7. bab 2 rencana pengelolaan lingkungan hidup rkl-rpl
TRANSCRIPT
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 1
BAB 2 RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
Pada bagian ini akan diuraikan bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan atas dampak
yang ditimbulkan dalam rangka untuk menghindari, mencegah, meminimalisir, dan/ atau mengendalikan
dampak negatif dan meningkatkan dampak positif.
Sesuai dengan hasil telaahan dampak penting hipotetis, beberapa dampak penting yang akan dikelola
meliputi dampak yang diprakirakan akan terjadi pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi dari
kegiatan pembangunan Bangunan Utama (Power Block) PLTU, Terminal Khusus (Jetty), Pengerukan
(Dredging) dan Pembuangan Material Hasil Keruk (Dumping) serta Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan
Gardu Induk. Di samping itu juga akan dikelola beberapa dampak tidak penting yang tergolong pada kategori
“dampak lainnya”.
Kegiatan operasional jaringan transmisi mulai dari tower pertama sampai dengan tower ke titik interkoneksi
jaringan SUTET 500 kV Jawa-Bali, tidak termasuk dalam dokumen AMDAL ini sehingga tidak dilakukan
pelingkupan.
Matriks rencana pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 2
Tabel 2.1 Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DAMPAK PENTING YANG DIKELOLA A. POWER BLOCK
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
KEGIATAN SURVEI
1 Pola Hubungan Sosial
Kegiatan survei
Tetap terjaganya keharmonisan hubungan di antara masyarakat, pemrakarsa dan pemerintah
1) Membangun pola interaksi harmonis antara masyarakat, pemrakarsa dan pemerintah (para pemangku kepentingan) melalui forum komunikasi. Forum komunikasi ini diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali. Perencanaan dan pelaksanaan forum ini disusun atas kesepakatan bersama.
2) Menghilangkan timbulnya kecurigaan melalui keterbukaan informasi tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaannya dengan cara melakukan koordinasi untuk sosialisasi yang intensif denganelemen masyarakat setempat melalui media komunikasi, antara lain melalui buletin, papan pengumuman dan lainnya.
3) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan melalui lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan setempat.
Berada di lokasi : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Ponowareng 4) Desa Kedungsegog
Selama tahap pra konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
2 Keresahan Masyarakat
Kegiatan survei 1) Terciptanya suasana tenang tanpa ada rasa saling curiga
2) Hilangnya kekhawatiran akan kehilangan lahan dan pekerjaan.
3) Hilangnya kekhawatiran tidak bisa bekerja di proyek
1) Pemrakarsa menyediakan informasi secara terbuka dan akuntabel tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pembebasan lahan dengan cara melakukan koordinasi untuk sosialisasi yang intensif dengan elemen masyarakat yang terdampak
2) Pemrakarsa melakukan penjelasan langsung kepada masyarakat tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pengadaan lahan
3) Proses penentuan harga lahan dilakukan secara musyawarah dan mufakat.
4) Pengukuran luas lahan dan batas-batas kepemilikan lahan dilakukan secara bersama pemilik lahan.
5) Pembayaran lahan dilakukan secara langsung kepada pemilik melalui bank.
Berada di lokasi : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Ponowareng 4) Desa Kedungsegog
Selama tahap pra konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan survei 1) Meningkatnya persepsi positif masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW.
2) Kondisi lingkungan semakin harmonis dan kondusif.
1) Mencegah timbulnya keresahan dalam masyarakat yang terkena dampak dengan cara memberikan penjelasan yang baik dan benar dengan melibatkan tokoh masyarakat.
2) Membangun kondisi lingkungan sosial yang kondusifmelalui pendekatan partisipatif
3) Membangun pola interaksi harmonis antara masyarakat dengan pelaksana kegiatan lapangan.
Berada di lokasi : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Ponowareng 4) Desa Kedungsegog
Selama tahap pra konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 3
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
KEGIATAN PENGADAAN LAHAN
1 Perubahan Pola Mata Pencaharian
Kegiatan pengadaan lahan untuk blok PLTU akan menyebabkan hilangnya matapencaharian buruh tani, petani penggarap, dan pemilik lahan
Terciptanyalapangan kerja dan/atau sumber nafkah bagi buruh tani dan petani penggarap yang kehilangan matapencahariannya
Setelah diterbitkannya izin lingkungan, Pemrakarsa bersama pemerintah daerah merumuskan tiga (3) formula sumber nafkah pengganti yang akan dikukuhkan melalui penetapan oleh pemerintah daerah, meliputi : 1) Penyediaan lahan garapan pengganti yang
luasannya setara atau seimbang dengan kebutuhan bagi buruh tani dan petani penggarap yang terkena dampak, berdasarkan kesepakatan dengan buruh tani serta petani penggarap yang terkena dampak.
2) Pemberian kompensasi sosial sesuai dengan kebutuhan buruh tani dan petani penggarapterdampak. Dalam implementasinya program ini akan melibatkan pemrakarsa, dinas terkait pemerintah, dan perwakilan masyarakat.
3) Penciptaan wirausaha baru perdesaan dari kelompok buruh tani dan petani penggarap yangterkena dampak sesuai dengan minat dan peluang yang tersedia, dengan menyediakan bantuan teknis.
Di Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng dan Desa Ponowareng (yang buruh tani dan petani penggarapnya terkena dampak pembebasan lahan untuk Blok PLTU) Lokasi lahan pengganti kebun melati ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam.
Selama tahap pra konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana Yaitu PT Bhimasena Power Indonesia Selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang Dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan Yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
2 Keresahan Masyarakat Kegiatan pengadaan lahan 1) Adanya kejelasan informasi kebutuhan lahan, prosedur dan proses pelaksanaan pengadaan lahan.
2) Menurunnya keluhan, protes tentang prosedur dan proses pengadaan lahan.
1) Pemrakarsa menyediakan informasi secara terbuka dan akuntabel tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pembebasan lahan dengan cara melakukan koordinasi untuk sosialisasi yang intensif dengan elemen masyarakat yang terdampak
2) Pemrakarsamelakukan penjelasan langsung kepada masyarakat tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pengadaan lahan
3) Proses penentuan harga lahan dilakukan dengan musyawarah dan mufakat
4) Pengukuran luas lahan dan batas-batas kepemilikan lahan dilakukan secara bersama pemilik lahan.
5) Pembayaran lahan dilakukan secara langsung kepada pemilik lahan melalui bank.
Di Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng dan Desa Ponowareng
Selama tahap pra konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pengadaan lahan 1) Meningkatnya persepsin positif terhadap kegiatan pengadaan lahan
2) Menurunnya keluhan tentang proses pengadaan lahan
1) Pemrakarsa menyediakan informasi secara terbuka dan akuntabel tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pembebasan lahan dengan cara melakukan koordinasi untuk sosialisasi yang intensif dengan elemen masyarakat yang terdampak
2) Pemrakarsamelakukan penjelasan langsung kepada masyarakat tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pengadaan lahan
3) Proses penentuan harga lahan dilakukan dengan musyawarah dan mufakat
4) Pengukuran luas lahan dan batas-batas kepemilikan lahan dilakukan secara bersama pemilik lahan.
5) Pembayaran lahan dilakukan secara langsung kepada pemilik lahan melalui bank.
Di Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng dan Desa Ponowareng
Selama tahap pra konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 4
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
II TAHAP KONSTRUKSI
PENERIMAAN TENAGA KERJA
1 Peningkatan Kesempatan Kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU
Minimum 40%dari kebutuhan tenaga kerja konstruksi diprioritaskan dari tenaga kerja lokal.
Penerimaan tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan mengutamakan warga lokal sesuai dengan kualifikasidan ketersediaan lapangan kerja. Proses penerimaan tenaga kerja dilakukan melalui : 1) Sosialisasi secara intensif 2) Pengumuman di balai desa 3) Seleksitenaga kerja secara transparan 4) Peningkatan keterampilan bagi warga lokal yang
berpotensi
Kriteria tenaga kerja lokal : Range 1: Wilayah Studi (13 desa) Range 2: Kecamatan Kandeman dan Tulis Range 3: Kabupaten Batang
Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa
Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa
Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Selama tahapkonstruksi a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
2 Perubahan Pola Mata Pencaharian
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU
Semakin bertambahnya jumlah wirausaha baru dari masyarakat yang terkena dampak.
Memfasilitasi wirausaha baru yang bersumber dari masyarakat terkena dampak, antara lain berupa bimbingan teknis dan manajemen terhadap wirausaha baru.
Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa
Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa
Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Dengan prioritas 3 (tiga) desa di tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
Sesuai dengan peluang yang ada
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
3 Perubahan Tingkat Pendapatan
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU dan fasiltasi penciptaan wirausaha baru
1) Adanya kepastian sumber pendapatan bagi masyarakat lokal terkena dampak yang terserap dalam tahap konstruksi.
2) Meningkatanya tenaga kerja dari masyarakat terkena dampak yang terserap pada usaha-usaha
1) Memberikan upahkepada masyarakat lokal terkena dampak yang terserap dalam tahap konstruksi sesuai dengan peraturan yang berlaku
2) Memfasilitasi pengembangan usaha yang dijalankan oleh wirausaha baru.
3) Memberdayakan petani penggarap dan buruh tani yang terkena dampak menginginkan bekerja di
Di 13(tiga belas) desa wilayah studi Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan
Selama tahap konstruksi berlangsung dan dapat diperpanjang sampai tahap operasi (jika diperlukan).
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsadan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 5
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
yangdikembangkan oleh wira usaha baru
3) Adanya kepastian bagi masyarakat buruh tani dan penggarap yang terkena dampak yang masih menginginkan bekerja di sektor pertanian.
sektor pertanian.
4) Desa Bakalan Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Dengan prioritas 3 (tiga) desa di tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
Hidup Provinsi Jawa Tengah c. Instansi Penerima Laporan yaitu
Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
4 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU
1) Berkurangnyapersepsi negatif masyarakat terhadap peneriman tenaga kerja.
2) Bertambahnya persepsi positifmasyarakat terhadappenerimaan tenaga kerja.
3) Rendahnya intensitas keluhan dan protes masyarakat atas rencana pembangunan PLTU
1) Penerimaan tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan mengutamakan warga lokal sesuai dengan kualifikasi dan ketersediaan lapangan kerja. Proses penerimaan tenaga kerja dilakukan melalui :
• Sosialisasi secara intensif • Pengumuman di balai desa • Seleksi tenaga kerja secara transparan • Peningkatan keterampilan bagi warga lokal
yang berpotensi
2) Memberikan upah kepada masyarakat lokal terkena dampak yang terserap dalam tahap konstruksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Mensosialisasikan secara rutin setiap kemajuan dan rencana kegiatan dalam forum komunikasi.
Di 13 desa wilayah studi Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Selama tahap konstruksi berlangsung dan dapat diperpanjang sampai tahap operasi (jika diperlukan).
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
5 Adat Istiadat (Perubahan Nilai dan Norma dalam Masyarakat)
Interaksi sosial pekerja pendatang yang bekerja selama tahap konstruksi PLTU
Terjaganya nilai dan norma yang diyakini masyarakat berkaitan dengan keberadaan Maqam Syeikh Maulana Maghribi
1) Memberikan pembekalan (induction)pada pekerja pendatang tentang adat istiadat masyarakat sekitar PLTU
2) Mendukung kerja sama dengan masyarakat sekitar dan pengurus Maqam Syeikh Maulana Maghribi untuk mencegahtumbuhnya aktifitas yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang terkait dengan kesakralan Maqam Syeikh Maulana Maghribi.
3) Ikut membantu dalam menjaga dan melestarikan Maqam Syeikh Maulana Maghribi
Desa Ujungnegoro, Desa Karanggeneng, dan Desa Ponowareng Maqam Syeikh Maulana Maghribi dan lingkungan sekitarnya.
Selama tahap konstruksi berlangsung dan dapat diperpanjang sampai tahap operasi (jika diperlukan).
