politikpangan untuk kedaulatan pangan indonesia
TRANSCRIPT
Politik Panganuntuk
KedaulatanPangan
Indonesia
Laksmi A. Savitri
FIAN Indonesia
1. Kondisi sistempangan
2. Kebijakanpangan
3. Gerakan kedaulatan pangan
Hak atas
Pangan &
Gizi
POLITIK PANGAN
Reforma Agraria
Pertanian berkelanjutan
Perdagangan yang adil
Prosumsi lokal beragam
Ekonomi solidaritas
KEDAULATAN PANGANPETANI BERMARTABAT & SEJAHTERA
APAKAH CETAK SAWAH DI KALIMANTAN TENGAH JAWABAN DARI PENCAPAIAN KEDAULATAN PANGAN?
SISTEM PANGAN GLOBAL
(dari lahan ke piring makan)
1. Produksi: industrialiasi untuk produksi
masal, kalori murah
2. Spesialisasi wilayah: monokultur, skala
besar, pekerja migran & anak/keluarga
yang tertinggal/ditinggalkan
3. Perdagangan bebas: AoA - WTO
4. Penyatuan hulu-hilir: dominasi rantai pasok
pangan oleh supermarket global dan
rantai restoran cepat saji
5. Korporatisasi: investasi R&D dan
infrastruktur untuk pertanian komoditi
ekspor
SISTEM
PANGAN
GLOBAL
Monsan
to,
Cargill,
DelM
onte
1. Kondisi sistem pangan
SISTEM PANGAN
YANG RUSAK✓ Monokulturisasi
✓ Rantai pasok yang panjang
✓ Akses tidak merata
✓ Deforestasi & kekeringan
✓ 822 juta org kelaparan
✓ 2 milyar org malnutrisi
✓ 1 milyar org obesitas
✓ 165 juta anak terhambat
pertumbuhannya
2/3
pangan
dari 9
spesies
1/3 dari
total
emisi
karbon
Erosi
top soil
limbah
1. Kondisi sistem pangan
KERUSAKAN
EKOLOGIS &
KESEHATAN
“food from nowhere”
REZIM PANGAN
INTERNASIONAL
Sistem relasi, aturan, dan praktik
yang membentuk struktur
pembagian kerja internasional dan
perdagangan pertanian dalam
kapitalisme dunia sejak 1870-an
1. Kondisi sistem pangan
KETIMPANGAN
GLOBAL
• Domein verklaring
• Ekstraksi surplus untukperdagangan komoditieksotis dan industri: gula, Kopi, kakao, Karet, Tembakau
• Kuli kontrak
• Modal eksternal
• Colonial state system
Agrarisch Wet 1870 & Perkebunan
FR I
• Monopoli pangan: BULOG & PT. Bogasari/Indofood
• Industrialisasi pangan: mie instan(pangan pokok ke-2)
• Industrialisasi input untuk produksimasal: Bibit unggul, pupuk, pestisida
• Ketimpangan dari ‘kapitalisme dari atasdan dari bawah’
Food dumping (gandum) & Revolusi Hijau – 1970
FR II • Banjir impor & ekspor produkpertanian (high value food)
• Integrasi pertanian dan industripangan global
• Proteksi produk pertaniandikurangi/dilarang
WTO 1995
FR II
• Supermarketisasi produkpertanian pangan, standarisasi
• Pembedaan kelas konsumensecara tajam
• Landgrabbing & peasant dispossession
• Ketimpangan menajam
Corporate food regime FR III
INDONESIA DALAM REZIM PANGAN
INTERNASIONAL
1. Kondisi sistem pangan
1. Kondisi sistem pangan
KEGAGALAN
PEMENUHAN
HAK ATAS
PANGAN &
GIZI
PANDEMI & KELAPARAN DI INDONESIA
Pasar global
Industrialisasi
Penggusuran dan
EkstraksiSSA/SDA
Perusakan habitat Keanekaragaman hayati
berkurang /hilang
Krisis sosialekologi & ekonomi
Pandemi
(Krisis Kesehatan)
Disrupsi sistem
pangan
Disrupsi
ekstraksi
surplus
KETIMPANGAN
GLOBAL
ANOMALI
EKSPOR
PANGAN
KELAPARAN, GIZI
BURUK,
KEMISKINAN
RESESI
EKONOMI
SISTEM PANGAN
HANYA
PROBLEM
KUANTITATIF
(defisit-surplus)
PENYEBAB
STRUKTURAL
LEMAH
KOREKSI
PROBLEM STRUKTURAL SISTEM PANGAN
Pasar/distribusiKementan
Kemendes
ATR/BPN
KLHK
Kelautan&
Perikanan
PUPR
Tani
Tanah
Hutan
Air
Wilayah
tangkap
Alat
Jalan
Irigasi
waduk
KemenhubTransportasi
Logistik
Kemendag
Kemenlu
Ekspor-impor
Izin usaha
Perjanjian
internasional
KemenkesKeamanan
pangan
Informatika&
KomunikasiData &
informasi
Pariwisata &
Ekonomi
kreatifKuliner
promosi
KonsumenProdusen
Kementrian Investasi
Korporatisasi
Pemberdayaan perempuan &
perlindungan anak
PANGAN & GIZI
2. Kebijakan pangan
DEWAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL ??
