6 ii. tinjauan pustaka a. mortar - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/16164/16/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mortar
Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) adalah bahan bangunan terdiri
dari agregat halus, bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen.
Adukan mortar dibuat kelecekannya cukup baik sehingga mudah dikerjakan
(diaduk, dibawa ke tempat pembuatan dengan “uji sebar” dengan alat berupa
“meja sebar”. Mortar sebagai bahan bangunan, biasa diukur sifat-sifatnya,
misalnya kuat tekan, berat jenis, kuat tarik, daya serap air, kuat rekat dengan
bata merah, susutan, dan sebagainya. (Tjokrodimuljo, K 2012)
1. Jenis mortar
Tjokrodimuljo, K (2012) membagi mortar berdasarkan jenis bahan
ikatnya menjadi empat jenis, yaitu mortar lumpur, mortar kapur, mortar
semen dan mortar khusus.
1.1. Mortar lumpur
Mortar lumpur dibuat dari campuran air, tanah liat/lumpur, dan
agregat halus. Perbandingan campuran bahan-bahan tersebut harus
tepat untuk memperoleh adukan yang kelecakannya baik dan
mendapatkan mortar (setelah keras) yang baik pula. Terlalu sedikit
pasir menghasilkan mortar yang retak-retak setelah mengeras
7
sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir
menyebabkan adukan kurang dapat melekat dengan baik. Mortar
lumpur ini dipakai untuk bahan dinding tembok atau bahan tungku
api di pedesaan.
1.2. Mortar kapur
Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur, semen merah dan
air. Kapur dan pasir mula-mula dicampur dalam keadaan kering
kemudian ditambahkan air. Air diberikan secukupnya untuk
memperoleh adukan dengan kelecakan yang baik. Selama proses
pelekatan kapur mengalami susutan sehingga jumlah pasir yang
umum digunakan adalah tiga kali volume kapur. Mortar ini biasa
dipakai untuk perekat bata merah pada dinding tembok bata, atau
perekat antar batu pada pasangan batu.
1.3. Mortar semen
Mortar semen dibuat dari campuran air, semen Portland, dan
agregat halus dalam per-bandingan campuran yang tepat.
Perbandingan antara volume semen dan volume agregat halus
berkisar antara 1 : 2 dan 1 : 8. Mortar ini lebih besar daripada
mortar lumpur atau mortar kapur, oleh karena itu biasa dipakai
untuk tembok, pilar, kolom, atau bagian bangunan lain yang
menahan beban. Karena mortar semen ini lebih rapat air
(dibandingkan dengan mortar lain sebelumnya) maka juga dipakai
untuk bagian luar bangunan dan atau bagian bangunan yang berada
dibawah tanah (terkena air).
8
1.4. Mortar khusus
Mortar khusus ini dibuat dengan menambahkan bahan khusus
pada mortar 1.2) dan 1.3) di atas dengan tujuan tertentu. Mortar
ringan diperoleh dengan menambahkan asbestos fibres, jutes fibres
(serat alami), butir – butir kayu, serbuk gergaji kayu, serbuk kaca
dan lain sebagainya. Mortar khusus digunakan dengan tujuan dan
maksud tertentu, contohnya mortar tahan api diperoleh dengan
penambahan serbuk bata merah dengan aluminous cement, dengan
perbandingan satu aluminous cement dan dua serbuk batu api.
Mortar ini biasanya di pakai untuk tungku api dan sebagainya.
2. Sifat-sifat mortar
Menurut Tjokrodimuljo, K (2012) mortar yang baik harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
a. Murah.
b. Tahan lama.
c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkat, dipasang dan diratakan).
d. Melekat dengan baik dengan bata, batu dan sebagainya.
e. Cepat kering dan mengeras.
f. Tahan terhadap rembesan air.
g. Tidak timbul retak-retak setelah dipasang.
Pemakaian mortar pada kondisi bangunan tertentu disyaratkan untuk
memenuhi mutu adukan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk
bangunan gedung bertingkat banyak diisyaratkan menggunakan mortar
yang kuat tekan minimumnya 3,0 MPa.
