elustriasi(pembasuhan) Bossieau.(A, menurut G. Uhlig,1968, Trans, Amer.Microsc. Soc., vol. 87,no. 2; B foto olehpenulis.)

Page 21: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

17

Begitu sampel diambil, organisme perlu segera diekstraksi. Faunainterstitial enggan meninggalkan ruangan-ruangan kecilnya dan harus dikeluarkandengan metode khusus untuk dapat mempelajarinya. Beberapa teknik ekstraksiyang berbeda telah digunakan bertahun-tahun dan masing-masing teknikmemberikan hasil yang berbeda. Perlu dicatat bahwa fauna dapat diekstraksihidup-hidup atau diawetkan. Pada kebanyakan kasus, lebih baik mengekstraksibinatang dalam keadaan hidup, binatang hidup lebih mudah dilihat dan jugakarena kelompok seperti cacing pipih dan gastrotricha pada hakikatnya tak dapatdiidentifikasi kalau diawetkan (Nybakken, 1988).

Ekstraksi paling sederhana dilakukan dengan mengambil satu ember pasirdan biarkan menggenang sampai organisme yang ada keluar sendiri. Tekniksederhana lainnya adalah dengan memanfaatkan tanggapan organisme terhadapsuhu. Inilah yang disebut Teknik Es Air Laut Uhlig (Uhlig Seawater IceTechnique) (Uhlig, 1968). Dalam teknik ini dampel pasir ditempatkan dalamtabung yang dasarnya mempunyai saringan halus. Di atas pasir diletakkan es airlaut. Seluruh alat ini kemudian diletakkan sedemikian rupa sehingga dasarnyamenyentuh permukaan air di suatu bejana. Perlahan-lahan es air laut mencair,airnya merembes melewati pasir, dan mendorong binatang ke dalam bejana.Metode elutriasi (mengeluarkan dengan cara membasuh) merupakan metode yanglebih efisien. Dalam teknik ini, dampel pasir dimasukkan ke dalam wadah yangmempunyai lubang pada bagian atas dan bawahnya. Kemudian pasir terus-menerus diaduk dengan air yang masuk dari bawah. Sementara pasir teraduk,organisme terangkut dan terbawa ke luar bersama air melalui lubang yang ada diatas. Air ini disaring yang sangat halus yang akan menangkap organisme tersebut.Dalam teknik ini perlu diingat bahwa untuk air masukan hanya digunakan airyang sudah disaring. Kalau tidak, sampel akan terkontaminasi dengan organismeplankton. Teknik ini dapat digunakan baik untuk materi yang hidup atau sudahdiawetkan (Nybakken, 1988).

Page 22: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

18

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 Adaptasi Organisme interstitial

Lingkungan merupakan sesuatu yang dinamis dengan tiap-tiap butiranpasir di lapisan atas secara tidak henti-hentinya tersuspensi dan terendapkan,dengan demikian baik letaknya maupun besarnya ruangan interstitial selaluberubah. Meiofauna interstisial dapat memberikan respon terhadap lingkungandalam beberapa cara, yaitu:

1) Melalui perkembangan hidupnya2) Respon fisiologi (ekofisiologi dan ekotoksikologi)3) Pergerakan4) Tingkah laku yang lain (seperti tingkah laku dengan isyarat)5) Kemahiran dalam mendapatkan makanan

Interaksi ini sebagai konsekuensi dari meiofauna interstisial untukmempertahankan hidupnya. Meiofauna interstisial pemakan deposit (depositfeeder) akan dipengaruhi oleh ukuran partikel dalam lingkungan, sedangkanmeiofauna interstisial pemakan suspensi (suspension feeder) dapat dipengaruhioleh proses hidrodinamika lokal dan proses-proses fisika lainnya dalam kolom air(Rodríguez et al. 2001). Untuk dapat mempertahankan hidupnya terhadap kondisilingkungan, maka meiofauna interstisial memiliki beberapa adaptasi, yaitu:

a. Adaptasi Morfologi

Masing-masing genus meiofauna memiliki kisaran toleransi tertentuterhadap kondisi ekologi sejalan dengan seberapa jauh keberhasilannyamengembangkan mekanisme adaptasi. Hal tersebut memungkinkan faktor-faktorekologik mengatur komposisi dan ukuran komunitas meiofauna. Dalammenghadapi perubahan kondisi lingkungan di habitatnya, meiofauna telahmengembangkan berbagai bentuk adaptasi morfologi. Adaptasi morfologi yangdimaksud adalah adaptasi ukuran tubuh, adaptasi bentuk tubuh, penyederhanaanorgan dan memperkuat dinding tubuh serta mengembangkan alat pelekat(Riemann 1988; Webber & Thurman 1991; Giere 1993; Chen et al. 2004;Nybakken & Bertness 2005).

Semua organisme meiofauna berukuran sangat kecil. Adaptasi yang sangatnyata terhadap lingkungan dinamis adalah ukuran dan bentuk tubuh. Ukurantubuh meiofauna interstisial berkisar 0.63–1 mm (63–1.000 μm). Bersamaan

Page 23: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

19

dengan tubuh yang kecil, terjadi juga penyederhanaan dalam keruwetan danbanyaknya sistem organ tubuh pada binatang interstitial ini, sebagai contoh,perlengkapan faring (pharynx) yang kompleks, insang parapodia dan bahkanginjal (nephiridia) seringkali tidak ditemukan pada polikaeta makrofauna .

