60547470-menetapkan-prioritas-masalah
TRANSCRIPT
Metodologi penelitian : cakupan program kesehatan tidak tercapai
Muhammad Izzuddin Bin Mohd Rosaimi
102008284
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta 2011
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Abstrak : Masalah cakupan program kesehatan tidak tercapai bisa terpecahkan dengan
metodologi penelitian yang komprehensif dan bersifat holistik. Langkah-langkah pemecahan
masalah bisa ditinjau dari sudut menetapkan proritas masalah,mengenalpasti desain
penelitian, membuat alat-alat ukur/instrumen penelitian, melakukan pengumpulan data,
menganalisis data statistik dan mengenalpasti ukuran-ukuran epidemiologi yang terlibat.
Kata kunci : cakupan program kesehatan tidak tercapai, prioritas masalah, desain penelitian
Menetapkan prioritas masalah
Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau prioritas masalah,
untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat digunakan dalam menetapkan
urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi atas, Teknik Skoring dan Teknik Non
Skoring, sebagai berikut :
1. Teknik Non Skoring
Teknik non skoring dapat digunakan apabila tidak tersedia data kuantitatif yang lengkap dan
cukup, atau dengan kata lain data yang tersedia adalah data kualitatif atau semi kualitatif.
Teknik non scoring yang sering digunakan adalah Metode delphi dan Metode Delbecq.
Metode Delphi
Penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok
orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui
pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk
mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan
adalah prioritas masalah yang dicari.
1
Metode Delbecq
Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang
tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk
meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu
diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan
adalah prioritas.
2. Teknik Skoring
Teknik scoring dapat digunakan apabila tersedia data kuantitatif atau data yang dapat terukur
dan dapat dinyatakan dalam angka, yang cukup dan lengkap. Yang termasuk teknik scoring
dalam penetuan prioritas masalah, yakni:
Metode Hanlon
Proses penetuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok yang akan
mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber informasi yang
dipergunakan dapat berasal dari :
1. Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota
2. Saran dan pendapat nara sumber
3. Peraturan pemerintah yang relevan
4. Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.
Dalam metode Hanlon dibagi 4 kelompok kriteria
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D = PEARL faktor, dimana :
P = Kesesuaian
E = Secara ekonomi murah
A = dapat diterima
R = Tersedianya sumber
L = Legalitas terjamin
Penelitian epidemiologi
Dalam beberapa literatur, penelitian epidemiologi dapat dilakukan secara
eksperimental maupun secara observasional. Penelitian Eksperimental sesuai dengan
2
namanya membutuhkan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada obyek yang diteliti.
Intervensi atau perlakuan dapat secara keseluruhan sampel atau secara randomisasi
(eksperimental murni), atau intervensi/perlakukan dapat juga dilakukan secara non
randomisasi (eksperimental semu) misalnya : semua pengunjung yang memeriksakan
kesehatan di laboratorium atau diklinik kesehatan atau contoh konkritnya mencoba
membandingkan efisiensi dari suatu program gizi melalui intervensi pemberian makanan
tambahan pada anak SD.
Sedangkan penelitian observasional biasanya didasarkan pada kejadian peristiwa
secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti, dapat dilakukan
secara deskriptif dan analitik. Penelitian deskriptif lebih sering disebut analisis deskriptif yaitu
untuk mengetahui keadaan prevalensi kejadian penyakit yaitu banyaknya kasus baru dan lama
dalam periode tertentu. atau juga analisis desktiptif terhadap masalah kesehatan lainnya.
Manfaatnya adalah untuk mengetahui sifat kejadian tersebut dalam masyarakat serta
kecenderungannya untuk masa mendatang. Penelitian deskriptif juga merupakan cara
termudah untuk menjelaskan kejadian serta distribusi suatu penyakit atau masalah pada suatu
populasi, karena yang digunakan adalah dengan mengajukan pertanyaan epidemiologi :
Who, When dan Where serta pertanyaan pendukung lainnya.
Sementara itu penelitian analitik adalah bentuk penelitian epidemiologi yang paling
sering digunakan dalam mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya
penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Ada tiga bentuk dalam penelitian analitik ini
yaitu cross sectional study, case controle study dan cohort study
Desain penelitian
1. Cross Sectional
Studi Cross Sectional adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan
penyakit dan paparan studi (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan
penyakit serempak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode.
Karakter pokok rancangan ini adalah bahwa status paparan dan status penyakit diukur pada
saat yang sama. Sedang studi cross sectional ini dapat berlangsung satu saat,atau satu periode
waktu. Studi ini dapat juga dilakukan pada satu peristiwa penting yang dialami individu. Studi
3
Cross sectional dinamakan juga survei prevalensi, karena data yang dihasilkan adalah
prevalesi bukan insidensi.
Tujuan studi Cross sectional adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan
determinan-determinannya pada populasi sasaran. Agar mampu menggambarkan populasi
sasaran dengan akurat, maka subyek untuk studi ini harus mengambil sampel yang dapat
mewakili (representatif) populasi sasaran, prosedur ini tidak lain adalah pengambilan acak.
Langkah selanjutnya adalah setiap subyek diperiksa, diamati, dan ditanyai tentang status
penyakit, paparan dan variabel-variabel lainnya yang relevan.
