5produksi pangan indonesia

15
65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian untuk kebutuhan perumahan, perkatoran, lokasi industri yang diakibatkan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan industri. Dalam rangka antsipasi untuk menyediakan pangan di Indonesia mendatang, maka berikut disajikan tentang perkembangan produksi pangan. Produksi Pangan Produksi Padi, Palawija dan Tebu Perkembangan Produksi padi, palawija dan tebu di Indonesia sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.1. Data menunjukkan bahwa produksi pangan selama tahun 2000-2005 mengalami kenaikan, kecuali untuk kedele laju pertumbuhannya menurun. Tabel 5.1. Perkembangan Produksi Padi, Palawija dan Tebu Komoditi Produksi (000 ton) Pertum buhan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 %/th Padi 51898,85 50460,78 51489,69 52137,60 54088,47 54151,10 0,88 Jagung 9676,90 9347,19 9585,28 10886,44 11225,24 12523,89 5,48 Kacang Hijau 289,88 301,02 288,09 335,22 310,41 320,96 2,38 Kacang Tanah 736,52 709,77 718,03 785,53 837,50 836,30 2,68 Kedele 1017,63 826,93 673,06 671,60 723,48 808,35 -3,62 Ubijalar 1827,69 1749,07 1771,69 1991,48 1901,80 1856,97 0,51 Ubikayu 16089,02 17054,65 16912,90 18523,81 19424,71 19321,18 3,81 Tebu 1690,00 1725,47 1755,35 1631,92 2051,64 2241,81 6,36 Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian, 2007 (diolah) Laju pertumbuhan produksi pangan ini relatif rendah, bahkan untuk produksi padi cenderung konstan. Keadaan ini terjadi karena luas areal produksi pangan yang cenderung menurun. Tabel 5.2. menunjukkan tentang perkembangan luas areal panen untuk padi, palawija dan tebu. Tabel 5.2. menujukkan bahwa hampir seluruh tanaman pangan luas areal tanamnya mengalami penurunan kecuali untuk areal tebu. Keadaan ini terjadi karena

Upload: vicky-ceunfin

Post on 22-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

produksi pangan indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: 5produksi Pangan Indonesia

65

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

Perkembangan Produksi Pangan

Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan

sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian untuk

kebutuhan perumahan, perkatoran, lokasi industri yang diakibatkan semakin

meningkatnya pertumbuhan penduduk dan industri. Dalam rangka antsipasi untuk

menyediakan pangan di Indonesia mendatang, maka berikut disajikan tentang

perkembangan produksi pangan.

Produksi Pangan Produksi Padi, Palawija dan Tebu

Perkembangan Produksi padi, palawija dan tebu di Indonesia sebagaimana

disajikan dalam Tabel 5.1. Data menunjukkan bahwa produksi pangan selama

tahun 2000-2005 mengalami kenaikan, kecuali untuk kedele laju pertumbuhannya

menurun.

Tabel 5.1. Perkembangan Produksi Padi, Palawija dan Tebu

Komoditi Produksi (000 ton)

Pertum buhan

2000 2001 2002 2003 2004 2005 %/th

Padi 51898,85 50460,78 51489,69 52137,60 54088,47 54151,10 0,88

Jagung 9676,90 9347,19 9585,28 10886,44 11225,24 12523,89 5,48

Kacang Hijau 289,88 301,02 288,09 335,22 310,41 320,96 2,38

Kacang Tanah 736,52 709,77 718,03 785,53 837,50 836,30 2,68

Kedele 1017,63 826,93 673,06 671,60 723,48 808,35 -3,62

Ubijalar 1827,69 1749,07 1771,69 1991,48 1901,80 1856,97 0,51

Ubikayu 16089,02 17054,65 16912,90 18523,81 19424,71 19321,18 3,81

Tebu 1690,00 1725,47 1755,35 1631,92 2051,64 2241,81 6,36

Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian, 2007 (diolah)

Laju pertumbuhan produksi pangan ini relatif rendah, bahkan untuk produksi

padi cenderung konstan. Keadaan ini terjadi karena luas areal produksi pangan

yang cenderung menurun. Tabel 5.2. menunjukkan tentang perkembangan luas areal

panen untuk padi, palawija dan tebu.