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas
Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 6
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
1 Penurunan Kualitas Udara
Kegiatan mobilisasi peralatan. Pada kegiatan tersebut akan terjadi peningkatan frekuensi lalulintas yang berpotensi menimbulkan polutan partikulat dan gas.
Tingkat konsentrasi kualitas udara ambien tidak melebihi baku mutu yang disarankan sesuai Kep. Gub. Jateng No. 8 tahun 2001dengan parameter Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2),dan TSP.
1) Proses pengangkutan material (tanah gali/ urug) dilengkapi dengan penutup terpal pada saat melewati daerah pemukiman.
2) Pemasangan rambu lalulintas sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku
3) Melakukan pembersihan terhadap kendaran yang keluar dari tapak proyek
4) Melakukan penyiraman minimal dua kali sehari pada ruas jalan akses menuju tapak PLTU yang tidak di-aspal di sekitar tapak proyek yang dilalui kendaraan pengangkut peralatan dan material secara rutin, terutama pada saat musim panas dengan mengacu kepada prosedur penyiraman tanah
5) Pemakaian masker bagi operator kendaraan berat sesuai dengan keperluan dan prosedur yang telah ditetapkan.
6) Pembatasan kecepatan kendaraan maks. 40 km/jam apabila melewati permukiman dalam batas wilayah studi
Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi.
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Peningkatan Kebisingan Kegiatan mobilisasi peralatan. Pada kegiatan tersebut akan terjadi peningkatan frekuensi lalulintas yang berpotensi menimbulkan kebisingan mesin kendaraan.
Tingkat kebisingan tidak melebihi baku mutu yang disarankanvmengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan peruntukkan pemukiman (55 dB(A))..
1) Menggunakan kendaraan untuk kegiatan mobilisasi alat dan bahan yang lolos uji emisi kendaraan, termasuk penggunaan exhaust muffler (knalpot).
2) Pemakaian penutup telinga (earplug) bagi operator kendaraan berat sesuai dengan keperluan.
3) Perawatan mesin kendaraan secara berkalasesuai denga prosedur dan ketentuan yang berlaku
4) Pembatasan kecepatan kendaraan maks. 40 km/jam apabila melewati permukiman dalam batas wilayah studi
Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan materialdi tahap konstruksi.
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Gangguan Lalulintas Darat (Traffic)
Kegiatan mobilisasi peralatan material yang akan meningkatkan volume lalulintas.
Terkendalinya volume lalulintasdengan nilai V/C ≤ 0,7
1) Melakukan pengaturan lalulintas kendaraan yang masuk dan keluar lokasi proyek dengan pemasangan rambu-rambu peringatan dan rambu lalulintas di sekitar tapak proyek dengan memperhatikan prosedur lalu lintas.
2) Melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam kegiatan pemeliharaan infrastruktur jalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan materialdi tahap konstruksi.
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas PU,
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah
4 Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Kegiatan mobilisasi peralatan material yang
Tidak ada kerusakan infrastruktur jalan 1) Semua peralatan berat dengan tonase berat melebihi kapasitas jalan akan dimobilisasi melalui
Di lokasi temporary jetty dan construction jetty dan
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan materialdi
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 7
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
akan meningkatkan volume lalulintas
laut 2) Menyesuaikan tonase kendaraan pengangkut
material dengan kelas jalan yang dilaluinya sesuai dengan peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk tonase kendaraan
3) Melakukan perbaikan jalan jika terjadi kerusakan jalan dan jembatan
4) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
sekitarnya Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
tahap konstruksi. Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas PU,
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah
5 Peningkatan Peluang Berusaha
Kegiatan mobilisasi peralatan selama konstruksi
Semakin bertambahnya jumlah wirausaha baru dari masyarakat yang terkena dampak.
Memfasilitasi wirausaha baru baik perorangan atau kelompok yang bersumber dari masyarakat terkena dampak, antara lain berupa bimbingan teknis dan manajemen terhadap wirausaha baru.
Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji.
Dilakukan selama masa mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
6 Gangguan Kesehatan Masyarakat
(Peningkatan prevalensi penderita ISPA dan penyakit psikosomatis)
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
Tidak ada peningkatan angka kesakitan ISPA dan penyakit psikosomatis pada masyarakat yang tinggal di sekitar jalur transportasi untuk kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
1) Bekerjasama dengan Puskesmas atau dokter keluarga untuk melakukan penyuluhan tentang : ventilasi rumah yang sesuai,bentuk pagar yang sesuai, pola hidup sehat dan rumah sehat, penanaman vegetasi yang sesuai untuk mencegah debu.
2) Bekerjasama dengan Puskesmas atau dokter keluarga untuk melakukandeteksi dini dan pemeriksaan ISPA dan penyakit psikosomatis akibat debu yang ditimbulkan oleh kegiatan konstruksi material dan peralatan serta pencatatan kesehatan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar jalur transportasi untuk pendirian blok PLTU.
Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
Dilakukan selama masa mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi berlangsung tiap 3 bulan
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
7 Perubahan Persepsi Masyarakat
Terpaparnya masyarakat oleh gangguan kualitas udara dan kebisingan dalam kegiatan mobilisasi peralatan dan material
Berkurangnya keluhan warga Terhadap akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material
1) Melakukan koordinasi dan penjelasan tentang aktivitas dan pengelolaan dampak dari mobilisasi peralatan dan material malalui forum komunikasi para pemangku kepentingan.
2) Melakukan pengaturan kegiatan mobilisasi peralatan dan material.yang disepakati oleh para pemangku kepentingan
3) Melakukan pengelolaan dengan baik semua dampak teknis yang muncul dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo
Dilakukan selama masa mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan Kontraktor pelaksana kegiatan.
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 8
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
4) Memberikan penggantian jika terjadi kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
8 Gangguan terhadap Kenyamanan
Terpaparnya masyarakat oleh gangguan kualitas udara dan kebisingan dalam kegiatan mobilisasi peralatan dan material
Rendahnya intensitas keluhan dan protes masyarakatakibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
Bentuk pengelolaan yang dilakukan seperti pengelolaan yang direncanakan pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material meliputi: 1) Proses pengangkutan material (tanah gali/ urug)
dilengkapi dengan penutup terpal pada saat melewati daerah pemukiman.
2) Pemasangan rambu lalulintas sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku
3) Melakukan pembersihan terhadap kendaran yang keluar dari tapak proyek
4) Melakukan penyiraman minimal dua kali sehari pada ruas jalan akses menuju tapak PLTU yang tidak di-aspal di sekitar tapak proyek yang dilalui kendaraan pengangkut peralatan dan material secara rutin, terutama pada saat musim panas dengan mengacu kepada prosedur penyiraman tanah
5) Pembatasan kecepatan kendaraan maks. 40 km/jam apabila melewati permukiman dalam batas wilayah studi.
Di dalam tapak proyek yang menjadi sumber pencemar kualitas udara Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
9 Perubahan Tingkat Pendapatan
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material
Peningkatan pendapatan warga sekitar power block.
1) Memfasilitasi wirausaha baru bagi tenaga kerja lokal yang mengalami demobilisasi pada tahap konstruksi melalui program inisiatif perusahaan dalam pengembangan masyarakat.
2) Memfasilitasi warga masyarakat untuk meningkatkan variasi dan skala usaha dalam rangka peningkatan pendapatan.
Di jalan angkut (rute angkut) yang melalui permukiman warga meliputi Desa Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro.
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
PEMATANGAN LAHAN
1 Penurunan Kualitas Udara
Tersebarnya debu dan gas buang mesin (alat berat) ke udara pada saat kegiatan pematangan lahan
Tingkat konsentrasi kualitas udara ambien tidak melebihi baku mutu yang disarankan sesuai Kep. Gub. Jateng No. 8 tahun 2001dengan parameter Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2),dan TSP.
1) Memastikan ban truk yang keluar dari lokasi proyek dalam keadaan bersih (melakukan pencucian)
2) Mengontrol emisi kendaraan proyek selama beroperasi dengan melakukan perawatan rutinsesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
3) Melakukan penyiraman minimal dua kali seharidi lokasi pematangan lahan untukmengurangi debu di udaradengan mengacu kepada prosedur penyiraman tanah di lokasi jalan akses.
Di dalam tapak proyek yang menjadi sumber pencemar kualitas udara yakni di Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng dan Desa Ponowareng .
Selama kegiatan pematangan lahan
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Perubahan Bentang Alam
Perubahan stabilitas lahan akibat dari kegiatan
Tidak munculnya gejala longsoran seperti tanah retak dan alur-alur erosi
1) Melakukan pemilahan lokasi lahan yang sesuai dengan kebutuhan
Di dalam tapak proyek yang dipotong dan ditimbun (cut
Selama kegiatan pematangan lahan
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 9
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
pemotongan dan pengurugan tanah (cut and fill)
2) Dibuat sistem terasering atau yang sejenis pada bukit yang tidak dipotong untuk mengurangi dampak erosi. Pada proses pembangunan terasering, pemrakarsa sudah melakukan survei tanah untuk memastikan kondisi geologi tanah.
3) Membuat drainase sepanjang 2,4 km untuk mengalirkan saluran air alami menuju ke laut.
4) Melakukan pemantauan dan perawatan drainase yang telah dibuat dan secara berkala untuk memastikan saluran air tidak terhambat
5) Memperhatikan ketentuan sempadan pantai sejauh 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sesuai Permen No.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
and fill) di Desa Ujungnegoro Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas
ESDM Provinsi Jawa Tengah
3 Gangguan terhadap Flora Darat
Kegiatan pematangan lahan.
Parameter yang dipantau adalah struktur komunitas flora darat liar setara dengan kondisi awal atau lebih baik.
1) Sejak awal tahap pematangan lahan menyisihkan Ruang Terbuka Hijau di barat laut, sebesar 10% dari area power block dalam bentuk patch/ bercak/ pulau yang tidak terpotong oleh jalan/ bangunan/ lapangan (mengacu pada PerMen PU No.41/PRT/M/2007).
2) Menjadikan Ruang Terbuka Hijau sebagai percontohan sanctuary atau daerah lindungan tertutup bagi satwa liar yang berasal dari dalamdan daerah sekitar tapak power block.
3) Bekerjasama dengan pemerintah melakukan penanaman dan pemeliharaan jenis-jenis vegetasi pantai/mangrove dengan memprioritaskan lokasi zona konservasi yang telah ditentukan (Peta Taman Pesisir Ujungnegoro - Roban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah berdasar Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. KEP29/MEN/2012 dapat dilihat pada Lampiran).
4) Bekerjasama dengan pemerintah melakukan penanaman dan pengayaan jenis-jenis vegetasi yang berfungsi sebagai sumber pakan, tempat berlindung dan berkembang biak satwa liar seperti dari jenis-jenis tanaman berbunga dan berbuah yang ditemukan di lokasi proyek dan sekitarnya seperti Mangga (Mangifera indica), Sirsak (Annona mucirata), Srikaya(Annona squamosa), Kamboja (Plumeria sp), Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Lamtoro (Leuchaena glauca), Flamboyan (Delonix regia), Asam (Tamarindus indica), Bunga Merak (Caesalpinia pulcherrima), Melinjo (Gnetum gnemon), Butun (Barringtonia sp.), Kapuk (Ceiba pentandra), Mahoni (Swietenia mahogani), Jengkol (Archidendron pauciflorum), Nangka (Artocarpus integra), Sukun (Artocarpus elasticus), Beringin (Ficus benjamina), Jambu biji (Syzigium guajava), Melati (Jasminum sambac), Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), Mengkudu
1) Di dalam tapak proyek dan sekitarnya yakni di Desa Ujungnegoro, Desa Karanggeneng dan Desa Ponowareng.
2) Di lokasi zona konservasi yang telah ditentukan
Selama kegiatan konstruksi berlangsung (minimal 6 bulan sekali) dan diperpanjang selama tahap operasi berlangsung (minimal 1 tahun sekali)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 10
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
(Morinda citrifolia), Jeruk (Citrus maxima), Rambutan (Nephelium lappaceum), Kepuh (Sterculia foetida).