Kelebihan
Keuntungan rancangan Cross sectional adalah kemudahan dalam melakukannya dan murah,
sebab tidak melakukan follow-up. Jika tujuan penelitian hanya sekedar mendeskripsikan
distribusi penyakit dihubungkan dengan paparan faktor-faktor penelitian, maka studi ini
merupakan studi yang cocok, efisien, dan cukup kuat di segi metodologik. Selain itu, seperti
penelitian observasional lainnya, studi ini tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor
yang bersifat mergikan kesehatan (faktor resiko).
Kekurangan
penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan
kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda,
serta variabel dinamis yang mempengaruhinya. Kelemahan rancangan cross-sectional lainnya
adalah ketidakmampuannya untuk menjelaskan proses yang terjadi dalam objek/variabel yang
diteliti serta hubungan korelasionalnya. Rancangan crosssectional mampu menjelaskan
hubungan antara dua variabel, namun tidak mampu menunjukkan arah hubungan kausal di
antara kedua variabel tersebut.
Ukuran analisis
1) Prevalen Risk (PR)
2) Relative Risk (RR)
Pajanan Out Come/Penyakit Jumlah
Ya Tidak
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d
Nilai RR yaitu:
4
{a/(a+b)} / {c/(c+d)}
Interpretasi:
1. RR = 1 artinya factor resiko bersifat netral
2. RR>1; Confident Interval (CI)> 1 artinya faktor resiko menyebabkan sakit
3. RR< 1; Confident interval (CI)< 1 artinya factor risiko mencegah sakit
2. Case Control
Studi Case control adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus
dengan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya.
Ciri-ciri studi case control adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakit, untuk
kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar faktor
penelitian atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut kasus, berupa
insidensi (kasus baru) yang muncul dari suatu populasi. Sedangkan subyek yang tidak
menderita penyakit disebut kontrol, yang diambil secara acak dari populasi yang berbeda
dengan populasi asal kasus. Tetapi, untuk keperluan inferensi kausal, kedua populasi tersebut
harus setara. Dalam mengamati dan mencatat riwayat paparan faktor penelitian pada kasus
maupun kontrol, peneliti harus menjaga agar tidak terpengaruh status penyakit subyek.
Kelebihan
Studi case control merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling populer,
karena:
• Sifatnya yang relatif murah dan mudah dilakukan ketimbang rancangan studi analitik
lainnya
• Cocok untuk meneliti penyakit dengan periode laten yang panjang
• Subyek penelitian dipilih berdasarkan status penyakit, maka peneliti memiliki keleluasan
menentukan rasio ukuran sampel kasus dan kontrol yang optimal
• Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap sebuah penyakit.
Kekurangan
• Alur metodologi inferensi kausal bertentangan dengan logika eksperimen kalsik, yaitu
melihat akibatnya dulu, baru menyelidiki apa penyebabnya.
• Secara umum studi Case control tidak efisien untuk mempelajari paparan yang langka
• Karena subyek dipilih berdasarkan status penyakit, maka dengan studi Case control, pada
umunya peneliti tidak dapat menghitung laju insidensi (kecepatan kejadian penyakit) baik
5
pada populasi terpapar, maupun yang tidak terpapar.
• Pada beberapa situasi, tidak mudah memastikan hubungan temporal antar paparan dan
penyakit. Oleh karena itu dalam riset etiologi, untuk meyakinkan bahwa paparan mendahului
penyakit, peneliti dianjurkan menggunakan insidensi daripada prevalensi.
• Kelompok kasus dan kelompok kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah, sehingga
sulit dipastikan apakah kasus dan kontrol pada populasi studi benar-benar setara.
Ukuran/ Analisis
Analisis data dalam penelitian kasus control dengan menghitung Odds Ratio (OR), yang
merupakan estimasi dari relative Risk.
Odds Ratio = (ad / bc)
Interpretasi:
OR = 1 faktor resiko bersifat netral
OR>1; Confident Interval (CI)>1 =faktor resiko menyebabkan sakit
OR<1 ; Confident Interval (CI)<1=faktor resiko mencegah sakit
1. Cohort
Studi Cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok
tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, dan kemudian
dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek dalam perkembangannya mengalami
penyakit yang diteliti atau tidak. Kelompok-kelompok studi dengan karakteristik tertentu yang
sama ( yaitu pada awalnya bebas dari penyakit) tetapi memiliki tingkat paparan yang
berlainan, dan kemudian dibandingkan insidensi penyakit yang dialaminya selama periode
waktu, disebut Cohort. Ciri lainnya dari studi cohort adalah dimungkinkannya perhitungan
laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok studi.
Pada saat mengidentifikasi status paparan, semua subyek harus bebas dari penyakit yang
diteliti. Jadi kelompok terpapar maupun kelompok tidak terpapar berasal dari satu populasi
maupun dua populasi yang bebas dari penyakit yang diteliti. Jika berasal dari dua populasi
yang terpisah, maka untuk kepentingan inferensi kausal, peneliti harus memastikan bahwa
kedua populasi setara dalam hal faktor-faktor diluar paparan yang diteliti. Disamping itu,
6
untuk menghindari bias misklasifikasi diferensial, dalam mengklasifikasikan kasus penyakit
subyek, peneliti tidak boleh terpengaruh oleh status paparan subyek itu.. ciri-ciri studi cohort
lainnya yang membedakannya dari studi eksperimen adalah peneliti hanya mengamati dan
mencatat paparan dan penyakit, dan tidak dengan sengaja mengalokasikan paparan.
