ketahanan pangan antara indonesia dan canada

Upload: rahman-sidik

Post on 16-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

21

TRANSCRIPT

Ketahanan Pangan Antara Indonesia dan Canada

Ketahanan Pangan Antara Indonesia dan CanadaOleh:Mochamad Rahman Sidik(123020073)Fenty Juniarti Effendi(123020081)Zia Ulfah(123020117)Indra Yasa Tarigan(123020083)Leny Mardalena(123020085)

Ketahanan PanganMenurut Peraturan Pemerintah indonesia tentang ketahanan pangan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman dan terjangkau.

Contoh Negara-Negara Ketahanan PanganSwasembada Pangan dengan Ketidak Tahanan PanganTahan PanganTidak tahan panganSwasembada panganAB Contoh: USA, Kanada, Australia, Brunei,dllContoh: Myanmar, Indonesia, FilipinaTidak Swasembada PanganCDContoh: Norwegia, jepang, Singapura,dllContoh: Malawi, Eritrea, Kenya, Kongo, East Timor.Upaya Peningkatan Pangan di IndonesiaDi Indonesia upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan sejak tahun 1967 dengan dibentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog). Bulog berfungsi sebagai pengotrol harga beras dengan cara mematok harga beras domestik secara signifikan lebih tinggi dari harga beras dunia (Alderman & Timmer 1980, Timmer Falcon and Pearson 1983, Timmer 2002). Namun, ironisnya Indonesia masih mengimpor terigu sebagai subsitusi beras untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari AS, Australia, Kanada, Argentina, dan sebagian negara-negara Eropa.

Ketahanan pangan nasional tidak mensyaratkan untuk melakukan swasembada produksi pangan karena tergantung pada sumberdaya yang dimiliki. Namun, Indonesia telah melakukan swasembada pangan pada saat Orde Baru, pada saat zaman Presiden Soeharto. Suatu negara bisa menghasilkan dan mengekspor komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dan barang-barang industri, kemudian membeli komoditas pangan di pasar internasional. Sebaliknya, negara yang melakukan swasembada produksi pangan pada level nasional, namun dijumpai masyarakatnya yang rawan pangan karena ada hambatan akses dan distribusi pangan Stevens et al. (2000). Menurut Sen (1981), ketidaktahanan pangan dan kelaparan sering terjadi karena ketiadaan akses atas pangan bahkan ketika produksi pangan berlimpah, ibarat tikus mati di lumbung padi, kasus gizi buruk di Nusa Tenggara Timur adalah salah satu bukti (Lassa, 2006). Namun, di Nusa Tenggara Timur sendiri pernah mengalami surplus pangan pada tahun 2002. Surplus tersebut berasal dari sumber pangan yang di dalamnya terkandung karbohidrat seperti ubi kayu, ubi jalar dan jagung, yang bila diequivalenkan menjadi beras, terdapat surplus sebesar 20% (Lassa, 2009). Pada kenyataannya surplus pangan ini tidak mampu menjamin tingkat ketahanan pangan rumah tangga yang memadai. Dalam empat puluh tahun terakhir, kontribusi food crops terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) NTT turun drastis dari lebih dari 53.7% di akhir tahun 1960an hingga ke level 21% ditahun 2006. Seiring dengan menurunnya kontribusi pertanian (agriculture) terhadap PDRB. Tetapi sebagai mana terlihat, food crops lebih banyak tertekan karena peralihan kepada sektor lain non pertanian. Tahun 1997-1999 menunjukan turunnya produksi akibat gejala kekeringan yang didorong oleh El-Nino. Perkembangan Food Crops dan Kontribusi Pertanian Terhadap PDRB NTT Dekade 1960anHingga 2008 (Lassa, 2009)Untuk itu pemerintah berencana untuk beralih ke pengadaan beras. Pengadaan beras selama kurun waktu antara 1999-2006, memiliki surplus pada tahun 2004. Hal ini telah menandakan peningkatan jumlah pengkonsumsian beras di seluruh wilayah negara Indonesia hingga mencapai tingkat 96 %. Peningkatan produksi pangan ini memang sesuatu hal yang membanggakan. Namun, Indonesia masih belum dapat mencapai ketahanan pangan yang memadai ketika swasembada telah terjadi. Krisis kedelai tahun 2007 (Kompas.com, 24 Agustus 2009) menjadi pelajaran berharga betapa ketergantungan terhadap pangan impor memicu gejolak sosial masyarakat karena harga tempe dan tahu melonjak tajam. Pasokan impor pun minim. Padahal, kedua produk makanan itu menjadi makanan favorit sebagian besar rakyat Indonesia.

