::.6r:j-ooij .. q£f!!..: 7. ·..· gl.. tcf·..· fl...

63
PERPUSTAKAAN UTAMA UIN SYAHID JAKARTA EKSISTENSI SANTI ASROMO DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI MAJALENGKA (Studi Kritis Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia) Oleh YAYAH KOMARIAH Hitt'r;ma : ..:; ::."6r:.. ..J-ooiJ .. g. . 7. · .. · TCf · .. · 3 · NQ. Tnduk : .. Q£f!! .. :... gL .. fL .. klasifikasi ; . JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH lAIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1421 H / 2001 M

Upload: lynhu

Post on 12-Mar-2018

222 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

PERPUSTAKAAN UTAMAUIN SYAHID JAKARTA

EKSISTENSI SANTI ASROMO DALAM

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI MAJALENGKA

(Studi Kritis Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia)

Oleh

YAYAH KOMARIAH

Hitt'r;ma

~a;j : ..:; ::."6r:....J-ooiJ ..g. . 7. ·..·TCf·..·3

·NQ. Tnduk : ..Q£f!!..:...gL..~ fL ..klasifikasi ; .

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH lAIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1421 H / 2001 M

Page 2: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

ORANG YANG BELUM PERNAH

MERASAKAN KEMAJUAN,

TAK TAHU HAKEKAT KEMUNDURAN

Page 3: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

Asromo Majalengka yang telah memberikan keterangan-keterangan yang sangat

berguna sekali sebagai bahan bagi penyusunan karya ilmiyah ini.

4. Teman-teman di PAl '96 kelas C, Racana Fatahillah-Nyimas Gandasari, Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah Cab. Ciputat, ASPI kamar 8-B serta Keluarga

Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) yang selama ini memberi wama dan

menjadikan penulis semakin dewasa.

5. Kakanda Drs. Ian SutYan atas pengorbanannya selama ini, serta adik tersayang

'nde Oom Komariah dan A. Fauzan Ramdani yang selalu memberi motivasi

untuk menjadi yang lebih besar.

6. Seluruh rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan informasi berbagai

pengetahuan dan pengalaman kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiyah

ml.

Tenmtuk ibunda serta ayahanda dan tak lupa 'ma ulon atas pengorbanan serta

kasih sayang yang tulus dan tak terbatas, sehingga seumur hidup tak pernah akan

terlupakan, penulis haturkan sembah sujud selia do'a yang tak pemah henti.

Akhirnya, dengan segala kerendahan dan rasa syukur, penulis hanya mampu

menyerahkan semuanya kepada Allah SWT, atas amal baik semua pihak yang telah

diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT dapat memberikan imbalan yang

setimpal kepada mereka.

Jazakallall/l kltairan katsira, amin .. ...

Jakarta, Syawal 1421 H.

Penulis

v

Page 4: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

C. Lokasi dan Geografi .

D. Perkembangan Santi Asromo .

BAE IV PJ;:LAKSANAAN PENDIDIKAN DI SANTI ASROMO .

A. Organisasi .

60

61

64

64

B. Sistem 65

C. Kurikulum .

D. Hubungan Guru dengan Murid .

E. Hambatan dan Tantangan .

F. Kemungkinan Jalan Keluar .

BAE V PENUTUP .

A. Kesimpulan .

B. Saran-saran .

DAFTARPUSTAKA .

LAlvIPIRAN .

vii

66

67

69

72

74

74

75

77

79

Page 5: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

PERP'USTAKAAN UTAMAUIN SYAHID JAKARTA

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Harun Nasution, pembaharuan mengandung arti fikiran, aliran,

gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama

dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modem. I

Pemikiran pembaharuan dalam Islam terdapat pada periode modem.

Pemikiran itu timbul terutama sebagai hasil dari kontak yang terjadi antara dunia

Islam dan Barat2 Di Indonesia sendiri, ditinjau dari sudut pandang secara umum,

gerakan pembaharuan agaknya dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran daan usaha

tokoh-tokoh pembaharu Timur Tengah pada akhir abad 19, khususnya Jamal al Din

al Afgani dan Muhammad Abduh. Sejumlah perkumpulan dan organisasi. Islam,

ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan sistem

pengajaran klasikal, meniru sekolah sistem Barat (Belanda), sebagai reaksi terhadap

politik dan sistem pendidikan kolonial Belanda.

l Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta; PT.Bnlan Bintang, 1996), eet. ke-II, Il. II

2 Hamn Nasntion, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta; VI Press, 1986), eet. ke-6,h.94

1

Page 6: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

4

Eksperimen ini dilakukan oleh pesantren Mamba'ul Ulum, Surakarta (I 906).

Kemudian menyusul Surau Iembatan Besi yang dilakukan oleh H. Abdul Malik

Karim Amrullah (1916). Dan belakangan lagi dengan pembentukan Pondok Modern

Gontor Ponorogo (1920)4

Kedua bentuk eksperimen ini pada dasarnya terus berJanjut hingga dewasa

ini. Dengan ini kita melihat dua arus utama:

1. Sistem dalam kelembagaan pendidikan Islam yang merupakan pendidikan umum

dengan penekanan seadanya pada aspek-aspek pengajaran Islam. Termasuk dalam

kategori adalah madrasah pasea Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

1989, yang seeara eksplisit menyatakan bahwa madrasah-madrasah adalah

sekolah umum yang bereiri keagamaan.

2. Sistem dan kelembagaan pesantren yang dalam banyak hal telah dimodernisasi

dan disesuaikan dengan tuntutan pembangunan. Modernisasi pesantren yang sejak

akhir 1970-an telah banyak mengubah sistem dan kelembagaan pendidikan

pesantren. Perubahan sangat mendasar misalnya terjadi pada aspek-aspek tertentu

dalam kelembagaan. Dalam hal 1111, banyak pesantren tidak hanya

mengembangkan madrasah sesuai dengan pola Departemen Agama, tetapi bahkan

mendirikan sekolah-sekolah umum dan universitas umum.

Gerakan pembaharuan di daerah Majalengka, Iawa Barat, yang kemudian

berkembang menjadi Persyarikatan Ulama, dimulai pada taahun 1911 atas inisiatif

4 Azyumardi Azra, Pendidikanlslam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Mileniun Baru,(Jakarta: Logos, 1999), eet. ke-1, h. 37-38

Page 7: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

6

mendirikan suatu institusi pendidikan Islam, yang berbeda dengan institusi

pendidikan yang diselenggarakan pemerintah, maupun institusi pendidikan Islam

lainnya yang sudah ada waktu itu.

Pada Santi Asromo ini dilakukan beberapa pembaharuan, sebaagai aplikasi

dari konsep pendidikan menurut KH. Abdul Halim, yakni konsep Al Salam, Santi

Asromo dan Santri LlIclI, yang satu sarna lainnya tidak bisa dipisahkan. Hal ini

sebagai interpretasi dia terhadap AI Qur'an dan Hadis.

Upaya pembaharuan yang dilakukan KH. Abdul Halim di Sallli Asromo 1m

meliputi: Tempat, bentuk kelembagaan, tujuan pendidikan, pelaksana, kurikulum,

metode pengajaran, kegiatan pendidikan, dan status kelembagaan..

Pada perkembangan selanjutnya, Sami Asromo mengalami kemandegan,

karena terdapat beberapa faktor sebagai konsekuensi dari perputaran zaman yang

selalu menginginkan hal-hal yang baru sesuai dengan situasi dan kondisi. Walaupun

demikian, Santi Asromo telah banyak berperan dalam pengembangan pendidikan

Islam di lvIajalengka.

lvIelihat kenyataan seperti ini, penulis merasa perlu untuk menguak kembali

sejarah yang telah menunjukan kegemilangan di dunia pendidikan, khususnya di

lvIajalengka, dengan melihat kondisi yang ada dan memprediksi yang akan datang

untuk meningkatkan mutu pendidikan, ke tiga dimensi ini tidak bisa dipisahkan.

Demi pentingnya hal tersebut, penulis tuangkan dalam karya ilmiah atau skripsi ini

dengan judul "EKSISTENSI SANTI ASROMO DALAM PENGEMBANGAN

Page 8: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

8

I. Apa yang dimaksud dengan Santi Asromo ?

2. Apa peran dan sumbangan Santi Asromo dalam pendidikan ?

3. Bagaimana eksistensi Santi Asromo pada masa Orde Barn sampai sekarang ?

D. Metodologi Penelitian

Bahan-bahan yang dijadikan informasi dalam kajian ini dikumpulkan dari data

kepustakaan dan data lapangan. Sejumlah tulisan mengenai Santi Asromo dijadikan

sebagai sumber primer. Kemudian kajian mengenai pendidikan Islam di Indonesia di

gunakan sebagai bahan acuan untuk melengkapi dan membandingkan konsep

pendidikan Santi Asromo dengan konsep-konsep pendidikan yang timbul dari usaha

pembaharuan pendidikan Islam.

Kemudian kajian terhadap sumber kepustakaan, baik sumber primer ataupun

sumber sekunder, digunakan metode penelitian naskah.

Selain kajian pustaka, juga dilakukan kajian lapangan yakni wawancara

dengan orang-orang yang terkait dengan pembahasan skripsi ini, hal ini dilakukan

untuk memperoleh informasi langsung mengenal Santi Asromo serta

perkembangannya, khususnya pada masa Orde Baru.

E. Sistematika dan Teknik Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab. Namun secara keseluruhan

bab-bab itu saling berkaitan satu sarna lainnya dimana bab sebelumnya gambaran

umum yang mempunyai korelasi kepada bab-bab berikutnya. Sebagai penutup skripsi

ini di akhiri dengan kesimpulan dan saran-saran.

Page 9: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

10

terjemahnya tidak diberikan catatan kaki melainkan mengutip dari AI Qur'an dan

terjemahnya dari Depag RI.

Page 10: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

BABII

TEORISASI PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM AKHIR ABAD :xx

Menengok jendela pembaharuan pendidikan Islam di masa laIu dengan

orientasi masa depan merupakan bagian dari upaya untuk mengaktualisasikan

kembaIi ajaran Islam yang akan dimanifestasikan melaIui sistem kegiatan manusia

beriman dalam kehidupan nyata. Proses ini penting dilakukan, karena di sana terdapat

berbagai informasi dan peIajaran berharga untuk diaktuaIisasikan kembali dalam

kerangka pembangunan kependidikan yang sistematis dan terarah. Karena sejarah

merupakan rantai dari kehidupan itu sendiri, maka apapun yang menjadi keputusan

dari suatu rencana akan menjadi hampa, bila tidak terkait dengan niIai-niIai

historisnya.

Secara makro pembaharuan pendidikan Islam mempunyai sejarah yang

panjang. Dan sepanjang itu pula ia senantiasa bersentuhan dan bergulat {lengan

berbagai realitas kehidupan yang mengitarinya. 1 Dalam hal ini penulis hanya akan

menguraikan tentaug pembaharuan di akhir abad ke 20, khususnya diawali dari

pergantian Orde Lama ke Orde Baru (1966), untuk memudahkan penulisan yang

berkenaan dengan judul yang akan dibahas penulis, walaupun di dalamnya akan

bersentuhan dengan masa sebelumnya.

I M. Irsyad Djuweli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Is/am, (Jakarta: Yayasan KarsaUrama Mandiri dan PB MathJa'u! Anwar,)998), eel. ke-!, h. 40.

11

Page 11: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

12

A. Pengeliian Pembaharuan Pendidikan Islam

Pada saat ini, hampir semua orang tidak membedakan antara membuat sesuatu

yang baru (tajaddud) dengan pembaharuan (tajdid), sehingga dengan begitu saja

mereka memberikan sebutan "Pembaharu" kepada setiap orang yang membuat

sesuatu yang baru, dengan anggapan bahwa barang siapa yang menciptakan bimtuk

baru lalu memperjuangkannya dengan penuh semangat dan tidak kenaI lelah, dia

adalah seorang "pembaharu". Predikat ini mereka berikan terutama kepada orang­

orang yang melakukan perbaikan kondisi ummat Islam dalarn bidang fisik, apabila

dalam bidang ini mereka Iihat adanya kebobrokan. Orang yang mereka sebut

"pembaharu" itu, berusaha menyelamatkan ummat dati tradisi jahiliyah, namun

ternyata ia hanya mengubahnya menjadi bentuk baru berupa sinkretisme antara Islam

dengan jahiliyah, laIn memberi corak kehidupan masyarakat dengan warna yang

betul-betul jahiliyah, sehinga dengan demikian, yang ada hanyalah nama baru belaka.