Studi cohort disebut juga studi follow-up atau studi prospektif, sebab cohort diikuti dalam
suatu periode untuk diamati perkembangan penyakit yang dialaminya. Rancangan studi cohort
dapat bersifat retrospektif maupun prospektif dan bahkan ambispektif, tergantung kepada
kapan terjadinya paparan pada saat peneliti memulai penelitiannya. Studi cohort bersifat
retrospektif jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Sebaliknya
studi cohort bersifat prospektif jika paparan sedang atau akan berlangsung, pada saat peneliti
memulai penelitiannya. Studi cohort ambispektif memadukan ciri-ciri studi cohort retrospektif
dan prospektif.
Kelebihan
• Mendapatkan insiden risk dan relative risk secara langsung
• Dapat melihat hubungan satu penyebab terhadap beberapa akibat
• Dapat mengikuti secara langsung kelompo yang di pelajari
• Dpat menentukan mana lebih dulu causa atau efek
• Bias nya lebih kecil
Kekurangan
• Membutuhkan biaya yang relative mahal
• Lama dalam persiapan dan hasil yang diperoleh
• Hanya bisa mengamati satu factor penyebab
• Kurang efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka dan jarang
• Mempunyai riksiko untuk untuk hilangnya subjek atau drop out selama penelitian mungkin
karena migrasi, mati, tingkat partisipasi rendah.
Ukuran analisis
1. Insiden Risk (IR)
2. Relativ Risk (RR)
3. Atribute Risk (AR)
RR (Resiko Relative) :
{a/(a+b)} / {c/(c+d)}
Interpretasi data:
1. RR=1adalah factor resiko bersifat netral
7
2. RR>1; Confient Interfal (CI)>1adalah faktor resiko menyebabkan sakit
3. RR<1; Confient Interval (CI)< 1 adalah faktor resiko mencegah penyakit.
2. Eksperimen
Rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi 3, yakni :
1. Rancangan pra eksperimen (pre experiment design)
2. Rancangan eksperimen murni (true experiment)
3. Rancangan eksperimen semu (squasi experiment design
Dalam penelitian eksperimen sering digunakan simbol atau lambang-lambang sebagai
berikut :
R : Randomisasi (randomizations)
0 1 (T1) : Pengukuran pertama (pretes)
X : Perlakuan atau eksperimen
0 2 (T1) : Pengukurankedua (postes)
1. Rancangan Pra Eksperimen
Bentuk-Bentuk Rancangan Pra-Eksperimen
a. Postes Only Design
Dalam rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X), kemudian dilakukan
pengukuran (observasi) atau postes (02).
Selama tidak ada kelompok kontrol, hasil 02 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain.
Rancangan ini disebut The one shot case study. Hasil observasi ini (02) hanya memberikan
informasi yang bersifat deskriptif.
Rancangan ini tidak ada kontrol dan internal validitas dan tidak mempunyai dasar untuk
melakukan komparasi atau perbandingan sehingga kesimpulan yang diperoleh menyesatkan.
Penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu program yang inovatif, misalnya dalam bidang
pendidikan kesehatan.
b. Rancangan One group Pretest-Postest
Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (control), tetapi paling tidak sudah
dilakukan observasi pertama (pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-
perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen.
Kelemahan rancangan ini adalah tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi tada
variable dependen karena intervensi atau perlakuan, tetapi perlu dicatat rancangan ini
8
terhindar dari kelemahan terhadap validitas, misalnya sejarah, testing, maturasi dan
instrumen.
c. Perbandingan Kelompok Statis
Rancangan ini sama seperti Postes only design hanya bedanya menambahkan kelompok
control atau kelompok perbandingan
Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau
observasi (02). Hasil observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil
observasi pada kelompok control, yang tidak menerima program atau intervensi.
Faktor pengganggu seperti sejarah, testing, maturasi dan instrument dapat dikontrol walaupun
tidak dapat diperhitungkan efeknya.
2. Rancangan Eksperimen Murni
Bentuk-bentuk rancangan eksperimen murni
a. Rancangan Pretes-Postes dengan Kelompok kontrol
Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokan anggota-anggota
kelompok control atau kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random, dan
diikuti intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu lalu dilakukan
postes (02) pada kedua kelompok tersebut.
Dengan randomisasi ®, maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum
dilakukan intervensi (perlakuan). Karena kedua kelompok sama pada awalnya, maka
perbedaan hasil postes (02) pada kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh
dari intervensi atau perlakuan. Rancangan ini adalah salah satu rancangan terkuat di dalam
mengontrol ancaman-ancaman terhadap validitas.
b. Rancangan Randomisasi Salomon four group
rancangan ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas yang ada pada rancangan
randomized group pretes-postes.
Apabila pretes mungkin mempengaruhi subjek sehingga mereka menjadi lebih sensitive
terhadap perlakuan (X) dan mereka bereaksi secara berbeda dari subjek yang tidak mengalami
pretes, maka eksternal validitas terganggu, dan kita tidak dapat membuat generalisasi dari
penelitian itu untuk populasi
c. Rancangan Postes dengan kelompok kontrol
9
Rancangan ini sama seperti rancangan eksperimen murni yang lainnya hanya saja bedanya
tidak dilakukan pretest. Karena kasus-kasus telah dirandomisasi baik pada kelompok
eksperimen maupun kelompok control, kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum
dilakukan perlakuan.