Kebanyakan organisme meiofauna mempunyai bentuk tubuh memanjangatau seperti plat, dan ada juga berbentuk silinder. Umumnya meiofaunamelakukan pelangsingan tubuh dan meningkatkan fleksibilitas tubuh. Bentuktubuh seperti flat, organisme meiofauna dapat melekatkan dirinya pada ruangyang sempit pada butiran sedimen. Adaptasi ini agar meiofauna dapat tetaptinggal dalam ruang sedimen yang sempit, sehingga terbebas dari pengaruhselama proses suspensi kembali (resuspensi) ke atas. Dalam lingkungan sedimenyang gelap, meiofauna melakukan adaptasi dengan mereduksi mata dan pigmentubuhnya (Webber & Thurman 1991; Nybakken & Bertness 2005; Castro &Huber 2007) (Zulkifli, 2010).

b. Adaptasi Fisiologi

Meiofauna mampu mengembangkan adaptasi fisiologi terhadap kondisilingkungan bentik untuk kelangsungan hidupnya di bawah kondisi yang kurangoksigen. Adaptasi fisiologi genus meiofauna terhadap kandungan oksigen yangrendah adalah dengan cara:

1) Mengurangi (mereduksi) aktivitas dan metabolisme,2) Mengembangkan pigmen darah dengan mengikat oksigen yang sangat

tinggi3) Respirasi anaerob dengan menghasilkan dan mengeluarkan hasil akhir

pernafasan. Kondisi lingkungan bentik yang kurang oksigen ini berkaitandengan keberadaan senyawa sulfida (H

2S) dalam sedimen.

Terkait dengan adaptasi meiofauna pada sedimen yang mengandung H2S

dengan kondisi oksigen yang rendah, maka meiofauna mempunyai hubungansimbiotik yang berkembang sehingga dapat beradaptasi terhadap kondisi tersebut.Meiofauna yang toleran terhadap H

2S dan mampu hidup pada kadar oksigen yang

rendah atau miskin oksigen disebut dengan thiobios. Beberapa meiofauna yangmampu hidup pada kondisi yang demikian adalah Nematoda, Ciliata,Platyhelminthes, Gnathostomulida, Gastrotricha, Oligochaeta dan Aschelminte.(Heip et al. 1985; Giere 1993; Coull 1999) (Zulkifli, 2010).

Meiofauna interstisial permanen memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil,sehingga gamet yang dihasilkannya pada suatu waktu terbatas jumlahnya.Produksi telur yang dihasilkan meiofauna hampir selalu kurang dari 100 perindividu dan biasanya antara satu dan sepuluh. Karena jumlah telur yangdihasilkan sangat sedikit, maka suatu genus tak boleh kehilangan banyak telur

Page 24: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

20

agar dapat menghasilkan generasi penerusnya. Untuk dapat menjaminkelangsungan hidup generasinya, maka meiofauna telah mempunyai berbagaistrategi adaptasi, yaitu:

1. Adaptasi yang menjamin terjadinya fertilisasi dengan cara:(i) Berkopulasi, dalam hal ini terjadi pemindahan sperma langsung kepada

meiofauna betina (misalnya pada Copepoda harpacticoid).(ii) Membungkus semua sperma dalam satu unit spermatophora dan

melekatkannya pada meiofauna betina, dengan demikian tersedia spermauntuk membuahi telur yang dikeluarkan (misalnya pada Polychaeta).

(iii) Genus meiofauna yang bersifat hermafrodit memiliki sistem jantan danbetina, sehingga dapat menjamin fertilisasi (misalnya Gastrotricha danPolychaeta).

2. Adaptasi pemeliharaan telur dan perlindungan anak-anaknya.

Selain itu, strategi adaptasi yang dikembangkan oleh meiofauna adalahmelengkapi perekat pada telur yang dikeluarkannya sehingga dengan cepatmenempel pada substrat atau terbungkus dalam kokon yang mudah melekat.Ketika telur menetas mengeluarkan larva, maka larva tersebut tetap berada padaruangan antarbutiran sedimen karena larva yang dihasilkannya tidak bersifatplanktonik (Zulkifli, 2010).

c. Adaptasi Perilaku (Behavior)

Perilaku migrasi juga dapat diperlihatkan oleh meiofauna. Dalam beberapakasus, genus meiofauna lebih atau kurang mengandalkan transpor pasif oleh aruspasang. Ketika munculnya pasang, meiofauna akan ditranspor secara pasifwalaupun meiofauna bergerak dengan pelan-pelan pada permukaan sedimen(Zulkifli, 2010).

