6. vol 2 no 1 hal 50-58 arif

15
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013 ISSN 2337-3776 Perbandingan Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dengan Ekstrak Daun Ceplukan (Physalis angulata L) Terhadap Gambaran Histopatologi HeparPada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan GalurSprague dawley yang Diinduksi Rifampisin ArifYudhoPrabowo 1) , dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA 2) Email: [email protected] 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia. Menurut WHO dalam Global TB Report 2012,prevalensi TB di Indonesia tahun 2011 adalah 318.949 kasus.Rifampisin adalah salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis. Namun, efek samping yang ditimbulkan cukup banyak, diantaranya hepatotoksisitas. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan ceplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman obat yang memiliki kandungan flavonoid dimana zat ini dipercaya sebagaiantioksidan. Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus putih yang diinduksi rifampisin.Penelitian ini bersifat eksperimental dengan post only control group designdengan sampel 50 tikus.Hasil penelitian diperoleh pada ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan hasil perbedaan bermakna (p<0,05) pada kelompok KI-KII, KI-KIII, KI-KIV, KI-KV, KII-KIV, KIII-KIV, KIV-KV sedangkan pada ekstrak daun ceplukan menunjukkan hasil perbedaan bermakna pada kelompok KI-KII, KI- KIII, KI-KIV, KI-KV, KII-KIII, KIII-KIV, KIII-KV. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan terhadap gambaran histopatologi hepar tikus. Peningkatan dosis pada kelompok ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan adanya pengaruh terhadap histopatologi hepar sedangkan peningkatan dosis pada kelompok daun ceplukan tidak ada pengaruhnya. 1

Upload: syahrul-habibi-nasution

Post on 09-Feb-2016

61 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Perbandingan Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria

macrocarpa) dengan Ekstrak Daun Ceplukan (Physalis angulata L) Terhadap

Gambaran Histopatologi HeparPada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan

GalurSprague dawley yang Diinduksi Rifampisin

ArifYudhoPrabowo1), dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA2)

Email: [email protected]

1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2)Staf Pengajar

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia. Menurut WHO dalam Global TB Report 2012,prevalensi TB di Indonesia tahun 2011 adalah 318.949 kasus.Rifampisin adalah salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis. Namun, efek samping yang ditimbulkan cukup banyak, diantaranya hepatotoksisitas. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan ceplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman obat yang memiliki kandungan flavonoid dimana zat ini dipercaya sebagaiantioksidan. Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus putih yang diinduksi rifampisin.Penelitian ini bersifat eksperimental dengan post only control group designdengan sampel 50 tikus.Hasil penelitian diperoleh pada ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan hasil perbedaan bermakna (p<0,05) pada kelompok KI-KII, KI-KIII, KI-KIV, KI-KV, KII-KIV, KIII-KIV, KIV-KV sedangkan pada ekstrak daun ceplukan menunjukkan hasil perbedaan bermakna pada kelompok KI-KII, KI-KIII, KI-KIV, KI-KV, KII-KIII, KIII-KIV, KIII-KV. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan terhadap gambaran histopatologi hepar tikus. Peningkatan dosis pada kelompok ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan adanya pengaruh terhadap histopatologi hepar sedangkan peningkatan dosis pada kelompok daun ceplukan tidak ada pengaruhnya.

Kata kunci : ceplukan, hepar, mahkota dewa, rifampisin.

1

Page 2: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

TheComparisonof Giving Effect BetweenFruitExtractofPhaleria

macrocarpawithLeaf ExtractofPhysalisangulata L.to The Histopatological

Pictureof The Liverin White Male Rat (Rattus novergicus) StrainSprague

dawley Induced Rifampicin

ArifYudhoPrabowo1), dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA2)

Email: [email protected]