Ketahanan pangan juga memiliki kaitan dengan banyak isu seperti: mitigasi kekeringan dan ketahanan pangan, pertanian lahan kering dan ketahanan pangan, pangan dan politik pertanian, dialektika pangan dan tambang, pangan dan pasar, pangan dan iklim serta perubahan iklim, pangan, kelaparan dan malnutrisi, pangan dan cendana, pangan dan non-timber forest products (NTFP), kemiskinan dan ketahanan pangan, politik bantuan pangan di NTT, gender dan sumber daya alam dan inovasi teknologi sebagainya (Lassa, 2009). Ofong 2003 menceritakan tentang mekanisme penyesuaian lokal, khususnya pada mekanisme bertahan menghadapi kelaparan. Ofong 2007 juga menghubungkan persoalan pangan dengan risiko bencana. Dengan demikian, Indonesia perlu melihat bagaimana perkembangan negara-negara yang mampu memenuhi ketersediaan pangan disamping dapat mencapai ketahanan pangan yang memadai.

Ketahanan Pangan CanadaKanada merupakan salah satu negara di kawasan Amerika Utara yang memiliki tingkat kemajuan yang sudah tinggi. Kanada mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar dan potenssial seperti Indonesia. Hanya saja Indonesia merupakan negara kepualauan sedangkan Kanada merupakan negara daratan, secara historis dikenal sebagai Dominion of Canada, adalah negara paling utara di Amerika Utara. Merupakan federasi dari 10 provinsi dan 3 teritori dengan sistem federal dan pemerintahan berbentuk monarki konstitusional. Dibentuk tahun 1867 dengan undang-undang Konfederasi dan merupakan negara terluas di Amerika Utara. Luas Negara ini adalah 9.970.610 km persegi. Kanada termasuk negara maju di mana ekonominya tergantung terutama pada ketersediaan hasil alam yang melimpahKondisi geografis seperti yang dijelaskan tersebut, menjadikan Pemerintahan Kanada menyadari betapa pentingnya sistem ketahanan pangan negara. Hal ini disebabkan karena menyangkut kehidupan setiap warga yang harus dipenuhi. Untuk itu pemerintah Kanada ikut berpartisipasi dalam pendirian sekaligus pelopor the United Nations Food and Agriculture Organization di Kota Quebec tahun 1945. Hal tersebut dilakukan dalam upaya menangani dan mengakhiri segala bentuk kelaparan baik yang terjadi di dalam negerinya maupun di luar negeri. Pada World Food Summit (WFS) di Roma bulan November 1996, Kanada bergabung dengan 186 negara lain untuk mendukung tujuan dalam mengurangi kekurangan pangan masyarakat di dunia paling lambat tahun 2015. Hasilnya, beban pangan penduduk dunia telah terkurangi dengan adanya program atau rencana aksi tersebut. Di dalam pelaksanaannya Kanada melakukan ekspor bahan pangan ke negara-negara yang kekurangan pangan. Kanada merupakan salah satu negara terbesar yang mampu memberi bantuan bahan pangan disamping Australia, dan Amerika Serikat. 6 Jenis Bahan Pokok yang Masih Import1.BerasPada tahun 2013, Bulog mengimpor 1,8Jt ton beras2. GulaIndustri gula merupakan salah satu industri sektor tertua di indonesia , namun pada satu dekade terakhir, industri gula memang mengalami pasang surut, bahkan mengimport gula pada tahun 2013 pemerintah berencana mendatangkan 240.000 ton gula mentah.3. GaramIndonesia tercatat sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, tapi garam indonesia masih saja mengimport pada Juni 2012 alokasi untuk garam sebesar 533.000 ton.4.Daging SapiPada Desember 2012 terdapat daging impor sebanyak 3.753 ton, sapi bakalan sebanyak 15.106 ekor atau setara dengan 11.212 ton. Tahun depan, pemerintah masih bergantung pada daging impor.Tahun 2013, pemerintah menetapkan kuota daging impor sebanyak 80.000 ton dibagi dalam impor daging beku sebanyak 32.000 ton dan sapi bakalan seberat 48.000 ton atau setara 276.000 ekor sapi.5. Kedelaisebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, Indonesia memiliki tanah yang subur namun untuk komoditi kedelai saja Indonesia masih harus mengimpor.Kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,4 juta ton per tahun.Kemampuan produksi kedelai dalam negeri hanya sebesar 600.000 ton per tahun.Langkah singkat pun diambil pemerintah agar tidak ada kelangkaan kedelai. Tahun ini saja, setidaknya terdapat 1,8 juta ton kedelai impor masuk Indonesia. Pemerintah pernah menargetkan swasembada kedelai pada 2008, namun akhirnya gagal. Pemerintah juga menargetkan swasembada pangan pada 2014.

