76919926 trauma tumpul pada kepala

49
TRAUMA TUMPUL PADA KEPALA I. PENDAHULUAN Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artiya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan cedera. Aplikasinya dalam pelayanan Kedokteran Forensik adalah untuk membuat terang suatu tindak kekerasan yang terjadi pada seseoang. 1 Trauma tumpul adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul seperti batu, kayu, bola, martil, jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. 4 Trauma tumpul pada kepala adalah kekerasan tumpul pada kepala yang dapat menyebabkan kerusakan yang kompleks di kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak, dan jaringan otak itu sendiri. 2

Upload: antonleebm

Post on 07-Aug-2015

252 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

TRAUMA TUMPUL PADA KEPALA

I. PENDAHULUAN

Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sering berbeda dengan

pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah

hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah

pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

seseorang. Artiya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek

dari alat atau benda yang dapat menimbulkan cedera. Aplikasinya dalam pelayanan

Kedokteran Forensik adalah untuk membuat terang suatu tindak kekerasan yang

terjadi pada seseoang.1 Trauma tumpul adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan

luka pada permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai

permukaan tumpul seperti batu, kayu, bola, martil, jatuh dari tempat tinggi,

kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.4 Trauma tumpul pada kepala adalah

kekerasan tumpul pada kepala yang dapat menyebabkan kerusakan yang kompleks

di kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak, dan jaringan otak itu sendiri.2

Menurut Brain Injury Assosiation of America, trauma kepala adalah suatu

kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi

disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau

mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan

fungsi fisik..2

II. INSIDEN

Pada kasus kematian karena cedera, trauma kepala merupakan jenis trauma

terbanyak yang ditemukan yakni lebih dari 50% trauma. Pada pasien uang mengalami

trauma multipel, kepala adalah bagian yang paling sering mengalami cedera, dan

pada kecelakaan lalu-lintas yang fatal, otopsi memperlihatkan bahwa cedera otak

ditemukan pada 75% penderita.2

Page 2: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Setiap tahun, diperkirakan sekitar 0,3-0,5% penduduk dunia mengalami

trauma kapitis dan otak. Di Amerika Serikat, insiden cedera otak karena trauma

diperkirakan 180-220 kasus per 100.000 populasi. Dengan jumlah popuasi yang

mencapai 300 juta jiwa, kira-kira 600.000 mengalami cedera kepala traumatik

pertahunnya.6

Cedera kepala biasa terjadi pada dewasa muda antara 15- 44 tahun. Pada

umumnya rata-rata usia adalah sekitar 30 tahun. Laki-laki dua kali lebih sering

mengalaminya.7 Statistik negara-negara yang sudah maju menunjukkan bahwa trauma

kapitis mencakup 26% dari jumlah segala macam kecelakaan, yang mengakibatkan

seseorang tidak bisa bekerja lebih dari satu hari sampai selama jangka panjang.

Kurang lebih 33 % kecelakaan yang berakhir pada kematian menyangkut trauma

kapitis. Di luar medan peperangan lebih dari 50% dari trauma kapitis terjadi karena

kecelakaan lalu lintas, selebihnya dikarenakan pukulan atau jatuh. Orang-orang yang

mati karena kecelakaan, 40% sampai 50% meninggal sebelum mereka tiba di rumah

sakit. Dari mereka yang dimasukkan rumah sakit dalam keadaan masih hidup 40%

meninggal dalam satu hari dan 35% meninggal dalam satu minggu perawatan.8

Penyebab kematian dan cacat yang menetap yang diakibatkan oleh trauma

kepala yaitu 50% oleh trauma secara langsung dan 50% oleh gangguan peredaran

darah sebagai komplikasi yang terkait secara tidak langsung pada trauma.

Komplikasi itu berupa perubahan tonus pembuluh darah serebral, perubahan-

perubahan yang menyangkut sistem kardiopulmonal yang bisa menimbulkan

gangguan pada tekanan darah, PO2 arterial atau keseimbangan asam-basa.8

III. ANATOMI1. Kulit Kepala (Scalp)

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu:

a) skin atau kulit yang mengandung rambut dan kelenjar keringat

(kelenjar sebasea)

Page 3: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

b) connective tissue atau jaringan penyambung di mana sebagian besar

saraf sensorik berada di lapisan ini.

c) aponeurosis atau galea aponeurotika yang merupakan jaringan ikat

berhubungan langsung dengan tengkorak di mana melekat 3 otot

yakni ke anterior m. frobtalis, posterior : m. occipitalis dan lateral :

m. temporalis.

d) loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar yang

memisahkan galea dari perikranium. Lapisan ini kaya akan

pembuluh darah sehingga pada trauma kepala dapat terjadi

perdarahan yang hebat (hematom subgaleal).

e) Pericranium yaitu bagian yang berhubungan dengan tabula eksterna

dari skull atau tengkorak..

Gambar 1. Anatomi Kulit Kepala(Dikutip dari kepustakaan 3)

Page 4: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

2. Tulang Tengkorak

Ruang tengkorak (cavum cranii) merupakan ruangan keras yang tidak

memungkinkan perluasan isi intrakranial. Tulang tengkorak sebenarnya terdiri dari

dua dinding atau tabula yang dipisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar disebut

tabula eksterna, dan dinding bagian dalam disebut tabula interna. Struktur demikian

memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang

lebih ringan. Tabula interna mengandung alur-alur yang berisikan arteri meningea

anterior, media dan posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan

terkoyaknya salah satu dari arteri-arteri ini, perdarahan arterial yang diakibatkannya,

yang tertimbun dalam ruang epidural, dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali

bila ditemukan dan diobati dengan segera. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa

tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio

temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii

berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat

proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu :

fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior

ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.10

Page 5: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

3. Meningen

Meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :

a) Dura mater

Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan

endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan selaput yang keras, terdiri

Page 6: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium.