Dengan rancangan ini, memungkinkan penelitian mengukur pengaruh prilaku (intervensi)
pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebutdengan kelompok
control.
Tetapi rancangan ini tidak memungkinkan peneliti untuk menentukan sejauhmana atau
seberapa besar perubahan itu terjadi, sebab pretes tidak dilakukan untuk menentukan data
awal.
3. Rancangan Eksperimen Semu (Quasi Experiment)
Pada penelitian lapangan biasanya menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi
experiment). Desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan
pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut eksperimen semu
karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki cirri-ciri rancangan eksperimen yang
sebenarnya, karena variable-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi, Oleh sebab
itu validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimenyang
sebenarnya.
Bentuk-bentuk rancangan eksperimen semu (Quasi experiment)
a. Rancangan rangkaian waktu (Time series design)
b. Rancangan rangkaian waktu dengan kelompok pembanding (Control time series design)
c. Rancangan Non-Equivalent Control Group)
d. Rancangan Separate Sample Pretest-Posttest)
e. Rancangan Separate Sample Pretest-Posttest)
f. Rancangan Separate Sample Pretest-Posttest)
Membuat alat ukur
Pada dasarnya sebuah penelitian beranjak dari suatu masalah yang terjadi ditengah-
tengah masyarakat, kemudian menjadikan masalah tersebut sebagai undangan bagi kaum
intelektual (akademisi) menganalisis kemudian menciptaan formulasi kebijakan yang terarah.
Didalam setiap keputusan selayaknya didasari sebuah data yang objektif/akurat agar
10
kebijakan yang dilakukan relefan dengan permasalaahn yang sedang terjadi ditengah-tengah
masayarakat. Untuk tujuan mendapatkan data yang akurat memerlukan sebuah Instrumen (alat
ukur) tepat pula dimana alat ukur tersenut harus valid dan reliabel. Instrumen dibidang
kesehatan dapat dikatakan susah-susah gampang. Susah karena bidang kesehatan mempunyai
cakupan luas diseluruh aspek disiplin ilmu (psikologi, sosial dll). Kondosi inilah yang
membuat Instrumen penelitian terkadang tidak menggunakan alat ukur fisik (penggaris,
timbangan dll). Tehnik membuat alat ukur adalah seperti berikut :
1. Tahapan Konseptualisasi variabel (definisi konseptual) : Sebuah instrumen
yang baik tentunya berawal dari Kerangka Konsep yang baik sebagai pijakan teori,
agar mendapatkan sepemahaman dalam mendefinisikan suatu permasalahan yang
ingin kita teliti (Kerangka Konsep). Tahapan ini merupakan langkah awal untuk
menyusun instrumen dimana peneliti merumuskan konsep atau definisi yang masih
bersifat umum dari berbagai sumber.
2. Tahapan operasionalisasi : Pengertian yang dijelaskan oleh Neuman (2000:161)
tentang operasionalisasi variabel adalah proses mengaitkan definisi konseptual
dengan seperangkat teknik pengukuran. Lebih lanjut, Neuman menyatakan bahwa
operasioalisasi variabel dapat dinamakan construct’s operational definition
(definisi operasional) yang dapat berupa kuesioner. Tahap operasionalisasi
merupakan langkah lanjutan setelah peneliti mendapatkan suatu definisi yang jelas
pada tahap konseptualisasi. Sehingga, tahap operasionalisasi adalah tahap dimana
definisi konseptual tersebut dikembangkan lebih spesifik dalam bentuk indikator-
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur variabel. Pada tahap ini peneliti
akan membuat batasan yang jelas tanpa ada kalimat atau definisi yang ambigu atau
bermakna ganda (Definisi Oprasional : menyederhanakan / membuat definisi yang
sifatnya praktis agar mudah dalam pelaksanaan dan Kriteria Objektif :
memberikan batasan yang jelas antara satu ketegori dengan kategori lainnya atau
subjek satu dan subjek lainnya”)
3. Tahapan mengembangkan pertanyaan : Langkah selanjutnya adalah
mengembangkan pertanyaan dari butir-butir dimensi dan indikator yang dijelaskan
dalam operasionalisasi variabel (dalam bentuk kisi-kisi). Kemudian
memformulasikan kedalam item-item pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu
permasalahan (mengklasifikasikan nilai / skor dari setiap item mis; Sangat Setuju
11
(skor 4), Setuju (3), Tidak Setuju (2) dan Sangat Tidak Setuju (1) =
favourable/positif. Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak Setuju (3) dan Sangat
Tidak Setuju (3) = Un favourable/Negatif
4. Tahap Ujicoba Kuesioner : Tahap ujicoba perlu dilakukan untuk mengetahui
seberapa baik kuesioner yang sudah dibuat. Artinya sebelum kuesioner benar-
benar disebarkan perlu diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
kuesioner. Kesalahan operasionalisasi variabel mungkin terjadi karena dimensi
yang penting luput direalisasikan menjadi butir pertanyaan dalam kuesioner
Kesalahan dapat diminimalkan dengan melakukan pengujian validitas dan
reliabilitas kuesioner
o Validitas mengacu pada apakah kuesioner benar-benar dapat mengukur apa
yang ingin diukur. Sebagian besar validitas diukur secara logika (subyekif),
hanya validitas konstruk yang dapat diukur secar matematika/statistika.
o Reliabilitas menyatakan derajat keandalan dan konsistensi kuesioner
Pengumpulan Data
1. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi:
a. Data Primer: Data yang diusahakan/didapat oleh peneliti
b. Data Sekunder: Data yang didapat dari orang/instansi lain
Data Sekunder cenderung siap “pakai”, artinya siap diolah dan dianalisis oleh penelitian.