Beberapa genus meiofauna dapat beradaptasi untuk menghadapi pengaruharus pasang, yaitu dengan mengembangkan mekanisme organ renang. Bagimeiofauna yang dapat berenang secara aktif dapat melakukan migrasi ke kolomair. Pada fase muda, meiofauna berenang secara aktif ke lapisan air di atasnya dandisebarkan ke laut oleh arus. Sementara itu, meiofauna fase dewasa cenderungberada dekat dasar dan kemudian disebarkan kembali oleh arus. Meiofauna yangterbawa oleh arus pasang tersebut akan mengembangkan adaptasi perilaku untukmembuat dan menempati habitat yang baru. (Zulkifli, 2010)

Meiofauna dapat beradaptasi terhadap perubahan musim. Pada musimdingin di daerah mangrove, ketika bahan organik terakumulasi ke dalam sedimen,genus meiofauna dari family Chromadoridae (taksa Nematoda) tetap berada didalam sedimen. Meiofauna ini dapat beradaptasi terhadap kondisi lingkungan

Page 25: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

21

sedimen yang sangat dingin. Pada musim panas, mereka bermunculan kembaliuntuk membentuk koloni yang baru. Strategi adaptasi perilaku meiofaunaterhadap perubahan musim dari famili Chromadoridae ini berbeda dengan familiMonhystiridae yang hanya tercatat pada waktu pertumbuhan alga mencapaipuncaknya, dan fauna ini berasosiasi dengan proses dekomposisimakrofita(Jensen 1984, diacu dalam Gwyther & Fairweather 2002). Kehadirannyapada musim ini menggambarkan peranannya dalam proses dekomposisi denganmemangsa bakteri (Villano & Warwick 1995; Gwyther & Fairweather 2002)(Zulkifli, 2010).

Adaptasi perilaku juga berpengaruh dengan kondisi anaerobik yang meratadi seluruh substrat. Jika organisme ingin tetap hidup ketika terkubur dalamsubstrat, mereka harus beradaptasi untuk hidup dalam keadaan anaerobik atauharus membuat beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yangmengandung oksigen ke bawah .Untuk mendapat air dari permukaan yang kayaakan oksigen dan makanan maka muncul berbagai lubang dan saluran dipermukaan dataran lumpur. Meskipun hampir semua organisme dataran lumpurtidak dapat bertahan dalam kondisi anaerobik, tetapi banyak dari mereka yangdapat beradaptasi hingga dapat hidup dalam tekanan oksigen yang rendah(Zulkifli, 2010).

4.2 Faktor Pembatas Organisme Interstitial

Kondisi yang mempengaruhi fauna interstitial agak berbeda dengankondisi yang mempengaruhi makrofauna di daerah yang sama. Faktor yang palingpenting, yang menentukan keberadaan, ketiadaan, dan tipe organisme interstitialadalah sebagai berikut :

Ukuran Butiran

Ukuran butiran sangat penting dalam menentukan besarnya ruanganinterstitial yang tersedia untuk tempat tinggal. Makin besar ukuran butiran, makinbesar volume ruangan interstitial dan oleh sebab itu makin besar pula organisminterstitial yang dapat mendiami tempat itu. Sebaliknya, makin kecil ukuranbutiran, makin kecil pula ruangan yang tersedia dan demikian makin kecilorganisme yang yang dapat mendiaminya. Oleh karena itu ukuran butiran bolehjadi bertindak sebagai suatu pembatas yang jelas terhadap penyebaran organismpsammon. Organisme tertentu akan terdapat pada tepian dengan ukuran butirantertentu atau pada daerah tertentu di tepian, semata-mata Karen aukurannya lebihbesar untuk dapat menetap di antara butiran-butiran di daerah yang berdekatan,dan oleh karena itu tak dapat menyebar ke seluruh daerah. Organisme psammonmemperlihatkan suatu zonasi yang jelas berdasarkan ukuran butiran. Selain ituukuran butiran juga sangat penting karena menentukan kemampuan suatu tepianuntuk penahanan dan sirkulasi air. Apabila ukuran butiran terlalu kasar, daya

Page 26: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

22

kapiler pasir tak dapat menahan air sehingga air akan mengalir ke luar.Sebaliknya, pantai yang berbutir halus mampu menahan cukup banyak air diruangan antarbutiran. Sirkulasi air yang paling baik terdapat pada pantai yangbutiran pasirnya halus, misalnya pada pantai lumpur, sirkulasi sama sekaliterhenti, dan akibatnya terbentuk lapisan anaerobic pada sedimen. Jumlahsedimen thalassopsammon didapatkan pad didapatkan pada tempat yang garistengah butiran pasirnya antara 0,175 dan 0,275 mm (Zulkifli, 2010).

Kondisi Mineral Butiran

Kondisi Mineral Butiran jga penting artinya penentuan komposisipsammon. Asosiasi organismeyang terdapat di pasi silica akn berbeda denganyang terdapat di pasir karbonat (Zulkifli, 2010).

Arus

Arus dapat mempengaruhi keberadaan dan distribusi organisme meiofaunadi suatu habitat sedimen serta mempengaruhi kebiasaan makan meiofauna.Kelimpahan beberapa meiofauna secara negatif dipengaruhi oleh arus. Meiofaunataksa Gastrotricha lebih menyukai daerah yang kecepatan arusnya rendah.Meiofauna yang meninggalkan sedimen dimungkinkan untuk disebarkanoleh aruske tempat lain tanpa mengeluarkan banyak energi (Zulkifli, 2010).