5) Mendukung pemerintah dalam pelestarian kawasan hijau yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan kawasan konservasi estuaria berdasarkan arahan Surat Keputusan Bupati Batang No. 523/194/2012 tentang Pencadangan Kawasan Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban dan Sekitarnya di Kabupaten Batang dan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. KEP29/MEN/2012 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah
4 Gangguan terhadap Fauna Darat
Kegiatan pematangan lahan.
Parameter yang dipantau adalah struktur komunitas fauna darat liar setara dengan kondisi awal atau lebih baik.
1) Sejak awal tahap pematangan lahan menyisihkan Ruang Terbuka Hijau di barat laut area power block sebesar 10% dari area power block dalam bentuk patch/bercak/pulau yang tidak terpotong oleh jalan/bangunan/lapangan (mengacu pada PerMen PU No.41/PRT/M/2007).
2) Mengerjakan pematangan lahan dalam blok-blok kerja dan tidak mengganggu areal di luar blok kerja untuk memberi kesempatan berpindah untuk satwa liar.
3) Bekerjasama dengan pemerintah melakukan penanaman dan pengayaan jenis-jenis vegetasi yang berfungsi sebagai sumber pakan, tempat berlindung dan berkembang biak satwa liar seperti dari jenis-jenis tanaman berbunga dan berbuah yang ditemukan dilokasi proyek dan sekitarnya (Mangga (Mangifera indica), Sirsak (Annona mucirata), Sawo (Annona squamosa), Kamboja (Plumeria sp), Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Lamtoro (Leuchaena glauca), Flamboyan (Delonix regia), Asam (Tamarindus indica), Bunga Merak (Caesalpinia pulcherrima), Melinjo (Gnetum gnemon), Butun (Barringtonia sp.), Kapuk (Ceiba pentandra), Mahoni (Swietenia mahogani), Jengkol (Archidendron pauciflorum), Nangka (Artocarpus integra), Sukun (Artocarpus elasticus), Beringin (Ficus benjamina), Jambu biji (Syzigium guajava), Melati (Jasminum sambac), Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), Mengkudu (Morinda citrifolia), Jeruk (Citrus maxima), Rambutan (Nephelium lappaceum), Kepuh (Sterculia foetida).
4) Mendukung pemerintah dalam pelestarian kawasan hijau yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan kawasan konservasi estuaria berdasarkan arahan Surat Keputusan Bupati Batang No. 523/194/2012
1) Di dalam tapak proyek dan sekitarnya yakni di Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng Kecamatan Kandeman dan sebagian lagi terletak di Desa Ponowareng Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
2) Di lokasi zona konservasi yang telah ditentukan
Selama kegiatan konstruksi berlangsung (minimal 6 bulan sekali) dan diperpanjang selama tahap operasi berlangsung (minimal 1 tahun sekali)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 11
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
tentang Pencadangan Kawasan Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban dan Sekitarnya di Kabupaten Batang dan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. KEP29/MEN/2012 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah
5) Mendukung pemerintah menanam dan memelihara jenis-jenis vegetasi pantai/ mangrove dengan memprioritaskan lokasi zona konservasi yang telah ditentukan (Peta Taman Pesisir Ujungnegoro Roban Kabupaten batang Provinsi Jawa Tengah berdasar Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. KEP29/MEN/2012 dapat dilihat pada Lampiran).
6) Pengumuman dan informasi berupa gambar burung ataupun jenis hewan dilindungi lannya di lokasi strategis.
7) Penjelasanmengenai perlakuan dan penanganan yang harus dilakukankepada pekerja konstruksi pelaksana pematangan lahanterhadaphewan-hewan yang berada di blok kerja.
Khusus untuk fauna yang dilindungi : BPI mendukung program pemerintah dalam program konservasi, bekerja sama dengan pihak terkait maupun lembaga-lembaga konservasi lainnya untuk pengelolaan berbasis multi pihak (Multi Stakeholder Based Management) atau berbasis masyarakat lokal (PP No. 7 tahun 1999 dan PP No. 8 tahun 1999) konservasi.
5 Peningkatan Peluang Berusaha
Kegiatan pematangan lahan
Adanya masyarakat setempat yang memanfaatkan peluang berusaha
Memfasilitasi wirausaha baru baik perorangan maupun kelompok yang berasal dari masyarakat terkena dampak, antara lain berupa bimbingan teknis, manajemen, dan/ atau permodalan.
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Wringingintung 6) Desa Kedungsegog 7) Desa Beji 8) Desa Tulis 9) Desa Sembojo
Dengan prioritas 3 (tiga)
Minimal 6 bulan sekali Selama kegiatan konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 12
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
desa di tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
6 Perubahan Tingkat Pendapatan
Kegiatan pematangan lahan
Peningkatan pendapatan warga sekitar power block.
1) Memfasilitasi wira usaha baru bagi tenaga kerja lokal yang mengalami demobilisasi pada tahap konstruksi melalui program inisiatif perusahaan dalam pengembangan masyarakat.
2) Memfasilitasi warga masyarakat untuk meningkatkan variasi dan skala usaha dalam rangka peningkatan pendapatan.
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Wringingintung 6) Desa Kedungsegog 7) Desa Beji 8) Desa Tulis 9) Desa Sembojo
Dengan prioritas 3 (tiga) desa di tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
Selama kegiatan konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
7 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pematangan lahan.
Berkurangnya intensitas keluhan warga atas akibat aktifitas pematangan lahan
1) Melakukan koordinasi dan penjelasan tentang aktivitas dan pengelolaan dampak dari kegiatan pematangan lahan.
2) Melakukan pengelolaan dengan baik semua dampak teknis yang muncul dari kegiatan pematangan lahan.
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Wringingintung 6) Desa Kedungsegog 7) Desa Beji 8) Desa Tulis 9) Desa Sembojo
Selama kegiatan konstruksi berlangsung (minimal 6 bulan sekali) dan di perpanjang selama tahap operasi berlangsung (minimal 1 tahun sekali)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
PEMBANGUNAN BANGUNAN UTAMA PLTU DAN FASILITASNYA
1 Penurunan Kualitas Air Laut
Kegiatan: 1) Pembangunan storm
water discharge channel
Tingkat kualitas air laut masih memenuhi baku mutu berlaku (KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004) untuk parameter :
1) Membuat saluran drainase sementara di sekeliling lokasi konstruksi dan mengalirkannya ke kolam pengendapan untuk menahan padatan yang terbawa air masuk ke laut.
Di perairan Ujungnegoro – Roban di sekitar lokasi proyek
Tahap Konstruksi a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 13
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
2) Pembangunan shore line protection
3) Pembuatan pondasi bangunan utama
a. Kecerahan b. Kekeruhan c. Total Suspended Solids (TSS) d. pH e. Minyak dan Lemak
2) Melakukan pengelolaan saluran drainase terutama pada saat musim hujan
3) Menempatkan tumpukan material bangunan dan tanah pada lokasi yang di luar jangkauan pasang surut air laut.
4) Membuat bangunan pelindung pantai di sepanjang bibir pantai (shore protection) dengan slope 1 : 3. Material yang digunakan terdiri dari dua lapis. Lapisan pertama setebal 500 mm diurug dengan batu berukuran 5 kg. Lapisan ke dua diurug dengan batu berukuran 20-50 kg dan 200 kg.
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Gangguan terhadap Biota Laut
Kegiatan: 1) Pembangunan storm
water discharge channel
2) Pembangunan shore line protection
3) Pembuatan pondasi bangunan utama
Struktur komunitas biota air laut plankton, benthos, dan nekton setara dengan kondisi awal
Menyediakan terumbu karang buatan (artificial reef) pada Karang Kretek, Karang Maeso, dan lokasi yang terindikasi merupakan lokasi penangkapan ikan (fishing ground) berbasis partisipasi maysarakat dan ekosistem terpadu.
Di perairan Ujungnegoro Sejak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU di perairan (jetty)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Peningkatan Peluang Berusaha
Pembangunan bangunan utama PLTU.
Adanya masyarakat setempat yang memanfaatkan peluang berusaha ketika kegiatan konstruksi bangunan PLTU berlangsung
Memfasilitasi wirausaha baru baik perorangan maupun kelompok yang berasal dari masyarakat terkena dampak, antara lain berupa bimbingan teknis dan manajemen.
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Wringingintung 6) Desa Kedungsegog 7) Desa Beji 8) Desa Tulis 9) Desa Sembojo
Dengan mempritoritaskan di 3 (tiga) desa lokasi tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng.
Selama tahapkonstruksi sejak kegiatan penerimaan tenaga kerja.
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
4 Perubahan Tingkat Pendapatan
Kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU
Peningkatan pendapatan warga sekitar power block.
1) Memfasilitasi wirausaha baru bagi tenaga kerja lokal yang mengalami demobilisasi pada tahap konstruksi melalui program inisiatif perusahaan
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Selama tahap konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 14
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
dalam pengembangan masyarakat. 2) Memfasilitasi warga masyarakat untuk
meningkatkan variasi dan skala usaha dalam rangka peningkatan pendapatan.
3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Wringingintung 6) Desa Kedungsegog 7) Desa Beji 8) Desa Tulis 9) Desa Sembojo
Dengan mempritoritaskan di 3 (tiga) desa yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng.
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
5 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU
Berkurangnya intensitas keluhanwarga terhadap akibat kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU.
1) Melakukan koordinasi dan penjelasan tentang aktivitas dan pengelolaan dampak dari kegiatan konstruksi bangunan utama.
2) Melakukan pengelolaan dengan baik semua dampak teknis yang muncul dari kegiatan.
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Wringingintung 6) Desa Kedungsegog 7) Desa Beji 8) Desa Tulis 9) Desa Sembojo
Selama kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
UJI COBA (COMMISSIONING)
1 Penurunan Kualitas Udara
Keluarnya gas buang dari cerobong sebagai akibat dari kegiatan uji coba
Tingkat konsentrasi kualitas udara ambien dan emisi tidak melebihi baku mutu yang disarankan sesuai Kep. Gub. Jateng No. 8 tahun 2001 yaitu Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), O3 (Oksidan), dan debu (TSP). PerMenLH No 21 Tahun 2008dengan parameter kualitas udara yaitu Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), debu (TSP), dan Opasitas
1) Stackdibangun dengan ketinggian 240 m dan masing-masing ber-diameter 8,65 m
2) PemasanganFabric Filter (FF) untuk menangkap fly ash
3) Untuk mengurangi emisi gasSO2 dalam gas buang setelah melalui fabric filter maka gas buang dialirkan menuju absorber FGD
4) Mempergunakan Low NOx Burner untuk mengurangi suhu pembakaran sehingga munculnya NOx pada proses pembakaran bisa ditekan.
Di tapak proyek PLTU Selama tahap uji coba (comissioning)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 15
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
2 Peningkatan Kebisingan Beroperasinya berbagai mesin dan peralatan utama PLTU pada kagiatan uji coba
1) Mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/I0/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan peruntukkan pemukiman (55 dBA) dan peruntukkan industri/pembangkit (70 dBA).
2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.