Contoh Instansi penyedia data:
• Biro Pusat Statistik (BPS)
• Bank Indonesia
• Badan Meteorologi dan Geofisika
• dll.
Pengumpulan data primer membutuhkan perancangan alat dan metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data penelitian:
a. Observasi
b. Wawancara
c. Kuesioner (Daftar Pertanyaan)
12
d. Pengukuran Fisik
e. Percobaan Laboratorium
Semua metode mensyaratkan pencatatan yang detail, lengkap, teliti dan jelas
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi
dengan:
• Nama pengumpul data
• Tanggal dan waktu pengumpulan data
• Lokasi pengumpulan data
• Keterangan-keterangan tambahan data/istilah/responden
Responden: orang yang menjadi sumber data
Semua butir (item) yang ditanyakan dalam semua metode pengumpulan data haruslah sejalan
dengan rumusan masalah dan/atau hipotesis penelitian
Karenanya diperlukan proses Dekomposisi variabel penelitian menjadi sub-variabel, dimensi
dan butir penelitian merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati
Proses dekomposisi ini juga memudahkan proses pengukuran dan pengumpulan data. Proses
dekomposisi ini dikenal sebagai proses operasionalisasi variabel penelitian.
2. Observasi, Wawancara, Pengukuran Fisik dan Percobaan Laboratorium
Observasi atau pengamatan melibatkan semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman,
pembau, perasa)
Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik kemudian dituliskan
sebagai skrip
Wawancara terbagi menjadi:
a. Wawancara tidak terstruktur
b. Wawancara terstruktur
Wawancara tidak terstruktur
• Merupakan langkah persiapan wawancara terstruktur
• Pertanyaan yang diajukan merupakan upaya mengali isu awal
• Sifat pertanyaan spontan
Wawancara terstruktur
• Pertanyaan sudah disiapkan, karena sudah dirancang data/informasi apa yang dibutuhkan
Jenis Wawancara:
13
a. Wawancara langsung (face to face)
b. Wawancara tidak langsung: misalnya dengan telepon atau internet (on-line)
Bias dalam wawancara: kesenjangan antara informasi/data yang dinginkan oleh peneliti
dengan informasi/data yang diberikan oleh responden
Bias dalam wawancara harus diminimalkan
Sumber bias dalam wawancara:
a. Pewawancara
b. Responden
c. Situasi saat wawancara
Bias dari Pewawancara
• Tidak terjadi saling percaya antara responden dengan pewawancara
• Kekeliruan penafsiran pertanyaan: hal ini terutama terjadi jika wawancara dilakukan
oleh beberapa orang dalam suatu tim/kelompok pewawancara
• Secara tidak sengaja atau disadari pewawancara mendorong atau mencegah responden
menjawab ke suatu arah jawaban tertentu .
Bias dari Responden
• Responden tidak jujur menjawab
• Responden sebenarnya tidak memahami isi pertanyaan tetapi enggan bertanya atau
melakukan klarifikasi
Bias dari Situasi
• Waktu wawancara tidak tepat, misalnya ketika responden sedang bekerja atau sedang
lelah sehingga enggan menjawab pertanyaan
Sumber bias diperhatikan agar wawancara berjalan efisien dan efektif
Teknik Bertanya:
• Funneling:
Mulai dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka (open-ended questons)
Funneling adalah transisi dari tema yang luas ke tema yang lebih sempit
• Pertanyaan yang tidak bias
Pertanyaan harus jelas dan tidak mengandung interpretasi ganda (ambigous)
• Menjelaskan pertanyaan sejelas-jelasnya
Jika ada keraguan responden, pewawancara dapat menjelaskan pertanyaan sekali lagi
Mengajukan pertanyaan sekali lagi dalam bahasa yang lebih sederhana
Memastikan jawaban responden dengan mengajukan pernyataan sekali lagi
• Membantu responden menyatakan pendapatnya
14
Jika responden kesulitan mengungkapkan pendapatnya, pewawancara dapat membantu
dengan mengutarakan istilah yang tepat
• Membuat Catatan atau Rekaman
Wawancara dicatat dan direkam dengan seijin atau sepengetahuan responden
• Menggunakan bahasa atau istilah yang sesuai dengan kondisi (misalnya: pendidikan)
responden
Pengukuran Fisik
• Alat ukur harus dikalibrasi sebelum mulai melakukan pengukuran
• Alat ukur harus memenuhi standar penelitian
• Alat ukur harus mudah dijalankan dan dikendalikan
• Pengukuran memperhatikan kondisi yang disyaratkan dalam perumusan masalah
(misalnya: suhu atau tekanan)
Perancangan Percobaan dan Penelitian dalam Laboratorium
• Sebelum melakukan percobaan laboratoium, dilakukan perancangan percobaan
• Dalam proses perancangan percobaan, unit penelitian dan perlakuan yang akan
dikenakan pada setiap unit penelitian direncanakan
Perancangan percobaan (experiment design) sangat diperlukan pada penelitian yang dilakukan
dalam laboratorium
Laboratorium tidak hanya mengacu pada ruangan laboratorium (biologi, kimia, fisika,
kedokteran atau ilmu rekayas) tapi pada setiap ruang termasuk lapangan yang setiap faktornya
dapat dikendalikan
Sebelum melakukan penelitian-penelitian biologi, kimia, fisika dan rekayasa yang dilakukan
dalam laboratorium, umumnya peneliti merancang unit percobaan yang akan dilakukan
Dalam penelitian biologi, kimia, fisika dan rekayasa memungkinkan untuk memilih obyek
penelitian dan mengusahakan kondisi penelitian (misalnya suhu, konsentrasi zat kimia,
tekanan, media) yang homogen, sesuatu yang amat sulit dilakukan pada penelitian-penelitian
sosial (ekonomi, psikologi, sosiologi)
Dasar perhitungan semua jenis Perancangan Percobaan adalah Analisis Varians (Analysis of
Variance) suatu bidang kajian dalam Statistika
3. Kuesioner
15
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden
Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner kemudian dicatat/direkam
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara
pasti data/informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana variabel yang menyatakan informasi
yang dibutuhkan tersebut diukur
Sekali lagi penting melakukan dekomposisi variabel penelitian menjadi dimensi dan butir
penelitian dengan hati-hati.