Dengan demikian, hakekatnya "pembaharu" semacam ini bukanlah pembaharu,

melainkan seorang pembuat sesuatu yang baru. Tujuan mereka bukanlah

memperbaharui aspek-aspek agama. Di sin! jelas terdapat satu perbedaan yang amat

tajam. Pembaharuan adalah merupakan suatu karya pembebasan dari tradisi jahiliyah

dengan mempergunakan berbagai sarana yang ada, dan bukan diartikan sebagai karya

sinkretis dalam bentuk baru yang merupakan perpaduan antara Islam dan jahiliyah.

Babkan hakikatnya pembaharuan adalah memurnikan Islam dari unsur-unsur

Page 12: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

13

jahiIiyah, laIu sesudah itu berusaha memelihara kelangsungan ajarannya yang murni2

Di sini terlihat bahwa seorang pembaharu pasti berdiri amat jauh di luar garis

kepentingan jahiliyah dalam semua aspek Islam, sekalipun hanya dalam wujud yang

amat kecil.

Kata pembaharuan sering disamakan dengan modernisasi, reformasi, al Tqjdid

dan allshlah. Kata modern ditinjau dari asaI katanya berarti: 1. Of the precent or

recent time (sekarang), 2. New or lip date (baru atau yang terbaru)3 Ada yang

mendefinisikan modernisasi sebagai suatu pilihan dari diberi ke memilih 4

Rarun Nasution menyamakan arti pembaharuan dengan kata modern,

modernisasi dan modernisme. Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti

fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat itiadat, instutusi-

institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang

ditimbulkan oIeh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.s

Kata "modern" juga sering disamakan artinya dengan reformasi, sedangkan

arti reformation dalam Bahasa Inggris adalah radical change for the better in social,

political or religious affair (perubahan secara radikaI ke arah yang lebih baik daIam

bidang sosial, poIitik maupun masalah-masaIah keagamaan). Sedangkan Soekarno

2 Abu! A'!a a! Maududi, Langkah-Iangkah Pembaharuan Islam (TeIj.), (Bauduug: Pustaka),eet. ke-2, h. 41-42

3 Wasyim BilaI, Studi Purna Sarjana (SP;") ke 6 197911980, h. I

4Taufiq Zen, Islam dan Proses Modernisasi di Indonesia; Sebuah PendekalanFenomenologis, (Jakarta: PPK DiIjen PKAI Depag RI, I985), h. 7

5 Haruu Nasution, Pell1baharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan verakan, (Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1996), eet. ke-I1, IL I1-12

Page 13: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

20

Dalam konsiderannya disebutkan bahwa ketetapan itu disusun berdasarkan

alasan-alasan seperti berikut:

I. Bahwa agama, pendidikan dan kebudayaan adalah merupakan unsur-unsurmutlak dalam rangka nation and character building.

2. Bahwa falsafah negara Pancasila merupakan sumber untuk mempertinggiharkat dan martabat manusia. .

3. Bahwa dalam rangka mempertinggi ketahanan revolusi Indonesia salah satufaktor yang menentukan adalah moral dan mental manusia bangsa Indonesia. 15

Ketetapan itu memberi status yang lebih berarti bagi pendidikan agama.

Pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh semua

siswa dan mahasiswa dan merupakan syarat kelulusan ujian akhir, dan tidak lagi

merupakan mata pelajaran pilihan. Lain halnya dengan Undang-undang dan ketetapan

sebelumnya, dalam ketetapan ini siswa dan mahasiswa tidak diberi hak untuk

mengajukan keberatannya dalam mengikuti pelajaran agama. Keputusan ini jelas

dimaksudkan untuk menempatkan agama sebagai sendi pendidikan dan pengajaran di

sekolah-sekolah.

Kurikulum sebelumnya adalah kurikulum 1960 yang dari sisi filosofis· didasari

oleh TAP MPRS tahun 1960, suatu produk MPRS zaman Nasakom yang menjadikan

politik sebagai panglima dan 1mrang memberikan perlindungan terhadap pembinaan

agamal6 Sebagai contoh yang tercantum dalam TAP MPRS No. IIIMPRS/1960 Bab

II pasal 2 ayat (I): Pendidikan agama menjadi pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari

Sekolah Dasar sampai dengan Universitas Negeri, dengan pengertian bahwa murid-

IS H. Maksum. Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos, 1999), eel. ke 2,h.139.

16 Dasuki Abd. Ghani, Diktat Mata Kuliah Telaah Kurikulum,(Jakarta. It), h. 143

Page 14: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

21

murid berhak tidak ikut serta apabila wali murid atau murid dewasa menyatakan

keberatannya.

Dengan TAP MPRS No. XXVIIIMPRS/ 1960, kata-kata "dengan pengertian

bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta apabila wali murid atau murid dewasa

menyatakan keberatannya", dihapus. Untuk menghilangkan keraguan, kalau terjadi

penafsiran bahwa kedua TAP tersebut sarna-sarna berlaku, maka diterbitkan TAP

MPRS No. XXVIIIIMPRSI1968 yang berisi tentang pencabutan TAP MPRS No.

IVMPRS/1960. 17

Meskipun secara politis kurang memberikan tempat pada perkembangan

agama--dalam pengertian ideologis-- tetapi sejak awal pemerintahan Orde Barn

sangat mempertimbangkan pentingnya agama sebagai kekuatan moral dan spiritual.

Hal inilah antara lain yang melandasi kesungguhan Orde Barn untuk tidak memberi

tempat sama sekali pada gerakan komunisme. Tidak saja kelembagaannya ditumpas,

tetapi ajaran dan doktrin komunisme juga dilarang untuk diajarkan di Indonesia.

Sikap ini tidak lain mencerminkan komitmen keagamaan Orde Barn karena memang

semua agama menentang komunisme dalam segala bentuk dan manifestasinya di

Indonesia.

Memandang pentingnya agama, pemerintah Orde Barn terns meresponi

aspirasi ummat Islam yang bernsaha menjadikan madrasah sebagai salah satu pilar

dari sistem pendidikan nasional. Meskipun belum tersedia peraturan yang pasti,

I7 Ibid.

Page 15: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

22

madrasah dikembangkan dalam berbagai type yang tidak terbatas pada madrasah

agama. Dalam hal iill, pemerintah bersikap realistik dengan memanfaatkan lembaga

pendidikan yang sudah ada seperti madrasah melalui usaha modifikasi, khususnya

dalam hal kurikulumnya. Madrasah-pada semua tingkatannya--yang pada awalnya

didominasi oleh pelajaran-pelajaran agama, setahap demi setahap diarahkan untuk

mengajarkan mata-mata pelajaran umum. Dengan demikian lulusan madrasah secara

kualitatif dapat dianggap sarna dengan lulusan sekolah umum.

Sebagai bukti bagi pengakuan terhadap madrasah yang dikelola Kementerian

Agama, dapat dilihat dari kenyataan bahwa waktu itu madrasah yang mengikuti

ketentuan-ketentuan Kementerian Agama diberikan subsidi. Selain itu, sesuai dengan

kebutuhan pemerintah sendiri, sejumlah madrasah swasta juga ditingkatkan statusnya

menjadi madrasah negeri, meskipun masih terbatas pada Madrasah Ibtidaiyah.

Situasi dan perkembangan madrasah yang lebih baik tentu dapat diamati pada

masa pemerintahan Orde Barn menyusul program Madrasah Wajib Belajar (MWB),

yang berjalan kurang mulus, pemerintah melalui Kementerian Agama terns menata

kurikulum pendidikan madrasah sejalan dengan tuntutan pendidikan nasional.

Sebagai efek dari ketetapan MPRS No. XXVIV1966, pada tahun 1967 Menteri

Agama mengeluarkan kebijakan untuk menegerikan sejumlah madrasah dalam semua

tingkatan mulai dari tingkat Ibtidaiyah sampai dengan AIiyah. Melalui usaha ini

sebanyak 123 MIN sehingga menambah jumlah total MIN menjadi 358. Dalam waktu

Page 16: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

23

yang bersamaan, juga telah berdiri sekitar 182 MTsN dan 42 Madrasah Aliyah

Agama Islam Negeri (MAAIN).lg

Selain itu, langkah yang dilakukan pemerintah adaIah menyusun kurikulum

madrasah dalam semua tingkatan secara nasional yang berlangsung pada tanggal 10­

20 Agustus 1970 di Cibogo, Bogor, Jawa Barat. Hal ini untuk mendekatkan hubungan

madrasah dengan sekolah. Otonomi yang diberikan kepada Kementerian Agama

untuk mengelola madrasah terns dibarengi dengan kebijakan yang mengarah pada

penyempurnaan sistem pendidikan nasional. Langkah-Iangkah strnkturisasi

kelembagaan dan reformasi kurikulum madrasah menjadi salah satu agenda penting

pada masa-masa awal pemerintahan Orde Barn.

Kurikulum madrasah yang dirnmuskan di Cibogo diberlakukan secara

nasional berdasarkan keputusan Menteri Agama No. 52 tahun 1971. Dengan beberapa

perbaikan dan penyempurnaan, kurikulum ini kemudian dikenal dengan kurikulum

1973. Dari strnktur materi yang ditawarkan kurikulum itu sudah· cukup

mencerminkan perkembangan yang serius dalam rangka mengarahkan madrasah

sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Komponen-komponen kurikulum itu

meliputi tidak saja semata-mata pelajaran agama, tetapi juga mata-mata pelajaran

umum dan mata pelajaran kejurnan. 19

'" Ibid, h. 139

lY Ibid., h. 32

Page 17: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

24

PERPUSTAKAANUTAMAUIN SYAHID JAKARTA

Dengan kurikulum 1973, kurikulum serta struktur kelembagaan madrasah

semakin memperoleh bentuk dan statusnya yang jelas. Hal ini mengandung makna :

1. Adanya standar pendidikan bagi madrasah pada setiap jenjang, yang dapatberlaku juga bagi madrasah-madrasah swasta.

2. Adanya acuan yang lebih detail dalam hal mata pelajaran yang dapatdijadikan dasar-dasar kerja dan pengembangan bagi pendidikan di madrasah.

3. Mata pelajaran umum dan kejuruan di madrasah mendapatkan landasanformal apalagi dalam jumlah yang cukup tinggi melebihi jumlah yang telahdilakukan para pembaharu pada masa-masa sebelumnya20

Untuk memperkuat eksistensi madrasah, pada tanggal 18 April 1972

pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa Kepres No. 34 tahun 1972 tentang

"Tanggung jawab fungsional pendidikan dan latihan". lsi keputusan ini pada intinya

menyangkut tiga hal :

a. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bertugas dan bertanggung jawab atas

pembinaan pendidikan Umum dan kejuruan.

b. Menteri Tenaga Kerja bertugas dan bertanggung jawab atas pembinaan latihan

keahlian dan kejuIUan tenaga kerja bukan pegawai negeri.

c. Ketua Lembaga Administrasi Negara bertugas dan bertanggung jawab atas

pembinaan pendidikan dan latihan khusus untuk pegawai negeri.

Dua tahun berikutnya, Kepres itu dipertegas dengan Instruksi Presiden No. 15

tahun 1974 yang mengatur realisasinya.

Bagi Departemen Agama yang mengelola pendidikan Islam, termasuk

madrasah, keputusan ini menimbulkan masalah. Dalam TAP MPRS No. 27 tahun

20 Ibid, h. 144

Page 18: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

PERPUSTAKAAN UTAMAUIN SYAHID JAKARTA

28

Namun kebijakan itu dirasa oleh ummat Islam tidak menguntungkan. Ummat Islam

berkeberatan jika pengelolaan pendidikan madrasah berada sepenuhnya di bawah

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, hal itu disadari oleh pemerintah Orde Bam.

Bagi ummat Islam, madrasah mempakan lembaga pendidikan yang berakar dari

tradisi Islam sendiri sehingga tidak mungkin ditangani secara sekuler. Tetapi,

pemerintah juga memahami bahwa ummat Islam menuntut hak dan status yang lebih

baik bagi madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional sehingga

orientasinya sarna dengan sekolah. Terlebih-lebih dalam kenyataannya madrasah

sudah melakukan modifikasi baik dalam kelembagaan maupun kurikulumnya sesuai

dengan tuntutan dan tantangan pembangunan nasional.