2. Kebijakan pangan
KORPORA
TISASI
REFLEKSI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN FOOD ESTATE (MIFEE, MFE, KFE)
1. Pengelolaan food estate oleh korporasi tidak memiliki ruang untuk proses integrasi sosial-
budaya warga setempat pada ekonomi baru
2. Perubahan lanskap yang masif menimbulkan persoalan-persoalan ekologis yang berimplikasi
pada kesehatan masyarakat sekitar dan kesulitan bahan pangan
3. Memunculkan ruang bagi brokering yang merugikan posisi masyarakat tapi menguntungkan
lapisan elit sosial dan para broker semata
4. Memperbesar ketimpangan sosial
5. Memicu potensi konflik sosial yang meluas
6. Menghasilkan skema pengelolaan pangan yang merugikan negara
2. Kebijakan pangan
PENDEKATAN
KEAMANAN
Militerisasi
ekonomi politik
pangan
Konflik agraria
Proyek cetak
sawah
2. Kebijakan pangan
INVESTASI
Indonesia bisa menghapuskan
kelaparan pada 2030 dan
sepenuhnya bebas dari
kelaparan pada 2045 dengan
cara memadukan investasi di
bidang riset dan
pengembangan pertanian,
perluasan irigasi dan efisiensi
penggunaan air, pembangunan
infrastruktur pedesaan, seperti:
jalan, listrik dan jalur kereta
api (ADB&BAPPENAS
2019:xix).
KORPORATISASI
2. Kebijakan pangan
Kawasan komoditiKelembagaan produksi
REFLEKSI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KOLEKTIF OLEH MASYARAKAT
1. Siapa anggotanya sangat menentukan kepada siapa distribusi surplus diterimakan dan
tanggungjawab pengelolaan ditagihkan
2. Jika anggota adalah petani tunakisma, kombinasi antara landreform dan koperasi primer
bisa mendemokratisasi surplus dan pengambilan keputusan terhadap sumber daya
sehingga terjadi pengelolaan pertanian berkeadilan
3. Perlu memiliki kepastian dan perlindungan hukum atas status kepemilikan/penguasaan
tanah/hak guna usaha oleh petani kecil
4. Tidak terjadi alih fungsi karena status jelas dan kelembagaan ekonomi menyejahterakan
5. Pengelolaan kolektif tetap memiliki konsekuensi pada munculnya pelapisan sosial yang
akan menimpang jika redistribusi tidak dilakukan setiap terjadi konsentrasi kepemilikan
Kebijakan Negara:
1. Menjawab krisis pangan dengan tetap
melancarkan prosumsi dalam jejaring relasi
dan regulasi rezim pangan global
2. Menjawab kelaparan dengan solusi
kuantitatif pasokan & permintaan melalui
korporatisasi
3. Menjawab resesi ekonomi dengan solusi
peningkatan konsumsi dan investasi
4. Menjaga sedapat mungkin problem
struktural tetap lestari, bahkan diperkuat
(in-built inertia), contoh: RUU Cipta Kerja
5. ‘Re-setting’ neoliberalisme?
2. Kebijakan pangan
RPJMN 2020-2024
APAKAH CETAK SAWAH DI KALIMANTAN TENGAH JAWABAN DARI PENCAPAIAN KEDAULATAN PANGAN?