Pertanyaan-pertanyaan tertutup dapat dengan mudah dikodekan dan diolah untuk tahap
penelitian selanjutnya
Bentuk Pertanyaan
a. Pernyataan Positif
b. Pernyataan Negatif
Pertanyaan dalam kuesioner ditulis dalam bentuk PERNYATAAN bukan pertanyaan
Pernyataan Positif : pernyataan yang jawabannya SESUAI dengan harapan peneliti
Pernyataan Negatif : pernyataan yang jawabannya TIDAK SESUAI dengan harapan peneliti
Pengkodean atau pembobotan nilai jawaban:
Pada pernyataan Positif: nilai paling positif diberi bobot paling besar (karena paling positif
berarti paling sesuai harapan)
Pada pernyataan Negatif: nilai paling negatif diberi bobot paling besar (karena paling negatif
berarti paling sesuai harapan)
Idealnya dalam suatu kuesioner penelitian, komposisi bentuk pernyataan positif dan negatif
berimbang, misalnya dari 30 pernyataan dirancang terdiri dari 15 pernyataan positif dan 15
pernyataan negatif.
Pernyataan positif dan negatif harus diletakkan secara bergantian
Dengan meletakkan pernyataan positif dan negatif bergantian, responden benar-benar
membaca pernyataan-pernyataan dengan teliti dan menjawab dengan benar
Teknik Pengukuran (Teknik Penskalaan)
Dua teknik pengukuran dengan kuesioner yang paling populer adalah:
a. Likert’s Summated Rating (LSR)
b. Semantic Differential (SD)
Likert’s Summated Rating (LSR)
LSR adalah skala atau pengukuran sikap responden
16
Jawaban pernyataan dinyatakan dalam pilihan yang mengakomodasi jawaban antara Sangat
Setuju Sekali sampai Sangat Tidak Setuju
Banyak pilihan biasanya 3, 5, 7, 9 dan 11
Dalam prakteknya yang paling sering digunakan adalah 5
Terlalu sedikit pilihan jawaban menyebabkan pengukuran menjadi sanagt kasar
Terlalu banyak pilihan jawaban menyebabkan responden sulit membedakan pilihan
Banyak pilihan ganjil juga menimbulkan masalah, responden yang malas/enggan akan
menjawab pilihan yang di tengah ( = jawaban netral)
Semantic Differential (SD)
Responden menyatakan pilihan di antara dua kutub kata sifat atau frasa
Dapat dibentuk dalam suatu garis nilai yang kontinyu, dan dapat diukur dalam satuan jarak
atau dalam bentuk pilihan seperti LSR
Alat Bantu Pembuat Kuesioner
Metode perhitungan validitas dan reliabilitas ini dapat diaplikasikan dengan bantuan program
komputer (Misalnya EXCEL atau SPSS)
Kuesioner apat dibuat dengan pengolah kata atau dengan program-program komputer lainnya
yang memang dibuat untuk membuat kuesioner (Misalnya: EPI-INFO atau Lotus Notes)
Pembuatan kuesioner dengan program komputer memungkinkan publikasi kuesioner secara
on-line di internet
Beberapa web di internet juga menyediakan fasilitas membuat kuesioner atau pooling) on-
line, misalnya web votepedia yang dibangun di atas teknologi Wikipedia
Analisis data statistik
1. Pengertian Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Dengan demikian,
teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan
tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat
datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah
17
yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun
untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter)
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).
2. Tujuan Analisis Data
(a) Mendeskripsikan data, biasanya dalam bentuk frekuensi, ukuran tendensi sentral maupun
ukuran dispersi, sehingga dapat dipahami karakteristik datanya. Dalam statistika, kegiatan
mendeskripsikan data ini dibahas pada statistika deskriptif.
(b) Membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi, atau
karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik). Kesimpulan
yang diambil ini bisanya dibuat berdasarkan pendugaan (estimasi) dan pengujian hipotesis.