1)Medical Faculty Student of Lampung University, 2)Medical Faculty

Lecturer of Lampung University

Abstract

Tuberculosis(TB) is an important issuefor the health andIndonesiawas ranked4th in the world. According to theWHOGlobalTBReport2012,prevalence ofTBinIndonesiain 2011was318,949cases.Rifampicinis one of thedrugs usedin tuberculosis treatment. However, the side effectsof this drugis quitea lot, one of them ishepatotoxicity.PhaleriamacrocarpaandPhysalisangulataL.are medicinal plantthat containsflavonoidswhich thesubstanceis believed to bean antioxidant.To prove this, it will be conducted tocompare theeffect between thefruit extractof Phaleriamacrocarpawithleaf extract ofPhysalisangulataL. on hepatichistopathologicalimageonwhite male ratsstrainSprague dawley inducedrifampicin.This research is anexperimentalby post only control group designwith sample of50 rats.The resultsobtained inPhaleriaextractshowedsignificantyielddifferences(p <0.05) in KI-KII, KI-KIII, KIV-KI, KI-KV, KIV-KII, KIII-KIV, KIV-KV, whereas the extract leaf of Physalisshowedsignificant differences intheresults ofKI-KII, KI-KIII, KIV-KI, KI-KV, KIII-KII, KIII-KIV, KIII-KV. This suggeststhatthere is an influenceof extractPhaleriawithPhysalis extract[7.56 mg/100gBBdose] onratliverhistopathologicalpicture. Increasingdoses on thegroupof Phaleriaextractshowedan influence onhepatichistopathology,whereasthe increasing doses on thegroupofPhysalisextract showedno effect.

Keywords : liver, phaleriamacrocarpa, physalisangulataL, rifampicin.

2

Page 3: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah penting bagi kesehatan dan

Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia. Menurut WHO dalam Global TB

Report 2012,prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2011 adalah 318.949 kasus

baru maupunrelaps.

Rifampisin adalah salah satu obat untukpengobatan tuberkulosis.

Namun,efek samping yang dapat ditimbulkan dari obat rifampisin cukup banyak,

salah satunya adalah hepatotoksisitas (Katzung, 2008).

Pemanfaatan tanaman tradisional di zaman modern ini cenderung

meningkat, ditandai dengan meningkatnya penggunaan dan produksi obat dari

tanaman tradisional di Indonesia. Hal ini dikarenakan obat-obat tradisional

mempunyai efek samping yang lebih rendah dari pada obat-obat modern.

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tumbuhan

asli Indonesia. Sampai saat ini banyak penyakit yang berhasil disembuhkan

dengan mahkota dewa seperti kanker, sakit jantung, diabetes, asam urat, tekanan

darah tinggi, penyakit ginjal dan penyakit hati (Harmanto, 2003).

Tumbuhan ceplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman liar yang

tumbuh dengan subur di dataran rendah sampai ketinggian 1.550 meter di atas

permukaan laut, di tanah tegalan, atau sawah kering. Tumbuhan ini dapat

ditemukan di semua negara dengan iklim tropis terutama di Afrika, Asia, dan

Amerika.

Kandungan kimia dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan

daun ceplukan (Physalis angulata L.)umumnya adalah flavonoid. Flavonoid dapat

digunakan sebagai pelindung mukosa lambung, antioksidan, dan mengobati

gangguan fungsi hati dan ginjal (Robinson, 1995), sehingga tidak menutup

kemungkinan senyawa flavonoid berkhasiat sebagai hepatoprotektor. Untuk

membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian untuk membandingkan

pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan

ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L.) terhadap gambaran histopatologi

hepar pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang

diinduksi rifampisin.

3

Page 4: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan pola

post test-only control group design. Sebanyak 50 ekor tikus putih (Rattus

norvegicus)jantan galur Sprague dawleyberumur 10-16 minggudipilih secara

acakdan dibagi menjadi 10kelompok (5 kelompok untuk ekstrak buah mahkota

dewa dan 5 kelompok untuk ekstrak daun ceplukan), dengan pengulangan tiap

kelompok sebanyak 5 kali.

Tiap kelompok tikus mendapatkan pakan dan minum secara ad libitum.