Untuk menanggapi aspirasi ummat Islam tersebut, pemerintah Orde Bam

melakukan pembinaan mutu pendidikan madrasah secara terns menems. Karena itu,

berkaitan dengan Kepres No. 34 tahun 1972 dan Inpres No. 15 tahun 1974,

pemerintah mengambil kebijakan yang lebih operasional dalam kaitannya· dengan

madrasah. Pada tahun 1975 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri

mengenai "Peningkatan mutu pendidikan pada madrasah". Dalam SKB itu, masing-

masing Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri

Dalam Negeri memikul tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan

pendidikan madrasah.

Adanya SKB tiga menteri itu antara lain untuk mengatasi kekhawatiran

ummat Islam akan dihapuskannya sistem pendidikan madrasah sebagai konsekuensi

dari Kepres No. 34 tahun 1972 dan I!1pres No. 15 tahun 1974. Keluarnya SKB tiga

Page 19: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

30

yang sekurang-kurangnya 30 % di samping mata pelajaran umum. Namun semangat

tetap 100 %. Pengertiannya "Mata pelajaran agama tetap 100 % diberikan di

Madrasah Aliyah sebagaimana yang telah diIaksanakan seIama ini, hanya waktu yang

disediakan untuk menyajikan mata peIajaran agama tersebut 30 % dari keseluruhan

waktu atau jam peIajaran yang ada di Madrasah Aliyah,,24 DaIam hal ini madrasah

mencakup tiga tingkatan yaitu :

1. Madrasah Ibtidaiyah, setingkat SekoIah Dasar

2. Madrasah Tsanawiyah, setingkat SekoIah Menengah Pertama

3. Madrasah AIiyah, setingkat Sekolah Menengah Atas25

Kemudian dalam Bab II pasal 2 disebutkan bahwa :

a. Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum

yang setingkat.

b. LuIusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas.

c. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekoIah umum yang setingkat.

Untuk pengeIolaan madrasah dan pembinaan pendidikan agama dinyatakan

dalam Bab IV pasal 4, yaitu :

1. Pengelolaan madrasah dilakukan oIeh Menteri Agama

2. Pembinaan mata peIajaran agama pada madrasah diIakukan oIeh Menteri Agama

24 Yang dimaksud 100 % di situ adalah balm'll pelajarnn agama dimasukkan pelajaran umumdan di dalam umum dimasukkan pelajarnn agama sehingga keduanya merupakan pelajarnn yangintegrntif. Lillllt : H. Maksum, op. cit., h. 152

25 SKB tiga mentri Bab I pasal I ayat 2, sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, SejarahPendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), eel. ke-I, h. 181

Page 20: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

31

3. Pembinaan dan pengawasan mutu mata pelajaran umum pada madarasah

dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bersama-sama dengan

Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.

Dengan SKB tiga menteri, Departemen Agama melakukan usaha pemantapan

struktur madrasah secara lebih menyeluruh. Sejumlah keputusan dikeluarkan untuk

mengatur organisasi dan tata kerja madrasah pada semua tingkatan. Departemen

Agama juga mengeluarkan peraturan tentang persamaan ijazah madrasah swasta

dengan madrasah negeri 26 Dalam hal kurikulum dilakukan penyusunan ulang dengan

menyempumakan komposisi mata pelajaran-mata pelajaran umum. Sejalan dengan

SKB itu, kurikulum madrasah memuat mata pelajaran umum dalam jumlah yang

sarna dengan kurikulum sekolah pada tiap-tiap jenjangnya. Madrasah yang demikian

dapat dikatakan sebagai sekolah plus pendidikan agama.

Penyempumaan kurikulum madrasah merupakan langkah yang dianggap

paling essensial dalam merealisasikan SKB tiga Menteri. Persamaan status riladrasah

dengan sekolah tidak hanya tampa!< dalam struktur kelembagaan, tatapi juga dalam

struktur mata pelajaran yang mengakomodasikan secara penuh kurikulum sekolah.

Pengakuan terhadap status madrasah, yang diikuti dengan penyesuaian­

penyesuaian sistem sekolah telah membuahkan tanggapan yang menggembirakan.

Diantaranya, diperolehnya Inpres untuk seribu madrasah pada tahun 1978.

26 Dengan kcpntusan Mcnteri Agama No.5 lahun 1977 langgal 26 Januari 1977

Page 21: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

33

1. Nilai dasar yang menjadi landasan pelaksanaan pendidikan kita dalam rangka

membentuk manusia seutuhnya telah dua kali disempurnakan melalui TAP MPR

tahun 1978 dan TAP MPR tahun 1983. TAP MPR No. IIIMPRl1983 tentang

GBHN, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk

meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasari dan

keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Kalimat

"Mempertebal semangat kebangsaan" dalam hal ini dipandang sebagai

penyempumaan terhadap TAP MPR tahun 1978.

2. Fakta empiris berdasarkan survei di lapangan atas pelaksanaan kurikulum 1974

yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan Kurikulum dan Sarana Pendidikan,

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

ditemukan kelemahan-kelemahan, antara lain:

Adanya sejumlah unsur barn dalam GBHN yang belum ditampung dalam

kurikulum

Adanya kesenjangan program pendidikan dengan kebutuhan anak didik untuk

melanjutkan pendidikan maupun untuk terjun ke masyarakat.

Terlalu saratnya materi kurikulum beberapa bidang studi yang hams

diberikan.

Page 22: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

34

3. Kurikulum 1975 berorientasi kepada tujuan, di Iapangan memiliki dampak

terabaikannya proses meneapai tujuan itu.

4. Landasan teori yang dijadikan aeuan pengembangan kurikulum telah

berkembang, seperti:

Taksonomi Bloom mengenai periunya mengembangkan ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik seeara terpadu.

Periunya pendekatan keterampilan proses dan CBSA (Cara Belaja Siswa

Aktif).

Dikembangkannya sistem belajar tuntas.

Dikembangkannya bimbingan karier sebagi bagian dari bimbingan dan

penyuluhan.

Dikembangkannya sistemm penilaian seeara menyeluruh, baik terhadap ranah

kognitif, apektif mallplln psikomotorikn

Sebagai esensi dari pembakuan kurikulllm sekolah dan madrasah ini' memuat

antara lain:

a. Kurikulum terdiri dari program inti dan program khusus.

b. Program inti dalam rangka memenuhi tujuan pendidikan sekolah dan madrasah

seeara kualitatif sama.

2' M. Ahmad dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: CV Puslaka Selia, 1998), h. 189-190.

Page 23: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

36

Ada beberapa hal yang sangat mendasar dari perbaikan kurikulum tahun 1975,

yaitu pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang

program pendidikan yang berdiri sendiri, dari Taman Kanak-kanak sampai sekolah

lanjutan tingkat atas.

Unsur barn lainnya adalah pentingnya mengembangkan kurikulum muatan

Iokal sebagai bagian dari kurikulum nasional. Pengembangan kurikulum muatan lokal

terntama tingkat pendidikan dasar, yang pelaksanaannnya didasarkan pada SK

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 04I2/U/I987. Dalam keputusan tersebut

dijelaskan pengertian muatan lokal sebagai berikut:

Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya

dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan Iingkungan budaya serta

kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah itu30

Masuknya muatan lokal dalam kurikulum nasionaI tidak mengubah esenSl

tujuan pendidikan nasional. Artinya, tujuan pendidikan nasional dan· tujuan

kelembagaan pendidikan tetap menjadi kerangka acuan bagi pelaksanaan muatan

lokal. Dengan demikian tujuan muatan lokal sifatnya memperkaya, memperluas

tujuan pendidikan yang telah digariskan dalam kurikulum nasional. Tujuan utama

masuknya muatan Iokal dalam kurikulum nasional semata-mata untuk menyelaraskan

apa yang diberikan kepada siswa dengan kebutuhan dan kondisi yang ada

didaerahnya.

30 Nana sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: SmarBarn, 1991), eet. ke-2, h. 172.

Page 24: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

37

Sebenarnya sejak diberlakukannya kurikulum 1984, madrasah mengalami

dilema, dimana di satu pihak materi pengetahuan umum bagi madrasah secara

kuantitas dan kualitas mengalami peningkatan, tapi di lain pihak penguasaan murid

terhadap ilmu pengetahuan agama, terutama seperti Bahasa Arab, menjadi serba

tanggung, karena kalau mengharapkan lahirnya figur-figur kiai atau ulama' dari

madrasah tersebut, tentu saja adalah hal yang terlalu riskan. Sementara itu pesantren

senqiri tampaknya hanya bergelut dengan ilmu-ilmu agama, sedikit sekali

memberikan dalam usaha pengembangan wawasan.

Menyadari akan hal itu, pemerintah berusaha mengupayakan terobosan-

terobosan dan usaha tersebut terealisasai dengan mendirikan Madrasah Aliyah

Program Khusus (MAPK). Pada MAPK ini dititik beratkan pada pengembangan dan

pendalaman ilmu-ilmu keagamaan dengan tidak mengenyampingkan ilmu umum

sebagai usaha pengembangan wawasan.

Pengaturan tentang penyelenggaraan MAPK mengacu kepada keputusan

Dirjen Binbaga Islam No. 47/E/1987 tanggal23 Juli 198731

Akhir dekade 1980-an dunia pendidikan Islam memasuki era integrasi32

karena lahirnya undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan

31 Ibid., h. 186

32 Sebenarnya cita-eita integrasi antara sistem sekolah dan madrasah sudah dipeJjuangkansejak dulu, misalnya saja dipeJjuangkan di Aceh. Dalam pertemuan para ulama Aceh pada bulanNovember 1967, diusulkann agar kurikulmn Sekolah Dasar dan MadraSall Ibtidaiyah diselaraskan.Pada taboo 1968 Gubernur mengeluarkan kepulusan ooluk membenluk sebuah komis~ yang bertugasmewujudkan usul yang dikemukakan dalam pertemuan ulama lersebut. Pada pelaksanaanya paniliatidak mengbasilkan pedoman praktis. Liliat Karel A. Steenbrink, op. cit., h. 225

Page 25: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

38

nasional. Berbeda dengan Undang-undang kependidikan sebelumnya, undang-undang

ini meneakup ketentuan tentang semua jalur dan jenis pendidikan. Jika pada Undang-

undang sebelumnya pendidikan nasional bertumpu pada sekolah, maka dalam

UUSPN ini pendidikan nasional meneakup jalur sekolah dan luar sekolah, serta

meliputi jenisienis pendidikan akademik, pendidikan profesional, pendidikan

kejuruan dan pendidikan keagamaan.

Meskipun seeara eksplisit Undang-undang No. 2 tahun 1989 tidak

menyebutkan ke arah orientasi pelaksanaan pendidikan nasional, khususnya

pendidikan agama, namun dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan DUD

194533

Implikasi dari UUSPN terhadap pendidikan Islam khususnya madrasah, dapat

kita lihat pada kurikulum dari semua jenjang madrasah. Seeara umum penjenjangan

itu pun paralel dengan perjenjangan pada pendidikan sekolah. Di bawah ketentuan

yang terintegrasi itu adalah:

a. Madrasah Ibtidaiyah pada dasarnya adalah Sekolah Dasar bereiri khas Islam

b. Madrasah Tsanawiyah pada dasarnyan adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

bereiri khas Islam, antara MI dan MTs kedua-duanya termasuk kategori

pendidikan dasar.

e. Madrasah Aliyah pada dasarnya adalah Sekolah Menengah Umum bereiri khas

Islam.

33 M. Arifin, Kapila Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Burni aksara, 1995), eel.ke-3, h. 133

Page 26: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

41

Sementara itu pada pasal 4 ayat 3 PP No. 28 tahun1990 tentang Pendidikan

Dasar menyatakan bahwa, SD dan SLTP yang bereiri khas agama Islam yang

diselenggarakan MI dan Mrs. Sedangkan mengenai Madrasah Aliyah disebutkan

sebagai sekolah menengah umum, sebagaimana dikemukakan pada Bab I pasal 1 ayat

6 bahwa: Madrasah Aliyah adalah Sekolah Menengah Umum yang bereiri khas

agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama.

Sebagai konsekuensi dari status dan keberadaan madrasah tersebut: madrasah

di satu pihak memiku1 tanggung jawab sebagai lembaga pendidikan umum yang sarna

dengan sekolah-sekolah umum, sedangkan pada sisi lain, madrasah memiliki

tanggung jawab sebagai lembaga pendidikan Islam. Kondisi yang demikian akan

lebih jelas bila dilihat bagaimana perbandingan antara mata pelajaran agama dengan

mata pelajaran umum pada kurikulum madrasah 1994.