9
3. Kuat tekan mortar
Kekuatan tekan adalah kemampuan pasta dan mortar menerima gaya
tekan persatuan luas. Seperti pada beton, kekuatan pasta dan mortar
ditentukan oleh kandungan semen dan faktor air semen dari campuran.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan pasta dan mortar
diantaranya adalah faktor air semen, jumlah semen, umur mortar, dan
sifat agregat. (Asia, N.2014)
3.1 . Faktor air semen (f a s)
Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air dan
berat semen dalam campuran pasta atau mortar. Secara umum
diketahui bahwa semakin tinggi nilai f.a.s maka semakin rendah
mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai f.a.s. yang semakin
rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi.
Nilai f.a.s. yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang
pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun.
(Asia,N.2014)
3.2 . Jumlah Semen
Pada mortar dengan f.a.s sama, mortar dengan kandungan semen
lebih banyak belum tentu mempunyai kekuatan lebih tinggi. Hal
ini disebabkan karena jumlah air yang banyak, demikian pula
pastanya, menyebabkan kandungan pori lebih banyak daripada
mortar dengan kandungan semen yang lebih sedikit. Kandungan
pori inilah yang mengurangi kekuatan mortar. Jumlah semen
10
dalam mortar mempunyai nilai optimum tertentu yang memberikan
kuat tekan tinggi. (Asia, N.2014)
3.3. Umur Mortar
Kekuatan mortar akan meningkat seiring dengan bertambahnya
umur dimana pada umur 28 hari pasta dan mortar akan
memperoleh kekuatan yang diinginkan. (Asia, N.2014)
3.4. Sifat Agregat
Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan ialah bentuk,
kekasaran permukaan, kekerasan dan ukuran maksimum butir
agregat. Bentuk dari agregat akan berpengaruh terhadap
interlocking antar agregat. (Asia, N.2014)
4. Kuat tarik belah mortar
Kuat tarik belah adalah ukuran kuat tarik belah mortar yang diakibatkan
oleh suatu gaya untuk mengetahui batas kuat tarik belah dari benda uji.
Benda uji mortar ini setelah keras kemudian diletakkan mendatar sejajar
dengan permukaan meja penekan mesin uji ditekan. Nilai kuat tarik yang
diperoleh dihitung dari besar beban tarik maksimum (N) dikalikan dua
dibagi dengan panjang dan diameter benda uji (mm2). (Tjokrodimuljo,
K. 2012)
5. Penyerapan air mortar
Daya serap air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh
suatu agregat jika direndam dalam air. Pori dalam butir agregat
mempunyai ukuran dengan variasi cukup besar. Pori-pori tersebar di
11
seluruh butiran, beberapa merupakan pori-pori yang tertutup dalam
materi, beberapa yang lain terbuka terhadap permukaan butiran.
Beberapa jenis agragat yang sering dipakai mempunyai volume pori
tertutup sekitar 0 % sampai 20 % dari volume butirnya. (Tjokrodimulyo,
K 2012)
Menurut Tjokrodimuljo, K (2012) menyatakan bahwa dalam adukan
beton atau mortar, air, dan semen membentuk pasta yang disebut pasta
semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butir-butir
agregat halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses
pengerasan, sehingga butir-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan
terbentuklah suatu massa yang kompak atau padat.
6. Tipe mortar
Berdasarkan ASTM C270, Standard Specification for Mortar for Unit
Masonry, mortar untuk adukan pasangan dapat dibedakan atas 5 tipe,
yaitu :
6.1. Mortar Tipe M
Mortar tipe M merupakan campuran dengan kuat tekan yang tinggi
yang direkomendasikan untuk pasangan bertulang maupun
pasangan tidak bertulang yang akan memikul beban tekan yang
besar.
6.2. Mortar Tipe S
Mortar tipe ini direkomendasikan untuk struktur yang akan memikul
beban tekan normal tetapi dengan kuat lekat lentur yang diperlukan
12
untuk menahan beban lateral besar yang berasal dari tekanan tanah,
angin dan beban gempa. Karena keawetannya yang tinggi, mortar
tipe S juga direkomendasikan untuk struktur pada atau di bawah
tanah, serta yang selalu berhubungan dengan tanah, seperti pondasi,
dinding penahan tanah, perkerasan, saluran pembuangan dan
mainhole.
6.3. Mortar Tipe N
Tipe N merupakan mortar yang umum digunakan untuk konstruksi
pasangan di atas tanah. Mortar ini direkomendasikan untuk dinding
penahan beban interior maupun eksterior. Mortar dengan kekuatan
sedang ini memberikan kesesuaian yang paling baik antara kuat
tekan dan kuat lentur, workabilitas, dan dari segi ekonomi yang
direkomendasikan untuk aplikasi konstruksi pasangan umumnya.