1) Pemeliharaan turbin, boiler, dan berbagai mesin lainnya sesuai dengan spesifikasinya dan pemasangan alat peredam suara yang telah direncanakan
2) Pemakaian pelindung telinga (earplug) bagi pekerja sesuai keperluan dan mengacu kepada peraturan tentang tentang kesehatan untuk perlindungan kerja
Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng di Kecamatan Kandeman dan Desa Ponowareng di Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Selama tahap uji coba (comissioning)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Penurunan Kualitas Air Laut
Keluarnya limbah air pendingin dan limbah cair pada kegiatan uji coba
Baku mutu efluent limbah cair sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi usaha dan/ atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Thermal
Tingkat kualitas air laut masih memenuhi baku mutu berlaku (KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004) untuk parameter:
a. Kecerahan b. Kekeruhan c. Total Suspended Solids(TSS) d. Suhu e. pH f. Dissolved Oxygen (DO) g. BOD h. Phosphat (PO4-) i. Minyak dan Lemak j. Tembaga (Cu) k. Besi (Fe) l. Seng (Zn) m. Klorin Bebas (Cl2) n. Kromium Total (Cr) o. Salinitas p. Sulfida q. Sulfat
Limbah operasional unit pendingin: Sistem Outlet Discharge yang digunakan adalah dengan pipa Glass fiber Rreinforced Plastic (GRP) atau baja sepanjang 1,25 km. Untuk meminimalisir area yang terkena dampak dari kenaikan temperatur, air akan dilepaskan ke lingkungan melalui sistem multiport diffuser nozzles yang didesain untuk memastikan kecepatan dan pencampuran antara air dari unit pembangkit dengan air laut Limbah cair lainnya : 1) Limpahan air larian batubara dicegah di kumpulkan
di kolam pengendapan (coal run off pond). 2) Buangan sisa-sisa ceceran minyak pelumas atau
minyak pembakar (light fuel oil) akan dipisahkan dalam oil separator dan ditampung dalam drum untuk diambil oleh pihak ke tiga.
3) Pembuatan 3 sistem IPAL yaitu :
IPAL utama (kapasitas 100 m3/jam)
IPAL untuk air larian batubara (akan mengolah air larian dari tampat penyimpanan batubara) (kapasitas 8,7 m3/jam)
IPAL untuk air larian tempat penimbunan limbah padat
Di outlet unit air pendingin dan outlet unit instalasi pengolah air limbah
Selama tahap ujicoba (comissioning)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
4 Gangguan terhadap Biota Laut
Menyebarnya limbah air pendingin dan limbah cair ke badan air laut pada kegiatan uji coba
Struktur komunitas biota air laut plankton, benthos, dan nekton setara dengan kondisi awal
Menyediakan terumbu karang buatan (artificial reef) pada Karang Kretek, Karang Maeso, dan lokasi yang terindikasi merupakan lokasi penangkapan ikan (fishing ground) berbasis partisipasi maysarakat dan ekosistem terpadu.
Di outlet unit air pendingin dan outlet unit instalasi pengolah air limbah
Selama tahap uji coba (Comissioning)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 16
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jateng
5 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan uji coba Rendahnya keluhan masyarakat yang diakibatkan Kegiatan uji coba pengoperasian PLTU
1) Sosialisasi rencana kegiatan ujicoba (comissioning) kepada masyarakat terkena dampakdengan baik dan benar
2) Penanganan limbah padat dan cair serta kebisingan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam peraturan dan perundang-undanganyang berlaku
Masyarakat yang tinggal di sekitar tapak proyek. Di tiga belas desa di wilayah studi Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
1) Sosialisasi dilakukan sebelum tahap ujicoba (comissioning)
2) Penanganan limbah
padat dan cair serta kebisingan dilakukan selama tahap uji coba (Comissioning)
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
III TAHAP OPERASI
PENERIMAAN TENAGA KERJA
1 Peningkatan Kesempatan Kerja
Penerimaan tenaga kerja selama kegiatan operasional PLTU
1) Jumlah tenaga kerja lokal yang terserap pada tahap operasi
2) Rendahnya intensitas keluhan dan protes akibat kegiatan penerimaan tenaga kerja
1) Merekrut tenaga kerja lokal yang terkena dampak sesuai dengan kualifikasi, spesifikasi, dan ketersediaan lapangan kerja.
2) Memberi penjelasan tentang kebutuhan tenaga kerja, persyaratan dan prosedur penerimaan melalui forum komunikasi dan pengumuman di kantor desa/ kecamatan
Masyarakat yang tinggal di sekitar tapak proyek. Di tiga belas desa di wilayah studi Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Dilakukan setiap kegiatan rekruitmen tenaga kerja selama masa operasi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaituBadan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah
2 Perubahan Pola Mata Pencaharian
1) Kegiatan pemutusan hubungan kerja di tahap konstruksidan
1) Berkurangnya pengangguran tenaga kerja lokal eks-konstruksi.
1) Program CSR bidang pemberdayaan ekonomi bagi warga lokal.
2) Penjelasan tentang perluasan kesempatan kerja
Masyarakat yang tinggal di sekitar tapak proyek. Di tiga belas desa di wilayah studi
Selama tahap operasi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 17
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
2) kegiatan penerimaan tenaga kerja di tahap operasi.
2) Terserapnya tenaga kerja lokal pada tahap operasi.
dan penerimaan tenaga kerja diumumkan secara transparan melalui forum komunikasi dan media komunikasidiantaranya meliputi: • Kualifikasi yang dibutuhkan sesuai dengan
tahapan kemajuan proyek; • Tatacarapenerimaan tenaga kerja
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah
3 Perubahan Tingkat Pendapatan
Kegiatan operasional unit PLTU pada saat penerimaan tenaga kerja
Peningkatan pendapatan warga sekitar power block
1) Memfasilitasi wira usaha baru bagi tenaga kerja lokal yang mengalami demobilisasi pada tahap konstruksi melalui program CSR pemberdayaan masyarakat.
2) Memfasilitasi warga masyarakat untuk meningkatkan variasi dan skala usaha dalam rangka peningkatan pendapatan.
Masyarakat yang tinggal di sekitar tapak proyek. Di tiga belas desa di wilayah studi Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Dengan memprioritaskan 3 (tiga) desa di dalam tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
Selama tahap operasional berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah
4 Keresahan Masyarakat Kegiatan pemutusan hubungan kerja di tahap konstruksidan kegiatan penerimaan tenaga kerja di tahap operasi.
Berkurangnya keluhan masyarakat yang terkena dampak
1) Penjelasan tentang kesempatan kerja dan penerimaan tenaga kerja diumumkan secara transparan kepada tenaga kerja lokal yang akan berakhir masa kerjanya melalui forum komunikasi dan media komunikasi, diantaranya meliputi: a. Kualifikasi yang dibutuhkan sesuai dengan
tahapan kemajuan proyek;
Masyarakat yang tinggal di sekitar tapak proyek. Di tiga belas desa di wilayah studi Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Dilakukan setiap kegiatan pemerimaan tenaga kerja selama masa operasi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 18
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
b. Tatacarapenerimaan tenaga kerja. 2) Sosialisasi program CSR untuk :
a. Memfasilitasi wirausaha baru bagi masyarakat lokal yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja di tahap konstruksi.
b. Peningkatan kualitas fasilitas pendidikan social c. Pemberian beasiswa d. Peningkatan sarana dan prasarana
perundang-undangan yang berlaku
3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Dengan memprioritaskan 3 (tiga) desa di dalam tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Batang
5 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan operasional PLTU
Rendahnya keluhan masyarakat yang diakibatkan kegiatan operasional PLTU
1) Sosialisasi rencana kegiatan operasional PLTU kepada masyarakat terkena dampakdengan baik dan benar
2) Penanganan limbah padat dan cair serta kebisingan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
Masyarakat yang tinggal di sekitar tapak proyek. Di tiga belas desa di wilayah studi Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
1) Sosialisasi dilakukan sebelum tahap operasional PLTU
2) Penanganan limbah
padat dan cair serta kebisingan dilakukan selama tahap operasional PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Instansi Pengawas yaitu, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
PENANGANAN BATUBARA
1 Penurunan Kualitas Udara
Kegiatan unloading batubara, pengangkutan dari jetty ke coal yard dan penampungan batubara.
Tingkat konsentrasi kualitas udara ambien tidak melebihi baku mutu yang disarankan sesuai Kep. Gub. Jateng No. 8 tahun 2001 dengan parameter : 1) TSP 2) Debu jatuh
1) Kegiatan penanganan batubara :
- Pemasangan conveyor tertutup untuk transportasi batubara dari jetty ke penampungan batubara. Kegiatan pembongkaran batubara akan diminimalisasi (antara lain dengan mengurangi frekuensi kegiatan dll). Pencegahan dan penanganan hot spot batubara di tempat penampungan batubara.
Tapak proyek yakni di : 1) Lokasi jalur unloading
batubara, pengangkutan dari jetty ke coal yard dan penampungan batubara
Dilakukan selama tahap operasi
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 19
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
- Menyiram timbunan batubara dengan air menggunakan sprinkler/ water spray untuk menjaga kelembaban permukaan batubara agar basah, sehingga tidak mudah tertiup angin.
2) Penanaman pohon sebagai green belt yang berfungsi sebagai penyerap dan penepis bau berupa jalur pepohonan yang rapat dan tinggi seperti contohnya Cempaka (Michelia champaca), Kenanga (Cananga odorata), Tanjung (Mimosups elengi), dan Cemara Laut (Casuarina equisetifolium)
2) Di lokasi pagar
pembatas power block
Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
Kegiatan penimbunan abu batubara
Tingkat konsentrasi kualitas udara ambien tidak melebihi baku mutu yang disarankan sesuai Kep. Gub. Jateng No. 8 tahun 2001 dengan parameter : 1) TSP 2) Debu jatuh
1) Kegiatan penimbunan abu batubara :
- Penanganan abu terbang/ fly ash (dalam kondisi lembab) dari silo (dengan kapasitas 3 x 3.200 ton) ke tempat penimbunan abu menggunakan truk abu.
- BPI akan bekerjasama dengan pabrik semen sehingga abu batubara dari Fly Ash Silo diambil oleh pabrik semen untuk dipakai sebagai bahan baku
- Batubara (Coal) sebagai bahan bakar utama PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW yang akan diangkut dari barge langsung dengan menggunakan Receiving Conveyor dan ditampung pada staker-reclaimer di Coal Storage Area.
- Setiap pekerja yang bekerja di lokasi ash disposal diwajibkan menggunakan masker.
- Melakukan penyiraman di lokasi ash disposal secara berkala terutama pada musim keringsesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku.
- Melakukan pemadatan abu secara berkala sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku.
2) Penanaman pohon sebagai green belt yang berfungsi
sebagai penyerap dan penepis bau berupa jalur pepohonan yang rapat dan tinggi seperti contohnya Cempaka (Michelia champaca), Kenanga (Cananga odorata), Tanjung (Mimosups elengi), dan Cemara Laut (Casuarina equisetifolium)
Tapak proyek di 1) Area penampungan
abu batubara (ash disposal area)
2) Di lokasi pagar pembatas power block
2 Peningkatan Kebauan 1) Kegiatan penanganan batubara : penimbunan batubara di coal yard
2) Adanya batubara yang terbakar karena proses self ignition (terbakar sendiri)
Tingkat kebauan yang rendah di areal pemukiman pendudukambien tidak melebihi baku mutu yang disarankan sesuai Kepmen LH No.50 Tahun 1996 Tentang Tingkat Kebauan dengan parameter H2S dan kebauan total.
1) Penanaman pohon di pagar pembatas power block dengan jalan atau pemukiman berupa jalur pepohonan yang rapat dan tinggi seperti contohnya Cempaka (Michelia champaca), Kenanga (Cananga odorata), Tanjung (Mimosups elengi), dan Cemara Laut (Casuarina equisetifolium)
2) Mengumpulkan/ inventarisasi persepsi masyarakat terdekat terkait dengan kebauan yang timbul dari coal yard
3) Pemeliharaan tanaman yang ada di dekat pagar pembatas di sekitar tempat penimbunan batubara
4) Melakukan inspeksi di coal yard untuk
1) Di lokasi pagar pembatas power block
2) Di pemukiman penduduk dekat pagar pembatas power block
3) Di lokasi coal yard 4) Di lokasi coal yard
Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 20
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
memadamkan kebakaran (self ignition) dengan alat pemadam
3 Penurunan Kualitas Air Laut
Masuknya air larian dari penimbunan batubara ke badan air laut
Tingkat kualitas air laut masih memenuhi baku mutu berlaku (KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004) untuk parameter : a. Kecerahan b. Kekeruhan c. Total Suspended Solids (TSS) d. Suhu e. pH f. Dissolved Oxygen (DO) g. BOD h. Phosphat (PO4-) i. Minyak dan Lemak j. Tembaga (Cu) k. Besi (Fe) l. Seng (Zn) m. Klorin Bebas (Cl2) n. Kromium Total (Cr) o. Salinitas
1) IPAL untuk air larian batubara (akan mengolah air larian dari tempat penyimpanan batubara) dengan kapasitas 8,7 m3/jam dengan cara Sistem Re-Cycle untuk air larian dari penampungan batubara (direct re-use of effluent for coal pile dust suppression).