Satu bagian dari keseluruhan kebijakan pangan neoliberal yang berpotensi mengulangi dan
memperbesar dampak yang merugikan petani kecil dan warga dunia
Kekuatan Rakyat
• Gerakan HAPN & kedaulatan pangan
• Gerakan Petani, Buruh, Nelayan, Masyarakat Adat
• Gerakan perempuan & lingkungan
• Koperasi
• Pasar sehat
• Community supported agriculture
• Penolakan GMO
• Pangan sehat
• Anti-buang makanan
• Food grower
• Agroekologi
• Pertanian alami
• Bank/koperasibenih lokal
• Reklaiming
• Lumbung
• Sasi laut
Produksi Konsumsi
Aliansiglobal
Distribusi
UNDROP
UNDRIP
3. Gerakan sosial untuk kedaulatan pangan
HAPG
TITIK BALIK SISTEM PANGAN INDONESIA
IndustriGlobal
Pengolahanpangan
Konsumen lokal,
konsumsiglobal
Produksiglobal bahan
pangan
Jalur logistik ekspor-impor
REZIM
PANGAN
GLOBAL
TITIK BALIK1. De-globalisasi rantai pasok :
Produksi lokal, pasar lokal,
konsumen lokal, konsumsi lokal
2. Kolektivitas: prosumsi pangan
kolektif
3. Demokratisasi pasar dan logistik:
nested market, e-marketplace
4. Pemenuhan akuntabilitas negara
untuk HAPN
KRISIS
1. akses terhadap pangan
terganggu
2. hak atas pangan yang
mencukupi dan layak tidak
terpenuhi
2. Gerakan sosial untuk kedaulatan pangan
GAGASAN
KEDAULATAN
PANGAN:
NEGARA
MENGHORMATI
MELINDUNGI
MEMENUHI
HAPGProblem
Struktural
HAK ATAS
PANGAN &
GIZI REALITA:
KOMPLEKSITAS
KEPENGATURAN
DAMPAK
MERUGIKAN
INISIATIF
RAKYAT
STRATEGI
Gerakan
sosial
PERUBAHAN
KEBIJAKAN
Negara
REZIM PASAR BEBAS
Agrifood corporations
REZIM PASAR BEBASRE
ZIM
PA
SA
R B
EB
AS
WTO
RE
ZIM
PA
SA
R B
EB
AS
AD
B
UPOV & FTA
POLITIK PANGAN UNTUK KEDAULATAN PANGAN
FOOD
SYSTEM
REFORM
Peran Negara:
1. De-konsentrasi sistem pangan dengan:
a) Restrukturisasi Industri pangan dengan menghentikan kartel pangan
b) Memberikan dukungan berpihak pada koperasi-koperasi produsen bahan pangan dan artisan,
serta konsumen sadar pangan sehat bergizi
c) Melarang penggunaan produk rekayasa genetik
d) Mendukung pembentukan klaster-klaster community supported agriculture dan nested market
yang mengintegrasikan produsen bahan pangan – artisan pangan – konsumen pangan secara
kolektif dan berjejaring
e) R&D dan infrastruktur pedesaan untuk perlindungan dan perluasan benih lokal
2. Menjalankan Reforma Agraria dengan moratorium ekonomi ekstraktif, skala luas, monopoli, dan
konsentrasi aset
3. Menarik draft RUU Cipta Kerja dari DPR dan membatalkannya
4. Keluar dari keanggotaanWTO
Food System Reform
(“food from somewhere”)DEPRESI EKONOMI
GLOBAL
DEPRESI EKONOMI
GLOBAL
Masyarakat Sipil:
1. De-globalisasi: pengorganisasian meluas dan konsolidasi praktik-praktik prosumsi kolektif
dan berkelanjutan (green consumers/producers, penerapan agroekologi, Community Supported
Agriculture/Gerakan Pangan Gotong-Royong, koperasi)
2. Demokratisasi: membentuk Dewan Kedaulatan Pangan di tingkat lokal untuk saling-sokong
keberagaman sistem pangan lokal non-GMO
3. Advokasi Hak: Menagih akuntabilitas negara/negara investor atas kondisi kelaparan dan
kegagalan pemenuhan hak atas pangan dan nutrisi
Food System Reform
(“food from somewhere”)
DEPRESI EKONOMI
GLOBAL