Tabel 5.2. menujukkan bahwa hampir seluruh tanaman pangan luas areal

tanamnya mengalami penurunan kecuali untuk areal tebu. Keadaan ini terjadi karena

Page 2: 5produksi Pangan Indonesia

66

semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian untuk kebutuhan perumahan,

perkatoran, lokasi industri yang diakibatkan semakin meningkatnya pertumbuhan

penduduk dan industri.

Tabel 5.2. Perkembangan Luas Panen Padi, Palawija dan Tebu

Komoditi Luas Panen (000 Hektar)

Pertum buhan

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 %/tahun

Padi 11793,48 11500,00 11521,17 11488,03 11922,97 11839,06 11786,43 0,0076

Padi Ladang 1175,88 1080,62 1064,19 1093,52 1123,50 1105,48 1073,42 -1,4379

Padi Sawah 10617,60 10419,38 10456,98 10394,52 10799,47 10733,58 10713,01 0,1651

Jagung 3500,32 3285,87 3109,45 3358,51 3356,91 3625,99 3345,81 -0,5408

Kacang Hijau 131,31 339,25 313,56 344,56 311,86 318,34 309,10 -1,6002

Kacang Tanah 683,55 654,84 646,95 683,54 723,43 720,53 706,75 0,628

Kedele 824,48 678,85 544,52 526,80 565,16 621,54 580,53 -5,0075

Ubijalar 194,26 181,93 177,28 197,46 184,55 178,34 176,51 -1,408

Ubikayu 1284,04 1317,91 1276,53 1244,54 1255,81 1213,46 1227,46 -0,7202

Tebu 340,66 344,44 350,72 335,73 344,79 381,79 384,02 2,1119

Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian, 2007 (diolah)

Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan

produksi pangan padi, palawija, dan tebu umumnya diakibatkan oleh pengaruh

peningkatan produktifitas. Tabel 5.3. menunjukkan tentang perkembangan

produktifitas untuk padi, palawija dan tebu di Indonesia. Perkembangan produktifitas

untuk tanaman pangan relatif rendah, bahkan untuk tanaman padi cenderung

konstan. Lambatnya peningkatan produktifitas ini diduga diakibatkan karena

lambatnya inovasi yang dihasilkan serta diakibatkan karena rendahnya asopsi

teknologi dari petani.

Pada masa datang peningkatan produktifitas pangan ini menjadi kunci

peningkatan produksi pangan. Oleh karena itu usaha-usaha untuk menghasilkan

inovasi untuk meningkatan produktifitas patut dilakukan. Disamping itu penyuluhan-

penyuluhan untuk mempercepat tingkat adopsi petani perlu juga mendapatkan

prioritas.

Page 3: 5produksi Pangan Indonesia

67

Tabel 5.3. Perkembangan Produktifitas Padi, Palawija dan Tebu

Komoditi Produktifitas (Kw/ha)

Pertum buhan

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 %/tahun

Padi 44,01 43,88 44,68 45,38 45,36 45,74 46,2 0,815

Padi Ladang 22,89 23,74 24,34 25,23 25,63 25,63 26,15 2,251

Padi Sawah 46,34 45,97 46,76 47,5 41,66 47,81 48,21 0,967

Jagung 27,65 28,45 30,83 32,41 33,44 34,54 34,7 3,885

Kacang Hijau 8,95 8,87 9,19 9,73 9,95 10,08 10,23 2,27

Kacang Tanah 10,77 10,84 11,1 11,49 11,58 11,61 11,86 1,626

Kedele 12,34 12,18 12,36 12,75 12,8 13,01 12,88 0,728

Ubijalar 94 96,62 100 101 103 104 105 1,866

Ubikayu 125 129,41 132 149 155 159 163 4,588

Tebu 49,61 50,09 50,05 48,32 59,5 58,72 58,2 3,062

Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian, 2007 (diolah)