Dengan posisi seperti ini, maka tanggung jawab madrasah akan jauh lebih

berat dan besar dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum yang sederajat.

Dalam rangka mewujudkan tuntutan Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah tersebut di atas, Menteri Agama telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan

mengenai l..'Urikulum madrasah tersebut, salah satu dari ketentuan itu, Menteri Agama

telah mengeluarkan ketentuan mengenai kurikulum yang berlaku seeara nasional,

berdasarkan Surat Keputusan No. 371 tahun 1993 tentaug kurikulum Madrasah

Page 27: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

42

Ibtidaiyah, No. 372 tahun 1993 tentang kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan No.

373 tahunn 1993 tentang kurikulum Madrasah Aliyah. 36

Kalau kita lihat alokasi mata pelajaran agama di madrasah adalah sangat

sedikit. Oleh karena itu jika berharap dari kurikulum muatan nasional untuk intra

kurikuler, tentu tidak akan mungkin memunculkan dri khas madrasah dengan baik

dan memiliki nilai tambah dibanding lembaga pendidikan umum yang sederajat.

TerIebih-Iebih untuk melahirkan orang-orang yang ahli dan menguasai pengetahuan

agama Islam.

Untuk menampakan ciri khas madrasah, tiap-tiap lembaga diperbolehkan

untuk mengatur sendiri kurikulumnya, yang dikenal dengan kurikulum muatan lokal,

dengan ketentuan tidak bertentangan dengan kurikulum nasional.

Kurikulum 1994 tidak selamanya mendapat tanggapan yang positif, ada

sebagian pakar pendidikan menilai bahwa kurikulum tersebut hanya diperuntukkan

untuk anak-anak yang pintar, terutama kalau kita melihat kurikulum' Sekolah

Menengah Umum, seperti diungkapkan oleh J. Drost SJ37 Sebenarnya dia juga

menganggap bahwa kurikulum 1994 sudah bagus dan tidak perIu dirubah karena

sesuai dengan tuntutan masuk ke universitas. Namun jumlah anak yang pintar hanya

sekitar 30 % dari seluruh anak SMU, bagi 70 % anak lainnya dalam penerapannya di

lapangan materi kurikuJum perIu dikurangi. Hal senada diungkapkan oleh Toenggoel

36 Hasbullah, op. cit., h. 190.

37 Kampas, edisi senin 27 Juli 1998.

Page 28: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

43

Siagian, bahwa sebaiknya kurikulum 1994 secepatnya diti~au ulang dan

disederhanakan dengan mengutamakan pel'\iaran-pelajaran untuk membentuk

kemampuan berfikir logis, berkomunikasi dan berpengetahuan umum.Selain itu

semangat pluralisme belum tercermin dalam kurikulum 1994, karena kenyatannya

kurikulum tersebut merupakan kuriinilum tunggal yang berlaku bagi seluruh murid

sekolah di Indonesia, dunia pendidikan secara umum masih belum berani

memberikan tempat pada kebhinekaan, masih menekankan pada persamaan yang

sebenamya tidak mungkin dicapai dalam pendidikan3"

Persoaian yang sangat mempengaruhi adalah kondisi rakyat Indonesia yang

sedang dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan kemampuan

mendidik jauh berkurang. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah kurikulum 1994,

khususnya untuk tingkat SMU, tidak lagi terkejar kecuali oleh sekolah-sekolah elit.

Kebanyakan sekolah tidak melaksanakan kurikulum 1994 dengan baik, tidak

mempunyai l,'Uru maupun sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan.

Dampak dari adanya krisis ekonomi itu sangat terasa oleh semua praktisi

pendidikan, terutama yang berada di kota-kota kecil atau pedesaan.

Memasuki era baru, era kebersatuan ummat manusia (globalisasi) seperti

sekarang ini, pendidikan dihadapkan kepada ragam persoalan yang makin berat.

Sementara dihadapannya, dunia sosial (masyarakat) sedang diterpa derita, yaitu krisis

moraJitas. Melalui media massa dan elektronik kita dapat memperoleh informasi

"Kompas, cdisijum'at 7 Agustus 1998.

Page 29: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

44

mengenai berbagai gejala dekadensi moral yang akhir-akhir ini sering teIjadi,

khususnya di kota-kota besar. Melihat gejala seperti itu pendidikan Islam semakin

dituntut untuk menjawab berbagai realitas kehidupan.

Page 30: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

47

tertentu dilakukan pengurangan dan penciutan pengeluaran allggaran biaya, termasuk

anggaran biaya pendidikan.

Pengembangan sekolah desa yang melljadi sarana pendidikan pemerintah bagi

penduduk pribumi, juga mengalami hambatan, sekolah-sekolah ini banyak yang

ditutup, karena selaill pemerintah kekurangan biaya juga kondisi kemiskinan rakYat.

Di sisi lain, sekolah-sekolah pemerintah yang diperuntukall mendidik tenaga

kerja bagi kebutuhall pegawai negeri (pemerintah kolonial), tidak sepenuhllya

tercapai, penerimaan pegawai negeri baru di berbagai instansi pemerintah terpaksa

dibatasi, karena pertimbangan keuangan4 Usaha pengurangan anggaran juga

dilakukan kepada sekolah-sekolah swasta.

Pemerintah kolonial Belanda seakan tidak bisa membedakan antara

kepentingan politik dan kepentingall sarana pendidikan di masa resesi ekonomi.

Barangkali m! merupakan salah satu faktor yang membedakan antara

kebijaksanaanya di awal-awal abad ke 20 yang diduga sengaJa membatasi' jumlah

sarana pendidikan karena pertimbangan deskriminatif5 dan usaha memantapkan

politik kolonialnya, dengan kebijaksanaan di masa resesi ekonomi.

4. Kondisi pelldidikan Islam

Pendidikan Islam di Indoneia mulai memperIihatkan perubahan sejak adanya

gerakan pembaharuan. Sejumlah institusi pendidikan Islam yang diselenggarakan

4 PN Balai Pustaka, op. cil., h.29

'Masyarakat pribumi sengaja tidak diberi kesempatan belajar atau hanya dibatasi pada tingkatpendidikan tertentu. Lihat: PN Balai Pustaka, op. cit., h. 30

Page 31: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

48

oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Al Irsyad, Jami'atul Khair, Persatuan

Islam dan yang lainnya, cenderung menerapkan sistem baru dan mulai meninggalkan

sistem pendidikan tradisional (langgar dan pesantren) yang mereka nilai kuno.

Madrasah dan sekolah yang mereka dirikan kebanyakan meniru model sekolah

pcmerintah, tetapi pendidikan agama tetap menjadi bagian dari materi kurikulurimya.

Hal inilah yang membedakan madrasah dan sekolah-sekolah agama dari sekolah

pemerintah.

Namun demikian, penilaian pemerintah terhadap institusi pendidikan Islam

belum beranjak dari pengaruh sentimen politik kolonialnya. Sehingga pembaharuan

yang dilakukan oleh beberapa organisasi Islam tersebut, boleh dikatakan tidak

membawa perubahan bagi peningkatan akreditasi institusi pendidikan Islam dalam

pandangan politik pendidikan kolonial Belanda. Hal ini terbukti dari adanya sejumlah

kebijaksanaan politik dan peraturan-peraturan yang dikenakan pemerintah pada

kegiatan penyelenggaraan pendidikan Islam6

Ke empat faktor di atas, belum dapat dipastikan sebagai latar belakang

didirikannya Santi Asromo, tetapi untuk melepaskan sarna sekali faktor-faktor

tersebut sebagai bagian dari latar belakang sejarah, dari berdirinya institusi ini,

tentunya agak sulit untuk menentukan secara pasti, faktor mana yang paling dominan

"Pemerinlah mengeluarkan sejumlah onlonansi untuk mengawasi pendidikan Islam. Lilla!:Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: PT. Pustaka LP3S, 1996), eet.ke-8 , h.195-199

Page 32: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

50

2. Tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah ataupun madrasah sudah tidaksejaian dengan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Menurut penilaiannya,pendidikan yang diperlukan masyarakat adalah pendidikan yang bertujuanuntuk membentuk anak menjadi orang yang berakhlak mulia, berilmu dan

'I 8terampl.

Dengan menjadikan latar belakang turunnya wahyu dan tugas-tugas ke-

Rasulan Nabi Muhammad SAW sebagai pembina akhlak yang mulia, serta pengertian

yang terkandung dalam Islam sebagai bahan acuan, ia memilih daerah Pasir Ayu

sebagai tempat yang cocok untuk menyelenggarakan pendidikan seperti yang

diinginkannya. Pasir Ayu, Majalengka, yang berlokasi di daerah perbukitan yang jauh

dari keramaian kota, diasosiasikan dengan latar belakang Gua Hira sebagai tempat

wahyu pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di tempat yang sunyi

seperti itu, pendidikan akhlak akan lebih berpengaruh dan meresap ke dalam sanubari

anak. Pendidikan akhlak merupakan unsur pendidikan yang penting, karena sejalan

dengan tugas kenabian, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan

demikian pendidikan akhlak erat kaitannya dengan inti ajaran Islam, yaitu TauhId.

Di sisi lain, ia menilai bahwa unsur adat istiadat yang berkembang di

masyarakat perlu dipelihara, dimodifikasi dan dilestarikan karena ada kaitannya

dengan latar belakang sosial budaya setempat.

Unsur budaya nenek moyang yang sudah berkembang di masyarakat sebagai

adat istiadat, mengandung unsur yang dapat dipertahankan dan perlu dilestarikan

apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Selain itu lingkungan

"H. Cholid Fadlullah, Tiga Konsep Penyelenggaraan Pendidikan, HU Angkatan Bersenjata,edisijul1l'at. 20 Mei 1994, h. 4 .

Page 33: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

50

2. Tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah ataupun madrasah sudah tidaksejaJan dengan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Menurut penilaiannya,pendidikan yang diperlukan masyarakat adalah pendidikan yang bertujuanuntuk membentuk anak menjadi orang yang berakhlak mulia, berilmu danterampil.~

Dengan menjadikan latar belakang turunnya wahyu dan tugas-tugas ke-

Rasulan Nabi Muhammad SAW sebagai pembina akhlak yang mulia, serta pengertian

yang terkandung dalam Islam sebagai bahan acuan, ia memilih daerah Pasir Ayu

sebagai tempat yang cocok untuk menyelenggarakan pendidikan seperti yang

diinginkannya. Pasir Ayu, Majalengka, yang berlokasi di daerah perbukitan yang jauh

dari keramaian kota, diasosiasikan dengan latar belakang Gua Hira sebagai tempat

wahyu pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di tempat yang sunyi

seperti itu, pendidikan akhlak akan lebih berpengaruh dan meresap ke dalam sanubari

anak. Pendidikan akhlak merupakan unsur pendidikan yang penting, karena sejalan

dengan tugas kenabian, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manus;a. Dengan

demikian pendidikan akhlak erat kaitannya dengan inti ajaran Islam, yaitu Tauhld.

Di sisi lain, ia menilai bahwa unsur adat istiadat yang berkembang di

masyarakat perlu dipelihara, dimodifikasi dan dilestarikan karena ada kaitannya

dengan latar belakang sosial budaya setempat.

Unsur budaya nenek moyang yang sudah berkembang di masyarakat sebagai

adat istiadat, mengandung unsur yang dapat dipertahankan dan perlu dilestarikan

apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Selain itu lingkungan

"H. Cholid Fadlul!ah, Tiga Konsep Pel~velenggoraan Pendidikan, HU Angkatan Bersenjata,edisijum'at, 20 Mei 1994, h. 4 .

Page 34: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

51

pendidikan yang diinginkan adalah lingkungan yang ada kaitannya dengan

kepentingan usaha meningkatkan kehidupan masyarakat, temtama di bidang sosial

ekonomi. Tempat pendidikan hams mencerminkan perpaduan antar unsUr-unsur

agama, adat istiadat dan kegiatan keterampilan praktis yang mempunyai nilai manfaat

bagi kehidupan masyarakat.

Atas dasar pemikiran dan pertimbangan tersebut sistem pendidikan pondok

pesantren hams dilengkapi sejumJah sarana penunJang untuk pendidikan

keterampilan, sebagai embrio dari sistem pendidikan pondok pesantren modem.

Lembaga pendidikan tersebut disebut Santi Asromo yang pada dasamya mempakan

sebuah komplek pendidikan terpadu antara lingkungan pendidikan agama, bengkel

kerja dan masyarakat."