2) Mencegah limpahan air larian batubara dengan cara dikumpulkan pada kolam pengendapan (coal run off pond)
Di lokasi coal yard Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
4 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan penanganan batubara
1) Menurunnya persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan penanganan batubara.
2) Berkurangnya intensitas keluhan masyarakat terhadap kegiatan penanganan batubara.
1) Melakukan pengelolaan pada semua dampak yang timbul akibat kegiatan penanganan batubara sesuai dengan perencanaan, ketentuan, prosedur dan standar yang berlaku.
2) Melakukan sosialisasi kegiatan penanganan batubara PLTU kepada masyarat melalui forum komunikasi dan media komunikasi.
Masyarakat yang tinggal di sekitar tapak proyek. Di tiga belas desa di wilayah studi Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Selama tahap operasi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
OPERASIONAL UNIT PLTU
1 Penurunan Kualitas Udara
Kegiatan operasional PLTU 1) Keluarnya gas
buang dari cerobong 2) Pembakaran
batubara yang menggandung sulfur
Tingkat konsentrasi kualitas udara ambien tidak melebihi baku mutu yang disarankan sesuai Kep. Gub. Jateng No. 8 tahun 2001 yaitu Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), O3 (Oksidan), dan debu (TSP).
1) Stackdibangun dengan ketinggian 240 m masing-masing berdiameter 8,65 m untuk men-dispersikan emisi udara
2) MemasangFabric Filter untuk menangkap debu batubara
3) Untuk mengurangi emisi gasSO2 dalam gas buang setelah melalui fabric filter maka gas buang
1) Di dalam tapak blok PLTU (Stack)
2) Di dalam tapak blok PLTU (Fabric filter)
3) Di dalam tapak blok PLTU (SWFGD)
4) Di dalam tapak blok PLTU (Boiler)
Selama tahap operasional PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 21
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Udara emisi tidak melebihi baku mutu yang disarankan PerMenLH No 21 Tahun 2008dengan parameter kualitas udara yaitu Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), debu (TSP), dan Opasitas
dialirkan menuju absorberSWFGD 4) Untuk mengurangi terjadinya emisi gas NO2, maka
sistim pembakaran yang digunakan adalah Low NOx Burner System, disebut juga Tangential Firing with Over Firing Air.
5) Menjaga kadar sulfur batubara dengan cara mengukur kadar sulfur menggunakan metode sampling di tempat penerimaan batubara. Jika kadar sulfur batubara melebihi spesifikasi maka batubara tidak akan dipakai.
5) Tempat penerimaan batubara/ jetty
Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Penurunan Kualitas Air Laut
Kegiatan operasional PLTU 1) Pendinginan
kondenser 2) Pemakaian air laut
untuk penggunaan SWFGD
3) Penampungan abu batubara di ash yard
4) Pemakaian minyak pelumas dan solar di peralatan PLTU
1) Baku mutu efluent limbah cair sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi usaha dan/ atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Thermal
2) Tingkat kualitas air laut masih
memenuhi baku mutu berlaku (KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004) untuk parameter : a. Kecerahan b. Kekeruhan c. Total Suspended Solids
(TSS) d. Suhu e. pH f. Dissolved Oxygen (DO) g. BOD h. Phosphat (PO4-) i. Minyak dan Lemak j. Tembaga (Cu) k. Besi (Fe) l. Seng (Zn) m. Klorin Bebas (Cl2) n. Kromium Total (Cr) o. Salinitas
3) Air larian di ash yard tertampung
semua di run off pond 4) Buangan sisa-sisa ceceran
minyak pelumas dan solar dipisahkan pada instalasi oil separatorunit di WWTP
1) Pemasangan multiport diffuser di titik pembuangan (outfall) untuk mempercepat percampuran limbah bahang, sehingga temperatur air buangan cepat menurun hingga mendekati temperatur lingkungan sekitar
2) Menjaga kadar oksigen terlarut dengan cara memasang Aeration Blower
3) Mencegah limpahan air larian abu batubara dari ash yard dengan cara dikumpulkan pada kolam pengendapan. Buangan sisa-sisa ceceran minyak pelumas dan solar dipisahkan pada instalasi oil separator unit di WWTP
1) Di Outfall 2) Di Aeration Basin 3) Di Ash Yard dan WWTP
Dilakukan selama masa operasional berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Perubahan Garis Pantai Kegiatan operasional PLTU
Kondisi garis pantai tetap terjaga atau perubahan yang terjadi sangat kecil
1) Membuat bangunan pelindung pantai di sepanjang bibir pantai (shore protection) sesuai perencanaan dengan slope1 : 3. Material yang digunakan terdiri dari dua lapis. Lapisan pertama setebal 500 mm diurug dengan batu berukuran 5 kg. Lapisan kedua
Di sekitar pantai lokasi PLTU dan sekitarnya di sisi sebelah barat dan timur tapak PLTU
Pada awal masa operasi a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 22
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
diurug dengan batu berukuran 20-50 kg dan 200 kg. 2) Melakukan re-vegetasi lahan atau penghijauan di
lokasi sesuai arahan pemerintah setempat. 3) Menanam mangrove pada areal pantai di sekitar
power block sesuai arahan pemerintah setempat. Dan memperhatikan ketentuan garis sempadan pantai sejauh 100 m dari titik pasang tertinggi kea rah darat. Sesuai Permen No.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
4 Gangguan terhadap Biota Laut
Menyebarnya limbah cari ke badan air laut dari kegiatan operasional PLTU 1) Pemakaian air laut
untuk pendingin turbin uap
2) Pemakaian air laut untuk penggunaan SWFGD
3) Penampungan abu batubara di ash yard
4) Pemakaian minyak pelumas dan solar di peralatan PLTU
Struktur komunitas biota air laut plankton, larva, benthos, dan nekton setara dengan kondisi awal
1) Pemasangan Bar Screen di ujung/kepala intake 2) Beroperasinya Instalasi Pengolah Air Limbah
PLTUdengan optimum. 3) Pengelolaan limbah cair sesuai dengan
perencanaan, prosedur dan standard yang berlaku pada masanya.
4) Pengelolaan dan rehabilitasi Karang Maeso dan Karang Kretek (khususnya terumbu karang) berbasis partisipatorymasyarakat dan ekosistem terpadu
1) Di Intake 2) Di Aeration Basin 3) Di Ash Yard dan WWTP 4) Di perairan Ujungnegoro
Selama tahap operasi a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
5 Gangguan Kesehatan masyarakat
(Peningkatan prevalensi penderita ISPA)
Kegiatan Operasional PLTU khususnya proses keluarnya gas buang dari cerobong, penyimpanan fly ash dan bottom ash
Tidak ada peningkatan angka kesakitan saluran pernafasan.
(mulai dari iritasi, infeksi saluran pernafasan atas – pneumonia)
1) Bekerja sama dengan Puskesmas dan dokter keluarga, untuk : melakukan penyuluhan pada masyarakat tentang penanaman pohon pelindung, ventilasi yang sesuai, pola hidup sehat, rumah sehat, penanaman vegetasi yang sesuai untuk mencegah debu.
2) Bekerjasama dengan Puskesmas atau dokter keluarga untuk menentukan SOP pemeriksaan penyakit saluran pernafasan dengan dugaan penyebab antrakosis atau antrakosilikosis, melakukandeteksi dini, pemeriksaan dan melakukan pemeriksaan laboratorium tambahan yang dibutuhkan terhadap masyarakat pada individu beresiko untuk melihat ada tidaknya tanda-tanda antrakosis dan atau antrakosilikosis.
3) Bekerjasama dengan Puskesmas atau dokter keluarga untuk melakukan terapi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitativepada individu yang bersiko antrakosis. Bentuk dari upaya kesehatan promotif-preventif : dukungan untuk kegiatan Posyandu, penyediaan sarana air bersih dan sanitasi masyarakat, dll, sedangkan bentuk dari upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif antara lain : dukungan terhadap pelayanan terapi lanjut pada individu yang berisiko
1) Desa di sekitar lokasi PLTU, yaitu : Ponowareng, Kedungsegog, dan Kenconorejo
2) Desa di sekitar lokasi PLTU, yaitu : Ponowareng, Kedungsegog, dan Kenconorejo
3) Desa di sekitar lokasi PLTU, yaitu : Ponowareng, Kedungsegog, dan Kenconorejo
Dilakukan tiap 6 bulan selama masa operasi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 23
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
dan atau terdiagnosis antrakosis.
6 Peningkatan Peluang Berusaha
Kegiatan operasional PLTU
Adanya masyarakat setempat yang memanfaatkan peluang berusaha ketika kegiatan operasional PLTU berlangsung
Memfasilitasi wirausaha baru baik perorangan maupun kelompok yang berasal dari masyarakat terkena dampak, antara lain berupa bimbingan teknis dan manajemen.
Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Dengan memprioritaskan 3 (tiga) desa di dalam tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
Selama tahap operasional PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah
7 Perubahan Persepsi Masyarakat
1) Kegiatan operasional yang berpotensi mengakibatkan penurunan kualitas udara, penurunan kualitas air laut dan gangguan kesehatan.
2) Terbatasnya peluang kerja dan peluang berusaha pada tahap operasi.
1) Pemahaman masyarakat tentang upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pada tahap operasional PLTU.
2) Intensitas keluhan masyarakat terkait dengan operasional PLTU.
1) Melakukan sosialisasi kegiatan pengelolaan lingkungan terkait operasional PLTU kepada masyarakat melalui forum komunikasi dan media komunikasi.
2) Melaksanakan program CSR meliputi: a) Peningkatan fasilitas pendidikan b) Pemberian beasiswa c) Peningkatan sarana dan prasarana fasilitas
umum desa, antara lain sarana kesehatan, sarana air bersih, dan lainnya.
Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis : 1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Dengan memprioritaskan 3 (tiga) desa di dalam tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro,
Dilakukan selama tahap operasi
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 24
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
8 Perubahan Tingkat Pendapatan
Kegiatan operasional PLTU
Adanya masyarakat setempat yang memanfaatkan peluang berusaha ketika kegiatan operasional PLTU berlangsung
Memfasilitasi wirausaha baru baik perorangan maupun kelompok yang berasal dari masyarakat terkena dampak, antara lain berupa bimbingan teknis dan manajemen.
Kecamatan Kandeman : 1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng 3) Desa Juragan 4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Wonokerso 4) Desa Simbangjati 5) Desa Beji 6) Desa Tulis 7) Desa Wringingintung 8) Desa Sembojo 9) Desa Kedungsegog
Dengan memprioritaskan 3 (tiga) desa di dalam tapak PLTU yaitu Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
Selama tahap operasional PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
9 Peningkatan Kegiatan Ekonomi Lokal dan Regional
Kegiatan operasional PLTU
Meningkatnya kegiatan ekonomi lokal dan regional
Bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam memfasilitasi investasi baru dalam pereknomian
Berlokasi di : Range 1 : Wilayah Studi (13 desa) Range 2 : Kecamatan Kandeman dan Tulis Range 3 : Kabupaten Batang
Selama tahap operasional PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana kegiatan
b. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah, BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah
B. TERMINAL KHUSUS/ JETTY
I TAHAP KONSTRUKSI
KONSTRUKSI JETTY
1 Penurunan Kualitas Air Laut
Kegiatan pemasangan tiang pancang/ kolom penyangga jetty
Tingkat kualitas air laut masih
memenuhi baku mutu berlaku
(KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004)
untuk parameter:
a. Kecerahan b. Kekeruhan c. Total Suspended Solids (TSS)
1) Melakukan pembangunan jetty di laut secara efektif dan efisien agar dampaknya lebih sedikit dan dalam waktu yang lebih singkat
2) Konstruksi jetty dengan sistem precast dan insitu dan mengacu kepada perencanaan yang telah ditetapkan
3) Melakukan pembangunan jettydengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dan disesuaikan dengan ijin yang diberikan dari pihak
1) Di area pembangunan jetty di laut meliputi perairan Ujungnegoro
2) Di area pembangunan jetty di laut meliputi perairan Ujungnegoro
3) Di area pembangunan jetty di laut meliputi perairan Ujungnegoro
Selama tahap konstruksi jetty
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 25
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
d. pH e. Minyak dan Lemak
berwenang 4) Menempatkan tumpukan material bangunan dan
tanah pada lokasi di luar jangkauan pasang surut air laut.