Beras merupakan komoditas pangan yang produsen dan konsumennya sekitar

90% berada di Asia. Produksi beras oleh negara produsennya sebagian besar

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Volume beras yang

diperdagangkan pada umumnya merupakan sisa konsumsi dalam negeri yang

jumlahnya hanya sekitar 4-7% dari total produksi beras dunia (Amang dan Sawit,

2000). Hal inilah yang menyebabakan Negara-negara konsumen beras khususnya

yang berpenduduk besar seperti Indonesia menempuh kebijakan kemandiraan

penyediaan beras melalui peningkatan produksi beras domestik sebagai kebijakan

pangan nasional.

Komoditas pangan beras menempati peran yang sangat strategis dalam

perekonomian Indonesia, karena sekitar 95 persen penduduk yang jumlahnya saat ini

hampir mencapai 220 juta jiwa, masih mengandalkan beras sebagai komoditas pangan

utama. Dalam kondisi demikian, ketersediaan dan distribusi beras serta

keterjangkauan daya beli masyarakat merupakan isyu sentral yang tidak hanya

berperan penting bagi terciptanya stabilitas ekonomi, tetapi juga stabilitas sosial dan

politik nasional.

Konversi lahan pertanian merupakan permasalahan utama yang menjadi

ancaman bagi peningkatan produksi beras domestik. Hasil studi Irawan et al (2000)

mengungkapkan bahwa dampak konversi lahan selama periode 1985–1998 telah

menyebabkan hilangnya peluang peningkatan produksi padi sekitar 2.82 juta ton per

Page 4: 5produksi Pangan Indonesia

68

tahun atau setara dengan volume impor beras yang secara rata-rata sekitar 1.5 juta ton

per tahun. Konversi lahan lebih banyak terjadi di daerah lahan sawah karena

infrastruktur ekonomi lebih banyak tersedia di lahan persawahan. Selama tahun 1978-

1999 luas konversi lahan sawah secara nasional mencapai 2.37 juta hektar atau 118.7

ribu hektar per tahun (Irawan, 2003). Di sisi lain konversi lahan juga dibarengi dengan

pencetakan sawah baru yang jumlahnya mencapai 3.82 juta hektar per tahun, karena

luas pencetakan sawah masih lebih tinggi daripada konversi sawah maka secara

nasional luas sawah nasional meningkat sebesar 72.2 ribu hektar per tahun. Meskipun

demikian, keterbatasan potensi lahan mengakibatkan masalah konversi perlu mendapat

perhatian yang lebih serius dimasa yang akan datang.

Permasalahan lainnya adalah ketidakseimbangan antara pertumbuhan luas

lahan pertanian (yang semakin melambat) dengan pertumbuhan populasi petani

sehingga rata-rata luas lahan yang dikuasai petani semakin menyempit. Rata-rata

penguasaan lahan pertanian berdasarkan Sensus Pertanian (SP) 1983 di Indonesia

adalah 0,98 hektar per keluarga petani, masing-masing di Jawa sebesar 0,58 dan di

luar Jawa sebesar 1,58 hektar per keluarga tani. Adapun pada tahun 1993 rata-rata

nasional penguasan tanah per keluarga tani turun menjadi 0,83 hektar; dengan rata-

rata di Jawa 0,47 dan di Luar Jawa 1,27 hektar per pertani. Mayrowani et al (2004)

memperkirakan bahwa setiap terjadi kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar

satu persen maka akan menyebabkan rata-rata luas garapan petani menurun sebesar

0,23 persen. Kemudian dengan asumsi sebagian besar petani adalah penduduk yang

tinggal di pedesaan maka peningkatan satu persen penduduk pedesaan akan

menyebabkan rata-rata luas lahan petani menurun sebesar 0,46 persen. Penguasaan

lahan yang semakin mengecil tersebut akan berdampak tidak menguntungkan bagi

upaya peningkatan efisiensi usahatani dan kesejahteraan petani.