6.4. Mortar Tipe O
Mortar tipe O merupakan mortar dengan kandungan kapur tinggi
dan kuat tekan yang rendah. Mortar tipe ini direkomendasikan
untuk dinding interior dan eksterior yang tidak menahan beban
struktur, yang tidak menjadi beku dalam keadaan lembab atau
jenuh. Mortar tipe ini sering digunakan untuk pekerjaan setempat,
memiliki workabilitas yang baik dan biaya yang ekonomis.
6.5. Mortar Tipe K
Mortar tipe K memiliki kuat tekan dan kuat lekat lentur yang
sangat rendah. Mortar tipe ini jarang digunakan untuk konstruksi
baru, dan direkomendasikan dalam ASTM C270 hanya untuk
13
konstruksi bangunan lama yang umumnya menggunakan mortar
kapur.
7. Metode Pengujian
a. Proporsi campuran bahan untuk benda uji Mortar yang dibuat
dilaboratorium yang digunakan untuk menentukan sifat – sifat
menurut spesifikasi ini harus berisi bahan – bahan konstruksi dalam
susunan campuran yang telah ditetapkan dalam spesifikasi proyek.
(SNI 03- 6882-2002).
b. Pencampuran Mortar Semua bahan bersifat semen dan agregat harus
dicampur dengan sejumlah air secukupnya selama 3 – 5 menit dengan
menggunakan alat pengaduk mekanis untuk menghasilkan mortar
yang mudah dikerjakan. (SNI 03-6882-2002).
c. Pemeliharaan Kelecekan
Mortar yang telah mengeras harus diaduk kembali dengan tangan
untuk mempertahankan kelecekannya, dan mortar yang telah
mencapai lebih dari 2,5 jam sejak dicampur tidak boleh dipakai lagi.
(SNI 03-6882-2002).
B. Semen
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu
bahan pengikat. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013-1981, definisi
semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidarulis bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum. Ada dua
14
macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen non-hidraulis. Semen non-
hidraulis adalah semen (perekat) yang dapat mengeras tetapi tidak stabil
dalam air. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi
dengan air, tahan terhadap air (water resistance) dan stabil di dalam air
setelah mengeras.
Semen Portland diperoleh dengan membakar suatu campuran dari calcareous
(yang mengandung kalsium karbonat) dan algillaceaus (yang mengandung
alumina) dengan suatu perbandingan tertentu serta silikat-silikat kalsium.
Bahan-bahan tersebut dibakar dengan suhu 1550°C dan menjadi klinker.
Kemudian didinginkan dan dihaluskan menjadi bubuk. Pada campuran ini
umumnya ditambahkan lagi gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2-4%
sebagai bahan pengontrol waktu ikat. Bahan-bahan lain juga ditambahkan
untuk membuat semen dengan sifat-sifat khususSemen merupakan bahan
pengikat yang paling terkenal dan paling banyak digunakan dalam konstruksi
beton. Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting,
yaitu :
1. Tricalsium silikat (C3S) atau CaO SiO2
2. Dicalsium silikat (C2S) atau 2CaO SiO2
3. Tricalsium aluminat (C3A) atau 3CaO Al2O3
4. Tetracalsium aluminoferit (C4AF) atau Al2O3Fe2O3
Semen dapat membuat berbagai macam jenis semen hanya dengan mengubah
kadar masing-masing komponennya. Misalnya ingin mendapatkan semen
yang mempunyai kekuatan awal yang tinggi maka semen perlu menambah
15
kadar C3S dan mengurangi kadar C2S. ASTM (American Standard for
Testing Material) menentukan komposisi semen berbagai tipe sebagaimana
tampak pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Jenis-jenis semen portland dengan sifat-sifatnya.
TipeSemen
SifatPemakaian
Kadar senyawa (%) Kehalusanblaine
(kg/m2)
Kuat 1hari
(kg/cm2)
Panashidrasi
(J/g)C3S C2S C3A C4AF
I Umum 50 24 11 8 350 1000 330
II Modifikasi 42 33 5 13 350 900 250
IIIKekuatan
awal tinggi60 13 9 8 450 2000 500
IVPanashidrasirendah
25 50 8 12 300 450 210
VTahansulfat
40 40 9 `9 350 900 250
Sumber : Nugraha, P dan Antoni, 2007
1. Tipe I adalah semen portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling banyak
diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi..