Dura mater terdiri dari 2 lamina yakni lamina endostealis dan meningealis. Pada

encephalon. Lamina endostealis melekat kuat pada permukaan inferior cranium,

terutama sutura, basis crania, dan tepi foramen magnum. Lamina meningealis

mempunyai permukaan yang licin dan membentuk 4 septa yaitu falx cerebri,

tentorium cerebella, falx cerebelli, dan diafragma sellae.

Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat

suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater dan

arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,

pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus

sagitalis superior di garis tengah atau disebut bridging veins, dapat mengalami

robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior

mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari

sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.

Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari

kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan

laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling

sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa

temporalis (fosa media).

b) Arachnoid

Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.

Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah

luar yang meliputi otak 3,6. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang

potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid

yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya

disebabkan akibat cedera kepala.

c) Pia mater

Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adarah

membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk

Page 7: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

kedalam sulci yang paling dalam . Membrana ini membungkus saraf otak dan

menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak

juga diliputi oleh pia mater.

4. Otak

Menurut perkembangan embriologi, otak atau encephalon terbagi atas 3

bagian yaitu :

a) Proencephalon yang berkembang menjadi telencephalon dan

diencephalon. Telencephalon selanjutnya menjadi hemisfer cerebri yang

menempati fossa crania anterior dan media.

b) Mesencephalon

c) Rhombencepahlon yang berkembang menjadi pons dan cerebellum.

Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa

sekitar 14 kg. Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan

dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal

berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur

fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam proses

Page 8: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang

berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata terdapat pusat

kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dan

keseimbangan.3

Gbr 2. Lobus-lobus Otak

(Dikutip dari kepustakaan 3)

5. Cairan Cerebrospinalis dan Vaskularisasi

Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan

kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel

lateral melalui foramen Monroe menuju ventrikel III, melalui akuaduktus

Sylvius menuju ventrikel IV. Setelah melalui 2 foramen Luschka di bagian

lateral dan foramen Magendi di medial, CSS akan direabsorbsi ke dalam

sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis

superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid

Page 9: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan

intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS

sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.

Otak mendapat suplai darah dari arteri karotis interna dan arteri

vertebralis. Sedangkan darah dari parenkim otak bermuara ke dalam sinus-sinus

venosus yang kemudian dialirkan ke vena jugularis interna.

IV. GEJALA DAN TANDA

Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi,

sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri

adalah tidak bermata tajam, konsistensi keras / kenyal dan permukaan halus / kasar.

Page 10: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang

mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang

bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal

kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan. Luka

karena kererasan tumpul dapat berebentuk salah satu atau kombinasi dari luka

memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan. Variasi mekanisme

terjadinya trauma tumpul adalah:

a) Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.

b) Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.

Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut

terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan pada tubuh

mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya

tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka yakni abrasi, laserasi, kontusi/ruptur,

fraktur, kompresi, dan perdarahan.

Kekerasan benda tumpul pada kepala dapat mengenai bagian-bagian kepala

tertentu dengan efek yang masing-masing yaitu pada :

1) Kulit dapat menyebabkan :

a) L. Lecet

b) L. Memar

c) L. Robek

2) Tengkorak dapat terjadi :

a) Fraktur Basis Cranii

b) Fraktur Calvaria

3) Otak

a) Contusio Cerebri

b) Laceratio Cerebri

c) Oedema Cerebri

d) Commotio Cerebri

4) Selaput Otak

Page 11: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

a) Epidural Haemorrhage

b) Sub dural Haemorrhage

c) Sub arachnoid Haemorrhage

A. Trauma Cranium (Tulang Tengkorak)

Beberapa klasifikasi fraktur tulang tengkorak dapat dilakukan berdasarkan : 7,8

1. Gambaran fraktur, dibedakan atas :

a. Linier

b. Diastase

c. Comminuted

d. Depressed

2. Lokasi anatomis, dibedakan atas :

a. Konveksitas (kubah tengkorak)

b. Basis cranii (dasar tengkorak)

3. Keadaan luka, dibedakan atas :

a. Terbuka

b. Tertutup

Deskripsi keadaan fraktur dapat menggunakan kombinasi dari ketiga klasifikasi

di atas. Gambaran fraktur sangat ditentukan oleh tiga hal, yaitu : 7-9

a. Besarnya energi benturan

b. Perbandingan antara besar energi dan luasnya daerah benturan, semakin

besar nilai perbandingan ini akan cenderung menyebabkan fraktur deppressed.

c. Lokasi dan keadaan fisik tulang tengkorak

1. Fraktur Linier

Fraktur linier merupakan garis fraktur tunggal pada tengkorak yang meliputi seluruh

ketebalan tulang. Umumnya disebabkan oleh benturan dengan objek yang keras

Page 12: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

dengan ukuran sedang, yaitu dengan luas lebih dari 5 cm2. Pada benturan

yang terjadi, sebagian besar energi tidak digunakan untuk menimbulkan deformitas

lokal pada tulang tengkorak.7,8

Bila fraktur linier ini didapatkan melintasi daerah perdarahan a.meningea media,

perlu dicurigai terjadinya hematoma epidural arterial. Bila garis fraktur yang

dijumpai melintasi daerah sinus longitudinal superior atau sinus lateralis maka perlu

dicurigai adanya hematoma epidural vena.7,8

Gambar 3. Fraktur linier disebabkan oleh benturan keras pada kepala yang mengenai jalan raya

akibat kecelakaan lalu lintas. (dikutip dari kepustakaan No.10)

2. Fraktur Diastase

Fraktur diastase adalah fraktur yang terjadi pada sutura tulang tengkorak, dan

berakibat terjadinya pemisahan sutura kranial tersebut. Fraktur ini sering terjadi pada

anak di bawah usia 3 tahun, sedangkan pada orang dewasa relatif lebih jarang.