Lima kelompok tersebut adalah:

Kelompok kontrol negatif (KI)

Kelompok kontrol positif (KII)

Kelompok perlakuan 1 (KIII)

Kelompok perlakuan 2 (KIV)

Kelompok perlakuan 3 (KV)

:

:

:

:

:

hanya aquadest, tidak diberi rifampisin

maupun ekstrak;

diberi rifampisin 1 g/kgBB;

diberi ekstrak herbal dosis 7,56mg/100gBB;

diberi ekstrak herbal dosis 15,12mg/100gBB;

diberi ekstrak herbal dosis 30,24mg/100gBB.

Tikus sebelumnya diadaptasi selama 7 hari lalu diperlakukan seperti di

atas, dimana rifampisin diberikan selama 8 hari serta ekstrak buah mahkota

dewa/ekstrak daun ceplukan diberikan selama 10 hari kemudian tikus diterminasi

untuk dilakukan pengambilan hepar. Selanjutnya hepar difiksasi dengan formalin

kemudian dibuat preparat dan dicat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin.

Setelah itu, dilakukan pemeriksaan mikroskopis jaringan hepar dengan perbesaran

400x dan dihitung dalam 5 lapangan pandang dari tiap preparat.

Hasil dan Pembahasan

Berikut ini hasil gambaran histopatologi ekstrak buah mahkota dewa

dengan ekstrak daun ceplukan pada masing-masing kelompok:

4

Page 5: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Kelompok I [kelompok kontrol negatif]

(a) (b)

Kelompok II [kelompok kontrol positif]

(a) (b)

Kelompok III [kelompok perlakuan dengan dosis 7,56mg/100gBB]

(a) (b)

5

Page 6: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Kelompok IV [kelompok perlakuan dengan dosis 15,12mg/100gBB]

(a) (b)Kelompok V [kelompok perlakuan dengan dosis 30,24mg/100gBB]

(a) (b)Gambar 1.Histopatologi hepar tikus. Pembesaran 400x: (a) ekstrak buah mahkota dewa;

(b) ekstrak daun ceplukan.

Pada kelompok I dan II ekstrak buah mahkota dewa serta ekstrak daun

ceplukan keduanya terlihat sama. terlihat hepatosit mulai tersusun beraturan

membentuk pola radier, batas antar hepatosit dan bentuk sinusoid mulai jelas.

Terlihat hepatosit yang sebelumnya mengalami degenerasi bengkak keruh disertai

vakuolisasi pada sitoplasma sel mulai berkurang. Pada perlakuan dengan ekstrak

daun ceplukanterlihat hepatosit tersusun tidak beraturan membentuk pola radier

dan hepatosit mengalami degenerasi bengkak keruh disertai vakuolisasi pada

sitoplasma sel yang bertambah banyak, batas antar hepatosit dan bentuk sinusoid

tidak jelas.

6

Page 7: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Tabel 1. Analisi uji Mann Whitney gambaran degenerasi bengkak keruh antar kelompok uji dengan pemberian ekstrak buah mahkota dewa

Kelompok Uji PKII

KIII

KIV

KIIIKIVKVKIVKVKV

0.3170.0050.0540.0070.2380.009

Tabel 2. Analisi uji Mann Whitney gambaran degenerasi bengkak keruh antar kelompok uji dengan pemberian ekstrak daun ceplukan

Kelompok Uji PKII

KIII

KIV

KIIIKIVKVKIVKVKV

0.0050.0500.1340.0070.0070.549

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney di atas dapat diketahui bahwa

kelompok II dan IV, kelompok III dan IV, serta kelompok IV dan V dengan

pemberian ekstrak buah mahkota dewa dan kelompok II dan III, kelompok III dan

IV, serta kelompok III dan Vdengan pemberian ekstrak daunceplukanmemiliki

nilai sig. yang besarnya kurang dari α sehingga disimpulkan bahwa kelompok-

kelompok tersebut berbeda secara signifikan. Pada kelompok IV dengan

pemberian ekstrak buah mahkota dewa dan kelompok III dengan pemberian

ekstrak daun ceplukan menunjukkan perbaikan gambaran histopatologis hepatosit

normal tertinggi dari kelompok lainnya.