2. Tipe II adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Untuk mencegah serangan sulfat
maka pada semen tipe ini, senyawa C3A harus dikurangi. Semen tipe ini
biasa digunakan pada bangunan seperti pelabuhan, pondasi, bangunan-
bangunan yang berhubungan dengan rawa, dan saluran-saluran air buangan.
3. Tipe III adalah semen porland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28
hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum
dipakai ketika harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus
dapat cepat dipakai. Semen tipe ini biasa digunakan pada bangunan-
bangunan seperti pembuatan beton pracetak, perbaikan pavment, dan
pembetonan di daerah cuaca dingin.
4. Tipe IV adalah semen portland yang dalam penggunaannya menurut
16
persyaratan panas hidrasi yang rendah. Untuk mengurangi panas hidrasi yang
terjadi, maka semen tipe ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Semen tipe ini
memiliki kuat tekan yang lebih rendah dari semen tipe I. Semen tipe ini
biasanya digunakan pada bangunan-bangunan seperti konstruksi DAM,
basement ̧dan pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5. Tipe V adalah semen porland tahan sulfat, yang dipakai untuk menghadapi
aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah dimana tanah atau
airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi. (Nugraha, P dan Antoni,
2007)
Selain tipe semen diatas, semen yang banyak dijual dipasaran adalah semen
PCC (Portland Composite Cement). Jenis semen portland yang digunakan
pada penelitian ini adalah semen portland tipe PCC (Portland Composite
Cement). PCC (Portland Composite Cement) adalah bahan pengikat hidrolis
hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu
atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen
portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara
lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silika, batu kapur,
dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35% dari masa semen portland
komposit. (SNI 15-7064-2004)
Semen jenis PCC dapat digunakan pada konstruksi umum seperti pekerjaan
beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan elemen
bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton
(paving block) dan sebagainya.
17
C. Agregat halus
Agregat halus untuk beton/mortar adalah agregat berupa pasir alam sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
diasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
(Sugianto dan Sebayang, S. 2005)
Agregat yang dipakai untuk campuran adukan atau mortar harus memenuhi
syarat yang ditetapkan dengan batasan ukuran agregat halus yang dapat
dilihat pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2. Gradasi agregat halus untuk adukan/mortar
Saringan Persen lolos (%)
No. Diameter (mm) Pasir alam Pasir olahan
4 4,76 100 1008 2,36 90-100 95-10016 1,18 70-100 70-10030 0,6 40-75 40-7550 0,3 10-35 20-40100 0,15 2-15 10-25200 0,075 0 0-10
Sumber: SNI 03-6820-2002
Unsur perusak yang terkandung dalam agregat halus dibatasi sebagai berikut:
1. Partikel yang mudah pecah maksimum 1,0 %
2. Tidak mengandung zat organik
3. Partikel ringan yang terapung pada cairan dengan berat jenis 2,0
maksimum 0,5 %
4. Kadar lumpur maksimum 5 %
5. Bebas dari kotoran. (SNI 03-6820-2002)
18
D. Air
Air merupakan komponen penting dari campuran pasta dan mortar yang
memegang salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen,
yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Kualitas air mempengaruhi
kekuatan pasta dan mortar, maka kemurnian dan kualitas air untuk campuran
pasta dan mortar perlu mendapat perhatian. Air untuk pembuatan dan
perawatan pasta dan mortar tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organic, atau bahan lain yang dapat merusak pasta dan
mortar. Sebaiknya digunakan air bersih, air tawar, tidak berbau, bila
dihembuskan dengan udara tidak keruh, tidak berasa, dan dapat diminum..
Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut:
(Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A)
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya yang
dapat dilihat secara visual dan tidak boleh lebih dari 2 gram per liter.
3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
(asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram per liter.
4. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram per liter..
5. Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari 1 gram per
liter.
Kualitas mortar akan berkurang bila air mengandung kotoran. Pengaruh
pada mortar diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan mortar,
kekuatannya, serta kekedapan airnya setelah mortar mengeras. Adanya
19
butiran melayang (lumpur) dalam air di atas 2 gram/liter dapat mengurangi
kekuatan mortar.