Fraktur diastase yang terjadi pada sutura lambdoidea memiliki resiko terjadinya

hematoma epidural. 7-9

Page 13: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Gambar 4. Fraktur diastase pada Coronal Suture Line (CSL) dan Sagital Suture Line (SSL). Dikutip

dari kepustakaan No.10

3. Fraktur Comminuted

Fraktur comminuted adalah fraktur yang menyebabkan terjadinya lebih dari satu

fragmen patahan tulang, namun masih dalam satu bidang. Beberapa literatur tidak

membedakan fraktur ini dengan fraktur linier, karena diasumsikan merupakan

bentuk fraktur linier yang multipel. 7-9

Gambar 5. Gambaran fraktur comminuted. ( Dikutip dari kepustakaan No.11

4. Fraktur Deppressed

Fraktur ini disebababkan oleh benturan dengan beban tenaga yang lebih besar

daripada fraktur linier, dengan permukaan benturan yang lebih kecil. Misalnya

benturan oleh martil, kayu, batu, pipa besi, dll. Fenomena kontak yang terjadi disini

lebih terfokus dan lebih padat sehingga akhirnya melebihi kapasitas elastisitas tulang

dan terjadilah perforasi tulang. Fraktur deppressed diartikan sebagai fraktur dengan

tabula eksterna pecahan fraktur yang tertekan masuk ke dalam sehingga terletak di

bawah level anatomik tabula interna tulang tengkorak sekitanya yang utuh. Sebagai

akibat impaksi tulang ini, dapat terjadi penetrasi terhadap duramater dan jaringan

otak di bawahnya, dan dapat berakibat kerusakan struktural dari jaringan otak

tersebut.7,8

Page 14: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Gambar 6. Fraktur depressed pada tulang tengkorak

( Dikutip dari kepustakaan No.9 )

5. Fraktur Konveksitas

Fraktur konveksitas adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang yang membentuk

konveksitas (kubah) tengkorak seperti os frontalis, os temporalis, os parietalis, dan

os occipitalis. Fraktur konveksitas dapat berupa fraktur linier, deppressed, kominutif,

atau diastase.7,8

Gambar 7. Fraktur konveksitas dengan hematoma subgaleal yang luas (pemeriksaan postmortem)

(Dikutip dari kepustakaan No.7)

6. Fraktur Basis Cranii

Page 15: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Fraktur basis cranii adalah fraktur yang lokasinya terletak pada dasar cranium, yang

dapat terjadi pada fossa aterior, fossa media, maupun fossa posterior. Fraktur jenis

ini merupakan kondisi yang serius, dapat berakibat fatal, dan memiliki komplikasi

yang tidak ringan. Beberapa literatur memberikan perkiraan kasus fraktur basis

cranii mencapai 3 - 24 % dari total seluruh kasus cedera kepala. Fraktur basis cranii

sering disertai dengan robeknya lapsan duramater, sehingga terjadi kebocoran cairan

serebrospinal, yang akhirnya mengakibatkan terjadinya rhinorea dan otorhea.

Adanya kebocoran cairan serebrospinal memberikan resiko tinggi terjadinya infeksi

selaput otak maupun jaringan otak.7,8

Fraktur pada masing-masing fossa akan memberikan manifestasi berbeda :

a. Fraktur Basis Cranii Fossa Anterior

Bagian posterior dari fossa anterior dibatasi oleh os sphenoid, processus clinoidalis

anterior dan jugum sphenoidalis. Manifestasi yang ditimbulkan adalah rhinorea

cairan serebrospinal, hematoma subkonjungtiva, dan ekimosis periorbita, bisa

bilateral, biasa disebut sebagai brill hematoma atau raccoon eyes. Ekimosis

periorbita disebabkan oleh adanya perdarahan pada struktur di belakangnya, bukan

karena cedera langsung pada derah orbital. Untuk membedakannya, dapat

diperhatikan bahwa pada tanda ini batasnya tegas, selalu terletak di bawah tepi orbita

dan tidak didapatkan cedera lokal pada lapisan kulit. 7,8

b. Fraktur Basis Cranii Fossa Media

Bagian anterior langsung berbatasan dengan fossa anterior sedangkan bagian

posterior dibatasi oleh pyramida petrosus os temporalis, processus clinoidalis

posterior dan dorsum sella. Manifestasi yang dapat ditemukan adalah ekimosis pada

mastoid (battle’s sign) yang muncul 24-48 jam setelah cedera kepala terjadi, otorhea,

dan hemotimpanum yaitu darah yang dijumpai pada canalis auricularis eksterna,

dapat terjadi bila membran timpani robek. 7,8

Page 16: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Gambar 8. Hematoma retroauriculer (battle’s sign) pada fraktur basis cranii fossa media

(Dikutip dari kepustakaan No.7)

c. Fraktur Basis Cranii Fossa Posterior

Fossa posterior merupakan dasar dari kompartemen infratentorial. Fraktur pada

daerah ini kadang memberikan tanda battle’s sign, akan tetapi sering tidak disertai

dengan gejala dan tanda yang jelas, dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu

singkat karena penekanan terhadap batang otak. 7,8

B. Trauma Serebrum ( Cedera Otak )

Cedera otak dapat dibedakan atas kerusakan primer dan sekunder. 7,8

1. Kerusakan Primer

Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut, yaitu terjadi

segera saat benturan terjadi sebagai akibat dari kekuatan mekanik yang

menyebabkan deformasi jaringan. Kerusakan ini dapat bersifat fokal ataupun difus. 7,8

a. Kerusakan Fokal

Kerusakan fokal merupakan kerusakan yang melibatkan bagian-bagian tertentu dari

otak, tergantung pada mekanisme cedera yang terjadi. Kerusakan fokal yang timbul

dapat berupa : 7,8

Kontusio serebri

Kontusio serebri adalah kerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piamater.