Tentunya akan sangat mengagetkan, mengapa sebuah pondok pesantren tidak

mempergunakan bahasa Arab, tetapi memakai nama bahasa Kawi (Sangkrit Jawa

kuno), hal ini adalah mengandung beberapa sebab, diantaranya adalah agar

masyarakat khususnya kaum muslimin tidak mengambil begitu saja kebudayaan Arab

(kalau benar-benar bukan ajaran Islam). Hams bisa membedakan mana ajaran agama

dan mana kebudayaan Arab, keduanya agar sesuai dengan isi pendidikan dan

pengajaran pondok pesantren.

Arti atau maksud dari nama "Santi Asromo" adalah:

Santi

9 Ibid.

= Damai - luhur

Page 35: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

52

Asromo - pasraman = tempat tinggaI yang sunyi - yang sepi

Dengan demikian yang dimaksud dengan Santi Asromo adalah tempat yang

sunyi, yang jauh dari keramaian kota untuk mendamaikan dan menyelaraskan jiwa

nurani dengan mengembangkan kekuatan dan pikiran (otak). Selain itu juga sebagai

jalan untuk mencari nafkah yang halaI. IO

B. Pcndirj dan Biografinya

Pendiri lembaga pendidikan Santi Asromo adalah KH. Abdul Halim, yang

dilahirkan di Desa Sutawangi, II Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, pada

tanggal 4 Syawal 1304 H atau 26 Juni 1887. 12 Ulama besar dan tokoh pembahaman

Islam di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan dan kemasyarakatan, yang

memiliki corak khas di masanya. Nama aslinya adalah Otong Syatori. 13 Kemudian,

setelah menunaikan ibadah haji dan mukim di Mekkah, ia berganti nama menjadi

Abdul Halim. Ayahnya bemama KH. Muhammad Iskandar, p.enghulu kewedanaan

Jatiwangi dan ibunya Hj. Siti Mutmainnah binti Imam Safari. Abdul Halim adalah

anak terakhir dan delapan orang bersaudara. Ia menikah dengan Siti Murbiyah, putn

lOBuletin, op. cit., h. 4

IIA. Hafizh Anshan dkk meneatat, Abdul Halim dilahirl<an di Ciborelang, (Liha!: A. HafizhAnshari dkk, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: PT. lehtiar Barn Van Hoeve, 1997), eel. ke-4, h. 12).Begitu juga dengan Deliar Naer (Lilla!: Deliar Noer, op. cit., It 80). Sedangkan S. Wanta mencatat,Abdul Halim dilallirkan di Desa Sutawangi (Liha!: S. Wanta, KIf Abdul IIalim Iskandar danPergerakkannya, (Majalengka: PB PUI, 1986), h. 1 dan lihat juga Taufiq Halim, Buletin, (Slawi,1992), h. 1.

l2A. Hafizh Anshori dkk mencatat, Abdul Halim lahir talmn 1887 (Liha!: A. Hafizh Anshondkk lac. cit.).Begitu juga S. Swanta (Liha!: S. Wanta, lac. cit.) dan Deliar Noer (Liha!: Deliar Noer, laccit). Sedangkan Taufiq Halim menulis, Abdul Halim lahir taboo 1889 (LilJa!: Taufiq Halim, lac. cit.).

l3 S. Wanta. op. cit., h. 2. Lihatjuga A. Hafizh Anshan, lac. cit.

Page 36: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

53

KH. Mohammad I1yas, pejabat Hoofd penghulu Landraad Majalengka (sebanding

dengan kepala Kantor Departemen Agama kabupaten sekarang). Ia sejak kecil sudah

tidak mendapat belaian kasih sayang ayahnya, karena meninggal dunia sewaktu ia

masih kanak-kanak. 14

Abdul Halim mendapat pendidikan agama sejak kecil. Pada usia sepuluh

tahun ia sudah belajar membaca AI Qur'an, kemudian menjadi santri pada beberapa

orang kiai di berbagai daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah sampai mencapai usia 22

tahun. Kiai yang pertama kali didatanginya ialah KH. Anwar di pondok pesantren

Ranji Wetan, Majalengka. Kemudian berpindah-pindah dan satu pesantren ke

pesantren antara satu sampai dengan tiga tahun. Tercatat beberapa kiai lain yang

menjadi gurunya, antara lain KH. Abdullah di pesantren Lontang Jaya, Desa Panjalin,

Kecamatan Leuwimunding, Majalengka; KH. Sujak di pesantren Bobos, Kecamatan

Sumber, Cirebon; KH. Ahmad Soban di pesantren Ciwedus, Kecamatan Cilimus,

Kuningan; KH. Agus di pesantren Kedungwangi, Pekalongan, Jawa Tengah;

kemlldian kembali lagi ke pesantren Ciwedlls. 15 Di sela-sela kehidupan pesantren

Abdul Halim menyempatkan diri berdagang, seperti berjualan batik, minyak wangi

dan kitab-kitab pelajaran agama. 16 Peng~laman dagang ini mempengaruhi langkah­

langkahnya kelak dalam upaya memperbaharui sistem ekonomi masyarakat pnbumi.

'4 Ibid

l5 Ibid

16 A. Hafizh Anshari dkk, op. cit., h. 13

Page 37: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

54

Pada tahun 1908 (usia 22 tahun) Abdul Halim berangkat ke Mekkah untuk

menunaikan ibadah haji dan mendalami ilmu agama. Ia bermukim di sana selama tiga

tahun. Pada kesempatan ini ia mengenal dan mempelajari tulisan-tulisan Jamaluddin

al Afgani dan Syeh Muhammad Abduh. Untuk mendalami pengetahuan agama di

sana, ia belajar kepada Syeh Ahmad Khatib (imam dan khatib Mesjidil Haram) dan

Syeh Ahmad Khayyat. Ketika di sana pula ia bertemu dengan KH. Mas Mansyur dari

Surabaya (tokoh Muhammadiyah) dan KH. Abdul Wahab Hasbullah (tokoh

Nahdlatul U1ama). Pada tahun 1911 ia kembali ke Indonesian

Disamping menguasai bahasa Arab, ia juga mempelajari bahasa Belanda dari

Van Houven (salah seorang dari Zending Kristen di Cideres, Majalengka) dan bahasa

Cina dari orang Cina yang bermukim di Mekkah. Dengan pengalaman pendidikan

dan tukar pikirannya dengan para tokoh besar, baik di luar maupun di dalam negeri,

Abdul Halim semakin mantap dan teguh dalam prinsip. Ia tidak mau bekerja sarna

dengan pihak kolonial. Ketika oleh mertuanya ditawari menjadi pegawai pen1erintah,

ia menolaknya.

Sekembalinya dari Mekkah, dengan berbekal semangat juang dan tekad yang

kuat, ia mulai melakukan perbaikan untuk mengangkat derajat masyarakat, sesuai

dengan hasil pengamatan dan konsultasinya dengan beberapa orang tokoh di Jawa.

Usaha perbaikan ini ditempuhnya melalui jalur pendidikan (at Tarhzyah) dan

penataan ekonomi (allqtishadzyah).

11 Deliar Noer, lac. cit. Lihatjuga S. Wanta, op. cit., 11.3.

Page 38: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

55

Dalam merealisasikan cita-citanya, untuk pertama kalinya Abdul HaEm

mendirikan Majlis llmu (1911), pada tahun berikutnya (1912) ia mendirikan

perkumpulan bernama "Hayatul Qulub". Melalui lembaga ini ia mengembangkan ide

pembaharuan pendidikan, juga aktif dalam bidang sosial ekonomi dan

kemasyarakatan. Anggota perkumpulan ini terdiri atas para tokoh masyarakat, silOtri,

pedagang dan petani.

Langkah-Iangkah perbaikannya meliputi delapan bidang perbaikan yang

disebut dengan lshlah as Tsamaniyah, yaitu: lshlah al Aqidah (perbaikan bidallg

Aqidah), lshlah allbadah (perbaikan bidang ibadah), Ishlah at Tarbiyah (perbaikan

bidang pendidikan), lshlah al A 'ilah (perbaikan bidang keluarga), lshlah al 'Adah

(perbaikan bidang kebiasaan), Ishlah al Mujtama' (perbaikan masyarakat), Ishlah al

Iqtishad (perbaikan bidang perekonomian) dan lshlah al Ummah (perbaikan bidang

jghubllngan ummat dan tolong menolong).

Usaha yang dilakukannya sedikit demi sedikit dapat memperbaiki keadaan

masyarakat, khllsusnya masyarakat kecil. Melihat kemajllan dan hasil yang telah

dicapainya, pemerintah kolonial Belanda mulai menaruh curiga. Secara diam-diam

pemerintah kolonial mengutus polisi rahasia yang disebut Politiek Inlichtingen Dienst

(PID) untuk mengawasi gerakan Abdul Halim dan setiap orang yang dicurigai. Pada

tahun 1915 organisasi Hayatul Qulub dibubarkan karena dinilai oleh pemerintah

J' Chalid Fadlllllah, op. cit., edisi 13 dan 16 Mei 1994, h. 4

Page 39: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

57

masing. Selain itu ia juga mendirikan yayasan anak yatim piatu yang diselenggarakan

oleh Fathimiyah, bagian dari wanita dari organisasi tersebut, yang didirikan pada

tahun 193021

Dalam suatu kongres Persyarikatan Ulama di Majalengka, Abdul HaHm

mengusulkan agar sebuah lembaga didirikan yang akan melengkapi pelajaran­

pelajarannya bukan saja dengan berbagai ilmu pengetahuan agama dan ilmu

pengetahuan umurn, tetapi juga dengan kelengkapan-kelengkapan bernpa pekerjaan

tangan, perdagangan dan pertanian, bergantung dari bakat masing-masing. Ia

memandang perlu memberikan bekal keterampilan kepada anak didik agar kelak

dapat hidup mandiri tanpa harns bergantung pada orang lain atau menjadi pegawai

pemerintah. Ide ini direalisasikannya dengan mendirikan sekolah atau pesantren kerja

bernama Santi Asromo pada bulan April 1932, yang bertempat di Desa Pasir Ayu,

Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Selain bidang pendidikan, Abdul HaIim

juga memperluas usaha bidang dakwah. Inti dakwahnya adalah mengi.Jkuhkan

ukhuwah Islamiyah dengan penuh cinta kasih, sebagai usaha menampakkan syiar

Islam, guna mengusir penjajahan.

Perlu juga dikemukakan bahwa Persyarikatan Ulama secara resmi berpegang

teguh pada mazhab Syafi'i dan menganut faham Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Abdul

Halim memang tidak pemah menyingkirkan mazhab iill. Tetapi ia mempunyai

hubungan yang erat pula dengan lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh

2) Deliar Noer. op. cit., h. 82

Page 40: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

58

kalangan para pembaharu, malah lebih erat lagi dibandingkan dengan hubungannya

dengan kalangan tradis. Ia tidak pula menolak untuk mengambil contoh lembaga­

lembaga pendidikan bukan Islam, seperti yang dialcuinya, Shantiniketan kepunyaan

Tagore, untuk memperbaiki sekolahnya sendiri. Santi Asromo memang

memperlihatkan pendapat Abdul Halim bahwa Islam tidak menghendaki seorang

muslim semata-mata mengejar akhirat saja dengan mengabaikan dunia22 Memang

Santi Asromonya mencerminkan perpaduan antara aspek-aspek duniawi dan rohani

dari keperluan manusia.

Pada tahun 1942 ia mengubah Persyarikatan Ulama menjadi Perikatan Ummat

Islam, yang kemudian pada tanggal 5 April 1952 melakukan fusi dengan Persatuan

Ummat Islam Indonesia (PUll), menjadi"Persatuan Ummat Islam" (PUI), yang

berkedudukan di Bandung23

Aktifitas Abdul Halim selain membina organisasi Persatuan Ummat Islam

(PUI), ia aktif berperan dalam berbagai kegiatan politik menentang pemerintahan

koloniaL Pada tahun 1912 ia menjadi pimpinan SI cabang Majalengka. Pada tahun

1938 ia diangkat menjadi pengurus Majlis Ulama yang didirikan oleh SI bersama­

sarna dengan KH.M. Anwaruddin dari Rembangan dan KH. Abdullah Siradj dari

Yogyakarta. Ia juga menjadi anggota pengurus MIA! (Majlis Islam A'la Indonesia)

yang didirikan pada tahun 1937 di Surabaya. Pada tahun 1943, setelah MIA! diganti

22 Pemikiran Abdul Halim iui berdasarl<an QS. 28: 76-82. Lihat: Deliar Noer, op. cit., h. 84

23 Buletin, Sejarah Singkat Persatuan Vmmat Islam (pVl), (Jakarta: PB. PUI, 1999), h. 7

Page 41: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

59

dengan Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia), ia menjadi salah seorang

pengurusnya. Ia juga termasuk anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI atau Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai) pada tahun

1945, anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dan anggota Konstituante

pada tahun 195524 Di kalangan teman-temannya ia dikenal sebagai orang yang

sederhana, pengasih dan mengutamakan jalan damai dalam menyelesaikan persoalan

dari pada melalui kekerasan (jalan kasar).