E. Serbuk gergaji kayu jati
Serbuk gergaji adalah serbuk kayu berasal dari kayu yang dipotong dengan
gergaji. Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia
kayu jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate,
jatih, jatos, kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah satu
kayu terbaik di dunia.
Pohon jati tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang mengandung
kapur pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah dengan
musim kering yang nyata dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm
per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat,
Maluku dan Lampung.
Kayu jati memiliki serat yang halus dengan warna kayu mula-mula sawo
kelabu, kemudian berwarna sawo matang apabila lama terkena cahaya
matahari dan udara. Serat kayu memiliki arah yang lurus dan kadang-kadang
terpadu. Pada industri pengolahan kayu, jati diolah menjadi kayu gergajian,
plywood, blackbord, particleboard, mebel air dan sebagainya. Karena sifat-
sifatnya yang baik, kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak
dipakai untuk berbagai keperluan. Sifat-sifat kayu jati secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 2.3.
20
Tabel. 2.3. Sifat-sifat Kayu Jati
No Sifat Satuan Nilai1 Berat jenis gr/cm2 0,62-0,75 (rata-rata 0,67)
2 Tegangan pada batas proporsi gr/cm2 7183 Tegangan pada batas patah gr/cm2 10314 Modulus elastisitas gr/cm2 1277005 Tegangan tekan sejajar serat gr/cm2 5506 Tegangan geser arah radial gr/cm2 807 Tegangan geser arah tangensial gr/cm2 898 Kadar selulosa % 47,59 Kadar lignin % 29,910 Kadar pentose % 14,411 Kadar abu % 1,412 Kadar silica % 0,413 Serabut % 66,314 Kelarutan dalam alcohol
Bensena% 4,6
15 Kelarutan dalam air dingin % 1,216 Kelarutan dalam air panas % 11,117 Kelarutan dalam NaOH 1 % % 19,818 Kadar air saat titik jenuh serat % 2819 Nilai kalor Cal/gram 508120 Kerapatan Cal/gram 0,44Sumber : Wirjomartono, K. 1991
Serbuk gergaji mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin
dan zat ekstraktif kayu. Serbuk gergaji kayu merupakan bahan berpori,
sehingga air mudah terserap dan mengisi pori-pori tersebut. Dimana sifat
serbuk gergaji yang higroskopik atau mudah menyerap air.
1. Sifat fisik
Sifat-sifat ini antara lain daya hantar panas, daya hantar lisrik, angka muai
dan berat jenis. Perambatan panas pada kayu akan tertahan oleh pori-pori
dan rongga-rongga pada sel kayu. Karena itu kayu bersifat sebagai
penyekat panas. Semakin banyak pori dan rongga udaranya kayu semakin
kurang penghantar panasnya. Selain itu daya hantar panas juga
21
dipengaruhi oleh kadar air kayu, pada kadar air yang tinggi daya hantar
panasnya juga semakin besar.
2. Sifat higroskopik
Akibat air yang keluar dari rongga sel dan dinding sel, kayu akan
menyusut dan sebaliknya kayu akan mengembang apabila kadar airnya
bertambah. Sifat kembang susut kayu dipengaruhi oleh kadar air, angka
rapat kayu dan kelembaban udara. Akan kembang susut pada berbagai
arah disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Kembang Susut Kayu pada Berbagai Arah
Arah Persentase susut
Tangensial (searah garis singgung) 4 – 14
Radial (menuju ke pusat) 2 – 10
Aksial (sejajar serat) 0,1 – 0,2
Volumetric 7 – 21
Sumber : Wirjomartono 1991
3. Sifat Mekanik
Kayu bersifat anisotrop (non isotropic material), dengan kekuatan yang
berbeda-beda pada berbagai arah. Sel kayu jika mendapat gaya tarik
sejajar serat akan mengalami patah tarik sehingga kulit sel hancur dan
patah. Jika gaya tarik terjadi pada arah tegak lulus serat, maka gaya tarik
menyebabkan zat lekat lignin akan rusak. Dukungan gaya tarik pada arah
tegak lurus serat jauh lebih kecil dibandingkan dengan pada arah sejajar
serat. Sel kayu yang mengalami gaya desak dengan arah sejajar serat,
menyebabkan sel kayu tertekuk. Sel-sel kayu disampingnya akan
22
menghalangi tekuk ke arah luar, sehingga sel kayu patah karena tekuk ke
dalam.