Istilah kontusio digunakan untuk menyatakan adanya cedera atau gangguan pada

Page 17: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

jaringan otak yang lebih berat dari konkusi (concussion), dengan memiliki

karakteristik adanya kerusakan sel saraf dan aksonal, dengan titik-titik perdarahan

kapiler dan edema jaringan otak. Terutama melibatkan puncak-puncak gyrus karena

bagian ini akan bergesekan dengan penonjolan dan lekukan tulang saat terjadi

benturan. 7,8

Gambar 9. Kontusio pada dasar lobus temporal dan frontal, disebut juga ’burst lobe’ (Dikutip

dari kepustakaan No.7)

Kontusio dapat terjadi pada lokasi benturan (coup contussion), di tempat lain

(countrecoup contussion) atau dapat pula terjadi diantara lesi coup dan countercoup

yang disebut sebgai intermediate-coup contussion. 7,8

Page 18: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Gambar 10. Lesi coup dan countrecoup sehubungan dengan mekanisme

Cedera kepala (Dikutip dari kepustakaan No.7)

Lesi kontusio sering berkembang sejalan dengan waktu, sebabnya antara lain adalah

perdarahan yang terus berlangsung, iskemik nekrosis, dan diikuti oleh edema

vasogenik. Kontusio tampak tidak terlalu berat, namun dapat mengakibatkan

kematian karena adanya komplikasi yang ditimbulkan, misalnya komplikasi

kardiopulmonal. 7,8

Laserasi serebri

Laserasi serebri adalah kontusio serebral yang berat, dimana mengakibatkan

gangguan kontinuitas jaringan otak yang kasat mata, dan dalam hal ini terdapat

kerusakan atau robeknya piamater. Laserasi biasanya berkaitan dengan adanya

perdarahan subarachnoid traumatika, subdural akut, dan intraserebral. Laserasi dapat

dibedakan atas laserasi langsung dan tidak langsung. Laserasi langsung disebabkan

oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen

fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka. Sedangkan laserasi tak langsung

disebabkan oleh deformasi jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis. 7,8

Perdarahan intrakranial

1) Hematoma Epidural

Hematoma epidural atau dalam beberapa literatur disebut pula sebagai hematoma

ekstradural, adalah keadaan dimana terjadi penumpukan darah diantara duramater

dan tabula interna tulang tengkorak. Umumnya disebabkan oleh trauma tumpul

kepala, yang mengakibatkan terjadinya fraktur linier, namun dapat pula tanpa

disertai fraktur. Lokasi yang paling sering adalah di bagian temporal atau

Page 19: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

temporoparietal ( 70 % ) dan sisanya di bagian frontal, oksipital, dan fossa serebri

posterior. Darah pada hematoma epidural membeku, berbentuk bikonveks.

Sumber perdarahan yang paling sering adalah dari cabang a.meningea media, akibat

fraktur yang terjadi di bagian temporal tengkorak. Namun dapat pula dari arteri dan

vena lainnya, atau bahkan keduanya. Hematoma epidural yang tidak disertai fraktur

tulang tengkorak akan memiliki kecenderungan lebih berat, karena peningkatan

tekanan intrakranial akan lebih cepat terjadi. 7,8

Gambar 11. Hematoma epidural. (Dikutip dari kepustakaan No.10)

2) Hematoma Subdural

Hematoma subdural adalah perdarahan yang terjadi diantara lapisan duramater dan

arachnoidea. Perdarahan yang terjadi dapat berasal dari pecahnya bridging vein yang

melintas dari ruang subarachnoidea atau korteks serebri ke ruang subdural, dengan

bermuara dalam sinus venosus duramater. Selain itu dapat pula akibat robekan

pembuluh darah kortikal, subarachnoidea, atau arachnoidea yang disertai robeknya

lapisan arachnoidea. 7,8

Perdarahan jenis ini relatif lebih banyak terjadi daripada hematoma epidural, dan

memiliki angka mortalitas yang tinggi, antara 60-70 % untuk yang sifatnya akut. 7,8

Page 20: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Gambar 12. Hematoma subdural ( Dikutip dari kepustakaan No.10 )

3) Hematoma Sub Arachnoid

Hematoma sub arachnoid terjadi akibat rupturnya bridging vein pada ruang sub

arachnoid, atau pembuluh darah yang ada pada permukaan jaringan otak. Robekan

pembuluh darah terjadi akibat gerakan dindingnya yang timbul kala otak bergerak

atau menggeser. Perdarahan terletak antara arachnoid dan piamater, mengisi ruang

subarachnoid dan masuk ke dalam sistem cairan serebrospinalis. Umumnya lesi

disertai dengan kontusio atau laserasi serebri. Perdarahan subarachnoid yang terjadi

murni tanpa ada lesi lain hanya sekitar 10 %. Darah yang masuk ke dalam

subarachnoid dan sistem cairan serebrospinalis tersebut akan menyebabkan

terjadinya iritasi meningeal.7,8

Adanya darah dalam ruang subarachnoid ini akan berakibat arteri mengalami

spasme. Sebagai akibatnya aliran darah ke otak sangat berkurang, bahkan diduga

dapat turun hingga tinggal 40 %. Vasospasme biasanya mulai terjadi pada hari ketiga

dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-8, dan akhirnya menghilang pada hari ke-

12. Vasospasme ini akan menyebabkan terganggunya mikrosirkulasi dalam otak dan

sebagai dampaknya akan terjadi edema otak. 7,8

Perdarahan subarachnoid yang terjadi pada cedera kepala dapat juga mengakibatkan

terjadinya hidrosefalus, baik tipe komunikan maupun non komunikan. Tipe

komunikan terjadi bila produk darah mengobstruksi villi arachnoid, sedangkan tipe

non komunikans dapat terjadi bila bekuan darah mengobstruksi ventrikel keempat

atau ketiga. 7,8

Page 21: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Gambar 13. Hematoma subarachnoid. (A) Hematoma subarachnoid pada lobus occipital pada kasus

Diffuse Axonal Injury. (B) Hematoma subarachnoid pada lobus frontal dan lobus parietal. (C)

Hematoma subarachnoid yang kecil pada fissura sylvii. (Dikutip dari kepustakaan No.9)

4) Hematoma intraserebri

Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim

otak). Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang

menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak

tersebut. Perdarahan dapat berlokasi di bagian mana saja, misalnya di substansia alba

hemisfer serebri, serebellum, diensefalon, atau mungkin juga di corpus callosum.