Ketersediaan Oksigen

Oksigen merupakan factor penting di lingkungan ini. Sumber utamaoksigen terlarut di perairan adalah berasal dari: 1) aktivitas fotosintesis olehtumbuhan air (lamun) dan fitoplankton; 2) difusi oksigen secara langsung dariudara ke dalam air melalui lapisan permukaan sehingga prosesaerasi dapatberlangsung terus; 3) agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya ombak ataugelombang; 4) aliran air/arus; dan 5) melalui air hujan. Dapat dipastikan semuasedimen laut mempunyai suatu lapisan yang mendapat oksigen di permukaannya,sedangkan di bawahnya terdapat lapisan yang sungguh-sungguh anoksik. Olehkarena itu, organisme interstitial yang hidup di bawah kedalaman tertentu akanmenghadapi kondisi bebas oksigen . Ketebalan lapisan yang mendapat oksigenbergantung pada beberapa factor umpamanya ukuran butiran, jumlah bahanorganik, dan tuebulensi air (Zulkifli, 2010).

Sementara, kandungan oksigen terlarut dapat berkurang disebabkan oleh:1) respirasi biota perairan; 2) pemakaian dalam proses dekomposisi bahan organiksecara biokimia; 3) pemakaian dalam proses dekomposisi bahan anorganik secarakimia; 4) kenaikan suhu dan salinitas terutama pada daerah pasang-surut (Zulkifli,2010).

Page 27: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

23

Suhu

Suhu adalah factor lingkungan lain yang penting dalam menentukankeberadaan atau ketiadaan dan distribusi organisme interstitial kisaran suhu palingekstrim terjadi di pantai intertidal dan di lapisan pantai paling atas. Suhu perairandipengaruhi oleh musim, komposisi sedimen, sirkulasi udara, kekeruhan,penutupan awan, air hujan, luas permukaan perairan yang langsung mendapatsinar matahari, aliran dan kedalaman perairan. Perubahan suhu dapatmenyebabkan perubahan kelimpahan meiofauna. Populasi meiofauna menurunsecara gradual dengan meningkatnya suhu pada permukaan sedimen lumpur. Suhuberpengaruh terhadap waktu generasi meiofauna. Suhu yang optimum untukperkembangan meiofauna adalah 20–30ºC. Pada kisaran suhu yang tinggi sekitar33–50ºC, menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan daur hidup, danpenurunan suhu menyebabkan perpanjangan waktu pergantian generasi.Kelimpahan meiofauna berfluktuasi secara musiman di daerah subtropis, di manakelimpahan tertinggi umumnya terjadi pada saat kondisi terhangat dalam setahunpada kisaran suhu minimum terjadi di pasir subtidal dan di pasir intertidal padakedalaman di bawah 10-15 cm. Di daerah beriklim sedang daerah kutub, suhudapat jadi cukup rendah untuk membekukan lapisan atas. Beberapa organismeinterstitial yang sudah beradaptasi untuk hidup dalam keadaan beku (misalnya,cacing turbelaria Coronhelmis lutheri, gastrotrika Turbanella hyaline, danenkitraeida Marionina southerni. Hewan yang kemampuan toleransinya cukupbesar terhadap perubahan disebut disebut euritermal (Zulkifli, 2010).

Salinitas

Salinitas merupakan faktor yang penting pada pantai interstitial. Secaraumum, meiofauna dapat hidup dengan keragaman yang tinggi pada berbagai tipesalinitas di perairan yang berbeda mulai dari perairan tawar, payau hinggaperairan laut. Hal ini mengindikasikan bahwa keragaman meiofauna yang tinggidi dalam komunitasnya, meiofauna memiliki keragaman kemampuan fisiologisuntuk beradaptasi terhadap berbagai tipe salinitas. Salinitas di dalam sedimendapat berfluktuasi baik secara spasial maupun secara temporal. Secara spasial,gradien salinitas dapat terjadi baik secara vertikal maupun horizontal, sedangkansecara temporal bergantung pada musim dan siklus pasang surut air laut. Salinitasdi dalam sedimen dapat meningkat tajam hingga mencapai kondisi hipersalinsebagai akibat dari penguapan yang tinggi di musim panas ketika air laut sedangsurut dan panas yang cukup tinggi. Sementara itu, salinitas di dalam sedimendapat menurun drastis ketika hujan lebat dan air laut sedang surut. Penurunansalinitas terjadi di pantai interstitial karena limpahan air tawar karena turunnyahujan lebat perubahan salinitas biasanya terbatas pada lapisan atas pantai karenalapisan bawah melalui daya kapiler mampu mempertahankan tingkat air asin yanglebih tinggi. Karena air tawar lebih ringan daripada air asin, air tawar tak dapat

Page 28: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

24

menembus ke bawah titik dimana air laut di tahan oleh daya kapiler, sehinggalapisan atas yang mengalami perubahan salinitas. Organisme yang mendiamilapisan ini biasanya beradaptasi untu mentolerir perubahan salinitas yang cukuptinggi (kira-kira 15 ppt) (Zulkifli, 2010).