Dalam statistika, kegiatan membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik
populasi atau sampel ini dibahas pada statistika inferensial.
3. Langkah dan Prosedur Analisis Data
(a) Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data.
(b) Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen
pengumpulan data.
(c) Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan yang
terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti.
(d) Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian.
(e) Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realiabilitas instrumen
pengumpulan data.
(f) Tahap mendeskripsikan data, yaitu tabel frekuensi dan/atau diagram, serta berbagai ukuran
tendensi sentral, maupun ukuran dispersi. tujuannya memahami karakteristik data sampel
penelitian.
(g) Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian terhadap proposisi-proposisi yang dibuat
apakah proposisi tersebut ditolak atau diterima, serta bermakna atau tidak. Atas dasar
Pengujian hipotesis inilah selanjutnya keputusan dibuat.
4. Macam Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian, dibagi menjadi dua, yaitu teknik analisis data
diskriptif
dan teknik analisis data inferensial. Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan
melalui statistika deskritif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian. Temasuk dalam teknik analisis data
18
statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, persentase,
frekuensi, perhitungan mean, median atau modus.
Sementara itu teknik analisis data inferensial dilakukan dengan statistik inferensial,
yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang
berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistik tertentu
(misalnya uji t, uji F, dan lain sebagainya). Hasil dari perhitungan rumus statistik inilah yang
menjadi dasar pembuatan generalisasi dari sampel bagi populasi. Dengan demikian, statistik
inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi. Sesuai
dengan fungsi tersebut maka statistik inferensial cocok untuk penelitian sampel.
Ukuran epidemiologi – (ukuran morbiditas, ukuran mortalitas)
1. UKURAN MORBIDITAS
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000
jumlah penduduk pertengahan tahun
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan keadaan kesehatan secara umum,
mengetahui keberahasilan program program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan
serta memperoleh gambaran pengetahuan pendudukterhadap pelayanan kesehatan
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah rate,
rasio, dan proporsi
1. RATE
Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara pembilang
dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan jumlah penduduk dalam
populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri dari berbagai jenis ukuran
diataranya adalah
.Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu wilayah yang
semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi
tersebut adalah kasus baru.
Tujuan dari Insidence Rate adalah sebagai berikut
• Mengukur angka kejadian penyakit
• Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas
• Perbandinagan antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda
• Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu
Rumus:
19
P= (d/n)k
Dimana:
P= Estimasi incidence rate
d= Jumlah incidence (kasus baru)
n= Jumlah individu yang semula tidak sakit ( population at risk)
Hasil estimasi dari insiden dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan
penanggulangan masalah kesehatan dengan melihat, Potret masalah kesehatan, angka dari
beberapa periode dapat digunakan untuk melihat trend dan fluktuasi, untuk pemantauan dan
evaluasi upaya pencegahan maupun penanggulangan serta sebagai dasar untuk membuat
perbandingan angka insidens antar wilayah dan antar waktu
b) PR ( Prevalence)
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunkan
• Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
• Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan. Misalnya, penyediaan obat-obatan,
tenaga kesehatan, dan ruangan
• Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa
• Digunakan untuk keperluan administratif lainnya
Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit. Lamanya sakit
adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit hingga berakhirnya penyakit
teresebut yaitu sembuh, kronis, atau mati
c) PePR (Periode Prevalence Rate)
PePR yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk
selama 1 periode
Rumus:
PePR =(P/R)k
P = jumlah semua kasus yang dicatat
R = jumlah penduduk
k = pada saat tertentu
20
d) PoPR (Point Prevlene Rate)
Point Prevalensi Rate adalah nilai prevalensi pada saat pengamatan yaitu perbandingan antara
jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk pada saat tetentu
Rumus:
PoPR =(Po/R)k
Po = perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat
R =jumlah penduduk
k = selama 1 perode
Point prevalensi meningkat pada :
1. Imigrasi penderita
2. Emigrasi orang sehat
3. Imigrasi tersangka penderita atau mereka dengan risiko tinggi untuk menderita
4. Meningkatnya masa sakit
5. Meningkatnya jumlah penderita baru
Point prevalensi menurun pada :
1. Imigrasi orang sehat
2. Emigrasi penderita
3. Meningkatnya angka kesembuhan
4. Meningkatnya angka kematian
5. Menurunnya jumlah penderita baru
6. Masa sakit jadi pendek
e) AR (Attack Rate)
Attack rate adalah andala angaka sinsiden yang terjadi dalam waktu yang singkat (Liliefeld
1980) atau dengan kata lain jumlah mereka yang rentan dan terserang penyakit tertentu pada
periode tertentu
Attack rate penting pada epidemi progresif yang terjadi pada unit epidemi yaitu kelompok
penduduk yang terdapat pada ruang lingkup terbatas, seperti asrama, barak, atau keluarga.
f) SAR
g) CI (AAIR)
h) ID
i) Specifik menurut karakteristik
21
2. RASIO
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif yang
pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut
Contoh:
Kejadian Luar Biasa(KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10 diantaranya adalah
jenis kelamn pria. Maka rasio pria terhadap wanita adalah R=10/20=1/2 .
3. PROPORSI
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebut
Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi proporsi dari jumlah
peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori atau
subkelompok dari kelompok itu.
Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap permapuan adalah
P= 10/30=1/3
2. UKURAN FERTILITAS
a) Crude Birth Rate (CBR) Angka kelahiran kasar
Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam 1 tahun per 1000
jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
Rumus:
CBR = (B/P)k
B = semua kealhiaran hidup yang dicata
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
k = konstanta(1000)
Angka kelahiran kasar ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara
umum dalam waktu singkat tetapi kurang sensitif untuk
• Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah
• Mengukur perubahan tingkat fertilitas karena perubahan pada tingkat
kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk
22
b) Age Spesific Fertilty Rate (ASFR) Angka fertilitas menurut golongan umur
Angka fertilitas menurut golongan umur adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan
umur tertentu yang dicatat selam 1 tahun yang dicata per 1000 penduduk wanita pada
golongan umur tertentu apda tahun yang sama
Rumus:
ASFR = (F/R)k
F = Kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicata
R = Penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang
sama
Angka fertilitas menurut golongan umur ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan pada
angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap golongan umur tidak sama hingga
gambaran kelahiran menjadi lebih teliti
c) Total Fertility Rate ( TFR) Angka fertilitas total
Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat sealma 1 tahun
Rumus:
TFR = Jumlah angka fertilitas menurut umur X k
3. UKURAN MORTALITAS
a) Case Fatality Rate (CFR) Angka kefatalan kasus
CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi
dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang
sama
Rumus:
CFR = (P/T)k
P = Jumlah kematian terhadap penyakit tertentu
T = jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun
yang sama
perhitungan ini dapat digu8nakan uutk mengetahui tingakat penyakit dengan tingkat keamtia
yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut goklongan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan lain-lain
23
b) Crude Death Rate (CDR) Angka Kematian Kasar
Angka keamtian kasar adalah jumlah keamtian ang dicata selama 1 tahun per 1000 penduduk
pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena akngka ini dihitung secatra
menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi denga
tingkat kematian yang berbeda-beda.
Rumus:
CDR= (D/P)k
D= jumlah keamtian yang dicata selama 1 tahun
P=Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
Manfaat CDR
a) Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
b) Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat
c) Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
d) Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis
e) Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk
c) Age Spesific Death Rate (ASDR) angka kematian menurut golongan umur
Angka kematian menurut golongan umur adalah perbandingan antara jumlah kematian yang
diacata selama 1 tahun padas penduduk golongan umur x dengan jumlah penduduk golongan
umur x pada pertengaha n tahun
Rumus:
ASDR= (dx/px)k
dx = jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada golongan umur x
px = jumlah penduduk pada golonga umur x pada pertengahan tahun yang sama
k = Konstanta
Manfaat ASDR sebagai berikut:
1. untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan melihat
kematian tertinggi pada golongan umur
2. untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di bebagai wilayah
3. untuk menghitung rata-rata harapan hidup
d) Under Five Mortality Rate (UFMR) Angka kematian Balita
Angka kematian Balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan angka kematian
anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita yang dicatat selam satu tahun per 1000
24
penduduk balita pada tahun yang sama
Rumus:
UFMR = (M/R)k
M = Jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun
R = Penduduk balita pada tahun yang sama
` k = Konstanta
Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat karena
angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk sataus keseahtan bayi dan anak
e) Neonatal Mortality Rate (NMR) Angka Kematian Neonatal
Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka Kematian Neonatal adalah
jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang dicatata selama 1 tahun per
1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama
Rumus:
NMR = (d1/ B)k
di = Jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari
B = Kelahiran hidup pada tahun yang sama
k = konstanta
Manfaat dari angka kematian neonatal adalah sebgai berikut;
1. untuyk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal
2. Untuk mengetahui program Imuninsasi
3. Untuk pertolongan persalina
4. untuk mengetahui penyakit infeksi
f) Perinatal Mortality Rate (PMR) angka kematian perinatal
Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang
dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun yang sama.
Rumus:
PMR = (P+M/R)k
P = jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 minggu
M =ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 har
R = 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun yang sama.
Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan
25
masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi
Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut:
• Banyak bayi dengan berat badan lahir rendah
• Status gizi ibu dan bayi
• Keadaan sosial ekonomi
• Penyakit infeksi terutama ISPA
• Pertolongan persalinan
g) Infant Mortality Rate (IMR) Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1
tahun yang diacat selama 1 tahun dengan 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus:
IMR = (d0 /B)k
d0 = Jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun
B = Jumlah lahir hidup pada thun yang sama
k = Konstanta
Manfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikit:
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi
2. Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal
3. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
4. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Program Keluaga berencana (KB)
5. untuk mengetahui kondisi lingkungan dan social ekonomi
h) Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus:
MMR = (I/T)k
I = adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas
T = Kelahiran hidup pada tahun yang sama.
k = konstanta
Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada:
26
• Sosial ekonomi
• Kesehatan ibu sebellum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas
• Pelayanan terhadap ibu hamil
• Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
Daftar pustaka :
1. Reinke A, William, Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan
Efektifitas Manajemen, Yogyakarta, Gadjah Mada University ,Press 2004
2. Notoatmojo Sockidjo Prof, DR, Ilmu Kesehatan Masyarakat,Jakarta, Rineka Cipta ,
2003
3. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
5. Entjang, 2006, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
6. Vaughan, Morrow, 2006, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan
Kabupaten, Bandung, IT
27