Akan tetapi lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis. Lesi

perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya (countre-

coup). 7,8

Lesi dapat berupa fokus perdarahan kecil-kecil, namun dapat pula berupa perdarahan

yang luas. Perdarahan yang kecil-kecil umumnya sebagai akibat lesi akselerasi-

deselerasi, sedangkan yang besar umumnya akibat laserasi atau kontusio serebri

berat. Beberapa sumber menyatakan definisi hematoma intraserebri adalah

perdarahan lebih dari 5 cc, sedangkan bila kurang maka disebut petechial

intraserebri (kontusio serebri). Perdarahan dapat terjadi segera, dapat pula beberapa

hari atau minggu kemudian, khususnya pada pasien lanjut usia. 7,8

Page 22: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Perdarahan pada lobus temporal memberikan resiko besar terjadinya herniasi uncus

yang berakibat fatal. Hematoma intraserebral yang disertai dengan hematoma

subdural, kontusio atau laserasi pada daerah yang sama memiliki efek yang juga

fatal, dan disebut sebagai ”burst lobe”. Bentuk perdarahan lainnya adalah yang

disebut Bollinger’s apoplexy, yaitu hematoma intraserebral yang terjadi setelah

beberapa minggu (atau bulan) setelah cedera dan selama waktu tersebuut pasien

dalam keadaan neurologis yang normal. Hal ini berkaitan dengan keadaan hipotensi,

syok, DIC, dan konsumsi alkohol. 7,8

Gambar 14. Dua area hematoma intraserebral pada whhite matter (kiri) dan di ganglia basal (kanan).

(Dikutip dari kepustakaan No.12)

5) Hematoma Intraventrikuler

Hematoma intraventrikuler adalah adanya darah dalam sistem ventrikel, dalam hal

ini akibat trauma. Sumber perdarahan tidak selalu mudah diketahui, bahkan biasanya

sulit ditemukan, mungkin dari robekan vena di dinding ventrikel, korpus kalosum,

septum pelusidum, forniks, atau pada pleksus koroid. Dapat pula sebagai perluasan

dan perdarahan di lobus temporal atau frontal, atau ganglia basalis. 7,8

Biasanya hematoma ini didapatkan menyertai trauma kepala dengan hematoma

subarachnoid. Cedera kepala yang sampai menyebabkan perdarahan intraventrikel

ini merupakan cedera yang sangat berat, dan karenanya memiliki mortalitas yang

tinggi. 7,8

Page 23: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Gambar 15. hematoma intraventrikular. (Dikutip dari kepustakaan No.12)

b. Kerusakan Difus

Kerusakan difus adalah kerusakan yang sifatnya berupa disfungsi menyeluruh dari

otak, dan umumnya bersifat mikroskopis. Kerusakan ini paling sering disebabkan

oleh kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi mekanisme

akselerasi dan deselerasi. Angulasi, rotasi, dan peregangan yang timbul

menyebabkan robekan serabut saraf pada berbagai tempat yang sifatnya menyeluruh.

Berdasarkan gambaran patologinya, kerusakan difus ini dibedakan atas: 7,8

Diffuse Axonal Injury (DAI)

DAI adalah adanya kerusakan akson yang difus dalam hemisfer serebri, korpus

kalosum, batang otak, dan serebelum (pedunkulus). Awalnya, kekuatan renggang

pada saat benturan melebihi level ketahanan akson, sehingga terjadi sobekan atau

Page 24: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

fragmentasi aksolemma, dan keteraturan susunan sitoskeleton akson akan menjadi

rusak. Terjadi pada saat benturan, tetapi ada yang memberi batas waktu dalam 60

menit sejak kejadian (primer axotomy). 7,8

Aksolemma dan susunan membran pada awalnya masih utuh, walaupun susunan

sitoskeleton akson terganggu. Penghantaran aksoplasma akan terbendung pada

sitoskeleton yang mengalami kerusakan sehingga terjadi pembengkakan akson

(retraction ball), yang pada akhirnya akan menyebabkan putusnya akson. Terjadi

antara 12 – 48 jam (secondary axotomy). 7,8

Diffuse Vascular Injury (DVI)

DVI ditandai dengan perdarahan kecil-kecil yang menyebar pada seluruh hemisfer,

khusunya massa putih daerah lobus frontal, temporal, dan batang otak, biasanya

pasien segera meninggal dalam beberapa menit. Pada DVI, terjadi perubahan

struktur menyeluruh pada endotel mikrovaskular otak. Sehingga terjadi ekstravasasi

sel darah merah. 7,8

2. Kerusakan Sekunder

Kerusakan sekunder adalah kerusakan otak yang timbul sebagai komplikasi dari

kerusakan primer termasuk kerusakan oleh hipoksia, iskemia, edema otak, TTIK

(Tekanan Tinggi Intrakranial), hidrosefalus dan infeksi. Berdasarkan mekanismenya,

kerusakan ini dapat dikelompokkan atas dua, yaitu : 7,8

a. Kerusakan hipoksik – iskemik menyeluruh ( Diffuse hypoxic-ischemic

damage)

Kerusakan ini sudah berlangsung pada saat antara terjadinya trauma dan awal

pengobatan. Kerusakan ini timbul karena : 7,8

- Hipoksia : penurunan jumlah O2 dalam alveoli

- Iskemia : berhetinya aliran darah

- Hipotensi arterial sistemik

b. Edema otak menyeluruh (Diffuse brain swelling)