Petensial Redoks (Eh) dan Derajat Keasaman (pH) Sedimen

Dalam suatu perairan, percampuran biogenik intensif terjadi di ataspermukaan sedimen, sedangkan proses kimia seperti pembusukan, perombakandan reduksi terjadi di bawah permukaan sedimen yaitu pada lapisan 10-30 cm.Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sedimen, yaitu:

1) absorpsi dan pelarutan ion, senyawa antara air dan sedimen;

2) perubahan nilai Eh dan pH sedimen;

3) transfer senyawa hasil reduksi dari lapisan bawah ke lapisan atas sedimen;

4) siklus karbon, nitrogen, sulfur dan fosfor; dan

5) perubahan konsentrasi ion, baik dalam jaringan organisme maupun dalamsedimen. Sedangkan Faktor pH sedimen memiliki peranan yang tidakbegitu besar dalam kehidupan meiofauna. Hal ini disebabkan oleh nilai pHair laut yang cukup tinggi sekitar 7.5–8.8 dapat berperan sebagaipenyangga (buffer) yang dapat mencegah terjadinya perubahan pH yangterlalu besar.

Ketersediaan Makanan (Nutrisi)

Di habitat sedimen lunak perairan dangkal, konsumer infauna bentiksering didominasi oleh organisme pemakan deposit, termasuk organismeinterstitial, yang sebagian besar nutrisi makanannya diambil dari pengendapanbahan organik. Bahan organik di sedimen termasuk ke dalamnya organisme hidupseperti bakteri dan mikroalga, dianggap sebagai salah satu makanannya, danmaterial mati pada tingkat degradasi yang berbeda. Organisme interstitialpemakan detritus (detritivor) mengandalkan sumber makanannya pada tingkattrofik yang berbeda dan memainkan peranan fundamental dalam transfer energidalam jaring makanan.

4.3 Distribusi Spesies Interstitial

Distribusi meiofauna interstisial ini dipengaruhi oleh faktor fisika, kimiadan biologi. Faktor-faktor ini bergantung pada beberapa variabel, yaitu sirkulasiair, ukuran butir sedimen, kandungan mineral dan oksigen dalam sedimen sertakekuatan ombak (Nybakken & Bertness 2005), pH sedimen, senyawa sulfida(H

2S) dan bahan organik yang terjebak di dalam sedimen (Giere 1993; Mazzola et

Page 29: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

25

al. 1999; Mirto et al. 2000) dimana hal ini penting untuk kolonisasi meiofauna.Pola kolonisasi meiofauna dipengaruhi oleh kondisi habitat ini (Zulkifli, 2010).

Di perairan laut dangkal, meiofauna menunjukkan pola zonasi dandistribusi yang khas, baik secara vertikal maupun horizontal (Coull 1988; Higgins& Thiel 1988; Gambi et al. 1998; Arroyo et al. 2004). Zonasi dan distribusivertikal meiofauna ini terutama dikontrol oleh tingkat diskontinuitas potensialredoks (RPD) sedimen, yaitu batas antara sedimen aerob dan sedimen anaerob.Sementara itu, zonasi dan distribusi horizontal meiofauna lebih ditentukan olehgradien salinitas yang terjadi pada meiofauna yang hidup di dasar estuaria, danjuga ditentukan oleh gradien kedalaman air yang terjadi pada meiofauna yanghidup di antara perairan paparan benua dan laut dalam (Zulkifli, 2010).

Sebagian besar genus meiofauna cenderung untuk menempati lapisansedimen atas atau pada lapisan di bawah permukaan yang beroksigen, danjumlahnya menurun dengan meningkatnya kedalaman dan kompaksi sedimenserta berkurangnya suplai oksigen. Sedimen yang terkompaksi tinggi (sedimenpadat) mempunyai kandungan sedimen halus (fraksi lumpur) dan bahan organikyang tinggi, potensial redoks yang rendah, dan meiofauna interstisial yangberasosiasi sebagian besar terdiri atas genus yang bersifat oportunis. Beberapameiofauna seperti Nematoda dan Polychaeta, mampu hidup dengan meningkatnyakedalaman sedimen, karena meiofauna ini mempunyai toleransi yang besarterhadap konsentrasi oksigen yang rendah. Sebaliknya, meiofauna akanterdistribusi secara seragam pada kedalaman sedimen 15 cm, hal ini berhubungandengan rendahnya kandungan sedimen halus, kandungan bahan organik yangrendah, oksigen yang tinggi dan kompaksi (kepadatan) sedimen yang rendah(Palacín et al. 1991; Martin et al. 1993, 2000) (Zulkifli, 2010).

4.4 Hubungan Trofik Meiofauna Interstisial

Komunitas interstitial dapat dipengaruhi oleh fauna bentik dan ikanmelalui peristiwa makan memakan. Terlepas dari pemangsaan yang dilakukanoleh organisme lain, sebenarnya dalam komunitas interstitial itu sendiri terdapatmekanisme pengaturan melalui berbagai pola interaksi sebagai akibat hidup dalamhabitat dan sumberdaya yang sama. Bentuk interaksi yang terjadi dapat berupakompetisi dan predasi (Coull 1988; Livingston 2003; Barnes & Hughes 2004;Nybakken & Bertness 2005) (Zulkifli, 2010).