6.SingkongIndonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil singkong.Data Kementerian Pertanian mencatat produksi tanaman yang identik dengan makanan rakyat jelata itu mencapai 19,92 juta ton sepanjang tahun lalu.Namun data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) justru menunjukkan kondisi yang kontraproduktif.Negara ini justru mengimpor singkong dengan nilai mencapai Rp 32 miliar dalam 10 bulan terakhir.Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan CanadaUpaya-upaya telah dilakukan oleh Kanada dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan seperti penjualan makanan organik secara ritel di Kanada terus berkembang sekurang kurangnya 20% pertahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran akan keamanan pangan. Pada tahun 2006 makanan bersertifikasi organik telah terjual dengan nilai lebih dari US$ 412 juta di supermarket supermarket di Kanada, atau meningkat lebih dari 30% dibanding tahun sebelumnya.Gambar di atas menunjukkan tren dalam kontribusi PDB dari sistem pertanian-pangan, yang mencakup pasar input pertanian, pertanian primer, makanan, minuman, pengolahan tembakau, FBT, serta grosir/eceran. Kontribusi total sektor secara keseluruhan meningkat menjadi lebih dari CAD 20.000.000.000 selama periode 1991-2005, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata 2,4%.

Sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah grosir dan eceran serta FBT. Sementara kontribusi sektor pertanian primer relatif stabil. Menurut Badan Pertanian dan Agri-Food Canada (2007a), sebagian besar pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peningkatan ekspor produk berorientasi konsumen.Dalam konteks kewajiban Kanada berkaitan dengan tujuan dari WFS, rencana ini menyajikan perspektif Kanada pada masalah kompleks keamanan pangan, dan kemudian menetapkan tindakan sendiri dalam konteks yang luas. Pengentasan kemiskinan, keadilan sosial dan sistem pangan yang berkelanjutan adalah kondisi penting yang perlu dilakukan. The Canadian Agricultural Adaptation Program (CAAP) adalah sebuah program selama lima tahun (2009-2014), dengan anggaran $ 163.000.000 dengan tujuan untuk memfasilitasi pertanian, pertanian pangan, dan kemampuan produk pertanian berbasis sektor untuk menangkap peluang, untuk merespon masalah baru yang muncul, dan solusi masalah baru dan berkelanjutan dalam rangka untuk membantu beradaptasi dan tetap kompetitif.

Upaya Canada di International Dalam bidang PanganUpaya-upaya yang telah dilakukan Kanada telah menjadikan Kanada sebagai negara yang mampu berswasembada pangan dan mampu mencapai ketahanan pangan yang kuat. Dengan ketahanan pangan yang kuat ini, pada pertemuan 2002 Monterrey Konsensus PBB, Kanada berkomitmen untuk melipatgandakan pengeluaran bantuan internasional sampai $ 5 miliar pada tahun fiskal 2010-2011 dari $ 2,5 miliar pada 2001-2002 (Backgrounder: Canada's Increased Support for Food Security and Agricultural Productivity)Selain itu Canada menganggarkan anggaran 2008 menjamin pendanaan ini di tempat persetujuan komitmen ini. Pada Summit 2005 G-8, para pemimpin berjanji untuk meningkatkan bantuan mereka ke Afrika. Kanada berkomitmen untuk menggandakan bantuan ke Afrika dari $ 1.050.000.000 pada tahun 2003-2004 hingga $ 2.100.000.000 tahun fiskal 2008-2009, dan bertemu dengan komitmen tersebut. Kanada juga telah mengekspor berbagai pilihan produk-produk organik bersertifikat, mulai dari biji-bijian massal untuk pra-produk konsumen-siap dikemas dalam setiap kategori. Bagian terbesar dari ekspor Kanada adalah menuju ke Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang. Seperti yang dapat diharapkan dari perut dunia, gandum organik ekspor Kanada merupakan yang paling populer. Namun, ekspor gandum, rami, jelai, kacang, kacang polong, dieja, rami, kedelai, jagung, bunga matahari, dan biji-bijian dan minyak sayur lainnya juga signifikan.