Page 25: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Keadaan ini terjadi akibat peningkatan kandungan air dalam jaringan otak atau

peningkatan volume darah (intravaskuler), atau kombinasi keduanya. Pada diffuse

brain swelling sebenarnya belum jelas patogenesisnya, diperkirakan sebagai jenis

kongestif karena kehilangan tonus vasomotor. 7,8

V. Patofisiologi

A. Trauma Cranium (Tulang Tengkorak)

Ketebalan dan elastisitas jaringan tulang menentukan kemampuan tulang

tersebut untuk menyesuaikan diri dengan proses perubahan bentuk (deformasi) saat

benturan. Hal ini juga dipengaruhi oleh umur, dengan pertambahan usia maka

elastisitas jaringan tulang akan berkurang. Keadaan tulang yang mempengaruhi

adalah tingkat elastisitas dan ketebalan tulang tengkorak.7,8

Pada saat terjadi benturan, terjadi peristiwa penekanan pada tabula eksterna di

tempat benturan dan peristiwa peregangan pada tabula interna. Peristiwa peregangan

tabula interna ini tidak hanya terbatas di bawah daerah kontak, tetapi meliputi

seluruh tengkorak. Jika peregangan ini melebihi kemampuan deformasi tulang

tengkorak, terjadilah fraktur. Oleh sebab itu, peristiwa fraktur pada tulang tengkorak

berawal dari tabula interna yang kemudian disusul oleh tabula eksterna. 7,8

Benturan pada tulang tengkorak menyebabkan perubahan elastisitas pada

tulang tengkorak, mencakup lekukan ke dalam (inbending) pada bagian tulang yang

terkena dan biasa pula terjadi variasi lain dimana terjadi lekukan ke arah luar

(outbending). Apabila kekuatan benturan mengenai area yang kecil (misal: pukulan

atau senjata) maka fraktur biasanya memberikan gambaran inbending, sedangkan

apabila area yang terkena benturan itu luas, maka biasanya akan memberikan

gambaran outbending. Bentuk konveks dari tulang tengkorak menyebabkan

penyebaran energi secara efisien dimana vertex merupakan puncak dari tulang

tengkorak. Pada banyak kasus, fraktur linier akan bercabang sepanjang diastase dan

membentuk fraktur diastase. Sebaliknya, energi yang terjadi pada basis tulang

tengkorak (basis cranii) akan menyebabkan fraktur linier yang akan mengakibatkan

Page 26: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

tejadinya kelemahan, memberikan berbagai gambaran adanya udara dalam foramina

dan sinus. 7,8

B. Trauma Cerebrum (Otak)

Ruang intrakranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai

kapasitasnya dengan unsur yag tidak dapat ditekan, otak 1400 gr, cairan

serebrospinal ± 75ml, dan darah ± 75 ml. Peningkatan volume salah satu diantara

ketiga unsur utama ini mengakibatkan desakan pada ruangan yang ditempati oleh

unsur lainnya dan menaikkan tekanan intrakranial. Peningkatan Tekanan Intrakranial

(TIK) tudak hanya disebabkan oleh cedera kepala melainkan mempunyai banyak

penyebab lainnya.13

TIK normal berkisar antara 50-200 mmH2O atau 4-15 mmHg. TIK dalam

keadaan normal dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan dapat meningkat melebihi

batas normal. Aktivitas tersebut antara lain pernapasan perut yang dalam, batuk, dan

mengedan. Kenaikan sementara TIK tidak menimbulkan kesukaran, tetapi kenaikan

TIK yang menetap mempunyai akibat merusak pada kehidupan jaringan otak.13

Mekanisme yang bekerja bila salah satu dari tiga elemen intrakranial

meningkat sangat penting untuk mempertahankan integritas otak. Perubahan

kompensatoris meliputi pengalihan cairan serebrospinal ke rongga spinal,

peningkatan aliran vena dari otak, dan sedikit tekanan pada jaringan otak. Tumor,

cedera otak, edema, dan obstruksi aliran cairan serebrospinalis semua dapat

meningkatkan TIK. Mekanisme kompensasi akan menjadi tidak efektif bila

menghadapi peningkatan TIK yang serius dan berlangsung lama. 13

Edema otak merupakan sebab yang paling lazim dari peningkatan TIK dan

memiliki banyak penyebab antara lain peningkatan cairan intrasel, hipoksia,

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, iskemia serebral,meningitis, dan tentu saja

cedera kepala.

TIK pada umumnya bertambah secara berangsur-angsur. Setelah cedera

kepala, timbulnya edema memerlukan waktu 36-48 jam untuk mencapai maksimum.

Page 27: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Peningkatan TIK sampai 33 mmHg ( 450 mmH2O ) mengurangi Aliran Darah Otak

(ADO) secara bermakna. Iskemia yang timbul merangsang pusat vasomotor, dan

tekanan darah sistemik meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung

mengakibatkan bradikardia dan pernapasan menjadi lebih lambat. Mekanisme

kompensasi ini dikenal sebagai refleks cushing yang membantu mempertahankan

ADO. Akan tetapi menurunnya pernapasan mengakibatkan retensi CO2 dan

mengakibatkan vasodilatasi otak yang mengakibatkan peningkatan TIK. Tekanan

darah sistemik akan terus meningkat sebanding dengan peningkatan TIK, walaupun

akhirnya dicapai suatu titik dimana TIK melebihi tekanan arteri dan sirkulasi otak

berhenti dengan akibat kematian otak. 13

Cedera otak menyebabkan fragmentasi jaringan dan kontusio, merusak Sawar

Darah Otak (SDO), disertai vasodilatasi dan eksudasi cairan sehingga timbul edema.

Edema menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan dan akhirnya

meningkatkan TIK, yang pada gilirannya akan menurunkan Aliran Darah Otak

(ADO), iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan O2 dan penigkatan CO2), dan

kerusakan SDO lebih lanjut. Siklus ini akan terus berlanjut hingga terjadi kematian

sel.13

Page 28: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Gambar 16. Siklus defisit neurologis progresif yang menyertai lesi massa

intrakranial yang membesar (Dikutip dari kepustakaan No.13)

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan jalan napas

Penatalaksanaan jalan napas bertujuan untuk menstabilkan jalan napas dan

menyediakan ventilasi oksigen yang cukup. Dapat dilakukan intubasi endotrakeal.