Perbandingan gambaran histopatologi hepatosit yang mengalami degenerasi bengkak keruh antara pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan

Tabel 3. Analisi uji Mann Whitney perbandingan gambaran degenerasi bengkak keruh masing-masing kelompok uji antara pemberian ekstrak buah

mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukanEkstrak

Buah Mahkota Dewa Ekstrak Daun Ceplukan p

KIIIKIVKV

KIIIKIVKV

0.0060.0080.309

7

Page 8: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Berdasarkanuji Mann Whitney pada masing-masingkelompok,

menunjukkan asymp.sig.untukkelompokIIIdanIVnilainyakurangdari α (0,05)

sehingga kesimpulannyaadalahterdapatperbedaan yang

signifikanantarapenggunaanekstrakbuah mahkotadewa[15,12mg/100gBB]

denganekstrakdaunceplukan[7,56mg/100gBB] pada level dosis yang diberikan.

Pembahasan

Berdasarkan

hasilmikroskopisgambaranhistopatologihepartikusdidapatkanbahwapada

kelompok kontrol negatif (KI) memiliki persentase rata-rata skor degenerasi

bengkak keruh terendah (0%). Hal ini dikarenakan kelompok kontrol hanya

diberikan aquadest yang bukan zat oksidan sehingga gambaran hepatositnya

normal. Hasil penilitian ini juga sejalan dengan penelitian Aprilia (2010), Larasati

(2011) dan Reddy dkk. (2010).

Kelompok kontrol positif(KII) yang diinduksirifampisin1 g/kgBBselama 8

harimenunjukkankerusakan hepatosit. Kerusakan yang

dimaksudadalahpembengkakanhepatosit, hepatosit yang tersusun tidak beraturan

membentuk pola radier, batas antar hepatosit dan bentuk sinusoid tidak terlihat

jelas dan terdapat vakuolisasi di sitoplasma. Jejas toksik akut (rifampisin) dapat

menyebabkan gagalnya mekanisme regulasi pompa ion natrium-kalium intrasel

sehingga terbentuk pembengkakan sel, pembentukan gelembung sitoplasma dan

hilangnya perlekatan intersel. Selanjutnya terjadi perubahan pada mitokondria

berupa pembengkakan (bengkak keruh) dan diikuti terbentuknya pelebaran

retikulum endoplasma yang biasa disebut dengan degenerasi hidropik atau

vakuolisasi (Robbins dkk., 2007). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Aprilia (2010) dan Larasati (2011).

Kelompok III merupakan kelompok perlakuan dengan dosis 7,56

mg/100gBB, dimana pada kelompok perlakuan dengan ekstrak buah mahkota

dewa menunjukkan perbaikan sebesar 2% sedangkan pada ekstrak daun ceplukan

78%.Pada kelompok IV yang merupakan kelompok perlakuan dengan dosis 15,12

mg/100gBB, dimana pada kelompok perlakuan dengan ekstrak buah mahkota

dewa menunjukkan perbaikan sebesar 59% sedangkan pada ekstrak daun ceplukan

8

Page 9: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

3%.Pada kelompok V yang merupakan kelompok perlakuan dengan dosis 30,24

mg/100gBB,dimana pada kelompok perlakuan dengan ekstrak buah mahkota

dewa menunjukkan perbaikan sebesar 9% sedangkan pada ekstrak daun ceplukan

2%.

Kandunganbuah mahkota dewa dan daun ceplukan flavonoid. Flavonoid

adalah senyawa kimia yang mampu menangkap radikal bebas, seperti anion

superoksida, hidroksil, radikal peroksil dan radikal alkohoksil (Repetto dan

Llesuy, 2002). Flavonoid juga memiliki kemampuan memodulasi jalur sinyal sel

yang mengatur berbagai proses sel, seperti pertumbuhan, proliferasi dan apoptosis

(Williams dkk., 2004). MenurutJovanovicdanSimic (2000),

mekanismekerjaantioksidan flavonoid meliputi: (1)

penangkapanradikalbebasdanspesiesoksigenreaktif, (2) melakukanpengelatan ion

logam metal terutama Fe yang terlibatdalamproduksiradikalbebas, (3)

menghambatenzimpembangkitradikalbebas.