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa organisme interstitial tidakdimakan langsung oleh organisme yang lebih besar, tetapi organisme interstitialpenting dalam proses penghancuran detritus. Sementara yang lain menunjukkanbahwa beberapa meiofauna (khususnya Copepoda Harpacticoida) merupakanmakanan penting bagi makrofauna (Webber & Thurman 1991: Zobrist & Coull1992). Meiofauna dimanfaatkan secara aktif oleh larva ikan Leiostomus xanthurus

Page 30: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

26

(Coull 1988; Street et al. 1998; Mann 2000; Nybakken & Bertness 2005), juvenilikan Clinus superciliosus, Syngnathusscovelli dan Hippocampus zosterae, juvenilikan Pleuronectes platessa, Microchirrus boscanion dan Limanda limanda (Coull1999; Nybakken & Bertness 2005), juvenil ikan Platichthys flesus (Coull 1999;Aarnio 2000; Nybakken & Bertness 2005), juvenil ikan Sillago maculata (Coull etal. 1995), dan ikan dewasa Gobionellus boleosoma (Gregg & Fleeger 1997;Barnes & Hughes 2004; Nybakken & Bertness 2005) (Zulkifli, 2010).

Pemakan deposit (deposit feeders) seperti Polychaeta dan Holothurian jugamemakan meiofauna yang lain (Zobrist & Coull 1994). Meiofauna memakansekitar 70–80% bahan organik yang tersedia di habitatnya, yang pada gilirannyameiofauna dimakan oleh juvenil udang, kepiting dan ikan. Meiofauna CopepodaHarpacticoida merupakan makanan utama bagi juvenil dari beberapa spesies ikanpredator, misalnya ikan demersal atau ikan dasar, ikan gobi, dan ikan mullet,mempunyai sejumlah besar meiofauna dalam perutnya dan hewan lainnya sepertiudang, Polychaeta besar, dan Hydroida (McLusky & McIntyre 1988; Gregg &Fleeger 1997; Barnes & Hughes 2004; Nybakken & Bertness 2005) (Zulkifli,2010).

Nybakken dan Bertness (2005) melaporkan bahwa ikan salmon pada masajuvenil merupakan pemangsa meiofauna Copepoda. Predator yang lain terhadapmeiofauna termasuk udang Palaemonetes pugio tidak hanya memakan meiofauna,tetapi dapat mengontrol sejumlah populasi dan struktur komunitas meiofauna(Gregg & Fleeger 1997; Nybakken & Bertness 2005). Dengan demikian,organisme meiofauna masuk ke dalam jaring-jaring makanan (Gambar 3).

Page 31: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

27

Gambar 7. Hubungan trofik meiofauna interstisial dengan mikrofauna danmakrofauna di lingkungan bentik (Coull 1988, 1999).

Makanan meiofauna adalah diatom, bakteri, detritus dan bahan organik.Jika meiofauna tersuspensi, maka ia dapat dimakan oleh predator-predator yangberenang (seperti ikan, udang, dan mysid), pemakan deposit atau oleh pemakansuspensi. Meiofauna yang merupakan bagian integral dari jaring-jaring makanandi lingkungan bentik, tingkat dimana meiofauna memasuki jaring-jaring makananmakrofauna, sangat bergantung pada tipe sedimen. Pada sedimen lumpur,organisme meiofauna biasanya terkonsentrasi pada lapisan sedimen bagian atas,dimana mereka lebih mudah diambil oleh makrofauna. Pada sedimen pasir,organisme meiofauna mungkin lebih dalam sehingga mereka lebih sulit diambiloleh makrofauna (Coull 1988, 1999) (Zulkifli, 2010).

Walaupun sejumlah besar meiofauna didominasi oleh taksa Nematoda,namun taksa Copepoda memberikan kontribusi yang lebih besar sekitar 50% daritotal produksi meiofauna, kemudian diikuti oleh Polychaeta (34%) dan Nematoda(12%). Di samping itu, laju produksi harian meiofauna juga tinggi, yaitu pada

Februari–Maret (21.3 mgC/m2/hari), Mei–Juni (31.4 mgC/m

2/hari) dan Oktober–

Desember (44.6–52.0 mgC/m2/hari). Analisis produksi sekunder harian dari taksa

yang dominan menggambarkan bahwa perbedaan komponen meiofauna yangdominan terjadi dalam periode yang berbeda. Selama Februari–Maret, Mei–Junidan September–Oktober Copepoda menunjukkan laju produksi tertinggi, tetapi

Page 32: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

28

pada November dan Desember produksi harian meiofauna tercatat sebagian besaradalah Polychaeta dan Nematoda (Danovaro et al. 2002). Stead et al. (2005)melaporkan bahwa sekitar 51% dari total produksi sekunder bentik berasal dariproduksi sekunder meiofauna (meiofauna sementara dan permanen) (Gambar 4)(Zulkifli, 2010).

Gambar 7. Total produksi sekunder bentik yang berasal dari produksi sekundermeiofauna (meiofauna sementara dan permanen) (Stead et al, 2005)

Asumsi dasar bahwa peranan utama meiofauna dalam jaring-jaring makananbentik laut terutama pada remineralisasi atau resiklus nutrien (Coull 1999;Raffaelli 2000), telah diteliti lebih dari dua dekade tentang interaksi di antara 31meiofauna yang berbeda (Gambar 5), yang mengapresiasikan pentingnyameiofauna bagi predator epibentik yang berukuran kecil. Ukuran tubuh individumeiofauna yang kecil ternyata begitu penting untuk produksi dan aliran energidalam ekosistem perairan dangkal (Zulkifli, 2010).