Analisis1. WilayahWilayah Indonesia lebih besar dari Kanada dan berupa kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Selain itu, jarak antar pulau dipisahkan oleh samudera dan lautan yang sangat luas. Masalah masalah itu menyebabkan berbagai kendala seperti pengiriman bahan pangan yang tidak bisa merata dikarenakan jarak, alat transportasi, dan akses menuju daerah daerah terpencil.2. Ekonomi dan PendidikanLemahnya ekonomi masyarakat Indonesia karena sumber daya manusia yang tidak berkemampuan optimum dibandingkan Kanada. Pengolahan lahan yang masih dilakukan secara tradisional dari turun temurun tidak berbasis teknologi. Lambatnya penemuan dan pemasyarakatan teknologi inovasi. Rendahnya insentif finansial untuk menerapkan teknologi secara optimal. Melemahnya sistem penyuluhan pertanian sehingga adopsi teknologi lambat.

3. FasilitasPada sisi lain, dukungan infrastuktur untuk peningkatan produksi pangan, terutama ketersediaan jaringan irigasi dan alih fungsi lahan, mengkhawatirkan. Hasil audit Ditjen Sumber Daya Air (SDA) tahun 2010 menunjukkan bahwa kondisi jaringan irigasi primer dan sekunder yang dikelola oleh pemerintah pusat yang kondisinya dalam keadaan baik sebesar 54 persen, sedangkan yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota masing-masing hanya sebesar 39 persen dan 48 persen. Laju alih fungsi lahan sawah untuk penggunaan non pertanian juga masih cukup tinggi, yaitu sekitar 100.000 ha pertahun. Ketidakpastian penyediaan air untuk produksi pangan karena rusaknya lebih dari 50 persen prasarana pengairan. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian

4. Infrastruktur PembangunanSeiiring dengan Infrastruktur Pembangunan di Indonesia yang terus menerus meningkat akan mendorong produsen penghasil bahan pangan menurun terus menerus , karena lahan penghasilan suatu bahan pangan tergerus oleh pembangunan infrastruktur terkecuali pengalokasian lahan ke tempat yang di sterilkan oleh pemerintah. Sedangkan di negara canada Infrastruktur pembangunan terus di lakukan , namun akan tetapi terkontrol dengan baik tidak seperti di indonesia lahan yang seharusnya tidak boleh didirikan bangunan terkadang sering didirikan bangunan, dan di negara canada lahan tidak menjadi prioritas penting karena bahan pangan tumbuh tidak hanya menggunakan media tanah, yaitu hidroponik dan lain sebagainya.)KesimpulanSetelah mengetahui keadaan masing-masing negara di atas dengan kondisi pangan yang seperti itu dapat disimpulkan bahwa:1.Baik Kanada maupun Indonesia merupakan negara yang luas dengan jumlah penduduk yang besar. Indonesia dan Kanada mampu melakukan swasembada pangan, namun ketahanan pangan di negara Kanada lebih kuat daripada ketahanan pangan di Indonesia.2.Kanada sudah dapat melakukan bantuan bagi negara-negara berkembang yang memiliki ketahananan pangan yang masih rendah sedangkan indonesia belum melakukan bantuan bagi negara-negara lain.3. Banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintahan Kanada dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan setelah negaranya mampu berswasembada pangan. Indonesia seharusnya dapat mengambil contoh dan mempertimbangkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Kanada sehingga Indonesia mampu mencapai kondisi ketahanan pangan yang baik.4.Indonesia masih bergantung pada impor dari luar terutama untuk produksi kedelai. Untuk itu perlu strategi khusus agar Indonesia mampu memproduksi sendiri kedelai.