Jika daya desak terjadi pada arah tegak lurus serat, sel kayu akan
tertekan. Jadi dukungan gaya desak pada arah tegak lurus serat akan
lebih besar dibandingkan dengan pada arah serat sejajar. Gaya geser
sejajar serat pada sel kayu akan menyebabkan rusaknya zat lekat lignin.
Jika gaya geser terjadi pada arah tegak lurus serat, maka gaya seolah-
olah memotong dinding-dinding sel. Gaya untuk memotong dinding sel
lebih besar daripada gaya untuk mematahkan zat lekat lignin. Jadi
dukungan gaya geser pada arah tegak lurus serat akan lebih besar
dibandingkan dengan pada arah sejajar serat.
F. Penelitian terdahulu
Sihotang, E (2009), telah melakukan pengujian mortar dengan tujuan
penelitiannya adalah untuk membandingkan kekuatan mortar yang terbuat dari
campuran abu ampas tebu dengan kekuatan mortar normal dan untuk
mengetahui karakteristik mortar yang meliputi kuat tekan, kuat tari, dan
penyerapan air. Komposisi penggantian semen dengan abu ampas tebu
sebanyak 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% dari berat semen. Semen menggunakan
semen Portland tipe I dan bahan tambah yang digunakan adalah abu ampas
tebu. Sampel yang digunakan adalah kubus (5cmx 5cmx 5cm) dan angka
berbentuk angka 8 (7,5cmx 4,15cmx 2,5cm). dari hasil penelitian diperoleh
bahwa kuat tekan mortar dengan menggunakan abu ampas tebu akan
meningkat dari kuat tekan normal yaitu pada variasi campuran berkisar 3% -
23
6% dari jumlah semen. Sedangkan pencampuran lebih dari 6% akan
mengurangi kuat tekan mortar. Dengan demikian penggunaan abu ampas tebu
dengan kadar 6% yaitu 19,8 MPa merupakan campuran optimum pada
campuran ini. Sementara pada kuat tarik mortar meningkat pada variasi
campuran 3% - 6%, sedangkan lebih dari 6% akan menurun. Dan pada
penyerapan air dengan menggunakan abu ampas tebu akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya variasi campuran abu ampas tebu.
Andoyo (2006), telah melakukan pengujian mortar dengan tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui penggunaan abu terbang, semen Portland dan kapur
terhadap kuat tekan dan serapan air pada mortar. Semen yang digunakan
adalah semen Portland jenis I produksi PT. Semen Gresik. Penelitian ini
menggunakan sampel yang berupa benda uji kubus berukuran 5cmx 5cmx
5cm untuk uji kuat tekan dan uji serapan air, sedangkan yang terdiri atas satu
kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalah
mortar yang menggunakan bahan ikat semen dan kapur (1PC : 0AT : 1KP),
sedangkan kelompok perlakuan dibagi menjadi empat, yaitu: (1) mortar yang
menggunakan komposisi abu terbang sebesar 10% (0,9PC : 0,1AT : 1KP); (2)
mortar yang menggunakan komposisi abu terbang sebesar 20% (0,8PC :
0,2AT : 1KP); (3) mortar yang menggunakan komposisi abu terbang 30%
(0,7PC : 0,3AT : 1KP); (4) mortar yang menggunakan komposisi abu terbang
40% (0,6PC : 0,4AT : 1KP). Dari hasil penelitian peningkatan kuat tekan
terjadi pada prosentase abu terbang sebesar 10% dengan kuat tekan pada umur
56 hari sebesar 100,72 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada
umur 28 hari (fc’) = 66,69 kg/cm2, pada prosentase abu terbang sebesar 20%
24
dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 93,96 kg/cm2 dan proyeksi kuat
tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 62,16 kg/cm2, pada presentase
abu terbang sebesar 30% dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 83,41
kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 55,17
kg/cm2 dan pada prosentase abu terbang sebesar 40% dengan kuat tekan pada
umur 56 hari sebesar 70,12 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada
umur 28 hari (fc’) = 46,42 kg/cm2. Sedangkan pada mortar dengan kadar abu
terbang 0% didapatkan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 59,89 kg/cm2
dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 42,34kg/cm2.