Page 33: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

29

Gambar 8. Interaksi trofik dalam meiofauna interstisial (“meiofauna interstisialdalam kotak”: Coull & Bell 1979, diacu dalam Raffaelli 2000).

Komposisi meiofauna biasanya khas di antara komunitas organisme bentikdan secara umum merupakan organisme yang mendominasi ekosistem bentik.Meiofauna mempunyai produktivitas yang tinggi dan merupakan penyumbangproduksi dari bentos estuaria (Herman & Heip 1985) dan ekosistem padang lamun(Danovaro et al. 2002). Informasi mengenai produktivitas sekunder meiofaunapada sistem padang lamun kurang tersedia. Dari informasi yang ada, totalproduksi sekunder meiofauna dalam sistem padang lamun berkisar 7.5–13.2

gC/m2/tahun. Nilai ini merupakan nilai tertinggi yang pernah dilaporkan di

seluruh dunia (Danovaro et al. 2002). Hal ini mengindikasikan bahwa sistempadang lamun merupakan tempat yang baik untuk produksi meiofauna (Zulkifli,2010).

Seperti halnya ekosistem lainnya, meiofauna di dalam ekosistem padanglamun (seagrass) memiliki peranan yang amat penting, yaitu sebagai salah satumata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus materi dari alga planktoniksampai konsumen tingkat tinggi (Gambar 6) (Zulkifli, 2010).

Page 34: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

30

Gambar 9. Skema hubungan trofik dalam sistem padang lamun (seagrass) diTeluk Westernport, Australia. Area pada kotak adalah sebandingdengan laju produksi bahan organik, dan angka pada garismengindikasikan persentase produksi yang dipindahkan antarkompartemen (AFDW = Ash Free Dry Weight) (Mann, 2000).

Page 35: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

31

4.5. Peranan Ekologi Organisme Interstitial

Organisme yang menempati sedimen merupakan komponen utamalingkungan bentik (Metcalfe 2005; Soltwedel & Prena 2006). Sebagai faunainterstisial, meiofauna merupakan komponen penting dalam ekosistem pantai danlaut. Di sedimen laut, meiofauna memiliki peranan ekologis yang sangat penting,yaitu :

1. Sebagai penyedia makanan bagi berbagai tingkat trofik yang lebih tinggi;

2. Memainkan peranan penting dalam biodegradasi bahan organik;

3. Memudahkan biomineralisasi bahan organik dan meningkatkan regenerasinutrient;

4. Berperan dalam menyuburkan dasar perairan dan meningkatkanproduktivitas bentik;

5. Sebagai anggota komunitas bentos yang dapat menyumbangkan pengaruhinteraktif kepada biota laut lainnya melalui kompetisi, simbiosis, predasidan asosiasi;

6. Karena sensitivitasnya yang tinggi terhadap masukan antropogenik danbahan-bahan pencemar, membuatnya sebagai organisme yang baik sekaliuntuk studi pencemaran dan digunakan sebagai bioindikator dalam menilaikondisi lingkungan laut (Herman & Heip 1988; Aller & Aller 1992; Green& Montagna 1996; Montagna & Harper 1996; Gee & Somerfield 1997;Coull 1999; Lee et al. 2000; Mirto et al. 2000; Raffaelli 2000; Beier &Traunspurger 2001; Smith et al. 2001; Mistri et al. 2002; Vezzulli et al.2003; Barnes & Hughes 2004; Stead et al. 2005; Buat 2006).

Organisme interstitsial bentik merupakan komponen penting di perairanpantai dan estuaria (Metcalfe 2005). Sebagai pemangsa mikroalga dan bakteri,organisme intertsitial telah menunjukkan pengaruhnya terhadap produksi primer,siklus nutrien dan proses-proses metabolik bentik lainnya (Carman et al. 1996,1997; Manini et al 2000; Pinckney et al. 2003). Bahan organik dan nutrien yangdimangsa oleh organisme intertsitial, kemudian diasimilasinya dan dijadikansebagai produksi bersih atau direspirasi. Ketika hewan mati, nutriendiremineralisasi sehingga tersedia untuk proses mikroba dan produksi primer(Coull 1999).

Kehadiran organisme intertsitial dalam suatu ekosistem dapatmempengaruhi struktur komunitas makrofauna secara nyata. Organismeintertsitial yang berasosiasi dengan ekosistem tersebut memiliki peranan yangamat penting, yaitu sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi

Page 36: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

32

dan siklus materi dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi (Mann2000), dan memberikan kontribusi dalam menopang kehidupan organisme trofikyang lebih tinggi (Coull 1988, 1999), seperti kepiting, ikan dan udang (Heip et al.1985; Webber & Thurman 1991) (Zulkifli, 2010).