Intubasi nasal atau nasogastric tube sebaiknya dihindari terutama pada pasien yang

dicurigai fraktur basis cranial. Kegagalan pernapasan dapat terjadi karena cedera

neurologist atau cedera thoraks. 14

2. Penatalaksanaan system kardiovaskular

Normotensi dan euvolemia adalah hasil yang diharapkan pada penatalaksanaan

kardiovaskular. Resusitasi volume menggunakan larutan isotonic sebaiknya

dilakukan untuk mempertahankan tekanan pengisian yang adekuat, cardiac output

yang normal dan normotensi. 14

3. Penatalaksanaan terhadap perfusi serebral dan peningkatan tekanan

intracranial. 14

Penatalaksanaan peningkatan intracranial termasuk diantaranya menaikkan posisi

kepala sehingga membentuk sudut 30° terhadap tempat tidur dan mempertahankan

kepala dan leher pada posisi midline. Obat-obat sedasi dan paralisis digunakan untuk

mencegah agitasi dan aktivitas muscular yang dapat menigkatkan tekanan

intracranial. Penggunaan loop diuretic atau osmotic diuretic ditujukan untuk

menurunkan produksi cairan serebrospinal. 14

4. Penatalaksanaan Perdarahan.

Page 29: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

Disseminated intravascular coagulopathy terjadi pada sepertiga pasien trauma kepala

dan membutuhkan manajemen yang aggresif dan koreksi factor-faktor pembekuan

untuk menurunkan resiko. 14

5. Pembedahan

Dekompresi melalui pembedahan dibutuhkan pada keadaan epidural dan subdural

hematoma yang berkembang sangat cepat yang menyebabkan peningkatan tekanan

intracranial dan kompresi fokal. 14

Hasil Pemeriksaan Autopsi

1. Fraktur tulang tengkorak. Pada pemeriksaan luar fraktur basis crania dapat ditemukan

adanya lebam periorbital (raccoon eyes), perdarahan sclera, perdarahan

retroauricular (Battle’s sign) dan perdarahan dari telinga. 9

Gambar: Manifestasi eksternal fraktur basis cranii. (A) Lebam periorbital (raccoon

eyes). (B) Perdarahan sclera. (C) Perdarahan dari telinga. (D) Lebam dibelakang

telinga (Battle’s sign).

Page 30: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

2. Epidural Hematom. Temuan autopsi pada epidural hematom yang tidak ditangani

sangat jelas. Terdapat kontusio pada kulit kepala temporal di sisi hematom,

hematom yang besar pada ruang epidural dapat terlihat ketika tulang tengkorak

dibuka. Edema serebral berat difus yang hebat sebagai efek okupansi ruang

intracranial oleh hematom dapat diamati, termasuk herniasi subfalcine, yang meluas

dari sisi hematom ke arah yang berlawanan, dan herniasi transtentorial, yang biasa

lebih terlihat pada sisi yang hematom. Pembengkakan hemisfer serebral dibawah

hematom menyebabkan permukaan otak tampak mulus. 9

3. Subdural hematom.

a. Subdural hematom akut. Temuan luar pada kasus subdural hematom akut dapat

mencerminkan penyebab trauma. Banyak kasus pada pada subdural hematom akut,

baik apakah disebabkan oleh serangan atau jatuh, memiliki tanda trauma benda

tumpul pada pemeriksaa luar, lebih umum terdapat di wajah daripada di kepala.

Fraktur tengkorak umum terjadi. Pada kasus di hematom yang tidak ditangani,

hematom yang terjadi meluas pada ruang dibawah duramater karena sifat dari

duramater yang kaku. Hematoma tercetak pada permukaan otak di bawahnya

sehingga undulasi kortikal normal tetap terjaga bahkan ketika terjadi udem otak

berat (berkebalikan dengan permukaan otak yang mulus dibawah epidural hematom.

Kecembungan girus pada hemisfer pada arah yang berlawanan mendatar dan sulcus

di dekatnya tertekan, mencerminkan suatu efek space-occupying dari hematom dan

udem otak sekunder. Herniasi transtentorial dan herniasi tonsillar sering terjadi. 9

b. Subdural hematom kronik. Pada subdural hematom kronik, terdapat berbagai variasi

penampakan yang berhubungan dengan ukuran dan lamanya. Umumnya, kavitas

hematom sempit dan mengandung darah cair atau cairan yang bercampur dengan

darah. Hematom ditutup oleh lapisan tipis membrane dalam dan lapiran tebal

membrane luar. Penampilannya bermacam-macam, terbentuk dari perdarahan baru,

perdarahan lama yang kelabu, hemosidering kuning dan kolagen pucat serta jaringan

fibrotic lainnya. Jika hematom merupakan penyebab kematian, efek dari space-

occupancy akan terlihat pada herniasi subfalcine, uncal dan tonsillar. 9

Page 31: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

4. Perdarahan subarachnoid. Perdarahan pada ruang subarachnoid yang diakibatkan oleh

trauma kranioserebral sering ekstensif karena cairan serebrospinal dan darah

subarachnoid yang tidak membeku mengalir bebas pada ruang subarachnoid. Jumlah

perdarahan subarachnoid proporsional terhadap interval antara waktu trauma dan

kematian (dapat minimal apabila kematian terjadi segera setelah trauma) dan ukuran

dari sumber perdarahan, dan, meskipun jejas darah subarachnoid dapat menyebar

luas, biasa yang paling jelas terletak dekat dengan sumbernya. 9

5. Perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral dapat terjadi dalam bentuk

kontusio-hematom, perdarahan batang otak yang menyebabkan herniasi

transtentorial, himatom jauh di dalam otak terpisah dari konveksitas hemisfer,

hematom ekstraganglion atau lobar yang soliter dan berukuran sedang-besar,

hematom serebral yang terisolasi, dan tipe yang jarang di mana terjadi robekan

antara korpus kalosum dorsolateral dan girus cingulated menyebabkan perdarahan ke