4) Di area penyimpanan material di Desa Ujungnegoro
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Gangguan terhadap Biota Laut
Kegiatan konstruksi jetty Struktur komunitas biota air laut plankton, benthos, dan nekton setara dengan kondisi awal
1) Melakukan pembangunan jetty di laut secara efektif dan efisien agar dampaknya lebih sedikit dan dalam waktu yang lebih singkat
2) Konstruksi jetty dengan sistem precast dan insitu dan mengacu kepada perencanaan yang telah ditetapkan
3) Melakukan pembangunan jettydengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dan disesuaikan dengan ijin yang diberikan dari pihak berwenang
4) Menempatkan tumpukan material bangunan dan tanah pada lokasi di luar jangkauan pasang surut air laut.
Di area pembangunan jetty di laut meliputi perairanUjungnegoro.
Selama kegiatan konstruksi jetty berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Gangguan terhadap Lalulintas Laut (Potensi Kecelakaan di Laut)
Kegiatan Pembangunan jetty yang cukup panjang
Nelayan merasa tidak terganggu adanya bangunan jetty serta tidak adanya kecelakaan di laut
1) Sosialisasi pembagunan struktur jetty pada masyarakat nelayan dan peta pelayaran
2) Membuat rumpon untuk nelayan baik diperairan sebelah kanan atau kiri lokasi (yang aman dari kegiatan konstruksi dan operasional jetty), sehingga nelayan dapat mudah mendapatkan ikan tanpaperlu melintas di area jetty
3) Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di sepanjang jetty
1) Di area permukiman nelayan meliputi Kecamatan Kandeman : Desa Ujungnegoro, Desa Karanggeneng; Kecamatan Tulis : Desa Ponowareng, Desa Kedungsegog (Dusun Roban)
2) Di perairan Ujungnegoro-Roban khususnya sekitar lokasi jetty
3) Di area pembangunan Jetty.
Selama kegiatan konstruksi jetty berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah.
4 Perubahan Garis Pantai (Akibat Pembangunan Dermaga Sementara)
Kegiatan pembangunan jetty (dermaga sementara) akan menimbulkan perubahan arus dan transpor sedimen
Kondisi garis pantai di sekitar lokasi PLTU tetap terjaga atau perubahan garis pantai relatif kecil sehingga tidak merugikan masyarakat sekitar
1) Melindungi kawasan pantai yang diperkirakan akan terjadi erosi dengan menggunakan struktur keras ataupun lunak
2) Struktur dermaga sementara dibangun dengan pondasi tiang pancang
3) Membuat bangunan pelindung pantai di sepanjang bibir pantai (shore protection) sesuai perencanaan dengan slope 1 : 3. Material yang digunakan terdiri dari dua lapis. Lapisan pertama setebal 500 mm diurug dengan batu berukuran 5 kg. Lapisan ke dua diurug dengan batu berukuran 20-50 kg dan 200 kg.
Di wilayah pantai sekitar bangunan dermaga sementara
Selama tahap konstruksi dermaga sementara berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
5 Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan pada alur pelayaran nelayan dan
1) Tingkat pemahaman nelayan tentang jalur pelayaran
1) Sosialisasi keberadaan jetty pada masyarakat nelayan dan peta pelayaran melalui forum
1) Sosialisasi dilakukan untuk nelayan di empat
1) Sosialisasi dilakukan sebelum tahap
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 26
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
area tangkap nelayan yang berada disekitar jetty
2) Berkurangnya intensitas keluhan masyarakat nelayan terkena dampak terhadap kegiatan Pembangunan Jetty
komunikasi dan media informasi. 2) Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di
sepanjang jetty 3) Pemasangan rumpon untuk nelayan baik di
sebelah kanan atau kiri lokasi tapak proyek yang berada di laut, sehingga nelayan tidak perlu melintas di area jetty
4) Mengoptimalkan kegiatan pembangunan jetty pada saat musimpuncak penangkapan ikan/ rebon
desa (Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng dan Kedungsegog)
2) Pemasangan sarana bantu navigasi pelayaran lokasi sekitar jetty
3) Pemasangan rumpon dilakukan dsebelah kanan atau kiri lokasi tapak proyek yang berada di laut
4) Optimalisasi kegiatan pembangunan jetty di lokasi pembangunan jetty
konstruksi jetty 2) Pemasangan sarana
bantu navigasi, pemasangan rumpon dan optimalisasi kegiatan pembangunan jetty dilakukan selama tahap konstruksi jetty.
Pemrakarsa b. Instansi Pengawas Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
II TAHAP OPERASI
OPERASI JETTY
1 Penurunan Kualitas Air Laut
Pemanfaatan jetty untuk sandar kapal dan bongkar batubara
Tingkat kualitas air laut masih memenuhi baku mutu berlaku yaitu KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004. dengan parameter kunci meliputi :
a. Kecerahan b. Kekeruhan c. Total Suspended Solids
(TSS) d. pH e. Dissolved Oxygen (DO) f. BOD g. Minyak dan Lemak
1) Mengatur kecepatan kapal ketika memasuki kawasan perairan
2) Memasang hopper yang didesain dengan menggunakan “boundary wall” yang sesuai
3) Menghentikan kegiatan bongkar (unloading) batubara jika kecepatan angin melebihi 15 m/detik
Di area operasional jetty di laut meliputi perairan Ujungnegoro
Selama kegiatan operasional jetty berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Gangguan terhadap Biota Laut
Pemanfaatan jetty untuk sandar kapal dan bongkar batubara
Struktur komunitas plankton larva, benthos, dan nekton di lokasi Karang Kretek, Karang Maeso, dan lokasi yang diperkirakan sebagai fishing ground setara dengan kondisi awal.
1) Memasang hopper yang didesain dengan menggunakan “boundary wall” sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
2) Bila kecepatan angin lebih besar dari 15 m/detik, kegiatan pembongkaran batubara dihentikan.
Lokasi Jetty terletak di sebelah utara lokasi pembangkit meliputi perairan Ujungnegoro.
Selama kegiatan operasional jetty
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah
3 Gangguan Lalulintas Laut (Peningkatan Potensi Terjadinya Kecelakaan di Laut)
Keberadaan bangunan jetty yang cukup panjang mengganggu jalur pelayaran rakyat dan kapal perikanan
Nelayan merasa tidak terganggu adanya bangunan jetty dan tidak terjadinya kecelakaan di laut
1) Membangun forum komunikasi dengan masyarakat nelayan.
2) Pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di sepanjang jetty
1) Di area permukiman nelayan meliputi Kecamatan Kandeman : Desa Ujungnegoro, Desa Karanggeneng;
Selama kegiatan operasional jetty berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 27
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Kecamatan Tulis : Desa Ponowareng, Desa Kedungsegog (Dusun Roban)
2) Di area operasional jetty di laut meliputi perairan Ujungnegoro-Roban
Badan Lingkungan Hidup dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah
4 Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan pada alur pelayaran nelayan dan area tangkap nelayan yang berada disekitar jetty
1) Tingkat pemahaman nelayan tentang jalur pelayaran
2) Berkurangnya intensitas keluhan masyarakat nelayan terkena dampak terhadap kegiatan operasional jetty
1) Sosialisasi tentang jalur pelayaran kapal batubara, Daerah Lingkungan Kerja dan Derah Lingkungan Kepetingan (DLKR-DLKP) kepada masyarakat khususnya nelayan terkena dampak melalui forum komunikasi.
2) Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di sepanjang jetty
3) Pemasangan rumpon baik di sebelah kanan atau kiri lokasi tapak proyek yang berada di laut, sehingga nelayan tidak perlu melintas di area jetty
1) Sosilasisasi dilakukan untuk nelayan di empat desa (ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng dan Kedungsegog)
2) Pemasangan sarana bantu navigasi pelayaran lokasi sekitar jetty
3) Pemasangan rumpon di kanan kiri tapak proyek yang berada di laut
1) Sosialisasi dilakukan sebelum tahap operasi jetty
2) Pemasangan sarana bantu navigasi, pemasangan rumpon dilakukan dimulai sejak tahap konstruksi jetty
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
C. DREDGING DAN DUMPING
I TAHAP OPERASI
1 Penurunan Kualitas Air Laut
Kegiatan pengerukan, pengangkutan material keruk dan pembuangan material keruk (dumping)
Tolok ukur dampak adalah baku mutu air laut menurut Kepmen LH No. 51 tahun 2004 yaitu TSS, kecerahan, kekeruhan, serta minyak dan lemak
1) PenggunaanCutter Suction Dredger (CSD), Bucket Dredger atau Grab Dredgeruntuk kegiatan pengerukan. Tetapi jika kondisi material keruk sangat lunak (silt),pengerukan akan dilakukan dengan menggunakan CSD.
2) Pengangkutan dan pembuangan material keruk menggunakan Bottom Dump Door Type Bargeyang layak operasional.
1) Di lokasi bangunan intake, bangunan outfall dan jetty.
2) Di lokasi dumping area
Selama kegiatan pengerukan dan pembuangan material hasil kerukan
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Hubkominfo Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah.
2 Gangguan terhadap Biota Laut
Kegiatan pengerukan, pengangkutan material keruk dan pembuangan material keruk (dumping)
Kondisi struktur komunitas plankton dan bentos di sekitar lokasi dredging dan dumping setelah 3 bulan setara dengan kondisi awal, khususnya di lokasi Karang Kretek dan Karang Bapang.
1) Melokalisir dampak kegiatan pengerukan (Dredging) agar penyebaran partikel tersuspensi tidak menimbulkan terjadinya proses sedimentasi yang mengganggu keberadaan biota perairan
2) Pemilihan alat keruk yang sesuai dengan kondisi tanah dasar. Untuk tanah dasar yang sangat lunak (silt) tidak diperkenankan menggunakan grab dredger.
3) Pengangkutan dan pembuangan material keruk menggunakan Bottom Dump Door Type Bargeyang
1) Di lokasi dredging meliputi perairan Ujungnegoro
2) Di lokasi dumping.
Selama kegiatan pengerukan dan pembuangan material hasil kerukan
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 28
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
layak operasional. 4) Bersama pemerintah turut melakukan rehabilitasi
Karang Kretek dan Karang Maeso yang berbasis masyarakat dan ekosistem terpadu
Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Hubkominfo Provinsi Jawa Tengah
3 Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan pada area tangkap dan hasil tangkapan nelayan karenakegiatan pengerukan (dredging), pengangkutan material keruk dan pembuangan (dumping) material keruk.
Berkurangnya jumlah masyarakat nelayan yang keberatan terhadap kegiatan dredging, pengangkutan, dandumping
1) Sosialisasi tentang kegiatan dredgingdan dumping kepada masyarakat khususnya nelayan terkena dampak melalui forum komunikasi dan media komunikasi.
2) Pemasangan rumpon sebagai areatangkap baru bagi nelayan.
1) Sosialisasi dilakukan di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog.
2) Pemasangan rumpon di sebelah kanan atau kiri lokasi tapak proyek yang berada di laut.