Terkait dengan responnya terhadap lingkungan, organisme intertsitialmempunyai kepekaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi terhadaplingkungannya, sehingga jenis tertentu dari oraganisme intertsitial, sepertiNematoda dan Copepoda sering digunakan sebagai indikator dalam menyatakankelimpahan bahan organik. Perbandingan Nematoda dan Copepoda (rasio N/C)dapat digunakan sebagai alat biomonitoring pencemaran organik dalam komunitasbentik (Hodda & Nicholas 1985; Montagna & Harper 1996; Pati et al. 1999).Pengaruh utama akumulasi bahan organik adalah pengurangan kandungan oksigendalam sedimen dan selanjutnya menstimulasi pembentukan lapisan hidrogensulfida (Zulkifli, 2010).

Keuntungan menggunakan organisme interstitial untuk studi pencemarandiantaranya adalah :

1) Biasanya organisme intertsitial mempunyai kemampuan untuk bertambahdalam lingkungan bentik yang terganggu/tercemar, tidak seperti makrofauna;

2) Umumnya organisme interstitial mempunyai siklus hidup yang pendek(sekitar 30–40 hari), menghasilkan generasi dalam setahun, organisme yangterekspos tahan terhadap toksikan dan siklus hidupnya lebih komplit

3) Ukuran organisme interstitial yang kecil dapat diberikan untuk ukuran sampelyang kecil pula;

4) Komunitas interstitial sifatnya lebih stabil, baik kualitas maupun kuantitasnyaterhadap musim dan dari tahun ke tahun daripada makrofauna (Coull &Chandler 1992).

Organisme interstisial selain berperan melapukkan dan menghancurkanbahan-bahan organik di dalam sedimen, juga berperan dalam menyuburkan dasarperairan dan meningkatkan produktivitas bentik. Organisme interstisialmemakan/menghisap apa saja yang ada di muka mulutnya, sedimen, sisatumbuhan/binatang yang sudah lapuk, bakteri dan mikroflora bentik, yangselanjutnya dicerna dan dikeluarkan sebagai kotoran, organisme interstisial yangbergerak secara meliang membuat lubang-lubang dengan dorongan tubuhnya didalam lapisan sedimen, sehingga kotoran-kotorannya dapat menyuburkan lapisantersebut, karena kotoran organisme interstisial merupakan hasil pencernaan yangbanyak mengandung berbagai hasil persenyawaan kimiawi yang kompleks. Sisa-sisa tanaman, mikroflora bentik, mikrofauna yang mengandung zat protein,

Page 37: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

33

karbohidrat, lemak dengan enzim-enzim diubahnya dalam tubuh organismeinterstisial menjadi zat-zat mineral yang bermanfaat yang terkandung dalamkotoran-kotorannya yang biasanya ditempatkan di pintu lubang/lorong-lorongnyasecara bertumpukan, pembuatan lubang/lorong-lorong dalam sedimen olehorganisme interstisial sampai jauh ke dalam sedimen, berarti organisme interstisialtelah mengangkat bagian-bagian sedimen dari lapisan bawah ke atas. Akibatnya,bagian-bagian dari zat mineral akan ikut terangkat ke lapisan atas yang dapatmemperkaya bahan-bahan mineral dalam sedimen dan lubang-lubang yang dibuatoleh organisme interstisial didalam sedimen sangat membantu masuknya air,udara dan makanan ke dalam sedimen (Aljetlawi et al. 2000).

Kedudukan biomassa meiofauna biasanya lebih rendah daripadamakrofauna, tetapi kepadatan, laju metabolik dan produksi hewan-hewan kecilsecara proporsional lebih tinggi. Walaupun ukuran mereka lebih kecil, aktivitasmetabolik lebih tinggi, dan laju pergantian juga tinggi, produktivitas organismemeiofauna per unit biomassa lebih besar daripada makrofauna (Webber &Thurman 1991; Nybakken & Barnes 2005).

Page 38: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

34

BAB V

Kesimpulan

5.1 Kesimpulan

1) Organisme interstitial adalah organisme yang mendiami ruangan diantarabutir-butiran pasir atau di antara partikel- partikel sedimen.

2) Kondisi lingkungan yang sangat mempengaruhi penyebaran dan keberadaanorganisme interstitial.

3) Organisme interstitial melakukan adaptasi baik secara morfologi dan fisiologisterhadap lingkungannya yang dinamis.

4) Organisme Interstitial berperan penting dalam hubungan dan interaksi trofikyang terjadi di perairan laut.

5) Akibat dari kondisi lingkungan yang selalu dinamis maka timbul kekhasanpada tiap habitat yang ditempati oleh organisme interstitial.

6) Berdasarkan pemahaman tentang peranan ekologis dari organisme interstitialdan kenyataan bahwa organisme interstitial sebagai indikator biologi(bioindikator) untuk menilai dan mengevaluasi kondisi lingkungan perairanlaut, apakah ada atau tidaknya peubahan kondisi lingkungan perairan tersebut.

7) Organisme interstitial yang menempati sedimen yang merupakan komponenutama lingkungan bentik, memiliki peranan ekologis yang penting.

Page 39: 79186899 Makalah Organisme Interstitial

DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli.2010. Dinamika Komunitas Meiofauna Interstisial Di Perairan SelatDompak Kepulauan Riau. http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=804.Diakses tanggal 20 Februari 2010.

Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut (Suatu Pendekatan Ekologis). P.TGramedia. Jakarta