Dari sekian banyak aktifitas yang dilakukan oleh KH. Abdul Halim

tampaknya kegiatan di Santi Asromo merupakan puneak dari eita-eita pendidikan

Islam, yang menurut pemahamannya coeok untuk kebutuhan masyarakat waktu itu.

Dan agaknya tidak mengherankan kalau sejak menderita sakit (sekitar tahun 1956), ia

masih tetap bertahan di sana hingga akhir hayatnya. Dan setelah memimpin Santi

Asromo selama 30 tahun, akhirnya pada tanggal 725 Mei 1962.

Atas jasa-jasa Abdul Halim dalam pelJuangannya pemerintah

menganugerahkan kepada beliau :

I. Diangkat sebagai perintis kemerdekaan dengan keputusan menteri sosial nomor :

pol 137/ 6I1PK. Tgl II Oktober 1961.

24 A. Hafizh Anshan dkk, lac. cit., lihatjnga Taufiq Halim, op. cit., h.2.

25 Dcliar Nocr mcneata!, Abdul Halim mcninggal pada tanggal 7 Mci 1962, SedallgkallPcngurus Santi Asromo dalam bulctill "Sejarah Singkat Santi Asrama" mcnea!a!, Abdul HalimmCllinggal pada tallggal 8 Mci 1962.

Page 42: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

60

2. Bintang Maha Putera, dengan keputusan Presiden RI No. 048/TKlI992. Tgl 09

November 199226

C. Lokasi dan Geografi

Komplek Santi Asromo berada di atas sebuah bukit dikaki gunung Ciremai

sebelah barat pada ketinggian kira-kira 600 meter dari permukaan laut. Tempat

tersebut termasuk Desa Pasir Ayu, Keeamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka.

Jarak antara pusat kota M~alengka dengan komplek Santi Asromo kira-kira 16 kilo

meter. Jarak dan jalan raya Pagaraji (desa tetangga) kira-kira 2,5 KM dan ditempuh

dengan kendaraan "ojeg".

Pendin Santi Asromo menemukan daerah Pasir Ayu setelah usaha. peneanan

kebeberapa tempat di sekitar pusat kota Majalengka (yang waktu itu merupakan pusat

kegiatan Persyarikatan Dlama) dilakukan, ternyata semuanya tidak coeok dengan

keinginan yang diharapkannya. Dengan berbe!caI pemahaman tentang hijrah

RasuluIIah ke Madinah, akhimya Abdul Halim menemukan tempat yang eukup jauh

dari kota Majalengka dan melakukan perjalanan ke Desa Pasir Ayu dengan tekad dan

niat yang kuat, walaupun usaha tersebut dilakukan dengan susah payah.

Meskipun seeara geografis letak komplek ini eukup jauh dari Majalengka (ibu

kota kabupaten), tetapi hal ini tampaknya tidak menjadikan tempat ini sebagai daerah

26 Taufiq Halim, op. cil., h. 3.

Page 43: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

61

yang terisolasi di tempat terpencil. Di sekitamya terdapat tujuh buah desa, yaitu: 1.

Pagaraji, 2. Cicalung, 3. Ciomas, 4. Padahanten, 5. Heubeulisuk, 6. Sindang dan 7.

Garawastu, sebagai desa tetangga yang letaknya tidak begitu jauh dari komplek Santi

Asromo.

Santi Asromo memiliki tanah yang cukup luas, luas tanah komplek Santi

Asromo kira-kira 15 hektar, dari 15 hektar tersebut yang ditempati bangunan hanya

sekitar 3,5 hektar-an, selebihnya masih berupa kebun atau hutan yang ditanami buah-

buahan dan pohon lainnya yang bisa diambil manfaatnya27

Kondisi masyarakat di sekitar komplek Santi Asromo rata-rata scbagai petarn

penggarap sawah dan kebun. Walaupun mereka sebagai petani, namun mereka taat

dalam menjalankan ajaran agamanya (Islam). Hal ini sangat membantu proses

perkembangan Santi Asromo.

D. Pel'kembangan Santi Asromo

Ketika Santi Asromo didirikan, masyarakat memandang sebagai sesuatu yang

asmg, bukan saja karena lokasinya yang terletak ditengah hutan tetapi juga karena

cara penyelenggaraan pendidikan yang berbeda dengan cara-cara yang dipakai di

madrasah atau pesantren pada waktu itu. Namun akhimya pandangan tersebut

berangsur-angsur hilang setelah mereka menyaksikan sendiri bahwa para santri yang

21 Wawancara pribadi dengan bapak Mohammad Chozin Sag. (Guru dan pcngnrus KopcrasiSanti Asromo). tanggal 14 November 2000.

Page 44: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

62

te!ah mendapat pendidikan di Santi Asromo dapat hidup mandiri, berguna bagi

masyarakat sekitamya serta sesuai dengan tuntutan zaman.

Demikian pula pemerintah Belanda ketika itu memandang dengan sikap

curiga, terntama ditujukan kepada pendirinya. Mereka melakukan pengawasan secara

ketat karena merasa khawatir dengan adanya Santi Asromo di tempat terpencil itu

2~bermaksud menyusun kekuatan untuk mengadakan pemberontakkan.

Nama Santi Asromo dulu sangat menggema dan dikenal oleh masyarakat,

namun sedikit demi sedikit mulai memudar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya: I. Dulu santrinya diharnskan dan wajib tinggal di asrama selama lima

atau sepuluh tahun, menurnt jenjang sekolah yang mereka ikuti (SMP atau SMU), 2.

Rata-rata umur santri dulu sudah mencapai tingkat dewasa, sehingga cara

beriikirnyapun lain jika dibandingkan dengan santri-santri sekarang yang rata-rata

umurnya masih kanak-kanak atau remaja, 3. Kurangnya tenaga ahli dan kurangnya

sumber dana, 4. Seteiah wafatnya KH. Abdul Halim, pendidikan di Santi Asromo

sepenuhnya diserahkan kepada anak-anaknya, mereka tidak dapat mencurahkan

perhatian sepenuhnya kepada Santi Asromo, karena tugas kerja dan tempat tinggalnya

jauh dari Santi Asromo dan apalagi belakangan ini sebagian besar mereka sudah

meninggal. 29Kendatipun demikian Santi Asromo akan terns melanjutkan dan terns

meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan kemampuan yang ada.

2' Wawancara pribadi dcngan bapak S. Wanta (tokoh Illasyamkat dan Sekretaris I DewanPenasehat PB. Persatuan Ulllmat Islam), tanggal 25 April 2000

29 Wawancam dengan bapak Moh. Shijallluddin BA. (Kepala SMU Pmkarya Santi Asrolllo),tanggal 27 April 2000

, .

Page 45: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

--_-'."M "'MPERPusrAKAAN UTAMA

UIN SYAHID JAKARTA

63

Pada awalnya Santi Asromo hanya memiliki Madrasah 1btidaiyah selain

pesantren, kemudian untuk meresponi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan

pendidikan didirikanlah sekolah lanjutan tingkat pertama dengan nama Sekolah

Menengah Pertama Prakarya pada tahun 1962.

SMP Prakarya ini didirikan oleh 1bu Fatimah Halim dan KH. Abdul Kohar.

Diakui Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa

Barat Nomor: SKA 329/SET/BDfUKK/SMP/69, tanggal 20 Pebruari 1969 serta akte

notaris Nomor: 04/1968 Cirebon - notaris Oetomo Martohadidjaja SH dengan luas

tanah 3888 M2 dan NOS B20102001 tanggal 23 Pebruari 1983 dengan Surat

Keputusan Nomor: 108/CIKEP/I. 1983.

Kemudian pada tahun 1992, Yayasan KH. Abdul Halim mendirikan sekolah

lanjutan tingkat atas dengan nama Sekolah Menengah Umum Prakarya yang

diikrarkan oleh KH. Taufiq Halim dan KH. Cholid Fadlullah SH, dengan izin

operasional Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor: 402/102/KEP/E.93 tanggal 20 Juli 1993 serta Akte Notaris Nomor: 04/1968

Cirebon - noatris Oetomo Martohadidjaja SH tanggal 23 Pebruari 1983 dengan luas

tanah 3000 M2 dan NOS: 20104001 serta NSS: 302021609024.

Page 46: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

63

terus melanjutkan dan terus meningkatkan mutu pendidikan sesua! dengan

kemampuan yang ada.

Pada awalnya Santi Asromo hanya memiliki Madrasah Ibtidaiyah selain

pesantren, kemudian untuk meresponi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan

pendidikan didirikanlah sekolah lanjutan tingkat pertarna dengan nama Sekolah

Menengah Pertama Prakarya pada tahun 1962.

SMP Prakarya ini didirikan oleh Ibu Fatimah Halim dan KH. Abdul Kohar.

Diakui Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa

Barat Nomor: SKA 329/SETIBDIUKKlSMP/69, tanggal 20 Pebruari 1969 serta akte

notaris Nomor: 04/1968 Cirebon - notaris Oetomo Martohadidjaja SH dengan luas

tanah 3888 M2 dan NDS B20102001 tanggal 23 Pebruari 1983 dengan Surat

Keputusan Nomor: 108/C/KEP/I. 1983.

Kemudian pada tahun 1992, Yayasan KH. Abdul Halim mendirikan sekolah

lanjutan tingkat atas dengan nama Sekolah Menengah Umum Prakarya yang

diikrarkan oleh KH. Taufiq Halim dan KH. Cholid Fadlullah SH, dengan izin

operasional Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor: 402/102/KEPIE.93 tanggal 20 Juli 1993 serta Akte Notaris Nomor: 04/1968

Cirebon - noatris Oetomo Martohadidjaja SH tanggal 23 Pebruari 1983 dengan luas

tanah 3000 M2 dan NDS: 20104001 serta NSS: 302021609024.

Page 47: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

BABIV

PELAKSANAAN PENDIDIKAN DI SANTI ASROMO

A. Organisasi

Sebagai sebuah organisasi, pondok pesantren Santi Asromo atau lebih dikenal

dengan Balai Pamulangan Santi Asromo, terdiri dari beberapa bagian, yang secara

struktural, satu sarna yang lainnya saling berhubungan.

Struktur kelembagaan Balai Pamulangan Santi Asromo mengalami

perubahan, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan organisasi sendiri.

Perubahan yang paling mendasar adalah bahwa Santi Asromo kini tidak lagi berada

dalam struktur Persyarikatan Ulama (sekarang Persatuan Ummat Islam) dan saat ini

berdiri sendiri dengan struktur tersendiri pula. Hal ini dapat kita amati dari latar

belakang sejarah dan perkembangannya. Dengan berdirinya Yayasan I KH. Abdul

Hal im, maka terkesan Santi Asromo mempunyai status otonom dan keterik<\tannya

dengan Persatuan Ummat Islam (PUI) semakin longgar.

Dibandingkan dengan proses awal hingga ke masa perkembangan selanjutnya,

tampak ada perubahan berupa gerak menjauh, dalam hubungan antara Santi Asromo

dengan Persatuan Ummat Islam (Pill) sebagai organisasi induknya. Perubahan serupa

itu sekurang-kurangnya akan dapat memberi kesan, bahwa status Santi Asromo

sebagai proyek percontohan Pill semakin kabur.

1 Pada awalnya, Santi Asromo bukan mernpakan yayasalL Hal ini sebagai akibat dari rezimOrde Barn yang mengbarnskan setiap sekolab alan lembaga pendidikan swaSla berada <Ii bawabyayasan.

64

Page 48: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

65

Dengan adanya perubahan status iill meillmbulkan dampak bagi kelangsungan

Santi Asromo, baik itu dampak yang positif maupun dampak yang negatif Salah satu

dampak negatif adalah bahwa tidak ada lagi perhatian yang serius dari PUI kepada

Santi Asromo baik itu berupa finansial maupun spiritual.