Selain masalah keterbatasan sumberdaya lahan, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi usaha peningkatan produksi beras domestik pada saat ini diantaranya

adalah prasarana produksi yang terbatas khususnya sistem pengairan tata air mikro

(irigasi) di luar Pulau Jawa, kondisi anomali iklim yang terjadi pada saat ini,

keengganan dan keterbatasan kemampuan petani untuk mengadopsi atau megakses

bibit unggul, kejenuhan lahan akibat menipisnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman

Page 5: 5produksi Pangan Indonesia

69

dan berbagai hambatan dalam pengembangan teknologi produksi dan penanganan

pasca panen.

Perkembangan Produksi Daging, Susu dan Telur

Perkembangan produksi daging, susu dan telur disajikan dalam Tabel 5.4.

dan Tabel 5.5. Secara umum produksi daging, susu dan telur mengalami

peningkatan .

Tabel 5.4. Perkembangan Produksi Daging

Komoditi Produksi (000 ton)

Pertum buhan

2000 2001 2002 2003 2004 2005 %/tahun

Daging Ayam Buras 265,21 275,14 288,34 298,51 296,42 301,42 2,61

Daging Ayam Ras Pedaging 515 536,95 751,9 771,1 846,09 779,1 9,73

Daging Ayam Ras Petelur 23,74 34 42,77 48,1 48,4 45,19 15,09

Daging Babi 162,4 160,15 164,49 177,09 194,67 173,69 1,63

Daging Domba 33,41 44,77 68,7 80,6 66,1 47,3 11,67

Daging Itik 13,79 23,12 21,8 21,24 22,21 21,35 12,01

Daging Kambing 44,89 48,7 58,2 63,9 57,13 50,6 3,15

Daging Kerbau 45,85 43,65 42,3 40,64 40,24 38,1 -3,62

Daging Kuda 0,93 1,09 1,06 1,59 1,56 1,59 12,90

Daging Sapi 339,94 338,69 330,29 369,71 447,57 358,7 2,06

Total Daging 1445,16 1560,56 1769,844 1872,566 2020,356 1817,027 5,01

Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian, 2007 (diolah)

Tabel 5.5. Perkembangan Produksi Susu dan Telur

Komoditi Produksi (000 ton)

Pertum buhan

2000 2001 2002 2003 2004 2005 %/tahun

Susu 495,65 479,95 493,4 553,4 549,9 535,96 1,73

Telur 696,29 839 945,8 973,6 1107,41 1051,50 8,97

Telur Ayam Buras 139,02 154,95 161,7 177 172,1 175,43 4,89

Telur Ayam Petelur 502,98 537,79 614,4 611,5 762 681,15 6,94

Telur Itik 141,31 157,58 169,7 185 173,2 194,96 6,88

Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian, 2007 (diolah)

Page 6: 5produksi Pangan Indonesia

70

Daerah Sentra Produksi Pangan

Ditinjau dari penyebaran wilayahnya, produksi padi masih terkonsentrasi di

Pulau Jawa dengan proporsi sebesar 55 persen. Pulau Sumatera memiliki proporsi

produksi padi sebesar 23 persen, Sulawesi sebesar 10 persen, Kalimantan 6 persen,

serta Bali dan Nusa Tenggara 5 persen

Tabel 5.6. Persebaran Produksi Padi Menurut Wilayah Pulau (Ribu Ton)