Biladihubungkanantaragambaranhistopatologi

shepardenganmekanismekerjaantioksidansecaramolekuler,

makadidapatbahwamekanismepenghambatanradikalbebaspada proses peroksidasi

lipid yang

terjadidiluarmembranseltelahberhasilmempertahankankeutuhanmembra

nhepatositsehinggatidakterjadikerusakan, mencegah pembentukan vakuola

intrasel, mencegah pembentukan hepatosit yang mengalami degenerasi bengkak

keruh.

Simpulan

Pemberian ekstrak buah mahkota dewa dan ekstrak daun ceplukan pada

tikus putih jantan galur Sprague dawley yang diinduksi rifampisin pada dosis 7,56

mg/100gBB, 15,12 mg/100gBB, 30,24 mg/100gBB memberikan pengaruh

terhadap perbaikan gambaran histopatologi hepar. Pada ekstrak buah mahkota

dewa dosis 15,12 mg/100gBB dan ekstrak daun ceplukan dosis 7,56 mg/100gBB

menunjukkan perbaikan yang signifikan diantara kelompok lainnya. Pengaruh

antara ekstrak buah mahkota dewa dan ekstrak daun ceplukanmenunjukkan hasil

yang sama, namun pada dosis 7,56 mg/100gBB ekstrak daun ceplukan sudah

9

Page 10: 6. vol 2 no 1 hal 50-58 Arif

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

menunjukkan perbaikan gambaran histopatologi hepar sedangkan ekstrak buah

mahkota dewa baru menunjukkan perbaikan gambaran histopatologi pada dosis

15,12 mg/100gBB.

Daftar Pustaka

Aprilia, L. 2010. Efek Protektif Ekstrak Etanol Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] Terhadap Gambaran Histopatologi Hati Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur BALB/C yang Diinduksi oleh Etanol. (Skripsi). Universitas Lampung.

Harmanto, N. 2003. Sehat dengan Ramuan Tradisional Mahkota Dewa. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Jovanovic, S.V., Simic, M.G. 2000. Reactive Oxygen Species: From Radiation To Molecular Biology. Annals of The New York Academy of Sciences. 326-334.

Katzung. 2008. Basic Clinical Pharmacology Edisi 9. Mc. Garw Hill. 635-640.Kawasaki, T., Igarashi, K., Koeda, T., Sugimoto, K., Nakagawa, K., Hayashi, S.,

Yamaji, R., Inui, H., Fukusato T., Yamanouchi, T. 2009. Rats Fed Fructose-enriched Diets Have Characteristics of Nonalcoholic Hepatic Steatosis. J. Nutr. 139: 2067-2071.

Larasati, N.D. 2011. Efek Protektif Madu Terhadap Kerusakan Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Dewasa Galur Sprague Dawley yang Diinduksi oleh Etanol. (Skripsi). Unversitas Lampung.

Reddy, V.D., Padmavathi, P., Gopi, S., Paramahamsa, M., Varadacharyulu, N.Ch. 2010. Prospective Effect of Emblica Officinalis Againts Alcohol-induced Hepatic Injury by Ameliorating Oxidative Stress in Rats. Ind J Clin Biochem. 25 (4): 419-424.

Repetto, M.G., Llesuy, S.F. 2002. Antioxidant Properties of Natural Compounds Used In Popular Medicine for Gastric Ulcer. Braz J Med Biol Res. 35 (5): 523-534.

Robbins, S.L., Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi II 7th ed. EGC. Jakarta. 318 hlm.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung.Williams, R.J., Spencer, J.P., Rice-Evans, C. 2004. Flavonoids: Antioxidants or

Signalling Molecules? Free Radic Biol Med. 36 (7): 838-849.Wold Health Organization. 2012. Global Tuberculosis Report 2012.

Www.who.int/tb. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2012.

10