B. Sistem.

Sejak didirikan, Santi Asromo sudah menerima Santri campuran, yaitu santri

laki-Iaki dan santri wanita. Dan menerapkan sistem kaeduksi, walaupun pada awalnya

masih bclum dapat diterima pengikutnya2

Selain menerapkan sistem pengajaran kaeduksi, Santi Asromo memakai

metode demonstrasi dan pengajaran situasi. Melalui metode demonstrasi, tampaknya

Santi Asromo berusaha membuka diri dengan memberi peluang kepada tenaga

pengajar dari luar untuk ikut berpartisipasi dalam bidang pengajaran khusus yang

gurunya belum tersedia.

Kemudian pengajaran situasi yang bertitik tolak dari penghayatan suatu

keseluruhan hidup (situasi) yang dipelajari oleh murid dan guru bersama-sama,

dengan cara memberi kesempatan yang seluas-Iuasnya kepada murid untuk

mengembangkan cara berfikir dan berkreasi dengan menggunakan ekspresi sendiri.

Adanya pelaksanaan pengajaran dengan menggunakan keIja kelompok, resitasi

(pemberian tugas), pengelolaan koperasi, serta bimbingan kepada masyarakat yang

2 Deliar Noer, op. cit., h. 81

Page 49: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

66

diterapkan di Santi Asromo setidak-tidaknya sejalan dengan pengajaran situasi. Para

santri bersama-sama dengan hamong mereka yang bertindak sebagai pembimbing,

didekatkan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Diharapkan dari eara

itu, agar para santri menjadi semakin peka terhadap keadaan dan perikehidupan

masyarakat.

C. Kurikulum

Untuk meneapai tujuan pendidikan Santi Asromo, menurut Abdul Halim,

maka materi pelajaran yang ideal adalah materi pelajaran yang memuat aspek-aspek

dari kebutuhan manusia untuk kehidupan di dunia dab di akhirat. Aspek-aspek

tersebut meliputi: I. Aspek agama, 2. Aspek sosial, 3. Aspek ilmu pengetahuan dan

4. Aspek kesehatan. Ke empat aspek dimaksud harus dapat difungsikan seeara praktis

bagi kemanfaatan hidup di masyarakat 3

Berdasarkan konsep di atas, Santi Asromo meneoba mengaplikasikannya

dalam bentuk kurikulum. Sebagai sehuah lembaga pendidikan yang memiliki

madrasah dan sekolah, Santi Asromo selain memiliki kurikulum tersendiri juga

mengikuti kurikulum dari pemerintah. Kurikulum Taman Kanak-kanak dan Madrasah

Ibtidaiyah memaki kurikulum Departemen Agama, karena keduanya berada di bawah

Departemen Agama. Sedangkan untuk SMP dan SMU karena berada di bawah

3 Jalaluddin, op. cit., h. 134

Page 50: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

67

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan

NasionaI), maka kurikulumnya dari Departemen Pendidikan Nasional.

Walaupun masing-masing tingkat atau jenjang pendidikan di Santi Asromo

berbeda dalam induk institusi (Departemen Agama dan Departemen Pendidikan

NasionaI), namun di dalamnya seolah-olah tidak ada perbedaan. Dalam kurikilum

TK dan MI muatan pelajaran umum seimbang dengan muatan pelajaran agama,

begitu juga dengan kurikulum SMP dan SMU yang memasukkan sejumlah mata

pelajaran agama ke dalamnya, yakni: AI Qur'an Hadits, Bahasa Arab, Fiqih, Aqidah,

Hadits Akhlaq dan Sejarah Kebudayaan Islam.

Adanya sejumlah mata pelajaran yang dimasukkan ke dalam kurikulum

masing-masing, nampaknya Santi Asromo ingin mempertahankan eksistensinya

sebagai lembaga pendidikan Islam dan terus meningkatkan perannya dalam

meresponi tuntutan dan perubahan zaman.

D. Hubullgall Guru dengan Murid

Dalam kaitan dengan tugas-tugas institusionalnya, Santi Asromo secara jelas

menempatkan para pelaksana pendidikan pada fungsi sebagai pengajar dan

pembimbing. Sejalan dengan fungsi tersebut, para pendidik disebut hamong juga

mengemban tugas-tugas keagamaan. Dengan demikian secara garis besamya tugas

hamong di Santi Asromo merangkum tiga macam tugas yang terpadu dalam tugas

sebagai guru, orang tua, dan agamawan.

Page 51: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

69

Suasana hidup seperti keluarga antara anak didik dan hamong ini dikarenakan

Santi Asromo membangun sarana untuk hal tersebut dalam satu komplek. Untuk anak

didik laki-Iaki disediakan asrama putera yang disebut dengan Wismo Prio Nandito

dan untuk anak didik wanita disediakan asrama puteri yang disebut dengan Wismo

Rini. Selain itu untuk para hamong juga disediakan rumah. Dan kebanyakan dari para

hamong bertempat tinggal di komplek Santi Asromo.

Lebih jauh dapat dilihat bahwa adanya perpaduan antara sistem hamong dan

sistem pendidikan selama 24 jam ikut memberi kemungkinan bl!gi Santi Asromo

untuk membentuk lingkungannya sebagai perpaduan antara kehidupan keluarga,

sekolah dan masyarakat. Keterpaduan seperti itu setidak-tidaknya akan menempatkan

para hamong untuk mengemban tugas sebagai pendidik dan pengajar, yang sekaligus

juga adalah sebagai pengasuh santri tanpa melupakan kedudukan mereka (hamong)

sebagai pendidik.

E. Hambatan dan Tantangan

Setiap perjalanan pasti terdapat rintangan dan hambatan, begitupun dengan

perjalanan Santi Asromo yang tidak selamanya mulus dan lancar. Yang sejak awal

berdiri Santi Asromo sudah mendapat rintangan dari sana sini, karena untuk

menampakkan sesuatu yang belum ada sebelumnya banyak kecurigaan dari

masyarakat setempat. Namun semua itu dapat dihadapi atas keberanian serta

kesabaran pendiri serta para santrinya.

Page 52: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

70

Dalam perjalanannya, Santi Asromo dihadapkan pada berbagai masalah

sejalan dengan perkembangan dan kondisi di sekelilingnya. Secara makro, pendidikan

adalah sebagai proses kebudayaan, karenanya pendidikan tidak mungkin mengisolasi

dirinya dari perkembangan dan transformasi, baik secara kultural, sosial maupun

struktural.

Dalam perspektif fungsional, bahwa masyarakat merupakan kesatuan sistem

saling tergantung dan berhubungan. Dengan demikian, pendidikan dituntut

melakllkan penyesuaian tems menems dengan perkembangan masyarakat4

Kondisi masyarakat akhir-akhir ini adalah adanya pergeseran pandangan

terhadap pendidikan seiring dengan tuntlltan masyarakat (social demalld) yang

berkembang dalam skala yang lebih makro. Kini, masyarakat melihat pendidikan

tidak lagi dipandang hanya sebagai bentuk pemenllhan kebutllhan terhadap perolehan

pengetahllan dan keteramplian dalam konteks waktu sekarang.

Di sisi lain, pendidikan dipandang sebagai bentllk investasi, baik modal

mallplln manllsia (humall and capital investmen) lIntllk membantll meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan sekaligus mempunyai kemampuan prodllktif di masa

depan yang diukur dari tingkat penghasilan yang diperolehnya.

Saat ini masyarakat sudah mulai selektif dalam memilih lembaga pendidikan

dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguman tinggi. Pembahan demikian

merupakan akibat dari rangkaian perubahan yang terjadi dalam skala makro. Artinya,

., A. Malik Fadjar. Reorienlasi Pendidikan Islam. (Jakarta: Fajar Dunia. 1999). cct. I, h. 75.

Page 53: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

71

perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dalam bidang yang lain mempengaruhi

pula pandangan dan pilihan masyarakat terhadap pendidikan. luilah yang disebut

masyarakat sebagai kesatuan sistem.5

Kondisi serupa dialarni oleh masyarakat di sekitar Santi Asromo. Sebagian

memandang bahwa pendidikan keterampilan yang pemah sukses dulu, perlu

dikembangkan lagi disesuaikan dengan perrnintaan pasar.

Untuk menjawab keinginan masyarakat, pada tataran praktis Santi Asromo

mengalami hambatan. Dan secara lebih luas mengalami hambatan terhadap

perkembangan Santi Asromo. Karel A. Steenbrink menyebutkan bahwa hambatan

yang menimpa Santi Asromo dikarenakan:

I. Penilaian yang agak rendah terhadap pendidikan keterampilan praktis danpenghargaan yang tinggi terhadap pendidikan yang mengarah kepadapekerjaan halus. Ide yang dilontarkan oleh pendirinya terlalu sederhana danhanya cocok untuk masyarakat yang secara industrial belum berkembang.Kemudian ide tersebut tidak dapat diwujudkan dalam kurikulum, karena matapelajaran keterampilan makin lama makin dikurangi.

2. Keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum resmi pemerintah(Departemen Agama atau Departemen Pendidikan dan Kebudayaan),diperlukan untuk mendapat pengakuan resmi bagi izajah yang dikeluarkan danbantuan pemerintah.

3. Cukup banyak anggota yang terjun kebidang politik, sehingga menjadirintangan dalam mengembangkan kegiatan pendidikan6

Selain hal tersebut, masih banyak hambatan yang dirasakan dan sangat

mempengaruhi perkembangannya, diantaranya:

I. Tidak lancamya transfortasi yang menuju komplek Santi Asromo.Sebagaimana telah disebutkan bahwa letak Santi Asromo adalah di atas

, Ibid, h. 76-77

6 Karel A Steenbrink, op. cit., 75-76

Page 54: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

72

sebuah bukit yang jauh dari keramaian, jarak dari jalan raya menuju komplekkira-kira 2,5 kilo meter dan ditempuh dengan kendaraan beroda dua "ojeg"

2. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola Santi Asromo.3. Kurangnya sumber dana.4. Kurangnya perhatian dari pemerintah setempat (Majalengka)7

Itulah sekelumit persoalan yang dihadapi oleh Santi Asromo dari sekian

banyak persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pada umumnya.

F. Kemungkinan Jalan Keluar

Untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan,

khususnya pendidikan Islam, para praktisi pendidikan telah berupaya semaksimal

mungkin untuk menemukan jalan keluarnya, baik itu melalui loka karya, seminar,

penelitian maupun yang lainnya. Namun semua itu belum sepenuhnya membuahkan

hasil yang memuaskan, masih banyak persoalan mendasar yang belum diselesaikan

secara tuntas, hal ini disebabkan banyaknya rumusan serta penafsiran yang

dilontarkannya.

Oleh karena itu, pendidikan Islam dihadapkan pada ketidakjelasan orientasi

kultur, seperti belum diselesaikannya hubungan Islam dengan modernitas. Apakah

pendidikan Islam mgm lebih menampilkan watak tradisionalnya dengan

mengidealisasikan masa lalu, seraya mengkritik pendidikan modern karena

dianggapnya berbau' sekuler ? Atau ingin lebih menampilkan watak yang lebih

pragmatis dan progresif, seraya mengecam orientasi pendidikan yang cenderung

7 Wawancara dcngan bapak Moh. Shijamuddin (Kepala SMU Prakarya Santi Asromo),tanggal 14 Nov 2000.

Page 55: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

73

tradisionalistik dengan memuja pendidikan modem ?-"Dengan hanya menyebut dua

bidang persoalan fundamental tersebut, sudah bisa dijadikan kerangka hipotesis

dalam menilai kemampuan pendidikan Islam dalam memposisikan dan memerankan

dirinya di masa depan.

Sebetulnya sejak berdiri, Santi Asromo termasuk gerakan yang bersifat

modernis dengan tanpa mengabaikan adat istiadat yang ada. Dengan hal tersebut,

Santi Asromo lebih bisa diterima masyarakat dan dapat bertahan sampai sekarang.

Berbagai upaya telah dilakukan Santi Asromo untuk menghadapi berbagai

hambatan dan tantangan yang menimpanya, diantaranya:

I. Melakukan pembenahan dalam hal manajemen organisasi

2. Menjalin kerja sarna dengan pihak-pihak terkait atau para donatur

3. Menjalin hubungan baik dengan pemerintah.

4. Memperbaiki jalan yang menuju komplek Santi Asromo'"

Upaya yang dilakukan tersebut belum sepenuhnya berhasil, karena . luasnya

persoalan yang dihadapi dan saling terkait satu sarna lainnya.