Pulau/Tahun 2001 2002 2003 2004 2005

J a w a 28.312 28.608 28.167 29.636 29.764

Sumatera 11.287 11.542 12.136 12.666 12.675

Bali & Nusa Tenggara 2.696 2.647 2.725 2.807 2.616

Kalimantan 3.074 3.169 3.358 3.657 3.614

Sulawesi 4.983 5.438 5.602 5.171 5.301

Maluku & Papua 109 85 149 151 181

Indonesia 50.461 51.489 52.137 54.088 54.151

Sumber: BPS, diolah

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk

meningkatkan produksi beras domestik dan menekan ketergantungan terhadap beras

impor, atau bahkan mungkin menjadi salah satu negara eksportir beras. Bila dilihat

dari dimensi spasial, sampai saat ini Pulau Jawa masih berperan sebagai sentra

produksi beras domestik dan menjadi andalan dalam penyediaan beras nasional. Pada

tahun 2004, pangsa luas areal tanaman padi di Pulau Jawa tercatat sebesar 47,92

persen dari total areal padi nasional, sedangkan jumlah produksi berasnya mencapai

54,79 persen dari produksi beras domestik. Angka-angka ini mengindikasikan bahwa

Pulau Jawa masih memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibanding daerah

produksi di luar Pulau Jawa (Tim Kajian Lingkungan Pulau Jawa, 2007).

Seiring dengan pesatnya perkembangan kegiatan ekonomi non pertanian (of

farm) seperti sektor industri, pemukiman dan pembangunan prasarana publik di Pulau

Jawa, penyusutan lahan persawahan yang lebih cepat di daerah ini, menyebabkan

peran Jawa dalam menghasilkan beras cendrung mengalami penurunan. Pada sisi lain,

Page 7: 5produksi Pangan Indonesia

71

peran daerah sentra produksi di luar Pulau Jawa cendrung meningkat. Pulau Sumatra

tercatat sebagai daerah yang pangsanya tertinggi di luar Pulau Jawa, kemudian diikuti

oleh Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Akan tetapi

bila dilihat dari tingkat produktivitasnya, Bali dan Pulau Sulawesi merupakan pemilik

tingkat produktivitas tertinggi di luar Pulau Jawa, kemudian diikuti oleh Sumatera dan

daerah lainnya. Pulau Kalimantan sebenarnya memiliki potensi lahan yang cukup besar

dan areal tanaman padinya tidak jauh berbeda dengan Sulawesi, namun tingkat

produktivitasnya relatif lebih rendah karena tingkat kesuburan lahannya yang sangat

rendah dibanding daerah lainnya.

Tabel 5.7 Kontribusi Luas Areal dan Produksi Beras Berdasarkan Pulau di Indonesia,

Tahun 1970 - 2004

Pulau

Pangsa Luas Area (%) Pangsa Produksi (%)

1970 1984 1996 2004 1970 1984 1996 2004

Jawa 53.17 53.04 47.44 47.92 60.92 61.84 55.52 54.79

Sumatra 23.54 24.11 26.52 26.51 21.73 19.86 22.97 23.42

Kalimantan 8.60 8.17 9.37 9.89 4.64 4.72 5.58 6.76

Sulawesi 8.78 8.93 10.79 9.81 7.80 8.32 10.58 9.56

Bali dan Nusa Tenggara 5.78 5.55 5.60 5.48 4.86 5.19 5.18 5.19

Maluku dan Papua 0.13 0.20 0.28 0.39 0.05 0.07 0.17 0.28

Indonesia 100.00 100.00 100.00

100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : BPS (berbagai terbitan), diolah

Secara spesifik daerah sentra produksi pangan berdasarkan komoditasnya di

di Indonesia disajikan dalam Gambar 51.-5.8.