dalam ventrikel dan hematom yang membelah white matter antara dasar lateral

korpus kalosum dan girus cingulate. 9

6. Perdarahan intraventrikular. Keberadaan darah yang berlebihan pada ventrikel

keempat, terlihat melalui foramen Luschka dan Magendie sebelum pengirisan otak,

dapat diambil pada saat autopsy sebagai bukti tidak langsung dari perdarahan

intraventrikular. 9

7. Kontusi.

a. Kontusi akut. Penampakan umum dari kontusi akut pada permukaan otak bervariasi

dari permukaan otak yang pucat ke kerusakan disertai perdarahan dan nekrosis pada

area yang luas. Perubahan tersebut dapat terletak pada gray matter atau meluas

dengan derajat dan karakteristik yang bervariasi ke white matter di dekatnya. Pada

irisan otak, kontusi yang kecil atau kontusi dengan interval antara trauma dan

kematian yang dekat, tampak sebagai perdarahan linear yang sejajar dengan

permukaan pial, mencerminkan jalur pembuluh darah kortikal dan menggambarkan

bagaimana robekan pembuluh darah tersebut mempengaruhi kontusi. Kontusi-

laserasi yang besar tampak sebagai area perdarahan yang terpisah-pisah dengan

Page 32: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

bentuk yang irregular. Kontusi koup memiliki bentuk menyempit dengan dasarnya

pada permukaan pial. Udem otak terlokalisasi disekitar kontusi yang setara dengan

ukuran kontusi. 9

b. Kontusi lama. Resorpsi darah dan jaringan nekrotik dari kontusi meninggalkan

kavitas dan kistik yang jelas. 9

8. Diffuse Axonal Injury. Cedera kontak pada kulit kepala dan tulang jarang ditemukan,

tetapi bila ada dapat dihubungkan antara cedera aksonal dan kontak pada kepala.

Temuan pada permukaan otak juga jarang. Irisan otak sulit dinilai melalui mata

telanjang atau mengandung robekan perdarahan dengan dimensi yang bervariasi

pada korpus kalosum, pada sudut dorsal dari hemisfer serebral, dan pada kuadran

dorsolateral dari batang otak rostral pada sekitar pedunkel serebellar superior dan

tengah. Perdarahan pada thalamus dan ganglia basalis sering terjadi. 9

9. Diffuse Vascural Injury. Diffuse vascular injury biasanya fatal, korban dapat

meninggal pada tempat kejadian atau bertahan hidup hanya beberapa jam. Cedera

kontak pada kepala mungkin tidak tampak jelas. Pemeriksaan pada otak

menunjukkan perdarahan subarachnoid yang jarang dan perdarahan petechi yang

tersebar luas. Hal yang terakhir dapat terlihat dibawah mikroskop.Perdarahan

tampak nyata pada banyak daerah subependymal, pons lateral dan otak tengah, dan

garis tengah hipotalamus dan batang otak rostral. 9

10. Hypoxic-Ischemic Brain Injury. Otak tampak normal atau terlihat pembengkakan

difus atau local non-spesifik dan tampak pucat. Penampakan yang jelas hanya dapat

terlihat di bawah mikroskop dalam bentuk neuron dengan noda sitoplasmik merah

terang dan nuclei hiperkromatik menyusut pada area dengan hematoksilin dan eosin.

Gambaran diagnosis histologis pada nekrosis neuronal iskemik tidak tampak

sebelum 6-12 jam setelah cedera. 9

11. Brain Swelling. Gambaran patologis awal dari udem otak adalah pendataran dari

permukaan girus dan penyempitan sulcus. Efek keseluruhan dari udem otak adalah

gambaran umum otak yang mulus dan datar pada undulasi normal pada permukaan

hemisfer serebral. Gambaran otak dari dewasa muda normalnya tampak full

Page 33: 76919926 Trauma Tumpul Pada Kepala

sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan apakah terjadi udem otak atau

tidak. 9

Daftar Pustaka

1. Windi, dkk. Traumatologi Forensik. Cited from: http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm. 2006.

2. Bedong Muhammad Ali. Cidera Jaringan Otak: Pengenalan dan Kemungkinan Penatalaksanaannya.

3. Akhyar Yayan. Cedera Kepala (Head Injury). Cited from: http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/cedera-kepala-head-injury/. 2008.

4. Mardjono Mahar, Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. PT. Dian Rakyat. Jakarta. 2003.

5. Anonimous. Cedera Kepala. Cited from: http://info.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=687.

6. Luhulima JW. Anatomi Susunan Saraf Pusat. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2003.

7. Japardi, Iskandar, Cedera Kepala, PT Buana Ilmu Populer, Jakarta Barat, 2004, p. 7-27, 67-76.

8. Wahjoepramono, Cedera Kepala, ISBN 979-98173-2-3, 1 Agustus 2005, p.21-89, 137-43.

9. Shkrum Michael J, David A.Ramsay, ‘ Craniocerebral Trauma and Vertebrospinal Trauma’, Forensic Pathology of Trauma, Humana Press, New Jersey, 2007, p. 519-73

10. Oemichen, M, R. N. Auer, H.G. Konig, ‘Injuries of the Brain’s Coverings’, Forensic Neuropathology and Associated Neurology, Springer, Germany, 2006, p. 112-47

11. Dolinak, David, Evan W. Matshes, Emma O. Lew, ’Forensic Neuropathology’, Forensic Pathology Principles and Practise, Elsevier Academic Press, USA, 2005, p.423-52

12. Oemichen, M, R. N. Auer, H.G. Konig, ‘Closed Brain Injury’, Forensic Neuropathology and Associated Neurology, Springer, Germany, 2006, p. 178-210.

13. Lombardo, Mary Carter, ‘Cedera Susunan Saraf Pusat’, Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson, Patofisiologi, Buku 2, Edisi 4, EGC, Jakarta, p. 1010-2

14. Singh Jagvir, Arabela Stock. Head Trauma: Treatment & Medication. Cited from: http://emedicine.medscape.com/article/907273-treatment. 2006.