, Ibid, h. 80

'Wawancara dcngan bapak Moh. Shijalllnddin, tanggal 14 Nov 2000

Page 56: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:'

1. Santi Asromo merupakan sebuah lembaga pendidikan yang didirikan pada awal

abad 20 tepatnya pada tahun 1932 oleh KH. Abdul Halim, di atas sebuah bukit di

Desa Pasir Ayu, Keeamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, berusaha untuk

meresponi kebutuhan masyarakat setempat pada waktu itu. Pendidikan pesantren

maupun sekolah pemerintah sudah tidak coeok lagi dengan kebutuhan

masyarakat, berdasarkan kondisi tersebut KH. Abdul Halim mempunyai ide

untuk mendirikan sebuah lembaga yang memberikan ilmu pengetahuan agama,

ilmu pengetahuan umum serta memberikan bekal keterampilan untuk hidup di

tengah-tengah masyarakat seeara fungsional dan mandiri.

2. Santi Asromo telah banyak berperan dalam pengembangan pendidikan Islam,

khususnya di Majalengka. Berbagai upaya pembaharuan dilakukannya,

diantaranya: sistem, kurikulum, pelaksana, status kelembagaan dan yang lainnya

yang berkaitan dengan proses pendidikan. Pembaharuan yang dilakukannya

eenderung bersifat akomodatif dari berbagai pembaharuan yang telah dilakukan

oleh beberapa organisasi sebelumnya.

3. Sepeninggal KH. Abdul Halim dan situasi yang mengitarinya --dalam hal ini

pengaruh perpolitikan Orde Baru --, Santi Asromo mengalami tantangan sebagai

74

Page 57: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

75

akibat dari bergulirnya arus modernitas dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, nampaknya peIjalanan yang ditempuhnya mengikuti arus yang ada.

Meskipun Santi Asromo mengalami tantangan bahkan hambatan, namun tetap

berupaya untuk meneruskan ide pembaharuan serta meresponi kebutuhan

masyarakat dengan kemampuan yang ada. Dan saat ini Santi Asromo memiliki

jenjang pendidikan dari mulai Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah

Umum, selain pondok pesantren yang terus dikembangkannya.

Gema Santi Asromo tidak lagi seharum di awal berdirinya, namun demikian

eksistensinya masih tetap nampak sebagai sebuah pilot proyek pendidikan yang

telah melahirkan berbagai ide pembaharuan di Indonesia, khususnya di

Majalengka. Dan peranannya tidak bisa dipandang sebelah mata, karena

disamping sebagai organisasi pendidikan juga mengembangkan bidang dakwah.

Masih sering terdengar ungkapan dari para praktisi pep..didikan, bahwa kalau kita

pergi ke daerah Majalengka tidak "mampir" di Santi Asromo, ibarat pergi haji ke

Mekkah tidak mampir di Madinah. Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa

Santi Asromo tidak bisa dilupakan begitu saja dari ingatan dan keberadaannya

masih tetap diakui.

B. Saran-saran

Pada akhir penulisan skripsi ini perkenankanlah penulis untuk mengemukakan

beberapa saran yang semata-mata untuk kemajuan dan peningkatan mutn pendidikan,

khususnya yang terkait dengan Santi Asromo, yaitu:

Page 58: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

76

1. Santi Asromo dan KH. Abdul Halim namanya harum dan menggema di Indonesia

karena keberhasilan yang dieapainya dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu

untuk meneruskan dan meningkatkan eita-eita pendirinya perlu perhatian dari

berbagai pihak.

2. Santi Asromo dalam perkembangannya sekarang sangat memerlukan pembinaan,

perhatian serta bantuan dari berbagai pihak seeara serius. Dntuk itu penulis

menghimbau kepada para guru, pembina, pemerintah, donatur serta pihak terkait

untuk lebih meningkatkan amal usahanya seeara ikhlas dan penuh kesabaran.

3. Tanah yang dimiliki Santi Asromo eukup luas dan pengelolaannya belum

maksimal, menurut penulis, alangkah baiknya tanah tersebut dijadikan

laboratorim untuk para siswa agar mempunyai keterampilan dibidang pertanian

sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Pengelolaan tanah tersebut sebaiknya

menggunakan peralatan yang modern dan manajemen yang baik, selain itu harus

dilakukan kerja sarna dengan pihak-pihak terkait seeara maksimal. Hal tersebut

selain bermanfaat bagi siswa juga sebagai sumber dana yang menguntungkan

untuk membiayai hidup organisasi.

4. Pemerintah setempat (Majalengka) diharapkan dapat ikut serta dan memiliki rasa

tanggung jawab dalam pengembangan pendidikan di Majalengka, khususnya

kepada Santi Asromo, karena lembaga ini lahirlah ulama besar Majalengka dan

telah melahirkan lembaga pendidikan yang lainnya yang tersebar di wilayah

Majalengka.

Page 59: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

78

Madjid, Nurckolish, Islam Kemerdekaan dan Keil1donesiaan, Bandung: Mizan, 1992,Cet. ke-4.

Maksurn, Dr., H., Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos WacanaIlmu, 1999, Cet. ke-2.

Maududi, Abu A'la, Langkah-langkah Pembaharuan Islam (Terj.), Bandung:Pustaka, 1995, Cet. ke-2

Murtadha Muttahari, Gerakan Islam Abad XX (Terj.), Jakarta: PT. Beunebi Cipta,1986, Cet. ke-l. "

Mustafa, A., dan Aly Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung:CV. Pustaka Setia, 1998, Cet. ke-l.

Nasution, Hamn, Pembaharuan dalam Islam; sejarah Pemikiran dan Gerakan,Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

-------------------, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: VI Press, 1986, Cet.ke-6.

Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996.

Pronggodigdo, AK., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat,1984.

Rabie, Hamid A., Islam dan Kekuatan Intemasional (Tel/), Bandung: CV. RosdaKarya, 1987, Cet. ke-1.

Steenbrink, Karel A., Pesantren, Madrasah dan Sekolah; Pendidikan fI'lam dalamKurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1986, Cet. ke-l.

Stoddart, L., Dunia Baru Islam (Ter;.), Jakarta: 1986.

Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung:Sinar Bam, 1991, Cet. ke-2.

Undang-undang Sistem Pendidikal1 Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 1995, Cet. ke-1.

Wanta, S., KH. Abdul Halim Iskandar dan Pergerakannya, Majalengka: PB. PUI,1986

Zen, Taufiq, Islam dan Proses Modemisasi di Inonesia; Sebuah PendekatanFenomenologis, Jakarta: PPK DiIjen PKAI Depag Rl, 1985.

Page 60: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

YAYASAN K.H. ABDUL HALIMALAMAT : SANTI ASROMO DESA PASIRAYU KEC.SUKAIIAJI

KAB. MAJALENGKA 45471

Lampiral13

SURAT KETERANGAN

Yang Bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Moh. Nukri

Alamat : Majalengka

Jabatan : Ketua III Pengurus Yayasan KH. Abdul Halim

Menerangkan bahwa:

Nama : Yayah Komariah

NIM : 196112304

Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

lAIN SyarifHidayatuliah Jakarta

Nama tersebut telah mengadakan penelitian di lembaga kami, untuk

mengumpulkan bahan yang berkenaan dengan judul skripsi "Eksistensi Santi

Asromo dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Majalengka (stud! Kritis

tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia)", dimulai dari tanggal 25

April 2000 sampai dibuatnya surat keterangan ini.

Demikian surat iui kami buat untuk dipergunakan seperlunya.

Page 61: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

SURAI' RUeD \VAWANCARA

Yang bertanela tangan eli bawah ini:

Nama : S. Wanta

Alamat : l\1,~ialengJa

Jabalan : Tokoh masyarakat/Sekretaris I Dewan Penasehat PB Persaluan

Ummat Islam (PUI)

I\'le-nernngkan bahwa:

'iama

Nf:'ll

Pekc!jaan

: Yayah Komariah

: 1961112304

: :\fahasis\\a faklllias Tarbiyah Jurllsan Penelielikan Agam;] Islilm

JA.E< Syarif Hidayatullah Jakarla

~~alna {cfsc:bul di alas lc.lah 111Ccngadakall V\iawancara dengan kalni. untuk

rnenglnnpulkan data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi yang bCljudul

"Ek~btcnsr Santi ,c\,srOIBO dalanl }>engernb£lngan PendidHmn Isfalll di

\'I:tjaicngka (Sludu kl'itis tentang pembaharuan pcndidilmn Islam <Ii

lndon('sia)~'.

Demikian sural ini kami bel'ikan untuk elipergunakan sebagaimana mestinya.

Ivlajalengka. 24 April 2000

Yavah Komariah

lnterviuwer 1tervimve

Page 62: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

r .--_.__.~. __._-----'--'--~-'--

l PERPUSTAKN\N UTAMAUIN SYAHID JAKARTA--LaJ1ljJirtm 4: \Vawancara dengan Bapak S. Wanta

Tokoh masyarakat dan Sekretaris I Dewan Penasehat PE. PU1

Pertany'13n:

1. Apa I;ira-kira yang menjadi latar belakang sel1a tujuan didirikannya Santi Aromo?

') Bagaimana tanggapan masyarakat dengan didirikannya Santi Asromo ?

Jawaban:

1. KH. Abdul Halim selaku pendiri Santi Asromo. melihat balm'a keadaan

pendid!kan pada waktu illl baik sekolal! pemerintall mau]Jun madrasalL slldal!

tidal; rele\"an lag! clengan l;ebutul!an masyarakilt pribum!. ?\knuru! pandangannya,

llwsyarakat nlcll1erluk~m adanya 1cn1baga pcndiclikan baru~ yaitu suatu le111baga

jKndidikall yang (Ltpat Inenlberi pcngcLahuan yang HIaH1pU dinlanfaa1kan d;.lImn

kt:-hidupan Inasyarakat f:lr;cara praklis. IZaren.a itu, dia herupa~!a rnendirikan suahl

lcmhaga pendidiI\4ln hIanL yang berbcda dcngan institusl pendidjkan ~vang

dis;;:~lcnggi.1rakall pCll1crinr-ah p3C!J \Vakn1 itu,

Ide L:rr. Abdul Halim ilu diutarakan melaIlli kOllgycS Persyaril;atan Ulama yang

diadakan di Majalengka tahun 1932. Kemudian pada lahun ilu juga Iembaga Y2ng

dicita-citakannya mcnjelma dcngan sarana yang cukup sederhana waktu itu.

Lembaga rendidikan itll benempat eli Desa Pasir Ayll, Kecamatan sukahaji,

KablJpat~n Majal~ngka, yang jauhnya kira-kira 16 KM dari ]Jusat kota

ivlajalengka. Pada lvaktu itu lokasinya masih semak belukar dan beJum ada sarana

lransporlansi. Sanli /\sromo illi mempakan pilot proyek elati Persyarikatan Ulama

dan kllllsusnya Madrasah IVIu'aJimin di IvIajalellgka yang diasuhnya, elan untuk

per1ama kalinya para muriel tingkat aIJlir cliperaktekan ke Santi Asromo dengan

belja]an kaki menuju Desa Pas!r Ayu seminggll dua kali, \valaupun dengan

beljalan kaki, tapi semangat mereka lidak pemah pudar.

Page 63: ::.6r:J-ooiJ .. Q£f!!..: 7. ·..· gL.. TCf·..· fL ..repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10191...ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan

Nama

Alama!

Jabatan

~ama

SUUT Bl'f.:T! II/\. II ,\SCARI

Yang bcrtanda langan di bcl\~:Clh ini:

: 'v!ohmnmad Shijmnudin 13!\

: \1ajakngka

: KepaJa S\!U Prakarya Santi Asro'1lo

~\ kncrang1:an bahw.1:

: Yayah homariah

: 1961112304

Pekerj.:!Jn !Vlahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Ag"ma Isl am

lAD\' SvarifHidayatullah Jakarta

:\ama lersebut di aUs (ebh mcngadakan lVa\\ancara dengan kami. untuk

mcngumpulkan data-data vang berhuhungan deng:m penulisan skripsi yang he~iudul

"Eksistensi Santi Asrolllo dalalll Pengembang'1I1 P('ndidikan Islam tli

!\Jajakngka (Studi kritis ten tang penlbaharuan pendidikat1 Islaln di lndnnt'sia)

D~mi1:ian sural ini ka1l1i hc-rikan untuk dip::.fguTIakan sebagaiJn:ma tntstinY3.

eVlajalengkJ. 27 April 2000

Yavah Komariah

InterviulVtr

l\'Iohammad Shijamuddin 13A

Interviuwe