Page 8: 5produksi Pangan Indonesia

72

Produksi padi (000 ton), 2006

0,3326,19716,50627,07342,93849,83359,21568,319192,583301,616349,429378,377454,902491,712511,911541,171544,597708,163739,777840,8911107,661

1502,7481552,6271636,841751,4681889,4892129,914

2456,2513007,636

3365,5098729,291

9346,9479418,572

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

Riau KepulauanDKI

Bangka BelitungIrian Jaya Barat

RiauMaluku

Maluku UtaraPapua

GorontaloSulawesi Barat

Sulawesi TenggaraBengkulu

Sulawesi UtaraKalimantan Tengah

Nusa Tenggara TimurKalimantan Timur

JambiDaerah IstimewaSulawesi Tengah

BaliKalimantan Barat

Nanggroe AcehNusa Tenggara Barat

Kalimantan SelatanBanten

Sumatera BaratLampung

Sumatera SelatanSumatera Utara

Sulawesi SelatanJawa Tengah

Jawa TimurJawa Barat

Gambar 5.1. Produksi Padi Berdasar Propinsi, 2006

Page 9: 5produksi Pangan Indonesia

73

Produksi jagung 000 ton, 2006

0133771114151824293558667475788297104137202224243

416573583

682696

1.1841.856

4.011

- 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500

DKI JakartaRiau Kepulauan

Bangka BelitungIrian Jaya Barat

PapuaKalimantan Tengah

Maluku UtaraKalimantan Timur

MalukuSulawesi Barat

BantenJambi

RiauKalimantan Selatan

Sulawesi TengahSumatera Selatan

Sulawesi TenggaraBali

BengkuluNanggroe Aceh

Nusa Tenggara BaratKalimantan Barat

Sumatera BaratDI Yogyakarta

Sulawesi UtaraGorontalo

Jawa BaratNusa Tenggara

Sumatera UtaraSulawesi Selatan

LampungJawa Tengah

Jawa Timur

Gambar 5.2. Produksi Jagung i Berdasar Propinsi, 2006

Page 10: 5produksi Pangan Indonesia

74

Produksi kedelai 000 tonm 2006

0,000,000,681,051,161,341,431,441,731,891,922,142,652,782,792,983,443,593,794,214,224,886,737,0410,8410,86

22,2424,5025,50

39,55132,26

320,21

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00

Bangka BelitungRiau Kepulauan

Kalimantan TengahSulawesi Barat

Maluku UtaraBengkulu

MalukuSumatera Barat

Kalimantan BaratIrian Jaya Barat

BantenKalimantan Selatan

Sulawesi TengahKalimantan Timur

Nusa Tenggara TimurSulawesi Tenggara

JambiLampung

Sumatera SelatanRiau

PapuaSulawesi Utara

GorontaloSumatera Utara

BaliNusa Tenggara Barat

Sulawesi SelatanJawa Barat

Nanggroe Aceh DarussalamDaerah Istimewa

Jawa TengahJawa Timur

Gambar 5.3. Produksi Kedelai Berdasar Propinsi, 2006

Page 11: 5produksi Pangan Indonesia

75

Produksi kacang tanah 000 ton, 2006

0,030,060,210,530,540,581,801,942,222,402,432,652,862,903,396,767,047,2110,1210,4211,0911,7011,8915,7617,8318,5420,1221,89

41,7643,96

66,3691,82

179,07

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Daerah Khusus Ibukota JakartaRiau Kepulauan

Kalimantan TengahBangka Belitung

Sulawesi BaratMaluku Utara

BaliIrian Jaya Barat

Kalimantan TimurKalimantan Barat

JambiPapua

GorontaloMaluku

RiauSulawesi Tenggara

BengkuluSulawesi Utara

Sumatera BaratSulawesi Tengah

Nanggroe Aceh DarussalamSumatera Selatan

LampungKalimantan Selatan

Nusa Tenggara TimurBanten

Sumatera UtaraJawa Timur

Sulawesi SelatanNusa Tenggara Barat

Daerah Istimewa YogyakartaJawa Barat

Jawa Tengah

Gambar 5.4. Produksi Kacang tanah i Berdasar Propinsi, 2006

Page 12: 5produksi Pangan Indonesia

76

Produksi Ubikayu (000 ton), 2006

0,800,946,9010,3317,2621,8437,8340,4140,7845,2546,5047,5952,7965,6682,3982,4287,0493,80101,25113,49123,83133,10143,56159,06228,32238,04250,17