Selama kegiatan pengerukan dan pembuangan material hasil kerukan
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
D. JARINGAN TRANSMISI DAN GARDU INDUK
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
PENGADAAN LAHAN TAPAK TOWER DAN GARDU INDUK
1 Keresahan Masyarakat Pengadaaan lahan tapak tower dan gardu induk berpotensi menimbulkan gangguan pada sumber mata pencaharian dan kekhawatiran terhadp batas ketinggian bangunan.
1) Adanya kejelasan informasi kebutuhan lahan, prosedur dan proses pelaksanaan pengadaan lahan.
2) Menurunnya keluhan, protes tentang prosedur dan proses pengadaan lahan
1) Pemrakarsa menyediakan informasi secara terbuka dan akuntabel tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pembebasan lahan dengan cara melakukan koordinasi untuk sosialisasi yang intensif dengan elemen masyarakat yang terdampak
2) Pemrakarsa melakukan penjelasan langsung kepada masyarakat tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pengadaan lahan
3) Proses pengadaan lahan dilakukan dengan musyawarah.
Lokasi gardu induk, Tapak tower dan sepanjang jalur transmisi meliputi Desa Simbangjati, Beji, Tulis, Kenconorejo, Wonokerso Karanggeneng, Ponowareng.
Selama tahap pra konstruksi a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Perubahan Persepsi Masyarakat
Pengadaaan lahan tapak tower dan gardu induk berpotensi mempegaruhi persepsi terkait kejelasan mengenai luas lahan, alur jalur transmisi dan pemberian kompensasi.
1) Berkurangnya persepsi negatif masyarakat terhadap peneriman tenaga kerja.
2) Bertambahnya persepsi positif masyarakat terhadappenerimaan tenaga kerja.
1) Pemrakarsa menyediakan informasi secara terbuka dan akuntabel tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pembebasan lahan dengan cara melakukan koordinasi untuk sosialisasi yang intensif dengan elemen masyarakat yang terdampak
2) Pemrakarsa melakukan penjelasan langsung kepada masyarakat tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pengadaan lahan
3) Proses pengadaan lahan dilakukan dengan musyawarah
Lokasi gardu induk, Tapak tower dan sepanjang jalur transmisi meliputi Desa Simbangjati, Beji, Tulis, Kenconorejo, Wonokerso Karanggeneng, Ponowareng.
Selama proses pembebasan lahan
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
KOMPENSASI RIGHT OF WAY (ROW)
1 Perubahan Persepsi Masyarakat
Pemberian kompensasi Right of Way (ROW)
Terciptanya kepuasan Pemberian nilai kompensasi yang sesuai bagi masyarakat atas nilai kompensasi yang diterima
Pemberian kompensasi dilakukan dengan musyawarah terbuka dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Lokasi gardu induk, Tapak tower dan sepanjang jalur transmisi meliputi Desa Simbangjati, Beji, Tulis, Kenconorejo, Wonokerso
Selama proses pembebasan lahan
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 29
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Karanggeneng, Ponowareng. Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, BPN Prov. Jawa Tengah, Dispenda Prov. Jawa Tengah
II TAHAP KONSTRUKSI
PENERIMAAN TENAGA KERJA
1 Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi jaringan transmisi dan gardu induk
1) Berkurangnya persepsi negatif masyarakat terhadap peneriman tenaga kerja.
2) Bertambahnya persepsi positif masyarakat terhadap penerimaan tenaga kerja.
3) Rendahnya intensitas keluhan dan protes masyarakat atas rencana pembangunan PLTU
1) Penerimaan tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan mengutamakan warga lokal sesuai dengan kualifikasi dan ketersediaan lapangan kerja. Proses penerimaan tenaga kerja dilakukan melalui : • Sosialisasi secara intensif • Pengumuman di balai desa • Seleksi tenaga kerja secara transparan • Peningkatan keterampilan bagi warga lokal
yang berpotensi
2) Memberikan upah kepada pekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Mensosialisasikan secara rutin setiap kemajuan dan rencana kegiatan dalam forum komunikasi.
Lokasi gardu induk, Tapak tower dan sepanjang jalur transmisi meliputi Desa Simbangjati, Beji, Tulis, Kenconorejo, Wonokerso Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
Sejak kegiatan penerimaan tenaga kerja selama aktivitas konstruksi.
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL
1 Penurunan Kualitas Udara
Kegiatan mobilisasi peralatan. Pada kegiatan tersebut akan terjadi peningkatan frekuensi lalulintas yang berpotensi menimbulkan polutan partikulat dan gas.
Tingkat konsentrasi kualitas udara ambien tidak melebihi baku mutu yang disarankan sesuai Kep. Gub. Jateng No. 8 tahun 2001dengan parameter Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2),dan TSP.
1) Proses pengangkutan material (tanah gali/ urug) dilengkapi dengan penutup terpal pada saat melewati daerah pemukiman.
2) Pemasangan rambu lalulintas sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku
3) Melakukan pembersihan terhadap kendaran yang keluar dari tapak proyek
4) Melakukan penyiraman minimal dua kali sehari pada ruas jalan akses menuju tapak PLTU yang tidak di-aspal di sekitar tapak proyek yang dilalui kendaraan pengangkut peralatan dan material secara rutin, terutama pada saat musim panas dengan mengacu kepada prosedur penyiraman tanah
5) Pemakaian masker bagi operator kendaraan berat sesuai dengan keperluan dan prosedur yang telah ditetapkan.
6) Pembatasan kecepatan kendaraan maks. 40 km/jam apabila melewati permukiman dalam batas wilayah studi
Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Peningkatan Kebisingan Kegiatan mobilisasi peralatan. Pada kegiatan tersebut akan terjadi
Tingkat kebisingan tidak melebihi baku mutu yang disarankanv mengacu pada Keputusan Menteri
1) Menggunakan kendaraan untuk kegiatan mobilisasi alat dan bahan yang lolos uji emisi kendaraan, termasuk penggunaan exhaust muffler (knalpot).
Di rute jalan angkut yang melalui permukiman warga Kecamatan Kandeman :
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 30
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
peningkatan frekuensi lalulintas yang berpotensi menimbulkan kebisingan mesin kendaraan.
Negara Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan peruntukkan pemukiman (55 dB(A))
2) Pemakaian penutup telinga (earplug) bagi operator kendaraan berat sesuai dengan keperluan.
3) Perawatan mesin kendaraan secara berkalasesuai denga prosedur dan ketentuan yang berlaku
4) Pembatasan kecepatan kendaraan maks. 40 km/jam apabila melewati permukiman dalam batas wilayah studi
1) Desa Ujungnegoro 2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng 2) Desa Kenconorejo 3) Desa Simbangjati 4) Desa Beji
b. Instansi Pengawas Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Gangguan terhadap Kenyamanan
Mobilisasi peralatan dan material konstruksi tower dan gardu induk
Rendahnya intensitas keluhan dan protes masyarakat akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
Melakukan pengelolaan dengan baik terhadap dampak teknis yang muncul dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
Lokasi gardu induk, Tapak tower dan sepanjang jalur transmisi meliputi Desa Simbangjati, Beji, Tulis, Kenconorejo, Wonokerso Karanggeneng, dan Desa Ponowareng.
Sejak kegiatan penerimaan tenaga kerja selama aktivitas konstruksi.
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
4 Gangguan Kesehatan Masyarakat
(Peningkatan prevalensi penderita ISPA)
Mobilisasi peralatan dan material
Prevalensi penderita ISPA di Puskesmas tetap atau menurun.
1) Bekerjasama dengan Puskesmas atau dokter keluarga untuk melakukan penyuluhan tentang :
- Ventilasi jendela yang sesuai. - Bentuk pagar yang sesuai - Pola hidup sehat dan rumah sehat.
2) Bekerjasama dengan Puskesmas atau dokter
keluarga untuk melakukandeteksi dini dan pemeriksaan ISPA, serta pencatatan kesehatan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar jalur transportasi untuk pendirian gardu induk, tower dan penarikan kabel transmisi.
1) Rumah-rumah di sekitar jalur transportasi untuk pendirian gardu induk, tower dan penarikan kabel transmisi meliputi Desa Karanggeneng, Desa Ponowareng, Desa Kenconorejo, Desa Wonokerso, Desa Simbangjati, Desa Beji, dan Desa Tulis
2) Rumah-rumah di sekitar jalur transportasi untuk pendirian gardu induk, tower dan penarikan kabel transmisi meliputi Desa Karanggeneng, Desa Ponowareng, Desa Kenconorejo, Desa Wonokerso, Desa Simbangjati, Desa Beji, dan Desa Tulis
Dilakukan tiap 6 bulan selama masa mobilisasi peralatan dan material berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
5 Perubahan Persepsi masyarakat
Mobilisasi peralatan dan material
Berkurangnya keluhan warga Terhadap akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material
1) Melakukan koordinasi dan penjelasan tentang aktivitas dan pengelolaan dampak dari mobilisasi peralatan dan material malalui forum komunikasi para pemangku kepentingan.
2) Melakukan pengaturan kegiatan mobilisasi peralatan dan material.yang disepakati oleh para
Lokasi gardu induk, Tapak tower dan sepanjang jalur transmisi meliputi Desa Simbangjati, Beji, Tulis, Kenconorejo, Wonokerso Karanggeneng, Ponowareng.
Sejak kegiatan penerimaan tenaga kerja selama aktifitas konstruksi.
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 31
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
pemangku kepentingan 3) Melakukan pengelolaan dengan baik semua
dampak teknis yang muncul dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
4) Memberikan penggantian jika terjadi kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
Hidup Provinsi Jawa Tengah c. Instansi Penerima Laporan yaitu
Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
DAMPAK LINGKUNGAN LAINNYA YANG DIKELOLA TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Munculnya Spekulan Tanah
Penanganan antisipasi munculnya spekulan tanah
Kegiatan survei dan pengadaan lahan untuk Blok PLTU, jaringan transmisi dan gardu induk
Tidak adanya spekulan tanah 1) Pemrakarsa menyediakan informasi secara terbuka dan akuntabel tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pembebasan lahan dengan cara melakukan koordinasi untuk sosialisasi yang intensif dengan elemen masyarakat yang terdampak
2) Pemrakarsa melakukan penjelasan langsung kepada masyarakat tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaan pengadaan lahan
3) Proses penentuan harga lahan dilakukan secara musyawarah dan mufakat.
4) Pengukuran luas lahan dan batas-batas kepemilikan lahan dilakukan secara bersama pemilik lahan.
5) Pembayaran lahan dilakukan secara langsung kepada pemilik melalui bank.
Di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Simbangjati, Beji, Tulis, Kenconorejo, dan Desa Wonokerso
Selama tahap pra konstruksi blok PLTU dan jaringan transmisi serta gardu induk berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jateng
TAHAP KONSTRUKSI
1 Limbah Padat Domestik
Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja konstruksi
Limbah padat hasil aktivitas pekerja pada tahap konstruksi PLTU
Penumpukan limbah padat tidak mengganggu lingkungan sekitar.
1) Memilah sampah sesuai dengan jenisnya 2) Menyediakan TPS di dalam tapak proyek 3) Bekerjasama dengan pihak ke tiga dalam
melakukan pengelolaan sampah
Di area kerja pada bangunan utama (Power Block) PLTU
Selama tahap konstruksi PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Limbah Cair Domestik
Penanganan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi
Limbah cair hasil aktivitas pekerja pada tahap konstruksi PLTU(di dalam tapak)
Pembuangan limbah cair tidak mencemari lingkungan.
Membuat septic tank dan sumur resapan sesuai dengan standar
Di area kerja pada bangunan utama (Power Block) PLTU
Selama tahap konstruksi PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Limbah cair hasil aktivitas pekerja pada tahap konstruksi PLTU (di luar tapak)
Pembuangan limbah cair tidak mencemari lingkungan.
1) Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam penyuluhan mengenai cara pembuatan tanki septik yang baik, perilaku BAB yang sehat, pengelolaan limbah rumah tangga yang baik, pembuatan tempat sampah sampah memenuhi
1) Masyarakat yang tinggal Kecamatan Tulis dan Kecamatan Kandeman
Dilakukan tiap 6 bulan selama masa mobilisasi peralatan dan material berlangsung selama tahap konstruksi PLTU
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 32
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
syarat kesehatan. 2) Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
untuk melakukan pemeriksaan bakteri E. coli pada beberapa sumur penduduk (sebagai sampel). Apabila diketahui terdapat bakteri E. coli di atas baku mutu, maka dilakukan pengelolaan dengan melarang air tersebut dipakai untuk minum dan memasak atau membenahi jumbleng/ tanki septik/saluran limbah agar memenuhi syarat kesehatan
2) Masyarakat yang tinggal
Kecamatan Tulis dan Kecamatan Kandeman
Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Kebakaran
Kegiatan Konstruksi PLTU 1) Kebakaran secara
umum 2) Adanya ledakan 3) Adanya hubungan
arus pendek
Kegiatan konstruksi PLTU Tidak ada kejadian kebakaran 1) Menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 2) Menyediakan Hydrant di titik tertentu 3) Melakukan pengecekan secara berkala terhadap
alat-alat pemadam kebakaran 4) Melakukan pelatihan pemadaman kebakaran
kepada karyawan 5) Menyiapkan jalur evakuasi bencana kebakaran
Area kerja pada bangunan utama (Power Block) PLTU, Terminal Khusus (Jetty), Area Pengerukan (Dredging), Area Pembuangan (Dumping), dan Area Jaringan Transmisi dan Gardu Induk
Selama tahap konstruksi PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kegiatan konstruksi PLTU Tidak ada gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja
Mengacu pada : 1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
R.I. No. Per.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.: Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang SistemManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4) Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum No.: Kep. 174/MEN/1986. No.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
5) Standar Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat PT BPI
6) Standar Prosedur tentang Pekerjaan Panas, BPI 7) Standar Prosedur tentangPekerjaan Dingin, BPI 8) Standar Prosedur tentangPelaksanaan Galian,
BPI. 9) Standar Prosedur Ijin Masuk dalam Bejana
Tertutup PT BPI 10) Standar Prosedur Perawatan dan Kalibrasi Alat
Pemantauan K3L PT BPI 11) Standar Prosedur Penyelidikan Insiden,
Ketidaksesuaian Tindakan Perbaikan dan
Seluruh area kerja pada bangunan utama (Power Block) PLTU, Terminal Khusus (Jetty), Area Pengerukan (Dredging), Area Pembuangan (Dumping) , dan Area Jaringan Transmisi dan Gardu Induk
Selama tahap konstruksi PLTU
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 33
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pencegahan PT BPI 12) Standar Prosedur Identifikasi dan Evaluasi
Terhadap Persyaratan Perundangan PT BPI. 13) Standar Prosedur tentang Sistim Informasi
Manajemen, K3, BPI.
5 Pengelolaan B3 dan Limbah B3
5.1 Pengelolaan B3 Kegiatan konstruksi PLTU PengelolaanB3 tidak mengganggu dan mencemari lingkungan sekitar.
Mengacu pada PP No 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3.
Di dalam lokasi instalasi PLTU untuk B3
Selama tahap konstruksi a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
5.2 Pengelolaan Limbah B3 Kegiatan konstruksi PLTU Penyimpanan limbah B3 tidak mengganggu dan mencemari lingkungan sekitar.
Membangun TPS limbah B3 sesuai dengan KEPKA BAPEDAL No. 1 sampai dengan No. 5 tahun 1995 tentang Teknik Pengolahan Limbah B3
Di dalam lokasi instalasi PLTU untuk limbah B3 di ash pond
Selama tahap konstruksi
TAHAP OPERASI
1 Limbah Padat Domestik
Penanganan limbah padat dari aktifitas domestik
Limbah padat hasil aktifitas domestik pada tahap operasional PLTU seperti perkantoran
Penumpukan limbah padat tidak mengganggu lingkungan sekitar.
1) Memilah sampah sesuai dengan jenisnya 2) Menyediakan TPS di dalam tapak proyek 3) Bekerjasama dengan pihak ke tiga dalam
melakukan pengelolaan sampah
Di area kerja pada bangunan utama (Power Block) PLTU
Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
2 Limbah Cair Domestik
Penanganan Limbah Cair dari aktifitas Domestik
Limbah cair hasil aktifitas domestik pada tahap operasional PLTU seperti perkantoran
Pembuangan limbah cair tidak mencemari lingkungan.
Membuat septic tank dan sumur resapan sesuai dengan standar
Di area kerja pada bangunan utama (Power Block) PLTU
Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
3 Kebakaran
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 34
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Penanganan kebakaran akibat kegiatan operasi PLTU dan kegiatan penunjang
Kegiatan operasional PLTU
Tidak ada kejadian kebakaran 1) Menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 2) Menyediakan Hydrant di titik tertentu 3) Melakukan pengecekan secara berkala terhadap
alat-alat pemadam kebakaran 4) Melakukan pelatihan pemadaman kebakaran
kepada karyawan 5) Menyiapkan jalur evakuasi bencana kebakaran
Seluruh area kerja operasional pada bangunan utama (Power Block) PLTU dan Terminal Khusus (Jetty)
Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kegiatan operasional PLTU
Gangguan kesehatan akibat kerja Mengacu pada : 1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
R.I. No. Per.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.: Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.05/MEN/1996 tentang SistemManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4) Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum No.: Kep. 174/MEN/1986. No.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
5) Standar Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat PT BPI
6) Standar Prosedur tentang Pekerjaan Panas, BPI 7) Standar Prosedur tentangPekerjaan Dingin, BPI 8) Standar Prosedur tentangPelaksanaan Galian, BPI. 9) Standar Prosedur Ijin Masuk dalam Bejana Tertutup
PT BPI 10) Standar Prosedur Perawatan dan Kalibrasi Alat
Pemantauan K3L PT BPI 11) Standar Prosedur Penyelidikan Insiden,
Ketidaksesuaian Tindakan Perbaikan dan Pencegahan PT BPI
12) Standar Prosedur Identifikasi dan Evaluasi Terhadap Persyaratan Perundangan PT BPI.
13) Standar Prosedur tentang Sistim Informasi Manajemen, K3, BPI.
Seluruh area kerja operasional pada bangunan utama (Power Block) PLTU dan Terminal Khusus (Jetty)
Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
5 Pengelolaan B3 dan Limbah B3
5.1 PengelolaanB3 Kegiatan operasional PLTU
PengelolaanB3 tidak mengganggu dan mencemari lingkungan sekitar.
Mengacu pada PP No 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3
Di dalam lokasi instalasi PLTU untuk B3
Selama tahap operasi a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
5.2 Pengelolaan Limbah B3 Penampungan fly ash dan bottom ash di ash pond
Penyimpananlimbah B3 tidak mengganggu dan mencemari
Mengoperasikan TPS limbah B3 sesuai dengan KEPKA BAPEDAL No. 1 sampai dengan No. 5 tahun 1995
Penampungan fly ash dan bottom ash di ash pond
Selama tahap operasi
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 35
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
lingkungan sekitar. tentang Teknik Pengolahan Limbah B3 c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
6 Gangguan pada Peninggalan Budaya
Gangguan terhadap
peninggalan budaya
akibat dari kegiatan
operasional PLTU
Kegiatan operasional bangunan utama PLTU
1) Rendahnya intensitas keluhan atau protes warga atas munculnya gangguan pada saat khaul pada bulan Maulud
2) Kegiatan ritual dapat berlangsung dengan lancar
1) Mendukung kegiatan ritual masyarakat 2) SOP tentang Pengaduan Masyarakat
Desa-desa yang di tapak PLTU (Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng)
Di saat pelaksanaan khaul pada tahap konstruksi berlangsung
a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
7 Penurunan Kualitas Air Tanah
Penurunan Kualitas Air Tanah
Air lindi dari coal yard
Kualitas air tanah memenuhi Baku Mutu sesuai dengan PerMenKes No. 416 tahun 1990 Lampiran II Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih
Konsep pengelolaan: 1) Kolam penampung (coal runoff pond) 2) Lapisan dasar tempat penimbunan batubara
dilengkapi dengan lapisan clay (300mm), gravel (100mm), dan coal carpet (200mm)
3) Memastikan bahwa tidak terjadi resapan air lindi (leachate) ke dalam air tanah pada sumur pantau.
Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng di Kecamatan Kandeman dan Desa Ponowareng di Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang masuk ke dalam tapak power block, yakni di : 1) Lokasi coal yard 2) Pemukiman penduduk
dekat coal yard
Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jateng
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
Air lindi dari ash pond Manifest pengelolaan limbah B-3 dari pihak transporter/ pengelola limbah B-3 yang berizin
Konsep pengelolaan: 1) Kolam penampung (ash runoff pond) 2) Lapisan dasar tempat penimbunan abu batubara
dilengkapi dengan lapisan tanah liat (300 – 1.000 mm), granular (300mm), dan lapisan HDPE (1,5 mm) atau lapisan tanah (300 mm)
3) Memastikan bahwa tidak terjadi resapan air lindi (leachate) ke dalam air tanah pada sumur pantau.
8 Peningkatan Kebisingan
Penanganan kebisingan akibat kegiatan operasional PLTU
Kegiatan operasional unit PLTU
Tingkat kebisingan menurut KEPMEN LH No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
1) Pemeliharaan turbin dan berbagai mesin lainnya sesuai dengan spesifikasinya dan pemasangan alat peredam suarasesuai dengan spesifikasi, perencanaan dan ketentuan yang berlaku.
2) Pemakaian pelindung telinga (earplug) bagi pekerja sesuai keperluan dan mengacu kepada peraturan tentang tentang kesehatan untuk perlindungan kerja
3) Melakukan penyuluhan, pemeriksaan dan pencatatan kesehatan terhadap pekerja secara rutin.
Pengelolaan lingkungan dilaksanakan dalam lokasi instalasi pembangkit PLTU meliputi Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng di Kecamatan Kandeman dan Desa Ponowareng di Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku Pemrakarsa
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
9 Peningkatan Paparan TENORM
Penanganan paparan TENORM akibat kegiatan
Kegiatan operasional unit PLTU
Paparan TENORMderet uranium dan thorium masih di bawah baku mutu
1) Penanganan abu terbang/ fly ash(dalam kondisi lembab) dari silo (dengan kapasitas 3 x 3.200 ton) ke
Di area tempat penyimpanan abu batubara
Selama tahap operasi PLTU a. Instansi Pelaksana yaitu PT Bhimasena Power Indonesia selaku
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 36
NO. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DIKELOLA SUMBER DAMPAK
INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERIODE PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
operasional unit PLTU sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) No. 09 tahun 2009
tempat penimbunan abu menggunakan truk abu. 2) BPI akan bekerjasama dengan pabrik semen
sehingga abu batubara dari Fly Ash Silo diambil oleh pabrik semen untuk dipakai sebagai bahan baku
Pemrakarsa dan/ atau kontraktor pelaksana yang ditunjuk
b. Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jateng
c. Instansi Penerima Laporan yaitu Bupati Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 36
Gambar 2.1 Peta Pengelolaan Tahap Pra Konstruksi Blok PLTU
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 37
Gambar 2.2 Peta Pengelolaan Tahap Konstruksi Blok PLTU
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 38
Gambar 2.3 Peta Pengelolaan Lingkungan Tahap Pematangan Lahan
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 39
Gambar 2.4 Peta Pengelolaan Tahap Operasional Blok PLTU
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 40
Gambar 2.5 Peta Pengelolaan Tahap Konstruksi Jetty
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 41
Gambar 2.6 Peta Pengelolaan Tahap Operasional Jetty
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 42
Gambar 2.7 Peta Pengelolaan Tahap Operasional Dredging dan Dumping
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 43
Gambar 2.8 Peta Pengelolaan Tahap Pra Konstruksi Jaringan Transmisi 500 kV
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 2 - 44
Gambar 2.9 Peta Pengelolaan Tahap Konstruksi Jaringan Transmisi 500 kV