Penambahan abu terbang pada bahan ikat semen portland dan kapur juga
membuat mortar menjadi lebih kedap air karena nilai serapan air mortar
menjadi semakin rendah. Serapan air pada mortar dengan abu terbang 0%
adalah sebesar 12,912%, pada prosentase 10% sebesar 12,119%, pada
prosentase 20% sebesar 11,868%, pada prosentase 30% sebesar 9,31% dan
pada prosentase abu terbang sebesar 40% nilai serapan airnya adalah 10,886%
Ibnu, M.B.S (2006), telah melakukan pengujian pada mortar semen dengan
menambahkan serbuk gergaji kayu jati. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati
terhadap subtitusi berat pasir dan subtitusi berat semen. Pada penelitian ini
mortar dibuat dari pasir muntilan, Semen Nusantara tipe I dan serbuk gergaji
kayu jati dari pabrik penggergajian kayu di Desa Sarip Kecamatan Wirosari,
Purwodadi. Komposisi penggantian semen dan penggantian pasir dengan
serbuk gergaji kayu jati sebanyak 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat
semen dan berat pasir. Sampel yang digunakan adalah kubus (5cm x 5cm x
25
5cm) dan bentuk seperti angka delapan (7,5cm x 5cm x 2,5cm). Sampel diuji
pada umur 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sebar dilapangan
sebesar 95% - 103,5%, sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik dari
mortar semen dengan bahan tambah serbuk gergaji kayu jati subsitusi pasir dan
subsitusi semen hasilnya menurun (dibandingkan dengan mortar normal).
Penurunan nilai kuat tekan mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga
20% serbuk gergaji dari 128,740 kg/cm2 menjadi 15,279 kg/cm2 sedangkan nilai
kuat tekan mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk
gergaji dari 113,84 kg/cm2 menjadi 45,070 kg/cm2, untuk nilai kuat tarik mortar
semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 71,86 kg/cm2
menjadi 5,937 kg/cm2 sedangakan nilai kuat tarik mortar semen subsitusi berat
semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 78.42 kg/cm2 menjadi 24,56
kg/cm2. Berbeda dari nilai daya serap airnya yang memiliki nilai meningkat
(dibandingkan dengan mortar control yaitu tanpa persentase serbuk gergaji).
Peningkatan daya serap air mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga
20% serbuk gergaji dari 9,569 % menjadi 46,481 % sedangakan nilai daya serap
air mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari
11,013% menjadi 16,015%.
Sutrisna, D (2012), telah melakukan pengujian pada mortar semen dengan
menambahkan serbuk gergaji kayu jati. Penelitian tentang mortar ini bertujuan
untuk: 1) Meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan sehingga
meningkatkan nilai ekonomis, diversifikasi jenis bahan konstruksi, dan dapat
mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap lingkungan, 2)
Secara ekonomis dapat dihasilkan mortar yang lebih efisien dan praktis serta
26
memiliki berat yang relatif ringan. Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen, penelitian ini dirancang dengan 5 perlakuan untuk uji kuat tekan,
kuat lekat dan absorfsi. Masing – masing perlakuan diulangi 3 kali. Benda uji
yang dibuat dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam bentuk yaitu bentuk
kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm digunakan untuk pengujian
absorfsi, 50 mm x 100 mm x 250 mm untuk uji kuat lekat dan 150 mm x 150
mm x 150 mm untuk uji kuat tekan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
penambahan serbuk gergaji kayu jati pada campuran mortar sangat
berpengaruh, sehingga kuat tekan dan kuat lekat meningkat pada penambahan
serbuk gergaji 5 % dari berat semen, dan terjadi penurunan pada semua
persentase berat pasir, sedangkan untuk absorfsi terjadi kenaikan yang
semakin tinggi pada persentase 5% - 20% dari penambahan persentase berat
semen dan pasir. Penambahan serbuk kayu jati yang optimum dari persentase
berat semen yaitu sebesar 6,7% yang menghasilkan kuat tekan sebesar 10,3
MPa, sedangkan untuk penambahan 3,1 % menghasilkan kuat tekan 8,51
MPa. Untuk kuat lekat campuran mortar yang optimum didapat dari
persentase berat semen yaitu penambahan serbuk sebesar 3% dan
menghasilkan kuat lekat 3,37 MPa.