567,751016,27

2044,673553,823680,57

5499,40

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Daerah Khusus Ibukota JakartaGorontalo

Riau KepulauanMaluku

Bangka BelitungIrian Jaya Barat

PapuaSulawesi Barat

JambiSumatera Utara

Nanggroe Aceh DarussalamRiau

Sulawesi TengahKalimantan TengahKalimantan Selatan

Sulawesi UtaraNusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur

Kalimantan TimurBengkulu

Maluku UtaraSumatera Barat

BantenBali

Sumatera SelatanSulawesi Tenggara

Kalimantan BaratSulawesi Selatan

Daerah Istimewa YogyakartaJawa Barat

Jawa TengahJawa Timur

Lampung

Gambar 5.5. Produksi Ubi Kayu Berdasar Propinsi, 2006

Page 13: 5produksi Pangan Indonesia

77

Produksi susu ( ton), 2006

0000000000000000039439095

961771974019301.1846.3658.78311.063

130.896211.889

244.300

0 50000 100000 150000 200000 250000

RiauJambi

Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur

Kalimantan TengahKalimantan Timur

Sulawesi UtaraSulawesi Tengah

Sulawesi TenggaraMaluku

Bangka BelitungBanten

GorontaloMaluku Utara

Kepulauan RiauIrian Jaya BaratSulawesi Barat

Kalimantan BaratNanggroe Aceh Darussalam

BengkuluBali

PapuaKalimantan Selatan

LampungSumatera Selatan

Sumatera BaratSulawesi Selatan

DKI JakartaSumatera Utara

DI YogyakartaJawa Tengah

Jawa BaratJawa Timur

Gambar 5.6. Produksi susu Berdasar Propinsi, 2006

Page 14: 5produksi Pangan Indonesia

78

Produksi Ayam ras (ton), 2006

536424729957369369971786494810011.5132.0262.4402.6822.9744.2445.5675.6589.11712.80816.33519.057

28.92529.27235.68337.47143.24148.820

95.143125.221

282.478

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000

Maluku UtaraMaluku

Kalimantan TengahIrian Jaya Barat

Nusa Tenggara TimurSulawesi Tenggara

BengkuluNusa Tenggara Barat

GorontaloPapua

Nanggroe Aceh DarussalamSulawesi Barat

Bangka BelitungRiau

Kepulauan RiauJambi

Sulawesi TengahSulawesi Utara

Kalimantan TimurKalimantan Selatan

LampungKalimantan BaratDI Yogyakarta

Sulawesi SelatanBali

BantenSumatera SelatanSumatera BaratSumatera Utara

Jawa BaratJawa TengahJawa Timur

Gambar 5.7. Produksi Daging Ayam Ras Berdasar Propinsi, 2006

Page 15: 5produksi Pangan Indonesia

79

Produksi Dagung sapi ( ton), 2006

7599069541.0321.1271.1511.6132.0052.6492.7412.9563.0013.2184.371

6.3686.8496.8617.2647.2697.2697.3467.3947.5178.50510.13211.35911.601

15.37215.562

23.51550.326

77.75979.091

10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000

Irian Jaya BaratGorontalo

Kepulauan RiauSulawesi Barat

BengkuluMaluku Utara

MalukuPapua

Sulawesi TenggaraBangka Belitung

JambiKalimantan Tengah

Sulawesi TengahSulawesi Utara

Kalimantan SelatanLampung

RiauDI Yogyakarta

Nusa Tenggara BaratKalimantan BaratKalimantan Timur

BaliNusa Tenggara Timur

DKI JakartaSumatera Utara

Sumatera SelatanNanggroe Aceh Darussalam

BantenSumatera Barat

Sulawesi SelatanJawa Tengah

Jawa BaratJawa Timur

Gambar 5.8. Produksi Daging Sapi Berdasar Propinsi, 2006